• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pelayanan Informasi Departemen Keuangan Pengawasan Bea dan Cukai Tipe A2 Bandung (Studi Kasus Tentang Strategi Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandung Melalui Kegiatan "Cukai Keliling" Sebagai Bentuk Pelayanan ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pelayanan Informasi Departemen Keuangan Pengawasan Bea dan Cukai Tipe A2 Bandung (Studi Kasus Tentang Strategi Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandung Melalui Kegiatan "Cukai Keliling" Sebagai Bentuk Pelayanan ke"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Sebagai Bentuk Pelayanan kepada Pengunjung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh :

M. Rifqy Ali Bahaiyan

NIM 41808035

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G

(3)
(4)

iv ABSTRAK

Strategi Pelayanan Informasi Departemen Keuangan Pengawasan Bea

dan Cukai Tipe A2 Bandung

(Studi Kasus Tentang Strategi Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan Dan

Pelayanan Bea dan Cukai Bandung Melalui Kegiatan “Cukai Keliling” Sebagai

Bentuk Pelayanan kepada Pengunjung)

Oleh

M.Rifqy Ali Bahaiyan 41808035

Skripsi ini di bawah bimbingan : Dr. Hj. Ani Yuningsih, Dra., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pelayanan informasi yang dilakukan oleh Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandung

Melalui Kegiatan “Cukai Keliling” Sebagai Bentuk Pelayanan kepada

Pengunjung. Untuk menjawab penelitian ini peneliti menggunakan Lima kategori yang dijadikan alat ukur sebagai identifikasi masalah yaitu Perencanaan, Proses Pelaksanaan, Pengemasan pesan, Harapan, dan Strategi.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan adalah Kepala seksi pelaksanaan dan sub seksi layanan , serta 2 orang pengunjung yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menggunakan teknik analisa data dengan tahapan reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, evaluasi, dan triangulasi. Teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, studi literatur, dokumentasi, penelusuran data online, dan observasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upaya meningkatkan pelayanan kepada pengunjung ini menggunakan pendekatan teori komunikasi pelayanan dan mendapatkan respon positif dari pengunjung. Media yang digunakan adalah mobil keliling. Strategi Komunikasi Pelayanan Bea dan Cukai Bandung sangatlah penting dalam Upaya Meningkatkan pelayanan kepada Pengunjung.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Strategi pelayanan informasi yang dilakukan oleh Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandung

Melalui Kegiatan “Cukai Keliling” Sebagai Bentuk Pelayanan kepada Pengunjung dengan menggunakan mobil keliling dapat dikatakan telah berjalan dengan baik dan berhasil.

Saran dari penelitian ini adalah Agar Bea dan Cukai Bandung terus mengadakan kegiatan cukai keliling karena sangat banyak para pengguna jasa yang terbantu dengan adanya kegiatan ini sekaligus ini dapat memperketat pengawasan dan pelayanan yang akan membuat pengiriman dan pendatangan barang ke indonesia lebih aman dan nyaman.

(5)

v ABSTRACT

Information Services Strategies Department of Finance Import and Export Type A2 Bandung

(Cases Study of the Information Services Strategies Supervision and Service

Imports and Exports Bandung through Activity “Tax Around” as the Service to

Visitors)

By

M. Rifqy Ali Bahaiyan 41808035

This thesis is under direction of DR. Hj. Ani Yuningsih, Dra., M.Si

This study aims to determine the information services strategies which are done by the Supervision and Services Department of Imports and Exports in Bandung through the activity “Tax Around” as the services to visitors. Researcher uses five categories to be used as a measuring tool that would be the problem identificator to accomplish this study. They are Planning, Enforcement Process, Messages Packaging, Hopes, and Strategies.

This study uses qualitative case study approach. The interviewees are the Head of Enforcement Section and Services Subsection, with two visitors selected using purposive sampling techniques. Data analysis technique was applied with stages of data reduction, data collection, data presentation, drawing conclusions, evaluation, and triangulation. Data collection techniques was done by conducting interviews, literature studies, documentation, online data retrieval, and observation.

The results of this study indicate that efforts to improve services to visitors use approaching theory of services communications and get positive responses from visitors. The medium used are the mobile cars. The communication stategies of Import and Exports Bandung is important to enhance the services to the visitors.

The conclusion of this study that the information services strategies supervision and services Imports and Exports Bandung through activity “Tax Around” as the services to visitors by using mobile cars have gone well and successful.

(6)

vi Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Sang Maha

Agung dan Maha Tinggi, Allah SWT. Karena atas Rahmat, Hidayah, dan

Karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

dengan judul Strategi Pelayanan InformasiDepartemen Keuangan Pengawasan Bea dan Cukai Tipe A2 Bandung (Studi Kasus Tentang Strategi Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandung Melalui Kegiatan “Cukai Keliling” Sebagai Bentuk

Pelayanan kepada Pengunjung)

Adapun pembuatan skripsi tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari

beberapa pihak. Terutama Untuk orang tuaku, Bapak dan Ibu yang sudah

membantu dengan doa dan dorongan atas terselesaikannya laporan ini baik moril

maupun materil. Serta untuk kakak-kaka ku tercinta yang selalu memberikan

dorongan dan doanya kepada penulis.

Penyusunan Skripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak.Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

(7)

vii

kesempatan untuk melaksanakan usulan penelitian.

2. Bapak Drs. Manap Solihat S.Sos,. M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi dan Public Relations FISIP Unikom atas informasi serta

amanat kepada penulis sebelum melaksanakan usulan penelitian.

3. Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi.

4. Ibu Dr. Hj. Ani Yuningsih, Dra., M.Siselaku Dosen pembimbing, yang

telah meluangkan banyak waktu, memberikan ilmu, masukan, pengarahan,

nasehat dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan

usulan penelitian ini.

5. Ibu Rismawati S.Sos., M.Si. selaku Dosen wali penulis yang selalu

memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen tetap dan Dosen luar biasa Program Studi Ilmu

Komunikasi dan Public Relations Unikom, yang telah memberikan

dorongan serta doanya kepada penulis serta pengajaran yang baik.

7. Bapak Prof. DR. Cece Sobarna, M.Hum. yang selalu memberikan motivasi

dan arahan yang membangun kepada penulis.

8. Bpk. Nur Iskandar, selakuKepala seksi pelayananyang telah membantu

dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan

(8)

viii 10.Adikku tercinta Safira Bahaiyan

11.Kepada Teman–teman program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Unikom

Konsentrasi Ilmu Humas dan Jurnalistik, serta sahabat-sahabatku tercinta

Abdur Rokhim, M. Rifad Hasibuan, Harry Zandra, Rengga, Desty

Purbani, teman teman-teman Humas 3 yang penulis cintai dan banggakan.

12.Teman-teman dan Saudara Tercinta, Akmal, Akrom, Dilah Sungkar,

Fahad Sungkar, Nizam, Faris, Sandheep, Jamal, Wildan dan tidak bisa

disebutin satu persatu, Terima kasih atas dukungan dan doanya.

13.Semua pihak yang telah membantu selama proses usulan penelitian yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan usulan penelitian ini masih diperlukan penyempurnaan, oleh

karena itu penulis berharap dan berterima kasih atas segala saran dan

masukan dari pembaca. Serta menerima saran dan masukan tersebut

dengan hati terbuka.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, Wassalam.

Bandung, Juli 2012

Penulis

(9)

ix

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi masalah ... 13

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 14

1.3.1 Maksud Penelitian ... 14

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Kegunaan Penelitian ... 15

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 15

(10)

x

2.1.2 Tinjauan tentang Public Relations ... 26

2.1.3 Tinjauan Komunikasi Organisasi ... 38

2.1.4Tinjauan Tentang Strategi ... 39

2.1.5 Tinjauan Tentang Pelayanan ... 41

2.1.6 Tinjauan Mengenai Informasi ... 42

2.1.6.1 Pengertian Informasi ... 42

2.1.6.2 Fungsi Informasi ... 43

2.1.6.3 Jenis Informasi ... 45

2.2 Kerangka Pemikiran ... 46

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 46

2.2.2 KerangkaPemikiran Konseptual ... 48

BAB III METODE PENELITINAN 3.1 Objek Penelitian ... 53

3.1.1 Sejarah Singkat Bea dan Cukai ... 53

3.1.2 Visi dan Misi Bea dan Cukai ... 57

3.1.3 Logo Bea dan Cukai ... 67

3.1.4 Struktur Organisasi Bea dan Cukai ... 68

3.1.5 Job Description Bea dan Cukai... 68

(11)

xi

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 78

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 78

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 80

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 83

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 84

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 86

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 86

3.2.6.1 Waktu Penelitian ... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Identitas Informan ... 90

4.1.1 Informan Kunci ... 90

4.1.2 Informan pendukung ... 92

4.2Deskripsi Hasil Penelitian ... 96

4.2.1 Perencanaan Bea dan Cukai Bandung ... 97

4.2.2 Proses pelaksanaan Bea dan Cukai Bandung...96

4.2.3 Pengemasan pesan Bea dan Cukai Bandung ...101

4.2.4 Harapan Bea dan Cukai Bandung ...103

4.2.5 Strategi Bea dan Cukai Bandung ...104

(12)

xii

5.2.1 Saran bagi perusahaan ... .118

5.2.2 Saran bagi peneliti ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 120

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 122

(13)

xiii

Halaman

Tabel 3.1 SDM berdasarkan jabatan ... 63

Tabel 3.2 SDM berdasarkan jenis kelamin ... 64

Tabel 3.3 Data Pegawai berdasarkan pendidikan ... 64

Tabel 3.4 Sarana ... 70

Tabel 3.5 Prasarana ... 72

Tabel 3.6 Data Informan Pendukung ... 81

Tabel 3.7 Data Informan Kunci ... 82

(14)

xiv

Gambar 2.1 Unsur Komunikasi... 20

Gambar 3.1 Logo Bea dan Cukai ... 66

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Bea dan Cukai ... 68

Gambar 4.1 Informan Kunci ...90

Gambar 4.2 Informan Kunci ...91

Gambar 4.3 Informan Pendukung ...92

Gambar 4.4 Informan Pendukung ...94

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penugasan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 122

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 123

Lampiran 3 Surat Balasan ... 124

Lampiran 4 Berita Acara Bimbingan ... 125

Lampiran 5 Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 126

Lampiran 6 Pedoman Wawancara ... 127

Lampiran 7 Foto Wawancara ... 141

(16)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi

berlangsungnya kehidupan manusia. Karena tanpa adanya komunikasi manusia

tidak akan bisa melakukan interaksi sosial. Terlebih lagi pada sebuah

perusahaan/lembaga, ini dikarenakan komunikasi sangat berperan sebagai

jembatan yang menghubungkan antara pihak perusahaan/lembaga dengan

masyarakat.

Hal ini sesuai dengan pengertian komunikasi menurut Effendy yaitu

“Berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya”. (Effendy, 2000: 300).

Seperti pengertian komunikasi di atas, Strategi adalah salah satu hal

terpenting dalam sebuah komunikasi terlebih lagi dalam sebuah perusahaan atau

lembaga tersebut. Di dalam sebuah perusahaan/lembaga sangat di perlukan peran

serta Public Relations yang mana salah satu fungsinya adalah membuat strategi

terbaik agar sebuah perusahaan/lembaga dapat melayani konsumennya dengan

baik. Seperti hal nya pada lembaga yang bediri dibawah naungan Departemen

(17)

Kantor pengawasan dan pelayanan bea dan cukai tipe A2 Bandung yang

mempunyai komitmen kuat untuk memberikan pelayanan yang prima dan

pengawasan yang efektif kepada pengguna jasa pabean dan cukai dengan

mengimplementasikan cara kerja yang cepat, efisien, transparan, dan responsif

terhadap kebutuhan pengguna jasa terutama di kota Bandung, Seperti diketahui

bahwa perkembangan perdagangan internasional, baik yang menyangkut kegiatan

di bidang impor maupun ekspor akhir-akhir ini mengalami kemajuan yang sangat

pesat. Pesatnya kemajuan di bidang tersebut ternyata menuntut diadakannya suatu

sistem dan prosedur kepabeanan yang lebih efektif dan efisien serta mampu

meningkatkan kelancaran arus barang dan dokumen. Dengan kata lain, masalah

birokrasi di bidang kepabeanan yang berbelit-belit merupakan permasalahan yang

nantinya akan semakin tidak populer. Adanya kondisi tersebut, tentunya tidak

terlepas dari pentingnya Pemerintah untuk terus melakukan berbagai

kebijaksanaan di bidang ekonomi terutama dalam meningkatkan pertumbuhan

perekonomian nasional.

Apalagi dengan adanya berbagai prakarsa bilateral, regional, dan

multilateral di bidang perdagangan yang semakin diwarnai oleh arus liberalisasi

dan globalisasi perdagangan dan investasi, sudah barang tentu permasalahan yang

timbul di bidang perdagangan akan semakin kompleks. Perubahan-perubahan

pada pola perdagangan internasional yang menggejala dewasa ini pada akhirnya

akan memberikan peluang yang lebih besar bagi negara maju untuk

memenangkan persaingan pasar. Disamping itu, pola perdagangan juga akan

(18)

perdagangan dan investasi dimana barriers atas perdagangan menjadi semakin

tabu.

Untuk itu, kebijaksanaan Pemerintah dengan disahkannya UU No.10/1995

tentang Kepabeanan yang telah berlaku secara efektif tanggal 1 April 1997, yang

telah direvisi dengan UU No. 17/2006 tentang perubahan Undang-Undang

Kepabeanan, jelas merupakan langkah antisipatif yang menyentuh dimensi

strategis, substantif, dan essensial di bidang perdangangan, serta diharapkan

mampu menghadapi tantangan-tantangan di era perdagangan bebas yang sudah

diambang pintu.

Pemberlakuan UU No.10/1995 tentang Kepabeanan juga telah

memberikan konsekuensi logis bagi DJBC (Direktorat Jendral Bea dan Cukai)

berupa kewenangan yang semakin besar sebagai institusi Pemerintah untuk dapat

memainkan perannya sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi yang diemban.

Kewenangan yang semakin besar ini pada dasarnya adalah keinginan dari para

pengguna jasa internasional (termasuk dengan tidak diberlakukannya lagi

pemeriksaan pra-pengapalan atau pre-shipment inspection oleh PT. Surveyor

Indonesia, dan sepenuhnya dikembalikan kepada DJBC (Direktorat Jendral Bea

dan Cukai) , yang nota bene bahwa kewenangan tersebut adalah kewenangan

Customs yang universal. Berbagai langkah persiapan telah dan terus dilakukan

dengan tetap mempertimbangkan kerangka acuan yang diinginkan oleh ICC

(International Criminal Court) yang pada dasarnya mengajukan kriteria-kriteria

yang sebaiknya dimiliki oleh Customs yang sifatnya modern. Dengan beralihnya

(19)

institusi global, DJBC (Direktorat Jendral Bea dan Cukai) masa kini dan masa

depan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat umum yang

bercirikan save time, save cost, sefety, dan simple. Semua ciri tersebut harus

menjadi bagian yang integral dari sistem dan prosedur kepabeanan, jika DJBC

ingin berperan dalam upaya pembangunan ekonomi secara umum dalam era

persaingan yang semakin tajam, era liberalisasi perdagangan dan investasi serta

globalisasi dalam arti seluas-luasnya.

Sejalan dengan itu, semakin beragamnya sentra-sentra pelayanan baik dari

segi perlindungan terhadap Intellectual Property Rights, anti dumping, anti

subsidi, self Assessment, maka secara ringkas DJBC (Direktorat Jendral Bea dan

Cukai) diharapkan dapat do more with less ( berbuat lebih banyak dengan biaya

lebih rendah ). DJBC (Direktorat Jendral Bea dan Cukai) juga dituntut untuk

melakukan pelayanan yang time sensitive, predictable, available (saat dibutuhkan)

dan adjustable. Totalitas pelayanan ini kerangka dasarnya bersumber pada

fenomena speed dan flexibility sebagai formula penting. Hal yang terpenting

adalah bagaimana mengubah visi masa lalu yang amat dominan bahwa revenue

collection dan law enforcement akan selalu mengakibatkan terhambatnya arus

barang sehingga akan menimbulkan High Cost Economy yang pada konsekuensi

selanjutnya mengakibatkan produk-produk dalam negeri tidak mampu bersaing di

area perdagangan internasional. Selain itu, perlu juga diketahui bahwa bussiness

operation akan semakin tergantung pada performance Customs dimanapun.

Effisiensi usaha mereka juga tergantung pada mutu dan kecepatan pelayanan

(20)

Kegagalan Bea dan Cukai dalam menekan High Cost Economy tidak saja akan

mengakibatkan kegagalan ekonomi Indonesia untuk menjerat oppotunity,

mengubah keuntungan komparatif menjadi keuntungan kompetitif, tetapi juga

secara substansial dapat mengakibatkan larinya para investor yang semula akan

melakukan investasinya di Indonesia dengan segala implikasi ekonomis negatif

lainnya.

Keinginan dan tuntutan dari para pengguna jasa internasional tersebut

adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi, dan sudah menjadi kewajiban moral

bagi DJBC untuk melakukan berbagai perubahan yang cukup mendasar, baik dari

segi penyempurnaan organisasi dan tatalaksana DJBC, simplifikasi dan sekaligus

transparansi sistem dan prosedur Kepabeanan, serta pengembangan kualitas

sumber daya manusia sehingga diharapkan nantinya terdapat suatu keselarasan

dengan jiwa dan kepentingan dari UU Kepabeanan itu sendiri.

Sebagai produk hukum nasional yang berlandaskan Pancasila dan UUD

1945, maka bentuk UU Kepabeanan yang bersifat proaktif dan antisipatif ini

sangatlah sederhana namun memiliki jangkauan yang lebih luas dalam

mengantisipasi terhadap perkembangan perdagangan internasional.

Hal-hal baru berupa kemudahan di bidang kepabeanan juga diatur seperti

penerapan sistem self Assessment dan Post entry Audit yang merupakan back-up

sistem atas sistem self Assessment. Post audit yang tidak lain bertujuan untuk

mengetahui tingkat kepatuhan dari para pengguna jasa, ternyata juga mampu

berperan ganda yaitu mengoptimalkan penerimaan negara dan meningkatkan

(21)

pengguna jasa dalam penyerahan pemberitahuan pabean diterapkan pula EDI

system atau yang lebih dikenal dengan Electronic Data Interchange. Adanya

kemudahan-kemudahan di bidang kepabeanan ini juga telah menunjukkan

kesungguhan DJBC untuk benar-benar serius dalam melakukan reposisi peran dan

fungsinya dalam meningkatkan kualitas kualitas pelayanan, khususnya kepada

para pengguna jasa kepabeanan

Departemen keuangan KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea

dan Cukai) Bandung juga perlu waspada terhadap kendala-kendala yang ada di

lapangan soal isu-isu yang berkembang di masyarakat hal ini perlu di lakukan

untuk mengantisipasi hal yang buruk terjadi, yang selalu meningkatkan kualitas

produk dan kinerja.sehingga harus ada bagian khusus di setiap perusahaan untuk

menangani hal tersebut yaitu Public Relations, yang akan optimis untuk bisa

menerima segala masalah yang terjadi dan bisa menangani semua masalah yang

ada dengan kerja yang professional di dalam bidangnya.

Public Relations (Humas) merupakan bidang atau fungsi tertentu yang

diperlukan oleh setiap organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun

organisasi yang nonkomersial. Praktisi Public Relations senantiasa dihadapkan

pada tantangan dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya

terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih atau abu-abu. Public Relations terdiri

dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang

bersangkutan dengan siapa saja yang berkepentingan dengannya. Kebutuhan akan

Public Relations merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan

(22)

informasi terpercaya kian terasa pada era globalisasi dan “banjir informasi”

seperti saat ini.

Dalam berbagai situasi dan kondisi yang penuh tantangan, Public

Relations akan menghadapi tugas yang cukup berat dan bagi yang bersangkutan

maupun pihak manajemen perusahaan akan merasakan stres yang cukup tinggi.

Mampukah mereka bertanggung jawab langsung dalam menghadapi,

membendung, menanggulangi dan mengatasinya, hingga berupaya keras

bagaimana caranya mempertahankan citra.

Pentingnya Public Relations memang tidak perlu diragukan lagi. Karena

Public Relations merupakan salah satu fungsi strategis dalam manajemen. Urusan

bisnis memang bukan semata-mata urusan keuangan, produksi, dan pemasaran

saja.

Situasi seperti itu merupakan “tantangan” bagi Public Relations untuk

menjawabnya dengan kiat atau strategi dan teknik Public Relations tertentu.

Dengan kiat strategi Public Relations, ia akan mampu mengatasi situasi dan

persoalan, bagaimanapun bentuknya, khususnya kalau tengah berhadapan dengan

suatu krisis kepercayaan, krisis manajemen, dan krisis lainnya.

Strategi Public Relations harus mampu menunjukkan bagaimana

operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan

(approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.

Individu dan organisasi memang bisa lestari tanpa Public Relations, tetapi dengan

program Public Relations yang terencana, suatu perusahaan bisa mengharapkan

(23)

Pentingnya Public Relations, seperti dikutip penulis pada Harian Umum

Pikiran Rakyat yang terbit pada tanggal 25 September 2008, “bidang Public

Relations (PR) merupakan garda depan dalam menentukan citra sebuah instansi

atau perusahaan sehingga keberadaannya amat dibutuhkan”. Jadi dengan

menggunakan Public Relations, suatu perusahaan bisa memetik keuntungan

dalam peningkatan kesadaran akan perusahaan mereka dan produk mereka

perekrutan dan pemeliharaan staf yang lebih baik pangsa pasar yang lebih besar;

kesetiaan pelanggan dan kepuasan pemegang saham. Dengan kata lain, Public

Relations dapat membantu perusahaan beroperasi lebih sukses di semua bidang

rekanan.

Seperti yang kita lihat dari kegiatan Public Relations yang di Bea dan

Cukai di bawah naungan Pelayanan Informasi KPPBC Tipe madya pabean

Bandung pada awal tahun 2012 yang mengadakan kegiatan pelayanan dengan

mengambil tema “Cukai keliling” dari salah satu kegiatan rutin KPPBC Tipe

madya pabean Bandung.

Di Kota Bandung, kegiatan “Cukai Keliling” mulai diperkenalkan pada

tahun 2012. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat kota Bandung tentang tugas dan fungsi Bea dan Cukai.

Sebagai lembaga yang mengawasi Ekspor dan Impor di Indonesia, Bea

dan Cukai melakukan kegitan cukai keliling yang bertujuan memberikan pelayan

kepada masyarakat tentang peran dan fungsi Bea dan Cukai itu sendiri. Pelayanan

ini bertujuan untuk memberikan komitmen Bea dan Cukai terhadap masyarakat di

(24)

memberikan pelayanan prima dan pengawasan yang efektif bagi pengguna jasa

Bea dan Cukai di kota Bandung.

Kegiatan “cukai keliling” itu sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan

dengan menggunakan Mobil Bea dan Cukai yang di sebar ke beberapa titik utama

bagi para pengusaha atau masyarakat yang akan bertanya tentang peran dan fungsi

Bea dan Cukai. Kegiatan ini mulai berlangsung pada tanggal 1 Januari 2012

sampai dengan tanggal 15 Maret 2012. Kegiatan “Cukai Keliling” ini sendiri di

adakan dengan menggunakan mobil keliling milik Bea dan Cukai yang sudah di

desain semenarik mungkin untuk menarik perhatian masyarakat yang melihat bus

tersebut.

Secara etimologis, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dahlan, dkk.,

1995:646) menyatakan pelayanan ialah ”usaha melayani kebutuhan orang lain”.

Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan kepada konsumen atau

pelanggan yang dilayani, yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki.

Sejalan dengan hal tersebut, Normann (1991:14) menyatakan karakteristik

pelayanan sebagai berikut:

a. Pelayanan bersifat tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnya dengan barang jadi.

b. Pelayanan pada kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang bersifat tindakan sosial.

c. Kegiatan produksi dan konsumsi dalam pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya terjadi dalam waktu dan tempat bersamaan.1

1

(25)

Karakteristik tersebut dapat menjadi dasar pemberian pelayanan terbaik.

Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat ini dapat berupa pelayanan produk

dan jasa. Biasanya pengunjung akan lebih tertarik berkunjung ke perusahaan yang

memberikan pelayanan terbaik. Tujuan pelayanan adalah memberikan pelayanan

yang dapat memenuhi dan memuaskan masyarakat serta memberikan fokus

pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat tidak

bertujuan mencari untung saja, tetapi bagaimana pengunjung merasa puas dengan

pelayanan yang telah diberikan. Maka dari itu pengunjung adalah faktor penting

terlebih di perusahaan yang bergerak di bidang jasa.

Para pengunjung tidak hanya mengunjungi perusahaan atau lembaga yang

menjadi tujuannya, namun ada hal yang dapat dirasakan yakni puas atau tidaknya

dengan pelayanan tersebut. Dengan begitu setiap perusahaan harus benar-benar

memperhatikan apa saja kebutuhan dan faktor-faktor lainnya yang dapat

memenuhi kepuasan pengunjungnya. seiring dengan peningkatan masyarakat dan

perusahaan setiap tahunnya, fasilitas yang menunjang kepuasan masyarakat

senantiasa diperbaharui dan ditingkatkan. Namun sebelumnya beberapa keluhan

pernah terjadi seperti, keluhan mengenai fungsi dan kegunaan Bea dan Cukai itu

sendiri dan keluhan tidak adannya fasilitas yang bisa membuat masyarakat

mengerti tentang fungsi dan kegunaan Bea dan Cukai. Berkaca dari hal tersebut

maka bidang informasi Bea dan Cukai terus mencari cara bagaimana menciptakan

suasana yang diinginkan oleh masyarakat. Sehingga pada akhirnya dibuatlah

(26)

keliling diharapkan masyarakat akan merasa lebih terbantu untuk memenuhi

kebutuhan informasi tentang Bea dan Cukai dengan waktu yang efisien.

Berbagai informasi dapat diberikan kepada masyarakat terutama mengenai

penerimaan laporan produksi atau CK4C, layanan pengajuan merk hasil tembakau

baru, pengajuan perizinan pabrik baru atau NPPBKC, pengajuan permohonan

penyediaan pita cukai atau PTC merupakan suatu bentuk upaya untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Setelah masyarakat merasa nyaman maka akan muncul

perasaan puas terhadap apa yang telah di informasikan. Kepuasan masyarakat

sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penghargaan terhadap perusahaan

Menurut John C Mowen, Kepuasan adalah “sikap seseorang dalam memberikan penilaian secara keseluruhan terhadap suatu barang atau jasa setelah

melakukan pembelian atau pemakaian”. (Sarwono J, 2004 :1)

Kepuasan biasanya timbul setelah seseorang mencoba atau memakai suatu

barang atau jasa. Kepuasaan adalah suatu bentuk perasaan yang akan timbul

dengan sendirinya. Kepuasan pengunjung merupakan fokus kegiatan yang harus

di terapkan oleh perusahaan atau lembaga dalam era persaingan yang semakin

ketat ini.

Menurut Oliver (1997: 11) “secara etimologi satisfaction berasal dari bahasa latin, yakni statis yang berarti cukup berkaitan dengan produk atau jasa yang dimiliki kemampuan untuk mencukupi”. Berdasarkan pengertian tersebut kepuasan merupakan tanggapan muncul setelah di penuhinya kebutuhan melalui suatu produk atau jasa yang menghasilkan pleasure (kenyamanan). Pleasure ini menunjukan bahwa pemenuhan tersebut meningkatkan rasa nyaman atau mengurangi rasa sakit.

Jika sudah terpenuhi kebutuhan masyarakat maka kemungkinan

(27)

sendiri. Jadi kepuasan masyarakat merupakan fungsi dari apa yang dilihat sesuai

dengan harapan, pelayanan suatu produk atau jasa sesuai dengan harapan

pengunjung, maka pengunjung bisa saja merasa tidak puas. Sebaliknya jika

pelayanan sesuai dengan harapan maka pengunjung akan merasa sangat puas.

Kepuasan yang dirasakan oleh pengunjung itu berarti dampak dari

pelayanan yang diberikan. Dalam memberikan pelayanan biasanya ada hal-hal

yang perlu diperhatikan atau bahkan ada strategi yang sudah direncanakan untuk

mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai sasaran tersebut dan tercapainya tujuan

perusahaan, diperlukan strategi komunikasi. Menurut William F Lueck-Lawarence R Jauch :

“Strategi adalah sebuah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang

menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh

organisasi”. Dan menurut Kenneth R Andrews mengenai strategi

perusahaan dalam buku Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa :

“Strategi perusahaan adalah pola keputusan perusahaan yang menentukan dan mengungkapkan sasaran, maksud dan tujuan yang menghasilkan kebijaksanaan utama dan merencanakan untuk pencapaian tujuan serta

merinci jangkauan bisnis yang akan dikejar oleh perusahaan”. (Alma, 1992

: 2001)

Bidang Public Relations dalam sebuah perusahaan atau lembaga yang

bertugas di bidang pengawasan dan pelayanan bidang kepabeanan dan cukai

merancang strategi mereka ke masyarakat. Bidang Pelayanan Informasi Bea dan

Cukai melakukan suatu terobosan untuk mencapai kepuasan pengunjungnya salah

satunya dengan pengadaan “Cukai Keliling” cukai keliling adalah kegiatan yang

(28)

informasi tentang fungsi dan kegunaan Bea dan Cukai. Dengan menggunakan

mobil keliling ini menjadi Strategi Pelayanan Infomasi dalam menjalankan misi

Bea dan Cukai untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat khususnya

di kota Bandung. mobil keliling dibuat semenarik mungkin agar pengunjung dapat

menikmati layanan informasi yang kami berikan dengan nyaman dan jelas.

Demi mencapai tujuan dalam meningkatkan kepuasan para Pengunjung atau

masyarakat, Pelayanan Informasi Bea dan Cukai melakukan perencanaan dengan

bertolak pada komunikasi pemasaran. .

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menarik rumusan masalahnya

sebagai berikut “Bagaimana Strategi Pelayanan Informasi kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai tipe A2 Bandung melalui kegiatan “Cukai Keliling” sebagai bentuk pelayanan kepada pengunjung?”

1.2Identifikasi Masalah

Dari rumusan masalah di atas, maka disusun identifikasi masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandung melalui kegiatan

cukai keliling sebagai bentuk pelayanan kepada pengunjung?

2. Bagaimana proses pelaksanaan Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandung melalui kegiatan

(29)

3. Bagaimana pengemasan pesan yang disampaikan Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandung melalui

kegiatan cukai keliling sebagai bentuk pelayanan kepada pengunjung?

4. Apa harapan Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandung melalui kegiatan cukai keliling sebagai bentuk

pelayanan kepada pengunjung?

5. Bagaimana strategi Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandung melalui kegiatan cukai keliling

sebagai bentuk pelayanan kepada pengunjung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan

Strategi Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai

Bandung melalui kegiatan cukai keliling sebagai bentuk pelayanan kepada

pengunjung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Dari berbagai permasalahan seperti yang terdapat pada identifikasi masalah

tersebut di atas. Maka, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai

Bandung melalui kegiatan cukai keliling sebagai bentuk pelayanan

(30)

2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Pelayanan Informasi Kantor

Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandung melalui

kegiatan cukai keliling sebagai bentuk pelayanan kepada

pengunjung.

3. Untuk mengetahui pengemasan pesan yang disampaikan Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai

Bandung melalui kegiatan cukai keliling sebagai bentuk pelayanan

kepada pengunjung.

4. Untuk mengetahui apa harapan Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandung melalui

kegiatan cukai keliling sebagai bentuk pelayanan kepada

pengunjung.

5. Untuk mengetahui strategi Pelayanan Informasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandung melalui

kegiatan cukai keliling sebagai bentuk pelayanan kepada

pengunjung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dalam suatu penelitian diharapkan dapat memberikan suatu manfaat atau

kegunaan yang dapat digunakan oleh masyarakat luas, adapun kegunaan

(31)

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu

komunikasi secara umum, sedangkan kegunaan teoritis secara khusus diharapkan

dapat meningkatkan pengembangan ilmu mengenai Strategi Pelayanan Informasi

yang di dalamnya terdapat Public Relations KPPBC Bandung melalui kegiatan

cukai keliling sebagai bentuk pelayanan kepada pengunjung.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun hasil penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa memberikan

suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat di aplikasikan dan menjadi

pertimbangan. Kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai berikut :

1.4.2.1 Kegunaan untuk peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi sebuah pengetahuan dan

pengalaman serta penerapan ilmu yang diperoleh dan menambah wawasan

peneliti dalam bidang Ilmu Komunikasi kosentrasi Humas, khususnya mengenai

strategi Pelayanan Informasi.

1.4.2.2 Kegunaan untuk program studi

Penelitian ini diharapkan sebagai literatur bagi mahasiswa Unikom secara

umum dan mahasiswa Ilmu Komunikasi secara khusus, yang dapat dijadikan

sebagai literatur dan referensi tambahan terutama bagi yang akan melakukan

(32)

1.4.2.3 Kegunaan untuk perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dan pengembangan dalam perencanaan dan evaluasi bagi Pelayanan Informasi

KPPBC Bandung melalui kegiatan cukai keliling sebagai bentuk pelayanan

(33)

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA & KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1Tinjauan Komunikasi 2.1.1.1 Definisi Komunikasi

Manusia dalam memenuhi kebutuhan sosialnya harus mengadakan

hubungan dengan masyarakat, untuk itu disini penulis akan mengemukakan

beberapa pengertian atau definisi tentang Public Relations atau yang lebih di

kenal dengan istilah Hubungan Masyarakat (Humas).

Dari sekian banyak definisi yang ada, definisi dari J.C Seidel, “Public Relations Director” division of housing state of New York, berbunyi :

“Public Relations is the continuing process by which management endeavors to obtain goodwill and understanding of its customers, its employees and the public at large, inwardly through, self analysis and

correction, out wardlythrough all means of expression (Public Relations)”

adalah proses yang kontinyu dari usaha-usaha management untuk memperoleh goodwil dan pengertian dari para langganannya, pegawainya dan publik umumnya; ke dalam dengan mengadakan analisa dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, keluar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan).” (Abdurrachman,1995: 24)

Sedangkan menurut Frank Jefkins (1992:9) definisi Humas adalah:

“Sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang

(34)

Adapun pengertian Public Relations menurut Palapah dan Syamsudin

(1983:18) adalah bahwa:

“Public Relations merupakan suatu bentuk spesialisasi publisistik yang bertujuan untuk memajukan saling mengerti dan kerja sama antara semua publik yang berkepentingan guna mencapai keuntungan dan kepuasan bersama”.

Dengan demikian, dapat di lihat bahwa komunikasi sangat erat kaitannya

dengan Humas atau Public Relations, dimana dalam menjalankan tugasnya,

seorang Public Relations Officer atau petugas Humas harus mampu menjalin

komunikasi yang baik dengan publik-publiknya guna tercapainya tujuan yang

diinginkan dan akan berdampak pula pada meningkatnya citra suatu perusahaan.

2.1.1.2 Unsur Komunikasi

Banyak para ahli yang menyatakan unsur-unsur komunikasi yang

berbeda-beda. Adapun proses komunikasi yang disajikan disini adalah proses komunikasi

dari Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora, selanjutnya akan dilukiskan dalam

gambar berikut ini, ditambah dengan kaitan antara satu unsur dengan unsur

lainnya dapat dilihat pada gambar 2.1 seperti berikut:

(35)

Sumber Pesan Media Penerima Efek

Umpan

Gambar 2.1 Unsur Komunikasi

Lingkungan

Sumber : Cangara,2003:23

Penegasan mengenai unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah

sebagai berikut:

- Sumber : Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encoder

- Pesan : Sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Dalam bahasa Inggrisnya pesan biasanya di terjemahkan dengan kata message, content, atau informasi - Media : Merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan

pesan dari sumber kepada penerima atau alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka

(36)

- Pengaruh : Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan

- Tanggapan Balik : Merupakam salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima

- Lingkungan : Ialah faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lungkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu.(Cangara, 1998:23-26)

Dari beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan di atas, jelaslah

bahwa unsur-unsur komunikasi yang terlibat dalam kegiatan komunikasi pada

dasarnya menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku orang lain, yang

diharapkan tentunya terjadi pada perubahan ke arah yang lebih baik.

2.1.1.3 Proses Komunikasi

Setiap kejadian dan peristiwa memiliki jalan keterjadian yang biasanya

menjadi awal dari permasalahan, hal ini merupakan proses yang akan berkembang

ketika mendapat stimulus dari lingkungan sekitar. Gejala dari suatu proses adalah

bahwa proses tidak dapat atau sulit diketahui kapan berawal dan kapan

berakhirnya. David K. Berlo, seorang pakar komunikasi mengatakan Chikens and

eggs process atau kita berfikir mana yang lebih dulu, apakah ayam atau telor.

Begitu pun halnya dengan komunikasi sebagai ilmu yang berproses, artinya

peristiwa atau perubahan yang susul menyusul terus menerus. Jadi, sebagai suatu

proses, komunikasi adalah tumbuh, berubah, berganti, bergerak dan demikian

seterusnya sampai dunia ini berakhir

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran

(37)

Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari

benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,

kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul

dari lubuk hati. Untuk selanjutnya proses komunikasi terbagi kedalam 2 tahap,

secara primer dan secara sekunder.

A. Proses Komunikasi secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan

atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang

(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi

adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara

langsung mampu menterjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada

komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak dipergunakan dalam

komunikasi adalah bahasa, akan tetapi tidak semua orang pandai mencari

kata-kata yang tepat dan lengkap yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan yang

sesungguhnya. Selain itu, sebuah perkataan belum tentu mengandung makna yang

sama bagi semua orang. Kata-kata mengandung dua jenis pengertian, yaitu

pengertian denotatif atau yang mengandung arti sebagaimana tercantum dalam

kamus dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan

kebudayaan yang sama. Dan pengertian konotatif atau yang mengandung

pengertian emosional atau mengandung penilaian tertentu. Menurut Scott M.

Cutlip dan Allen H. Center “kata-kata dapat menjadi dinamit”, terbukti bahwa

kesalahan dalam menerjemahkan sebuah pesan oleh pemerintah Jepang sewaktu

(38)

mokusatsu yang dipergunakan oleh pemerintah Jepang agar menyerah, di

terjemahkan oleh kantor berita Domai menjadi ignore (mengabaikan) alih-alih

makna sebenarnya “jangan memberi komentar sampai keputusan diambil”.

Demikian sebuah ilustrasi yang menunjukkan betapa pentingnya bahasa dalam

proses komunikasi

Proses komunikasi terjadi ketika komunikator menyandi (encode) pesan

yang akan disampaikan kepada komunikan. Ia memformulasikan pikiran dan/atau

perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh

komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode)

pesan dari komunikator itu. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung

pikiran dan atau perasaan komunikator dalam konteks pengertiannya. Dalam

proses itu komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan komunikan

berfungsi sebagai pengawa-sandi (decoder). Wilbur Schramm menyatakan bahwa

komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator

cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) yakni paduan pengalaman dan

pengertian yang pernah diperoleh komunikan.

Ketika komunikator dan komunikan saling memberikan tanggapan

terhadap pesan yang disampaikan maka terjadi umpan balik atau arus balik

(feedback). Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam

komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya

komunikasi yang dilancarkan komunikator. Oleh karena itu, umpan balik bisa

bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Umpan balik positif adalah tanggapan

(39)

komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya, umpan balik negatif adalah tanggapan

komunikan yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator

enggan melanjutkan komunikasinya.

Seperti halnya dengan penyampaian pesan secara verbal, yakni

menggunakan bahasa dan secara nonverbal, yaitu dengan menggunakan kial,

isyarat, gambar, atau warna, umpan balikpun dapat disampaikan oleh komunikan

secara verbal atau secara nonverbal.

B. Proses Komunikasi secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan

oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai

media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan

komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang

relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah,

radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan

dalam komunikasi

2.1.1.4 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi yang dilakukan dalam program Public Relations dapat

dibedakan menjadi tujuan informasi, instruksi dan persuasi. Schramm

membedakan tujuan komunikasi menjadi tujuan informasional, tujuan

(40)

informasional memerlukan empat langkah atau empat kendala yang harus dilalui

yaitu :

1. Menarik perhatian terhadap pesan,

2. Menjadikan pesan dapat diterima,

3. Menjadikan pesan diinterpretasikan seperti yang diinginkan

komunikator,

4. informasi disimpan untuk dipakai kemudian.

Selain itu juga terdapat proses komunikasi instruksi atau komunikasi yang

bertujuan untuk memberi instruksi atau perintah lebih sulit , karena ada langkah

kelima yang harus dilalui yaitu harus ada aktivitas belajar sekitar penerimaan

informasi. Belajar merupakan proses yang aktif. Pada komunikasi dengan tujuan

persuasi, ada langkah yang keenam yaitu hasil yang berupa pandangan yang

dianjurkan oleh pembujuk (persuader). Proses persuasi adalah sebuah proses

komunikasi yang biasanya terdiri dari pengenalan informasi yang kemudian

menggiring penerima untuk mengubah persepsi terhadap lingkungannya.

2.1.1.5 Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi sangat penting dalam proses berkomunikasi karena:

(41)

Selain itu strategi komunikasi merupakan bagian dari perencanaan

komunikasi seperti yang di katakan Effendy:

“Demikian pula strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi”. (Effendy, 2000: 301).

Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus

dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap

pertanyaan dalam rumus Lasswell “Who Says What Which Channel To Whom

With What Effect”.

- Who? (Siapakah komunikatornya?)

- Says What? (Pesan apa yang dinyatakannya?)

- In Which Channel? ( Media apa yang digunakannya?)

- To Whom? (Siapa komunikannya?)

- With what effect? (Efek apa yang diharapkan?) (Effendy, 2000:

301).

Strategi komunikasi, baik secara makro (planned multi-media strategy)

maupun secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi

ganda, yaitu :

a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.

(42)

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh hasil

komunikasi yang optimal diperlukan suatu strategi komunikasi. Strategi

komunikasi juga diperlukan karena kemudahan dioperasikannya media massa

yang begitu ampuh jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.

2.1.2 Tinjauan Tentang Public Relations 2.1.2.1 Pengertian Public relations

Batasan pengertian public relations, menurut para ahli sampai saat ini

belum ada satu kesepakatan secara tegas, ini disebabkan karena pertama,

banyaknya definisi public relations yang telah dirumuskan oleh baik para pakar

atau ahli, maupun profesional public relations yang satu sama lain saling berbeda

pendapat tentang public relations. Kedua, terjadinya perbedaan batasan pengertian

tentang public relations diakibatkan karena adanya latar belakang yang berbeda,

misalnya definisi yang dilontarkan oleh kalangan akademisi akan lain dengan apa

yang diungkapkan oleh kalangan praktisi public relations. Ketiga, sesuatu yang

menunjukkan baik secara teoritis maupun praktisi bahwa kegiatan public relations

itu bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan dinamika masyarakat

serta mengikuti kemajuan zaman. Mungkin tidak ada bidang ilmu lain yang sulit

didefinisikan seperti public relations. Semua orang percaya bahwa definisi dari

public relations bisa saja berbeda-beda arti bagi masing-masing pihak. Ada yang

melihatnya dari segi komunikasi, publikasi, manajemen, pemasaran atau

(43)

Menurut John E. Maiston definisi umum dari public relations adalah:

Public Relations is planned, persuasive communications designed to influence

significant public.” (Kasali, 2000:6).

Sedangkan definisi yang berkaitan dengan manajemen adalah definisi

yang dikeluarkan oleh Danny Grinswold, Public Relations News (International

Public Relations Weekly for Executives) dimana Public Relations adalah :

“Fungsi manajemen yang melakukan evaluasi terhadap sikap dua public mengidentifikasikan kebijakan dan prosedur seseorang/sebuah perusahaan terhadap publiknya menyusun rencana serta menjalankan program-program komunikasi untuk memperoleh pemahaman dan

penerimaan publik”(Kasali, 2000:7).

2.1.2.2 Konsep Public Relations

Konsep adalah sebuah tatanan cara yang di lakukan oleh Public

Relations untuk mengatur segala sesuatu sehingga bisa di temukan solusi terbaik.

Lebih lanjut Rex F. Harlow dalam sebuah bukunya yang berjudul “A Model for Public Relations Education for Profesional Practice” memberikan definisi Public

Relations sebagai berikut :

Public relations adalah fungsi manajemen yang khas dan

mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam persoalan/permasalahan, membantu manajemen mamapu menanggapi opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi

(44)

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan, ada beberapa kesamaan

antara pengertian yang satu dengan yang lainnya. Ada unsur-unsur utama yang

sama, yang menyangkut antara lain:

1. Public Relations sebagai fungsi manajemen yang melekat

pada organisasi merupakan suatu kegiatan yang

berorientasi/bertujuan untuk memperoleh goodwill,

menciptakan dan membina pengertian dan pengakuan dari

publik, membina dan memelihara kerjasama, menciptakan

citra serta membentuk dan memelihara hubungan yang saling

menguntungkan antara organisasi dan publik-publiknya.

2. Orientasi kegiatan Public Relations adalah organisasi dan

publik, artinya apabila antara kepentingan organisasi dan

publik seimbang, maka hal ini akan menentukan sukses atau

gagalnya tujuan organisasi.

3. Kegiatan Public Relations adalah kegiatan yang terencana,

artinya setiap kegiatan yang dilakukan oleh Public Relations

telah melalui tahapan-tahapan dimana setiap tahapan ini

melalui perencanaan yang matang dan tidak asal-asalan. Ini

berarti Public Relations adalah suatu rangkaian kegiatan yang

di organisasikan sebagai suatu rangkaian program yang

terpadu dan teratur. Jadi Public Relations bukanlah kegiatan

(45)

4. Perencanaan dalam kegiatan Public Relations adalah

perencanaan dengan tujuan yang baik untuk menciptakan

opini publik yang favourable dan menguntungkan semua

pihak.

5. Aktifitas Public Relations adalah aktivitas komunikasi timbal

balik atau dua arah sebagai upaya untuk menciptakan

hubungan yang harmonis antara organisasi dan masyarakat.

Hubungan yang harmonis ini timbul dari adanya mutual

understanding, mutual confidence dan image yang baik.

Jadi dalam ke lima unsur utama tersebut diatas menunjukkan adanya

hubungan kait mengait secara holistik yang merupakan proses berkesinambungan

dalam fungsional Public Relations yang melekat dengan manajemen oraganisasi,

dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran utama badan usaha/organiasasi.

Definisi-definisi di atas kiranya memberi gambaran yang lebih jelas

tentang konsep Public Relations. Meskipun rangkaian 2 kata (Public dan

Relations) dapat diartikan melalui berbagai cara. Tetapi Public Relations tetap

suatu seni, suatu teknik yang memerlukan keahlian khusus.

2.2.1.3 Proses Public Relations

Proses Public Relations sangat tergantung dari input informasi, karena

bidang Public Relations adalah suatu studi yang menyangkut sikap manusia yang

membutuhkan ketajaman dan kepekaan analisis, serta data yang dapat mengubah

sikap manusia atau kelompok manusia secara efektif. Proses Public Relations

(46)

langkah yang biasa dilakukan dalam proses Public Relations sebagaimana yang

diajukan oleh Cutlip dan Center sebagai berikut:

1. Definisikan PermasalahanDalam tahap ini Public Relations perlu :

a. Melibatkan diri dalam penelitian dan pengumpulan fakta.

b. Public Relations perlu memantau dan membaca terus

pengertian, opini, dan sikap.

c. Perilaku mereka yang berkepentingan dan terpengaruh oleh sikap dan tindakan perusahaan.

2. Perencanaan dan Program

Pada tahap ini seorang Public Relations sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan. Langkah-langkah ini dirumuskan dalam bentuk rencana dan program, termasuk anggarannya. Pada tahap ini penting bagi Public

Relations mendapatkan dukungan penuh dari pimpinan

puncak perusahaan karena besar kemungkinan langkah yang diambil akan sangat strategis dan melibatkan keikutsertaan banyak bagian.

3. Aksi dan Komunikasi

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan/kegiatan sesuai dengan fakta dan data yang telah dirumuskan dalam bentuk perencanaan. Pada tahap ini, aksi dan komunikasi harus dikaitkan dengan objective dan goals yang spesifik.

4. Evaluasi Program

Proses Public Relations selalu dimulai dari mengumpulkan fakta dan diakhiri pula dengan pengumpulan fakta. Untuk mengetahui prosesnya sudah selesai atau belum, seorang

Public Relations perlu melakukan evaluasi atas

langkah-langkah yang telah diambil. Maka, tahap ini akan melibatkan pengukuran atas hasil tindakan di masa lalu. Penyesuaian dapat dibuat dalam program yang sama, atau setelah suatu masa berakhir. (Kasali, 2000: 84-85).

Keempat langkah diatas merupakan tahap-tahap yang penting, sehingga

dalam menjalankan keempat tahapan itu harus lengkap, tidak boleh ada yang

(47)

2.2.1.4 Fungsi Public Relations

Secara turun temurun, fungsi PR dapat digambarkan sebagai pengontrol

publik, mengarahkan apa yang dipikirkan atau dilakukan oleh orang lain dalam

rangka memuaskan kebutuhan organisasi, merespon publik, mereaksi

pengembangan, masalah, mencapai hubungan yang saling menguntungkan antara

publiknya melalui hubungan yang harmonis.

Fungsi merupakan kegiatan operasional dari suatu benda atau lembaga.

Mengenai istilah fungsi ini, Ralph Curier dan Allan C. Filley dalam bukunya

“Principle of Management” dikutip oleh Onong Uchjana Effendy (1993:24)

menyatakan bahwa “istilah fungsi menunjukkan suatu tahap yang jelas yang dapat

dibedakan bahkan dari tahap pekerjaan lain”.

Dalam kaitannya dengan public relations, maka public relations dalam

suatu organisasi dapat dikatakan berfungsi apabila menunjukkan kegiatan yang

jelas yang dapat dibedakan dengan kegiatan yang lainnya. Seperti yang dikatakan

oleh Rachmadi:

“Fungsi utama public relations adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antara lembaga/organisasi dengan publiknya, intern maupun ekstern dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan, motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga/organisasi.” (Rachmadi,1992:21).

Selanjutnya mengutip dari Edwin Emery dalam “Introductions to Mass Communications” F. Rachmadi menyebutkan fungsi Public Relations:

“The planned and organized effort of a company or institutions

to establish mutually beneficial through acceptable

communications relationship with its various publics (upaya yang

(48)

untuk menciptakan hubungan-hubungan yang saling bermanfaat dengan berbagai publiknya).” (Rachmadi, 1992:21).

Adapun fungsi dasar dari Public Relations seperti yang diungkapkan oleh

Moore, meliputi :

1. Menginterpretasikan opini publik untuk kepentingan manajemen dan mengumpulkan informasi mengenai sikap publik.

2. Membuat manajemen sadar akan kecenderungan dalam politik, sosial dan ekonomi.

3. Meminta perhatian manajemen atas aspek-aspek dari stimuli pengoperasian yang dapat merintangi hubungan perusahaan dengan publik.

4. Menyampaikan saran-saran kepada manajemen untuk menangani hubungan tersebut. (Moore,1987:160)

Selain itu ada juga beberapa pendapat lain dari para ahli komunikasi

mengenai fungsi Public Relations seperti:

Cutlip and Center dalam bukunya “Effective Public

Relations” juga mengemukakan 3 fungsi Public Relations yaitu:

a. To ascertain and evaluate public opinion as it relates to his

organization (menjamin dan menilai opini publik yang ada

dari organisasi).

b. To councel executives on way of dealing with public opinion

as it exist (untuk memberikan nasihat/penerangan pada

manajemen dalam hubungannya dengan opini publik yang ada)

c. To use communication to influence public opinion (untuk

menggunakan komunikasi dalam rangka mempengaruhi opini publik). (Effendy, 1997:134)

Penekanan dari uraian di atas mengenai fungsi public relations, Cutlip

(49)

dari pihak publik terhadap kebijakan dan operasionalisasinya oleh pimpinan

organisasi.

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Humas” mengemukakan 4

fungsi public relations, yaitu:

a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi

b. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik, baik publik ekstern maupun intern

c. Menciptakan komunikasi dan menyalurkan opini publik kepada organisasi

d. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum (Effendy, 1986: 31-32).

Betrand R. Canfield dalam bukunya “Public Relations Principles and

Problems” menjelaskan secara lebih luas mengenai fungsi dari public relations ini

dengan tidak memandang apakah kegiatan public relations itu bersifat internal

maupun eksternal. Dalam bukunya, ia mengemukakan tiga fungsi public

relations:

1. It should serve the public’s interest (mengabdi kepada kepentingan publik)

2. Maintain good communication (memelihara komunikasi yang

baik) And

3. stress good morals and manners (menitikberatkan moral dan

tingkah laku yang baik). (Yulianita, 1999: 49).

Dari definisi fungsi public relations di atas pada dasarnya dapat ditarik

suatu kesimpulan tentang fungsi public relations secara universal sehingga mudah

untuk dipahami dan dilaksanakan oleh seorang Public Relations yaitu hanya

menyangkut 2 fungsi public relations yang prinsipnya:

1. Menyampaikan kebijaksanaan manajemen pada publik

(50)

Untuk itu sebagai fungsi manajemen, public relations berarti mempunyai

kontribusi yang sangat penting untuk membantu lancarnya kegiatan manajenmen

khususnya dalam membantu hal-hal yang berkaitan dengan upaya untuk menilai

sikap publik terhadap organisasinya.

Fungsi Public Relations apabila dilaksanakan dengan seksama akan

menjadi dukungan yang nyata terhadap pencapaian tujuan organisasi beserta

manajemennya, karena fungsi yang tidak memihak. Fungsi public relations adalah

menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, sehingga dengan adanya

komunikasi yang timbal balik ini kesenjangan komunikasi dalam organisasi bisa

diantisipasi dan tercipta hubungan yang harmonis.

Dengan memelihara komunikasi yang baik, yaitu hubungan komunikatif

diantara public relations dengan publik internal maupun publik eksternal yang

dilakukan secara timbal balik yang dilandasi empati sehingga menimbulkan rasa

simpati. Selain itu dengan menitikberatkan moral dan perilaku yang baik, fungsi

public relations juga mewakili organisasi agar memperoleh pandangan yang

positif dari publik.

2.2.1.5 Strategi Public Relations

Dalam peranan sebagai penata rumah tangga perusahaan yang baik,

sebagai Public Relations Officer harus memiliki beberapa strategi agar dapat

menjangkau sasarannya baik internal maupun eksternal.

(51)

Relations tersebut, maka menurut Ahmad S. Adnanputra, Presiden Instintut Bisnis dan Manajemen Jayakarta, memberikan batasan pengertian tentang strategi Public Relations, antara lain

berbunyi: “Alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna

mencapai tujuan public relations dalam kerangka suatu rencana

public relations (public relations plan).” (Ruslan, 1998: 107).

Public Relations sebagai salah satu komponen kapal harus mampu

membaca rintangan yang muncul dari luar, (seperti: ketentuan pemerintah yang

mematikan, ketidakpahaman karyawan atas sikap penduduk di sekitar pabrik

sehingga penduduk bersikap melawan, tindakan pesaing, boikot dari konsumen

sampai pada kesalahan perusahaan yang dibuat tanpa sengaja terhadap publiknya.

Maupun dari dalam (seperti: pemogokan karyawan, pengrusakan, sikap tidak

terpuji, dan lain-lain) agar kapal dapat berlayar dengan selamat ke tujuannya.

Public Relations memberi sumbangan yang sangat besar bagi perusahaan

dengan mengembangkan hubungan-hubungan yang harmonis dengan

stakeholdernya agar perusahaan dapat mengembangkan kemampuannya mencapai

misinya.

Dalam peranan sebagai penata rumah tangga perusahaan yang baik,

sebagai Public Relations Officer harus memiliki beberapa strategi agar dapat

menjangkau sasarannya baik internal maupun eksternal.

Untuk mengokohkan dan memantapkan fungsi public relations dalam

perusahaan, ke tujuh strategi operasional public relations diatas juga diterapkan

oleh Public Relations Bea dan Cukai di mana posisi Public Relations Officer

harus sedekat mungkin dengan General Manager (GM) agar bisa berhubungan

Gambar

Gambar 2.1 Unsur Komunikasi
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Gambar 3.1 Sumber : Company Profil
+7

Referensi

Dokumen terkait

2.2 Deskripsi Kegiatan Rutin Selama Praktek Kerja Lapangan dan Contoh Selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL), penulis diberikan kepercayaan untuk belajar

Surat Perintah adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor dari Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tangerang dan ditujukan kepada pegawai yang diberikan

Pelayanan yang diberikan pada kantor Bea Cukai Perak sudah menggunakan sistem CEISA ini, sehingga para importir tidak perlu lagi mendatangi kantor Pengawasan dan

Dari hasil penelitian, KPPBC Tipe Madya Cukai Kudus berupaya untuk mengawasi dan memberikan pelayanan kepada pengguna jasa melalui upaya preventif (pencegahan)

Dalam pelaksanaan kegiatannya, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Bandar Lampung memiliki Tugas dan Fungsi yang harus di jalankan.. Adapun Tugas

5.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang telah ditetapkan oleh aparat bea dan cukai 1 serah terima dengan kanwil maksudnya penyelesaian perkaranya di selesaikan ke kantor

Siklus pendapatan Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor atas barang impor yang masuk melalui kargo pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Ngurah Rai dimulai dari

SIMPULAN DAN SARAN/ REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian terhadap implementasi Service Desk pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan menggunakan pertanyaan- pertanyaan