SKRIPSI
Oleh :
Syamsudin Mochtar 20130730352
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
i SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Strata satu
pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
Syamsudin Mochtar 20130730352
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
ii
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr. wb.
Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat
bahwa skripsi saudara:
Nama : Syamsudin Mochtar
NPM : 20130730352
Judul Skripsi : Studi Komparasi Kinerja Pasar Saham Syariah Indonesia Dan Malaysia Tahun 2011-2015 Berdasarkan Return Dan Risk Saham
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Bersamaan ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing
iii
DAN MALAYSIA TAHUN 2011-2015 BERDASARKAN RETURN DAN RISK SAHAM
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : Syamsudin Mochtar
NPM : 20130730352
Telah dimunaqasyahkan di depan sidang Munaqasyah Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 5 Desember 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
Sidang Dewan Penguji
Ketua Sidang : Rozikan, S.EI., M.EI. (...)
Bimbingan : Erni Suryandari, SE., Msi (...)
Penguji : Amelia Pratiwi, SE., ME (...)
Yogyakarta, 5 Desember 2016 Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,
iv Nama Mahasiswa : Syamsudin Mochtar
Nomor Mahasiswa : 20130730352
Program Studi : Ekonomi dan Perbankan Islam
Judul Skripsi : STUDI KOMPARASI KINERJA PASAR SAHAM
SYARIAH INDONESIA DAN MALAYSIA TAHUN 2011-2015 BERDASARKAN RETURN DAN RISK SAHAM
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 5 Desember 2016
Yang Membuat Pernyataan
v
“
Allah tidak akan memberi cobaan melebihi dari kemampuan
hambanya
”
(QS. Al-Baqarah : 286)
“
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali
mereka itu sendiri yang merubah keadaan apa yang ada pada diri
mereka
”
(QS. Ar Ra’d : 11)
لمع ّلك ىلع نيعي ربّصلا
“
Kesabaran Akan Membantu Dalam Seluruh Pekerjaan
”
vi
Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillah hirobbil’alamin..
Sujud syukurku kusembahkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan lagi Maha penyayang, yang telah memberikan segala kenikmatan berupa kesehatan, kekuatan dan kesabaran dengan takdirmu juga yang telah jadikan aku manusia yang senantiasa berfikir, beriman, berilmu dan bersabar dalam mejalani kehidupan ini. Sehingga aku dapat menyelesaikan kewajiban ini dengan baik. Semoga keberhasilan ini menjadi manfaat dan menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku serta mencari keridhaanmu.
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :
Kedua Orang Tua ku tercinta Ayahanda H. Mohtar Musseng dan Ibunda
Hj. Rohani, Kakak-kakak, Adek-adek tersayang dan seluruh keluarga besarku
yang selalu memberikan rasa cinta kasih sayang, semangat dan senantiasa
menjadi sumber inspirasi serta do’anya tiada berhenti untukku, maka tiada
yang dapat diucapkan selain rasa syukur yang begitu banyak atas karunia
diberikannya Orang Tua yang begitu luar biasa.
Almamaterku Program Studi Ekonomi Perbankan Islam Universitas
vii Asslamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah Senantiasa dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah
SWT. yang telah memberi segala rahmat, nikmat serta taufiq dan hidayah-Nya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban untuk menyusun skripsi ini dengan
lancar dan baik. Shalawat serta salam samapaikan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW, beliau sebagai bapak revolusiner yang mengubah alam jahiliyah ke
alam Islamiayah, dari alam kegelapan menjadi alam terang benderang.
Do’a dan Restu samapaikan kepada sahabat-sahabat dan para mujahidin dan
mujahidat yang telah gugur ,sedang gugur dan yang akan gugur dalam medan
pertumpuran, demi menegakkan kalimatulhak Lailahaillallah.
Penyususan skripsi yang berjudul “STUDI KOMPARASI KINERJA PASAR SAHAM SYARIAH INDONESIA DAN MALAYSIA TAHUN 2011-2015 BERDASARKAN RETURN DAN RISK SAHAM” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan program studi muamalat Jurusan
Ekonomi dan Perbankan Islam Fakultas Agama Islam pada Universitas
Muhammadiayah Yogyakarta yang merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa
untuk memperoleh gelar sarjana (S1).
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi ini penulis
viii
mulai dari awal hingga selesai. Terutama kepada yang terhormati :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, MA selaku rektor Universitas
Muhammadiayah Yogyakarta.
2. Bapak Dr.Mahli Zainuddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiayah Yogyakarta.
3. Bapak Syarif As’ad, S.E.I., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Ketua Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas
Muhammadiayah Yogyakarta.
4. Ibu Erni Suryandari, SE., Msi selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
mengorbankan waktu untuk memberi arahan, saran yang tidak pernah lelah
dan sabar memberikan bimbingan kepada peneliti selama penyusunan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Agama Islam yang telah mentranformasikan ilmu dan
keteladanan dengan penuh keikhlasan kepeda peneliti dan seluruh karyawan
yang bersangkutan khususnya TU Fakultas Agama Islam.
6. Teristimewa kepada Orang Tua Ayahanda H. Mohtar Musseng dan Ibunda
Hj. Rohani dan Nenek ku tercinta, keluarga besarku kakak-kakak, adek-adek,
ix selalu dilindungi oleh Allah SWT. Aamiin
7. Sahabat sejatiku Fateh Ali Suthoni, Nurkholis Majid, Afif Arrosyid,
Muhammad Alqorni, Salmia, Maulida Masruroh, Siska Ruknamawati, Sarah
Aprilia Ningsih, Koidatul Lisa, Ardini Pangesti Putri, Putri Intan Permatasari,
Rosyid Saputra, Maulana dan Syifa Uttaqiullah yang telah mengorbankan
waktu, jiwa dan tenaga untuk sering memberi bantuan, masukan, dorongan,
dan memotivasi, selama dalam proses perkuliahan dan perjuangan skripsi ini,
kalian selalu ada disampingku saat aku butuh bantuan, aku menyadari tanpa
kalian kemungkinan semua impian ku tidak akan terwujud dan kalian juga
membuat aku tidak merasa asing.
8. Teman-teman tersayang EPI 2012 dari A-E semua, terkhusus EPI kelas E
2012 yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu yang sudah menjadi keluarga
besar di kota Istimewa yang selalu menjadi teman berdiskusi, membagi cerita,
kenangan terindah serta berjuang bersama untuk mengejarkan cita-cita selama
perkuliahan ini, dimana kita sering ketawa dan bercanda bersama, semoga tali
persahabatan kita ini tetap solid.
9. Teman-teman PAI C 2012 yang pernah satu kelas walaupun hanya sebentar,
x
11.Terima kasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan kritik, saran dan bantuannnya baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan dan apa yang penulis harapkan. Untuk itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Akhirnya
penulis berharap semoga karya tulis yang sederhana ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak.
Waalaikumusalam Wr.Wb.
Yogyakarta, 5 Desember 2016 Penulis,
xi
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
ABSTRAK ... xx
ABSTRACT ... xxi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN ... xxii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
xii
B. Kerangka Teori... 15
C. Kerangka Pemikiran ... 32
D. Hipotesis Penelitian ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37
A. Objek Penelitian ... 37
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 37
C. Populasi dan Sampel ... 38
D. Teknik Pengambilan Sampel... 38
E. Data dan Jenis Data ... 39
F. Teknik Pengambilan Data ... 40
G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variable ... 41
H. Analisis Data ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 48
A. Gambaran Objek Penelitian ... 48
B. Analisis Hasil Penelitian ... 51
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 124
BAB V PENUTUP ... 137
A. Kesimpulan... 137
B. Saran ... 138
DAFTAR PUSTAKA
xiii
Tabel 4.2 Daftar Kandidat Saham Syariah FBM Emas Shariah Index (FBMS) ... 52
Tabel 4.3 Average Return, Standar Deviasi dan Beta Saham Saham Syariah Indonesia Tahun 2011 ... 53
Tabel 4.4 Average Return, Standar Deviasi dan Beta Saham Saham Syariah Malaysia Tahun 2011 ... 54
Tabel 4.5 Average Return, Standar Deviasi dan Beta Saham Saham Syariah Indonesia Tahun 2012 ... 55
Tabel 4.6 Average Return, Standar Deviasi dan Beta Saham Saham Syariah Malaysia Tahun 2012 ... 56
Tabel 4.7 Average Return, Standar Deviasi dan Beta Saham Saham Syariah Indonesia Tahun 2013 ... 57
Tabel 4.8 Average Return, Standar Deviasi dan Beta Saham Saham Syariah Malaysia Tahun 2013 ... 58
Tabel 4.9 Average Return, Standar Deviasi dan Beta Saham Saham Syariah Indonesia Tahun 2014 ... 59
Tabel 4.13 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Sharpe’s Model (2011) ... 64
xiv
Tabel 4.17 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Jensen’s Model (2011) ... 68
Tabel 4.18 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Jensen’s Model (2011) ... 69
Tabel 4.19 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Appraisal Ratio
(2011) ... 70
Tabel 4.20 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Appraisal Ratio
(2011) ... 71
Tabel 4.21 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Snail Trail (2011) ... 73 Tabel 4.22 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Snail Trail (2011) .... 74 Tabel 4.23 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Sharpe’s Model (2012) ... 75
Tabel 4.24 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Sharpe’s Model (2012) ... 76
Tabel 4.25 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Treynor’s Model (2012) ... 77
Tabel 4.26 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Treynor’s Model (2012) ... 78
Tabel 4.27 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Jensen’s Model (2012) ... 79
Tabel 4.28 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Jensen’s Model (2012) ... 80
Tabel 4.29 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Appraisal Ratio
xv
Tabel 4.33 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Sharpe’s Model (2013) ... 85
Tabel 4.34 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Sharpe’s Model (2013) ... 86
Tabel 4.35 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Treynor’s Model (2013) ... 87
Tabel 4.36 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Treynor’s Model (2013) ... 88
Tabel 4.37 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Jensen’s Model (2013) ... 89
Tabel 4.38 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Jensen’s Model (2013) ... 90
Tabel 4.39 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Appraisal Ratio
(2013) ... 91
Tabel 4.40 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Appraisal Ratio
(2013) ... 92
Tabel 4.41 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Snail Trail (2013) ... 93 Tabel 4.42 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Snail Trail (2013) .... 94 Tabel 4.43 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Sharpe’s Model (2014) ... 95
Tabel 4.44 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Sharpe’s Model (2014) ... 96
xvi
Tabel 4.48 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Jensen’s Model (2014) ... 100
Tabel 4.49 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Appraisal Ratio
(2014) ... 101
Tabel 4.50 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Appraisal Ratio
(2014) ... 102
Tabel 4.51 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Snail Trail (2014) . 104 Tabel 4.52 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Snail Trail (2014) .. 105 Tabel 4.53 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Sharpe’s Model (2015) ... 106
Tabel 4.54 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Sharpe’s Model (2015) ... 107
Tabel 4.55 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Treynor’s Model (2015) ... 108
Tabel 4.56 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Treynor’s Model
(2015) ... 109
Tabel 4.57 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Jensen’s Model (2015) ... 110
Tabel 4.58 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Jensen’s Model (2015) ... 111
Tabel 4.59 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Indonesia dengan Appraisal Ratio
(2015) ... 112
Tabel 4.60 Perhitungan Kinerja Saham Syariah Malaysia dengan Appraisal Ratio
(2015) ... 113
xvii
Tabel 4.65 Uji Normalitas Data Saham Syariah Malaysia Tahun 2011-2015 ... 119
Tabel 4.66 Uji Perbandingan Saham Syariah indonsia dan Malaysia Tahun
2011-2015... 120
xviii
Gambar 1.2 Pertumbuhan Jumlah Saham Syariah (Indonesia) 2011-2015 ... 4
Gambar 1.3 Kapitalisasi Pasar di Jakarta Islamic Index (Rp. Triliun) 2011-2015 ... 5
Gambar 1.4 Pertumbuhan Jumlah Saham Syariah (Malaysia) 2011-2015 ... 6
Gambar 1.5 Perkembangan FBM Emas Syariah Index (2011-2016)... 6
Gambar 2.1 Rumus Sharpe’s Model ... 24
Gambar 2.2 Rumus Treynor’s Model ... 25
Gambar 2.3 Rumus Jensen’s Model ... 27
Gambar 2.4 Rumus Appraisal Ratio ... 28
Gambar 2.5 Gambar Quadran Risk dan Return ... 29
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran ... 33
Gambar 4.1 Pengukuran Kinerja Saham Syariah Indonesia Tahun 2011 ... 72
Gambar 4.2 Pengukuran Kinerja Saham Syariah Malaysia Tahun 2011 ... 74
Gambar 4.3 Pengukuran Kinerja Saham Syariah Indonesia Tahun 2012 ... 82
Gambar 4.4 Pengukuran Kinerja Saham Syariah Malaysia Tahun 2012 ... 84
Gambar 4.5 Pengukuran Kinerja Saham Syariah Indonesia Tahun 2013 ... 92
Gambar 4.6 Pengukuran Kinerja Saham Syariah Malaysia Tahun 2013 ... 94
Gambar 4.7 Pengukuran Kinerja Saham Syariah Indonesia Tahun 2014 ... 103
Gambar 4.8 Pengukuran Kinerja Saham Syariah Malaysia Tahun 2014 ... 104
Gambar 4.9 Pengukuran Kinerja Saham Syariah Indonesia Tahun 2015 ... 114
xix
Lampiran 2 Tingkat suku Bunga Bank Indonesia (SBI) dan Malaysia Interest Rate (MIR)
Lampiran 3 Beta Saham Syariah Indonesia dan Malaysia
Lampiran 4 Standar Deviasi Saham Syariah Indonesia dan Malaysia Lampiran 5 Return pasar IHSG (Rm) di Indonesia
Lampiran 6 Return Bulanan Saham Saham Syariah Indonesia Tahun 2011-2015
syariah yang ada di Indonesia dan Malaysia dari tahun 2011-2015, yang mana pada tahun tersebut perkembangan saham saham syariah Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia. Dalam penelitian ini ada 5 metode yang digunakan untuk mengukur kinerja saham, yaitu: Sharpe’s Model, Treynor’s Model, Jensen’s
Model, Appraisal Ratio dan Snail Trail. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa rata rata kinerja saham syariah Indonesia lebih baik dibandingkan dengan Malaysia pada tahun 2011-2015 dengan menggunakan 5 metode tersebut.
Kata Kunci: Kinerja, Saham Syariah, Sharpe’s Model, Treynor’s Model, Jensen’s
in Indonesia and Malaysia from 2011-2015, which is in the development of syariah stocks in Indonesia higher compared to Malaysia. In this study there were 5 methods used to measure the performance of stocks, namely: Sharpe's models, Treynor's models, Jensen's models, Appraisal Ratio and Snail Trail. In this research it was concluded that the average stock performance of Islamic Indonesia better compared to Malaysia in 2011-2015 using the 5 method.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri yang terjadi di setiap negara menimbulkan
globalisasi yang berdampak pada hubungan antara negara satu dan lainnya.
Sebagai contoh adalah pasar modal, perubahan yang terjadi pada pasar modal
dalam suatu negara dapat mempengaruhi pasar modal lainnya di negara yang
berbeda. Jika dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya, hubungan pasar
modal pada saat ini sangatlah kuat. Hal ini dikarenakan dilegalkannya
kepemilikan asing masuk dalam suatu negara, yang mana ini meberikan
kesempatan bagi investor asing untuk berinvestasi di pasar keuangan
internasional dan dapat memberikan bantuan yang diperloleh dari negara maju
untuk negara yang masih berkembang (www.bapepam.go.id).
Pasar modal merupakan salah satu faktor untuk membangun
perekonomian suatu negara, dimana perusahaan dan industri menjadikan pasar
modal sebagai alat mediasi untuk mendapatkan pasokan modal atau investasi
serta memperkuat posisi keuangannya. Pasar modal juga memberikan fasilitas
untuk mempertemukan antara pihak pihak surplus dana (surplus fund) dengan pihak yang membutuhkan dana dalam kerangka investasi (Hadi, 2013: 9).
Bentuk investasi dalam pasar modal bermacam macam seperti saham,
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dari beberapa instrumen yang
ditawarkan, saham merupakan instrumen yang sangat diminati oleh investor.
Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang saham
memperoleh pendapatan dari deviden dan capital gain (selisih harga jual dan harga beli). Berbeda dengan obligasi, saham tidak membayarkan pendapatan
yang tetap (Mamduh dan Hanafi, 2014:427).
Menurut Hadi, (2013: 30) Pasar modal yang memiliki kinerja yang
baik dan berkembang dapat dilihat dari meningkatnya jumlah emiten yang
menjual sahamnya kepada masyarakat (Go Public). Kinerja pasar modal di Indonesia menunjukkan perkembangan yang baik sebagaimana dapat dilihat
dari banyaknya perusahaan yang mencatatkan perusahaannya di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Perkembangan jumlah emiten di BEI dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Gambar 1.1
Perkembangan Jumlah Emiten di (BEI)
Seiring berjalannya waktu, instrumen instrumen investasi di pasar
modal semakin berkembang. Dengan latar belakang mayoritas penduduk
muslim, instrumen investasi di pasar modal juga begerak memunculkan
produk produk investasi berbasis syariah, ada saham syariah, obligasi syariah,
serta reksadana syariah. Instrumen berbasis syariah dibentuk dengan tujuan
memberikan sarana dan alternatif investasi dan pembiayaan yang berbasis
syariah. Munculnya instrumen syariah di pasar modal Indonesia sipelopori
oleh PT Danareksa Asset Management yang menerbitkan reksadan syariah
pada 3 Juli 1997. Kemudian pada 3 juli 2000, PT Danareksa Asset
Management bekerjasama dengan PT Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek
Indonesia) meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) yang bisa dipergunakan
sebagai acuan dalam menilai perkembangan harga saham berbasis syariah
(Firmansyah, 2010: 137).
Meski instrumen pasar modal syariah telah diperkenalkan sejak 1997,
namun secara formal, peluncuran pasar modal dengan prinsip prinsip syariah
islam dilakukan pada 14 maret 2003. Pada kesempatan ini ditandatangani nota
kesepahaman atau kerjasama antara Bapepam-LK dengan Dewan Syariah
Nasional- Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yang dilanjutkan dengan nota
kesepahaman antara DSN-MUI dengan SRO. Di antaranya fatwa
No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang pedoman pelaksanaan investasi untuk
reksadana syariah. Fatwa No. 32 DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah
dan fatwa No. 33 DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah mudharabah
Pasar modal syariah di indonesia telah mengalami perkembangan yang
cukup memuaskan dalam 5 tahun terakhir ini. Berikut adalah data
perkembangan jumlah saham syariah 5 tahun terakhir dari tanggal 1 Januari
2011 sampai dengan tanggal 30 Desember 2015. Pada periode I tahun 2011
jumlah saham syariah sebanyak 217 dari 234 dan terus berkembang sampai
periode II tahun 2015 sebanyak 315 dari 335 total jumlah emiten di Indonesia,
sebagai mana terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.2
Pertumbuhan Jumlah Saham Syariah (Indonesia)
*Per Desember 2015, Sumber: www.ojk.go.id, data diolah penulis
Pasar modal syariah di Indonesia memiliki 30 perusahaan tercatat
sebagai saham syariah yang tergabung di dalam Jakarta Islamic Index (JII) atau indeks syariah yang merupakan benchmark saham syariah di Indonesia
yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham saham yang tergabung dalam
Jakarta Islamic Indeks (JII) harus memenuhi syarat dan ketentuan sesuai dengan syariat Islam menurut pandangan MUI, salah satunya yaitu segala
berkaitan dengan minuman keras, perjudian, produksi daging babi, pornografi
dll (Firmansyah, 2010:140).
Selama 5 tahun terakhir ini, perkembangan Jakarta Islamic Index (JII)
mengalami kemajuan yang cukup baik. Hal ini digambarkan dari data
kapitalisasi pasar pada tahun 2011 sebesar Rp. 1,414.98 triliun, kemudian
meningkat menjadi sebesar Rp. 1,737.29 triliun pada tahun 2015, sebagai
mana dapat dilihat dari gambar dibawah ini:
Gambar1.3
Kapitalisasi Pasar di Jakarta Islamic Index (Rp. Triliun)
*Per Desember 2015, Sumber: www.ojk.go.id, data diolah penulis
Perkembangan ini berbeda dengan apa yang dialami oleh pasar modal
syariah di Malaysia. Menurut Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
keuangan (Bapepam-LK), Malaysia merupakan negara tetanggga dari
Indonesia yang memiliki perkembangan yang baik dalam pasar modal,
khususnya pasar modal syariah. Malaysia juga memiliki banyak perusahaan
perusahaan yang bebasis syariah yang memungkinkan jumlah investasi di
pasar Modal syariah dapat meningkat (www.bapepam.go.id). Pada
Malaysia, mengalami penurunan dalam kurun waktu 5 tahun ini. Hal ini dapat
dilihat dari tahun 2011 jumlah sekuriti patuh syariah atau saham syariah di
Malaysia sebesar 839 dari 946 total jumlah sekuriti patuh di Malaysia,
kemudian pada tahun 2015 turun menjadi 667 dari 901 total jumlah sekuriti
patuh di Malaysia, sebagai mana terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.4
Pertumbuhan Jumlah Saham Syariah (Malaysia)
Sumber: securities commision Malaysia, 2015 (www.sc.com.my)
Menurut Lyanasari (2014), negara Malaysia saat ini memiliki
benchmark saham syariah yang merupakan satu satunya yang ada di Bursa
Malaysia yaitu FBM Emas Shariah Index. Indeks syariah ini, merupakan indeks syariah baru yang dihasilkan dari kerjasama Bursa Malaysia dengan
FTSE Group yang kemudian dikenal dengan FTSE Bursa Malaysia Emas Shariah Index (FBMS). FBM Emas Shariah Index atau yang dikenal sebagai FBMS terdiri dari perusahaan perusahaan yang memenuhi ketentuan dan
(Shariah Advisory Council) per semester. Perkembangan FBM Emas Syariah
Index dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.5
Perkembangan FBM Emas Syariah Index (2011-2016)
*Per September 2016, sumber:(www.ftse.com)
Perbedaan jumlah saham syariah di Indonesia dan Malaysia seperti
yang sudah dipaparkan diatas, membuat penulis tertarik untuk meneliti kinerja
saham syariah khususnya pada pergerakan return dan risk saham serta menyesuaikannya dengan penurunan yang terjadi di Malaysia dan peningkatan
yang terjadi di Indonesia terkait dengan jumlah saham syariah yang sudah
tercatat di kedua negara tersebut.
Kinerja pasar (market Performance) merupakan gambaran dari kinerja pasar saham yang dapat dilihat melalui pergerakan atau gejolak harga pasar.
apa yang diharapkan dalam investasi. Menurut Lyanasari (2014), tujuan
penilaian kinerja pasar adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah
portofolio yang dibentuk telah dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya
tujuan investasi sehingga dapat diketahui portofolio mana yang memiliki
kinerja yang lebih baik jika ditinjau dari tingkat pengembalian dan risikonya
masing-masing.
Metode untuk penilaian kinerja ini pada umumnya terdapat 4 model
pemilihan objektif yang dikenal yaitu Treynor’s model, Sharpe’s Model,
Jensen’s model, dan Black’s model atau Appraisal Ratio. (Samsul, 2006:362). Sama halnya juga dengan penelitian yang diteliti oleh Dewi dan Ferdian
(2012) yang menerangkan tentang pengukuran kinerja Reksadana dengan
menambahkan 4 metode sebelumnya menjadi 5 metode yang digunakan yaitu
dengan menambahkan metode pendekatan pengukuran kinerja reksadana Snail Trail dan market timing.
Berdasarkan dari pelitian sebelumnya, maka peneliti akan mencoba
menggabungkan beberapa metode yang digunakan sebelumnya untuk
mengukur kinerja pasar, menjadi 5 metode yaitu Treynor’s model, Sharpe’s
Model, Jensen’s model, Appraisal Ratio dan Snail Trail. 5 metode ini sering menggunakan tingkat pengembalian (return) dan tingkat risiko (risk) sebagai tolak ukur. Hal ini dikarenakan dalam pengambilan keputusan investor untuk
melakukan investasi yaitu dengan melihat tingkat pengembalian yang
Terdapat beberapa penelitian penelitian terdahulu yang dijadikan
rujukan oleh peneliti yaitu yang pertama penelitian yang dilakukan oleh
Mifrahi (2012) tentang “perbandingan kinerja saham syari’ah berbasis
syari’ah stock screening yang berlaku di Indonesia, Malaysia dan gabungan keduanya” yang menyimpulkan bahwa Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan market performance antara Indonesia dengan yang disaring menggunakan syari’ah stock screening Malaysia, akan tetapi nilai M2
dari saham syari’ah yang menggunakan syari’ah stock screening Malaysia, lebih tinggi jika dibandingkan dengan syari’ah stock screening Indonesia.
Penelitian selanjutnya oleh Rahmawati (2008) menyatakan bahwa
secara harian, portofolio reksadana Indonesia individu relatif mengungguli
Malaysia. Namun, bila mempertimbangkan sensitivitas terhadap pasar,
reksadana syariah Malaysia lebih unggul. Untuk jangka waktu yang lebih
panjang, reksadana syariah di negara Malaysia mempunyai kinerja yang cukup
baik. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar reksadana Indonesia lebih aktif
dalam arti lebih banyak mengambil keuntungan jangka pendek dibanding
Malaysia. Selain itu, penelitian selanjutnya oleh Dewi dan Ferdian (2013)
menyatakan bahwa Malaysia memiliki kinerja reksadana syariah yang lebih
baik dibandingkan dengan kinerja reksadana syariah yang ada di Indonesia
yaitu dengan melihat perbandingan return dan risk sahamSelanjutnya
penelitian dari Fahmi Muizuddin (2011) yang menyimpulkan bahwa seluruh
reksadana syariah yang ada belum terdiversifikasi secara sempurna, sebab
sama bagi portofolio pada rasio sharpe, terynor, dan jensen. Sedangkan, jika reksadana syariah belum terdiversifikasi sempurna, akan menjadi lebih tinggi
pada rasio treynor dan jensen dibanding dengan rasio sharpe.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Liyanasari (2014)
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja portofolio antara saham
syariah Indonesia dan saham syariah Malaysia dengan mengunakan metode
Sharpe’s Model, Treynor’s Model maupun Jensen’s Model. Dan dari hasil uji statistic didapatkan hasil bahwa kinerja saham syariah Indonesia lebih rendah
dari kinerja saham syariah Malaysia.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian penelitian
sebelumnya yaitu lebih kepada perbedaan tujuan, objek, waktu, dan metode
penelitiannya. Penelitian yang mengukur kinerja reksadana syariah dan
portofolio di Indonesia cukup banyak diteliti, akan tetapi yang lebih
mengkhususkan kepada kinerja saham saham syariah di Indonesia dengan
membandingkan perubahan return dan risk sahamnya dengan negara lain lebih
sedikit.
Oleh sebab itu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
Apakah terdapat perbedaan kinerja saham syariah di Indonesia dan Malaysia
berdasarkan return dan risk saham periode 2011-2015 dengan menggunakan metode Sharpe’s Model, Treynor, jensen, Appraisal Ratiodan Snail Trail ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
Untuk mengetahui perbedaan kinerja saham syariah di Indonesia dan Malaysia
berdasarkan return dan risk saham periode 2011-2015 dengan menggunakan metode Sharpe’s Model, Treynor, jensen, Appraisal Ratiodan Snail Trail ?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu yang
bermanfaat bagi peneliti, dan dapat menjadi referensi tambahan serta
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta
gambaran bagi para investor dan pemegang saham dalam mengambil
keputusan berinvestasi serta bagi perusahaan diharapkan dapat
mengevaluasi kinerja perusahaannya agar lebih baik dari sebelumnya.
Kemudian bagi lembaga survei diharapkan dengan penelitian ini dapat
memperkuat data survei.
E. Batasan Penelitian
Untuk membatasi penelitian ini agar terarah kepada masalah yang ada,
maka peneliti mengambil sampel dari populasi perusahaan perusahaan yang
telah tercatat dalam Jakarta IslamicIndex (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI), kemudian perusahaan purusahaan yang telah tercatat dalam FBM Emas Shariah Index di Bursa Malaysia. Kemudian penelitian ini juga dibatasi oleh jangka waktu yaitu dimulai dari bulan Januari 2011 sampai dengan bulan
Desember 2015 atau sama dengan 60 bulan. Dan dalam penelitian ini juga,
dibatasi hanya dengan menggunakan 5 metode untuk mengukur kinerja saham
yaituSharpe’s Model, Treynor, jensen, Appraisal Ratiodan Snail Trail.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian penelitian terdahulu yang dijadikan
rujukan oleh peneliti antara lain:
1. Penelitian yang pertama, oleh Mifrahi (2012), tentang “Perbandingan
Kinerja Saham Syari’ah Berbasis Syari’ah Stock Screening Yang Berlaku Di Indonesia, Malaysia Dan Gabungan Keduanya”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah dengan penerapan syari’ah stock
screening yang berlaku di negara Malaysia akan menghasilkan kinerja
saham yang lebih baik begitupun sebaliknya atau gabungan dari keduanya.
Kemudian penelitian ini juga menyimpulkan bahwa market performace
DES Indonesia dengan DES yang disaring dengan syari’ah stock
screening Malaysia yang diukur dari pengukur M2 tidaklah berbeda secara nyata. Hasil pengujian hipotesis perbandingan market performance DES
Indonesia dengan DES yang disaring menggunakan syari’ah stock
screening Malaysia menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dibagi 2 (0.731/2) lebih dari nilai alpha (0.05) dengan kata lain bahwa, kinerja
saham syari’ah Indonesia dengan Malaysia berbeda secara deskriptif,
2. Kemudian penelitian oleh Rahmawati (2008) tentang “Analisis penilaian
kinerja reksa dana syariah campuran menggunakan risk- adjusted return method : Studi komparasi Indonesia dan Malaysia” (periode november 2004 - Mei 2007) yang mana bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kinerja reksadana syariah campuran yang terdapat di Indonesia
dan Malaysia selama November 2004 Mei 2007 dengan menggunakan
risk-adjusted return. Metode pengukuran kinerja ini memperhitungkan
faktor risiko dan tingkat pengembalian (return) dari portofolio.
3. Liyanasari (2014) dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Portofolio Optimal pada Saham Syariah Indonesia dan Saham Syariah Malaysia Periode 2009-2012”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Sharpe’s Model, Treynor’s Model dan Jensen’s Model. Menyimpulkan bahwa hipotesis alternatif diterima yang berarti terdapat
perbedaan signifikan antara kinerja portofolio optimal saham syariah
Indonesia dan saham syariah Malaysia baik diukur berdasarkan model
Sharpe’s Model, Treynor’s Model dan Jensen’s Model. Dan dari hasil uji statistic didapatkan hasil bahwa kinerja saham syariah Indonesia lebih
rendah darikinerja saham syariah Malaysia.
4. Muizuddin (2011) dengan judul “Kinerja Reksadana Syariah Di Indonesia
portofolio yang kurang terdiversifikasi menjadi lebih tinggi pada rasio Treynor dan Jensen Alpha dibandingkan dengan rasio Sharpe. Hal ini muncul sebagai akibat dari adanya komponen risiko non-sistematis pada
rasio Sharpe. Sedangkan, Jika portofolio telah terdiversifikasi sempurna,
maka rasio Sharpe, Treynor dan Jensen Alpha akan memberi peringkat kinerja yang sama bagi portofolio. Hal ini disebabkan oleh total variance
yang sama dengan systemtic variance pada portofolio yang terdiversifikasi
sempurna.
5. Dewi dan Ferdian (2012) dengan judul “Evaluating Performance of
Islamic Mutual Funds in Indonesia and Malaysia”. Penelitian ini, menyatakan bahwa Malaysia memiliki kinerja reksadana syariah yang
lebih baik dibandingkan dengan kinerja reksadana syariah yang ada di
Indonesia dengan menggunakan metode Sharpe model, Treynor, Jensen, Snail Trail dan Market Timing yaitu dengan melihat perbandingan return dan risk saham dari kedua negara tersebut.
Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelian yang telah
dipaparkan diatas yaitu dari segi:
1. Tujuan Penelitian
Persamaan terdapat pada inti dari beberapa penelitian terdahulu yang ada
yaitu untuk mengetahui kinerja saham-saham syariah baik di Indonesia
maupun di Malaysia ataupun keduanya. Adapun perbedaan juga terdapat
saham syariah di Indonesia dan Malaysia serta untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan di antara keduanya.
2. Objek Penelitian
Objek dari penelitian di atas bermacam-macam, namun kesemuanya focus
pada pasar modal syariah seperti saham syariah, reksadana saham syariah,
indeks saham syariah, dan lain-lain. Penelitian ini lebih spesifik pada
saham syariah di Indonesia yang tergabung di JII dan saham syariah
Malaysia yang tergabung dalam FBMS.
3. Metode Analisis
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan yaitu gabungan dari
beberapa metode dari penelitian sebelumnya dan hanya berbeda jumlah
metode yang digunakan.
4. Tempat/ Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah
Indonesia dan Malaysia.
5. Jangka Waktu Penelitian
Jangka waktu yang diambil oleh penelitian penelitian sebelumnya dimulai
dari tahun 2004 sampai dengan 2012. Sedangkan jangka waktu pada
penelitian ini yaitu mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2015.
B. Kerangka Teori 1. Investasi
Menurut Iman (2008:4), investasi pada dasarnya adalah
imbalan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dalam berinvestasi,
ada hokum yang menyatakan bahwa risiko dan imbalan (return) selalu
sebanding. Investasi yang menawarkan risiko kecil biasanya
keuntungannya juga tidak seberapa. Ada pula investasi yang menjanjikan
keuntungan lebih besar, namun diikuti oleh risiko yang tinggi pula, inilah
hukum dasar investasi.
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana
pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa
mendatang. Pada umumnya investasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
investasi pada aset aset finansial musalnya berupa sertifikat, deposito,
surat berharga dll. Kemudian ada investasi pada aset aset rill dapat
berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan
pertambangan dan lain sebagainya (Halim, 2005:4).
Setiap negara yang ingin mencapai kemajuan seperti yang telah
dialami oleh negara maju harus memahami cara cara yang telah ditempuh
oleh negara maju . setiap negara berkembang akan saling berlomba
mendapatkan investor internasionaluntuk mencapai kemajuan yang
diidamkan. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan oleh investor
internasional untuk melakukan investasi di suatu negara, yaitu pra kondisi,
adalah sebagai berikut: stabilitas politik, konsistensi penegakan hukum,
Instrumen instrumen investasi di pasar modal semakin hari
semakin berkembang. Dengan latar belakang mayoritas penduduk muslim,
instrumen investasi di pasar modal juga begerak memunculkan produk
produk investasi berbasis syariah, ada saham syariah, obligasi syariah,
serta reksadana syariah. Investasi syariah merupakan salah satu ajaran dari
konsep islam. Hal ini dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain
sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunkan norma
syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal, oleh
karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim (Huda,
Nasution, 2008:18) hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 219 Allah juga berfirman:
ْفعْلا لق قفْ ي ا ام ك لأْسي
ك
تاي ْْا مكل َ يبي كل
Artinya:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.
Ayat diatat menjelaskan bahwa setelah kita mencukupi keperluan
hidup, kita diperintahkan untuk bersedekah. Memberikan sedekah atau
infaq dalam bentuk aset investasi akan mendorong terciptanya prospek
bisnis dan lapangan kerja baru. Selanjutnya, diharapkan masyarakat akan
mendapatkan kesempatan untuk berkerja dan memiliki pendapatan yang
layak untuk kehidupannya (Suryomurti, 2011:10).
Kini, dunia investasi modern tidak lagi mengarah pada jenis
investasi konvensional seperti emas atau tanah, dunia investasi modern
sudah mengarah pada instrument investasi yang sangat bervariasi berupa
kertas berharga atau efek baik bersifat ekuitas beserta turunannya maupun
efek yang bersifat utang beserta turunannya. Di bursa luar negri yang
sudah relatif maju, jenis efek yang menjadi instrumen investasi memiliki
tingkat keragaman yang tinggi, tidak hanya terbatas pada saham atau
obligasi saja. Saham dan obligasi yang diperdagangkan memiliki banyak
turunan berupa efek derevetif, misalnya waran, opsi, indeks dan
sebagainya. Instrumen seperti ini hanya ada di pasar modal dan tercatat
2. Pasar Modal
Menurut iman (2008:19), pasar modal adalah tempat bertransaksi
surat berharga yang berjangka panjang. Surat berharga tersebut
diperdagangkan dalam bursa (stock exchange) maupun secara langsung (over the counter/ OTC).
Sementara itu, dalam pasar modal, instrumen yang ditawarkan
adalah saham, obligasi, dan produk derivatif lainnya. Investor dapat
menanamkan modalnya dengan cara membaeli saham atau berperan
sebagai kreditor dengan cara membeli obligasi. Apabila anda membeli
saham, anda mengharapkan pertumbuhan dari perusahaan tempat anda
berinvestasi. Apabila perusahaan bertumbuh, anda akan menikmati
keuntungan dari deviden yang dibayarkan dan naiknya harga saham yang
anda miliki (capita gain). Sementara apabila anda membeli obligasi, anda akan menerima pembayaran bunga dan pelunasan pokok pinjaman pada
saat obligasi trsebut jatuh tempo (Iman, 2008: 21).
Menurut Samsul (2006:43-45), tujuan dan manfaat pasar modal
dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu:
a. Sudut Pandang Negara
Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian
suatu negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara.
b. Sudut Pandang Emiten
c. Sudut Pandang Masyarakat
Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan uangnya.
Investasi yang semula dilakukan dalam bentuk deposito, emas, tanah,
atau rumah sekarang dapat dilakukan dalam bentuk saham.
Bentuk instrumen di pasar modal disebutefek, yaitu surat berharga
yang berupa (Samsul, 2006:43-45):
a. Saham (Stock)
Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya
disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai
pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai
pemegang saham dalam buku Daftar Pemegang Saham (DPS).
Jenis saham ada dua, yaitu: saham preferen (preferred stock), yaitu jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba
dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk
mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang
mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami
keuntungan, sehingga akan menerima laba dua kali. Yang kedua
Keuntungan saham biasa adalah memiliki hak suara dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
b. Obligasi (Bonds)
Obligasi berdasarkan definisinya adalah suatu surat berharga jangka
panjang yang bersifat hutang yang dikeluarkan oleh emiten kepada
pemegang obligasi dengan kewajiban membayar bungan pada periode
tertentu dan melunasi pokok pada saat jatuh tempo kepada pemegang
obligasi. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi
(bondholder) dan akan menerima kupon sebagai pendapatan dari
obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. Pada saat
pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang obligasi akan menerima
kupon dan pokok obligasi.
c. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam
jangka waktu tertentu. Waran tidak saja dapat diberikan kepada
pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan kepada pemegang
obligasi sebagai pemanis (sweetener) pada saat perusahaan
menerbitkan obligasi. Harga waran sudah ditetapkan di muka sebesar
di atas harga pasar saat diterbitkan. Jangka waktu tertentu berarti
setelah 6 bulan, atau dapat setelah 3 tahun, 5 tahun, atau 10 tahun.
Pemegang waran tidak akan menderita kerugian seandainya waran
d. Indeks Saham dan Indeks Obligasi (Produk Derevatif)
Contoh produk derivative di pasar modal adalah indeks harga saham
dan indeks kurs obligasi. Indeks saham dan indeks obligasi adalah
angka indeks yang diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan lindung
nilai (hedging). Perdagangan yang dilakukan tidak memerlukan penyerahan barang secara fisik, melainkan hanya perhitungan untung
rugi dari selisih antara harga beli dan harga jual. Berbeda dengan
saham, obligasi, bukti right dan waran, indeks saham dan indeks
obligasi diperdagangkan secara berjangka.
Disadari bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim
sehingga salah satu upaya pengembangan pasar modal adalah perlu adanya
produk syariah. Bapepam-LK selaku otoritas pasar modal telah
menerbitkan peraturan khusus tentang efek bersifat syariah baik efek
bersifat ekuitas, efek bersifat utang maupun reksadana. Peraturan efek
yang berdasarkan perinsip syariah ini dituangkan dalam peraturan
Bapepam No.IX.A.13 melalui keutusan ketua Bapepam-LK No.
Kep-130/BL/2006 tanggal 23 November tahun 2006 yang disempurnakan
dengan keputusan ketua Bapepam-LK No. Kep-181/BL/2009 tanggal 30
juni 2009 (Firmansyah, 2010: 139).
Menurut Firmansyah (2010: 137), instrumen instrumen investasi di
pasar modal semakin berkembang. Dengan latar belakang mayoritas
penduduk muslim, instrumen investasi di pasar modal juga begerak
syariah, obligasi syariah, serta reksadana syariah. Instrumen berbasis
syariah dibentuk dengan tujuan memberikan sarana dan alternatif investasi
dan pembiayaan yang berbasis syariah. Munculnya instrumen syariah di
pasar modal Indonesia sipelopori oleh PT Danareksa Asset Management
yang menerbitkan reksadan syariah pada 3 Juli 1997. Kemudian pada 3
juli 2000, PT Danareksa Asset Management bekerjasama dengan PT Bursa
Efek Jakarta (kini Bursa Efek Indonesia) meluncurkan Jakarta Islamic
Index (JII) yang bisa dipergunakan sebagai acuan dalam menilai
perkembangan harga saham berbasis syariah.
Meski instrumen pasar modal syariah telah diperkenalkan sejak
1997, namun secara formal, peluncuran pasar modal dengan prinsip
prinsip syariah islam dilakukan pada 14 maret 2003. Pada kesempatan ini
ditandatangani nota kesepahaman atau kerjasama antara Bapepam-LK
dengan Dewan Syariah Nasional- Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI),
yang dilanjutkan dengan nota kesepahaman antara DSN-MUI dengan
SRO. Lalu lahir beberapa fatwa MUI tentang ketentuan operasional pasar
modal syariah hasil kerjasama dengan Bapepam-LK. Di antaranya fatwa
No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang pedoman pelaksanaan investasi untuk
reksadana syariah. Fatwa No. 32 DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi
syariah dan fatwa No. 33 DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah
3. Kinerja Pasar (Market Performance)
Kinerja pasar (market Performance) merupakan gambaran dari kinerja pasar saham yang dapat dilihat melalui pergerakan atau gejolak
harga pasar. Penilaian kinerja saham ini, bertujuan untuk mencari tahu dan
memprediksi apa yang diharapkan dalam investasi. Menurut Lyanasari
(2014), tujuan penilaian kinerja pasar adalah untuk mengetahui dan
menganalisis apakah portofolio yang dibentuk telah dapat meningkatkan
kemungkinan tercapainya tujuan investasi sehingga dapat diketahui
portofolio mana yang memiliki kinerja yang lebih baik jika ditinjau dari
tingkat pengembalian dan risikonya masing-masing. Metode untuk
penilaian kinerja ini pada umumnya terdapat 4 model pemilihan objektif
yang dikenal yaitu Treynor’s model, Sharpe’s Model, Jensen’s model, dan
Black’s model atau Appraisal Ratio. (Samsul, 2006:362). Sedangkan dalam buku yang dikarang oleh Manurung (2008: 135) tentang Reksadana
Investasiku, menambahkan metode yang ke-5 yaitu Snail Trail.
Dalam penelitian ini, penulis menggabungkan beberapa metode
yang digunakan oleh peneliti peneliti sebelumnya menjadi 5 metode yaitu:
a. Sharpe’s Model
Dalam metode ini kinerja saham diukur dengan cara
membandingkan antara premi risiko saham (yaitu selisih rata rata
tingkat pengembalin saham dengan rata rata tingkat bunga bebas
(total risiko). Secara matematis Sharpe’s Model dirumuskan sebagai
berikut (Halim, 2005: 68):
Si = Ri - Rf 2.1 σi
Keterangan:
Si = Sharpe’s Model Saham i
Ri = rata rata tingkat pengembalian saham i
Rf = rata rata atas bunga investasi bebas risiko
σi = standar deviasi dari tingkat pengembalian saham i
Ri - Rf = premi risiko saham i
Rumus tersebut pada hakikatnya menghitung kemiringan garis
yang menghubungkan saham yang berisiko dengan bunga bebas risiko.
Kemiringan garis tersebut dinyatakan dengan (Rp-Rf)/αp. Demikian,
semakin besar kemiringan garis tersebut berarti semakin baik saham
yang membentuk garis tersebut. Karena, semakin besar rasio premi
risiko saham terhadap standar deviasi dapat dikatakan bahwa kinerja
saham tersebut semakin baik.
Sharpe’s Model ini relevan digunakan untuk investor yang
menanamkan dananya hanya atau sebagian besar pada saham tersebut,
b. Treynor’s Model
Dalam metode ini kinerja saham diukur dengan cara
membandingkan antara premi risiko saham (yaitu selisih rata rata
tingkat pengembalian saham dengan rata rata bunga bebas risiko)
dengan risiko saham yang dinyatakan dengan beta (risiko pasar atau
risiko sistematis). Secara matematis Treynor’s Model dirumuskan
sebagai berikut (Halim, 2005: 69):
Ti = Ri - Rf 2.2 βi
Keterangan:
Ti = Treynor’s Model saham i
Ri = rata rata tingkat pengembalian saham i
Rf = rata-rata atas bunga investasi bebas risiko βi = beta saham i (risiko pasar atau risiko sistematis)
Ri - Rf = premi risiko saham i
Indeks Treynor ini relevan digunakan untuk investor yang
memiliki berbagai saham atau menanamkan dananya pada berbagai
rekadana (mutual funds), atau melakukan deversifikasi pada berbagai
saham, sehingga risiko saham dinyatakan dalam beta (β), yaitu risiko
pasar atau risiko sistematis.
Metode ini didasarkan pada konsep garis pasar sekuritas
(security market line-SML) yang merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan kesempatan investasi yang
bebas risiko, sehingga secara matematis dirumuskan Rp= Rf +
(Rm-Rf) βp. Kemiringan SML dinyatakan sebagai (Rm-Rf) / βp, dan
konstantanya adalah Rf. Dalam keadaan ekuilibrium semua portofolio
diharapkan berada pada SML. Jika terjadi penyimpangan, artinya jika
dengan risiko yang sama tingkat pengembalian suatu portofolio
berbeda dengan tingkat pengembalian pada SML, maka perbedaan
tersebut disebut dengan Jensen’s Model, dimana risikonya dinyatakan
dalam beta (risiko pasar atau risiko sistematis). Apabila tingkat
pengembalian aktual dari suatu portofolio lebih besar dari tingkat
pengembalian yang sesuai dengan persamaan SML, berarti Jensen’s
Model akan bernilai positif. Sebaliknya, apabila tingkat pengembalian
aktual dari suatu portofolio lebih kecil dari tingkat pengembalian yang
sesuai dengan persamaan SML, berarti Jensen’s Model akan bernilai
negatif.
Berdasarkan uraian di atas, maka Jensen’s Model dapat
dirumuskan sebagai berikut (Halim, 2005: 70):
Ji = (Ri− Rf) - (Rm−Rf) / βi ………..… 2.3
Keterangan:
Ri = rata-rata tingkat pengembalian saham i
Rf = rata-rata bunga investasi bebas risiko
Rm = rata-rata tingkat pengembalian pasar (diwakili oleh IHSG) β i = beta saham i (risiko pasar atau risiko sistematis)
Ri – Rf = premi risiko saham i
Rm – Rf = premi risiko pasar d. Appraisal Ratio
Model Treynor & Black disebut juga dengan istilah Appraisal Ratio menyeleksi saham dalam portofolio dengan memperhatikan risiko pasar dan risiko spesifik, karena suatu saham selalu mengandung
risiko pasar dan risiko spesifik. Rata rata tingkat pengembalian setelah
dikurangi dengan tingkat pengembalian minimum (CPAM) disebut
alpha.Oleh karena itu alpha (αi) tersebut harus dikoreksi dengan risiko
spesifik.
Berdasarkan penjelasan diatas maka Appraisal Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Samsul, 2006: 368):
Apparaisal Ratio = ( Ri − Rm ) / βi ... 2.4
Di mana:
Ri = rata-rata return saham i
β i = beta saham i
e. Snail Trail Method
Dalam metode ini, kinerja saham diukur dalam jangka panjang.
Berbeda dengan metode sebelumnya, metode ini merupakan metode
baru dalam mengukur kinerja saham, yaitu dengan melihat tingkat
pengembalian dan tingkat risiko. Return dan risiko saham dalam
metode ini dibentuk dalam kuadran dimana vertikalnya menyatakan
tingkat pengembalian sedangkan horizontalnya menyatakan risiko,
kemudian tingkat pengembalian dan risiko saham dimasukkan ke
dalam bentuk kuadran dari waktu ke waktu. Dengan hal ini, maka para
investor dapat melihat pergerakan saham yang merupakan kebijakan
dari manajer investasi. Oleh sebab itu, metode ini sangat dibutuhkan
oleh para investor untuk melihat perkembangan yang dilakukan oleh
manajer investasi dari waktu ke waktu. Metode ini dapat digambarkan
Keterangan:
Kuadran-1 menjelaskan bahwa nilai tingkat pengembalian yang tinggi
dan nilai risiko pasar yang rendah. Kuadran ini sangat digemari oleh
para investor.
Kuadran-2 menjelaskan bahwa nilai tingkat pengembalian yang tinggi
dan nilai risiko pasar yang tinggi pula. Investor yang suka berspekulasi
menyukai daerah ini dan umumnya instrumen investasi yang
memberikan risiko tinggi mempunyai tingkat pengembalian yang
tinggi.
Kuadran-3 menjelaskan bahwa nilai tingkat pengembalian yang rendah
dan nilai risiko pasar yang tinggi. Kuadran ini tidak banyak disukai
oleh para investor.
Kuadran-4 menjelaskan bahwa nilai tingkat pengembalian yang rendah
dan nilai risiko pasar yang rendah pula. Umumnya dana yang baru
dikelola akan terletak pada daerah kuadran ini serta investor yang
mendekati pensiun menginginkan hasil pada daerah ini. Untuk
membuat pembatas dari risiko rendah dan tinggi serta tingkat
pengembalian rendah dan tinggi, maka risiko portofolio dikurangi
dengan risiko pembanding (benchmark) dan demikian juga tingkat
pengembaliannya. Bila tingkat pengembalian di bawah nol maka
tingkat pengembalian portofolio di bawah dari tingkat pengembalian
pembanding. Bila risiko di bawah nol maka risiko portofolio di bawah
4. Return Investasi
Return merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung
risiko atas investasi yang dilakukan. Menurut Hadi (2013: 193), Return
saham terdiri dari:
a. Yield, yaitu cash flow atau arus kas yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham, biasanya dalam bentuk deviden.
b. Capital gain, atau capital loss, yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian dengan harga saham pada saat penjualan. Capital gain
jika harga saham pada akhir periode lebih tinggi dari harga awalnya,
sedangkan capital loss, sebaliknya.
Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return
ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu (Halim, 2005: 34)
a. Return Realisasi (realized return)
Merupakan return yang telah terjadi. Return dihitung berdasarkan
data histories, return realisasi penting karena digunakan sebagai salah
satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna
sebagai dasar penentuan return ekspektasi (ekspekted return) dan risiko
dimasa mendatang. Perhitungan return realisasi disini menggunakan
return total. Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi
b. Return Ekspektasi (Expected Return)
Merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan
investasi. Return ini penting dibandingkan dengan return historis
karena return ekspektasian merupakan return yang diharapkan dari
investasi yang dilakukan. Perhitungan return ekspektasi dapat dihitung
dengan metode nilai ekspektasi yaitu mengalikan masing-masing hasil
masa depan dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua
produk perkalian tersebut.
Pada prinsipnya, komponen suatu return terdiri dari dua jenis
yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga). Jika return yang diberikan pada investasi pasar modal (saham, obligasi, dan derivasinya) adalah current income dan capital
gain/ loss, maka return total dalam investasi dapat dicari dengan rumus (Hadi, 2013: 194): Total return= Current income + Capital gain/ Loss
5. Risiko Investasi
Pengertian Risiko menurut Mamduh dan Hanafi (2014:192), risiko
adalah kemungkinan penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Ada dua
tipe risiko, yaitu:
a. Risiko sistematik (Systematic Risk)
Adalah risiko yang berkaitan dengan kondisi yang terjadi di
inflasi, risiko nilai tukar, dan risiko pasar. Disebut pula risiko tidak
diversifikasi.
b. Risiko non-sistematik (non-systematic risk)
Adalah risiko yang berkaitan dengan kondisi perusahaan yang
terjadi secara individual, yakni risiko bisnis, risiko laverage, dan risiko
likuiditas. Disebut pula risiko diversifikasi, risiko residual, risiko unik,
atau risiko khusus perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa risiko
adalah kemungkinan terjadinya suatu penyimpangan tingkat
pengembalian yang nyata terhadap tingkat pengembalian yang
diharapkan.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pemaparan dari hasil penelitian penelitian sebelumnya
serta penjelasan teori diatas, maka peneliti dapat menggambarkan ringkasan
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran
Dari gambaran ringkasan pemikiran diatas, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Mengumpulkan kriteria saham syariah yang ada di Indonesia dan Malaysia
dengan melakukan seleksi dan teknik pengambilan sampel yang cocok.
2. Kemudian, setelah ditentukannya sampel yang memenuhi kriteria, maka
akan dilakukan penilaian kinerja saham syariah di Indonesia dan Malaysia,
dengan menggunakan 5 metode yaitu Sharpe’s Model, Treynor, jensen, Appraisal Ratio, dan Snail Trail.
3. Setelah mengetahui hasil kinerja saham syariah dengan 5 metode tersebut,
17.0. pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
normalisai data yang diperoleh.
4. Untuk selanjutnya peneliti mengunakan jenis uji hipotesis yaitu
Independet Sample T test, dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan
kinerja saham syariah antara Indonesia dan Malaysia.
5. Dan yang terakhir, setelah langkah langkah di atas sudah dilaksanakan,
maka peneliti akan mendapatkan hasil perbandingan antara kinerja saham
syariah di Indonesia dan Malaysia pada tahun 2011 sampai dengan 2015
dengan melihat tingkat return dan risk saham dengan menggunakan 5
metode pengukuran kinerja saham tersebut.
D. Hipotesis Penelitian
Alasan penelitian ini dilakukan karena adanya perbandingan kinerja
antara saham syariah yang ada di Indonesia dan Malaysia dilihat dari tingkat
petumbuhan jumlah saham syariah di Indonesia yaitu pada periode I tahun
2011 jumlah saham syariah sebanyak 217 dari 234 dan terus berkembang
sampai periode II tahun 2015 sebanyak 315 dari 335 total jumlah emiten di
Indonesia. Sedangkan Malaysia sebaliknya mengalami penurunan jumlah
saham yaitu dimulai pada tahun 2011 jumlah sekuriti patuh syariah atau
saham syariah di Malayasia sebanyak 839 dari 946 dan pada tahun 2015 turun
menjadi 667 dari 901 total jumlah sekuriti patuh di Malaysia. Hal ini
menjelaskan bahwa terdapat perbedaan kinerja pasar saham syariah di
Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan hipotesis pada penelitian
penelitian sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan
Ferdian (2012), menyimpulkan bahwa reksadana syariah Malaysia lebih
unggul daripada reksadana syariah Indonesia dengan menggunakan metode
pengukuran kinerja pasar yaitu Model Sharpe, Treynor, Jensen, Snail Trail dan Market Timing. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Liyanasari (2014), menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kinerja
portofolio optimal saham syariah Indonesia dan saham syariah Malaysia baik
diukur berdasarkan model Sharpe’s Model, Treynor’s Model dan Jensen’s
Model. Dan dari hasil uji statistic didapatkan hasil bahwa kinerja saham syariah Indonesia lebih rendah dari kinerja saham syariah Malaysia. Begitu
juga yang diteliti oleh Fahmi Muizuddin (2011) menyatakan bahwa terdapat
perbedaan antaraMetode sharpe, treynor dan jensen dalam mengukur kinerja Reksadana syariah.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Mifrahi (2008) menyatakan
bahwa hasil pengujian hipotesis perbandingan market performance DES
Indonesia dengan DES yang disaring menggunakan syari’ah stock screening Malaysia menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dibagi 2 (0.731/2) lebih
dari nilai alpha (0.05) dengan kata lain bahwa, kinerja saham syari’ah
Indonesia dengan Malaysia berbeda secara deskriptif, namun tidak secara
statistik. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2008),
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja antara saham syariah di
kinerja yang memperhitungkan faktor risiko dan tingkat pengembalian (return)
dari portofolio.
Berdasar dengan apa yang telah dipaparkan diatas, maka penulis
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja saham syariah di
Indonesia dan Malaysia dengan menggunakan metodeSharpe’s Model. H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja saham syariah di
Indonesia dan Malaysia dengan menggunakan metode Treynor’s
model.
H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja saham syariah di
Indonesia dan Malaysia dengan menggunakan metode Jensen’s model.
H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja saham syariah di
Indonesia dan Malaysia dengan menggunakan metode Appraisal Ratio.
Untuk mengetahui bagaimana kinerja saham syariah Indonesia dan