• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

B. ANALISIS DATA

Data hasil penel penelitian dan keakura yang digunakan pada

152.6 0 50 100 150 200 250 300 normal R at a -r at a K ad ar G lu k os a D ar ah m g/ d L

n bertanda negatif (-) menunjukkan bahwa dengan pe adi penurunan kadar glukosa darah antara sebel

elasnya, rata-rata perubahan kadar glukosa darah agram di bawah ini.

gram Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Mencit S n Sesudah Perlakuan.

tanpa induksi Streptozotocin dan hanya

nelitian di uji normalitasnya untuk menjamin kuratan dalam penarikan simpulan. Uji normali

da penelitian ini adalah Shapiro-Wilk karena

253

139.2

205.2

225 222.4

DM Metformin Low Medium High

Kelompok perlakuan n perlakuan belum dan rah mencit it Sebelum ya diberi n validitas alitas data na jumlah

commit to user

sampel yang digunakan kecil (n< 50) dengan ketentuan bahwa suatu data dikatakan mempunyai sebaran normal jika nilai p>0,05 (Sastroasmoro, 2008). Berikut ini adalah tabel hasil uji normalitas tersebut :

Tabel 4. 2. Hasil Uji Shapiro-Wilkpada Kelompok Perlakuan

Kelompok P value

DM + Metformin 0.606

DM + Bekatul Low 0.466

DM + Bekatul Medium 0.102

DM + Bekatul High 0.822

Sumber: Data primer, Mei 2010

Dari tabel 4.2. memperlihatkan bahwa nilai kemaknaan untuk masing-masing kelompok semuanya > 0.05. Oleh karena nilai p untuk ke 4 kelompok data adalah >0.05, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi keempat kelompok data adalah normal.

Uji homogenitas dilakukan pada data hasil penelitian untuk melihat keseragaman dari sampel.

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Varian

Gula Darah Sesaat, Sesudah Minus Sebelum (mg/dl) Levene

Statistic df1 df2 Sig.

commit to user

Hasil uji homogenitas varian menunjukkan levene statistik 6.086 dengan peluang sig = 0,002 atau didapat 0,002 < 0,05 berarti ada asumsi homogenitas varian, maka teknik Post Hoc test yang bisa dipergunakan adalah Dunnett’s T3.

Uji ANOVA digunakan untuk melihat perbedaan kadar gula darah antara kelompok-kelompok yang ada. Penurunan kadar gula darah masing-masing kelompok bervariasi.

Tabel 4.4. Hasil Uji ANOVA tentang Perbedaan Mean Penurunan Gula

Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok N Mean SD F P No Bekatul - - - 7.474 0.001 Metformin 5 159.2 Bekatul Low 5 211.6 Bekatul Medium 5 134.2 Bekatul High 5 27.0

Hasil uji ANOVA didapatkan adanya perbedaan bermakna penurunan kadar gula darah mencit di antara kelima kelompok perlakuan. Uji ANOVA memperlihatkan signifikansi = 0.001, karena sig < 0.05 maka disimpukan bahwa ada perbedaan bermakna antara kelima kelompok perlakuan.

commit to user

Uji ANOVA kemudian dilanjutkan dengan Least Significant Difference (LSD) Post Hoc Test untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang terjadi antar kelompok.

Tabel 4.5. Hasil Uji Post Hoc Test (Dunnett T3)

Kelompok- Kelompok Beda Mean Sig.

No bekatul Metformin 159.2 0.017

Bekatul Low 211.6 0.049

Bekatul Medium 134.2 0.230

Bekatul High 27.0 0.950

Bekatul Low Metformin 52.4 0.942

Bekatul Medium 77.4 0.890

Bekatul High 184.6 0.069

Bekatul Medium Metformin 25.0 1.000

Bekatul High 107.2 0.478

Bekatul High Metformin 132.2 0.055

Berdasarkan hasil uji Post Hoc test dapat dilihat perbandingan perubahan kadar gula darah mencit sebelum dan sesudah perlakuan antarkelompok. Perbandingan penurunan kadar gula darah antarkelompok bekatul rendah (low) dengan kelompok metformin, kelompok bekatul sedang medium) dengan metformin didapatkan p masing-masing 0.942 dan 1.000 (p>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan penurunan kadar gula darah yang signifikan.

commit to user

Gambar 4.2. Boxplot Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit

Rata-rata selisih penurunan kadar glukosa darah tidak mengalami peningkatan pada peningkatan pemberian dosis untuk kelompok bekatul rendah (0,2 ml/mencit/hari), bekatul sedang (0,4 ml/mencit/hari), dan bekatul tinggi (0,8 ml/mencit/hari). Selain itu juga dapat dilihat bahwa rata-rata selisih penurunan kadar glukosa darah mencit kelompok metformin sebanding dengan kelompok bekatul rendah (0,2 ml /mencit/hari).

commit to user BAB V PEMBAHASAN

Hasil uji normalitas data dengan mengggunakan uji Shapiro-Wilk menunjukkan sebaran data yang normal untuk semua kelompok (p > 0,05) dan data hasil uji homogenitas varians menunjukkan variansi data yang diasumsikan homogen sehingga analisis data selanjutnya dapat digunakan uji parametrik yakni uji One-way Anova. Uji statistik dengan One-way Anova digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar glukosa darah mencit antara sebelum dan setelah perlakuan.

Hasil statistik dengan One-way Anova menunjukkan terdapat perbedaan efek hipoglikemik secara bermakna antar kelompok perlakuan (p:0,001). Uji Anova selanjutnya dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui letak perbedaan efek hipoglikemik diantara kelompok-kelompok tersebut.

Pembuatan mencit model diabetes untuk penelitian ini dilakukan dengan pemberian injeksi streptozotocin (STZ). Injeksi STZ mengakibatkan glukosa darah sewaktu (GDS) pada mencit meningkat dari sebelumnya. Kadar GDS pada mencit normal adalah 158.67 mg/dl. Kemudian setelah mencit diinduksi STZ dosis 65 mg/kg BB terjadi peningkatan kadar GDS, rata-rata menjadi 253 mg/dl. Sesuai dengan kriteria WHO (2006) untuk menegakkan diagnosis DM yaitu kadar GDS dalam plasma ≥200 mg/dl.

Streptozotocin dikenal luas memiliki kemampuan diabetogenik pada beberapa spesies hewan seperti tikus, anjing, monyet. Hal ini telah dibuktikan

commit to user

dalam beberapa penelitian Anderson et al,. (1974). Efek diabetogenik dari streptozotocin pada hewan didapatkan dari reduksi konsentrasi Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NAD) di antara sel-sel β-pankreas. Penurunan sintesis NAD intaseluler ini terkait dengan peningkatan gambaran histologik dari sel β pulau Langerhans pankreas dan merupakan hasil dari menurunnya pengambilan prekursor oleh sel-sel beta. (Schein et al., 1967)

Beberapa mencit mati dalam stadium prediabetik karena kadar gula darah setelah induksi STZ belum mencapai 200 mg/dl. Tidak tercapainya kondisi hiperglikemia ini kemungkinan dapat disebabkan oleh melemahnya kemampuan

STZ dalam perusakkan sel β-pankreas akibat waktu penyimpanan. STZ disimpan

dalam bentuk yang sudah diencerkan lebih dari 1 bulan. Perubahan kondisi pelarut STZ akan mempengaruhi stabilitas STZ ketersediaan hayatinya dalam sel target.

Keadaan ini menyebabkan kemampuan STZ untuk merusak sel β-pankreas

melemah dan bersifat reversible, masih ada sisa sel β-pankreas yang masih berfungsi dengan baik untuk memproduksi insulin sehingga kadar GDS yang dihasilkan tidak sampai membuat mencit menjadi diabetes.

Penelitian ini menggunakan 3 macam dosis untuk kelompok uji atau perlakuan ,yaitu: 0,2 ml/mencit/hari, 0,4 ml/mencit/hari, 0,8 ml/mencit/hari dengan alasan untuk melihat apakah ada hubungan dosis dengan efek penurunan kadar gula darah. Selain itu, variasi dosis perlakuan diberikan untuk melihat dosis mana yang memberikan efek terapi paling baik

Pada penelitian ini didapatkan kadar penurunan glukosa darah sewaktu yang bervariasi meskipun dalam 1 kelompok yang sama. Variasi tersebut

commit to user

mungkin dari faktor biologis dari mencit meliputi jumlah dan kualitas reseptor insulin, serta kondisi pankreas. Selain itu, stres yang dialami oleh mencit akibat pengambilan darah dan pemberian perlakuan merupakan faktor pengganggu yang bisa mengakibatkan variasi dalam pengukuran kadar glukosa darah. Variasi glukosa darah hasil pengukuran dapat dimengerti karena terdapat perbedaan kepekaan pada setiap hewan uji merupakan akibat dari perbedaan biologik dari mencit.

Pada kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan streptozotocin dan aquades, didapatkan penurunan kadar glukosa darah, padahal seharusnya kadar glukosa pada kelompok ini relatif tetap. Penurunan glukosa darah pada kelompok ini rata-rata 100 mg/dl. Selain itu, pada kelompok I yaitu kelompok kontrol normal yang diberi aquadest tanpa induksi streptozotocin juga mengalami penurunan kadar glukosa darah. Penurunan ini bisa saja terjadi kemungkinan disebabkan:

1. Kondisi biologis mencit tersebut meliputi jumlah dan kualitas reseptor insulin, serta kondisi pankreas. Selain itu, stres yang dialami oleh mencit akibat pengambilan darah dan pemberian perlakuan.

2. Ketersediaan hayati streptozotocin dalam sel target berkurang

3. Pemberian perlakuan induksi yang kurang lama dapat pula mempengaruhi kadar glukosa darah.

4. Komposisi pakan serta lingkungan percobaaan yang tidak terstandarisasi juga dapat mempengaruhi kadar glukosa darah sehingga hasil yang didapat kurang optimal. Komposisi pakan mencit yang diberikan mengandung

commit to user

bekatul (konsentrasi 40 %), di mana pada bekatul masih terkandung senyawa flavonoid.

Obat yang digunakan sebagai kontrol pembanding pada penelitian ini adalah metformin. Karena mekanisme penurunan kadar glukosa darah oleh meformin hampir sama dengan mekanisme penurunan kadar glukosa darah oleh bekatul. Bekatul mampu meningkatkan sensitivitas insulin seperti mekanisme metformin (Tjay dan Rahardja, 2007b).

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini ternyata bekatul dosis rendah (0,2 ml/mencit/hari) dibandingkan dengan metformin memiliki signifikansi 0.942 dan bekatul dosis sedang (0,4 ml/mencit/hari) dibandingkan dengan metformin memiliki signifikansi 1.000.

Hal ini menunjukkan bahwa bekatul beras hitam dengan dosis rendah (0,2 ml/mencit/hari) memberikan manfaat sama dengan bekatul dosis sedang (0,4 ml/mencint/hari) dan keduanya setara dibandingkan dengan metformin. Dan antara bekatul dosis rendah (0,2 ml/mencit/hari) dengan dosis sedang (0,4 ml/mencint/hari) menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna sehingga dapat disimpulkan bahwa keduanya mempunyai efek terapi yang hampir sama.

Pemberian bekatul dosis tinggi pada penelitian ini malah menunjukkan penurunan efek hipoglikemik dari flavonoid. Kemungkinan penurunan efek hipoglikemik dapat disebabkan adanya zat aktif lain dalam bekatul beras hitam yang dapat menurunkan efek hipoglikemik dari flavonoid dan anthocyanin tersebut (Side Effect Eliminating Substances). Selain itu, kemungkinan adanya zat aktif dalam flavonoid yang terkandung dalam bekatul beras hitam yang dapat

commit to user

menginduksi enzim tubuh untuk memetabolisme flavonoid itu sendiri sehingga pada penambahan dosis tidak meningkatkan aktivitas hipoglikemik. Di samping itu adanya toleransi reseptor terhadap flavonoid dan anthocyanin karena adanya penambahan dosis dapat mengurangi kemampuannya flavonoid dan anthocyanin untuk menurunkan kadar glukosa darah.

commit to user

47

BAB VI

Dokumen terkait