• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kadar DNA dan RNA Organ Reproduksi Tikus Betina pada Usia Lepas Sapih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kadar DNA dan RNA Organ Reproduksi Tikus Betina pada Usia Lepas Sapih"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE TERHADAP

KADAR DNA DAN RNA ORGAN REPRODUKSI

TIKUS BETINA PADA USIA LEPAS SAPIH

RORO AMBARWATI ARUM PAKARTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kadar DNA dan RNA Organ Reproduksi Tikus Betina pada Usia Lepas Sapih” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RORO AMBARWATI ARUM PAKARTI. Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kadar DNA dan RNA Organ Reproduksi Tikus Betina pada Usia Lepas Sapih. Dibimbing oleh NASTITI KUSUMORINI dan ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS.

Tempe adalah produk kedelai yang memiliki kandungan fitoestrogen. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari potensi pemberian ekstrak tempe terhadap perkembangan reproduksi tikus betina. Sebanyak 18 ekor tikus betina usia 21 hari dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan perlakuan yang diberi ekstrak tempe 0.5 g/ekor setiap hari selama 28 hari. Parameter yang diamati meliputi kadar hormon estrogen, bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA dari ovarium dan uterus. Pengambilan data dilakukan pada usia 28, 42 dan 56 hari. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode Independent Samples T-test dengan selang kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hormon estrogen dan peningkatan bobot basah uterus pada kelompok yang diberi ekstrak tempe tetapi tidak berpengaruh terhadap total DNA dan RNA organ.

Kata kunci: ekstrak tempe, fitoestrogen, ovarium, uterus, total DNA dan RNA

ABSTRACT

RORO AMBARWATI ARUM PAKARTI. The Role of Tempe Extract on DNA and RNA Level of Reproductive Organs of Female Rat in Weaning Age. Supervised by NASTITI KUSUMORINI and ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS.

Tempe is soybean product that contains phytoestrogen. This research was conducted to study the potential of tempe extract to the reproduction performance in female rats. Eighten female rats 21-days old were divided into two groups, which were control group and treatment group that were given tempe extract 0.5 g per rat everyday for 28 days. Parameters observed were estrogen hormone level, wet and dry weight, water content, total of DNA and total of RNA. Data obtained at the age of 28, 42 and 56 days. Data analyzed using Independent Samples T-test method with 95% confidence interval. Result showed that treatment group increased estrogen hormone level and increased wet weight of uterus but there was no influence on the total of DNA and RNA of organs.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PERAN PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE TERHADAP

KADAR DNA DAN RNA ORGAN REPRODUKSI

TIKUS BETINA PADA USIA LEPAS SAPIH

RORO AMBARWATI ARUM PAKARTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kadar DNA dan RNA Organ Reproduksi Tikus Betina pada Usia Lepas Sapih” ini berhasil diselesaikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Dengan segala hormat dan setulus hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta: ayah, ibu, adik (Ammar Sanggarizki), Eyang Wisnubroto Kariokusumo (alm) serta segenap keluarga besar RM Soegiarto dan M. Nawawi atas segala dukungan, doa, dan kasih sayang yang tidak pernah putus diberikan.

2. Dr. Nastiti Kusumorini dan Dr. Drh. Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Drh. Wiwin Winarsih, MSi selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, dan ilmu yang diberikan selama kuliah di FKH.

4. Staf laboratorium Fisiologi dan staf UPHL (Bu Ida, Bu Sri, Pak Dikdik). 5. Teman-teman sepenelitian: Retno Tegarsih, Nur Hasreena Nadia, Nurul Chotimah, Ghina Indriani, Erlanda Satria, Alfonsa dan Firman yang telah bersama-sama berjuang mengurus tikus dan mengumpulkan data penelitian.

6. Seluruh teman-teman Acromion (FKH 47).

Penulis menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Namun penulis tetap berharap, semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu. Semoga skripsi ini bermanfaat.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Mekanisme Hormonal Reproduksi Betina 2

Fitoestrogen dalam Tempe 3

METODE 3

Waktu dan Tempat 3

Alat dan Bahan 4

Prosedur Penelitian 4

Parameter yang Diamati dan Teknik Pengukuran 5

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kadar Hormon Estrogen Tikus

Betina Usia Lepas Sapih 7

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Pertumbuhan Organ Ovarium

Tikus Usia Lepas Sapih 8

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Pertumbuhan Organ Uterus Tikus

Usia Lepas Sapih 9

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 14

(12)

DAFTAR TABEL

1 Rataan kadar hormon estrogen (pg/mL) tikus betina usia 28, 42 dan 56

hari 7

2 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ

ovarium tikus usia 28, 42 dan 56 hari 8

3 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ

uterus tikus usia 28, 42 dan 56 hari 10

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan Pemberian Ekstrak Tempe 5

2 Bagan Prosedur Penelitian 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis data estradiol tikus betina usia lepas sapih 14 2 Analisis data bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total

RNA organ ovarium tikus 15

3 Analisis data bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tempe adalah produk kedelai yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, rata-rata konsumsi tempe di Indonesia sekitar 7,091 kg/orang/tahun (BPS 2013). Tempe berasal dari biji kedelai yang difermentasi dengan bantuan ragi. Tempe memiliki nilai gizi yang tinggi seperti asam amino, vitamin, dan fitoestrogen. Fitoestrogen merupakan suatu substrat dari tumbuhan yang struktur dan fungsinya mirip dengan estrogen dan banyak ditemukan di dalam makanan. Fitoestrogen dapat digolongkan menjadi isoflavon, coumestans, dan lignan. Fitoestrogen yang terdapat dalam tempe adalah golongan isoflavon (Rishi 2002).

Reproduksi merupakan keseluruhan suatu proses yang meliputi perkembangbiakan makhluk hidup dari sel kecambah sampai terbentuk individu baru. Sistem reproduksi melibatkan suatu substansi yang penting yaitu hormon (Hafez et al. 2000). Organ reproduksi mulai berfungsi pada masa pubertas yang ditandai siklus berahi dan ovulasi, juga terjadi perubahan-perubahan pada organ kelamin sekunder. Estrogen akan merangsang pertumbuhan uterus untuk meningkatkan massa endometrium dan miometrium, merangsang kontraktil uterus, proliferasi dan differensiasi epitel vagina (Ganong 2003). Pertumbuhan organ reproduksi yang kurang optimal pada masa prapubertas akan berakibat buruk terhadap kinerja reproduksi hewan di kemudian hari. Menurut Ganong (2003), rendahnya kadar estrogen di masa prapubertas menyebabkan uterus tidak berkembang, miometrium atropi dan inaktif. Vander et al. (2001) menyatakan bahwa selama masa prapubertas konsentrasi hormon gonadotropin dalam plasma sangat rendah. Hal ini berdampak pada rendahnya kadar estrogen dalam tubuh sehingga belum mampu menginduksi terjadinya proses reproduksi. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencari sumber estrogen dari luar tubuh (estrogen eksogen) sebagai pengganti estrogen endogen. Salah satu contoh dari estrogen eksogen adalah fitoestrogen terutama di dalam tempe.

(14)

2

diharapkan akan memengaruhi kinerja reproduksi lebih berarti dalam kaitannya dengan optimalisasi reproduksi tikus (Rattus novergicus) betina.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ektrak tempe pada anak tikus usia 21 hari selama 28 hari dengan dosis 0.5 g per ekor per hari terhadap perkembangan reproduksi saat usia 28, 42, dan 56 hari.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efektivitas fitoestrogen dalam tempe yang diberikan pada tikus betina lepas sapi terhadap kinerja reproduksi dan pertumbuhan reproduksinya. Data yang diperoleh diharapkan dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kedokteran

TINJAUAN PUSTAKA

Mekanisme Hormonal Reproduksi Betina

Proses reproduksi dimulai pada masa pubertas. Masa pubertas pada hewan betina ditandai dengan terjadinya estrus dan ovulasi (Campbell et al. 2004). Sebelum pubertas, organ reproduksi akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan akibat pengaruh hormon-hormon gonadotropin. Salah satu hormon gonadotropin yang berperan sebelum pubertas adalah estrogen. Menurut Hafez et al. (2000), estrogen akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi, perkembangan sifat seksual sekunder, perilaku persiapan kawin, persiapan uterus untuk implantasi (kehamilan) dan perkembangan kelenjar mammae.

(15)

3 kadar progesteron yang diperlukan untuk memelihara kebuntingan jika terjadi fertilisasi. Apabila tidak terjadi fertilisasi atau kebuntingan, korpus luteum akan beregresi dan kadar progesteron akan menurun (Guyton dan Hall 1997). Sedangkan estrogen yang disekresikan saat fase folikular akan digunakan untuk proliferasi sel-sel pada uterus sehingga pada awal fase folikular uterus memiliki lapisan endometrium yang kaya pembuluh darah (Campbell et al. 2004). Estrogen yang telah berikatan dengan protein reseptor di dalam sitoplasma sel target akan bermigrasi ke dalam inti sel dan berikatan dengan DNA, kemudian akan segera memulai transkripsi DNA-RNA dalam area kromosom yang akhirnya terjadi pembelahan sel (Guyton 1996). Hormon estrogen juga berpengaruh terhadap perkembangan organ reproduksi yang akan mulai berfungsi pada saat mencapai pubertas (Ganong 2003).

Fitoestrogen dalam Tempe

Fitoestrogen merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas estrogenik (Tsouronis 2004). Fitoestrogen pada tumbuhan paling umum ditemukan dalam bentuk coumestans dan isoflavon. Isoflavon terdiri dari tiga senyawa yakni genistein, daidzein, dan glycitin. Kedelai adalah salah satu tumbuhan yang memiliki kandungan isoflavon tinggi. Tempe yang merupakan produk olahan kedelai memiliki kandungan isoflavon lebih tinggi dibanding kedelai (Ewan et al. 1992). Cincin fenolat pada isoflavon merupakan struktur penting pada kebanyakan komponen isoflavon yang berfungsi untuk berikatan dengan reseptor estrogen (Winarsi 2005). Ada 2 reseptor estrogen di dalam tubuh yaitu reseptor estrogen alfa (ERα) dan reseptor estrogen beta (ERβ), distribusi kedua reseptor ini berbeda. Reseptor estrogen α terdapat pada organ uterus, testis, hipofisis, ginjal, epididimis, dan adrenal, sedangkan reseptor estrogen β terdapat di ovarium, prostat, paru-paru, kandung kemih, dan tulang. Pengaturan fungsi ovarium oleh sumbu hipofisis-ovarium diperantarai oleh reseptor α, sedangkan estrogen yang disekresikan ke dalam folikel ovarium bekerja melalui reseptor estrogen beta (Ganong 2003).

Menurut Suprihatin (2008), kandungan total senyawa isoflavon pada tepung tempe sebesar 901.24 mg/kg BK (90.124 mg/100 g BK) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan total senyawa isoflavon tepung kedelai sebesar 206.37 mg/kg BK (20.637 mg/100 g BK). Tingginya senyawa isoflavon pada tepung tempe karena untuk pembuatan tepung tempe dibutuhkan kedelai dalam jumlah yang lebih banyak daripada pembuatan tepung kedelai, dan semakin banyak kedelai semakin banyak pula kandungan isoflavonnya.

METODE

Waktu dan Tempat

(16)

4

Laboratorium Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari-Juli 2014.

Alat dan Bahan

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus Rattus novergicus galur Sprague Dawley betina. Selama penelitian, pakan dan minum diberikan ad libitum. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus plastik berukuran 30cmx20cmx12cm dengan penutup kawat kasa yang dialasi sekam pada dasarnya, timbangan analitik, mortar, sonde lambung, alat sentrifugasi darah, spoit 1 mL, spoit 3 mL, tabung effendorf, tabung reaksi, pot organ, alat bedah (alas bedah, gunting, pinset, skalpel), kit DRG Estradiol ELISA EIA-293 produksi DRG Instruments GmBH Germany dan spektrofotometer Hitachi tipe U-2001. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak tempe dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balitro), aquades, Neutral Buffered Formalin (NBF) dan eter. Dalam pengujian kadar RNA digunakan TCA 5%, KOH 1 N, H2O, HCl 1 N, FeCl3 0.1%, orcinol dan standar RNA. Dalam pengujian kadar DNA digunakan TCA 5% dan Genomic DNA Mini Kit (Tissue).

Prosedur Penelitian

Tikus putih betina yang telah lepas sapih pada usia 21 hari dibagi menjadi 2 kelompok percobaan. Kelompok pertama sebagai kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan dan kelompok kedua sebagai kelompok perlakuan yang diberi ekstrak tempe dengan dosis 0.5 g/ekor/hari dalam 1 mL larutan. Ekstrak tempe diberikan menggunakan sonde lambung selama 28 hari dimulai pada saat tikus berusia 21 hari sampai dengan tikus berusia 48 hari.

(17)

5

Parameter yang Diamati dan Teknik Pengukuran Konsentrasi kadar hormon estrogen

Konsentrasi kadar hormon estrogen dinyatakan dalam satuan ng/mL diukur menggunakan sampel serum darah dengan teknik ELISA memakai kit komersial. Pengukuran dilakukan di Laboratorium Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bobot organ

Organ ovarium dan uterus yang diperoleh ditimbang menggunakan timbangan analitik untuk mendapatkan bobot basah. Ovarium dan uterus

Gambar 3 Bagan Prosedur Penelitian

21 28 42 48 56

Usia lepas sapih

Pengambilan data reproduksi Pemberian ekstrak tempe

Gambar 1 Bagan Pemberian Ekstrak Tempe

Kontrol (K): Tidak diberi perlakuan

(9 ekor)

Perlakuan (P):

Diberi ekstrak tempe selama 28 hari (9 ekor)

Tikus betina lepas sapih usia 21 hari (18 ekor)

Usia 28 hari Usia 42 hari Usia 56 hari

Pengambilan sampel darah, ovarium dan uterus

Pengukuran parameter

(bobot basah, bobot kering, kadar DNA dan RNA, kadar hormon estrogen)

(18)

6

kemudian dimasukkan ke dalam pot organ berisi larutan NBF untuk difiksasi. Setelah difiksasi, organ ovarium dan uterus dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50-60 oC. Organ yang telah kering ditimbang menggunakan timbangan analitik untuk mendapatkan bobot kering dan kemudian digerus untuk analisis konsentrasi DNA dan RNA.

Kadar air organ

Kadar air organ ovarium dan uterus dapat diperoleh dengan rumus : Kadar air (%) =

Konsentrasi DNA organ

Metode penentuan konsentrasi DNA dilakukan berdasarkan instruksi prosedur perusahaan Geneaid (PT Genetika Science Indonesia 2008). Sampel ovarium dan uterus dimasukkan ke dalam micropestle. Selanjutnya ditambahkan TCA 5%, ditutup dan dimasukkan ke dalam penangas air selama 20 menit. Sampel kemudian didinginkan selama 5 menit dan disentrifugasi pada kecepatan 1500 rpm selama 20 menit. Supernatan dipisahkan dan pelet yang diperoleh diekstraksi ulang seperti tata cara di atas. Supernatan hasil ekstraksi pertama dan kedua dicampur, kemudian diencerkan sampai volume 15 mL dengan TCA 5% dan disimpan dalam refrigerator selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan pewarnaan dan pengujiaan konsentrasi DNA menggunakan Genomic DNA Mini Kit (Tissue) dan dibaca menggunakan spektrofotometer (Hitachi U-2001) dengan panjang gelombang 260 nm. Konsentrasi DNA dinyatakan dalam satuan milligram per gram sampel. Perhitungan total konsentrasi DNA dapat diperoleh dengan rumus :

Total kadar DNA = Konsentrasi DNA (mg/g sampel) x Bobot kering (mg) Konsentrasi RNA organ

(19)

7 Konsentrasi RNA dinyatakan dalam satuan milligram per gram sampel. Perhitungan total kadar RNA dapat diperoleh dengan rumus :

Total kadar RNA = Konsentrasi RNA (mg/g sampel) x Bobot kering (mg)

Analisis Data

Hasil pengukuran kadar hormon, bobot basah, bobot kering, kadar air dan kadar DNA dan RNA ovarium dan uterus dinyatakan dengan rataan ± simpangan baku. Perbedaan antar kelompok akan diuji secara statistika dengan uji independent sample t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kadar Hormon Estrogen Tikus Betina Usia Lepas Sapih

Kadar hormon estrogen tikus betina usia lepas sapih yang diberi ekstrak tempe dengan dosis 0,5 g/ekor/hari dan kelompok kontrol pada berbagai usia dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Hasil yang diperoleh merupakan rataan ± simpangan baku.

Tabel 1 Rataan kadar hormon estrogen (pg/mL) tikus betina usia 28, 42 dan 56 hari

Usia (hari)

Kelompok

Kontrol Perlakuan

28 42 56

11.060±3.152 3.443±0.427a

9.763±5.273

17.573±3.839 8.880±1.592b 10.880±5.394 a

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata pada taraf uji 5%.

(20)

8

menyebabkan estrogen endogen tubuh tidak dapat berikatan dengan reseptor tersebut sehingga jumlah estrogen yang bebas dalam sirkulasi meningkat (Mardiati dan Sitasiwi 2008).

Perbedaan yang nyata pada usia 42 hari disebabkan karena usia 42 hari merupakan periode menjelang pubertas pada tikus. Menurut Malole dan Pramono (1989), tikus betina mengalami pubertas pada usia 50-60 hari. Menurut Sherwood (2001), pada periode menjelang pubertas akan terjadi peningkatan aktivitas Gonadotropin-releasing Hormone (GnRH) yang berdampak pada meningkatnya kadar FSH dan LH yang berperan dalam perkembangan dan pematangan sel folikel. Perkembangan sel folikel akan menghasilkan estrogen sehingga berdampak pada tingginya kadar estrogen dalam darah.

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Pertumbuhan Organ Ovarium Tikus Usia Lepas Sapih

Ovarium adalah salah satu organ penghasil hormon yang berfungsi dalam sistem reproduksi primer betina. Ovarium melakukan tugas ganda yaitu menghasilkan ovum (oogenesis) dan mengeluarkan hormon-hormon steroid seks betina seperti estrogen dan progesteron (Sherwood 2001). Pertumbuhan dan kinerja ovarium dapat diukur dari perubahan bobot dan kadar DNA serta RNA organ ovarium. Rataan bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ ovarium tikus betina usia 28, 42 dan 56 hari dari kelompok perlakuan dan kontrol dinyatakan dalam rataan ± simpangan baku yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ ovarium tikus usia 28, 42 dan 56 hari

Parameter yang diamati

Usia (hari)

Kelompok

Kontrol Perlakuan

Bobot Basah

Total Kadar DNA (µg)

Total Kadar RNA (µg) nyata pada taraf uji 5%.

(21)

9 kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hal ini diduga karena aktivitas fitoestrogen dalam ekstrak tempe tidak bekerja optimal. Hasil ini berbeda dengan penelitian Mohamud (2013) yang melaporkan bahwa pemberian ektrak tempe dengan dosis 0.25 g/ekor/hari dapat meningkatan bobot basah dan bobot kering ovarium (P<0.05) pada usia 42 hari dengan kadar air yang lebih rendah antara kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil yang berbeda ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan dosis pemberian ektrak tempe.

Bobot ovarium pada kelompok perlakuan di usia 56 hari cenderung lebih tinggi. Hal ini terjadi karena fitoestrogen dalam tempe dapat berikatan dengan reseptor estrogen pada ovarium. Ikatan antara estrogen dan reseptor estrogen pada ovarium akan mengaktivasi sel dan menginduksi proliferasi sel-sel ovarium sehingga terjadi penambahan jumlah sel yang akan meningkatkan massa ovarium (Suttner et al. 2005). Menurut Sudatri (2006), penurunan kadar air ovarium disebabkan meningkatnya jumlah sel dan bukan karena inhibisi air. Kadar air ovarium usia 56 hari pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol kemungkinan karena proses reproduksi sudah dimulai.

Hasil analisis total kadar DNA dan RNA ovarium menunjukkan tidak ada pengaruh yang nyata akibat pemberian ekstrak tempe terhadap kadar DNA dan RNA. Hasil ini sejalan dengan penelitian Mohamud (2013). Meskipun tidak memiliki perbedaan yang nyata, total DNA ovarium kelompok perlakuan pada usia 28 hari lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peningkatan sintesis DNA dapat terjadi karena jumlah sel yang bertambah akibat dari peningkatan proliferasi dan mitosis sel. Menurut Suprihatin (2008), peningkatan proliferasi sel ovarium akan mengakibatkan sel-sel folikel lebih cepat mengalami pematangan hingga ovulasi dapat terjadi lebih cepat. Proses ovulasi yang lebih cepat menunjukkan bahwa usia pubertas tikus lebih cepat dan kemampuan reproduksi hewan betina akan meningkat. Total RNA ovarium tikus pada usia 28 hari pada kelompok perlakuan juga menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Menurut Dewantoro (2001), fungsi dari sintesis protein yang terjadi di dalam sel terkait erat dengan perubahan konsentrasi RNA.

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Pertumbuhan Organ Uterus Tikus Usia Lepas Sapih

(22)

10

Tabel 3 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ uterus tikus usia 28, 42 dan 56 hari

Parameter yang diamati

Usia (hari)

Kelompok

Kontrol Perlakuan

Bobot Basah

Total Kadar DNA (µg)

Total Kadar RNA (µg) nyata pada taraf uji 5%.

Pemberian ekstrak tempe berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap bobot basah uterus pada usia 56 hari, namun tidak berpengaruh pada usia 28 dan 42 hari. Fitoestrogen kedelai seperti halnya estrogen memiliki aktivitas uterothrophic yang menyebabkan peningkatan massa uterus (Putra 2009). Hormon estrogen sendiri berfungsi memelihara keseluruhan saluran reproduksi betina seperti merangsang pertumbuhan endomentrium dan miometrium (Sherwood 2001). Pada usia 56 hari, tikus telah memasuki masa pubertas sehingga pertumbuhan endometrium dan miometrium terjadi untuk mempersiapkan masa kebuntingan. Retensi air atau pembendungan air juga dapat menambah bobot uterus. Pemberian estrogen eksogenik pada tikus dapat menyebabkan pembendungan air dan meningkatkan kemampuan substrat dan ion-ion yang dibutuhkan dalam pertumbuhan uterus (Partodihardjo 1992).

Hasil analisis bobot kering uterus, pemberian ekstrak tempe tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05) pada setiap usia yang diamati. Bobot kering adalah bobot yang bebas dari kandungan air dan lemak yang hanya terdiri dari protein dan asam nukleat. Penghilangan air dan lemak dilakukan untuk melihat aktivitas ovarium dan uterus melalui materi protein. Peningkatan bobot kering menunjukkan meningkatnya aktivitas sintesis protein dalam uterus (Mohamud 2013). Bobot kering uterus pada kelompok perlakuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol pada segala usia. Hasil ini sejalan dengan penelitian Mohamud (2013) dimana pemberian ekstrak tempe dengan dosis 0.25 g/ekor/hari menyebabkan peningkatan bobot basah dan kering secara nyata (P<0.05). Peningkatan bobot uterus pada usia 56 hari dapat dipengaruhi oleh adanya pemberian fitoestrogen dari ekstrak tempe.

(23)

11 bobot basah dan kering uterus akibat fitoestrogen tidak selalu mengindikasikan terjadinya hiperplasia sel uterus yang ditunjukkan oleh kadar DNA.

Meskipun tidak berbeda nyata, peningkatan bobot basah uterus tikus kelompok perlakuan pada usia 56 hari diikuti pula dengan peningkatan total kadar DNA dan RNA. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bobot uterus disebabkan penambahan jumlah sel dan akan meningkatkan sintesis DNA. Menurut Mege et al. (2007), hormon estrogen membantu uterus dalam meningkatkan sintesis DNA dan proliferasi sel uterus sehingga uterus akan menjadi tempat yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus. Menurut Jusuf (1988), metabolisme protein di dalam sel dikendalikan oleh DNA. Peningkatan sintesis DNA ini akan meningkatkan aktivitas sintesis protein di dalam sel yang ditunjukkan oleh peningkatan total kadar RNA. Menurut Dewantoro (2001), perubahan konsentrasi RNA merupakan fungsi dari sintesis protein yang terjadi di dalam sel.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian ekstrak tempe dengan dosis 0.5 g per ekor setiap hari selama 28 hari meningkatkan kadar hormon estrogen pada usia 42 hari serta meningkatkan bobot basah uterus pada usia 56 hari tetapi tidak berpengaruh terhadap kadar DNA dan RNA ovarium dan uterus.

Saran

Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian ekstrak tempe terhadap kinerja reproduksi betina pada usia setelah pubertas. Selain itu, perlu dilakukan penyeragaman bobot badan tikus yang digunakan serta penambahan jumlah sampel pada setiap kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007-2013. Jakarta (ID): Badan Pusat Statitistik.

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biology. Ed ke-3. California (USA): Benjamin Cummings.

Dewantoro E.2001. Rasb RNA/DNA, karakter morfometrik dan komposisi daging ikan mas (Cyprinus carpio L.) strain sinyonya, karper kaca dan hibridanya [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(24)

12

Ganong WF. 2003. Fisiologi Kedokteran. Ed ke-20. Widjajakusuma H, penerjemah; Djauhari, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Medical Physiology.

Genetika Science Indonesia, PT. 2008. Genomic DNA Mini Kit (Tissue) Protocol V. 04.09.12. Jakarta, Indonesia.

Guyton AC. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology and Mechanism of Disease). Ed ke-3. Jakarta (ID): EGC.

Guyton AC dan Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Setiawan I, Tengadi Ka, Santoso A, penerjemah; Setiawan I, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology 9th Ed.

Hafez ESE, Jainudeen MR, Rosnina Y. 2000. Reproduction in Farm Animals. Ed. ke-3. Philadelphia (USA): Lippincott Williams & Wilkins.

Jusuf M. 1988. Genetika dasar 1: Ekspresi gen. Bogor (ID): lnstitut Pertanian Bogor.

Malole MBM dan Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor (ID): IPB Press.

Manalu W dan Sumaryadi MY. 1998. Maternal serum progesterone concetration during gestation and mammary gland growth and development at parturirion in javanese thin-tail ewes with carrying a single or multiple fetuses. Small Rum Res. 27: 131-136.

Mardiati SM dan Sitasiwi AJ. 2008. Korelasi jumlah folikel ovarium dengan konsentrasi hormon estrogen mencit (Mus musculus) setelah konsumsi harian tepung kedelai selama 40 hari. J Ana Fis. 16(2): 54-59.

Markeverich BM, Brett W, Charles LD dan Rebecca RG. 1995. Effects of coumestral on estrogen receptor function and uterine growth in ovariectomized rats. Environ Health Perspect. 103: 574-581.

Mege RV, Nasution SH, Kusumorini N dan Manalu W. 2007. Pertumbuhan dan perkembangan uterus dan plasenta babi dengan superovulasi. J Biosci Bioeng. 14: 1-6.

Mohamud NB. 2013. Peran pemberian ekstrak tempe terhadap organ ovarium dan uterus tikus betina prapubertas [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Partodihardjo S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta (ID): Mutiara Sumber

Widya.

Putra AP. 2009. Efektivitas pemberian kedelai pada tikus putih (Rattus novergicus) bunting dan menyusui terhadap pertumbuhan dan kinerja reproduksi anak tikus betina [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rishi RK. 2002. Phytoestrogens in health and illnes. Indian J Pharmacology

34:311-320.

Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Brahm, penerjemah; Santoso BI, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Human Physiology from Cells to Systems.

Sudatri N. 2006. Suplementasi somatotropin untuk memperbaiki tampilan fisiologi tikus betina usia enam bulan satu tahun [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(25)

13 Suttner AM, Danilovich NA, Banz WJ, and Winters TA. 2005. Soy Phytoestrogens: effects on ovarian function. Society for the Study of Reproduction [Internet]. [diakses Agustus 2014]. Tersedia pada: http://tw3a.siuc.edu/angssr.htm.

Tsourounis C. 2004. Clinical effects of phytoestrogens. Clin Obstet Gynecol. 44(4):836-842.

Vander A, Sherman J, Luciano D. 2001. Human Physiology: The Mechanisms of Body Function. Ed ke-8. New York (USA): McGraw-Hill.

(26)

14

Lampiran 1 Analisis data estradiol tikus betina usia lepas sapih

Group Statistics

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

95% Confidence Interval

of the Difference

(27)

15 Lampiran 2 Analisis data bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan

total RNA organ ovarium tikus

Group Statistics

kelomp

ok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

bb28 1 3 .01767 .007371 .004256

2 3 .01567 .005508 .003180

bb42 1 3 .03367 .009018 .005207

2 3 .02233 .007506 .004333

bb56 1 3 .04333 .015308 .008838

2 3 .05900 .017436 .010066

bk28 1 3 .00367 .000577 .000333

2 3 .00433 .001155 .000667

bk42 1 3 .00500 .001732 .001000

2 3 .00367 .000577 .000333

bk56 1 3 .00403 .003564 .002058

2 3 .00733 .003786 .002186

kadarair28 1 3 7.75513E1 6.053079 3.494747

2 3 7.05297E1 5.016409 2.896225

kadarair42 1 3 8.54720E1 6.436264 3.715978

2 3 8.20810E1 7.455624 4.304506

kadarair56 1 3 8.22837E1 11.840461 6.836093

2 3 8.74780E1 6.577001 3.797234

totaldna28 1 3 1.38717E2 55.571387 32.084155

2 3 1.51777E2 31.632506 18.263036

totaldna42 1 3 1.42470E2 48.640089 28.082369

2 3 1.23663E2 81.085305 46.814622

totaldna56 1 3 1.39157E2 62.913468 36.323108

2 3 1.07777E2 62.505763 36.087719

totalrna28 1 3 1.60250E2 50.100660 28.925629

2 3 2.44117E2 94.250669 54.415649

totalrna42 1 3 2.09447E2 43.841994 25.312187

(28)

16

totalrna56 1 3 3.12723E2 48.889167 28.226174

2 3 2.20030E2 53.276005 30.758916

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Interval of the

Difference

Lower Upper

bb28 Equal variances

assumed .559 .496 .376 4 .726

bb42 Equal variances

assumed .020 .894

bb56 Equal variances

assumed .114 .752

bk28 Equal variances

assumed 3.200 .148

-bk42 Equal variances

(29)

17 bk56 Equal variances

(30)

18

not assumed 2.67

0

not assumed 2.22

(31)

19 Lampiran 3 Analisis data bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan

total RNA organ uterus tikus

Group Statistics

kelomp

ok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

bb28 1 3 .01900 .010583 .006110

2 3 .01867 .010066 .005812

bb42 1 3 .04700 .017776 .010263

2 3 .05500 .032909 .019000

bb56 1 3 .06367 .032332 .018667

2 3 .13133 .030665 .017704

bk28 1 3 .00433 .001155 .000667

2 3 .00733 .003055 .001764

bk42 1 3 .00800 .004359 .002517

2 3 .01067 .004726 .002728

bk56 1 3 .00967 .004726 .002728

2 3 .01800 .010392 .006000

kadarair28 1 3 7.51673E1 8.897226 5.136816

2 3 5.98627E1 5.466359 3.156004

kadarair42 1 3 8.32407E1 8.177974 4.721555

2 3 7.91373E1 4.707397 2.717817

kadarair56 1 3 8.47447E1 1.967717 1.136062

2 3 8.48877E1 11.686765 6.747357

totaldna28 1 3 1.47850E2 50.308829 29.045816

2 3 1.84247E2 30.949031 17.868432

totaldna42 1 3 1.77403E2 77.625016 44.816824

2 3 1.66710E2 8.491472 4.902554

totaldna56 1 3 1.53427E2 23.844505 13.766632

2 3 2.24450E2 86.705341 50.059352

totalrna28 1 3 1.51937E2 42.048078 24.276469

2 3 3.46157E2 280.355098 161.863092

totalrna42 1 3 3.65627E2 292.122386 168.656938

(32)

20

totalrna56 1 3 2.75993E2 272.228972 157.171470

2 3 5.42087E2 238.399787 137.640181

s t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Interval of the

Difference

Lower Upper

bb28 Equal variances

assumed .057 .823 .040 4 .970 .00033

bb42 Equal variances

assumed 2.54

bb56 Equal variances

assumed .060 .819

bk28 Equal variances

(33)

21 bk42 Equal variances

assumed .026 .880

-bk56 Equal variances

assumed 3.85

not assumed 2.53

(34)
(35)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Roro Ambarwati Arum Pakarti. Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Juni 1992. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan Putut Akhun Mudaris dan RAj Amalia Imaniwati. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Bogor hingga tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Gambar

Gambar 1 Bagan Pemberian Ekstrak Tempe
Tabel 2 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ

Referensi

Dokumen terkait

Dari segi Kebersihan Lingkungan dan Kelayakan Tempat Tinggal, rumah dan halaman keluarga bapak I ketut Gejen masih belum terbilang rapi dan bersih karena

Bentuk pertanyaan yang terstruktur membuat interviewer dapat lebih fokus untuk menggali informasi yang dibutuhkan, dhi, bukti mengenai kompetensi yang dimiliki oleh

Kolom catatan untuk kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial diisi dengan capaian KD dari KI-1 (yang menonjol) dan KD yang perlu ditingkatkan pada setiap mata pelajaran.

berencana Puskesmas Kartasura, akseptor KB banyak yang menggunakan alat.. kontrasepsi hormonal dibandingkan menggunakan alat

Lokasi penelitian dan sampel dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Pabrik Gula Tasikmadu di Karanganyar. Metode analisis data yang digunakan adalah 1) perhitungan

Kendala yang dihadapi dalam keluarga Ibu Ni Ketut Suci dalam perekonomian dimana ibu Suci sudah berusia ketar 55 tahun yang sehari-harinya bekerja serabutan dan

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Segala-galanya, sumber dari segala sumber, yang telah memberikan petunjuk, rahmat, dan

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka aspek ini telah memenuhi kriteria cukup sehingga aspek ini dapat digunakan (bersyarat). Aspek bersedia mengajakteman