Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
TUGAS SARJANA
MESIN KONVERSI ENERGI
KAJIAN EKSPERIMENTAL
PENGARUH PENGURANGAN KADAR AIR TERHADAP
NILAI KALOR PADA BAHAN BAKAR PADAT
Oleh :
DANIEL ROMATUA 03 0401 081
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan atas karunia dan kasih-Nya yang diberikan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai waktu yang
diharapkan sebelumnya.
Skripsi ini merupakan Tugas Sarjana yang harus diselesaikan oleh setiap
mahasiswa di Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara pada saat akan menyelesaikan masa studinya sebagai pelengkap salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik.
Tulisan skripsi ini berjudul “Kajian Eksperimental Pengurangan Kadar
Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat” dengan cara dikeringkan
dengan menggunakan alat pengering fluidized bed drayer.
Selama penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak dan melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Tulus Burhanuddin Sitorus, S.T, M.T selaku Sekertaris Departemen
Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara dan Terang U.H.S.G., S.T,
M.T yang dalam hal ini juga sebagai dosen pembimbing saya.
2. Ir. Alfian Hamsi, M.Sc selaku Ketua Departemen Teknik Mesin
Universitas Sumatera Utara.
3. Para staf pengajar di Departemen Teknik Mesin, Fakutas Teknik
Universitas Sumatera Utara atas bimbingan dan ilmunya selama masa
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
4. Para staf pegawai atas bantuan tertib administrasi selama masa studi.
5. Ayahanda Alm. B. Simanjuntak dan Ibunda H.N Siahaan, abang saya
Fernando Simanjuntak, S.H dan adik saya Franky Simanjuntak dan
semua keluarga yang ada di Bekasi dan di Medan yang selalu memberi
kekuatan melalui doa dan selalu memberi nasehat dan semangat
selama masa studi.
6. Seluruh teman-teman saya angkatan 2003, kelompok kecil EKLESIA,
teman saya yang ada di Bekasi : Mande, Yosua, David, Adventus,
Rico, dan teman-teman yang ada di kos 17+ dan teman-teman yang
belum disebutkan saya ucapkan terimakasih atas dukungan dan
semangatnya. Dan B’Paulus dan K’Ayu sebagai pemimpin kelompok
kecil.
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang
diberikan selama penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis menerima saran dan
kritik dari teman-teman yang membaca skripsi ini guna untuk mendapatkan hasil
yang lebih sempurna lagi. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Oktober 2007 Penulis,
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR NOTASI viii
ABSTRAK ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Pengujian 3
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Sistematika Penulisan 4
1.5 Metode Pengujian 5
1.6 Metode Pengumpulan Data 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 6
2.2 Proses Pembakaran (Combustion Process) 7
2.3 Nilai Kalor (Heating Value) 10
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Dulong dan Petit 12
2.3.2 Menentukan Nilai Kalor Dengan Rumus
Pendekatan Mendeleyev 14
2.3.3 Menentukan Nilai Kalor Dengan Bomb Kalorimeter 14
2.4 Pembakaran Bahan Bakar Padat 15
2.5 Prinsip-Prinsip Pengeringan 19
2.5.1 Laju Pengeringan 20
2.5.2 Pola Suhu Di Dalam Pengering 20
2.5.3 Perpindahan Kalor Di Dalam Pengeringan 21
2.5.4 Perpindahan Massa Di Dalam Pengering 23
2.5.5 Efisiensi Pengeringan 23
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kondisi dan Waktu Pengujian 25
3.2 Diagram Jaringan Kerja Penelitian 25
3.3 Pembuatan Alat Pengering 26
3.4 Pengujian Alat Pengering 27
3.4.1 Peralatan Yang Digunakan 28
3.4.2 Prosedur Pengujian Alat Pengering 30
3.4.3 Prosedur Penentuan Kadar air 31
3.5 Pengujian Nilai Kalor 31
3.5.1 Peralatan Yang Digunakan 31
3.5.2 Prosedur Pengujian 32
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
4.1 Analisa Nilai Kalor Bahan Bakar Sebelum Dikeringkan 35
4.2 Analisa Nilai Kalor Bahan Bakar Sesudah Dikeringkan 42
4.2.1 Analisa Nilai Kalor Pada Serabut Kelapa Sawit 42
4.2.2 Analisa Nilai Kalor Pada Cangkang Kelapa Sawit 43
4.2.3 Analisa Nilai Kalor Pada Sekam padi 44
4.3 Laju Pindahan Panas 49
4.3.1 Koefisien Konveksi Heater 49
4.3.2 Laju Pindahan Panas Pada Tungku Pengering 49
4.4 Kecepatan Aliran Udara dan Biaya Liatrik 50
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 52
5.2 Saran 53
DAFTAR PUSTAKA 53
LAMPIRAN 54
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan faktor pendukung dalam usaha meningkatkan taraf
hidup masyarakat di dunia. Sekarang ini energi dapat diciptakan atau dihasilkan
dengan mudah yaitu dengan memanfaatkan hasil dari limbah-limbah pabrik
sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi seperti hasil limbah padat pada
pabrik kelapa sawit yaitu serabut dan cangkang yang digunakan sebagai bahan
bakar ketel dan limbah hasil pertanian yaitu sekam padi dan masih banyak lagi
yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif.
Jenis sumber energialternatif yang bisa dikembangkan antara lain : energi
matahari, energi angin, energi panas bumi, energi panas laut (OTEC) dan energi
biomassa. Diantara sumber-sumber energi alternatif tersebut, energi biomass
merupakan sumber energi alternatif yang perlu mendapat prioritas dalam
pengembangannya dibandingkan dengan sumber energi yang lain. Di sisi lain,
Indonesia sebagai negara agraris banyak menghasilkan limbah pertanian yang
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
merupakan sumber energi alternatif yang melimpah, dengan kandungan energi
yang relatif besar. Limbah pertanian tersebut apabila diolah bersama-sama dengan
batu bara dan zat pengikat polutan akan menjadi suatu bahan bakar padat buatan
yang lebih luas penggunaannya sebagai bahan bakar alternatif yang di sebut
biobriket.
Batubara sebagai sumber energi dimanfaatkan untuk mengoperasikan ketel
uap (steam boiler) pada industri-industri besar, kapal-kapal dagang maupun kapal
perang, lokomotif uap dan PLTU.
Selain batubara yang digunakan dalam pengoperasian ketel uap sebagai
sumber energi, limbah padat pabrik minyak sawit juga dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi, yaitu sampah serabut, cangkang atau TBK, dapat dipakai
sebagai bahan bakar ketel uap untuk memenuhi kebutuhan uap panas (steam) dan
listrik dan juga limbah padat pada penggilingan padi yang jumlahnya mencapai
20÷23 % dari gabah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif
untuk warung atau rumah tangga.
Bahan bakar yang umumnya dipakai untuk pabrik kelapa sawit adalah
sampah serabut dengan penambahan cangkang sampai 15%.
Dalam hal ini nilai kandungan air yang terkandung dalam bahan bakar
padat terdiri dari kandungan air internal atau air kristal, yaitu air yang terikat
secara kimiawi dan kandungan air eksternal atau air mekanikal, yaitu air yang
menempel pada permukaan bahan dan terikat secara fisis atau mekanis.
Air yang terkandung dalam bahan bakar meyebabkan penurunan mutu
bahan bakar karena dapat menurunkan nilai kalor dan memerlukan sejumlah kalor
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
menambah volume gas buang. Oleh karena itu, keadaan tersebut dapat
mengakibatkan pengurangan efisiensi ketel uap ataupun efisiensi motor bakar,
penambahan biaya perawatan ketel, menambah biaya transportasi, dan merusak
saluran bahan bakar cair (fuel line) dan ruang bakar.
Untuk itu dilakukan percobaan atau eksperimental dengan cara
mengeringkan serabut, cangkang dan sekam padi untuk mengurangi kadar air
yang terdapat pada masing-masing bahan bakar sesudah melalui proses pengering
yang mempunyai pengaruh terhadap nilai pembakaran atau nilai kalor pada
serabut, cangkang dan sekam padi.
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai sehubungan dengan penelitian ini
adalah mengetahui perubahan nilai kalor sebagai pengaruh perubahan kadar air
sehingga didapatlah nilai kalor optimum (tinggi) dari bahan bakar yang akan diuji.
Manfaat dari penelitian adalah :
1. Untuk memperoleh kelebihan dan kekurangan dari masing-masing
bahan bakar yang diuji.
2. Sebagai tambahan referensi bagi dunia pendidikan perguruan tinggi
dan badan–badan / instansi terkait.
1.3 Batasan Masalah
Untuk lebih terarahnya proses penelitian dan pembahasan ini diberi
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
1. Analisa nilai kalor bahan bakar secara teoritis dan pengujian di
laboratorium.
2. Pemilihan bahan bakar pada proses pengujian yaitu serabut, cangkang
dan sekam padi.
3. Menentukan kadar air yang ada pada serabut, cangkang dan sekam
padi untuk mengetahui nilai kalor sesudah melalui proses pengeringan.
4. Menggunakan alat pengeringan yang telah dirancang yaitu Fluidized
Bed Dryer.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematis penulisan tugas sarjana ini adalah sebagai berikut:
Bab 1. Pendahuluan. Pada bab ini akan dibahas mengenai Latar
Belakang, Tujuan dan Manfaat Pengujian, Sistematis Penulisan, Batasan Masalah
dan Metode Pengujian.
Bab 2. Tinjauan Pustaka. Pada bab ini akan dibahas mengenai
teori-teori dasar tentang pembakaran bahan bakar padat, nilai kalor pada bahan bakar,
prinsip pengeringan.
Bab 3. Metodologi Penelitian. Pada bab ini memberikan informasi
mengenai tempat dan waktu pelaksanaan pengujian, bahan dan peralatan yang
dipakai serta tahapan dan prosedur pengujian.
Bab 4. Hasil Analisa Pengujian. Bab ini membahas tentang hasil data
yang diperoleh dari setiap pengujian melalui pembahasan perhitungan dan
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Bab 5. Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini akan memaparkan
kesimpulan dari analisa beberapa pengujian.
1.5 Metode Pengujian
Metode yang dilakukan dalam pengujian yaitu
1. Pengujian pengeringan serabut, cangkang dan sekam padi dengan alat
yang telah dirancang yaitu fluidized bed dryer.
2. Penentuan kadar air bahan bakar yang akan diuji.
3. Pengujian nilai kalor bahan bakar dengan bom kalorimeter.
1.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
a. Survei Lapangan
Survei yang dilakukan disini, dilakukan dengan peninjauan pada sebuah
pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu pada PKS PTP. NUSANTARA IV
DOLOK ILIR Sumatera Utara dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
b. Studi Literatur
Berupa studi kepustakaan, kajian-kajian dari buku-buku dan tulisan yang
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
c. Diskusi
Diskusi disini berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing, dosen
pembanding yang telah ditunjuk oleh Departemen Teknik Mesin USU,
mengenai masalah yang timbul selama penelitian dan penulisan tugas sarjana.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Reaksi kimia eksotermis yang paling penting dalam produksi energi
adalah reaksi pembakaran. Reaksi ini adalah sebuah reaksi oksidasi yang terdiri
enam macam unsur yang dapat terbakar dan dapat dijumpai dalam beberapa bahan
fosil, yaitu karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor dan sulfur. Namun
unsur-unsur kimia yang paling penting adalah C, H dan S yaitu unsur-unsur-unsur-unsur yang jika
terbakar menghasilkan kalor dan berturut-turut diubah menjadi karbon dioksida
(CO2), uap air (H2O), dan sulfur dioksida (SO2). Pembakaran adalah reaksi kimia
yang cepat antara oksigen dan bahan yang dapat terbakar, disertai timbulnya
cahaya dan menghasilkan kalor. Oksigen yang dipakai biasanya dari udara yang
terdiri dari 79% N2 + 21% O2. Pembakaran dapat dibedakan menjadi 3 tipe
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
a. Pembakaran sempurna (complete combustion) terjadi bila semua unsur
C, H dan S yang terkandung dalam bahan bakar bereaksi membentuk
CO2, H2O dan SO2.
b. Pembakaran parsial (incomplete parsial) terjadi bila proses
pembakaran bahan bakar menghasilkan intermediate combustion
product seperti CO, H2, aldehid, disamping CO2 dan H2O.
c. Pembakaran spontan (spontaneous combustion) terjadi jika zat atau
bahan mengalami oksidasi perlahan-lahan, kalor yang dihasilkan tidak
dilepas, sehingga suhu bahan naik secara perlahan juga sampai suhu
mencapai titik bakarnya (ignition point), maka bahan terbakar dan
menyala.
Beberapa cara meningkatkan pembakaran :
1. Membuat aliran udara yang baik dalam api.
2. Insulasi yang dibuat disekitar ruang bakar adalah untuk membantu
mencegah panas terbuang keluar.
3. Menghindarkan penggunaan bahan-bahan yang berat, material yang dingin
atau yang bersifat basah.
2.2 Proses Pembakaran (Combustion Process)
Dalam ilmu kimia yang dimaksud dengan pembakaran adalah Oksidasi yang
berlangsung pada temperatur tertentu, dengan kecepatan reaksi yang tinggi dan
menghasilkan panas
Dalam proses pembakaran ini unsur–unsur yang mempengaruhinya adalah
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Karbon + Oksigen = Karbon dioksida + panas
Hidrogen + Oksigen = Uap air + panas
Sulfur + Oksigen = Sulfur dioksida + panas
Karbon merupakan salah satu unsur yang dapat terbakar yang paling
penting dan menjadi bagian utama dari setiap senyawa hidrokarbon. Oksidasi
karbon agak lambat dan lebih sulit bila dibandingkan dengan unsur hidrogen dan
sulfur. Walaupun karbon mempunyai suhu pembakaran yang lebih rendah (407oC)
dari zat cair, karbon adalah zat padat dengan temperatur tinggi dan
pembakarannya relatif lambat. Akibatnya, dalam setiap proses pembakaran
teoritis, akan dianggap bahwa sulfur dan hidrogen keduanya terbakar sempurna
sebelum karbon terbakar. Selanjutnya ini akan diasumsikan bahwa semua karbon
akan teroksidasi menjadi karbon monoksida sebelum semua bagian karbon itu
diubah menjadi karbon dioksida. Reaksi kimianya adalah
)
pada reaksi ini, 2 mol karbon (24 kg) bereaksi dengan 1 mol oksigen (32 kg)
menghasilkan 2 mol karbon monoksida (56 kg). apabila terdapat oksigen yang
cukup memadai, karbon monoksida itu akan teroksidasi menjadi karbon dioksida
dengan melepaskan energi tambahan :
)
jadi, 2 mol karbon monoksida (56 kg) bereaksi dengna 1 mol oksigen (32 kg)
menghasilkan 2 mol karbon dioksida (88 kg). dengan demikian, 64/24 atau 2.66
kg oksigen dibutuhkan untuk membakar sempurna 1 kg karbon.
Hidrogen mempunyai temperatur penyalaan yang paling tinggi di antara
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
gas, kinetika perubahan hirogen berlangsung sangat cepat. Akibatnya, bila
terdapat udara yang cukup, hidrogen akan terbakar sempurna menjadi air.
Persamaan reaksinya adalah :
2H2 +O2→2H2O+2QH QH =286.470 kJ/(kg.molH2)
2 mol hidrogen (4 kg) bereaksi dengan 1 mol oksigen (32 kg) menghasilkan 2 mol
air (36 kg). jadi massa oksigen yang dibutuhkan untuk membakar sempurna satu
satuan massa hidrogen adalah 32/4 atau 8 kg.
Sulfur memiliki temperatur penyalaan 243oC atau 470oF, yang merupakan
temperatur penyalaan terendah di antara ketiga unsur dapat terbakar tersebut.
Sementara oksidasi sulfur melepaskan energi kimia dalam reaksi berikut.
Persamaan reaksi adalah :
2S+O2 →SO2+2QS QS =296.774kJ/(kg.molS)
1 mol sulfur (32 kg) ditambah 1 mol oksigen (32 kg) menghasilkan 1 mol sulfur
dioksida (64 kg). Jadi, 32/32 atau 1 kg oksigen yang dibutuhkan unutk membakar
1 kg sulfur.
Dibawah ini adalah tabel komposisi bahan bakar padat yang mempunyai
unsur-unsur kimia yang terdapat pada bahan bakar padat :
Tabel 2.1 Komposisi Bahan Bakar Padat
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Tabel 2.2 Komposisi Sekam Padi
Apparent density (kg/m³) 1,006
Bulk density (kg/m³) 620
Higher heating value (dry basis) (MJ/kg) 16,04
Lower heating value (dry basis) (MJ/kg) 14,63 Lower heating value (wet basis) (MJ/kg) 13,76
Proximate analysis
Moisture content (%) 5,93
Volatile matter (%) 61,02
Fixed carbon (%) 16,59
Ash, (%) 16,46
Sumber :
Tabel 2.3. Komposisi Kimia Serabut dan Cangkang
Komposisi
Bahan bakar
Cangkang Serabut
Karbon (%)
2.3 Nilai Kalor (Heating Value)
Kalor pembakaran adalah kalor yang dihasilkan dari pembakaran sempurna
1 satuan berat bahan bakar padat atau bahan bakar cair atau 1 satuan volume
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
60 oF atau 0 oC) atau nilai banyaknya energi panas yang diperoleh (dilepaskan)
pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia yang terdapat dalam bahan
bakar pada proses pembakaran 1 (satu) kilogram.
Nilai kalor bahan bakar terbagi atas dua bagian yaitu :
a. Nilai Kalor Atas (High Heating Value)
Kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu satuan berat bahan
bakar padat atau cair, atau satu satuan volume bahan bakar gas, pada tekanan
tetap, suhu 25oC apabila semua air yang mula-mula berwujud cair setelah
pembakaran mengembun menjadi cair kembali.
b. Nilai Kalor Bawah (Low Heating Value)
Merupakan nilai kalor bahan bakar tanpa panas laten yang berasal dari
pengembunan uap atau air yang besarnya sama dengan nilai kalor atas
dikurangai kalor yang diperlukan oleh air yang terkandung dalam bahan bakar
dan air yang terbentuk dari pembakaran. Umumnya kandungan hidrogen
dalam bahan bakar berkisar 15 %, yang berarti bahwa setiap satu satuan bahan
bakar 0,15 bagian merupakan hidrogen.
Nilai kalor (Heating Value) atau (Calorific Value) dari unsur-unsur
karbon, hidrogen, dan sulfur seperti disebutkan dalam persamaan kimia di atas
adalah sebagai berikut :
• Nilai Panas Karbon
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
= 2194,73 kkal/kg
QCO-CO2 = 283180 kJ/kg.mol CO = 10109,96 kJ/kg CO
= 2414,259 kkal/kg CO
Dalam hal ini nilai panas karbon tidak ada nilai tertinggi dan terendah, karena
tidak ada kehilangan energi panas selama terjadinya reaksi kimia.
• Nilai Panas Hidrogen
QH = 286470 kJ/kg.mol H2
= 142098,21 kJ/kg H2
= 33933 kkal/kg H2
Nilai panas H2 sebelum dikurangi panas pembentuk uap disebut N. Nilai kalor
kotor (tertinggi) atau (Gross Heating Value) adalah
HHV = 143235 kJ/kg H2
LHV = 120067 kJ/kg H2
• Nilai Kalor Sulfur
QS = 296774 kJ/kg.mol S
= 9256,83 kJ/kg S
= 2210,53 kkal/kg S
Maka, dari pembakaran 1 kg bahan bakar yang terdiri dari senyawa kimia tersebut
di atas akan dilepaskan energi panas sebesar :
Q = 32769 C + 142097 H2 + 9257 S kJ/kg ( 2.1 )
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Sebenarnya ada dua macam nilai pembakaran, yakni nilai pembakaran
tinggi atau bruto dan nilai pembakaran rendah atau netto. Perbedaan antara kedua
nilai pembakaran ini pada dasarnya sama dengan panas laten penguapan dari uap
air yang terdapat dalam hasil gas buang ketika bahan bakar dibakar dengan udara
kering. Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada
proses pembakaran dapat berasal dari kandungan air yang memang sudah ada
dalam bahan bakar (moisture). Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan
parsial 20 kN/m2 (tekanan yang umum timbul pada gas buang motor bakar) adalah
2400 kJ/kg. HHV dan LHV merupakan panas laten dari sejumlah uap air yang
terjadi dari hasil pembakaran bahan bakar bersangkutan, bila pembakaran
memakai udara kering. Perbedaan anatra nilai pembakaran tinggi dan rendah
dihitung dengan cara pendekatan berdasarkan rumus berikut ini yang dapat
dipakai untuk sebarang bahan bakar dalam basis massa(1, hal : 46)
Nilai HHV dapat ditentukan sebagai berikut :
HHV = 33950 C + 144200 (H2
-8
2
O
) + 9400 S kJ/kg ( 2.2 )
di mana :
HHV : Nilai kalor atas
C : Persentase karbon dalam bahan bakar
H2 : Persentase hidrogen dalam bahan bakar
O2 : Persentase oksigen dalam bahan bakar
S : Persentase sulfur dalam bahan bakar
Nilai (H2
-8
2
O
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Bila dalam bahan bakar terdapat H2 bagian berat Hidrogen dan O2 bagian berat
Oksigen yang terdapat dalam bahan bakar habis bersenyawa dengan hidrogen,
maka jumlah hidrogen yang diikat oleh oksigen sama dengan seperdelapan jumlah
oksigen dari bahan bakar, jadi jumlah hidrogen yang tidak ikut bereaksi adalah :
H2 -
8
2
O
. Jadi ini berati bahwa bahan bakar telah berkurang seberat 8
2
O
kg, oleh
sebab itulah HHV dihitung berdasarkan berat bahan bakar sebelum bereaksi
dengan oksigen dari luar.
Dan besar nilai kalor bawah (LHV) dapat ditentukan sebagai berikut, yaitu
selisih antara HHV dengan panas laten yang terbentuk dari proses pembakaran.
HHV – LHV = 2400 (M + 9H2) kJ/kg ( 2.3 )
M : kandungan air dalam bahan bakar (moisture)
H2 : fraksi massa hidrogen bahan bakar
2.3.2 Menentukan Nilai Kalor Dengan Rumus Pendekatan Mendeleyev
Selain rumus Dulong dan Petit untuk menentukan nilai kalori pada bahan
bakar padat yaitu batubara, persamaan Mendeleyev berlaku juga untuk semua
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
QL = 81C + 246H + 26 (O-SV ) – 6W ( 2.7 )
di mana :
QL : NHV (net heating value) = LHV (low heating value) = nilai kalor bawah
C : kandungan karbon
H : kandungan hidrogen
SV : kandungan sulfur
O : kandungan oksigen
W : kandungan air
2.3.3 Menentukan Nilai Kalor Dengan Bomb Kalorimeter
Pengujian menggunakan bomb kalorimeter dapat menentukan nilai kalor
suatu bahan yang akan diuji. Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah
penyalaan (T1 dan T2) yang telah diperoleh pada pengujian “Bomb Kalorimeter”
selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai kalor atas bahan bakar (HHV)
dengan persamaan berikut(10, hal :12) :
HHV = (T2 – T1 – Tkp) × Cv × 1000 ( 2.8 )
dimana :
HHV : Nilai kalor atas ( High Heating Value )
T1 : Temperatur air pendingin sebelum penyalaan
T2 : Temperatur air pendingin sesudah penyalaan
Cv : Panas jenis bomb kalorimeter ( 73529,6 J/g. oC )
Tkp : Kenaikan temperatur akibat kawat penyala ( 0,04
o
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Selanjutnya untuk memperoleh harga nilai kalor rata–rata bahan bakar
digunakan persamaan berikut ini :
HHVrata - rata =
5
5
1 i
iΣ= HHV
( kJ/kg ) ( 2.9 )
2.4 Pembakaran Bahan Bakar Padat
Bahan bakar padat yang sebagian besar terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen, pembakarannya berlangsung sebagai berikut:
Mula-mula bahan bakar padat tersebut akan membentuk gas-gas atau yang
biasa disebut menge-gas (= ontgassing), pada waktu berlangsung destilasi kering,
dan gas-gas tersebut akan terurai lebih lanjut menjadi CO dan H2 (water gas) dan
akan terbakar.
Selanjutnya arang atau kokas yang tertinggal (yang semuanya terdiri dari
karbon) akan menguap atau sublimasi terlebih dahulu, dan kemudian baru
terbakar menjadi CO2 bila jumlah Oksigen yang tersedia mencukupinya.
Udara pembakar, yang diperlukan untuk ”menge-gas”-kan (ontgassing)
dari Karbon C, disebut udara primair, sedangkan udara pembakar yang digunakan
untuk membakar gas-gas CO menjadi CO2 disebut udara sekundair.
Dengan demikian maka pada waktu membakar bahan bakar padat, dapat
dibagi menjadi dua periode, yaitu:
a. Menge-gas (ontgassing) bahan bakar padat tadi menjadi gas-gas
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
b. Membakar lebih lanjut gas-gas yang terbentuk tadi menjadi CO
dan yang untuk selanjutnya menjadi CO2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padat, antara
lain :
1. Ukuran partikel
Partikel yang lebih kecil ukurannya akan lebih cepat terbakar.
2. Kecepatan aliran udara
Laju pembakaran biobriket akan naik dengan adanya kenaikan
kecepatan aliran udara dan kenaikan temperatur
3. Jenis bahan bakar
Jenis bahan bakar akan menentukan karakteristik bahan bakar.
Karakteristik tersebut antara lain kandungan volatile matter dan
kandungan moisture.
4. Temperatur udara pembakaran
Kenaikan temperatur udara pembakaran menyebabkan semakin
pendeknya waktu pembakaran. Beberapa masalah yang berhubungan
dengan pembakaran serabut kelapa sawit dengan batubara antara lain :
a. Kadar air
Kandungan air yang tinggi menyulitkan penyalaan dan
mengurangi temperatur pembakaran.
b. Kadar kalori
Semakin besar nilai kalor maka kecepatan pembakaran semakin
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
c. Kadar abu
Kadar abu yang tinggi didalam batubara tidak mempengaruhi
proses pembakaran.
d. Volatile matter atau zat-zat yang mudah menguap
Semakin banyak kandungan volatile matter pada biobriket maka
semakin mudah biobriket untuk terbakar dan menyala.
e. Bulk density
Serabut kelapa mempunyai bulk density yang jauh lebih rendah
bila dibandingkan dengan batubara.
Penguraian dan oksidasi dari batubara berlangsung dimulai pada
temperatur yang rendah. Temperatur penguraian dan Oksidasi ini makin rendah
bila umur geologis bahan bakar makin muda, atau makin banyak kandungan
zat-zat penguapnya (volatile matter), dan kandungan-kandungan Oksigennya, serta
bila susunan bahan bakar makin sulit.
Untuk penguraian zat-zat, dibutuhkan sejumlah panas. Sebaliknya pada
waktu oksidasi akan terbentuk panas. Bilamana panas yang terbentuk telah
melebihi panas yang dibutuhkan, baik untuk penguraian zat-zat maupun untuk
menaikkan temperatur bahan bakar sekelilingnya hingga mencapai temperatur
penyalaan, maka proses akan berlangsung lebih cepat (atau makin dipercepat),
sehingga bila pembakaran telah terjadi, maka bahan bakar akan terbakar terus.
Berapa tebalnya lapisan batubara di atas rangka bakar yang seharusnya,
adalah tergantung dari besarnya butiran batubara. Makin kecil
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Pada lapisan yang tipis dari bahan bakar yang sedikit mengandung
gas-gas, terdapat cukup O2 di dalam gas asap di atasnya, yang mampu untuk
membakar gas-gas yang dihasilkan dari destilasi kering bahan bakar.
Untuk jenis batubara berupa gas coal dan cooking coal, bunga apinya agak
pendek, temperatur penguraian gas dan panas pembakaran dari gas-gasnya adalah
lebih tinggi, susunan gas-gasnya lebih banyak mengandung zat air-arang,
sehingga dengan kecepatan perubahan dari C ke CO yang terbatas, menyebabkan
bunga api menyala lebih terang dibandingkan dengan jenis-jenis batubara muda
lainnya, namun pembentukan jelaganya juga lebih banyak. Kokas yang terbentuk
agak sukar terbakar.
Unsur-unsur api yang mungkin timbul di bahan bakar dapat menyebabkan
banyak warna ketika pembakaran. Di samping ini, warna dari suatu nyala api
adalah bergantung pada perbandingan bahan bakar dengan udara.
Tabel 2.4 Warna nyala api
Color Chemical
Carmine Lithium Chloride Red Strontium Chloride
Orange Calcium Chloride (a bleaching powder)
Yellow Sodium Chloride (table salt) or Sodium Carbonate Yellowish Green Borax
Green Copper Sulfate Blue Copper Chloride
Violet 3 parts Potassium Sulfate
1 part Potassium Nitrate (saltpeter) Purple Potassium Chloride
White Magnesium Sulfate (Epsom salts)
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Cahaya dari nyala hidrokarbon adalah dari energi yang dilepaskan oleh elektron
dari yang rendah sampai batas yang tertinggi selama proses pembakaran. Energi
yang dilepas bergantung pada frekuensi dari cahaya dan warna nyala api. Warna
nyala merah menunjukan energi yang dihasilkan rendah dan frekuensi yang
rendah. Warna nyala kuning menunjukan energi dan frekuensi yang dihasilkan
sedang, sedangkan warna nyala hijau, orange, biru dan violet adalah energi dan
frekuensi yang dihasilkan tinggi. Biasanya pembakaran bahan bakar padat selalu
dihasilkan nyala api berwarna kuning.
2.5 Prinsip-Prinsip Pengeringan
Pada umumnya, pengering (drying) zat padat berarti pemisahan sejumlah
kecil zat atau zat cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangai kandungan sisa
zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima. Zat
padat yang akan dikeringkan biasanya terdapat dalam berbagai bentuk serpih
(flake), bijian (granule), kristal (crystal), serbuk (powder), lempeng (slab), atau
lembaran senambung (continuous sheet) dengan sifat-sifat yang mungkin sangat
berbeda satu sama lain. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam prinsip
pengeringan diantaranya adalah laju pengeringan, pola suhu di dalam pengering,
perpindahan kalor dalam pengering, perpindahan massa di dalam pengering,
efisiensi pengeringan.
2.5.1 Laju Pengeringan
Pada gambar dibawah ini menunjukan kurva laju pengeringan, tipikal
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
N = Nc = tetap. Perioda laju tetap ditentukan sepenuhnya oleh laju pindahan panas
dan masssa eksternal karena suatu lapisan tipis air bebas selalu tersedia pada
permukaan penguapan(2, hal : 10) .
Gambar 2.1 Laju pengeringan vs Kadar air (sumber : Sakamon Devahastin
”Panduan Praktis Mujumdar Untuk Pengeringan Industrial” hal : 13)
2.5.2 Pola Suhu Di Dalam Pengering
Gejala perubahan suhu di dalam pengering bergantung pada sifat bahan
umpan dan kandungan zat cairnya, suhu medium pamanas, waktu pengeringan,
serta suhu akhir yang diperbolehkan dalam pengeringan zat padat itu. Namun,
pola itu ada kesamaannya antara satu pengering dengan pengering lain. Dalam
pengering kontinu, setiap parikel atau elemen zat padat itu mengalami suatu siklus
yang serupa dengan gambar dibawah ini., selama dalam proses dari masuk
pengering sampai keluar. Dalam proses keadaan-stedi suhu pada setiap pengering
titik di dalam pengering kontinu selalu konstan, tetapi berubah disepanjang
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
ri
Gambar 2.2 Pola suhu di dalam pengering (sumber : Warren L.Mccabe
”Operasi Teknik Kimia” hal : 252)
2.5.3 Perpindahan Kalor Di Dalam Pengeringan
Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu (Temperatur Gradient), maka
menurut pengalaman akan terjadi perpindahan energi dari bagian bersuhu tinggi
kebagian bersuhu rendah. Dapat dikatakan bahwa energi berpindah secara
konduksi berbanding dengan gradien suhu normal :
x
Jika dimasukkan konstanta proposionalitas atau tetapan kesebandingan, maka :
Untuk bidang selinder seperti pipa digunakan persamaan Fourier. Luas bidang
aliran kalor dalam sistem silinder menjadi
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Gambar 2.3 Aliran kalor satu-dimensi melalui silinder bolong dan analogi listriknya
atau
Dengan kondisi batas
T = Ti pada r = ri
T = To pada r = ro
Maka, persamaannya untuk bidang selinder menjadi
)
k : konduktifitas panas pipa
L : panjang pipa
Ti : suhu permukaan dalam pipa
To : suhu permukaan luar pipa
ro : jari-jari luar pipa
ri : jari-jari dalam pipa
Kalor yang diberikan kepada pengering dengan tujuan sebagai berikut :
a. Memanaskan umpan ( zat padat dan zat cair ) sampai suhu penguapan.
b. Menguapkan zat cair.
c. Memanaskan zat padat sampai suhu akhirnya.
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Dalam perhitungan pengeringan juga berlaku persamaan dasar
perpindahan kalor yaitu perpindahan kalor per satuan volume pengering.
____
T hA
q= ∆ ( 2.14 )
di mana :
h = koefisien perpindahan panas
V = luas perpindahan kalor
____
T
∆ = beda suhu
Untuk menghitung koefisien konveksi yang ditimbulkan kotak heater sampai pada
tungku diperlukan beberapa parameter yaitu Bilangan Reynold dan Bilangan
Nusselt. Untuk menentukan parameter diatas harus diketahui dari sifat-sifat fluida
dengan suhu rata-rata yang sudah ditentukan.
2.5.4 Perpindahan Massa Di Dalam Pengering
Dalam semua pengeringan di mana gas di alirkan atau melalui zat padat,
perpindahan massa selalu terjadi dari permukaan zat padat ke dalam gas, dan
kadang-kadang melalui saluran-saluran pedalaman yang terdapat di dalam zat
padat.
2.5.5 Efisiensi Pengeringan
Efisiensi operasi pengeringan dapat ditentukan sebagai perbandingan
panas yang secara teoritis dibutuhkan untuk menghasilkan panas laten penguapan
air yang telah dikeringkan, dengan penggunaan panas yang sebenarnya di dalam
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
pemanasan dan oleh karena itu efisiensi ini didasarkan pada jumlah panas yang
dapat diperoleh bahan bakar yang dibakar untuk menghasilkan panas.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Pengujian eksperimental ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi
Mekanik Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Pengujian eksperimental ini dilakukan pada musim kemarau dengan kondisi suhu
lingkungan yang berada pada Laboratorium Teknologi Mekanik Departemen
Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara yaitu dengan suhu sekitar 30oC.
3.2 Diagram Jaringan Kerja
Diagram jaringan kerja penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1. Secara
terperinci diagram tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Pengumpulan Dan
Pengolahan Bahan Baku
1. Bahan Penelitian
- Serabut
- Cangkang
- Sekam padi
2. Pengolahan
Pencacahan atau menghaluskan serabut, cangkang dan sekam padi
menjadi serbuk setelah melalui proses pengeringan yang selanjutnya digunakan
untuk menganalisa nilai kalor dengan menggunakan alat uji bomb kalorimeter.
Pengumpulan Bahan Baku : Serabut, Cangkang Dan Sekam Padi
Permasalahan :
Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
`
Gambar 3.1 Diagram jaringan kerja penelitian
3.3 Pembuatan Alat Pengering
Dalam pembuatan alat pengering yang digunakan untuk mengeringkan
bahan bakar serabut, cangkang dan sekam padi untuk mengeringkan bahan bakar.
Dalam pembuatannya sederhana. Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat
pengering ini sangat mudah didapat di toko-toko besi. Bahan yang digunakan
mencakup beberapa bahan antara lain :
Pembuatan Alat Pengering
Melakukan Pengujian
Data Hasil Pengujian
Analisa Data
Selesai
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
a. Seng atau plat berbentuk lembaran yang akan dipotong-potong menjadi
beberapa bagian.
b. Kawat jaring yang sisi-sisinya diberi plat yang digunakan untuk alas
serabut, cangkang dan sekam padi.
c. Mesin las.
d. Pipa besi untuk menyalurkan udara panas kedalam alat pengering yang
ditempatkan pada sisi plat.
e. Glasswool yang digunakan untuk mengisolasi permukaan pengering dan
pipa.
3.4 Pengujian Alat Pengering
Dalam proses pengujian alat pengering ini yang digunakan untuk
mengeringkan bahan bakar padat yaitu serabut, cangkang dan sekam padi yang
memiliki kadar air. Maka, untuk mendapatkan nilai kalor yang optimum sebagai
perubahan kadar air dalam pengujian ini, akan dilakukan pengeringan dengan
menggunakan sistem pengering berjenis fluidized bed dryer untuk mengurangi
kadar air yang terkandung pada serabut, cangkang dan sekam padi.
Sebelum melakukan pengujian hal yang harus dikerjakan adalah
1. Mengumpulkan kurang lebih 15 kg untuk masing-masing bahan bakar
serabut, cangkang kelapa sawit dan sekam padi.
2. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan.
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Gambar 3.2 Skematik alat pengujian
Keterangan :
1. Blower
2. Saluran Pipa Udara
3. Kotak Heater
4. Pipa Tempat Termokopel
5. Tungku Pengering
6. Termokopel tipe K
7. Kabel
8. Inverter
9. Termometer
3.4.1 Peralatan Yang Digunakan
a. Tungku Pengering
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
b. Pemanas (heater)
Berfungsi sebagai memanaskan udara.
Spesifikasi pemanas :
• Tipe pemanas berbentuk sirip (finned heater).
• Daya sebesar 1000 Watt.
c. Blower
Berfungsi sebagai pendorong udara masuk ke dalam alat pengering.
Spesifikasi blower :
• Daya : 370 Watt
• Putaran : 2800/3500 rpm
d. Termometer
Berfungsi sebagai mengukur suhu udara panas pada titik yang sudah
ditentukan.
Spesifikasi Termometer :
• Range : -50 sampai 350 oC (-58 sampai 662 oF)
• Tipe sensor : Termokopel tipe K (-50 oC sampai 1300 oC)
• Resolution : 0,1 derajat atau 1 derajat
• Laser : Laser merah, sebesar 1 mW, EN60825
e. Inverter
Berfungsi sebagai pengatur kecepatan udara pada blower.
g. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mencatat waktu yang dibutuhkan proses
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009 Bahan
• Bahan bakar padat
Bahan bakar padat yang akan diuji disini yaitu :
a. Serabut kelapa sawit
b. Cangkang kelapa sawit
c. Sekam padi
Gambar 3.3 Cangkang kelapa sawit Gambar 3.4 Serabut kelapa sawit
Gambar 3.5 Sekam padi
3.4.2 Prosedur Pengujian Pengeringan
Permulaan pengujian :
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
2. Mengukur nilai kalor sebelum dikeringkan dengan bomb kalorimeter.
Hal yang dikerjakan :
1. Mengatur waktu dengan menggunakan stopwatch selama proses
pengeringan dengan waktu pengeringan 1, 3, 5, 7.5, 10, 15, 20, 30, 40
menit.
2. Untuk setiap waktu yang ditentukan, ulangi untuk menghitung kembali
nilai kadar air dan nilai kalor dari masing-masing bahan bakar.
Untuk percobaan ini dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali tiap bahan
bakar yang akan di uji. Pada gambar 3.7 menunjukan diagram alir dari pengujian
alat pengering yang akan dilakukan.
3.4.3 Prosedur Penentuan Kadar air
Untuk masing-masing bahan bakar yang akan di uji sebelum dan sesudah
pengeringan dilakukan penentuan kadar air sebagai berikut :
Kadar Air (KA) = Mo - Mt
di mana :
Mo = Berat kadar air total yang terkandung dalam 100 gram bahan.
Mt = Berat kadar air yang terkandung dalam 100 gram bahan setelah dengan
waktu pengeringan yang ditentukan.
Untuk menentukan berat kadar air total yang terkandung dalam 100 gram
bahan atau Mo adalah
1. Berat contoh bahan yang akan diuji ditimbang untuk memperoleh berat
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
2. Bahan dikeringkan sampai tidak mengandung air sehingga diperoleh
berat tetap.
3.5 Pengujian Nilai Kalor
Pengujian nilai kalor ini dilakukan untuk mengetahui nilai kalori dari suatu
bahan bahan bakar. Dalam pengujian ini dilakukan 5 kali pengujian untuk setiap
bahan.
3.5.1 Peralatan Yang Digunakan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat di Laboratorium
Motor Bakar Departemen Teknik Mesin USU.
• Bomb Kalorimeter
Berfungsi sebagai alat untuk mengukur nilai kalor dari bahan yang
akan diuji.
• Elektromotor yang dilengkapi pengaduk untuk mengaduk air
pendingin.
• Stop watch.
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Gambar 3.6 Bomb calorimeter
Bahan
• Bahan bakar padat
Bahan bakar padat yang akan diuji disini yaitu :
a. Serabut kelapa sawit
b. Cangkang kelapa sawit
c. Sekam padi
• Tabung gas yang berisi oksigen
3.5.2 Prosedur Pengujian Nilai Kalor
Diagram alir untuk pengujian nilai kalor bahan bakar yang dilakukan dalam
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Mulai
a
• Mengukur kadar air masing-masing bahan bakar sebelum dimasukkan kedalam pengering
• Mengukur nilai kalor masing- masing bahan bakar dengan bomb kalorimeter.
• Menghidupkan heater
• Menghidupkan blower dan mengatur kecepatan blower dengan inverter
• Mengatur suhu untuk proses pengering agar konstan 120oC
Pada saat suhu ruang konstan :
Memasukkan bahan bakar serabut, cangkang dan sekam padi dengan waktu pengeringan 1, 3, 5, 7.5, 10, 15, 20, 30, 40menit
• Mengukur kembali kadar air masing-masing bahan bakar sesudah dimasukkan kedalam pengering.
• Mengukur kembali nilai kalor masing- masing bahan bakar sesudah dimasukkan kedalam pengering dengan bomb kalorimeter
Mengulangi percobaan untuk tiap-tiap bahan bakar yang akan diuji sebanyak 2 kali dengan waktu pengeringan yang sudah ditetapkan
Menganalisa data
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Gambar 3.7 Diagram alir pengujian pengeringan
Berat sampel bahan bakar 0,20 gram
Volume air
pendingin: 1250 ml
Tekanan oksigen 30 Bar
Melakukan pengadukan terhadap air pendingin selama 5 menit
Mencatat temperatur air pendingin T1 (oC)
Menyalakan bahan bakar
Melanjutkan pengadukan terhadap air pendingin selama 5 menit
Menghitung HHV bahan bakar : HHV = (T2 – T1 – Tkp) × Cv× 1000 ( J/kg )
Mencatat temperatur air pendingin T2 (
o C)
a
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Gambar 3.8 Diagram alir pengujian nilai kalor
BAB 4
HASIL ANALISA PENGUJIAN
4.1 Analisa Nilai Kalor Bahan Bakar Sebelum Dikeringkan
Analisa Nilai Kalor Pada Serabut Kelapa Sawit
Data hasil pengujian nilai kalor bahan bakar sebelum dimasukkan ke
dalam alat pengering adalah sebesar :
Hasil Pengujian :
Tabel 4.1 Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah pengujian
untuk serabut kelapa sawit
No. Pengujian
T1
(ºC)
T2
(ºC) 1 24,89 25,30 2 25,50 25,85 3 26,03 26,42 4 26,56 26,91 5 26,98 27,35
Analisa nilai kalor pada serabut dengan menggunakan persamaan 2.8 didapat nilai
HHV :
T1 = 24,89 ºC
T2 = 25,30 ºC
HHVserabut = 27205,952 kJ/kg
Selesai
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Dengan menggunakan metode yang sama, dilakukan untuk menghitung
nilai kalor pada masing-masing bahan bakar pada pengujian kedua hingga kelima.
Selanjutnya untuk memperoleh harga nilai kalor rata–rata bahan bakar digunakan
persamaan 2.9 :
HHVrata - rata = HHVpengujain = 24558,8864 kJ/kg
Untuk nilai kalor pada pengujian pertama hingga kelima, nilai kalor rata–rata dan
kadar air serabut kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini
Tabel 4.2 Data serabut kelapa sawit sebelum dimasukkan
ke dalam pengering
No.
24558,8864 17,7 2 22794,176
3 25735,360 4 22794,176 5 24264,768
Analisa Nilai Kalor Pada Cangkang Kelapa Sawit
Data hasil pengujian nilai kalor bahan bakar sebelum dimasukkan ke
dalam alat pengering adalah sebesar :
Hasil Pengujian :
Tabel 4.3 Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah pengujian
untuk cangkang kelapa sawit
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Analisa nilai kalor pada cangkang, dengan menggunakan persamaan 2.8 didapat
nilai HHV :
T1 = 25,17 ºC
T2 = 25,58 ºC
HHVcangkang = 27205,952 kJ/kg
Dengan menggunakan metode yang sama, dilakukan untuk menghitung
nilai kalor pada masing-masing bahan bakar pada pengujian kedua hingga kelima.
Selanjutnya untuk memperoleh harga nilai kalor rata–rata bahan bakar digunakan
persamaan 2.9 :
HHVrata - rata = HHVpengujain = 25882,4192 kJ/kg
untuk nilai kalor pada pengujian pertama hingga kelima, nilai kalor rata–rata dan
kadar air cangkang kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Data cangkang kelapa sawit sebelum dimasukkan
ke dalam pengering
No Pengujian
HHV (kJ/kg)
HHV rata-rata
(kJ/kg)
Kadar air (%)
1 20588,288
25882,4192 23,4 2 17647,104
3 16176,512 4 20588,288 5 21323,584
Analisa Nilai Kalor Pada Sekam Padi
Data hasil pengujian nilai kalor bahan bakar sebelum dimasukkan ke
dalam alat pengering adalah sebesar :
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Tabel 4.5 Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah pengujian
untuk sekam padi
No.
Analisa nilai kalor pada sekam padi, dengan menggunakan persamaan 2.8 didapat
nilai HHV :
T1 = 26,89 ºC
T2 = 27,21 ºC
HHVsekam padi = 20588,288 kJ/kg
Dengan menggunakan metode yang sama, dilakukan untuk menghitung
nilai kalor pada masing-masing bahan bakar pada pengujian kedua hingga kelima.
Selanjutnya untuk memperoleh harga nilai kalor rata–rata bahan bakar digunakan
persamaan 2.9 :
HHVrata - rata = HHVpengujain = 19264,7552 kJ/kg
Untuk nilai kalor pada pengujian pertama hingga kelima, nilai kalor rata–rata dan
kadar air sekam padi dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Data sekam padi sebelum dimasukkan
ke dalam pengering
No
19264,7552 12,7 2 22794,176
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
4.2 Analisa Nilai Kalor Bahan Bakar Sesudah Dikeringkan
Analisa yang dilakukan setelah bahan bakar dikeringkan berdasarkan waktu
interval yang diberikan dan suhu dalam tungku pengering sekitar 120 ºC maka,
dilakukan pengukuran kembali pada masing-masing bahan bakar yang meliputi
kadar air dan nilai kalor.
4.2.1 Analisa Nilai Kalor Pada Serabut Kelapa Sawit
Perhitungan pada 1 (satu) menit untuk pengujian pertama dan kedua
Analisa nilai kalor pada serabut kelapa sawit pada pengujian pertama,
dengan menggunakan persamaan 2.8 :
T1 = 28,81 ºC
T2 = 28,41 ºC
HHVserabut = 26470,656 kJ/kg
Tabel 4.7 Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah pengujian
untuk pengujian pertama
No.
pengujian T1 (ºC)
T2 (ºC)
HHV (kJ/kg)
1 28,41 28,81 26470,656 2 25,8 26,23 28676,544 3 26,41 26,84 28676,544 4 26,99 27,41 27941,248 5 27,56 27,96 26470,656
Untuk pengujian kedua dapat digunakan cara yang sama untuk
menentukan nilai kalor dari serabut kelapa sawit. Menghitung nilai kalor tinggi
(HHV rata-rata) pada masing-masing bahan bakar pada pengujian pertama dan kedua
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
HHVrata - rata = 27647,13 kJ/kg
Untuk nilai kalor pada pengujian pertama dan kedua dengan waktu
pengeringan 1, 3, 5, 7.5, 10, 15, 20, 30, 40 menit, nilai kalor tinggi rata–rata
(HHV rata-rata) dan kadar air serabut kelapa sawit dapat dilihat pada lampiran 1.
4.2.2 Analisa Nilai Kalor Pada Cangkang Kelapa Sawit
Perhitungan pada 1 (satu) menit untuk pengujian pertama dan kedua
Analisa nilai kalor pada cangkang kelapa sawit pada pengujian pertama, dengan
menggunakan persamaan 2.8 didapat nilai HHV :
T1 = 27,88 ºC
T2 = 28,27 ºC
HHVcangkang = 25770,3636 kJ/kg
Tabel 4.8 Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah pengujian
untuk pengujian pertama
No. pengujian
T1
(ºC)
T2
(ºC)
HHV (kJ/kg)
1 27,88 28,27 25770,36 2 25,48 25,92 29451,84
3 26 26,43 28715,544
4 26,52 26,92 26506,656 5 26,94 27,37 28715,544
Untuk pengujian kedua dapat digunakan cara yang sama untuk
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
(HHV rata-rata) pada masing-masing bahan bakar pada pengujian pertama dan kedua
digunakan persamaan 2.9 :
HHVrata - rata = 27831,99 kJ/kg
Untuk nilai kalor pada pengujian pertama dan kedua dengan waktu
pengeringan 1, 3, 5, 7.5, 10, 15, 20, 30, 40 menit, nilai kalor tinggi rata–rata
(HHV rata-rata) dan kadar air cangkang kelapa sawit dapat dilihat pada lampiran 2.
4.2.3 Analisa Nilai Kalor Pada Sekam Padi
Perhitungan pada 1 (satu) menit untuk pengujian pertama dan kedua
Analisa nilai kalor pada sekam padi pada pengujian pertama, dengan
menggunakan persamaan 2.8 didapat nilai HHV :
T1 = 26,89 ºC
T2 = 27,21 ºC
HHVsekam padi = 20588,29 kJ/kg
Tabel 4.9 Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah pengujian
untuk pengujian pertama
No. pengujian
T1
(ºC)
T2
(ºC)
HHV (kJ/kg)
1 26,89 27,21 20588,29 2 27,16 27,44 17647,1 3 27,45 27,71 16176,51 4 27,65 27,97 20588,29 5 27,89 28,22 21323,58
Untuk pengujian kedua dapat digunakan cara yang sama untuk
rata-Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
rata) pada masing-masing bahan bakar pada pengujian pertama dan kedua
digunakan persamaan 2.9 :
HHVrata - rata = 19264,755 kJ/kg
Untuk nilai kalor pada pengujian pertama dan kedua dengan waktu
pengeringan 1, 3, 5, 7.5, 10, 15, 20, 30, 40 menit, nilai kalor tinggi rata–rata
(HHV rata-rata) dan kadar air sekam padi dapat dilihat pada lampiran 3.
Analisa yang didapat dari gambar 4.1 adalah bahwa pada kadar air 14,9%
pada menit ke-1 terlihat nilai kalor HHV sebesar 27500.07 kJ/kg dan akan terus
naik sampai 29558,9 kJ/kg ini terjadi pada kadar air 7,7% menit ke-10. Disini
dapat dilihat bahwa nilai kalor tertinggi terjadi pada kadar air 7,7% menit ke-10
dengan nilai kalor 29558,9kJ/kg.
HHV vs kadar air
0 3500 7000 10500 14000 17500 21000 24500 28000 31500
0 2 4 6 8 10 12 14 16
kadar air (%)
H
H
V
(
kJ/
kg
)
Gambar 4.1 Grafik pengeringan kadar air terhadap nilai kalor pada serabut
Hal ini disebabkan :
• Lama waktu yang diberikan sehingga kadar air yang terkandung pada
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
• Bila secara teori kenaikan nilai kalor juga dipengaruhi oleh kandungan
bahan yang mudah menguap (volatile matter) karena volatile matter
mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas nyala api di
dalam serabut.
Selanjutnya pada kadar air 7,4% sampai 5% dapat dilihat pada gambar 4.1,
grafik mulai menurun sedangkan kadar air berkurang ini terjadi pada menit ke-15
sampai menit ke-40. Hal ini disebabkan pada saat pengujian pengujian pengering
berlangsung gas-gas yang terkandung atau meterial yang terdapat didalamnya
menguap bersama dengan udara, dan pada saat pengujian bomb kalorimeter unsur
kimia yang terdapat pada serabut tidak terbakar secara sempurna sehingga
menyebabkan nilai kalor menurun.
Analisa yang didapat dari gambar 4.2 bahwa kadar air 15,7% pada
menit ke-1 terlihat nilai kalor HHV sebesar 27831,99 kJ/kg akan terus naik
sampai 30482,65kJ/kg ini terjadi pada kadar air 11,9% menit ke-7,5. Disini dapat
dilihat bahwa nilai kalor tertinggi terjadi pada kadar air 11,9% menit ke-7,5
dengan nilai kalor 30482,65kJ/kg.
HHV vs kadar air
0 4000 8000 12000 16000 20000 24000 28000 32000
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
kadar air (%)
H
H
V
(
kJ/
kg
)
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Hal ini disebabkan :
• Lama waktu yang diberikan sehingga kadar air yang terkandung pada
cangkang sudah berkurang.
• Bila secara teori kenaikan nilai kalor juga dipengaruhi oleh kandungan
bahan yang mudah menguap (volatile matter) karena volatile matter
mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas nyala api di
dalam cangkang.
Selanjutnya pada kadar air 11,4% sampai 2,4% dapat dilihat pada gambar
4.2, grafik mulai menurun sedangkan kadar air berkurang ini terjadi pada menit
ke-10 sampai menit ke-40. Hal ini disebabkan pada saat pengujian pengujian
pengering berlangsung gas-gas yang terkandung atau meterial yang terdapat
didalamnya menguap bersama dengan udara, dan pada saat pengujian bomb
kalorimeter unsur kimia yang terdapat pada serabut tidak terbakar secara
sempurna sehingga menyebabkan nilai kalor menurun.
Analisa yang didapat dari gambar 4.3 bahwa pada kadar air 8,5% pada
menit ke-1 terlihat nilai HHV sebesar 20441,23kJ/kg dan akan terus naik sampai
25441,24 kJ/kg ini terjadi pada kadar air 7,7% menit ke-5. Disini dapat dilihat
bahwa nilai kalor tertinggi terjadi pada kadar air 7,7% menit ke-10 dengan nilai
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
LHV vs kadar air
0 3500 7000 10500 14000 17500 21000 24500 28000
0 2 4 6 8 10
kadar air (%)
H
H
V
(
kJ/
kg
)
Gambar 4.3 Grafik pengeringan kadar air terhadap nilai kalor pada sekam padi
Hal ini disebabkan :
• Lama waktu yang diberikan sehingga kadar air yang terkandung pada
sekam padi sudah berkurang.
• Bila secara teori kenaikan nilai kalor juga dipengaruhi oleh kandungan
bahan yang mudah menguap (volatile matter) karena volatile matter
mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas nyala api di
dalam sekam padi.
Selanjutnya pada kadar air 7,4% sampai 4,3% dapat dilihat pada gambar
4.6, grafik mulai menurun sedangkan kadar air berkurang ini terjadi pada menit
ke-7,5 sampai menit ke-40. Hal ini disebabkan pada saat pengujian pengering
berlangsung gas-gas yang terkandung atau meterial yang terdapat didalamnya
menguap bersama dengan udara, dan pada saat pengujian bomb kalorimeter unsur
kimia yang terdapat pada serabut tidak terbakar secara sempurna sehingga
menyebabkan nilai kalor menurun
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Pembahasan laju pindahan panas pada konstruksi alat pengering pada bahan
bakar padat kotak heater dan tungku pengering. Pengukuran temperatur pada alat
pengering bahan bakar padat dengan menggunakan termometer infrared.
Termometer ini digunakan untuk mengukur temperatur dari bagian-bagian tungku
pengering dan kotak heater.
Besarnya koefisien konveksi yang ditimbulkan heater dapat dihitung
dengan menentukan sifat-sifat fluida pada suhu rata-rata.
4.3.1 Laju Pindahan Panas Pada Kotak Heater
Laju aliran udara didalam pipa :
60
Laju aliran udara di dalam kotak heater :
pipa
Aheater = luas penampang kotak heater
Maka : Vheater = 5,86
Sifat-sifat udara diukur pada suhu rata-rata = + = 2
90 30
f
T 60oC atau 333 K
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
υ = 19,0362 m2/ s k = 0,0287414 W/m2 oC
µ = 1,9972×10-5 kg/m.s Pr = 0,70074
Terlebih dahulu menentukan bilangan Reynold yaitu
υ
D Vheater
=
Re
Bilangan Reynold adalah
(
)
706,51= − (yang berarti alirannya laminar)
Bilangan Nusselt adalah
Maka, koefisien konveksi adalah
hx = Nu
laju pindahan panas berdasarkan persamaan 2.14 adalah :
Dengan Aheater = luas permukaan heater = 2[(0,29×0,4) + (0,4×0,4) + (0,4×0,29)]
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Maka : q=1,18×0,784×
(
90−30)
= 55,5072 W
4.3.2 Laju Pindahan Panas Pada Tungku
Laju aliran udara di dalam tungku :
pipa
Aheater = luas penampang tungku
= 5,86
Sifat-sifat udara diukur pada suhu rata-rata = + = 2
50 90
f
T 70oC atau 343 K
(lampiran 5) dengan interpolasi didapat :
υ = 20,0502×10 -5 m2/s k = 0,02949 W/m2 oC Pr = 0,69854 µ = 2,0429×10-5 kg/m.s
Terlebih dahulu menentukan bilangan Reynold yaitu
υ
D Vtungku
=
Re
Bilangan Reynold adalah
(
)
578,547= − (yang berarti alirannya laminar)
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
Nu =
Maka, koefisien konveksi adalah
hx = Nu
laju pindahan panas berdasarkan persamaan 2.14 adalah
Dengan Atungku = luas permukaan tungku = 2[(0,5×0,4) + (0,4×0,4) + (0,4×0,5)]
= 1,12 m2
Maka : q=1,02×1,12×
(
90−50)
= 45,696 W
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Untuk nilai kalor yang paling tinggi adalah cangkang kelapa sawit dengan
Daniel Romatua : Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air Terhadap Nilai Kalor Pada Bahan Bakar Padat, 2007.
USU Repository © 2009
serabut kelapa sawit dan sekam padi dengan masing-masing nilai kalor
29558,9 kJ/kg dan 25441,24 kJ/kg.
2. Pada cangkang kelapa sawit, peningkatan nilai kalor dimulai dari 27831,99
kJ/kg dengan pengurangan kadar air 7,7% dengan lama waktu pengeringan
satu menit sampai dengan 30482,654 kJ/kg dengan pengurangan kadar air
9,9% dengan lama waktu pengeringan lima menit, ini merupakan nilai kalor
tertinggi untuk cangkang kelapa sawit.
3. Pada serabut kelapa sawit, peningkatan nilai kalor dimulai dari 27500,07 kJ/kg
dengan pengurangan kadar air 2,8% dengan waktu satu menit sampai dengan
29558,9 kJ/kg dengan pengurangan kadar air 10% dengan lama waktu
pengeringan sepuluh menit, ini merupakan nilai kalor tertinggi untuk serabut
kelapa sawit.
4. Pada sekam padi, peningkatan nilai kalor dimulai dari 20441,229 kJ/kg
dengan pengurangan kadar air 4,2% dengan lama waktu pengeringan satu
menit sampai dengan 25441,242 kJ/kg dengan pengurangan kadar air 5%
dengan lama waktu pengeringan lima menit. ini merupakan nilai kalor
tertinggi untuk serabut kelapa sawit.
5. Peningkatan nilai kalor yang terjadi pada bahan bakar disebabkan karena
adanya proses pengeringan sehingga kadar air yang terkandung berkurang,
kadungan kimia yang terdapat pada bahan bakar tersebut dan ukuran partikel
dari bahan, kadar abu, dan zat-zat yang mudah menguap (valatile mattter).