KEUNTUNGAN KERJASAMA SISTER CITY ANTARA KOTA
SURABAYA DENGAN XIAMEN TIONGKOK
THE BENEFITS OF SISTER CITY PARTNERSHIP BETWEEN
CITY OF SURABAYA WITH XIAMEN CITY, CHINA
Disusun Oleh :
Dina Ariana
201020510244
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KEUNTUNGAN KERJASAMA SISTER CITY ANTARA
SURABAYA DENGAN XIAMEN TIONGKOK
THE BENEFITS OF SISTER CITY PARTNERSHIP BETWEEN
CITY OF SURABAYA WITH XIAMEN CITY, CHINA
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
Dina Ariana
20120510244
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ataupun di Perguruan Tinggi lain.
Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah di tulis atau di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta .
Yogyakarta , 07 September 2016
Penulis
MOTTO
“Do the best, be good then,you will be
Halaman Persembahan
Dengan penuh rasa syukur dan bangga skripsi ini
saya mempersembahkan
Kepada :
Ibu saya , ibu Nurpinah yang senantiasa mendukung saya ketika saya jatuh dan tak henti hentinya memberi dukungan.
Terimakasih telah menjadi orangtua yang hebat, semoga skripsi ini menjadi awal untuk saya agar dapat membalas
semua yang telah ibu berikan.
Tak lupa untuk kakak saya Nova marlina dan adik saya Soeprayogi yang telah menjadi alasan saya untuk tidak boleh
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum, Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya , serta shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi SAW yang telah membawa ummatnya kepada era pencerahan setelah Zaman kejahilan .
Alhamdulillah penulis sampai atas terlaksananya Skripsi strata-1 Program Ilmu Hubungan Internasional. Skripsi ini merupakan karya perjalanan akademik yang telah dilalui oleh penulis selama 3,8 tahun terakhir. Penulis sangat berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat serta kontribusi bagi kemajuan bangsa.
Melalu kata pengantar ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada berbagai pihak antara lain:
1. Bapak Prof. Bambang Cipto, M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ali Muhammad, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Dra. Nur Azizah selaku Ketua Program Studi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Ibu Siti Muslihati, S.IP,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
5. Bapak Drs. Djumadi M. Anwar, M.Si selaku Pembimbing yang telah mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Ade Marup WS, S.IP.,M.A selaku penguji skripsi I, terimakasih atas masukan dan saran semoga bisa bermanfaat kedepannya.
8. Bapak Takdir Ali Mukti, S.Sos.,M.Si, selaku Wali Akademik, terimakasih atas kerjasamanya semoga dapat berlanjut dikesempatan lain yang akan datang.
9. Seluruh rekan-rekan civitas akademika HI UMY, bapak ibu dosen HI UMY yang telah memberikan saya pengetahuan dan pembelajaran buat saya, administrasi TU HI Pak Jumari, Pak Waluyo, Pak Ayub yang membantu proses administrasi dijurusan berjalan lancer, dan teman teman HI UMY angkatan 2012 yang senantiasa memberikan dukungan sehingga susah dan senang masa studi dapat terlewati.
10.Seluruh keluarga besar saya yang tanpa lelah memberikan dorongan dan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini.
11.Terimakasih kepada teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Mengakhiri kata pengantar ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu banyak masukan dan saran, maka dari itu penulis mengharapkan masukan dari pembaca. Semoga Skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak serta perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan bangsa.
Wassalamu’alaikum,Wr.Wb.
Yogyakarta , 07 September 2016
Ucapan Terima kasih
Tidak lupa ucapan terima kasih saya kepada:
Keluarga besar saya yang tidak henti-hentinya memberikan support kepada saya.
Terimakasih kepada Sahabat dari awal kuliah, Nadya Annisa Putri yang berjuang bersama sama di UMY , yang selalu ada untuk saya dalam susah maupun senang, selalu mengingatkan saya kalau saya salah, terimakasih sudah jadi sahabat terbaik saya.
Terimakasih untuk sahabat saya Fitriani Dwi Randa yang selalu mendukung saya untuk segera menyelesaikan kuliah.
Terimakasih untuk Jihan Permata dan Tante Henny yang selalu memberikan dukungan.
Untuk anak-anak kelas D , HI 2012 yang gak bisa disebutin satu persatu.
Teman-teman HI 2012.
Teman-teman KKN 119 Nangsri Kidul girikerto, Widhia, Dian, Estri, Sofie, Hana, Fahmi, Izza , Adit, Bismo, Bani, Tri, Rinto dan yang lainnya.
Terimakasih untuk Wahyuni Andikke dan Ichtiar Melia yang selalu memberikan masukkan dan dukungannya.
DAFTAR ISI
BAB I ... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Alasan Pemilihan Judul ... Error! Bookmark not defined.
B. Latar Belakang Masalah... Error! Bookmark not defined.
C. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
D. Kerangka Teori ... Error! Bookmark not defined.
E. Hipotesa ... Error! Bookmark not defined.
F. Tujuan penelitian ... Error! Bookmark not defined.
G. Jangkauan penelitian ... Error! Bookmark not defined.
H. Metode Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
I. Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined.
BAB II ... Error! Bookmark not defined.
1. Dasar Hukum Bagi Pemerintah Daerah Dalam Melakukan Kerjasama Luar NegeriError! Bookmark no
2. Sejarah Hubungan Diplomatik Indonesia dan Tiongkok Dalam Membangun
Kerjasama Sister City ... Error! Bookmark not defined.
BAB III ... Error! Bookmark not defined.
PROFIL KOTA SURABAYA DAN XIAMEN TIONGKOK Error! Bookmark not defined.
1. Profil Kota Surabaya ... Error! Bookmark not defined.
A. Sejarah dan Kebudayaan ... Error! Bookmark not defined.
B. Demografis ... Error! Bookmark not defined.
C. Perekonomian ... Error! Bookmark not defined.
D. Pemerintahan Kota ... Error! Bookmark not defined.
2. Profil Kota Xiamen ... Error! Bookmark not defined.
A. Sejarah Dan Kebudayaan ... Error! Bookmark not defined.
B. Geografis dan Demografis ... Error! Bookmark not defined.
C. Perekonomian ... Error! Bookmark not defined.
D. Pemerintahan ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV ... Error! Bookmark not defined.
KERJASAMA SISTER CITY SURABAYA - XIAMEN TIONGKOKError! Bookmark not defined.
A. Kerjasama Sister City Surabaya-Xiamen Tiongkok .... Error! Bookmark not defined.
1. Ekonomi dan Perdagangan... Error! Bookmark not defined.
2. IPTEK dan Pendidikan... Error! Bookmark not defined.
3. Kesenian, Olahraga dan Budaya ... Error! Bookmark not defined.
4. Kesehatan ... Error! Bookmark not defined.
BAB V ... Error! Bookmark not defined.
KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
Peraturan Teknis Dalam Melaksanakan Kerjasama Hubungan Luar Negeri Antar
Pemerintah Daerah Di Indonesia ... 10
LAMPIRAN
Peraturan Teknis Dalam Melaksanakan Kerjasama Hubungan Luar Negeri Antar Pemerintah Daerah Di Indonesia
Kewenangan pemerintah daerah dalam melakukan kerjasama dengan pihak luar negeri telah diatur dan dilindungi secara hukum melalui undang undang yang telah disebutkan, namun tata cara pelaksanaan akan kerjasama internasional juga harus diketahui dan diatur, hal ini terbukti dengan adanya pedoman aturan pelaksanaan kerjasama internasional tingkat daerah seperti; Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 09/A/KP/XII/2006/01 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008 tentang pedoman pelaksanan kerjasama pemerintah daerah dengan pihak luar negeri, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 74 Tahun 2012 tentang pedoman kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Swasta Asing.
Dalam penyusunan kerjasama biasanya terdapat lima tahapan. Tahap pertama adalah perencanaan, yang merupakan tahapan persiapan intern pemerintah daerah dalam menyiapkan materi dan bidang apa saja dan dengan pihak asing manakah suatu kerja sama akan dilaksanakan . termasuk dalam tahap ini adalah menyiapkan studi terhadap calon-calon potensil sebagai partener kerjasama asing.
Tahap kedua adalah tahap komunikasi luar negeri dan penyusunan draft MoU atau Memorandum Of Understanding. Materi-materi kerjasama yang telah disiapkan pada tahap perencanaan secara garis besar dituangkan dalam Draft MoU yang disusun bersama pihak asing tersebut. Meskipun MoU belum merupakan perjanjian kerjasama dalam artian “agreement”, namun sering dipilih oleh pihak RI/daerah otonom karena tidak memerlukan ratifikasi dari DPR RI.
Tahap ketiga, yaitu mengajukan persetujuan kerjasama antara daerah dengan pemerintah lokal-asing atau pihak asing kepada Depdagri. Materi dalam draft MoU disertakan dalam usulan ke Depdagri ini beserta rencana detail kerjasama. Tahap keempat adalah pembahasan rencana detail perjanjian kerjasama dengan pihak asing di tingkat DPRD untuk meminta persetujuan dewan. DPRD dapat menolak rencana kerjasama dan membatalkan rencana kerjasaman tersebut, meskipun MoU telah dibuat antara pemerintah daerah dengan pihak asing. Tahap kelima adalah tahap penandatanganan perjanjian kerjasama luar negeri antara daerah dengan pihak asing setelah rencana kerjasama mendapat persetujuan dewan.
14.Bidang-bidang Pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang terkait dengan hubungan dan kerjasama luar negeri, berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional wajib dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan Menteri.
15.Hubungan dan kerjasama luar negeri oleh Pemerintah Daerah harus diselenggarakan sesuai dengan Politik Luar Negeri. Sesuai Konvensi Wina Tahun 1961 mengenai Hubungan Diplomatik dan Konvensi Wina Tahun 1963 mengenai Hubungan Konsuler, di luar negeri hanya dikenal Perwakilan Republik Indonesia yang melayani kepentingan negara Republik Indonesia termasuk Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah tidak dibenarkan membuka perwakilan tersendiri.
16.Bidang-bidang hubungan dan kerjasama luar negeri oleh Daerah yang memerlukan konsultasi dan koordinasi dengan Departemen Luar Negeri antara lain sebagai berikut:
memberikan saran dan pertimbangan mengenai materi/substansi program kerjasama.
18.Mekanisme ini merupakan acuan umum bagi setiap Kerjasama Ekonomi dan Kerjasama Sosial Budaya yang dilakukan oleh Daerah dengan Pihak Asing termasuk kerjasama perbatasan oleh Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) yang berbatasan dengan wilayah negara asing (border crossing, border trade and transportation). Namun, hal ini tidak berlaku bagi bidang-bidang yang dicakup dalam wadah : Komisi Bersama (Joint Commission), Forum Konsultasi Bilateral (Bilateral Consultations), Komite Bersama mengenai Perbatasan (Joint Border Committee) dan Promosi Terpadu serta Kerjasama Ekonomi Sub-Regional (KESR).
19.Pengaturan mengenai Pinjaman dan Hibah Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah telah diatur oleh berbagai peraturan perundang-undangan nasional. Pada prinsipnya Pemerintah Daerah dilarang melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri. Pemerintah Pusat menetapkan pinjaman danatau hibah luar negeri yang akan diteruspinjamkan atau diterushibahkan kepada Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah dapat mengajukan usulan kegiatan investasi untuk mendapatkan penerusan pinjaman luar negeri dari Pemerintah Pusat melalui Departemen Keuangan dan Bappenas. Tatacara pemberian pinjaman Daerah dari Pemerintah Pusat yang dananya bersumber dari Pinjaman Luar Negeri telah dijabarkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53 Tahun 2006. Sedangkan Tatacara pemberian hibah kepada Daerah telah dijabarkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52 Tahun 2006
20.Kerjasama luar negeri dilakukan dengan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Dengan negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia dan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
b. Sesuai dengan bidang kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan nasional Republik Indonesia;
c. Mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
d. Tidak mengganggu stabilitas politik dan keamanan dalam negeri; e. Tidak mengarah pada campur tangan urusan dalam negeri masing-
masing negara;
g. Memperhatikan prinsip persamaan kedudukan, memberikan manfaat dan saling menguntungkan bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat;
h. Mendukung penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan nasional dan Daerah serta pemberdayaan masyarakat.
21. Pelaksanaan kerjasama luar negeri harus aman dari berbagai segi yaitu:
a. Politis : tidak bertentangan dengan Politik Luar Negeri dan kebijakan Hubungan Luar Negeri Pemerintah Pusat pada umumnya.
b. Keamanan : Kerjasama luar negeri tidak digunakan atau disalahgunakan sebagai akses atau kedok bagi kegiatan asing (spionase) yang dapat mengganggu atau mengancam stabilitas dan keamanan dalam negeri.
c. Yuridis : Terdapat jaminan kepastian hukum yang secara maksimal dapat menutup celah-celah (loopholes) yang merugikan bagi pencapaian tujuan kerjasama.
d. Teknis : Tidak bertentangan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Departemen Teknis yang terkait.
22.Dalam melakukan kerjasama, pihak-pihak terkait perlu menyiapkan materi kerjasama yang memuat hal-hal sebagai berikut:
(1) Subyek kerjasama
(2) Maksud dan tujuan kerjasama (3) Obyek kerjasama
(4) Ruang lingkup kerjasama dan kewenangan daerah (5) Hak, kewajiban dan tanggung jawab
(6) Tata cara pelaksanaan (7) Pengorganisasian (8) Pembiayaan
(9) Penyelesaian perselisihan
(10) Perubahan (amandemen) kerjasama (11) Jangka waktu kerjasama
(13) Pemberlakuan dan pengakhiran kerjasama
23.Hubungan dan Kerjasama luar negeri dapat dilakukan atas prakarsa dari:
1. Pihak Indonesia
(a) Departemen Luar Negeri (b) Perwakilan RI di Luar Negeri (c) Departemen Dalam Negeri (d) Departemen teknis
(e) Pemerintah Daerah
(f) Lembaga Non-Departemen di Pusat dan Daerah 2. Pihak Asing
(a) Pemerintah Daerah / Pemerintah Negara Bagian (b) Badan/Lembaga Internasional
(c) Badan/Lembaga Negara Asing
(d) Lembaga Non Pemerintah / Lembaga Swadaya Masyarakat Asing
(e) Badan Usaha Swasta Asing
24.Mekanisme hubungan dan kerjasama luar negeri atas prakarsa Pihak Indonesia:
a. Pemerintah Daerah sebagai instansi pemrakarsa melakukan koordinasi dengan Departemen Luar Negeri serta instansi terkait dan mengajukan usulan program kerjasama yang berisi latar belakang kerjasama, tujuan, sasaran, pertimbangan, potensi daerah, keunggulan komparatif, dan profil pihak asing yang akan menjadi mitra kerjasama;
b. Pemerintah Daerah sebagai instansi pemrakarsa dapat mengadakan rapat interdep dengan mengundang Departemen Luar Negeri dan instansi terkait untuk membicarakan usulan program tersebut;
c. Koordinasi dapat juga dilakukan melalui komunikasi resmi surat menyurat;
d. Departemen Luar Negeri selanjutnya memberikan
e. Departemen Luar Negeri berdasarkan masukan dari Perwakilan RI menyediakan informasi yang diperlukan dalam rangka menjalin kerjasama dengan Pihak Asing;
f. Departemen Luar Negeri mengkomunikasikan rencana kerjasama dengan Perwakilan Diplomatik dan Konsuler pihak asing di Indonesia dan Perwakilan RI di luar negeri; g. Departemen Luar Negeri memberitahukan hasil
koordinasi kerjasama dengan Pihak Asing kepada Instansi terkait di Daerah dan Perwakilan RI di luar negeri;
h. Kesepakatan kerjasama antara Pihak Asing dan Daerah dituangkan dalam bentuk Perjanjian Internasional yang lazim digunakan sesuai dengan pertimbangan Departemen Luar Negeri. Dalam hal diperlukan Surat Kuasa (Full Powers) dari Menteri Luar Negeri, dapat diberikan setelah dipenuhi persyaratan-persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
i. Departemen Luar Negeri ikut serta memantau dan melakukan evaluasi terhadap tindak lanjut dan pelaksanaan kerjasama.
25.Mekanisme Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri atas prakarsa dari Pihak Asing, adalah sebagai berikut:
a. Setelah melalui pertimbangan politis/yuridis Departemen Luar Negeri secara resmi menyampaikan tawaran program kerjasama dari Perwakilan RI di Luar Negeri dan atau Pihak Asing kepada Pemerintah Daerah dan atau instansi terkait; b. Terhadap tawaran program kerjasama tersebut, Pemerintah
Daerah secara resmi menyampaikan tanggapan di antaranya berupa usulan program kerjasama yang berisi latar belakang kerjasama, tujuan, sasaran, pertimbangan, potensi Daerah, keunggulan komparatif, dan profil Daerah kepada Departemen Luar Negeri dan Departemen Dalam Negeri serta instansi yang terkait langsung dengan substansi dan materi kerjasama;
c. Usulan program kerjasama dibahas dalam rapat interdep yang dikoordinasikan oleh Departemen Luar Negeri atau instansi yang terkait langsung dengan substansi dan materi kerjasama dengan melibatkan Daerah;
d. Departemen Luar Negeri menyampaikan hasil rapat interdep kepada Perwakilan RI di luar negeri dan berkoordinasi dengan Perwakilan Diplomatik dan Konsuler pihak asing di Indonesia;
e. Departemen Luar Negeri memberitahukan hasil koordinasi kerjasama dengan Pihak Asing kepada Instansi terkait di daerah;
Luar Negeri. Dalam hal diperlukan Surat Kuasa (Full Powers) dari Menteri Luar Negeri, dapat diberikan setelah dipenuhi persyaratan-persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
26.Apabila terjadi tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan kepentingan nasional atau bertentangan dengan kebijakan politik luar negeri RI, perundang-undangan nasional serta hukum dan kebiasaan internasional, Menteri Luar Negeri RI dapat mengambil langkah-langkah yang dipandang perlu demi dipatuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.
Abstract
This thesis analyzes of the benefits of partnership do Sister City Surabaya to
Xiamen China. This thesis aims to see any advantage in the can by Surabaya in
partnership Sister City, and the source of the data obtained through the study of
literature and through interviews to government staff in the city of Surabaya. Sister
City become a place for Surabaya city government in developing communities, it is
because Sister City was able to help a city in assisting another city with the same
purpose. Sister City needs to get serious attention from the government each city as a
place of learning for the next generation who will control the next government wheel.
Public policy theory helps to explain that Sister City partnership, namely the
partnership of Sister City Surabaya-Xiamen, is not only beneficial for local
authorities, but also can help partnership of other actors such as international relations
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Perkembangan dunia yang semakin tak berbatas ini, membuat aktivitas
aktor-aktor di suatu negara makin berkembang.Negara tak lagi menjadi aktor
utama dalam melaksanakan peran-perannya dalam kancah hubungan
internasional. Pergeseran kedudukan negara telah digantikan dan diisi oleh
aktor-aktor lain, mulai dari organisasi internasional sampai ke tingkat
individu.
Salah satu bentuk peningkatan kapasitas diri adalah dengan melalui
kerjasama. Keinginan untuk bekerjasama tidak terbatas hanya dengan
pemerintah negara saja, tetapi mulai merambah ke pemerintah daerah di
negara lain. Adanya kebijakan otonomi daerah menuntut pemerintah daerah
untuk lebih mandiri, tidak selalu tergantung pada pemerintah pusat.Hal ini
mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi daerahnya,
baik yang berupa potensi alam maupun manusia, untuk memaksimalkan
pendapatan asli daerah agar dapat melaksanakan pembangunan demi
kerjasama dengan daerah otonom lain. Tidak hanya kerjasama antar daerah
otonom di Indonesia, tetapi juga kerjasama dengan daerah (propinsi,
kabupaten, kota) di luar negeri. Bentuk kerjasama tersebut diwujudkan dalam
bentuk perjanjian internasional untuk saling bekerjasama, baik berupa
kerjasama sister province maupun sister city.Kerjasama ini sangat menarik
untuk dibicarakan, karena merupakan suatu bentuk kerjasama internasional
yang dapat dirasakan lebih dekat manfaatnya karena bersifat
lokal-internasional. Bisa dikatakan bahwa bentuk kerjasama ini adalah praktek dari
konsep think globally, act locally.
B. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi kegiatan kerjasama merupakan suatu tuntutan
dan perlu dilakukan karena dalam dimensi global satu negara/daerah dengan
negara/daerah lain yang mempunyai keterkaitan dan tidak ada satu
negara/daerah yang mampu menyelesaikan sendiri permasalahannya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang senantiasa berkembang sangat
komplek dan dinamis. Dengan berkembangnya globalisasi pasca perang
dingin, rezim state centric telah hilang hegemoninya. Yang pada semulanya
kerjasama hanya bisa dilakukan oleh negera dengan Negara lain, globalisasi
membawa jalan baru yang mengedepankan kerjasama intrnasional diseluruh
lapisan kenegaraan. kerjasama state-centric yang mengedepankan kerjasama
kerjasama yang dapat dilakukan actor non-negara seperti MNC’s, INGO, dan
individu-individu dalam interaksi internasional(Mukti, 2013). Globalisasi ini
membawa perkembangan pada interaksi global dimana semua pihak memiliki
peluang untuk berkompetensi menunjukan identitas dirinya dan
memperkenalkan nilai-nilai masyarakatnya
Sejalan dengan hal tersebut, Indonesia mulai merubah pokok
undang-undangnya yang semula di masa Suharto Rezim keditaktoran serta
pemerintahan terpusat kepada Negara telah tumbang oleh diberlakukannya
UU Otonomi Daerah. diberlakukannya UU 22 dan 25 tahun 1999 mengenai
otonomi daerah yang bertumpu pada daerah tingkat II. Kebijakan baru yang
diberikan kepada otonomi daerah harus bertujuan untuk mendukung integrasi
nasional, pemberdayaan masyarakat daerah dan peningkatan kesejahteraan
rakyat. Dalam memenuhi tujuannya, pemerintah daerah diperbolehkan untuk
melakukan kerjasama internasonal seperti mencari investor asing dan
kerjasama asing. Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
daerah memberikan perhatian terhadap kerjasama antar daerah yang saling
menguntungkan baik dalam negeri maupun luar negeri sebagaimana
disebutkan dalam pasal 42 ayat (1) huruf g bahwa : “DPRD mempunyai tugas
dan wewenang untuk memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama
internasional yang dilakukan oleh Pemerintah daerah” dan pasal 195 ayat (2)
mengadakan kerjasama dengan daerah lain yang di dasarkan pada
pertimbangan efisiensi dan saling menguntungkan.”
Salah satu bentuk otonomi daerah dalam kancah Hubungan
Internasional ialah dengan diperkenalkannya kerjasama antar kota di luar
negeri atau yang lebih dikenal dengan Sister City.Sister Citydiperkenalkan
oleh Presiden Amerika Serikat yaitu Dwight D.Eisenhower pada tahun 1956
untuk meningkatkan diplomasi diantara masyarakat (people to people
diplomacy) yang akhirnya berkembang pada tingkat kota hingga provinsi.
Sister City menjadi semakin dikenal di Indonesia ketika departemen Luar
Negeri mengeluarkan surat edaran yang mengatur hubungan kerjasama
dengan kota-kota di luar negeri, dengan memperhatikan permendagri no
6/1973 tentang kerjasama dan bantuan teknis kuar negeri. Kerjasama Sister
City harus tetap mengedepankan usaha pemerintah daerah dalam
mensejahterakan masyarakatnya dan siap mendukung integrasi Negara
dibawah pengawasan pemerintah pusat. Kerjasma Sister City harus
mempertimbangkan faktor-faktor seperti adanya kesamaan dan kedudukan
dalam status administrative, kesamaan ukuran atau luas wilayah dan fungsi,
adanya kesamaan karakteristik, adanya persamaan masalah serta adanya
kondisi saling melengkapi antara kedua pihak dalam bidang ekonomi,
dan jasa, pertukaran kunjungan pejabat, pengusaha dan misi-misi lainnya dari
kedua Negara.
Indonesia telah melakukan kerjasama Sister City dengan berbagai kota
di dunia. Salah satu kota yang melakukan Kerjasama Sister City ialah kota
Surabaya. Surabaya merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang
dikenal sebagai kota Industri maju. Hal tersebut mengukuhkan kota Surabaya
sebagai kota Satelit dengan GDP terbesar setelah Jakarata di Pulau Jawa.
Keaktifan kota Surabaya dalam menjalin kerjasama Sister City membawa kota
Surabaya memenangkan penghargaan The Best Practice Sister City and
E-gov dari Kementrian Dalam Negeri Kota Surabaya.
Pemerintah Kota Surabaya sadar akan tantangan Gobalisasi yang
dihadapi oleh pemerintah Surabaya sejalan perkembangan dunia yang makin
pesat. Pemerintah Surabaya menekankan pada segala aspek yang mampu
untuk di kembangkan dalam kota Surabaya agar aspek-aspek tersebut mampu
menjadi alat yang mampu mensejahterakan masyarakatnya. Pemerintah
Surabaya melihat adanya peluang dalam mengembangkan kesejahteraan
masyarakatnya melalui kerjasama Sister City. Sister City menjadi wadah bagi
pemerintah Kota Surabaya dalam mengembangkan masyarakatnya, hal ini
karena Sister City mampu membantu suatu kota dalam membantu kota lain
dengan tujuan yang sama. Sister City perlu mendapatkan perhatian yang
generasi penerus yang akan mengendalikan roda pemerintahan selanjutnya.
Karena dengan adanya kerjasama Sister City sumber daya manusia yang
handal dan kompeten dapat dikembangkan dengan saling belajar satu sama
lain, maka keberlangsungan dan kemajuan kota dapat dicapai. Pertumbuhan di
berbagai sektor dapat dikatakan berhasil ketika kota memiliki batu loncatan
(partner kota) ini kedua kota dapat saling bercermin sampai sejauhmana
percepatan pertumbuhan yang telah dilakukannya. Dewasa ini semakin
banyak pemerintah daerah yang berkeinginan menjalin hubungan kerjasama
dalam bentuk sister province/state/prefecture dan sister city dalam dan luar
negeri(Jatmika, 2001).
Pemerintah Kota Surabaya, selama ini sudah menjalin hubungan
kerjasama Sister City dengan Kota Seattle (AS); Busan (Korsel); Guangzhou
(China); Kochi (Jepang). Salah satu kerjasama Sister City kota Surabaya yang
mencapai tahapan MoU (memorandum of understanding) ialah kerjasama
Sister City Surabaya dan Xianmen. Hubungan Transnasional antara Surabaya
dan Xianmen Tiongkok ini dimulai sejak 23 Juni 2008 dan masih berjalan
hingga sekarang. Penandatanganan kerja sama ini, merupakan tindak lanjut
dari upaya penjajakan yang telah dilakukan kedua kota. Letter of Intents`
(LoI) itu terlaksana pada 8 September 2003 di Xiamen. Surabaya dan Xiamen
memiliki sejumlah kesamaan, di antaranya Surabaya punya pelabuhan dan
terus dikembangkan lebih lanjut. Xiamen merupakan kota kedua di China
setelah kota Guang Zhou yang juga sister city Surabaya dan salah satu Kota
besar dipantai Tenggara Repubik Rakyat China, dengan luas kurang lebih
1.600 Km2 dan jumlah penduduk sekitar 3,6 juta jiwa. Mempunyai 6 kota
Administratif. Kota Xiamen berbatasan dengan kota Qunzhou dan Kota
Zhangzhou di bagian Utara. Kota ini terbagi menjadi Pulau Xiamen, Pulau
Gulangyu dan Xiamen Daratan. Kota Xiamen adalah kota yang sangat indah
dengan taman kotanya, sementara Pulau Gulangyu merupakan pulau tujuan
wisata yang setiap harinya dipenuhi pengunjung. GDP Kota Xiamen
menjcapai RMB 156 miliar pada Tahun 2008, dengan pendapatan per kapita
sekitar RMB 62.051 (USD 9.071).
Kerjasama antara Surabaya dan Xianmen meliputi Ekonomi;
Perdagangan; IPTEK; Pendidikan, Olahraga dan Budaya, Kesehatan. Pada
bidang pendidikan, Surabaya dan Xianmen ialah kerjamasa pertukaran
delegasi pelajar yang salah satunya di wakilkan oleh delegasi dari ITS (Institut
Teknologi Sepuluh November). Terdapatnya persamaan antara Surabaya dan
Xianmen dalam kelautan seperti sama-sama tersedianya pelabuhan membuat
kerjasama pendidikan diupayakan dan ditekankan pada hal kelautan.
Kerjasama Surabaya dengan Xiamen melalui ITS yang memiliki lembaga
pendidikan studi Teknik Perkapalan diharpakan pemerintah Surabaya mampu
pendidikan kebaharian. Dalam hal ekonomi. Surabaya dan Xianmen setuju
untuk saling memajukan perekonomian dengan terus berupaya dalam
mendorong ekspor-impor kedua belah pihak dengan melakukan kerjasama
container bahari dan turut serta dalam pertukaran Bussinesman antar kota.
Melalui peningkatan dan kerjasama ekonomi, perdagangan kedua belah pihak
selalu menjadi ujung tombak, dengan bergabungnya Surabaya pada proses
Sister City maka peluang dalam mengikuti pameran perdagangan akan terus
beranjut. Xiamen selalu turut serta aktif dalam Guangzhou Fair, begitu juga
dengan Surabaya. Dalam bidang kebudayaan Xianmen dan Surabaya saling
melakukan pertukaran delegasi kebudayaan melalui Sparkling Surabaya, dan
pertukaran delegasi olahraga melalui pertandingan seperti yang paling
disenangi oleh Xianmen adalah Badminton Cup yang rajin diadakan oleh
pemerintah Surabaya setiap tahunnya. Sister City antara kota Surabaya dan
Xianmen masih terbilang baru dengan tahun ini mereka menginjak 10 tahun
kerjasama, pemerintah Surabaya dan Xianmen mengharapkan adanya
peningkatan kerjasama dalam bidang yang potensial dan saling mengevaluasi
akan program yang tengah berjalan agar dapat saling menguntungkan dan
membawa perubahan yang postif bagi kedua belah pihak.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
“Apa keuntungan yang di dapat Surabaya dari kerjasama Sister City
dengan Xiamen Tiongkok?”
D. Kerangka Teori
Untuk menjawab permasalahan diatas maka digunakan beberapa
konsep dan teori sebagai berikut:
Hubungan internasional yang dilakukan antar Negara merupakan
wujud realiasasi dari kepentingan nasional pada masing-masing
Negara.Karena dengan dilaksanakannya hubungan kerjasama internasional
diharapkan dapat menunjang kebutuhan yang ingin dicapai.Begitu juga
dengan hubungan kerjasama yang dilakukan kota Surabaya dan Xiamen
Tiongkok, ini merupakan wujud realisasi dari adanya kepentingan
masing-masing Daerah dan diharapkan dapat menunjang kebutuhan yang ingin
dicapai.Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis
menggunakan teori kebijakan publik sebagai penjabarannya.
1. Teori Kebijakan Publik
Ide “kebijakan publik” mengandung anggapan bahwa ada suatu ruang
atau domain dalam kehidupan yang bukan privat atau murni milik individual,
tetapi milik bersama atau milik umum.Publik itu sendiri berisi aktivitas
atau aturan sosial, atau setidaknya oleh tindakan bersama (Parsons,
2011).Kebijakan publik menitikberatkan pada “publik dan problem
-problemnya.” (Dewey) Kebijakan publik membahas soal bagaimana isu-isu
dan persoalan-persoalan tersebut disusun (constructed) dan didefinisikan, dan
bagaimana kesemuanya itu diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda
politik. Selain itu, kebijakan publik juga merupakan studi tentang “bagaimana,
mengapa, dan apa efek dari tindakan aktif (action) dan pasif (inaction)
pemerintah” (Heidenheimer A; Dkk, 1990).Kebijakan publik juga adalah studi
tentang “apa yang dilakukan pemerintah, mengapa pemerintah mengambil
tindakan tersebut, dan apa akibat dari tindakan tersebut” (Dye, T.R. ).
Untuk memahami arti dari kebijakan publik, maka akan dijelaskan
lebih dulu pengertian dari kebijakan. Dalam kehidupan bermasyarakat, istilah
kebijakan sering digunakan dan dimaknai sama dengan tujuan, program,
keputusan, hukum, proposal dan maksud tertentu. Padahal sebenarnya istilah
kebijakan memiliki definisi atau pengertian tersendiri yang berbeda dengan
beberapa istilah tersebut.
Menurut Heinz Eulau dan Kenneth Prewith, kebijakan adalah
keputusan tetap yang dicirikan oleh konsistensi yang pengulangan tingkah
laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan
tersebut.Istilah kebijakan berbeda dengan istilah niat, tujuan, rencana, atau
Dari arti kebijakan saja, kebijakan publik dapat didefinisikan adalah
keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang banyak atau bersifat garis
besar secara keseluruhan yang dibuat oleh pemegang otoritas publik. Sebagai
keputusan yang mengikat publik, maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh
otoritas politik, yakni mereka yang menerima mandat atau perintah dari publik
atau dari masyarakat dan biasanya melalui proses pemilihan untuk bertindak
atas nama rakyat. Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh
administrasi negara yang dijalankan oleh birokrasi pemerintah.Fokus utama
kebijkan publik dalam negara modern adalah pelayanan publik, yang
merupakan segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara untuk
mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.Kebijakan publik tidak selalu dilakukan oleh birokrasi, melainkan
dapat pula dilaksanakan oleh perusahaan swasta, lembaga swadaya
masyarakat (LSM) atau masyarakat secara langsung.
Terminologi kebijakan publik menunjuk pada serangkaian peralatan
yang lebih luas dari peraturan perundang-undangan, mencakup juga aspek
anggaran dan struktur pelaksana.Siklus kebijaksanaan publik sendiri bisa
dikaitkan dengan pembuatan kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan evaluasi
kebijakan.Bagaimana keterlibatan publik dalam setiap tahapan kabijakan bisa
menjadi ukuran tentang tingkat kepatuhan negara kepada amanat rakyat.
Sehingga publik mengetahui apa yang menjadi agenda kebijakan, yakni
publik dapat memberi masukan yang berpengaruh terhadap isi dari kebijakan
public yang akan dilahirkan.
Mengenai tahapan pelaksanaan kebijakan-kebijakan publik tersebut,
publik dapat mengawasi penyimpangan pelaksanaan, juga mengawasi apakah
tersedia mekanisme control atau pengawasan publik, yaitu proses yang
memungkinkan keberatan publik atas suatu kebijakan dibicarakan dan
berpengaruh secara berkelanjutan. Kebijakan publik menunjuk pada keinginan
penguasa atau pemerintah yang dalam masyarakat demokratis merupakan
suatu gambaran pendapat umum.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut dan menjadikan suatu
kebijakan efektif, maka diperlukan beberapa hal : pertama, adanya perangkat
hukum berupa peraturan perundang-undangan sehingga dapat diketahui publik
apa yang telah diputuskan. Kedua, kebijakan ini juga harus jelas struktur
pelaksana dan pembiayaaannya. Ketiga, diperlukan adanya control publik,
yakni mekanisme atau cara yang memungkinkan publik mengetahui apakah
kebijakan ini dalam pelaksanaannya mengalami penyimpangan atau tidak.
Dalam negara otoriter, kebijakan publik adalah keinginan penguasa semata
sehingga penjabaran diatas tidak berjalan.
Tetapi dalam masyarakat demokratis, yang sering menjadi persoalan
adalah bagaimana menyerap opini publik dan membangun suatu kebijakan
yang mendapat dukungan publik. Kemampuan pemimpin politik
adalah satu hal, tetapi sama pentingnya adalah kemampuan para pemimpin
untuk menjelaskan pada masyarakat mengapa suatu kebijakan tidak bisa
dipenuhi. Dalam pendekatan yang lain, kebijakan publik dapat dipahami
dengan cara membedakan, yakni kebijakan dan publik.
Kebijakan dapat diartikan sebagai suatu pilihan tindakan diantara
sejumlah alternative yang tersedia, artinya kebijakan merupakan hasil
menentukan pilihan untuk selanjutnya memilih yang terbaik dari
pilihan-pilihan yang ada.Dalam pelaksanaanya, kebijakan publik ini harus diturunkan
dalam serangkaian petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi.
Teori kebijakan publik membantu menjelaskan bahwa kerjasama sister
City, yaitu pada kerjasama Sister City Surabaya-Xiamen, tidak hanya
menguntungkan bagi pemerintah daerahnya saja, tapi juga dapat membantu
kerjasama aktor lain seperti hubungan internasional antara aktor Negara
(pemerintah pusat). Bagi Negara kerjasama internasional yang dilakukan
pemerintah daerah semakin meningkatkan citra hubungan kerjasama
internasional antar Negara tersebut dan bagi Indonesia kerjasama sister City
ini merupakan sarana yang tepat untuk menawarkan peluang usaha dan
potensi investasi proyek pembangunan nasional dan daerah,serta kepentingan
publiknya.
Berdasarkan teori kebijakan publik, kerjasama Sister City
Surabaya-Xiamen, ini menciptakan adanya peluang-peluang yang lebih spesifik
pertunjukan kebudayaan antar kota yang saling berbagi kesenian yang ada.
Sehingga warga antar kota saling menimba pengalaman dan menjelajahi
kebudayaan lain melalui proyek jangka panjang.
Dari kerjasama Sister City Surabaya-Xiamen,ini juga memiliki
maksud agar masing-masing publik dapat meraih pembangunan berkala.
Dengan adanya studi banding pada beberapa sektor daerah, masing-masing
daerah semakin terpacu untuk menjadikan beberapa kebutuhan terpenuhi
dengan jalan yang lebih baik..
2. Konsep Otonomi Daerah
Istilah otonomi daerah berasal dari bahasa yunani,
“outonomus/autonomia” , yang berarti keputusan sendiri ( self ruling ). Istilah
otomoni daerah mengandung pengertian, sebagai berikut :
- Otonomi adalah suatu kondisi atau ciri untuk tidak dikontrol oleh pihak lain
ataupun kekuatan luar.
- Otonomi adalah bentuk pemerintahan sendiri (self-government) , yaitu hak
untuk memerintah atau menentukan nasib sendiri (the right of
self-government, self determination).
- Pemerintah sendiri yang dihormati , diakui dan dijamin tidak adanya control
oleh pihak lain terhadap fungsi daerah (local internal-affairs) atau terhadap
- Pemerintah otonomi memiliki supremasi/dominasi kekuasaan (supremacy of
authotity) atau hukum (rule) yang dilaksanakan sepenuhnya oleh pemegang
kekuasaan di daerah.
Hubungan diplomatik dalam kerangka interaksi transnasional dan
politik antar negara dimana hubungan diplomatic yang terjalin biasanya
dilakukan oleh aktor negara maupun individu. Di Indonesia mengenal adanya
otonomi daerah yang termasuk dalam undang-undang No.22 tahun 1999 pasal
7 ayat 1 dan 2 mengenai hubungan diplomatic yang dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah dapat dijelaskan dalam pola hubungan internasional yang
bersifat transnasional.
3. Konsep Sister city
Menurut Sidik Jatmika dalam buku nya Otonomi Daerah Perpektif
Hubungan Internasional memberikan pengertian tentang hubungan kerjasama
sister city, yakni :
“Hubungan kerjasama kota bersaudara yang dilaksanakan antara
pemerintah kabupaten, kota dan kota administrative dengan pemerintah kota setingkat di luar negeri. Hubungan kerjasama dimaksud harus dilengkapi dengan program kegiatan yang tetap dan terencana , baik mengenai bidang-bidang yang akan dikerjasamakan, tujuan yang ingin dicapai , kontribusi biaya masing-masing pihak dan lamanya waktu yang diperlukan bagi
Pada dasarnya, baik Pemerintah Daerah Tingkat I maupun tingkat II
dapat mengajukan hubungan kerjasama luar negeri yang bermanfaat guna
menunjang program pembangungan dan membantu meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sejauh tidak merugikan ketertiban dan
keamanan umum, stabilitas politik dalam negeri, dan tetap terpeliharanya
kepribadian nasional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerjasama sister
province adalah sebagai berikut :
1. Adanya persamaan/kesamaan kedudukan dan status administrasi;
2. Adanya kesamaan ukuran/luas wilayah dan fungsi;
3. Adanya kesamaan karakterisrik;
4. Adanya kesamaan permasalahan; dan
5. Adanya kondisi saling melengkapi antara kedua pihak dalam bidang
ekonomi, perdagangan, dan lain-lain sehingga dapat mendorong
terjadinya aliran barang dan jasa; pertukaran kunjungan pejabat,
pengusaha dan misi-misi lainnya dari kedua negara.
E. Hipotesa
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mempunyai hipotesa yakni
Surabaya-Xiamen terdapat pada bidang-bidang berikut: Ekonomi; Perdagangan; IPTEK;
Pendidikan, Olahraga dan Budaya, Kesehatan.
.
F. Tujuan penelitian
Adapun arah dan sasaran yang hendak menjadi tujuan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
- Menganalisis apa saja keuntungan dan hambatan dalam kerjasama sister
province antara Surabaya dengan Xiamen Tiongkok.
- Menjawab pokok permasalahan dan menguji hipotesa yang diajukan penulis
- Menerapkan teori yang selama ini diperoleh di bangku kuliah dan
menuangkan kedalam suatu fenomena masyarakat. Sehingga penulis dapat
mendiskripsikan fenomena yang ada.
G. Jangkauan penelitian
Supaya pembahasan ini tidak melebar maka penulis menetapkan
batasan lingkup penelitian kepada kerjasama Kota Surabaya. Dengan kata
lain, penulis akan meneliti satu kerjasama yang telah dilakukan oleh Kota
Surabaya dengan pihak Xiamen Tiongkok. Penulis akan lebih mengarahkan
penelitian ini pada apa saja keuntungan dan hambatan dalam kerjasama sister
City antara Kota Surabaya dan Xiamen Tiongkok. Adapun penulis
menetapkan jangkauan penelitian agar penulisan tidak terlalu melebar maka
tersebut sampai tahun 2015. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa penulis
akan menggunakan data diluar jangkauan penelitian namun hanya sebagai
referensi atau catatan saja.
H. Metode Pengumpulan Data
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian
kualitatif eksplanatif, sebagaimana yang dijelaskan oleh Dr. Lexy J.
Moleong, M.A., dimana data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka (Lexy. J. Moleong, M. A., , 2002).Jenis
penelitian kualitatif eksplanatif membutuhkan data yang terbaru dan terlama
agar dapat menjelasan hasil penelitian dengan lebih actual dan akurat. Semua
data yang dikumpulkan berkemungkinan sebagai kunci terhadap apa yang
sudah diteliti. Meskipun demikian, penelitian secara kualitatif juga tidak
jarang menggunakan data statistic yang telah tersedia sebagai sumber data
tambahan bagi keperluannya. Akan tetapi tidak terlalu banyak berdasarkan
diri atas data statistic, tetapi memanfaatkan data statistic itu hanya sebagai
cara untuk menghantar dan mengarahkan pada kejadian dan peristiwa yang
ditemukan dan dicari sendiri sesuai dengan tujuan penelitiannya.
- Interview (Wawancara)
Wawancara (interview) merupakan percakapan antara dua orang atau
lebih dan berlangsung antara yang mewawancarai dan yang diwawancarai.
mandapatkan informasi dan tambahan referensi serta penjelasan lebih actual
dari koresponden yang berjumlah satu atau lebih yang merupakan subyek atau
orang yang menjadi perwakilan instansi-instansi terkait.
- Studi Kepustakaan
Penelitian kepustakaan adalah cara yang digunakan untuk memperoleh
data dan konsep melalui berbagai macam media kepustakaan baik melalui
buku-buku, majalah dan sumber informasi penunjang seperti dokumen,
kliping, koran, agenda, dan hasil penelitian yang terdapat dimana saja
terutama yang bersumber dari pemerintah Kota Surabaya dan Xiamen
Tiongkok. Serta juga menggunakan data yang bersumber dari media informasi
situs di internet untuk membantu merelevansi data-data yang diperoleh agar
lebih valid.
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab yang asing asing
bab membahas hal yang berbeada-beda namun berkesinambungan untuk
memudahkan memahami skripsi ini. Adapun sistematika peneitian skripsi ini
yakni :
BAB I : Bab ini berisi tentang alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, latar
belakang masalah, rumusan masalah, kerangka teori, hipotesa, jangkauan
BAB II : Kerjasama Sister City Surabaya-Xiamen. Bab ini membahas
mengenai kerjasama yang terjalin antara Surabaya dengan Xiamen. Pada sub
bab pertama akan dibahas mengenai landasan kebijakan pemerintah yang
berisi tentang kebijakan luar negeri Indonesia dan kebijakan menteri. Setelah
penjelasan tersebut sub berikutnya akan menjelaskan tentang kerjasama Sister
City Surabaya-Xiamen, yaitu tentang hubungan Indonesia dengan Jepang ,
serta proses kerjasama sister province antara kedua kota.
BAB III : Kondisi Kota Surabaya dan Xiamen. Bab ini berisi tentang
kondisi atau keadaan Surabaya dan Xiamen dalam beberapa hal. Pada sub-sub
bab ini berisi tentang letak sejarah dan kebudayaan,demografis dan geografis,
perekonomian, dan pemerintahan.
BAB IV : Bab ini membahas mengenai apa saja kerjasama yang
dilakukan oleh Surabaya-Xiamen dan hambatan dalam kerjasama Sister City
Surabaya-Xiamen
BAB V : Kesimpulan. Bab ini berisikan tentang kesimpulan secara
BAB II
KERJASAMA LUAR NEGERI OLEH PEMERINTAH DAERAH
Kerjasama luar negeri antar daerah atau yang lebih disebut Sister City
telah diatur dalam kebijakan pemerintah pusat hingga pemerintah daerah.
Maka landasan hukum Sister City Surabaya-Xiamen yang dilakukan oleh
Surabay mengacu pada setiap UU yang telah dikeluarkan oleh pemerintah
guna menjadi landasan hukum melakukan kerjasama. Bab ini membahas
mengenai kerjasama yang terjalin antara Surabaya dengan Xiamen. Pada sub
bab pertama akan dibahas mengenai landasan kebijakan pemerintah yang
berisi tentang kebijakan luar negeri Indonesia dan kebijakan menteri. Setelah
penjelasan tersebut sub berikutnya akan menjelaskan tentang kerjasama Sister
City Surabaya-Xiamen, yaitu tentang hubungan Indonesia dengan Tiongkok ,
serta proses kerjasama sister city antara kedua kota.
1. Dasar Hukum Bagi Pemerintah Daerah Dalam Melakukan Kerjasama
Luar Negeri
Dalam melaksanakan hubungan luar negeri antara pemerintah daerah,
negeri melalui peraturan menteri dalam mengatur detail dan landasan hukum.
Berikut akan dijabarkan peraturan menteri serta undang-undang yang
digunakan pemerintah Indonesia dalam melakukan kerjasama dengan luar
negeri :
a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri
Hukum dan peraturan mengenai wewenang daerah otonom untuk
melakukan kerjasama dengan luar negeri telah diatur dalam UU No. 37 Tahun
1999 dalam beberapa pasal yakni;
1. Pasal 1, ayat (1); “Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang
menyangkut aspek regional dan internasional yang dilakukan oleh
Pemerintah di tingkat pusat dan daerah, atau lembaga-lembaganya,
lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara
Indonesia”.
Ayat (4); “Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang
hubungan luar negeri dan politik luar negeri”.
2. Pasal 5, ayat (1); “Hubungan Luar Negeri diselenggarakan sesuai
dengan Politik Luar Negeri, peraturan perundang-undangan nasional
Ayat (2); “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku
bagi semua penyelenggara Hubungan Luar Negeri, baik pemerintah
maupun non pemerintah”.
3. Pasal 7, ayat (1); “Presiden dapat menunjuk pejabat negara selain
Menteri Luar Negeri, pejabat pemerintah, atau orang lain untuk
menyelenggarakan Hubungan Luar Negeri di bidang tertentu’.”
Ayat (2); “Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat negara selain
Menteri Luar Negeri, pejabat pemerintah, atau orang lain sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) melakukan konsultasi dan koordinasi dengan
Menteri”.
4. Pasal 28, ayat (1); “Menteri menyelenggarakan sebagian tugas umum
pemerintahan dan pembangunan dalam bidang Hubungan Luar Negeri
dan Politik Luar Negeri”.
Ayat (2); “Koordinasi dalam penyelenggaraan Hubungan Luar Negeri
dari pelaksanaan Politik Luar Negeri diselenggarakan oleh Menteri.”
b. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional
Dalam Undang-undang nomor 24 Tahun 2000 tentang
perjanjian international disebutkan bahwa Pada pasal 5 ayat (1); “
lembaga Negara dan lembaga pemerintah, baik departemen maupun
non-departemen, di tingkat pusat dan daerah, yang mempunyai
melakukan konsultasi dan koordinasi mengenai rencana tersebut
dengan menteri”
Dalam tataran hukum internasional, Negara di satu sisi masih
menjadi subyek hukum internasional yang utama, disisi lain
peningkatan peran subyek-subyek hukum bukan Negara memberikan
pengaruh yang besar terhadap perkembangan hukum internasional.
Pemerintah daerah dalam bertindak melakukan perjanjian dengan
pihak asing wajib mengantongi surat kuasa atau Full Power dari
menteri luar negeri, sebab dalam konteks ini pemerintah daerah tidak
bisa melangkahi kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah pusat
dalam masalah pengaturan dan pelaksanaan kebijakan dan politik luar
negeri RI. Surat kuasa dalam istilah konvensi Jeneva 1969 disebut
sebagai Full Power tersebut, dimaknai sebagai mandat yang diberikan
oleh pemerintah pusat melaui menteri luar negeri untuk melakukan
sebagian kewenangan pemerintah pusat yang diserahkan kepada
daerah dalam bidang kerjasamaluar negeri sesuai dengan
prinsip-prinsip penyerahan urusan yang diserahkan kepada daerah dalam
bidang kerjasama luar negeri dengan prinsip-prinsip penyerahan
urusan kepada daerah otonom.
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Kewenangan untuk melakukan kerjasama luar negeri dicantumkan
danpengawasan pelaksanaan perjanjian internasional yang
dilaksanakan didaerah oleh DPRD, yang menyebutkan bahwa:
1. Pasal 42, ayat (1) huruf f dan g menyebut bahwa DPRD
mempunyai tugas dan wewnang memberikan; (c) “melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan peraturan
perundangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan
pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan
daerah dan kerja sama internasional di daerah’, (f) “pendapat dan
pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana
perjanjian internasional di daerah”, dan (g) “persetujuan terhadap
rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah
daerah”
Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 mengisyaratkan perlu
dilakukan penyesuaian pelaksanaan kewenangan melakukan hubungan dan
kerjasama luar negeri oleh pemerintah daerah yang sebelumnya diatur dalam
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Dengan
diberlakukannya UU otonomi daerah , kerjasama internasional diarahkan
untuk memberdayakan dan mempromosikan potensi daerah, dalam kerangka
integrasi Negara. Dengan adanya UU otonomi daerah maka pemerintah
yang berada di luar negeri seperti diimplementasikan pada kerjasama Sister
City.
UU Nomor 32 Tahun 2004 juga dengan jelas mencantumkan batasan
kewenangan atau pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah sebagaimana termaktub dalam pasal 10 sebagai berikut:
2. Pasal 10 pembagian urusan (1) Pemerintah daerah
menyelengggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintah yang oleh
Undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah
Ayat (2), “Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk
mengaur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan
asas otonomi dan tugas pembantuan”
Ayat (3), “Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiputi: a. politik luar
negeri; b. pertahanan; c. keamanan; d. yustisi; e. moneter dan fiscal
nasional; dan f. agama.
Ayat (4),” Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah
urusan pemerintahan kepada perangkat Pemerintah atau wakil
pemerintah di daerah atau dapat menugaskna kepada pemerintah
daerah dan atau pemerintahan desa.
Dengan adanya undang-undang tentang pemerintah daerah telah
memberikan jalan dan otoritas kepada pemerintah daerah untuk
menindaklanjuti hubungan kerjasama internasional antar pemerintah daerah di
luar negeri. Hubungan kerjasama antar pemerintah daerah dengah pihak-pihak
asing bertujuan untuk mengembangkan kerjasama perekonomian,
kebudayaan, keuangan, IPTEK, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Namun,
pemerintah daerah harus tetap dibawah pemerintahan pusat melalui menteri
dan hanya boleh melakukan kerjasama dengan pemerintah luar negeri yang
telah memiliki legalitas dalam hubungan diplomatic dengan pemerintah
Indonesia (Mukti, 2013).
2. Sejarah Hubungan Diplomatik Indonesia dan Tiongkok Dalam
Membangun Kerjasama Sister City
Indonesia dan Tiongkok memiliki keterikatan kuat dalam sejarahnya.
Melalui hegemoninya di masa kejayaan Tiongkok Dinasti Ming dan Qing,
Tiongkok berhasil menyebarkan kekuatan dan masyarakatnya melalui Boat
antara Indonesia pasca kemerdekaan Indonesia terlihat dari dekatnya
pemerintah Indonesia masa Sukarno karena adanya kesamaan Ideologi.
Lengsernya kedudukan Soekarno, memberikan pandangan pada Soeharto
bahwa sebagai bangsa yang berdaulat Indonesia membutuhkan interaksi
dengan dunia luar; dalam segala bidang. Kudeta mengakibatkan perubahan
arah politik luar negeri Indonesia. Peran Tiongkok selepas kudeta komunis
masih kabur, pemutusan secara langsung hubungan dagang Indonesia dengan
Tiongkok oleh Soeharto dan diterimanya kembali Indonesia ke dalam anggota
PBB menjadi tonggak dimana Indonesia kembali menyuarakan normalisasi
hubungan kerjasama antara Indonesia dengan Tiongkok. Dalam konteks
normalisasi China dengan Indonesia cenderung kearah perbaikan ekonomi
yang mana dinilai penting dianggap penting bagi pembangunan negara.
Lengsernya rezim Suharto membawa angin segar pada pemerintahan
Indonesia yang dipandang terlalu berpusat atau setralistik, banyak celah ketika
rezim Suharto Sentralistik diterapkan di bangsa Indonesia seperti
pembangunan yang tidak akan berjalan lancar karena terdapat ketidak sesuain
pembangunan dengan karakter budaya setempat, penumpulan kreativitas
pemerintah daerah dan aparatur dalam pembangunan daerahnya. Gerakan
reformis agar rezim state-centric digantikan kepada otonomi yang partisipatif
dan demokratis membawa hasil yakni dengan diberlakukannya UU 22 dan 25
Kebijakan baru yang diberikan kepada otonomi daerah harus bertujuan untuk
mendukung integrasi nasional, pemberdayaan masyarakat daerah dan
peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam memenuhi tujuannya, pemerintah
daerah diperbolehkan untuk melakukan kerjasama internasonal seperti
mencari investor asing dan kerjasama asing (Jatmika, 2001).
Dengan terbukanya kembali hubungan Tiongkok dan juga Indonesia,
maka salah satu momentum yang digunakan pemerintah Tiongkok adalah
dengan mendorong kembali people to people diplomacy yang tujuannya
antara lain adalah untuk mengembangkan hubungan seperti Sister City yang
diprakarsai sejak tahun 1973. Pada tahun 1992 Sister City di Tiongkok telah
dikembangkan melalui sebuah lembaga yang dikenal dengan China’s
International Friendship Cities Association dengan anggota terdiri dari
perwakilan-perwakilan kota dan provinsi yang ada di Tiongkok yang mana
kota-kota tersebut memiliki hubungan Sister City dengan kota atau daerah di
luar negeri. Pada tahun 2006 pemerintah Tiongkok mencatat bahwa terdapat
30 Provinsi dan 309 kota di Tiongkok telah menjalin kerjasama Sister City
dengan 335 provinsi dan 1,057 kota seuruh dunia (Wibowo & Hadi, 2009).
Tiongkok dan Indonesia memandang bahwa dengan adanya kerjasama
semacam ini dapat memberikan kemudahan dalam menjalin hubungan dengan
dunia luar. Di Indonesia, Hubungan Sister City antara pemerintah Indonesia
dengan Beijing mengingat kedua belah kota memiliki persamaan sebagai ibu
kota dan pusat politik, Jakarta dengan Shanghai mengingat kedua kota
tersebut sebagai pusat perdagangan. Surabaya sebagai kota terbesar kedua di
Indonesia setelah Jakarta juga memiliki hubungan kerjasama Sister City
dengan beberapa kota di Tiongkok seperti Guangzhou dan Xiamen.
Kerjasama Sister City antara Surabaya dan Xiamen terbentuk sejak
tahun 2005, pemerintah Surabaya mengoptimalkan dalam melakukan
kerjasama Sister City dengan kota berbagai belah dunia lain untuk menunjang
kemampuan Surabaya dalam menghadapi Globalisasi. Xianmen dipilih oleh
Surabaya karena sebagai pertimbangan bahwa kota Xiamen merupakan zona
ekonomi khusus di Provinsi Fujian yang juga provinsi asal entitas warga
Tiongkok di Indonesia. Selain antara Surabaya dan Xiamen memiliki
kesamaan yaitu sebagai kota peabuhan serta saling tertarik dalam
mengembangkan kebaharian kota dan juga penghijauan kota. Selain dari segi
lingkungan, ekonomi selalu menjadi daya tarik utama dalam sebuah
kerjasama, Xiamen dan Surabaya memiliki kedekatan yang sama dengan
salah satu kota di Tiongkok yaitu Guangzhou, dimana kota tersebut
merupakan kota dengan kemajuan ekonomi terpesat di Tiongkok dan kota
penyelenggara event perdagangan terbesar di dunia. Dengan ini pemerintah
Surabaya berharap bahwa dengan adanya kerjasama dengan salah satu kota di
BAB III
PROFIL KOTA SURABAYA DAN XIAMEN TIONGKOK
Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai landasan hukum yang
digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam menjalin kerjasama antar
pemerintah daerah dengan pemerintah daerah yang setingkat yang berada di
luar negeri, selain landasan hukum telah dipaparkan pula mengenai alur
pengambilan kebijakan kerjasama Sister City. Kerjasama Antara Indonesia
dengan pemerintah Tiongkok telah terjadi sejak awal kemerdekaan, meskipun
hubungan tersebut mengalami pasang surut namun hubungan tersebut dewasa
ini telah menjadi sebuah kerjasama yang saling menguntungkan. Sister City
adalah konsep kerjasama bilateral antarkota atas dasar kesamaan geografis
dan aktivitas kota untuk saling belajar dan bekerjasama di berbagai bidang.
Kerjasama yang akan terjalin akan disesuaikan dengan persamaan dan
potensi yang dimiliki oleh kedua kota.Kerjasama Sister City sebagai salah
satu upaya kerjasama yang diusung oleh pemerintah Tiongkok dengan
Indonesia sebagai pengikat People-to-people. Pada bab ini penulis akan
memaparkan tentang keadaan secara umum dari Surabaya dan Xiamen
1. Profil Kota Surabaya
A. Sejarah dan Kebudayaan
Kata Surabaya sering diartikan secara filosofis sebagai lambang
perjuangan antara darat dan air. Selain itu, dari kata Surabaya juga muncul
mitos pertempuran antara ikan sura / suro (ikan hiu) dan baya / boyo (buaya),
yang menimbulkan dugaan bahwa terbentuknya nama "Surabaya" muncul
setelah terjadinya pertempuran tersebut. Bukti sejarah menunjukkan bahwa
Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum
dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Dalam prasasti tersebut
terungkap bahwa Surabaya (Churabhaya) masih berupa desa di tepi sungai
Brantas dan juga sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang
daerah aliran sungai Brantas. Surabaya juga tercantum dalam pujasastra
Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapañca yang bercerita
tentang perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 M dalam
pupuh XVII.
Surabaya secara resmi berdiri pada tahun 1293. Tanggal peristiwa
yang diarnbil adalah kemenangan Raden Wijaya, Raja Pertama Mojopahit
melawan pasukan Mongol, peranan Surabaya sebagai kota pelabuhan sangat
penting sejak lama, saat Itu sungai Kalimas merupakan sungai yang dipenuhi
sangat berkaitan dengan revolusi kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak
penjajahan Belanda maupun Jepang, rakyat Surabaya (Arek Suroboyo)
bertempur habis-habisan untuk merebut kernerdekaan, Puncaknya pada
tanggal l0 Nopember 1945, Arek Suroboyo berhasil menduduki Hotel Oranye
(sekarang Hotel Mojopahit)yang saat itu rnenjadi sirnbol kolonialisme, karena
kegigihannya itu, maka setiap Tanggal 10 Nopember, Indonesia
memperingatinya sebagai Hari Pahlawan, hingga saat ini bekas-bekas masa
penjajahan terlihat dengan masih cukup banyaknya bangunan kuno bersejarah
di sini.
Budaya daerah, tradisi dan gaya hidup yang berbeda di setiap daerah
merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung. Budaya
daerah ini antara lain, kesenian, pakaian adat, upacara adat, gaya hidup, dan
kepercayaan. Budaya Surabaya yang terkenal antara lain Undukan Doro,
Musik Patrol dan Manten Pegon. Salah satu upaya Pemerintah Kota Surabaya
untuk melestarikan budaya kota Surabaya adalah dengan pemilihan Cak dan
Ning Surabaya, yaitu duta budaya kota Surabaya. Kehidupan berkesenian
Kota Surabaya tumbuh dengan baik. Kesenian tradisional dan modern saling
melengkapi membentuk keragaman kesenian Surabaya. Kesenian tradisional
tumbuh karena perjalanan sejarah melawan penjajahan zaman dahulu sampai
saat ini tetap dilestarikan. Bentuk kesenian tradisional banyak ragamnya. Ada