• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN EFEK HIPOGLIKEMIK BEKATUL BERAS HITAM DENGAN METFORMIN PADA MENCIT BALB C YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN EFEK HIPOGLIKEMIK BEKATUL BERAS HITAM DENGAN METFORMIN PADA MENCIT BALB C YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERBANDINGAN EFEK HIPOGLIKEMIK BEKATUL BERAS

HITAM DENGAN METFORMIN PADA MENCIT BALB/C

YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Riska Kusuma Wardani G0007143

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan Judul : Perbandingan Efek Hipoglikemi Bekatul Beras Hitam

dengan Metformin pada Mencit Balb/C Induksi Streptozotocin

Riska Kusuma Wardani, NIM: G0007143, Tahun: 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Kamis , Tanggal 23 Desember 2010

Pembimbing Utama

Nama : Titiek Marminah, Dra. Apt. SU.

NIP : 19480125 197903 2 004 ( ______________________ )

Pembimbing Pendamping

Nama : Vitri Widyaningsih, dr.

NIP : 19820423 200801 2 011 ( ______________________ )

Penguji Utama

Nama : Endang Sri Hardjanti, dr., P.Fark.

NIP : 19471007 197611 2 001 ( ______________________ )

Penguji Pendamping

Nama : Isdaryanto, dr., MARS

NIP : 19500312 1967610 1 001 ( ______________________ )

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof.DR.AA. Subijanto,dr., MS.

(3)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul : Perbandingan Efek Hipoglikemik Bekatul Beras Hitam

dengan Metformin pada Mencit Balb/C yang Diinduksi Streptozotocin

Riska Kusuma Wardani, G0007143, Tahun 2010

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Kamis , Tanggal 23 Desember 2010

Pembimbing Utama Penguji Utama

Titiek Marminah, Dra. Apt. SU. Endang Sri Hardjanti, dr. PFark.

NIP : 19480125 197903 2 004 NIP : 19471007 197611 2 001

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

Vitri Widyaningsih, dr. Isdaryanto, dr. MARS

NIP : 19820423 200801 2 011 NIP : 19500312 1967610 1 001

Tim Skripsi

Nur Hafidha Hikmayani, dr. MClimEpid

(4)

commit to user PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 23 Desember 2010

Riska Kusuma Wardani

(5)

commit to user

iv ABSTRAK

Riska Kusuma Wardani, G0007143, 2010. Perbandingan Efek Hipoglikemik Bekatul Beras Hitam dengan Metformin pada Mencit Balb/C yang Diinduksi

Streptozotocin

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui perbandingan efek hipoglikemik bekatul

beras hitam dengan metformin pada mencit Balb/C yang diinduksi streptozotocin.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorik pre and post test control group design. Hewan uji yang digunakan adalah 30 ekor mencit jantan. Kemudian mencit diinduksi streptozotocin dosis 65 mg/BB intraperitoneal dalam 0,02 M larutan buffer salin sitrat. Mencit yang dipakai adalah mencit dengan kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dL. Selanjutnya mencit dibagi secara acak menjadi 6 kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit yang dipilih secara acak. Keenam kelompok tersebut adalah kelompok I normal, kelompok II kontrol negatif, kelompok III kontrol positif (Metformin), kelompok IV dosis rendah (0,2 ml/mencit/hari), kelompok V dosis sedang (0,4 ml/mencit/hari), kelompok VI dosis tinggi (0,8 ml/mencit/hari). Pada hari ke-14 darah diambil dari ekor mencit, diukur kadar glukosanya dengan menggunakan Blood glucose stick meter Gluco DrTM. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan uji ANOVA SPSS for Microsoft Windows release 17.0 dengan signifikansi p<0,05.

Hasil Penelitian: Uji ANOVA memperlihatkan signifikansi 0.001 yang sig < 0.05

ada perbedaan bermakna antara keenam kelompok perlakuan. Hasil uji LSD menunjukkan perbedaan bermakna antara kontrol positif dan kelompok VI dosis rendah (0,2ml/mencit/hari) serta kelompok V dosis sedang (0,4ml/mencit/hari).

Simpulan Penelitian: Dapat disimpulkan bahwa pemberian bekatul dosis 0,2

ml/mencit/hari dan dosis 0,4/mencit/hari dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit Balb/C yang diinduksi streptozotocin sebanding dengan metformin.

(6)

commit to user

Metformin of Balb/C Mice Induced Streptozotocin.

Methode: This research was a laboratory experimental pre and post test control (GlucoDrTM). The data were collected, statisticaly analyzed by ANOVA followed by LSD test (α<0,05) SPSS Programme for Microsoft Windows release 17.0. Significance was set at p<0,05.

Result: The result showed decreased of blood glucose consentration in all groups.

One-way Anova test showed significant difference between groups (p<0,05). LSD test showed significant difference between positive control and group IV (dose 0,2 ml/mice/day). Positive control group has have significant difference with group V (0,4 ml/mice/day).

Conclusion: The experiment result showed that black rice bran dose 0,2

ml/mice/day and 0,4 ml/mice/day can reduce the blood glucose levels in balb/c mice induced streptozotocin equal with metformin.

(7)

commit to user

vi PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perbandingan Efek Hipoglikemik Bekatul Beras Hitam dengan Metformin pada Mencit Balb/C yang Diinduksi Streptozotocin”.

Pelaksanaan penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak penulis dapat menyelesaikannya. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. AA. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim skripsi Fakultas Kedokteran Unversitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Titiek Marminah, Dra., Apt., SU. selaku Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktunya, bimbingan, saran, koreksi, dan nasehat kepada penulis.

4. Vitri Widyaningsih, dr. selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan saran, bimbingan, motivasi, dan koreksi kepada penulis.

5. Endang Sri Hardjanti, dr., P.Fark. selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran demi kesempurnaan penulisan naskah skripsi ini.

6. Isdaryanto, dr., MARS selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan saran, nasihat, dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan tenaga, waktu, dorongan, dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam penelitian ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk hasil yang lebih baik. Akhir kata, semoga karya ini dapat menjadi masukan bagi Ilmu Kedokteran dan juga bagi masyarakat sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Surakarta, 23 Desember 2010

(8)

commit to user

E. Identifikasi Variabel Penelitian ... 25

F. Skala Variabel ... 26

G.Definisi Operasional Variabel ... 26

(9)

commit to user

viii

I. Instrumen Penelitian ... 28

J. Bahan Penelitian ... 29

K.Penentuan Dosis ... 29

L. Cara Kerja ... 32

M.Teknik Analisis Data... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 36

A.Hasil Penelitian ... 36

B.Analisis Data ... 37

BAB V. PEMBAHASAN ... 42

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 47

A.Simpulan ... 47

B.Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ...48

(10)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kandungan Kimia Fraksi Pigmen pada Beras Hitam... 8

Tabel 4. 1. Rata-Rata Selisih Kadar Glukosa Darah Sebelum vs Sesudah

Perlakuan Masing-Masing Kelompok (mg/dl)... 34

Tabel 4. 2. Hasil Uji Shapiro-Wilkpada Kelompok Perlakuan... 36

Tabel 4. 3. Uji Homogenitas Varian... 36

Tabel 4. 4. Hasil Uji ANOVA tentang Perbedaan Mean Penurunan Gula

Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan... 37

(11)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman Padi dan Buahnya ... 7

Gambar 2.2. Struktur Kimia Streptozotocin (C8H15N3O7)... 20

Gambar 2. 3. Kerangka Pemikiran...21

Gambar 3. 1. Skema Rencana Penelitian ...26

Gambar 3. 2. Skema Alur Penelitian ... 32

Gambar 4. 1. Grafik Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Mencit Sebelum dan Sesudah Perlakuan... 35

(12)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji Kadar Glukosa Darah

Lampiran 2. Hasil Uji Statistik

Lampiran 3. Komposisi Pelet

Lampiran 4. Konversi Perhitungan Dosis Hewan dan Manusia

Lampiran 5. Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Peroral

Lampiran 6. Surat Keterangan Kelaikan Etik

Lampiran 7. Foto Alat dan Bahan Penelitian

(13)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanaman obat adalah tanaman yang berkhasiat obat dan digunakan

sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit oleh

masyarakat. Khasiat obat disebabkan oleh kandungan zat aktif yang berfungsi

mengobati penyakit tertentu atau jika mengandung banyak zat aktif khasiat

merupakan efek resultan atau sinergi dari berbagai zat aktif dalam tanaman.

(Flora E, 2008)

Penggunaan bahan alam, baik sebagai tanaman obat maupun tanaman

hias cenderung meningkat, di era back to nature terutama dalam krisis

ekonomi berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat.

Tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah ke bawah terutama

dalam upaya preventif, promotif, dan rehabilitatif. Sementara itu banyak orang

beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat relatif lebih aman

dibandingkan obat sintetis. Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat

tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila cara penggunaan dan

takarannya kurang tepat. Agar penggunaannya optimal, perlu diketahui

informasi yang memadai tentang kebenaran, keamanan, dan khasiat tanaman

obat. (Katno dan Pramono, 2003).

Perubahan pola hidup manusia meningkatkan timbulnya penyakit

(14)

commit to user

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh terjadinya

hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin atau gangguan pada reseptor

insulin (Gustaviani, 2006). Diabetes berhubungan dengan metabolisme

karbohidrat, protein, dan metabolisme lemak (Pavana et al., 2009).

Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO) membuat perkiraan bahwa pada tahun

2000 jumlah penderita diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta

orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu

akan membengkak menjadi 300 juta orang ( Suyono, 2006).

Berbagai komplikasi yang terjadi dapat diakibatkan oleh rendahnya

kontrol diabetes. Komplikasi-komplikasi diabetes melitus dapat dibagi

menjadi dua kategori mayor: (1) komplikasi metabolik akut (ketoasidosis

metabolik, hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik, hipoglikemia), dan

(2) komplikasi vaskuler jangka panjang (mikroangiopati, nefropati diabetik,

neuropati diabetik, retinopati diabetik) (Sceteingart, 2005). Biasanya begitu

diabetes terdeteksi, sindrom ini sudah berkembang dan telah terdapat satu atau

dua komplikasi.

Berbagai teori dikemukakan untuk menjelaskan patogenesis terjadinya

komplikasi diabetes melitus. Di antaranya adalah teori jalur poliol, teori

glikosilasi, dan terakhir adalah teori stres oksidatif, yang dikatakan dapat

menjelaskan secara keseluruhan berbagai teori sebelumnya (Waspadji, 2006).

Apapun teori yang dianut, semuanya masih berpangkal pada kejadian

hiperglikemik. Hiperglikemia menyebabkan autooksidasi glukosa, glikasi

(15)

commit to user

pembentukan senyawa oksigen reaktif (Winarno et al., 2009). Pembentukan

senyawa oksigen reaktif tersebut dapat meningkatkan modifikasi lipid, DNA,

dan protein pada berbagai jaringan. Modifikasi molekuler pada berbagai

jaringan tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan antara antioksidan

protektif dan peningkatan produksi radikal bebas. Hal itu merupakan awal

kerusakan oksidatif yang dikenal sebagai stres oksidatif (Pavana et al., 2009).

Untuk meredam kerusakan oksidatif tersebut diperlukan antioksidan.

Peningkatan suplai antioksidan yang cukup akan membantu pencegahan

komplikasi klinis diabetes melitus (Ramesh et al., 2006).

Tanaman yang diduga memiliki khasiat obat terutama sebagai

antidiabetik antara lain bekatul beras hitam karena mengandung banyak

antioksidan. Antioksidan inilah yang menjadi alasan bekatul dapat

dimanfaatkan oleh penderita diabetes sebagai pilihan terapi herbal. Namun

kenyataanya, kemanfaatan bekatul sebagai obat antidiabetik belum banyak

diketahui. (Nursalim dan Razali, 2007)

Selama ini banyak orang hanya menganggap bekatul sebagai pakan

unggas. Padahal, bekatul memiliki kandungan gizi tinggi dan sangat layak

dikonsumsi manusia. (Nursalim dan Razali, 2007)

Bekatul banyak diperoleh dari proses penggilingan gabah padi menjadi

beras. Umumnya, dari proses penggilingan gabah padi menghasilkan beras

sebanyak 60-65%. Sementara itu, bekatul yang dihasilkan mencapai 8-12%.

Produksi bekatul halus dari penggilingan padi di Indonesia mencapai 4-5 juta

(16)

commit to user

Komposisi fitokimia bekatul sangat bervariasi, bergantung pada faktor

agronomis, varietas padi, dan proses penggilingan. (Nursalim dan Razali,

2007). Bekatul beras hitam dipilih karena varietas khusus dari beras ini,

aleuron dan endospermianya memproduksi antosianin (flavonoid) dengan

intensitas tinggi dibandingkan dengan beras merah ataupun beras jenis

lainnya(Guo et al.,2007).

Metfomin digunakan sebagai obat pembanding dalam penelitian ini

disebabkan efek penurunan glukosa darahnya yang tidak sampai menimbulkan

hipoglikemia. Metformin menurunkan level gula darah dengan cara

memperbaiki sensitivitas hepar dan jaringan perifer terhadap insulin tanpa

mempengaruhi sekresi insulin. (Dunn dan David, 1995)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pengaruh

pemberian bekatul beras hitam terhadap penurunan glukosa darah pada

diabetes melitus. Selain itu, penelitian mengenai pengaruh bekatul terhadap

kadar glukosa darah belum pernah dilakukan sebelumnya. Pemberian bekatul

diharapkan dapat menurunkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes

melitus sehingga komplikasi dapat dihindarkan.

B. Perumusan Masalah

Apakah pemberian bekatul beras hitam dapat menurunkan glukosa

darah Mencit Balb/C yang diinduksi streptozotocin dibandingkan dengan

(17)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efek

hipoglikemik bekatul beras hitam dengan metformin pada Mencit Balb/C yang

diinduksi streptozotocin dosis 65 mg/kg BB yang diberikan dua kali dengan

selang waktu 5 hari.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai perbandingan efek hipoglikemik bekatul beras hitam dengan

metformin pada Mencit Balb/C yang diinduksi streptozotocin.

2. Aspek aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk

penelitian lebih lanjut dalam upaya memanfaatkan bekatul beras hitam

(18)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Padi Beras Hitam

a. Taksonomi Tanaman Padi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Subkelas : Commelinidae

Ordo : Glumiflorae

Famili : Poaceae/Gramineae

Subfamili : Oryzoideae

Suku : Oryzeae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L.

Sub Spesies : japonica / indica

(19)

commit to user

Tanaman Padi Buah Padi

Gambar 2.1. Tanaman Padi dan Buah Padi

b. Nama Daerah

Beras hitam, memiliki nama yang berbeda-beda tergantung di

mana beras hitam tersebut berada. Beras hitam yang ada di Solo

dikenal dengan nama "beras wulung". Di kawasan Cibeusi, Subang,

Jawa Barat, beras hitam disebut dengan nama "beras gadog". Di

Sleman, beras hitam dikenal dengan nama “cempo ireng” dan ada juga

yang menyebut "beras jlitheng". Sedangkan di Bantul dikenal dengan

"beras melik" (Kristamtini, 2009).

c. Morfologi Tanaman Padi

Batang tanaman padi mempunyai bentuk beruas-ruas,

rangkaian ruas-ruas pada batang tanaman padi mempunyai panjang

yang berbeda-beda. Pada ruas batang bawah pendek, semakin ke atas

semakin panjang. Ciri khas daun tanaman padi yaitu adanya sisik dan

telinga daun, hal ini yang menyebabkan daun tanaman padi dapat

(20)

commit to user

adapun bagian daun padi yaitu:

1) Helaian daun terletak pada batang padi, bentuk memanjang seperti

pita

2) Pelepah daun menyelubungi batang yang berfungsi memberi

dukungan pada ruas bagian jaringan

3) Lidah daun terletak pada perbatasan antara helain daun dan leher

daun.

Bunga padi merupakan bunga telanjang yang mempunyai satu

bakal buah, 6 benang sari, serta 2 tangkai putik. Gabah atau buah padi

terdiri dari embrio, endosperm dan bekatul (Sucipto, 2009).

d. Kandungan Kimia

Tabel 2.1. Kandungan kimiawi fraksi pigmen pada beras hitam (Xia

et al., 2003)

Unsur Kadar (Unit/100 gram)

(21)

commit to user

Bekatul merupakan hasil sampingan dari proses penggilingan

gabah menjadi beras. Pada proses tersebut terjadi pemisahan

endosperma beras dengan bekatul yang merupakan lapisan yang

menyelimuti endosperma (Astawan, 2009). Proses pertama hanya

membuang sekam, menghasilkan beras pecah kulit. Beras pecah kulit

terdiri atas bran (dedak dan bekatul), endosperm, dan embrio

(22)

commit to user

proses penyosohan 1-2 kali lagi sehingga menghasilkan beras sosoh,

dedak dan bekatul (Alkaff, 2008).

Organisasi Bahan Pangan Dunia (FAO) telah membedakan

pengertian dedak dan bekatul. Dedak merupakan hasil sampingan dari

proses penggilingan padi yang terdiri atas lapisan sebelah luar butiran

beras (perikarp dan tegmen) dan sejumlah lembaga beras. Bekatul

merupakan lapisan sebelah dalam butiran beras (lapisan aleuron/kulit

ari) dan sebagian kecil endosperma berpati. Proses penggilingan padi

di Indonesia, dedak dihasilkan pada proses penyosohan pertama,

bekatul pada proses penyosohan kedua (Astawan, 2009).

f. Komponen Bekatul Beras Hitam yang Berpotensi sebagai

Antidiabetik dan Antioksidan

Komponen dalam bekatul beras hitam yang berpotensi

menurunkan kadar glukosa darah adalah flavonoid. Berdasarkan

struktur kimia flavonoid dibagi menjadi beberapa jenis yaitu flavonols,

flavones, flavonones, isoflavones, catechins, anthocyanin dan

chalcones (Buhler et al., 2000). Flavonoid memiliki beberapa khasiat,

yang terpenting adalah daya antioksidannya yang kuat, dapat

menetralisir radikal bebas, berdaya antitumor dengan cara

menghambat induksi kimiawi dari tumor, juga berkhasiat memperkuat

efek insulin sehingga mampu meregulasi kadar glukosa darah (Tjay

(23)

commit to user

Anthochyanin merupakan pigmen tumbuhan turunan dari

flavonoid. Anthochyanin berperan dalam pewarnaan tanaman (biru,

ungu dan merah). Penelitian Park, et al (2008) menyebutkan bahwa

kandungan anthocyanin pada beras hitam terdiri dari cyanidin

3-O-glucoside, peonidin 3-O-glucoside, malvidin 3-O-glucoside,

pelagonidin 3-O-glucoside dan delphinidin 3-O-glucoside. Jenis

antosianin ini ditemukan memiliki kemampuan antioksidan yang kuat

yang dapat melawan ReactiveOoxygen Species (ROS; sejenis radikal

bebas) dan mengurangi kerusakan sel yang terpapar oleh sinar UV

(Park et al.,2008).

2.Diabetes Melitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes

melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau kedua-duanya (Soegondo , 2005)

a. Klasifikasi Diabetes Melitus

Beberapa klasifikasi diabetes melitus telah diperkenalkan,

berdasarkan metode presentasi klinis, umur awitan, dan riwayat

penyakit. Klasifikasi ini telah disahkan oleh World Health

Organization (WHO) dan telah dipakai di seluruh dunia. Klasifikasi

yang diperkenalkan oleh American Diabetes Assiciation (ADA)

(24)

commit to user

diabetes dan gangguan toleransi glukosa. Empat klasifikasi klinis

gangguan toleransi glukosa: (Sceteingart, 2005).

1) Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 dikenal sebagai tipe dependent

insulin, merupakan bentuk diabetes yang berhubungan dengan

terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Keadaan tersebut

merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena

hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma

meningkat, dan sel-sel beta pankreas gagal merespon semua

stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, pemberian insulin

eksogen diperlukan untuk memperbaiki katabolisme, mencegah

ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia, serta peningkatan

kadar gukosa darah (Katzung, 2002)

2) Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes tipe 2 dulu dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe

onset maturitas dan tipe nondependent insulin (Sceteingart, 2005).

Obesitas, yang umumnya menimbulkan gangguan kerja insulin,

merupakan faktor risiko yang lazim pada diabetes tipe ini

(Katzung, 2002). Pada keadaan obesitas respons sel beta pankreas

terhadap peningkatan glukosa darah sering berkurang. Selain itu

jumlah dan kepekaan reseptor insulin pada sel target di seluruh

tubuh termasuk otot berkurang sehingga keberadaan insulin di

(25)

commit to user

3) Diabetes Melitus Tipe Lain

a) Defek genetik fungsi sel beta

b) Defek genetik kerja insulin

c) Penyakit eksokrin pankreas

d) Endokrinopati

e) Karena obat atau zat kimia

f) Infeksi

g) Imunologi (jarang)

h) Sindroma genetik lain

(Powers, 2006).

4) Diabetes Melitus Gestasional (kehamilan)

Intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan.

Diabetes gestasional terjadi karena peningkatan sekresi berbagai

hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi

glukosa (Powers, 2006).

b. Gejala – Gejala Diabetes

Gejala khas diabetes melitus berupa polifagia, poliuria,

polidipsia, lemas, dan berat badan turun yang tidak dapat dijelaskan

sebabnya. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah

kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus

(26)

commit to user

c. Diagnosis

1) Pemeriksaan penyaring dilakukan pada kelompok dengan salah

satu risiko diabetes melitus sebagai berikut:

a) Usia > 45 tahun

b) Berat badan lebih: BBR > 110% BB idaman atau IMT > 23

kg/m2

c) Hipertensi ( >140/90 mm Hg)

d) Riwayat diabetes melitus dalam garis keturunan

e) Riwayat abortus berulang, melahirkan cacat atau BB lahir

bayi > 4000 gram

f) Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl

(Soegondo, 2005).

2) Kriteria diagnosis diabetes:

a) Gejala klasik diabetes melitus + glukosa darah sewaktu ≥ 200

mg/dl. Gula darah sewaktu adalah kadar gula darah yang

merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa

memerhatikan waktu makan terakhir.

b) Gejala klasik diabetes melitus + kadar glukosa darah puasa

(plasma vena) ≥ 126 mg/dl.

c) Gejala klasik diabetes melitus + kadar glukosa darah puasa

(kapiler) ≥ 110 mg/dl.

d) Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan

(27)

commit to user

e) Kadar gula darah 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral

(TTGO) ≥ 200 mg/dl.

f) TTGO dilakukan dengan Standard WHO, menggunakan

beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus

yang dilarutkan dalam air (Gustaviani, 2006).

d. Terapi diabetes melitus

1) Perencanaan makan (meal planning)

Pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

(PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan

adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat

(60-70 %), protein (10-15 %), dan lemak (20-25 %). Jumlah kalori

disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan

kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal.

(Mansjoer et al., 2001)

2) Latihan jasmani

Prinsip latihan jasmani bagi penyandang diabetes pada

prinsipnya sama dengan prinsip latihan jasmani pada umumnya,

yaitu mengikuti : F,I,D,J, yang dapat dirinci sebagai berikut:

Frekuensi 3-5 kali perminggu secara teratur; Intensitas ringan dan

sedang (60%-70% Maximum Hearth Rate); Durasi 30-60 menit

setiap melakukan latihan dan jenis latihan yang dianjurkan adalah

(28)

commit to user

3) Obat hipoglikemi

a) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

(1) Golongan sulfonilurea

Cara kerja obat golongan ini masih terdapat

perbedaan pendapat tetapi pada umumnya dikatakan: (a)

Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan; (b)

Menurunkan ambang sekresi insulin; (c) meningkatkan

sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa

(Mansjoer et al., 2001)

Obat golongan sulfonilurea generasi pertama adalah

tolbutamid dan klorpropamid (Soegondo, 2005).

(2) Golongan Biguanid

Golongan biguanid yang masih dipakai adalah

metformin. Mekanisme kerja biguanida yang diusulkan

baru-baru ini meliputi stimulasi glikolisis secara langsung

dalam jaringan dengan peningkatan eliminasi glukosa

dalam darah penurunan gukoneogenesis hati, melambatkan

absorbsi glukosa dalam saluran cerna, dan penurunan kadar

(29)

commit to user

(3) α Glucosidase- Inhibitor

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat

kerja enzim α glukosidase di dalam saluran cerna, sehingga

menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan

hiperglikemia pascaprandial (Mansjoer et al., 2001).

Acarbose merupakan contoh penghambat

glukosidase alfa yang sering digunakan (Soegondo, 2005).

(4) Insulin Sensitizing Agent

Tiazolidindion merupakan golongan obat

antidiabetes oral yang dapat meningkatkan sensitivitas

insulin terhadap jaringan sasaran (Katzung, 2002) dengan

cara terikat pada reseptor Peroxisome Proliferator

Activated Receptor (PPAR) - γ nuclear, meningkatkan

transkripsi gen-gen tertentu yang sensitif insulin (Neal,

2006).

Obat ini diberikan dalam kombinasi dengan metformin

atau sulfonilurea (Neal, 2006).

(5) Golongan Meglitinida

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama

dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada meningkatkan

sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2

macam obat yaitu: repaglinid (derivat asam benzoat) dan

(30)

commit to user

cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara

cepat melalui hati (Tjay dan Rahardja, 2007a).

b) Insulin

Insulin adalah suatu hormon polipeptida yang dihasilkan

oleh sel-β dari pulau Langerhans dan merupakan kelompok sel

yang terdiri dari 1% masa pancreas. Dosis insulin dinyatakan

dalam unit (U). Sediaan homogen human insulin mengandung

25-30 UI/mg. Insulin diberikan secara subkutan dengan tujuan

mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal. Kadar

insulin dapat diukur dengan pengukuran radioimmunoassay,

kadar insulin basal pada manusia normal yaitu 5-15 µU/ml

(30-90 pmol/l) dan kadar puncak 60-(30-90 µU/mL (360-540 pmol/l)

selama makan (Katzung, 2002).

3.Glukosa Darah

Glukosa merupakan salah satu bentuk hasil metabolisme

karbohidrat yang paling sederhana atau monosakarida. Bentuk

monosakarida yang lain adalah fruktosa dan galaktosa (Sherwood, 2001).

Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah bergantung pada

keseimbangan beberapa hormon, yaitu:

a. Hormon yang menurunkan kadar glukosa darah

(31)

commit to user

b. Hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah, antara lain

glukagon

1) Glukagon disekresi oleh sel-sel-α pulau Langerhans.

2) Epinefrin disekresi oleh medula.

3) Glukokortikoid disekresi oleh korteks adrenal.

4) Growth hormon disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior

(Sceteingart, 2005).

Agar dapat berfungsi secara optimal, tubuh hendaknya dapat

mempertahankan konsentrasi glukosa darah dalam batas-batas tertentu,

yaitu 70 – 120 mg/100 ml dalam keadaan puasa. Keadaan glukosa darah

yang terlalu tinggi disebut hiperglikemik dan terlalu rendah disebut

hipoglikemik (Sunita, 2001).

4.Metformin

Zat ini adalah derivat-dimetil dari kelompok biguanida yang

berkhasiat memperbaiki sensitivitas insulin, terutama menghambat

pembentukan glukosa dalam hati serta menurunkan kolesterol-LDL dan

trigliserida. Metformin bekerja di perifer untuk meningkatkan ambilan

glukosa oleh suatu mekanisme yang hingga saat ini masih menjadi

perdebatan (Neal M, 2006).

Berbeda dengan golongan sulfonilurea, obat ini tidak

menstimulasi pelepasan insulin dan tidak menurunkan glukosa darah pada

(32)

commit to user

sehingga berat badan tidak meningkat, maka aman diberikan pada

penderita yang kegemukan. (Tjay dan Rahardja, 2007a).

Efek toksik yang paling sering dari metformin adalah gejala

saluran cerna (tidak nafsu makan, mual, muntah,diare) dan terjadi sampai

pada 20% penderita (Katzung, 2002).

5.Streptozotocin

Streptozotocin (STZ) adalah senyawa campuran

glukosamin-nitrosourea. Nama kimiawi senyawa ini adalah

2-deoksi-3-(3-metil-3-nitrosoureido)-D-glukopiranosa (C8H15N3O7). Senyawa ini dapat masuk

ke dalam sel melalui transporter glukosa (GLUT 2). Sel-β pankreas

memiliki jumlah GLUT 2 lebih banyak daripada sel-sel tubuh lainnya

sehingga STZ memiliki toksisitas selektif terhadap sel-β pankreas (Ling,

2001).

Streptozotocin biasa digunakan untuk menginduksi hewan

eksperimental diabetik (Ling, 2001). Ada beberapa mekanisme

diabetogenik STZ, antara lain :

a. STZ menyebabkan kerusakan DNA pada islet pankreas dan

menstimulasi poly (ADP-ribose) synthetase untuk menurunkan kadar

NAD+ dan NADP+ sehingga produksi proinsulin terganggu.

b. STZ menginduksi terbentuknya radikal–radikal bebas, misalnya

superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), hidroksil (OH-), dan

(33)

commit to user

Gambar 2.2. Struktur kimia streptozotocin (C8H15N3O7) (Lenzen,

(34)
(35)

commit to user C.Hipotesis

Pemberian bekatul beras hitam dapat menyebabkan penurunan

kadar glukosa darah mencit Balb/C secara bermakna sebanding dengan

(36)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian bersifat eksperimental laboratorik, dengan the pre and post

test control group design

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Hewan Uji Laboratorium

Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Subyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan hewan uji berupa mencit Balb/C jantan

dengan usia kurang lebih 4–6 minggu dengan berat badan 20-30 gram

mencit Balb/C diperoleh dari UD. Wistar, Dadapan, Jl Parangtritis Km 8,

Yogyakarta

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling

yang dilanjutkan dengan simple random sampling untuk membagi subyek

(37)

commit to user

Jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus Federer :

Keterangan:

K = Jumlah kelompok

n = Jumlah sampel dalam tiap kelompok

Dalam penelitian ini subjek dibagi menjadi 6 kelompok, sehingga

berdasarkan rumus Federer didapatkan jumlah subjek masing-masing

kelompok sebagai berikut:

(k-1) (n-1) ≥ 15

(6-1) (n-1) ≥ 15

5(n-1) ≥ 15

5n-5 ≥ 15

5n ≥ 20

n ≥ 4

Jadi, tiap kelompok minimal terdiri dari 4 ekor mencit.

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : dosis bekatul beras hitam

2. Variabel Terikat : kadar glukosa darah mencit Balb/C

3. Variabel Luar

a.Dapat dikendalikan

1) Genetik

(38)

commit to user

2) Berat badan

3) Makanan

4) Umur

5) Jenis Kelamin

6) Suhu Udara

b.Tidak dapat dikendalikan

1) Variasi kepekaan mencit Balb/C terhadap suatu zat

2) Stres

3) Hormonal

4) Penyakit Pankreas

F. Skala variabel

1. Bekatul beras hitam : Skala Ordinal

2. Kadar glukosa darah : Skala Rasio

G. Definisi operasional varibel penelitian

1. Bekatul beras hitam

Bubuk bekatul beras hitam diperoleh dari bekatul yang

dikeringkan kemudian dihaluskan. Pemberian bekatul dilakukan dengan

cara diseduh menggunakan air mendidih (100 derajat Celsius) lalu

didiamkan selama 1 jam. Pemberian pada mencit Balb/C dilakukan secara

(39)

commit to user

2. Kadar Glukosa Darah Sewaktu

Glukosa darah diukur menggunakan Gluko-stick test dari darah

ekor mencit Balb/C. Disebut DM apabila kadar glukosa darah sewaktu ≥

200 mg/dl.

H. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1. Skema Rencana Penelitian

X = jumlah mencit yang dipakai

(40)

commit to user

H2 = kadar glukosa darah kelompok kontrol positif sebelum perlakuan

H3 = kadar glukosa darah kelompok kontrol negatif sebelum perlakuan

H4 = kadar glukosa darah kelompok perlakuan 1 sebelum perlakuan

H5 = kadar glukosa darah kelompok perlakuan 2 sebelum perlakuan

H6 = kadar glukosa darah kelompok perlakuan 3 sebelum perlakuan

I1 = kadar glukosa darah kelompok kontrol normal setelah perlakuan

I2 = kadar glukosa darah kelompok kontrol positif setelah perlakuan

I3 = kadar glukosa darah kelompok kontrol negatif setelah perlakuan

I4 = kadar glukosa darah kelompok perlakuan 1 setelah perlakuan

I5 = kadar glukosa darah kelompok perlakuan 2 setelah perlakuan

I6 = kadar glukosa darah kelompok perlakuan 3 setelah perlakuan

I. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Kandang mencit

2. Timbangan Digital

3. Spuit disposable

4. Sonde mencit

5. pipet ukur

6. Labu takar

7. becker glas

8. Blood glucose stick meter GlucoDrTM

(41)

commit to user J. Bahan Penelitian

Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

1. Streptozotocin

2. Bekatul beras hitam

3. Aquades

4. pelet

5. Metformin

6. citrate buffer

7. air

K. Penentuan Dosis

1. Bekatul Beras Hitam

Penggunaan bekatul beras hitam di masyarakat untuk pengobatan

diabetes melitus yaitu 30 gram. Konversi dosis dari manusia (70 kg)

terhadap mencit (200 gram) adalah 0,0026 (Soehardjono, 1990).

Maka dosis bekatul beras hitam untuk mencit:

Dosis manusia: 30 gram/ 200 ml = 150 gram/liter

15 gram

Dosis I = x 0,0026

0,2 l

= 0,195 gram/l

(42)

commit to user

Dosis II = 30 gram x 0,0026

0,2 l

= 0,39 gram /l

Setara dengan: 0,4 ml

Dosis III = x 0,0026

= 0,78 gram/l

Setara dengan: 0,8 ml

Jadi, dosis bekatul yang diberikan per ekor tikus putih per hari

adalah 0,2 ml (dosis I), 0,4 ml (dosis II) dan 0,8 ml (dosis III).

2. Induksi Streptozotocin

Umumnya induksi diabetes dilakukan dengan pemberian secara

intraperitoneal streptozotocin dalam 0.15 M NaCl dan 100 mM buffer

sitrat pH 4.5 dengan dosis streptozotocin 40 mg/kg BB yang diberikan

selama 5 hari berturut-turut dapat menyebabkan DM tipe II. Pada

penelitian lain digunakan dosis tunggal streptozotocin 240 mg/kg BB

dapat menginduksi DM tipe I (Nacci et.al, 2009). Hanya mencit dengan

kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dl yang digunakan dalam penelitian ini

(Amirshahrokhi et al., 2008)

Streptozotocin sebanyak 500 mg yang dilarutkan dalam 50 ml

buffer sitrat 0,02 M, sehingga 1 ml larutan mengandung 10 mg 60 gram

(43)

commit to user

streptozotocin. Dosis streptozotocin yang digunakan tidak mengacu pada

penelitian yang telah ada, namun peneliti menggunakan dosis 65 mg/kg

BB yang diberikan dua kali dengan selang waktu 5 hari. Bila berat

mencit rata-rata adalah 30 gram, maka dibutuhkan 1,95 mg

streptozotocin untuk setiap ekor mencit. Jika 1 ml larutan mengandung

10 mg streptozotocin, maka induksi secara intraperitoneal memerlukan

0,195 ml larutan.

3. Metformin

Berdasarkan tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai

hewan uji dari berbagai spesies dan manusia, maka konversi dosis

manusia dengan berat badan 70 kg pada mencit dengan berat badan 20

gram adalah 0,0026 (Ngatidjan,1991). Dosis metformin yang digunakan

untuk orang dewasa adalah 500 mg/hari, dengan demikian dosis untuk

mencit 20 gram = (500 mg x 0,0026) = 1,3 mg/mencit/ hari. Karena

pemberian metformin dilakukan secara peroral, maka perlu dilakukan

pelarutan dalam aquades dengan rincian 26 mg metformin dilarutkan

dalam 2 ml aquades. Bila dosis tiap mencit adalah 1,3 mg maka volume

(44)

commit to user L. Cara kerja

1. Enam kandang mencit disiapkan. Masing-masing untuk enam kelompok

mencit.

2. Mencit diadaptasikan dengan lingkungan selama tujuh hari. Pada hari ke

tujuh dilakukan penimbangan untuk menentukan dosis.

3. Mencit dikelompokkan secara simple random sampling menjadi 6

kelompok, masing-masing 5 ekor dengan perlakuan :

a. Kelompok I : hanya diberi diet standar, sebagai kontrol.

b. Kelompok II : diinduksi streptozotocin 65 mg/kg BB

diulang dengan dosis yang sama 5 hari kemudian, diberi diet standar,

sebagai kontrol negatif (kelompok DM).

c. Kelompok III : diinduksi streptozotocin 65 mg/kg BB

diulang dengan dosis yang sama 5 hari kemudian, diberi diet standar

dan metformin dosis 1,3 mg/mencit/hari secara peroral setiap hari.

d. Kelompok IV : diinduksi streptozotocin 65 mg/kg BB

diulang dengan dosis yang sama 5 hari kemudian, diberi diet standar

(pelet dan air minum) dan diberi seduhan bekatul dosis 0,2 ml/mencit

peroral setiap hari.

e. Kelompok V : diinduksi streptozotocin 65 mg/kg BB

diulang dengan dosis yang sama 5 hari kemudian, diberi diet standar

(pelet dan air minum) dan diberi seduhan bekatul dosis 0,4 ml/ mencit

(45)

commit to user

f. Kelompok VI : diinduksi streptozotocin 65 mg/kg BB

diulang dengan dosis yang sama 5 hari kemudian diberi diet standar

(pelet dan air minum) dan diberi seduhan bekatul dosis 0,8

ml/menncit peroral setiap hari.

4. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu untuk menentukan mencit DM

dilakukan ± 2 hari setelah induksi streptozotocin dan pada akhir paparan,

kembali dilakukan pemeriksaan glukosa darah mencit menggunakan

Gluco-stick test.

5. Observasi kadar glukosa darah sewaktu pada tiap kelompok dan

(46)

commit to user

Alur Penelitian

Gambar 3.2. Skema alur penelitian

M. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan uji statistik parametrik karena jumlah

(47)

commit to user

diambil secara random dengan simple random sampling dan skala

pengukuran numerik (Bhisma, 2006).

Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik menggunakan uji

Anova dilanjutkan dengan Post Hoc Test menggunakan SPSS for Windows

Release 17.0 dan p < 0,05 dipilih sebagai tingkat minimal signifikansinya.

Dipilih uji one-way Anova karena penelitian ini menggunakan lebih dari 2

kelompok untuk menguji kemampuan generalisasi sehingga data sampel

diangap mewakili populasi. Adapun syarat yang harus dipenuhi pada uji

one-way Anova antara lain :

1. Data numerik pada kelompok kategorik

2. Sampel kelompok independent dan diambil secara random

3. Diasumsikan varians populasi homogen

4. Data berdistribusi normal atau mendekati normal.

Bila syarat uji one-way Anova terpenuhi maka dapat dilanjutkan

dengan Least Significant Difference (LSD) Post Hoc Test untuk mengetahui

lebih lanjut perbedaan yang terjadi antar kelompok.

Bila syarat uji one-way Anova tidak terpenuhi maka harus dilakukan

transformasi data agar data diperoleh varian sama. Bila tidak diperoleh

varian yang sama maka digunakan pengujian alternatif berupa uji

nonparametrik Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan Post Hoc Test (Uji

(48)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. HASIL PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata kadar glukosa darah

sesaat mencit normal adalah 152.6 mg/dl. Pemberian induksi STZ dosis 65

mg/kg BB dalam larutan buffer salin sitrat terlihat secara bermakna

meningkatkan kadar glukosa darah, dengan rata-rata kadar glukosa darah

setelah induksi STZ adalah 253 mg/dl. Rata-rata kadar glukosa darah mencit

sebelum perlakuan minus sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok

selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1 .

Tabel 4. 1. Rata-Rata Selisih Kadar Glukosa Darah Sebelum vs Sesudah

Perlakuan Masing-masing Kelompok (mg/dL)

Kelompok Rata-rata ± SD

DM + Metformin -159.20 ± 54.12

DM + Bekatul low -211.60 ± 97.59

DM + Bekatul medium -134.20 ± 103.65

DM + Bekatul high -27.00 ± 61.437

Sumber: Data primer, Mei 2010

Tabel 4.1. menunjukkan data perubahan kadar glukosa darah yang

merupakan selisih antara kadar glukosa darah sesudah perlakuan dan glukosa

darah sebelum perlakuan pada masing-masing kelompok. Tabel di atas

(49)

commit to user

n bertanda negatif (-) menunjukkan bahwa dengan pe

adi penurunan kadar glukosa darah antara sebel

elasnya, rata-rata perubahan kadar glukosa darah

agram di bawah ini.

gram Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Mencit S

n Sesudah Perlakuan.

tanpa induksi Streptozotocin dan hanya

nelitian di uji normalitasnya untuk menjamin

kuratan dalam penarikan simpulan. Uji normali

da penelitian ini adalah Shapiro-Wilk karena

(50)

commit to user

sampel yang digunakan kecil (n< 50) dengan ketentuan bahwa suatu data

dikatakan mempunyai sebaran normal jika nilai p>0,05 (Sastroasmoro, 2008).

Berikut ini adalah tabel hasil uji normalitas tersebut :

Tabel 4. 2. Hasil Uji Shapiro-Wilkpada Kelompok Perlakuan

Kelompok P value

DM + Metformin 0.606

DM + Bekatul Low 0.466

DM + Bekatul Medium 0.102

DM + Bekatul High 0.822

Sumber: Data primer, Mei 2010

Dari tabel 4.2. memperlihatkan bahwa nilai kemaknaan untuk

masing-masing kelompok semuanya > 0.05. Oleh karena nilai p untuk ke 4 kelompok

data adalah >0.05, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi keempat

kelompok data adalah normal.

Uji homogenitas dilakukan pada data hasil penelitian untuk melihat

keseragaman dari sampel.

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Varian

Gula Darah Sesaat, Sesudah Minus Sebelum (mg/dl)

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

(51)

commit to user

Hasil uji homogenitas varian menunjukkan levene statistik 6.086 dengan

peluang sig = 0,002 atau didapat 0,002 < 0,05 berarti ada asumsi homogenitas

varian, maka teknik Post Hoc test yang bisa dipergunakan adalah Dunnett’s

T3.

Uji ANOVA digunakan untuk melihat perbedaan kadar gula darah

antara kelompok-kelompok yang ada. Penurunan kadar gula darah

masing-masing kelompok bervariasi.

Tabel 4.4. Hasil Uji ANOVA tentang Perbedaan Mean Penurunan Gula

Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok N Mean SD F P

No Bekatul - - - 7.474 0.001

Metformin 5 159.2

Bekatul Low 5 211.6

Bekatul Medium 5 134.2

Bekatul High 5 27.0

Hasil uji ANOVA didapatkan adanya perbedaan bermakna penurunan

kadar gula darah mencit di antara kelima kelompok perlakuan. Uji ANOVA

memperlihatkan signifikansi = 0.001, karena sig < 0.05 maka disimpukan

(52)

commit to user

Uji ANOVA kemudian dilanjutkan dengan Least Significant Difference

(LSD) Post Hoc Test untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang terjadi

antar kelompok.

Tabel 4.5. Hasil Uji Post Hoc Test (Dunnett T3)

Kelompok- Kelompok Beda Mean Sig.

No bekatul Metformin 159.2 0.017

Bekatul Low 211.6 0.049

Bekatul Medium 134.2 0.230

Bekatul High 27.0 0.950

Bekatul Low Metformin 52.4 0.942

Bekatul Medium 77.4 0.890

Bekatul High 184.6 0.069

Bekatul Medium Metformin 25.0 1.000

Bekatul High 107.2 0.478

Bekatul High Metformin 132.2 0.055

Berdasarkan hasil uji Post Hoc test dapat dilihat perbandingan

perubahan kadar gula darah mencit sebelum dan sesudah perlakuan

antarkelompok. Perbandingan penurunan kadar gula darah antarkelompok

bekatul rendah (low) dengan kelompok metformin, kelompok bekatul sedang

medium) dengan metformin didapatkan p masing-masing 0.942 dan 1.000

(p>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan penurunan

(53)

commit to user

Gambar 4.2. Boxplot Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit

Rata-rata selisih penurunan kadar glukosa darah tidak mengalami

peningkatan pada peningkatan pemberian dosis untuk kelompok bekatul

rendah (0,2 ml/mencit/hari), bekatul sedang (0,4 ml/mencit/hari), dan bekatul

tinggi (0,8 ml/mencit/hari). Selain itu juga dapat dilihat bahwa rata-rata

selisih penurunan kadar glukosa darah mencit kelompok metformin

(54)

commit to user BAB V

PEMBAHASAN

Hasil uji normalitas data dengan mengggunakan uji Shapiro-Wilk

menunjukkan sebaran data yang normal untuk semua kelompok (p > 0,05) dan

data hasil uji homogenitas varians menunjukkan variansi data yang diasumsikan

homogen sehingga analisis data selanjutnya dapat digunakan uji parametrik yakni

uji One-way Anova. Uji statistik dengan One-way Anova digunakan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar glukosa darah mencit antara

sebelum dan setelah perlakuan.

Hasil statistik dengan One-way Anova menunjukkan terdapat perbedaan

efek hipoglikemik secara bermakna antar kelompok perlakuan (p:0,001). Uji

Anova selanjutnya dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui letak perbedaan

efek hipoglikemik diantara kelompok-kelompok tersebut.

Pembuatan mencit model diabetes untuk penelitian ini dilakukan dengan

pemberian injeksi streptozotocin (STZ). Injeksi STZ mengakibatkan glukosa

darah sewaktu (GDS) pada mencit meningkat dari sebelumnya. Kadar GDS pada

mencit normal adalah 158.67 mg/dl. Kemudian setelah mencit diinduksi STZ

dosis 65 mg/kg BB terjadi peningkatan kadar GDS, rata-rata menjadi 253 mg/dl.

Sesuai dengan kriteria WHO (2006) untuk menegakkan diagnosis DM yaitu kadar

GDS dalam plasma ≥200 mg/dl.

Streptozotocin dikenal luas memiliki kemampuan diabetogenik pada

(55)

commit to user

dalam beberapa penelitian Anderson et al,. (1974). Efek diabetogenik dari

streptozotocin pada hewan didapatkan dari reduksi konsentrasi Nicotinamide

Adenine Dinucleotide (NAD) di antara sel-sel β-pankreas. Penurunan sintesis

NAD intaseluler ini terkait dengan peningkatan gambaran histologik dari sel β

pulau Langerhans pankreas dan merupakan hasil dari menurunnya pengambilan

prekursor oleh sel-sel beta. (Schein et al., 1967)

Beberapa mencit mati dalam stadium prediabetik karena kadar gula darah

setelah induksi STZ belum mencapai 200 mg/dl. Tidak tercapainya kondisi

hiperglikemia ini kemungkinan dapat disebabkan oleh melemahnya kemampuan

STZ dalam perusakkan sel β-pankreas akibat waktu penyimpanan. STZ disimpan

dalam bentuk yang sudah diencerkan lebih dari 1 bulan. Perubahan kondisi pelarut

STZ akan mempengaruhi stabilitas STZ ketersediaan hayatinya dalam sel target.

Keadaan ini menyebabkan kemampuan STZ untuk merusak sel β-pankreas

melemah dan bersifat reversible, masih ada sisa sel β-pankreas yang masih

berfungsi dengan baik untuk memproduksi insulin sehingga kadar GDS yang

dihasilkan tidak sampai membuat mencit menjadi diabetes.

Penelitian ini menggunakan 3 macam dosis untuk kelompok uji atau

perlakuan ,yaitu: 0,2 ml/mencit/hari, 0,4 ml/mencit/hari, 0,8 ml/mencit/hari

dengan alasan untuk melihat apakah ada hubungan dosis dengan efek penurunan

kadar gula darah. Selain itu, variasi dosis perlakuan diberikan untuk melihat dosis

mana yang memberikan efek terapi paling baik

Pada penelitian ini didapatkan kadar penurunan glukosa darah sewaktu

(56)

commit to user

mungkin dari faktor biologis dari mencit meliputi jumlah dan kualitas reseptor

insulin, serta kondisi pankreas. Selain itu, stres yang dialami oleh mencit akibat

pengambilan darah dan pemberian perlakuan merupakan faktor pengganggu yang

bisa mengakibatkan variasi dalam pengukuran kadar glukosa darah. Variasi

glukosa darah hasil pengukuran dapat dimengerti karena terdapat perbedaan

kepekaan pada setiap hewan uji merupakan akibat dari perbedaan biologik dari

mencit.

Pada kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan streptozotocin dan

aquades, didapatkan penurunan kadar glukosa darah, padahal seharusnya kadar

glukosa pada kelompok ini relatif tetap. Penurunan glukosa darah pada kelompok

ini rata-rata 100 mg/dl. Selain itu, pada kelompok I yaitu kelompok kontrol

normal yang diberi aquadest tanpa induksi streptozotocin juga mengalami

penurunan kadar glukosa darah. Penurunan ini bisa saja terjadi kemungkinan

disebabkan:

1. Kondisi biologis mencit tersebut meliputi jumlah dan kualitas reseptor

insulin, serta kondisi pankreas. Selain itu, stres yang dialami oleh mencit

akibat pengambilan darah dan pemberian perlakuan.

2. Ketersediaan hayati streptozotocin dalam sel target berkurang

3. Pemberian perlakuan induksi yang kurang lama dapat pula mempengaruhi

kadar glukosa darah.

4. Komposisi pakan serta lingkungan percobaaan yang tidak terstandarisasi

juga dapat mempengaruhi kadar glukosa darah sehingga hasil yang didapat

(57)

commit to user

bekatul (konsentrasi 40 %), di mana pada bekatul masih terkandung

senyawa flavonoid.

Obat yang digunakan sebagai kontrol pembanding pada penelitian ini

adalah metformin. Karena mekanisme penurunan kadar glukosa darah oleh

meformin hampir sama dengan mekanisme penurunan kadar glukosa darah oleh

bekatul. Bekatul mampu meningkatkan sensitivitas insulin seperti mekanisme

metformin (Tjay dan Rahardja, 2007b).

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini ternyata bekatul dosis rendah (0,2

ml/mencit/hari) dibandingkan dengan metformin memiliki signifikansi 0.942 dan

bekatul dosis sedang (0,4 ml/mencit/hari) dibandingkan dengan metformin

memiliki signifikansi 1.000.

Hal ini menunjukkan bahwa bekatul beras hitam dengan dosis rendah (0,2

ml/mencit/hari) memberikan manfaat sama dengan bekatul dosis sedang (0,4

ml/mencint/hari) dan keduanya setara dibandingkan dengan metformin. Dan

antara bekatul dosis rendah (0,2 ml/mencit/hari) dengan dosis sedang (0,4

ml/mencint/hari) menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna sehingga dapat

disimpulkan bahwa keduanya mempunyai efek terapi yang hampir sama.

Pemberian bekatul dosis tinggi pada penelitian ini malah menunjukkan

penurunan efek hipoglikemik dari flavonoid. Kemungkinan penurunan efek

hipoglikemik dapat disebabkan adanya zat aktif lain dalam bekatul beras hitam

yang dapat menurunkan efek hipoglikemik dari flavonoid dan anthocyanin

tersebut (Side Effect Eliminating Substances). Selain itu, kemungkinan adanya zat

(58)

commit to user

menginduksi enzim tubuh untuk memetabolisme flavonoid itu sendiri sehingga

pada penambahan dosis tidak meningkatkan aktivitas hipoglikemik. Di samping

itu adanya toleransi reseptor terhadap flavonoid dan anthocyanin karena adanya

penambahan dosis dapat mengurangi kemampuannya flavonoid dan anthocyanin

untuk menurunkan kadar glukosa darah.

(59)

commit to user

47

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemberian bekatul beras hitam dapat memberikan efek penurunan gula

darah pada mencit Balb/C yang diinduksi Streptozotocin.

2. Efek penurunan gula darah bekatul beras hitam hampir sama dengan

metformin karena perbedaannya tidah signifikan

3. Bekatul dengan dosis rendah (0,2 ml/mencit/hari) memberikan manfaat

sama dengan bekatul dosis sedang (0,4 ml/mencit/hari) karena penurunan

keduanya secara statistik tidak signifikan

4. Bekatul dosis rendah (0,2 ml/mencit/hari) lebih baik bila digunakan

sebagai terapi.

B. SARAN

Mengingat adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, maka

saran yang dapat diberikan adalah:

1. Dalam penginduksian digunakan STZ yang segar dalam pengenceran.

2. Diperlukan penelitian serupa dengan waktu pemaparan yang lebih

panjang sehingga dapat diamati lebih jauh pengaruh bekatul beras hitam

terhadap kadar glukosa darah.

3. Uji lanjutan, misalnya uji toksisitas agar dapat menentukan keamanan

Gambar

Tabel 4. 2.  Hasil Uji Shapiro-Wilk pada Kelompok Perlakuan......................... 36
Gambar 2.1.  Tanaman Padi dan Buahnya ........................................................
Gambar 2.1. Tanaman Padi dan Buah Padi
Tabel 2.1. Kandungan kimiawi fraksi pigmen pada beras hitam (Xia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan peristiwa yang terjadi di Hotel JW.Marriot dan Ritz Carlton ini/ dimungkinkan akan menutup semua perdebatan tentang hasil pemilu/ yang sampai hari ini

Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik untuk 100 g granul, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet.. Pengukuran sudut

Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, langah yang harus dilakukan oleh bank adalah berupaya menyelamatkan kredit tersebut dengan berbagai macam cara tergantung

Hasil penelitian yang sudah dilaksanakan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa Aplikasi Promosi Pariwisata di Kabupaten Pandeglang berbasis web ini telah dirancang dan diuji

In the analysis of Halim Perdanakusuma Airport passenger terminal capacity, the capacity of each mandatory facility in the passenger terminal was elaborated to figure out

BNI TabunganKu iB Hasanah ialah produk simpanan dana dari Bank Indonesia yang dikelola sesuai dengan prinsip syariah dengan akad Wadiah dalam mata uang Rupiah

Pertumbuhan iman pada proses melalui sentuhan kandungan ayat-ayat Allah, baik yang tertulis ( al-ayat al-Maktubah ) maupun yang terbentang di jagat raya ( al- ayat al-Kauniyyah )

Pertumbuhan bobot mutlak ikan bandeng pada tambak empang parit yang lebih tinggi dibanding dengan tambak lainnya dipengaruhi oleh keberadaan mangrove dalam