ii
tentunya akan menjadi sangat penting sama halnya seperti kebutuhan sehari-hari.
Jenis dan kapasitas informasi yang diperlukan pun tentu akan berbeda satu sama lain
Berhubungan dengan hal tersebut maka dibutuhkan suatu Sistem Informasi yang baik
yang berguna untuk mempermudah perusahaan dalam pengelolaan data yang
dilakukan setiap karyawannya, apalagi jika perusahaan tersebut mempunyai
karyawan dan pelayanan pengaduan yang cukup banyak
.Begitu juga pada Plasa
Telkom di Bekasi, masalah pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting
sehingga membutuhkan suatu Sistem Informasi yang dapat mempermudah serta
meningkatkan kecepatan dan ketepatan dalam penyampaian dan pengolahan
informasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan
kuantitatif, untuk mengetahui Software Aplikasi SISKA yang berjalan menggunakan
pendekatan terstruktur (Flowmap). Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara, kuesioner, dan studi pustaka. Analisis data dengan
menggunakan Analisis Korelasi Pearson Product Moment, Uji Regresi, Koefisien
Determinasi, dan Uji t, pengolahan data menggunakan program SPSS 15.0
For
Windows.
Berdasarkan identifikasi masalah yang ingin dikaji, tujuan penelitian yang
ingin dicapai, hipotesis yang ingin diteliti, serta hasil-hasil pengolahan data dan
analisisnya, maka peneliti memperoleh beberapa kesimpulan bahwa Sistem Informasi
Kastamer (SISKA) yang sedang berjalan pada perusahaan dapat dikatakan
berdampak dalam meningkatkan Kinerja para karyawan di bagian pemasangan
sampai dengan pemutusan di Plasa Telkom Bekasi. Hal tersebut terlihat pada
rekapitulasi dari jawaban responden akan kuesioner yang disebarkan pada umumnya
responden dominan memberikan jawaban setuju dan sangat setuju pada
kemudahan-kemudahan yang di berikan Sistem Informasi Kastamer (SISKA).
important as well as daily necessities. The type and capacity of any of the information
required will differ from each other in touch with them so needed a good information
system that is useful to simplify enterprise data management are done in every
employee, especially if the company has employees and service quite a lot of
complaints. Similarly at the Plasa Telkom in Bekasi, service problem is a very
important thing that needs an information system that can simplify and improve the
speed and accuracy in the delivery and processing of information.
The method used in this research are qualitative and quantitative, to identify
software applications that run SISKA using a structured approach (Flowmap). Data
collection technique used observation, interviews, questionnaires, and literature.
Data analysis using Pearson Product Moment Correlation Analysis, Regression
Testing, coefficient determination and t test, data processing using SPSS 15.0 For
Windows.
Based on the identification of issues that wish to study, research objectives to be
achieved, the hypothesis that want to study, and the results of data processing and
analysis, the researchers obtained several conclusions that Kastamer Information
System (SISKA), which is running on the company can be said to have an impact in
improving performance employees at the installation until the termination at Plasa
Telkom Bekasi. This is evident in the recapitulation of the respondents would answer
the questionnaire distributed at large dominant respondents give answers agree and
strongly agree on the easiness provided in Kastamer Information System (SISKA).
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Sistem
Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan. Jika dalam sebuah sistem terdapat elemen yang tidak memberikan manfaat dalam mencapai tujuan yang sama, maka elemen tersebut dapat dipastikan bukanlah bagian dari sistem. Sedangkan Menurut Jogianto (2005:1).
“Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau
untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu“.
2.2. Pengertian Informasi
Informasi dalam sebuah perusahaan atau instansi merupakan sesuatu yang sangat penting guna untuk mendukung kelangsungan perkembangannya. Akibat kurang mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu perusahaan atau instansi tersebut akan mengalami ketidak mampuan mengontrol sumberdaya yang pada akhirnya akan mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan persaingannya.
diperhatikan bahwa informasi yang digunakan dalam suatu sistem informasi umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan. Sehingga tidak memungkinkan dan sulit untuk menghubungkan suatu bagian informasi pada suatu masalah yang tertentu dengan biaya yang diperolehnya, karena sebagian besar informasi dinikmati tidak hanya oleh satu pihak di dalam perusahaan.
Menurut Jogianto, HM (2005:3), pengertian dari informasi adalah: “Data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima dan membutuhkannya”.
Informasi yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Akurat
Informasi yang diperoleh harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak boleh menyesatkan serta harus mencerminkan suatu maksud. Informasi diharuskan akurat karena dari informasi yang tidak akurat akan banyak timbul gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut.
2. Tepat Waktu
Informasi yang sampai pada yang membutuhkan tidak boleh terlambat, informasi yang telah usang tidak akan mempunyai nilai, hal ini disebabkan karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan, maka akan berakibat fatal pada suatu organisasi, instansi maupun perusahaan.
3. Relevan
2.3. Pengertian Sistem Informasi
Telah diketahui bahwa informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manajemen di dalam pengambilan keputusan. Informasi dapat diperoleh dari sistem informasi (information system) atau disebut juga dengan processing sistem atau information processing system atau information- generating sistem.
Menurut (Jogiyanto 2005 : 8).
“Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi,
media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan
jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal
kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan
eksternal sebagai suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan”.
2.4. Komponen sistem informasi
Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan (Building Block), dimana masing-masing blok ini saling berintegrasi satu sama lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuannya. Adapun blok-blok tersebut sebagai berikut:
a. Blok Masukan (Input Block)
b. Blok Model (Model Block)
Terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematika yang berfungsi memanipulasi data untuk menghasilkan keluaran tertentu.
c. Blok Keluaran (Output Block)
Berupa keluaran dokumen dan informasi yang berkualitas. d. Blok Teknologi (Technology Block)
Untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran serta membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.
e. Blok Basis Data (Database Block)
Merupakan kumpulan data yang berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer.
f. Blok Kendali (Controls Block)
Meliputi masalah pengendalian yang berfungsi mencegah dan menangani kesalahan/kegagalan sistem.
2.5 Teori Kualitas
2.5.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas
Gabriel Morgan (2007), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Informasi terbagi menjadi sebelas, yaitu :
1. Agility 2. Flexibility 3. Interoperability 4. Maintainability 5. Reliability 6. Reusability 7. Scalability 8 Security 9. Supprtability 10.Testability 11.Usability
Adapun hubungan antara faktor-faktor kualitas (“kerangka kerja”) dan aspek-aspek lain dari proses rekayasa perangkat lunak adalah:
Pertama, kerangka kerja memberikan suatu mekanisme untuk manajer proyek untuk mengenali kualitas-kualitas apa yang penting. Kualitas tersebut merupakan atribut perangkat lunak, sebagai tambahan untuk koreksi dan kinerja fungsionalnya, yang mempunyai implikasi daur hidup.
Ketiga, kerangka kerja memberikan interaksi yang lebih dalam pada software.
2.6 Konsep Kinerja
Konsep kinerja merujuk kepada tingkat pencapaian karyawan atau organisasi terhadap persyaratan pekerjaan. Menurut Amstrong dan Baron dalam Wibowo (2007:2) mengatakan bahwa kinerja adalah:
“Hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi ekonomi”
Adapun pengertian Kinerja menurut Wibowo (2007:2) adalah:
“ Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaandan hasil dari yang dicapai dari pekerjaan tersebut.”
2.6.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Dalam hal ini, kinerja Karyawan merupakan variabel (Y) yang dipengaruhi oleh variabel (X) yaitu Software SISKA. Adapun pengertian Kinerja Karyawan Menurut Faustino Cardoso Gomes, 2003 dalam Umi narimawati (2007:76) yaitu:
“Outcome yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan dalam suatu periode waktu tertentu atau pada saat ini”
2.6.2 Pengukuran Kinerja Karyawan
melakukan penilaian atau pengukuran terhadap kinerja karyawan yang berdasarkan deskripsi prilaku yang spesifik, yaitu:
1) Kemampuan yaitu keterampilan dan keahlian dalam menyelesaikan pekerjaaan.
2) Kebajikan yaitu Kebaikan dalam membangun kepercayaan. 3) Integritas yaitu Kejujuran dan konsistensi dalam setiap pekerjaan. 4) Kepercayaanyaitu Kemampuan dalam hal menyelesaikan pekerjaan 5) Kecenderungan yaitu bersikap dan berperilaku memahami tanggung jawab
yang diterima.
6) Perantaraan yatui Perantara Sistem Informasi SISKA SISKA dapat membantu mengoptimalkan tugas yang dimiliki.
7) Ketepatan yaitu menyelesaikan pekerjaan yang diberikan sesuai dengan keinginan atasan dan waktu yang diberikan.
2.6.3 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan suatu proses menilai hasil karya personel dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja dengan membandingkanya dengan standar baku. Melalui penilaian itu kita dapat mengetahui apakah pekerjaan itu sudah sesuai atau belum dengan uraian pekerjaan yang telah disusun sebelumnya.
Menurut Henry Simamora (2004:338) penilaian kinerja adalah
” Proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan ”.
Dari pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan pengertian kinerja adalah suatu evaluasi pelaksanaan kerja yang dilakukan secara priodik dan sistematis.
1. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja mencakup faktor-faktor :
a) Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan menilik perilaku yang ditentukan oleh sistem pekerjaan.
b) Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seorang personel dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk personel tersebut.
c) Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi personel mengatasi kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.
2. Tujuan Penilaian Kinerja a. Menilai kemampuan personel
b. Pengembangan personel
Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan personel seperti: promosi, mutasi, rotasi, terminasi dan penyesuaian kompensasi.
Menurut Syafarudin Alwi ( 2001 : 187 ) secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development. Yang bersifat evaluation harus menyelesaikan : Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi, Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision, Hasil penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi. Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan : Prestasi riil yang dicapai individu, Kelemahan- kelemahan individu yang menghambat kinerja dan prestasi- pestasi yang dikembangkan.
2.6.4 Metode Penilaian Kinerja
Banyak metode penilaian kerja Secara praktis yang dilakuakn yang sudah barang tentu berbeda-beda antara satu intansi dengan intansi lain. Kesuluruhan metode tersebut secara garis besar dikelompokan dalam dua katagori yaitu :
1. Penilaian yang berorientasi pada masa lalu 2. Penilaian yang berorientasi pada masa depan
1. Ranting scale 2. Checklist
3. Critical incident technique 4. Observasi dan tes unjuk kerja 5. Metode perbandingan kelompok
Metode penilaian masa yang akan datang diartikan denagan penilaian masa akan potensi seorang pegawai untuk melakukan pekerjaan ada masa yang akan datang. Metode –metode penilaian ini terdiri dari:
1. Penilaian diri sendiri 2. Manajemen by objectif 3. Penilaian secara psikologis 4. Assessment center
1. Ranting scale
Ranting scale adalaha penilaian yang didasarkan pada suatu skala, dari sangat memuaskan, memuaskan, cukup, samapai kurang memmuaskan , pada standar-standar unjuk kerja seperti inisiatif, tanggung jawab, hasil kerja secara umum dan lain-lain penilaian dilakukan oleh seorang peniliai .
2. Checklist
3. Critical incident technique
Critical incident technique adalah penilaian kerja yang didasarkan pada prilaku khusus yang dilakukan ditempat kerja baik prilaku yang baik ataupun prilaku yang kurang baik.
4. Observasi dan tes unjuk kerja
Misalnya sorang pilot selama 6 bulan sekali menjalani tes meliputi pengujian dan pengetahuan prosedur pelaksanaan pekerjaan,
5. Meteode perbandingan kelompok
Metode ini dilakukan dengan membandingkan seorang pegawai dengan rekan sekerjanya , yang dilakukan oleh atasan dengan beberapa teknik seperti pemeringkatan.
6. Penilaian diri sendiri
7. Manajemen by objective
Manajemn by objective adalah sebuah program manajemen yang melibatkan pegawai dalam pengambilan keputusan untuk menentukan sasaran-sasaran yang ingin dicapainya yang dapat dilakukan melalui prosedur.
8. Penilaian secara pisikologis
Penilaian secara pisikologis adalah proses penilaian yang dilakukan oleh para ahli psikologi untuk mengetahui potensi sesorang yang berkaitan dengan pelaksaanaan seperti kemamapuan intelktual motivasi dan lain-lain yang bersifat psikologis
9. Assessment center
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian menyangkut semua objek yang ada dan terkait dengan masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Disini yang menjadi objek adalah Analisis Kualitas Sistem Informasi SISKA terhadap Kinerja Karyawan pada bagian Pemasangan Sampai Dengan Proses Pemutusan pada PlasaTelkom Bekasi.
3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Perkembangan diawali tahun 1882 terbentuknya sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap pada masa pemerintahan kolonial Belanda kemudian pada Tahun 1906 Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan telekomunikasi.yang diberi nama jawatan pos, telegraph, dan telepon.
Setelah itu Tahun 1980 PT Indonesian Satellite Corporation (indosat) didirikan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel. Tahun 1989 Undang-undang nomor 3/1989 tentang Telekomunikasi, tentang peran serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi. Pada Tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP no.25 tahun 1991.
Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara TELKOM dengan Indosat.
Dengan transaksi ini, TELKOM menguasai 72,72% saham Telkomsel. TELKOM membeli 90,32% saham Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan TELKOM. 2002 TELKOM membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. TELKOM menjual 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom, dan dengan demikian TELKOM memiliki 65% saham Telkomsel. Sejak Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal.
3.1.2. Visi dan Misi
Dengan nama besarnya PT Telkom mempunyai visi dan misi yang kuat yaitu :
3.1.2.1 Visi Telkom
To become a leading InfoCom player in the region
3.1.2.2 Misi Telkom
Telkom mempunyai misi memberikan layanan " One Stop InfoCom " dengan jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif.
Telkom akan mengelola bisnis melalui praktek-praktek terbaik dengan mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul,
penggunaan teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis.
3.1.3. Struktur Organisasi
Setiap perusahaan pasti memiliki struktur organisasi masing-masing yang berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Struktur organisasi dibuat agar susunan kerja, wewenang, dan tanggung jawab suatu
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Plasa Telkom Bekasi
3.1.4. Deskripsi Tugas 3.1.4.1. Manager
Manager Unit Pelayanan Plasa Telkom mempunyai tugas pokok yaitu Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan pelayanan, dan mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Pelaksanaan teknisi operasional di bidang pelayanan 2. Mengawasi kinerja karyawan
3. Memimpin mengatur dan mengendalikan seluruh pelaksanaan kegiatan Unit Pelayanan
4. Menetapkan rencana kerja operasional tahunan sesuai dengan kebijakan
5. Memberikan saran, pertimbangan dan atau informasi kepada kepala GM
CS Regional
6. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan kegiatan Pelayanan 7. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait
3.1.4.2. Assisten Manager
Bagian Assisten Manager mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan penyusunan dan rencana kerja dan membantu Manager menjalankan tugasnya yaitu:
1. Pelaksanaan teknisi operasional di bidang pelayanan 2. Mengawasi kinerja karyawan
3. Memberikan saran, pertimbangan dan atau informasi kepada Manager
3.1.4.3 Supervisor
Mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan pelayanan dibidang pelayanan, dan bagian Supervisor mempunyai fungsi dan tugas sebagai berikut
1. Memastikan tersedianya data dan informasi yang berhubungan
dengan pelayanan kepada pelanggan di Plasa
2 . Memastikan terciptanya kerjasama / hubungan yang kondusif dan sinergis dengan unit terkait
4 Memastikan permintaan/keluhan pelanggan ditindaklanjuti (Responsif), pelanggan mendapatkan kepastian kemungkinan pemenuhan pelayanan maupun informasi produk/layanan
(Realibility) dan pelanggan mendapatkan jaminanya (Assurance) 5 Memastikan pencapaian perfomansi/ kinerja unit dan
pengimplementasian sistem pengelolaan kinerja sesuai kebijakan yang berlaku
6 Melakukan briefing, bit, sosialisasi kepada csr terhadan infoproduk dan kebijakan baru
7. Melakukan monitoring, konseling dan evaluasi terhadap csr 8. Mengatur jadwal harian
3.1.4.4 Officer
Mempunyai tugas pokok yaitu membantu tugas pelayanan sebagai berikut
1 menjawab e service yg di distpetch ke plasa 2 membantu operasional plasa
3 mengecek kondisi plasa
3.1.4.5 Staff
Mempunyai Tugas pokok yaitu : 1. Stok Opname Kartu
4. Handle oprasional Harian (Trems, Klaim Pelanggan,Dll)
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian berisi metode apa-apa saja yang akan peneliti ambil untuk memperoleh data-data yang diperlukan dan bagaimana cara mengolahnya agar didapatkan informasi atau hasil yang berkualitas serta valid dan reliable. Menurut Husein Umar (2005:21) yang dimaksud dengan metode adalah suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu secara benar. Sedangkan menurut Furchan (2004:39) metode penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.
Dari pengertian diatas, diperoleh bahwa metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik data primer meupun sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok permasalahaan sehingga akan didapat suatu kebenarandari data yang diperoleh.
Dalam melaksanakan penelitian ini tahapan-tahapan yang penulis lakukan adalah
1. Melakukan pengamatan secara tidak formal dalam rangka mengidentifikasi masalah yang ada
2. Melakukan studi kepustakaan untuk melihat apakah ada keterkaitan antara teori dengan masalah yanng ditemui.
4. Merancang penelitian yang meliputi penentuan metode yang akan digunakan, menentukan kerangka sampling serta membuat alat ukur
5. Mengumpulkan data lapangan
6. Melakukan analisis data dan penarikan kesimpulan 3.2.1 Design Penelitian
Menurut Jonathan Sarwono (2006:27) yang dimaksud dengan desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan proses penetuan instrument pengambilan data, penentlahuan sample, koleksi data dan analisisnya.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Menurut Sugiyono (2004:38), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti yang dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.
Agar konsep variabel yang diajukan dalam penelitian dapat diukur maka perlu dilakukan variabel tersebut perlu didefinisikan telebih dahulu agar terdapat kesamaan persepsi dalam mengkaji konsep yang sedang diteliti. Definisi ini merupakan definisi kongkrit atau karateristik konsep atau kostruk yang akan diukur (Bambang S.Soedibjo, 2005:47)
Konsep yang diajukan dalam skripsi ini terdiri dari dua variabel. Variabel bebas (indevendent) dan variabel terikat/tidak bebas (dependent). Konsep yang diukur dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut :
a. Variabel bebas (indevendent) adalah Sistem Informasi SISKA (X)
yang terdiri dari subvariabel X1, X2,
b. Variabel tidak bebas (dependent) adalah kinerja karyawan (Y)
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Operasionalisasi
Variabel
Indikator Ukuran Skala Pengukuran
Sistem Informasi
(SISKA)
( X ) McLean (2003)
1.1 Performance 1.1.1 Tingkat kecepatan pemrosesan SISKA dalam mengolah data
1.1.2 Tingkat waktu respon SISKA terhadap tools-tools yang digunakan
1.2.Fungsionality 1.2.1 Tingkat kemampuan SISKA dalam menunjang kegiatan pemasangan sampai dengan pemutusan 1.2.2 Tingkat kesesuaian fungsi-fungsi yang disampaikan pada Sistem Informasi SISKA dapat mudah dimengerti 1.3 Usability 1.3.1 Tingkat
Kemudahan dalam pengoperasian
1.3.2 Tingkat kesesuian antara input dengan output yang dihasilkan
1.4.2 Tingkat konsistensi Sistem Informasi dalam menghasilkan hasil/output
1.5 Security 1.5.1 Tingkat kemudahan untuk menjaga data yang dimiliki perusahaan. 1.5.2 Tingkat kemampuan
system untuk membatasi transaksi yang tidak sah yang dilakukan. Kinerja Karyawan
( Y )
(Roger C. Mayer dan James H.Davis ), (Zhu Zhang, M.S.)
2.1 Kemampuan 2.1.1 Tingkat
keterampilan dalam menyelesaikan pekerjaan
2.1.2 Tingkat keahlian dalam mengatasi fungsi dari setiap pekerjaan yg diberikan
Ordinal
2.2 Kebajikan 2.2.1 Tingkat kebajikan dalam setiap pekerjaan yg diberikan.
2.3 Integritas 2.3.1 Tingkat Kejujuran dari setiap pekerjaan yang diperoleh
2.3.2 Tingkat
Konsistensi dalam mengumpulkan informasi dan memprediksi setiap pekerjaan.
2.5 Kecenderungan 2.5.1 Tingkat Pengetahuan tentang job desk yang diberikan
2.6 Perantaraan 2.6.1 Tingkat perantaraan Sistem Informasi Siska untuk menyelesaikan pekerjaan
2.7 Ketepatan 2.7.1 Tingkat ketepatan dalam menyelesaikan tugas sesuai waktu
3.2.3 Skala Pengukuran
Sedangkan dalam pengukuran suatu variabel skala pengukuran merupakan salah satu untuk menglasifikasikan variable yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam melakukan analisis data dan menuntukan langkah penelitian selanjutnya. Tipe skala pengukuran yang peneliti ambil adalah skala likert’s yaitu jenis skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala social yang sedang
Tabel 3.2
Penilaian Pengukuran Skala Likert Tingkatan
Persetujuan
Pernyataan
Positif Negatif
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Cukup 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
3.2.4 Metode Penarikan Sampel
Dalam pelaksanaan penelitian ini, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai populasi yang akan diteliti sehingga dapat diperoleh keputusan apakah penelitian ini memerlukan sampel atau tidak dan bagaimana cara pengambilan sampel tersebut.
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2008:115), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya
sehingga menjadi informasi penting bagi lingkungan intansi itu sendiri dan masyarakat.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2008:116), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi
3. Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sensus dimana menurut Marzuki (2002:41) sensus adalah mencatat semua elemen yang diselidiki. Jadi menyelidiki semua objek, semua gejala, semua kejadian atau peristiwa, dan yang dihasilkan adalah nilai karakteristik sesungguhnya (true value). Cara sensus yaitu perhitungan yang lengkap (a complete enumeration method). Pertimbangan sensus karena ukuran populasi kecil dan dapat dijangkau oleh peneliti yaitu sebanyak 25 orang.
3.2.5 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Adapun jenis dan metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
3.2.5.1 Jenis Data Primer Dan Sekunder 1. Data Primer
a. Observasi
Yaitu teknik yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap kegiatan perusahaan sebagai objek penelitian dimana dalam hal ini diteliti dengan baik secara langsung dan menunjang pengumpulan data-data yang berhubungan dengan pembahasan dan kemudian pencatatan langsung dari sumber tertulis pada lokasi penelitian. Adapun Obeservasi yang penulis lakukan yaitu pada karyawan-karyawan bagian Pelayanan yang menggunakan Sistem Informasi Aplikasi SISKA ini.
b. Wawancara
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara lisan terhadap bagian-bagian tertentu yang peneliti anggap ada kaitannya dengan materi penyusunan penelitian ini. Adapun wawancara yang penulis lakukan pada manager farm dan karyawan-karyawan yang menggunakan Sistem Informasi Aplikasi SISKA ini.
c. Penyebaran kuesioner
2. Data Sekunder
Dokumen - dokumen yang berhubungan dan terlibat dengan Sistem Informasi Aplikasi SISKA yang kinerja karyawan di Plasa Telkom Bekasi adalah sebagai berikut
a. Dokumen Data karyawan
b. Laporan Hasil kinerja karyawan, dll. 3.2.6 Teknik Pengujian Data
a. Uji Validitas
Uji validitas data dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas data dan derajat kebenaran (valid atau tidaknya suatu item pernyataan pada kuesioner yang diberikan pada responden) dari suatu proses pengumpulan data pada instrument penelitian. Menurut Abdurrahman (2004:193) Validitas merupakan ketepatan alat ukur yang digunakan ditinjau dari standar yang berlaku pada saat digunakan. Untuk menguji valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 maka faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat (Sugiyono,2010:126).
Berikut adalah dasar dalam pengambilan keputusan :
1. Jika r positif, serta r hitung 0,3 (r kritis) maka item pertanyaan tersebut
valid
2. Jika r tidak positif, serta r hitung 0,3 (r kritis) maka item pertanyaan
tersebut tidak valid
Microsoft Excel 2007 dan rumus yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment dengan:
Keterangan :
r = koefisien validitas item yang dicari
X = skor yang diperoh subjek dalam setiap item Y = skor total yang diperoleh subjek dari seluruh item
X = jumlah skor dalam distribusi X
Y = jumlah skor dalam distribusi Y
X² = jumlah kuadrat masing-masing skor X
Y² = jumlah kuadrat masing-masing skor Y
n = banyaknya responden.
Koefisien validitas dianggap valid jika rhitung > rkritis pada = 1%.
Hasil uji validitas menggunakan software SPSS 15.0 For Windows, adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3
Uji Validitas Kualitas Sistem Informasi Kastamer (SISKA)
Item r-hitung r-kritis Kesimpulan
Item 1 0,605 0,3 Valid
Item 2 0,438 0,3 Valid
Item 3 0,367 0,3 Valid
Item 4 0,413 0,3 Valid
Item 5 0,333 0,3 Valid
Item 6 0,463 0,3 Valid
Item 7 0,362 0,3 Valid
Item 8 0,643 0,3 Valid
Item 9 0,633 0,3 Valid
Item 11 0.642 0,3 Valid
Item 12 0,703 0,3 Valid
Item 13 0,585 0,3 Valid
[image:33.612.161.473.366.599.2]Sumber : Pengolahan Data Menggunakan SPSS 15.0 For Windows (2010) Kesimpulan dari tabel di atas bahwa instrument pada variabel X (Kualitas Sistem Informasi Kastamer(SISKA) pada setiap Item Pernyataan yang penulis ajukan dalam kuesioner dapat mewakili objek yang diteliti, dimana dari 13 pernyataan variabel X Kualitas Sistem Informasi Kastamer (SISKA )Valid Sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item yang digunakan untuk mengukur validitas Kualitas Sistem Informasi (SISKA) mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian
Tabel 3.4
Uji Validitas Kinerja(Y)
Item r-hitung r-kritis Kesimpulan
Item 1 0,810 0,3 Valid
Item 2 0, 782 0,3 Valid
Item 3 0, 697 0,3 Valid
Item 4 0, 638 0,3 Valid
Item 5 0, 619 0,3 Valid
Item 6 0, 583 0,3 Valid
Item 7 0, 556 0,3 Valid
Item 8 0, 288 0,3 Tidak Valid
Item 9 0,807 0,3 Valid
Item 10 0,511 0,3 Valid
Item 11 0,705 0,3 Valid
Item 12 0,675 0,3 Valid
Item 13 0,690 0,3 Valid
Item 14 0,006 0,3 Tidak Valid
(Kinerja karyawan). Hanya 12 yang Valid dan 2 tidak valid Sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item yang digunakan untuk mengukur validitas kinerja karyawam akan mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Uji Relibilitas
Reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian dan kekonsistenan. Uji reabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian menggunakan rumus Alpha-Cronbach.
Menurut sekaran dalam Bambang S.Soedibjo (2005:72),
”kriteria penilaian terhadap koefisien -Cronbach adalah jika koefisien kurang dari 0,6 maka instrumen dikatakan kurang reliabel, jika diatanra 0,6 dan 0,8 dikatakan cukup reliabel, sedangkan jika lebih besar 0,8 maka instrumen dikatakan sangat reliabel.”
Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.
Tabel 3.5
Uji Reliabilitas Sistem Informasi Kastamer (SISKA) (X)
Reliability Statistics
.858
13
Cronbach's
Alpha
N of Items
Sumber : Pengolahan Data Menggunakan SPSS 15.0 For Windows
Berdasarkan tabel 3.5 diatas, dapat disimpulkan bahwa instrument variabel X (Sistem Informasi Kastamer) memiliki Cronbach’s Alpha 0,837 maka alat ukur atau kuesioner dikatakan reliabel atau diterima.
Tabel 3.6
Uji Reliabilitas Kinerja Karyawan(Y)
Reliability Statistics
.895
14
Cronbach's
Alpha
N of Items
Sumber : Pengolahan Data Menggunakan SPSS 15.0 For Windows
Berdasarkan tabel 3.6 diatas, dapat disimpulkan bahwa instrument variabel Y (Kinerja Karyawan) memiliki Cronbach’s Alpha 0,895 maka alat ukur atau kuesioner dikatakan reliabel atau diterima.
3.2.7 Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis
pernyataan mengenai Sistem Informasi SISKA terhadap kinerja Karyawan. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mengukur kedua variable antara Sistem Informasi SISKA dengan kinerja karyawan. Dan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik yang relevan.
Pengujian asosiatif digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara dua variabel, yaitu hubungan antara variabel X dan variabel Y, dalam hal ini Peranan Sistem Informasi SISKA terhadap kinerja karyawan.
Sedangkan pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara Sistem Informasi SISKA terhadap kinerja karyawan atau tidak. Jika ada seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan apakah signifikan atau tidak.
Adapun hipotesis yang akan diteliti sesuai dengan judul yaitu :
H0 : Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Sistem Informasi Kastamer (SISKA)terhadap kinerja karyawan
H1 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Sistem Informasi Kastamer(SISKA) terhadap kinerja karyawan
3.2.7.1. Analisis Deskriptif atau Kualitatif
untuk mendapatkan pemahaman atas masalah dan faktor-faktor yang mendasarinya.
Data kualitatif dalam statistik dapat berupa data berskala ordinal. Data berskala ordinal adalah data yang diperoleh dengan cara kategorisasi atau klasifikasi. Akan tetapi diantara kategorisasi data tersebut terdapat hubungan atau jenjang yang menunjukkan ketidaksetaraan. Untuk mendapatkan data berskala ordinal pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner hendaknya menggunakan opsi jawaban model skala Likert dan untuk kepentingan pengolahan data di SPSS, maka opsi-opsi yang berupa teks tersebut harus dikuatifikasi (diberi simbol angka). Pada umumnya opsi jawaban terdiri atas 5 (lima) opsi sebagai berikut :
SS : Sangat Setuju = diberi bobot 5 S : Setuju = diberi bobot 4
TT : Tidak Tahu/Netral = diberi bobot 3 TS : Tidak Setuju = diberi bobot 2 STS : Sangat Tidak Setuju = diberi bobot 1
Angka 1 sampai dengan 5 tersebut hanya merupakan simbol atau bukan angka sebenarnya dan bersifat relatif.
Dari setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kedua variabel (variabel bebas dan variabel terikat) tersebut, diukur dengan menggunakan skala likert. Pengertian skala Likert menurut Sugiyono (2009:93) adalah sebagai berikut:
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa skala likert dapat digunakan untuk mengukur sikap seseorang dengan menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap subyek, objek atau kejadian tertentu. Untuk menilai variable X dan varibel Y, maka analisis yang digunakan berdasarkan rata-rata dari masing-masing varibel. Nilai rata-rata ini diperoleh dengan menjumlahkan data keseluruhan dalam setiap variabel, kemudian dibagi dengan jumlah responden.
Setelah diperoleh rata-rata dari masing-masing variabel kemudian dibandingkan dengan kriteria yang penulis tentukan berdasarkan nilai terendah dan nilai tertinggi dari hasil kuesioner. Untuk variabel X terdapat 13 pertanyaan, nilai tertinggi variable X adalah 5 sehingga (5 x 13= 65), sedangkan nilai terendah adalah 1. maka (1 x 13 = 913. Atas dasar nilai tertinggi dan terendah tersebut, maka dapat ditentukan rentang yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi jumlah kriteria. Dengan demikian dapat ditentukan panjang kelas masing-masing variabel. Untuk variabel Y terdapat 8 pertanyaan, nilai tertinggi variable Y adalah 5 sehingga (5 x 14= 70), sedangkan nilai terendah adalah 1, maka (1 x 14= 14). Atas dasar nilai tertinggi dan terendah tersebut, maka dapat ditentukan rentang yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi jumlah kriteria.
diberikan, sedangkan skor ideal diperoleh melalui prediksi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah kuesioner dikali jumlah responden, sehingga rumusnya adalah:
x 100%
Keterangan :
1. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang
telah diajukan
2. Skor ideal adalah skor atau nilai tertinggi atau semua responden
diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi
[image:39.612.123.516.387.636.2]Selanjutnya hasil tersebut dikonfirmasikan dengan kriteria yang telah ditetapkan, dapat dilihat pada tabel berkut.
Tabel 3.7
Kriteria Persentase Skor Tanggapan Terhadap Skor Ideal
N % Jumlah Skor Kriteria
1 20.00 – 36.00 Tidak Baik
2 36.01 – 52.00 Kurang Baik
3 52.01 – 68.00 Cukup
4 68.01 – 84.00 Baik
5 84.02 – 100 Sangat Baik
Tabel 3.8
Kriteria keeratan koefisien korelasi Champpion
Koefisien korelasi Derajat Hubungan
+ 0,00 – 0,25 Tidak ada hubungan atau hubungan yang sangat lemah + 0,26 – 0,50 Hubungan cukup lemah
+ 0,51 – 0,75 Hubungan yang cukup kuat
+ 0,76 – 1.00 Hubungan sangat kuat
3.2.7.2 Analisis Verifikatif atau Kuantitatif
Pengertian analisis kuantitatif secara umum adalah hasil suatu masalah yang akan diteliti lebih lanjut. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan statistik inferensi. Dan data penelitian dari penyebaran kuesioner memiliki tingkat pengukuran ordinal. Untuk melakukan analisis verifikatif dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan korelasi pearson product moment memerlukan data dengan skala pengukuran sekurang-kurangnya interval. Maka untuk keperluan analisis terlebih dahulu dilakukan transformasi dari data skala ordinal ke interval dengan menggunakan metode succesive interval (Successive Intervals Method).
Penelitian verifikatif adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh variabel bebas (X) yaitu kualitas system informasi kastamer (SISKA) dan variabel terikat (Y kinerja. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak. Metode kuantitatif adalah metode pengolahan data berbentuk angka. Metode kuantitatif dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis Korelasi
Analisis korelasi adalah suatu teknik antara variabel-variabel bebas dengan veriabel-variabel terikat. Korelasi digunakan untuk melihat kuat lemahnya hubungan antara variabel bebas yaitu Sistem Informasi Kastamer (SISKA) dan variabel terikat (kinerja karyawan). Korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan software SPSS 15.0 For Windows. Analisis korelasi Pearson Product Moment ditujukan untuk mengukur derajat keeratan hubungan diantara variabel-variabel tersebut, apakah derajat hubungan diantara variabel-variabel tersebut sangat erat, cukup erat, atau tidak ada hubungan sama sekali. Rumus untuk koefisien korelasi Pearson Product Moment adalah sebagi berikut:
Keterangan:
r = Korelasi Pearson Product Moment x =Sistem Informasi Kastamer (SISKA) y = kinerja
n = Jumlah Sampel
Batas koefisien korelasi ditentukan dengan -1 ≤ r ≤1, dimana:
r = 0 atau mendekati 0 artinya: tidak terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y.
r = 1 atau mendekati 1 artinya: adanya hubungan sempurna langsung antara variabel X dan variabel Y.
r = -1 atau mendekati -1 artinya: adanya hubungan sempurna tak langsung antara variabel X dan variabel Y.
[image:42.612.145.490.507.598.2]Sebagai dasar pengukuran, maka interprestasi koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.9
Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
2. Analisis Regresi
Analisis regresi adalah teknik analisis yang meliputi metode-metode yang digunakan untuk memprediksi nilai-nilai dari satu atau lebih variabel terikat yang dihasilkan adanya pengaruh satu atau lebih variabel bebas. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier sederhana. Regresi linier mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang bersifat linier yang melibatkan satu variabel bebas untuk digunakan sebagai alat prediksi besarnya nilai variabel terikat. Adapun persamaan umum regresi linier sederhana :
Dimana :
Besar a dapat diketahui dengan rumus :
(
)(
)
(
)
22 X X n Y X XY n b − − =
Sedangkan besar b dapat diketahui dengan rumus :
(
)(
)
(
)
22 X X n Y X XY n b − − = Keterangan :
Y = kinerja
a = Sistem Informasi Kastamer (SISKA)
b = konstanta
X = Koefisien variabel X
n= Banyaknya sampel
3. Koefisien Determinasi
Dengan terdapatnya angka perhitungan koefisien korelasi, maka akan didapat
besarnya angka koefisien determinasi, dimana akan dinyatakan besarnya
kontribusi variabel X terhadap variabel Y. Koefisien Determinasi digunakan
untuk menghitung besarnya peranan atau pengaruh variabel bebas (variabel X)
terhadap variabel terikat (variabel Y). Koefisien determinasi di hitung dengan cara
mengkuadratkan hasil korelasi kemudian dikalikan dengan 100%.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
(Sumber: Jonathan, 2005:72)
Keterangan :
Kd = Koefisien determinasi
= Koefisien korelasi
3.2.7.3 Pengujian Hipotesis
Berdasarkan pada alat statistik yang digunakan dan hipotesis penelitian di
atas maka penulis menetapkan dua hipotesis yang digunakan untuk uji statistiknya
yaitu hipotesis nol (Ho) yang diformulasikan untuk ditolak dan hipotesis alternatif
(H1) yaitu hipotesis penulis yang diformulasikan untuk diterima, dengan
perumusan sebagai berikut :
Ho : = 0, Sistem Informasi Kastamer (SISKA)tidak berdampak terhadap
kinerja karyawan pada bagian pemasangan samapi dengan
pemutusan diPlasa Telkom Bekasi.
H1 : 0, Sistem Informasi Kastamer (SISKA) berdampak terhadap
kinerja karyawan pada bagian pemasangan samapi dengan
pemutusan diPlasa Telkom Bekasi.
Untuk menguji hipotesis yang di atas, menurut Sugiyono (2009:312)
mengatakan bahwa :
“Bila sampel lebih besar dari 25, maka distribusinya akan mendekati
distribusi normal digunakan uji Z “
Dikarenakan jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 25 orang,
maka untuk melakukan pengujian hipotesis di atas, dilakukan dengan cara
Pengujian menggunakan Uji t yaitu :
T hitung > t tabel, maka Ho ditolak H1 diterima
T hitung t tabel, maka Ho diterima H1 ditolak
dengan taraf signifikan =1%
Kriteria uji T adalah thitung > t table maka H0 ditolak dan H1 diterima yang
didapat dari tabel distribusi t dengan α = 0,01(1%), apabila thitung ttable maka H0
diterima dan H1 ditolak yang didapat dari table distribusi dengan α = 0,01 (1%) .
Keterangan :
T = Statistik uji korelasi
n = jumlah atau objek (responden)
Hasil uji ini lalu dibandingkan dengan harga kritis “t” dari tabel dengan
kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :
1. Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak
ada hubungan antara Sistem Informasi SISKA terhadap kinerja karyawan
2. Jika -thitung –ttabel atau thitung ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak,
artinya ada hubungan antara Sistem Informasi SISKA terhadap kinerja
karyawan
Gambar 3.2
4.1Hasil Penelitian
Adapun hasil dari penelitian yang berjudul “Analisis Kualitas Sistem
Informasi Kastamer (SISKA) Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Di
Pelayanan Pemasangan Sampai Dengan Pemutusan Di Plasa Telkom Bekasi”
Adalah sebagai berikut :
4.1.1 Karakteristik Responden
Didalam penelitian ini untuk mengumpulkan data primer dilakukan dengan
cara penyebaran kuesioner untuk mengetahui tanggapan karyawan dan manager
terhadap penggunaan Sistem Informasi Kastamer (SISKA) dampaknya terhadap
kinerja karyawan pada Plasa Telkom Bagian Pemasangan sampai Dengan
Pemutusan. Penyebaran kuesioner dilakukan terhadap 25 orang responden yang
menjadi sampel penelitian.
Untuk mendapat gambaran tentang responden, berikut adalah karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin, usia, status, tingkat pendidikan, dan masa
kerja.
4.1.1.1Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan penyebaran kuesioner diperoleh data mengenai karakteristik
Tabel 4.1
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase %
Laki-laki 10 40%
Perempuan 15 60%
Jumlah 25 100%
Sumber : Data Hasil Kuesioner 2011
Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat dari 25 orang responden, diperoleh frekuensi
responden perempuan sebesar 10 orang dengan presentase 40% sedangkan
frekuensi responden laki-laki sebesar 15 orang dengan presentase 60%. Hal ini
didasarkan karena perusahaan ini bergerak dibidang Telekomunikasi yang
mengharuskan karyawan dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dibutuhkan
lebih banyak karyawan perempuan dibandingkan karyawan laki-laki. .
4.1.1.2 .Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan penyebaran kuesioner diperoleh data mengenai karakteristik
karyawan berdasarkan Usia yang diuraikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Karakteristik responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah %
20-30 tahun 13 52%
31-40 tahun 7 28%
41-50 tahun 5 20 %
Total 25 100%
Sumber : Data primer yang telah diolah 2011
Berdasarkan tabel 4.2. dapat dilihat dari 25 orang responden diperoleh
frekuensi responden berdasarkan usia adalah responden yang berusia 41 – 50
tahun sebesar 5 orang dengan presentase 20 %, frekuensi responden yang berusia
31 – 40 tahun sebesar 7 orang dengan presentase 28 % dan frekuensi responden
[image:48.612.180.458.475.572.2]disimpulkan bahwa mayoritas usia karyawan adalah antara 20-30 tahun. Dimana
karyawan yang berusia 20-30 tahun, merupakan karyawan bagian pelayanan
perusahaan Hal ini dikarenakan pada usia 20-30 tahun itu lebih banyak
dibandingkan dengan yang lebih tua di atasnya, karena pada usia 20-30 tahun
dianggap usia yang sangat cocok atau sangat produktif dalam melakukan
pelayanan terhadap pelanggan lebih akurat. Maupun kinerja yang dihasilkannya
dapat berdampak positif bagi perusahaan, sesuai dengan hasil tanggapan
responden, kinerja yang dihasilkan terbilang sangat baik
4.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Berdasarkan penyebaran kuesioner diperoleh data mengenai karakteristik
[image:49.612.151.489.407.505.2]karyawan berdasarkan Status yang diuraikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Status Jumlah Persentase (%)
Menikah 12 48 %
Belum Menikah 13 52%
Total 25 100
Sumber : Data Kuesioner yang telah diolah (2011)
Dari tabel 4.3 dapat dilihat dari 25 orang responden, dapat diperoleh
frekuensi responden berdasarkan status yaitu bahwa responden yang sudah
menikah sebanyak 12 orang ata 48 % dan yang belum menikah sebanyak 13 orang
atau 52 %. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden atau karyawan
Plasa Telkom Bekasi belum menikah dikarenakan perusahaan menginginkan
4.1.1.4Karakteristik Responden terhadap Tingkat Pendidikan
Berdasarkan penyebaran kuesioner diperoleh data mengenai karakteristik
karyawan berdasarkan Tingkat Pendidikan yang diuraikan pada tabel di bawah
[image:50.612.154.485.240.376.2]ini:
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SMP 0 0
SMA/SMK/STM 0 0
Diploma/D3 5 20 %
Sarjana/S1 18 72 %
Magister/S2 2 8 %
Total 25 100%
Sumber : Data Kuesioner yang telah diolah (2011)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat dari 25 orang responden diperoleh
frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikannya, yaitu S1/S2 sebesar 20
orang dengan presentase 80 %, frekuensi responden yang tingkat pendidikannya
Diploma/D3 sebesar 5 orang dengan presentase 20 % .Berdasarkan data di atas
dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan karyawan pada PT.Plasa Telkom
Bekasi Bagian Pemasangan Samapai Dengan Pemutusan Telepon mayoritas
tingkat S1 Artinya mayoritas karyawan PT. Plasa Telkom Bandung memiliki latar
belakang pendidikan yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan Pelayanan diPlasa
Telkom Bekasi memakai Sistem Informasi yang cukup rumit sehingga
membutuhkan pendidikan yang tinggi pengetahuan yang tinggi untuk
memahaminya,disamping itu Plasa Telkom Bekasi juga menuntut para
bahasa yang dapat dimengerti dengan baik pelanggannya,hal ini mudah diterapkan
dengan pendidikan terakhir S1, dan untuk kinerja yang dihasilkan sangat baik
seperti yang sesuai dengan hasil tanggapan responden
4.1.1.5 Karakteristik Responden terhadap Masa Kerja
Berdasarkan penyebaran kuesioner diperoleh data mengenai karakteristik
[image:51.612.151.486.293.406.2]karyawan berdasarkan Masa kerja yang diuraikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Karakteristik responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja (Tahun) Jumlah Persentase (%)
1-5 10 40 %
6-10 3 12 %
11-15 9 36 %
> 16 3 12 %
Total 25 100%
Sumber : Data Kuesioner yang telah diolah (2011)
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat dilihat dari 25 orang responden,
diperoleh frekuensi responden berdasarkan masa kerjanya yaitu, 1-5 tahun
responden yang bekerja sebanyak 10 orang atau 40 %, 6-10 tahun sebanyak 3
orang 12 %, 11-15 tahun sebanyak 9 orang 36 % dan responden yang bekerja
lebih dari 16 tahun sebanyak 3 orang atau 12 %. Dari kondisi tersebut dapat
dapat disimpulkan, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas karyawan telah
mempunyai masa kerja antara 1-5 tahun dan itu menandakan bahwa perusahaan
mempunyai standar kualitas dalam memilih karyawan.Hal ini dikarenakan Plasa
4.1.2. Prosedur Sistem yang Sedang Berjalan (SISKA)
4.1.2.1 Tampilan Permintaan Mutasi SISKA
Gambar 4.1 Tampilan setelah login
Tampilan ini merupakan salah satu proses awal SISKA dalam menjalankan
proses pemasangan sampai dengan pemutusan’
Gambar 4.2 Tampilan Permintaan Mutasi
Data pelanggan yang terdapat pada bagian pemasangan sampai dengan
proses mutasi yang diinginkan pelanggan dapat lansung berjalan dengan baik.
Gambar 4.3 Tampilan Alamat Instalasi
Alamat Instalasi sudah lansung terbuka otomatis sewaktu kata-katanya
diblok
Gambar 4.4
Tampilan Informasi proses Disconnection
Kemudian informasi paket yang diinginkan sudah tersedia,adalah proses
4.1.2.2 Diagram Sistem Prosedur (Flowmap)
Untuk menjalankan prosedur sistem digunakan diagram prosedur yang
terbentuk dari hasil analisis dokumen dan analisis prosedur. Diagram prosedur
sistem dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
[image:54.612.133.549.217.652.2]A1
Gambar 4.5
Prosedur pada prosesmutasi Sistem Informasi Kastamer (SISKA) :
1. Pelanggan yang telah memakai produk telepon rumah Telkom yang karena
suatu hal tertentu ingin melakukan mutasi, maka harus mengisi data
permohonan mutasi terlebih dahulu.
2. Customer service yang melayani permohonan tersebut akan terlebih
dahulu melakukan pengecekan terhadap database pelanggan yang berisi
data pelanggan, tanggal penggunaan layanan Telkom dan data pemakaian
produk Telkom
3. Setelah data-data tersebut sesuai dengan database pelanggan dan kondisi
memungkinkan untuk permintaan mutasi tersebut dieksekusi, maka
customer service segera melakukan inputing data permohonan mutasi dan
menyimpannya di database mutasi.
4. Dengan system online, maka data mutasi inilah yang akan menjadi trigger
kasir untuk mengenakan biaya mutasi atas permohonan mutasi customer
tersebut.
5. Setelah terjadi transaksi pembayaran, maka data pembayaran divalidasi
dan artinya permohonan mutasi akan segera dieksekusi . Transaksi inilah
yang disebut data validasi pembayaran yang kemudian disimpan di
database pembayaran oleh kasir dan customer pun mendapatkan data
validasi ini berupa struk pembayaran.
6. Data pembayaran permohonan mutasi ini akan diolah dengan data yang
lainnya menjadai laporan keuangan yang akan diserahkan pada manajer
4.1.2.3. Diagram Konteks
Berikut ini adalah diagaram konteks dari Sistem Informasi Kastamer
(SISKA) yang meliputi
Gambar 4.6
Diagram konteks Sistem Yang Sedang Berjalan
4.1.2.4. Data Flow Diagram (DFD)
DFD ini adalah digunakan untuk membuat sebuah model sistem informasi
dalam bentuk jaringan proses yang saling berhubungan satu sama lainnya oleh
aliran data. Fungsi dari DFD adalah untuk memperjelas gambaran mengenai
sistem tersebut terutama aliran data data dalam proses pemasangan sampai dengan
pemutusan.
Berikut adalah DFD dari sistem yang sedang berjalan yang meliputi
[image:56.612.135.527.184.421.2]yang sedang berjalan dari Sistem Informasi Kastamer (SISKA)adalah sebagai
berikut :
Gambar 4.7
Data Flow Diagram Yang Sedang Berjalan
4.1.3 Tanggapan Responden Terhadap Kualitas Sistem Informasi Siska
Pada bagian Pemasangan Sampai Dengan Pemutusan di Plasa Telkom
Bekasi.
Tanggapan Responden terhadap Kualitas Sistem Informasi Kastamer
(SISKA)Pada Bagian Pemasangan Sampai Dengan Pemutusan di Plasa Telkom
Bekasi berdasarkan Jawaban responden terhadap indikator kualitas Sistem
Informasi berdasarkan teori Gabriel Morgan 2007, dapat di ukur dengan
[image:57.612.135.508.171.455.2]% skor aktual = x 100%
Keterangan :
1. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah
diajukan.
2. Skor ideal adalah nilai tertinggi atau semua responden diasumsikan
memilih jawaban dengan skor tertinggi (5 X 25= 125).
Selanjutnya hasil tersebut diolah dan dihitung dengan kriteria yang telah
ditetapkan, kemudian hasil dari tanggapan responden terhadap Kualitas Sistem
Informasi Kastamer (SISKA) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Tanggapan Responden Terhadap Kualitas Sistem Informasi Kastamer(SISKA)
Instrument Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Skor aktual
86 123 118 119 119 118 115 108 123 118 122 120 112 1501
Skor ideal
122 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 1750
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2010)
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
tanggapan responden terhadap kualitas Sistem Informasi Kastamer (SISKA)
Plasa Telkom Bekasi berdasarkan Jawaban responden terhadap indikator kualitas
tanggapan menurut responden adalah sangat baik, karena % itu dalam tabel
4.6 tentang kriteria persentase skor terhadap skor ideal ada diantara 84,02 -100
maka hasilnya dinyatakan Sangat Baik.
Adapun tabel kriteria persentase skor tanggapan terhadap skor ideal yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4.7
Kriteria Persentase Skor Tanggapan Terhadap Skor Ideal
No % Jumlah Skor Kriteria
1 20.00 – 36.00 Tidak Baik
2 36.01 – 52.00 Kurangaik
3 52.01 – 68.00 Cukup
4 68.01 – 84.00 Baik
5 84.02 – 100 Sangat Baik
(Sumber : Umi Narimawati, 2007 : 84-85)
Untuk melihat lebih spesifik dan lebih detail hasil dari tanggapan
responden terhadap kualitas Sistem Informasi Kastamer (SISKA) dapat dilihat
pada tabel- tabel berikut:
Tabel 4.8
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Performance
Item Pernyataan 1 Sistem Informasi Kastamer (SISKA) Memiliki kecepatan dalama proses pengolahan data pelanggan pada saat proses mutasi
Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah
Sangat Mampu 5 21 70
Mampu 4 4 16
Tidak Tahu/ Netral 3 0 0
Tidak Mampu 2 0 0
Sangat Tidak Mampu 1 0 0
Jumlah Responden 25
Skor Aktual 86
Skor Ideal 125
Sumber : Data hasil Kuesioner 2010
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa
tanggapan responden terhadap Sistem Informasi Kastamer (SISKA) telah sesuai
dengan spesifikasi yang dibutuhkan perusahaan adalah sebesar 68,8 %. Ini
menunjukan bahwa pernyataan kuesioner 1 dari indikator Performance menurut
tabel 4.8 mengenai kriteria persentase skor tanggapan terhadap skor ideal,
termasuk dalam kategori Baik. Hal ini mengindentifikasikan bahwa tingkat
spesifikasi Sistem Informasi Kastamer (SISKA) sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
Tabel 4.9
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Performance
Item Pernyataan 2 Tingkat spesifikasi Sistem Informasi Kastamer (SISKA) memiliki pengetahuan tentang fungsi yang dibutuhkan oleh pelanggan
Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah
Sangat Mampu 5 23 115
Mampu 4 2 8
Tidak Tahu/ Netral 3 0 0
Tidak Mampu 2 0 0
Sangat Tidak Mampu 1 0 0
Jumlah Responden 25
Skor Aktual 123
Skor Ideal 125
Sumber : Data hasil Kuesioner 2010
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa
tanggapan responden terhadap Tingkat spesifikasi Sistem Informasi Kastamer
(SISKA) sudah mampu menjembatani pencapaian tujuan perusahaan adalah
sebesar 98,4 %. Ini menunjukan bahwa pernyataan 2 dari indikator Performance
persentase skor tanggapan terhadap skor ideal, termasuk dalam kategori Sangat
Baik. Hal ini mengindentifikasikan bahwa tingkat spesifikasi sudah sangat
mampu memenuhi tujuan perusahaan.
Tabel 4.10
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Functionality
Sistem Informasi Kastamer (SISKA)mampu manjalankan fungsi dalam proses mutasi
Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah
Sangat Mampu 5 18 90
Mampu 4 7 28
Tidak Tahu/ Netral 3 0 0
Tidak Mampu 2 0 0
Sangat Tidak Mampu 1 0 0
Jumlah Responden 25
Skor Aktual 118
Skor Ideal 125
Sumber : Data hasil Kuesioner 2010
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa
tanggapan responden terhadap Sistem Informasi Kastamer (SISKA) adalah
sebesar 94,4%. Ini menunjukan bahwa Sistem Informasi Kastamer (SISKA)
telah sangat baik dan mampu menjembatani kebutuhan yang diinginkan
Tabel 4.11
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Functionality Item
pertanyaan 4 Sitem Informasi Kastamer mampu menyesuaikan fungsi yang disampaikan agar mudah dimengerti
perusahaan
Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah
Sangat mampu 5 19 95
Mampu 4 6 24
Tidak Tahu/ Netral 3 0 0
Tidak mampu 2 0 0
Sangat Tidak mampu 1 0 0
Jumlah Responden 25
Skor Aktual 119
Skor Ideal 125
Sumber : Data hasil Kuesioner 2010
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa
tanggapan responden terhadap Sistem Informasi Kastamer (SISKA) Memiliki
tingkat kemampuan untuk menyampaikan informasi agar mudah dimengerti
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan adalah sebesar %. Ini
menunjukan bahwa pernyataan 4 dari indikator Functionality menurut tabel 4.7
mengenai kriteria persentase skor tanggapan terhadap skor ideal, termasuk dalam
kategori Sangat Baik. Hal ini mengindentifikasikan bahwa Sistem Informasi
Kastamer (SISKA)Memiliki tingkat kemudahan sesuai dengan standar yang telah
Tabel 4.12
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Functionality I
Item Pernyataan 5 Sistem Informasi Kastamer (SISKA)mampu
menjalankan fungsinya dalam proses ganti alamat
Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah
Sangat Mampu 5 19 95
Mampu 4 6 24
Tidak Tahu/ Netral 3 0 0
Tidak Mampu 2 0 0
Sangat Tidak Mampu 1 0 0
Jumlah Responden 25
Skor Aktual 119
Skor Ideal 125
Sumber : Data hasil Kuesioner 2010
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa
tanggapan responden terhadap Sistem Informasi Kastamer (SISKA)mampu
mengefisiensi waktu dalam menyelesaikan pekerjaan adalah sebesar %. Ini
menunjukan Sangat Baik. Hal ini mengindentifikasikan bahwaSistem Informasi
Kastamer (SISKA)mampu menjalankan fungsinya dengan sangat baik dalam
Tabel 4.13
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Item Functionality I
Pernyataan 6 Dengan menggunakan Sistem Informasi Kastamer (SISKA) dapat menjalankan fungsinya dalam proses disconnection dengan akurat
Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah
Sangat mampu 5 18 90
Mampu 4 7 28
Tidak Tahu/ Netral 3 0 0
Tidak Setuju 2 0 0
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah Responden 25
Skor Aktual 118
Skor Ideal 125
Sumber : Data hasil Kuesioner 2010
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa
tanggapan responden bahwa Dengan menggunakan Sistem Informasi Kastamer
(SISKA) adalah sebesar Ini menunjukan bahwa pernyataan menurut tabel 4.7
mengenai kriteria persentase skor tanggapan terhadap skor ideal, termasuk dalam
kategori Sangat Baik. Hal ini mengindentifikasikan bahwa dengan menggunakan
Sistem Informasi Kastamer (SISKA)proses disconnection menjadi sangat mudah
Tabel 4.14
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Functionality
Item Pernyataan 7 Dengan menggunakan Sistem Informasi Kastamer (SISKA) dapat menjalankan fungsinya dalam proses reconnection dengan
akurat
Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah
Sangat Mampu 5 15 75
Mampu 4 10 40
Tidak Tahu/ Netral 3 0 0
Tidak Mampu 2 0 0
Sangat Tidak Mampu 1 0 0
Jumlah Responden 25
Skor Aktual 115
Skor Ideal 125
Sumber : Data hasil Kuesioner 2010
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa
tanggapan responden terhadap proses dalam Sistem Informasi Kastamer
(SISKA)mampu dilakukan adalah sebesar Ini menunjukan bahwa pernyataan 7
dari indikator Functionality menurut tabel 4.7 mengenai kriteria persentase skor
tanggapan terhadap skor ideal, termasuk dalam kategori Sangat Baik. Hal ini
mengindentifikasikan bahwa penggunaan proses reconnection yang terdapat
Tabel 4.15
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Usability
Item Pernyataan Sistem Informasi Kastamer (SISKA)mampunyai tingkat kemudahan dalam pengoprasian sesuai kebutuhan perusahaan
Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah
Sangat Mudah 5 8 40
Mudah 4 17 68
Tidak Tahu/ Netral 3 0 0
Tidak Muda