• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Optimisasi Kombinasi Produk Pada IKM Roti Jogja di Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Optimisasi Kombinasi Produk Pada IKM Roti Jogja di Bekasi"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

i

KAJIAN OPTIMISASI KOMBINASI PRODUK PADA IKM

ROTI JOGJA DI BEKASI

NUGRAHA DANU KUSUMA

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Optimisasi Kombinasi Produk Pada IKM Roti Jogja di Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Nugraha Danu Kusuma

(4)

ABSTRAK

NUGRAHA DANU KUSUMA. H24114035. Kajian Optimisasi Kombinasi Produk Pada IKM Roti Jogja di Bekasi. Dibawah bimbingan PRAMONO D FEWIDARTO.

Optimisasi produksi adalah penggunaan faktor-faktor produksi seefisien mungkin. Linear Programming merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumber daya yang langka untuk mencapai tujuan seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan, menyusun formulasi linear programming, dan mengkaji perubahan tingkat keuntungan produk roti dan pia pada IKM Roti Jogja untuk 1 tahun atau 6 periode mendatang. Dari hasil optimisasi produksi didapatkan kombinasi produk dengan menggunakan metode analisis primal, dan analisis sensitivitas. Dari metode tersebut menunjukkan adanya peningkatan keuntungan perusahaan, dan pemanfaatan sumber daya produksi yang belum optimal. Hasil tersebut dapat dijadikan penetapan kebijakan perusahaan untuk tahun berikutnya.

Kata kunci: Optimisasi produksi, linear programming, analisis primal.

ABSTRACT

NUGRAHA DANU KUSUMA. H24114035. Optimization Product Combination Study In IKM Roti Jogja Bread in Bekasi. Supervised by PRAMONO D FEWIDARTO

Production optimization is the use of factors of production as efficiently as possible. Linear Programming is a mathematical method of allocating scarce resources to achieve objectives such as maximizing profits or minimizing costs. The purpose of this study was to analyze the factors that affect profits, formulate linear programming, and examine changes in the level of profit bakery products and pia at IKM Roti Jogja for 1 year or 6 coming period. From the results obtained combination product production optimization using analytical methods of primal and sensitivity analysis. Of these methods show an increase in corporate profits, and utilization of production resources are not optimal. hese results can be used as setting policy for the company next year.

(5)

iii

KAJIAN OPTIMISASI KOMBINASI PRODUK PADA IKM

ROTI JOGJA DI BEKASI

NUGRAHA DANU KUSUMA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Kajian Optimisasi Kombinasi Produk Pada IKM Roti Jogja di Bekasi

Nama : Nugraha Danu kusuma

NIM : H24114035

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing

Ir Pramono D Fewidarto, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen

(7)

v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi berjudul “Kajian Optimisasi Kombinasi Produk Pada IKM Roti Jogja di Bekasi” disusun sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Pramono D Fewidarto, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Gustri dan Bapak Sukamto beserta seluruh karyawan IKM Roti Jogja, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta teman-teman atas doa, dukungan, semangat, dan inspirasi hidup.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkannya.

Bogor, Februari 2014

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Pengertian Produksi dan Operasi 3

Optimisasi Produksi 3

Linear Programming 3

Analisis Primal 4

Analisis Sensitivitas 5

Pengertian Batasan IKM 5

Faktor-Faktor Produksi Roti 6

Penelitian Terdahulu 9

METODE PENELITIAN 11

Kerangka Pemikiran Penelitian 11

Lokasi dan Waktu Penelitian 12

Jenis dan Sumber Data 12

Analisis Data 13

HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Gambaran Umum Perusahaan 14

Struktur Organisasi 14

Proses Produksi 15

Pemasaran 17

Perumusan Model Linear Programming 17

(9)

vii

Perumusan Fungsi Tujuan 18

Perumusan Persamaan Kendala 19

Hasil Optimisasi Fungsi Tujuan 28

Hasil Optimisasi Sumber Daya 31

Analisis Sensitivitas 42

Skenario 1 42

Skenario 2 43

Skenario 3 44

Implikasi Manajerial 45

KESIMPULAN DAN SARAN 47

Kesimpulan 47

Saran 47

DAFTAR PUSTAKA 48

LAMPIRAN 49

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian 11

Gambar 2. Struktur organisasi 14

Gambar 3. Saluran distribusi IKM Roti Jogja 17

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis dan sumber data 12

Tabel 2. Penjualan aktual Juli 2012 sampai dengan Juni 2013 dan target produksi

Juli 2013 sampai dengan Juni 2014 IKM Roti Jogja 18

Tabel 3. Penggunaan mesin untuk pembuatan roti dan pia 26

Tabel 4. Perbandingan hasil optimisasi dan target produksi periode-1 29

Tabel 5. Perbandingan hasil optimisasi dan target produksi periode-2 29

Tabel 6. Perbandingan hasil optimisasi dan target produksi periode-3 30

Tabel 7. Perbandingan hasil optimisasi dan target produksi periode-4 30

Tabel 8. Perbandingan hasil optimisasi dan target produksi periode-5 30

Tabel 9. Perbandingan hasil optimisasi dan target produksi periode-6 31

Tabel 10. Hasil optimisasi penggunaan tepung terigu 31

Tabel 11. Hasil optimisasi penggunaan mentega 32

Tabel 12. Hasil optimisasi penggunaan gula 32

Tabel 13. Hasil optimisasi penggunaan ragi 33

Tabel 14. Hasil optimisasi penggunaan penghalus roti 33

Tabel 15. Hasil optimisasi penggunaan calcium propionate 34

Tabel 16. Hasil optimisasi penggunaan minyak goreng 34

Tabel 17. Hasil optimisasi penggunaan cokelat butir 35

Tabel 18. Hasil optimisasi penggunaan keju 35

Tabel 19. Hasil optimisasi penggunaan selai strawberry 35

Tabel 20. Hasil optimisasi penggunaan selai blueberry 36

Tabel 21. Hasil optimisasi penggunaan kacang hijau 36

Tabel 22. Hasil optimisasi penggunaan kemasan produk-1 37

Tabel 23. Hasil optimisasi penggunaan kemasan produk-2 37

Tabel 24. Hasil optimisasi penggunaan kemasan produk-3 37

Tabel 25. Hasil optimisasi penggunaan kemasan produk-4 38

Tabel 26. Hasil optimisasi penggunaan kemasan produk-5 38

Tabel 27. Hasil optimisasi penggunaan jam kerja TKL 39

Tabel 28. Hasil optimisasi penggunaan jam kerja mesin mixer 39

Tabel 29. Hasil optimisasi penggunaan jam kerja mesin pencetakan 40

Tabel 30. Hasil optimisasi penggunaan jam kerja mesin oven 40

Tabel 31. Hasil optimisasi penggunaan jam kerja mesin pengemasan 40

Tabel 32. Hasil optimisasi penggunaan anggaran biaya produksi 41

Tabel 33. Penghematan biaya produksi 41

Tabel 34. Hasil optimisasi fungsi tujuan skenario 1 43

Tabel 35. Hasil optimisasi fungsi tujuan skenario 2 44

(11)

ix

Tabel 37. Hasil perolehan keuntungan pada kondisi optimal awal, skenario-1,

skenario-2, skenario-3 45

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perkembangan jumlah usaha dan nilai produksi IKM makanan dan

minuman tahun 2006-2010 di Indonesia 49

Lampiran 2. Rekap penelitian terdahulu 50

Lampiran 3. Diagram alir tahapan penelitian 51

Lampiran 4. Rencana pengumpulan data terkait dengan tujuan penelitian 52

Lampiran 5. Perumusan fungsi tujuan 54

Lampiran 6. Perumusan persamaan kendala bahan baku tepung terigu, mentega,

gula dan ragi 71

Lampiran 7. Perumusan persamaan kendala bahan baku penghalus roti, calcium

propionate dan minyak goreng 72

Lampiran 8. Perumusan persamaan kendala bahan baku isian roti 73

Lampiran 9. Perumusan persamaan kendala bahan penolong kemasan produk 74

Lampiran 10. Perumusan persamaan kendala jam tenaga kerja langsung 75

Lampiran 11. Perumusan persamaan kendala jam mesin mixer dan pencetakan 76

Lampiran 12. Perumusan persamaan kendala jam mesin oven dan packing 77

Lampiran 13. Perumusan persamaan kendala anggaran biaya produksi 78

Lampiran 14. Ketersediaan jam mesin pada skenario 2 79

Lampiran 15. Hasil software LINDO 80

Lampiran 16. Hasil software LINDO skenario 1 82

Lampiran 17. Hasil software LINDO skenario 2 84

(12)
(13)

Latar Belakang

Makanan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia selain pakaian dan tempat tinggal. Dalam teori hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis yang terdiri dari makanan, air, tempat tinggal, dan pakaian. Artinya manusia akan memenuhi kebutuhan fisiologi terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lain. Roti merupakan salah satu jenis makanan yang banyak disukai oleh masyarakat Indonesia. Produk roti saat ini bukan hanya dilihat sebagai makanan sampingan, melainkan sudah menjadi makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Bahkan di kalangan remaja dan anak-anak, produk roti sudah menggeser nasi sebagai sumber karbohidrat utama. Simple dan instant food, mungkin itu sebutannya karena bisa langsung dikonsumsi serta tidak sulit untuk menemukan produk roti yang ingin dikonsumsi. Kondisi yang demikian menyebabkan produsen roti berlomba-lomba untuk memproduksi roti yang sesuai dengan keinginan konsumen serta jumlah tempat penjualan roti yang semakin bertambah.

Peningkatan atau penurunan jumlah industri yang bergerak di bidang yang sama merupakan salah satu dampak dari persaingan. Persaingan merupakan ancaman bagi perusahaan atau industri pendatang baru maupun yang sudah lama berdiri karena akan berdampak pada profit yang dihasilkan dan kelangsungan hidup suatu usaha. Persaingan yang semakin ketat antar perusahaan produsen mendorong setiap perusahaan untuk mengendalikan produksinya pada setiap lini agar tercapai efisiensi penggunaan bahan baku dan kapasitas produksi yang dimiliki. Setiap perusahaan pasti menginginkan peningkatan profit untuk mengembangkan perusahaan dan memenangkan persaingan. Perkembangan jumlah usaha dan nilai produksi Industri Kecil Menengah (IKM) makanan dan minuman di Indonesia tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Lampiran 1. Dilihat dari laju pertumbuhan produksi dari tahun 2006 ke tahun 2010, jenis industri roti dan sejenisnya memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan jenis industri lainnya. Hal ini menunjukkan jenis industri roti dan sejenisnya memiliki potensi untuk dikembangkan.

(14)

Perumusan Masalah

Keuntungan atau profit yang maksimal menjadi salah satu tujuan dari setiap perusahaan untuk mengembangkan perusahaan dan memenangkan persaingan dengan memanfaatkan sumber daya dan kapasitas produksi yang terbatas. Perusahaan perlu memprioritaskan produk-produk apa saja yang akan diproduksi dan melakukan kombinasi produk optimum atau optimisasi produksi, yaitu menghasilkan kombinasi produk yang dapat memaksimalkan keuntungan.

Berdasarkan hal di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimanakah kombinasi produk yang dapat memaksimalkan keuntungan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki IKM Roti Jogja?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan perusahaan.

b. Menyusun formulasi linear programming (LP) untuk memaksimalkan

keuntungan.

c. Menetapkan kombinasi produk yang dapat memaksimalkan keuntungan.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sarana bagi penulis untuk mengimplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah secara langsung di lapangan.

b. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan di bidang usaha.

c. Bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang terkait dengan optimisasi produksi.

Ruang Lingkup Penelitian

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Produksi dan Operasi

Pengertian produksi dan operasi dalam arti luas menurut Assauri (2008) adalah kegiatan yang mentransformasikan masukan (input) menjadi luaran (output), mencakup semua kegiatan atau aktivitas yang menghasilkan barang dan jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk tersebut. Hal ini kegiatan produksi terdapat pada pabrik manufaktur, pertambangan, perhotelan, rumah sakit, pelayanan dan lain sebagainya. Produksi dan operasi hanya dimaksud sebagai kegiatan yang menghasilkan barang, baik barang jadi maupun barang setengah jadi. Pengertian produksi dan operasi dalam ekonomi adalah merupakan kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa. Menurut Handoko (2008), manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya atau faktor produksi – tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah, dan sebagainya dalam proses tranformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk dan jasa.

Optimisasi Produksi

Optimisasi produksi menurut Soekartawi (1992) adalah penggunaan faktor-faktor produksi seefisien mungkin. Faktor-faktor-faktor produksi tersebut adalah modal, mesin, bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja. Optimisasi yang dilakukan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu:

a. Maksimisasi, yaitu menggunakan atau mengalokasikan input yang

ditentukan untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Maksimisasi keuntungan ini dapat dilihat baik dari segi laba sistem kerja yang efektif (rancangan penugasan), maksimisasi pangsa pasar dan lokasi perusahaan. b. Minimisasi, yaitu untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan

menggunakan input atau biaya yang paling minimal. Minimisasi dapat berupa minimisasi penggunaan sumber daya, biaya distribusi, biaya persediaan, biaya pengendalian mutu, jumlah tenaga kerja, waktu proses pelayanan dan fasilitas perusahaan.

Persoalan produksi menurut Mulyono (2004) adalah membuat nilai suatu fungsi beberapa peubah menjadi maksimum atau minimum atau dengan memperhatikan batasan-batasan. Biasanya pembatas-pembatas tersebut berupa tenaga kerja (men), uang (money) namun bisa pula kapasitas, permintaan, bahan baku dan lainnya. Pemrograman linier (linear programming atau LP) adalah suatu metode yang digunakan dalam penentuan optimisasi produksi suatu perusahaan.

Linear Programming

(16)

tujuan seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. LP banyak diterapkan dalam membantu menyelesaikan masalah ekonomi, industri, militer, sosial dan lain-lain (Mulyono, 2004).

Model linear programming mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah program linier menjadi absah. Agar linear programming dapat diterapkan maka asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan adalah :

a. Liniarity dan Additivity

Kata linier secara tidak langsung mengatakan bahwa hubungannya proporsional yang berarti bahwa tingkat perubahan atau kemiringan hubungan fungsional itu adalah konstan dan karena itu perubahan nilai variabel akan mengakibatkan perubahan relatif nilai fungsi dalam jumlah yang sama.

LP juga mensyaratkan bahwa jumlah variabel kriteria dan jumlah penggunaan sumberdaya harus bersifat additif. Additif dapat diartikan sebagai tak adanya penyesuaian pada perhitungan variabel kriteria karena terjadi interaksi.

b. Divisibility

Asumsi ini berarti bahwa nilai solusi yang diperoleh, Xj tidak harus

berupa bilangan bulat. Ini berarti nilai Xj dapat terjadi pada nilai pecah

manapun. Karena itu variabel keputusan merupakan variabel kontinyu, sebagai lawan dari variabel diskrit atau bilangan bulat.

c. Deterministic

Semua parameter model (cj, aij dan bi) diasumsikan diketahui konstan.

LP secara tidak langsung mengasumsikan suatu masalah keputusan dalam suatu kerangka statis di mana semua parameter diketahui dengan kepastian. Dalam kenyataannya, parameter model jarang bersifat deterministik, karena mereka mencerminkan kondisi masa depan maupun sekarang, dan keadaaan masa depan jarang diketahui dengan pasti.

Bentuk model umum LP itu adalah :

Maksimumkan (minimumkan) ∑ ...(1)

cj : sumbangan per unit kegiatan, untuk masalah maksimisasi cj menunjukan

keuntungan atau penerimaan per unit, sementara dalam kasus minimisasi menunjukkan biaya per unit.

bi : jumlah sumber daya i (i=1, 2, ..., m), berarti terdapat m jenis sumber daya

aij : banyaknya sumberdaya i yang dikonsumsi sumber daya j

Analisis Primal

(17)

dengan dihadapkan pada sumber daya yang ada. Hasil analisis primal akan dibandingkan dengan tingkat kombinasi produk aktual perusahaan, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan sudah melakukan kombinasi produk pada tingkat yang optimal (Taha, 1996).

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana jawaban optimal dapat diterapkan apabila terjadi perubahan parameter yang membangun model. Perubahan yang dapat terjadi adalah perubahan koefisien fungsi tujuan, perubahan koefisien persamaan kendala, perubahan nilai sebelah kanan model, dan adanya tambahan variabel keputusan. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pemecahan optimal baru yang memungkinkan sesuai dengan parameter perhitungan tambahan yang minimal.

Analisis sensitivitas juga berguna untuk mengetahui seberapa jauh solusi optimal awal tidak akan berubah jika terjadi perubahan pada harga jual setiap produk, biaya per satuan produk, dan ketersediaan sumber daya yang dimiliki. Apabila perubahan-perubahan yang terjadi masih dalam selang yang diperbolehkan, maka solusi optimal awal tidak akan berubah. Selang dalam linier programming terdiri atas batas penurunan (allowable decrease) dan batas peningkatan (allowable increase). Batas penurunan memperhatikan besarnya nilai penurunan parameter fungsi tujuan atau nilai penurunan ketersediaan sumber daya yang tidak mengubah solusi optimal awal. Pada fungsi kendala, analisis sensitivitas dapat menilai ruas sebelah kanan kendala yang digunakan untuk menentukan status kendala pembatas dan bukan pembatas pada optimisasi produksi. Suatu kendala dikatakan pembatas apabila terdapat nilai batas penurunan dan peningkatan. Biasanya kendala bukan pembatas ditunjukkan oleh adanya nilai tidak terhingga (infinity) pada nilai batas peningkatan (allowable increase). Hal ini menunjukkan selang perubahan peningkatan mencapai tidak terhingga. Artinya seberapapun peningkatan nilai sebelah kanan kendala tersebut tidak akan mempengaruhi solusi optimal. Solusi awal akan berubah apabila perubahan yang terjadi di luar selang perubahan yang diperbolehkan (Taha, 1996).

Pengertian Batasan IKM

Batasan Industri kecil dan menengah menurut Undang-undang No 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, menengah dapat didefinisikan sebagai berikut :

a. Industri kecil adalah kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari 50 juta rupiah sampai dengan paling banyak 500 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta rupiah sampai dengan paling banyak 2.5 milyar rupiah.

(18)

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari 500 juta rupiah sampai dengan paling banyak 10 milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari dua milyar 500 juta rupiah sampai dengan paling banyak 50 milyar rupiah.

Faktor-Faktor Produksi Roti

Bahan dan alat dalam pembuatan roti merupakan faktor-faktor produksi roti harus menunjang produk yang akan dipasarkan. Bahan-bahan yang berkualitas serta kelengkapan peralatan yang digunakan dapat menghasilkan produk yang layak jual. Secara umum bahan-bahan dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan roti adalah bahan dan alat-alat standar. Artinya bahan-bahan dan perlatan yang digunakan sudah memenuhi standar pembuatan roti. Bahan-bahan yang digunakan secara umum adalah tepung, telur, susu, mentega, margarin, gula dan pengembang. Adapun peralatan yang digunakan diantaranya mikser,

oven/microwave, loyang/cetakan, timbangan, takaran dan plastik kemasan. (Mujib, 2011)

Ada beberapa bahan dan peralatan yang menjadi standar dalam usaha roti. Bahan dan peralatan tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Tepung

Tepung merupakan bahan dasar dalam membuat roti. Hampir semua jenis tepung dapat digunakan, seperti tepung beras, tepung sagu, tepung terigu, dan tepung lainnya. Namun, secara umum tepung terigu memang lebih banyak dipakai. Tepung terigu berasal dari tepung gandum yang diolah melalui penggilingan dan pemutihan. Dari pengolahan biji gandum sendiri dapat dihasilkan beberapa jenis tepung diantaranya sebagai berikut :

1. Hard Wheat

Tepung ini diperoleh dari gandum keras (hard wheat). Tepung jenis ini memiliki kadar protein tinggi. Kadar proteinnya sekitar 11 sampai 13%. Sifat tepung ini memiliki daya serap air yang tinggi, mudah dicampur, difermentasikan, elastis dan mudah digiling. Tepung ini cocok untuk bahan baku roti, mie dan pasta.

2. Medium Wheat

Tepung ini dibuat dari campuran tepung hard wheat dan soft wheat.

Tepung ini memiliki kadar protein sedang. Kandungan proteinnya sekitar 10 sampai 11%. Tepung ini di pasaran dikenal dengan tepung serbaguna. Tepung jenis ini cocok digunakan untuk membuat donat, bakpao, bapel, cake dan muffin.

3. Soft Wheat

Tepung ini memiliki kadar protein rendah. Kandungan proteinnya sekitar 8 sampai 9%. Tepung ini dibuat dari gandum lunak. Soft wheat

(19)

4. Whole Meal Flour

Tepung ini dibuat dari biji gandum utuh termasuk dedaknya sehingga warna tepung lebih gelap. Tepung ini mengandung serat (fiber) tinggi. Tepung jenis ini cocok untuk makanan kesehatan dan menu diet, seperti roti gandum atau biskuit gandum.

b. Telur

Telur yang biasa digunakan adalah telur ayam. Untuk membuat roti yang diperlukan adalah kuning telurnya saja. Telur berfungsi sebagai bahan pengikat bahan-bahan lain agar adonan menjadi kental dan mudah diuleni.

c. Gula

Bahan lain untuk membuat roti adalah gula. Di pasaran terdapat berbagai jenis gula, seperti gula aren, gula tebu, gula batu, gula jagung dan gula pasir. Gula yang digunakan adalah gula pasir. Gula halus atau gula pasir yang digiling bisa menjadi tepung gula yang akan digunakan dalam pembuatan roti. Gula berfungsi untuk memberikan rasa manis pada roti serta membuat roti menjadi lebih empuk. Gula juga berfungsi sebagai energi bagi ragi untuk memulai aktivitasnya sehingga proses pengembangan menjadi lebih cepat.

d. Mentega

Mentega atau butter terbuat dari susu yang mengandung lemak susu paling tinggi. Kadar lemak dalam susu sekitar 80% bahkan lebih. Mentega memiliki aroma harum dan rasanya gurih. Di pasaran ada dua jenis mentega yang dikenal, yaitu unsalted butter (mentega tawar) dan salted butter

(mentega dengan tambahan garam). Mentega harus disimpan di tempat yang bersih dan aman karena terbuat dari bahan yang mengandung lemak, mentega lebih mudah berjamur dan berbau tengik. Untuk itu simpanlah mentega dalam wadah yang tertutup rapat dan simpan dalam lemari pendingin.

e. Margarin

Berbeda dengan mentega, margarin terbuat dari minyak nabati. Umumnya berasal dari kelapa sawit. Warnanya lebih kuning karena ada penambahan zat warna alami. Bentuknya lebih padat karena ada proses penjenuhan asam lemak atau hidrogenasi dan titik lelehnya lebih tinggi dari mentega. Sama seperti mentega, margarin juga mudah berjamur dan berbau tengik. Simpan dalam wadah tertutup dan lebih aman disimpan dalam lemari pendingin.

f. Susu

Susu sering ditambahkan dalam pembuatan roti untuk meningkatkan cita rasa. Susu mengandung unsur-unsur gizi yang diperlukan tubuh dan manfaat susu bagi kesehatan sudah tidak diragukan lagi. Manfaat susu diantaranya adalah mencegah osteoporosis dan mencegah kanker usus, menetralisasi racun timah dalam makanan dan membuat kulit menjadi halus. Dalam pembuatan roti, jenis susu yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Jenis susu yang bisa digunakan adalah sebagai berikut :

1. Susu Skim

(20)

2. Susu Full Cream

Susu jenis ini mengandung lemak sekitar 4% dan mengandung vitamin A dan D.

3. Susu Low Fat

Susu jenis mengandung kadar lemak lebih rendah daru susu full cream. Jumlah lemak yang terdapat pada susu low fat sekitar setengah dari susu full cream.

4. Susu Kalsium

Susu jenis ini mengandung kadar kalsium lebih tinggi. Jumlah lemak dalam susu dikurangi dan ditambah kalsium.

5. Susu UHT ditambah gula. Biasanya bahan baku pembuatan susu cair adalah susu segar yang tidak memenuhi syarat untuk diproses menjadi susu cair karena minimnya kandungan lemak.

g. Pengembang/Ragi

Bahan pengembang untuk roti biasa dikenal dengan sebutan ragi. Dalam bahsa latinnya adalah saccharomyces cerevisiae. Ragi atau dalam bahasa umum ilmiahnya yeast adalah mahluk renik atau mikroba yang memanfaatkan gula sebagai bahan makanannya untuk berkembang biak. Dalam pembuatan roti, ragi berfungsi memfermentasikan karbohidrat pada tepung dan menghasilkan CO2 serta alkohol. Adonan akan mengembang

ketika glutein memerangkap gas CO2, sedang alkohol akan teruapkan

selama pemanggangan. Ragi juga membuat adonan menjadi elastis dan lekat sehingga menaikan rasa dan aroma roti. Ragi terdapat beberapa jenis, yaitu : 1. Ragi segar (compressed yeast), berbentuk padat segar dan mengandung 70%

kadar air. Harus disimpan dalam lemari es.

2. Ragi koral (active dry yeast), berbentuk koral dengan kandungan air 7,5%. Untuk mengaktifkannya, rendam dalam air bersuhu 40 °C dengan perbandingan ragi dan air 1:4 selama 10 menit atau lebih.

3. Ragi instan (instant dry yeast), berbentuk butiran, sangat praktis karena dapat langsung dicampurkan dengan bahan kering lainnya (kecuali garam yang dapat mematikan kerja roti).

h. Garam

(21)

i. Cokelat

Cokelat dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk rasa. Cokelat dapat digunakan sebagai isi roti maupun hiasan luar. Cokelat dapat diolah dan dipadukan dengan bahan lain sehingga menambah cita rasa roti. Ada beberapa jenis cokelat yang dapat digunakan dalam pengolahan roti, yaitu :

1. Couverture

Cokelat ini adalah jenis cokelat terbaik dan kandungan kakaonya yang tinggi sehingga menghasilkan cita rasa yang baik. Cokelat ini cocok digunakan untuk produk cokelat olahan. Cokelat ini dilelehkan terlebih dahulu sebelum digunakan.

2. Plain Chocolate

Cokelat jenis ini baik digunakan untuk roti. Kandungan kakao dalam cokelat bervariasi antara 30 sampai 70%. Semakin tinggi konsentrasi massa kakao semakin naik rasanya.

3. Milk Chocolate

Cokelat jenis ini merupakan campuran gula, cacoa butter, cokelat cair, susu dan vanila. Jumlah kakaonya hanya 20% dan rasanya lebih manis dibandingkan plain chocolate. Cokelat jenis ini rasanya manis dan lembut karena mengandung susu. Cokelat jenis ini tidak cocok untuk membuat roti karena kandungan kakaonya rendah dan mudah hangus jika dilelehkan.

4. White Chocolate

Cokelat ini dibuat dari lemak cokelat, gula, susu dan vanila. Cokelat ini dapat dikonsumsi langsung dan dapat digunakan untuk hiasan kue. Karena mudah hangus, sebaiknya memasak cokelat ini dengan hati-hati.

5. Kakao

Jenis cokelat ini tidak mengandung lemak kakao. Cokelat ini sangat mudah diolah dan ekonomis karena berbentuk serbuk.

j. Keju

Keju dapat dijadikan bahan tambahan dalam pembuatan roti. Keju dapat memberikan cita rasa pada roti. Keju juga dapat digunakan sebagai isi roti atau hiasan pada luar roti. Keju dapat diolah dengan bahan lain sehingga menciptakan cita rasa baru. Bahan dasar keju adalah susu yang difermentasikan. Keju memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi tubuh. Dalam keju terdapat protein, lemak, karbohidrat, fosfor dan zat besi. Jenis keju berdasarkan teksturnya terbagi menjadi dua, yaitu keju lunak dan keju keras/padat.

(22)

dikelompokan menjadi lima kelompok jenis produk. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa PT. Pismatex mengalami kendala dalam upayanya, kendala yang dialami adalah keterbatasan sumber daya yang dimilikinya, yaitu meliputi ketersediaan bahan baku, jam tenaga kerja langsung, jam mesin dan jumlah permintaan. Pada kondisi optimal, penggunaan ketersediaan kendala-kendala tersebut masih terdapat sumber daya yang belum dimanfaatkan secara optimal yang ditunjukan oleh banyaknya nilai slack dan surplus pada model.

Tingkat keuntungan yang dihasilkan dari proses optimisasi produksi adalah Rp47 701 230 000. Nilai ini jauh lebih tinggi dari tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan pada saat kondisi aktual, yaitu Rp42 946 352 240. Dengan proses kombinasi produk maka dapat memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp4 754 877 760.

Pratama (2011) melakukan penelitian mengenai kajian optimisasi biaya produksi dan persediaan bahan baku pada PT. Federal Karyatama. PT. FKT memproduksi delapan jenis oli mesin yang masing-masing diproses dalam beberapa tahap. Proses optimisasi menjadikan hasil perencanaan lebih efisien dari segi biaya produksi, setelah dilakukan optimisasi biaya produksi produk pada periode produksi 2011 adalah Rp682 380 830 761, sedangkan rencana yang disusun oleh PT. FKT adalah sebesar Rp682 996 998 207, hal ini menunjukan bahwa rencana produksi yang dilakukan PT. FKT masih belum efisien.

Retnianto (2012) melakukan penelitian mengenai kajian optimasi penggunaan faktor-faktor produksi pada ukm UD. Praktis Magetan, Jawa Timur. Kendala yang dihadapi oleh ukm UD. Praktis Magetan dalam upaya memaksimalkan keuntungan adalah berupa proses produksi dalam bentuk keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Pada kondisi optimum penggunaan sumber daya tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimum, ditunjukan dengan oleh banyaknya nilai pada slack/surplus dalam model. Tingkat keuntungan yang dihasilkan dari proses optimisasi dengan 3 kendala (kendala bahan baku, kendala ketersediaan jam tenaga kerja dan kendala ketersediaan jam tenaga kerja) adalah Rp430 172 700 dan aktualnya adalah Rp339 593 500, sehingga terpadat selisih sebesar Rp90 579 200 dalam satu periode.

(23)

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran Penelitian

Mendapatkan keuntungan yang maksimal merupakan salah satu tujuan dari setiap perusahaan untuk mengembangkan perusahaan sehingga memiliki daya saing yang lebih unggul dibandingkan dengan kompetitornya. Tujuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan maksimal dapat dicapai dengan cara merancang dan mengimplementasikan strategi manajemen yang tepat. Pada industri

manufacturing salah satu elemen yang penting adalah bagaimana perusahaan dapat menyusun sebuah perencanaan produksi yang optimal. Perencanaan produksi sangat penting karena setiap perusahaan memiliki keterbatasan sumber daya yang akan dimanfaatkan untuk memenuhi permintaan pasar.

Kerangka pemikiran yang disusun diawali dengan mengatur rencana pola produksi. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pola produksi yaitu permintaan produk, bahan baku, kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan, dan anggaran biaya produksi. Rencana pola produksi yang berbeda pasti memerlukan pengaturan persediaan bahan baku yang berbeda pula, dengan sumber daya dan kapasitas produksi yang terbatas penambahan jumlah produksi satu jenis produk tertentu dapat mengurangi kuantitas produksi jenis produk lain. Hasil dari mengatur rencana pola produksi adalah terciptanya berbagai alternatif kombinasi pola produksi kemudian dicari manakah alternatif kombinasi pola produksi optimal yang menghasilkan keuntungan optimal atau memimalkan biaya produksi. Dampak dari mendapatkan keuntungan yang optimal atau meminimalkan biaya produksi adalah menambahkan pendapatan perusahaan yang akan mengakibatkan pengembangan usaha menjadi lebih cepat. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Membandingkan Keuntungan Target Produksi Perusahaan dengan Keuntungan Kondisi optimal

Pengembangan usaha

Peningkatan Keuntungan IKM Roti Jogja Alternatif Kombinasi Pola Produksi

(24)

Penelitian yang dilakukan di IKM Roti Jogja dimulai dengan mempelajari kondisi umum perusahaan melalui studi literatur dan wawancara dengan pembimbing lapang tentang sejarah, lokasi, struktur organisasi dan produksi. Mempelajari proses produksi, permintaan produk, bahan baku yang digunakan, kapasitas produksi melalui pengamatan, wawancara, studi literatur dan diskusi dengan pembimbing lapang. Mengidentifikasi parameter dan variabel persamaan kendala serta fungsi tujuan melalui pengolahan data dan diskusi dengan pembimbing lapang. Hasilnya adalah solusi kombinasi pola produksi yang optimal, dan keuntungan optimal melalui pengolahan data dan diskusi dengan pembimbing lapang. Tahap selanjutnya ialah mengevaluasi keuntungan optimal yang dimiliki IKM Roti Jogja dengan keuntungan produksi sesuai dengan target perusahaan yang akan menjadi dasar kebijakan atau tindakan perusahaan. Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pabrik Roti Jogja di Jl Wibawa Mukti 2 No.4 RT 001 RW 06 Kelurahan Jatiluhur Kec. Jatiasih, Bekasi. Selama kurang lebih 3 bulan dimulai pada bulan Agustus-Oktober 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer yang digunakan berupa hasil wawancara dengan pihak perusahaan, terutama terkait dengan bagian produksi. Data sekunder yang digunakan adalah dokumen-dokumen perusahaan dan dokumen dari kementrian perindustrian yang relevan untuk penelitian ini. Jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan sumber data

Jenis Data Data Sumber Data

Primer Proses produksi Juru Masak (Baker)

Profil IKM Roti Jogja Asisten Pemilik

Struktur organisasi Asisten pemilik

Sekunder

Pola produksi Juru Masak (Baker)

dan Adm Penjualan

Kebutuhan bahan baku setiap produk Juru Masak (Baker)

Biaya-biaya produksi Juru Masak (Baker)

Kapasitas produksi (jam dan jumlah tenaga kerja langsung yang tersedia serta jam dan jumlah mesin yang tersedia)

Juru Masak (Baker)

Jenis-jenis produk dan harga jualnya Adm Penjualan

Penjualan setiap produk Adm Penjualan

(25)

Input-input produksi pada IKM Roti Jogja tersebut dihitung untuk satu tahun kedepan sejak bulan Juli 2013 hingga Juni 2014. Rencana pengumpulan data terkait dengan tujuan dari penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4.

Analisis Data

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

Industri Kecil Menengah (IKM) Roti Jogja merupakan salah satu produsen roti milik perseorangan yang berlokasi di Jl Wibawa Mukti 2 No.4 RT 001 RW 06 Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih, Bekasi. Usaha ini didirikan oleh Bapak Gustri pada tahun 2005 bersama rekan kerjanya dengan bermodalkan pengetahuan yang dimiliki sang pemilik yang dulunya bekerja di salah satu perusahaan yang memproduksi roti. Berawal dari usaha kecil-kecilan atau rumahan, usaha ini kemudian secara perlahan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Jenis roti yang diproduksi oleh IKM Roti Jogja termasuk dalam kategori roti manis. Saat ini IKM Roti Jogja memilik 5 jenis produk yaitu 4 jenis produk roti manis dan 1 jenis produk pia.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi suatu perusahaan menggambarkan suatu hubungan tanggung jawab dengan wewenang yang ada pada suatu perusahaan. Struktur organisasi juga menggambarkan pembagian kerja dari suatu aktivitas tertentu guna kelancaran usaha yang sedang dijalankan oleh suatu perusahaan. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, IKM Roti Jogja belum memiliki struktur organisasi secara tertulis, akan tetapi secara umum gambaran mengenai struktur organisasi IKM Roti Jogja telah tersirat dalam wawancara dengan pemilik usaha. Gambaran umum mengenai struktur organisasi IKM Roti Jogja dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur organisasi

Struktur organisasi IKM Roti Jogja termasuk tipe organisasi fungsional, dimana pihak IKM Roti Jogja telah melakukan pembagian tugas dalam operasionalnya meskipun pembagian tersebut masih terlihat sederhana. Adapun pembagian tugas dan kriteria yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

PEMILIK Bahan Baku Keuangan Penjualan

(27)

a. Pemilik

Bertugas sebagai pengelola utama dan bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan.

b. Asisten Pemilik

Bertugas untuk membantu pemilik dalam mengelola usaha.

c. Juru Masak (Baker)

Karyawan ini bertugas menimbang makanan, memanggang roti dan pia, serta membuat dekorasi. Berikut ini persyaratan yang harus dimiliki juru masak.

1. Memiliki keahlian membuat roti dan pia

2. Mempunyai pengalaman kerja di bakery

3. Sebaiknya pernah mengikuti pendidikan tata boga atau kursus membuat roti dan pia

4. Hasil olahannya konsisten, artinya bentuk dan rasanya tidak berubah meskipun dibuat dalam jumlah besar

5. Memiliki kreativitas dan inovatif dalam mengolah roti dan pia

d. Asisten Juru Masak

Tujuan utama asisten juru masak adalah berbelanja bahan baku, membantu dalam pembuatan adonan roti dan pia. Adapun persyaratan asisten juru masak adalah sebagai berikut.

1. Memiliki kemampuan membuat roti dan pia walaupun sedikit

2. Mempunyai pengalaman kerja di toko atau usaha roti dan pia

3. Mempunyai kemampuan memilih bahan baku yang baik

4. Dapat berkerja sama dengan juru masak e. Bagian Administrasi

Karyawan ini bertugas membantu pemilik usaha mengelola administrasi usaha. Tugas tersebut antara lain meliputi tugas-tugas kasir, pencatatan keuangan, dan penataan berkas. Petugas administrasi juga bertugas menerima pesanan. Berikut ini persyaratan untuk menjadi karyawan administrasi.

1. Mahir menggunakan komputer serta memiliki keahlian di bidang keuangan,

marketing, dan administrasi.

2. Memiliki pengalaman kerja pada usaha roti dan pia

3. Memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas mengenai boga

4. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik

5. Jujur

f. Tenaga Penjual (Sales)

Tenaga penjual diperlukan dalam penjualan produk, baik untuk penjual keliling, penjualan untuk pemasok, maupun penjualan titip jual. Tenaga penjual di IKM Roti Jogja bukan bagian dari karyawan melainkan pihak ketiga yang berkerja sama dalam penjualan roti dan pia.

Proses Produksi

(28)

digunakan dalam proses produksi adalah timbangan, alat pemotong adonan, dan loyang. Alur proses produksi roti dan pia pada IKM Roti Jogja adalah sebagai berikut:

a. Penimbangan bahan baku

Penimbangan bahan baku dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal dan berkualitas. Bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat roti dan pia harus sesuai takaran dan timbangan berdasarkan resep. Gunakan alat ukur dan timbangan yang sesuai.

b. Pengadukan bahan (mixing)

Bahan-bahan yang telah ditakar dan ditimbang selanjutnya memasuki tahap pengadukan. Proses pengadukan biasanya menggunakan mixer yang kapasitasnya disesuaikan dengan jumlah roti yang akan dibuat. Biasakan semua bahan kering diaduk terlebih dahulu sebelum air dan mentega dimasukan. Hal ini dilakukan agar air dapat dimasukan secara optimal. Selanjutnya campurkan semua bahan secara merata. Lama pengadukan harus disesuaikan dengan tepung yang digunakan, semakin tinggi kadar protein dalam tepung semakin lama waktu pengadukannya. IKM Roti Jogja menggunakan dua mixer berkapasitas 50 kg dan proses pengadukan dilakukan selama 15 menit.

c. Pembentukan/pencetakan roti dan pia

Tahap selanjutnya adalah pembentukan adonan roti dan pia sesuai keinginan. Rasa pada roti manis dapat diisikan dengan berbagai isian roti tetapi jangan terlalu banyak mengandung air dan minyak, hal ini untuk menghindari roti terbuka, kemudian roti dan pia disusun ke dalam loyang dengan rapih tidak terlalu rapat untuk proses selanjutnya.

d. Fermentasi

Adonan yang telah diletakkan dalam loyang dibiarkan beberapa saat agar adonan mengembang mencapai bentuk yang maksimal. Tempat untuk fermentasi ini harus bersuhu 40 sampai 45 °C dan kelembaban ruang yang stabil. Proses fermentasi dilakukan selama kurang lebih satu jam, kapasitas 60 loyang per ruang fermentasi dan IKM Roti Jogja memiliki dua ruang fermentasi.

e. Pembakaran/pemanggangan

Selanjutnya adalah tahap pemanggangan adonan. Jenis oven yang digunakan

disesuaikan dengan kapasitas produksi. Temperatur oven sangat

menentukan kualitas akhir dari roti dan pia yang dibuat. IKM Roti Jogja memiliki satu oven berkapasitas 30 loyang dengan suhu 180 °C selama kurang lebih 15 menit dalam sekali proses pemangganan.

f. Pendinginan

Proses pendinginan dilakukan setelah pemanggangan selesai, roti didinginkan terlebih dahulu agar lebih mudah untuk dikeluarkan dari loyang.

g. Pengemasan

(29)

IKM Roti Jogja memproduksi roti dengan satuan adonan, dan satu adonan dapat menjadi 1 000 unit roti. Komposisi dalam satu adonan adalah sebagai berikut:

a. 25 kg tepung terigu b. 7 kg gula pasir

c. 3 kg mentega untuk roti manis dan 3 liter minyak goreng untuk pia d. 2 kg ragi (pengembang)

e. 0.06 kg penghalus roti (kue) f. 0.1 kg calcium propionate

g. 5 kg rasa (cokelat butir, keju, selai strawberry, selai blueberry, dan kacang hijau)

Pemasaran

Pemasaran roti manis dan pia di IKM Roti Jogja dilakukan dengan penjualan melalui distributor dan tenaga pejual langsung yang telah lama berkerja sama dengan sistem pembayaran dilakukan secara langsung. Saluran distribusi IKM Roti Jogja dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Saluran distribusi IKM Roti Jogja

Strategi promosi yang dilakukan IKM Roti Jogja adalah push strategi.

Perusahaan menghubungi dan mengirimkan produk kepada pedagang dan agen.

Perumusan Model Linear Programming

Perumusan model linear programming dalam penelitian ini mengasumsikan beberapa hal diantaranya adalah :

a. Model tidak memperhitungkan adanya stok persediaan bahan baku dan produk jadi.

b. Tidak terdapat perubahan jumlah karyawan selama Juli 2013 hingga Juni 2014.

c. Adanya persamaan penggunaan bahan baku setiap produknya.

d. Serta tidak ada kerusakan pada peralatan sarana produksi operasi.

Perumusan Peubah Keputusan

Peubah keputusan yang diteliti yaitu banyaknya produk setiap jenisnya yang dihasilkan selama dua belas bulan (Juli 2013 sampai dengan Juni 2014) atau enam periode dikarenakan dalam pengadaan bahan baku utama (tepung terigu) dilakukan dalam dua bulan sekali. Klasifikasi periode dalam penelitian ini adalah sebaga berikut:

a. Periode I : Tanggal 1 Juli sampai 31 Agustus 2013

b. Periode II : Tanggal 1 September sampai 31 Oktober 2013 c. Periode III : Tanggal 1 November sampai 31 Desember 2013 d. Periode IV : Tanggal 1 Januari sampai 28 Februari 2014

(30)

e. Periode V : Tanggal 1 Maret sampai 30 April 2014 f. Periode VI : Tanggal 1 Mei sampai 30 Juni 2014

Produk yang dioptimisasikan dikategorikan menjadi lima kelompok berdasarkan jenis produk.. Jenis produk 1 sampai produk 5 memiliki harga jual yang sama. Target produksi Juli 2013 sampai dengan Juni 2014 IKM Roti Jogja dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penjualan aktual Juli 2012 sampai dengan Juni 2013 dan target produksi Juli 2013 sampai dengan Juni 2014 IKM Roti Jogja

Periode Penjualan aktual X1 X2 X3 X4 X5 Total

Sumber : IKM Roti Jogja, 2013

Data di atas merupakan hasil dari wawancara kepada asisten pemilik. Terdapat 2 data jumlah produksi disetiap periodenya yaitu penjualan aktual satu tahun sebelumnya dan target produksi yang akan dicapai untuk 6 periode selanjutnya. Jumlah target produksi tersebut menjadi acuan IKM Roti Jogja dalam menentukan jumlah produksi setiap produknya. Target produksi ditetapkan berdasarkan permintaan pada periode sebelumnya yang kemudian ditambahakan sebanyak 10 adonan disetiap periode sebagai peningkatan penjualan dan bukan berdasarkan metode peramalan.

Perumusan Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan merupakan hubungan matematik linear yang menggambarkan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Tujuan yang hendak dicapai pada IKM Roti Jogja yaitu memaksimalkan keuntungan. Penetapan koefisien fungsi tujuan dimulai dengan menentukan kontribusi keuntungan perusahaan untuk masing-masing produk yang dihasilkan setiap periodenya.

a. Perhitungan kontribusi keuntungan

Menetapkan besarnya kontribusi keuntungan selalu mengikuti perubahan jumlah produk yang diproduksi. Diketahui harga jual dan biaya produksi masing-masing produk setiap periode, maka nilai kontribusi keuntungan tiap produk setiap periode dapat dihitung. Besarnya kontribusi keuntungan dapat dilihat pada Lampiran 5.

b. Formulasi model fungsi tujuan

(31)

Perumusan Persamaan Kendala

Proses produksi ditempuh perusahaan dengan segala keterbatasan. Keterbatasan inilah yang kemudian dijadikan kendala-kendala yang dihadapi perusahaan. Kendala-kendala yang dihadapi IKM Roti Jogja adalah terkait pemenuhan kebutuhan bahan baku (tepung terigu, mentega, gula, ragi, penghalus roti, calcium propionate, minyak goreng, isian rasa roti, dan kemasan), pemenuhan jam kerja TKL (Tenaga Kerja Langsung), kapasitas produksi mesin, dan anggaran biaya produksi.

a. Kendala penggunaan bahan baku

1) Tepung terigu

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan tepung terigu

Tepung terigu merupakan bahan utama dalam pembuatan roti dan pia. Penggunaan tepung terigu untuk memproduksi roti manis dan pia ditetapkan berdasarkan resep dari juru masak (kepala produksi) untuk memproduksi satu adonan roti manis dan pia dibutuhkan 25 kg tepung terigu.

Ketersediaan tepung terigu didasarkan pada perhitungan perusahaan. Ketersediaan tepung terigu dalam satu periode merupakan hasil perkalian antara target produksi dan penggunaan tepung terigu untuk satu adonan roti manis dan pia. Ketersediaan bahan baku tepung terigu dalam enam periode dapat dilihat pada Lampiran 6.

b) Formulasi kendala tepung terigu pada : Periode-1 : X11 + X21 + X31 + X41 + X51 ≤ 890

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan mentega

Salah satu bahan utama dalam pembuatan roti adalah mentega. IKM Roti Jogja menggunakan mentega sebanyak 3 kg dalam memproduksi 1 adonan roti. Jumlah tersebut ditentukan oleh juru masak (kepala produksi) dan asistennya.

Perusahaan menetapkan ketersediaan mentega dalam satu periode dari hasil perkalian antara target produksi dengan penggunaan mentega untuk satu adonan roti manis. Ketersediaan bahan baku mentega dalam enam periode dapat dilihat pada Lampiran 6.

(32)

3) Gula

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan gula

Bahan lain untuk membuat roti dan pia adalah gula pasir. Gula pasir berfungsi memberi rasa manis, membuat roti menjadi empuk, dan membantu ragi untuk memulai aktivitasnya sehingga pengembangan menjadi lebih cepat dan dibutuhkan sebanyak 7 kg gula pasir dalam memproduksi 1 adonan roti dan pia.

Keputusan perusahaan dalam menentukan jumlah ketersediaan gula pada satu periode berdasarkan hasil perkalian antara target produksi dan penggunaan gula untuk satu adonan roti manis dan pia. Ketersediaan bahan baku gula dalam enam periode dapat dilihat pada Lampiran 6.

b) Formulasi kendala gula pada :

Periode-1 : X11 + X21 + X31 + X41 + X51 ≤ 892.86

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan ragi

Ragi merupakan bahan utama dalam pembuatan roti dan pia. Penggunaan ragi untuk memproduksi roti manis dan pia ditetapkan berdasarkan resep dari juru masak (kepala produksi), untuk memproduksi satu adonan roti manis dan pia dibutuhkan 2 kg ragi.

Jumlah ketersediaan ragi dihitung berdasarkan hasil perkalian antara target produksi dengan penggunaan ragi untuk satu adonan roti manis dan pia. Ketersediaan bahan baku ragi dalam enam periode dapat dilihat pada Lampiran 6.

b) Formulasi kendala ragi pada :

Periode-1 : X11 + X21 + X31 + X41 + X51 ≤ 890

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan penghalus roti

Salah satu bahan utama dalam pembuatan roti adalah penghalus roti. IKM Roti Jogja menggunakan penghalus roti sebanyak 0.06 kg dalam memproduksi 1 adonan roti. Jumlah tersebut ditentukan oleh juru masak (kepala produksi) dan asistennya.

(33)

b) Formulasi kendala penghalus roti pada :

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan calcium propionate

Bahan lain untuk membuat roti dan pia adalah calcium propionate. Calcium propinate berfungsi sebagai pengawet makanan yang legal, dibutuhkan sebanyak 0.1 kg calcium propinate dalam memproduksi 1 adonan roti dan pia.

Perusahaan menetapkan ketersediaan calcium propionate dalam satu periode merupakan hasil perkalian antara target produksi dengan penggunaan calcium propionate untuk satu adonan roti manis dan pia. Ketersediaan bahan baku calcium propionate dalam enam periode dapat dilihat pada Lampiran 7.

b) Formulasi kendala calcium propionate pada : Periode-1 : X11 + X21 + X31 + X41 + X51 ≤ 1 000

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan minyak goreng

Minyak merupakan bahan utama dalam pembuatan pia. Penggunaan minyak goreng untuk memproduksi pia ditetapkan berdasarkan resep dari juru masak (kepala produksi), untuk memproduksi satu adonan pia dibutuhkan 3 liter minyak goreng.

Keputusan perusahaan dalam menentukan jumlah ketersediaan minyak goreng pada satu periode merupakan hasil perkalian antara target produksi dan penggunaan minyak goreng untuk satu adonan pia. Ketersediaan bahan baku minyak goreng dalam enam periode dapat dilihat pada Lampiran 7.

b) Formulasi kendala minyak goreng pada : Periode-1 : X51 ≤ 384

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan cokelat butir

(34)

memproduksi 1 adonan roti rasa cokelat. Jumlah tersebut ditentukan oleh juru masak (kepala produksi) dan asistennya.

Jumlah ketersediaan cokelat butir berdasarkan hasil perkalian antara terget produksi produk roti rasa cokelat dengan penggunaan cokelat butir untuk satu adonan roti rasa cokelat. Ketersediaan bahan baku cokelat butir dalam enam periode dapat dilihat pada Lampiran 8.

b) Formulasi kendala cokelat butir pada: Periode-1 : X11 ≤ 250.0

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan keju

Bahan lain untuk membuat roti adalah keju. Keju berfungsi sebagai penentu rasa atau isian roti dan dibutuhkan sebanyak 5 kg keju dalam memproduksi 1 adonan roti rasa keju.

Ketersediaan keju didasarkan pada perhitungan perusahaan. Perusahaan menetapkan ketersediaan keju dalam satu periode merupakan hasil perkalian antara target produksi produk roti rasa keju dan penggunaan keju untuk satu adonan produk roti keju. Ketersediaan bahan baku keju dalam enam periode (Juli 2013 sampai Juni 2014) dapat dilihat pada Lampiran 8.

b) Formulasi kendala keju pada : Periode-1 : X21 ≤ 146

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan selai strawberry

Selai strawberry merupakan bahan utama dalam pembuatan roti rasa

strawberry. Penggunaan selai strawberry untuk memproduksi roti ditetapkan berdasarkan resep dari juru masak (kepala produksi) dan untuk memproduksi satu adonan roti dibutuhkan 5 kg selai stroberi.

Perusahaan menetapkan ketersediaan selai strawberry dalam satu periode merupakan hasil perkalian antara terget produksi dengan penggunaan selai strawberry untuk satu adonan roti. Ketersediaan bahan baku selai strawberry dalam enam periode dapat dilihat pada Lampiran 8. b) Formulasi kendala selai strawberry pada :

(35)

11) Selai blueberry

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan selai blueberry

Salah satu bahan utama dalam pembuatan roti adalah selai blueberry. IKM Roti Jogja menggunakan selai blueberry sebanyak 5 kg dalam memproduksi 1 adonan roti rasa blueberry. Jumlah tersebut ditentukan oleh juru masak (kepala produksi) dan asistennya.

Keputusan perusahaan dalam menentukan jumlah ketersediaan selai

blueberry pada satu periode merupakan hasil pengkalian antara target produksi dan penggunaan selai blueberry untuk satu adonan roti. Ketersediaan bahan baku selai blueberry dalam enam periode dapat dilihat pada Lampiran 8.

b) Formulasi kendala selai blueberry pada : Periode-1 : X41 ≤ 128

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan kacang hijau

Bahan lain untuk membuat pia adalah kacang hijau. Kacang hijau berfungsi sebagai penentu rasa atau isian pia, dibutuhkan sebanyak 5 kg kacang hijau dalam memproduksi 1 adonan pia.

Jumlah ketersediaan kacang hijau berdasarkan pada hasil perkalian antara target produksi dengan penggunaan kacang hijau untuk satu adonan pia. Ketersediaan bahan baku kacang hijau dalam enam periode dapat dilihat pada Lampiran 8.

b) Formulasi kendala kacang hijau pada : Periode-1 : X51 ≤ 382

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan kemasan produk-1

Kemasan produk-1 merupakan bahan penolong pada produk roti rasa cokelat. Penggunaan kemasan untuk produk roti cokelat ini ditetapkan berdasarkan kuantitas produksi roti cokelat, dibutuhkan 1 000 unit kemasan/bungkus ukuran 50 gram dikarenakan oleh 1 adonan dapat menjadi 1 000 unit roti.

Ketersediaan kemasan produk-1 didasarkan pada perhitungan perusahaan. Perusahaan menetapkan ketersediaan kemasan produk X1

(36)

b) Formulasi kemasan produk-1 pada :

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan kemasan produk X2

Salah satu bahan penolong adalah kemasan produk-2 (roti keju). IKM Roti Jogja menggunakan kemasan sebanyak 1 000 unit (bungkus ukuran 50 gram) dalam memproduksi 1 adonan roti rasa keju. Jumlah tersebut dikarenakan oleh 1 adonan dapat menjadi 1 000 unit roti.

Perusahaan menetapkan ketersediaan kemasan produk-2 dalam satu periode merupakan hasil pengkalian antara terget produksi dan penggunaan kemasan produk-2 untuk satu adonan roti. Ketersediaan bahan kemasan produk-2 dalam enam periode selama Juli 2013 sampai Juni 2014 dapat dilihat pada Lampiran 9.

b) Formulasi kemasan produk-2 pada :

Periode-1 : X21 ≤ 150

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan kemasan produk-3

Bahan penolong lain untuk membuat roti adalah kemasan. Kemasan berfungsi untuk melindungi roti, dibutuhkan sebanyak 1 000 unit kemasan produk-3 (roti manis rasa strawberry). Jumlah tersebut dikarenakan oleh 1 adonan dapat menjadi 1 000 unit roti.

Keputusan perusahaan dalam menentukan jumkah ketersediaan kemasan produk-3 pada satu periode merupakan hasil pengkalian antara terget produksi dengan penggunaan kemasan produk-3 untuk satu adonan roti. Ketersediaan bahan kemasan produk-3 dalam enam periode dapat dilihat pada Lampiran 9.

b) Formulasi kemasan produk-3 pada :

Periode-1 : X31 ≤ 78

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan kemasan produk-4

Kemasan produk-4 merupakan bahan penolong pada produk roti rasa

(37)

kemasan/bungkus ukuran 50 gram dikarenakan oleh 1 adonan dapat menjadi 1 000 unit roti.

Jumlah ketersediaan kemasan produk-4 berdasarkan hasil perkalian antara terget produksi dan penggunaan kemasan produk-4 untuk satu adonan roti. Ketersediaan bahan kemasan produk-4 dalam enam periode selama Juli 2013 sampai Juni 2014 dapat dilihat pada Lampiran 9.

b) Formulasi kemasan produk-4 pada :

Periode-1 : X41 ≤ 132

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan kemasan produk-5

Salah satu bahan penolong adalah kemasan produk-5 (pia kacang hijau). IKM Roti Jogja menggunakan kemasan sebanyak 1 000 unit dalam memproduksi 1 adonan pia rasa kacang hijau. Jumlah tersebut dikarenakan oleh 1 adonan dapat menjadi 1 000 unit pia.

Ketersediaan kemasan produk-5 didasarkan pada perhitungan perusahaan. Perusahaan menetapkan ketersediaan kemasan produk-5 dalam satu periode merupakan hasil perkalian antara terget produksi dengan penggunaan kemasan produk-5 untuk satu adonan roti. Ketersediaan bahan kemasan produk-5 dalam enam periode dapat dilihat pada Lampiran 9.

b) Formulasi kemasan produk-5 pada :

Periode-1 : X51 ≤ 384

b. Kendala jam kerja tenaga kerja langsung

1) Koefisien penggunaan dan ketersediaan jam kerja TKL

Tenaga kerja penting diperhitungkan sebagai salah satu kendala karena merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Koefisien kebutuhan jam kerja tenaga kerja langsung dihitung dari berapa banyak waktu yang dihabiskan oleh satu pekerja untuk memproduksi satu adonan roti atau pia dengan satuan yang digunakan adalah jam kerja/adonan. Koefisien jam kerja tenaga kerja langsung dapat dilihat pada Lampiran 10.

(38)

2) Formulasi kendala jam kerja TKL pada :

c. Kendala jam kerja mesin

Mesin dijadikan salah satu kendala karena menjadi salah satu sumber daya terbatas yang dimiliki IKM Roti Jogja. Berikut ini adalah jumlah mesin yang digunakan untuk memproduksi roti manis dan pia pada IKM Roti Jogja.

Tabel 3. Penggunaan mesin untuk pembuatan roti dan pia

No Nama Mesin Jumlah Mesin

(unit)

1. Mesin pengaduk adonan (mixer) 2

2. Mesin pencetakan adonan 1

3. Mesin pemanggang (oven) 1

4. Mesin pengemasan (packing) 1

Sumber : IKM Roti Jogja, 2013

1) Mesin pengaduk adonan (mixer)

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan jam kerja mesin mixer

Mesin mixer penting diperhitungkan sebagai salah satu kendala karena merupakan salah satu sumber daya terbatas yang dimiliki oleh perusahaan. Koefisien kebutuhan jam kerja mesin mixer dapat dihitung dari berapa banyak waktu yang dihabiskan oleh satu mesin untuk memproduksi satu adonan roti atau pia, dengan satuan yang digunakan adalah jam kerja mesin/adonan. Koefisien penggunaan jam kerja mesin mixer dapat dilihat pada Lampiran 11.

Mesin mixer atau mesin pengaduk adonan roti menggunakan tenaga listrik dan memiliki kapasitas sebesar 50 kg. Mengefisiensikan waktu untuk produksi roti dan pia dalam jumlah yang besar adalah alasan mengapa mesin ini digunakan. Ketersediaan jam mesin oven merupakan hasil perkalian antara hari produksi, jam mesin perhari, dan jumlah mesin. Ketersediaan jam kerja mesin oven dapat dilihat pada Lampiran 10.

b) Formulasi kendala jam kerja mesin mixer pada : Periode-1 : X11 + X21 + X31 + X41 + X51 ≤ 960

2) Mesin pencetakan roti dan pia

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan jam kerja mesin pencetakan

(39)

kerja mesin pencetakan yaitu dari berapa banyak waktu yang dihabiskan oleh satu mesin untuk memproduksi 1 adonan roti atau pia. Satuan yang digunakan adalah jam kerja mesin/adonan. Koefisien penggunaan jam kerja mesin pencetakan dapat dilihat pada Lampiran 11.

Mesin pencetakan merupakan conveyor yang secara otomatis dapat mencetak adonan dengan kecepatan yang dapat disesuaikan yang menggunakan tenaga listrik. Penggunaan mesin pencetakan merupakan salah satu cara dalam mengefisiensikan waktu untuk memproduksi roti dan pia dalam jumlah yang besar. Ketersediaan jam kerja mesin pencetakan dapat diperoleh dari hasil perkalian antara hari produksi, jam mesin perhari, dan jumlah mesin. Ketersediaan jam kerja mesin pencetakan dapat dilihat pada Lampiran 11.

b) Formulasi kendala jam kerja mesin pencetakan pada : Periode-1 : X11 + X21 + X31 + X41 + X51 ≤ 960

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan jam kerja mesin oven

Mesin oven penting diperhitungkan sebagai salah satu kendala karena merupakan salah satu sumber daya terbatas yang dimiliki oleh perusahaan. Koefisien kebutuhan jam kerja mesin oven dapat dihitung dari berapa banyak waktu yang dihabiskan oleh satu mesin untuk memproduksi satu adonan roti atau pia. Satuan yang digunakan adalah jam kerja mesin/adonan. Koefisien penggunaan jam mesin oven dapat dilihat pada Lampiran 12.

Mesin oven atau mesin pemanggang adonan roti yang menggunakan gas sebagai bahan bakarnya. Mengefisiensikan waktu untuk produksi roti dan pia dalam jumlah yang besar adalah alasan mengapa mesin ini digunakan. Ketersediaan jam kerja mesin oven merupakan hasil perkalian antara hari produksi, jam mesin perhari, dan jumlah mesin. Ketersediaan jam kerja mesin oven dapat dilihat pada Lampiran 12.

b) Formulasi kendala jam kerja mesin oven pada : Periode-1 : X11 + X21 + X31 + X41 + X51 ≤ 960

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan jam kerja mesin pengemasan

(40)

Satuan yang digunakan adalah jam kerja mesin/adonan. Koefisien penggunaan jam kerja mesin pencetakan dapat dilihat pada Lampiran 12.

Mesin pengemasan merupakan mesin yang digunakan untuk mengemas roti yang menggunakan tenaga listrik. Penggunaan mesin pengemasan merupakan salah satu cara dalam mengefisiensikan waktu untuk memproduksi roti dan pia dalam jumlah yang besar. Ketersediaan jam kerja mesin pengemasan dapat diperoleh dari hasil perkalian antara hari produksi, jam mesin perhari, dan jumlah mesin. Ketersediaan jam mesin pengemasan dapat dilihat pada Lampiran 12.

b) Formulasi kendala jam kerja mesin pengemasan pada : Periode-1 : X11 + X21 + X31 + X41 + X51 ≤ 960

a) Koefisien penggunaan dan ketersediaan anggaran biaya produksi

Anggaran biaya produksi pun penting untuk diperhitungkan sebagai kendala karena merupakan salah satu faktor atau input produksi. Koefisien kebutuhan jam tenaga kerja langsung dihitung dari berapa banyak anggaran biaya yang dihabiskan oleh setiap jenis produk per adonan pada setiap periode. Koefisien penggunaan anggaran biaya produksi setiap jenis produk dapat dilihat pada Lampiran 13.

IKM Roti Jogja menetapkan ketersediaan anggaran biaya produksi berdasarkan target produksi yang ingin dicapai. Ketersediaan anggaran biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 13.

b) Formulasi kendala anggaran biaya produksi

Periode-1 : 543 261.08X11 + 545 061.08X21 + 544 561.08X31 +

(41)

merupakan kombinasi jumlah produk yang akan diproduksi perusahaan. Model LP tidak memperhitungkan adanya jumlah persediaan produk dan bahan baku setiap periodenya, tidak terdapatnya perubahan jumlah karyawan, tidak adanya kerusakan pada mesin produksi, dan adanya kesamaan pemakaian atau penggunaan bahan baku utama (tepung terigu, mentega, gula pasir, ragi, penghalus roti, calcium propionate, minyak goreng, dan isi roti) maupun penolong (kemasan produk 1 sampai 5). Kondisi optimal dapat dikatakan sebagai representasi terhadap target produksi dengan asumsi-asumsi yang berlaku sebelumnya. Nilai selisih yang bernilai negatif berarti produksi melebihi keadaan optimal, sedangkan jika selisih bernilai positif berarti produksi tidak mencapai keadaan optimal. Tabel 4 sampai Tabel 9 merupakan perbandingan tingkat produksi selama periode mulai Juli 2013 sampai Juni 2014 pada IKM Roti Jogja.

Tabel 4. Perbandingan hasil optimisasi dan target produksi periode-1

Produk

Kondisi optimal Target produksi Selisih

X

Sumber : IKM Roti Jogja, 2013 (diolah)

Produk X5 memiliki selisih dengan nilai negatif yaitu 57 adonan pada

periode-1. Artinya produk X5 merupakan produk yang diproduksi berlebih karena

jumlah target produksi melebihi kondisi optimalnya, sedangkan untuk produk lainnya memiliki selisih dengan nilai positif. Nilai selisih seluruh produk pada periode-1 apabila dijumlahkan bernilai 0 sehingga tidak merubah jumlah total produksi, hanya saja mengganti kombinasi produk yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan sebesar Rp3 756 398.

Tabel 5. Perbandingan hasil optimisasi dan target produksi periode-2

Produk

Kondisi optimal Target produksi Selisih

X

Sumber : IKM Roti Jogja, 2013 (diolah)

Tabel 5 memberikan informasi bahwa produk X5 mengalami kelebihan

(42)

Tabel 6. Perbandingan hasil optimisasi dan target produksi periode-3

Produk

Kondisi optimal Target produksi Selisih

X

Sumber : IKM Roti Jogja, 2013 (diolah)

Perbandingan hasil optimisasi dan target produksi pada periode-3 secara umum kondisinya sama seperti kondisi periode sebelumnya. Terjadi kelebihan jumlah produksi pada produk X5 dan produk lainnya mengalami kekurangan

untuk mencapai kondisi produksi yang optimal yaitu yang dapat memaksimalkan keuntungan.

Tabel 7. Perbandingan hasil optimisasi dan target produksi periode-4

Produk

Kondisi optimal Target produksi Selisih

X

Sumber : IKM Roti Jogja, 2013 (diolah)

Periode-4 merupakan bulan Januari-Febuari 2014, yang artinya saat ini produksi belum dijalankan. Perusahaan perlu mempertimbangkan kombinasi produk yang akan diproduksi. Menurut hasil optimisasi, keuntungan maksimal yang dapat diperoleh adalah sebesar Rp104 810 018. Kombinasi produksi yang dihasilkan yaitu 277.5 adonan X1, 182.5 adonan X2, 104 adonan X3, 126 adonan

X4, 330 adonan X5. Perbandingan produksi berdasarkan target produksi dan

produksi pada kondisi optimalnya dapat dilihat pada baris selisih di Tabel 7. Selisih negatif terjadi pada produk X5 sebesar 66 adonan dan selisih positif terjadi

pada produk lainnya dengan total 66 adonan. Sehingga total jumlah produk yang diproduksi tetap sama yaitu sebanyak 1 020 adonan.

Tabel 8. Perbandingan hasil optimisasi dan target produksi periode-5

Produk

Kondisi optimal Target produksi Selisih

X

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2. Struktur organisasi
Tabel 32. Hasil optimisasi penggunaan anggaran biaya produksi  Periode  Slack  (rupiah)  Status  I  54 472 664  Berlebih  II  53 067 428  Berlebih  III  72 201 528  Berlebih  IV  60 603 992  Berlebih  V  56 041 792  Berlebih  VI  48 778 848  Berlebih

Referensi

Dokumen terkait

Mengutip pernyataan Maslow(1970) bahwa kebutuhan akan rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu motivasi untuk pengembangan kehidupan yang lebih tinggi lagi,

Memasak merupakan salah satu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Umumnya di pedesaan seperti dapur tradisional di Banjar Tiga Kawan, Desa Penglumbaran, Kabupaten

Perawatan kulit dan wajah merupakan salah satu kebutuhan utama wanita/pria modern yang akan menunjang aktivitasnya.Kebutuhan ini begitu diperhatikan oleh perusahaan

Pasar Lama merupakan salah satu pasar yang menjadi tujuan masyarakat Serang dalam berbelanja kebutuhan pokoknya. Pasar Lama terletak masih dalam kawasan Royal,

Pengelolaan bahan baku termasuk salah satu kunci pelaksanaan proses produksi industri. Tidak hanya itu, pengelolaan bahan baku juga harus tepat karena dapat

Salah satu cara utama bagi perusahaan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen adalah dengan menawarkan produk yang berkualitas, yang mampu memenuhi kebutuhan

Saat ini, Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat dan menjadi salah satu kebutuhan penting untuk

Begitu juga dengan variabel bentuk yang berpengaruh terhadap minat beli konsumen dikarenakan bentuk kemasan dari suatu produk menjadi salah satu pertimbangan penting bagi