• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

PENGARUH INDUKSI GIBERELIN TERHADAP PEMBENTUKAN

BUAH PARTENOKARPI PADA BEBERAPA VARIETAS

TANAMAN SEMANGKA (Citrullus vulgaris Schard)

SKRIPSI*

OLEH : ANNISAH 040307006 BDP–PET

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

PENGARUH INDUKSI GIBERELIN TERHADAP PEMBENTUKAN

BUAH PARTENOKARPI PADA BEBERAPA VARIETAS

TANAMAN SEMANGKA (Citrullus vulgaris Schard)

SKRIPSI

O L E H : ANNISAH 040307006 / BDP–PET

Srkipsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

( Ir. Emmy Harso K., MSc ) ( Luthfi Aziz M. Siregar, SP, MSc, PhD ) Ketua Anggota

NIP: 132 149 453 NIP: 132 315 867

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRACT

The aims of this research were to: (i) study the effects of gibberellic acid (GA3) on the development of parthenocarpic fruit and (ii) study the effects of interaction between gibberellic acid (GA3) and some watermelon varieties on the development of parthenocarpic fruit The research was held at Lubuk Pakam, conducted from November 2008 to January 2009. This experiment use Randomized Block Design with two factors and three replications. The first factor was gibberellin concentrate consist of three levels: 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm and 150 ppm; second factor was three varieties consist of New Dragon, Long Dragon and Super Dragon. The result showed that gibberellin induction and varieties have significant affected to weight of fruit, length of fruit, diametre of fruit and count of seed. Interaction of the two factors have no significant affected on all parametres.

(4)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (i) mengetahui pengaruh giberelin terhadap pembentukan buah partenokarpi dan (ii) mengetahui interaksi giberelin dan varietas semangka terhadap pembentukan buah partenokarpi. Penelitian ini dilaksanakan di Lubuk Pakam dari bulan November 2008 hingga bulan Januari 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi giberelin yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm dan 150 ppm, faktor kedua adalah varietas semangka yaitu New Dragon, Long Dragon dan Super Dragon. Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa induksi giberelin dan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot buah, panjang buah, diameter buah dan jumlah biji. Interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap semua komponen pengamatan.

(5)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

Annisah dilahirkan di Lubuk Pakam pada tanggal 15 Mei 1986 dari Ayahanda Nuriono dan Ibunda Armami. Penulis merupakan anak kedua dari enam bersaudara.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Negeri 101898 Lubuk Pakam lulus tahun 1998, SMP Negeri 1 Lubuk Pakam lulus tahun 2001, SMU Al-Azhar Medan lulus tahun 2004. Terdaftar sebagai mahasiswa Pemuliaan Tanaman Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2004 melalui jalur SPMB.

(6)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang bejudul “Pengaruh Induksi Giberelin terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard.)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Ir. Emmy Harso K., MSc selaku ketua komisi

pembimbing dan bapak Luthfi Aziz M. Siregar, SP, MSc, PhD selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, dan juga kepada para dosen dan staf pengajar mata kuliah yang telah memberi ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

Ucapan terima kasih yang tulus dan rasa hormat penulis sampaikan kepada ayahanda Nuriono dan ibunda Armami tercinta yang telah membesarkan hati penulis dan selalu memberi pengertian selama masa-masa sulit dalam melaksanakan penelitian, dan juga kepada kakanda Rijal, adinda Atika, Saifun, Dayat dan Dinda yang telah mendukung penulis selama penelitian. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ramadi, ibu Ruminah, Kiki dan kakanda Ilham yang telah memberikan bantuan yang sangat besar baik berupa bantuan tenaga maupun dukungan moral selama penelitian berlangsung. Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat terbaikku Trisna, Roy, Rully, Yuni, Fidel,

(7)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

kakanda Novi, Sri, Ledi Afrida, kakanda Hendra, Muklis, Gagah dan Juan atas bantuan, saran, dukungan dan kebersamaannya.

Terima kasih juga kepada teman-teman di Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Agronomi yang telah banyak membantu dalam perkuliahan. Tidak lupa kepada adik-adik junior stambuk 2005 dan 2006, terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.

Akhir kata penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini dimasa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Pebruari 2009

(8)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

(9)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Pengaruh Induksi Giberelin terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi ... 47

(10)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Hal 1. Rataan Panjang Tanaman dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas

Semangka ... 32 2. Rataan Umur Berbunga dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas

Semangka ... 34 3. Rataan Umur Terbentuknya Buah dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga

Varietas Semangka ... 35 4. Rataan Persentase Terbentuknya Buah dengan Perlakuan Giberelin pada

Tiga Varietas Semangka ... 36 5. Rataan Umur Panen dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas

Semangka ... 37 6. Rataan Bobot Buah dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas

Semangka ... 38 7. Rataan Panjang Buah dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas

Semangka ... 40 8. Rataan Diameter Buah dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas

Semangka ... 42 9. Rataan Jumlah Biji dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas

(11)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Grafik Pertumbuhan Panjang Tanaman Tiga Varietas Semangka ... 33

2. Histogram Perbedaan Varietas terhadap Bobot Buah ... 38

3. Histogram Perbedaan Konsentrasi Giberelin terhadap Bobot Buah ... 39

4. Histogram Perbedaan Varietas terhadap Panjang Buah ... 40

5. Histogram Perbedaan Konsentrasi Giberelin terhadap Panjang Buah ... 41

6. Histogram Perbedaan Varietas terhadap Diameter Buah ... 43

7. Histogram Perbedaan Konsentrasi Giberelin terhadap Diameter Buah .... 43

8. Histogram Perbedaan Varietas terhadap Jumlah Biji ... 45

(12)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Deskripsi Varietas Semangka New Dragon ... 55

2. Deskripsi Varietas Semangka Long Dragon ... 56

3. Deskripsi Varietas Semangka Super Dragon ... 57

4. Bagan Penelitian ... 58

5. Bagan Tanaman per Bedengan ... 59

6. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 60

7. Data Pengamatan Panjang Tanaman 1 MST (cm) ... 61

8. Data Pengamatan Panjang Tanaman 2 MST (cm) ... 62

9. Data Pengamatan Panjang Tanaman 3 MST (cm) ... 63

10.Data Pengamatan Umur Berbunga (hst) ... 64

11.Data Pengamatan Umur Terbentuknya Buah (hst) ... 65

12.Data Pengamatan Persentase Terbentuknya Buah (%) ... 66

13.Data Pengamatan Umur Panen (hst) ... 67

14.Data Pengamatan Bobot Buah (kg) ... 68

15.Data Pengamatan Panjang Buah (cm) ... 69

16.Data Pengamatan Diameter Buah (cm) ... 70

17.Data Pengamatan Jumlah Biji (biji) ... 71

18.Foto Lahan Penelitian ... 72

19.Foto Buah Semangka pada Setiap Kombinasi Perlakuan ... 73

20.Foto Buah Semangka pada Setiap Kombinasi Perlakuan ... 74

(13)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman semangka berasal dari Afrika dan saat ini telah menyebar ke seluruh dunia, baik di daerah subtropis maupun tropis. Tanaman semangka

bersifat semusim dan tergolong cepat berproduksi. Di Indonesia, tanaman semangka banyak dikembangkan secara komersial diantaranya Indramayu dan Cirebon (sehabis panen padi), Madiun, Klaten, Madura, Malang, serta Lombok (Sunarjono, 2006).

(14)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

tahun 1990 juga merintis ekspor benih semangka dari Lombok Barat ke Taiwan sebanyak 800 kg senilai US $ 33.000, dan tahun 1992 naik menjadi 5.000 kg senilai US $ 100.000 (Rukmana, 2006).

Disamping menghasilkan varietas-varietas baru, pemuliaan sebenarnya bukan hanya menghasilkan tanaman yang lebih berkualitas dibanding induknya tetapi juga berusaha menghasilkan buah tanpa biji untuk memenuhi permintaan pasar yang saat ini terus meningkat. Di Indonesia, tindakan pemuliaan ini juga dilakukan terhadap tanaman buah-buahan. Prosesnya lama dan memerlukan lahan yang luas, terutama pemuliaan dengan cara penyilangan. Apabila proses pemuliaan itu menggunakan cara mutasi baik dengan radiasi ataupun pemuliaan zat kimia maka prosesnya tidak terlalu lama. Salah satu zat kimia yang digunakan adalah zat pengatur tumbuh yaitu giberelin.

(15)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman (Wikipedia, 2008).

Salah satu zat kimia yang diperlukan dalam proses pemuliaan tanaman adalah GA3. Sejak tahun 1950 orang sudah menaruh harapan besar terhadap GA

terutama untuk meningkatkan produksi tanaman budidaya. GA sintetis yang biasanya tersedia secara komersial adalah GA3, GA7 dan GA13. Giberellin

terdapat dalam berbagai organ: akar, batang, tunas, daun, tunas-tunas bunga, bintil akar, buah, dan jaringan kalus (Heddy, 1986).

Giberelin memacu pertumbuhan biji dorman dan pertumbuhan kuncup dorman, berperan dalam pembungaan, pengangkutan makanan dan pengangkutan unsur mineral dalam sel penyimpanan pada biji, efek lain dari giberelin yaitu menyebabkan perkembangan buah partenokarpi (tanpa biji) pada beberapa species, yang menunjukkan fungsi normalnya dalam pertumbuhan buah (Salisbury and Ross, 1985).

Salah satu contoh klasik dari pengaturan pembentukan dan perkembangan buah dan mempercepat pematangan yaitu dengan menggunakan giberelin untuk menghasilkan anggur tanpa biji ”Delaware” di Jepang. Delaware adalah anggur meja yang paling penting di Jepang, dan penggunaan giberelin yang menyebabkan buah tanpa biji merupakan standar komersial di negara tersebut. Ketika diaplikasikan, pada dasarnya dapat diperoleh seratus persen buah tanpa biji. Penggunaan giberelin untuk menghasilkan buah tanpa biji pada varietas anggur yang lain belum dibuktikan menjadi keberhasilan komersial (Nickell, 1982).

(16)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

partenokarpi. Dan biasanya buah partenokarpi ini tanpa biji (seedless) karena tanpa melalui fertilisasi. Partenokarpi ini kurang menguntungkan bagi program produksi benih/biji, tetapi lebih bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan produktivitas buah, khususnya pada jenis tanaman komersial (hortikultura). Partenokarpi dapat terjadi secara alami (genetik) ataupun buatan (induksi). Partenokarpi alami ada dua tipe, yaitu obligator, partenokarpi yang terjadi tanpa faktor/pengaruh luar; dan fakultatif, partenokarpi yang terjadi karena ada faktor/pengaruh dari luar/lingkungan yang tidak sesuai untuk polinasi dan fertilisasi, misalnya suhu terlalu tinggi atau rendah. Sedangkan partenokarpi buatan dapat diinduksi melalui aplikasi zat pengatur tumbuh (fitohormon) pada kuncup bunga atau melalui polinasi dengan polen inkompatibel atau dapat diserbuki dengan polen yang telah diradiasi sinar X (Pardal, 2008).

Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian lagi tentang adanya pengaruh induksi giberelin terhadap pembentukan buah partenokarpi pada beberapa varietas tanaman semangka, khususnya yang banyak digunakan di Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh induksi giberelin terhadap pembentukan buah partenokarpi pada beberapa varietas tanaman semangka.

(17)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

1. Adanya pengaruh induksi giberelin terhadap pembentukan buah partenokarpi. 2. Adanya pengaruh interaksi induksi giberelin dan varietas terhadap

(18)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(19)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sharma (1993) sistematika tanaman semangka adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicothylodenae Ordo : Cucurbitales Family : Cucurbitaceae Genus : Citrullus

Species : Citrullus vulgaris Schard

Tanaman semangka termasuk jenis tanaman menjalar atau merambat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin, dan hidupnya semusim. Sistem perakarannya menyebar ke samping dan dangkal. Batang tanaman semangka bersegi dan berambut. Panjang batang antara 1,5-5,0 meter dan sulurnya bercabang menjalar di permukaan tanah atau dirambatkan pada turus dari bilah bambu (Rukmana, 2006).

(20)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Diantara ruas cabang dan daun terdapat sulur-sulur sebagai ciri khas dari famili cucurbitaceae. Sulur-sulur ini berguna sebagai alat pembelit atau pemanjat

apabila tanaman semangka ini dibudidayakan dengan sistem turus (Peirce, 1987).

Helaian daun bercangkap menyirip kecil-kecil, permukaannya berbulu, bentuknya mirip jantung dibagian pangkalnya, ujungnya meruncing, tepinya bergelombang dan berwarna hijau tua. Letak daun berseberangan satu sama lain dan tersusun dalam tangkai berukuran relatif panjang (Rukmana, 2006).

Bunga semangka ada 3 macam, yaitu bunga jantan, bunga betina dan bunga hemaprodit yang tumbuh secara sendiri-sendiri pada ketiak daun. Bunga betina tersebut tumbuh ditiap ruas batang. Mahkota bunganya bersatu dalam satu

tabung sebagaimana bunga timun sejumlah 5. Kepala putiknya berjumlah 3 dikelilingi oleh 3 kepala sari. Nektar diproduksi didaerah bagian

bawah korola. Bunga semangka terbuka pada pagi hari 1-2 sesudah matahari terbit. Bunga jantan maupun bunga betinanya membuka dalam waktu yang hampir bersamaan. Kepala sarinya mulai matang ketika korola masih sedang berkembang. Namun tepung sari masih menempel pada kepala sari (Ashari, 1995).

Semangka tersedia dalam banyak bentuk, warna dan bermacam-macam

ukuran. Bentuknya bervariasi mulai dari bulat hingga lonjong, dengan warna-warna yang berbeda mulai dari hijau muda hingga kehitaman. Warna kulit

(21)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

(22)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Syarat Tumbuh

Iklim

Lokasi yang paling ideal untuk tanaman semangka adalah terbuka dan

mendapat sinar matahari penuh, suhu udara tinggi (panas) dan kering, curah hujan + 40-50 mm per bulan, dan cocok ditanam di daerah dataran rendah

hingga ketinggian 600 m di atas permukaan laut (Rukmana, 2006).

Tanaman semangka menghendaki tempat yang tidak ternaungi atau mendapat sinar matahari penuh. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus-menerus. Tanaman menghendaki penyiraman 80% lebih (berada di tempat terbuka). Tujuannya agar matahari menyinari penuh (tidak ada naungan) (Sunarjono, 2006).

Perkecambahan biji akan berlangsung dengan baik pada suhu 25-30oC.

Biji akan berkecambah setelah 5-6 hari. Suhu udara yang tinggi diatas 20oC (suhu siang antara 25-30oC dan suhu malam antara 12-18oC) merupakan suhu

yang paling cocok bagi pertumbuhan karena tanaman akan tumbuh dengan cepat dan kuat (Kalie, 2001).

(23)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

lingkungan perakarannya tergenangi air. Air yang diberikan harus bersih dan bukan berasal dari limbah pabrik (Duljapar dan Setyowati, 2000).

Tanah

Secara umum semangka menghendaki tanah yang gembur sedikit berpasir dan cukup tinggi mengandung bahan organik. Oleh karena sistem perakarannya agak dalam maka solum tanah pun harus sedang. Pada tanah sawah, semangka relatif akan tumbuh baik pada jenis tanah regosol, andosol, latosol, dan podsolik (Duljapar dan Setyowati, 2000).

Pada prinsipnya tanaman semangka dapat ditanam di berbagai jenis tanah mulai dari tanah latosol, andosol, regosol, sampai podsolik, asalkan kekurangan dari sifat jenis tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pemupukan, penambahan bahan organik, maupun pengapuran. Tanaman semangka mempunyai daya adaptasi luas terhadap pH tanah, pertumbuhan tanaman semangka akan optimal bila dibudidayakan ditanah dengan kisaran pH 6,5-7,2. Tanaman semangka non-biji memerlukan air dalam jumlah banyak untuk mendukung pertumbuhan dan produksinya. Hal ini tidaklah mengherankan karena lebih dari 90% kandungan buah semangka terdiri dari air. Air diperlukan sebagai pengangkut zat-zat makanan. Air pengairan untuk budidaya semangka harus diperoleh dari sumber air bersih, sehat, dan bebas dari pencemaran limbah industri (Prajnanta, 1999).

(24)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

(25)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Induksi Giberelin

(26)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

eksogen akan meningkatkan kapasitas jaringan penyimpanan hasil fotosintesa yang dipanen (umbi, buah dll) yaitu giberelin akan memperbesar sel jaringan penyimpanan sehingga mampu menerima hasil-hasil fotosintesa lebih banyak yang berakibat ukuran jaringan penyimpanan (buah) lebih besar seperti pada

semangka, kentang, dll atau bernas seperti pada padi, jagung dll (Wordpress, 2009).

Gibberellin, karet alam, karotenoid, dan steroid secara kolektif disebut terpenoid. Lintasan sintesa senyawa-senyawa terpenoid skemanya sebagai berikut:

Asetil KoA (2C)

Intermediat 5C

(isopentenil pirofosfat) Karet (5C)x Karotenoid (5C)x Aterol (5C)x

Asam Absisik (15C) Gibberellin (20C)

Gibberellin diduga dibentuk dengan jalan kondensasi prekursor 50 melalui sejumlah intermediat. Senyawa-senyawa penghambat tumbuh menghambat reaksi dalam biosintesa gibberellin, dan dengan demikian menghambat tumbuh. Senyawa-senyawa ini antara lain adalah: Phosfon-D, Cycocel, Amo 1618 (Heddy, 1986).

(27)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Gibberellin dinamakan GA1...GAn sesuai dengan penemuan. Asam gibberellin,

yang merupakan gibberelin pertama yang digolongkan secara struktural adalah GA3. Sekarang ini ada 136 GA yang diidentifikasi dari tanaman, jamur dan

bakteri.

Gibberellin aktif menunjukkan banyak efek fisiologi, masing-masing tergantung pada tipe gibberellin dan juga spesies tanaman. Beberapa proses fisiologi yang dipengaruhi oleh gibberellin adalah: (1) merangsang pemanjangan batang dengan merangsang pembelahan sel dan pemanjangan, (2) merangsang pembungaan pada hari panjang, (3) memecah dormansi pada beberapa tanaman yang menghendaki cahaya untuk merangsang perkecambahan, (4) merangsang produksi enzim (a-amilase) dalam mengecambahkan tanaman sereal untuk mobilisasi cadangan benih, (5) menyebabkan berkurangnya bunga jantan pada bunga dicious (sex expression), (6) dapat menyebabkan perkembangan buah partenokarpi (tanpa biji) dan (7) dapat menunda penuaan pada daun dan buah jeruk (Salisbury and Ross, 1985).

(28)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

di Asia telah lama sekali mengetahui penyakit yang membuat tanaman padi tumbuh tinggi tetapi menghambat produksi benih. Di Jepang penyakit ini dikenal sebagai ”foolish seedling” atau bakanae. Para ahli patologi tanaman menyelidiki penyakit tersebut dan menemukan bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh bahan kimia yang dikeluarkan oleh jamur yang menginfeksi tanaman yang tinggi. Bahan kimia ini diisolasi dari biakan filtrat dari jamur dan disebut giberelin setelah Giberella fujikuroi, nama dari jamur itu sendiri. Tidak sampai pertengahan

tahun 1950-an, dua kelompok yang dikepalai oleh Brian Cross dari pusat

penelitian Imperial Chemical Industries (ICI) di Welyn Inggris dan Frank Stodola dari U.S. Department of Agriculture (USDA) di Peoria, Illinois berhasil

menguraikan struktur dari material yang mereka murnikan dari biakan filtrat jamur, yang mereka namakan asam giberelin (Taiz and Zeiger, 1995).

Terdapat lebih dari lima puluh giberelin yang terjadi secara alami. Formulasi komersial digunakan untuk memecah dormansi, mendorong pembungaan, meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan buah dan untuk mendorong terjadinya partenokarpi (Fletcher and Kirkwood, 1982).

Dari hasil penelitian, bahwa giberellin A sebenarnya adalah campuran dari sekurang-kurangnya 6 giberellin yang disebut GA1, GA2, GA3, GA4, GA7, dan

GA9. Giberellin GA3 (asam giberelik) paling mudah didapat dan paling banyak

dipakai dalam penelitian. Campuran GA3 dan GA7 tersedia secara komersil.

(29)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Pemberian giberelin dapat berpengaruh terhadap pemanjangan batang, pembungaan dan pembuahan. Hal ini telah dibuktikan pada tanaman hari panjang Rudbeckia yang tidak dapat berbunga pada hari pendek, tetapi dapat dirangsang pembungaannya dengan pemberian zat semacam GA3 (Kusumo, 1984).

GA dapat merangsang pertumbuhan batang pada strain pendek kacang kapri dan sebagian strain pendek jagung. GA juga meningkatkan besar bunga dan buah. GA juga dapat mendorong pembentukan buah partenokarp. Giberelin dapat pula menggantikan perlakuan suhu rendah (2°-4°C) pada tanaman yang membutuhkan perlakuan tersebut bagi pembungaan. Giberelin dapat pula memecahkan dormansi biji dan tunas pada sejumlah tanaman (Heddy, 1986).

Salah satu ZPT yang umum digunakan untuk menghasilkan pertumbuhan buah tanpa biji adalah GA, yang banyak digunakan oleh produsen anggur tanpa biji dari kultivar-kultivar anggur berbiji. Hanya saja perlakuan GA ini mengakibatkan tidak terbentuknya biji karena gangguan pertumbuhan tabung sari sebelum pembuahan. Tingkat keberhasilan penghilangan biji ini mencapai hampir 100% (Suwanto, 2002).

Aplikasi giberelin sampai dengan 200 ppm masih memperlihatkan peningkatan ukuran malai. Ukuran malai terbaik didapatkan pada perlakuan giberelin saat pecah malai. Pemberian giberelin sebesar 50 ppm menghasilkan bobot buah per pohon tertinggi. Peningkatan bobot buah rata-rata mencapai 27% dibandingkan dengan tanpa perlakuan GA3 (Soetopo, 2004).

(30)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

(GA3). Perlakuan giberelin (GA3) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan

masa panen dengan konsentrasi 200 ppm (GA3) memberikan hasil yang paling

baik (Zuhriyah, 2004).

Secara terpisah perlakuan konsentrasi GA3 memberikan pengaruh yang

sangat nyata terhadap tinggi tanaman (umur 45 : konsentrasi GA3 60 ppm yaitu

sebesar 50,20 cm dan 55 HST : konsentrasi GA3 60 ppm yaitu sebesar 56,32 cm)

dan bobot kering akar per tanaman. Penggunaan ZPT GA3 pada perlakuan yang

diberikan justru menurunkan kemampuan tanaman untuk berbuah sehingga hasil yang diperoleh juga rendah. Pemberian GA3 juga mengakibatkan daun-daun

mengalami khlorosis, sehingga daun menjadi pucat mengarah ke warna kuning muda akan tetapi tanaman menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi GA3. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor yang

mempengaruhinya misal faktor fisiologis seperti perubahan suhu, kurang sinar matahari dan adanya gangguan hama penyakit yang menyerang tanaman terutama hama aphids (Cahyanti, 2002).

Partenokarpi

(31)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

menjadi tabung sari, menyusuri tangkai kepala putik via jaringan khusus yang disebut jaringan transmisi tabung sari (pollen-tube transmition tissue-PTT) menuju pintu bakal biji (ovule) yang disebut mikropil. Tabung sari yang nyasar tidak mencapai PTT akan mati dan meluruh di dalam jaringan putik, suatu proses kompetisi biologis naturalis yang penuh fairness. Serbuk sari masak menjelang penyerbukan intinya membelah menjadi 2 macam sel, generatif dan vegetatif. Inti generatif terletak di ujung tabung dan akan membelah menjadi 2 sperma, sperma-a dan sperma-b. Inti vegetatif di belakangnya bertugas mengendalikan proses pertumbuhan sel tabung sari menuju mikropil. Selama pemasakannya,

bakal biji (kantung embrio) mengalami pembelahan inti menjadi satu inti telur (egg) dan 2 inti sinergid terletak dekat dengan mikropil, 2 inti kutub di

(32)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

pada buah alang-alang. Uraian urutan pembentukan buah diatas juga menunjukkan tahap-tahap kritis yang memungkinkan terjadinya kegagalan terbentuknya biji. Tingkat kegagalan tersebut dapat total mengakibatkan gugurnya buah atau parsial hanya berupa gugurnya biji (aborsi). Jadi, ada buah yang terjadinya harus ada biji, ada pula buah yang dapat tumbuh dan berkembang tanpa biji. Bahkan, ada buah yang terbentuk dan tumbuh tanpa pembuahan. Ketidaknormalan juga dapat terjadi dalam pembentukan biji. Ada biji yang berkembang tanpa pembuahan bahkan tanpa penyerbukan, seperti pada biji manggis. Banyak ahli berpendapat, terjadinya buah pada umumnya adalah akibat kehadiran ZPT dari bakal biji atau dalam jaringan bakal buah itu sendiri. Pada tanaman tertentu yang penyerbukan dan pertumbuhan tabung sarinya cukup menyediakan ZPT yang mampu menstimulasi pertumbuhan bakal buah dan mempertahankannya dari kerontokan. Sehingga dipercaya bahwa biji dan bakal buah merupakan komponen yang memiliki proses pertumbuhan mandiri, tetapi dapat saling mempengaruhi. Buah semangka, anggur, nanas, dan pisang, adalah beberapa contoh buah yang pertumbuhan pascapenyerbukannya relatif bebas dari keberadaan biji. Namun, jumlah dan keberadaan biji sangat mempengaruhi ukuran dan keseimbangan bentuk buah karena selama pertumbuhannya, biji adalah supplier ZPT bagi pertumbuhan dan perkembangan bakal buah. Biji

berkemungkinan gugur sebelum dewasa tanpa membawa keguguran buah. Gugurnya biji dapat terjadi pada awal pembentukannya atau pada tahap yang lebih lanjut. Gugurnya biji setelah pembentukan pada aneka stadia ini disebut dengan stenospermy dan buahnya stenospermocarpic. Jadi, biji yang gugur dapat masih

(33)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

tumbuh menghasilkan kulit biji yang lumayan keras tetapi kosong, tidak berembrio dan tidak ber-endosperm. Gugurnya biji dapat terjadi secara alami maupun buatan. Proses gugur biji tengah jalan ini bisa terjadi secara buatan dengan perlakuan ZPT yang mengakibatkan terhentinya pertumbuhan endosperm maupun embrio. Menilik proses terjadinya buah tanpa biji di atas, terutama semangka, maka sebenarnya proses pembentukannya tidak melibatkan pelipatgandaan jumlah kromosom. Pelipatan jumlah kromosom terjadi apabila pencipta varietasnya menyiapkan induk tanaman triploid dari tanaman diploid (Suwanto, 2002).

Partenokarpi dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu obligator dan fakultatif. Partenokarpi disebut obligator apabila terjadi secara alami (genetik) tanpa adanya pengaruh dari luar. Hal ini dapat terjadi karena tanaman tersebut secara genetik memiliki gen penyebab partenokarpi, misalnya pada tanaman pisang yang kebanyakan triploid. Tanaman triploid ini memiliki mekanisme penghambatan perkembangan biji atau embrio sejak awal, sehingga buah yang terbentuk tanpa biji. Sedangkan partenokarpi fakultatif apabila terjadinya karena ada faktor/pengaruh dari luar, misalnya pada tanaman tomat dapat terjadi

pembentukan buah partenokarpi pada suhu dingin atau suhu panas (Pardal, 2008).

(34)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

kemudian diserap oleh buah itu sendiri (stenospermokarpi). Contoh buah tropis 3n (triploid) yang partenokarpi adalah pisang ambon (Redaksi Trubus, 1997).

Permasalahan cara menghasilkan anggur tanpa biji, tetapi tanpa merusak rasa dan kualitas dari anggur tersebut telah dijawab saat atau sejak ditemukannya hormon tumbuhan yaitu Giberelin. Hormon inilah yang kemudian dikembangkan lebih lanjut, selain untuk merangsang pertumbuhan tanaman, juga untuk menghasilkan buah partenokarpi (buah tanpa biji). Pada tanaman anggur misalnya, 2 minggu sebelum bunga anggur muncul atau mekar di sulur, kuncupnya dicelupkan ke dalam cairan khusus yaitu giberelin. Cairan ini mengandung zat khusus yang diambil dari sejenis jamur. Sepuluh hari setelah mekar, bunganya dicelupkan lagi. Inilah yang menghasilkan buah anggur tak berbiji. Giberelin digunakan untuk membuat buah anggur menjadi masak tanpa pembuahan dan tanpa biji. Contoh lain dari penggunaan hormon ini adalah untuk buah semangka. Pada semangka, pencelupan kuncup bunga pada cairan khusus ini berpengaruh terhadap perubahan jumlah kromosomnya, yang menentukan pula ciri - ciri buah yang akan dihasilkan (Planet of Science, 2007).

Dr. Saptowo Pardal dan rekan, periset Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, merakit galur tomat tanpa biji yang berproduksi tinggi di dataran rendah. Saptowo Pardal, doktor Agronomi alumnus Institut Pertanian Bogor memanfaatkan bakteri Pseudomonas syringae yang menghasilkan auksin dan giberelin. Keduanya

(35)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

sinar matahari. Giberelin yang ditemukan oleh Kurasawa pada 1926 itu mempengaruhi meristem dan respon tanaman terhadap suhu, cahaya, serta pembentukan bunga dan buah. Pekebun memanfaatkan auksin dan giberelin itu untuk menghilangkan biji pada beberapa buah seperti anggur. Bagi tumbuhan, biji merupakan tempat cadangan auksin. Dengan penyemprotan auksin dan giberelin dapat menggantikan peran biji. Tumbuhan pun tak perlu menyimpan kedua hormon tumbuh itu dalam biji sehingga biji tak terbentuk. Mengapa tomat baru itu berproduksi tinggi di dataran rendah? Sebab adanya rekayasa gen yang bersifat partenokarpi. Partenokarpi adalah proses pembentukan buah tanpa penyerbukan dan pembuahan sehingga buah yang terbentuk tanpa biji. Mekanisme itulah yang mengilhami Saptowo untuk menginduksi gen Pseudomonas syringae pada tanaman tomat varietas opal secara genetik (Pardal, 2008).

Anggur tanpa biji buatan adalah anggur yang dihaasilkan dari varietas anggur berbiji. Kalau pertumbuhan bunganya dibiarkan normal, tanaman tetap menghasilkan buah anggur berbiji. Namun, dengan perlakuan pada awal pembungaan bisa diperoleh buah anggur yang tidak berbiji. Penelitian ini menggunakan perlakuan dengan larutan promalin yang merupakan zat pengatur tumbuh dengan bahan aktif GA4+7 + BA dengan konsentrasi 0 ppm, 500 ppm,

(36)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

(37)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada lahan masyarakat di Kampung Sekepel Desa Paluh Kemiri Lubuk Pakam, dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut, pada bulan Nopember 2008 sampai Januari 2009.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih semangka varietas New Dragon, Long Dragon dan Super Dragon; GA3 sebagai

induktor; alkohol 96% dan aquadest untuk melarutkan GA3; ZA, urea, TSP dan

KCl sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan; fungisida untuk merendam benih; air sebagai pelarut pupuk, fungisida dan insektisida; tanah halus dan abu sekam dengan perbandingan 2:1 sebagai penutup kecambah saat penanaman; mulsa plastik hitam perak sebagai penutup tanah; pasir sebagai alas benih saat pemeraman; kertas koran sebagai alas benih saat pemeraman; kantung plastik yang dilubangi sebagai tempat benih saat perendaman dalam larutan fungisida; kain handuk sebagai tempat benih saat pemeraman; label nama untuk tempat menulis perlakuan dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.

(38)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

fungisida dan pupuk cair untuk disemprotkan pada tanaman; kaleng sebagai tempat pemeraman; lampu pijar 15 watt sebagai penerangan untuk memberikan suasana hangat selama pemeraman; gunting pangkas untuk pemangkasan cabang; tali rafia untuk mengikat cabang dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor yaitu:

Faktor I : Induksi Giberelin (G) yang terdiri dari 3 taraf yaitu:

G0 = 0 ppm

G1 = 50 ppm

G2 = 100 ppm

G3 = 150 ppm

Faktor II: Varietas (V) yang terdiri dari 3 varietas yaitu:

V1 = New Dragon

V2 = Long Dragon

(39)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu: G0V1 G1V1 G2V1 G3V1

G0V2 G1V2 G2V2 G3V2

G0V3 G1V3 G2V3 G3V3

Jumlah blok : 3 ulangan

Jumlah titik penanaman per blok : 12 titik Jumlah tanaman per blok : 12 tanaman Jumlah sampel per blok : 12 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 36 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 36 tanaman Jarak antar blok : 60 cm Jarak antar tanaman : 100 cm

Ukuran blok : 12 x 1 m

Dari hasil penelitian dianalisis sidik ragam dengan model linier Rancangan Acak Kelompok Faktorial sebagai berikut:

Yijk = µ + ρi + αj + k + (α )jk + εijk i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3 k = 1, 2, 3 dimana:

Yijk = Hasil pengamatan yang disebabkan induksi giberelin (G) pada taraf ke-i dan varietas pada taraf ke-j pada blok ke-k

µ = Nilai tengah ρi = Efek blok ke-i

(40)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

(α )jk = Pengaruh interaksi induksi giberelin pada taraf ke-j dan varietas pada taraf ke-k

εijk = Efek error pada blok ke-i induksi giberelin pada taraf ke-j dan varietas pada taraf ke-k

(41)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

PELAKSANAAN PENELITIAN

Perkecambahan

Benih dicuci dengan air bersih kemudian dimasukkan dalam kantung plastik yang sudah dilubangi, lalu direndam dalam larutan fungisida dengan

konsentrasi 2 ml/l air selama 4-6 jam. Setelah itu, benih diangkat dan diangin-anginkan di atas kertas koran selama 10 menit. Benih diletakkan di atas

kain handuk kemudian dilipat dan dimasukkan dalam kaleng yang bagian dasarnya telah diberi lapisan pasir setebal 5 cm dan kertas koran yang telah diperciki air terlebih dahulu. Kaleng ditutup dan diberi penerangan lampu pijar 15 watt yang terus menyala selama pemeraman dengan jarak 5-10 cm di atas bungkusan. Kelembaban dalam kaleng harus sering dicek. Pemeraman dilakukan selama 12-24 jam. Benih yang sudah berkecambah atau keluar calon akarnya sepanjang 2-3 mm, sudah saatnya ditanam di lapangan.

Penanaman

Persiapan Lahan

(42)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Persiapan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat seminggu sebelum melakukan penanaman. Tanah diolah secara sempurna hingga menjadi remah dan gembur, kemudian diratakan. Pada masing-masing titik penanaman dibuat koakan tempat menanam semangka dengan jarak antar tanaman 90 cm. Tiap koakan diisi pupuk kandang + 3 kg.

Pemupukan Dasar

Waktu pemberian pupuk dasar adalah 3 hari sebelum tanam dengan sistem koakan. Selain pemberian pupuk kimia, perlu diberikan insektisida untuk membunuh kuman penyakit yang tertinggal di dalam tanah. Kebutuhan pupuk dan insektisida per tanaman semangka adalah ZA 30 g, urea 15 g, TSP 45 g, KCl 40 g dan insektisida 7,5 g.

Penanaman Kecambah

Kecambah ditanam dalam posisi tegak dan ditutup dengan campuran tanah halus dan abu sekam dengan perbandingan 2:1 kemudian disiram. Lalu diberi naungan berupa pelepah pisang untuk menghindarkan cahaya matahari dan air hujan secara langsung. Waktu penanaman kecambah adalah sore hari setelah pukul 15.30 WIB.

Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak

(43)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

menggunakan kaleng susu bekas yang diisi bara api kemudian diputarkan searah jarum jam pada MPHP sehingga terbentuk bolong-bolong lubang tanam.

Pemeliharaan Tanaman

Penyulaman

Penyulaman mulai dilakukan setelah bibit ditanam 3 hari sampai 10 hari setelah tanam. Tanaman yang tidak sehat atau mati diganti dengan tanaman yang baru. Penyulaman dilakukan pada sore hari setelah pukul 15.30 WIB.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan tiap hari pagi dan sore hari atau sesuai dengan kondisi dilapangan..

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada di lapangan. Ini dilakukan untuk mengurangi persaingan antara tanaman utama dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara dari tanah. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.

Pemupukan Susulan

(44)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009 Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan pada waktu tanaman berumur 37 hari setelah tanam, dengan cara mengurangi tumbuhnya cabang utama atau cabang sekunder sehingga hanya diperlihara sebanyak dua cabang utama saja. Tujuan pemangkasan cabang yang berlebihan adalah untuk memaksa tanaman memusatkan hasil tenaga internalnya demi perkembangan buah. Pemangkasan dilakukan pada saat cuaca cerah sekitar pukul 10.00-14.00 WIB dengan gunting pangkas tajam yang sudah direndam dalam larutan fungisida dengan konsentrasi 2 ml/l air.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida dengan konsentrasi 0,2 ml/l air sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan menyemprotkan fungisida dengan konsentrasi 1 ml/l air. Masing-masing disemprotkan pada tanaman yang terkena serangan dengan menggunakan handsprayer.

Aplikasi Larutan GA3

Bunga betina beserta bakal buahnya yang tampak menggelembung dicelupkan kedalam larutan GA3 sampai merata. Masing-masing bunga betina tiap

(45)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

dipotong/dibuang pada saat masih kuncup untuk menjaga agar jangan sampai terjadi penyerbukan.

Panen

Panen dilakukan setelah semangka mencapai kriteria matang yang ditandai dengan warna kulit buah yang terang, bentuk buah bulat berisi, sulur di belakang tangkai buah sudah berwarna cokelat tua, bersuara agak berat dan sedikit bergetar bila diketuk, serta umur panen yang sudah mencukupi. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong tangkai buah menggunakan pisau tajam.

Peubah Amatan

Panjang Tanaman (cm)

Panjang cabang diukur dari pangkal batang hingga ujung tanaman dengan menggunakan meteran. Pengamatan tinggi tanaman dimulai setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam dengan selang satu minggu sekali dan diamati sampai tanaman mulai berbunga.

Umur Berbunga (hst)

Umur berbunga dihitung apabila tanaman semangka telah mengeluarkan bunga betina.

Umur Terbentuknya Buah (hst)

(46)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Persentase Terbentuknya Buah (%)

Persentase terbentuknya buah merupakan persentase jumlah bunga betina yang dapat membentuk buah setelah dilakukan pencelupan dengan GA3.

Persentase terbentuknya buah dihitung dengan menggunakaan rumus :

% terbentuknya buah = buah yang terbentuk x 100 % bunga betina yang dicelupkan

Umur Panen (hst)

Umur panen dihitung mulai dari penanaman benih hingga tanaman siap untuk dipanen sesuai dengan kriteria panen.

Bobot Buah (kg)

Bobot buah dihitung pada saat panen dengan menimbang masing-masing buah per tanaman.

Panjang Buah (cm)

Panjang buah per tanaman dihitung pada saat panen dengan mengukur panjang masing-masing buah per tanaman.

Diameter Buah (cm)

Diameter buah per tanaman dihitung pada saat panen dengan mengukur diameter masing-masing buah per tanaman.

Jumlah Biji (biji)

(47)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Panjang Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari panjang tanaman 1 MST, 2 MST dan 3 MST dapat dilihat pada Lampiran 7 s/d 9. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan induksi giberelin, varietas dan interaksi antara perlakuan giberelin dan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter panjang tanaman.

Hasil uji beda rataan panjang tanaman pada perlakuan giberelin dan varietas dari 1 s/d 3 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Panjang Tanaman (cm) dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas Semangka

(48)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa tanaman terpanjang terdapat pada perlakuan tanpa giberelin (176,84 cm) dan terpendek terdapat pada perlakuan giberelin dengan konsentrasi 100 ppm (138,04 cm), sedangkan pada varietas tanaman terpanjang terdapat pada varietas Super Dragon (176,30 cm) dan terpendek terdapat pada varietas Long Dragon (141,12 cm).

Grafik pertumbuhan panjang tanaman pada 1 MST hingga 3 MST dari ketiga varietas semangka dapat dilihat pada Gambar 1.

0

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Panjang Tanaman (cm) Tiga Varietas Semangka

Umur Berbunga (HST)

(49)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

(50)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 2. Rataan Umur Berbunga (hst) dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas Semangka

Varietas Giberelin Rataan G0 G1 G2 G3

V1 (New Dragon) 43.67 42.67 43.67 43.00 43.25 V2 (Long Dragon) 42.67 43.67 43.33 42.67 43.08 V3 (Super Dragon) 42.33 43.67 42.67 42.33 42.75 Rataan 42.89 43.33 43.22 42.67 43.03

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa umur berbunga terlama terdapat pada perlakuan giberelin dengan konsentrasi 50 ppm (43,33 HST) dan terpendek terdapat pada perlakuan giberelin dengan konsentrasi 150 (42,67 HST), sedangkan pada varietas umur berbunga terlama terdapat pada varietas New Dragon (43,25 HST) dan terpendek terdapat pada varietas Super Dragon (42,75 HST).

Umur Terbentuknya Buah (HST)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur terbentuknya buah dapat dilihat pada Lampiran 11. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan giberelin, varietas dan interaksi antara giberelin dan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter umur terbentuknya buah.

(51)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 3. Rataan Umur Terbentuknya Buah (hst) dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas Semangka

Varietas Giberelin Rataan G0 G1 G2 G3

V1 (New Dragon) 48.00 47.67 48.67 47.33 47.92 V2 (Long Dragon) 48.33 48.00 48.00 47.67 48.00 V3 (Super Dragon) 47.33 48.33 48.00 47.67 47.83 Rataan 47.89 48.00 48.22 47.56 47.92

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa umur terbentuknya buah terlama terdapat pada perlakuan giberelin dengan konsentrasi 100 ppm (48,22 HST) dan terpendek terdapat pada perlakuan giberelin dengan konsentrasi 150 (47,56 HST), sedangkan pada varietas umur terbentuknya buah terlama terdapat pada varietasLong Dragon (48,00 HST) dan terpendek terdapat pada varietas Super Dragon (47,83 HST).

Persentase Terbentuknya Buah (%)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari persentase terbentuknya buah dapat dilihat pada Lampiran 12. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan giberelin, varietas dan interaksi antara giberelin dan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter persentase terbentuknya buah.

(52)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

(53)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 4. Rataan Persentase Terbentuknya Buah (%) dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas Semangka

Varietas Giberelin Rataan G0 G1 G2 G3

V1 (New Dragon) 48.15 44.29 46.63 40.60 44.92 V2 (Long Dragon) 42.06 35.36 37.78 37.77 38.24 V3 (Super Dragon) 38.15 38.79 43.45 38.42 39.70 Rataan 42.79 39.48 42.62 38.93 40.95

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase terbentuknya buah tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa giberelin (42,79 %) dan terendah terdapat pada perlakuan giberelin dengan konsentrasi 150 ppm (38,93 %), sedangkan pada

varietas persentase terbentuknya buah tertinggi terdapat pada varietas

New Dragon (44,92 %) dan terendah terdapat pada varietas Long Dragon (38,24 %).

Umur Panen (HST)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur panen dapat dilihat pada Lampiran 13. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan giberelin, varietas dan interaksi antara giberelin dan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter umur panen.

(54)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 5. Rataan Umur Panen (hst) dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas Semangka

Varietas Giberelin Rataan G0 G1 G2 G3

V1 (New Dragon) 75.50 75.50 75.50 74.50 75.25 V2 (Long Dragon) 75.50 76.50 76.00 75.50 75.88 V3 (Super Dragon) 75.00 77.17 75.50 76.67 76.08 Rataan 75.33 76.39 75.67 75.56 75.74

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa umur panen terlama terdapat pada perlakuan giberelin dengan konsentrasi 50 ppm (76,39 HST) dan terpendek terdapat pada perlakuan tanpa giberelin (75,33 HST), sedangkan pada varietas umur panen terlama terdapat pada varietas Super Dragon (76,08 HST) dan terpendek terdapat pada varietas New Dragon (75,25 HST).

Bobot Buah (kg)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot buah dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan giberelin berpengaruh nyata terhadap parameter bobot buah, dan varietas juga berbeda nyata terhadap bobot buah, sedangkan interaksi antara giberelin dan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter bobot buah.

(55)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 6. Rataan Bobot Buah (kg) dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas Semangka

Varietas Giberelin Rataan G0 G1 G2 G3

V1 (New Dragon) 2.58 2.62 2.65 3.33 2.80 c V2 (Long Dragon) 3.33 3.23 4.80 4.15 3.88 b V3 (Super Dragon) 4.10 5.28 5.27 5.17 4.95 a Rataan 3.34 b 3.71 b 4.24 a 4.22 a 3.88

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa bobot buah terbesar terdapat pada perlakuan giberelin dengan konsentrasi 100 ppm (4,24 kg) dan terkecil pada perlakuan tanpa giberelin (3,34 kg), sedangkan pada varietas bobot buah terbesar

terdapat pada varietas Super Dragon (4,95 kg) dan terkecil pada varietas New Dragon (2,80 kg).

Histogram bobot buah dari ketiga varietas semangka dapat dilihat pada Gambar 2.

V1 = New Dragon V2 = Long Dragon V3 = Super Dragon

Varietas

(56)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Gambar 3. Grafik Perbedaan Konsentrasi Giberelin terhadap Bobot Buah

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa bobot buah pada konsentrasi giberelin 100 ppm lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi giberelin 0 ppm, 50 ppm dan 150 ppm.

Panjang Buah (cm)

(57)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

varietas juga berbeda nyata terhadap panjang buah sedangkan interaksi antara giberelin dan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter panjang buah.

Data panjang buah pada perlakuan giberelin dan varietas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Panjang Buah (cm) dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas Semangka

Varietas Giberelin Rataan G0 G1 G2 G3

V1 (New Dragon) 21.08 20.43 21.05 21.27 20.96 c V2 (Long Dragon) 22.00 22.08 23.07 23.89 22.76 b V3 (Super Dragon) 22.70 26.43 26.67 26.32 25.53 a Rataan 21.93 b 22.98 ab 23.59 a 23.82 a 23.08

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa panjang buah terbesar terdapat pada perlakuan giberelin dengan konsentrasi 150 ppm (23,82 cm) dan terkecil pada perlakuan tanpa giberelin (21,93 cm), sedangkan pada varietas panjang buah terbesar terdapat pada varietas Super Dragon (25,53 cm) dan terkecil pada varietas New Dragon (20,96 cm).

(58)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

V1 = New Dragon V2 = Long Dragon V3 = Super Dragon

Varietas

Gambar 4. Histogram Perbedaan Varietas terhadap Panjang Buah

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa panjang buah pada varietas Super Dragon lebih panjang dibandingkan dengan varietas New Dragon dan Long Dragon.

(59)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Gambar 5. Grafik Perbedaan Konsentrasi Giberelin terhadap Panjang Buah

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa panjang buah pada konsentrasi giberelin 150 ppm lebih panjang dibandingkan dengan konsentrasi giberelin 0 ppm, 50 ppm dan 100 ppm.

Diameter Buah (cm)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari diameter buah yang dapat dipasarkan dapat dilihat pada Lampiran 16. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan giberelin berpengaruh nyata terhadap parameter diameter buah, dan varietas juga berbeda nyata terhadap diameter buah sedangkan interaksi antara giberelin dan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter diameter buah.

Data diameter buah pada perlakuan giberelin dan varietas dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Diameter Buah (cm) dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas Semangka

Varietas Giberelin Rataan G0 G1 G2 G3

V1 (New Dragon) 15.05 14.90 14.83 16.07 15.21 c V2 (Long Dragon) 16.02 16.17 17.00 16.92 16.53 b V3 (Super Dragon) 16.85 18.92 18.43 18.53 18.18 a Rataan 15.97 b 16.66 ab 16.76 a 17.17 a 16.64

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.

(60)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

perlakuan tanpa giberelin (15,97 cm), sedangkan pada varietas diameter buah terbesar terdapat pada varietas Super Dragon (18,18 cm) dan terkecil pada varietas New Dragon (15,21 cm).

Histogram antara varietas dengan diameter buah dapat dilihat pada Gambar 6.

V1 = New Dragon V2 = Long Dragon V3 = Super Dragon

Varietas

Gambar 6. Histogram Perbedaan Varietas terhadap Diameter Buah

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa diameter buah pada varietas Super Dragon lebih besar dibandingkan dengan varietas New Dragon dan Long Dragon.

Grafik antara konsentrasi giberelin dengan diameter buah dapat dilihat pada Gambar 7.

(61)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Gambar 7. Grafik Perbedaan Konsentrasi Giberelin terhadap Diameter Buah

Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa diameter buah pada konsentrasi giberelin 150 ppm lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi giberelin 0 ppm, 50 ppm dan 100 ppm.

Jumlah Biji (biji)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah biji dapat dilihat pada Lampiran 17. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan giberelin berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah biji, dan varietas juga berbeda nyata terhadap jumlah biji sedangkan interaksi antara giberelin dan varietas belum berbeda nyata terhadap parameter jumlah biji.

Data jumlah biji pada perlakuan giberelin dan varietas dapat dilihat pada Tabel 9.

(62)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 9. Rataan Jumlah Biji (biji) dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas Semangka

Varietas Giberelin Rataan G0 G1 G2 G3

V1 (New Dragon) 421.50 411.83 399.00 318.50 387.71 a V2 (Long Dragon) 316.00 339.17 272.67 253.00 295.21 b V3 (Super Dragon) 254.00 206.50 204.33 202.00 216.71 c Rataan 330.50 a 319.17ab 292.00b 257.83 c 299.88

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah biji terbanyak terdapat pada perlakuan tanpa giberelin (330,50 biji) dan terkecil pada perlakuan giberelin dengan konsentrasi 150 ppm (257,83 biji), sedangkan pada varietas jumlah biji terbanyak terdapat pada varietas New Dragon Dragon (387,71 biji) dan terkecil pada varietas Super Dragon (216,71 biji).

Histogram antara varietas dengan jumlah biji dapat dilihat pada

V1 = New Dragon V2 = Long Dragon V3 = Super Dragon

Varietas

Gambar 8. Histogram Perbedaan Varietas terhadap Jumlah Biji

(63)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa jumlah biji pada varietas New Dragon lebih banyak dibandingkan dengan varietas Long Dragon dan Super Dragon.

Grafik antara konsentrasi giberelin dengan jumlah biji dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Perbedaan Konsentrasi Giberelin terhadap Jumlah Biji

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa jumlah biji pada perlakuan tanpa giberelin lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi giberelin 50 ppm, 100 ppm dan 150 ppm.

(64)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

Pembahasan

Pengaruh Induksi Giberelin terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara statistik diperoleh bahwa perlakuan induksi giberelin berpengaruh nyata terhadap parameter bobot buah, panjang buah, diameter buah dan jumlah biji. Namun belum berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tanaman, umur berbunga, umur terbentuknya buah, persentase terbentuknya buah dan umur panen.

(65)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

yang lebih banyak. Jumlah sel yang meningkat, termasuk di dalam jaringan pada daun, memungkinkan terjadinya peningkatan fotosintesis penghasil karbohidrat, yang dapat mempengaruhi bobot tanaman (Salisbury dan Ross, 1995). Di fase generatif ini penambahan hormon giberelin eksogen akan meningkatkan kapasitas jaringan penyimpanan hasil fotosintesa yang dipanen (umbi, buah dll) yaitu giberelin akan memperbesar sel jaringan penyimpanan sehingga mampu menerima hasil-hasil fotosintesa lebih banyak yang berakibat ukuran jaringan penyimpanan (buah) lebih besar seperti pada semangka, kentang, dll atau bernas seperti pada padi, jagung dll (Wordpress, 2009).

(66)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

mempengaruhi meristem dan respon tanaman terhadap suhu, cahaya, serta pembentukan bunga dan buah. Pekebun memanfaatkan auksin dan giberelin itu untuk menghilangkan biji pada beberapa buah seperti anggur (Pardal, 2008). Berikutnya diketahui lagi bahwa auksin dapat menggantikan polinasi dan fertilisasi pada proses pembentukan dan perkembangan buah pada beberapa spesies tanaman (Gustafson, 1942). Percobaan pada tanaman strawbery, di mana bakal biji yang telah dibuahi (achenes) dapat dihilangkan tanpa merusak bagian reseptakel ternyata buah tetap tumbuh berkembang setelah achenes diganti dengan olesan senyawa lanolin yang berisi auksin (Nitsch, 1950). Lebih lanjut, Nitsch membuktikan bahwa kandungan dan sintesis auksin pada bakal biji (achenes) berlangsung hingga 17 hari setelah pembuahan. Hal ini membuktikan bahwa auksin dibutuhkan selama perkembangan buah. Zat pengatur tumbuh (ZPT) lain, seperti giberelin juga terbukti dapat menggantikan peran biji dalam perkembangan buah (Schwabe dan Mills, 1981). Namun, untuk efisiensi partenokarpi perlu kombinasi atau pengulangan aplikasi ZPT tersebut. Zat pengatur tumbuh berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kandungan auksin (IAA) endogen dalam bakal buah (ovary), baik setelah polinasi dan fertilisasi ataupun setelah aplikasi ZPT dari luar. Kadar auksin selama perkembangan bakal buah berbeda-beda untuk setiap tanaman, tetapi umumnya meningkat pada saat 20 hari setelah pembungaan (anthesis) baik pada bunga yang diserbuki atau yang disemprot auksin (Lee etal., 1997). Perlakuan GA mengakibatkan tidak terbentuknya biji karena gangguan pertumbuhan tabung sari sebelum pembuahan.

(67)

Annisah : Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard), 2009.

USU Repository © 2009

tanaman lain dan konsentrasi giberelin yang belum tepat. Jika diberikan pada saat yang tepat dan konsentrasi yang cocok, giberelin menyebabkan gerombol buah anggur tanpa biji dan lebih panjang sehingga buahnya tidak terlalu berdesakan (Salisbury dan Ross, 1995).

Pengaruh Interaksi Induksi Giberelin dan Varietas terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi

Dari hasil analisis secara statistik diperoleh bahwa interaksi induksi giberelin dan varietas terhadap pembentukan buah partenokarpi belum memberikan pengaruh nyata terhadap parameter panjang tanaman, umur berbunga, umur terbentuknya buah, persentase terbentuknya buah, umur panen, bobot buah, panjang buah, diameter buah dan jumlah biji. Walaupun dalam beberapa penelitian lainnya ada juga ditemukan pengaruh interaksi GA3 dan

Gambar

Tabel 1. Rataan Panjang Tanaman (cm) dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga                Varietas Semangka
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Panjang Tanaman (cm) Tiga  Varietas Semangka
Tabel 2. Rataan Umur Berbunga (hst) dengan Perlakuan Giberelin pada Tiga Varietas Semangka
Tabel 3. Rataan Umur Terbentuknya Buah (hst) dengan Perlakuan Giberelin pada                       Tiga Varietas Semangka
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi albedo semangka dan buah naga super merah memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap kualitas selai lembaran yang

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa rasio albedo semangka dan daging buah nangka berpengaruh nyata terhadap tekstur selai yang dihasilkan.Rata-rata pengamatan

Hasil Uji Jarak Berganda Duncan pengaruh pemberian larutan GA3 terhadap berat segar buah, diameter buah, diameter daging buah, dan jumlah biji semangka umur

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa rasio albedo semangka dan daging buah nangka berpengaruh nyata terhadap tekstur selai yang dihasilkan.Rata-rata pengamatan

Interaksi perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan P2C2 yaitu interaksi pada peubah jumlah daun dan berat buah, karena tanaman dapat memanfaatkan suflai hara

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas tidak memberikan pengaruh nyata sedangkan pemberian pupuk organik cair berpengaruh

Hasil perhitungan analisis sidik ragam, tidak terjadi pengaruh interaksi antara konsentrasi giberelin dengan varietas padi sawah terhadap umur panen pada cekaman

Kombinasi albedo semangka (Citrullus vulgaris Schard.) dan buah naga super merah (Hylocereus costaricensis) memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap kualitas