• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Waktu Optimal Koleksi dan Evaluasi Kapasitas Semen Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Waktu Optimal Koleksi dan Evaluasi Kapasitas Semen Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN WAKTU OPTIMAL KOLEKSI DAN

EVALUASI KAPASITAS SEMEN ULAT SUTERA LIAR

Attacus atlas

(LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE)

DIDIK PRAMONO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Waktu Optimal Koleksi dan Evaluasi Kapasitas Semen Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

(4)

ABSTRAK

DIDIK PRAMONO. Penentuan Waktu Optimal Koleksi dan Evaluasi Kapasitas Semen Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Dibimbing oleh R IIS ARIFIANTINI dan DAMIANA RITA EKASTUTI.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan waktu optimal koleksi dan mengukur kapasitas semen imago A. atlas. Imago A. atlas jantan yang keluar dari kokon dicatat. Semen dikoleksi dari 15 imago menggunakan microtube. Koleksi semen dilakukan setiap dua jam setelah imago keluar dari kokon hingga tidak mengeluarkan semen lagi. Setelah itu, semen yang dikoleksi diukur volume dan kapasitas semen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu keluarnya imago A. atlas dari kokon dominan pada pukul 16.00-20.00 WIB (67%), waktu optimum koleksi semen yaitu pada 4 jam setelah imago keluar dari kokon dengan volume rerata semen sebesar 0.57±0.38 mL dengan kisaran nilai 0.06-1.31 mL, frekuensi ejakulasi semen yaitu sebanyak 3 sampai 5 kali per imago, volume total semen sebesar 1.27±0.50 mL dengan kisaran nilai 0.31-1.76 mL, kapasitas semen rerata sebesar 1.433±2.569 x 109 sel dengan kisaran nilai 0.121-9.687 x 109 sel. Kata kunci: imago A. atlas, konsentrasi, kapasitas semen, volume.

ABSTRACT

DIDIK PRAMONO. Determination of the Optimum Time for Semen Collection and to Evaluate Semen Capacity of Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Supervised by R IIS ARIFIANTINI and DAMIANA RITA EKASTUTI.

The objectives of the research were to determine the optimum time for semen collection and to evaluate semen capacity of A. atlas imagoes. Semen were obtained from 15 imagoes every 2 hours after emerged from coccon using microtube until no more semen in ejaculate. Immediately after collection, the semen volume and spermatozoa concentration were evaluted. The results showed that A. atlas imagoes emerged mostly at 04.00 to 08.00 pm (67%), the optimal time for semen collection was 4 hours after imago had emerged from the coccon with volume was 0.57±0.38 mL ranging from 0.06 to 1.31 mL. Ejaculation frequency were 3 to 5 times per imago with the total semen volume were 1.27±0.50 mL ranging from 0.31 to 1.76 mL. The sperm concentration was 1141±1608 x 106/mL ranging 75-5943 x 106/mL. The average of semen capacity was 1.433±2.569 x 109 cells ranging 0.121-9.687 x 109 cells.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PENENTUAN WAKTU OPTIMAL KOLEKSI DAN

EVALUASI KAPASITAS SEMEN ULAT SUTERA LIAR

Attacus atlas

(LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE)

DIDIK PRAMONO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Penentuan Waktu Optimal Koleksi dan Evaluasi Kapasitas Semen Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

Nama : Didik Pramono NIM : B04100003

Disetujui oleh

Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi Pembimbing I

Dr Drh Damiana Rita Ekastuti, MS, AIF Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS PhD APVet Wakil Dekan

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah Penentuan Waktu Optimal Koleksi dan Evaluasi Kapasitas Semen Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi dan Ibu Dr Drh Damiana Rita Ekastuti, MS, AIF selaku pembimbing, serta segenap pihak yang telah membantu selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUN PUSTAKA 3

Attacus atlas 3

Taksonomi dan Habitat 3

Siklus Hidup 4

Pakan 4

Penelitian Biologi Reproduksi A. atlas 5

Karakter Semen Attacus atlas 5

METODE 6

Waktu dan Tempat 6

Bahan dan Alat 6

Metode Penelitian 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

SIMPULAN DAN SARAN 13

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 16

(10)

DAFTAR TABEL

1 Waktu ejakulasi semen imago A. atlas 10

2 Volume semen Imago A. atlas yang dikoleksi selang 2 jam 11

3 Volume kumulatif ejakulat semen yang dikoleksi setiap selang 2 jam 11

4 Karakteristik semen imago A. atlas 12

DAFTAR GAMBAR

1 Peta penyebaran populasi A. atlas 3

2 Antena pupa A. atlas jantan dan betina 6

3 Proses keluarnya imago jantan dari kokon 8

4

Waktu keluar imago jantan A. atlas dari kokon

9

5

Frekuensi ejakulasi semen A. atlas 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Waktu keluar ngengat pejantan A. atlas dari kokon 16

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan tepat dilalui jalur khatulistiwa dengan curah hujan turun sepanjang tahun menjadikan Indonesia kaya akan flora dan fauna. Jenis tumbuhan dan hewan tersebut diantaranya yaitu serangga. Ulat sutera liar Attacus atlas (A. atlas) merupakan ulat sutera yang memiliki beberapa keistimewaan antara lain; serangga asli Indonesia, selalu ada sepanjang tahun tidak memiliki musim tertentu (Peigler 1989), dapat hidup dalam beberapa generasi dalam setahun (polivoltin) serta hidup dan makan pada pelbagai inang tanaman (polifagus) (Awan 2007; Mulyani 2008).

Pertumbuhan ekonomi dunia satu dekade ini meningkat pesat, globalisasi terjadi di semua lapisan masyarakat. Masyarakat tidak hanya berpikir tentang pemenuhan kebutuhan makanan, namun sudah mengarah pada pemenuhan kebutuhan lain, diantaranya adalah sandang. Sandang tidak hanya digunakan sebagai kebutuhan pokok untuk perlindungan dari lingkungan tetapi menjadi satu gaya hidup (mode) yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia globalisasi. Bahan sandang yang dinilai memiliki nilai jual tinggi yaitu sandang yang berasal dari bahan sutera. Sutera juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri (karpet dan tali sepatu), bahan obat-obatan dan makanan, bahan kerajinan, serta seni (Moerdoko 2004).

Permintaan pasar dunia terhadap sutera meningkat. Menurut data yang dikeluarkan International Silk Association, China merupakan konsumen terbesar sutera yaitu membutuhkan kokon dan benang sutera mentah mencapai 37.441 ton, diikuti India sebanyak 1.529 ton dan Nepal sebanyak 2 ton setiap tahun (ISA 2000). Benang sutera A. atlas di pasaran dijual dengan harga Rp 1.500.000 per kilogram, sedangkan kokonnya dijual dengan harga Rp 150.000 per kilogram. Pembelian benang sutera pun harus memesan terlebih dahulu karena persedian terbatas (Ekastuti 2012). Kondisi tersebut menyebabkan pengambilan dari alam meningkat yang dapat mengakibatkan kepunahan A. atlas di alam.

Dengan perkembangan teknologi mulai dilakukan proses pembudidayaan A. atlas seperti meletakkan telur A. atlas di pohon inangnya yang dilakukan peternak di daerah Purwakarta dan Kaliurang. Menurut Nazar (1990), keberhasilan proses budidaya di alam hanya mencapai 11%. Permasalahan dalam budidaya menurut Awan (2007) dan Mulyani (2008) yaitu kemunculan imago jantan dan betina tidak bersamaan, umur imago jantan lebih pendek daripada imago betina dan sering kali imago jantan dan imago betina tidak bertemu sehingga tidak terjadi perkawinan. Permasalahan ini dapat diatasi dengan cara penyediaan bibit ulat sutera A. atlas dengan inseminasi buatan (IB) seperti yang telah diaplikasikan pada ulat sutera Bombyx mori (Tazima 1978).

(12)

2

jantan yang berumur lebih pendek dari pada betina (Awan 2007; Mulyani 2008) maka, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan waktu optimal koleksi dan mengukur kapasitas semen A. atlas.

Perumusan Masalah

Inseminasi Buatan (IB) pada ulat sutera liar A. atlas membutuhkan kuantitas dan kualitas semen yang baik. Umur A. atlas sangat pendek, sehingga diperlukan informasi waktu koleksi semen yang tepat dan kapasitas semen ulat sutera A. atlas, agar pemanfaatannya lebih optimal.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yaitu menentukan waktu optimal koleksi dan mengukur kapasitas semen ulat sutera liar A. atlas.

Manfaat Penelitian

(13)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Attacus atlas

Menurut Kalshoven (1981) dan Peigler (1989), ulat sutera liar di Indonesia terdapat 15 Jenis yaitu dari Genus Attacus ada 8 spesies, A. atlas, A. cremeri, A. erebus, A. paraliae, A. dohertyi, A. inopinatus, A. aurentiacus, A. intermeditus. Dari genus Cricula terdapat 2 spesies yaitu: C. trifenesterata dan C. aleazea. Genus Philosamia terdapat satu spesies yaitu Philosamia cyntia ricini. Genus Antheraea terdapat 3 spesies yaitu Antheraea pernyi, Antheraea halferi, Antheraea roseeri. Genus Actias yaitu Actias maenus.

Ulat sutera liar A. atlas merupakan ulat sutera asli Indonesia. A. atlas mengalami metamorfosis sempurna yaitu berturut-turut mulai dari telur, larva, pupa dan imago. Pada awal perkembangan A. atlas dianggap sebagai hama (Nazar 1990). Serangga A. atlas menurut Peigler (1989) dikenal sebagai hewan polifagus pada sekitar 90 genus tanaman dari 48 famili yang bisa menjadi tanaman inang larva A. atlas. Awan (2007) menyatakan bahwa ulat sutera liar A. atlas merupakan penghasil sutera yang sangat potensial. Bobot kulit kokon ulat sutera A. atlas dapat mencapai berat sebesar 1.74 g/butir (Mulyani 2008), jauh lebih berat bila dibandingkan dengan ulat sutera Bombyx mori yaitu 0.55 g/butir.

Ulat sutera alam A. atlas merupakan ulat sutera alam asli Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan juga dapat ditemukan di daerah di Jepang, seluruh dataran kawasan Asia Tenggara, Taiwan, Papua Nugini, China, India dan Srilanka (Peigler 1989) (Gambar 1).

Gambar 1 Peta penyebaran populasi A. atlas (tanda bulat) (Peigler 1989), Taksonomi dan Habitat

(14)

4

dikenal sebagai Hieluod orok sedangkan imagonya dikenal sebagai kupu gajah atau kupu sirama-rama. A. atlas di Jawa Tengah dan Timur larvanya dikenal sebagai Ulat Keket atau Ulat Jedung (Indrawan 2007).

Habitat asli ulat sutera ada di alam yaitu di daun-daun seperti tanaman sirsak, srikaya, teh, kina, dadap, mangga, jeruk, alpukat, dan lada. Ulat sutera dianggap sebagai hewan liar yang membuat pemeliharaannya harus sesuai dengan kondisi di alam (Solihin et al. 2010). Penelitian yang dilakukan Nazar (1990), Adria dan Idris (1997) dan Indrawan (2007) menyataan larva yang berhasil menjadi kokon hanya sebesar 11% dengan cara pemeliharaan di alam.

Siklus Hidup

A. atlas merupakan golongan serangga holometabola yaitu mengalami metamorfosis sempurna dalam siklus hidupnya. Siklus hidup A. atlas waktunya berbeda-beda tergantung pada tanaman inangnya. A. atlas yang hidup pada tanaman sirsak dalam satu siklus hidupnya memerlukan waktu 60-81 hari yang dimulai dari fase telur selama 7-10 hari, lalu fase instar I selama 5-6 hari, fase instar II selama 4-5 hari, fase instar III selama 4-5 hari, fase instar IV selama 4-7 hari, fase instar V selama 4-8 hari, fase instar VI selama 8-12 hari, fase pupa selama 24-31 hari, dan fase imago selama 3-8 hari. Fase telur dimulai setelah ada perkawinan antara imago jantan dan betina. Telur ditempelkan pada permukaan bagian bawah daun inangnya. Fase larva yaitu fase dari fase instar I hingga instar VI merupakan fase pertumbuhan yang memerlukan banyak makanan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan larva. Pada fase larva ini A. atlas cenderung lebih menyukai tempat yang lebih terang sehingga sering pada fase ini A. atlas ditemukan pada pemukaan daun inangnya. Fase pupa merupakan fase perubahan A. atlas dari larva menjadi imago. Pada fase ini A. atlas sangat rentan dengan ganguan-ganguan baik dari alam atau parasitoid yang dapat membuat A. atlas mati sebelum berkembang. Selanjutnya yaitu fase imago merupakan fase dewasa dari A. atlas yang menyerupai kupu-kupu berwarna cokelat kemerahan dengan pola sayap seperti peta (Awan 2007).

Fase pupa dapat digunakan untuk membedakan A. atlas betina dan jantan dengan cara melihat calon antena pupa. Calon antena pupa berukuran besar akan menjadi imago A. atlas jantan sedangkan antena yang berukuran kecil akan menjadi imago betina (Awan 2007; Mulyani 2008). Pada fase ini, pupa diselimuti kokon berupa serabut filamen yang berasal dari kelenjar sutera. Kokon inilah yang nantinya dipanen sebagai benang sutera.

Pakan

(15)

5 merupakan serangga yang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap keanekaragaman jenis pakan. Pakan yang disukai A. atlas adalah pakan yang memiliki kadar air tinggi dan tekstur daun agak kaku. A. atlas menyukai inang utama seperti daun teh dan sirsak (Awan 2007), kaliki dan jarak pagar (Mulyani 2008), alpukat dan kayu manis (Dewi 2009), tanaman senggugu (Indrawan 2007), cengkeh (Nazar 1990) dan tanaman ylag-ylang (Adria dan Idris 1997).

Penelitian Biologi Reproduksi A. atlas

Menurut Allex (2014), jumlah telur A. atlas betina berkisar antara 212-332 butir dengan rerata 265 butir/induk. Pakan dapat memengaruhi jumlah telur yang dihasilkan. Telur ngengat A. atlas yang diberi pakan cengkeh adalah 286 butir/induk (Nazar 1990) jika diberi pakan daun kaliki dan jarak pagar menghasilkan telur antara 80-348 butir telur infertil dan telur fertil berkisar antara 126-380 butir (Mulyani 2008), jika diberi pakan jarak pagar dan sirsak, jumlah telur ulat sutera berkisar 27-342 butir/induk (Desianda 2011). Saat imago betina mengeluarkan telur, tidak semua telur bisa dikeluarkan dari tubuhnya. Hal ini kemungkinan karena cadangan energi yang tidak cukup untuk mengeluarkan semua telur, karena pada saat fase imago, imago tidak makan, cadangan energi hanya diperoleh saat stadium larva (Allex 2014).

Menurut Allex (2014), dari penelitian yang dilakukan pada 10 imago betina A. atlas didapat bahwa bobot badan berkorelasi sangat erat dengan jumlah telur yaitu 97.70% jumlah telur ditentukan oleh bobot badan. Bobot badan imago dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan yang dimakan pada stadium larva karena pada fase imago tidak makan. Selain jenis pakan, kualitas daun juga perlu diperhatikan karena larva lebih menyukai pakan dalam kondisi segar seperti di alam (Nazar 1990; Ekastuti 1999; Awan 2007).

Penelitian tentang semen A. atlas tentang preservasi semen berhasil dilakukan (Septiadi 2014). Menurut Septiadi (2014), jenis larutan fisiologis mamalia yaitu NaCl

0.9%, dextrose 5%, dextrose 10%, dan Ringer’s laktat dapat digunakan untuk

mempertahankan daya tahan hidup spermatozoa A. atlas. Suhu refrigerator dapat memperpanjang daya tahan hidup spermatozoa hingga 31.50 jam lebih lama dibandingkan dengan suhu ruangan.

Karakteristik semen Attacus atlas

(16)

6

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan April 2014 di Laboratorium Metabolisme Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi dan Unit Rehabilitasi Reproduksi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kokon berisi pupa jantan ulat sutera liar A. atlas, NaCl fisiologis, formosaline, dan alkohol 70%.

Alat yang digunakan adalah kandang kain kasa ukuran 50 x 50 x 50 cm, microtube, pipet ukur, gelas objek dan cover glass, kamera, mikroskop, kamar hitung Neubauer, mikropipet dan tip, counter, tisu, dan bak pencuci.

Metode Penelitian

Pengambilan kokon di lapangan dan sexing

Kokon ulat sutera A. atlas dikoleksi dari perkebunan teh di Purwakarta, Jawa Barat, kemudian kokon disimpan dalam kandang kain kasa berukuran 50 x 50 x 50 cm3. Setelah itu, dilakukan proses sexing untuk mendapatkan imago A. atlas jantan dengan cara melihat bentuk calon antena pada fase pupa. Antena yang besar menjadi imago jantan dan yang kecil akan menjadi imago betina (Gambar 1).

(a) (b)

Gambar 2 Antena pupa A. atlas jantan (a) dan betina (b) Koleksi Semen Imago A. atlas

(17)

7 Semen dari masing-masing A. atlas yang sudah dikoleksi diukur volume, konsentrasi spermatozoa dan dihitung kapasitas semennya.

1. Volume semen. Volume dihitung menggunakan mikropipet (0-1 mL) dengan bantuan pipet filler.

2. Konsentrasi spermatozoa per mL. Penghitungan konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan menggunakan kamar hitung Neubauer. Semen diencerkan dengan perbandingan 10 μL semen dengan 990 μL larutan formosaline (1 : 100) larutan dihomogenkan dan dimasukan pada kotak hitung Neubauer yang telah diberi gelas penutup, selanjutnya diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 X dan dihitung spermatozoa pada kotak hitung, 4 di sudut dan 1 kotak di bagian tengah kamar hitung Neubauer.

Rumus menghitung jumlah sel spermatozoa per mL setiap ejakulasi: Jumlah spermatozoa/mL = N x 5 x DF x 10000

Keterangan:

N = Jumlah rata-rata sel yang dihitung setiap kotak hitung. 5 = Faktor koreksi yang dibutuhkan karena hanya 5 dari 25

kotak dalam chamber yang dihitung (25/5).

DF = Faktor pengenceran. Faktor pengenceran yang digunakan pada penghitungan konsentrasi semen imago adalah 100 dari pengernceran 10 μL semen dan 990 μL larutan formosaline.

10 000 = Faktor koreksi yang dibutuhkan karena volume setiap

penghitungan di bawah cover slip adalah 0.0001 mL per chamber.

Penghitungan dilakukan sebanyak dua kali, kemudian dirata-ratakan.

Prosedur Analisis Data

(18)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses dan Waktu Keluarnya Imago A. atlas dari Kokon

Imago mengalami proses organogenesis termasuk pembentukan sayap di dalam kokon. Organogenesis A. atlas dimulai dari fase telur, tahap perkembangan embrio terjadi selama 7 hari dan terbagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama adalah tahap pre-organogenesis terjadi pada hari kesatu sampai hari keempat. Tahap kedua adalah tahap organogenesis terjadi pada hari kelima sampai hari ketujuh. Pembentukan ruas (segmentasi) tubuh telah selesai pada hari kelima setelah peletakan telur (oviposisi) dan perkembangan bagian tambahan dari tubuh utama (embelan) serta proses segmentasi kepala telah selesai pada hari keenam setelah oviposisi (Yusuf 2009).

Proses keluarnya imago dari kokon melalui beberapa tahapan. Imago ketika akan keluar ditandai dengan gerakan-gerakan kecil dari kokon. Pada saat keluar Imago masih dalam keadaan basah terutama pada bagian sayap (Gambar 3a), imago bergerak perlahan dibantu oleh kakinya. Imago memerlukan waktu sekitar 1.5 jam untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan baru sambil menunggu sayapnya kering (Gambar 3b), dan memerlukan waktu 3 jam untuk mampu mengepakkan sayap dan terbang (Gambar 3c). Organogenesis A. atlas pada fase larva dan pupa belum ada yang mengamati.

(a) (b) (c)

Gambar 3 Proses keluarnya imago jantan dari kokon, saat 0 jam (a), 1.5 jam (b) dan 3 jam (c)

(19)

9

Gambar 4 Waktu keluar imago jantan A. Atlas dari kokon

Waktu Ejakulasi Semen Imago A. atlas

Semen tidak dapat langsung dikoleksi pada saat imago keluar dari kokon. Hal ini disebabkan imago membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan dan juga memerlukan waktu untuk melakukan spermatogenesis. Berdasarkan hasil pengamatan sebanyak 13.33% (2/15) imago mengeluarkan semen 2 jam pertama setelah keluar dari kokon. Koleksi semen dapat dilakukan 100% (15/15) dari imago pada 4, 6 , dan 8 jam setelah keluar dari kokon.

(20)

10

Tabel 1 Waktu ejakulasi semen imago A. atlas Waktu* (jam) Jumlah individu (ekor) Persentase (%)

0 0 0

2 2 13.33

4 15 100

6 15 100

8 15 100

10 9 60

12 2 13.33

Ket: *Waktu adalah mulai keluarnya imago dari kokon

Frekuensi Ejakulasi Semen Imago A. atlas

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, frekuensi ejakulasi imago jantan bervariasi tergantung individu. Frekuensi ejakulasi semen imago jantan terjadi sebanyak 3 sampai 5 kali per individu. Frekuensi ejakulasi terbesar imago jantan yaitu 5 kali sebesar 20% (3/15). Persentase frekuensi ejakulasi terbesar imago jantan yaitu 4 kali sebesar 47% (7/15) dan sisanya sebanyak 3 kali (Gambar 4).

Gambar 5 Frekuensi ejakulasi semen Imago A. atlas Volume Semen Imago A. atlas

(21)

11 mL setelah 8 jam keluar dari kokon. Volume semen menurun kembali pada koleksi setelah 10 jam yaitu 0.19±0.10 mL. Setelah 12 jam keluar dari kokon masih ada dua imago yang dapat mengeluarkan semen, tetapi volume semen tersebut sangat kecil hanya 0.06±0.01 mL dengan kisaran volume 0.05-0.07 mL (Tabel 2). Berdasarkan hasil penelitian ini, maka volume semen tertinggi dapat diperoleh pada imago setelah empat jam keluar dari kokon (Tabel 2).

Tabel 2 Volume semen Imago A. atlas yang dikoleksi selang 2 jam Waktu koleksi (jam) Rerata±SD (mL) Kisaran (mL)

2 0.32±0.27 0.13-0.51

Volume kumulatif semen yaitu volume yang dijumlah tiap dua jam setelah dikoleksi per imago. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel (3) menunjukkan pada 2 jam pertama volume kumulatif rerata sebesar 0.32±0.27 mL dengan kisaran 0.13-0.51 mL. Volume kumulatif rerata pada 2 jam kedua sebesar 0.61±0.39 mL dengan kisaran 0.06-1.31 mL. Pada 2 jam ketiga volume kumulatif rerata semen sebesar 0.94±0.42 mL dengan kisaran antara 0.26-1.48 mL. Pada 2 jam keempat volume kumulatif rerata semen sebesar 1.18±0.50 mL dengan kisaran 0.31-1.76 mL. Volume kumulatif rerata semen imago A. atlas pada 2 jam kelima saat dikoleksi sebesar 1.259±0.50 mL dengan kisaran 0.31-1.76 mL. Pada 2 jam keenam volume kumulatif rerata semen sebesar 1.267±0.50 mL dan kisaran 0.31-1.76 mL.

Tabel 3 Volume kumulatif ejakulat semen Imago A. atlas yang dikoleksi setiap selang 2 jam

Waktu koleksi (2 jam) Rerata±SD (mL) Kisaran (mL)

pertama 0.32±0.27 0.13-0.51

Konsentrasi Spermatozoa Imago A. atlas

(22)

12

Informasi konsentrasi spermatozoa baru dilaporkan oleh Rabusin (2014). Dalam penelitiannya konsentrasi spermatozoa imago hanya 318.50±206.61 x 106/mL dengan kisaran 60-635 x106/mL, nilai ini lebih kecil dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan.

Konsentrasi semen imago A. atlas pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan hewan lain seperti ikan batak sebesar 17.70 x 109 sel/mL (Zairin et al. 2005), semen ayam lokal 3.400 x 109/mL (Hanum 2001) dan kambing 2806.3 x 106/mL (Yusuf et al. 2005), namun lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi spermatozoa kelinci Rex hanya 123.89 x 106/mL (Maulidya 2014).

Kapasitas Semen Imago A. atlas

Kapasitas semen dihitung dengan cara mengalikan volume semen dengan konsentrasi spermatozoa. Pada penelitian ini kapasitas semen imago A. atlas rerata 1433±2569 x 106 dengan kisaran 121-9687 x 106 sel (Tabel 4).

Tabel 4 Karakteristik semen imago A. atlas

Parameter Rerata±SD Kisaran

Volume total ejakulat (mL) 1.27±0.50 0.31-1.76 Konsentrasi spermatozoa (106/mL) 1141±1608 75-5943 Kapasitas spermatozoa (106) 1433±2569 121-9687

Rujukan data penelitian tentang kapasitas semen imago A. atlas belum didapatkan, tetapi jumlah spermatozoa hasil penelitian cukup tinggi. Alex (2014), melaporkan jumlah telur A. atlas betina adalah 212-332 butir dengan rerata 265 butir/induk. Kapasitas spermatozoa imago A. atlas pada penelitian ini berlipat ganda dari jumlah telur tersebut sehingga menjamin keberhasilan fertilisasi meskipun pada saat kopulasi sebagian semen akan terbuang.

(23)

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah waktu optimal koleksi semen A. atlas yaitu empat jam setelah imago keluar dari kokon dan kapasitas rerata semen imago A. atlas sebesar 1433±2569 x106 sel.

Saran

(24)

14

DAFTAR PUSTAKA

Adria, Idris H. 1997. Aspek biologis hama daun Attacus atlas pada tanaman ylang-ylang. JPTI. 3 (2): 37-42.

Allex M. 2014. Karakteristik imago betina ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Prosiding Seminar Nasional Peran Reproduksi dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma Nutfah Hewan di Indonesia. Seminar Nasional Asosiasi Reproduksi Hewan Indonesia (ARHI); 2013 Desember 18-19; Bogor, Indonesia.

Awan A. 2007. Domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Desianda R. 2011. Domestikasi ulat sutera liar (A. atlas) dengan pakan daun jarak (Jatropa curca L.) dan daun sirsak (Annona muricata L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Dewi S. 2009. Pertumbuhan larva dan produktivitas kokon Attacus atlas L. pada jenis pakan dan kepadatan yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ekastuti DR. 2012. Tinjauan fisiologi domestikasi ulat sutera liar (Lepidoptera: Saturniidae). Berita Biologi. 11(2): 139-147.

Hanum M. 2001. Efektifitas berbagai jenis pengencer terhadap kualitas semen cair ayam lokal [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Indrawan M. 2007. Karakter sutera dari ulat jedung (Attacus atlas L.) yang dipelihara pada tanaman pakan senggugu (Cierodendon serratum Spreng). J Bio 8: 215-217

[ISA] International Silk Association. 2000. Sericologia (40). Japan International Coorperation Agency.

Kalshoven LGE 1981. The Pest Crop in Indonesia. Reviced and Translated by P.A. Van Der Laan. Jakarta (ID): Ichtiar Baru Van Hoeve.

Moerdoko W 2002. Sutera alam pengembangan terakhir dan prospeknya di indonesia. Disampaikan Pada Konferensi Internasional Tentang Sutera Alam yang Dihasilkan oleh Sutera Liar. Yogyakarta.

Maulidya I. 2012. Karakteristik semen segar dan morfologi spermatozoa kelinci lop dan rex. Prosiding Seminar Nasional Peran Reproduksi dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma Nutfah Hewan di Indonesia. Seminar Nasional Asosiasi Reproduksi Hewan Indonesia (ARHI); 2013 Desember 18-19; Bogor, Indonesia.

Mulyani N. 2008. Biologi Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) dengan pakan daun kaliki (Ricini communis L.) dan pagar jarak (Jatropa curcas L.) di Laboratorium [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nazar A. 1990. Beberapa aspek biologi ulat perusak daun (Attacus atlas Linn) pada tanaman cengkeh. PPTI. 16(1): 35-37.

Peigler SR.1989. A Revision of the Indo Australian Genus Attacus. The Lepidoptera Research Fondation. California (US): Inc. Beverly Hills. Rabusin M. 2014. Karakteristik semen imago Attacus atlas. Prosiding Seminar

(25)

15 Nutfah Hewan di Indonesia. Seminar Nasional Asosiasi Reproduksi Hewan Indonesia (ARHI); 2013 Desember 18-19; Bogor, Indonesia.

Sari FK. 2010. Pengamatan keluarnya ngengat Attacus atlas berdasarkan bobot kokon pada berbagai kondisi lingkungan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Septiadi R. 2014. Penggunaan larutan fisiologis mamalia untuk preservasi semen ulat sutera liar (Attacus atlas) (Lepidoptera: Saturniidae). Prosiding Seminar Nasional Peran Reproduksi dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma Nutfah Hewan di Indonesia. Seminar Nasional Asosiasi Reproduksi Hewan Indonesia (ARHI); 2013 Desember 18-19; Bogor, Indonesia.

Solihin DD, Fuah AM, Mansjoer SS, Wiryawan KG, Ekastuti DR, Siregar HCH, Setyono DJ, Polii BNN. 2010. Budidaya Ulat Sutera Alam Attacus atlas. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.

Tazima Y. 1978. The Silkworm an Important Laboratory Tool. Tokyo (JP): Kodansha.

Walidaini R. 2013. Karakteristik imago jantan ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yusuf TL, Arifiantini RI, Rahmiwati N. 2005. Daya tahan semen cair kambing

peranakan etawah dalam pengencer kuning telur dengan kemasan dan konsentrasi spermatozoatozoa yang berbeda. J Indo Trop Anim Agric 30(4): 217-223.

Yusuf Y. 2009. Embryonic development of Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(26)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Waktu keluar Imago Jantan A. atlas dari kokon

Jantan Tanggal keluar Waktu keluar

1 04-02-2014 18.46

(27)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Mei 1993 di Wonosobo, Jawa Tengah. Penuis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Marsono dan Ibu Wasikem. Penulis besar dan tinggal di Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Penulis menyelesaikan pendidikn sekolah dasar pada tahun 2001 di SDN Bakau kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah pertama di SMPN 1 Pamukan Utara, Kotabaru, Kalimantan Selatan hingga lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah atas di SMAN 1 Kotabaru, Kalimantan Selatan hingga lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi setelah diterima di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Gambar

Gambar 1  Peta penyebaran populasi A. atlas (tanda bulat) (Peigler 1989),
Gambar 2  Antena pupa A. atlas jantan (a) dan betina (b)
Gambar 4  Waktu keluar imago jantan A. Atlas dari kokon
Tabel 1  Waktu ejakulasi semen imago A. atlas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2007: 132) Sistem pembelajaran menggunakan modul memiliki perbedaan dengan system pembelajaran pada umumnya yaitu sistem

Kalau yang dimaksud dengan produk budaya adalah teks/bahasa yang digunakan Allah dalam menyampaikan pesan- pesan-Nya adalah bahasa manusia, sedang bahasa

kemampuan penalaran dan kretivitas belajar matematika melalui upaya. penerapan teknik pembelajaran Brainstorming siswa kelas

Setelah diadakan observasi awal dan diskusi dengan guru kolaborator, maka di pilih cara pemecahan masalah dengan menerapkan metode student teams achievement division

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nyalah skripsi saya ini yang berjudulEKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DALAM

terhadap fogging insektisida malathion 5% yang digunakan untuk pemberantasan vektor nyamuk di wilayah Kota Denpasar sebagai daerah endemis DBD tahun 2016 ”.. 1.3

Untuk memperjelas penelitian, maka dibatasi hanya mengkaji pengaruh dua variabel saja yaitu strategi dengan ilustrasi model pizza dan kemampuan penalaran