• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Di CV Cahaya Berkat Bersama Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Di CV Cahaya Berkat Bersama Bandung"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

iii

regulation of labor discipline and lack of work motivations among the laborers which support the quality of their work. That is why this research raised this three variable with the title The Influence Of Discipline and Motivation on The Performance of Employees at CV Cahaya Berkat Bersama Bandung.

The purpose of this research is to know what the Influence of discipline and motivations toward the performance of employees within one year. This is very important considering that CV Cahaya Berkat Bersama is a newly founded factory, more or less still one year. So that we will know if the applied discipline and given motivations is already capable to support the performance of employees or not. A side of that, this research will give the general view abou twhat the laborers have done and what the company has to do with the help of the explanation in this research.

In this research, I use qualitative method and quantitative method. Subject of my research are the permanent workers. There are fifty workers as a sample, all was chosen with census method. Statistic test was done with correlation pearson calculation, determination coefficient, path analysis, hypothesis test and using SPPS 18.0 for windows application as a help.

Through this research, founded that the performance of employees in CV Cahaya Berkat Bersama is already high and they have good motivation to work and they have high quality of work. It is proven by the result of this research which gives the conclusion either partial simultaneously; labor discipline and motivation give a significant result to the quality of the workers’ works.

(2)

iv

disiplin kerja yang diterapkan serta motivasi yang dirasakan masih kurang oleh karyawan dalam menunjang kinerjanya. Sehingga penelitian ini mengangkat tiga variabel tersebut dengan judul Pengaruh Disiplin Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV Cahaya Berkat Bersama Bandung.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh disiplin kerja dan motivasi terhadap kinerja karyawan yang berlangsung kurang lebih selama satu tahun . hal ini penting mengingat bahwa CV Cahaya Berkat Bersama adalah perusahaaan yang baru berdiri selama kurang lebih satu tahun. Sehingga perlu diketahui apakah disiplin yang diterapkan, motivasi yang diberikan sudah mampu menunjang kinerja karyawan atau belum. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran tentang apa yang sudah dilakukan karyawan dan apa yang masih harus dilakukan oleh perusahaan lewat penjabaran-penjabaran yang terdapat dalam penelitian ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalahkaryawan tetapperusahaan yang berjumlah lima puluh orangyang diambil keseluruhan dengan metode sensus. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi pearson, analisis jalur,koefisien deteminasi, uji hipotesis, dan juga menggunakan bantuan aplikasi SPSS 18.0 for windows.

Melalui penelitian ini diperoleh gambaran bahwa karyawan CV Cahaya Berkat Bersama Bandung pada umumnya sudah memiliki disiplin kerja yang tinggi , motivasi kerja yang baik serta kinerja yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan pengujian yang telah dilakukan.dan dihasilkan kesimpulan bahwa secara partial maupun simultan didiplin kerja dan motivasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

(3)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini sering sekali sebuah perusahaan atau organisasi menjalankan

usahanya semata-mata demi mencapai tujuannya sendiri yaitu memperoleh

keuntungan sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankan. Hal tersebut

mengakibatkan terabaikannya faktor-faktor yang mendukung usaha perusahaan

tersebut salah satunya adalah faktor sumber daya manusia yang bekerja dan

menjalankan kegiatan dalam perusahaan tersebut.

Sumber daya manusia tersebut penting untuk diperhatikan karena

merupakan kekayaan sebuah organisasi. Sebuah organisasi akan terus dapat

menjalankan kegiatannya dan sukses dalam pencapaian tujuannya apabila

perusahaan mampu mengolah sumber daya manusia yang ada dengan senantiasa

memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan karyawan nya dengan tepat.

Perusahaan sebagai tempat bernaung karyawan, tempat mereka mengabdikan diri

harus memiliki sesuatu yang membuat para karyawan merasa terpacu untuk

bekerja dan loyal terhadap perusahaan dimana mereka bekerja. Hal tersebut

berupa nilai-nilai atau norma yang dapat mereka jadikan sebagai acuan dalam

berperilaku untuk mengarahkan mereka bekerja dengan lebih baik. Selain itu

faktor-faktor yang dapat memotivasi karyawan juga penting, agar para karyawan

terus bersemangat dalam bekerja, dan akhirnya menghasilkan kinerja yang

(4)

Disiplin salah satu kunci seseorang atau sebuah perusahaan dalam

mencapai sukses. Disiplin yang diterapkan dengan baik membangun kinerja yang

optimal pada diri seseorang. Disiplin tidak hanya diukur dari sekedar ketepatan

jam kerja saja. Melainkan mencakup keseluruhan kemampuan karyawan untuk

mentaati peraturan-peraturan atau standart yang sudah dibuat oleh perusahaan

untuk mencapai tujuan.

Heidjrachman & Husnan (2002:15) mengungkapkan “disiplin adalah

setip perseorangan dan juga kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap

perintah dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang diperlukan

seandainya tidak ada perintah”.

Selain disiplin ada juga motivasi yang juga dapat mempengaruhi kinerja

karyawan dalam sebuah perusahaan. Motivasi menjadi topik pembahasan yang

tidak pernah selesai dibahas pada batasan tertentu. Banyaknya teori motivasi yang

berkembang dan terus diteliti oleh para ahli karena tidak hanya hal-hal besar

seperti finansial, penghargaan, jabatan dan ketenaran saja yang dapat memotivasi

seseorang, bahkan hanya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari seseorang pun

dapat dianggap sebagai motivasi bagi seseorang untuk bekerja dan memberikan

kinerja yang tinggi ditempat ia bekerja. Sebuah motivasi dapat mempengaruhi

kinerja yaitu jika faktor-faktor yang menjadi motivasi seorang karyawan dapat

terus dipenuhi oleh perusahaan.

Menurut Robbins (2005 :92) motivasi adalah:” proses kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi serta kemauan keras untuk mencapai tujuan

(5)

arah atau tujuan. Usaha merupakan karakteristik pertama dari motivasi,yakni

usaha,menunjuk kepada kekuatan perilaku kerja seseorang atau jumlah yang

ditunjukkan oleh seseorang dalam pekerjaannya. Tegasnya , hal ini melibatkan

berbagai macam kegiatan atau upaya baik yang nyata maupun yang kasat mata.

Kemauan keras merupakan karakteristik pokok motivasi yang kedua menunjuk

kepada kemauan keras yang ditunjukkan oleh seseorang ketika menerapkan

usahanya kepada tugas-tugas pekerjaannya. Dengan kemauan yang keras , maka

segala usaha akan dilakukan. Kegagalan tidak akan membuatnya patah arang

untuk terus berusaha sampai tercapainya tujuan. Arah atau tujuan merupakan

karakteristik motivasi yang ketiga barkaitan dengan arah yang dituju oleh usaha

dan kemauan keras yang dimiliki oleh seseorang.

Dengan adanya disiplin kerj dan motivasi yang terus menerus diberikan

kepada para karyawan secara langsung memberikan dampak pada kinerja

karyawan. Kinerja karyawan yang akan kita teliti merupakan salah satu tolak

ukur bagi keberhasilan suatu perusahaan. Kesuksesan sebuah perusahaan biasanya

sering diukur dari kinerja karyawan yang optimal. Namum dalam interaksi

sehari-hari ,antara atasan dan bawahan , berbagai asumsi dan harapan lain muncul.

Ketika atasan dan bawahan membentuk serangkaian asumsi dan harapan mereka

sendiri yang sering agak berbeda , perbedaan-perbedaan ini yang akhirnya

berpengaruh pada tingkat kinerja. Kinerja adalah :” hasil seseorang secara

keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas , seperti standar

hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu

(6)

CV Cahaya Berkat Bersama (CBB) adalah sebuah perusahaan yang

bergerak dalam bidang garment and retail. Yang memproduksi pakaian jadi dewasa pria dan wanita. CV Cahaya Berkat Bersama juga menjual produknya

sendiri dan memasok ke beberapa pusat perbelanjaan besar di Bandung dan juga

banyak toko-toko besar dan pusat perbelanjaan di luar kota sekaligus diluar pulau.

Perusahaan ini baru berdiri pada Mei 2010 sebagai anak perusahaan dari PT Multi

Garmenjaya (Cardinal ) Bandung dengan pengawasan manajemen dibantu oleh

PT Adhikarya Busana (Perahu Jeans ).

Menyangkut persoalan disiplin kerja, di Cv Cahaya Berkat Bersama

mengalami kesulitan dalam penerapannya untuk keseluruhan divisi. Saat

peraturan mengenai disiplin kerja berupa sanksi keterlambatan diterapkan ternyata

masih saja ditemukan karyawan-karyawan yang melanggar dan tidak

mendapatkan pengawasan yang baik. Dari awal cv ini dibentuk, disiplin kerja

yang diterapkan adalah masalah keterlambatan. Disiplin ini adalah terapan dari PT

Adhikarya busana,sehingga dijadikan juga sebagai tolak ukur penilaian kinerja

karyawan.

Dibuatnya peraturan ini perusahaan berharap akan terciptanya kedisiplinan

karyawan dalam mewujudkan jam kerja yang teratur, sehingga jam kerja bisa

berjalan optimal. Namun pada hakekatnya, hal ini belum benar-benar dapat

tercipta di cv ini. Salama kurang lebih satu tahun persentasi jumlah keterlambatan

kehadiran karyawan terus ada dan jumlah persentasinya ada pula yang cukup

(7)

karyawan dianggap menurun sehingga berpengaruh terhadap pemberian motivasi

terhadap karyawan.

Keterlambatan karyawan yang terjadi di CV Cahaya Berkat Bersama dapat

kita lihat pada tabel data absensi berikut:

Tabel 1.1

Data Absensi satu tahun

Bulan

Jam Kehadiran Persentasi Keterlambatan < 9:00 >9:00

21 Mei-21Juni 2010 43 7 14 %

21 Juni-20 Juli2010 38 12 24 %

21 Juli-20 Agustus 2010 35 15 30%

21 Agustus-20 September 2010 27 23 46 %

21 September-20 Oktober 2010 27 23 46 %

21 Oktober- 20 November 2010 40 10 20 %

21 November- 20 Desember 2010 42 8 16 %

21 Desember- 20 Januari 2011 45 5 10 %

21 Januari- 20 Februari 2011 28 22 44 %

21 Februari- 20 Maret 2011 30 20 40 %

21 Maret- 20 April 2011 35 15 30 %

21 April- 20 Mei 2011 38 12 24 %

Sumber : HRD CV Cahaya Berkat Bersama Bandung

Dari tabel diatas jelas kita lihat, bahwa adapun peraturan tentang

(8)

kerja yang optimal pun belum dapat terwujud. Dan dampak dari hal ini adalah

berpengaruh pada kinerja karyawan. Tugas dari para atasan untuk memberikan

motivasi kepada para karyawan agar kedisiplinan dapat ditingkatkan dan

diharapkan dapat berpengaruh ke kinerja karyawan.

Peraturan tentang pengaturan jam masuk kerja telah dibuat dan bakukan.

Namun akibat dari kurangnya pengawasan pelaksanaannya, mengakibatkan

peraturan tersebut tidak dapat diterima dan dilaksanakan oleh kebanyakan

karyawan. Adapun peraturan mengenai keterlambatan tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 1.2

Sanksi Keterlambatan Karyawan

No Tingkatan Keterangan Sanksi

1 Batas I

Tiga kali berturut-turut terlambat dalam satu minggu

Karyawan akan mendapatkan sanksi berupa teguran dari atasan

Batas I terjadi di bulan baru setelah karyawan mendapatkan sanksi dari Batas II

Teguran Keras dan Surat Peringatan (SP II)

4 Batas IV

Apabila seorang karyawan sudah pernah mendapat SP I & II namun tidak mengindahkan sanksi yang telah diterima

Diberhentikan dari perusahaan.

Sumber : HRD CV Cahaya Berkat Bersama Bandung

Selain di ciptakan untuk mengoptimalkan jam kerja, disiplin ini juga

(9)

yaitu dua puluh persen (20 % ). Namun hal ini juga menimbulkan pertanyaan,

apakah sosialisasi soal penilaian kinerja ini sudah tersosialisasi dengan baik atau

belum merata. Sehingga walau persentasi nya besar , masih begitu banyak

karyawan yang melanggar dengan datang tidak tepat waktu. Tabel penilaian

kinerja karyawan di CV Cahaya Berkat Bersama dapat kita lihat pada tabel

berikut :

Tabel 1.3

Penilaian Kinerja Karyawan

No Poin % Keterangan

1 Pencapaian Target Vs Realisasi 70% Dalam satu bulan tiap divisi telah diberi target pencapaian. Dan pada akhir bulan akan di evaluasi 2 Performance

Ketepatan waktu Kerapihan Kecepatan Absensi

20% Ternyata absensi di sini tidak menjadi point utama. Alasannya adalah selama tidak melebihi jatah cuti yang telah ditetapkan dan tidak mengganggu , absensi tidak terlalu dipermasalahkan.

3 Loyalitas 10% Mengikuti prinsip perusahaan “ Jika karyawan

loyal, maka perusahaan juga akan loyal” sehingga

loyalitas termasuk salah satu poin penlaian kinerja Sumber : HRD CV Cahaya Berkat Bersama

Selain menyangkut masalah sosialisasinya,tabel penilaian kinerja ini juga

menimbulkan permaslahan sendiri, seharusnya apa yang sudah tertera menjadi

mutlak untuk dijalankan dan berlaku bagi seluruh karyawan. Namun di CBB hal

(10)

melakukan penelitian tentang indikator-indikator yang mempengaruhi kinerja,

belum ada jawaban yang jelas.

Tabel sanksi keterlambatan dan penilaian kinerja diatas menunjukan

bahwa sebenarnya perusahaan berusaha membangun semangat kerja karyawan

dengan tetap memotivasi lewat tabel penilaian kinerja dan menanamkan disiplin

kerja yang baik kepada para karyawan. Untuk penilaian diserahkan kepada kepala

bagian masing-masing yang kemudian di evaluasi tiap bulannya dalam Global meeting. Hasilnya akan diakumulasikan per tiga bulan untuk kemudian diperoleh nilai tambah sebagai hasil akhir yang ingin diperoleh oleh karyawan yaitu berupa

bonus tambahan atau kenaikan gaji bagi yang mampu mencapa persentasi

minimal 80% (delapan puluh persen ).

Kondisi diatas benar-benar menimbulkan permasalahan bagi pimpinan

perusahaan untuk memberikan motivasi dan menerapkan disiplin kerja bagi para

pegawai untuk melaksanakan pekerjaannya secara maksimal. Apa yang harus

ditingkatkan masih harus dikaji lebih jauh.

Oleh karena itu, maka dari uraian diatas penulis tertarik untuk

mengangkat judul penelitian: “PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN

MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI CV CAHAYA BERKAT

(11)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas, permasalahan dam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Disiplin kerja belum diterapkan dengan baik dan benar

2. Faktor-faktor motivasi yang diberikan belum merata kepada seluruh karyawan

3 .Pengukuran kinerja karyawan belum tepat bagi tiap divisi

1.2.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat

dirumuskan permaslahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Disiplin Kerja di CV Cahaya Berkat Bersama Bandung

2. Bagaimana Motivasi di CV Cahaya Berkat Bersama Bandung

3. Bagaimana kinerja di CV Cahaya Berkat Bersama Bandung

4. Bagaimana pengaruh Disiplin Kerja dan Motivasi baik secara partial

maupun simultan terhadap Kinerja karyawan di CV Cahaya Berkat

Bersama Bandung

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini ini dilakukan untuk memperoleh data dan

informasi serta menganalisis pengaruh disiplin kerja dan motivasi terhadap

kinerja karyawan di CV Cahaya Berkat Bersama Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

(12)

1. Untuk mengetahui penerapan disiplin kerja di CV Cahaya Berkat

Bersama Bandung

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memotivasi karyawan di Cv

Cahaya Berkat Bersama Bandung

3. Untuk mengetahui seberapa besar kinerja karyawan di Cv Cahaya Berkat

Bersama Bandung

4. Untuk mengetahui seberapa besar disiplin kerja dan motivasi

mempengaruhi kinerja karyawan di Cv Cahaya Berkat Bersama Bandung

baik secara partial maupun simultan

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi :

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan lewat penelitian ini, dapat membantu perusahaan dalam

mengevalusi dan memilih tipe kepemimpinan yang sesuai serta membentuk

budaya organisasi yang baik yang dapat mendorong para karyawan untuk lebih

termotivasi dalam melaksanakan tugas pekerjaannya demi tercapainya tujuan

perusahaan

2. Bagi Pemimpin dan Karyawan

Lewat penelitian ini diharapkan pemimpin di cv ini dapat memilih tipe

kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, mampu mendengarkan

(13)

mampu membentuk budaya organisasi yang memiliki nilai positif sehingga dapat

menjadi salah satu faktor motivasi dalam bekerja.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Dalam kegunaan akademis ini,diharapkan dapat berguna bagi :

a.Bagi Pengembangan Ilmu

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat membantu para peneliti di bidang

yang sama khususnya yang meneliti tentang pengaruh tipe kepemimpinan, budaya

organisasi dan pengaruhnya terhadap motivasi kerja karyawan.

b.Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para peneliti lain yang

meneliti permasalahan yang sama. Sehingga memiliki tambahan referensi sabagai

bahan untuk meneliti lebih lanjut.

c.Bagi Penulis

Hasil penelitian ini ditujukan sebagai salah satu persyaratan tugas akhir di

jenjang starata satu. Dan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi skripsi

yang memberikan manfaat bagi pihak universitas dan para mahasiswa yang akan

menjadikannya bahan referensi.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dimana penulis bekerja yaitu di CV CAHAYA

(14)

IV yang beralamatkan di Jl. Cihampelas no 146 BANDUNG. Telepon

022-2031965, fax no 022- 2033218.

1.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak bulan juli dan berakhir pada tanggal April

2011 sampai dengan Agustus 2011.

Tabel 1.4

Time Schedule / Waktu Pelaksanaan Kegiatan

(15)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Disiplin Kerja

2.1.1.1 Pengertian Disiplin Kerja

Pengertian disiplin kerja banyak diungkapkan para ilmuan yang

merupakan ahli dalam ilmu budaya organisasi. Diantaranya :

1) Disiplin adalah setiap perseorangan dan juga kelompok yang menjamin

adanya kepatuhan terhadap perintah,dan berinisiatif untuk melakukan suatu

tindakan yang diperlukan seandainya tidak ada perintah (Heidjrachman &

Husnan 2002:15)

2) Disiplin kerja adalah : suatu alat yang digunakan para manajer untuk

berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu

perilaku serta sebagai suatu upaya untuk menigkatkan kesadaran dan

kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma

sosial yang berlaku. Sehingga seseorang karyawan dikatakan

memilikindisiplin kerja yang tinggi jika yang bersangkutan konsekuen,

konsisten, taat asas, bertanggungjawab atas tugas yang diamanatkan

kepadanya. ( Veithzal Rivai & Sagala Jauvani 2010:825)

3) Disiplin adalah tindakan manajemen untuk memberikan semangat kepada

pelaksanaan standart organisasi. Ini adalah pelatihan yang mengarah pada

(16)

perilaku pegawai untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik (

Davis 2002 : 112)

4) Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar

organisasional (T.H Handoko 2001:208)

2.1.1.2Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja

Terdapat empat perspektif daftar yang menyangkut disiplin kerja yang

yaitu :

Disiplin Retributif (Retibutive Discipline), yaitu berusaha menghukum orang yang salah.

Disiplin Korektif (Corrective Discipline), yaitu berusaha membantu

karyawan mengoreksi perilakunya yang tidak tepat.

Perspektif hak-hak individu (Individual Rights Perspective), yaitu

berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan

disipliner.

Perspektif Utilitarian (Utilitarian perspective), yaitu berfokus kepada

penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan

disiplin melebihi dampak –dampak negatifnya.

2.1.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Menurut Gouzali Saydam , faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

yaitu :

1) Besar kecilnya pemberian kompensasi

2) Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan

(17)

4) Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan

5) Ada tidaknya pengawasan pimpinan

6) Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan

7) Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin

2.1.1.4 Hal-hal Yang Menunjang Kedisiplinan

Menurut Alex S Nitisemito , ada beberapa hal yang menunjang

keberhasilan pendisiplin karyawan pembentukan yaitu :

1. Ancaman , dalam rangka menegakkan kedisiplinan kadang kala perlu adanya ancaman. Meskipun ancaman yang diberikan tidak bertujuan untuk

menghukum, tetapi lebih bertujuan untuk mendidik supaya bertingkahlaku

seperi apa yang kita harapkan.

2. Kesejahteraan,untuk menegakkan kedisiplinan tidak cukup dengan ancaman saja. Tetapi perlu kesejahteraan yang cukup yaitu besarnya upah yang mereka

terima, sehingga minimal mereka bisa hidup secara layak.

3. Ketegasan, jangan sampai kita membiarkan suatu pelanggaran yang kita ketahui tanpa tindakan atau membiarkan pelanggaran tersebut berlarut-larut

tanpa tindakan yang tegas.

4. Partisipasi, dengan jalan memasukkan unsur partisipasi maka para karyawan akan merasa bahwa peraturan tentang ancaman hukuman adalah hasil

persetujuan bersama.

5. Tujuan dan kemampuan,agar kedisiplinan dapat dilaksanakan dalam praktek, maka kedisiplinan hendaknya dapat menunjang tujuan perusahaan

(18)

6. Keteladan pimpinan, mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan kedisiplinan sehingga keteladanan pimpinan harus diperhatikan.

1.2 Motivasi Kerja

2.1.2.1 Pengertian Motivasi

Untuk lebih memahami tentang apa yang dimaksud dengan motivasi,

berikut beberapa pengertian motivasi menurut beberapa ahli;

1. Motivasi adalah kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai

sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut

memuaskan kebutuhan sejumlah individu ( Robbins 2005:92);

2. Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau

lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya ( David McClelland

2005:93 );

3. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau move

yang berarti kekuatan dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat

(drifing force ) (Wagito 2002 )

2.1.2.2 Teori-Teori Motivasi

1. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Teori motivasi yang paling dikenal mungkin adalah teori kebutuhan Abraham

Maslow. Maslow adalah psikologhumanistik yang berpendapat bahwa pada

diri tiap orang terdapat hirarki dari lima kebutuhan:

1. Kebutuhan fisik : makanan, minuman,tempat tinngal, kepuasan seksual,

(19)

2. Kebutuhan keamanan : keamanan dan perlindungan dari gangguan fisik

dan emosi, dan juga kepastian bahwa kebutuhan fisik akan terus

terpenuhi.

3. Kebutuhan sosial : kasih sayang, menjadi bagian dari kelompoknya,

diterima oleh teman-teman dan persahabatan.

4. Kebutuhan Harga diri : faktor harga diri internal seperti penghargaan diri,

otonomi,dan pencapaian prestasi dan faktor harga diri eksternal seperti

status, pengakuan (diorangkan ), dan perhatian.

5. Kebutuhan Aktualisasi diri: pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang

dan pemenuhan diri sendiri, dorongan untuk menjadi apa yang dia

mampu capai.

Dalam istilah motivasi, Maslow berpendapat bahwa tiap tingkat dalam

hirarki itu harus secara substansial terpuaskan sebelum hirarki berikutnya

menjadi aktif dan setelah kebutuhan itu secara substansialterpenuhi,

kebutuhan tersebut tidak lagi bisa memotivasi perilaku.

2. Teori X Dan Teori Y McGregor

Douglas McGregor terkenal karena rumusannya tentang dua kelompok

asumsi mengenal dua sifat manusia. Teori X dan Y. Sangat sederhana , Teori

X pada dasarnya menyajikan pandangan negatif tentang orang. Teori x

berasumsi bahwa para pekerja mempunyai sedikit saja ambisi untuk maju,

tidak menyukai pekerjaan, ingin menghindari tanggungjawab, dan perlu

(20)

Teori Y menawarkan pandangan positif. Teori Y berasumsi bahwa para

pekerja dapat berlatih mengarahkan diri, menerima dan secara nyata mencari

tanggung jawab, dan menganggap bekerja sebagai kegiatan alami. mcGregor

yakin bahwa asumsi teori Y lebih menekankan sifat pekerja sebenarnya dan

harus menjadi pedoman bagi praktek manajemen.

3. Teori motivasi Herzberg

Frederick Hezberg mengembangkan teori dua faktor (dalam Gibson , 1996 ).

Teori ini memandang kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator

intrinsik dan bahwa ketidakpuasan kerja berasal dari ketidak adaan

faktor-faktor ekstrinsik . kesimpulan hasil penelitian Hezberg adalah sebagai berikut

: (1) Ada sekelompok kondisi ekstrinsik (konteks pekerjaan )meliputi : gaji

atau upah , keamanan kerja, kondisi pekerjaan, status, kebijakan organisasi ,

supervisi,dan hubungan interpersonal. Apabila faktor ini tidak ada maka

karyawan akan merasa tidak puas. (2) ada sekelompok kondisi intinsik yang

meliputi prestasi kerja, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan , pekerjaan itu

sendiri , dan pertumbuhan. Apabila kondisi intrinsik ini dipenuhi organisasi

atau perusahaan maka karyawan akan puas.

2.1.2.3 Motivasion Factors atau faktor-faktor motivasi

Menyangkut kebutuhan psikologis seseorang. Kebutuhan ini adalah

perasaan sempurna dalam melaksanakanpekerjaan. Faktor motivasi ini

berhubungan denganpenghargaan terhadappribadi yang secara langsung berkaitan

dengan pekerjaan. Konsep Higiene juga disebut teori dua faktor. Faktor pertama

(21)

a. Achievement atau keberhasilan pelaksanaan b. Recognition atau pengakuan

c. The work it self atau pekerjaan itu sendiri

d. Responsibility atau tanggung jawab yang dipercayakan e. Advancement atau pengembangan potensi individu

Rangkaian ini melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang dikerjakannya

(job content)

Faktor kedua adalah faktor Higiene yang dapat menimbulkan rasa tidak puas pada

pegawai (de-motivasi),terdiri dari :

a. Company policy and administration atau kebijaksanaan dan administrasi perusahaan

b. Quality supervisor atau supervisor atau supervisi c. Interpersonal relation atau hubungan antar pribadi d. Working condition atau kondisi kerja

e.

Wages atau g

aji

Faktor kedua ini merupakan faktor motivasi yang mampu mendorong

seseorang mencintai pekerjaannya dan meningkatkan kinerjanya masing-masing.

2.1.3 Kinerja Karyawan 2.1.3.1 Pengertian Kinerja

Pengertian kinerja menurut para ahli, adalah sebagai berikut :

1. Anwar Prabu Mangkunegara (2000) mengemukakan pengertian kinerja

(22)

dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikannya.

2. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang sesuai dengan tujuan organisasi,

misalnya kualitas kerja, kuantitas kerja,efisiensi, dan kriteria efektivitas

lainnya (Gibson et al.,1994)

3. As’ad dalam Agustina (2002) dan Sutiadi (2003:6) mengemukakan bahwa

kinerja seseorang merupakan ukuran sejauh mana keberhasilan seseorang

dalam melakukan tugas pekerjaannya. Ada tiga faktor utama yang

berpengaruh pada kinerja yaitu individu (kemampuan bekerja),usaha kerja

(keinginan untuk bekerja), dan dukungan organisasional (kesempatan untuk

bekerja )

4. Cash dan Fischer (1987) dalam Thoyib (2005:10) mengemukakan bahwa

kinerja sering disebut dengan performance atau result yang diartikan dengan apa yang telah dihasilkan oleh individu karyawan.

5. Robbins (2003) dalm Thoyib (2005:10) mengemukakan bahwa istilah lain

dari kinerja adalah human output yang dapat diukur dari produktivitas , absensi, turn over ,citizenship,dan satisfaction.

2.1.3.2 Unsur-unsur Kinerja

Pabundutika (2006:121) mengemukakan bahwa ada empat unsur yang

terdapat dalam kinerja adalah :

1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan

(23)

4. Periode waktu tertentu

2.1.3.3 Syarat tolak ukur kinerja

Ada beberapa syarat tolak ukur kinerja yang baik, yaitu :

1. Tolak ukur yang baik haruslah mampu diukur dengan cara yang dapat

dipercaya. Konsep keandalan pengukuran mempunyai dua

komponen;stabilitas dan konsistensi. Stabilitas menyiratkan bahwa

pengukuran yang dilakukan pada waktu yang berbeda haruslah mencapai

hasil yang kira-kira serupa. Konsistensi menyiratkan bahwa pengukuran

kriteria yang dilaksanakan dengan menggunakan metode yang berbeda atau

orang yang berbeda haruslah mencapai hasil yang kira-kira sama.

2. Tolak ukur yang baik harus mampu membedakan individu –individu sesuai

dengan kinerja mereka . salah satu tujuan penelitian kinerja adalah

mengevaluasi kinerja anggota organisasi . jika tolak ukur yang digunakan

memberikan hasil identik pada semua orang , maka kriteria tersebut tidak

berguna bagi distribusi pengupahan untuk kinerja, merekomendasikan

kandidat untuk promosi, ataupun menilai kebutuhan-kebutuhan latihan

pengembangan.

3. Tolak ukur yang baik harus sensitif terhadap masukan dan tindakan-tindakan

dari pemegang jabatan. Karena tujuan penilaian kinerja adalah untuk menilai

efektivitas individu-individu anggota organisasi, kriteria efektivitas yang

dipakai harus dapat digunakan semua individu dalam organisasi. Apabila

tidak tepat , maka pembuat tolak ukur harus peka terhadap masukan yang

(24)

4. Tolak ukur yang baik harus dapat diterima oleh individu yang mengetahui

kinerjanya sedang dinilai. Sangat penting untuk diperhatikan bahwa

orang-orang yang kinerjanya sedang diukur merasa bahwa tolak ukur yang

digunakan memberi petunjuk yang akurat adan adil mengenai kinerja mereka.

Selain tolak ukur yang diuraikan diatas , ada pula ukuran-ukuran dari kinerja

karyawan yang dikemukakan oleh Bernandin & Russell dalam Gomes (2001)

sebagai berikut :

1. Quantity of work : jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang ditentukan.

2. Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

3. Job Knowledge : luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya.

4. Creativeness : keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

5. Cooperation : kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain atau sesama anggota organisasi.

6. Dependability : kesadaran untuk dapat dipercayadalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.

7. Intiative : semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawab nya.

(25)

2.1.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Menurut Steers (dalam Suharto & Cahyono, 2005 ) faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah :

1. Kemampuan , kepribadian dan minat kerja.

2. Kejelasan dan penerimaan atau penjelasan peran seorang pekeja yang

merupakan taraf pengertian dan penerimaan seseorang atas tugas yang

diberikan kepadanya.

3. Tingkat motivasi pekerja yaitu daya energi yang mendorong, mengarahkan

dan mempertahankan perilaku.

Sedangkan McCormick dan Tiffin (dalam Suhato & Cahyono, 2005)

menjelaskan bahwa terdapat dua variabel yang dapat mempengaruhi kinerja

yaitu:

1. Variabel Individu yang terdiri dari pengalaman , pendidikan, jenis kelamin,

umur, motivasi, keadaan fisik, kepribadian dan sikap.

2. Variabel Situasional,menyangkut dua faktor yaitu : faktor sosial dan

organisasi, meliputi kebijakan , jenis latihan dan pengalaman, sistem upah

serta lingkungan sosial. Yang kedua faktor fisik dan pekerjaan, meliputi :

metode kerja, pengaturan dan kondisi, perlengkapan kerja, pengaturan ruang

kerja,kebisingan, penyinaran dan temperatur.

2.1.3.5 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja berarti mengevaluasi kinerja karyawan saat ini dan/atau

dimasa lalu relatif terhadap standart kinerjanya. Penilaian kinerja juga selalu

(26)

penilai juga memberikan karyawan umpan balik, pengembangan , dan insentif

yang diperlukan untuk membantu orang yang bersangkutan menghilangkan

kinerja yang kurang baik atau melanjutkan kinerja yang baik (Daissler,2000).

Penilaian kinerja adalah suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur,

menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku

dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Fokusnya adalah untuk mengetahui

seberapa produktif seorang karyawan dan apakah ia bisa berkinerja sama atau

lebih efektif pada masa yang akan datang , sehingga karyawan , organisasi, dan

masyarakat semuanya memperoleh manfaat. (Schuler & Jackson,1996).

Robbins (1994) menyatakan bahwa ada tiga kriteria dalam melakukan

penilaian kinerja individu yaitu :

1. Tugas individu

2. Perilaku individu

3. Dan ciri individu

Secara garis besar , menurut Martoyo (2000) penilaian kinerja dibagai

pada penilaian yang berorientasi ke masa lalu dan masa depan.

1. Berorientasi masa lalu; metode ini memperlakukan kinerja yang telah terjadi pada sampai tahap tertentu dapat diukur. Evaluasi kinerja masa lalu

menjadi umpan balik bagi karyawan untuk perbaikan- perbaikan. Teknik

penilaian kinerja yang berorientasi ke masa lalu meliputi :

(27)

(rating scale). Nilai rendah menunjukkan tidak terpenuhinya kriteria, dan nilai tinggi menunjukkan terpenuhinya kriteria.

Checklist atau disebut metode peristiwa kritis ; adalah penilaian yang mendasarkan pada catatan-catatan penilai yang menggambarkan perilaku

yang sangat baik atau sangat buruk dalam kaitan dengan pelaksanaan

kerja. Jadi pencatatan hanya pada perilaku yang mencolok saja.

Metode peninjauan lapangan ; inspeksi langsung ke lapangan untuk

mencocokkan apakah kinerja karayawan dilapangan sesuai dengan yang

dilaporkan atasannya. Cara ini semacam recheck atau suatu laporan.

Tes dan Observasi Kinerja ; tes berdasarkan pengetahuan dan

keterampilan . dapat dilakukan dengan tertulis. Lisan , peragaan atau

kombinasi dari ketiganya.

Metode evaluasi kelompok ; terdiri dari,

1. Metode Ranking : membandingkan karyawan satu dengan karyawan

lain , siapa yang lebih baik. Kemudian diurutkan dari yang terbaik

sampai kepada yang terjelek.

2. Garding / Forced Distribution: memilah-milah karyaawan dalam berbagai klasifikasi . misal dibagai ke dalam kelompok 10% terbaik,

20% kelas baik, 40% kelas rata-rata, 20% kelas kurang, dan 10% kelas

terjelek.

3. Point Allocation Method : ditentukan nilai total yang akan didistribusikan kepada karyawan yang dinilai (dalam kelompok).

(28)

1. Penilaian Diri ( Self Appraisal ) : teknik ini berguna bila tujuannya

adalah evaluasi untuk pengembangan diri.

2. Penilaian Psikologis ( Pcychological Appraisal ) : dilakukan dengan wawancara mendalam , tes-tes psikologi, diskusi dengan atasan

langsung dan review evaluasi lainnya.

3. Pendekatan Manajemen Tujuan ( Management by Objectives /MBO ) : setiap karyawan dan penilai bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan

atau sasaran pelaksanaan kerja diwaktu yang akan datang.

4. Teknik Pusat Penelitian : bentuk penilaian karyawan yang

distandarisasi yang bergantung pada tipe penilaian. Bisa meliputi

wawancara mendalam, tes-tes psikologi , diskusi kelompok, simulasi

dan evaluasi potensi karyawan pada masa yang akan datang.

Semua kegiatan penilaian kinerja baik yang berorientasi masa lalu maupun

masa depan memakai pendekatan- pendekatan sebagai berikut :

1. Tell and Self Approach : meriview kinerja karyawan dan mencoba meyakinkan karyawan untuk mberprestasi lebih baik.

2. Tell and Listen Approach : memungkinkan karyawan untuk menjelaskan berbagai alasan, latar belakang dan perasaan defensive mengenai kinerja

karyawan. Dimaksudkan untuk mengetahui kondisi masing-masing karyawan

dan mengatasi reaksi-reaksi yang tidak menguntungkan perusahaan dengan

(29)

3. Problem Solving Approaach : mengidentifikasi masalah-masalah yang mengganggu kinerja karyawan melalui latihan, konseling dan upaya-upaya

lain untuk menghindari penyimpangan.

Menurut Robbins (1994) hakekat penilaian kinerja individu adalah hasil

kerja yang optimal. Penilaian kinerja tersebut mencakup :

1. Kemampuan bekerjasama

2. Kualitas pekerjaan

3. Kemampuan teknis

4. Inisiatif

5. Semangat

6. Daya tahan / kehandalan

7. Kuantitas pekerjaan

2.1.3.6 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja

Tujuan penilaian kinerja secara umum adalah untuk menghasilkan

informasi yang akurat dan sahih berkenaan dengan perilaku dan kinerja anggota

organisasi. Tujuan tersebut biasanya dapat digolongkan ke dalam tujuan evaluasi

dan tujuan pengembangan.

Manfaat penilaian kinerja bagi semua pihak adalah agar bagi mereka

mengetahui manfaat yang dapat mereka harapkan. (Rivai & Basri, 2004 ).

Pihak-pihak yang berkepentingan dalam penilaian adalah :

1. Orang yang dinilai (Karyawan)

Bagi karyawan yang dinilai , keuntungan pelaksanaan penilaian kinerja

(30)

Meningkatkan motivasi

Meningkatkan kepuasan hidup

Adanya kejelasan standar hasil yang diterapkan mereka

Umpan balik dari kinerja lalu yang kurang akurat dan konstruktif

Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan menjadi lebih besar

Pengembangan tentang pengetahuan dan kelemahan menjadi lebih besar,

membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal mungkin.

Adanya kesempatan untuk berkomunikasi keatas

Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi

Kesempatan untuk mendiskusikan permasalahan pekerjaan dan bagaimana

mereka mengatasinya

Suatu pemahaman jelas dari apa yang diharapkan dan apa yang perlu

untuk dilaksanakan untuk mencapai harapan tersebut

Adanya pandangan yang lebih jelas tentang konteks pekerjaan

Kesempatan untuk mendiskusikan cita-cita dan bimbingan apapun

dorongan atau pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi cita-cita

karyawan

Meningkatkan hubungan yang harmonis dan aktif dengan atasan

2. Penilai (atasan, supervisor, pimpinan,manager, konsultan )

Bagi penilai, manfaat pelaksanaan penilaian kinerja adalah :

Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecenderungan

(31)

Kesempatan untuk mengembangkan suatu pandangan umum tentang

pekerjaan individu dan departemen yang lengkap

Peningkatan kepuasan kerja

Pemahaman yang lebih baik terhadap karyawan , tentang rasa takut, rasa

grogi, harapan, dan aspirasi mereka.

Merupakan kesempatan berharga bagi manajer agar dapat menilai kembali

apa yang telah dilakukan sehingga ada kemungkinan merevisi target atau

menyusun prioritas kembali

Meningkatkan rasa harga diri yang kuat diantara manajer dan juga para

karyawan, karena telah berhasil mendekatkan ide dari karyawan dengan

ide para manajer.

Sebagai media untuk meningkatkan interpersonal relationship atau hubungan antar pribadi antara karyawan dan manajer

3. Perusahaan

Bagi perusahaan , manfaat penilaian adalah :

Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan karena :

1. Komunikasi menjadi lebih efektif mengenai tujuan perusahaan dan

nilai budaya perusahaan

2. Peningkatan

2.1.4 Keterkaitan antar Variabel Penelitian

2.1.4.1 Hubungan antara Disiplin Kerja dengan Motivasi

(32)

positif dalam hubungannya dengan perilaku kerja seseorang maka akan

menguntungkan. Seorang karyawan yang yang memiliki kebiasaan tepat waktu,

disiplin,simple maka perilaku kerjanya juga baik, apabila diberi tanggungjawab

akan menepati aturan dan kesepakatan. Kebiasaan yang telah tertanam ini akan

memotivasi karyawan dan mendukung kerja yang efektif ( Ambar Teguh

Sulistiyani & Rosidah 2003:201 )

Motivasi yang tinggi tidak memerlukan imbalan ekstern, ia mendorong

orang untuk mencerminkan rasio dalam perlakuannya dan menguasai dirinya

sehingga ia menunjukkan self dicipline karena itu disiplin yang baik memerlukan

kesadaran yang tinggi dari para pegawai .G.R Terry dalam Anisa Novita sari

(2008 :8 )

2.1.4.2 Hubung Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan

Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan

kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Secara definitif Bernardin &

Russell menjelaskan kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari

fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu

tertentu.

Kadang-kadang masalah kinerja tidak dapat dipecahkan secara informal.

Maka para supervisor dan para pegawai dalam unit lain dalm unit kerja dapat

menerapkan tindakan disiplin secara formal yang dilakukan dalam departemen

(33)

2.1.4.3 Hubungan antara Motivasi dengan Kinerja karyawan

Memotivasi tingkat kinerja karyawan supaya tinggi merupakan masalah

organisasi yang penting dan manajer harus mencari solusinya. Memotivasi

karyawan untuk meningkatkan kinerjanya dapat dilakukan dengan memenuhi

kebutuhan para karyawan. Kebutuhan yang dimaksud disini adalah teori

kebutuhan menurut Maslow ( Teori Hierarki kebutuhan ) dalam Robbins

(2007:131) dimana setiap kebutuhan memiliki tingkatan dan tiapa tingkatan dapat

memotivasi sesorang dalam bekerja dan pada akhirnya apabila tiap hierarki

kebutuhannya terpenuhi maka akan menghasilkan kinerja yang tinggi.

2.1.4.4 Hubungan Disiplin Kerja dan Motivasi dengan Kinerja Karyawan

Menciptakan kinerja tinggi dari para karyawan tidaklah mudah. Sama

halnya dengan kepuasan kerja, harus ada variabel-variabel yang

mempengaruhinya antara lain : motivasi kerja, kepemimpin,dan budaya organisasi

/ perusahaan (budaya organisasi disini menyangkut nilai-nilai yang telah

diterapkan di perushaan seperti peraturan yang menyangkut tentang disiplin dan

performa karyawan ) dapat diakomodasikan dengan baik dan diterima oleh semua

karyawan dalam suatu organisasi / perusahaan. Gibson (1996 ) dalam Erma yanti

(2001:3) dan Brahmasari (2005:96 ), mengemukakan bahwa kinerja organisasi

tergantung dari kinerja individu atau dengan kata lain kinerja individu akan

memberikan kontribusi pada kinerja organisasi,artinya bahwa perilaku anggota

organisasi baik secara individu maupun kelompok memberikan kekuatan atas

kinerja organisasi sebab motivasinya akan mempengaruhi kinerja organisasi.

(34)

motivasi , baik yang ada dalam diri karyawan maupun yang berasal dari

lingkungan akan dapat membantu dalam peningkatan kinerja. Dalam hal ini

seorang manajer perlu mengarahkan motivasi dengan menciptakan kondisi

organisasi melalui pembentukan budaya kerja atau budaya organisasi sehingga

para karyawan merasa terpacu untuk bekerja lebih keras agar kinerja yang dicapai

juga tinggi.

2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Anisa Novitasari (2008) yang berjudul

Hubungan motivasi kerja dan disiplin kerja dengan produktivitas kerja pegawai

menggambarkan bahwa antara disiplin dan motivasi berkorelasi erat.

Penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu (2005) yang berjudul motivasi

kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap keputusan kerja serta

dampaknya pada kinerja, dijelaskan bahwa motivasi menciptakan kepuasan kerja

yang mendorong karyawan untuk memberikan kinerja yang lebih maksimal.

Penelitin yang dilakukan oleh Hernowo Narmodo & M.Farid waidi (2007)

yang berjudul pengeruh motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai

daerah kabupaten Wonogiri dijelaskan bagaimana motivasi dan disiplin

diharapkan mampu menunjang kinerja para pegawai pemerintah.

Berikut ini perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian

(35)

Tabel 2.1

Hasil Penelitian terdahulu

No Peneliti Judul Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

1 Anisa

kerja karyawan tidak

(36)

variabel-masing individu.

Motivasi dan disiplin

diharapkan mampu

Sumber : adopsi dari berbagai penelitian

2.2.2 Bagan Kerangka Pemikiran

Disiplin kerja pada sebuah perusahaan memegang kendali besar dalam hal

memajukan kegiatan usaha perusahaan. Dimana disiplin selalu menjadi kunci

utama menuju sebuah kesuksesan. Oleh sebab itu perlu bagi sebuah organisasi

menerapkan disiplin secara benar dan terkendali. Agar dalam pelaksanaannya

disiplin tidak semata-mata menjadi beban bagi karyawan melainkan juga menjadi

(37)

Menurut Veithzal Rivai & Sagala Jauvani ( 2010 :825 ), seorang karyawan

dikatakan memiliki disiplin kerja yang tinggi jika yang bersangkutan konsekuen,

konsisten, taat asas, bertanggung jawab atas tugas yang diamanahkan kepadanya.

Motivasi sebagai penyeimbang antara tuntutan perusahaan terhadap

karyawan agar seimbang perlu selalu diperhatikan dan pengawasannya pun perlu

selalu diperhatikan demi tercapainya tujuan perusahaan.

Menurut Robbins (2005) mendefinisikan motivasi sebagai usaha tingkat

tinggi guna mencapai sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan

usaha tersebut memuaskan sejumlah kebutuhan individu yang kemudian dikaitkan

dengan teori kebutuhan Maslow. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

menurut maslow adalah adanya kebutuhan fisik,kebutuhan keamanan, kebutuhan

sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.

Menurut Mathis dan Jackson (2002) mendefinisikan kinerja sebagai

berikut : “kinerja adalah apa yang dilakukan karyawan , sehingga ada yang

mempengaruhi kombinasi karyawan organisasi antara lain kuantitas output,

kualitas output, jangka waktu output, kehadiran ditempat kerja, dan sikap

kooperatif”.

Indikator kinerja menurut (Mathis dan Jackson, 2002 ) adalah : kualitas

kerja, kuantitas kerja, waktu kerja, dan kerja sama dengan rekan kerja.

Rivai & Sagala Jauvani (2010:825) menyatakan disiplin sebagai suatu alat

yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka

(38)

meningkatkan kesadaran dan kesediaan seorang menaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Kemampuan berkomunikasi yang disebutkan diatas jika dilakukan dengan

baik, maka hal tersebut akan mampu memotivasi karyawan untuk bekerja lebih

baik. Seperti yang dikemukakan oleh David Mc Clelland (2005:93) yang

mengutarakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dengan

lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya.

Disiplin kerja yang baik dan motivasi yang tetap diawasi pelaksanaannya

akan mampu mempengaruhi kinerja karyawan agar lebih baik. Seperti yang

diutarakan oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2000) bahwa kinerja adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas maka dirumuskan

paradigma mengenai disiplin kerja dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja

(39)

Rober t Ambar Teguh &Rosidah (2003:237)

Ambar Teguh S & Rosidah (2003: 237) Gibson (1996)

Maslow dalam Robbins (2007)

Gambar 2.2

Bagan Kerangka Pemikiran Disiplin Kerja

Konsekuen

Konsisten

Taat asas

Bertanggung jawab

(Vaithzal Rivai & Sagala Jauvani 2010 : 285)

Kinerja karyawan Kualitas kerja

Kuantitas kerja

Waktu kerja

Kerjasama dengan rekan

kerja

(Mathis & Jackson,2002 ) Motivasi

Kebutuhan fisik

Kebutuhan keamanan

Kebutuhan soaial

Harga diri

Aktualisasi

Menurut Maslow

(40)

2.3 Hipotesis

Menurut Vardiansyah (2008 :10 ) Hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan

kebenarannya.

Mengacu pada pendapat tersebut , maka dapat diperoleh hipotesis sebagai

berikut :

1. Disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan di CV Cahaya

Berkat Bersama Bandung.

2. Motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan di CV Cahaya Berkat

Bersama Bandung.

3. Disiplin kerja dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan di CV

(41)

39

3.1 Objek Penelitian

Menurut Husein Umar (2005:303 ) “objek penelitian menjelaskan tentang

apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan

penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain yang dianggap perlu “.

Maka dari pengertian diatas dapat dijelaskan objek dalam penelitian ini adalah

Disiplin kerja (independen variable / variabel bebas ) Motivasi dan kinerja karyawan (dependent variable / variabel terikat ). Penelitian ini dilakukan di CV Cahaya Berkat Bersama di jalan Cihampelas no 146 Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Umi Narimawati (2008 :127) “ metode penelitian merupakan

cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan

tertentu”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan

verifikatif. Menurut Sugiyono (2005 : 21) dalam buku Penulisan Karya Ilmiah

dijelaskan :

Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas . sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri

(2008:45) dalm buku Penulisan Karya Ilmiah menyatakan bahwa, metode

(42)

suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan ditempat lain

dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.

Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, dalam penelitian akan digunakan

telaah statistika yang cocok, untuk itu dalam analisis menggunakan Path Analysis

(analisis jalur )

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan

dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan

baik dan sistematis. Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2003 :84 ) dalam

buku Penulisan Karya Ilmiah mengemukakan bahawa : desain penelitian adalah

semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati adalah :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian,

selanjutnya menetapkan judul penelitian;

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi;

3. Menetapkan rumusan masalah;

4. Menetapkan tujuan penelitian;

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan

teori;

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian

yang digunakan;

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sample dan teknik

(43)

8. Melakukan analisi data

9. Melakukan pelaporan hasil penelitian

3.2.2 Operasi Variabel

Menurut Nur Indrianto (2002:69), operationalisasi variabel adalah: “

penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam

mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau

mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik”.

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis , indikator,

serta skala variabel-variabel yang terkait dalam penelitian , sehingga penguji

hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan

judul penelitian mengenai budaya organisasi dan motivasi dan pengaruhnya

terhadap kinerja karyawan. Maka operasional variabel nya dapat disajikan sebagai

(44)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Disiplin Kerja

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala No

Kuisioner

(45)

3.taat asas a. Peraturan yang tercantum mengenai disiplin kerja seluruhnya ditaati

b. Pelanggaran akan disiplin kerja sudah sangat jarang terjadi

Ordinal

5

6

4. tanggung jawab

a. segala pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dan hasilnya baik b.tidak meninggalkan

pekerjaan dan

melimpahkan kepada pihak lain.

Ordinal

7

(46)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Motivasi

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala No

(47)

Diri oleh perusahaan dan rekan kerja b. pencapaian

prestasi kerja c. diakui

keberadaannya oleh perusahaan dan seluruh karyawan

CV. Cahaya Berkat Bersama

5.Aktualisas i diri

a. karyawan dapat tumbuh atas kerja yang

dilakukannya b. pencapaian

potensi seorang karyawan dan pemenuhan diri sendiri

c. dorongan untuk menjadi apa yang karyawan mampu capai

(48)

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Kinerja Karyawan

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala No

(49)

3.waktu kerja a.kemampuan karyawan dalam

menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan

20

4.Kerja sama dengan rekan kerja

a. kemampuan dalam

bekerjasama menyelesaikan tugas

(50)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian mengenai pengaruh budaya

organisasi dan motivasi terhadap kinerja karyawan di CV Cahaya Berkat Bersama

( CBB) Bandung adalah data primer dan sekunder.

Menurut Sogiyono (2009:137) data primer adalah: “sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpulan data “. Menggunakan data

primer karena peneliti mengumpulkan sendiri data-data yang dibutuhkan yang

bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti.

3.2.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data primer yang diambil langsung dari CV Cahaya

Berkat Bersama. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data primer ini

adalah sebagai berikut :

1. Interview,langsung dilakukan dengan pihak terkait di perusahaan tempat obyek penelitian yang mempunyai hubungan langsung dengan masalah

yang diteliti oleh penulis.

2. Observasi , dilakukan terhadap obyek penelitian guna mendukung

penelitian , sifatnya tidak ada interaksi antara obyek dan peneliti.

3. Kuisioner , teknik pengumpulan data dengan form yang berisikan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada obyek penelitian

(51)

Menurut Sogiyono (2009:137 ), data sekunder adalah :” sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Menggunakan data sekunder

karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh piha

lain, yaitu informasi mengenai data-data terkait dengan CV Cahaya Berkat

Bersama Bandung.

3.2.3.3 Teknik Penentuan Data

Sebelum menentukan penentuan data yang akan dijadikan sample, terlebih

dahulu dikemukakan tentang populasi dan sampel berdasarkan sensus

1.Populasi

Menurut Umi Narimawati (2008:161), populasi adalah : “Objek atau

Subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh

peneliti, sebagai unit analisis penelitian”

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan dan pimpinan CV Cahaya

Berkat Bersama , Bandung. Dengan total karyawan berjumlah 50 orang, dengan

komposisi seperti yang tertara pada tabel 3.4

(52)

Tabel 3.4

Komposisi Karyawan CV Cahaya Berkat Bersama

No Divisi Sample

1 R&D (Resource & Development ) 9

2 Produksi & Quality Control 20

3 Gudang 13

4 Marketing 6

5 Acconting 2

Total 50

Sumber : SDM CV Cahaya Berkat Bersama

2.Sample Berdasarkan Sensus

Bila jumlah populasi besar dan tidak mungkin dilakukan penelitian

terhadap seluruh anggota populasi maka dapat menggunakan sampel yang diambil

dari populasi tersebut. Sugiyono (2010:81) memaparkan bahwa, “Sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan secara sensus

karena jumlah karyawan pada CV Cahaya Berkat Bersama Bandung hanya

berjumlah 50 orang atau kurang dari 100 orang, maka sensus yang diambil 50

orang responden.

Menurut M. Nazir (1998) dalam Asep Yayat Hidayat (2008:20) “Teknik

(53)

3.2.3.4 Teknik Pengolahan Data

Menurut Sugiyono (2006:87), teknik pengolahan data hasil kuesioner menggunakan skala likert dimana alternatif jawaban nilai positif 5 sampai dengan

1. Pemberian skor dilakukan atas jawaban responden kemudian diberi skor

dengan menggunakan skala likert, seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 3.5

Penentuan Skor Jawaban Kuesioner

Jawaban Bobot Nilai

Sangat setuju 5

Setuju 4

Ragu-Ragu 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Sumber : Sugiyono (2006:87)

3.2.3.5 Uji Validitas

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya,

terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik

yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk

mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur

penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk

digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian. (Umi

(54)

Menurut Sugiyono (2006:149) “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”

Menurut Husein Umar (2002:104) langkah-langkah pengujian validitas dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur

2. Melakukan uji coba alat pengukur tersebut pada sejumlah responden

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara

masing-masing pernyataan dengan skor total.

Adapun rumus dari pada korelasi pearson adalah sebagai berikut:

Keterangan:

r = Koefisien korelasi pearson

X = Skor item pertanyaan

Y = Skor total item pertanyaan

N = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrument

Apabila r lebih besar atau sama dengan 0,30, maka item tersebut

dinyatakan valid. Hal ini berarti, instrumen penelitian tersebut memiliki derajat

ketepatan dalam mengukur variabel penelitian, dan layak digunakan dalam

pengujian hipotesis penelitian. tetapi apabila r lebih kecil dari 0,30, maka item

(55)

hipotesis berikutnya atau instrumen tersebut dihilangkan dari pengukuran

variabel. Pengujian validitas dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan

menggunakan program SPSS, dengan menelaah nilai Pearson correlation. Setelah ditemukan bahwa pernyataan-pernyataan (butir) yang digunakan penelitian ini

valid, maka selanjutnya pernyataan yang dinyatakan valid diuji reliabilitasnya.

3.2.3.6 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas yaitu untuk menunjukkan sejauh mana alat

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Masri Singarimbun (1995:140).

Setelah melakukan pengujian validitas butir pertanyaan, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas untuk menguji kehandalan atau

kepercayaan alat pengungkapan data. Dengan diperolehnya nilai r dari uji

validitas yang menunjukkan hasil indeks korelasi yang menyatakan ada atau

tidaknya hubungan antara dua belahan instrument. Dalam penelitian ini, metode

yang digunakan untuk uji reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah

subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama

besar (berdasarkan pemilihan genap-ganjil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut:

1. Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian

dikelompokkan dalam kelompok II dan kelompok II.

2. Skor untuk masing-masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor

total untuk kelompok I dan kelompok II.

3. Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II.

(56)

5. Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

r 1 = reliabilitas internal seluruh item

r b = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua. Sekumpulan butir pertanyaan dalam kuesioner dapat diterima jika

memiliki nilai koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7.

Tabel 3.6

Standar Penilaian Koefisien Validitas dan Reliabilitas Criteria Reliability Validity

Good 0,80 0,50

Acceptable 0,70 0,30

Marginal 0,60 0,20

Poor 0,50 0,10

Sumber: Barker et al, 2002; 70

3.2.3.7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan data yang terkumpul, diperoleh hasil uji validitas dan

reliabilitas kuesioner masing-masing variabel sebagai berikut.

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Penelitian

Variabel Nomor Item Indeks

Validitas Keterangan

Koefisien Reliabilitas

Disiplin Kerja Item 1 0,521 Valid 0,761

Item 2 0,483 Valid

(57)

Variabel Nomor Item Indeks

Indeks validitas pada variabel disiplin kerja berkisar antara 0,483 hingga

0,852, artinya semua item pernyataan pada variabel disiplin kerja valid dengan

koefisien reliabilitas sebesar 0,761. Kemudian indeks validitas pada variabel

motivasi kerja berkisar antara 0,419 hingga 0,699, artinya semua item pernyataan

pada variabel motivasi kerja valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,849.

Terakhir indeks validitas pada variabel kinerja berkisar antara 0,606 hingga 0,833,

artinya semua item pernyataan pada variabel kinerja valid dengan koefisien

(58)

3.2.3.8Uji MSI

Untuk memenuhi syarat data yang digunakan terhadap data yang

diperoleh dari kuisioner dengan skala pengukuran ordinal terlebih dahulu

ditransformasikan menjadi skala pengukuran interval menggunakan Method of Successive Interval (MSI).

Adapun untuk melakukan transformasi data melalui Method of

Successive Interval (MSI) dengan langkah kerja sebagai berikut (Harun Al-Rasyid ; 2003) :

1. Ambil data ordinal hasil kuesioner. Untuk setiap butir pernyataan tentukan

berapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi.

2. Setiap frekuensi dibagi banyak responden dan hasilnya disebut proporsi

(P). Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori

jawaban dan hitung proporsi komulatifnya.

3. Menjumlahkan proporsi secara berurutan untuk setiap responden sehingga diperoleh proporsi kumulatif (pk).

Pk1 = 0 + P1 Pk2 = P1 + Pk1 Pk3 = Pk1 + Pk2

4. Tentukan nilai batas untuk Z pada setiap pilihan jawaban. (Untuk data

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.2
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kekuatan serta berkat rahmat dan hidayah penulis dapat menyelesaikan

 Analisis Data Pengaruh Ekstrak Ikan Gabus terhadap Kondisi Luka Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kondisi luka operasi laparatomi selama penelitian, diperoleh

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN GURU KIMIA DALAM MERANCANG PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI MELALUI PELATIHAN GURU TIPE SCAFFOLDING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA Universitas

Bagaimanapun anak yang memperoleh skor atau nilai terendah bukanlah hal yang baik untuk kita melebeli anak itu bodoh, karena boleh jadi anak yang memperoleh nilai terendah

[r]

Pokok bahasan dalam skripsi penulis adalah bagaimanakah penyelenggaran perjanjian pengangkutan udara yang dilaksanakan PT.Lion Air Medan, Bagaimanakah tanggung jawab

Dalam bab II (Dasar Teori) diuraikan mengenai penelitian sejenis yang telah dipublikasikan, rnengenai dasar-dasar teori yang digunakan yang berhubungan dengan

Diperoleh nilai p =0,005 artinya ada hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia