• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNISSULA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNISSULA"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE

CONFERENCE

TERHADAP

SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM

MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA

STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS

ILMU KEPERAWATAN

UNISSULA

TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Nutrisia Nu’im Haiya

20141050040

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

(2)

PENGARUH METODE

CONFERENCE

TERHADAP

SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM

MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA

STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS

ILMU KEPERAWATAN

UNISSULA

TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Nutrisia N

u’im H

aiya

20141050040

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis

PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU

KEPERAWATAN UNISSULA

Telah diujikan pada tanggal: 10 November 2016

Oleh :

NUTRISIA NU’IM HAIYA 20141050040

Penguji Dr. Suryanto

Moh. Afandi., S.Kep., Ns, MAN

Dr. Titih Huriah., Ns., M.Kep.Sp.Kep.K.

(………) (………) (………)

Mengetahui

Ketua Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Nutrisia Nu’im Haiya

NIM : 20141050040

Program Studi : Magister Keperawatan

Fakultas : Program Pascasarjana

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwasanya Tesis saya ini merupakan

hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi di manapun. Sumber atau kutipan yang berasal dari

karya penulis lain, baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka Tesis ini. Apabila

dikemudian hari terbukti bahwa Tesis ini hasil karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.

Yogyakarta,

Agustus 2016

Tertanda

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah Segala Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmad serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Tesis yang berjudul “Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung

Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas di

Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA”.

Penyusunan Tesis ini sebagai syarat dalam menyelesaikan Program

Magister Keperawatan, yang tidak lepas dari dukungan berbagai pihak

sehingga terselesaikan dengan baik Tesis ini. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ahmad Nurmandi selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

2. Fitri Arofiati, S.Kep.,Ns.,MAN.,Ph.D. selaku Ketua Program Magister

Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

3. Dr. Suryanto dan Moh. Afandi, S.Kep.,Ns.,MAN. selaku dosen

pembimbing yang telah membimbing, memberikan masukan serta saran

dalam penyempurnaan Tesis ini.

4. Dr. Titih Huriah., Ns., M. Kep.Sp.Kep.K selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

5. Seluruh dosen dan karyawan Program Magister Keperawatan Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta baik yang terlibat

langsung maupun yang tidak langsung dalam membantu terselesaikannya

Tesis ini.

6. Iwan Ardian, SKM.,M.Kep. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

(6)

melakukan pengambilan data di Fakultas Ilmu Keperawtan Universitas

Islam Sultan Agung Semarang.

7. Keluarga (Suami tercinta dan anak-anakku sayang) yang selalu mendukung

dan membantu penulis dalam bentuk apapun, serta kedua orangtua dan

mertua yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam penyusunan

Tesis ini.

8. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan

Tesis ini.

9. Seluruh teman Magister Keperawatan angkatan 5 yang saling dukung

semangat lulus 2016.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan Tesis ini.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih

banyak kekurangan disana sini dan masih berharap menerima masukan saran

dari pembaca. Dan penulis berharap Tesis ini dapat memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, Agustus

2016

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penelitian Terkait ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

B. Kerangka Teori ... 27

C. Kerangka Konsep ... 28

(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Definisi Oprasional ... 33

F. Istrumen Penelitian... 34

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

H. Cara pengumpulan Data ... 36

I. Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 38

J. Etika Penelitian ... 40

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Diskripsi Tempat Penelitian ... 41

2. Analisis Univariat ... 42

3. Analisis Bivariat ... 43

B. Pembahasan ... 47

1. Karakteristik Responden ... 47

2. Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas ... 47

(9)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Tanggung Jawab

Mahasiswa ... 50

5. Evaluasi Pelaksanaan Conference ... 51

6. Indikator Sikap Tanggung Jawab ... 52

C. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian ... 53

1. Kekuatan Penelitian ... 53

2. Keterbatasan Penelitian ... 54

D. Implikasi Hasil Penelitian dalam Keperawatan ... 54

BAB V SIMPULAN dan SARAN ... 57

A. Simpulan ... 57

B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terdahulu………....………..….…..…. ... 6

Tabel 3.1. Definisi Operasional………..………...……….…..33

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden yang meliputi umur,

agama, jenis kelamin, daerah asal, dosen idola dan perasaan

responden belajar di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam

Sultan Agung Semaran....….……….………..42

Tabel 4.2. Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas

Profesi pada Stase Komunitas Sebelum dan Sesudah

Intervensi…...…. ... 43

Tabel 4.3. Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung Jawab

Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase

Komunita...……….44

Tabel 4.4. Uji Korelasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Tanggung

Jawab Mahasiswa Dalam Menjalankan Tugas Profesi Pada Stase

Komunitas ………….………. ... 44

Tabel 4.5. Perbedaan Nilai Evaluasi Pelaksanaan Conference 1 Sampai dengan

5 Di Stase Komunitas ………..……….….………. ....45

Tabel 4.6. Perbedaan Indikator Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa Sebelum

dan Sesudah Intervensi Dalam Menjalankan Tugas Profesi Pada

Stase

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Teori……….………. ... 27

Gambar2.2. Kerangka Konsep………..………...28

Gambar 3.1. Desain Penelitian………….……….………..……….31

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Angket Karakteristik Responden

Lampiran 3 : Lembar Angket Sikap Tanggung Jawab

Lampiran 4 : Lembar Observasi Sikap Tanggung Jawab

Lampiran 5 : Modul Conference

Lampiran 6 : Lembar Penjelasan Penelitian kepada Responden

Lampiran 7 : Lembar Uji Etik

Lampiran 8 : Lembar Hasil Analisis Data

Lampiran 9 : Lembar Kartu Bimbingan

(13)

ABSTRAK

PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU

KEPERAWATAN UNISSULA

Nutrisia Nu’im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2

Latar Belakang: Sikap tanggungjawab merupakan salah satu manifestasi tindakan nyata dari karakter alamiah seseorang yang bermoral atau berakhlak mulia dalam merespon suatu stimulus. Metode conference merupakan bagian dari metode pembelajaran lapangan yang diharapkan dapat memupuk dan meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi sehingga seluruh mahasiswa dapat mencapai kompetensi praktik keperawatan pada stase komunitas. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh metode conference terhadap sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan Pre-Experimental One Group Pretest Posttest Design, pemilihan sampel penelitian menggunakan purposive sampling 16 mahasiswa profesi ners pada stase komunitas. Penelitian dilakukan selama 6 minggu dalam satu stase komunitas, di minggu pertama dilakukan observasi dan minggu kedua mulai pelaksanaan conference. Pretest dan posttest dilakukan 1 kali sebelum dan sesudah 5 kali pelaksanan metode conference.

Hasil: Analisis penelitian ini menggunakan Wilcoxon test dengan hasil signifikan p value 0,000. Nilai pretest sikap tanggung jawab dalam penelitian ini kategori kurang 25%, cukup 25% dan baik 50%, setelah pelaksanaan metode conference nilai sikap tanggung jawab dalam kategori baik 12,5% dan sangat baik 87,5%.

Kesimpulan: Metode conference dapat meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase keperawatan komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA

Kata kunci: metode conference, sikap tanggung jawab mahasiswa, stase komunitas

(14)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CONFERENCE METHOD TOWARD CO- NURSES’ ATTITUDE OF RESPONSIBILITY IN PERFORMING THEIR PROFESIONAL WORKS ON COMMUNITY STAGE IN

FACULTY OF NURSING UNISSULA

Nutrisia Nu'im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2

Background: The responsibility comprises an attitude that becomes one of the manifestations of the real conducts of the natural noble person in response to stimulus. Thus, the responsible nature need to be nurtured. Conference method that is a part of nursing field works is expected to nurture and increase co- nurses’ responsibility attitude in performing their profesional works so that they can master pratical nursing competence at community stage. The study aimed to analyse the influence of conference method toward co-nurses’ responsibilities in peforming their professional work at comunnity stage. Methods: This study used a quantitative method with Pre-Experimental Design One group pretest posttest, the selection of the sample used purposive sampling of 16 co-nurse in the community stage. Pre test and post test were carried out once before and after the implementation of conference method for five times. The duration of conference method implementation was for six weeks.

Results: This analysis used the results of Wilcoxon test with a significance of p value 0,000. The pretest score on their responsibility attitude in the research before the implementation of conference methods showed that 25 % participants were in low category, 25% in medium category, 50% in good category, and none in very good category. After the implementation of the conference method, posttest score indicated that none of them was included in low and medium category, and 12.5% in good category. Significant increase existed in the very good category since there were 87,5% respondents included in this category.

Conclusion: The conference method can improve the co-nurses’ responsibility to perform their professional works on community stage at the Faculty of Nursing UNISSULA

Keywords: conference methods, co-nurses’ attitude of responsibility, community stage

(15)
(16)

PENGARUH METODE

CONFERENCE

TERHADAP

SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM

MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA

STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS

ILMU KEPERAWATAN

UNISSULA

TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Nutrisia N

u’im H

aiya

20141050040

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

(17)

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis

PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU

KEPERAWATAN UNISSULA

Telah diujikan pada tanggal: 10 November 2016

Oleh :

NUTRISIA NU’IM HAIYA 20141050040

Penguji Dr. Suryanto

Moh. Afandi., S.Kep., Ns, MAN

Dr. Titih Huriah., Ns., M.Kep.Sp.Kep.K.

(………) (………) (………)

Mengetahui

Ketua Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(18)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Nutrisia Nu’im Haiya

NIM : 20141050040

Program Studi : Magister Keperawatan

Fakultas : Program Pascasarjana

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwasanya Tesis saya ini merupakan

hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi di manapun. Sumber atau kutipan yang berasal dari

karya penulis lain, baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka Tesis ini. Apabila

dikemudian hari terbukti bahwa Tesis ini hasil karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.

Yogyakarta,

Agustus 2016

Tertanda

(19)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah Segala Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmad serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Tesis yang berjudul “Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung

Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas di

Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA”.

Penyusunan Tesis ini sebagai syarat dalam menyelesaikan Program

Magister Keperawatan, yang tidak lepas dari dukungan berbagai pihak

sehingga terselesaikan dengan baik Tesis ini. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ahmad Nurmandi selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

2. Fitri Arofiati, S.Kep.,Ns.,MAN.,Ph.D. selaku Ketua Program Magister

Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

3. Dr. Suryanto dan Moh. Afandi, S.Kep.,Ns.,MAN. selaku dosen

pembimbing yang telah membimbing, memberikan masukan serta saran

dalam penyempurnaan Tesis ini.

4. Dr. Titih Huriah., Ns., M. Kep.Sp.Kep.K selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

5. Seluruh dosen dan karyawan Program Magister Keperawatan Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta baik yang terlibat

langsung maupun yang tidak langsung dalam membantu terselesaikannya

Tesis ini.

6. Iwan Ardian, SKM.,M.Kep. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

(20)

melakukan pengambilan data di Fakultas Ilmu Keperawtan Universitas

Islam Sultan Agung Semarang.

7. Keluarga (Suami tercinta dan anak-anakku sayang) yang selalu mendukung

dan membantu penulis dalam bentuk apapun, serta kedua orangtua dan

mertua yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam penyusunan

Tesis ini.

8. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan

Tesis ini.

9. Seluruh teman Magister Keperawatan angkatan 5 yang saling dukung

semangat lulus 2016.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan Tesis ini.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih

banyak kekurangan disana sini dan masih berharap menerima masukan saran

dari pembaca. Dan penulis berharap Tesis ini dapat memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, Agustus

2016

(21)

DAFTAR ISI

JUDUL

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penelitian Terkait ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

B. Kerangka Teori ... 27

C. Kerangka Konsep ... 28

(22)

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31 C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Definisi Oprasional ... 33

F. Istrumen Penelitian... 34 G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

H. Cara pengumpulan Data ... 36

I. Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 38 J. Etika Penelitian ... 40

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41 1. Diskripsi Tempat Penelitian ... 41

2. Analisis Univariat ... 42

3. Analisis Bivariat ... 43 B. Pembahasan ... 47

1. Karakteristik Responden ... 47 2. Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas

Profesi pada Stase Komunitas ... 47 3. Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung Jawab

(23)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Tanggung Jawab

Mahasiswa ... 50 5. Evaluasi Pelaksanaan Conference ... 51

6. Indikator Sikap Tanggung Jawab ... 52

C. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian ... 53

1. Kekuatan Penelitian ... 53 2. Keterbatasan Penelitian ... 54

D. Implikasi Hasil Penelitian dalam Keperawatan ... 54

BAB V SIMPULAN dan SARAN ... 57

A. Simpulan ... 57 B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

(24)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terdahulu………....………..….…..…. ... 6

Tabel 3.1. Definisi Operasional………..………...……….…..33

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden yang meliputi umur,

agama, jenis kelamin, daerah asal, dosen idola dan perasaan

responden belajar di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam

Sultan Agung Semaran....….……….………..42

Tabel 4.2. Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas

Profesi pada Stase Komunitas Sebelum dan Sesudah

Intervensi…...…. ... 43

Tabel 4.3. Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung Jawab

Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase

Komunita...……….44

Tabel 4.4. Uji Korelasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Tanggung

Jawab Mahasiswa Dalam Menjalankan Tugas Profesi Pada Stase

Komunitas ………….………. ... 44

Tabel 4.5. Perbedaan Nilai Evaluasi Pelaksanaan Conference 1 Sampai dengan

5 Di Stase Komunitas ………..……….….………. ....45

Tabel 4.6. Perbedaan Indikator Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa Sebelum

dan Sesudah Intervensi Dalam Menjalankan Tugas Profesi Pada

Stase

(25)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Teori……….………. ... 27

Gambar2.2. Kerangka Konsep………..………...28

Gambar 3.1. Desain Penelitian………….……….………..……….31

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Angket Karakteristik Responden

Lampiran 3 : Lembar Angket Sikap Tanggung Jawab

Lampiran 4 : Lembar Observasi Sikap Tanggung Jawab

Lampiran 5 : Modul Conference

Lampiran 6 : Lembar Penjelasan Penelitian kepada Responden

Lampiran 7 : Lembar Uji Etik

Lampiran 8 : Lembar Hasil Analisis Data

Lampiran 9 : Lembar Kartu Bimbingan

(27)

ABSTRAK

PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU

KEPERAWATAN UNISSULA

Nutrisia Nu’im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2

Latar Belakang: Sikap tanggungjawab merupakan salah satu manifestasi tindakan nyata dari karakter alamiah seseorang yang bermoral atau berakhlak mulia dalam merespon suatu stimulus. Metode conference merupakan bagian dari metode pembelajaran lapangan yang diharapkan dapat memupuk dan meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi sehingga seluruh mahasiswa dapat mencapai kompetensi praktik keperawatan pada stase komunitas. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh metode conference terhadap sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan Pre-Experimental One Group Pretest Posttest Design, pemilihan sampel penelitian menggunakan purposive sampling 16 mahasiswa profesi ners pada stase komunitas. Penelitian dilakukan selama 6 minggu dalam satu stase komunitas, di minggu pertama dilakukan observasi dan minggu kedua mulai pelaksanaan conference. Pretest dan posttest dilakukan 1 kali sebelum dan sesudah 5 kali pelaksanan metode conference.

Hasil: Analisis penelitian ini menggunakan Wilcoxon test dengan hasil signifikan p value 0,000. Nilai pretest sikap tanggung jawab dalam penelitian ini kategori kurang 25%, cukup 25% dan baik 50%, setelah pelaksanaan metode conference nilai sikap tanggung jawab dalam kategori baik 12,5% dan sangat baik 87,5%.

Kesimpulan: Metode conference dapat meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase keperawatan komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA

Kata kunci: metode conference, sikap tanggung jawab mahasiswa, stase komunitas

(28)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CONFERENCE METHOD TOWARD CO- NURSES’ ATTITUDE OF RESPONSIBILITY IN PERFORMING THEIR PROFESIONAL WORKS ON COMMUNITY STAGE IN

FACULTY OF NURSING UNISSULA

Nutrisia Nu'im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2

Background: The responsibility comprises an attitude that becomes one of the manifestations of the real conducts of the natural noble person in response to stimulus. Thus, the responsible nature need to be nurtured. Conference method that is a part of nursing field works is expected to nurture and increase co- nurses’ responsibility attitude in performing their profesional works so that they can master pratical nursing competence at community stage. The study aimed to analyse the influence of conference method toward co-nurses’ responsibilities in peforming their professional work at comunnity stage. Methods: This study used a quantitative method with Pre-Experimental Design One group pretest posttest, the selection of the sample used purposive sampling of 16 co-nurse in the community stage. Pre test and post test were carried out once before and after the implementation of conference method for five times. The duration of conference method implementation was for six weeks.

Results: This analysis used the results of Wilcoxon test with a significance of p value 0,000. The pretest score on their responsibility attitude in the research before the implementation of conference methods showed that 25 % participants were in low category, 25% in medium category, 50% in good category, and none in very good category. After the implementation of the conference method, posttest score indicated that none of them was included in low and medium category, and 12.5% in good category. Significant increase existed in the very good category since there were 87,5% respondents included in this category.

Conclusion: The conference method can improve the co-nurses’ responsibility to perform their professional works on community stage at the Faculty of Nursing UNISSULA

Keywords: conference methods, co-nurses’ attitude of responsibility, community stage

(29)

xii

ABSTRAK

PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU

KEPERAWATAN UNISSULA

Nutrisia Nu’im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2

Latar Belakang: Sikap tanggungjawab merupakan salah satu manifestasi tindakan nyata dari karakter alamiah seseorang yang bermoral atau berakhlak mulia dalam merespon suatu stimulus. Metode conference merupakan bagian dari metode pembelajaran lapangan yang diharapkan dapat memupuk dan meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi sehingga seluruh mahasiswa dapat mencapai kompetensi praktik keperawatan pada stase komunitas. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh metode conference terhadap sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan Pre-Experimental One Group Pretest Posttest Design, pemilihan sampel penelitian menggunakan purposive sampling 16 mahasiswa profesi ners pada stase komunitas. Penelitian dilakukan selama 6 minggu dalam satu stase komunitas, di minggu pertama dilakukan observasi dan minggu kedua mulai pelaksanaan conference. Pretest dan posttest dilakukan 1 kali sebelum dan sesudah 5 kali pelaksanan metode conference.

Hasil: Analisis penelitian ini menggunakan Wilcoxon test dengan hasil signifikan p value 0,000. Nilai pretest sikap tanggung jawab dalam penelitian ini kategori kurang 25%, cukup 25% dan baik 50%, setelah pelaksanaan metode conference nilai sikap tanggung jawab dalam kategori baik 12,5% dan sangat baik 87,5%.

Kesimpulan: Metode conference dapat meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase keperawatan komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA

Kata kunci: metode conference, sikap tanggung jawab mahasiswa, stase komunitas

(30)

xiii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CONFERENCE METHOD TOWARD CO-NURSES’ ATTITUDE OF RESPONSIBILITY IN PERFORMING

THEIR PROFESIONAL WORKS ON COMMUNITY STAGE IN FACULTY OF NURSING UNISSULA

Nutrisia Nu'im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2

Background: The responsibility comprises an attitude that becomes one of the manifestations of the real conducts of the natural noble person in response to stimulus. Thus, the responsible nature need to be nurtured. Conference method that is a part of nursing field works is expected to nurture and increase

co-nurses’ responsibility attitude in performing their profesional works so that they can master pratical nursing competence at community stage. The study aimed to analyse the influence of conference method toward co-nurses’ responsibilities in peforming their professional work at comunnity stage. Methods: This study used a quantitative method with Pre-Experimental Design One group pretest posttest, the selection of the sample used purposive sampling of 16 co-nurse in the community stage. Pre test and post test were carried out once before and after the implementation of conference method for five times. The duration of conference method implementation was for six weeks.

Results: This analysis used the results of Wilcoxon test with a significance of p value 0,000. The pretest score on their responsibility attitude in the research before the implementation of conference methods showed that 25 % participants were in low category, 25% in medium category, 50% in good category, and none in very good category. After the implementation of the conference method, posttest score indicated that none of them was included in low and medium category, and 12.5% in good category. Significant increase existed in the very good category since there were 87,5% respondents included in this category.

Conclusion: The conference method can improve the co-nurses’ responsibility to perform their professional works on community stage at the Faculty of Nursing UNISSULA

Keywords: conference methods, co-nurses’ attitude of responsibility, community stage

(31)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan tinggi keperawatan mempunyai tujuan

menghasilkan perawat yang professional. Dimana perguruan tinggi

tersebut sangat berperan dalam membina sikap, pandangan dan

kemampuan professional lulusan, sehingga diharapkan perawat

mampu bersikap dan berpandangan professional, berwawasan

keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah

keperawatan yang memadahi dan menguasai ketrampilan profesional

dengan baik dan benar. Perawat yang professional dapat tercipta

dengan di dukung oleh pemilihan metoda pembelajaran yang tepat,

serta lingkungan tempat praktik yang menjunjung tinggi budaya

komunitas professional keperawatan, yang menjadi salah satu fasilitas

utama dalam penyelenggaraan pembelajaran profesi keperawatan

(Nursalam, 2012)

Sikap tanggungjawab merupakan salah satu manifestasi

tindakan nyata dari karakter alamiah seseorang dalam merespon suatu

stimulus, dengan cara bermoral atau berakhlak mulia (Hanurawan,

2012; Kensiwi, et.al, 2013). Sikap tanggung jawab yang tinggi

seorang perawat menjadikan sistem berjalan dengan baik, karena

seluruh tugas perawat bertumpu pada sikap tanggung jawab dan

kejujuran yang tinggi. Ketika perawat sudah tidak mempunyai sikap

tanggung jawab maka sistem pelayanan kesehatan pasti hancur. Tidak

adanya tanggung jawab dapat merusak semua sistem dan tatanan

pelayanan kesehatan baik yang ada di institusi ataupun di masyarakat

(32)

yang sedang di hadapi bangsa Indonesia saat ini seperti krisis moral,

korupsi di semua tatanan, penurunan karakter bangsa, salah satunya

karena rendahnya sikap tanggungjawab.

Penelitian tentang peningkatan sikap tanggung jawab dan

kemandirian telah dilakukan oleh Nursa’ban (2013) dan juga dilakukan oleh Aprilia (2014) yang menunjukkan hasil prestasi

mahasiswa pendidikan biologi dipengaruhi oleh tanggung jawab,

kemandirian, keaktifan dan kesadaran dalam proses pembelajaran.

Didukung pula oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Masrukhin (2013) didapatkan hasil proses pembentukan karakter

sangat mempengaruhi cara pandang individu terhadap diri dan

lingkungannya, yang tercermin dalam perilaku sehari-hari. Nasrudin

(2015) melalui penelitiannya tentang pengembangan model

pendidikan karakter berdasarkan sifat fitrah manusia, menyatakan

bahwa pengembangan model karakter tersebut diterima oleh dosen

dan mahasiswa. Pernyataan Nasrudin tersebut didukung pula oleh

hasil penelitian Kensiwi et.al. (2012) pendidikan karakter dapat

menumbuhkan niai-nilai karakter: tanggung jawab sehingga mampu

meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di FIK

UNISSULA didapatkan data sistem yang berjalan di Stase Komunitas

menggunakan beberapa rotasi atau gelombang dari 1 angkatan Profesi

ners. Satu angkatan ini dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap

kelompok menjadi 1 gelombang dalam 1 wilayah RW. Wilayah RW

yang telah digunakan kelompok sebelumnya tidak digunakan oleh

kelompok berikutnya.

Metode pembelajaran yang berjalan di Stase Komunitas

masih menggunakan sistem konvensional dimana proses

(33)

3

sempurna, pada saat musyawarah warga dan implementasi kegiatan

yang dilakukan mahasiswa pembimbing datang untuk mendampingi.

Kemudian kegiatan pre post conference dilakukan oleh mahasiswa

secara mandiri dalam kelompok dan pendokumentasiannya belum

terarah.

Berdasarkan observasi pembimbing lebih dari 40%

mahasiswa di Stase Keperawatan Komunitas tidak memahami tugas

dan tanggung jawabnya dalam menjalankan praktik seperti tanggung

jawab pembuatan askep, pelaksanaan musyawarah warga, pembuatan

pre planning kegiatan dan lain-lain, mahasiswa terlihat pasif, dan

kelompok biasanya mengandalkan ketua serta beberapa orang

mahasiswa lain yang lebih aktif.

Vezeau (2015) menyampaikan metode conference sangat

popular dalam keperawatan namun masih sangat jarang literature dan

penelitian yang terkait dengan conference tersebut. Metode

conference atau clinical conference ini kemungkinan tidak banyak

yang mengenalnya bahkan menggunakannya, dari hasil observasi

lapangan, beberapa pembimbing klinik menyampaikan conference

yang dikenal dan biasa digunakan dalam proses pembelajaran klinik

adalah preconference dan postconference. Pembimbing klinik

tersebut beranggapan preconference dan postconference inilah yang

dimaksud conference atau clinical conference. Namun metode ini

telah dikenalkan di Amerika oleh Flynn bersama dengan

teman-temannya, pada tahun 1981 dengan penelitiannya yang memaparkan

teknik pembelajaran strategis dalam pembelajaran klinik yang sangat

disenangi mahasiswa dan pembimbing. Yang mana menurut

Rosenblum (1995) clinical conference dapat memfasilitasi

(34)

dan lebih banyak hal yang dapat dipelajari dalam metode ini, antara

lain pembentukan karakter.

Oleh sebab itu perlu adanya metode pembelajaran lapangan

yang lebih kreatif dan inovatif yaitu dengan menggunakan metode

conference, yang diambil dari teori clinical conference yang mana

tidak banyak penelitian yang dilakukan terhadap metode

pembelajaran ini. Diharapkan dengan metode pembelajaran

conference dapat memupuk dan meningkatkan sikap tanggung jawab

mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi, sehingga kompetensi

praktik keperawatan pada stase komunitas dapat tercapai oleh semua

mahasiswa.

Pembentukan sikap tanggung jawab yang merupakan bagian

dari pembentukan karakter yang bermoral dan berakhlak mulia adalah

merupakan beban dan tanggung jawab bersama. Terlebih sebagai

seorang pendidik yang menjadi bagian dari institusi pendidikan

mempunyai tugas yang sangat besar dalam mendidik anak didiknya

agar mempunyai karakter yang mulia. Berdasarkan beberapa hal

tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Metode Conference terhadap Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa

dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas di Fakultas

Ilmu Keperawatan UNISSULA”.

B. Rumusan Masalah

“Apakah terdapat pengaruh metode conference terhadap sikap tanggung jawab mahasiswa pada stase komunitas di Fakultas

(35)

5

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh metode conference terhadap sikap

tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi stase

keperawatan komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Islam Sultan Agung (UNISSULA).

2. Tujuan khusus

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang ada, maka tujuan

khusus dari penelitian ini yaitu:

a. Mengidentifikasi sikap tanggung jawab mahasiswa dalam

menjalankan tugas profesi pada stase komunitas di Fakultas

Ilmu Keperawatan UNISSULA.

b. Mengetahui hasil pretest dan posttest sikap tanggung jawab

mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase

komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA

sebelum dan sesudah pelaksanaan conference.

c. Menganalisis pengaruh metode conference terhadap sikap

tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi

pada stase komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan

UNISSULA.

D. Manfaat Penelitian 1. Aspek teoritis

Menambah wahana kekayaan khasanah ilmu keperawatan pada

umumnya, dan khususnya dapat dijadikan matrial dasar

pengembangan metode pembelajaran dalam nursing education.

2. Aspek praktis

(36)

Sebagai bahan masukan dalam penyusunan kurikulum mikro

pada profesi ners yaitu tentang metode pembelajaran terlebih

lagi dalam stase komunitas.

b. Bagi institusi pendidikan

Dapat dijadikan dasar acuan dalam mengembangkan metode

pembelajaran di klinik bagi pendidikan profesi ners.

c. Bagi peneliti lain

Sebagai salah satu acuan dalam melakukan penelitian terkait

yang dapat dilakukan, dan sebagai dasar pengembangan ilmu

dengan penelitian lebih lanjut.

[image:36.516.83.436.341.629.2]

E. Penelitian Terkait

Tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terdahulu

No. Penulis Judul Ringkasan Aspek Perbedaan

1. Vezeau (2015)

In Defense of Clinical Conferences in Clinical Nursing Education

Tahun 1995 waktu yang

dipakai untuk

conference 30% dari jam klinik yang ada tapi sekarang turun menjadi 10-15% saja. Conference dalam keperawatan sangat popular namun sangat sedikitnya literature dan penelitian tentang conference tersebut. Metode: literature review

Rekomendasi: melakukan

penelitian tentang conference keperawatan di tempat praktik pendidikan keperawatan.

2. Rosenblum, et.al. (1995)

The Pedagogic Characteristics of a Clinical Conference for Senior

Residents and Faculty

Tujuan: mengetahui karakteristik pedagogic clinical conference untuk senior pediatric resident dan fakultas yang dipilih

Responden: 19 senior resident dan 14 anggota fakultas

Desain: penelitian

Conference

(37)

7

No. Penulis Judul Ringkasan Aspek Perbedaan

kualitatif dengan rekaman video dan

kuesioner yang

dianalisis untuk

menemukan tema

pedagogik.

Hasil: 3 topik yaitu; apa pembelajaran yang difasilitasi? Apa yang telah dipelajari? Apa yang membuat proses belajar mengajar efektif? 3. Hsu (2007) Conducting

clinical postconference in clinical teacing: a qualitative study

Tujuan: mengeksplorasi persepsi perawat pendidik mengenai postconference klinik Metode: menggunakan penelitian kualitatif Hasil: temuan penelitian menunjukkan metode pembelajaran

postclinical conference sangat diminati

Conference

dilakukan di praktik komunitas menggunakan desain kuantitatif

4. Nursa’ban (2013)

Peningkatan sikap tanggung

jawab dan

kemandirian belajar mahasiswa melalui metode tutorial di jurusan pendidikan geografi

Metode yang digunakan tindakan kelas 2 siklus, pengumpulan data melalui angket dan

observasi, ada

peningkatan yang siknifikan yang berturut-turut pada sikap tanggung jawab dan kemandirian mulai dari kondisi awal, siklus pertama dan siklus ke-2.

Metode pembelajaran conference

dilakukan dilahan praktik pada mahasiswa keperawatan.

5 Kensiwi (2013)

Pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan pendekatan humanistic bermuatan pendidikan karakter materi bilangan komleks

Pengembangan

pembelajaran model kooperatif tipe TSTS dengan pendekatan humanistic pendidikan berkarakter materi bialngan komlek yang dilakukan di politeknik ilmu pelayaran. Hasil penelitian: perangkat

Rekomendasi penelitian: perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut tentang nilai karakter

(38)

No. Penulis Judul Ringkasan Aspek Perbedaan yang dikembangkan

praktis dan valid, hasil tes pemahaman konsep pada kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas control

6. Nasrudin (2015)

Pengembangan model

pendidikan karakter berdasarkan sifat fitrah manusia

Penelitian menggunakan studi research and development (R&D). Focus penelitian adalah penggunaan model pendidikan karakter, teknik pengumpulan data validasi ahli, angket, wawancara dan observasi. Hasil penelitian bahwa model pendidikan karakter yang berdasarkan sifat fitrah manusia dapat diterima semua kalangan (dosen dan mahasiswa)

Pendidikan karakter dalam pendidikan keperawatan serasa perlu diteliti terlebih

(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Metode Pembelajaran Klinik

Menurut Nursalam (2012) metode pembelajaran klinik

program profesi ners ada beberapa macam, yaitu: eksperensial, proses

insident, conference, observasi dan bed side teaching.

a. Eksperensial

Metode pengajaran eksperensial memberikan pengalaman

yang langsung dari kejadian, baik melalui praktik klinis yang

melibatkan interaksi dengan klien yang nyata dan orang lain di

lapangan atau melalui pengalaman yang seperti kenyataan.

Pembelajaran berasal dari partisipasi actual pada kejadian yang

akan dipelajari. Metode eksperensial didasarkan pada konsep

pembelajaran fenomenologik.

b. Proses insident

Insiden harus berasal dari pengalaman klinik yang baru

dialami oleh peserta didik. Insiden harus dapat berorientasi pada

klien, staf, ataupun lingkungan. Oaring yang memimpin diskusi,

pengajar atau salah salah satu peserta didik, harus memiliki

pengetahuan mengenai insiden tersebut.

c. Observasi: fieltrip, ronde keperawatan, observasi lapangan,

demonstrasi.

Observasi terhadap pengalaman actual dilapangan atau

terhadap suatu peragaan yang diperlukan untuk belajar didapat

(40)

d. Bed-side Teaching

Metode pembelajaran klinik yang berada langsung

disamping atau bersama dengan klien.

e. Conference

Pertemuan atau konferensi klinik/ lapangan merupakan

bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa aspek praktik

klinik/ lapangan. Conference meningkatkan pembelajaran

pemecahan masalah yaitu bahwa kelompok akan melakukan

analisis kritis terhadap masalah dan mencari pendekatan

alternative dan kretif. Metode conference menjadikan peserta

didik dapat berbicara saat proses pemecahan masalah dan

menerima umpan balik langsung dari rekan sejawat (peerreview)

dan umpan balik langsung dari pengajar. Dalam satu conference,

kelompok peserta didik semakin terbuka terhadap berbagai

situasi yang ada di lapangan, yang mungkin banyaak diantaranya

belum pernah dialami peserta didik.

Conference juga dapat memberikan suatu kesempatan

untuk mendiskusikan isu-isu yang mempengaruhi praktik

keperawatan yang tidak harus berasal dari pengalaman klinis

namun masih relevan dengan praktik keperawatan. Peserta didik

dapat mempelajari isu-isu ekonomi, sosial, politik dan etik serta

implikasinya secara umum terhadap praktik keperawtan dan

secara khusus pada lingkungan tempat pengalaman praktik

dilakukan (Oermann & Gignac, 1991 dalam Reilly & Obermann,

2010).

Umpan balik langsung dari teman sejawat (peer review)

juga dapat dilakukan di dalam conference, menurut Kern, et.al

(2003) menggambarkan aplikasi peer review dalam kelas

(41)

teman-11

teman mereka sendiri dalam sebuah kelas conference terhadap

apa yang telah dilakukan dan dihasilkan oleh temannya tersebut.

Dan setiap mahasiswa mempunyai hak dan kewajiban yang sama

dalam conference tersebut.

Menurut Kern (2003) peer review merupakan salah satu

proses belajar yang efektif dalam paradigma pendidikan modern.

Begitu juga yang disampaikan Erickson (1987) peer review

merupakan strategi pembelajaran yang efektif dalam belajar

lapangan pada keperawatan komunitas.

Manfaat conference menurut Reilly dan Obermann (2010)

antara lain, yaitu:

1) Melakukan peer review, diskusi mengenai keprihatinan dan

analisis terhadap isu yang berkaitan dengan praktik.

2) Peserta didik memiliki kesempatan untuk saling berinteraksi

dan belajar bersama.

3) Meningkatkan kemampuan untuk merumuskan ide dan

mengungkapkannya dengan jelas.

4) Memberikan kesempatan peserta didik agar kontribusi

mereka diakui; meningkatkan keyakinan diri saat berinteraksi

dalam kelompok.

5) Memberikan tempat untuk melakukan penelitian mengenai

perasaan, sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi praktik.

6) Mengembangkan ketrampilan dalam proses kelompok.

Hubungan yang terbentuk antara pengajar dan peserta

didik di dalam kelompok untuk meningkatkan diskusi adalah

signifikansi karena peserta didik perlu kenyamanan terhadap

rekan sejawat dan partisipasi lain khususnya dengan pengajar

saat mengungkapkan perasaan dan pendapat mereka serta

(42)

pengajar seringkali mempengaruhi ikut atau tidaknya peserta

didik dalam conference serta kesediaan mereka untuk jujur dan

terbuka. Pendapat umum pengajar dapat mendukung atau

menyurutkan partisipasi peserta didik (Reilly & Obermann,

2010).

Menurut Reilly dan Obermann (2010) jenis-jenis

conference dalam pengajaran di lingkungan praktik klinik/

lapangan adalah: 1) preconference, postconference dan clinical

conference lainnya; 2) conference keperawatan dan multidisiplin.

Pre dan post conference berkaitan langsung dengan pengalaman

praktik klinik/ lapangan.

1) Preconference dan postconference langsung berkaitan dengan

pengalaman praktik. Preconference mempersiapkan peserta

didik untuk menjalani pengalaman praktik mereka di

lingkungan praktik. Membantu mereka mengidentifikasi

masalah klien, merencanakan perawatan, dan mengevaluasi

hasil. Dan memberikan cara bagi peserta didik untuk

mendiskusikan klien mereka dengan staf pengajar (dan

dengan rekan sejawat jika dalam bentuk kelompok).

Preconference dapat dilakukan secara perorangan atau

kelompok sesuai kebutuhan peserta didik, pilihan pengajar

dan konteks berlangsungnya pengalaman klinis/ lapangan

(tempat praktik).

2) Postconference berlangsung setelah praktik klinik, misalnya

diakhir sebuah pengalaman di lapangan atau setelah

pengalaman belajar tertentu diselesaikan oleh seorang atau

sekelompok peserta didik, contoh pengalaman observasi.

Diskusi pasca klinik ini memberikan kesempatan untuk

(43)

13

klinis diantara kelompok. Postconference memberikan

memberikan strategi yang efektif untuk berfikir secara kritis.

Keputusan yang dibuat peserta didik dan kemungkinan

alternatif lain, yang dihasilkan dalam diskusi, dapat diuji oleh

kelompok. Pengajar dan peserta didik dapat berfokus pada

proses pemikiran yang digunakan di dalam strategi klinis dan

strategi lain yang diajukan.

3) Clinical conference dapat digunakan untuk saling meninjau

dan mengkritik pekerjaan masing-masing. Penilaian rekan

sejawat memungkinkan peserta didik memperoleh

pengalaman dan ketrampilan dalam proses mengevaluasi

praktik orang lain, serupa yang terjadi dilingkungan kerja.

Dalam pertemuan yang ditujukan untuk menilai rekan

sejawat, kreteria untuk mengkritik pekerjaan orang lain harus

tegas dan dapat dimengerti oleh peserta didik. Selain itu,

peserta didik harus merasa nyaman satu sama lain dan

menghargai umpan balik dari rekan sejawatnya sehingga

proses bisa berjalan dengan efektif. Pengalaman dalam

penilaian rekan sejawat dalam proses pendidikan akan

mempersiapkan peserta didik saat melakukannya dipraktik

mereka sendiri.

2. Sikap Tanggung Jawab

Menurut Slameto (2013) faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar dapat dikelompokkan yaitu faktor

kognitif dan efektif. Faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik

kognitif: persepsi, perhatian, mendengarkan, ingatan, kesiapan dan

transfer, struktur kognitif, intelegensi, kreatifitas, dan daya kognitif.

(44)

motivasi dan kebutuhan, minat, konsep diri dan aspirasi, kecemasan

dan sikap.

Sikap tanggung jawab merupakan suatu rangkaian dari 2

pengertian, yaitu:

a. Sikap

Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan

menentukan bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi serta

menentukan apa yang dicari seseorang dalam kehidupan

(Slameto, 2013). Hanurawan (2012) juga menyampaikan sikap

adalah penilaian subjektif individu terhadap objek, pribadi,

tempat dan ide dalam memberikan respon secara kognitif, afektif,

dan prilaku dengan cara favourable dan unfavourable. Dengan

demikian sikap adalah merupakan suatu respon sesorang

terhadap sesuatu yang berupa objek, ide, tempat ataupun

seseorang baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor yang

memberikan penilaian secara subjektif dengan cara setuju atau

tidak setuju dan didapat dari proses belajar individu.

Sedangkan menurut Thomas & Znaniecki tahun 1920

sikap tidak hanya ditentukan semata-mata oleh aspek internal

psikologis individu melainkan melibatkan juga nilai-nilai yang

dibawa dari kelompoknya. Dan pendapat Allport pada tahun

1935 mengenai sikap merupakan kondisi mental dan neural yang

diperoleh dari pengalaman, yang mengarahkan dan secara

dinamis mempengaruhi respon-respon individu terhadap semua

objek dan situasi yang terkait (Wawan & Dewi, 2011).

Beberapa teori tentang sikap menurut Azwar (2015)

yaitu:

(45)

15

Heider menggunakan teori keseimbangan dalam

sikap yang ditentukan oleh 3 unsur penting yaitu; individu,

orang lain dan objek sikap. Ketiga unsur ini dikatakan

seimbang apabila hubungannya berjalan secara dinamis

tanpa tekanan sehingga tidak mengubah keadaan. Dan

apabila unsur-unsur tersebut mengalami ketidak seimbangan

maka akan timbul suatu kekuatan yang mendorong ketidak

seimbangan dalam pengembalian keseimbangan. Jika ini

terjadi dan pengembalian itu tidak tercapai maka akan

terjadi ketegangan, begitu sebaliknya jika perubahan terjadi

maka itu pada karakter dinamisnya atau fungsi hubungan

pada unsur-unsur yang bersangkutan (Azwar, 2011).

2) Teori kesesuaian Osgood dan Tannenbaum

Teori ini menjelaskan bahwa unsur-unsur kognitif

mempunyaivalensi positif dan negative dalam berbagai

intensitas, atau mempunyai valensi nol. Unsur-unsur yang

relevan satu sama lain dapat mempunyai hubungan positif

ataupun negative. Kesesuaian akan terjadi apabila semua

hubungan bervalensi nol atau 2 diantaranya bervalensi

negative dengan intensitas yang sama (Azwar, 2011).

3) Teori Disonansi kognitif Festinger

Teori ini di keluarkan oleh Festinger yang

memandang sikap berkaitan dengan prilaku yang nyata.

Festinger dalam teorinya ini mengungkapkan bahwa sikap

individu konsisten satu dengan yang lain dan dalam

bertindak juga konsiten satu dengan yang lain. Komponen

kognitif menurut Festinger mencakup pengetahuan,

pandangan, dan kepercayaan tentang lingkungan, seseorang

(46)

antara elemen-elemen kognitif. Dengan demikian teori

Festinger ini berpendapat sikap merupakan komponen

kognitif yang relevan ataupun tidak relevan tentang sesuatu

hal (Secord & Backman, 1964 dalam Wawan & Dewi,

2011).

4) Teori konsistensi afektif-kognitif Rosenberg

Teori yang dikeluarkan oleh Rosenberg ini melihat

hubungan antara komponen afektif dan komponen kognitif.

Kognitif dalam sikap juga mencakup kepercayaan antara

hubungan objek sikap dengan nilai yang ada pada diri

individu, sedang komponen afektif merupakan perasaan

yang timbul dalam diri seseorang yang menyertai sikap,

dapat berupa positif atau negatif. Rosenberg menegaskan

bahwa komponen afektif dan komponen kognitif

berhubungan secara konsisten. Hal ini menggambarkan

apabila seseorang mempunyai sikap positif terhadap suatu

objek maka indeks kognitifnya juga tinggi (Secord &

Backman, 1964 dalam Wawan & Dewi, 2011).

5) Teori Fungsional Katz

Teori ini menjelaskan sikap menolak atau menerima

perubahan didasari motivasional sikap itu sendiri, yaitu

fungsi sikap bagi individu itu sendiri (Azwar, 2011).

6) Teori tiga proses perubahan Kelman

Teori ini berbicara tentang konsepsi mengenai

berbagai cara atau proses yang sangat berguna dalam

memahami fungsi pengaruh sosial dalam perubahan sikap.

Ada 3 proses sosial yang berperan yaitu: kesedihan,

(47)

17

7) Teori nilai-ekspektansi

Teori ini mengemukakan rasa percaya ekspektansi

atau suatu harapan respon prilaku akan membawa kepada

segala sesuatu hal atau peristiwa (Azwar, 2011).

Macam-macam cara pembentukan sikap menurut Slameto

(2013) antara lain yaitu:

1) Pengalaman traumatik; pengalaman berulang-ulang atau

pengalaman yang disertai perasaan mendalam.

2) Melalui imitasi; ada model yang ditiru, hal ini lebih efektif

apabila dilakukan secara kelompok daripada sendirian.

3) Melalui sugesti; terpengaruh terhadap seseorang atau sesuatu

yang mengesankan dirinya.

4) Melalui identifikasi; didasari pada sifat keterikatan emosional

sehingga meniru seseorang atau organisasi/ badan yang

cenderung berusaha menyamai. Sering terjadi pada anak dengan

orang tua dan bawahan dengan pimpinan atau antar anggota

kelompok.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

sikap ada beberapa hal menurut pendapat Slameto (2013):

1) Lingkungan

2) Peran sikap terhadap kepribadian (seperti egodefensive)

3) Asas selektivitas

4) Prinsip mempertahankan keseimbangan

5) Kecenderungan kontak dengan hal yang membuat berubahnya

sikap.

(48)

Azwar (2015) juga berpendapat tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap yaitu:

1) Pengalaman pribadi

Seseorang yang telah atau sedang mengalami suatu hal

akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap

stimulus sosial. Tanggapan menjadi salah satu dasar

terbentuknya sikap. Untuk mempunyai tanggapan seseorang

harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek

psikologis. Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek

merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan

individu yang bersangkuatan, situasi dimana tanggapan terbentuk

dan atribut atau ciri-ciri objek yang dimiliki oleh stimulus.

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

Maka sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman

pribadi tersebutterjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan

pengalaman lebih mendalam dan lebih lama berbekas.

2) Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan sikap seseorang, kepribadian merupakan pola

prilaku konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement

yang dialami. Seseorang memiliki pola sikap dan prilaku tertentu

dikarenakan mendapat reinforcement dari masyarakat terhadap

sikap dan prilaku tersebut, bukan sikap dan prilaku yang lain.

Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis

pengarah sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah

(49)

19

yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi

anggota kelompok masyarakat.

3) Orang lain yang dianggap penting

Diantara orang yang dianggap penting bagi individu

adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman

sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan

lainnya. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki

sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang

dianggapnya penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh

keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

4) Media massa

Berbagai bentuk media masa mempunyai pengaruh besar

dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokok, media masa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya opini baru mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif

yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan

memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga

terbentuklan arah sikap tertentu.

5) Institusi/ lembaga pendidikan dan agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu

sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduannya meletakkan dasar pengertian dan konsep

moral dalam diri individu. Pemahamam akan baik dan buruk,

(50)

dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan

serta ajaran-ajarannya.

6) Faktor emosi dari dalam diri individu

Pembentukan sikap tidak semua ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi individu. Terkadang suatu

bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang

berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan

mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan

sikap yang sementara dan segera berlalu ketika frustasi telah

hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih

persisten dan bertahan lama.

Slameto (2013) menyampaikan beberapa metode yang dapat

digunakan untuk mengubah sikap, yaitu:

1) Mengubah komponen kognitif dari sikap individunya.

Caranya, memberikan informasi-informasi baru kepada objek

sikap, sehingga komponen kognitif menjadi luas, yang akan

merangsang komponen-komponen afektif dan tingkah laku.

2) Mengadakan kontak langsung dengan objek sikap

Komponen afektif dalam cara ini ikut dirangsang, dengan cara

ini keberhasilan akan sangat tipis terhadap individu yang

bersikap anti untuk berfikir lebih jauh tentang objek sikap yang

tidak disenangi.

3) Memaksa individu menampilkan tingkah laku – tingkah laku

(51)

21

Cara ini dilakukan dengan kekuatan hukum, dengan langsung

merubah komponen prilakunya.

Komponen dalam sikap menurut Suryani (2014), yaitu:

1) ketekunan,

2) kerajinan,

3) kepedulian,

4) kedisiplinan,

5) kerjasama dan

6) tanggung jawab.

Macam-macam pengukuran sikap menurut Azwar (2015)

adalah:

1) Observasi prilaku

Individu yang menampakkan prilaku yang konsisten

dapat disimpulkan bahwa individu mempunyai sikap yang

demikian, jadi sikap dapat ditafsirkan dari prilaku yang tampak.

dengan kata lain, untuk mengetahui sikap seseorang terhadap

sesuatu kita dapat memperhatikan prilakunya, sebab prilaku

merupakan salah satu indicator sikap individu.

2) Penanyaan langsung (direct questioning)

Asumsi yang mendasari metode ini guna pengungkapan

sikap pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan otang

yang paling tau mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah

asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan

secara terbuka apa yang dirasakannya.

3) Pengungkapan langsung (direct assessment)

Pengukuran dengan metode ini bisa menggunakan aitem

tunggal dan aitem ganda. Prosedur pengungkapan langsung

(52)

menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan

memberi tanda setuju dan tidak setuju. Sedangkan salah satu

bentuk pengungkapan langsung dengan menggunakan aitem

ganda adalah teknik diferensi semantik, yang dirancang untuk

mengungkapkan afek atau perasaan yang berkaitan dengan suatu

objek sikap. Diantara banyak dimensi atau faktor yang berkaitan

dengan sikap yang paling utama adalah dimensi evaluasi,

dimensi potensi, dan dimensi aktifitas. Dimensi-dimensi ini

disajikan dalam bentuk sifat yang bertentangan satu sama lain.

4) Skala sikap

Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report

yang dianggap paling dapat diandalkan adalah dengan

menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab

oleh individu yang disebut sekala sikap, yaitu berupa kumpulan

pernyataan yang mengenai suatu objek sikap, dari respon subjek

pada setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan

mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.

5) Pengukuran terselubung (covert measures)

Berorientasi pada metode observasi prilaku, tetapi

sebagai objek pengamatan bukan prilaku tampak yang disadari

atau sengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi

fisiologis yang terjadi lebih diluar kendali individu yang

bersangkutan.

b. Tanggung jawab

Kensiwi (2013) mengemukakan tanggung jawab merupakan

salah satu karakter alamiah manusia dalam merespon situasi yang

dimanifistasikan dalam tindakan nyata dengan cara yang bermoral.

Karakter yang bermoral juga bisa disebut akhlak mulia, dan budi

(53)

23

adalah jujur, menghormati orang lain, tidak memaksakan kehendak,

disiplin, mandiri, teliti dan karakter mulia yang lain.

Dapat disimpulkan sikap tanggung jawab adalah suatu respon

sesorang terhadap sesuatu yang berupa objek, ide, tempat ataupun

seseorang baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor dengan

karakter alamiah manusia yang memberikan penilaian secara

subjektif dengan cara yang bermoral yang didapat dari proses belajar

individu.

Indikator sikap tanggung jawab menurut Nursa’ban (2013);

Aprilia (2014) dalam jurnal pendidikan, adalah:

1) Keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran.

2) Kemauan mahasiswa merespon dan berkreasi.

3) Menghargai proses diskusi.

4) Kesadaran diri/ evaluasi diri.

5) Mengerjakan setiap aktifitas belajar sebaik mungkin.

6) Mengerjakan tugas individu dengan sebaik mungkin dan

mengusainya.

7) Mengerjakan setiap tugas kelompok secara bersama-sama dan

menguasainya.

8) Menyelesaikan dan mengumpulkan tugas tepat waktu.

Beberapa sumber menyebutkan bertanggung jawab

merupakan tingkatan sikap tertinggi. Menurut Notoatmodjo (1993

dalam Sunaryo 2013) dan Notoatmodjo (1996 dalam Wawan 2011)

tingkatan sikap terdiri dari:

1) Menerima (receiving)

Bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan atau objek.

(54)

Menjawab, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu

objek adalah indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsisible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu atas apa yang telah dipilih

dengan segala resiko yang ditimbulkan.

3. Stase Keperawatan Komunitas

Pendidikan profesi ners diharapkan menghasilkan lulusan

yang memiliki sikap, pengetahuan dan ketrampilan professional.

Sehingga dalam proses pendidikannya disusun berdasarkan 5 hal,

yaitu: penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; menyelesaikan

masalah secara ilmiah; sikap dan tingkah laku yang professional

dengan menumbuhkan dan membina kemampuan bersikap, bertindak

dan berfikir profesional; belajar aktif dan mandiri; dan menumbuhkan

serta membina ketrampilan dan sikap di masyarakat dengan

pengalaman yang dikembangkan di masyarakat (community based

learning) (Nurhidayah, 2009).

Program Profesi Ners (stase) adalah merupakan proses yang

harus dilalui mahasiwa keperawatan untuk menjadi perawat

professional yang merupakan proses transformasi mahasiswa untuk

peradaptasi terhadap perannya sebagai perawat professional di situasi

nyata pelayanan kesehatan klinik atau komunitas dalam melaksanakan

praktik professional dengan melaksanakan asuhan keperawatan

(askep) dengan benar, menerapkan pendekatan proses keperawatan,

menampilkan sikap tingkah laku professional dan menerapkan

(55)

25

Stase keperawatan komunitas dapat diartikan proses

transformasi mahasiswa keperawatan dalam praktik keperawatan

professional di masyarakat untuk menjadi perawat professional

komunitas, dengan mengemban tugas menerapkan nilai-nilai sikap

dan tingkahlaku yang baik, melaksanakan pendokumentasian askep

secara baik, menerapkan ketrampilan professional dengan pendekatan

proses keperawatan.

Capaian Pembelajaran Profesi Ners Stase Keperawatan

Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA tahun ajaran

Gambar

Tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai batasan dalam perhitungan digunakan harga Minimum Deparlure from Nucleate Boiling Ratio (MDNBR). MDNBR untuk reaktor yang ber-pendingin air biasanya harganya

Untuk melaksanakan kegiatan pencegahan, pemberantasan dan penanggulangan penyakit termasuk IMS.HIV.MALARIA DBD,TB,KUSTA secara efektif dan efisien, diperlukan data dasar

Kepekaan terhadap lingkungan (alam) dan berbagai bidang kehidupan, adalah bagian yang menjadi ukuran bahwa tasawuf tidak sekedar pemenuhan spiritual belaka, akan

Pembahasan hasil penelitian ini akan dibahas mengenai bagaimana menilai tingkat likuditas pada PT Indosat Tbk., dengan menggunakan Analisis rasio Laporan Arus Kas,

Dalam aplikasi pada robot EROS-2 control ini mengatur percepatan dan perlambatan dengan mengatur jumlah langkah pada masing tingkatan kecepatan diantara kecepatan awal

Nadalje, kod testiranja druge pomoćne hipoteze (H1.2.) također je korišten Kruskal Wallis test za analizu odgovora na tri potpitanja. test: x 2 =59,651; p=0,000) što

LAMPIRAN XVIII PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN.. PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN

Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh dua sistem pengendalian manajemen (Sistem Pengukuran Kinerja dan proses sosialisasi) terhadap kinerja