• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Pembangunan Indonesia-Cina (Studi Kasus : Terhadap Perbandingan Masa Pemerintahan Soeharto dan Deng Xiaoping)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Politik Pembangunan Indonesia-Cina (Studi Kasus : Terhadap Perbandingan Masa Pemerintahan Soeharto dan Deng Xiaoping)"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

POLITIK PEMBANGUNAN INDONESIA ─ CINA

(Studi Kasus: Terhadap Perbandingan Masa Pemerintahan Soeharto dan Deng Xiaoping)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik

Ebta Winarnda Zalukhu Nim: 100906076

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

EBTA WINARNDA ZALUKHU (100906076) POLITIK PEMBANGUNAN INDONESIA-CINA

(Studi Kasus: Terhadap Perbandingan Masa Pemerintahan Soeharto dan Deng Xiaoping)

Rincian sikripsi, 120 halaman, 1 Tabel, 29 bku, 5 situs internet, 5 surat kabar, 5 Jurnal. (Kisaaran buku dari tahun 1983-2013)

ABSTRAK

Penelitian ini menggambarkan bagaimana perbandingan politik pembangunan yang dilaksanakan Indonesia khususnya pemerintahan Soeharto dan Cina di masa pemerintahan Deng Xiaoping, serta menjelaskan apa saja pembangunan yang telah dibuat dimasa pemerintahan selama kepemimpinan yang menjadi tolak ukur suksesnya kepemimpinan dalam masa pemerintahan. Selain menilai hasil dari implementasi dari pembangunan yang telah dilaksanakan dalam masa pemerintahan baik pada pemerintahan Soeharto maupun masa pemerintahan Deng Xiaoping.

Teori yang digunakan dalam menjelaskan penelitian ini adalah Teori Politik Pembangunan seperti yang diungkapkan oleh Warjio dalam politik pembangunan dan implementasinya, yang menjelaskan pembangunan pada dasarnya adalah cara atau jalan yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula berdasarkan platform yang dibuat.

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

EBTA WINARNDA ZALUKHU (100906076) POLITICAL DEVELOPMENT-CHINA INDONESIA

(Case Study: Comparison Against the Reign of Suharto and Deng Xiaoping) Details sikripsi, 120 pages, 1 table, 29 BKU, 5 websites, 5 newspapers, 5 Journal. (Range of book from the year 1983-2013)

ABSTRACT

This study describes how the construction carried out comparative politics Indonesia and China in particular Soeharto government in the reign of Deng Xiaoping, as well as explain what development has been made during the reign of leadership are cornerstones of successful leadership in the reign. In addition to assessing the results of the implementation of the development which has been implemented in both the reign of Soeharto’s rule and reign of Deng Xiaoping.

The theory used in this research is to explain Political Development Theory as expressed by Warjio in political development and implementation, which describes the construction is basically the way or the best way to achieve the goals set by the platform originally made.

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, oleh:

     

Nama : Ebta Winarnda Zalukhu

Nim : 100906076

Judul : POLITIK PEMBANGUNAN INDONESIA-CINA

(Studi Kasus: Terhadap Perbandingan Masa Pemerintahan Soeharto dan Deng Xiaoping)

Dilaksanakan pada:

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Tim Penguji:

Ketua :

NIP. ( )

PengujiUtama :

NIP. ( )

PengujiTamu :

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh

Nama : Ebta Winarnda Zalukhu

Nim :100906076

Judul : POLITIK PEMBANGUNAN INDONESIA-CINA

(Studi Kasus: Terhadap Perbandingan Masa Pemerintahan Soeharto dan Deng Xiaoping)

Menyetujui:

KetuaDepartemenIlmuPolitik DosenPembimbing

Dra. T. Irmayani, M.Si Warjio MA, Ph.D

(NIP. 19680630199403200) (NIP. 197408062006041003)

Mengetahui, Dekan FISIP USU

(6)

Karya ini saya persembahkan untuk

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah

memberikan berkat dan rahmatnya sehinggah penulis mampuh menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “POLITIK PEMBANGUNAN INDONESIA-CINA

(Studi Kasus: Terhadap Perbandingan Masa Pemerintahan Soeharto dan Deng

Xiaoping)” sehinggah dapat dislesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan karya

ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh sarjana pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Didalam penulisan skripsi ini penulis mencoba menggambarkan dan

menganalisis tetang Politik Pembangunan Indonesia-Cina terutama dalam masa

pemerintahan Soeharto dan masa pemerintahan Deng Xiaoping. Pada Bab I

penulisan skripsi ini berisikan tentang latar belakang pemilihan masalah

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian sampai dengan sistematika

penulisan, pada bab ini penulis mencoba mengarahkan alur cerita ini ketitik

permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian ini. Disini penulis juga

memaparkan secara umum gambaran-gambaran kondisi politik pembagunan

dimasa pemerintahan Soeharto maupun Deng Xiaoping serta kondisi

perekonomian Indonesia dan Cina sebelum dan sampai dengan era Soeharto dan

Deng Xiaoping, sehinggah gambaran-gambaran itu penulis menarik suatu fokus

penelitian yang akan diteliti.

Kemudian isi tulisan pada Bab II skripsi ini lebih melihat kepada

gambaran umum politik pembangunan masa pemerintahan soeharto dan Deng

Xiaoping serta memaparkan profil dari kedua pemimpin. Bab ini penulis juga

menjelaskan aspek pada bidang politik dari dua masa pemerintahan baik dimasa

(8)

Pada Bab III penulisan skripsi ini, penulis mencoba menguraikan politik

pembangunan apa saja yang telah dibuat pada masa pemerintahan Soeharto

maupun masa Deng Xiaoping, penulis juga melakukan suatu studi perbandingan

analisis dari rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini, dengan mencoba

mengkombinasikan dengan teori-teori yang sudah dipilih oleh penulis pada Bab I

skripsi ini, disini penulis mengungkapkan berbagai fakta-fakta sosial, ekonomi,

dan politik di RRC dan Indonesia, sehinggah melahirkan sebuah politik

pembangunan di Indonesia dan reformasi pembangunan yang dipelopori Deng

Xiaoping, dan didalam reformasi pembangunan itu mengarah dalam reformasi

ekonomi yang berlandaskan dari sosialisme komunis yang sudah mapan kearah

ekonomi kapitalisme.

Sejalan dengan gambaran umum isi skripsi diatas pada Bab IV isi skripsi

ini penulis mencoba menarik kesimpulan, yang berisikan tentang politik

pembangunan yang dibuat oleh Soeharto dan Deng Xiaoping yang memiliki

tujuan politik pembangunan yang sama, tetapi dari beberapa pembangunan

tersebut terlihat berbeda dengan pelaksanaan ataupun implementasinya yang tidak

sejalan. Hal ini yang membedakan bahwa pembangunan dimasa pemerintahan

Deng Xiaoping lebih baik dan terencana yang selalu dilaksanakan dengan

berkesinambungan dan sistematis, sehinggah memilki dampak yang sangat luar

biasa dan membawa Cina sukses sampai sekarang, sedangkan masa pemerintahan

Soeharto politik pembangunan cukup sukses namun dalam pembangunan

ekonomi dalam implementasinya tidak merata masih memiliki banyak kelemahan

akibat dari kekuasaan yang dimiliki yang berdampak pada kesejahteraan

masyarakat, dan pembangunan yang baik pada masa itu tidak dilanjutkan lagi

dengan pemimpin berikutnya bahkan beberapa kebijakan pembangunan yang

telah dihapus dan tidak dilaksnakan kembali.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi.

(9)

Dr. Badarudin M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Ibu T.

Irmayani M.si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik, Bapak Warjio M.A, Ph.D

selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, pikiran dan

masukan-masukan dalam membimbing dan mengarahkan dengan sabar dari awal hinggah

selesainya skripsi ini.

Tidak lupa buat ayahanda (Yas. Zalukhu) dan Ibunda (Yus. Gulo) tercinta,

saya mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya buat segala jerih payah dari

saya kecil sampai saat ini untuk menjadikan saya orang yang berhasil melalui doa,

kasih sayang, perhatian semangat, dukungan dan biaya selama ini. Itu semua tidak

dapat saya balas selain memanjatkan doa kepada Allah Yang Maha Esa untuk

memberikan umur yang panjang dan kesehatan sehinggah kelak melihat saya

menjadi anak yang berhasil dan lebih berbakti untuk Ayah dan Ibu.

Tidak lupa pula buat abang, kakak dan adik saya yang memberikan

semangat untuk cepat menyelesaikan skripsi ini, terimakasih banyak untuk

semuanya, teman-teman seperjuangan seluruh anak politik stambuk 2010, dan

terlebih organisasi saya ForMaN-USU. Saya juga berterimakasih kepada teman

seperjuangan saya Muhammad Arif Zebua, dan teman saya Syarif Hidayatullah,

Damelisa Pratiwi, Ester Zega, Rida Zega, bng Timo Zendrato, Endi Zebua dan

orang yang khusus buat yang disana Marwati Telaumbanua terimakasih atas

dukungan dan motivasinya, semangat juga ya dalam kuliahnya, dan masih banyak

(10)

Tak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak, seandainya dalam

penulisan skripsi ini terdapat berbagai kekurangan, penulis sangat mengharapkan

saran dan kritiknya agar penulisan isi skripsi ini dapat lebih baik dan bermanfaat.

Medan, Agustus 2014

Ebta Winarnda Zalukhu

Nim: 100906076

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ……… i

Abstrak ……… ii

Abstract ……….. iii

Halaman Pengesahan ……… iv

Halaman Persetujuan ……… v

Lembar Persembahan ………... vi

Kata Pengantar ………. vii

Daftar Isi ……… viii

Daftar Tabel ……….……. viiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Rurumusan Masalah ………. 14

1.3 Pembatasan Masalah ………... 15

1.4 Tujuan Penelitian ………... 15

1.5 Manfaat Penelitian ……… 15

(12)

1.6.1 Teori Politik Pembangunan ……….. 16

1.7 Metodologi Penelitian ………... 22

1.7.1 Metode Penelitian ……… 22

1.7.2 Jenis Penelitian ……… 23

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ……….. 23

1.7.4 Teknik Analisis Data ……… 24

1.8 Sistematika Penulisan ……… 25

BAB II GAMBARAN KEBIJAKAN POLITIK PEMBANGUNAN SERTA PROFIL MASA PEMERINTAHAN SOEHARTO DAN DENG XIAOPING II.1 Biografi Kepemimpinan dan Perjalanan Karir Soeharto ..… 27

II.2 Gambaran Politik Pembangunan Soeharto ……….….. 29

II.2.1 Trilogi Pembangunan ……….. 30

II.2.2 Membuat Konsep GBHN ………... 32

II.2.3 Melaksanakan Repelita ………..…. 33

II.2.4 Delapan Jalur Pemerataan ……….. 34

II.3 Bidang Politik ……… 36

II.4 Biogafi Kepemimpinan dan Perjalanan Karir Deng Xiaoping. 37 II.5 Gambaran Politik Pembangunan Deng Xiaoping ………….. 40

(13)

II.5.2 Strategi Pembangunan ………. 42

II.5.3 Pembangunan RRC ……….. 43

II.5.4 Negara Dalam Industrialisasi ……… 45

II.5.5 Reformasi Negara Membuka Diri ……… 46

II.5.6 Pembangunan Dalam Reformasi Ekonomi ………….. 49

II.6 Bidang Politik ………. 51

BAB III PERBANDINGAN POLITIK PEMBANGUNAN MASA PEMERINTAHAN SOEHARTO DAN DENG XIAOPING III.1 Politik Pembangunan Masa Pemerintahan Soeharto ………. 53

III.1.1 Trilogi Pembangunan ………. 55

III.1.2 Melaksanakan Repelita ………. 58

III.1.3 Membuat Konsep GBHN ………. 63

III.1.4 Delapan Jalur Pemerataan ………. 66

III.2 Bidang Politik ……… 70

III.2.1 Sikap Politik Bebas Aktif ………. 70

III.2.2 Diplomasi Internasional ……… 71

III.3 Politik Pembangunan Masa Pemerintahan Deng Xiaoping.. 73

III.3.1 Konsep Reformasi ……… 73

(14)

III.3.2.1 Penghapusan Komune Rakyat ……… 79

III.3.2.2 Penghapusan Monopoli Negara …………. 82

III.3.2.3 Liberalisasi Usaha dan Manajemen ……… 86

III.3.2.4 Pembukaan Diri Terhadap Modal Asing .... 90

III.3.2.5 Integrasi Dalam Ekonomi Internasional …. 93

III.3.3 Kunci Keberhasilan Pembangunan Ekonomi Cina 104

III.3.3.1 Stabilitas Politik ………... 105

III.3.3.2 Upah Buruh Yang Rendah ………... 106

III.3.3.3 Investasi di Bidang Pendidikan ………... 107

III.3.3.4 Semangat Wirausaha ……… 108

III.3.3.5 Pembangunan Infrastruktur ………. 110

III.4 Analisis Perbandingan ……… 111

BAB IV PENUTUP

VI.1 Kesimpulan ……….. 118

VI.2 Saran ……… 120

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

EBTA WINARNDA ZALUKHU (100906076) POLITIK PEMBANGUNAN INDONESIA-CINA

(Studi Kasus: Terhadap Perbandingan Masa Pemerintahan Soeharto dan Deng Xiaoping)

Rincian sikripsi, 120 halaman, 1 Tabel, 29 bku, 5 situs internet, 5 surat kabar, 5 Jurnal. (Kisaaran buku dari tahun 1983-2013)

ABSTRAK

Penelitian ini menggambarkan bagaimana perbandingan politik pembangunan yang dilaksanakan Indonesia khususnya pemerintahan Soeharto dan Cina di masa pemerintahan Deng Xiaoping, serta menjelaskan apa saja pembangunan yang telah dibuat dimasa pemerintahan selama kepemimpinan yang menjadi tolak ukur suksesnya kepemimpinan dalam masa pemerintahan. Selain menilai hasil dari implementasi dari pembangunan yang telah dilaksanakan dalam masa pemerintahan baik pada pemerintahan Soeharto maupun masa pemerintahan Deng Xiaoping.

Teori yang digunakan dalam menjelaskan penelitian ini adalah Teori Politik Pembangunan seperti yang diungkapkan oleh Warjio dalam politik pembangunan dan implementasinya, yang menjelaskan pembangunan pada dasarnya adalah cara atau jalan yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula berdasarkan platform yang dibuat.

(16)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

EBTA WINARNDA ZALUKHU (100906076) POLITICAL DEVELOPMENT-CHINA INDONESIA

(Case Study: Comparison Against the Reign of Suharto and Deng Xiaoping) Details sikripsi, 120 pages, 1 table, 29 BKU, 5 websites, 5 newspapers, 5 Journal. (Range of book from the year 1983-2013)

ABSTRACT

This study describes how the construction carried out comparative politics Indonesia and China in particular Soeharto government in the reign of Deng Xiaoping, as well as explain what development has been made during the reign of leadership are cornerstones of successful leadership in the reign. In addition to assessing the results of the implementation of the development which has been implemented in both the reign of Soeharto’s rule and reign of Deng Xiaoping.

The theory used in this research is to explain Political Development Theory as expressed by Warjio in political development and implementation, which describes the construction is basically the way or the best way to achieve the goals set by the platform originally made.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, dan organisasi pokok

dari kekuasaan politik. Negara merupakan alat (agency) dari masyarakat yang

mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam

masyarakat dan menertibkan gejala-gejaka kekuasaan dalam masyarakat. Manusia

hidup dalam suasana kerjasama, sekaligus suasana antagonis dan penuh

pertentangan. Negara adalah organisasi yang dalam suatu wilayah dapat

memaksakan kekuasaanya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya

dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu, serta

menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai dimana kekuasaan dapat

dipergunakan dalam kehidupan bersama, baik oleh individu, golongan atau

asosiasi, maupun oleh negara sendiri.1

Namun dalam hal ini negara tidak terlepas dari sebuah politik yang

berorientasi kepada masyarakat, kekuasaan yang di dapatkan berawal dari

kedaulatan rakyat yang mempunyai hak untuk pengambilan atau keputusan yang

berdampak kepada kesejahteraan. politik adalah sistem konsep resmi yg menjadi

landasan atau pedoman perilaku (dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan, dan cara bertindak) dalam perpolitikan negara.

Demokrasi yang dianut indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan pancasila,

masih dalam perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat

pelbagai tafsiran serta pandangan. Tetapi yang tidak dapat disangkal ialah bahwa

beberapa nilai pokok dari demokrasi konstitusional cukup jelas tersirat di dalam

Undang Dasar 1945 yang belum diamandemen. Selain itu

Undang-Undang Dasar kita menyebut secara eksplisit dua prinsip yang menjiwai naskah

       1

(18)

itu, dan di catumkan dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 mengenai

Sistem Pemerintahan Negara yaitu:

1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat). Negara

indonesia berdasarkan atas Hukum (Rechtsstaat), tidak berdasarkan

kekuasaan belaka (Machtsstaat).

2. Sistem Konstitusional. Pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi

(Hukum Dasar), tidak bersifat Absolutisme (Kekuasaan yang tidak

terbatas).

Berdasarkan dua istilah Rechtsstaat dan sistem konstitusi, maka jelaslah bahwa

demokrasi yang menjadi dasar dari Undang-Undang Dasar 1945 yang belum

diamandemen ialah demokrasi kontitusional. Disamping itu corak khas demokrasi

indonesia, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan, dimuat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar.

Demokrasi konstitusional mencita-citakan pemerintah yang terbatas kekuasaanya,

suatu Negara Hukum (Rechtsstaat) yang tunduk kepada rule of law. Sebaliknya,

demokrasi yang mendasarkan dirinya atas komunisme mencita-citakan pemerintah

yang tidak boleh dibatasi kekuasaanya (machsstaat), dan yang bersifat totaliter.2

Republik Rakyat Cina (RRC) adalah sebuah negara komunis yang terdiri

dari hampir seluruh wilayah kebudayaan, sejarah, dan geografis. Sejak didirikan

pada tanggal 1 Oktober 1949 Cina telah dipimpin oleh Partai Komunis Cina

(PKC), Hal ini yang menjadi kekuatan penuh dalam menjalankan sistem politik

bahwa Partai Komunis Cina akan mengambil langkah-langkah lebih terbuka dan

menjalankan sistem yang lebih demokratis atau pluralistis. Namun, pada

kenyataannya PKC dewasa ini adalah satu-satunya kekuatan politik di Cina yang

terorganisir dengan baik. Pada masa Revolusi Kebudayaan, politik menjadi

komando dalam segala segi kehidupan. Keputusan-keputusan yang berkaitan

       2

(19)

dengan politik dan ekonomi harus disesuaikan dengan perangkat-perangkat

ideologis.

Deng Xiaoping muncul dan mengganti tujuan nasional menjadi pembangunan

ekonomi dan ideologi baru yang disebut “melihat kebenaran dari

kenyataan-kenyataan”.3

Akan tetapi setiap negara, terlepas dari ideologinya, menyelenggarakan beberapa

minimun fungsi yang mutlak perlu, yaitu:

1. Melaksanakan penertiban (law and order). Untuk mencapai tujuan

bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, negara

harus melaksanakan penertiban. Dapat dikatakan bahwa negara dapat

bertindak sebagai stabilisator.

2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Dewasa ini fungsi

ini sangat penting, terutama bagi negara-negara baru.

3. Pertahanan. Hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari

luar. Untuk ini negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.

4. Menegakkan keadilan. Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan

peradilan.4

Negara strukturalis klasik yang sering diklaim sebagai basis

teoritis-konseptual negara modern dengan bapak pembangunannya Max Weber, selalu

menganggap bahwa negara merupakan agen yang berhak melakukan monopoli

penggunaan kekerasan fisik dan mampuh memaksakan kehendaknya atas

masyarakat, karena negara memiliki kekuasaan otoritatif yang sah. Tugas utama

negara adalah menjamin ketertiban masyarakat melalui agen-agennya yaitu,

polisi, tentara, dan birokrasi dengan usaha sungguh-sungguh untuk menciptakan

lahirnya kepatuhan masyarakat terhadap negara. Konsep-konsep negara yang lahir

dari kajian terhadap negara ini yang kurang mendukung demokrasi adalah negara

       3

Umar Suryadi Bakri. 1996. Pasca Deng Xiaoping, Cina Quo Vadis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hal. 5 4

(20)

birokratis (bureaucratic state) yang dikembangkan oleh Riggs, negara organik

(organic state) yang dicetuskan oleh stepan dan negara korporatis (corporatise

state). Tipe negara korporatis, melihat negara dalam posisi yang sangat otonom

karena masyarakat dianggap sebagian dari negara, sedangkan negara organik dan

negara korporatis melihat negara sebagai representasi kepentingan publik. Baik

negara birokratis, negara organik, maupun negara korporatis merupakan kategori

negara otoritarian yang bercorak masif dan represif. Tipe negara ini paling rentan

menghadapi gempuran krisis, walaupun dipermukaan tampaknya negara ini sangat

otonom dan mampuh mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi setiap

persoalan.

Negara Orde Baru dalam banyak hal bersinggungan langsung dengan

ketiga corak dan bentuk negara tersebut dengan kemenonjolannya yang unik

terhadap peran besar Soeharto sebagai pelaku utama yang beridiri diatas

instrumentarium kekuasaan. Dalam negara birokratik Orde Baru, peran birokrasi

sebagai aparatur negara cenderung diterjemahkan sebagai alat Soeharto yang

melakukan regulasi dan pengaturan yang ketat terhadap kehidupan publik. Disini

Soeharto bertindak sebagai sang administrator yang memainkan peran sentral

dengan menyelipkan kepentingan terselubung dalam pemanfaatan tugas-tugas

birokrasi, tetapi juga Soeharto sangat tergantung kepada struktur birokratik yang

mampuh memberikan lisensi jaminan kepada Soeharto untuk menanggulangi

akibat-akibat yang ditimbulkan oleh proses difererensiasi sebagai salah satu hasil

modernisasi yang dapat membawa malapetaka bagi kekuasaan Soeharto sendiri.

Golkar sebagai kekuatan legitimatif untuk memperbaharui kekuasaan Soeharto,

justru mendapatkan kesemuan legitimasi itu dalam setiap Pemilu Orde Baru,

walaupun secara eksplisit diatas kertas tertulis kemenangan besar Golkar dalam

pemilihan.5

       5

(21)

Tentara sendiri (ABRI) yang seharusnya merupakan alat negara yang

bertugas menjaga pertahanan dan keamanan, memberikan perlindungan kepada

masyarakat, dan menjamin hak-hak- politik masyarakat, justru terjebak dalam

permainan politik Orde Baru dengan tidak malu-malu menghalau para perwira

potensialnya untuk menduduki jabatan politis seperti menjadi Gubernur, Bupati

atau menjadi Kepala Desa dengan tujuan untuk menegakkan Pancasila dan UUD

1945, menjaga stabilitas politik dan mengawasi jalannya pembangunan sesuai

dengan instruksi Soeharto sebagai komandernya.

Dalam kenyataanya, tentara, birokrasi, dan Golkar justru menjadi mesin

yang tangguh bagi kekuasaan Soeharto. Melalui mesin-mesin ini, Soeharto

memekarkan struktur kekuasaanya memperluas patron bisnisnya dan menghalau

para penentangnya dengan jaminan konsensi, lisensi dan kontrak politik berupa

pangkat, jabatan, dan kedudukan yang seimbang dengan pola kerja dan

mesin-mesin ini.6

Sejak awal sudah disadari oleh militer bahwa keikutsertaan partai-partai

politik pada masa demokrasi parlementer dan demokrasi terpimpin pada masa

Soekarno, hanya sebagai mesin pelindung bagi kepentingan sebagian kelompok

masyarakat saja, bahkan tak jarang menimbulkan instabilitas politik. Oleh karena

itu, militer pada dasarnya adalah sangat antipartai. Pihak militer berpendapat

bahwa kesadaran militer untuk memberikan kekuasaan pada partai-partai politik

justru akan membuat instabilitas politik. Namun demikian, Harold Crouch dalam

buku “Militer dan Politik di Indonesia” menyebutkan bahwa pandangan pihak

militer terpecah menjadi dua kelompok meskipun mereka sama-sama anti partai.

Kelompok pertama adalah kelompok militan atau berhaluan keras yang

ingin mengubah struktur politik dengan sistem dwigrup (dwi partai). Kelompok

ini terdiri dari sekelompok perwira senior yang terpengaruh oleh anggota Partai

Sosialis Indonesia (PSI) serta erat hubungannya dengan para mahasiswa dan para

       6

(22)

cendekiawan yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)

dan Kesatuan Sarjana Indonesia (KASI). Mereka berpendapat bahwa harus

diambil tindakan tegas untuk mencgah timbulnya kembali partai-partai sebagai

kekuatan lokal dan nasional, serta militer harus bersandar pada kesatuan aksi

untuk mendapat dukungan.

Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok moderat. Meskipun mereka

juga anti partai, mereka tetap ingin mempertahankan sistem politik yang ada tanpa

perubahan yang radikal, tetapi secara bertahap dan alami. Kelompok moderat

sangat menyadari pengaruh besar partai di kalangan masyarakat. Mereka

menyadari bahwa partai-partai yang telah mapan itu mempunyai dukungan massa

yang kuat dan mengakar dimasyarakat. Jika mereka ditindak mereka bisa

menghimpun oposisi rakyat untuk melawan pemerintah sehinggah sulit bagi

militer untuk menyingkirkannya.

Pertarungan dua kelompok tersebut akhirnya dimenangkan oleh kelompok

moderat pro-stabilitas keamanan yang menginginkan perubahan secara bertahap.

Presiden Soeharto tetap memilih jalan demokratis, tidak akan mengubah struktur

politik dengan paksaan, lebih-lebih dengan membubarkan partai-partai politik.

Tindakan demikian, apapun alasannya, bukanlah langkah yang baik dan bijaksana

karena dapat menimbulkan kesan bahwa pemerintah Orde Baru mengarah pada

diktatorisme. Soeharto berpendapat bahwa penguatan sistem dan kehidupan

politik harus dijalankan dengan jalan demokratis, yaitu lewat pemilihan umum.7

Orde Baru telah berhasil dalam mengentaskan rakyat Indonesia dari

kemiskinan. Banyak program modenisasi yang ditempuh, berbagai bentuk

pembangunan sarana-sarana umum, berikut pesatnya penanaman modal asing di

Indonesia, merupakan tanda akan betapa suksesnya Orde Baru dalam membangun

bangsa. Ditengah “sukses” itu pemerintah Orde Baru merasa perlu dan wajib

       7

(23)

untuk mengangkat Presiden Soeharto sebagai “Bapak Pembangunan”.

8

Pembangunan dipandang sebagai kata kunci yang membawa kemakmuran

masyarakat. Lahirnya berbagai simbol modernitas dan terciptanya segala bentuk

kemudahan yang terjadi selama Orde Baru dirasakan sebagai bukti keberhasilan

rezim tersebut. Angka pertumbuhan ekonomi yang dikatakan mencapai tujuh

persen per tahun menjadi tolak ukur yang populer mengenai kejayaan Orde Baru.

Demikianlah, Soeharto memulai Orde Baru dalam dunia politik Indonesia

dan secara dramatis mengubah luar negeri dari jalan yang di tempuh oleh

Soekarno pada masa akhir jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan

perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh nya melalui

struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli

ekonomi didikan barat.9

Untuk membangun bangsa indonesia dari keterpurukan, Soeharto tentu

memiliki konsep dasar sebagai landasan ia bekerja. Untuk itu, Soeharto

memperkenalkan konsep Trilogi Pembangunan pada awal pelita I.

Soeharto membangun fondasi pembangunan Indonesia yang dikenal

dengan “Akselarasi Pembangunan 25 tahun dengan 8 jalur pemerataan” dengan

konsep dasar Trilogi Pembangunan, yaitu Stabilitas Nasional, Pertumbuhan

Ekonomi dan Pemerataan. Ini artinya, stabilitas nasional mutlak diperlukan bila

pertumbuhan ekonomi akan digalakkan atau dilaksanakan. Bila pertumbuhan

ekonomi berjalan, maka pemerataan pembangunan menjadi tujuan dan dapat

dilaksanakan. Karena itu bagi Soeharto, rehabilitasi politik dalam rangka stabilitas

nasional menjadi perlu. Berikutnya, mengacu kepada pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan di segala bidang, hinggah bermuara pada pemerataan hasil-hasil

pembangunan bagi seluruh bangsa Indonesia.

       8

Asvi Warman Adam. 2006. Soeharto Sehat. Yogyakarta: Galang Press. Hal. 22 9

(24)

Ini karena Soeharto menetapkan Trilogi pembangunan, yaitu (1)

Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya akan menuju tercapainya keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (2) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,

dan (3) Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis pada gilirannya berbuah pada

kemajuan bangsa dan rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Soeharto meletakkan dasar-dasar pembangunan berkelanjutan melalui

Pelita, dan menetapkan Trilogi Pembangunan sebagai starategi untuk tinggal

landas menuju masyarakat Indonesia yang adil dan sejahtera. Stabilitas nasional

dibutuhkan agar bisa dilakukan pembangunan (pertumbuhan ekonomi) dan setelah

adanya pertumbuhan ekonomi maka dapat dilakukan pemerataaan. Maka menurut

Soeharto, stabilitas nasional diperlukan untuk kelancaran pembangunan, juga

untuk menarik minat para investor asing guna ikut menggerakkan roda ekonomi

dan membuka lapangan kerja. Sebab, tanpa pertumbuhan ekonomi tidak akan ada

pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Stabilitas Pembangunan─Stabilitas Nasional, Pertumbuhan Ekonomi dan

Pemerataan ─ adalah memang strategi kunci pembangunan yang dilaksanakan

dalam pemerintahan Soeharto. Hal ini juga ditiru oleh negara-negara tetangga kita

seperti Singapura dan Malaysia yang sangat efektif dalam melaksanakan

demokrasi. Karena itu kedua negara tersebut hinggah kini terus mengalami

kemajuan.10

Sekarang kita melihat Republik Rakyat Cina (RRC) yang disanjung

sebagai sebuah negara penerap eksperimen pembangunan sosialis yang berhasil.

Negara tersebut menerapkan sistem dengan pengerahan tenaga kerja yang besar

atau sistem padat karya dalam praktik pembangunannya, sehinggah

diidentifikasikan sebagai model pembangunan yang mendukung partisipasi

       10

(25)

rakyat. Strategi pembangunan berdikari RRC yang bersumber dari prinsip

swadayanya Mao Zedong, dikenal secara umum oleh masyarakat dunia.

Pembangunan RRC yang bertujuan dasar memberantas kemiskinan absolut,

dengan memusatkan perhatian terhadap upaya pemenuhan kebutuhan pokok

rakyat dan penciptaan kesempatan kerja penuh dalam ekonominya. Ternyata

mencapai tingkat pemerataan yang lebih baik dari negara sedang berkembang

pada umumnya.

Pada tahun 1949 kaum komunis mulai berkuasa, segala bentuk kegiatan

ekonomi diluar jalur resmi dalam skala kecil apapun, dianggap sebagai kegiatan

diluar hukum dan mendapat cap sebagai “ekor kapitalis”. Dalam hal penguasaan

pemerintah atas segala kegiatan ekonomi masyarakat ini pemerintah Republik

Rakyat Cina (RRC) terutama pada masa Mao Zedong (1949-1976) bertindak lebih

ekstrim. Bukan hanya kegiatan ekonomi saja yang diatur pemerintah, tetapi segala

macam kehidupan masyarakat di Cina. Sistem ini lebih diperketat lagi

pelaksanaanya dengan berlakunya hukum besi “politik sebagai panglima” yang

ditekan oleh Mao Zedong sebagai pendiri RRC dan seorang yang revolusioner.

Dalam hal ini ia berpendapat bahwa yang paling terpenting dalam kehidupan

Rakyat Cina adalah “kesadaran politik yang benar” hanya dengan kesadaran

politik yang benar itulah tugas bisa dijalankan dengan benar. Tetapi terlepas dari

hal itu bahwa masa kepemimpinannya tidak berjalan dengan benar, terlalu

mementingkan politik dan menelantarkan pembangunan ekonomi.11

Reformasi ekonomi Cina dimulai era Deng Xiaoping pada tahun 1976

dimana memiliki pemikiran yang berbeda dengan Mao Zedong mengenai strategi

pembangunan yang selayaknya dijalankan RRC. Deng Xiaoping memandang

prioritas pemerataan ekonomi seperti yang digariskan Mao, memperlambat RRC

dalam mencapai kemajuan yang diharapkan. Strategi pembangunan Mao yang

radikal telah mengakibatkan biaya sosial yang besar dan membawa pengaruh

       11

(26)

buruk pada terhambatnya gerak laju pembangunan RRC. Deng Xiaoping seorang

komunis tulen tetapi berbeda dengan Mao Zedong. Deng tidak menganggap

politik sebagai panglima. Bagi Deng, pandangan politik haruslah komunis, tetapi

ekonomi tidak harus. Sebab tujuan pembangunan ekonomi China adalah

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Tidak peduli apakah jalan yang ditempuh

untuk itu ditempuh jalan kapitalis. Berkat pandangan-pandangan Deng yang

kapitalis itulah reformasi ekonomi China Daratan begemuruh.

Sesuatu hal yang baru dalam pemikiran Deng Xiaoping untuk membawa

Cina lebih maju dan bebas dari keterpurukan, dengan menerapkan emansipasi

pikiran rakyat yang hanya dipahami oleh konteks waktu. Hampir 1 milliar

manusia terbelah dalam pertarungan kelas harus disatukan dalam satu tujuan

bersama untuk mentransformasi bangsa. Kekuatan destruktif revolusi kebudayaan

harus diubah menjadi energi konstruktif untuk membangun China baru. China

pada bulan Mei 1978, dimana Deng Xiaoping mengambil langkah pertama dan

penting bagi perjalanan China menuju modernitas serta ekonomi pasar saat dia

berseru kepada rakyatnya “Kita perlu menjalankan emansipasi besar dalam pola

pikir kita.”

Perkembangan dinamika arahan top-down dan pemerintah China dan

inisiatif bottom-up, itulah sistem yang diterapkan oleh Deng Xiaoping untuk

membentuk rakyatnya dengan model yang baru yang disebut “demokrasi

vertikal.” Orang China percaya bahwa kita semua dilahirkan saling berhubungan,

dan setiap individu adalah bagian dari keseluruhan. Harmoni dengan orang lain

adalah kunci hidup ditengah masyarakat tradisional China. Akuntabilitas personal

tidak sepenting kualitas hubungan anda dengan orang disekitar anda. Dalam

gambaran ini, politik tidak dijalankan oleh partai atau politisi yang saling

bersaingan, tetapi mulai musyawarah dengan proses top-down dan botton-up.

(27)

mengalami perubahan mendasar. Dengan dimulainya emansipasi pikiran, opini

perlahan mulai beragam, dan suara dari bawah mulai didengar.12

Deng Xiaoping sangat kreatif dikembangkan dan diperkaya prinsip hidup

berdampingan secara damai dan mengembangkan hubungan persahabatan dan

kerjasama dengan semua negara-negara lain dengan meningkatkan perbedaan

antara sistem sosial dan ideologi. Deng Xiaoping diusulkan untuk membangun

tatanan internasional yang baru untuk membangun, tidak hanya tatanan ekonomi

baru internasional, tetapi orde baru politik internasional yang membangkitkan

dampak yang luar biasa dalam komunitas internasional . Ini akan menjadi tatanan

internasional yang baru yang secara diametral bertentangan dengan hegemonisme

dan politik kekuasaan dan yang bertujuan untuk mereformasi tatanan lama saat

tidak adil dan tidak masuk akal. Disini menujukkan hegemonisme dalam bentuk

apapun sekarang harus berakhir , dan harus dilakukan upaya untuk membangun

tipe baru negara -negara ke hubungan. Urusan berbagai negara harus ditangani

oleh orang-orang mereka sendiri, dan berbagai negara di dunia harus

berpartisipasi dalam urusan internasional pada pijakan yang sama. Dia

menganjurkan menggunakan ide-ide baru dan metode untuk menyelesaikan

perbedaan dan perselisihan antara negara-negara dan menentang beralih ke

penggunaan atau ancaman kekerasan.13

Reformasi ekonomi RRC pasca 1978 dibawah pemerintahan Deng

Xiaoping telah memberikan dampak kepada masyarakat untuk untuk terjun

kedalam kenyataan agar dapat menemukan cara untuk memodernisasikan

negerinya. Maka langkah yang yang dikemukakannya tersebut, sudah mantap dan

tidak akan tergoyahkan, sekalipun ia menyadari akan menghadapi berbagai

tantangan. Tetapi bagi Deng, apa yang dijalankan sekarang memang

      

12 Jhon & Doris Naisbitt. 2010. China’s Megatrends: 8 Pilar yang Membuat Dahsyat China. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 34-35

13 Chinese Party Journal Stresses Role of Deng Xiaoping Theory in Development dalam

(28)

membutuhkan ketabahan, dan bila tidak dilaksanakan masa depan RRC akan lebih

sulit lagi. Jadi, pembaharuan ekonomi RRC yang diterapkan oleh Deng Xiaoping

adalah:

1. Penghapusan Komune Rakyat

2. Penghapusan Monopoli Negara

3. Liberalisasi Usaha dan Manajemen

4. Pembukaan Diri Terhadap Modal Asing

5. Integrasi dalam Perekonomian Internasional.14

Inilah konsep Deng Xiaoping mengenai sosialisme yang dijalankan dengan

karakteristik China. Prioritas diletakkan pada pembangunan ekonomi, dengan

menggeser tekanan pada terminologi sosialisme China dengan pertumbuhan

ekonomi dan tujuan akhir kemakmuran bersama. Dalam hal ini, prinsip ekonomi

pasar adalah netral secara ideologis dan reformasi ekonomi merupakan sebuah

orientasi. Karenanya, Deng dalam pemikirannya mempromosikan peran sektor

non negara dan perdangangan, dan menjalankan secara gencar pintu terbuka

untuk menarik modal asing dan teknologi.

Unsur penting lain di luar kata kunci pembangunan dan ekonomi pasar,

adalah rasionalisasi politik dan bukan demokratisasi. Deng mendesak perbaikan

efesiensi sistem politik tanpa perubahan secara mendasar. Deng berpikir,

demokrasi yang didasarkan atas perbedaan politik akan memecah-belah RRC dan

mempersulit transisi menuju ekonomi pasar. Tetapi, otoritasme dibutuhkan.

Dalam hal ini, Deng menginginkan bentuk otoriterisme yang probisnis, sebagai

bentuk kombinasi negara yang kuat dan soft economy, dengan keberadaan partai

yang elitis untuk mendorong reformasi dan menangkal tekanan-tekanan dari

kelompok-kelompok sosial tertentu dan kepentingan-kepentingan partisipan.15

       14

Poltak Partogi Nainggolan, Ibid. Hal. 142 15

(29)

Deng Xiaoping berhasil dengan berbagai yang dibuat saat melakukan

reformasi ekonomi yang mencakup ruang lingkup aspek ekonomi makro,

perubahan pertanian, kinerja industri, energi, investasi asing, perdangangan luar

negeri dan konsumsi serta standar hidup di Cina. Hal ini yang menjadi faktor-fator

penting dalam pertumbuhan ekonomi Cina untuk meningkatkan pembangunan

dalam semua dimensi kehidupan dan menjadikan masyarakat Cina lebih

merasakan kesejahtraan dan kemakmuran. ini tidak terlepas dari badan

pemerintahan di Cina terutama dalam masa kepemimpinan Deng Xiaoping yang

menjadikan tolak ukur demi kemajuan dan perkembangan Cina jauh kedepan.16

Selain itu, adanya kekuatan penuh didalam Partai Komunis Cina (PKC)

yang dianggap sebagai partai tunggal yang memberikan pengaruh besar dalam

pemerintahan, dimana partai ini mempunyai fungsi dan peran yang sangat besar

terhadap jalannya politik di China sebagai kekuatan penuh. Partai ini selalu

mengambil langkah-langkah yang terbuka dalam menjalankan sistem yang lebih

demokratis atau pluralistis. Dimana PKC itu sendiri merupakan kekuatan penuh

yang berada dalam tubuh pemerintahan RRC yang selalau terorganisir dengan

baik. Militer juga merupakan sebagai pertahanan nasional, dimana militer China

mempunyai dua kekuatan militer yaitu militer yang dimiliki oleh kaum komunis

bernama Tentara Pembebasan Rakyata (TPR) dan militer dibawah aliran

nasionalis dengan nama Tentara Revolusioner Nasioalis. Tetapi yang menjadi

kekuatan dalam pertahanan China adalah Tentara Revolusioner Nasionalis sebagai

kekuatan utama. Hubungan Sipil-militer tidak jauh berbeda karena pemimpin

militer mempunyai jabatan di partai, begitu pula pemimpin partai mempuyai

pengalaman militer. Jadi tidak membedakan posisi militer dan sipil, bahkan

militer ikut dalam pembuatan nasional. Keterlibatan militer dalam arena politik

akan mengakibatkan terjadinya perpecahan yang berdampak pada instabilitas

       16

China Stays on Path of Reform, Opening up in post Deng Xiaoping dalam

http://search.proquest.com/docview/460928356/24A7F94F8EC94282PQ/18?accountid=50257, Pada 28 Mei 2014

(30)

politik. Ketika masa Deng Xiaoping tahun 1977, militer malakukan penarikan diri

dari dunia politik dan kembali kepada tugas militer yang berpolitik pasif. Hal ini

yang diterapakan oleh Deng, supaya tidak terlalu ikut dalam masalah-masalah

politik-ekonomi dan lebih memperkuat kekuatan nasional atau fungsi militer

daripada fungsi politik.17

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, Peneliti memiliki

ketertarikan untuk membahas perbandingan dan analisis untuk mengenal

bagaimana politik pembangunan yang dibuat oleh Indonesia dan China, terutama

di masa Soeharto dan Deng Xiaoping. Dimana kedua-duanya memiliki kekuatan

dalam menjalankan roda pemerintahan. Dimana Soeharto yang lebih menekankan

kepada pertumbuhan ekonomi dengan mempunyai beberapa elemen sebagai

kekuatan sehinggah lahirnya Orde Baru, dan dimasa Deng Xiaoping sebagai

reformasi ekonomi China. Maka dalam hal ini peneliti mengangkat judul

penelitian ini dengan “ Politik Pembangunan Indonesia-China (Studi kasus:

Terhadap Perbandingan Masa Pemerintahan Soeharto-Deng Xiaoping)”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, yang menjadi

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimana Perbandingan

Politik Pembangunan Indonesia-China di Masa pemerintahan Soeharto dan Deng Xiaoping?”

       17

(31)

1.3Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah berfungsi untuk membatasi pembahasan yang

diangkat dalam sebuah karya ilmiah/penelitian agar tidak melebar dan tetap pada

jalur permasalahan yang akan diteliti. Yang menjadi batasan masalah dalam

penelitian ini adalah objek penelitian yang dilakukan fokus pada:

1. Menggambarkan Politik Pembangunan yang telah dibuat dimasa

pemerintahan serta bidang politik, dan ekonomi oleh Soeharto dan

Deng Xiaoping.

2. Analisis pengguna dan pembedah masa pemerintahan Soeharto dan

Deng Xiaoping.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai atau didapatkan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui politik Pembangunan yang dibuat oleh pemerintah

Indonesia khususnya di masa pemerintahan Soeharto, dan politik

Republik Rakyat Cina dimasa pemerintahan Deng Xiaoping.

2. Untuk mengetahui perbandingan diantara keduanya, baik dimasa

pemerintahan Soeharto maupun masa pemerintahan Deng Xiaoping.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampuh memberikan masukan bermanfaat, baik

bagi peneliti maupun kepada semua pihak yang secara umum, yaitu:

1. Secara akademis penelitian ini bermanfaat sebagai penambah referensi

dan menambah wawasan berpikir dikalangan mahasiswa, khususnya

Departemen Ilmu Politik – FISIP USU.

2. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengasah kemampuan

(32)

melihat fenomena yang terjadi, terutama dalam melihat politik

pembangunan serta perbandingannya.

3. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan

tentang politik pembangunan yang dilakukan oleh Indonesia terutama

dimasa pemerintahan Soeharto dan Deng Xiaoping, serta menjadi

sumbangan pemikiran bagi semua kalangan dalam membuat penelitian

mengenai politik pembangunan dan perbandingan.

1.6Kerangka Teori

Landasan teori merupakan suatu yang sangat penting dalam penulisan

karya ilmiah. Fungsi dari teori itu sendiri digunakan sebagai suatu landasan

berpikir dalam menganalisis sebuah fenomena yang sedang diteliti. Teori

merupakan serangkaian asumsi, konsep dan kontruksi defensi dan proposis untuk

menerangkan sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara

konsep. Dengan kata lain, teori adalah hubungan suatu konsep dengan konsep

lainnya untuk menjelaskan fenomena tertentu.18 Dalam penelitian ini, teori yang

digunakan adalah:

1.6.1 Teori Politik Pembangunan

Teori-teori pembangunan pada umumnya berhubungan dengan

pengalaman negara-negara maju dengan menitikberatkan pada kemajuan dan

perubahan masyarakat yang dianggap mampuh menyelesaikan berbagai persoalan,

khususnya kemiskinan. Proyek-proyek pembangunan yang dilakukan oleh

negara-negara maju atau donor, biasanya ditransformasikan ke negara-negara-negara-negara

berkembang. Karena itulah perspektif-perspektif pembangunan tradisional

dinegara-negara yang kurang berkembang biasanya mengasumsikan kemungkinan

       18

(33)

pembangunan di setiap tempat, modal dan teknologi mungkin dapat disaring dari

pengalaman negara maju untuk negara kurang berkembang. Penyebaran

kapitalisme dipercayai, akan memecahkan masalah kemiskinan, kelaparan,

kesehatan, dan sebagainya. Dimana inti dari teori pembangunan adalah persoalan

perubahan sosial.19

Disamping persoalan perubahan sosial, pembangunan juga dimaknai

sebagai sebuah proses dalam demokrasi yang menekankan peran institusi dan

partai politik. Dalam kaitan ini, Burnell & Randal menegaskan bahwa

proses-proses politik yang terjadi khususnya di negara-negara berkembang sangat

berpengaruh terhadap apa dan bagaimana pembangunan direncanakan ataupun

dihasilkan. Kelompok-kelompok kepentingan, termasuk partai politik dan gerakan

civil society, para elit, pemerintahan berperanan dalam menentukan arah tujuan

pembangunan yang ingin dicapai. Dimana proses demokrasi ataupun tidak

demokrasi yang dijalankan di negara berkembang mempengaruhi bagaimana

keberhasilan dalam pembangunan.

Pandangan yang demikian, menegaskan bahwa konsep pembangunan

banyak difahami sebagai proses tahap demi tahap menuju “modernitas”.

Modernitas itu tercermin dalam bentuk kemajuan teknologi dan ekonomi seperti

yang dilakukan oleh negara-negara industri maju. Mansour Faqih menjelaskan

konsep pembangunan sebagai bentuk modernitas dan adopsi dari pengalaman

barat karena menurutnya hal ini berakar pada sejarah barat melalui apa yang

disebut Revolusi Industri. Sedangkan konsep pembangunan di Dunia ketiga,

difahami sebagai perbaikan umum dalam standar hidup. Pembangunan juga di

fahami sebagai sarana memperkuat negara, terutama melalui proses industrialisasi

yang mengikuti pola yang beragam satu negara kenegara lainnya.

       19

(34)

Menurut Warjio (2013), peran pemerintah menjadi subjek utama

pembangunan yakni memperlakukan rakyat sebagai objek, resipient atau

penerima. Pemahaman yang demikian tentang pembangunan memberikan satu

kesimpulan bahwa pembangunan sangat terkait erat dengan proses dan

kepentingan politik lembaga-lembaga internasional ataupun kepentingan negara.

Pembangunan juga merupakan hasil dari proses ataupun kepentingan elit politik

pemerintah ataupun kelompok kepentingan dalam satu negara.20

Menurut Todaro, pembangunan adalah sebuah proses multi dimensional

yang mencakup berbagai perubahan atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat

dan institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi, pertumbuhan

ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengetasan kemiskinan.

Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan

partisipasi yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai

kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan

dan kualitas yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih

besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.

Menurut Warjio (2013), Strategi pembangunan pada dasarnya adalah cara

atau jalan yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula

berdasarkan platform yang di buat. Karena itu strategi pembangunan yang baik

akan dapat menghasilkan pencapaian tujuan yang diinginkan secara efesien dan

efektif. Strategi pembangunan mestilah disesuaikan dengan kondisi, potensi yang

dimiliki dan permasalahan pokok yang dihadapi serta sumber daya yang tersedia

yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan.21

Pada hakikatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan sosial total

suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa

mengabaikan keragaman kebutuhan dan keinginan individu atau

kelompok-       20

Warjio. Ibid. Hal. 12 21

(35)

kelompok sosial yang ada didalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi

kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spritual.

Politik pembangunan sebagai satu konsep diperlukan untuk menjelaskan

bagaimana cara-cara (politik) atau strategi-strategi/aliran tertentu yang digunakan

dalam konteks pembangunan mencapai sasarannya. Cara atau strategi tertentu ini

dapat dilakukan oleh negara, institusi/organisasi ataupun partai politik. Oleh

demikian, sesungguhnya pembangunan pada nya adalah hasil dari proses politik

baik yang dilakukan oleh pemerintah dengan perang-perangkat lain seperti

lembaga, partai politik atau bahkan kelompok masyarakat. Politik pembangunan

juga diartikan sebagai cara, arah, untuk mencapai tujuan pembangunan, yang

dipilih oleh pemerintah dalam melakukan perubahan sosial ke arah yang lebih

baik berasaskan nilai-nilai yang dianut suatu negara tertentu dan pada waktu

tertentu (time specifik).22

Politik pembangunan adalah satu terminologi yang merupakan gabungan

antara konsep politik dan pembangunan. Konsep politik selama ini banyak

diartikan sebagai perebutan kekuasaan. Menurut para pakar, inti pati politik

adalah distribusi kekuasaan. Morgenthau mengistilahkan asas politik dengan the

struggle for power, perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan. Namun demikian,

dari pengertian diatas, politik sesungguhnya merupakan cara atau strategi untuk

meraih kekuasaan dan dengan itu ia dapat menginplementasikan ide, gagasan atau

ideologi perjuangan baik secara secara individu, kelompok atau negara.

Sama dengan konsep politik, pembangunan juga merupakan satu konsep

yang masih diperdebatkan dan menuai banyak kritik. Misalnya, sekelompok

pemikir yang tergabung Dag Hammarsjkjold Foundation (Swedia) mengajukan

apa yang disebut “Pembangunan yang lain” (Another Delopment).

       22

(36)

Mereka percaya pembagunan harus berorientasi kebutuhan, sanggup

mempertemukan keperluan materi dan non materi manusia, berasal dari hati

masyarakat, percaya kepada diri sendiri, yang secara tidak langsung menyatakan

bahwa setiap masyarakat intinya mengandalkan kekuatan dan sumberdayanya

sendiri, mempunyai pertimbangan ekologis, pemanfaatan secara rasional

sumberdaya biophere, dan didasarkan pada transformasi struktural serta

keseluruhan yang terpadu. Dalam satu hal, kelompok ini menolak gagasan jalan

pembangunan yang universal dan menganjurkan bahwa setiap masyarakat

memiliki strateginya sendiri.23

Tidak dapat dipungkiri, peran pemerintah, sangat besar dalam proses

pembangunan. Merujuk pada kenyataan seperti ini, pembangunan seringkali

dihubungkan dengan nasionalisme, dan akhir-akhir ini dihubungkan dengan

merujuk pada negara-negara yang sedang bangkit seperti Afrika, Asia dan

Amerika Latin. Di negara-negara ini, dapat disaksikan satu “nasionalisme baru”,

ia menjadi satu loyalitas politik umum dari satu kelompok yang berjuang untuk

memperoleh kemandirian dan lingkungan kebangsaan. Disamping pembangunan

dihubungkan dengan proses politik dan nasionalisme, pembangunan juga

dihubungkan dengan modernisasi. pembangunan yang dihubungkan dengan

modernisasi diasaskan pada asumsi pertumbuhan.

Modernisasi sebagai gerakan sosial sesungguhnya bersifat revolusioner

(perubahan cepat dari tradisi ke modern), berwatak kompleks, menjadi gerakan

global dan bertahap menjadi satu homogenisasi dan bersifat progresif. Ada

kepercayaan melalui modernisasi, pertumbuhan dapat dicapai dengan penerapan

ilmu-ilmu dan teknologi Barat kepada problem produksi. Disisi lain, ia juga

memberikan kesempatan yang luas atas bangkitnya institusi atau lembaga modern

seperti partai politik, yang menggantikan institusi nasional.24

       23

 Warjio. Politik Pembangunan Islam Pemikiran dan Implementasi. Medan: Perdana Publishing. Hal. 70-71   24

(37)

Visi pembagunan adalah kondisi objektif pembagunan yang dicita-citakan

dimasa depan dapat diwujudkan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam periode

tertentu. Bryson (1955) menjelaskan bahwa visi pembangunan didefinisikan

sebagai kondisi yang ingin dicapai dimasa depan setelah menyampaikan strategi

dan kegiatan pembangunan. Visi pembangunan yang baik adalah mengakomodasi

masalah pokok yang sangat mendasar bagi masyarakat yang dirumuskan secara

konkrit dan jelas serta dapat diwujudkan dalam kenyataan (operasinalnya) dan

bukan hal yang muluk-muluk atau sulit untuk mewujudkannya.

Dari pemahaman seperti itu dapat disimpulkan bahwa visi pembangunan

memberikan paduan mengenai apa yang hendak dicapai pada masa depan. Masa

depan yang ingin dicapai serta yang dicita-citakan. Namun demikian visi

pembangunan adalah sebuah gambaran awal yang harus berpijak pada kenyataan

yang diformulasikan dalam satu perancangan yang jelas akan menyebabkan

ketidak tercapaian tujuan pembangunan.25

Politik pembangunan sebagai pedoman dalam pembangunan nasional

memerlukan keterpaduan tata nilai, struktur, dan proses. Keterpaduan tersebut

merupakan himpunan usaha untuk mencapai efisiensi, daya guna, dan hasil guna

sebesar mungkin dalam penggunaan sumber dana dan daya nasional guna

mewujudkan tujuan nasional. Karena itu, kita memerlukan sistem manajemen

nasional. Sistem manajemen nasional berfungsi memadukan penyelenggaraan

siklus kegiatan perumusan, pelaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan

kebijaksanaan. Sistem manajemen nasional memadukan seluruh upaya manajerial

yang melibatkan pengambilan keputusan berkewenangan dalam rangka

penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan

ketertiban sosial, politik, dan administrasi.26

       25

 Ibid. Hal. 90  26

(38)

1.7 Metodologi Penelitian 1.7.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah

metode penelitian perbandingan (comparative). Metode perbandingan dapat

didasarkan atas keempat metode dalam ilmu politik seperti metode deskripsi,

analisa, teori, dan penilaian dimana objek yang ingin diperbandingkan sudah

diketahui sebelumnya. Perbandingan tersebut diadakan antara dua objek atau lebih

untuk menambah atau memperdalam pengetahuan tentang objek yang diselidiki.

Salah satu syarat utama dalam metode perbandingan adalah harus memiliki kedua

objek atau lebih yang ingin diperbandingkan dan memiliki persamaan-persamaan

tertentu disamping perbedaan yang ada27.

Studi perbandingan adalah bidang di dalam Ilmu Politik yang acap kali

mengalami berbagai perubahan yang disesuaikan dengan studi intensif untuk

mengurangi kekakuan dalam sistem politik yang ada. Perbandingan melibatkan

sebuah abstraksi situasi atau proses konkrit yang tidak pernah dibandingkan

semata, setiap fenomena diharapkan merupakan peristiwa yang unik setiap

manifestasi adalah unik, setiap individu dan perilakunya adalah unik. Melakukan

perbandingan dalam studi politik, hanya akan memberikan sebuah teori politik

yang secara umum, tetapi secara perlahan melalui berbagai proses akan terjadi

pengembangan kondisi. Singkatnya pendekatan yang nantinya dilakukan dalam

proses memperbandingkan juga akan menentukan deskripsi pendekatan, apakah

akan terbatas pada pendekatan lembaga pemerintahan yang dibentuk secara

formal atau lebih pada sebuah kontekstual dalam pembongkaran

kekuatan-kekuatan politik yang melatarbelakangi yaitu ideologi.28

Secara garis besar tinjauan didalam perbandingan ilmu politik dari awal

perkembangannya sampai dengan kondisi politik yang mutakhir, terdapat

       27

F. Isjwara. 1974. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Bina Cipta. Hal. 57 28

(39)

beberapa teori yang mendukung yakni, Teori sistem, seperti apa yang diuatarakan

David Easton didalam bukunya “The Political System), yang memuat mengenai

konsep input dan out put politik, tuntutan dan dukungan serta umpan balik

terhadap keseluruhan sistem yang saling berhubungan. Kedua, Teori Budaya,

berangkat dari karya tradisional tentang budaya dalam dunia antopologi, studi

sosialisasi dan kelompok-kelompok kecil dalam sosisologi, serta konsep

kebudayaan yang dikaitkan dengan konsep negara dan budaya-budaya nasional.

Ketiga, Teori Pembangunan, kemunculan negara di dunia ketiga mendorong

kemunculan teori ini, yang tercurahkan pada wawasan keterbelakangan dan

potensi untuk memajukan diri untuk tumbuh dan berkembang menjadi sebuah

bangsa, yang kesemua terkait dalam pola modernisasi politik.29

1.7.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode perbandingan. Dengan

metode kualitatif, selain untuk mengungkapkan dan memahami sesuatu hal yang

baru dan sedikit diketahui, metode kualitatif juga akan memberikan rincian

tentang suatu fenomena yang sulit diungkap oleh penelitian kuantitatif30.

Penelitian kualitatif dalam perbandingan masa pemerintahan Soeharto dan masa

pemerintahan Deng Xiaoping dalam menentukan arah politik pembangunan yang

akan diambil dalam masa pemerintahan.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan data

sekunder yang merupakan data primer, dimana data yang diperoleh atau

dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan

      

29 Ronald Chilcote. 2002. Teori Perbandingan Politik. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada. Hal. 11-13 30

(40)

kedua). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder dari data yang dibutuhkan.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini data sekunder nantinya didapatkan

dari literatur, buku dan media cetak lainnya atau internet. Adapun literatur yang

dianggap relevan adalah buku-buku politik yang berkaitan dengan masa

pemerintahan Indonesia khususnya pemerintahan Soeharto dan pemerintah Deng

Xiaoping.

1.7.4 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan guna mencari makna dan implikasi

yang lebih luas dari hasil-hasil penelitian. Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan teknik analisis data deskriptif, dimana teknik ini melakukan analisa

atas masalah yang ada sehinggah di peroleh gambaran yang jelas tentang objek

(41)

1.8Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penelitian ini, maka

penulisan dilakukan secara terperinci dan sistematis sebagai salah satu syarat

penelitian ilmiah, maka dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan dan menjelaskan mengenai latar

belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, kerangka teoritis, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN POLITIK PEMBANGUNAN INDONESIA-CINA SERTA PROFIl MASA PEMERINTAHAN SOEHARTO-DENG XIAOPING.

Bab ini akan mendeskripsikan bagaimana politik pembangunan

yang telah dibuat oleh Indonesia terutama dalam masa

pemerintahan Soeharto, dan politik pada masa pemerintah Deng

Xiaoping, serta dibidang ekonomi, dan politik.. Selain itu, dalam

bab ini akan memaparkan biografi dari kedua tokoh tersebut untuk

mengetahui awal karir sehinggah masuk dalam badan

pemerintahan dan menjadi orang yang berpengaruh dalam masa

pemerintahan sehinggah menjadi seorang pemimpin.

(42)

Dalam bab ini akan lebih mendalam membahas bagaimana politik

pembangunan masa pemerintahan Soeharto dan masa

pemerintahan Deng Xiaoping serta analisis perbandingannya dalam

membuat politik pembangunan.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini akan berisi kesimpulan, saran dan implikasi teoritis

(43)

BAB II

GAMBARAN POLITIK PEMBANGUNAN SERTA PROFIL MASA PEMERINTAHAN SOEHARTO DAN DENG XIAOPING

II.1 Biografi Kepemimpinan dan Perjalanan Karir Soeharto

Jenderal TNI Purnawirawan H.M Soeharto adalah Presiden Republik

Indonesia yang kedua. Lahir di desa Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta pada

tanggal 8 Juni 1921 dari pasangan Kertosudiro (ayah) dan Sukirah (ibu). Soeharto

dari keluarga petani miskin, yang kedua orang tuanya bercerai. Kemudian, ia

dititipkan kepada bulik dan pamannya, Prawirodihardjo, yang adalah seorang

pegawai mantri tani di kawedan Wuryantoro. Soeharto disekolahkan dan

dibesarkan bersama dengan saudara-saudaranya, putra Pak Prawirodihardjo.

Sewaktu masih di Kemusuk, sebagaimana juga anak-anak desa lainnya,

Soeharto saat kecil sangat senang bermain disawah. Ia pandai menangkap belut

dan tak pernah melewatkan kesempatan mencicipi nikmatnya belut panggang.

Permainan kesukaanya dimasa kanak-kanak ialah plinteng dan bandil, bikinannya

sendiri.

Soeharto menikah dengan Siti Hartinah yang lebih dikenal dengan nama

Ibu Tien pada tanggal 26 Desember 1947, di Solo. Pasangan ini dikarunia tiga

orang putra dan tiga orang putri yaitu: Siti Hardijanti Hastuti (Tutut), Sigit

Harjojudanto (Sigit), Bambang Trihatmodjo (Bambang), Siti Hediati Harjadi

(Titik), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih

(Mamiek).31

       31

(44)

Pendidikan umum yang pernah ditempuh Soeharto adalah Sekolah Dasar

(Ongko Loro), di Kemusuk (1929-1931), Sekolah Rakyat di Wuryantoro

(1931-1935), SMP di Yogyakarta (1935-1939), dan SMA di Semarang (1956).

Jalan panjang dan berliku memang dilalui Soeharto. Karirnya dimulai dari

lapis terbawah hinggah kelapis tertinggi. Riwayat pekerjaan dan jabatan Soeharto

begitu panjang, bahkan sempat pula bekerja sebagai pegawai saat belum

memasuki militer yang kemudian membawanya kejenjang karirnya yang lebih

tinggi, yaitu pada tahun 1940, Soeharto bekerja sebagai pembantu klerk bank desa

di Wuryantoro.

Kemudian karir Soeharto Sebagai militer dimulai ketika jaman Belanda, ia

memasuki Sekolah Dasar Militer (1940), Sekolah Kader Kopral (1940), Sekolah

Kader Sersan (1941), kemudian dijaman jepang menjadi Anggota Kepolisian di

Yogyakarta (1942), Shodancho PETA (1943), Tjudancho PETA (1944). Selama

tahun 1945-1950, Soeharto terlibat secara langsung dalam perjuangan

Kemerdekaan Republik Indonesia.

Selama kurun waktu itu, Soeharto memegang jabatan sebagai Komandan

Kompi, Komandan Batalion A, Komandan Brigade, Komandan WK (Wehr

Kreise) Yogyakarta. Pada tahun 1950 Soeharto menjabat sebagai Komandan

Brigade Pragola Solo (1951-1953) dan Komandan Resimen 15 (1953-1956).32

Pada tahun 1956 Soeharto menjabat sebagai Perwira Menengah yang

diperbantukan Kastaf untuk mengikuti Planning SUAD. Kemudian Soeharto

ditunjuk untuk menjabat sebagai Kepala Staf Teritorial IV, Semarang (1956).

Jabatan selanjutnya adalah Pejabat Panglima Teritorial IV/Png Terr.IV Semarang

(1956-1959) sekaligus merangkap sebagai Dewan Kurator AMN (1957-1959),

Deputy I Kasad (1960-1961), Deputy I Kasad merangkap Ketua Adhoc Retolong

Depad, merangkap Panglima Korsp Tentara I Tjaduad. Merangkap Panglima

       32

(45)

Konud AD (1961), Panglima Konud AD (1961). Panglima Mandala (1962-1963),

Panglima KOSTRAD (1963-1965). Menteri Pangad/Kastaf KOTI dan Menteri

Panglima AD pada tanggal 1 Juli 1966.

Usai menangani pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965, Soeharto

tampil bagaikan sebuah sinar terang. Karena keberaniannya, seluruh bangsa

Indonesia pada waktu itu melihat Soeharto sebagai sosok yang layak dan pantas

untuk menjadi pemimpin bangsa. Soeharto pun akhirnya menuju kepuncak

karirnya, setelah melewati kepemimpinan secara tahap demi tahap. Langkah demi

langkah, penuh perjuangan yang tidak mudah, namun ia lakoni terus dengan bijak.

Pada Tanggal 12 Maret 1967 Soeharto dipercaya menjabat sebagai pejabat

Presiden RI sampai tanggal 27 Maret 1968, sebelum kemudian dipercaya menjadi

Presiden RI secara definitip. Pada pemilihan umum berikutnya, tahun 1971,

Soeharto kembali dipercaya rakyat untuk memimpin bangsa sebagai Presiden RI.

Selanjutnya secara berturut-turut pada pemilu tahun 1977, pemilu tahun 1982,

pemilu tahun 1987, pemilu tahun 1992 dan pemilu tahun 1997 terpilih sebagai

Presiden RI hinggah akhirnya, ia mengundurkan diri secara konstitusional sebagai

Presiden RI pada 21 Mei 1998.33

II.2 Gambaran Politik Pembangunan Soeharto

Pembangunan merupakan usaha kita untuk hidup terhormat sebagai

manusia dan sebagai bangsa yang berada di tengah-tengah kehidupan dan

pergaulan antar bangsa. Karena itu usaha kita bukan sekedar perwujudan sikap

pragmatis melainkan benar-benar merupakan perwujudan semangat idealisme.

Dengan demikian, apa yang kita lakukan bukan dimaksudkan hanya untuk

mempertahankan hidup melainkan untuk mengisi dan memberi makna pada hidup

kita , baik sebagai manusia maupun sebagai bangsa.

       33

(46)

Ungkapan pandangan yang falsafi ini diutaraan oleh Soeharto kepada

tokoh-tokoh pemuda perserta penataran p4 tingkat nasional di jakarta pada tanggal

27 Juni 1978.

Dalam pandangan Soeharto diatas terdapat beberapa esensi pembangunan

bangsa kita. Pertama, kehormatan sebagai manusia dan sebagai bangsa. Kedua,

pragmatisme dan idealisme. Ketiga, mengisi dan memberi makna hidup manusia

dan bangsa Indonesia. Pembangunan adalah usaha manusia di muka bunmi untuk

mencapai tujuan hidupnya. Kesejahteraan lahir dan batin. Bagi bangsa Indonesia ,

hal ini telah dengan sadar dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 sebagai salah satu tujuan nasionalnya mewujudkan kesejahteraan umum.34

II.2.1 Trilogi Pembangunan

Untuk membangun bangsa indonesia dari keterpurukan, Soeharto tentu

memiliki konsep dasar sebagai landasan ia bekerja. Untuk itu, Soeharto

memperkenalkan konsep Trilogi Pembangunan pada awal pelita I.

Soeharto membangun fondasi pembangunan Indonesia yang dikenal

dengan “Akselarasi Pembangunan 25 tahun dengan 8 jalur pemerataan” dengan

konsep dasar Trilogi Pembangunan, yaitu Stabilitas Nasional, Pertumbuhan

Ekonomi dan Pemerataan. Ini artinya, stabilitas nasional mutlak diperlukan bila

pertumbuhan ekonomi akan digalakkan atau dilaksanakan. Bila pertumbuhan

ekonomi berjalan, maka pemerataan pembangunan menjadi tujuan dan dapat

dilaksanakan. Karena itu bagi Soeharto, rehabilitasi politik dalam rangka stabilitas

nasional menjadi perlu. Berikutnya, mengacu kepada pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan di segala bidang, hinggah bermuara pada pemerataan hasil-hasil

pembangunan bagi seluruh bangsa Indonesia.

       34

(47)

Soeharto menetapkan Trilogi pembangunan, yaitu:

1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya akan menuju tercapainya

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis pada gilirannya berbuah

pada kemajuan bangsa dan rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Soeharto meletakkan dasar-dasar pembangunan berkelanjutan melalui

Pelita, dan menetapkan Trilogi Pembangunan sebagai starategi untuk tinggal

landas menuju masyarakat Indonesia yang adil dan sejahtera. Stabilitas nasional

dibutuhkan agar bisa dilakukan pembangunan (pertumbuhan ekonomi) dan setelah

adanya pertumbuhan ekonomi maka dapat dilakukan pemerataaan. Maka menurut

Soeharto, stabilitas nasional diperlukan untuk kelancaran pembangunan, juga

untuk menarik minat para investor asing guna ikut menggerakkan roda ekonomi

dan membuka lapangan kerja. Sebab, tanpa pertumbuhan ekonomi tidak akan ada

pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Trilogi Pembangunan, Stabilitas Nasional, Pertumbuhan Ekonomi dan

Pemerataan, adalah memang strategi kunci pembangunan yang dilaksanakan

dalam pemerintahan Soeharto. Hal ini juga ditiru oleh negara-negara tetangga kita

seperti Singapura dan Malaysia yang sangat efektif dalam melaksanakan

demokrasi. Karena itu kedua negara tersebut hinggah kini terus mengalami

kemajuan.

Di Singapura, misalnya, pada awal pertumbuhannya hanya terdapat sebuah

koran saja guna mengamankan stabilitas di dalam negeri. Sementara itu, Malaysia

di bawah kepemimpinan Mahatir Mohammad sangat mengutamakan stabilitas

(48)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan Dari semua pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat lebih berorientasi kepada lima

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui adakah hubungan yang positif dan signifikan antara Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Politik

Pada kerjasama perdagangan internasional di antara kedua Negara tersebut, masing-masing Negara (Indonesia-cina) memiliki keunggulan kompartif sehingga efisiensi perdagangan

sistem perwakilan politik dalam parlemen atau MPR RI antara lain; a) adanya ketidakjelasan representatif politik, karena banyaknya anggota yang diangkat ketimbang

Seluruh staff pengajar dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, terkhusus Departemen Ilmu Politik yang telah memberikan dukungan moril

Selanjutnya, kedua belah pihak menandatangani delapan dokumen kerja sama, yang meliputi MoU Kerja sama Ekonomi antara Menko Perekonomian RI dengan Komisi Nasional Pembangunan

Dan yang terahir dibentuklah rencana Pembangunan Lima Tahun yang Keenam (PELITA VI) dengan rencana-rencana pembanngunan yang tujuan utamanya adalah sektor ekonomi

politik non lokal yang mempunyai arti tokoh masyararkat yang tidak bergelut dalam urusan politik praktis namun menjadi patron masyarakat dalam setiap urusan sosali kehidupan, seperti