• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan/Konstruksi Antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Dengan Perusahaan Rekanan ( Studi Di Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan/Konstruksi Antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Dengan Perusahaan Rekanan ( Studi Di Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera Utara)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki tujuan agar tercapainya

kemakmuran dan kesejahteraan secara merata dalam tiaplapisan masyrakatnya. Dimana

usaha dalam mencapai kemakmuran dan kesejahteraan secara merata tersebut diadakannya

pembangunan. Oleh karena itu hasil-hasil dari pembangunan harus dapat dirasakan oleh

seluruh rakyat. Keberhasilan pembangunan tergantung partisipasi seluruh rakyat yang

dimana berarti pembangunan harus dilaksanakan oleh segenap lapisan rakyat.1

1

F.X Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, cet. 3, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995, hlm. 1.

Untuk pencapaian tujuan tersebut pembangunan sedang giatnya dilakukan dalam

segala bidang, baik dalam bidang fisik ataupun non fisik. Pembangunan dalam bidang non

fisik salah satunya adalah meliputi peningkatan kualitas sumber daya manusia,sehingga

mereka dapat lebih mengoptimalkan kemampuan dalam pembangunan yang mencapai

suatu keberhasilan. Sedangkan, pembangunan dibidang fisik adalah meliputi pembangunan

dan perbaikan saran dan prasarana umum yang bertujuan melaksanakan tugasnya.

Salah satu bentuk realisasi dari pembangunan fisik seperti pelabuhan, jalan layang,

jembatan, gudang, perumahan (permukiman), rumah susun, hotel, perkantoran, pusat

perbelanjaan, dan sebagainya. Dalam proses proyek pelaksanaan pembangunan terdapat

para pihak seperti pemberi tugas (bouwheer) dan pemborong. Pada umumnya pemberi tugas pada proses proyek pelaksanaan ini adalah Pemerintahan dan pihak pemborongnya

(2)

Pemerintahan yang melaksanakan perjanjian ini adalah merupakan instansi

pemerintahan yang bekerja di pekerjaan umum yang dinamakan Kementerian Pekerjaan

Umum. Kementrian Pekerjaan Umum ini merupakan suatu instansi pemerintahan yang

mempunyai tugas menyelenggarakan urusan dibidang pekerjaan umum dalam pemerintah

untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Tugas tersebut

sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementrian Pekerja Umum.

Kementrian Pekerjaan Umum ini bekerja dalam infrastruktur dan pemukiman dalam

pemerintahan. Instansi ini berperan penting dalam proses pelaksanaan suatu proyek

pembangunan infrastruktur di negara Indonesia ini. Kementerian Pekerjaan Umum ini

membawahi beberapa departemen yang disebut dengan Balai, yaitu Balai Pendidikan dan

Pelatihan, Balai Peningkatan Keahlian, Balai Besar wilayah Sungai, Balai Wilayah Sungai,

Balai Bendungan, Balai Besar Pelaksanaan Jalan, Balai Pelaksanaan Jalan, Balai Informasi

Penataan Ruang. Balai inilah yang merupakan pelaksana langsung untuk melaksanakan

proyek-proyek dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Dalam setiap proyek yang dilakukan untuk membangun infrastruktur ini terdapat

peraturan-peraturan yang mengatur dan mengikat bagaimana tata cara pelaksanaan proyek

tersebut. Peraturan-peraturan tersebut sesuai dengan bidang apa yang dikerjakan dalam

proyek tersebut. Namun ada juga peraturan secara umum yang dimiliki oleh Kementrian

Pekerjaan Umum yaitu Peraturan Menteri PU Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementrian Pekerja Umum. Dimana Peraturan Menteri tersebut mengatur

tentang organisasi dan tata kerja Kementrian pekerjaan Umum. Dalam pelaksanaan proyek

(3)

Perusahaan Rekanan merupakan Pemborong/Kontraktor Bangunan yang dapat

berupa perusahaan-perusahaan yang bersifat perorangan yang berbadan hukum atau badan

hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pemborongan. Perusahaan Rekanan

tersebut dapat berupa PT atau CV ataupun perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum

lainnya. Dalam pelaksanaan proyek pada umumnya Perusahaan Rekanan ini menjadi pihak

pemborong.

Kementrian Pekerjaan Umum sebagai pemberi tugas (bouwheer) dan Perusahaan

Rekanan yang merupakan pemborong dalam melaksanakan proses proyek ini terikat dalam

suatu perjanjian. Dimana dalam perjanjian ini para pihak saling mengikatkan diri, dengan

masing-masing mempunyai hak dan kewajibannya sendiri-sendiri. Kewajiban utama dari

pihak pemborong adalah melaksanakan perkerjaan sementara kewajiban utama dari pihak

bouwheer adalah membayar uang borongan (dalam sistem fee dan sistem turn key) atau

membiarkan para pihak kontraktor memungut hasil (dalam sistem BOT) ataupun

melakukan hal-hal lain dari tipe-tipe kontruksi yang lagi.2

Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang atau lebih menurut Pasal 1313 dalam Kitab Undang-undang

Hukum Perdata (disingkat KUH Perdata). Kontrak atau perjanjian merupakan suatu

peristiwa hukum dimana seseorang berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu.3

Pada pasal-pasal KUHPerdata terdapat suatu yang berkenaan dengan perjanjian

yang dilakukan para pihak yang dilakukan seperti Kementrian Pekerjaan Umum dengan

2

Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Bandung: Citra Aditya Bakti,1998, hlm.13. 3

(4)

Perusahaan Rekanan. Dalam Bab VII A tepatnya pasal 1604 sampai dengan 1617, yang

dimana bab ini mengatur tentang perjanjian melakukan pekerjaan, yang membagi

perkerjaan ke dalam 3 kategori, yaitu perjanjian kerja (perburuhan), perjanjian

menyelenggarakan jasa tertentu, perjanjian pemborongan pekerjaan. Ketiga perjanjian

tersebut mempunyai persamaan yaitu bahwa pihak yang satu melakukan pekerjaan bagi

pihak yang lain dengan menerima upah.

Adapun perbedaan antara perjanjian pekerjaan kerja dengan perjanjian

pemborongan dan perjanjian menyelenggarakan jasa tertentu yaitu bahwa dalam perjanjian

kerja terdapat unsur subordinasi, sedang pada perjanjian pemborongan dan perjanjian

menyelenggarakan jasa tertentu ada koordinasi. Mengenai perbedaan antara perjanjian

pemborongan dan perjanjian menyelenggarakan jasa tertentu, yaitu bahwa dalam perjanjian

pemborongan berupa mewujudkan suatu karya tertentu sedangkan dalam perjanjian

menyelenggarakan jasa tertentu berupa melaksanakan tugas tertentu yang ditentukan

sebelumnya.

Perjanjian yang dilakukan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perusahaan Rekanan

ini adalah termasuk kedalam kategori yang terakhir yaitu perjanjian pemborongan

pekerjaan. Dimana perjanjian tersebut yang merupakan mewujudkan suatu karya tertentu.

Menurut Pasal 1601 b KUHPerdata, Pemborongan Pekerjaan adalah persetujuan

dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan dengan menerima suatu harga

yang ditentukan. Jadi dalam perjanjian pemborongan hanya dua pihak yang terikat dalam

(5)

prinsipal (Bouwheer, Kepala Kantor, Satuan Kerja, Pemimpin Proyek); Pihak kedua

disebut Pemborong atau Rekanan, Kontraktor.

Perjanjian pemborongan bentuknya bebas (vormvrij) artinya perjanjian

pemborongan dapt dibuat secara lisan maupun tertulis. Dalam prakteknya, apabila

perjanjian pemborongan yang menyangkut harga borongan kecil bisanya perjanjian

pemborongan dibuat secara lisan, sedangkan perjanjian pemborongan yang menyangkut

harga borongan yang agak besar maupun besar, biasanya perjanjian pemborongan dibuat

secara tertulis baik dengan akta di bawah tangan atau dengan akta autentik (akta notaris)

Perjanjian pemborongan pada proyek-proyek pemerintah harus dibuat secara tertulis

dan dalam bentuk perjanjian standar artinya perjanjian pemborongan (Surat Perintah Kerja

dan Surat Perjanjian Pemborongan) dibuat dalam bentuk model-model formulir tertentu

yang isinya ditentukan secara sepihak oleh pihak yang memborongkan berdasarkan pada

peraturan standar/buku yaitu A.V 1941.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk membuat skripsi

berjudul “Tinjaun Hukum Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan/Kontruksi

antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air dengan

Perusahaan Rekanan (Studi di Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera

Utara)”. Judul tersebut memiliki makna bahwa analisis terhadap Perjanjian Pemborongan

yang dikhususkan terhadap proses pelaksanaan sesuai dengan ketentuan hukum berlaku,

(6)

dilakukan oleh instansi pemerintahan Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral

Sumber Daya Air yang akan dijabarkan lebih lanjut lagi pada bab-bab berikutnya.

Perundang-undangan Indonesia mengenal sejumlah peraturan yang mengatur

tentang perjanjian pemborongan yang tercantum dalam KUH Perdata dalam pasal 1604

sampai dengan 1617 dan peraturan-peraturan khusus yang dibuat pemerintah seperti A.V

1941 dan juga undang-undang khusus yang dibuat seperti Peraturan Presiden Nomor 70

Tahun 2012 perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan sebagainya.

Peraturan-peraturan tersebut terbagi dalam dua bagian, bagian yang pertama yang

berkaitan dengan peraturan-peraturan yang bersifat hukum publik yang berkaitan dengan

prosedur pelelangan (aanbestedingsprosedure), yaitu ketentuan-ketentuan yang berlaku

sebelum terjadinya kontrak (precontratuale fase). Ketentuan-ketentuan ini di Indonesia

ditetapkan oleh pemerintah dan berlaku bagi pemberlakuan perjanjian pemborongan

pekerjaan yang dilakukan instansi pemerintah maupun swasta yang terjadi melalui

pelelangan. Bagian kedua tersebut dari peraturan tersebut menyangkut peraturan-peraturan

mengenai perjanjiannya, sehingga bersifat keperdataan.4

Pada umumnya ketentuan-ketentuan tersebut mengatur mengenai hak dan

kewajibam dari pemborong(perusahaan rekanan/kontraktor) dan pemberi tugas

(Kementrian Pekerjaaan Umum/bouwheer) serta ketentuan adminisrtatif yang harus

diperhatikan dengan baik pada waktu membuat perjanjian, mulainya perjanjian,

pelaksanaan perjanjian dan berakhirnya perjanjian.

4

(7)

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam

penulisan skripsi ini adalah:

1. Apakah proses pelaksanaan perjanjian pemborongan antara Kementrian

Pekerjaan Umum Pemprovsu dengan Perusahaan Rekanan sesuai dengan

ketentuan hukum yang berlaku

2. Bagaimanakah pertanggungjawaban para pihak dalam proses pelaksanaan

perjanjian pemborongan

3. Bagaimana penyelesaian perselisihan yang timbul akibat perjanjian

pemborongan

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.Tujuan Penulisan

Tujuan yang dapat diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui apakah proses pelaksanaan perjanjian pemborongan antara

Kementrian Pekerjaan Umum Pemprovsu dengan Perusahaan Rekanan sudah

sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

b) Untuk mengetahui tanggungjawab para pihak dalam proses pelaksanaan

(8)

c) Untuk mengetahui cara para pihak dalam menyelesaikan perselisihan yang dapat

timbul dari perjanjian pemborongan pengadaan barang dan jasa yang

dilaksanakan.

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang terdapat dalam penulisan skripsi ini selain adanya tujuan

yaitu sebagai berikut :

a) Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pikiran bagi perkembangan ilmu hukum secara umum.

b) Untuk mengetahui secara nyata perkembangan perjanjian pemborongan.

c) Dengan adanya penulisan skripsi ini dapat memberikan informasi yang

diperlukan bagi masyrakat yang masih awam mengenai perjanjian

pemborongan.

D. Keaslian Penulisan

Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa

perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dipilih suatu materi mengenai

“Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan/Konstruksi antara

Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air dengan Perusahaan

Rekanan (Studi di Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera Utara)”. Dalam

proses pengajuan skripsi ini harus didaftarkan terlebih dahulu kebagian hukum perdata dan

(9)

judul yang telah diangkat beserta pembahasan yang terdapat didalamnya belum pernah ada

penulisan sebelumnya dan merupakan karya ilmiah yang memang benar atau dibuat tanpa

menjiplak dari skripsi lain, khususnya pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

sehingga dapat dipertanggungjawabkan keaslian penulisannya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Kementrian Pekerjaan Umum adalah suatu instansi pemerintahan yang bekerja dalam

bidang pembangunan infrastruktur di negara Indonesia. Dimana instansi pemerintahan ini

diatur oleh Peraturan Menteri PU Nomor 08/PRT/M/2010 tentang ORGANISASI DAN

TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM.

Perusahaan Rekanan merupakan Pemborong/Kontraktor Bangunan yang dimana berupa

perusahaan-perusahaan yang bersifaat perorangan yang berbadan hukum atau badan hukum

yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pemborongan. Perusahaan rekanan tersebut

misalnya, Perseroan dan CV.

Perjanjian dalam Bahasa Belanda disebut dengan overeekomst. Perjanjian menurut

KUHPerdata dalam Pasal 1313 adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Suatu perjanjian adalah semata-mata

suatu persetujuan yang diakui oleh hukum. Dalam Bab VII A KUH Perdata mengatur

tentang perjanjian melakukan pekerjaan, yang membagi perkerjaan ke dalam 3 kategori,

yaitu perjanjian kerja (perburuhan), perjanjian menyelenggarakan jasa tertentu, perjanjian

(10)

Perjanjian Pemborongan menurut pasal 1601 b KUH Perdata adalah perjanjian dengan

mana pihak satu, (si pemborong), mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu

pekerjaan bagi pihak lain,(yang memborongkan), dengan menerima suatu harga yang

ditentukan. Menurut Wirjono Prodjodikoro arti kata dari persetujuan pemborongan kerja

disebutkan dalam pasal 1601 b tersebut sebagai suatu persetujuan, dalam mana pihak satu,

si pemborong (aannemer) berjanji guna pihak lain, yang memborongkan (annbesteder),akan

menyelenggarakan suatu pekerjaan tertentu (bepaald werk) dengan suatu upah tertentu.5

F. Metode Penulisan

Perjanjian pemborongan ini bersifat konsesuil artinya perjanjian pemborongan itu ada lahir

sejak adanya kata sepakat antara kedua belah pihak yang memborongkan dengan pihak

pemborong mengenai suatu pembuatan karya dan harga borongan/kontrak.

Menurut definisi tersebut dapat dikatakan bahwa yang membuat perjanjian

pemborongan atau dengan kata lain yang terkait dalam perjanjian pemborongan adalah dua

pihak saja yaitu, pihak kesatu disebut bouwheer atau pemberi tugas atau instansi

pemerintahan dan pihak kedua disebut pemborong atau rekanan (perusahan rekanan) atau

kontraktor.

Sudah merupakan ketentuan dalam hal penyusunan serta penulisan karya ilmiah atau

skripsi harus berdasarkan pada data yang diperoleh secara objektif dan harus dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah

yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

5

(11)

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Selain

itu juga diadakan pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum, untuk kemudian

mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam

gejala yang bersangkutan.6

Jenis penelitian dan metode pendekatan yang dilakukan adalah metode penelitian hukum

normatif (yuridis normatif) adalah merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder saja.7 Penelitian hukum dengan

menggunakan pendekatan normatif dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi

yang secara menyeluruh yang bersifat normatif baik dari bahan hukum primer, sekunder

ataupun tersier.8

Pengumpulan data merupakan landasan utama dalam menyusun skripsi, didasarkan

atas suatu penelitian penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dari peraturan

perundang-undangan yaitu, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, Peraturan Menteri

Nomor 7 Tahun 2011, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Bahan hukum sekunder merupakan buku hukum yang memberi penjelasan mengenai

bahan hukum primer seperti hasil penelitian dan pendapat para ahli.

Bahan hukum tersier merupakan bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan

tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

6

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,UI Press,Jakarta,1986,hal.43 7

Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji , Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT Grafindo Persada, Jakarta. 2003, hal 13-14

8

(12)

a) Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Dengan hal ini penulis mencari serta mengumpulkan serta mempelajari data

dengan melakukan penelitian atas sumber-sumber atau beberapa literatur berupa

buku-buku ilmiah, peraturan perundang-undangan, dokumentasi lainnya seperti

koran, majalah serta sumber-sumber teoritis ilmiah lainnya yang berhubungan

dengan pelaksanaan analisis terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam

penulisan skripsi ini.

b) Penelitian Lapangan (Field Research) dalam bentuk studi kasus

Penulis melakukan studi kasus terhadap permasalahan yang dihadapi dalam

proses pelaksanaan perjanjian pemborongan, sebagai melengkapi bahan yang

diperoleh dalam penelitian kepustakaan yang disebutkan di atas.

G. Sistematika Penulisan

Dalam suatu karya ilmiah khususnya penulisan skripsi, sistematika penulisan merupakan

bagian yang sangat penting, karena dengan sistematika penulisan ini maka

pembahasannnya akan dapat diarahkan untuk menjawab masalah-masalah dan

membuktikan kebenaran hipotesanya. Kemudian agar memudahkan isi dari skripsi ini,

maka sistematika penulis ini disusun secara menyeluruh mengikat kerangka dasarnya yang

(13)

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Umum Tentang Perjanjian, dalam bab ini menerangkan ruang

lingkup perjanjian, pengertian perjanjian, jenis-jenis perjanjian, subyek dan syarat sahnya

perjanjian, berakhirnya perjanjian.

Bab III Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Pemborongan, dalam bab ini

menerangkan pengertian perjanjian pemborongan, peraturan hukum yang mengatur

perjanjian pemborongan, pihak dalam perjanjian pemborongan, hak dan kewajiban dalam

perjanjian pemborongan, berakhirnya perjanjian pemborongan.

Bab IV Perjanjian Pemborongan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara

Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air dengan Perusahaan

Rekanan Menurut Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, dalam bab ini menerangkan

tentang proses pelaksanaan, proses pembuatan perjanjian pemborongan, tahap pelaksanaan

kontrak, pra kontrak, tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan perjanjian

pemborongan, penyelesaian perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian yang

dimana hal tersebut dilakukan antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral

Sumber Daya Air dengan Perusahaan Rekanan.

Bab V Kesimpulan dan Saran, dalam bab terakhir ini akan dibahas kesimpulan dari

analisa bab-bab sebelumnya, selanjutnya saran-saran terhadap hasil analisa pada bab

Referensi

Dokumen terkait

(5) Dalam hal PS Air Limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersedia, setiap orang perseorangan atau kelompok masyarakat dilarang membuang air limbah

JADWAL ACARA PRE-DEPARTURE ARFI DAN POSFI DOSEN PTAI TAHUN 2013.. DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN

Sebagai contoh orang yang terlibat dalam kasus penemuan kitab suci Yahudi yang ditulis dengan bahasa Ibrani (TALMUD). Meskipun demikian, berbagai tugas yang menuntut.. seseorang

Setelah mengamati peragaan dari guru, siswa mampu mempraktikkan variasi gerak dasar dalam permainan lompat katak dengan benar.. Setelah membaca, mencermati

In the latter group we distinguished between subjects using or not using antidepressive medication, since anti- depressive drugs have been reported to decrease the number of NK

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-4/W19, 2011 ISPRS Hannover 2011 Workshop, 14-17 June 2011,

o Tumor yang terdiri dari stroma jaringan ikat longgar pada bagian tengah dan mengandung pembuluh darah. o Pada bagian tepi dilapisi

(1) komitmen, dedikasi dan loyalitas yang tinggi, (2) teamwork (kerjasama) yang baik dan (3) conJlc management (manajemen konflik) yang efektif.. Makalah singkat ini