• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komersialisasi Sumber Daya Air Menurut Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komersialisasi Sumber Daya Air Menurut Hukum Islam"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Ditujukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)

SYAEFUL ANWAR NIM : 1110043200030

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Undang-undang tersebut memungkinkan terjadinya privatisasi yang berpotensi komersialisasi sumber daya air. Desa Padarincang yang berada di Kabupaten Serang Banten merupakan salah satu desa yang merasakan akibat dari privatisasi yang dilakukan perusahaan swasta. Pada dasarnya Hukum Islam melarang hal tersebut.

Pokok masalah dalam skripsi ini undang-undang tentang sumber daya air yang dibuat oleh pemerintah tidak berpihak kepada masyarakat. Undang-undang tersebut berpotensi terjadinya privatisasi sumber daya air. Hal tersebut dapat menimbulkan terjadinya kelangkaan air dikalangan masyarakat.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research). Sedangkan sifat penelitian bersifat analisis deskriptif-analitiskritis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif yang bersifat deskriptif. Data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data Primer yaitu bahan hukum yang berasal dari buku-buku, undang-undang, peraturan pemerintah, pendapat para ahli, doktrin, dan pendapat para ulama. Data Sekunder yaitu bahan hukum yang berasal dari majalah hukum dan internet.

Kata Kunci : Komersialisasi Sumber Daya Air

Pembimbing : Dr. Nahrowi, SH.,MH.

Hj. Ummu Hanah Yusuf Saumin, M.A.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya yang senantiasa memberikan

rahmat yang berlimpah kepada penulis, sehingga penulis diberikan kemampuan,

kekuatan serta ketabahan hati dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta

salam tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabatnya. Kemudahan serta pertolongan Allah yang selalu diberikan kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

KOMERSIALISASI SUMBER DAYA AIR MENURUT HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Padarincang, Serang Banten)

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak kekurangan di

dalamnya dan masih jauh dari kesempurnaan dalam hal ini tidak terlepas dari sifat

manusia yang penuh salah dan lupa. Selanjutnya karya ini tidaklah dapat

terselesaikan tanpa adanya dukungan dari kawan-kawan serta pihak-pihak yang

terkait dalam memberikan dukungan dan memberikan sumbangsih ide serta

waktu untuk berdiskusi dengan penulis. Oleh karena itu penulis merasa sangat

perlu untuk mengucapkan terimakasih sebagai bentuk penghargaan kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

(7)

vii

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Nahrowi, SH.,MH. dan Dra. Hj. Ummu Hanah Yusuf Saumin, M.A.

selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu

dan mencurahkan segala perhatiannya untuk memberikan pencerahan serta

pengarahan yang begitu baik bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya.

5. Pimpinan serta karyawan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Pimpinan serta karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas

untuk mengadakan studi kepustakaan berupa buku-buku ataupun lainnya,

sehingga penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan.

6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah banyak mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis selama

menjalani masa pendidikan berlangsung.

7. Ayahanda tercinta AIPTU Endang Bachtiar dan ibunda Ai Siti Aidah yang

selalu mendukung dan memberikan segalanya kepada ananda, agar ananda

dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Adik saya tersayang, Diana Roudhotul Jannah dan Ramadha Bachtiar

(8)

viii

9. Terima kasih juga kepada Om saya Asep Komarudin, SE, ME. dan Tante

saya Winda Rizkika Anggraini, SE. yang sudah mendukung saya.

10. Keluarga besar H. Ace dan Hj. Aisyah dan keluarga besar (alm) H. Tobri dan

(almh) Hj. Uki yang telah memberikan motivasi dan dukungan agar penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan Perbandingan Hukum angkatan 2010, Anchor

Freedom, dan teman-teman penghuni kosan pesanggrahan, kosan Dimas

yang penghuninya tidak saya sebutkan satu persatu yang selalu memberikan

motivasi dan kenangan dalam menjalani pendidikan di UIN Syarif

Hidayatullah.

12. Sahabat-sahabat PMII KOMFAKSYAHUM Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13. Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat saya Anjo momaitry, Gerry

Pamungkas, SH., Apriyanto Fitri Wibowo, S.Sy. serta sahabat-sahabat

seperjuangan angkatan 2010 Fakultas Syariah dan Hukum yang selalu

membantu dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian

skripsi ini dan tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Jakarta, 30 September 2016

(9)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Kajian (Review) Studi Terdahulu ... 9

E. Metode Penelitian ... 12

F. Sistematika Penulisan... 15

(10)

x

2. Komersialisasi Menurut Islam ... 23

B. Privatisasi dan Komersialisasi Sumber Daya Air di Indonesia ... 28

C. Bentuk Komersialisasi Sumber Daya Air di Indonesia... 33

BAB III PRAKTEK KOMERSIALISASI KOMERSIALISASI SUMBER DAYA AIR di DESA PADARINCANG A. Praktek Komersialisasi Sumber Daya Air PT. Tirta Investama (Aqua Danone)... 40

B. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat ... 46

BAB IV ANALISIS KOMERSIALISASI SUMBER DAYA AIR A. Analisis Praktek Komersialisasi Sumber Daya Air di Indonesia ... 53

B. Analisis Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positive Tentang Komersialisasi Sumber Daya Air di Desa Padarincang ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(11)

(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin.

Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai

berikut:

ARAB LATIN

Kons. Nama Kons. Nama

Alif Tidak dilambangkan

Ba b Be

Ta t Te

Tsa ts Te dan es

Jim j Je

Cha h Ha dengan dengan bawah

Kha kh Ka dan ha

Dal d De

Dzal dz De dan zet

Ra r Er

Zay z Zet

Sin s Es

Syin sy Es dan ye

Shad s Es dengan garis bawah

Dhat d De dengan garis bawah

1

(12)

Tha t Te dengan garis bawah

Dzha z Zet dengan garis bawah

Ain Koma terbalik di atas hadap

kanan

Ghain gh Ge dan ha

Fa f Ef

Qaf q ki

Kaf k Ka

Lam l El

Mim m Em

Nun n En

Wawu w We

Ha h Ha

Hamzah Apostrof

Ya y Ye

2. Vokal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong bahasa Arab

yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dengan huruf. Transliterasi

vocal tunggal dalam tulisan Latin dilambangkan dengan gabungan huruf

sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangkan

a fathah

i Kasrah

(13)

au A dan U

3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat

dan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf

dan tandamacron(coretan horisontal):

â A dengan topi di atas

î I dengan topi di atas

û U dengan topi di atas

4. Kata sandang, yan dalam bahasa arab dilambangkan dengan huruf ( ),

dialihaksarakan menjadi huruf l (el), baik diikuti hurufsyamsiyyah maupun

hurufqomariyyah, Misalnya:

= al-ijtihad

=al-rukhsah, bukanar-rukhsah

5. T̄ a’ marb̄utah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat suk̄un, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf h ,

sedangkant̄a’ marb̄ûtahyang hidup dilambangkan dengan huruf t , misalnya

( =ru’yah al-hilâlatauru’yatulhilâl).

6. Tasydîd, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf yaitu dengan

(14)

v

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Istilah ekologi saat ini semakin populer, karena bila terjadi

kerusakan/pencemaran lingkungan, maka pikiran seseorang tertuju kepada

persoalan ekologi. Kerumitan persoalan ekologi saat ini, karena ada

kecenderungan manusia memisahkan masalah lingkungan hidup dengan manusia,

masalah manusia bukap merupakan bagian yang integrasi dengan lingkungan.

Dengan demikian, menurut Soerjani bahwa Ekologi adalah ilmu dasar untuk

memertanyakan, menyelidiki, dan memahami bagaimana alam bekerja,

bagaimana keberadaan makhluk hidup dalam sistem kehidupan yang mereka

perlukan dari habitatnya untuk dapat melangsungkan kehidupannya, bagaimana

dengan melakukan semuanya itu dengan komponen lain dan spesies lain,

bagaimana individu dalam spesies itu beradabtasi, bagaimana makhluk hidup itu

menghadapi keterbatasan dan harus toleran terhadap berbagai perubahan,

bagaimana individu-individu dalam spesies itu mengalami pertumbuhan sebagai

bagian dari suatu populasi atau komunitas. Semuanya ini berlangsung dalam suatu

proses yang mengikuti tatanan, prinsip dan ketentuan alam yang rumit, tetapi

cukup teratur, yang dengan ekologi kita memahaminya.1

Menurut Otto Soemarwoto, suatu konsep sentral dalam ekologi adalah

ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik

1

(16)

2

antara makhluk hidup dengan lingkunganya. Ekosistem terbentuk oleh komponen

hidup dan tidak hidup di suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu

kesatuan yang teratur. Masing-masing komponen memiliki fungsi atau relung.

Selama masing-masing komponen itu melakukan fungsinya dan bekerja sama

dengan baik, maka keteraturan ekosistem itu pun terjaga.2

Seperti kita ketahui Bumi di ciptakan oleh Allah SWT. Didalamnya

terdapat berbagai macam sumber daya alam, diantaranya adalah air, gas, mineral

dan sebagainya. Air merupakan kebutuhan pokok manusia dan makhluk lainya.

Seseorang tidak dapat hidup tanpa air, oleh karena itu air merupakan salah satu

penopang hidup manusia.

Air tawar yang dapat dikonsumsi oleh manusia merupakan sumber daya

alam yang sangat langka. Sekitar 97,2% dan apa yang kita sebut sebagai air adalah

air laut yang tidak dapat dikonsumsi oleh manusia dan 2,15% merupakan air yang

membeku. Dengan demikian, jumlah air tawar yang dapat dikonsumsi oleh

manusia kurang dari 1% dari jumlah air yang ada di bumi.3 Perlu juga disadari

bahwa ketersedian air tawar semakin menipis akibat dari kerusakan linkungan

seperti penebangan liar yang mengakibatkan daerah resapan air berkurang dan

abrasi pantai yang menyebabkan rembesan air laut ke daratan sehingga

terkontaminasinya air bawah tanah. Masalah lingkungan hidup dapat

2

Supriadi,Hukum Lingkungan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 2.

3

(17)

menimbulkan dampak negatif berupa ancaman terhadap kesehatan manusia,

kerugian ekologis dan kerugian ekonomi.4

Setiap manusia sedikitnya membutuhkan 50 liter air bersih perhari untuk

keperluan minum, mandi, memasak, mencuci dan irigasi. Bahkan dengan

bertambahnya jumlah populasi manusia maka penggunaan air bersih semakin

meningkat. Banyak ahli yang mengatakan bahwa akan terjadi kelangkaan air

dalam kurun waktu beberapa dekade mendatang itu disebabkan adanya

pertambahan jumlah populasi, polusi dan perubahan cuaca. Dari krisis sosial

maupun alam yang akan dialami, krisis air dianggap paling mengkwatirkan bagi

kelangsungan hidup kita dan planet bumi ini. Karena jika hal tersebut benar-benar

terjadi dampaknya akan menyentuh semua kehidupan, mulai ketersediaan pangan,

kesehatan, perekonomian bahkan menyangkut permasalahan keimanan.5

Sebagaimana pentingnya air, pemerintah juga mengatur dalam

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Semenjak disahkanya

Undang-undang tersebut timbul perdebatan dan penolakan di kalangan

masyarakat. Dalam Undang-undang No. 7 Tahun 2004 memungkinkan terjadinya

privatisasi yang berpotensi komersialisasi sumber daya air. Privatisasi merupakan

bentuk perkembangan dari ekonomi kapitalis yang berujung atas exploitasi dan

komersialisasi atas sumber daya air maupun exploitasi manusia. Karena dorongan

4

Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia,(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), hal. 208.

5

(18)

4

dari sistem kapitalisme adalah keuntungan yang sebesar-besarnya dengan

mengesampingkan moral.6

Selain mengancam kebutuhan primer (daruriyat) rakyat, yakni kebutuhan

untuk minum, mandi, memasak dan mencuci. Privatisasi air juga mengancam

kebutuhan sekunder (hajiyat) rakyat yakni kebutuhan untuk mengairi lahan

pertanian dan perkebunan juga akan berdampak pada kebangkrutan dan

menyengsarakan petani. Efek lain dengan adanya privatisasi adalah menciptakan

kekacauan sosial yang dapat menimbulkan biaya sosial (social cost) yang tinggi

hal ini dikarenakan setiap masyarakat tidak terkecuali yang miskin akan gelisah

dan kesulitan mendapatkan air bersih karena air merupakan kebutuhan dasar yang

diberikan Tuhan secara gratis dan kini guna mendapatkannya harus dengan uang

(membayar) karena nilai air telah dimutilasi menjadi barang komersil.7

Tidak hanya itu, apabila di eksploitasi secara besar-besaran bahkan dapat

merusak ekosistem disekitarnya dan akan terjadinya kelangkaan air.Masalah

kekurangan air dapat menimbulkan bencana bagi manusia dan kelalaian dalam

pengelolaan sumber daya air juga dapat berakibat bencana. Kelangkaan air baik

kuantitas maupun kualitasnya telah sering menjadi pemicu perselisihan yang

berakhir pada perkelahian. Pengakuan hak atas air menjadi sangat penting, karena

air adalah hak azasi, tanpa air manusia akan mati.

Meningkatnya permintaan air di tengah-tengah kelangkaan air membuat

perusahaan-perusahaan besar (swasta) menjadikan kondisi tersebut sebagai

6

George Ritzer, Douglas J. Goodman,Teori Sosiologi Dari Teori Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Post Modern, (Terj. Inyiank Ridwan Muzir. 2008), hal.55.

7 Munawar Khalil. “

(19)

peluang bisnis karena nilai air telah dimutilasi menjadi barang komersil. Tarif

yang dibebankan kepada penggunapun tinggi. Hal ini menjadi sangat wajar karena

pada dasarnya logika dari berbisnis adalah bagaimana bisa mendapatkan

keuntungan sebesar-besarnya. Demi tercapainya hal tersebut maka segala langkah

dilakukan tanpa memperdulikan apakah langkah tersebut menimbulkan masalah

atau tidak karena pada dasarnya air merupakan kebutuhan vital bagi manusia.

Dengan semakin mahalnya air bersih bagi masyarakat berpenghasilan

rendah maka masyarakat terpaksa menggunakan air tidak bersih/kotor karena air

merupakan kebutuhan pokok. Apabila dikonsumsi terus menerus maka akan

mengancam kesehatan penggunanya. Tidak sedikit masyarakat yang terjangkit

gizi buruk akibat mengkonsumsi air tidak bersih/kotor.

Karena air tidak gratis dan untuk memperolehnya masyarakat harus

bersaing, baik dengan membeli atau membangun infrastruktur air bersih di tingkat

rumah tangga, hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat miskin semakin tidak

berdaya dalam bersaing dengan masyarakat yang lebih kaya untuk memperoleh

akses ke prasarana dasar sekalipun. Hal seperti ini dapat menimbulkan konflik di

dalam masyarakat.

Kasus seperti itu pernah terjadi di daerah Serang, Banten. Lebih dari 9.000

rumah tangga tani di Padaricang Banten kini terancam oleh kencangnya bisnis air

yang terjadi semenjak dikeluarkanya UU privatisasi air pada tahun 2004. Mumun

salah satu anggota serikat petani Indonesia mengatakan bahwa puluhan sumber

daya air di Padaricang telah di monopoli oleh para investor baik yang mengelola

(20)

6

mobil-mobil tangki. Saat ini di kecamatan Padaricang saja, setidaknya dua

peruahaan air minum kemasan telah dibangun dan terbukti telah menyebabkan

penurunan debit air untuk irigasi. Satu kasus baru-baru ini terjadi pada tahun 2008

adalah kasus pembangunan pabrik air Danone yang telah merampas 100 hektar

sawah yang subur di Padaricang untuk kemudian dikonversi menjadi sumur

athesis penghasil air. Danone beralih tidak akan mengambil air permukaan, tetapi

lebih parahnya Danone akan mengambil air bawah tanah dengan pengeboran

sedalam 800 meter. Akibatnya, 6.200 hektar sawah di Padaricang terancam

kekeringan. Dua perusahaan lainya yang telah merampas kedaulatan petani dalam

mengakses air di antaranya adalah coca-cola dan sosro. Selain itu, Lyones

perusahaan MNC dari Inggris juga telah menguasai PDAM di Jakarta. Fakta

menunjukan bahwa konflik petani yang bersaing untuk mendapatkan air irigasi

telah meningkat.8

Permasalahan kebutuhan air tidak hanya menyangkut permasalahan

kesejahteraan, akan tetapi juga menyangkut permasalahan keyakinan bagi

seseorang. Air menjadi alat kebutuhan bagi seseorang untuk bersuci seperti

berwudhu dan berjinabat. Jika air menjadi komoditas yang di komersialisasikan

bisa berarti dalam beragama hanya di peruntukan bagi orang-orang yang cukup

uang karena dapat membelinya dengan mudah. Akan tetapi bagi rakyat yang tidak

cukup uang bisa dikatakan kebutuhan keimananya tidak akan terpenuhi. Dalam

sejarah soal air, yang ditemukan dalam komunitas tradisional sebagai bagian

pranata sosial yang lebih dahulu lahir sebelum negara, memandang hubungan

8

(21)

manusia dengan air sebagai relasi alamiah dan tidak bisa lepas dari nilai etik

keagamaan yang diyakini dan menjadi satu kesatuan dalam interaksi masyarakat

dengan sumber daya air.9

Berlatar belakang dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk

mencermati tentang permasalahan yang timbul akibat komersialisasi sumber mata

air. Dimana penulis akan mengkaji hal tersebut dalam karya ilmiah dan kemudian

dikemas dengan judul “Komersialisasi Sumber Daya Air Menurut Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Padarincang, Serang Banten)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, tema yang akan dibahas akan sangat

luas untuk dipaparkan dalam skripsi ini. Maka dari itu penulis membatasi

pembahasan dalam skripsi ini. Dalam skripsi ini penulis berusaha akan mengkaji

tinjauan hukum islam mengenai komersialisasi sumber mata air yang berdampak

terhadap kelangsungan hidup seseorang. Maka dari itu penulis memilih judul yang

akan dibahas dalam skripsi ini. Penulis memilih judul “Komersialisasi Sumber

Daya Air Menurut Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Padarincang, Serang Banten)”.

2. Perumusan Masalah

Untuk memperjelas masalah dalam pembahasan ini, maka dirumuskan

masalah-masalah sebagai berikut:

9

(22)

8

a. Bagaimana praktek komersialisasi sumber daya air di Desa

Padarincang?

b. Bagaimana tinjauan Hukum Islam mengenai regulasi dan praktek

komersialisasi sumber daya air?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui praktek komersialisasi sumber daya air di desa

Padarincang.

b. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam mengenai

komersialisasi sumber daya air.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Untuk lebih memperkaya pemikiran ilmu pengetahuan penulis

dalam mengkaji permasalahan yang terjadi di masyarakat..

2) Untuk mengelaborasi antara teori yang diperoleh penulis di

perkuliahan dengan fakta hukum yang terjadi di masyarakat

3) Untuk menambah khasanah keilmuan di bidang Hukum Islam

bagi pembacanya.

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah dalam membuat

undang-undang yang berazaskan keadilan agar terciptanya

(23)

2) Agar penelitian ini menjadi perhatian dan dapat digunakan bagi

semua pihak khususnya pemerintah dan pihak swasta.

D. Kajian (Review) Studi Terdahulu

Di era globalisasi ini manusia diharapkan lebih memahami

permasalahan-permasalahan lingkungan apalagi dalam permasalahan-permasalahan air. Permasalahan air dapat

menimbulkan permasalahan yang berdampak terhadap kelangsungan hidup

seseorang karena air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Jumlah penduduk

yang semakin bertambah otomatis penggunaan air semakin meningkat. Dengan

berkurangnya daerah resapan air akibat dari kerusakan lingkungan maka kelak

Negara kita akan mengalami krisis air, ditambah lagi dengan adanya privatisasi

dapat berpotensi komersialisasi yang dilakukan pelaku bisnis. Jika komoditas air

dijadikan barang komersil maka kalangan tertentu saja yang bisa mendapatkanya.

Buku-buku dan literatur yang mengkaji permasalahan sumber daya air

banyak sekali, diantaranya: buku yang berjudul Kemelut SDA Menggugat

Privatisasi di Indonesia”oleh tim KRUHA, penerbit LAPERA pustaka utama

bekerja sama dengan KRUHA, Yogjakarta tahun 2005, yang menjelaskan bahwa

air sebagai barang sosial, dengan multi fungsi dan multi skala keberadaanya saling

berkaitan, harus dikelola dan dimanfaatkan sesuai dengan siklusnya. Hak guna air

untuk kepentingan individu, kelompok maupun global tidak akan pernah merubah

sebagai barang publik menjadi barang privat untuk dieksploitasi dan

diperdagangkan secara bebas dan sebebas-bebasnya. Peran Negara sebagai

(24)

10

skala diatasnya, dan juga makalahnya yang berjudul “Runtuhnya Mitos Negara

Budiman Kekuatan Ekonomi Politik Asing Berusaha Menyingkirkan Kedaulatan

Rakyat”. Makalah tersebut menjelaskan sejarah mata air di desa Padarincang dan

praktek privatisasi yang dilakukan perusahaan AMDK. Di dalam makalah tersebut

terjadi permasalahan antara warga desa Padarincang dengan perusahaan AMDK

yakni PT Tirta Investama (Aqua Danone).

Selain itu juga buku karangan Prof. Dr. H. Takdir Rahmadi, S.H, LL.M,

Hukum Lingkungan Di Indonesia,(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012),dalam

buku ini terdapat perdebatan mengenai UU No 7 tahun 2004 karena terdapat pasal

yang memungkinkan privatisasi sumber daya air.

Disamping itu juga ada skripsi yang membahas mengenai “Konsep

Penguasaan Negara Atas Sumber Daya Air Dalam Prespektif Islam” (analisis

putusan makamah konstitusi nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan

008/PUU-III/2005 tentang pengujian undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang

sumber daya air), oleh Afnanul Huda NIM 105045201507 mahasiswi Universitas

Islam Negeri Jakarta, 2011.

Selain itu ada juga tesis membahas tentang “Pengelolaan Sumber Daya

Alam Berbasis Masyarakat Dalam Upaya Konservasi Daerah Aliran Sungai (Studi

Kasus Desa Keseneng, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang), oleh

Fransisca Emilia mahasiswi Universitas Diponegoro, 2013.

Disamping itu ada juga skripsi yang membahas mengenai “Tinjauan Fiqih

Lingkungan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Sumber Daya Air” (Studi Analisis

(25)

2102140 mahasiswa syariah IAIN Walisongo, 2006 ini dengan pertimbangan

kepentingan umum yang berorientasikan kemaslahatan dan menolak adanya

kerusakan bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Jeratan hukum dari kerusakan

lingkungan khususnya air yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, maka

dalam kesimpulan skripsinya dalam prespektif fiqih lingkungan merupakan tindak

pidana, dan kewenangan pemerintah untuk memberikan sanksi pidana, ketentuan

pidana Undang-undang No 7 Tahun 2004 sesuai dengan maqasidus syariah karena

dapat mengancam jiwa, akal dan daya survive manusia dan makhluk hidup lain.

Dalam skripsi “Pandangan Hukum Islam Terhadap Aspek Pidana Dalam

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air” disusun oleh

Muhammad Arif Mujib NIM 2104178. Skripsi tersebut menjelaskan secara

komparatif antara hukum Islam dan hukum positif mengenai pelanggaran terhadap

praktek pidana pelanggaran sumber daya air yang menjelaskan tentang wajibnya

menjaga pelestarian alam semesta dan perbuatan merusak lingkungan merupakan

sebuah tindak pidana atau jarimah.

Pada dasarnya penelitian yang penulis teliti tidak ada kesamaan yang

mendasar karena penulis merujuk pada komersialisasi sumber daya air menurut

hukum Islam studi kasus di desa Padarincang kabupaten Serang Banten. Peneliti

bermaksud meneliti secara umum aspek-aspek permasalahan mengenai sumber

daya air. Dengan penelitian ini semoga dapat dijadikan pengalaman atau

tambahan refrensi berfikir dan berwacana dalam kasus-kasus yang sama, tentunya

dalam hal yang berkaitan dengan lingkungan.penelitian yang peneliti lakukan

(26)

12

mengenai pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, terkhusus dalam

bidang sumber daya air dan konservasi air demi kebutuhan dan kelangsungan

hidup manusia dan ekosistemnya.

E. Metode Penelitian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Metode mempunyai definisi

cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai

sesuai dengan yang dikehendaki. Kata penelitian secara ilmiah, dilakukan oleh

manusia, untuk menyalurkan hasrat ingin tahu yang telah mencapai taraf ilmiah,

yang disertai dengan suatu keyakinan bahwa setiap gejala akan dapat ditelaah dan

dicari hubungan sebab-akibatnya atau kecenderungan-kecenderungan yang

timbul10.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mempunyai beberapa metode antara lain:

1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum sebagai suatu aktivitas ilmiah senantiasa harus dikaitkan

dengan arti yang dapat diberikan pada hukum, yang berkaitan dengan metode

pendekatan yang digunakan. Menurut Soerjono Soekanto dan Purnadi Purba

caraka,hal ini meliputi.11

a. hukum dalam arti ilmu (pengetahuan);

b. hukum dalam arti disiplin atau sistem ajaran tentang kenyataan;

c. hukum dalam arti kaidah dan norma;

10

Soerjono soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, cet III, (Jakarta, 1984), hal. 3.

11

(27)

d. hukum dalam arti tata hukum atau hukum positif tertulis;

e. hukum dalam arti keputusan pejabat;

f. hukum dalam arti petugas;

g. hukum dalam arti proses pemerintahan;

h. hukum dalam arti perilaku yang teratur danajeg;

i. hukum dalam arti jalinan nilai-nilai.

Metode pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

pendekatan yuridis empiris atau yuridis sosiologis. Dalam pendekatan yuridis

sosiologis, hukum sebagailaw in action, dideskripsikan sebagai gejala sosial yang

empiris. Dengan demikian hukum tidak sekedar diberikan arti sebagai jalinan

nilainilai, keputusan pejabat, jalinan kaidah dan norma, hukum positif tertulis,

tetapi juga dapat diberikan makna sebagai sistem ajaran tentang kenyataan,

perilaku yang teratur dan ajeg, atau hukum dalam arti petugas.

Pada skripsi ini menggunakan penelitian terhadap azas-azas hukum

empiris, yaitu penelitian terhadap unsur-unsur hukum yang dilakukan dengan cara

hukum. Baik unsur ideal yang menghasilkan kaidah-kaidah hukum melalui filsafat

hukum, maupun dan unsur nyata yang terjadi dimasyarakat yang menghasilkan

tata hukum tertentu.12 Dalam skripsi ini yang menjadi tumpuannya adalah data

lapangan, peraturan perundang-undangan dan ditopang oleh pendapat-pendapat

para ahli terkait dengan komersialisasi sumber daya air.

12

(28)

14

2. Pendekatan Masalah

Sesuai dengan penelitian ini yang menggunakan jenis penelitian empiris,

maka penulis menggunakan beberapa pendekatan yang akan dilakukan yaitu,

Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach) dan Pendekatan Kasus

(Conceptual-Approach). Pendekatan Kasus digunakan untuk mengetahui praktek

komersialisasi sumber daya air di Desa Padarincang, Serang Banten.

3. Teknik Pengumpulan Data

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Data Lapangan.

2) Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri

dari:

1) Buku-buku mengenai SDA.

2) Undang-undang pengelolaan SDA.

3) buku yang berhubungan dengan fiqh lingkungan,

Buku-buku Hukum lingkungan.

(29)

4. Pengolahan dan Teknik Analisis Data

Dari bahan hukum yang sudah terkumpul baik bahan hukum primer

maupun bahan hokum sekunder diklasifikasikan sesuai isu hukum yang akan

dibahas. Kemudian bahan hukum tersebut diuraikan untuk mendapatkan

penjelasan yang sistematis. Pengolahan bahan hokum bersifat deduktif yaitu

menarik kesimpulan yang menggambarkan permasalahan secara umum ke

permasalahan yang khusus atau lebih konkret. Setelah bahan hukum itu diolah dan

diuraikan kemudian penulis menganalisisnya (melakukan penalaran ilmiah) dan

mencari pendapat-pendapat para ahli untuk menjawab isu hukum yang telah

dirumuskan dalam rumusan masalah.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku“Pedoman Penulisan

Skripsi” yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Untuk dapat menuangkan hasil penelitian kedalam bentuk penulisan yang

teratur dan sistematis, maka skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan yang

(30)

16

BAB I : PENDAHULUAN

Bab satu membahas tentang latar belakang, pembatasan dan

pe-rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian kajian (review)

studi terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG KOMERSIALISASI AIR

Bab ini membahas tentang pengertian komersialisasi serta

per-kembanganya. Kemudian tinjauan umum menurut hukum islam.

BAB III : PRAKTEK KOMERSIALISASI AIR di DESA

PADARINCANG

Bab ini membahas tentang tinjauan terhadap praktek komersialisasi

air di Desa Padarincang.

BAB IV : PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN POSITIVE

MENGENAI KOMERSIALISASI AIR di DESA

PADARINCANG

Bab ini dipaparkan mengenai sudut pandang hukum islam dan

hukum positif. Batasan-batasan hukum islam dan hukum positif

(31)

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran penulis yang didapatkan berdasarkan

(32)

18

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KOMERSIALISASI SUMBER DAYA AIR

A. Jual Beli Air Menurut Islam 1. Pengertian Jual Beli

Dalam Islam kata jual beli berasal dari bahasa Arab “al bai’u” bentuk mufrod dari kata “al buyuu” yang berarti tukar menukar suatu barang. Adapun

menurut etimologi jual beli diartikan “pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lainnya”. Kata lain dari al-bai’u sama artinya (sinonim) dengan kata al-ijarah, yaitu tukar menukar suatu barang.1Berkenaan dengan al-ijarah. Dalam Al-Qur’an

Surat Fatir ayat 29 disebutkan:

.

Artinya: “Sesungguhnya orang yang selalu membaca Kitab Allah dan Mendirikan Shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, Mereka itulah yang mengharapkan Perniagaan yang tidak merugi.”

Perkataan jual beli sendiri terdiri dari dua suku kata yaitu “jual dan beli”.

Sebenarnya kata “jual dan beli” mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan

beli adalah adanya perbuatan pembelian atau membeli. Dengan demikian

1

Syeh Abdurahman As-sa’di dkk, Fiqih Jual-Beli Paduan Praktis Bisnis Syari’ah, (Jakarta: Senayan Publishing, 2008), hal. 4.

2

Departemen agama,al-qur’an terjemah,(Bogor: Lajnah Pentashihan Mushaf

Al-Qur’an, 2007), hal. 437.

(33)

perkataan jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu

satu pihak menjual dan pihak lain membeli.

Dari ungkapan di atas terlihat bahwa dalam perjanjian jual beli terlibat dua

belah pihak yang saling tukar menukar atau melakukan pertukaran. Sedangkan

secara terminologi kata bai’ menurut para pakar hukum Islam berbeda pendapat dalam mendefinisikannya kata bai’ atau jual beli tersebut. Menurut Sayyid Sabiq bahwa jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela atau memindahkan

milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. Menurut M. Anwar jual beli itu adalah:

“perikatan yang meangandung pengertian pemindahan harta benda (jasa) dengan harta benda untuk dimiliki selama-lamanya, menurut aturan-aturan yang telah

ditetapkan atau ditentukan”. Adapun menurut pendapat Imam Taqiyuddin Abu

Bakar Ibnu Muhammad Ibnu Al Khusaini, dalam kitabnya Kifyatul Ahyar yang

artinya: Dalam arti syarat jual beli adalah pertukaran harta, yang dinyatakan

dengan ijab qabul dengan lantaran sesuatu.3

Prof Dr. TM Hasby Ash Shidieqy mengatakan bahwa jual beli adalah

memberikan suatu barang berharga walaupun tidak terijab Qobul (secara jelas)

berhubung sudah menjadi adat contohnya ijab qobul yang terjadi dalam transaksi

pembayaran di minimarket. Sedangkan jual beli menurut B.W adalah suatu

perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk

meyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya

(sipembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang

sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.

3 Hamzah Ya’qub

(34)

20

Jadi jual beli itu adalah pertukaran suatu barang atas dasar suka sama suka

(rela) yang dibenarkan oleh syara’, sehingga harta (barang) yang ditukarkan

menjadi hak milik untuk selama-lamanya. Pertukaran ini dilakukan atas dasar

suka sama suka atau saling rela antara kedua belah pihak. Maka kita tidak boleh

melakukan tukar menukar dengan cara paksaan, terpaksa atau memaksa kepada

pihak lain untuk menjual atau membeli suatu barang demi kepentingan hanya

sesuatu pihak saja, maka dalam Islam tidak dibenarkan hal yang sedemikian ini,

karena hal tersebut sudah mengandung suatu kerusakan atau sudah nyata dilarang

dalam Islam.4Dalam Islam jualbelimerupakan salah satu bentuk muamalah antara

sesama manusia. Adapun dasar hukumnya terdapat dalam Al-Qur’an, Al-Sunnah

dan ijma’ umat.Adapun landasan atau dasar hukum yang berdasarkan firman

Allah SWT:

Artinya:“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

Riba berasal dari akar kata raba yang artinya berkembang, meningkat,

atau melebihi. Kelebihan atau keuntungan interest dari peminjaman barang atau

uang, yang menurut hokum Islam dilarang sebesar apapun.5

4

Syeh Abdurrahman As-Sa’di dkk, Fiqih Jual-Beli Paduan Praktis Bisnis Syari’ah, (Jakarta: Senayan Publishing, 2008), hal. 5.

5

(35)

Dalam Surat annisa ayat 29 telah diterangkan:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Berdasarkan ayat diatas Allah membolehkan bahkan menghalalkan

ber-muammalah terutama dalam hal jual beli dengan siapapun juga dengan syarat

tidak ada paksaan diantara kedua belah pihak, tetapi Allah juga melarang bahkan

mengharamkan segala sesuatu yang mengandung unsur riba baik itu dalam jual

beli maupun dalam hal muamalah yang lainnya. Ayat ini dengan tegas melarang

orang memakan harta orang lain atau hartanya sendiri dengan jalan batil, artinya

tidak ada haknya. Memakan harta sendiri dengan jalan batil ialah membelanjakan

hartanya pada jalan maksiat. Memakan harta orang lain dengan jalan batil ada

berbagai caranya, seperti pendapat Suddi, memakanya dengan jalan riba, judi,

menipu, dan menganiaya. Menurut Hasan dan Ibnu Abbas, memakan harta orang

lain dengan tidak ada pergantian. Termasuk juga dalam jalan yang batal ini segala

jual beli yang dilarang syara’, yang tidak termasuk ialah jalan perniagaan yang

saling “berkeridhaan” (suka sama suka) diantaramu, yakni dari kedua pihak.7

6

Departemen agama,al-qur’an terjemah,(Bogor: Lajnah Pentashihan Mushaf

Al-Qur’an, 1996),hal. 83.

7

Abdul Halim Hasan Binjai,Tafsir Al-Ahkam,Cet. II, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2011), hal. 258.

(36)

22

Adapun dasar hukum diperbolehkannya jual beli menurut hadits yang

diriwayatkan oleh Rofiah bin Rofi’:

:

:

(

)

.

Artinya: “Dari Rofiah bin rofi’ bahwasanya Rosulullah SAW ditanya apakah mata pencaharian yang paling baik itu? Nabi menjawab, ialah seorang itu yang bekerja dengan tangannya dan jual beli yang bersih. (H.R Bazzar dan dinilai Shahih oleh Al- Hakim).”

Hadits tersebut diatas menunjukkan bahwa jual beli merupakan anjuran atau

perintah nabi terhadap orang Islam untuk mengadakan jual beli yang mana jual

beli tersebut disamakan dengan orang yang bekerja dengan hasil keringat sendiri,

asalkan jual beli tersebut suci atau bersih dari perkara yang dilarang oleh syara’

seperti mengurangi timbangan, menipu, menjual barang yang belum jelas dan lain

sebagainya.9 Sedangkan menurut landasan ijma umat tentang jual beli adalah:

bahwasanya umat sepakat bahwa jual beli dan penekunannya sudah berlaku

(dibenarkan) sejak zaman Rasulullah SAW hingga hari ini. Jual beli merupakan

perilaku yang dianjurkan dalam Islam ini ditegaskan guna dapat memberikan

kemudahan kelangsungan hidup manusia. Akan tetapi ini akan berbeda hukum

ketika kita berbicara tentang praktek jual beli air. Karena air merupakan

kebutuhan mendasar bagi seluruh makhluk dan air dijadikan sebagai hak publik

8

Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Cet. VII, (Jakarta: Akbarmedia, 2012), hal. 203.

9 Hamzah Ya’qub

(37)

yang dapat diakses oleh siapa saja dan menjadi pelarangan ketika air tersebut

dijadikan barang yang diperjual belikan.

2. Komersialisasi Air Menurut Islam

Air sebagai kebutuhan pokok manusia dan semua makhluk di bumi

menjadi permasalahan tersendiri yang dibahas dalam fiqih Islam. Karena pada

benda vital tersebut manusia berserikat. Sabda Rasulullah saw:

:

.

Artinya:“orang Muslim berserikat dalam tiga hal, yaitu: air, rumput, dan api dan harganya adalah haram (H.R Ahmad dan Abu Dawud).

Rasulullah juga melarang praktek jual beli air, sesuai hadits yang

diriwayatkan Imam Muslim:

:

.

Artinya: “Dan Dari Jabir Bin Abdullah, Dia Berkata “Rasulullah Saw Melarang Menjual Kelebihan Air. (HR. Muslim)

Hadits tersebut diriwayatkan pula oleh ulama penyusun kitab Sunan (Abu

Daud, Tirmidzi, An Nasa’I dan Ibnu Majah) dan Tirmidzi menilainya sahih. Kata

10

Hamzah Ya’qub,Kode Etik Dagang Menurut Islam Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekonomi, (Bandung: CV Diponegoro), hal. 129.

11

(38)

24

Al Fath Al Qusyairi, hadist tersebut sesuai dengan syarat sahih riwayat Imam Al

Bukhari dan Muslim.12 Hadits tersebut sebagai dalil bahwa tidak boleh menjual

sesuatu kelebihan air dari kebutuhan pemiliknya. Kata ulama, macam air itu ialah

air yang keluar dari mata air dalam tanah umum, lalu permukaanya itu tidak

dilarang penjualanya. Demikian juga jika orang membuat/menggali talaga dalam

tanah miliknyatempat penampungan air atau dia menggali sumur, lalu sebagianya

untuk dia minum dan sebagian lagi untuk mengairi sawah/menyirami tanaman,

maka tidak ada larangan menjual kelebihanya.

Menurut zhohir hadits tersebut menunjukan wajib atas pemiliknya

mendermakan kelebihan air dari kebutuhannya sendiri untuk minum atau untuk

bersuci atau menyirami tanaman, baik air itu dari tanah umum maupun pada tanah

yang dimiliki orang; Diantara ulama yang berpendapat pemanfaatan air untuk

umum ini adalah Ibnu Qayim dalam kitabnya “Al Huda”. Beliau mengatakan: Boleh memasuki tanah dimiliki orang untuk mengambil air dan rumput, karena

sesungguhnya dia mempunyai hak terhadap air itu tidak dilarang pemakaianya

oleh milik orang lain itu. Beliau mengatakan bahwa Imam Ahmad telah

menetapkan kebolehan gembala pada tanah yang bukan tanah umum untuk

binatang ternak. Demikian menurut Manshur Billah dan Imam Yahya dalam

pembahasannya tentang kayu bakar dan hasyisy (tumbuhan ganja). Kemudian

beliau berkata: Sesungguhnya tidak ada gunanya izin pemilik tanah, karena

sesungguhnya tidak ada baginya untuk melarang masuk. Bahkan wajib atasnya

merperkenakan orang dan haram atasnya mencegah orang memasukinya, sehingga

12

(39)

memasukinya tidak tergantung pada izin pemiliknya, yang dibutuhkan izin itu

hanyalah untuk memasuki rumah apabila ada orang yang menempatinya karena

wajib minta izin untuk memasuki rumah.13

Adapun rumah yang tidak dihuni orang. Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan:

.

Artinya :“Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan. (Surat Annur: 29.)

Barang siapa yang menggali sumur atau sungai maka dialah yang paling

berhak terhadap airnya dan dia tidak boleh melarang orang lain untuk mengambil

kelebihan airnya, sekalipun sudah kami katakana bahwa air itu hak penggali

sumur tetapi tidak dia miliki, sebagaimana menurut pendapat jumhur ulama. Atau

sekalipun kami katakan air itu miliknya tetapi sesungguhnya dia berkewajiban

memberikan kelebihanya kepada orang lain berdasarkan hadits yang diriwayatkan

oleh Abu Daud, bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw:15

:

) .

(

.

13

Abubakar Muhammad,Terjemahan Subulus Salam III, cet I, (Al-Ikhlas: Surabaya 1995), hal. 45.

14

Departemen agama,al-qur’an terjemah, (Bogor: Lajnah Pentashihan Mushaf

Al-Qur’an, 1996), hal. 353.

15

Abubakar Muhammad,Terjemahan Subulus Salam III, cet I, (Al-Ikhlas: Surabaya 1995), hal 46.

16

Abubakar Muhammad,Terjemahan Subulus Salam III, cet I, (Al-Ikhlas: Surabaya 1995), hal. 47.

(40)

26

Artinya: Ya Nabi yallah, apakah yang tidak halal dilarang/dicegah? Beliau menjawab: air, Ya Nabi yallah apakah yang tidak halal dilarang? Beliau menjawab garam.

Hadits tersebut memberikan pengertian bahwa hukum air itu sama dengan

garam dan apa-apa yang serupa itu, termasuk rumput, sama dengan hukum air itu.

Barang siapa yang sudah mendahului pengembalaan binatangnya pada suatu tanah

yang tidak dimiliki orang, di dalamnya ada rumputnya, maka dialah yang paling

berhak mengembala di tempat itu selama binatangnya ada di dalamnya. Apabila

sudah keluar dari tanah itu maka dia tidak berhak menjualnya.17

Dari Surat an-Nur ayat 29 juga dapat kita pahami bahwa ketika air

merupakan milik bersama maka jika seseorang membutuhkan air yang ada

didalam rumah sedangkan rumah tersebut tidak dihuni maka orang tersebut boleh

mengambilnya tanpa harus meminta izin dari pemilik rumah. Sementara air yang

sumbernya terkandung didalam perut bumi, tidak seorangpun bisa mengklaimnya

sebagai miliknya kecuali jika ia bekerja untuk mengaksesnya, melakukan

penggalian untuk menemukan sumber tersebut dan membuatnya siap guna. Ketika

seseorang membuka sumber ini dengan kerja dan penggalian, maka ia berhak atas

mata air yang ditemukannya. Ia berhak mengambil manfaat mata air tersebut dan

mencegah intervensi dari orang lain, karena ia yang membuka kesempatan untuk

menggunakan dan memanfaatkan air tersebut. Sementara mereka yang ikut andil

dalam membuka kesempatan itu, tidak berhak mengintervensinya dalam

menikmati manfaat air tersebut dan memilki air yang memancar berkat usahanya,

sebab ini adalah penguasaan, dimana ia tidak memilki sumber airnya yang

17

(41)

terdapat perut bumi. Sebagaimana itu ia wajib untuk membagi-bagikan air

tersebut untuk dimanfaatkan orang lain secara gratis dan tidak boleh meminta

imbalan, karena substansi air merupakan milik bersama. Si penemu air hanya

memiliki prioritas yang lebih utamakan tetapi jikalau dia sudahcukup dalam

kebutuhannya dia tidak punya hak untuk melarang orang lain untuk

memanfaatkkan air tersebut.

Sebuah hadits Rasulullah saw tentang

ƥ Ǜ Ɩ ƾ Ƶ ǚ

dan diriwayatkan

oleh Abu Bashir dari Imam Ash Shadiq. Imam mengatakan, jadi jangan jual

mereka. Namun pinjamkanlah kepada tetangga dan saudaramu (seiman). Al

Arba’a artinya seeseorang membuat sebuah dam untuk mengairi tanahnya hingga ia memenuhi kebutuhannya dalam hal ini. Dalam riwayat lain dari Ash Shadiq

dinyatakan bahwa

ƥ Ǜ Ɩ ƾ Ƶ ǚ

artinya batas waktu yang tetap untuk untuk mengairi

tanah. Ketika kalian telah memenuhi kebutuhan kalian maka kalian tidak

diperbolehkan untuk menjual air tersebut dan membiarkan orang lain untuk

memanfaatkannya. artinya dam yang dibuat diantara tanah-tanah milik

sekelompok orang. Jika seseorang telah terpenuhi kebutuhannya maka maka ia

harus membiarkan orang lain memanfaatkannya dan dilarang untuk menjual air

tersebut.18

Adapun orang yang menyimpan air dalam tempat air minum dan kolam,

maka itu dikecualikan dari ketentuan itu berdasarkan qiyas pada kayu bakar.

Rasullulah saw telah bersabda tentang kayu bakar itu sebagai berikut:

18

(42)

28

.

Artinya:Sungguh seseorang diantara kamu mengambil seutas tali lalu dia mengambil seikat kayu bakar kemudian dia jual, lalu dengan hasil jualan kayu itu dia dapat menjaga dirinya adalah lebih baik dari pada dia minta-minta kepada orang, yang terkadang orang memberinya atau menolaknya.

Boleh penjualan air dan kayu yang disimpannya dan tidak wajib dia

berikan kepada orang kecuali hujan. Demikian juga penjualan sumur dan mata air

itu sesungguhnya boleh. Rasulullah saw bersabda: barang siapa yang menjual

sumur rumah yang mampu mencukupi kebutuhan orang-orang Muslim

dengannya, maka baginya surga.20

B. Privatisasi dan Komersialisasi Sumber Daya Air Di Indonesia

Privatisasi air adalah berpindahnya pengelolaan air baik sebagian maupun

seluruhnya dari sektor publik kepada sektor swasta.21 Kurang lebih dua dekade

terakhir ini, privatisasi air menjadi salah satu isu pembangunan yang paling

kontroversial. Sedangkan komersial adalah perbuatan menjadikan sesuatu sebagai

barang dagangan. Istilah komersialisasi sumber daya air merupakan efek yang

19

Abubakar Muhammad,Terjemahan Subulus Salam III, cet I, (Al-Ikhlas: Surabaya 1995), hal. 47.

20

Abubakar Muhammad,Terjemahan Subulus Salam III, cet I, (Al-Ikhlas: Surabaya 1995), hal. 48.

21

(43)

ditimbulkan oleh privatisai sumberdaya air ketika air menjadi komoditas yang di

komersilkan.22

Bagi para pendukungnya privatisasi air dipandang sebagai cara yang

paling pantas untuk mengatasi persoalan keteraksesan masyarakat terutama

masyarakat miskin untuk memperoleh air bersih. Selain itu privatisasi air juga

dipandang akan membantu meningkatkan efektifitas dan efisiensi layanan air yang

selama ini dikelola oleh sektor publik. Sedangkan bagi penentangnya air

merupakan kebutuhan dasar manusia dan tidak pantas untuk dijadikan barang

dagangan termasuk dengan melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan dan

penyediaannya. Sektor swasta akan lebih memprioritaskan keuntungan daripada

peningkatan layanan kepada masyarakat.

Meskipun banyak sekali perhatian dan perdebatan terkait dengan

privatisasi air, pada dasarnya sedikit sekali proyek-proyek privatisasi air di dunia.

Menurut David Hall, 90 % penyediaan layanan air di dunia dilakukan oleh sektor

publik. Hanya 5 % dari total populasi di dunia yang layanan airnya diberikan oleh

sektor swasta.23

Dalam perkembangannya, terdapat dua model privatisasi air. Pertama

berupa model UK yang diterapkan di Inggris dan Wales dimana kepemilikan dan

pengelolaan utilitas air dilakukan oleh sektor swasta. Kedua adalah model

Perancis, dimana kepemilikan di tangan publik sedangkan pengelolaannya

22

Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, (Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005), hal. 33.

23

(44)

30

dilakukan oleh publik atau private. Perbedaan lain dari kedua model tersebut

adalah di UK dibentuk Office of Water Services (OFWAT) sebagai badan

pengatur independen, sedangkan di Perancis “economic regulator” diperankan

oleh pemerintah daerah.24

Secara umum terdapat beberapa model privatisasi air yaitu:

i. Kontrak Jasa (service contracts).

Aspek individual dari penyediaan infrastruktur (pemasangan

dan pembacaan meteran air, operasi stasiun pompa dan sebagainya)

diserahkan kepada swasta untuk periode waktu tertentu (6 bulan

sampai 2 tahun). Kategori ini kurang memberi manfaat bagi penduduk

miskin. Kontrak jasa dipergunakan di banyak tempat seperti di Madras

(India), dan Santiago (Chile).

ii. Kontrak Manajemen.

Manajemen swasta mengoperasikan perusahaan dengan

memperoleh jasa manajemen baik seluruh maupun sebagian operasi.

Kontrak bersifat jangka pendek (3 sampai 5 tahun) dan tidak terkait

langsung dengan penyediaan jasa sehingga lebih fokus pada

peningkatan mutu layanan daripada peningkatan akses penduduk

miskin. Kontrak manajemen dilaksanakan di Mexico City, Trinidad,

dan Tobago.

24

(45)

iii. Kontrak Sewa-Beli.

Perusahaan swasta melakukan lease terhadap aset perusahaan

pemerintah dan bertanggung jawab terhadap operasi dan

pe-meliharaannya. Biasanya kontrak sewa berjangka 10-15 tahun.

Perusahaan swasta mendapat hak dari penerimaan dikurangi biaya

sewa beli yang dibayarkan kepada pemerintah. Menurut Panos (1998),

perusahaan swasta tersebut memperoleh bagian dari pengumuman

pendapatan yang berasal dari tagihan pembayaran. Konsep ‘Enhanced Lease’ diperkenalkan karena di negara berkembang dibutuhkan

investasi pengembangan sistem distribusi, pengurangan kebocoran, dan

peningkatan cakupan layanan. Perbaikan kecil menjadi tanggungjawab

operator dan investasi besar untuk fasilitas pengolahan menjadi

tanggungjawab pemerintah. Kontrak sewa-beli banyak digunakan di

Perancis, Spanyol, Ceko, Guinea, dan Senegal.

iv. Bangun - Operasi–Alih

BOT dan beragam variasinya biasanya berjangka waktu lama

tergantung masa amortisasi (25-30 tahun). Operator menanggung risiko

dalam mendesain, membangun dan mengoperasikan aset. Imbalannya

adalah berupa jaminan aliran dana tunai. Pada akhir masa perjanjian,

pihak swasta mengembalikan seluruh aset ke pemerintah. Terdapat

beragam bentuk BOT. Pelaksanaan BOT terdapat di Australia,

Malaysia, dan Cina. Di bawah prinsip BOT, pendanaan pihak swasta

(46)

32

sistem infrastruktur berdasarkan standar standar performance yang

disusun oleh pemerintah. Masa periode yang diberikan memiliki waktu

yang cukup panjang untuk perusahaan swasta guna mendapatkan

kembali biaya yang telah dikeluarkan dalam membangun konstruksi

beserta keuntungan yang akan didapat yaitu sekitar 10 sampai 20

tahun. Pemerintah tetap menguasai kepemilikan fasilitas infrastruktur

dan memiliki dua peran sebagai pengguna dan regulator pelayanan

infrastruktur tersebut.

v. Konsesi

Konsesi biasanya berjangka waktu 25 tahun yang berupa

pengalihan seluruh tanggung jawab investasi modal dan pemeliharaan

serta pengoperasian ke operator swasta. Aset tetap milik pemerintah

dan operator swasta membayar jasa penggunaannya. Tarif mungkin

dibuat rendah dengan mengurangi jumlah modal yang diamortisasi,

yang dapat menguntungkan penduduk miskin jika mereka menjadi

pelanggan. Konsesi dengan target cakupan yang 37 jelas mengarah

pada layanan bagi seluruh penduduk dapat menjadi alat yang tepat

dalam memanfaatkan kemampuan swasta meningkatkan investasi,

memberikan layanan yang baik, dan menetapkan tarif yang memadai.

Melalui cara ini, pemerintah tetap mengatur tarif melalui sistem

regulasi dan memantau kualitas layanan. Konsesi mempunyai sejarah

panjang di Perancis, kemudian berkembang di Buenos Aires

(47)

konsesi, Pemerintah memberikan tanggung jawab dan pengelolaan

penuh kepada kontraktor (konsesioner) swasta untuk menyediakan

pelayanan infrastruktur dalam sesuatu area tertentu, termasuk dalam

hal pengoperasian, perawatan, pengumpulan dan manajemennya.

Konsesioner bertanggung jawab atas sebagian besar investasi yang

digunakan untuk membangun, meningkatkan kapasitas, atau

memperluas sistem jaringan, dimana konsesioner mendapatkan

pendanaan atas investasi yang dikeluarkan berasal dari tarif yang

dibayar oleh konsumen. Sedangkan peran pemerintah bertanggung

jawab untuk memberikan standar kinerja dan jaminan kepada

konsesioner.

vi. Divestiture

Kategori ini merupakan bentuk paling ekstrim dari privatisasi,

yang berupa pengalihan aset dan operasi ke swasta, baik keseluruhan

maupun sebagian aset. Pemerintah hanya bertanggung jawab terhadap

regulasi. Tidak banyak 38 contoh dari divestiture, hanya Inggris dan

Wales melakukan dalam skala besar.25

C. Bentuk Komersialisasi Sumber Daya Air Di Indonesia

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 mengakibatkan

utang luar negeri pemerintah bertambah akibat fluktuasi mata uang. Sehingga

pihak IMF berusaha membantu Indonesia demi mengembalikan kondisi ekonomi

25

(48)

34

yang tertuangdalam memorandum of economic and financial policies dalam

perjanjian letter of intent (LOI). Isi LOI itu mengharuskan pemerintah melakukan

agenda reformasi kebijakan dan institusional berdasarkan:

a. Manajemen makro ekonomi.

b. Restrurisasi finasial dan corparate sector.

c. Proteksi terhada kaum miskin.

d. Reformasi institusi-institusi ekonomi.26

Progam yang dicanangkan oleh IMF untuk mereformasi makro ekonmi

kemudian dimatangkan sepanjang tahun 1998 bekerjasama dengan Bank Dunia,

ADB dan kreditor bilaretal. Pada bulan juni 1998 Bank Dunia mengeluarkan

pinjaman sebesar 1 miliar dolar Amerika, yang kemudian disusul pinjaman yang

kedua sebesar 500 juta dolar Amerika. Salah satu isi perjanjian utang tersebut

adalah untuk memperbaiki pengelolaan sumberdaya air di Indonesia.27

Berawal krisis itulah Bank Dunia menawarkan pinjaman untuk pemerintah

Indonesia guna merestrukturisasi sektor sumberdaya air yang disebut Water

Resources Sector Sector Struktural Adjustment Laon (WATSAL). Pinjaman

progam ini menjadi bagian dari keseluruhan pinjaman untuk merenofasi kebijakan

mikro ekonomi Indonesia. Pemerintahpun menerima tawaran tersebut dan

membentuk team khusus untuk menyusun bersama dengan pihak Bank Dunia.

Tim inipun lebih dikenal dengan WATSAL Task Force atau kelompok kerja

26

Kruha, Koalisi Rakyat Hak Atas Air Privatisasi Air 15 Maret 2011 http://www.kruha.org/page/id/dinamic_detil/11/101/Privatisasi_Air/Privatisasi_Air.html, akses tanggal 12 Sempember 2015

27

(49)

WATSAL. Bersama dengan tim koordinasi pengelolaan Sumber Daya Air

membentuk rencana rencana implementasi WATSAL yang berisi tahapan-tahapan

proses rencana dari masing-masing rencana restrukturisasi dam matriks kebijakan

dan diserahkan ke Bank Dunia yang berperan sebagai pengawas pelaksanaan

program.28Dengan dana yang diberikan kepada pemerintah Indonesia menjadikan

pemerintah harus mengadopsi prinsip-prinsip WATSAL dalam undang-undang

baru mengenai sumber daya air, kerangka tersebut antara lain:

a. Memperkenalkan hak guna air untuk alokasi air permukaan dan

tanah dan untuk penggunaan air yang kondusif.

b. Meningkatkan efisiensi terhadap penggunaan air terutama untuk

irigasi.

c. Memfasilitasi hubungan antara alokasi dan penggunaan air

permukaan dan tanah melalui mekenisme sertifikasi yang seragam.

d. Mengusahakan pencapaian kualitas air permukaan dan tanah yang

kondusif dengan pemabngunan sosial ekonomi dan keberlanjutan

lingkungan, juga kompatibel dengan hak guna tanah dan

perencanaan DAS (Daerah Aliran Sungai).

e. Membangun intitusi-institusi pengelolaan DAS yang partisipatif

dan transparan.

f. Menguatkan mekanisme-mekanisme penunjangan, pengelolaan dan

pendanaan berbasis masyarakat untuk jaringan irigasi, pelayanan

28

(50)

36

air di tingkat kecamatan/kotamdya, sanitasi dan sistim pembuangan

air.

g. Membuat sistem perencanaan, progam dan anggaran untuk

keperluan investasi dan menejemen pembangunan sumber daya air

yang terdesentraslisasi.

h. Membangun struktur regulator untuk pengelolaan tingkat daerah

untuk menunjang pengimpliitasian pengelolaan DAS yang

terintegrasi melalui unit DAS propinsi, dan jika feasible, usaha

corpotarized self-financing dibawah Pemda.

i. Mendorong prinsip kontribusi yang saling menguntungkan

terhadap biaya pelayanan publik air bersih dan irigsi dan prinsip

“poluter pay” atau “ yang membuat polusi harus membayar” untuk

biaya yang ditimbulakan karena terjadi polusi air.

j. Memperbaiki peraturan-peraturan dan kerangka kerja untuk

partisipasi swasta dalam sektor sumber daya air dan pengelolaan

kualitas air, termasuk 41 manajemen irigasi melalui konsesi

investasi, pengoprasian dan pemeliharaan.

k. Meningkatkan koordinasi antara kehutanan, pertanian konsevasi

dan aktivitas sektor publik dan swasta dalam sumber daya air.

l. Membuat kebijakan-kebijakan spesifik mengenai konservasi lahan

basah yang berkelanjutan dan membangun daerah rawa.29

29

(51)

Seiring dengan perkembangan situasi global maka UU No. 11 tahun 1974

sudah tidak lagi memadai. Maka pemerintah merasa perlu adanya kebijakan baru

yang sesuai dengan perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi dan

terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Apalagi dari

pihak bank dunia juga mendesak Indonesia agar melakukan reformasi

peranturan-peraturan yang menyangkut sumberdaya air. Hasilnya adalah bahwa reformasi

untuk sektor sumberdaya air yang dirancang pemerintah didasari pada paradigma

sebagai berikut:

1) Berwawasan lingkungan untuk mencapai pembangunan yang

berkelanjutan.

2) Perubahan peran pemerintah: dari yang tadinya berperan sebagai

penyedia berubah fungsi sebagai memungkinkan tersedianya air

dan sumber air.

3) Desentralisai kewenangan: pengelolaan sumber daya air harus

memperhatikan kewenangan daerah kabupaten, kota dan propinsi.

4) Hak asasi manusia: selama ini terjadi ketidak adilan distribusi air,

dan setiap individu sebenarnya mempunyai hak yang sama dalam

memperoleh akses terhadap air dan sumber air.

5) Demokratisasi: berubah dari pola pembangunan top down menjadi

pola-pola pendekatan yang proposional antara top-down dan

bottom-up sehingga lebih efektif.

6) Globalisasi: reformasi kebijakan sektor sumber daya air harus

(52)

38

undang-undang baru mengenai sumber daya air, menetapkan

kebijakan nasional, dan pembentukan Dewan Air Nasional.30

Melihat paradigma tersebut bahwa dapat kita pahami bahwasannya sumber

daya air yang didasari pada paradigma globalisasi merupakan sebuah awal

menjadi barang yang dapat diprivatisasi dan ini berujung pada dikomersialkannya

sumber daya air. Isu terpenting tentang era baru dalam reformasi sumber daya air

adalah mengenai hak guna air (Water Rights) untuk alokasi air permukaan dan air

tanah yang diperkenalkan Bank Dunia. Hak guna air dalam undang-undang

sumber daya air dibagi menjadi dua, yaitu hak guna pakai dan hak guna usaha.

Hak guna pakai adalah penggunaan keperluan sehari-hari. Sedangkan hak guna

usaha adalah hak guna air untuk memenuhi tugas komersil atau kebutuhan

usaha.31

Hal ini sesuai dengan yang digariskan Bank Dunia dalamWater Resources

Sector Strategy 2003, yang menyebutkan bahwa prinsip ekonomi dasar yang

digunakan untuk memperlakukan air sebagai barang ekonomi adalah bahwa

pengguna menyadari adanya financial cost untuk jasa penyediaan air (Water

Supply) dan adanyaOpportunity Cost. Dengan memasukkan Opportunity Cost ini

ke dalam harga air melalui dalam sistem hak guna yang berkekuatan hukum,32

diharapkan pengguna yang membutuhkan air lebih banyak seperti di perkotaan,

30

Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, (Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005), hal. 33.

31

Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, (Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005), hal. 39.

32

(53)

dapat memenuhi kebutuhannya karena dapat membeli hak guna air dari low value

user (misal: petani, masyarakat pedesaan). Melalui sistem ini hak akan ada

insentif yang kuat dari low value user untuk secara sukarela memberikan hak guna

mereka kepada high value user. Contoh: jika para petani dapat menjual hak guna

mereka dengan harga yang sesuai, maka kelebihan air di daerahnya dapat dijual ke

daerah atau kota tetangganya dimana nilainya lebih tinggi. Ini berarti melalui

sistem hak guna usaha, mekanisme pasar berjalan. Perlu kita perhatikan adalah

tidak adanya batasan yang jelas bagi penggunaan hak guna usaha air, baik secara

kuantitas maupun jangka waktu. Padahal hal ini penting demi mencegah

(54)

40

BAB III

PRAKTEK KOMERSIALISASI SUMBER DAYA AIR Di DESA PADARINCANG

A. Praktek Komersialisasi Sumber Daya Air PT.Tirta Investama (Aqua Danone)

Undang-undang no.7 tahun 2004 tentang sumber daya air telah disahkan

oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan dimasukkan dalam lembaran negara

tahun 2004 dengan nomor 32 pada tanggal 18 maret 2004. Akan tetapi banyak

kalangan mengecam undang-undang tersebut karena mengandung unsur

privatisasi dan itu akan berdampak pada dikomersilkannya air yang merupakan

kebutuhan dasar bagi manusia.

Sejak lahirnya Undang-undang No.7 tahun 2004 perkembangan industri

air minum dalam kemasan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tentu

saja hal tersebut berimplikasi pada semakin banyak daerah yang menjadi sasaran

eksploitasi air, salah satu perusahaan yang sangat agresif mengembangkan

industri air minum adalah PT. Tirta Investama. PT. Tirta Investama mencari

daerah baru untuk lokasi eksploitasinya. Setelah melakukan beberapa riset,

akhirnya pilihan jatuh ke desa Curug Goong Kecamatan Padarincang Kabupaten

Serang.1

Kecamatan Padarincang merupakan salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Serang yang wilayahnya berdekatan dengan Kecamatan Ciomas dan

1

(55)

kecamatan Cinangka. Wilayah kecamatan Padarincang terdiri dari tanah pertanian

dan tanah perkebunan. Hal tersebut memungkinkan penduduk kecamatan

Padarincang memilih mata pencaharian sebagai petani dan ada pula beberapa

di-antaranya mengelola perkebunan. Daerah pertanian dan perkebunan di kecamatan

Padarincang menjadi potensi besar bagi masyarakat untuk menghasilkan beras dan

hasil pangan yang lainnya sebagai kebutuhan pangan yang paling utama.

Kawasan yang dipilihnya merupakan cagar alam rawa danau sekaligus

merupakan lumbung air cadangan air bawah tanah rawa danau. Rawa danau yang

terletak di Kabupaten Serang tepatnya mas

Referensi

Dokumen terkait

Tugas untuk joint studio disusun dengan mempertimbangkan materi yang telah dikuasai oleh mahasiswa setelah sekian semester mengikuti program pendidikan pada

Selain itu penggunaan zeolit alam sebagai material pengemban dapat berperan sebagai katalis asam heterogen pada reaksi esterifikasi FFA dalam pembuatan biodiesel, sehingga

Berdasarkan wawancara pada Senin, (16/11/2020) Hal yang melatar belakangi guru NA menggunakan Quizizz sebagai media penilaian yang tepat untuk digunakan sebagai alat

Kedudukan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia, tercantum di dalam pembukaan UUD 1945 sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang

eksklusif mempunyai perbedaan bermakna hanya pada bayi yang berusia 3 dan 4 bulan sedangkan bayi saat bayi berusia 2,5 dan 6 tidak memiliki perbedaan yang

Perpustakaan SD N 2 Sabdodadi juga menerapkan promosi pada para siswa maka dari itu SD N 2 Sabdodadi sangat menarik untuk dikaji dalam hal kegiatan promosinya,

ADRO stated to evaluate projects in the renewable energy sector, such as solar power plants (PLTS) and biogas power plants (PLTBg). Thus, cooperating with foreign

Pada kenyataan di lapangan terdapat sejumlah 13 anak (20,31%) yang mengalami kelainan lebih dari satu gejala, sehingga dimasukkan kedalam tunaganda. Anak berkebutuhan