• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemupukan Pupuk Organik Cair Dan Aplikasi Pupuk Dasar NPK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemupukan Pupuk Organik Cair Dan Aplikasi Pupuk Dasar NPK"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG TERHADAP FREKUENSI PEMUPUKAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN APLIKASI

PUPUK DASAR NPK

SKRIPSI

MASTOR PALAN SITORUS 100301028

AGRROEKOTEKNOLOGI-BPP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RESPON PERTUMBUHAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG TERHADAP FREKUENSI PEMUPUKAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN APLIKASI

PUPUK DASAR NPK

SKRIPSI

MASTOR PALAN SITORUS 100301028

AGRROEKOTEKNOLOGI-BPP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Penelitian : Respon pertumbuhan dan produksi tanaman jagung terhadap frekuensi pemupukan pupuk organik cair dan aplikasi pupuk dasar NPK

Nama : Mastor Palan Sitorus

Nim : 100301028

Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D.) (Nini Rahmawati, SP. MSi

Ketua Anggota

)

Mengetahui,

(Prof. Ir. T. Sabrina, M.Sc., Ph.D Ketua Departemen Agroekoteknologi

(4)

ABSTRAK

Respon pertumbuhan dan produksi tanaman jagung terhadap frekuensi pemupukan pupuk organik cair (POC) dan aplikasi pupuk dasar NPK, atas bimbingan Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D dan Nini Rahmawati, SP.Msi

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK pada tanaman jagung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah frekuensi pemupukan POC dengan 4 taraf antara lain F0(0 kali), F1(1 kali), F2(2 kali), dan F3(3 kali). Faktor kedua adalah aplikasi pupuk dasar NPK dengan 3 taraf antara lain P0(0 g/plot), P1(185 g/plot), dan P2(370 g/plot). Parameter yang diamati antara lain tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm), luas daun (cm2), jumlah baris per tongkol (baris), dan produksi per plot (kg).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi pemupukan POC berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST. Perlakuan aplikasi pupuk dsar NPK berpengaruh nyata terhadap diameter batang umur 15-60 HST dan produksi per plot. Interaksi antara frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST.

(5)

ABSTRACT

The growth and production of corn response to the frequency of liquid organic fertilizer aplication and solid NPK as basis fertilizer, supervised by Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D and Nini Rahmawati, SP.Msi

The aim for the study was to determine the frequency of liquid organic fertilizer aplication and solid NPK as basis fertilizer. The design of the experiment was randomized block design arranged in factorial with two factors. The first factor was the frequency of liquid organic fertilizer with 4 levels of each F0(0 time), F1(1 time), F2(2 times), and F3(3 times). The second factor was aplication of NPK as basis fertilizer with 3 levels of each P0(0 g/plot), P1(185 g/plot), dan P2(370 g/plot). The parameter observed includes plant height (cm), diameter of stem (mm), wide of leaf (cm2), number of line in cob (line) and production per plot (kg).

The result of research showed that frequency of liquid organic fertilizer influential significanlly on height of plant 45 days after planted. Aplication of NPK as basis fertilizer influential significantly on diameter of stem 15-60 days after planted and production per plot. Interaction between the frequency of liquid organic fertilizer and aplication of NPK fertilizer influential significantly on height of plant 45 days after planted.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sintanauli, 22 Januari 1992, putra dari Ayahanda dan Ibunda tersayang Alm B. Sitorus dan P. Sinurat, dan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Dolok Panribuan dan pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB) dan memilih Program Studi Agroekoteknologi, minat Budidaya Pertanian Perkebunan.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan karunia –Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemupukan Pupuk Cair dan Aplikasi Pupuk Dasar yang merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibunda tercinta P. Sinurat yang sudah membesarkan penulis dengan penuh kasih dan juga kepada almarhum Ayah terkasih B. Sitorus.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof.Ir. Edison Purba, Ph.D dan Ibu Nini Rahmawati, SP. MSi selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah membantu dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak dan semoga usul judul ini bermanfaat bagi kita semua.

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Pecobaan ... 3

Hipotesis Percobaan ... 3

Kegunaan Percobaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Iklim... ... 5

Tanah... 6

Pupuk Organik Cair ... 7

Pupuk Dasar (NPK) ... 8

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 12

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 15

Aplikasi Pupuk dasar NPK ... 15

Penanaman ... 15

Aplikasi Pemupukan Bio-strong ... 15

Pemeliharaan ... 15

Penyiraman ... 16

Penjarangan ... 16

(9)

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 16

Panen ... 16

Pengeringan dan pemipilan ... 17

Pengamatan Parameter ... 17

Tinggi Tanaman (cm)... 17

Luas Daun Tanaman ( cm2 )... 17

Diameter batang (mm) ... 17

Jumlah baris per tongkol ... 18

Produksi per plot (kg) ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Tinggi Tanaman ... 19

Diameter Batang ... 21

Luas Daun ... 23

Jumlah baris per tongkol ... 24

Produksi per plot ... 25

Pembahasan... 27

Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung terhadap Aplikasi Pupuk Dasar NPK ... 27

Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung terhadap frekuensi penyemprotan POC ... 29

Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung terhadap Interaksi frekuensi pemupukan POC dabAplikasi Pupuk Dasar NPK ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rataan tinggi tanaman (cm) jagung umur 15-60 HST pada perlakuan frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK... 20 2. Rataan diameter batang (mm) jagung pada umur 15-60 HST pada

perlakuan frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK ... 22 3. Rataan luas daun (cm2) jagung umur 75 HST pada perlakuan

frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK... 23 4. Rataan jumlah baris (baris) per plot jagung umur 75 HST pada perlakuan frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK... 24 5. Rataan produksi per plot (kg) jagung umur 75 HST pada perlakuan

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Hubungan frekuensi pemupukan POC dengan tinggi tanaman

pada umur 15-60 HST ... 21 2. Hubungan aplikasi pupuk dasar NPK terhadap diameter batang jagung

pada umur 15-60 HST ... 23 3. Hubungan aplikasi pupuk dasar NPK terhadap produksi

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Data Pengamatan tinggi tanaman (cm) pada 15 HST ... 34

2. Daftar sidik ragam tinggi tanaman pada 15 HST ... 34

3. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) pada 30 HST ... 35

4. Daftar sidik ragam tinggi tanaman pada 30 HST ... 35

5. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) pada 45 HST ... 36

6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman pada 45 HST ... 36

7. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) pada 60 HS... 37

8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman pada 60 HST ... 37

9. Data Pengamatan diameter batang (cm) pada 15 HST ... 38

10. Daftar sidik ragam diameter batang pada 15 HST ... 38

11. Data pengamatan diameter batang (cm) pada 30 HST ... 39

12. Daftar sidik ragam diameter batang pada 30 HST ... 39

13. Data pengamatan diameter batang (cm) pada 45 HST ... 40

14. Daftar sidik ragam diameter batang pada 45 HST ... 40

15. Data pengamatan diameter batang (cm) pada 60 HS ... 41

16. Daftar sidik ragam diameter batang pada 60 HST ... 41

17. Data Pengamatan luas daun (cm2) ... 42

18. Daftar sidik ragam luas daun (cm2) ... 42

19. Data pengamatan jumlah baris per tongkol (baris) ... 43

20. Daftar sidik ragam jumlah baris per tongkol (baris) ... 43

21. Data pengamatan produksi per plot (kg) ... 44

(13)

23. Bagan Lahan Penelitian ... 45

24. Kebutuhan pupuk per plot ... 46

25. Jadwal kegiatan penelitian ... 47

26. Bagan plot Penelitian ... 48

27. Data curah hujan 2014 ... 49

28. Hasil analis tanah ... 50

29. Spesifikasi benih jagung Bisi-2 ... 51

(14)

ABSTRAK

Respon pertumbuhan dan produksi tanaman jagung terhadap frekuensi pemupukan pupuk organik cair (POC) dan aplikasi pupuk dasar NPK, atas bimbingan Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D dan Nini Rahmawati, SP.Msi

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK pada tanaman jagung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah frekuensi pemupukan POC dengan 4 taraf antara lain F0(0 kali), F1(1 kali), F2(2 kali), dan F3(3 kali). Faktor kedua adalah aplikasi pupuk dasar NPK dengan 3 taraf antara lain P0(0 g/plot), P1(185 g/plot), dan P2(370 g/plot). Parameter yang diamati antara lain tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm), luas daun (cm2), jumlah baris per tongkol (baris), dan produksi per plot (kg).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi pemupukan POC berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST. Perlakuan aplikasi pupuk dsar NPK berpengaruh nyata terhadap diameter batang umur 15-60 HST dan produksi per plot. Interaksi antara frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST.

(15)

ABSTRACT

The growth and production of corn response to the frequency of liquid organic fertilizer aplication and solid NPK as basis fertilizer, supervised by Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D and Nini Rahmawati, SP.Msi

The aim for the study was to determine the frequency of liquid organic fertilizer aplication and solid NPK as basis fertilizer. The design of the experiment was randomized block design arranged in factorial with two factors. The first factor was the frequency of liquid organic fertilizer with 4 levels of each F0(0 time), F1(1 time), F2(2 times), and F3(3 times). The second factor was aplication of NPK as basis fertilizer with 3 levels of each P0(0 g/plot), P1(185 g/plot), dan P2(370 g/plot). The parameter observed includes plant height (cm), diameter of stem (mm), wide of leaf (cm2), number of line in cob (line) and production per plot (kg).

The result of research showed that frequency of liquid organic fertilizer influential significanlly on height of plant 45 days after planted. Aplication of NPK as basis fertilizer influential significantly on diameter of stem 15-60 days after planted and production per plot. Interaction between the frequency of liquid organic fertilizer and aplication of NPK fertilizer influential significantly on height of plant 45 days after planted.

(16)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Produksi jagung tahun 2012 sebesar 19,39 juta ton pipilan kering atau mengalami peningkatan sebesar 1,74 juta ton dari tahun 2011. Produksi jagung 2014 18,84 juta ton atau mengalami penurunan 0,55 juta ton dibanding tahun 2012. Penurunan ini terjadi karena penurunan luas lahan seluas 66,62 ribu hektare (1,68%) dan penurunan produktivitas sebesar 0,57 kuintal/hektar (1,16%)(BPS, 2013).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung adalah dengan upaya pemupukan. Banyak pupuk yang telah diuji untuk tanaman jagung. Mulai dari pupuk kimia yang diproduksi di pabrik hingga ke pupuk organik. Pupuk organik banyak disukai oleh orang-orang dengan alasan kesehatan dan demi menjaga kelestarian lingkungan.

Pupuk organik cair (POC) yaitu pupuk organik dalam sediaan cair. Unsur hara yang terkandung didalamnya berbentuk larutan yang sangat halus sehingga sangat mudah diserap oleh tanaman, sekalipun oleh bagian daun atau batangnya. Oleh sebab itu selain dengan cara disiramkan pupuk jenis ini dapat digunakan langsung dengan cara disemprotkan pada daun atau batang tanaman. Sumber bahan

baku pupuk organik tersedia dimana saja dengan jumlah yang melimpah yang semuanya dalam bentuk limbah, baik limbah rumah tangga, rumah makan, pasar pertanian, peternakan, maupun limbah organik jenis lain (Nassaruddin dan Rosmawati, 2011).

(17)

memberi nilai tambah bagi tanaman pada saat pertumbuhan dan perkembangan tanaman, selain itu pupuk ini juga bermanfaat dalam memperbaiki tanah dan mengandung mikroorganisme yang dapat mengurangi serangan penyakit pada tanaman yang dipupuk.

Pengaturan cara penempatan pupuk memiliki tujuan berikut sebagai berikut Tanaman dapat memanfaatkan semaksimal mungkin unsur hara dari pupuk melalui minimalisasi pencucian dan penguapan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghindari penguapan dan pencucian pupuk adalah melakukan pemupukan yang berulang, atau dengan kata lain mengatur frekuensi pemupukan pada tanaman. Damanik et al. (2011) mengatakan penentuan waktu pemupukan yang tepat haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Faktor iklim (2) Faktor jenis dan sifat pupuk (3) Faktor fase pertumbuhan tanaman.

Pupuk dasar yang digunakan adalah jenis pupuk yang memiliki tipe slow release atau memiliki reaksi lambat di dalam tanah. Salah satu jenis pupuk yang sering digunakan sebagai pupuk dasar adalah pupuk majemuk NPK yang mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium.

(18)

Atas dasar informasi diatas penulis ingin melakukan penelitian pada salah satu jenis pupuk organik merek Bio-Strong dan pupuk dasar NPK pada tanaman jagung.

Tujuan Penelitian

Untuk menemukan frekuensi pemupukan pupuk organik cair pada tanaman jagung menggunakan pupuk organik Bio-Strong dan aplikasi pupuk dasar NPK. Hipotesis penelitian

Ada pengaruh frekuensi pemupukan pupuk organik cair Bio-Strong dan pemberian pupuk dasar NPK untuk meningkatkan produksi tanaman jagung serta ada interaksi antar kedua faktor tersebut.

Kegunaan Penulisan

(19)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.

Menurut Sharma (2002) dalam taksonomi tumbuhan tanaman jagung termasuk dalam kelas : Monocotyledoneae, ordo : Poales, famili : Graminae, genus : Zea dan spesies Zea mays L.

Biasanya tanaman jagung mempunyai tiga jenis akar. i) Akar seminal-yang berkembang dari radikula dan bertahan lama. ii) Akar adventif, akar serabut yang berkembang dari buku pertama pada pangkal batang yang ada bawah tanah yang merupakan akar yang efektif dan aktif dari tanaman jagung. iii) Akar penyangga, yang dihasilkan dari dua buku batang yang terbawah . Akar ini berkembang sangat cepat dan hampir sama pertumbuhan ke bawah dan ke samping. Tanah yang sesuai

bahkan dapat membuat akar bertumbuh 60 cm ke samping dan ke bawah. (Kumar et al., 2012)

(20)

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monociuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual. Tanaman jagung adalah protandry, di mana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Serbuk sari (pollen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spike yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel), kemudian turun ke bawah. Satu bulir anther melepas 15-30 juta serbuk sari. Serbuk sari sangat ringan dan jatuh karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi penyerbukan silang. Dalam keadaan tercekam (stress) karena kekurangan air, keluarnya rambut tongkol kemungkinan tertunda (Subekti et al., 2014).

Biji jagung terdiri dari endosperma, embrio, perikarp dan pangkal buah. Endosperma megandung banyak karbohidrat. Embrio mengandung bagian yang akan menghasilkan tanaman baru. Sementera perikarp dan pangkal buah melingkupi sampir semua bagian biji jagung (Plessis, 2003).

Syarat Tumbuh Iklim

(21)

mempengaruhi fotosintetis, translokasi, dan kematangan tepung sari (Departemen of Health and Ageing, 2008)

Umumnya tanaman jagung di persawahan ditanam menjelang musim kemarau atau dalam musim kemarau. Kebanyakan pertanaman jagung dalam musim kering membutuhkan air pengairan, yang meskipun mahal tetapi sangat penting. Jika air tersedia penggunaan masukan yang tinggi dengan resiko yang rendah, utamanya pupuk, akan sangat efektif jika kelembaban tanah cukup (Fadhly, 2009).

Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan dengan temperatur antara 14-300C pada daerah dengan ketinggian sekitar 2200 m di atas permukaan laut (dpl). Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Sehingga perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan distribusinya

selama 10 tahun terakhir agar waktu tanam dapat ditentukan dengan tepat (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).

Tanah

Jagung dapat tumbuh pada beragam jenis tanah. Hal utama yang menyebabkan produksi yang tidak baik pada pertanaman di daerah tropis adalah produktivitas tanah yang rendah, dan beberapa hal yang dapat meningkatkan produksi dengan pembukaan areal baru (Lengreid et al., 1999).

(22)

kelebihan air ini terjadi pada stadia pembungaan, pengurangan hasil lebih rendah. Dalam banyak kasus, drainase permukaan dapat membantu mengurangi kelebihan air (Violic 2000).

Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutaman nitrogen

(N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).

Pupuk Organik Cair

Pupuk organik mempunyai keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan pupuk organik adalah sebagai berikut: 1) meningkatkan kandungan bahan organik di dalam tanah; 2) memperbaiki struktur tanah; 3) meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air (water holding capacity); 4) meningkatkan aktivitas kehidupan biologi tanah; 5) meningkatkan kapasitas tukar kation tanah; 6) mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe pada tanah masam dan 7) meningkatkan ketersedian hara di dalam tanah. Sedangkan kelemahan dari pupuk organik adalah sebagai berikut: 1) kandungan haranya rendah; 2) relatif sulit memperolehnya dalam jumlah yang banyak 3) lambat tersedia bagi tanaman dan 4) pengangkutan dan aplikasinya mahal karena dibutuhkan dalam jumlah banyak (Damanik et al., 2011).

(23)

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair dapat meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Sari, 2008).

Selain itu, pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat lain diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan pathogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah (Rizqiani, 2007).

Pupuk hayati merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan ke tanah sebagai inokulan untuk membantu menyediakan unsur hara terutama N dan P bagi tanaman. Oleh karena itu pupuk hayati sering juga disebut pupuk mikroba (Damanik et al., 2011)

Pupuk Dasar (NPK)

(24)

pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi angka tertentu. Misalnya pupuk NPK 10-20-15 berarti dalam pupuk itu terdapat 10% nitrogen 20% fosfor (sebagai P2O5) dan 15 % kalium (sebagai K2O). Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dari jenis tanaman yang akan dipupuk karena setiap jenis tanaman memerlukan perbandingan N, P dan K tertentu. Di, Indonesia beredar beberapa jenis pupuk majemuk dengan komposisi N, P, dan K yang beragam.

Unsur hara N dapat menyuburkan pertumbuhan daun. Unsur N sering disebutsebut sebagi zat lemas yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Nitrogen di dalam tanaman sangat penting untuk pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai senyawa organik lainnya Nitrogen adalah unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman dan mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhaan tanaman. Waktu pemupukan unsur nitrogen haruslah memperhatikan fase-fase pertumbuhan tanaman, karena peranan hara nitrogen adalah untuk merangsang pertumbuhan tanaman (Jamilin, 2011).

(25)

buah dan biji, meningkatkan kulitas hasil tanaman, dan bahkan untuk ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman (Damanik et al., 2011).

Unsur fosfat dilambangkan dengan P, sangat berguna bagi tanaman. Fosfat berguna bagi tanaman terutama untuk petumbuhan dan perkembangan. Misalnya untuk pertumbuhan anak-anak tanaman, cabang, tunas dan batang tanaman. (Yandianto, 2003).

Pupuk kalium dibuat dari deposit garam kalium, dan pada umumnya berasosiasi dengan magnesium, sulfat dan klor. Hara kalium sering diperlukan pada lahan-lahan yang tanamannnya banyak menyerap hara K, misalnya tanaman jagung. Jenis tanaman yang banyak menyerap hara K dalam jumlah yang besar akan cepat menurunkan kalium tersedia dalam tanah, hal ini akan meningkatkan kebutuhan K di dalam tanah.

Kebutuhan tanaman akan kalium cukup tinggi dan pengarunya banyak hubungannya dengan pertumbuhan tanaman yang jagur dan sehat. Kalium berperanan dalam meningkatkan resistensi terhadap penyakit tertentu, dan meningkatkan pertumbuhan perakaran. Kalium cenderung menghalangi kerebahan dan efek buruk akibat pemberian nitrogen yang berlebihan, dan berpengaruh mencegah kematangan yang dipercepat oleh hara fosfor. Secara umum kalium berfungsi menjaga keseimbangan, baik pada nitrogen maupun pada fosfor (Damanik et al., 2011).

(26)

hangus dan konsentrasi terlalu rendah tidak menunjukkan respon pada tanaman (Gardner et al., 1991).

Secara empiris pertumbuhan tanaman dapat dinyatakan sebagai salah satu fungsi dari genotipe x lingkungan = f (faktor pertumbuhan internal x faktor pertumbuhan eksternal).

Pemupukan secara seimbang dan rasional merupakan kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung. Kadar unsur hara di dalam tanah, jenis pupuk yang sesuai, dan kondisi lingkungan fisik, khususnya pada agroklimat, merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mencapai produktivitas optimal tanaman (Akil dan Dahlan,2009).

Hasil penelitian Pusat Tanah dan Agroklimat Bogor mengungkapkan bahwa sebagian besar tanah pertanian di Indonesia mengalami penurunan kesuburan akibat penggunaan pupuk kimia, sehingga produktivitasnya menurun. Memburuknya kondisi tanah, menyebabkan pemupukan harus dilakukan secara terpadu dengan memanfaatkan berbagai jenis pupuk yaitu pupuk anorganik, organik dan hayati secara bersama-sama. Selain menyediakan hara pupuk organik juga berperan sebagai sumber energi bagi organisme tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah serta meningkatkan efisiensi pupuk anorganik (Irianto, 2010).

(27)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian yang berlokasi Padang Bulan, Medan yang berada pada ketinggian 25 m di atas permukaan laut. Penelitian ini dimulai bulan September 2014 hingga bulan Desember 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung Bisi-2 sebagai bahan tanam, pupuk organik Bio-Strong sebagai perlakuan percobaan yang mengandung Nitrogen (1%), fospor (0,3%), kalium (8%), magnesium (0,8%), kalsium (2%), unsur hara mikro seperti boron, besi, mangaan, natrium, molibdenum, dan mikroorganisme yang bermanfaat seperti, Bacillus sp, Lactic Acid Bacteria, produksi dari Balqis Agrotech SDN BHD, pupuk majemuk NPK Bintang Prima dengan kandungan NPK 15:15:15 sebagai perlakuan percobaan, dan bahan lainnya yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, tugal, tali plastik, gembor, knapsnack, meteran, gunting/cutter, pacak sampel, alat tulis, kalkulator, timbangan digital, tampah, kantong plastik, kamera digital, dan peralatan lainnya yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak kelompok Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :

Faktor 1 : Frekuensi penyiraman pupuk organik Bio-Strong F0 = Tidak dipupuk (kontrol)

(28)

F3 = 3 kali pemupukan 3 MST, 6 MST dan 9 MST

Faktor 2 : Aplikasi pupuk dasar P0 = Tanpa Pupuk dasar

P1 = Pupuk dasar NPK masing-masing unsur N, P, dan K sebanyak 22,5 kg/ha P2 = Pupuk dasar NPK masing-masing unsur N, P, dan K sebanyak 45 kg/ha

Dari kedua faktor tersebut diatas terdapat 12 kombinasi perlakuan :

F0P0 F1P0 F2P0 F3P0

F0P1 F1P1 F2P1 F3P1

F0P2 F1P2 F2P2 F3P2

Masing-masing perlakuan dibuat dalam tiga ulangan. Penanaman dilakukan pada plot berukuran 2,75 x 4,5 m dengan jarak tanam 65 x 25 cm. Jarak antar plot dibuat 50 cm sedangkan jarak antar blok dibuat 100 cm. Jumlah tanaman per plot adalah 70 tanaman, keseluruhan ada sebanyak 2.520 tanaman. Jumlah sampel per plot ada sebanyak 10 tanaman, sedangkan keseluruhan ada sebanyak 360 tanaman.

Data penelitian ini akan dianalisa menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) berdasarkan model linear Yijk = μ + ρi+ αj + βk + (αβ)jk + εijk

Yijk = Hasil pengamatan pada unit percobaan dalam blok ke i dengan frekuensi pemupukan pupuk organik j dan aplikasi pupuk dasar NPK k.

μ = Nilai tengah sebenarnya

ρi = Efek blok ke i

αj = Efek dari frekuensi pemupukan pupuk organik ke j

βk = Efek aplikasi pupuk dasar NPK ke k

(αβ)jk = Efek interaksi antara frekuensi pemupukan pupuk organik ke j dan aplikasi

(29)

εijk = Efek galat

(30)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Sebelum penanaman, terlebih dahulu dilakukan pengolahan lahan sedalam 30 cm dan dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya. Persiapan lahan juga meliputi penggemburan lahan pembuatan plot. Persiapan dilakukan seminggu sebelum tanam

Aplikasi Pupuk Dasar NPK

Pemupukan pupuk dasar dilakukan bersamaan penanaman benih. Pupuk dasar yang digunakan adalah Pupuk NPK dengan perbandingan 15 : 15 : 15. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk di dalam larikan yang dibuat lalu ditutupi dengan tanah.

Penanaman

Penanaman benih jagung dilakukan dengan tugal, yakni dengan cara menugal lahan yang telah digemburkan kira-kira sedalam 5 cm lalu ditutup oleh tanah tipis tanpa dipadatkan. Jarak tanam yang digunakan adalah 65 cm x 25 cm dengan jumlah dua benih per lubang. Penanaman dilakukan pada pagi hari dan dilakukan dengan serempak.

Aplikasi Pupuk Cair Organik Bio-Strong

(31)

Pemeliharaan Tanaman. Penyiraman

Penyiraman dilakukan disesuaikan dengan kondisi lahan. Selama penelitian hujan sering turun hingga lahan sudah lembab dan pelakasanaan penyiraman tidak perlu dilakukan.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan dua minggu setelah tanam, dengan cara memotong tanaman menggunakan gunting dan meninggalkan tanaman yang paling baik dan sehat sehingga pada tiap lubang tersisa satu tanaman yang terbaik untuk dipelihara hingga panen.

Penyiangan

Pada awal pertumbuhan jagung kurang dapat bersaing dengan gulma, karena itu harus diusahakan agar areal tanaman pada saat tanaman masih muda harus bersih dari gulma. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan cangkul atau mencabut dengan tangan pada saat gulma mulai tumbuh umur 3 minggu setelah tanam

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan selama pengerjaan penelitian. Karena tidak ada hama dan penyakit yang mengganggu pertanaman selama penelitian berlangsung.

Panen

(32)

hingga terlepas dari batangnya sesuai dengan sampel tanaman yang sebelumnya sudah diberi label.

Pengeringan dan Pemipilan

Pengeringan dilakukan dengan menjemur jagung dengan tongkolnya sampai mencapai kadar air 10-20 %. Setelah kering biji jagung akan dipipil dan tangan hingga semua biji terlepas.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan empat kali. Masing-masing dilakukan 15 hari setelah tanam (HST), 30 HST, 45 HST dan 60 HST. Luas Daun

Luas daun dilakukan pada saat tanaman berumur 75 HST. Pengukuran dilakukan dengan mengukur daun jagung yang sudah terbuka yakni daun ke-7 dari tanaman sampel. Luas daun dihitung menggunakan rumus :

L = p x l x k

Keterangan : LD = Luas daun p = panjang daun l = lebar daun k = konstanta (0,75) Diameter Batang

(33)

batang menggunakan jangka sorong. Setiap tanaman sampel diukur diameter batang bagian tengahnya.

Jumlah Baris per Tongkol

Sebelum dilakukan pemipilan biji jagung, terlebih dahulu harus dihitung jumlah baris biji dalam setiap tongkol. Penghitungan dilakukan secara manual pada masing-masing tongkol jagung. Tongkol yang dihitung adalah yang berasal dari tanaman sampel

Produksi per Plot

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan data hasil sidik ragam diperoleh bahwa pemberian pupuk dasar NPK berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada 15, 30, 45, dan 60 HST dan terhadap produksi per plot, tapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, luas daun, dan jumlah baris per tongkol. Frekuensi pemupukan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 45 HST, tapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, luas daun, jumlah baris per tongkol dan produksi per plot. Interaksi pemberian pupuk dasar NPK dan frekuensi pemupukan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 45 HST, tapi tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang, luas daun, jumlah baris per tongkol , dan produksi per plot.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Tabel 1 dan Lampiran 1-8) dapat dilihat bahwa frekuensi pemupukan POC dan interaksi dengan aplikasi pupuk dasar NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung pada umur 45 HST sedangkan aplikasi pupuk dasar NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

(35)
[image:35.595.101.513.115.424.2]

Tabel 1. Tinggi tanaman jagung umur 15, 30, 45, 45 HST pada 4 taraf frekuensi pemupukan POC dan 3 dosis pemupukan NPK

Waktu (HST) Pupuk NPK (gram/plot) Frekuensi Pemupukan

F0 (0 kali) F1 (1 kali) F2 (2 kali) F3 (3 kali) Rataan cm

15

P0 (0) 35,38 38,78 36,61 38,11 37,22

P1 (185) 37,77 39,43 36,70 36,83 37,68

P2 (370) 38,39 39,18 41,03 40,18 39,69

Rataan 37,18 39,13 38,11 38,37

30

P0 (0) 79,28 85,29 98,00 101,11 90,92

P1 (185) 90,55 102,28 85,98 89,54 92,09

P2 (370) 84,29 92,07 107,36 105,87 97,40

Rataan 84,71 93,21 97,11 98,84

45

P0 (0) 104,80b 122,75a 138,93a 149,37a 128,97 P1 (185) 124,39a 151,56a 112,92b 124,11a 128,24 P2 (370) 115,75b 125,81a 156,49a 150,17a 137,06

Rataan 114,98b 133,38ab 136,11a 141,22a

60

P0 (0) 155,59 176,78 179,52 193,49 176,35 P1 (185) 175,77 190,75 171,13 172,13 177,45 P2 (370) 163,36 177,08 203,68 194,60 184,68

Rataan 164,91 181,54 184,77 186,74

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama pada masing-masing umur tanaman menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pengaruh frekuensi pemupukan POC terhadap tinggi tanaman pada umur 45 HST tertinggi pada perlakuan pemupukan dengan frekuensi 2 kali dengan perlakuan pupuk NPK 370. Meskipun pada perlakuan pemupukan 1, 2, dan 3 kali masing-masing tidak berbeda nyata namun ketiga perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemupukan POC.

(36)
[image:36.595.112.501.74.352.2]

Gambar 1. Hubungan frekuensi pemupukan POC terhadap tinggi tanaman pada 15-60 HST

Gambar 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman jagung tertinggi berasal dari perlakuan frekuensi pemupukan POC 3 kali. Sedangkan tinggi tanaman yang terendah berasal dari perlakuan tanpa pemupukan POC

Diameter Batang

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Tabel 2 dan Lampiran 9-16), diketahui bahwa perlakuan pupuk dasar NPK berpengaruh nyata terhadap diameter batang jagung pada umur 15-60 HST. Sedangkan perlakuan frekuensi pemupukan POC dan interaksinya dengan perlakuan pupuk dasar NPK berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang jagung.

Diameter batang jagung umur 15-60 HST pada masing-masing perlakuan aplikasi pupuk dasar NPK dan frekuensi pemupukan POC dapat dilihat pada Tabel 2

. 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

15 30 45 60

T ing g i t a na m a n (c m )

Umur (Hari setelah tanam)

F0

F1

F2

F3

S15 HST = 0,80384

S 30 HST = 6,2977

(37)
[image:37.595.102.518.116.427.2]

Tabel 2. Diameter batang jagung pada umur 15, 30, 45, 45 HST pada 4 taraf frekuensi pemupukan POC dan 3 dosis pemupukan NPK

HST Pupuk NPK (gram/plot)

Frekuensi Pemupukan

F0 (0 kali) F1 (1 kali) F2 (2 kali) F3 (3 kali) Rataan mm

15

P0 (0) 5,64 5,93 6,32 5,84 5,93b

P1 (185) 6,01 5,97 6,15 5,86 6,00b

P2 (370) 6,59 6,19 6,59 6,54 6,48a

Rataan 6,08 6,03 6,35 6,08

30

P0 (0) 11,98 14,50 14,70 16,37 14,39c

P1 (185) 15,95 16,16 16,05 15,74 15,97b

P2 (370) 17,53 16,21 18,70 18,76 17,80a

Rataan 15,15 15,62 16,48 16,95

45

P0 (0) 14,84 16,44 16,57 17,76 16,41b

P1 (185) 18,31 18,37 18,34 17,92 18,23a

P2 (370) 18,93 18,41 19,83 20,36 19,38a

Rataan 17,36 17,74 18,25 18,68

60

P0 (0) 17,80 18,53 18,81 19,92 18,77c

P1 (185) 20,03 20,53 20,67 20,02 20,31b

P2 (370) 20,98 20,76 21,93 22,14 21,45a

Rataan 19,60 19,94 20,47 20,69

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing umur tanaman menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan pada umur 15 HST, pengaruh pupuk dasar NPK terhadap diameter terbesar pada perlakuan dengan dosis 370 g/plot yang berbeda nyata dengan perlakuan 185 g/plot dan tanpa pemupukan. Begitu juga pada umur 60 HST, diameter batang terbesar pada perlakuan dengan dosis 370 g/plot dan berbeda nyata dengan perlakuan dosis 185 g/plot dan tanpa pupuk dasar NPK. Pada pemupukan NPK umur tanaman 60 HST dengan dosis 370 g/plot diperoleh diameter tertinggi tertinggi 21,45 mm, disusul dengan diameter pada dosis 185 g/plot yaitu 20,31 mm dan perlakuan tanpa pemupukan yaitu 18,77 mm

(38)
[image:38.595.106.500.82.321.2]

Gambar 2. Hubungan aplikasi pupuk dasar NPK terhadap diameter jagung umur 15-60 HST

Gambar 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk dasar NPK dengan dosis 370 g/plot yang kemudian disusul pada perlakuan dengan dosis 185 g/plot dan tanpa pemupukan.

Luas Daun

[image:38.595.103.515.631.746.2]

Berdasarkan pengamatan dan hasil sidik ragam (Tabel 3 dan Lampiran 17-18), diketahui bahwa perlakuan aplikasi pupuk dasar NPK dan frekuensi pemupukan POC serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun jagung.

Tabel 3. Luas daun jagung pada umur 75 pada 4 taraf frekuensi pemupukan POC dan 3 dosis pemupukan NPK

HST Pupuk NPK (gram/plot)

Frekuensi Pemupukan

F0 (0 kali) F1 (1 kali) F2 (2 kali) F3 (3 kali) Rataan cm2

75

P0 (0) 555,17 593,62 572,44 579,97 575,30

P1 (185) 581,36 582,16 601,09 587,40 588,00 P2 (370) 581,25 584,80 613,72 607,37 596,78

Rataan 572,59 586,86 595,75 591,58

0 5 10 15 20 25

15 30 45 60

D ia me te r b a ta n g ( mm)

Umur (Hari setelah tanam)

P0

P1

P2

S 15 HST = 0,2967

S 45 HST = 1,5017

S 30 HST = 1,7079

(39)

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk dasar NPK tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun jagung pada umur 75 HST. Luas daun pada perlakuan dengan dosis penuh relatif lebih tinggi dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan masing-masing setengah dosis dan tanpa pemupukan.

Frekuensi pemupukan POC berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun jagung pada umur 75 HST. Luas daun pada perlakuan 2 kali pemupukan relatif lebih tinggi dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan masing-masing 3 kali, 1 kali, dan tanpa pemupukan.

Jumlah baris per tongkol

Berdasarkan pengamatan dan hasil sidik ragam (Tabel 4 dan Lampiran 19-20), diketahui bahwa aplikasi pupuk dasar NPK dan frekuensi pemupukan POC serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah baris per tongkol jagung.

[image:39.595.100.515.558.671.2]

Jumlah baris per tongkol jagung pada masing-masing perlakuan aplikasi pupuk dasar NPK dan frekuensi pemupukan POC dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah baris per tongkol jagung pada 4 taraf frekuensi pemupukan POC dan 3 dosis pemupukan NPK

HST Pupuk NPK (gram/plot)

Frekuensi Pemupukan

F0 (0 kali) F1 (1 kali) F2 (2 kali) F3 (3 kali) Rataan Baris

105

P0 (0) 10,80 11,20 10,80 11,20 11,00

P1 (185) 10,80 11,00 10,73 10,87 10,85

P2 (370) 10,53 11,33 11,47 10,67 11,00

Rataan 10,71 11,18 11,00 10,91

(40)

tongkol pada perlakuan dengan dosis penuh dan tanpa pemupukan relatif lebih tinggi dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan setengah dosis.

Frekuensi pemupukan POC berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah baris per tongkol jagung. Jumlah baris pada perlakuan 1 kali pemupukan relatif lebih tinggi dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan masing-masing 3 kali, 2 kali, dan tanpa pemupukan.

Produksi per Plot

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Tabel 5 dan Lampiran 21-22), diketahui bahwa perlakuan pupuk dasar NPK berpengaruh nyata terhadap produksi per plot jagung. Sedangkan perlakuan frekuensi pemupukan POC dan interaksinya dengan perlakuan pupuk dasar NPK berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per plot jagung.

Produksi per plot jagung pada masing-masing perlakuan aplikasi pupuk dasar NPK dan frekuensi pemupukan POC dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Produksi jagung pada 4 taraf frekuensi pemupukan POC dan 3 dosis pemupukan NPK

Waktu Pupuk NPK (gram/plot)

Frekuensi Pemupukan

F0 (0 kali) F1 (1 kali) F2 (2 kali) F3 (3 kali) Rataan Kg

105 HST

P0 (0) 2,87 2,91 2,90 2,93 2,90b

P1 (185) 3,03 3,14 3,12 3,08 3,09ab

P2 (370) 3,13 2,95 3,38 3,38 3,21a

Rataan 3,01 3,00 3,13 3,13

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing umur tanaman menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

(41)

terhadap produksi per plot terbesar pada perlakuan dengan dosis penuh yang berbeda nyata dengan perlakuan setengah dosis dan tanpa pemupukan.

[image:41.595.116.494.214.417.2]

Hubungan aplikasi pupuk dasar NPK terhadap produksi per plot jagung dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan aplikasi pupuk dasar NPK terhadap produksi jagung per plot

Gambar 5 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis pupuk NPK yang diaplikasikan maka produksi per plot akan meningkat.

y = 0,000x + 2,914 R² = 0,982

2,85 2,9 2,95 3 3,05 3,1 3,15 3,2 3,25

0 185 370

K

il

o

g

ra

m

(

K

g

/pl

o

t)

(42)

Pembahasan

Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung terhadap Aplikasi Pupuk Dasar NPK

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa pupuk dasar NPK berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang 15-60 HST dan produksi per plot.

(43)

Jamilin (2011) menyatakan bahwa secara secara fisiologi fosfat merangsang pertumbuhan awal yang secara langsung mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman. Rangsangan pertumbuhan awal dari akar ini biasanya menghasilkan hasil panen yang lebih tinggi pada tanaman semusim. Efisiensi pemupukan fosfat dapat ditingkatkan lagi dengan melakukan pemupukan fosfat dikombinasikan dengan pupuk nitrogen. Hal inilah yang mengakibatkan tanaman jagung yang diberikan dengan dosis NPK 370 g/plot memiliki produksi per plot tertinggi dan berbeda nyata dengan dosis NPK 185 g/plot dan tanpa pemupukan. Pada pengamatan produksi per plot diperoleh hasil tertinggi dari pemberian pupuk NPK dengan dosis 370 g/plot yaitu 3,21 kg, sedangkan dosis 185 g/plot 3,09 kg, dan tanpa pemupukan hanya 2,90 kg. Hal ini berarti bahwa memberikan pupuk dasar NPK dengan dosis 370 g/plot dapat meningkatkan produksi sebanyak 3,9% dibandingkan dosis 185 g/plot dan 10,6% dibandingkan tanpa pemupukan. Kandungan hara fosfat yang terdapat pada NPK 370 g/plot lebih tinggi dibanding dengan dua perlakuan lainnya dan sangat diperlukan tanaman jagung dalam pertumbuhan akar yang secara langsung akan mendorong peningkatan produksi buah jagung.

Damanik et al. (2011) menyatakan unsur fosfor memiliki peranan yang sangat penting dalam tanaman. Selain untuk merangsang pembentukan akar fosfor juga berperan dalam pembelahan sel, pembentukan bunga, buah dan biji, meningkatkan kulitas hasil tanaman, dan bahkan untuk ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman.

(44)

jagung dan berdasarkan analisis tanah pada lahan penelitian kandungan nitrogen dan kalium di tanah juga sangat rendah yaitu nitrogen total sebesar 0,14 % dan kalium-tukar sebesar 0,492 me/100g. Hal ini sesuai dengan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (2008) yang menyatakan bahwa jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutaman nitrogen dan kalium. Gardner (2011) menyatakan bahwa kalium berperan penting dalam fotosintetis karena secara langsung meningkatkan pertumbuhan dan indeks luas daun.

Jumlah baris per plot pada perlakuan pemupukan pupuk dasar NPK berpengaruh tidak nyata. Hal ini dikarenakan faktor genetis tanaman. Hal ini didukung oleh Gardner (1991) yang menyatakan secara empiris pertumbuhan

tanaman dapat dinyatakan sebagai salah satu fungsi dari genotipe x lingkungan = f (faktor pertumbuhan internal x faktor pertumbuhan

eksternal).

Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung terhadap Frekuensi Pemupukan POC

(45)

memperolehnya dalam jumlah yang banyak 3) lambat tersedia bagi tanaman dan 4) pengangkutan dan aplikasinya mahal karena dibutuhkan dalam jumlah banyak

Diameter batang, luas daun, jumlah baris per tongkol dan produksi per plot terhadap perlakuan frekuensi penyemprotan berpengaruh tidak nyata. Hal ini dikarenakan meskipun pupuk organik bio-strong mengandung unsur-unsur yang komplek tetapi hanya dalam jumlah yang kecil. Kandungan unsur haranya adalah sebagai berikut : nitrogen (1%), phospor (0,3%), kalium (8%), magnesium (0,8%), dan kalsium (2%). Juga mengandung unsur hara mikro seperti boron, besi, mangaan, natrium, molibdenum. Kandungan unsur hara yang disemprotkan diduga mengalami pencucian sehingga hanya sedikit yang diserap oleh tanaman. Hal ini dapat dilihat dari data curah hujan pada saat aplikasi pemupukan POC sangat tinggi yaitu pada kisaran 200-300 mm/bulan.

Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung terhadap Interaksi Frekuensi Pemupukan POC dan Aplikasi Pupuk Dasar NPK

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 45 HST.

(46)
(47)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Perlakuan frekuensi pemupukan POC berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman jagung pada umur 45 HST. Frekuensi pemupukan 1 kali, 2 kali dan 3 kali mampu meningkatkan sampai 15% dibandingkan dengan tanpa pemupukan POC.

2. Perlakuan aplikasi pupuk dasar NPK dapat meningkatkan sampai 14 % diameter batang pada umur 15-60 HST, 10,6% produksi per plot tanaman jagung. Dosis pupuk dasar NPK yang mengahasilkan tertinggi adalah 370 g/plot atau setara dengan 300 kg/ha.

3. Interaksi frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung 45 HST. Interaksi yang menghasilkan produksi tertinggi yaitu frekuensi 2 kali dengan dosis NPK 370 g/plot dan frekuensi 3 kali dengan dosis NPK 3 kali sedangkan terendah pada tanpa pemupukan POC dengan tanpa pemupukan NPK.

Saran

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Akil, M., dan H.A. Dahlan, 2009. Budidaya Jagung dan Deseminasi Teknologi. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros

Badan Pusat Statistik, 2013. Produksi Padi, Jagung dan kedelai tahun 2013. http://www.bps.go.id/brs_file/aram_01jul13.pdf. Diakses pada tanggal 15 April 2014

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Lampung Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian USU, Medan. hal 56 Damanik, M.M.B., Bachtiar E.H., Fauzi, Sarifuddin, dan Hamidah H., 2011.

Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan. hal. 262

Departemen of Health and Ageing, 2008.The Biology of Maize (Zea mays L.spp mays(Maize or Corn).http dbtbiosafety.nic.in/guidelines/maize.pdf diakses pada 3 Mei 2014

Fadhly, A.F, 2009.Teknologi Peningkatan Indeks Pertanaman Jagung. Prosiding : Seminar Nasional Serelia 2009. 29 Juli 2009. Maros. hal. 246-253

Gardner, F. P., R.B. Pierce, dan R.L. Mitchel, 1991. Fisilogi Tanaman Budidaya (Terjemahan dari Phisiology of Crop Plants). University of Indonesia Press, Jakarta

Irianto, G., 2010. Pemupukan Berimbang Saja Tidak Cukup. Sinar Tani, Jakarta. Edisi 10-16 Maret 2010

Jamilin, 2011. Kombnasi Pupuk NPK dan Pupuk Organik. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor

Kumar, B., Chikappa G.K. S.L. Lat, C.M. Parihar, Yathish K.R., V. Singh, K. S Koda, A.K. Dass, J.C. Sekhar, R. Kumar and R.S. Kumar, 2012. Maize Biology :An Introduction. Pusa Campus. New Delhi. hal 11

Lengreid, M. Bockman, O.C. and O. Kaastad, 1999. Agriculture Fertilizers and The Environment. CABI Publishing, New York. hal 78

Nassaruddin dan Rosmawati, 2011. Pengaruh Pupuk Organik Cair (Poc) Hasil Fermentasi Daun Gamal, Batang Pisang dan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao. Agrisistem 7 : 29-37.

(49)

Rizqiani, N. F. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Dataran Rendah. Ilmu Tanah dan Lingkungan. 1: 43-53.

Sari, D. 2008. Pengaruh Beberapa Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Serapan N Serta P Tanaman Petsai (Brassica pekinensis) dan Brokoli (Brassica oleracea) Pada Andisol Cisarua. Skripsi. Program Studi Ilmu Tanah, IPB, Bogor.

Sharna, O.P., 2002. Plant Taxonomy. Tata Mc Graw Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

Subekti, N.A, Syarifuddin, Roy E., dan S. Sunarti, 2014. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia, Maros. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/empat.pdf. Diakses pada tanggal 6 Mei 2014

Tuherkih, E dan I. A. Sipahutar, 2014. Pengaruh Pupuk Majemuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung di tanah Inceptisol. http:// litbang.go.id. Diakses pada 2 Juni 2014

Violic, A.D. 2000. Integrated crop management. In Maize Improvement and Production. Food and Agricultural Organization of the United Nations, Rome, p.265-268

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman jagung umur 15, 30, 45, 45 HST pada 4 taraf frekuensi pemupukan POC dan 3 dosis pemupukan NPK
Gambar 1. Hubungan frekuensi pemupukan POC terhadap tinggi tanaman pada 15-60 HST
Tabel 2. Diameter batang jagung pada umur 15, 30, 45, 45 HST pada 4 taraf frekuensi pemupukan POC dan 3 dosis pemupukan NPK
Gambar 2. Hubungan aplikasi pupuk dasar NPK terhadap diameter jagung umur 15-60 HST
+3

Referensi

Dokumen terkait

Melihat hal ini, media-media yang ada ini sesungguhnya adalah sebagai perantara informasi, agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Pendidikan kewirausahaan di Universitas Bina Nusantara melalui kurikulum dan faktor pendukung, metode pengajaran,

Beberapa keuntungan dari alat ukur ini adalah: (a) Sederhana dan cukup kuat; (b) berfungsi dengan head loss cukup kecil, (c) kotoran/sampah akan mudah melewati alat ini,

Berikut adalah tabel kegiatan pelaksanan: melakukan pelatihan tata cara survey dan penggalian potensi bersama dengan instruktur yang dipandu oleh aparat desa Muaro

Model/Unsur Apa Siapa Bagaimana Dimana Ecology of KM (Snowden) Explicit/tacit knowledge, knowledge asset, trust, decision Semua stakeholders, implisit Knowledge mapping,

Sasaran strategis Terselenggaranya Pengendalian Layanan IPTEK KP Triwulan III TA 2016 terdiri 1 (satu) indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur

Hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini adalah adanya korelasi positif antara pola asuh otoritatif orang tua dengan efikasi diri dalam mengambil keputusan karir pada

Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan pada industri gerabah di Kasongan dapat disimpulkan bahwa sistem kerja dengan pendekatan ergonomi total (a) menurunkan