PENGARUH METODE
CONFERENCE
TERHADAP
SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM
MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA
STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS
ILMU KEPERAWATAN
UNISSULA
TESIS
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
Nutrisia Nu’im Haiya
20141050040
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA
PENGARUH METODE
CONFERENCE
TERHADAP
SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM
MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA
STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS
ILMU KEPERAWATAN
UNISSULA
TESIS
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
Nutrisia N
u’im H
aiya
20141050040
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis
PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN UNISSULA
Telah diujikan pada tanggal: 10 November 2016
Oleh :
NUTRISIA NU’IM HAIYA 20141050040
Penguji Dr. Suryanto
Moh. Afandi., S.Kep., Ns, MAN
Dr. Titih Huriah., Ns., M.Kep.Sp.Kep.K.
(………) (………) (………)
Mengetahui
Ketua Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Nutrisia Nu’im Haiya
NIM : 20141050040
Program Studi : Magister Keperawatan
Fakultas : Program Pascasarjana
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwasanya Tesis saya ini merupakan
hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi di manapun. Sumber atau kutipan yang berasal dari
karya penulis lain, baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka Tesis ini. Apabila
dikemudian hari terbukti bahwa Tesis ini hasil karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.
Yogyakarta,
Agustus 2016
Tertanda
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah Segala Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmad serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Tesis yang berjudul “Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung
Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas di
Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA”.
Penyusunan Tesis ini sebagai syarat dalam menyelesaikan Program
Magister Keperawatan, yang tidak lepas dari dukungan berbagai pihak
sehingga terselesaikan dengan baik Tesis ini. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ahmad Nurmandi selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
2. Fitri Arofiati, S.Kep.,Ns.,MAN.,Ph.D. selaku Ketua Program Magister
Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
3. Dr. Suryanto dan Moh. Afandi, S.Kep.,Ns.,MAN. selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing, memberikan masukan serta saran
dalam penyempurnaan Tesis ini.
4. Dr. Titih Huriah., Ns., M. Kep.Sp.Kep.K selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Program Magister Keperawatan Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta baik yang terlibat
langsung maupun yang tidak langsung dalam membantu terselesaikannya
Tesis ini.
6. Iwan Ardian, SKM.,M.Kep. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
melakukan pengambilan data di Fakultas Ilmu Keperawtan Universitas
Islam Sultan Agung Semarang.
7. Keluarga (Suami tercinta dan anak-anakku sayang) yang selalu mendukung
dan membantu penulis dalam bentuk apapun, serta kedua orangtua dan
mertua yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam penyusunan
Tesis ini.
8. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan
Tesis ini.
9. Seluruh teman Magister Keperawatan angkatan 5 yang saling dukung
semangat lulus 2016.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan Tesis ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih
banyak kekurangan disana sini dan masih berharap menerima masukan saran
dari pembaca. Dan penulis berharap Tesis ini dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, Agustus
2016
DAFTAR ISI
JUDUL
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
ABSTRACT ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Penelitian Terkait ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
B. Kerangka Teori ... 27
C. Kerangka Konsep ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Desain Penelitian ... 31
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
D. Variabel Penelitian ... 33
E. Definisi Oprasional ... 33
F. Istrumen Penelitian... 34
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36
H. Cara pengumpulan Data ... 36
I. Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 38
J. Etika Penelitian ... 40
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ... 41
A. Hasil Penelitian ... 41
1. Diskripsi Tempat Penelitian ... 41
2. Analisis Univariat ... 42
3. Analisis Bivariat ... 43
B. Pembahasan ... 47
1. Karakteristik Responden ... 47
2. Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas ... 47
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Tanggung Jawab
Mahasiswa ... 50
5. Evaluasi Pelaksanaan Conference ... 51
6. Indikator Sikap Tanggung Jawab ... 52
C. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian ... 53
1. Kekuatan Penelitian ... 53
2. Keterbatasan Penelitian ... 54
D. Implikasi Hasil Penelitian dalam Keperawatan ... 54
BAB V SIMPULAN dan SARAN ... 57
A. Simpulan ... 57
B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terdahulu………....………..….…..…. ... 6
Tabel 3.1. Definisi Operasional………..………...……….…..33
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden yang meliputi umur,
agama, jenis kelamin, daerah asal, dosen idola dan perasaan
responden belajar di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Sultan Agung Semaran....….……….………..42
Tabel 4.2. Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas
Profesi pada Stase Komunitas Sebelum dan Sesudah
Intervensi…...…. ... 43
Tabel 4.3. Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung Jawab
Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase
Komunita...……….44
Tabel 4.4. Uji Korelasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Tanggung
Jawab Mahasiswa Dalam Menjalankan Tugas Profesi Pada Stase
Komunitas ………….………. ... 44
Tabel 4.5. Perbedaan Nilai Evaluasi Pelaksanaan Conference 1 Sampai dengan
5 Di Stase Komunitas ………..……….….………. ....45
Tabel 4.6. Perbedaan Indikator Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa Sebelum
dan Sesudah Intervensi Dalam Menjalankan Tugas Profesi Pada
Stase
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Teori……….………. ... 27
Gambar2.2. Kerangka Konsep………..………...28
Gambar 3.1. Desain Penelitian………….……….………..……….31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar Angket Karakteristik Responden
Lampiran 3 : Lembar Angket Sikap Tanggung Jawab
Lampiran 4 : Lembar Observasi Sikap Tanggung Jawab
Lampiran 5 : Modul Conference
Lampiran 6 : Lembar Penjelasan Penelitian kepada Responden
Lampiran 7 : Lembar Uji Etik
Lampiran 8 : Lembar Hasil Analisis Data
Lampiran 9 : Lembar Kartu Bimbingan
ABSTRAK
PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN UNISSULA
Nutrisia Nu’im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2
Latar Belakang: Sikap tanggungjawab merupakan salah satu manifestasi tindakan nyata dari karakter alamiah seseorang yang bermoral atau berakhlak mulia dalam merespon suatu stimulus. Metode conference merupakan bagian dari metode pembelajaran lapangan yang diharapkan dapat memupuk dan meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi sehingga seluruh mahasiswa dapat mencapai kompetensi praktik keperawatan pada stase komunitas. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh metode conference terhadap sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan Pre-Experimental One Group Pretest Posttest Design, pemilihan sampel penelitian menggunakan purposive sampling 16 mahasiswa profesi ners pada stase komunitas. Penelitian dilakukan selama 6 minggu dalam satu stase komunitas, di minggu pertama dilakukan observasi dan minggu kedua mulai pelaksanaan conference. Pretest dan posttest dilakukan 1 kali sebelum dan sesudah 5 kali pelaksanan metode conference.
Hasil: Analisis penelitian ini menggunakan Wilcoxon test dengan hasil signifikan p value 0,000. Nilai pretest sikap tanggung jawab dalam penelitian ini kategori kurang 25%, cukup 25% dan baik 50%, setelah pelaksanaan metode conference nilai sikap tanggung jawab dalam kategori baik 12,5% dan sangat baik 87,5%.
Kesimpulan: Metode conference dapat meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase keperawatan komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA
Kata kunci: metode conference, sikap tanggung jawab mahasiswa, stase komunitas
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF CONFERENCE METHOD TOWARD CO- NURSES’ ATTITUDE OF RESPONSIBILITY IN PERFORMING THEIR PROFESIONAL WORKS ON COMMUNITY STAGE IN
FACULTY OF NURSING UNISSULA
Nutrisia Nu'im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2
Background: The responsibility comprises an attitude that becomes one of the manifestations of the real conducts of the natural noble person in response to stimulus. Thus, the responsible nature need to be nurtured. Conference method that is a part of nursing field works is expected to nurture and increase co- nurses’ responsibility attitude in performing their profesional works so that they can master pratical nursing competence at community stage. The study aimed to analyse the influence of conference method toward co-nurses’ responsibilities in peforming their professional work at comunnity stage. Methods: This study used a quantitative method with Pre-Experimental Design One group pretest posttest, the selection of the sample used purposive sampling of 16 co-nurse in the community stage. Pre test and post test were carried out once before and after the implementation of conference method for five times. The duration of conference method implementation was for six weeks.
Results: This analysis used the results of Wilcoxon test with a significance of p value 0,000. The pretest score on their responsibility attitude in the research before the implementation of conference methods showed that 25 % participants were in low category, 25% in medium category, 50% in good category, and none in very good category. After the implementation of the conference method, posttest score indicated that none of them was included in low and medium category, and 12.5% in good category. Significant increase existed in the very good category since there were 87,5% respondents included in this category.
Conclusion: The conference method can improve the co-nurses’ responsibility to perform their professional works on community stage at the Faculty of Nursing UNISSULA
Keywords: conference methods, co-nurses’ attitude of responsibility, community stage
PENGARUH METODE
CONFERENCE
TERHADAP
SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM
MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA
STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS
ILMU KEPERAWATAN
UNISSULA
TESIS
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
Nutrisia N
u’im H
aiya
20141050040
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis
PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN UNISSULA
Telah diujikan pada tanggal: 10 November 2016
Oleh :
NUTRISIA NU’IM HAIYA 20141050040
Penguji Dr. Suryanto
Moh. Afandi., S.Kep., Ns, MAN
Dr. Titih Huriah., Ns., M.Kep.Sp.Kep.K.
(………) (………) (………)
Mengetahui
Ketua Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Nutrisia Nu’im Haiya
NIM : 20141050040
Program Studi : Magister Keperawatan
Fakultas : Program Pascasarjana
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwasanya Tesis saya ini merupakan
hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi di manapun. Sumber atau kutipan yang berasal dari
karya penulis lain, baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka Tesis ini. Apabila
dikemudian hari terbukti bahwa Tesis ini hasil karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.
Yogyakarta,
Agustus 2016
Tertanda
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah Segala Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmad serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Tesis yang berjudul “Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung
Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas di
Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA”.
Penyusunan Tesis ini sebagai syarat dalam menyelesaikan Program
Magister Keperawatan, yang tidak lepas dari dukungan berbagai pihak
sehingga terselesaikan dengan baik Tesis ini. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ahmad Nurmandi selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
2. Fitri Arofiati, S.Kep.,Ns.,MAN.,Ph.D. selaku Ketua Program Magister
Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
3. Dr. Suryanto dan Moh. Afandi, S.Kep.,Ns.,MAN. selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing, memberikan masukan serta saran
dalam penyempurnaan Tesis ini.
4. Dr. Titih Huriah., Ns., M. Kep.Sp.Kep.K selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Program Magister Keperawatan Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta baik yang terlibat
langsung maupun yang tidak langsung dalam membantu terselesaikannya
Tesis ini.
6. Iwan Ardian, SKM.,M.Kep. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
melakukan pengambilan data di Fakultas Ilmu Keperawtan Universitas
Islam Sultan Agung Semarang.
7. Keluarga (Suami tercinta dan anak-anakku sayang) yang selalu mendukung
dan membantu penulis dalam bentuk apapun, serta kedua orangtua dan
mertua yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam penyusunan
Tesis ini.
8. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan
Tesis ini.
9. Seluruh teman Magister Keperawatan angkatan 5 yang saling dukung
semangat lulus 2016.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan Tesis ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih
banyak kekurangan disana sini dan masih berharap menerima masukan saran
dari pembaca. Dan penulis berharap Tesis ini dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, Agustus
2016
DAFTAR ISI
JUDUL
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
ABSTRACT ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Penelitian Terkait ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
B. Kerangka Teori ... 27
C. Kerangka Konsep ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Desain Penelitian ... 31
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31 C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
D. Variabel Penelitian ... 33
E. Definisi Oprasional ... 33
F. Istrumen Penelitian... 34 G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36
H. Cara pengumpulan Data ... 36
I. Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 38 J. Etika Penelitian ... 40
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ... 41
A. Hasil Penelitian ... 41 1. Diskripsi Tempat Penelitian ... 41
2. Analisis Univariat ... 42
3. Analisis Bivariat ... 43 B. Pembahasan ... 47
1. Karakteristik Responden ... 47 2. Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas
Profesi pada Stase Komunitas ... 47 3. Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung Jawab
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Tanggung Jawab
Mahasiswa ... 50 5. Evaluasi Pelaksanaan Conference ... 51
6. Indikator Sikap Tanggung Jawab ... 52
C. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian ... 53
1. Kekuatan Penelitian ... 53 2. Keterbatasan Penelitian ... 54
D. Implikasi Hasil Penelitian dalam Keperawatan ... 54
BAB V SIMPULAN dan SARAN ... 57
A. Simpulan ... 57 B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terdahulu………....………..….…..…. ... 6
Tabel 3.1. Definisi Operasional………..………...……….…..33
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden yang meliputi umur,
agama, jenis kelamin, daerah asal, dosen idola dan perasaan
responden belajar di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Sultan Agung Semaran....….……….………..42
Tabel 4.2. Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas
Profesi pada Stase Komunitas Sebelum dan Sesudah
Intervensi…...…. ... 43
Tabel 4.3. Pengaruh Metode Conference Terhadap Sikap Tanggung Jawab
Mahasiswa dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase
Komunita...……….44
Tabel 4.4. Uji Korelasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Tanggung
Jawab Mahasiswa Dalam Menjalankan Tugas Profesi Pada Stase
Komunitas ………….………. ... 44
Tabel 4.5. Perbedaan Nilai Evaluasi Pelaksanaan Conference 1 Sampai dengan
5 Di Stase Komunitas ………..……….….………. ....45
Tabel 4.6. Perbedaan Indikator Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa Sebelum
dan Sesudah Intervensi Dalam Menjalankan Tugas Profesi Pada
Stase
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Teori……….………. ... 27
Gambar2.2. Kerangka Konsep………..………...28
Gambar 3.1. Desain Penelitian………….……….………..……….31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar Angket Karakteristik Responden
Lampiran 3 : Lembar Angket Sikap Tanggung Jawab
Lampiran 4 : Lembar Observasi Sikap Tanggung Jawab
Lampiran 5 : Modul Conference
Lampiran 6 : Lembar Penjelasan Penelitian kepada Responden
Lampiran 7 : Lembar Uji Etik
Lampiran 8 : Lembar Hasil Analisis Data
Lampiran 9 : Lembar Kartu Bimbingan
ABSTRAK
PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN UNISSULA
Nutrisia Nu’im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2
Latar Belakang: Sikap tanggungjawab merupakan salah satu manifestasi tindakan nyata dari karakter alamiah seseorang yang bermoral atau berakhlak mulia dalam merespon suatu stimulus. Metode conference merupakan bagian dari metode pembelajaran lapangan yang diharapkan dapat memupuk dan meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi sehingga seluruh mahasiswa dapat mencapai kompetensi praktik keperawatan pada stase komunitas. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh metode conference terhadap sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan Pre-Experimental One Group Pretest Posttest Design, pemilihan sampel penelitian menggunakan purposive sampling 16 mahasiswa profesi ners pada stase komunitas. Penelitian dilakukan selama 6 minggu dalam satu stase komunitas, di minggu pertama dilakukan observasi dan minggu kedua mulai pelaksanaan conference. Pretest dan posttest dilakukan 1 kali sebelum dan sesudah 5 kali pelaksanan metode conference.
Hasil: Analisis penelitian ini menggunakan Wilcoxon test dengan hasil signifikan p value 0,000. Nilai pretest sikap tanggung jawab dalam penelitian ini kategori kurang 25%, cukup 25% dan baik 50%, setelah pelaksanaan metode conference nilai sikap tanggung jawab dalam kategori baik 12,5% dan sangat baik 87,5%.
Kesimpulan: Metode conference dapat meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase keperawatan komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA
Kata kunci: metode conference, sikap tanggung jawab mahasiswa, stase komunitas
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF CONFERENCE METHOD TOWARD CO- NURSES’ ATTITUDE OF RESPONSIBILITY IN PERFORMING THEIR PROFESIONAL WORKS ON COMMUNITY STAGE IN
FACULTY OF NURSING UNISSULA
Nutrisia Nu'im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2
Background: The responsibility comprises an attitude that becomes one of the manifestations of the real conducts of the natural noble person in response to stimulus. Thus, the responsible nature need to be nurtured. Conference method that is a part of nursing field works is expected to nurture and increase co- nurses’ responsibility attitude in performing their profesional works so that they can master pratical nursing competence at community stage. The study aimed to analyse the influence of conference method toward co-nurses’ responsibilities in peforming their professional work at comunnity stage. Methods: This study used a quantitative method with Pre-Experimental Design One group pretest posttest, the selection of the sample used purposive sampling of 16 co-nurse in the community stage. Pre test and post test were carried out once before and after the implementation of conference method for five times. The duration of conference method implementation was for six weeks.
Results: This analysis used the results of Wilcoxon test with a significance of p value 0,000. The pretest score on their responsibility attitude in the research before the implementation of conference methods showed that 25 % participants were in low category, 25% in medium category, 50% in good category, and none in very good category. After the implementation of the conference method, posttest score indicated that none of them was included in low and medium category, and 12.5% in good category. Significant increase existed in the very good category since there were 87,5% respondents included in this category.
Conclusion: The conference method can improve the co-nurses’ responsibility to perform their professional works on community stage at the Faculty of Nursing UNISSULA
Keywords: conference methods, co-nurses’ attitude of responsibility, community stage
xii
ABSTRAK
PENGARUH METODE CONFERENCE TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI PADA STASE KOMUNITAS DI FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN UNISSULA
Nutrisia Nu’im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2
Latar Belakang: Sikap tanggungjawab merupakan salah satu manifestasi tindakan nyata dari karakter alamiah seseorang yang bermoral atau berakhlak mulia dalam merespon suatu stimulus. Metode conference merupakan bagian dari metode pembelajaran lapangan yang diharapkan dapat memupuk dan meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi sehingga seluruh mahasiswa dapat mencapai kompetensi praktik keperawatan pada stase komunitas. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh metode conference terhadap sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase komunitas.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan Pre-Experimental One Group Pretest Posttest Design, pemilihan sampel penelitian menggunakan purposive sampling 16 mahasiswa profesi ners pada stase komunitas. Penelitian dilakukan selama 6 minggu dalam satu stase komunitas, di minggu pertama dilakukan observasi dan minggu kedua mulai pelaksanaan conference. Pretest dan posttest dilakukan 1 kali sebelum dan sesudah 5 kali pelaksanan metode conference.
Hasil: Analisis penelitian ini menggunakan Wilcoxon test dengan hasil signifikan p value 0,000. Nilai pretest sikap tanggung jawab dalam penelitian ini kategori kurang 25%, cukup 25% dan baik 50%, setelah pelaksanaan metode conference nilai sikap tanggung jawab dalam kategori baik 12,5% dan sangat baik 87,5%.
Kesimpulan: Metode conference dapat meningkatkan sikap tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase keperawatan komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA
Kata kunci: metode conference, sikap tanggung jawab mahasiswa, stase komunitas
xiii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF CONFERENCE METHOD TOWARD CO-NURSES’ ATTITUDE OF RESPONSIBILITY IN PERFORMING
THEIR PROFESIONAL WORKS ON COMMUNITY STAGE IN FACULTY OF NURSING UNISSULA
Nutrisia Nu'im Haiya1, Suryanto2, Moh. Afandi2
Background: The responsibility comprises an attitude that becomes one of the manifestations of the real conducts of the natural noble person in response to stimulus. Thus, the responsible nature need to be nurtured. Conference method that is a part of nursing field works is expected to nurture and increase
co-nurses’ responsibility attitude in performing their profesional works so that they can master pratical nursing competence at community stage. The study aimed to analyse the influence of conference method toward co-nurses’ responsibilities in peforming their professional work at comunnity stage. Methods: This study used a quantitative method with Pre-Experimental Design One group pretest posttest, the selection of the sample used purposive sampling of 16 co-nurse in the community stage. Pre test and post test were carried out once before and after the implementation of conference method for five times. The duration of conference method implementation was for six weeks.
Results: This analysis used the results of Wilcoxon test with a significance of p value 0,000. The pretest score on their responsibility attitude in the research before the implementation of conference methods showed that 25 % participants were in low category, 25% in medium category, 50% in good category, and none in very good category. After the implementation of the conference method, posttest score indicated that none of them was included in low and medium category, and 12.5% in good category. Significant increase existed in the very good category since there were 87,5% respondents included in this category.
Conclusion: The conference method can improve the co-nurses’ responsibility to perform their professional works on community stage at the Faculty of Nursing UNISSULA
Keywords: conference methods, co-nurses’ attitude of responsibility, community stage
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan tinggi keperawatan mempunyai tujuan
menghasilkan perawat yang professional. Dimana perguruan tinggi
tersebut sangat berperan dalam membina sikap, pandangan dan
kemampuan professional lulusan, sehingga diharapkan perawat
mampu bersikap dan berpandangan professional, berwawasan
keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah
keperawatan yang memadahi dan menguasai ketrampilan profesional
dengan baik dan benar. Perawat yang professional dapat tercipta
dengan di dukung oleh pemilihan metoda pembelajaran yang tepat,
serta lingkungan tempat praktik yang menjunjung tinggi budaya
komunitas professional keperawatan, yang menjadi salah satu fasilitas
utama dalam penyelenggaraan pembelajaran profesi keperawatan
(Nursalam, 2012)
Sikap tanggungjawab merupakan salah satu manifestasi
tindakan nyata dari karakter alamiah seseorang dalam merespon suatu
stimulus, dengan cara bermoral atau berakhlak mulia (Hanurawan,
2012; Kensiwi, et.al, 2013). Sikap tanggung jawab yang tinggi
seorang perawat menjadikan sistem berjalan dengan baik, karena
seluruh tugas perawat bertumpu pada sikap tanggung jawab dan
kejujuran yang tinggi. Ketika perawat sudah tidak mempunyai sikap
tanggung jawab maka sistem pelayanan kesehatan pasti hancur. Tidak
adanya tanggung jawab dapat merusak semua sistem dan tatanan
pelayanan kesehatan baik yang ada di institusi ataupun di masyarakat
yang sedang di hadapi bangsa Indonesia saat ini seperti krisis moral,
korupsi di semua tatanan, penurunan karakter bangsa, salah satunya
karena rendahnya sikap tanggungjawab.
Penelitian tentang peningkatan sikap tanggung jawab dan
kemandirian telah dilakukan oleh Nursa’ban (2013) dan juga dilakukan oleh Aprilia (2014) yang menunjukkan hasil prestasi
mahasiswa pendidikan biologi dipengaruhi oleh tanggung jawab,
kemandirian, keaktifan dan kesadaran dalam proses pembelajaran.
Didukung pula oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Masrukhin (2013) didapatkan hasil proses pembentukan karakter
sangat mempengaruhi cara pandang individu terhadap diri dan
lingkungannya, yang tercermin dalam perilaku sehari-hari. Nasrudin
(2015) melalui penelitiannya tentang pengembangan model
pendidikan karakter berdasarkan sifat fitrah manusia, menyatakan
bahwa pengembangan model karakter tersebut diterima oleh dosen
dan mahasiswa. Pernyataan Nasrudin tersebut didukung pula oleh
hasil penelitian Kensiwi et.al. (2012) pendidikan karakter dapat
menumbuhkan niai-nilai karakter: tanggung jawab sehingga mampu
meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di FIK
UNISSULA didapatkan data sistem yang berjalan di Stase Komunitas
menggunakan beberapa rotasi atau gelombang dari 1 angkatan Profesi
ners. Satu angkatan ini dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap
kelompok menjadi 1 gelombang dalam 1 wilayah RW. Wilayah RW
yang telah digunakan kelompok sebelumnya tidak digunakan oleh
kelompok berikutnya.
Metode pembelajaran yang berjalan di Stase Komunitas
masih menggunakan sistem konvensional dimana proses
3
sempurna, pada saat musyawarah warga dan implementasi kegiatan
yang dilakukan mahasiswa pembimbing datang untuk mendampingi.
Kemudian kegiatan pre post conference dilakukan oleh mahasiswa
secara mandiri dalam kelompok dan pendokumentasiannya belum
terarah.
Berdasarkan observasi pembimbing lebih dari 40%
mahasiswa di Stase Keperawatan Komunitas tidak memahami tugas
dan tanggung jawabnya dalam menjalankan praktik seperti tanggung
jawab pembuatan askep, pelaksanaan musyawarah warga, pembuatan
pre planning kegiatan dan lain-lain, mahasiswa terlihat pasif, dan
kelompok biasanya mengandalkan ketua serta beberapa orang
mahasiswa lain yang lebih aktif.
Vezeau (2015) menyampaikan metode conference sangat
popular dalam keperawatan namun masih sangat jarang literature dan
penelitian yang terkait dengan conference tersebut. Metode
conference atau clinical conference ini kemungkinan tidak banyak
yang mengenalnya bahkan menggunakannya, dari hasil observasi
lapangan, beberapa pembimbing klinik menyampaikan conference
yang dikenal dan biasa digunakan dalam proses pembelajaran klinik
adalah preconference dan postconference. Pembimbing klinik
tersebut beranggapan preconference dan postconference inilah yang
dimaksud conference atau clinical conference. Namun metode ini
telah dikenalkan di Amerika oleh Flynn bersama dengan
teman-temannya, pada tahun 1981 dengan penelitiannya yang memaparkan
teknik pembelajaran strategis dalam pembelajaran klinik yang sangat
disenangi mahasiswa dan pembimbing. Yang mana menurut
Rosenblum (1995) clinical conference dapat memfasilitasi
dan lebih banyak hal yang dapat dipelajari dalam metode ini, antara
lain pembentukan karakter.
Oleh sebab itu perlu adanya metode pembelajaran lapangan
yang lebih kreatif dan inovatif yaitu dengan menggunakan metode
conference, yang diambil dari teori clinical conference yang mana
tidak banyak penelitian yang dilakukan terhadap metode
pembelajaran ini. Diharapkan dengan metode pembelajaran
conference dapat memupuk dan meningkatkan sikap tanggung jawab
mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi, sehingga kompetensi
praktik keperawatan pada stase komunitas dapat tercapai oleh semua
mahasiswa.
Pembentukan sikap tanggung jawab yang merupakan bagian
dari pembentukan karakter yang bermoral dan berakhlak mulia adalah
merupakan beban dan tanggung jawab bersama. Terlebih sebagai
seorang pendidik yang menjadi bagian dari institusi pendidikan
mempunyai tugas yang sangat besar dalam mendidik anak didiknya
agar mempunyai karakter yang mulia. Berdasarkan beberapa hal
tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Metode Conference terhadap Sikap Tanggung Jawab Mahasiswa
dalam Menjalankan Tugas Profesi pada Stase Komunitas di Fakultas
Ilmu Keperawatan UNISSULA”.
B. Rumusan Masalah
“Apakah terdapat pengaruh metode conference terhadap sikap tanggung jawab mahasiswa pada stase komunitas di Fakultas
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh metode conference terhadap sikap
tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi stase
keperawatan komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Sultan Agung (UNISSULA).
2. Tujuan khusus
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang ada, maka tujuan
khusus dari penelitian ini yaitu:
a. Mengidentifikasi sikap tanggung jawab mahasiswa dalam
menjalankan tugas profesi pada stase komunitas di Fakultas
Ilmu Keperawatan UNISSULA.
b. Mengetahui hasil pretest dan posttest sikap tanggung jawab
mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi pada stase
komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA
sebelum dan sesudah pelaksanaan conference.
c. Menganalisis pengaruh metode conference terhadap sikap
tanggung jawab mahasiswa dalam menjalankan tugas profesi
pada stase komunitas di Fakultas Ilmu Keperawatan
UNISSULA.
D. Manfaat Penelitian 1. Aspek teoritis
Menambah wahana kekayaan khasanah ilmu keperawatan pada
umumnya, dan khususnya dapat dijadikan matrial dasar
pengembangan metode pembelajaran dalam nursing education.
2. Aspek praktis
Sebagai bahan masukan dalam penyusunan kurikulum mikro
pada profesi ners yaitu tentang metode pembelajaran terlebih
lagi dalam stase komunitas.
b. Bagi institusi pendidikan
Dapat dijadikan dasar acuan dalam mengembangkan metode
pembelajaran di klinik bagi pendidikan profesi ners.
c. Bagi peneliti lain
Sebagai salah satu acuan dalam melakukan penelitian terkait
yang dapat dilakukan, dan sebagai dasar pengembangan ilmu
dengan penelitian lebih lanjut.
[image:36.516.83.436.341.629.2]E. Penelitian Terkait
Tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terdahulu
No. Penulis Judul Ringkasan Aspek Perbedaan
1. Vezeau (2015)
In Defense of Clinical Conferences in Clinical Nursing Education
Tahun 1995 waktu yang
dipakai untuk
conference 30% dari jam klinik yang ada tapi sekarang turun menjadi 10-15% saja. Conference dalam keperawatan sangat popular namun sangat sedikitnya literature dan penelitian tentang conference tersebut. Metode: literature review
Rekomendasi: melakukan
penelitian tentang conference keperawatan di tempat praktik pendidikan keperawatan.
2. Rosenblum, et.al. (1995)
The Pedagogic Characteristics of a Clinical Conference for Senior
Residents and Faculty
Tujuan: mengetahui karakteristik pedagogic clinical conference untuk senior pediatric resident dan fakultas yang dipilih
Responden: 19 senior resident dan 14 anggota fakultas
Desain: penelitian
Conference
7
No. Penulis Judul Ringkasan Aspek Perbedaan
kualitatif dengan rekaman video dan
kuesioner yang
dianalisis untuk
menemukan tema
pedagogik.
Hasil: 3 topik yaitu; apa pembelajaran yang difasilitasi? Apa yang telah dipelajari? Apa yang membuat proses belajar mengajar efektif? 3. Hsu (2007) Conducting
clinical postconference in clinical teacing: a qualitative study
Tujuan: mengeksplorasi persepsi perawat pendidik mengenai postconference klinik Metode: menggunakan penelitian kualitatif Hasil: temuan penelitian menunjukkan metode pembelajaran
postclinical conference sangat diminati
Conference
dilakukan di praktik komunitas menggunakan desain kuantitatif
4. Nursa’ban (2013)
Peningkatan sikap tanggung
jawab dan
kemandirian belajar mahasiswa melalui metode tutorial di jurusan pendidikan geografi
Metode yang digunakan tindakan kelas 2 siklus, pengumpulan data melalui angket dan
observasi, ada
peningkatan yang siknifikan yang berturut-turut pada sikap tanggung jawab dan kemandirian mulai dari kondisi awal, siklus pertama dan siklus ke-2.
Metode pembelajaran conference
dilakukan dilahan praktik pada mahasiswa keperawatan.
5 Kensiwi (2013)
Pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan pendekatan humanistic bermuatan pendidikan karakter materi bilangan komleks
Pengembangan
pembelajaran model kooperatif tipe TSTS dengan pendekatan humanistic pendidikan berkarakter materi bialngan komlek yang dilakukan di politeknik ilmu pelayaran. Hasil penelitian: perangkat
Rekomendasi penelitian: perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang nilai karakter
No. Penulis Judul Ringkasan Aspek Perbedaan yang dikembangkan
praktis dan valid, hasil tes pemahaman konsep pada kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas control
6. Nasrudin (2015)
Pengembangan model
pendidikan karakter berdasarkan sifat fitrah manusia
Penelitian menggunakan studi research and development (R&D). Focus penelitian adalah penggunaan model pendidikan karakter, teknik pengumpulan data validasi ahli, angket, wawancara dan observasi. Hasil penelitian bahwa model pendidikan karakter yang berdasarkan sifat fitrah manusia dapat diterima semua kalangan (dosen dan mahasiswa)
Pendidikan karakter dalam pendidikan keperawatan serasa perlu diteliti terlebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Metode Pembelajaran Klinik
Menurut Nursalam (2012) metode pembelajaran klinik
program profesi ners ada beberapa macam, yaitu: eksperensial, proses
insident, conference, observasi dan bed side teaching.
a. Eksperensial
Metode pengajaran eksperensial memberikan pengalaman
yang langsung dari kejadian, baik melalui praktik klinis yang
melibatkan interaksi dengan klien yang nyata dan orang lain di
lapangan atau melalui pengalaman yang seperti kenyataan.
Pembelajaran berasal dari partisipasi actual pada kejadian yang
akan dipelajari. Metode eksperensial didasarkan pada konsep
pembelajaran fenomenologik.
b. Proses insident
Insiden harus berasal dari pengalaman klinik yang baru
dialami oleh peserta didik. Insiden harus dapat berorientasi pada
klien, staf, ataupun lingkungan. Oaring yang memimpin diskusi,
pengajar atau salah salah satu peserta didik, harus memiliki
pengetahuan mengenai insiden tersebut.
c. Observasi: fieltrip, ronde keperawatan, observasi lapangan,
demonstrasi.
Observasi terhadap pengalaman actual dilapangan atau
terhadap suatu peragaan yang diperlukan untuk belajar didapat
d. Bed-side Teaching
Metode pembelajaran klinik yang berada langsung
disamping atau bersama dengan klien.
e. Conference
Pertemuan atau konferensi klinik/ lapangan merupakan
bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa aspek praktik
klinik/ lapangan. Conference meningkatkan pembelajaran
pemecahan masalah yaitu bahwa kelompok akan melakukan
analisis kritis terhadap masalah dan mencari pendekatan
alternative dan kretif. Metode conference menjadikan peserta
didik dapat berbicara saat proses pemecahan masalah dan
menerima umpan balik langsung dari rekan sejawat (peerreview)
dan umpan balik langsung dari pengajar. Dalam satu conference,
kelompok peserta didik semakin terbuka terhadap berbagai
situasi yang ada di lapangan, yang mungkin banyaak diantaranya
belum pernah dialami peserta didik.
Conference juga dapat memberikan suatu kesempatan
untuk mendiskusikan isu-isu yang mempengaruhi praktik
keperawatan yang tidak harus berasal dari pengalaman klinis
namun masih relevan dengan praktik keperawatan. Peserta didik
dapat mempelajari isu-isu ekonomi, sosial, politik dan etik serta
implikasinya secara umum terhadap praktik keperawtan dan
secara khusus pada lingkungan tempat pengalaman praktik
dilakukan (Oermann & Gignac, 1991 dalam Reilly & Obermann,
2010).
Umpan balik langsung dari teman sejawat (peer review)
juga dapat dilakukan di dalam conference, menurut Kern, et.al
(2003) menggambarkan aplikasi peer review dalam kelas
teman-11
teman mereka sendiri dalam sebuah kelas conference terhadap
apa yang telah dilakukan dan dihasilkan oleh temannya tersebut.
Dan setiap mahasiswa mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam conference tersebut.
Menurut Kern (2003) peer review merupakan salah satu
proses belajar yang efektif dalam paradigma pendidikan modern.
Begitu juga yang disampaikan Erickson (1987) peer review
merupakan strategi pembelajaran yang efektif dalam belajar
lapangan pada keperawatan komunitas.
Manfaat conference menurut Reilly dan Obermann (2010)
antara lain, yaitu:
1) Melakukan peer review, diskusi mengenai keprihatinan dan
analisis terhadap isu yang berkaitan dengan praktik.
2) Peserta didik memiliki kesempatan untuk saling berinteraksi
dan belajar bersama.
3) Meningkatkan kemampuan untuk merumuskan ide dan
mengungkapkannya dengan jelas.
4) Memberikan kesempatan peserta didik agar kontribusi
mereka diakui; meningkatkan keyakinan diri saat berinteraksi
dalam kelompok.
5) Memberikan tempat untuk melakukan penelitian mengenai
perasaan, sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi praktik.
6) Mengembangkan ketrampilan dalam proses kelompok.
Hubungan yang terbentuk antara pengajar dan peserta
didik di dalam kelompok untuk meningkatkan diskusi adalah
signifikansi karena peserta didik perlu kenyamanan terhadap
rekan sejawat dan partisipasi lain khususnya dengan pengajar
saat mengungkapkan perasaan dan pendapat mereka serta
pengajar seringkali mempengaruhi ikut atau tidaknya peserta
didik dalam conference serta kesediaan mereka untuk jujur dan
terbuka. Pendapat umum pengajar dapat mendukung atau
menyurutkan partisipasi peserta didik (Reilly & Obermann,
2010).
Menurut Reilly dan Obermann (2010) jenis-jenis
conference dalam pengajaran di lingkungan praktik klinik/
lapangan adalah: 1) preconference, postconference dan clinical
conference lainnya; 2) conference keperawatan dan multidisiplin.
Pre dan post conference berkaitan langsung dengan pengalaman
praktik klinik/ lapangan.
1) Preconference dan postconference langsung berkaitan dengan
pengalaman praktik. Preconference mempersiapkan peserta
didik untuk menjalani pengalaman praktik mereka di
lingkungan praktik. Membantu mereka mengidentifikasi
masalah klien, merencanakan perawatan, dan mengevaluasi
hasil. Dan memberikan cara bagi peserta didik untuk
mendiskusikan klien mereka dengan staf pengajar (dan
dengan rekan sejawat jika dalam bentuk kelompok).
Preconference dapat dilakukan secara perorangan atau
kelompok sesuai kebutuhan peserta didik, pilihan pengajar
dan konteks berlangsungnya pengalaman klinis/ lapangan
(tempat praktik).
2) Postconference berlangsung setelah praktik klinik, misalnya
diakhir sebuah pengalaman di lapangan atau setelah
pengalaman belajar tertentu diselesaikan oleh seorang atau
sekelompok peserta didik, contoh pengalaman observasi.
Diskusi pasca klinik ini memberikan kesempatan untuk
13
klinis diantara kelompok. Postconference memberikan
memberikan strategi yang efektif untuk berfikir secara kritis.
Keputusan yang dibuat peserta didik dan kemungkinan
alternatif lain, yang dihasilkan dalam diskusi, dapat diuji oleh
kelompok. Pengajar dan peserta didik dapat berfokus pada
proses pemikiran yang digunakan di dalam strategi klinis dan
strategi lain yang diajukan.
3) Clinical conference dapat digunakan untuk saling meninjau
dan mengkritik pekerjaan masing-masing. Penilaian rekan
sejawat memungkinkan peserta didik memperoleh
pengalaman dan ketrampilan dalam proses mengevaluasi
praktik orang lain, serupa yang terjadi dilingkungan kerja.
Dalam pertemuan yang ditujukan untuk menilai rekan
sejawat, kreteria untuk mengkritik pekerjaan orang lain harus
tegas dan dapat dimengerti oleh peserta didik. Selain itu,
peserta didik harus merasa nyaman satu sama lain dan
menghargai umpan balik dari rekan sejawatnya sehingga
proses bisa berjalan dengan efektif. Pengalaman dalam
penilaian rekan sejawat dalam proses pendidikan akan
mempersiapkan peserta didik saat melakukannya dipraktik
mereka sendiri.
2. Sikap Tanggung Jawab
Menurut Slameto (2013) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar dapat dikelompokkan yaitu faktor
kognitif dan efektif. Faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik
kognitif: persepsi, perhatian, mendengarkan, ingatan, kesiapan dan
transfer, struktur kognitif, intelegensi, kreatifitas, dan daya kognitif.
motivasi dan kebutuhan, minat, konsep diri dan aspirasi, kecemasan
dan sikap.
Sikap tanggung jawab merupakan suatu rangkaian dari 2
pengertian, yaitu:
a. Sikap
Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan
menentukan bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi serta
menentukan apa yang dicari seseorang dalam kehidupan
(Slameto, 2013). Hanurawan (2012) juga menyampaikan sikap
adalah penilaian subjektif individu terhadap objek, pribadi,
tempat dan ide dalam memberikan respon secara kognitif, afektif,
dan prilaku dengan cara favourable dan unfavourable. Dengan
demikian sikap adalah merupakan suatu respon sesorang
terhadap sesuatu yang berupa objek, ide, tempat ataupun
seseorang baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor yang
memberikan penilaian secara subjektif dengan cara setuju atau
tidak setuju dan didapat dari proses belajar individu.
Sedangkan menurut Thomas & Znaniecki tahun 1920
sikap tidak hanya ditentukan semata-mata oleh aspek internal
psikologis individu melainkan melibatkan juga nilai-nilai yang
dibawa dari kelompoknya. Dan pendapat Allport pada tahun
1935 mengenai sikap merupakan kondisi mental dan neural yang
diperoleh dari pengalaman, yang mengarahkan dan secara
dinamis mempengaruhi respon-respon individu terhadap semua
objek dan situasi yang terkait (Wawan & Dewi, 2011).
Beberapa teori tentang sikap menurut Azwar (2015)
yaitu:
15
Heider menggunakan teori keseimbangan dalam
sikap yang ditentukan oleh 3 unsur penting yaitu; individu,
orang lain dan objek sikap. Ketiga unsur ini dikatakan
seimbang apabila hubungannya berjalan secara dinamis
tanpa tekanan sehingga tidak mengubah keadaan. Dan
apabila unsur-unsur tersebut mengalami ketidak seimbangan
maka akan timbul suatu kekuatan yang mendorong ketidak
seimbangan dalam pengembalian keseimbangan. Jika ini
terjadi dan pengembalian itu tidak tercapai maka akan
terjadi ketegangan, begitu sebaliknya jika perubahan terjadi
maka itu pada karakter dinamisnya atau fungsi hubungan
pada unsur-unsur yang bersangkutan (Azwar, 2011).
2) Teori kesesuaian Osgood dan Tannenbaum
Teori ini menjelaskan bahwa unsur-unsur kognitif
mempunyaivalensi positif dan negative dalam berbagai
intensitas, atau mempunyai valensi nol. Unsur-unsur yang
relevan satu sama lain dapat mempunyai hubungan positif
ataupun negative. Kesesuaian akan terjadi apabila semua
hubungan bervalensi nol atau 2 diantaranya bervalensi
negative dengan intensitas yang sama (Azwar, 2011).
3) Teori Disonansi kognitif Festinger
Teori ini di keluarkan oleh Festinger yang
memandang sikap berkaitan dengan prilaku yang nyata.
Festinger dalam teorinya ini mengungkapkan bahwa sikap
individu konsisten satu dengan yang lain dan dalam
bertindak juga konsiten satu dengan yang lain. Komponen
kognitif menurut Festinger mencakup pengetahuan,
pandangan, dan kepercayaan tentang lingkungan, seseorang
antara elemen-elemen kognitif. Dengan demikian teori
Festinger ini berpendapat sikap merupakan komponen
kognitif yang relevan ataupun tidak relevan tentang sesuatu
hal (Secord & Backman, 1964 dalam Wawan & Dewi,
2011).
4) Teori konsistensi afektif-kognitif Rosenberg
Teori yang dikeluarkan oleh Rosenberg ini melihat
hubungan antara komponen afektif dan komponen kognitif.
Kognitif dalam sikap juga mencakup kepercayaan antara
hubungan objek sikap dengan nilai yang ada pada diri
individu, sedang komponen afektif merupakan perasaan
yang timbul dalam diri seseorang yang menyertai sikap,
dapat berupa positif atau negatif. Rosenberg menegaskan
bahwa komponen afektif dan komponen kognitif
berhubungan secara konsisten. Hal ini menggambarkan
apabila seseorang mempunyai sikap positif terhadap suatu
objek maka indeks kognitifnya juga tinggi (Secord &
Backman, 1964 dalam Wawan & Dewi, 2011).
5) Teori Fungsional Katz
Teori ini menjelaskan sikap menolak atau menerima
perubahan didasari motivasional sikap itu sendiri, yaitu
fungsi sikap bagi individu itu sendiri (Azwar, 2011).
6) Teori tiga proses perubahan Kelman
Teori ini berbicara tentang konsepsi mengenai
berbagai cara atau proses yang sangat berguna dalam
memahami fungsi pengaruh sosial dalam perubahan sikap.
Ada 3 proses sosial yang berperan yaitu: kesedihan,
17
7) Teori nilai-ekspektansi
Teori ini mengemukakan rasa percaya ekspektansi
atau suatu harapan respon prilaku akan membawa kepada
segala sesuatu hal atau peristiwa (Azwar, 2011).
Macam-macam cara pembentukan sikap menurut Slameto
(2013) antara lain yaitu:
1) Pengalaman traumatik; pengalaman berulang-ulang atau
pengalaman yang disertai perasaan mendalam.
2) Melalui imitasi; ada model yang ditiru, hal ini lebih efektif
apabila dilakukan secara kelompok daripada sendirian.
3) Melalui sugesti; terpengaruh terhadap seseorang atau sesuatu
yang mengesankan dirinya.
4) Melalui identifikasi; didasari pada sifat keterikatan emosional
sehingga meniru seseorang atau organisasi/ badan yang
cenderung berusaha menyamai. Sering terjadi pada anak dengan
orang tua dan bawahan dengan pimpinan atau antar anggota
kelompok.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
sikap ada beberapa hal menurut pendapat Slameto (2013):
1) Lingkungan
2) Peran sikap terhadap kepribadian (seperti egodefensive)
3) Asas selektivitas
4) Prinsip mempertahankan keseimbangan
5) Kecenderungan kontak dengan hal yang membuat berubahnya
sikap.
Azwar (2015) juga berpendapat tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap yaitu:
1) Pengalaman pribadi
Seseorang yang telah atau sedang mengalami suatu hal
akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap
stimulus sosial. Tanggapan menjadi salah satu dasar
terbentuknya sikap. Untuk mempunyai tanggapan seseorang
harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek
psikologis. Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek
merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan
individu yang bersangkuatan, situasi dimana tanggapan terbentuk
dan atribut atau ciri-ciri objek yang dimiliki oleh stimulus.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
Maka sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebutterjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan
pengalaman lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2) Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap seseorang, kepribadian merupakan pola
prilaku konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement
yang dialami. Seseorang memiliki pola sikap dan prilaku tertentu
dikarenakan mendapat reinforcement dari masyarakat terhadap
sikap dan prilaku tersebut, bukan sikap dan prilaku yang lain.
Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis
pengarah sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah
19
yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi
anggota kelompok masyarakat.
3) Orang lain yang dianggap penting
Diantara orang yang dianggap penting bagi individu
adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman
sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan
lainnya. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki
sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang
dianggapnya penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4) Media massa
Berbagai bentuk media masa mempunyai pengaruh besar
dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokok, media masa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya opini baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif
yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga
terbentuklan arah sikap tertentu.
5) Institusi/ lembaga pendidikan dan agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu
sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduannya meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam diri individu. Pemahamam akan baik dan buruk,
dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan
serta ajaran-ajarannya.
6) Faktor emosi dari dalam diri individu
Pembentukan sikap tidak semua ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi individu. Terkadang suatu
bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan
sikap yang sementara dan segera berlalu ketika frustasi telah
hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
persisten dan bertahan lama.
Slameto (2013) menyampaikan beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengubah sikap, yaitu:
1) Mengubah komponen kognitif dari sikap individunya.
Caranya, memberikan informasi-informasi baru kepada objek
sikap, sehingga komponen kognitif menjadi luas, yang akan
merangsang komponen-komponen afektif dan tingkah laku.
2) Mengadakan kontak langsung dengan objek sikap
Komponen afektif dalam cara ini ikut dirangsang, dengan cara
ini keberhasilan akan sangat tipis terhadap individu yang
bersikap anti untuk berfikir lebih jauh tentang objek sikap yang
tidak disenangi.
3) Memaksa individu menampilkan tingkah laku – tingkah laku
21
Cara ini dilakukan dengan kekuatan hukum, dengan langsung
merubah komponen prilakunya.
Komponen dalam sikap menurut Suryani (2014), yaitu:
1) ketekunan,
2) kerajinan,
3) kepedulian,
4) kedisiplinan,
5) kerjasama dan
6) tanggung jawab.
Macam-macam pengukuran sikap menurut Azwar (2015)
adalah:
1) Observasi prilaku
Individu yang menampakkan prilaku yang konsisten
dapat disimpulkan bahwa individu mempunyai sikap yang
demikian, jadi sikap dapat ditafsirkan dari prilaku yang tampak.
dengan kata lain, untuk mengetahui sikap seseorang terhadap
sesuatu kita dapat memperhatikan prilakunya, sebab prilaku
merupakan salah satu indicator sikap individu.
2) Penanyaan langsung (direct questioning)
Asumsi yang mendasari metode ini guna pengungkapan
sikap pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan otang
yang paling tau mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah
asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan
secara terbuka apa yang dirasakannya.
3) Pengungkapan langsung (direct assessment)
Pengukuran dengan metode ini bisa menggunakan aitem
tunggal dan aitem ganda. Prosedur pengungkapan langsung
menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan
memberi tanda setuju dan tidak setuju. Sedangkan salah satu
bentuk pengungkapan langsung dengan menggunakan aitem
ganda adalah teknik diferensi semantik, yang dirancang untuk
mengungkapkan afek atau perasaan yang berkaitan dengan suatu
objek sikap. Diantara banyak dimensi atau faktor yang berkaitan
dengan sikap yang paling utama adalah dimensi evaluasi,
dimensi potensi, dan dimensi aktifitas. Dimensi-dimensi ini
disajikan dalam bentuk sifat yang bertentangan satu sama lain.
4) Skala sikap
Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report
yang dianggap paling dapat diandalkan adalah dengan
menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab
oleh individu yang disebut sekala sikap, yaitu berupa kumpulan
pernyataan yang mengenai suatu objek sikap, dari respon subjek
pada setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan
mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.
5) Pengukuran terselubung (covert measures)
Berorientasi pada metode observasi prilaku, tetapi
sebagai objek pengamatan bukan prilaku tampak yang disadari
atau sengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi
fisiologis yang terjadi lebih diluar kendali individu yang
bersangkutan.
b. Tanggung jawab
Kensiwi (2013) mengemukakan tanggung jawab merupakan
salah satu karakter alamiah manusia dalam merespon situasi yang
dimanifistasikan dalam tindakan nyata dengan cara yang bermoral.
Karakter yang bermoral juga bisa disebut akhlak mulia, dan budi
23
adalah jujur, menghormati orang lain, tidak memaksakan kehendak,
disiplin, mandiri, teliti dan karakter mulia yang lain.
Dapat disimpulkan sikap tanggung jawab adalah suatu respon
sesorang terhadap sesuatu yang berupa objek, ide, tempat ataupun
seseorang baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor dengan
karakter alamiah manusia yang memberikan penilaian secara
subjektif dengan cara yang bermoral yang didapat dari proses belajar
individu.
Indikator sikap tanggung jawab menurut Nursa’ban (2013);
Aprilia (2014) dalam jurnal pendidikan, adalah:
1) Keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran.
2) Kemauan mahasiswa merespon dan berkreasi.
3) Menghargai proses diskusi.
4) Kesadaran diri/ evaluasi diri.
5) Mengerjakan setiap aktifitas belajar sebaik mungkin.
6) Mengerjakan tugas individu dengan sebaik mungkin dan
mengusainya.
7) Mengerjakan setiap tugas kelompok secara bersama-sama dan
menguasainya.
8) Menyelesaikan dan mengumpulkan tugas tepat waktu.
Beberapa sumber menyebutkan bertanggung jawab
merupakan tingkatan sikap tertinggi. Menurut Notoatmodjo (1993
dalam Sunaryo 2013) dan Notoatmodjo (1996 dalam Wawan 2011)
tingkatan sikap terdiri dari:
1) Menerima (receiving)
Bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan atau objek.
Menjawab, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu
objek adalah indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsisible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu atas apa yang telah dipilih
dengan segala resiko yang ditimbulkan.
3. Stase Keperawatan Komunitas
Pendidikan profesi ners diharapkan menghasilkan lulusan
yang memiliki sikap, pengetahuan dan ketrampilan professional.
Sehingga dalam proses pendidikannya disusun berdasarkan 5 hal,
yaitu: penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; menyelesaikan
masalah secara ilmiah; sikap dan tingkah laku yang professional
dengan menumbuhkan dan membina kemampuan bersikap, bertindak
dan berfikir profesional; belajar aktif dan mandiri; dan menumbuhkan
serta membina ketrampilan dan sikap di masyarakat dengan
pengalaman yang dikembangkan di masyarakat (community based
learning) (Nurhidayah, 2009).
Program Profesi Ners (stase) adalah merupakan proses yang
harus dilalui mahasiwa keperawatan untuk menjadi perawat
professional yang merupakan proses transformasi mahasiswa untuk
peradaptasi terhadap perannya sebagai perawat professional di situasi
nyata pelayanan kesehatan klinik atau komunitas dalam melaksanakan
praktik professional dengan melaksanakan asuhan keperawatan
(askep) dengan benar, menerapkan pendekatan proses keperawatan,
menampilkan sikap tingkah laku professional dan menerapkan
25
Stase keperawatan komunitas dapat diartikan proses
transformasi mahasiswa keperawatan dalam praktik keperawatan
professional di masyarakat untuk menjadi perawat professional
komunitas, dengan mengemban tugas menerapkan nilai-nilai sikap
dan tingkahlaku yang baik, melaksanakan pendokumentasian askep
secara baik, menerapkan ketrampilan professional dengan pendekatan
proses keperawatan.
Capaian Pembelajaran Profesi Ners Stase Keperawatan
Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA tahun ajaran