• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNISSULA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNISSULA"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS

ILMU KEPERAWATAN

UNISSULA

TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Nutrisia Nu’im Haiya

20141050040

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

PENGARUH METODE

CONFERENCE

TERHADAP

SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM

MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA

STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS

ILMU KEPERAWATAN

UNISSULA

TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Nutrisia N

u’im H

aiya

20141050040

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis

PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU

KEPERAWATAN UNISSULA

Telah diujikan pada tanggal: 10 November 2016

Oleh :

NUTRISIA NU’IM HAIYA 20141050040

Penguji

Dr. Suryanto

Moh. Afandi., S.Kep., Ns, MAN

Dr. Titih Huriah., Ns., M.Kep.Sp.Kep.K.

(………) (………) (………)

Mengetahui

Ketua Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Nutrisia Nu’im Haiya

NIM : 20141050040

Program Studi : Magister Keperawatan

Fakultas : Program Pascasarjana

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwasanya Tesis saya ini merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi di manapun. Sumber atau kutipan yang berasal dari karya penulis lain, baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka Tesis ini. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tesis ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.

Yogyakarta, Agustus 2016

Tertanda

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah Segala Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmad serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis yang berjudul “Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA”.

Penyusunan Tesis ini sebagai syarat dalam menyelesaikan Program Magister Keperawatan, yang tidak lepas dari dukungan berbagai pihak sehingga terselesaikan dengan baik Tesis ini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ahmad Nurmandi selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Fitri Arofiati, S.Kep.,Ns.,MAN.,Ph.D. selaku Ketua Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Dr. Suryanto dan Moh. Afandi, S.Kep.,Ns.,MAN. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan masukan serta saran dalam penyempurnaan Tesis ini.

4. Dr. Titih Huriah., Ns., M. Kep.Sp.Kep.K selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

5. Seluruh dosen dan karyawan Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta baik yang terlibat langsung maupun yang tidak langsung dalam membantu terselesaikannya Tesis ini.

(6)

melakukan pengambilan data di Fakultas Ilmu Keperawtan Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

7. Keluarga (Suami tercinta dan anak-anakku sayang) yang selalu mendukung dan membantu penulis dalam bentuk apapun, serta kedua orangtua dan mertua yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam penyusunan Tesis ini.

8. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan Tesis ini.

9. Seluruh teman Magister Keperawatan angkatan 5 yang saling dukung semangat lulus 2016.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan Tesis ini.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih banyak kekurangan disana sini dan masih berharap menerima masukan saran dari pembaca. Dan penulis berharap Tesis ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, Agustus 2016

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penelitian Terkait ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

B. Kerangka Teori ... 27

(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Definisi Oprasional ... 33

F. Istrumen Penelitian... 34

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

H. Cara pengumpulan Data ... 36

I. Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 38

J. Etika Penelitian ... 40

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Diskripsi Tempat Penelitian ... 41

2. Analisis Univariat ... 42

3. Analisis Bivariat ... 43

B. Pembahasan ... 47

1. Karakteristik Responden ... 47

2. Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas ... 47

(9)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Tanggung Jawab

Mahasiswa ... 50

5. Evaluasi Pelaksanaan Conference ... 51

6. Indikator Sikap Tanggung Jawab ... 52

C. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian ... 53

1. Kekuatan Penelitian ... 53

2. Keterbatasan Penelitian ... 54

D. Implikasi Hasil Penelitian dalam Keperawatan ... 54

BAB V SIMPULAN dan SARAN ... 57

A. Simpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terdahulu………....………..….…..…. ... 6

Tabel 3.1. Definisi Operasional………..………...……….…..33

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden yang meliputi umur, agama, jenis kelamin, daerah asal, dosen idola dan perasaan responden belajar di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semaran....….……….………..42

Tabel 4.2. Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas Sebelum dan Sesudah Intervensi…...…. ... 43

Tabel 4.3. Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunita...……….44

Tabel 4.4. Uji Korelasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa Dalam Menjalankan Tugas Profesi Pada Stase Komunitas ………….………. ... 44

Tabel 4.5. Perbedaan Nilai Evaluasi Pelaksanaan Conference 1 Sampai dengan 5 Di Stase Komunitas ………..……….….………. ....45

Tabel 4.6. Perbedaan Indikator Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Intervensi Dalam Menjalankan Tugas Profesi Pada Stase

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Teori……….………. ... 27

Gambar2.2. Kerangka Konsep………..………...28

Gambar 3.1. Desain Penelitian………….……….………..……….31

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Angket Karakteristik Responden

Lampiran 3 : Lembar Angket Sikap Tanggung Jawab

Lampiran 4 : Lembar Observasi Sikap Tanggung Jawab

Lampiran 5 : Modul Conference

Lampiran 6 : Lembar Penjelasan Penelitian kepada Responden

Lampiran 7 : Lembar Uji Etik

Lampiran 8 : Lembar Hasil Analisis Data

Lampiran 9 : Lembar Kartu Bimbingan

(13)

ABSTRAK

PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU

KEPERAWATAN UNISSULA

Nutrisia Nu’im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2

Latar Belakang: Sikap tanggungjawab merupakan salah satu manifestasi tindakan nyata dari karakter alamiah seseorang yang bermoral atau berakhlak mulia dalam merespon suatu stimulus. Metode conference merupakan bagian dari metode pembelajaran lapangan yang diharapkan dapat memupuk dan meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi sehingga seluruh mahasiswa dapat mencapai kompetensi praktik keperawatan pada stase komunitas. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh metode conference terhadap sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan Pre-Experimental One Group Pretest Posttest Design, pemilihan sampel penelitian menggunakan purposive sampling 16 mahasiswa profesi ners pada stase komunitas. Penelitian dilakukan selama 6 minggu dalam satu stase komunitas, di minggu pertama dilakukan observasi dan minggu kedua mulai pelaksanaan conference. Pretest dan posttest dilakukan 1 kali sebelum dan sesudah 5 kali pelaksanan metode conference.

Hasil: Analisis penelitian ini menggunakan Wilcoxon test dengan hasil signifikan p value 0,000. Nilai pretest sikap tanggung jawab dalam penelitian ini kategori kurang 25%, cukup 25% dan baik 50%, setelah pelaksanaan metode conference nilai sikap tanggung jawab dalam kategori baik 12,5% dan sangat baik 87,5%.

Kesimpulan: Metode conference dapat meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase keperawatan komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA

Kata kunci: metode conference, sikap tanggung jawab mahasiswa, stase komunitas

(14)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CONFERENCE METHOD TOWARD CO- NURSES’ ATTITUDE OF RESPONSIBILITY IN PERFORMING THEIR PROFESIONAL WORKS ON COMMUNITY STAGE IN

FACULTY OF NURSING UNISSULA

Nutrisia Nu'im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2

Background: The responsibility comprises an attitude that becomes one of the manifestations of the real conducts of the natural noble person in response to stimulus. Thus, the responsible nature need to be nurtured. Conference method that is a part of nursing field works is expected to nurture and increase co- nurses’ responsibility attitude in performing their profesional works so that they can master pratical nursing competence at community stage. The study aimed to analyse the influence of conference method toward co-nurses’ responsibilities in peforming their professional work at comunnity stage. Methods: This study used a quantitative method with Pre-Experimental Design One group pretest posttest, the selection of the sample used purposive sampling of 16 co-nurse in the community stage. Pre test and post test were carried out once before and after the implementation of conference method for five times. The duration of conference method implementation was for six weeks.

Results: This analysis used the results of Wilcoxon test with a significance of p value 0,000. The pretest score on their responsibility attitude in the research before the implementation of conference methods showed that 25 % participants were in low category, 25% in medium category, 50% in good category, and none in very good category. After the implementation of the conference method, posttest score indicated that none of them was included in low and medium category, and 12.5% in good category. Significant increase existed in the very good category since there were 87,5% respondents included in this category.

Conclusion: The conference method can improve the co-nurses’ responsibility to perform their professional works on community stage at the Faculty of Nursing UNISSULA

Keywords: conference methods, co-nurses’ attitude of responsibility, community stage

(15)
(16)

ABSTRAK

PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU

KEPERAWATAN UNISSULA

Nutrisia Nu’im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2

Latar Belakang: Sikap tanggungjawab merupakan salah satu manifestasi tindakan nyata dari karakter alamiah seseorang yang bermoral atau berakhlak mulia dalam merespon suatu stimulus. Metode conference merupakan bagian dari metode pembelajaran lapangan yang diharapkan dapat memupuk dan meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi sehingga seluruh mahasiswa dapat mencapai kompetensi praktik keperawatan pada stase komunitas. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh metode conference terhadap sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan Pre-Experimental One Group Pretest Posttest Design, pemilihan sampel penelitian menggunakan purposive sampling 16 mahasiswa profesi ners pada stase komunitas. Penelitian dilakukan selama 6 minggu dalam satu stase komunitas, di minggu pertama dilakukan observasi dan minggu kedua mulai pelaksanaan conference. Pretest dan posttest dilakukan 1 kali sebelum dan sesudah 5 kali pelaksanan metode conference.

Hasil: Analisis penelitian ini menggunakan Wilcoxon test dengan hasil signifikan p value 0,000. Nilai pretest sikap tanggung jawab dalam penelitian ini kategori kurang 25%, cukup 25% dan baik 50%, setelah pelaksanaan metode conference nilai sikap tanggung jawab dalam kategori baik 12,5% dan sangat baik 87,5%.

Kesimpulan: Metode conference dapat meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase keperawatan komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA

Kata kunci: metode conference, sikap tanggung jawab mahasiswa, stase komunitas

(17)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CONFERENCE METHOD TOWARD CO-NURSES’ ATTITUDE OF RESPONSIBILITY IN PERFORMING

THEIR PROFESIONAL WORKS ON COMMUNITY STAGE IN FACULTY OF NURSING UNISSULA

Nutrisia Nu'im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2

Background: The responsibility comprises an attitude that becomes one of the manifestations of the real conducts of the natural noble person in response to stimulus. Thus, the responsible nature need to be nurtured. Conference method that is a part of nursing field works is expected to nurture and increase

co-nurses’ responsibility attitude in performing their profesional works so that they

can master pratical nursing competence at community stage. The study aimed to analyse the influence of conference method toward co-nurses’ responsibilities in peforming their professional work at comunnity stage. Methods: This study used a quantitative method with Pre-Experimental Design One group pretest posttest, the selection of the sample used purposive sampling of 16 co-nurse in the community stage. Pre test and post test were carried out once before and after the implementation of conference method for five times. The duration of conference method implementation was for six weeks.

Results: This analysis used the results of Wilcoxon test with a significance of p value 0,000. The pretest score on their responsibility attitude in the research before the implementation of conference methods showed that 25 % participants were in low category, 25% in medium category, 50% in good category, and none in very good category. After the implementation of the conference method, posttest score indicated that none of them was included in low and medium category, and 12.5% in good category. Significant increase existed in the very good category since there were 87,5% respondents included in this category.

Conclusion: The conference method can improve the co-nurses’ responsibility to perform their professional works on community stage at the Faculty of Nursing UNISSULA

Keywords: conference methods, co-nurses’ attitude of responsibility, community stage

(18)

1

A. Latar Belakang

Pendidikan tinggi keperawatan mempunyai tujuan menghasilkan perawat yang professional. Dimana perguruan tinggi tersebut sangat berperan dalam membina sikap, pandangan dan kemampuan professional lulusan, sehingga diharapkan perawat mampu bersikap dan berpandangan professional, berwawasan keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah keperawatan yang memadahi dan menguasai ketrampilan profesional dengan baik dan benar. Perawat yang professional dapat tercipta dengan di dukung oleh pemilihan metoda pembelajaran yang tepat, serta lingkungan tempat praktik yang menjunjung tinggi budaya komunitas professional keperawatan, yang menjadi salah satu fasilitas utama dalam penyelenggaraan pembelajaran profesi keperawatan (Nursalam, 2012)

(19)

yang sedang di hadapi bangsa Indonesia saat ini seperti krisis moral, korupsi di semua tatanan, penurunan karakter bangsa, salah satunya karena rendahnya sikap tanggungjawab.

Penelitian tentang peningkatan sikap tanggung jawab dan kemandirian telah dilakukan oleh Nursa’ban (2013) dan juga dilakukan oleh Aprilia (2014) yang menunjukkan hasil prestasi mahasiswa pendidikan biologi dipengaruhi oleh tanggung jawab, kemandirian, keaktifan dan kesadaran dalam proses pembelajaran. Didukung pula oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Masrukhin (2013) didapatkan hasil proses pembentukan karakter sangat mempengaruhi cara pandang individu terhadap diri dan lingkungannya, yang tercermin dalam perilaku sehari-hari. Nasrudin (2015) melalui penelitiannya tentang pengembangan model pendidikan karakter berdasarkan sifat fitrah manusia, menyatakan bahwa pengembangan model karakter tersebut diterima oleh dosen dan mahasiswa. Pernyataan Nasrudin tersebut didukung pula oleh hasil penelitian Kensiwi et.al. (2012) pendidikan karakter dapat menumbuhkan niai-nilai karakter: tanggung jawab sehingga mampu meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di FIK UNISSULA didapatkan data sistem yang berjalan di Stase Komunitas menggunakan beberapa rotasi atau gelombang dari 1 angkatan Profesi ners. Satu angkatan ini dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok menjadi 1 gelombang dalam 1 wilayah RW. Wilayah RW yang telah digunakan kelompok sebelumnya tidak digunakan oleh kelompok berikutnya.

(20)

sempurna, pada saat musyawarah warga dan implementasi kegiatan yang dilakukan mahasiswa pembimbing datang untuk mendampingi. Kemudian kegiatan pre post conference dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri dalam kelompok dan pendokumentasiannya belum terarah.

Berdasarkan observasi pembimbing lebih dari 40% mahasiswa di Stase Keperawatan Komunitas tidak memahami tugas dan tanggung jawabnya dalam menjalankan praktik seperti tanggung jawab pembuatan askep, pelaksanaan musyawarah warga, pembuatan pre planning kegiatan dan lain-lain, mahasiswa terlihat pasif, dan kelompok biasanya mengandalkan ketua serta beberapa orang mahasiswa lain yang lebih aktif.

(21)

dan lebih banyak hal yang dapat dipelajari dalam metode ini, antara lain pembentukan karakter.

Oleh sebab itu perlu adanya metode pembelajaran lapangan yang lebih kreatif dan inovatif yaitu dengan menggunakan metode conference, yang diambil dari teori clinical conference yang mana

tidak banyak penelitian yang dilakukan terhadap metode pembelajaran ini. Diharapkan dengan metode pembelajaran conference dapat memupuk dan meningkatkan sikap tanggung jawab

mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi, sehingga kompetensi praktik keperawatan pada stase komunitas dapat tercapai oleh semua mahasiswa.

Pembentukan sikap tanggung jawab yang merupakan bagian dari pembentukan karakter yang bermoral dan berakhlak mulia adalah merupakan beban dan tanggung jawab bersama. Terlebih sebagai seorang pendidik yang menjadi bagian dari institusi pendidikan mempunyai tugas yang sangat besar dalam mendidik anak didiknya agar mempunyai karakter yang mulia. Berdasarkan beberapa hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Conference terhadap Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA”.

B. Rumusan Masalah

(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh metode conference terhadap sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi stase keperawatan komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA).

2. Tujuan khusus

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang ada, maka tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

a. Mengidentifikasi sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA.

b. Mengetahui hasil pretest dan posttest sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA sebelum dan sesudah pelaksanaan conference.

c. Menganalisis pengaruh metode conference terhadap sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek teoritis

Menambah wahana kekayaan khasanah ilmu keperawatan pada umumnya, dan khususnya dapat dijadikan matrial dasar pengembangan metode pembelajaran dalam nursing education. 2. Aspek praktis

(23)

Sebagai bahan masukan dalam penyusunan kurikulum mikro pada profesi ners yaitu tentang metode pembelajaran terlebih lagi dalam stase komunitas.

b. Bagi institusi pendidikan

Dapat dijadikan dasar acuan dalam mengembangkan metode pembelajaran di klinik bagi pendidikan profesi ners.

c. Bagi peneliti lain

Sebagai salah satu acuan dalam melakukan penelitian terkait yang dapat dilakukan, dan sebagai dasar pengembangan ilmu dengan penelitian lebih lanjut.

E. Penelitian Terkait

Tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terdahulu

No. Penulis Judul Ringkasan Aspek Perbedaan

1. Vezeau (2015)

In Defense of Clinical Conferences in Clinical Nursing Education

Tahun 1995 waktu yang

dipakai untuk

conference 30% dari jam klinik yang ada tapi sekarang turun menjadi 10-15% saja. Conference

dalam keperawatan

sangat popular namun

sangat sedikitnya

literature dan penelitian tentang conference

tersebut. Metode:

literature review

Rekomendasi: melakukan

penelitian tentang

conference

keperawatan di tempat praktik pendidikan keperawatan.

2. Rosenblum, et.al. (1995)

The Pedagogic Characteristics of a Clinical Conference for Senior

Residents and Faculty

Tujuan: mengetahui karakteristik pedagogic clinical conference

untuk senior pediatric resident dan fakultas yang dipilih

Responden: 19 senior resident dan 14 anggota fakultas

Desain: penelitian

Conference

dilakukan di

(24)

No. Penulis Judul Ringkasan Aspek Perbedaan

kualitatif dengan

rekaman video dan

kuesioner yang

dianalisis untuk

menemukan tema

pedagogik.

Hasil: 3 topik yaitu; apa

pembelajaran yang

difasilitasi? Apa yang telah dipelajari? Apa yang membuat proses belajar mengajar efektif? 3. Hsu (2007) Conducting

clinical postconference in clinical teacing: a qualitative study

Tujuan: mengeksplorasi

persepsi perawat

pendidik mengenai

postconference klinik Metode: menggunakan penelitian kualitatif Hasil: temuan penelitian menunjukkan metode pembelajaran

postclinical conference

sangat diminati

Conference

dilakukan di

praktik komunitas menggunakan desain kuantitatif

4. Nursa’ban (2013)

Peningkatan sikap tanggung

jawab dan

kemandirian belajar mahasiswa melalui metode tutorial di jurusan pendidikan geografi

Metode yang digunakan tindakan kelas 2 siklus,

pengumpulan data

melalui angket dan

observasi, ada

peningkatan yang

siknifikan yang

berturut-turut pada sikap

tanggung jawab dan kemandirian mulai dari kondisi awal, siklus pertama dan siklus ke-2.

Metode pembelajaran

conference

dilakukan dilahan

praktik pada

mahasiswa keperawatan.

5 Kensiwi (2013)

Pembelajaran kooperatif tipe

TSTS dengan

pendekatan humanistic bermuatan pendidikan karakter materi bilangan komleks

Pengembangan

pembelajaran model kooperatif tipe TSTS

dengan pendekatan

humanistic pendidikan berkarakter materi bialngan komlek yang dilakukan di politeknik ilmu pelayaran. Hasil penelitian: perangkat

Rekomendasi penelitian: perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut tentang nilai karakter

(25)

No. Penulis Judul Ringkasan Aspek Perbedaan

yang dikembangkan

praktis dan valid, hasil tes pemahaman konsep pada kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas control

6. Nasrudin (2015)

Pengembangan model

pendidikan karakter berdasarkan sifat fitrah manusia

Penelitian menggunakan studi research and development (R&D). Focus penelitian adalah

penggunaan model

pendidikan karakter, teknik pengumpulan data validasi ahli, angket, wawancara dan

observasi. Hasil

penelitian bahwa model pendidikan karakter yang berdasarkan sifat fitrah manusia dapat diterima semua kalangan (dosen dan mahasiswa)

Pendidikan karakter dalam pendidikan keperawatan serasa perlu diteliti terlebih

(26)

A. Landasan Teori

1. Metode Pembelajaran Klinik

Menurut Nursalam (2012) metode pembelajaran klinik program profesi ners ada beberapa macam, yaitu: eksperensial, proses insident, conference, observasi dan bed side teaching.

a. Eksperensial

Metode pengajaran eksperensial memberikan pengalaman yang langsung dari kejadian, baik melalui praktik klinis yang melibatkan interaksi dengan klien yang nyata dan orang lain di lapangan atau melalui pengalaman yang seperti kenyataan. Pembelajaran berasal dari partisipasi actual pada kejadian yang akan dipelajari. Metode eksperensial didasarkan pada konsep pembelajaran fenomenologik.

b. Proses insident

Insiden harus berasal dari pengalaman klinik yang baru dialami oleh peserta didik. Insiden harus dapat berorientasi pada klien, staf, ataupun lingkungan. Oaring yang memimpin diskusi, pengajar atau salah salah satu peserta didik, harus memiliki pengetahuan mengenai insiden tersebut.

c. Observasi: fieltrip, ronde keperawatan, observasi lapangan, demonstrasi.

(27)

d. Bed-side Teaching

Metode pembelajaran klinik yang berada langsung disamping atau bersama dengan klien.

e. Conference

Pertemuan atau konferensi klinik/ lapangan merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa aspek praktik klinik/ lapangan. Conference meningkatkan pembelajaran pemecahan masalah yaitu bahwa kelompok akan melakukan analisis kritis terhadap masalah dan mencari pendekatan alternative dan kretif. Metode conference menjadikan peserta didik dapat berbicara saat proses pemecahan masalah dan menerima umpan balik langsung dari rekan sejawat (peer review) dan umpan balik langsung dari pengajar. Dalam satu conference, kelompok peserta didik semakin terbuka terhadap berbagai situasi yang ada di lapangan, yang mungkin banyaak diantaranya belum pernah dialami peserta didik.

Conference juga dapat memberikan suatu kesempatan

untuk mendiskusikan isu-isu yang mempengaruhi praktik keperawatan yang tidak harus berasal dari pengalaman klinis namun masih relevan dengan praktik keperawatan. Peserta didik dapat mempelajari isu-isu ekonomi, sosial, politik dan etik serta implikasinya secara umum terhadap praktik keperawtan dan secara khusus pada lingkungan tempat pengalaman praktik dilakukan (Oermann & Gignac, 1991 dalam Reilly & Obermann, 2010).

(28)

teman-teman mereka sendiri dalam sebuah kelas conference terhadap apa yang telah dilakukan dan dihasilkan oleh temannya tersebut. Dan setiap mahasiswa mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam conference tersebut.

Menurut Kern (2003) peer review merupakan salah satu

proses belajar yang efektif dalam paradigma pendidikan modern. Begitu juga yang disampaikan Erickson (1987) peer review merupakan strategi pembelajaran yang efektif dalam belajar lapangan pada keperawatan komunitas.

Manfaat conference menurut Reilly dan Obermann (2010) antara lain, yaitu:

1) Melakukan peer review, diskusi mengenai keprihatinan dan analisis terhadap isu yang berkaitan dengan praktik.

2) Peserta didik memiliki kesempatan untuk saling berinteraksi dan belajar bersama.

3) Meningkatkan kemampuan untuk merumuskan ide dan mengungkapkannya dengan jelas.

4) Memberikan kesempatan peserta didik agar kontribusi mereka diakui; meningkatkan keyakinan diri saat berinteraksi dalam kelompok.

5) Memberikan tempat untuk melakukan penelitian mengenai perasaan, sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi praktik. 6) Mengembangkan ketrampilan dalam proses kelompok.

(29)

pengajar seringkali mempengaruhi ikut atau tidaknya peserta didik dalam conference serta kesediaan mereka untuk jujur dan terbuka. Pendapat umum pengajar dapat mendukung atau menyurutkan partisipasi peserta didik (Reilly & Obermann, 2010).

Menurut Reilly dan Obermann (2010) jenis-jenis conference dalam pengajaran di lingkungan praktik klinik/

lapangan adalah: 1) preconference, postconference dan clinical conference lainnya; 2) conference keperawatan dan multidisiplin.

Pre dan post conference berkaitan langsung dengan pengalaman praktik klinik/ lapangan.

1) Preconference dan postconference langsung berkaitan dengan pengalaman praktik. Preconference mempersiapkan peserta didik untuk menjalani pengalaman praktik mereka di lingkungan praktik. Membantu mereka mengidentifikasi masalah klien, merencanakan perawatan, dan mengevaluasi hasil. Dan memberikan cara bagi peserta didik untuk mendiskusikan klien mereka dengan staf pengajar (dan dengan rekan sejawat jika dalam bentuk kelompok). Preconference dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok sesuai kebutuhan peserta didik, pilihan pengajar dan konteks berlangsungnya pengalaman klinis/ lapangan (tempat praktik).

(30)

klinis diantara kelompok. Postconference memberikan memberikan strategi yang efektif untuk berfikir secara kritis. Keputusan yang dibuat peserta didik dan kemungkinan alternatif lain, yang dihasilkan dalam diskusi, dapat diuji oleh kelompok. Pengajar dan peserta didik dapat berfokus pada proses pemikiran yang digunakan di dalam strategi klinis dan strategi lain yang diajukan.

3) Clinical conference dapat digunakan untuk saling meninjau dan mengkritik pekerjaan masing-masing. Penilaian rekan sejawat memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman dan ketrampilan dalam proses mengevaluasi praktik orang lain, serupa yang terjadi dilingkungan kerja. Dalam pertemuan yang ditujukan untuk menilai rekan sejawat, kreteria untuk mengkritik pekerjaan orang lain harus tegas dan dapat dimengerti oleh peserta didik. Selain itu, peserta didik harus merasa nyaman satu sama lain dan menghargai umpan balik dari rekan sejawatnya sehingga proses bisa berjalan dengan efektif. Pengalaman dalam penilaian rekan sejawat dalam proses pendidikan akan mempersiapkan peserta didik saat melakukannya dipraktik mereka sendiri.

2. Sikap Tanggung Jawab

(31)

motivasi dan kebutuhan, minat, konsep diri dan aspirasi, kecemasan dan sikap.

Sikap tanggung jawab merupakan suatu rangkaian dari 2 pengertian, yaitu:

a. Sikap

Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan menentukan bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari seseorang dalam kehidupan (Slameto, 2013). Hanurawan (2012) juga menyampaikan sikap adalah penilaian subjektif individu terhadap objek, pribadi, tempat dan ide dalam memberikan respon secara kognitif, afektif, dan prilaku dengan cara favourable dan unfavourable. Dengan demikian sikap adalah merupakan suatu respon sesorang terhadap sesuatu yang berupa objek, ide, tempat ataupun seseorang baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor yang memberikan penilaian secara subjektif dengan cara setuju atau tidak setuju dan didapat dari proses belajar individu.

Sedangkan menurut Thomas & Znaniecki tahun 1920 sikap tidak hanya ditentukan semata-mata oleh aspek internal psikologis individu melainkan melibatkan juga nilai-nilai yang dibawa dari kelompoknya. Dan pendapat Allport pada tahun 1935 mengenai sikap merupakan kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman, yang mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi respon-respon individu terhadap semua objek dan situasi yang terkait (Wawan & Dewi, 2011).

Beberapa teori tentang sikap menurut Azwar (2015) yaitu:

(32)

Heider menggunakan teori keseimbangan dalam sikap yang ditentukan oleh 3 unsur penting yaitu; individu, orang lain dan objek sikap. Ketiga unsur ini dikatakan seimbang apabila hubungannya berjalan secara dinamis tanpa tekanan sehingga tidak mengubah keadaan. Dan apabila unsur-unsur tersebut mengalami ketidak seimbangan maka akan timbul suatu kekuatan yang mendorong ketidak seimbangan dalam pengembalian keseimbangan. Jika ini terjadi dan pengembalian itu tidak tercapai maka akan terjadi ketegangan, begitu sebaliknya jika perubahan terjadi maka itu pada karakter dinamisnya atau fungsi hubungan pada unsur-unsur yang bersangkutan (Azwar, 2011).

2) Teori kesesuaian Osgood dan Tannenbaum

Teori ini menjelaskan bahwa unsur-unsur kognitif mempunyaivalensi positif dan negative dalam berbagai intensitas, atau mempunyai valensi nol. Unsur-unsur yang relevan satu sama lain dapat mempunyai hubungan positif ataupun negative. Kesesuaian akan terjadi apabila semua hubungan bervalensi nol atau 2 diantaranya bervalensi negative dengan intensitas yang sama (Azwar, 2011). 3) Teori Disonansi kognitif Festinger

(33)

antara elemen-elemen kognitif. Dengan demikian teori Festinger ini berpendapat sikap merupakan komponen kognitif yang relevan ataupun tidak relevan tentang sesuatu hal (Secord & Backman, 1964 dalam Wawan & Dewi, 2011).

4) Teori konsistensi afektif-kognitif Rosenberg

Teori yang dikeluarkan oleh Rosenberg ini melihat hubungan antara komponen afektif dan komponen kognitif. Kognitif dalam sikap juga mencakup kepercayaan antara hubungan objek sikap dengan nilai yang ada pada diri individu, sedang komponen afektif merupakan perasaan yang timbul dalam diri seseorang yang menyertai sikap, dapat berupa positif atau negatif. Rosenberg menegaskan bahwa komponen afektif dan komponen kognitif berhubungan secara konsisten. Hal ini menggambarkan apabila seseorang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek maka indeks kognitifnya juga tinggi (Secord & Backman, 1964 dalam Wawan & Dewi, 2011).

5) Teori Fungsional Katz

Teori ini menjelaskan sikap menolak atau menerima perubahan didasari motivasional sikap itu sendiri, yaitu fungsi sikap bagi individu itu sendiri (Azwar, 2011).

6) Teori tiga proses perubahan Kelman

(34)

7) Teori nilai-ekspektansi

Teori ini mengemukakan rasa percaya ekspektansi atau suatu harapan respon prilaku akan membawa kepada segala sesuatu hal atau peristiwa (Azwar, 2011).

Macam-macam cara pembentukan sikap menurut Slameto (2013) antara lain yaitu:

1) Pengalaman traumatik; pengalaman berulang-ulang atau pengalaman yang disertai perasaan mendalam.

2) Melalui imitasi; ada model yang ditiru, hal ini lebih efektif apabila dilakukan secara kelompok daripada sendirian.

3) Melalui sugesti; terpengaruh terhadap seseorang atau sesuatu yang mengesankan dirinya.

4) Melalui identifikasi; didasari pada sifat keterikatan emosional sehingga meniru seseorang atau organisasi/ badan yang cenderung berusaha menyamai. Sering terjadi pada anak dengan orang tua dan bawahan dengan pimpinan atau antar anggota kelompok.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sikap ada beberapa hal menurut pendapat Slameto (2013):

1) Lingkungan

2) Peran sikap terhadap kepribadian (seperti egodefensive) 3) Asas selektivitas

4) Prinsip mempertahankan keseimbangan

5) Kecenderungan kontak dengan hal yang membuat berubahnya sikap.

(35)

Azwar (2015) juga berpendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu:

1) Pengalaman pribadi

Seseorang yang telah atau sedang mengalami suatu hal akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk mempunyai tanggapan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkuatan, situasi dimana tanggapan terbentuk dan atribut atau ciri-ciri objek yang dimiliki oleh stimulus.

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Maka sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebutterjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama berbekas.

2) Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang, kepribadian merupakan pola prilaku konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang dialami. Seseorang memiliki pola sikap dan prilaku tertentu dikarenakan mendapat reinforcement dari masyarakat terhadap sikap dan prilaku tersebut, bukan sikap dan prilaku yang lain.

(36)

yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat.

3) Orang lain yang dianggap penting

Diantara orang yang dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan lainnya. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

4) Media massa

Berbagai bentuk media masa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokok, media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya opini baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklan arah sikap tertentu.

5) Institusi/ lembaga pendidikan dan agama

(37)

dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

6) Faktor emosi dari dalam diri individu

Pembentukan sikap tidak semua ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi individu. Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu ketika frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

Slameto (2013) menyampaikan beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengubah sikap, yaitu:

1) Mengubah komponen kognitif dari sikap individunya.

Caranya, memberikan informasi-informasi baru kepada objek sikap, sehingga komponen kognitif menjadi luas, yang akan merangsang komponen-komponen afektif dan tingkah laku. 2) Mengadakan kontak langsung dengan objek sikap

Komponen afektif dalam cara ini ikut dirangsang, dengan cara ini keberhasilan akan sangat tipis terhadap individu yang bersikap anti untuk berfikir lebih jauh tentang objek sikap yang tidak disenangi.

(38)

Cara ini dilakukan dengan kekuatan hukum, dengan langsung merubah komponen prilakunya.

Komponen dalam sikap menurut Suryani (2014), yaitu:

1) ketekunan, 2) kerajinan, 3) kepedulian, 4) kedisiplinan, 5) kerjasama dan 6) tanggung jawab.

Macam-macam pengukuran sikap menurut Azwar (2015) adalah:

1) Observasi prilaku

Individu yang menampakkan prilaku yang konsisten dapat disimpulkan bahwa individu mempunyai sikap yang demikian, jadi sikap dapat ditafsirkan dari prilaku yang tampak. dengan kata lain, untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan prilakunya, sebab prilaku merupakan salah satu indicator sikap individu.

2) Penanyaan langsung (direct questioning)

Asumsi yang mendasari metode ini guna pengungkapan sikap pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan otang yang paling tau mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya.

3) Pengungkapan langsung (direct assessment)

(39)

menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju dan tidak setuju. Sedangkan salah satu bentuk pengungkapan langsung dengan menggunakan aitem ganda adalah teknik diferensi semantik, yang dirancang untuk mengungkapkan afek atau perasaan yang berkaitan dengan suatu objek sikap. Diantara banyak dimensi atau faktor yang berkaitan dengan sikap yang paling utama adalah dimensi evaluasi, dimensi potensi, dan dimensi aktifitas. Dimensi-dimensi ini disajikan dalam bentuk sifat yang bertentangan satu sama lain. 4) Skala sikap

Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang dianggap paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sekala sikap, yaitu berupa kumpulan pernyataan yang mengenai suatu objek sikap, dari respon subjek pada setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.

5) Pengukuran terselubung (covert measures)

Berorientasi pada metode observasi prilaku, tetapi sebagai objek pengamatan bukan prilaku tampak yang disadari atau sengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi lebih diluar kendali individu yang bersangkutan.

b. Tanggung jawab

(40)

adalah jujur, menghormati orang lain, tidak memaksakan kehendak, disiplin, mandiri, teliti dan karakter mulia yang lain.

Dapat disimpulkan sikap tanggung jawab adalah suatu respon sesorang terhadap sesuatu yang berupa objek, ide, tempat ataupun seseorang baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor dengan karakter alamiah manusia yang memberikan penilaian secara subjektif dengan cara yang bermoral yang didapat dari proses belajar individu.

Indikator sikap tanggung jawab menurut Nursa’ban (2013); Aprilia (2014) dalam jurnal pendidikan, adalah:

1) Keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran. 2) Kemauan mahasiswa merespon dan berkreasi. 3) Menghargai proses diskusi.

4) Kesadaran diri/ evaluasi diri.

5) Mengerjakan setiap aktifitas belajar sebaik mungkin.

6) Mengerjakan tugas individu dengan sebaik mungkin dan mengusainya.

7) Mengerjakan setiap tugas kelompok secara bersama-sama dan menguasainya.

8) Menyelesaikan dan mengumpulkan tugas tepat waktu.

Beberapa sumber menyebutkan bertanggung jawab merupakan tingkatan sikap tertinggi. Menurut Notoatmodjo (1993 dalam Sunaryo 2013) dan Notoatmodjo (1996 dalam Wawan 2011) tingkatan sikap terdiri dari:

1) Menerima (receiving)

Bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan atau objek.

(41)

Menjawab, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu objek adalah indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsisible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu atas apa yang telah dipilih dengan segala resiko yang ditimbulkan.

3. Stase Keperawatan Komunitas

Pendidikan profesi ners diharapkan menghasilkan lulusan yang memiliki sikap, pengetahuan dan ketrampilan professional. Sehingga dalam proses pendidikannya disusun berdasarkan 5 hal, yaitu: penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; menyelesaikan masalah secara ilmiah; sikap dan tingkah laku yang professional dengan menumbuhkan dan membina kemampuan bersikap, bertindak dan berfikir profesional; belajar aktif dan mandiri; dan menumbuhkan serta membina ketrampilan dan sikap di masyarakat dengan pengalaman yang dikembangkan di masyarakat (community based learning) (Nurhidayah, 2009).

(42)

Stase keperawatan komunitas dapat diartikan proses transformasi mahasiswa keperawatan dalam praktik keperawatan professional di masyarakat untuk menjadi perawat professional komunitas, dengan mengemban tugas menerapkan nilai-nilai sikap dan tingkahlaku yang baik, melaksanakan pendokumentasian askep secara baik, menerapkan ketrampilan professional dengan pendekatan proses keperawatan.

Capaian Pembelajaran Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA tahun ajaran 2015/2016:

a. Menganalisa pelaksanaan keperawatan komunitas, kebijakan program pokok kesehatan prioritas dalam pelayanan / asuhan keperawatan komunitas di tingkat Puskesmas.

b. Memberikan asuhan keperawatan komunitas pada masalah kesehatan prioritas di Indonesia.

c. Memberikan asuhan manajemen pelayanan keperawatan komunitas dengan merujuk pada sistem pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas).

d. Memberikan asuhan keperawatan pada area masyarakat dan area sekolah.

e. Melakukan pengorganisasian masyarakat.

f. Menentukan strategi intervensi keperawatan komunitas yang tepat yakni (promosi kesehatan, pemberdayaan, kolaboratif dan kemitraan).

(43)

h. Menerapkan prinsip SMART (Spesific, Measurable, Acchivable, Realistic, Time) dalam menentukan tujuan keperawatan

komunitas.

i. Menerapkan Evidence Based Nursing dalam praktik keperawatan komunitas.

j. Menentukan indikator output dan outcome dalam proses keperawatan komunitas.

k. Menentukan dan membuat media bantu yang tepat sebagai penopang kegiatan yang sesuai dengan bentuk intervensi.

l. Menerapkan proses belajar mengajar di komunitas.

m. Menganalisis efektivitas bentuk intervensi keperawatan komunitas dalam mengatasi masalah kesehatan populasi atau sub populasi sasaran.

Berdasarkan buku panduan Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA tahun ajaran 2015/2016, proses asuhan keperawatan komunitas yang ada di stase komunitas Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan dilaksanakan selama 6 minggu dengan beban 2 SKS keperawatan keluarga dan 4 SKS keperawatan komunitas. Tahapan-tahapan pelaksanaannya yaitu: a. Tahapan pelaksanaanya minggu pertama mahasiswa melakukan

musyawarah warga yang pertama yang berisikan sosialisasi dan pengkajian awal, setelah itu mahasiswa melakukan pengkajiaan asuhan keperawatan.

(44)

c. Selanjutnya setelah lokmin pertama maka mahaiswa akaan masuk pada area waktu pelaksanaan implementasi selama kurang lebih 4 minggu dan melakukan asuhan keperawatan keluarga selama 2 minggu.

(45)
[image:45.516.101.465.98.513.2]

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori

(Nursalam, 2012); (Slameto, 2013); (Suryani, 2014);

(Nursa’ban, 2013); dan (Aprilia, 2014) Metode pembelajaran klinik:

1. Eksperensial 2. Proses insiden

3. Conference: preconference dan

postconference, peer review, issue,

multidisiplin

4. Observasi: fieltrip, ronde keperawatan, observasi lapangan, demonstrasi.

5. Bed-side Teaching

Praktik Profesi Ners: Stase

Keperawatan Komunitas Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar:

1. Faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik kognitif

2. Faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik afektif:

3. Motifasi dan kebutuhan 4. Minat

5. Konsep diri dan aspirasi 6. Kecemasan 7. sikap Komponen Sikap: 1. Ketekunan 2. Kerajinan 3. Kepedulian 4. Kedisiplinan 5. Kerjasama 6. Tanggung Jawab

Pembentukan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas

profesi pada stase komunitas

Faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap:

1. Pengalaman pribadi 2. Kebudayaan

3. Orang lain yang dianggap penting

4. Lembaga pendidikan dan agama

5. Media massa 6. Pengaruh faktor emosi Indikator Sikap Tanggung Jawab

1. Keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran. 2. Kemauan mahasiswa merespon dan berkreasi. 3. Menghargai proses diskusi.

4. Kesadaran diri/ evaluasi diri.

5. Mengerjakan setiap aktifitas belajar sebaik mungkin. 6. Mengerjakan tugas individu dengan sebaik mungkin

dan mengusainya.

7. Mengerjakan setiap tugas kelompok secara bersama-sama dan menguasainya.

(46)

C. Kerangka Konsep

Keterangan:

[image:46.729.108.627.136.395.2]

: Diteliti : : Tidak diteliti

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Metode pembelajaran klinik:

1. Eksperensial 2. Proses insiden 3. Observasi 4. Bed-side Teaching

Sikap Tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas pada stase

keperawatan komunits Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap:

1. Pengalaman pribadi 2. Kebudayaan

3. Orang lain yang dianggap penting 4. Lembaga pendidikan dan agama

5. media massa 6. pengaruh faktor emosi Mahasiswa

Profesi Ners 5.Conference

Indikator Sikap Tanggung Jawab

1. Keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran. 2. Kemauan mahasiswa merespon dan berkreasi. 3. Menghargai proses diskusi.

4. Kesadaran diri/ evaluasi diri.

5. Mengerjakan setiap aktifitas belajar sebaik mungkin. 6. Mengerjakan tugas individu dengan sebaik mungkin dan

mengusainya.

7. Mengerjakan setiap tugas kelompok secara bersama-sama dan menguasainya.

(47)

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

(48)

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan Pre-Experimental One Group Pretest Posttest Design. Kelompok responden

yang digunakan untuk penelitian dalam desain ini tidak dipilih secara random. Desain penelitian ini tidak menggunakan kelompok control sehingga cukup satu kelompok saja. Rancangan ini menggunakan observasi pertama (pretest) sebelum eksperiment yang selanjutnya dilakukan observasi kedua (posttest) setelah eksperiment yang menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen.

Desain penelitian yang telah dilakukan Pre Experimental One Group Pretest Posttest Design ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Desain penelitian Keterangan:

X : penerapan metode conference pada mahasiswa profesi ners stase komunitas.

O1 : sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas sebelum dilakukan metode conference. O2 : sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi

pada stase komunitas setelah dilakukan metode conference.

(49)

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Stase Komunitas Profesi Ners Angkatan 7 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung yang berjumlah 74 orang mahasiswa.

2. Sampel Penelitian

Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi profesi ners yang berada di Stase Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan.

3. Besar Sampel

Sampel dari penelitian ini berjumlah 16 responden/ mahasiswa. Jumlah sampel dalam penelitian yang telah dilakukan ini dikatakan memenuhi kreteria ukuran sampel dalam penelitian berdasarkan pernyataan Darmawan (2014) untuk penelitian eksperimen ukuran sampel bisa 10 sampai 20 elemen.

4. Tehnik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan purposive sampling. Sampel yang tidak digunakan adalah responden yang memiliki kreteria eksklusi sebagai berikut:

1. Mahasiswa yang tidak mengikuti semua rangkaian pretest dan posttest.

2. Mahasiswa yang dinyatakan gagal stase oleh pembimbing di keperawatan komunitas.

(50)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan oleh peneliti selama 6 minggu pada bulan Juli-Agustus 2016. Dilakukan pada awal minggu pada Stase Komunitas, 1 kali conference setiap minggu, ada 5 kali intervensi selama 6 minggu di stase komunitas yang dimulai pada minggu ke 2 stase komunitas.

D. Variabel Penelitian

1. Variable Independen

Variabel independen penelitian ini adalah metode conference. 2. Variable Dependen

Variabel dependen penelitian ini adalah sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas.

[image:50.516.81.439.437.634.2]

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variable Definisi

Operasional

Instrument Indikator Skala

1. Metode

conference

Metode

pembelajaran klinik yang menggunakan evaluasi diri dan teman sebaya dalam proses

pembelajaran komunitas dalam bentuk konfrensi

Pedoman pelaksanaan

conference

(51)

No Variable Definisi

Operasional

Instrument Indikator Skala

setiap minggunya yang dilakukan 5 kali pada stase komunitas dengan topik sesuai nursing proses yang sedang dijalankan.

2. Sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas

Suatu respon positif yang diwujudkan dalam bentuk sikap tanggung jawab

selama proses

pembelajaran di stase komunitas.

Lembar check

list Skala

Likert dan

lembar observasi pengukuran sikap tanggung jawab dengan nilai

perbandingan 50% : 50% dari kedua

instrument (Nursa’ban, 2013).

Sangat baik: 80%-100% Baik: 66%-79% Cukup:56%-65% Kurang:40%-55% Sangat kurang: <40% (Arikunto, 2009) Kategorik

F. Istrumen Penelitian

(52)

Nursa’ban (2013) yang dikembangkan menurut konsep keperawatan komunitas dan sesuai kebutuhan penelitian ini.

Angket yang digunakan terdiri dari 35 pernyataan yang mengacu pada indicator sikap tanggung jawab dari Nursa’ban (2013) & Apriliani (2014) yaitu:

1. Keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran yang ada pada pernyataan nomer 2 dan 3.

2. Kemauan mahasiswa merespon dan berkreasi yang ada pada pernyataan nomer 6, 9, 29, 30 dan 31.

3. Menghargai proses diskusi yang ada pada pernyataan nomer 12, 13, dan 14.

4. Kesadaran diri/ evaluasi diri yang ada pada pernyataan nomer 15, 16, 17, 18, 19, 20, 33, 34, dan 35.

5. Mengerjakan setiap aktifitas belajar sebaik mungkin yang ada pada pernyataan nomer 1, 7, 8, 4 dan 32.

6. Mengerjakan tugas individu dengan sebaik mungkin dan mengusainya yang ada pada nomer 5, 11, 21, 22, dan 23.

7. Mengerjakan setiap tugas kelompok secara bersama-sama dan menguasainya yang ada pada pernyataan nomer 10, 24, 25 dan 26. 8. Menyelesaikan dan mengumpulkan tugas tepat waktu yang ada pada

pernyataan nomer 27, dan 28.

(53)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas telah dilakukan untuk menunjukkan ketepatan pengukuran suatu instrument yang. Uji Validitas dilakukan dengan menggunakan uji product moment yang dilakukan pada mahasiswa profesi ners di FIK UNISSULA yang telah menjalani stase komunitas yang berjumlah 10 responden. Uji validitas dilakukan 2 kali dari 37 pernyataan yang di ujikan ada 35 peryataan yang valid dengan nilai corrected item-total correlation (>0,632) dan 2 soal yang tidak valid tersebut (no 7 dan 11) sudah terwakilkan pada soal lain yang ada pada poin 2 dan 5, sehingga tidak dilakukan pembenahan lagi terhadap soal tersebut dan tidak diikutkan dalam penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrument telah dilakukan dengan niali relibialitas Cronbach’s Alpha 0.979 (>0,60) karena responden yang digunakan dalam uji reliabilitas ada 10 responden dan dikatakan reliabel.

H. Cara pengumpulan Data

(54)

treatment pada awal minggu ke 2. Treatment dilakukan oleh 2 orang

dosen yang mana sebelumnya dilakukan apersepsi terhadap pelaksanaan treatment dengan menggunakan modul conference. Treatment dilakukan pada awal minggu setiap 1 minggu sekali,

sebanyak 5x selama stase komunitas. Responden diberikan posttest setelah rangkaian treatment selesai pada minggu terakhir stase komunitas dan dilakukan observasi ke 2 oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi pengukuran sikap tanggung jawab.

Kemudian setelah selesai peneliti melakukan analisa data yang telah didapatkan selama treatment. Treatment yang dilakukan menggunakan metode conference dengan tahapan sebagai berikut: a. Diskusi diawali dengan mahasiswa mempresentasikan materi

conference.

b. Kelompok melakukan analisis kritis terhadap masalah serta mencari pendekatan alternatife dan kreatif.

c. Mendiskusikan isu-isu yang mempengaruhi praktik yang relevan dengan praktik keperawatan.

d. Pemberian umpan balik dari pembimbing lapangan dan atau dosen pengajar, serta self evaluation dari masing-masing anggota kelompok.

(55)

Alur tahapan penelitian tergambar dalam gambar 3.2. berikut ini:

I. Pengolahan dan Metode Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:

a. Editing

Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data diantaranya kelengkapan identitas, kelengkapan lembar kuesioner, dan kelengkapan pengisian kuesioner pada tiap-tiap responden. Editing dilakukan pada semua instrument penelitian yang ada terhadap kelengkapan maupun kesalahan dalam pengisian yang mana hal ini dilakukan dilapangan sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangan dapat langsung dilengkapi.

b. Coding

Coding dilakukan peneliti pada masing-masing variable karakteristik responden yang meliputi: untuk jenis kelamin dengan kode 1 laki-laki dan 2 perempuan; umur 22 th kode 1, untuk umur dengan umur 23 th kode 2, umur 24 th kode 3, umur

Populasi

Mahasiswa stase komunitas Profesi ners angkatan VII

Sampel

purposive sampling: 16 mahasiswa

Perlakuan dengan metode conference

Postest : pengukuran sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas

profesi pada stase komunitas setelah pemberian metode conference

Analisa Data Menggunakan Wilcoxon test

Pretest: pengukuran sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada

stase komunitas sebelum pemberian metode

conference

(56)

27 th kode 4, umur 29 th kode 5; untuk agama dengan agama Islam kode 1 dan non Islam kode 2; asal daerah dengan kode 1 Jawa dan kode 2 luar Jawa; untuk dosen idola dengan kode 1 mengidolakan dosen “a” dan “b”, kode 2 mengidolakan dosen “a”dan “c”, kode 3 mengidolakan dosen “a”dan “d”; dan untuk perasaan dengan kode 1 menyenangkan, kode 2 biasa-biasa saja, dan kode 3 tidak menyenakan. Kode sikap responden 1 sangat baik, kode 2 baik, kode 3 cukup, kode 4 kurang dan kode 5 sangat kurang.

c. Data Entry (memasukkan data) atau Processing

Pada tahap ini peneliti melakukan pemasukan data yang berupa jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program atau software komputer untuk dianalisis, dengan menggunakan software SPSS 16.

d. Cleaning

Proses ini peneliti memeriksa kembali data-data yang telah masuk dalam computer dan melakukan pembersihan data yang tidak berguna.

2. Metode Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan komputer menggunakan program statistik SPSS 16.

a. Analisa Univariat

(57)

b. Analisa Bivariat

Penelitian ini dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan Welcoxon test dari hasil pengukuran pretest dan posttest pemberian metode conference terhadap sikap tanggung

jawab mahasiswa, yang dilakukan terhadap 2 data berasal dari angket dan observasi, dari kedua data ini dikonfersikan kedalam skala 100 untuk memudahkan dalam analisis data.

J. Etika Penelitian

1. Persetujuan subjek penelitiaan (inform concent)

Peneliti telah memeinta persetujuan respoden (dalam penelitian ini adalah mahasiswa) dengan menjelaskan manfaat penelitian, kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan, maanfaat yang didapatkan mahasiswa, serta jaminan anonimitas dan kerahasiaan. Mahasiswa berhak menolak atau menyetujui untuk menjadi subjek penelitian. Inform concent dilakukan sebelum dilakukan pretest dan penerapan metode conference. Seluruh responden menandatangani inform concent

yang diberikan setelah penjelasan. 2. Privacy atau anonymity

Peneliti telah menjaga kerahasiaan identitas dan informasi yang diberikan oleh respon, kecuali diminta karena untuk kepentingan proses hukum. Untuk menjaga kerahasiaan tersebut peneliti telah menggunakan coding atau pengkodean untuk mengganti identitas responden.

(58)

Seluruh informasi responden dalam penelitian ini yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset.

(59)

A. Hasil Penelitian

1. Diskripsi Tempat Penelitian

(60)

2. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa stase komunitas Profesi Ners angkatan VII di FIK UNISSULA yang berjumlah 16 orang mahasiswa. Distribusi karakteristik responden yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut yang tertera pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Agama, Jenis Kelamin, Daerah Asal, Dosen Idola dan Perasaan Responden Belajar Di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang (N=16)

Variable f %

Umur

- 22 tahun - 23 tahun - 24 tahun - 27 tahun - 29 tahun

3 5 5 2 1 18,7 31,3 31,3 12,5 6,2 Agama

- Islam 16 100

Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan 5 11 31,25 68.75 Daerah Asal - Jawa - Luar Jawa

9 7

56,25 43,75

Dosen Idola

- a & b - a & c - a & d

3 4 9 18,75 25,00 56,25 Perasaan - Menyenangkan - Biasa saja

- Tidak menyenangkan

12 4 - 75 25 -

Sumber: Primer, 2016

[image:60.516.124.429.287.545.2]
(61)

68,75% adalah perempuan, dengan daerah asal dari daerah jawa 56,25%, dosen idola 100% responden memilih dosen “a” dan 56,25% memilih dosen “b”, sedangkan untuk perasaan responden, ada 75% responden yang memilih menyenangkan.

b. Sikap Tanggung Jawab Responden Sebelum dan Sesudah

Intervensi

Sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas sebelum dan sesudah dilakukan metode conference tergambar pada tabel 4.2. sebagai berikut. Tabel 4.2 Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam

Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas Sebelum dan Sesudah Intervensi (N=16)

Variabel Sikap Tanggung

Jawab

Sebelum Intervensi Setelah Intervensi

f % f %

Sangat Baik Baik Cukup Kurang - 8 4 4 - 50.0 25.0 25.0 14 2 - - 87.5 12.5 - -

Total 16 100.0 16 100.0

Sumber: Primer, 2016

Tabel 4.2. menunjukkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas sebelum dilakukan intervensi berada pada kategori baik sejumlah 50%. Sedangkan setelah dilakukan intervensi, sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas berada pada kategori sangat baik ada 87,5%.

3. Analisis Bivariat

a. Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung

Jawab Mahasiwa

[image:61.516.128.438.298.403.2]
(62)

komunitas diukur dengan menggunakan Wilcoxon test, dengan mendapatkan hasil yang tertera pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas (N=16)

Sikap Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

P value

Sebelum

Intervensi - 8 4 4 -

0.001

Setelah

Intervensi 14 2 - - -

Sumber: Primer, 2016

Tabel 4.3. menunjukkan metode conference berpengaruh terhadap sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas dengan nilai P<0,05.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Tanggung Jawab

Mahasiswa

Hasil analisa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Uji Korelasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa Dalam Menjalankan Tugas Profesi Pada Stase Komunitas (N=16)

variabel r Signifikansi

P Value

Conference -0,801 0,000

Usia -0,256 0,257

Jenis Kelamin -0,092 0,710

Daerah Asal -0,

Gambar

Tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait