CITRA HANDAYANI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Re-Desain Taman
Tegalega Bandung sebagai Taman Evakuasi Bencana Banjir” adalah benar karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Evakuasi Bencana Banjir. Dibimbing oleh FITRIYAH NURUL H. UTAMI.
Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang berpotensi terkena bencana banjir saat musim hujan, khususnya di daerah Bandung Selatan. Adanya kemungkinan tersebut membuat pemerintah Kota Bandung merencanakan upaya mitigasi berupa penyediaan ruang evakuasi di Taman Tegalega Bandung yang tertuang dalam RTRW Kota Bandung Tahun 2011-2031. Taman evakuasi merupakan salah satu upaya mitigasi dalam penyediaan ruang evakuasi. Taman evakuasi memiliki fungsi sebagai taman kota pada hari-hari biasa dan dapat menjadi tempat evakuasi saat terjadi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain taman evakuasi yang memenuhi kedua fungsi tersebut. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial untuk menentukan area yang sesuai sebagai taman evakuasi, analisis deskriptif untuk menganalisis aspek sosial dan budaya serta sejarah bencana banjir di Bandung, dan analisis kuantitatif untuk menghitung jarak jalur evakuasi, suhu termal optimum, dan daya dukung. Hasil akhir dari penelitian ini adalah desain Taman Tegalega dengan stilasi Bandung Lautan Api sebagai konsep desain yang dijelaskan dalam bentuk rencana tapak, gambar detail, dan perspektif.
Kata kunci: Taman Tegalega Bandung, Re-Desain Taman Kota, Taman Evakuasi Banjir, Taman Kota sebagai Taman Evakuasi.
ABSTRACT
CITRA HANDAYANI. Re-Design of Tegalega Park in Bandung for Flood Evacuation Park. Supervised by FITRIYAH NURUL H. UTAMI.
Bandung is one several the cities in Indonesia which potentially exposed to floods during the rainy season, especially in the South of Bandung. The existence of that possibility make the government plan to build an evacuation area in Tegalega Park in Bandung which contained in the RTRW of Bandung City year 2011-2031. Evacuation park is one of the mitigation measures to prepare an evacuation area. Evacuation park has functions as a park in common for recreation and also can be an evacuation area when disaster happen. The research purpose is to design flood evacuation area in Tegalega Park in Bandung which has both of these functions. The methods applied were spatial analysis to determine the area of evacuation park in Tegalega Park, descriptive analysis to analyze social and cultural aspect as well as history of flood disaster in Bandung, and quantitative analysis to quantify evacuation road distance, adaptive thermal comfort, and carrying capacity. The result of this research is design of Tegalega Park which stilasi Bandung Lautan Api as a design concept and will be explained by site plan, detail drawings, and perspective drawings.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
CITRA HANDAYANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Re-desain Taman Tegalega Bandung sebagai Taman Evakuasi Bencana Banjir” dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukugan dan bimbingan dari pihak-pihak yang terkait. Ucapan terimakasih penulis persembahkan kepada:
1. Ibu Fitriyah Nurul H. Utami, ST, MT selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan semangat selama penulisan skripsi hingga penulis dapat menyelesaikannya;
2. Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.SC selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa;
3. Keluarga yang selalu memberikan doa, dorongan dan semangat, serta kesabaran yang diberikan kepada penulis;
4. Pihak yang terkait dalam penelitian ini atas kesediannya dalam menyediakan waktu dan tenaga untuk membantu penulis dalam pengumpulan data; dan 5. Keluarga Besar Arsitektur Lanskap khusunya angkatan 47 atas
kebersamaannya, Achi dan Seba yang telah membantu pengambilan data, serta Sam teman sebimbingan yang selalu memberikan semangat.
Penelitian ini membahas mengenai re-desain Taman Tegalega Bandung sebagai taman evakuasi bencana banjir, sehingga Taman Tegalega tidak hanya dapat difungsikan sebagai taman kota tetapi juga sebagai tempat evakuasi bencana banjir. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran diperlukan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
DAFTAR GAMBAR viii
Resiko Bencana Banjir di Bandung 3
Upaya Mitigasi Bencana Banjir 5
Taman Kota 7
Taman Kota sebagai Taman Evakuasi Bencana 8
METODOLOGI 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Kondisi Umum 13
Kawasan Bandung Selatan 13
Lokasi dan Batas Kawasan Bandung Selatan 13
Topografi dan Kemiringan Lahan 14
Iklim 14
Sejarah Bencana Banjir di Kawasan Bandung Selatan 14
Sosial dan Budaya 19
Taman Tegalega Bandung 20
Aspek Fisik dan Biofisik 20
Lokasi dan Batas Tapak 20
Topografi dan Kemiringan Lahan 20
Iklim 23
Vegetasi dan Satwa 23
Aksesibilitas dan Sirkulasi 26
Fasilitas dan Utilitas 27
Aspek Sosial 27
Pengguna 27
Pengelola 29
Aspek Legal 30
Analisis dan Sintesis 30
Analisis Bencana Banjir 30
Analisis Potensi Taman Tegalega sebagai Tempat Evakuasi
Bencana Banjir 31
Zona Banjir, Fasilitas Kesehatan, dan Area Berbahaya 31
Jalur Evakuasi 31
Hidrologi 40
Iklim 40
Vegetasi dan Satwa 43
Visual 44
Analisis Aspek Sosial 44
Analisis Aspek Legal 44
Konsep 46
Konsep Dasar 46
Konsep Desain 47
Pengembangan Konsep 48
Konsep Ruang 48
Konsep Sirkulasi 49
Konsep Vegetasi 49
Konsep Fasilitas dan Utilitas 52
Block plan 52
Re- Desain Taman Tegalega 52
Area Historis, Ekologis, dan Sosial 55
Area Mitigasi Bencana Banjir 55
Daya Tampung 66
Detail Desain 67
Bench 67
Sirkulasi 67
Rambu Evakuasi 68
Tenda Pengungsi, Posko Bencana, dan Posko Kesehatan 68
Mushola dan Toilet 69
Gudang Logistik 69
Planting Plan 70
SIMPULAN DAN SARAN 85
Simpulan 85
Saran 85
DAFTAR PUSTAKA 86
2 Jenis, Bentuk, dan Sumber Data 10 3 Kriteria Kesesuaian Aspek Fisik dan Sosial Tempat Evakuasi 11
4 Klasifikasi Topografi Kawasan Bandung Selatan 14
5 Rekapitulasi Kejadian Banjir Tahun 2013-Maret 2014 15
6 Perkiraan Penduduk WP. Baleendah Korban Banjir 19
7 Data Klimatologi Kota Bandung Tahun 2013 23
8 Jenis Vegetasi Eksisting di Taman Tegalega 23
9 Jenis Burung di Taman Tegalega 26
10 Jumlah Pengunjung Taman Tegalega (Januari-Februari 2014) 29
11 Retribusi di Taman Tegalega Bandung 29
12 Fasilitas dan Utilitas Saat Kondisi Normal dan Kondisi Evakuasi 52
13 Daya Tampung Fasilitas di Area Evakuasi Bencana 66
14 Daftar Tanaman yang Direncanakan Pada Area Evakuasi Bencana 75
DAFTAR GAMBAR
1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian 2
2 Grafik Jumlah Bencana Banjir Setiap Provinsi di Indonesia Tahun 2001-2010 4 3 Grafik Jumlah Bencana Banjir Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2001-2010 4
4 Beberapa Sarana dan Prasarana untuk Tempat Evakuasi 6
5 Taman Evakuasi di Jepang 8
6 Peta Orientasi Lokasi Penelitian 9
7 Bagan Tahapan Penelitian 12
8 Peta Wilayah Pengembangan Baleendah 16
9 Peta Bahaya Banjir Kawasan Bandung Selatan 17
10 Peta Ancaman Banjir DAS Citarum 18
11 Peta Batas Tapak Taman Tegalega 20
12 Kondisi Umum Taman Tegalega 21
13 Peta Kontur Taman Tegalega 22
14 Vegetasi yang terdapat di Taman Tegalega 26
15 Peta Aksesibilitas dan Sirkulasi Taman Tegalega 27
16 Fasilitas di Taman Tegalega 28
17 Skema Ruang Evakuasi Berdasarkan Luasan Wilayah 30
18 Analisis Lokasi Taman Tegalega terhadap Zona Banjir 32 19 Analisis Taman Tegalega terhadap Rumah Sakit Terdekat 33
20 Analisis Taman Tegalega terhadap Area Industri 34
21 Posisi Taman Tegalega dan Jalur Evakuasi 35
22 Analisis Jalur Evakuasi 36
23 Jalur Evakuasi dan Aksesibilitas Menuju Taman Tegalega 37
24 Area yang Harus Dipertahankan pada Taman Tegalega 38
25 Potensi dan Kendala Taman Tegalega 39
26 Analisis Aksesibilitas dan Sirkulasi Taman Tegalega 41
31 Stilasi Bandung Lautan Api 47
38 Perbesaran Siteplan AreaEvakuasi 57
39 Perspektif Area Evakuasi 57
40 Gambar Potongan 58
41 Siteplan Tempat Tenda Evakuasi 60
42 Perspektif Tempat Tenda Evakuasi 60
43 Siteplan Tempat Makan dan Dapur Umum 61
44 Perspektif Tempat Makan dan Dapur Umum 61
45 Siteplan Children Playground 62
46 Perspektif Children Playground 62
47 Siteplan Jalur Refleksi 63
48 Perspektif Jalur Refleksi 63
49 Siteplan Mushola dan Toilet 64
50 Perspekif Mushola dan Toilet 64
51 Siteplan Tempat Parkir Kendaraan 65
52 Perspektif Tempat Parkir Kendaraan 65
53 Material Bench 67
54 Material Sirkulasi 68
55 Material Rambu Evakuasi 68
56 Material Tenda Pengungsi, Posko Bencana, dan Posko Kesehatan 69
57 Material Mushola dan Toilet 69
58 Detil Bench 71
66 Detil Shelter dan Gudang Logistik 79
67 Planting Plan Pohon 80
68 Planting Plan Semak 1 81
69 Planting Plan Semak 2 82
70 Planting Plan Semak 3 83
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara di daerah tropis memiliki sumberdaya alam yang begitu melimpah baik di darat maupun di laut, namun Indonesia juga memiliki banyak permasalahan yang perlu dibenahi, salah satunya adalah masalah lingkungan. Masalah lingkungan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu bencana akibat dari peristiwa alam atau akibat dari aktivitas dan kegiatan manusia, bahkan bisa secara bersamaan diakibatkan oleh alam dan manusia (Kodoatie, 2013).
Sebagai negara dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan, bencana banjir merupakan salah satu bencana yang mengancam negara ini. Indonesia merupakan negara yang sering mengalami bencana ini tiap tahunnya setiap musim penghujan. Salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat yang berada di peringkat ketiga berdasarkan data jumlah bencana banjir setiap provinsi di Indonesia tahun 2002-2010 (Suprapto, 2011). Eksploitasi alam yang berlebihan, perubahan tata guna lahan yang tak terkendali, dan menurunnya daya dukung lingkungan akibat dari urbanisasi yang terjadi secara signifikan di Jawa Barat mengakibatkan degradasi lingkungan, sehingga memicu bencana banjir di setiap musim penghujan karena minimnya daerah resapan atau penampung air (Kodoatie, 2013).
Bencana banjir yang terjadi di setiap musim penghujan mengakibatkan kerugian baik dari segi sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Kerugian dan kerusakan yang diperoleh dari bencana tersebut tiap tahunnya lebih besar dibandingkan jika dilakukan penanganan dini untuk meminimalisir bencana banjir tersebut. Penanggulangan bencana banjir dapat dilakukan dengan upaya mitigasi, salah satunya adalah penyediaan ruang evakuasi bencana.
Berdasarkan profil Kota Bandung tahun 2005, Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologinya berupa cekungan raksasa. Kota Bandung juga dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum. Sebelah selatan Kota Bandung merupakan kawasan dataran yang lebih rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan daerah Bandung Selatan memiliki resiko sebagai daerah yang rawan terhadap bencana banjir, terutama pada musim hujan. Hal ini ditunjukkan dari data jumlah bencana banjir di setiap kota atau kabupaten di Provinsi Jawa Barat tahun 2002-2010 yang menunjukkan Bandung berada di peringkat pertama (Suprapto, 2011). Menindaklanjuti hal tersebut, sebagai upaya mitigasi menghadapi bencana banjir di Bandung Selatan, Pemerintah Kota Bandung dalam RTRW 2011-2031 berencana menjadikan salah satu taman kota, yaitu Taman Tegalega sebagai tempat evakuasi apabila terjadi bencana banjir (Pemerintah Kota Bandung, 2011).
Penelitian yang lebih mendalam diperlukan untuk mengidentifikasi area banjir di daerah Bandung Selatan serta potensi Taman Tegalega sebagai tempat evakuasi bencana banjir agar Taman Tegalega dapat difungsikan sebagai tempat evakuasi terencana dengan baik. Selain itu, Taman Tegalega dengan fungsi utamanya sebagai taman kota juga memerlukan perbaikan desain agar dapat memadukan fungsi Taman Tegalega sebagai taman kota dan juga sebagai tempat evakuasi serta memperbaiki kondisi Taman Tegalega.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. mengidentifikasi area banjir di daerah Bandung Selatan,
2. menganalisis potensi Taman Tegalega Bandung sebagai taman evakuasi bencana banjir, dan
3. mendesain Taman Tegalega Bandung sebagai taman evakuasi bencana banjir.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai masukan dan pertimbangan desain Taman Tegalega sebagai taman evakuasi bencana banjir bagi Pemerintah Kota Bandung terkait Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2011-2031 dalam pengembangan ruang evakuasi bencana banjir di Taman Tegalega serta bagi pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan evakuasi.
Kerangka Pikir
Salah satu program dalam RTRW Kota Bandung 2011-2031 adalah pengembangan ruang evakuasi bencana banjir di Taman Tegalega. Proses perancangan dilakukan secara bertahap hingga dihasilkan gambar lengkap yang dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi Pemerintah Kota Bandung dalam merancang taman evakuasi di Taman Tegalega. Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Bencana Banjir
Banjir adalah air yang melebihi kapasitas tampung di dalam tanah, saluran air, sungai, danau, atau laut, sehingga air meluap dan mengalir cukup deras menggenangi daratan atau daerah yang lebih rendah disekitarnya. Hal itu sesuai dengan sifat air yang selalu mengalir dan mencari tempat-tempat yang lebih rendah (Kristianto, 2010).
Banjir dan genangan yang terjadi di suatu lokasi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan klasifikasi penyebab banjir oleh tindakan manusia, diantaranya adalah perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai, pembuangan sampah, erosi dan sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang sungai atau drainase, perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai, bendungan dan bangunan air, serta kerusakan bangunan pengendali banjir. Berdasarkan klasifikasi penyebab banjir akibat peristiwa alam, diantaranya adalah curah hujan dalam jangka waktu yang panjang, pengaruh fisiografi atau geofisik sungai, pengaruh air pasang, serta penurunan tanah dan rob (Kodoatie, 2013).
Menurut Kristianto (2010), berdasarkan proses terjadinya, secara umum banjir dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. banjir bandang, merupakan banjir yang terjadi di daerah permukaan rendah akibat hujan yang turun terus-menerus dan muncul secara tiba-tiba,
2. banjir sungai, yaitu banjir yang diakibatkan oleh curah hujan yang terjadi di daerah aliran sungai secara luas dan berlangsung cukup lama sehingga meluap dan menggenangi daerah disekitarnya akibat tidak tertampung oleh sungai, dan 3. banjir pantai, yaitu banjir yang terkait dengan badai tropis yang dipicu oleh
angin kencang di sepanjang pantai.
Akibat dari bencana banjir tersebut akan menimbulkan kerusakan dan masalah. Kerusakan dan masalah yang ditimbulkan oleh bencana banjir diantaranya adalah kerusakan fisik, yaitu rusaknya struktur terbangun yang terdapat di suatu daerah yang terkena bencana banjir. Selain itu, korban jiwa dan timbulnya penyakit yang dapat menjangkiti masyarakat juga merupakan masalah yang ditimbulkan oleh bencana banjir (Kristianto, 2010).
Resiko Bencana Banjir di Bandung
Sumber: Suprapto (2011)
Gambar 2 Grafik Jumlah Bencana Banjir Setiap Provinsi di Indonesia Tahun 2001-2010.
Sumber: Suprapto (2011)
Gambar 3 Grafik Jumlah Bencana Banjir Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2001-2010.
Provinsi Jawa Barat sebanyak 410 kali
Bandung
Bandung berada pada ketinggian rata-rata ± 768 mdpl, dengan ketinggian tertinggi yang berada di daerah Bandung Utara, yaitu ± 1050 mdpl dan terendah berada di daerah Bandung Selatan dengan ketinggian ± 675 mdpl. Selain morfologi Bandung yang seperti cekungan karena dikelilingi oleh pegunungan, Bandung juga dialiri oleh Sungai Citarum yang memiliki 12 anak sungai utama yang bermuara di daerah Bandung Selatan, sehingga mengakibatkan daerah Bandung Selatan yang berada pada titik terendah di Bandung beresiko terkena bencana banjir (Pemerintah Kota Bandung, 2005). Hal ini juga diperparah dengan adanya pembangunan yang melampaui daya dukung, ditunjukkan oleh data kerusakan hutan di kawasan Bandung Selatan, yaitu pada 2010 kerusakan hutan mencapai 11,71 % dari 60.844,90 ha atau sekitar 7.124, 94 ha (Bapedas Citarum, 2011 dalam Pemerintah Kabupaten Bandung, 2012).
Berdasarkan proses terjadinya banjir yang telah dijelaskan di sub bab sebelumnya, bencana banjir yang terjadi di Bandung dapat digolongkan menjadi banjir sungai, yaitu banjir yang terjadi akibat curah hujan di daerah aliran sungai dan meluap akibat kurangnya kapasitas daya tampung sungai, sehingga menggenangi daerah disekitarnya yang lebih rendah.
Upaya Mitigasi Bencana Banjir
Mitigasi bencana berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Upaya untuk mengurangi resiko bencana tersebut terbagi menjadi upaya pemerintah bersama masyarakat seperti membangun sarana dan prasarana pengendali banjir dan upaya mitigasi dengan kegiatan non-fisik, seperti melakukan penghijauan, mengelola daerah banjir dengan baik, ataupun membuat peta rawan banjir serta upaya masyarakat dan perseorangan seperti menjaga kebersihan lingkungan dengan baik (Kristianto, 2010).
Salah satu bagian dari proses mitigasi bencana banjir adalah memperkirakan faktor resiko bencana banjir. Memperkirakan faktor resiko bencana banjir terdiri atas tiga kegiatan, yaitu menilai kemungkinan resiko bencana, mendata prasarana masyarakat, dan mendata jumlah rumah sakit atau klinik terdekat (Kristianto, 2010).
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan apabila bencana banjir telah terjadi adalah melakukan evakuasi terhadap masyarakat yang menjadi korban bencana banjir. Berdasarkan Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta (2013) dalam Penyusunan Standar RTH Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta sebagai Ruang Mitigasi Bencana, hal yang penting dalam kegiatan evakuasi adalah tersedianya ruang yang berada pada lokasi yang aman dari bencana banjir serta mampu mengakomodasi korban bencana banjir, baik dari segi kesehatan, ibadah, maupun rekreasi.
menanggulangi bencana. Sarana dan prasarana ini terbagi menjadi dua, yaitu sarana dan prasarana umum serta sarana dan prasarana khusus.
Sarana dan prasarana umum yang terkait secara spasial meliputi:
1. posko bencana beserta perlengkapan pendukung seperti peta lokasi bencana, alat komunikasi, tenda darurat, genset (alat penerangan), kantong-kantong mayat dan lain-lain,
2. rute dan lokasi evakuasi pengungsi,
3. dapur umum berikut kelengkapan logistiknya, 4. pos kesehatan dengan tenaga medis dan obat-obatan,
5. tenda-tenda darurat untuk penampungan dan evakuasi pengungsi, penyiapan valbed serta penyiapan tandu dan alat perlengkapan lainnya,
6. sarana air bersih dan sarana sanitasi/MCK di tempat evakuasi pengungsi dengan memisahkan sarana sanitasi/MCK untuk laki-laki dan perempuan, dan
7. lokasi sementara bagi pengungsi.
Sarana dan prasarana khusus meliputi:
1. media center sebagai pusat informasi yang mudah diakses dan dijangkau oleh masyarakat,
2. rumah sakit lapangan beserta dukungan alat kelengkapan kesehatan,
3. trauma centre oleh pemerintah daerah ataupun lembaga masyarakat peduli bencana yang berfungsi untuk memulihkan kondisi psikologis masyarakat korban bencana, dan
4. lokasi kuburan massal bagi korban yang meninggal.
Contoh beberapa sarana dan prasarana untuk lokasi evakuasi ditunjukkan pada Gambar 4.
Sumber: Dokumentasi pribadi dan Google.com
Taman Kota
Taman kota merupakan ruang terbuka yang menyediakan sarana rekreasi di area terbuka bagi masyarakat perkotaan juga sebagai pembentuk karakter kota dan memberikan keindahan visual lingkungan kota agar tercipta kesatuan antar ruang (Nurisjah, 1995 dalam Zulfiyanita, 2011). Sedangkan taman kota menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, taman kota dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan berbagai kegiatan sosial pada satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, taman bermain (anak/balita), taman bunga, taman khusus (untuk lansia), fasilitas olah raga terbatas, dan kompleks olah raga. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Tabel 1 menunjukkan Koefisien Daerah Hijau (KDH), contoh kelengkapan fasilitas, dan vegetasi pada taman kota berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Tabel 1 KDH, Fasilitas, dan Vegetasi pada Taman Kota
Koefisien Daerah Hijau
(KDH)
Fasilitas Vegetasi
70-80% 1. lapangan terbuka;
2. unit lapangan basket (14x26 m); 3. unit lapangan volley (15 x 24 m); 4. trek lari, lebar 7 m panjang 400 m; 5. WC umum;
6. parkir kendaraan termasuk sarana kios (jika diperlukan);
7. panggung terbuka; 8. area bermain anak;
9. prasarana tertentu: kolam retensi untuk pengendali air larian; dan
Sumber: Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum (2008)
Kriteria pemilihan vegetasi untuk taman lingkungan dan taman kota berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan adalah sebagai berikut:
1. tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi;
2. tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
3. ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain seimbang; 4. perawakan dan bentuk tajuk cukup indah;
6. berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya; 7. jenis tanaman tahunan atau musiman;
8. jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal; 9. tahan terhadap hama penyakit tanaman;
10.mampu menjerap dan menyerap cemaran udara; dan
11.sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.
Taman Kota sebagai Taman Evakuasi Bencana
Taman kota yang dikembangkan menjadi tempat evakuasi bencana merupakan suatu konsep taman kota yang telah banyak berkembang di berbagai dunia yang memiliki potensi terhadap terjadinya bencana, salah satunya adalah Negara Jepang yang memiliki resiko bencana seperti gempa bumi dan tsunami. Contoh taman evakuasi yang terdapat di Negara Jepang ditunjukkan pada Gambar 5. Taman kota untuk evakuasi bencana merupakan sebuah lanskap kota yang dibangun dengan mengalokasikan lebih banyak ruang terbuka baik hijau maupun non hijau, mengakomodasi kepentingan perlindungan, evakuasi atau pertahanan hidup atas bencana (Joga dan Antar, 2007).
Menurut Joga dan Antar (2007) model taman evakuasi bencana sebenarnya dilatarbelakangi oleh pengembangan konsep taman bale kambang yang sudah lama dikenal oleh masyarakat tradisional Jawa dan Bali. Konsep ini dikembangkan sesuai kebutuhan antisipasi bencana karena memiliki kelenturan dan kemudahan modifikasi sesuai kondisi dan bentuk lahan di setiap lokasi.
Taman evakuasi dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek-aspek dan berbagai hal yang dibutuhkan oleh warga saat mengungsi. Penyediaan fasilitas dan utilitas yang dibutuhkan saat evakuasi menjadi hal penting yang harus disediakan. Berdasarkan Pedoman Penyusunan Sistem peringatan Dini dan Evakuasi untuk Banjir Bandang yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (2012), desain tempat evakuasi harus mempertimbangkan kapasitas, ketersediaan logistik seperti makanan atau minuman, pakaian, obat-obatan dan peralatan medis, keperluan tidur, peralatan kebersihan, bahan bakar, serta ketersediaan fasilitas umum.
Berdasarkan Zutphen, dkk (2011) dalam standar minimum dari Sphere Project tahun 2011, vegetasi yang terdapat pada tempat evakuasi sebaiknya dapat meningkatkan retensi air, meminimalkan erosi pada tanah, dan memberikan naungan. Penggunaan vegetasi penaung harus memiliki perakaran serta batang yang kuat sehingga tidak membahayakan pengungsi.
Sumber: www.mlit.go.jp (2013)
METODOLOGI
Waktu dan Lokasi
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Taman Tegalega, Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Taman Tegalega memiliki luas area 160.630 m2 yang didalamnya terdapat kolam renang, sarana olahraga dan tempat rekreasi, lapangan pertunjukan, area penanaman pohon Konferensi Asia Afrika tahun 2005, dan yang paling utama adalah Monumen Bandung Lautan Api. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 6.
Sumber: Google Map (2013)
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah alat untuk inventarisasi, yaitu digital camera, alat tulis, Global Positioning System (GPS), dan meteran, serta beberapa software untuk mengolah data dan mendesain seperti Microsoft Word 2007, Adobe Photoshop CS3, AutoCad 2013, SketchUp 8, dan lainnya. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah peta tapak, data fisik, data biofisik, data sosial dan budaya, data legal, dan data rencana ruang evakuasi. Jenis, bentuk, dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis, Bentuk, dan Sumber Data
No. Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Cara Perolehan Data
1. Fisik
BMKG Kota Bandung Studi pustaka
Batasan Penelitian
Lokasi penelitian adalah Taman Tegalega Bandung. Desain Taman Tegalega yang akan didetilkan difokuskan pada area yang difungsikan sebagai area evakuasi saat terjadinya bencana banjir. Hasil desain yang direkomendasikan merupakan gambar lengkap yang terdiri dari siteplan, planting plan, gambar potongan, gambar detil, dan perspektif.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial, analisis deskriptif, dan analisis kuantitatif.
1. Analisis spasial dilakukan untuk menganalisis potensi Taman Tegalega sebagai taman evakuasi bencana banjir dengan menggunakan kriteria kesesuaian berdasarkan aspek fisik dan sosial yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kriteria Kesesuaian Aspek Fisik dan Sosial Tempat Evakuasi
Aspek Keterangan Sumber
Sesuai Tidak Sesuai Zona banjir Tidak berada pada
zona banjir
2. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui data pada beberapa aspek fisik di tapak, aspek sosial dan budaya yang meliputi data demografi dan jumlah penduduk yang berpotensi terkena bencana banjir, perilaku dan keinginan penduduk terhadap tapak serta data bencana banjir, aspek legalitas, dan aspek rencana ruang evakuasi.
3. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis jalur evakuasi, menentukan suhu termal optimum, dan daya tampung tapak. Daya tampung
No. Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Cara Perolehan Data
tapak digunakan sebagai indikator penting dalam merencanakan kebutuhan ruang dan kebutuhan fasilitas pada tapak berdasarkan jenis aktivitas saat digunakan sebagai tempat evakuasi. Secara umum rumus daya tampung (Boulon dalam Nurisjah dkk, 2003):
Analisis jalur evakuasi dilakukan untuk menghitung jarak maksimum yang dapat ditempuh menuju tempat evakuasi dengan menggunakan rumus evacuation calculator (Blom, 2013) berikut,
Dmax : Jarak maksimum yang dapat ditempuh (km)
a : Kecepatan pengungsi menuju tempat evakuasi (4 km/jam) Tmin : Waktu peringatan minimum (jam)
Analisis untuk menentukan suhu termal optimum pada tempat evakuasi (Brager dan deDear, 2000 dalam Pontangaroa, 2007) dengan menggunakan rumus sebagai berikut,
Suhu Termal Optimum = 17,8 + (0,31 x Ta(out)) Ta(out) : rata-rata suhu udara per bulan
Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yang mengacu pada Booth (1983), yaitu project acceptance, reasearch/analysis, concept, dan contruction drawing. Penjelasan tahapan penelitian secara detil, adalah sebagai berikut:
1. project acceptance, yaitu terdiri dari kegiatan persiapan untuk penelitian seperti pembuatan surat serta perijinan terhadap pihak-pihak yang terkait untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian;
2. reasearch/analysis, yaitu terdiri dari kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder, inventarisasi tapak, analisis terhadap tapak sehingga menghasilkan sintesis;
3. concept, yaitu pembuatan diagram konsep, konsep dasar, konsep desain, dan pengembangan konsep; dan
4. contruction drawing, yaitu pembuatan gambar detil seperti siteplan, planting plan, gambar potongan, dan perspektif.
Secara ringkas tahapan dalam metode penelitian ini disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Bagan Tahapan Penelitian
Project Acceptance
Reasearch/Analysis
Concept
Construction Drawing
Persiapan untuk penelitian, yaitu perijinan terhadap pihak-pihak yang terkait.
Pengumpulan data, inventarisasi tapak, analisis, dan sintesis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Kawasan Bandung Selatan
Kawasan Bandung Selatan merupakan daerah yang rawan terhadap bencana banjir. Identifikasi area bencana banjir di Kawasan Bandung Selatan yang terkait dengan desain taman evakuasi di Taman Tegalega dilakukan dengan menginventarisasi Kawasan Bandung Selatan yang terdiri dari lokasi dan batas tapak, topografi dan kemiringan lahan, iklim, serta sejarah bencana banjir.
Lokasi dan Batas Kawasan Bandung Selatan
Kawasan Bandung Selatan merupakan wilayah yang posisinya berada di sebelah selatan Kota Bandung. Secara administrasi Kawasan Bandung Selatan berada pada wilayah Kabupaten Bandung. Kawasan Bandung Selatan terdiri dari beberapa kecamatan yang dikelompokkan dalam beberapa wilayah pengembangan, yaitu:
1. Wilayah Pengembangan Soreang terdiri dari Kecamatan Soreang, Kecamatan Kutawaringin, Kecamatan Katapang, Kecamatan Rancabali, Kecamatan Pasirjambu, dan Kecamatan Ciwidey;
2. Wilayah Pengembangan Baleendah terdiri dari Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot, dan Kecamatan Bojongsoang;
3. Wilayah Pengembangan Banjaran terdiri dari Kecamatan Banjaran, Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Cangkuang, Kecamatan Cimaung, Kecamatan Arjasari, dan Kecamatan Pameungpeuk;
4. Wilayah Pengembangan Majalaya terdiri dari Kecamatan Majalaya, Kecamatan Ciparay, Kecamatan Pacet, Kecamatan Kertasari, Kecamatan Paseh, Kecamatan Ibun, dan Kecamatan Solokan Jeruk; dan
5. Wilayah Pengembangan Margaasih-Margahayu terdiri dari Kecamatan Margaasih dan Kecamatan Margahayu.
Kawasan Bandung Selatan pada penelitian ini lebih dipersempit dengan dibatasi berdasarkan kecamatan di Kabupaten Bandung yang sering mengalami bencana banjir serta berada dekat dengan Kota Bandung, yaitu Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Baleendah, dan Kecamatan Bojongsoang. Ketiga kecamatan tersebut berada dalam satu wilayah pengembangan, yaitu Wilayah Pengembangan Baleendah. Batas Wilayah Pengembangan Baleendah adalah sebagai berikut:
a. sebelah Utara : Kota Bandung,
b. sebelah Selatan : Wilayah Pengembangan Banjaran, c. sebelah Timur : Wilayah Pengembangan Majalaya, dan
d. sebelah Barat : Wilayah Pengambangan Margaasih-Margahayu.
Ga
mbar
8 P
eta W
il
a
y
ah
P
enge
mbanga
n B
ale
enda
h
Topografi dan Kemiringan Lahan
Secara umum topografi Kawasan Bandung Selatan dapat dibedakan kedalam tiga jenis topografi, yaitu dataran, lereng atau punggung bukit, dan lembah atau DAS dengan ketinggian antara 500-1.812 m di atas permukaan laut. Selain itu, wilayah Kawasan Bandung Selatan merupakan wilayah yang berada dalam Kawasan Cekungan Bandung. Kondisi alam tersebut mengakibatkan Kawasan Bandung Selatan khususnya di daerah Wilayah Pengembangan Baleendah rentan dengan bencana banjir. Berdasarkan klasifikasi topografi, masing-masing kecamatan di Wilayah Pengembangan Baleendah berada pada daerah dataran. Klasifikasi topografi di Kawasan Bandung Selatan secara rinci dicantumkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Klasifikasi Topografi Kawasan Bandung Selatan
No Wilayah
Pengembangan Kecamatan Topografi Wilayah
Ketinggian (mdpl)
1 WP Soreang Kec. Soreang Dataran, Lereng/Punggung Bukit 700-825
Kec. Kutawaringin Dataran, Lereng/ Punggung Bukit 500-1.100
Kec. Katapang Dataran 675-700
Kec. Rancabali Lereng/Punggung Bukit 1.200-1.550
Kec. Pasirjambu Dataran, Lereng/Punggung Bukit 1.000-1.200
Kec. Ciwidey Dataran, Lereng/Punggung Bukit 700-1.200
2 WP Baleendah Kec. Baleendah Dataran 600-715
Kec. Dayeuhkolot Dataran 600
Kec. Bojongsoang Dataran 681-687
3 WP Banjaran Kec. Banjaran Dataran, Lereng/Punggung Bukit 750-800
Kec. Pangalengan Dataran, Lereng/Punggung Bukit 984-1571
Kec. Cangkuang Dataran, Lereng/ Punggung Bukit 700-710
Kec. Cimaung Lereng/Punggung Bukit 765-1.057
Kec. Arjasari Dataran, Lereng/Punggung Bukit 550-1.000
Kec. Pameungpeuk Dataran 650-675
4 WP Majalaya Kec. Majalaya Dataran 681-796
Kec. Ciparay Dataran 678-805
Kec. Pacet Dataran, Lereng/Punggung Bukit,
Lembah/ DAS
700-1.116
Kec. Kertasari Dataran, Lereng/Punggung Bukit 1.250-1.812
Kec. Paseh Dataran, Lereng/Punggung Bukit 600-800
Kec. Ibun Dataran, Lereng/Punggung Bukit 700-1.200
Kec. Solokan Jeruk Dataran 671-700
5 WP Margaasih-
Margahayu
Kec. Margaasih Dataran 600
Kec. Margahayu Dataran 700
Sumber: Kabupaten Bandung dalam Angka (2012) dalam Pokja Pembangunan Sanitasi Permukiman Kabupaten Bandung (2013)
Iklim
Iklim di Kawasan Bandung Selatan secara umum merupakan iklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 1.500 mm hingga 4.000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 14°C - 37°C dengan kelembaban antara 75% pada musim hujan dan 60% pada musim kemarau.
Sejarah Bencana Banjir di Kawasan Bandung Selatan
ditunjukkan pada Gambar 9. Berdasarkan peta tersebut, daerah yang berwarna hijau adalah daerah yang memiliki indeks bahaya banjir rendah, sedangkan daerah yang berwarna kuning adalah yang daerah yang memiliki indeks bahaya banjir sedang, dan daerah yang berwarna merah adalah daerah yang memiliki indeks bahaya banjir tinggi.
Penilaian bahaya untuk bencana banjir di Kawasan Bandung Selatan berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung (2014), menunjukkan bahwa probabilitas dan dampak untuk bencana banjir lebih tinggi dibandingkan dengan bencana lainnya, sehingga dari tiga skala tingkat ancaman, yaitu ancaman ringan, sedang, dan berat, bahaya untuk bencana banjir di Kawasan Bandung Selatan tergolong dalam tingkat ancaman berat.
Data mengenai kejadian bencana banjir yang pernah terjadi di kecamatan yang berada di Kawasan Bandung Selatan ditunjukkan pada Tabel 5. Berdasarkan tabel tersebut, Wilayah Pengembangan Baleendah merupakan wilayah yang memiliki korban menderita dan mengungsi dengan jumlah lebih banyak.
Tabel 5 Rekapitulasi Kejadian Banjir Tahun 2013-Maret 2014
Lokasi Penyebab
Kec. Dayeuhkolot Hujan Deras 50-200 21635 884
Kec. Bojongsoang
Kec. Ibun Meluap Sungai
Citarum
Selain posisi Kawasan Bandung Selatan yang sebagian besar berada pada daerah cekungan Bandung, DAS Citarum yang mengalir di Kawasan Bandung Selatan khususnya di Wilayah Pengembangan Baleendah juga menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana banjir. Berdasarkan data kajian karakter DAS Citarum tahun 2011 (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2011), menunjukkan bahwa sekitar 39% wilayah Kecamatan Baleendah dan sekitar 94% wilayah Kecamatan Dayeuhkolot beresiko terkena banjir setiap tahun, akibat luapan DAS Citarum. Gambar 10 menunjukkan peta ancaman banjir DAS Citarum di Kawasan Bandung Selatan.
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2011)
Gambar 10 Peta Ancaman Banjir DAS Citarum
Berdasarkan Rencana Kontijensi Banjir Kabupaten Bandung tahun 2013 dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung (2013), apabila terjadi bencana banjir hingga ketinggian sekitar 3 m di Kawasan Bandung Selatan, terdapat beberapa desa atau kelurahan di Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot, dan Kecamatan Bojongsoang yang terdampak banjir. Desa atau kelurahan di setiap kecamatan tersebut adalah sebagai berikut:
2. Kecamatan Dayeuhkolot: Dayeuhkolot, Citeureup, Pasawahan, dan Cangkuang Wetan, dan
3. Kecamatan Bojongsoang: Bojongsoang, Bojongsari, Tegal Luar, Cipagalo, Lengkong, dan Buah Batu.
Sosial dan Budaya
Berdasarkan data jumlah penduduk dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung tahun 2013 untuk Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuhklot, dan Kecamatan Bojongsoang, menunjukkan bahwa Kecamatan Baleendah memiliki jumlah penduduk total sebesar 248.024 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 121.985 jiwa dan perempuan 126.039 jiwa, Kecamatan Dayeuhkolot 112.901 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 57.364 jiwa dan perempuan 55.537 jiwa, serta Kecamatan Bojongsoang 117.309 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 59.106 jiwa dan perempuan 58.203 jiwa. Mata pencaharian penduduk yang paling dominan berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung tahun 2013 di Kecamatan Baleendah dan Kecamatan Dayeuhkolot adalah di bidang industri pengolahan, sedangkan mata pencaharian penduduk yang paling dominan di Kecamatan Bojongsoang adalah bidang pertanian, perdagangan, dan jasa.
Berdasarkan Rencana Kontijensi Banjir Kabupaten Bandung (Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2014), perkiraan penduduk yang menjadi korban apabila terjadi bencana banjir hingga ketinggian 3 m di Kawasan Bandung Selatan, khususnya di Wilayah Pengembangan Baleendah, yaitu sebanyak 64.520 jiwa terancam, 10.223 jiwa mengungsi, dan 54.100 jiwa pindah. Secara lebih rinci, data tersebut ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Perkiraan Penduduk WP. Baleendah Korban Banjir
Kecamatan Terancam
Dayeuhkolot 17.837 931 16.893
Bojongsoang 13.451 2.106 11.198
Total 64.520 10.223 54.100
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung (2014)
Selama ini apabila terjadi bencana banjir dan diperlukan tindakan evakuasi terhadap masyarakat, lokasi yang digunakan sebagai tempat evakuasi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Baleendah: GOR Kelurahan Baleendah dan INKANAS Baleendah, 2. Kecamatan Dayeuhkolot: kantor RW Cangkuang Wetan, GOR Kelurahan
Pesawahan, dan kantor RW Kelurahan Pesawahan, dan
3. Kecamatan Bojongsoang: kantor Desa Bojongsoang dan GOR Bulu tangkis Desa Bojongsari.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap masyarakat yang sering mengalami banjir di Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot, dan Kecamatan Bojongsoang menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat enggan untuk diungsikan ke Taman Tegalega. Hal ini dikarenakan jaraknya yang cukup jauh dari tempat tinggal mereka, kecuali apabila terjadi bencana banjir yang cukup parah di daerah mereka.
Taman Tegalega Bandung
Hasil inventarisasi pada Taman Tegalega Bandung terdiri dari beberapa aspek. Secara lebih rinci aspek-aspek tersebut dijelaskan dalam sub bab aspek fisik dan biofisik, aspek sosial, dan aspek legal.
Aspek Fisik dan Biofisik
Lokasi dan Batas Tapak
Taman Tegalega merupakan salah satu taman yang tepatnya berada di Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Berdasarkan letak geografisnya, Taman Tegalega berada pada 06°56’06”LS dan 107°36’16”BT. Taman Tegalega Bandung memiliki batas sebagai berikut:
utara : Jalan Ibu Inggit Ganarsih,
selatan : Jalan Badan Keamanan Rakyat (BKR), timur : Jalan Moh. Toha, dan
barat : Jalan Otto Iskandar Dinata.
Lokasi dan batas tapak ditunjukkan pada Gambar 11. Sesuai dengan namanya tegal yang berarti lapangan dan lega yang berarti luas, Taman Tegalega memiliki luas 160.630 m2. Taman Tegalega merupakan taman kota yang cukup terkenal dan sering dikunjungi oleh masyarakat Kota Bandung dan sekitarnya. Kondisi umum tapak ditunjukkan pada Gambar 12.
Sumber: Google Map (2013)
Gambar 11 Peta Batas Tapak Taman Tegalega
Topografi dan Kemiringan Lahan
Taman Tegalega berada pada ketinggian sekitar 691 mdpl. Taman Tegalega memiliki kontur yang cukup landai dengan interval kontur sebesar 0,5 m dan posisi topografi yang semakin landai ke arah selatan. Peta kontur Taman Tegalega disajikan pada Gambar 13.
Jln. Otto Iskandar
Dinata Jln. Moh. Toha
Jln. BKR
Ga
mbar
12 Kondisi
Um
um Ta
man T
ega
le
ga
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung (2009)
Iklim
Iklim di Taman Tegalega dipengaruhi oleh iklim Kota Bandung karena lokasinya yang berada di Kota Bandung, sehingga Taman Tegalega memiliki iklim yang sama dengan iklim di Kota Bandung. Secara umum iklim di Kota Bandung tidak terlalu berbeda jauh antara Bandung bagian Utara, Selatan, Timur, maupun Barat. Data klimatologi Kota Bandung pada tahun 2013 menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata adalah 23,5°C dan curah hujan rata-rata adalah 223,4 mm. Data klimatologi berupa suhu udara dan curah hujan rata-rata per bulan di Kota Bandung pada tahun 2013 tertera pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 Data Klimatologi Kota Bandung Tahun 2013
Bulan Suhu Udara Rata-Rata (°C) Curah Hujan (mm)
Januari 23,4 216,9
Taman Tegalega yang memiliki fungsi sebagai ruang terbuka, memiliki vegetasi yang cukup banyak. Vegetasi keseluruhan yang terdapat di Taman Tegalega berjumlah sekitar 6.684 tanaman. Area di sebelah utara Taman Tegalega sebagian besar merupakan area penanaman pohon yang ditanam oleh 126 kepala negara peserta Konferensi Asia Afrika pada peringatan emas Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Bandung pada tanggal 24 April 2005, dan menjadi salah satu area yang dikonservasi di Taman Tegalega. Pohon yang ditanam memiliki jenis yang beragam dan 25 diantaranya merupakan jenis pohon langka. Daftar vegetasi yang terdapat pada Taman Tegalega disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Jenis Vegetasi Eksisting di Taman Tegalega
No Nama Lokal Nama Latin Famili Jumlah
1 Akasia Acasia Auriculiformis Leguminoceae 2
2 Adenema 1
3 Angsana Pterocarpus indicus Papilionaceae 13
4 Anting-anting Acalypha australis Linn. Euphorbiaceae 3
5 Anyang-anyang Elaecarpus grandiflorus Eleocarpaceae 5
6 Arben Fragaria vesca L. Rosaceae 1
7 Asam Karanji Pitchelobirum dulces Leguminoceae 58
8 Balai 5
No Nama Lokal Nama Latin Famili Jumlah
9 Bambu Bambusa sp Poaceae 4
10 Baraka 3
11 Beringin Ficus benjamina Moraceae 14
12 Bintaro Carbera odollam Apocynaceae 390
13 Bisbul Diospiros discolor Ebenaceae 39
14 Bougenvil Bauganvilea spectabillis Eyetaginaceae 4
15 Bugis Koordersiodendron
pinnatum Merr. Anacardiaceae 14
16 Bungur Lengerstromia indica Chytiaceae 138
17 Camara Angin Cassuarina equisetifolia Cassuarinaceae 178
18 Cempaka
Kuning Michelia champaca Magnoliaceae 34
19 Cereme Phyllanthus acidus Euphorbiaceae 20
20 Damar Agathis alba Araucariaceae 9
21 Duren Durio zybethinus Bombacaceae 1
22 Flamboyan Delonix regia Caesalpiniaceae 75
23 Ganetri Elaeocarpus ganitrus Elaocarpaceae 15
24 Glodokan Polyalthea longifolia Anonaceae 18
25 Haur Bambusa blumeana Bl. Poaceae 2
26 Huni Antidesma bunius Euphorbiaceae 135
27 Jakaranda Jakaranda mimosifolia Bignoniaceae 12
28 Jambu Air Sysygium aqacum Nyrtaceae 32
29 Jambu Biji Psidium quajava Myrtaceae 5
30 Jamblang Eugenia caminii Myrtaceae 1
31 Jati Tectona grandis Lamiaceae 26
32 Johar Cassia glauca Fabaceae 2
33 Karet Hevea brasiliensis Euphorbiaceae 13
34 Kaya Khaya sinegaliensis Meliaceae 5
35 Ketapang Terminalia cattapa Combretaceae 96
36 Kayu Manis Cinamomun burmanii Lauraceae 134
37 Kecapi Sandoricum koetjapa Muliaceae 6
38 Kelapa Coconus nucifera Arecaceae 7
39 Kenari Canarium commune Burseraceae 6
40 Kersen Mutinggia calabura Eleocarpaceae 33
41 Ki Acret Spathodea campanulata Bignoniaceae 74
42 Ki Besi Drecaena fragrans Agavaceae 2
43 Ki Hujan Samanea saman Mimosaceae 38
44 Ki Merak Caesalpinia Pulcherrima Fabaceae 15
45 Kianto 1
46 Kiara Payung Filicum decipiens Sapindaceae 15
47 Kisa 1
48 Kismis Muehlenbeckia
platyclada Polygonaceae 13
49 Kuku Macan Miclehia velutina Papilionaceae 111
50 Kupu-kupu Bauhinia blakeana Fabaceae 353
No Nama Lokal Nama Latin Famili Jumlah
52 Lengkeng Euphoria longana Sapindaceae 4
53 Mahoni Besar Swietenia macrophylla Meliaceae 424
54 Mahoni Kecil Swietenia mahagoni Meliaceae 25
55 Mangga Mangifera indica Anacardiaceae 92
56 Matoa Pometia longifolia Sapindaceae 27
57 Melinjo Gnetum gnemon Gnetaceae 2
58 Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae 5
59 Muncang Aleurites moluccana Euphorbiaceae 11
60 Nangka Atocarpus heterophyllum Moraceae 145
61 Ngadem 1
62 Nusa Indah Mussaenda philipicea Rubiaceae 1
63 Oleander Nerium oleander Apocynaceae 2
64 Palacium 17
65 Palm Kuning Chrysalidocarpus
lutescens Arecaceae 6
66 Palam Raja Orecdoxa regia Arecaceae 115
67 Pepaya Carica papaya L. Caricaceae 1
68 Pete Cina Parkis speciasa Mimosaceae 11
69 Pinus Pinus markusii Pinaceae 27
70 Pulai Alstinia scholaris Apocynaceae 5
71 Rambutan Nephelium lappaceura Sapindaceae 7
72 Saga Peltofhorum ptercarpum Papilionaceae 42
73 Salam Eugenia polyantha Myrtaceae 121
74 Samboja Plumeria sp. Apocynaceae 8
75 Saputangan Maniltoa gemnifora Papilionaceae 73
76 Saraka Saraca thaipingensis Fabaceae 9
77 Sawit Elaeis guineensis Aracaceae 109
78 Sawo Kecik Manilkara kauki Sapotaceae 59
79 Sempur Dillenia indica Dilleniaceae 1
80 Septabilis Bowenia spectabilis Stangeriaceae 11
81 Sikat Raja 11
82 Sirsak Annona muricata Annonaceae 7
83 Spatodea Sphatodea campanulata Bignonanoceae 47
84 Sukun Artocarpus altilin Moraceae 24
85 Tabebuia Tabebuia argenthea Bignoniaceae 22
86 Tanjung Mimusops elengi Sapotaceae 52
87 Walisanga Brassaia actinophylla Araliaceae 8
88 Waru Hibiscus macrophyllus Malvaceae 27
89 Widuri Calotropis gigantea
Willd Asclepiadaceae 2
Vegetasi eksisting yang terdapat di dalam tapak sebagian besar merupakan pohon dengan tajuk lebar. Semak yang dominan pada tapak adalah Canna sp. yang ditanam sepanjang aksis dari gerbang utama hingga Monumen Bandung Lautan
Api. Gambar 14 menggambarkan beberapa vegetasi yang terdapat di Taman Tegalega.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 14 Vegetasi yang terdapat di Taman Tegalega
Satwa dominan yang terdapat di Taman Tegalega diantaranya adalah jenis burung (aves). Beberapa jenis burung yang terdapat di Taman Tegalega ditunjukkan pada Tabel 9.
Tabel 9 Jenis Burung di Taman Tegalega
No. Nama Lokal Nama Latin
1 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides
2 Cabe Jawa Dicaeum trochileum
3 Cinenen kelabu Othotomus ruficeps
4 Gereja Passer montanus
5 Kacamata Zosterops palpebrosus
6 Kapinis Rumah Apus affinis
7 Kerak Acridotheres javanicus
8 Kutilang Pycnonotus aurigaster
9 Layang-layang api Hirundo rustica
10 Layang-layang rumah Delichon dasypus
11 Madu Sriganti Nectarinia jugularis
12 Merpati Batu Columba livia
13 Tekukur Streptopelia chinensis
14 Ungkut-ungkut Megalaima haemacephala
15 Walet Linci Collocalia esculenta linchi
16 Walet Sarang Putih Collocalia fuciphaga
17 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus
Aksesibilitas dan Sirkulasi
Taman Tegalega dapat diakses melalui tiga jalan yang berada di sekitar Taman Tegalega, yaitu Jalan BKR atau Jalan Peta yang berada di depan gerbang utama Taman Tegalega, Jalan Moh. Toha yang berada dekat dengan gerbang di sebelah Timur Taman Tegalega, dan Jalan Otto Iskandar Dinata yang berada dekat dengan gerbang di sebelah Barat Taman Tegalega. Gambar aksesibilitas dan sirkulasi Taman Tegalega disajikan pada Gambar 15.
Sumber: Dokumentasi pribadi dan Google.com
Gambar 15 Peta Aksesibilitas dan Sirkulasi Taman Tegalega
Fasilitas dan Utilitas
Sebagai ruang terbuka publik, Taman Tegalega dapat digunakan untuk berbagai aktivitas masyarakat seperti berolahraga ataupun berjalan-jalan santai. Taman Tegalega memiliki beberapa fasilitas yang dapat dinikmati oleh pengunjung, diantaranya adalah sarana olahraga dan rekreasi seperti kolam renang, lapangan basket, lapangan sepak bola, lapangan voli, lapangan pertunjukan, jogging track, jalur refleksi, dan Monumen Bandung Lautan Api. Beberapa fasilitas seperti kolam renang dan lapangan pertunjukan merupakan kegiatan yang berorientasi bisnis yang diselenggarakan oleh pengelola taman dalam rangka menggali potensi pendapatan daerah. Selain itu juga terdapat fasilitas umum seperti mushola dan toilet. Beberapa fasilitas yang terdapat di Taman Tegalega ditunjukkan pada Gambar 16.
Apek Sosial dan Budaya
Sejarah Taman Tegalega
Pengguna
Pengguna tapak sebagian besar adalah masyarakat Kota Bandung yang ingin berekreasi seperti melakukan olahraga berenang, jogging, bermain bulu tangkis, bermain sepak bola, atau menonton acara panggung terbuka. Berdasarkan data Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Taman Tegalega, rekapitulasi pengunjung yang datang ke Taman Tegalega dari bulan Januari hingga Februari 2014 adalah sekitar 24.915 orang, dengan rincian pengunjung yang masuk ke kolam renang sekitar 3.548 orang, pengunjung yang masuk untuk melakukan kegiatan olahraga lainnya sekitar 954, dan pengunjung yang masuk hanya untuk sekedar berjalan-jalan dan menikmati suasana Taman Tegalega adalah sekitar 20.413 orang.
Sumber: Dokumentasi Pribadi dan Google.com
Gambar 16 Fasilitas di Taman Tegalega
a) Monumen Bandung Lautan Api
b) Area Penanaman Pohon KAA tahun 2005
c) Lapangan Terbuka
d) Lapangan Sepak Bola dan Jogging Track
e) Lapangan Basket
f) Kolam Renang Tirta Lega
g) Jalur Refleksi
h) Shelter Sepeda
i) Area Parkir
j) Toilet Umum
k) Papan Interpretasi
l) Toilet dan Mushola
m) Bench
n) Tempat Sampah
a) b)
c) d) e)
f)
i)
h)
j) g)
k)
Secara lebih jelas, data rekapitulasi pengunjung Taman Tegalega ditunjukkan pada Tabel 10.
Tabel 10 Jumlah Pengunjung Taman Tegalega (Januari-Februari 2014)
No. Keterangan Jumlah Pengunjung
1 Kolam Renang 3.548
2 Area Atletik 954
3 Peron Masuk Kawasan 20.413
Total 24.915
Sumber: Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Taman Tegalega (2014)
Pengunjung yang datang ke Taman Tegalega tidak hanya orang-orang yang ingin menikmati suasana atau fasilitas di Taman Tegalega saja. Cukup banyak orang yang datang sebagai pedagang kaki lima yang sebagian besar keberadaannya menganggu karena memanfaatkan pedestrian di dalam Taman Tegalega untuk menjajakan dagangannya serta mengotori area taman karena membuang sisa-sisa dagangannya sembarangan. Adanya sampah yang kurang tertangani dengan baik mengakibatkan banyaknya pemulung yang menjadikan Taman Tegalega sebagai tempat untuk mencari nafkah. Selain itu, kondisi Taman Tegalega pada malam hari cenderung digunakan untuk aktivitas negatif. Hal ini sudah terjadi sejak jaman penjajahan Belanda, dimana Taman Tegalega dulu berfungsi sebagai area pacuan kuda. Aktivitas negatif ini cukup meresahkan masyarakat sekitar sebagai pengguna.
Pengelola
Taman Tegalega secara resmi dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Taman Tegalega yang berada dibawah tanggungjawab Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung. Taman Tegalega memiliki sumberdaya manusia pada bagian pengelolaan sekitar 22 orang dengan pembagian 14 orang bertugas di lapangan dan sisanya di bidang tata usaha dan administrasi. Pengelolaan dilakukan secara maksimal dengan tenaga kerja yang cukup sedikit untuk taman dengan luas 160.630 m2. Anggaran biaya untuk pengelolaan Taman Tegalega selain dari Pemerintah Kota Bandung juga didapatkan dari hasil retribusi masuk kawasan Taman Tegalega dan sarana olahraga seperti Kolam Renang Tirta Lega dan lapangan sepak bola. Berdasarkan Perda Kota Bandung No. 11 Tahun 2008 tentang Retribusi Pengelolaan Kawasan Konservasi Taman Tegalega, besaran tarif retribusi pada setiap fasilitas di Taman Tegalega ditunjukan pada Tabel 11.
Tabel 11 Retribusi di Taman Tegalega Bandung
Fasilitas Waktu Tarif Retribusi
Peron masuk Taman Tegalega Hari kerja &
Hari libur Rp. 1.000/orang
Kolam Renang Tirta Lega Hari kerja Rp. 3.000 – Rp. 5.000/orang
Atletik Hari kerja Rp. 1.000/jam
Hari libur Rp. 1.500/jam
Aspek Legal
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung Tahun 2011-2031, sebagai bentuk upaya mitigasi bencana, Taman Tegalega Bandung direncanakan sebagai tempat evakuasi bencana banjir skala kota untuk kawasan Bandung Selatan. Gambar 17 merupakan skema tempat evakuasi berdasarkan luasan wilayah.
Sumber: Pemerintah Kota Bandung (2011)
Gambar 17 Skema Ruang Evakuasi Berdasarkan Luasan Wilayah
Analisis dan Sintesis
Bencana Banjir
Berdasarkan rekapitulasi kejadian banjir per kecamatan di Kabupaten Bandung tahun 2013-Maret 2014, ditunjukkan bahwa kecamatan yang sering mengalami bencana banjir adalah Kecamatan Baleendah dan Kecamatan Dayeuhkolot. Kecamatan yang terdekat dengan Taman Tegalega serta memungkinkan dilakukan tindakan evakuasi terhadap masyarakat yang terkena bencana banjir ke Taman Tegalega adalah Kecamatan Dayeuhkolot yang memiliki jarak sekitar 6,35 km melalui Jalan Mohammad Toha, sekitar 6,74 km melalui Jalan Raya Cibaduyut, dan sekitar 9,28 km melalui Jalan Kopo-Soreang.
Potensi Taman Tegalega sebagai Tempat Evakuasi Bencana Banjir
Zona Banjir, Fasilitas Kesehatan, dan Area Berbahaya
Berdasarkan standar penentuan area evakuasi dari American Red Cross (ARC) (2002) dan Federal Emergency Management Agency (FEMA) (2006), area yang baik dan sesuai sebagai tempat evakuasi, khususnya untuk bencana banjir tidak boleh berada pada wilayah atau zona yang rawan terhadap bencana banjir.
Selain tidak boleh berada pada zona banjir, area evakuasi juga harus berada jauh dari tempat yang berbahaya seperti pabrik atau industri yang menghasilkan zat berbahaya dengan jarak lebih dari 1,6 km (Kar dan Hodgson, 2008 dan ARC, 2002), dan sebaliknya area evakuasi harus berada dekat dengan fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit atau puskesmas yang jaraknya kurang dari 8 km (Kar dan Hodgson, 2008).
Taman Tegalega Bandung dapat dijadikan tempat evakuasi bencana banjir karena lokasinya berada jauh dari wilayah yang rawan bencana banjir. Selain itu lokasi Taman Tegalega juga jauh dari tempat berbahaya seperti areal industri dan berada dekat dengan rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Immanuel yang berjarak sekitar 1,25 km dari Taman Tegalega serta Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih yang berjarak sekitar 2,37 km dari Taman Tegalega. Analisis kesesuaian lokasi sebagai tempat evakuasi terhadap zona banjir, fasilitas kesehatan, dan area industri ditunjukkan pada Gambar 18, Gambar 19, dan Gambar 20.
Jalur Evakuasi
Area tempat evakuasi sesuai apabila berada dekat dengan jalan raya atau rute evakuasi (Cova dan Church, 1997 dan FEMA, 2006). Berdasarkan Pedoman Penyusunan Sistem Peringatan Dini dan Evakuasi untuk Banjir Bandang (Kementerian Pekerjaan Umum 2012), jalan yang digunakan sebagai rute evakuasi adalah jalan dengan rute tercepat dan teraman bagi pengungsi menuju tempat evakuasi dan dapat dilalui oleh kendaraan. Selain itu harus terdapat rute alternatif selain rute utama.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung Tahun 2011-2031, rencana pengembangan jalur evakuasi bencana banjir diantaranya meliputi Jalan BKR, Jalan Soekarno-Hatta, dan Jalan Tol Purwakarta-Cileunyi. Gambar 21 menunjukkan posisi Taman Tegalega dengan Jalan BKR, Jalan Soekarno-Hatta, dan Jalan Tol Purwakarta-Cileunyi. Jalur evakuasi berdasarkan RTRW Kota Bandung 2011-2031 yang bertepatan langsung dengan Taman Tegalega adalah Jalan BKR, sedangkan jalan yang dapat ditempuh dari lokasi rawan bencana banjir terdekat, yaitu Kecamatan Dayeuhkolot ke Taman Tegalega adalah Jalan Mohammad Toha dengan jarak tempuh sekitar 6,35 km, Jalan Raya Cibaduyut dengan jarak tempuh sekitar 6,74 km, dan Jalan Kopo-Soreang dengan jarak tempuh sekitar 9,28 km.
Ga
mbar
18 An
ali
sis
L
ok
asi Tama
n Te
g
alega
te
rh
ada
p Zona
B
anji
r
Ga
mbar
19 An
ali
sis
Ta
man T
ega
leg
a ter
ha
d
ap
R
umah Sakit Ter
de
ka
t
Gambar 20 Analisis Taman Tegalega terhadap Area Industri
Gambar 21 Posisi Taman Tegalega dan Jalur Evakuasi
Waktu minimum untuk melakukan peringatan bahaya banjir yang telah ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dalam Pedoman Penyusunan Sistem Peringatan Dini dan Evakuasi untuk Banjir Bandang tahun 2012, yaitu paling lambat sekitar 1-2 jam. Rumus dari evacuation calculator yang digunakan untuk menentukan rute evakuasi dengan jarak maksimum yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
Dmax : Jarak maksimum yang dapat ditempuh (km)
a : Kecepatan pengungsi menuju tempat evakuasi (4 km/jam) Tmin : Waktu peringatan minimum (jam)
Dmax = 4 km/jam x 1 jam Dmax = 4 km/jam x 2 jam
= 4 km = 8 km
Ga
mbar
22 An
ali
sis
J
alu
r E
va
kua
si
Gambar 23 Jalur Evakuasi dan Aksesibilitas Menuju Taman Tegalega
Aspek Fisik dan Biofisik pada Taman Tegalega
Lokasi dan Batas Tapak
Taman Tegalega berbatasan sekaligus berada dekat dengan area yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Area tempat evakuasi akan lebih baik dan sesuai apabila berada dekat dengan wilayah yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti wilayah permukiman. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan tindakan evakuasi bagi masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus, manula, anak-anak, dan perempuan (Kar dan Hodgson, 2008).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Taman Tegalega Bandung, area penanaman pohon Konferensi Asia Afrika tahun 2005, area Monumen Bandung Lautan Api, dan Kolam Renang Tirta Lega merupakan area yang harus tetap dipertahankan, sedangkan area yang lainnya dapat diubah atau direncanakan ulang. Posisi area penanaman pohon Konferensi Asia Afrika tahun 2005, Monumen Bandung Lautan Api, dan Kolam Renang Tirta Lega ditunjukkan pada Gambar 24. Berdasarkan hal tersebut, area di Taman Tegalega yang dapat direncanakan sebagai ruang evakuasi adalah area yang dapat diubah untuk direncanakan ulang. Gambar 25 menunjukkan potensi dan kendala pada Taman Tegalega.
Gambar 24 Area yang Harus Dipertahankan pada Taman Tegalega
Topografi dan Kemiringan Lahan
Ga
mbar
25 P
otensi da
n
Ke
nda
la T
aman T
eg
aleg
a
Aksesibilitas dan Sirkulasi
Aksesibilitas ke Taman Tegalega serta sirkulasi pada Taman Tegalega untuk kegiatan evakuasi harus mempertimbangkan posisi jalur evakuasi, yaitu aksesibilitas dan sirkulasi yang posisinya lebih dekat dengan jalur evakuasi. Berdasarkan posisi jalur evakuasi, aksesibilitas utama ke Taman Tegalega untuk kegiatan evakuasi yang lebih sesuai adalah gerbang utama Taman Tegalega yang berada di Jalan BKR dan untuk aksesibilitas alternatif dapat menggunakan gerbang yang berada di Jalan Mohammad Toha. Sedangkan, sirkulasi di Taman Tegalega yang digunakan untuk kegiatan evakuasi adalah sirkulasi yang posisinya berada dekat dengan gerbang utama dan tempat parkir pada Taman Tegalega. Gambar 26 merupakan analisis aksesibilitas dan sirkulasi pada Taman Tegalega.
Hidrologi
Taman Tegalega memiliki saluran drainase yang baik, sehingga sebagian besar area di Taman Tegalega tidak pernah terdapat genangan. Arah aliran air mengikuti arah kemiringan lahan pada tapak, yaitu ke arah selatan lalu berakhir menuju Sungai Ciateul atau Ci Regol, karena lokasinya yang berada di Kecamatan Regol, Kota Bandung. Sungai Ciateul berada di sebelah timur Taman Tegalega. Sungai Ciateul merupakan anak Sungai Cikapundung yang melewati Kota Bandung. Sungai Ciateul yang mengalir di sebelah Taman Tegalega memiliki kedalaman sekitar 3,5 m.
Berdasarkan data serta pengamatan Kecamatan Regol dan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Taman Tegalega, Sungai Ciateul sampai saat ini tidak pernah menyebabkan banjir pada daerah sekitar apabila terjadi hujan deras. Selain itu, aliran di Sungai Ciateul masih tergolong lancar. Saluran drainase yang sudah memadai pada Taman Tegalega serta keberadaan Sungai Ciateul perlu dipertahankan dan dijaga untuk menghindari terjadinya banjir pada Taman Tegalega. Gambar 27 menunjukkan analisis hidrologi pada Taman Tegalega.
Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam beraktivitas, sehingga diperlukan tindakan untuk memodifikasi iklim apabila membuat seseorang tidak nyaman. Salah satu cara memodifikasi iklim pada daerah yang memiliki iklim tropis adalah dengan memposisikan bangunan searah dengan datangnya angin. Selain memodifikasi iklim dengan memposisikan bangunan searah dengan arah datangnya angin, terdapat beberapa cara lain untuk memodifikasi iklim mikro, diantaranya adalah penggunaan vegetasi dengan fungsi sebagai penaung juga dapat membuat iklim disekitar menjadi lebih sejuk, membuat ventilasi, dan membuat jarak yang cukup tinggi antara lantai dan atap (Pontangaroa, 2007). Skema untuk memodifikasi iklim pada tempat evakuasi ditunjukkan pada Gambar 28.
41
Gambar 26 Analisis Aksesibilitas dan Sirkulasi Taman Tegalega
Ga
mbar
27 An
ali
sis
Hidr
ologi
Ta
man
Te
ga
le
ga
Gambar 28 Penempatan Tenda Searah Angin dan Ternaungi Pohon
Apabila selisih antara rata-rata suhu udara per bulan dengan hasil perhitungan suhu termal optimum mencapai 2,5°C atau -2,5°C, maka diperlukan tindakan untuk memodifikasi iklim mikro. Rumus suhu termal optimum tersebut adalah sebagai berikut:
Suhu Termal Optimum = 17,8 + (0,31 x Ta(out))
Ta(out) : rata-rata suhu udara per bulan
Berdasarkan data iklim dari BMKG Kota Bandung tahun 2013, rata-rata suhu udara di Taman Tegalega adalah 23,5°C, sehingga suhu termal optimum yang didapatkan adalah sebagai berikut:
Suhu Optimum = 17,8 + (0,31 x 23,5°C) = 17,8 + 7,3
= 25,1°C
Suhu termal optimum – Suhu rata-rata udara = 25,1°C - 23,5°C = 1,6°C
Hasil tersebut menunjukkan bahwa Taman Tegalega memiliki suhu termal optimum yang masih dapat diadaptasi karena selisih antara rata-rata suhu udara per bulan dan suhu termal optimum adalah 1,6°C, sehingga tindakan untuk memodifikasi iklim mikro pada tempat evakuasi tidak diperlukan.
Vegetasi dan Satwa
Taman Tegalega merupakan taman yang memiliki vegetasi yang cukup rimbun. Vegetasi yang paling dominan di Taman Tegalega adalah jenis pohon. Vegetasi pada tapak dapat memiliki berbagai fungsi, diantaranya adalah sebagai pengarah, penaung, barrier, screen, ataupun sebagai nilai estetik.