ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP
KEPUTUSAN WISATAWAN BERKUNJUNG KE TAMAN
HUTAN RAYA BUKIT BARISAN TONGKOH
GELADIKARYA
Oleh :
RIO SATRIO
NIM : 067007029
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Geladikarya : Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh
Nama : Rio Satrio
NIM : 067007029
Program Studi : Magister Manajemen
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Rismayani, SE, MSi Ketua
Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM Anggota
Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana
RINGKASAN EKSEKUTIF
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebagai salah satu daerah tujuan wisata alam di Provinsi Sumatera Utara mengalami persaingan yang ketat dengan daerah tujuan wisata lainnya. Berdasarkan data yang ada, jumlah kunjungan wisatawan ke selama 3 tahun terakhir tidak mencapai target kunjungan wisatawan. Hal ini dikarenakan belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan potensi ekowisata berdasarkan zona serta kurangnya pemasaran.
Sesuai dengan permasalahan tersebut, dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh” dengan membuat perumusan masalah, yaitu: Bagaimana pengaruh bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari variabel: Produk (Product), Harga (Price), Promosi (Promotion), Tempat (Place), Orang (Person), Pendukung Fisik (Physical Evidence) dan Proses (Process) terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dengan cara penyebaran daftar pertanyaan (questionaire) mengenai análisis bauran pemasaran yang digunakan terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Sampel penelitian diambil dari populasi wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Barisan Tongkoh.
Dari hasil penelitian diperoleh, nilai R sebesar 0,607 menunjukkan korelasi yang erat antara bauran pemasaran dengan keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Nilai koefisien determinasi (R Square) dari hasil penelitian diperoleh sebesar 0,369. Artinya 36,9% keputusan berkunjung wisatawan dipengaruhi oleh bauran pemasaran. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel keputusan pembelian (Y) secara parsial dipengaruhi oleh Produk (X1) dengan nilai koefisien sebesar
0,340, Harga (X2) dengan nilai koefisien 0,104, Tempat (X3) dengan nilai
koefisien sebasar 0,314 dan Orang (X5) dengan nilai koefisien sebesar 0,014.
Sedangkan untuk variabel Promosi (X4) dengan nilai koefisien sebesar 0,073,
Pendukung Fisik (X6) dengan nilai koefisien sebesar 0,013, serta Proses (X7)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul:
“ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP
KEPUTUSAN WISATAWAN BERKUNJUNG KE
TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN TONGKOH”
adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua
sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas.
Medan, 29 Februari 2012
Yang Membuat Pernyataan
RIWAYAT HIDUP
Rio Satrio, lahir di Medan tanggal 11 September 1981. Anak ketiga dari
tiga bersaudara dari pasangan H. M. Darwis dan Hj. Herawati. Menikah dengan
Dewi Suryani dan dikaruniai seorang putri Naura Aaleyanissa Satrio. Pendidikan
SD Bhayangkari I Medan tamat pada tahun 1993, SMP Negeri 2 Medan tamat
pada tahun 1996, SMU Swasta Kesatuan Bogor tamat pada tahun 1999 dan
Sarjana (S1) di Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor tamat pada tahun 2005. Sampai saat ini penulis berwiraswasta di
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis atas berkat dan rahmat Allah S.W.T., penulis dapat menyelesaikan geladikarya ini dengan judul ”Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh”
Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Magister Manajemen sesuai dengan kurikulum pada Program Studi Magister
Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTMH, M.Sc (CTM), SpA(K) sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, M.SIE selaku Direktur Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi
Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT selaku Sekretaris Program Studi Magister
Manajemen Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Rismayani, SE, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing
6. Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM selaku Anggota Komisi
Pembimbing.
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, M.SIE, Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria
Sinulingga, M.Eng dan Bapak Prof. Dr. Ir. Opim Salim Sitompul, MT
8. Bapak Ir. Liliek P. Asmono selaku Kepala UPT Balai Pengelola Taman
Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, Provinsi Sumatera Utara.
9. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Magister Manajemen Universitas
Sumatera Utara.
10.Staf Akademik di Program Studi Magister Manajemen Universitas
Sumatera Utara.
11.Ayahanda H. M. Darwis dan Ibunda Hj. Herawati, Abangda Eko
Dermawan dan Kakanda Siti Bundari, Isteri tercinta Dewi Suryani, serta
seluruh keluarga dan teman yang tiada henti mendoakan dan memberikan
semangat kepada penulis.
Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu, semoga
geladikarya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Februari 2012
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 5
BAB II KERANGKA TEORITIS ... 6
2.1. Pengertian Pariwisata ... 6
2.2. Pemasaran Pariwisata ... 7
2.3. Pengertian Ekowisata ... 8
2.4. Strategi Pemasaran Ekowisata ... 14
2.5.8. Keputusan Pembelian ... 18
2.6. Pengertian Kawasan Taman Hutan Raya ... 19
2.7. Penelitian Terdahulu ... 19
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 21
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 22
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
4.2. Metode Penelitian... 22
4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 23
4.3.1. Variabel Penelitian ... 23
4.3.2. Definisi Operasional Variabel ... 24
4.4. Populasi dan Sampel ... 26
5.1. Sejarah Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 35
5.2. Potensi Ekowisata Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 38
5.3. Organisasi dan Tugas Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 39
5.4. Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh ... 41
5.5. Biaya di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh ... 42
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 44
6.1. Karakteristik Responden ... 44
6.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 44
6.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 45
6.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 46
6.1.5. Karakteristik Responden BerdasarkanTempat Tinggal ... 46
6.1.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan ... 47
6.2. Uraian Penjelasan Responden Atas Variabel Bauran Pemasaran ... 47
6.2.1. Penjelasan Responden Atas Variabel Produk (X1) ... 47
6.2.2. Penjelasan Responden Atas Variabel Harga (X2) ... 48
6.2.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Tempat (X3) ... 49
6.2.4. Penjelasan Responden Atas Variabel Promosi (X4)... 50
6.2.5. Penjelasan Responden Atas Variabel Orang (X5) ... 50
6.2.6. Penjelasan Responden Atas Variabel Pendukung Fisik (X6) ... 51
6.2.7. Penjelasan Responden Atas Variabel Proses (X7) ... 52
6.2.8. Penjelasan Responden Atas Variabel Keputusan Wisatawan (Y) 53 6.3. Hasil Uji Kualitas Data ... 54
6.4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 57
6.5. Hasil Analisis Data ... 62
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
7.1. Kesimpulan ... 69
7.2. Saran ... 70
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1.Target dan Realisasi Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh,
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2011 ... 2
Tabel 4.1. Hubungan antar Variabel ... 32
Tabel 6.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 44
Tabel 6.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
Tabel 6.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 45
Tabel 6.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 46
Tabel 6.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ... 46
Tabel 6.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan ... 47
Tabel 6.7. Hasil Statistik Deskriptif ... 53
Tabel 6.8. Hasil Pengujian Validitas Variabel X dan Y ... 55
Tabel 6.9. Hasil Pengujian Validitas Variabel X dan Y ... 56
Tabel 6.10. Hasil Uji Reliabilitas ... 57
Tabel 6.13. Hasil Uji Multikolinearitas... 60
Tabel 6.15. Koefisien Determinasi... 62
Tabel 6.16. Hasil Uji F ... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konseptual ... 21
Gambar 5.1. Bagan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan (PTHRBB) Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara ... 41
Gambar 6.11. Hasil Uji Normalitas Histogram ... 58
Gambar 6.12. Hasil Uji Normalitas P Plot ... 59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (Questionaire) Lampiran 2. Karakteristik Responden
Lampiran 3. Jawaban Responden
RINGKASAN EKSEKUTIF
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebagai salah satu daerah tujuan wisata alam di Provinsi Sumatera Utara mengalami persaingan yang ketat dengan daerah tujuan wisata lainnya. Berdasarkan data yang ada, jumlah kunjungan wisatawan ke selama 3 tahun terakhir tidak mencapai target kunjungan wisatawan. Hal ini dikarenakan belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan potensi ekowisata berdasarkan zona serta kurangnya pemasaran.
Sesuai dengan permasalahan tersebut, dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh” dengan membuat perumusan masalah, yaitu: Bagaimana pengaruh bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari variabel: Produk (Product), Harga (Price), Promosi (Promotion), Tempat (Place), Orang (Person), Pendukung Fisik (Physical Evidence) dan Proses (Process) terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dengan cara penyebaran daftar pertanyaan (questionaire) mengenai análisis bauran pemasaran yang digunakan terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Sampel penelitian diambil dari populasi wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Barisan Tongkoh.
Dari hasil penelitian diperoleh, nilai R sebesar 0,607 menunjukkan korelasi yang erat antara bauran pemasaran dengan keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Nilai koefisien determinasi (R Square) dari hasil penelitian diperoleh sebesar 0,369. Artinya 36,9% keputusan berkunjung wisatawan dipengaruhi oleh bauran pemasaran. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel keputusan pembelian (Y) secara parsial dipengaruhi oleh Produk (X1) dengan nilai koefisien sebesar
0,340, Harga (X2) dengan nilai koefisien 0,104, Tempat (X3) dengan nilai
koefisien sebasar 0,314 dan Orang (X5) dengan nilai koefisien sebesar 0,014.
Sedangkan untuk variabel Promosi (X4) dengan nilai koefisien sebesar 0,073,
Pendukung Fisik (X6) dengan nilai koefisien sebesar 0,013, serta Proses (X7)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri jasa pariwisata di Indonesia sudah menjadi bagian yang penting
dalam pembangunan negara, ditandai dengan dikeluarkan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Di Era
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Nomor 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan pusat dengan daerah, memberikan
kesempatan Pemerintah Daerah semakin leluasa dalam membuka peluang guna
mengatur dan mengurus daerahnya sendiri termasuk pengembangan pariwisata.
Ekowisata adalah salah satu bentuk pengembangan pariwisata yang dapat
disesuaikan dengan potensi suatu daerah. Ekowisata merupakan wisata dengan
menciptakan daya tarik bagi wisatawan yang punya arah kecenderungan
berkunjung ke tempat wisata yang berbasis pada potensi alam dan wisatanya. Hal
ini dapat berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki
potensi ekowisata yang perlu dikembangkan yakni, Kawasan Taman Hutan Raya
Bukit Barisan, yang secara administratif terletak di Kecamatan Tiga Panah,
Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Kawasan Taman Hutan Raya Bukit
Barisan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia
lintas kabupaten, yaitu: 1) Kabupaten Langkat dengan luas 13.000 ha; 2)
Kabupaten Deli Serdang dengan luas 17.150 ha; 3) Kabupaten Simalungun
dengan luas 1.645 ha; dan 4) Kabupaten Tanah Karo dengan luas 19.805 ha.
Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan banyak sekali memiliki
potensi daerah tujuan ekowisata, termasuk di dalamnya adalah Taman Hutan Raya
Bukit Barisan Tongkoh. Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh memiliki
potensi ekowisata seperti: wisata alam dan panorama pemandangan; sarana
rekreasi; sumber plasma nutfah flora dan fauna; fungsi hutan lindung; area
penelitian; fungsi penyuluhan; pendidikan dan pelatihan; peluang usaha; dan
masih banyak potensi yang dapat dikembangkan. Selain memiliki fungsi
ekowisata, Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh merupakan pintu masuk
dan pusat informasi dari seluruh daerah tujuan ekowisata yang terdapat di
Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan.
Untuk potensi pasar ekowisata yang berkunjung ke Taman Hutan Raya
Bukit Barisan Tongkoh dapat dilihat pada Target dan Realisasi Pengunjung
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, Provinsi Sumatera Utara tahun
2009-2011 sebagai berikut:
Tabel 1.1. Target dan Realisasi Pengunjung Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2011
Berdasarkan Tabel 1.1. terlihat adanya peningkatan jumlah kunjungan
wisata setiap tahunnya, tetapi jumlah angka pengunjung tersebut masih perlu
ditingkatkan karena tidak tercapainya target pengunjung yang diharapkan.
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh menjadi tempat wisata yang
kuang favorit bagi wisatawan, karena lebih tertarik mengunjungi tempat wisata
yang berbasis hiburan dan permainan yang bervariasi dan lengkap. Daerah tujuan
wisata ini dikelola oleh pihak swasta dengan nilai investasi modal yang sangat
besar.
Pada saat ini belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan potensi
ekowisata berdasarkan zona serta kurangnya pemasaran menjadi salah satu
penyebab Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh belum mampu bersaing
dengan tempat wisata lainnya yang banyak menawarkan produk wisata yang lebih
menarik. Tidak disahkannya retribusi pendapatan asli daerah (PAD) oleh
pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta belum dilantiknya Kepala Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan secara
definitif sehingga dalam pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh
mengalami banyak hambatan dan kendala.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian dalam menganalisis bauran
pemasaran atau marketing mix pada Taman Hutan Raya Barisan Tongkoh
sehingga mampu dicari solusi alternatif sehingga dapat mengembangkannya ke
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka dirumuskan
permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh bauran pemasaran (marketing mix) terhadap
keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Tongkoh.
2. Variabel bauran pemasaran (marketing mix) apa yang paling memberi
pengaruh terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan
Raya Bukit Barisan Tongkoh.
3. Variabel bauran pemasaran (marketing mix) apa yang kurang memberi
pengaruh terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan
Raya Bukit Barisan Tongkoh.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui korelasi atau kekuatan hubungan antara bauran
pemasaran dengan keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan
Raya Bukit Barisan Tongkoh.
2. Untuk mengetahui besar presentase keputusan wisatawan berkunjung ke
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh yang dipengaruhi bauran
pemasaran.
3. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh bauran pemasaran terhadap
Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan
4. Untuk mengetahui bauran pemasaran yang paling berpengaruh terhadap
wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, antara lain:
1. Sebagai masukan bagi pihak Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit
Barisan Tongkoh.
2. Membuka peluang usaha bagi calon investor (swasta) terutama sebagai
pendukung pengembangan ekowisata di Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Tongkoh.
3. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan dan meningkatkan kemampuan
dalam menyelesaikan permasalahan dalam bidang manajemen pemasaran,
khususnya permasalahan yang berhubungan dengan bauran pemasaran.
4. Sebagai referensi berbagai pihak seperti Program Magister Manajemen
Sekolah Pasca Sarjana USU atau instansi pendidikan lainnya, peneliti
selanjutnya, pelaku wisata, komunitas, birokrat dan lain-lain.
1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh bauran pemasaran, yang meliputi:
Produk, Harga, Promosi, Tempat, Orang, Pendukung Fisik dan Proses terhadap
keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
Ruang lingkup penelitian fokus pada pengunjung ekowisata pada Taman Hutan
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1. Pengertian Pariwisata
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan, pengertian pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk
melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu
aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang dan
jasa yang sangat kompleks. Pariwisata terkait dengan organisasi,
hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan
layanan dan sebagainya. Semuanya merupakan rangkaian elemen (pelaku
pariwata) yang saling mempengaruhi atau menjalankan fungsi-fungsi tertentu
sehingga pariwisata tesebut dapat berjalan semestinya.
Menurut Damanik (2006) dalam pasar wisata terdapat banyak pelaku
wisata (stakeholders) yang terlibat dengan peran yang berbeda-beda, yaitu:
1. Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan.
2. Industri Pariwisata adalah semua usaha yang menghasilkan barang dan
jasa bagi pariwisata.
3. Pendukung Jasa Wisata adalah kelompok usaha yang tidak secara khusus
4. wisata tetapi sering kali begantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa
dan produk tersebut.
5. Pemerintah sebagai pihak yang memiliki otoritas dalam pengaturan,
penyediaan dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan
kebutuhan pariwisata.
6. Masyarakat Lokal merupakan penduduk asli yang bermukim di kawasan
wisata dan menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata.
7. Lembaga Swadaya Masyarakat.
Pelaku wisata sangat berhubungan dengan pilihan daerah destinasi wisata
yang merupakan unsur sentral dalam mengambil keputusan berwisata. Pesatnya
pertambahan jumlah daerah tujuan wisata lama maupun baru membuat orang
menjadi semakin tidak mudah untuk melakukan pilihan. Ada kalanya wisatawan
sudah memiliki bayangan tentang apa yang ingin dicari dalam berwisata sehingga
mereka tinggal memilih daerah tujuan wisata yang mempunyai atraksi yang paling
sesuai dengan keinginan. Daerah destinasi wisata merupakan pilihan pelaku
wisata untuk melakukan segala aktivitas wisatanya.
2.2. Pemasaran Pariwisata
Menurut Wahab, dkk dalam Yotie (2005) mengartikan pemasaran
pariwisata sebagai suatu proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi
pariwisata nasional atau perusahaan-perusahaan termasuk kelompok industri
pariwisata untuk melakukan identifikasi terhadap wisatawan yang sudah punya
keinginan untuk melakukan perjalanan wisata dan wisatawan yang punya potensi
mereka, mempengaruhi keinginan, kebutuhan, memotivasinya, terhadap apa yang
disukai dan yang tidak disukainya, pada tingkat daerah-daerah lokal, regional,
nasional ataupun internasional dengan menyediakan obyek dan atraksi wisata agar
wisatawan memperoleh kepuasan optimal. Pemasaran pariwisata sangat kompleks
sifatnya dibandingkan pemasaran barang-barang yang dihasilkan perusahaan
manufaktur yang biasa kita kenal. Produk yang ingin dipasarkan sangat terikat
dengan supplier yang menghasilkannya, instansi, organisasi atau lembaga
pariwisata yang mengelolanya.
Marpaung (2002) menyatakan pemasaran pariwisata mencakup:
menemukan apa yang menjadi keinginan konsumen (market research),
mengembangkan pemberian pelayanan yang sesuai kepada wisatawan (product
planning), pemberitahuan tentang produk yang dibuat (advertising and
promotion) dan memberikan instruksi di mana mereka dapat memperoleh
produk-produk tersebut (channels of distribution-tour operator and travel agent).
Manajemen pemasaran pariwisata merupakan setting dari tujuan
pemasaran dan perencanaan serta eksekusi dari persyaratan aktivitas pemasaran
untuk mencapai tujuan. Jika efektif akan menciptakan dan memberi keputuasan
kepada konsumen sehingga perusahaan akan diterima, mendapat kepercayaan
masyaraka tdan akhirnya mampu membimbing perusahaan dalam
mengembangkan peningkatan profit.
2.3. Pengertian Ekowisata
Ekowisata sebagai suatu produk merupakan daya tarik penting bagi
keragaman yang tersebar di berbagai daerah. Banyak potensi ekowisata yang
belum dimanfaatkan dan objek yang sudah dikembangkan juga belum
dioptimalkan. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan
nilai manfaat sumber daya pariwisata nasional, terutama untuk daerah yang ingin
mengembangkan pariwisata dan retribusi hasilnya bagi masyarakat.
Berdasarkan pengertiannya ekowisata adalah kegiatan wisata yang
sementara ini dianggap sebagai kegiatan pariwisata yang berkelanjutan. Eagle
(1997) dan Vincent (1996) dalam Hidayati, dkk (2003) mengemukakan bahwa
kegiatan ekowisata berbeda dengan kegiatan pariwisata lain. Menurut Hecktor
Ceballos Lascurain dalam Pendit (2003), ekowisata merupakan wisata atau
kunjungan ke kawasan alamiah yang relatif tidak terganggu dengan niat
betul-betul objektif untuk melihat, mempelajari, mengagumi wajah keindahan alam,
flora, fauna termasuk aspek-aspek budaya baik yang mungkin terdapat di kawasan
tersebut. Ekowisata berarti pula melibatkan masyarakat setempat dalam proses
sehingga mereka dapat memperoleh keuntungan sosio-ekonomi dari proses yang
dimaksud.
Ekowisata mempunyai karakteristik yang spesifik karena adanya
kepedulian pada pelestarian lingkungan dan pemberian manfaat ekonomi bagi
masyarakat lokal. Oleh karena itu, setiap kegiatan ekowisata harus mengikuti
prinsip-prinsip pengelolaan yang berkelanjutan seperti (Hidayati, 2003):
1. Berbasis pada wisata alam.
2. Menekankan pada kegiatan konservasi.
3. Mengacu pada pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.
5. Mengakomodasikan budaya lokal.
6. Memberi manfaat pada ekonomi lokal.
Kegiatan ekowisata secara langsung maupun tidak langsung mengarahkan
wisatawan untuk menghargai dan mencintai alam serta budaya lokal, sehingga
dapat menumbuhkan kesadaran dan kepedulian para wisatawan untuk turut
memelihara kelestarian alam. Agar obyek ekowisata tetap lestari perlu adanya
pengelolaaan dengan melibatkan stakeholders terkait seperti pemerintah,
masyarakat, swasta (industri pariwisata), peneliti, ilmuwan dan LSM.
Pengembangan ekowisata selain sebagai upaya untuk melestarikan lingkungan
juga diharapkan dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat lokal.
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar
terhadap kelestarian sumber daya pariwisata. Masyarakat Ekowisata Internasional
mengartikannya sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan
cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
lokal (responsible travel to natural areas that conserves te environment and
improves the well-being of local people) (TIES, 2000) dalam Damanik (2006).
Dari definisi ini ekowisata dapat dilihat dari 3 (tiga) perspektif, yakni:
1. Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada
sumber daya alam.
2. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada
upaya-upaya pelestarian lingkungan.
3. Sebagai pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pariwisata secara ramah
kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat
ditekankan dan merupakanciri khas ekowisata.
Pihak yang berperan penting dalam ekowisata bukan hanya wisatawan
tetapi juga pelaku wisata lain (tour operator) yang memfasilitasi
wisatawan untuk menunjukkan tanggung jawab tersebut.
Pertimbangan-pertimbangan ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya yang
cermat dan rasional itulah sesungguhnya menjadi alasan peencanaan ekowisata
diperlukan. Melalui kegiatan perencanaan tidak saja kegiatan-kegiatan
pengembangan dan hasil yang diharapkan dari ekowisata dapat disusun secara
sistematis, tetapi metode kendali dan pantauan terhadap perkembangannya juga
dapat didesain sedemikian rupa, sehingga tampak lebih jelas bahwa
pengembangan tersebut sesuai dengan atau dapat menjamin prinsip-prinsip
pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development).
Pengembangan ekowisata berhubungan dengan potensi sangat
berhubungan dengan objek dan daya tarik wisata yang dimiliki suatu daerah
tujuan wisata. Menurut Marpaung (2002), Objek dan daya tarik wisata adalah
suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat
menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat
tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya
merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik
wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu, misalnya penyediaan
aksebilitas atau fasilitas. Oleh karena itu suatu daya tarik dapat dimanfaatkan
sebagai daya tarik wisata. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi
kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan dapat lebih
berkembang atau dikembangkan jika di suatu area/daerah terdapat lebih dari satu
jenis objek dan daya tarik wisata.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu daya tarik wisata
yang potensial harus dilakukan survei, penelitian, inventarisasi dan evaluasi
sebelum fasilitas wisata dikembangkan di suatu area/daerah tertentu sehingga
pengembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar
potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai. Jenis-jenis
objek dan daya tarik wisata dapat diklasifikasi sebagai berikut:
a) Daya tarik alam.
b) Daya tarik budaya.
c) Daya tarik buatan manusia.
Pengembangan potensi suatu kawasan ekowisata harus disesuaikan dengan
karakteristik dan fungsi kawasan tersebut. Potensi suatu kawasan ekowisata dapat
dikembangkan sebagai tempat wisata alam, tempat tujuan penelitian dan
pendidikan serta menggabungkan wisata alam dengan potensi keberadaan
masyarakat sekitar. Terdapat 3 (tiga) komponen pengembangan produk ekowisata
yang dianggap sangat penting antara satu dengan yang lainnya untuk saling
melengkapi dalam mengembangkan potensi suatu kawasan ekowisata, yaitu:
a. Aksesibilitas tujuan ekowisata, yaitu semua faktor yang dapat memberi
kemudahan kepada wisatawan untuk datang berkunjung pada suatu daerah
b. Fasillitas tujuan ekowisata, semua faktor yang dapat memberi atau
melayani kebutuhan wisatawan jika sudah datang pada suatu daerah tujuan
ekowisata.
c. Daya tarik tujuan ekowisata, semua yang menjadi daya tarik mengapa
wisatawan datang berkunjung ke daerah tujuan ekowisata tertentu.
Potensi kawasan ekowisata di Indonesia sangat besar. Adapun
prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan objek wisata alam, yaitu:
Penerapan sistem zonasi.
Fasilitas usaha harus terkonsentrasi atau mengelompok bias disebut visitor
center.
Fasilitas lain di dalam taman, seperti jalan setapak, penunjuk arah, tempat
sampah, shelter, WC.
Bentuk bangunan dan bahan bangunan harus sesuai dengan lingkungan
alam sekitar.
Peluang pengembangan ekowisata ditunjang dengan pelaksanaan otonomi
daerah yang telah mulai diberlakukan sejak tahun 2000. Diberlakukannya
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah merupakan kesempatan yang sangat besar bagi pemerintah
kabupaten/kota untuk mengelola dan mengembangkan potensi ekonomi daerah.
Daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk membangun
daerah berdasarkan potensi ekonomi dan sumber daya daratan dan lautan sesuai
dengan karakteristik masing-masing daerah. Daerah mempunyai inisiatif dan
Pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk merencanakan, melaksanakan
dan mengelola kegiatan ekowisata untuk kesejahteraan masyarakat dan secara
langsung berfungsi sebagai sumber keuangan untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD).
Adanya kewenangan daerah yang sesuai dengan kebijakan dan peraturan
daerah membuat pemerintah daerah perlu mengelola potensi ekowisata secara
mandiri, termasuk mengembangkan kelembagaan dalam pengelolaan ekowisata di
tingkat daerah.
2.4. Strategi Pemasaran Ekowisata
Strategi pemasaran adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya.
Setiap bisnis harus merancang strategi untuk mencapai tujuannya yang terdiri dari
strategi pemasaran, strategi teknologi serta strategi penetapan sumber yang cocok
(Kotler, 2000). Menurut Michael Potter dalam Kotler (2000), strategi dirangkum
menjadi 3 (tiga) jenis umum, yaitu:
Keunggulan biaya secara keseluruhan
Pengelola ekowisata harus dijalankan untuk mencapai biaya pengelolaan
dan distribusi yang terendah. Sehingga harganya menjadi lebih rendah
daripada pesaing dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar.
Diffrensiasi
Perusahaan memerlukan konsentrasi untuk mencapai kinerja yang terbaik
dalam memberikan manfaat bagi pelanggan yang dinilai penting bagi
yang terbaik dalam pelayanan, kualitas, gaya, teknologi, namun tetapi
tidak mungkin menjadi yang terbaik dalam segala hal.
Fokus
Pengelolaan ekowisata memfokuskan diri pada satu atau lebih segmen
pasar yang sempit daripada mengejar pasar yang lebih besar.
2.5. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Strategi pemasaran sangat berkaitan dengan bauran pemasaran (marketing
mix) yang merupakan variabel-variabel yang yang dapat dikendalikan dalam
rangka usaha mempengaruhi wisatawan datang berkunjung pada suatu daerah
tujuan wisata. Strategi bauran pemasaran yang perlu dikembangkan dalam
pemasaran ekowisata adalah:
2.5.1. Produk (Product)
Produk merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang
memberikan sejumlah nilai manfaat bagi pelanggan. Dalam produk, yang perlu
diperhatikan adalah pelanggan tidak hanya membeli fisik dari produk tersebut
tetapi membeli benefit dan value dari produk tersebut. Dalam konsep tingkatan
produk terdiri atas elemen produk inti, produk yang diharapkan yang terdiri atas
produk inti bersama pertimbangan keputusan pembelian minimal yang harus
dipenuhi, area yang memungkinkan suatu produk didiferensiasi terhadap produk
lain, produk potensial yang merupakan tampilan dan manfaat tambahan yang
2.5.2. Harga (Price)
Strategi harga dilakukan dengan menetapkan harga berdasarkan nilai yang
diyakini konsumen, diskriminasi harga berdasarkan segmen pasar, harga promosi,
harga penggabungan produk, harga fleksibel, dan subsidi pemerintah. Harga
merupakan variabel sensitif dan menjadi faktor krisis dalam bauran pemasaran.
Tujuan harga adalah untuk meningkatkan keuntungan ketika kondisi perusahaan
yang tidak mengutungkan, memaksimumkan keuntungan pada periode tertentu,
membangun pangsa pasar dengan melakukan penjualan pada harga awal yang
merugikan, memposisikan jasa perusahaan sebagai jasa eksklusif dan rencana
pencapaian investasi.
2.5.3. Tempat (Place)
Tempat adalah gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran
distribusi. Tempat merupakan lokasi yang berkaitan di mana operasional dan staff
suatu perusahaan akan ditempatkan. Hal ini sangat berhubungan dengan di mana
lokasi yang strategis dan bagaimana cara penyampaian jasa pada pelanggan.
Tempat pendistribusian produk harus didukung oleh pelayanan informasi, materi
publikasi, jenis promosi dan lain-lain. Terdapat 3 (tiga) lokasi antara penyedia jasa
dan pelanggan, yaitu pelanggan mendatangi penyedia jasa, penyedia jasa
mendatangi pelanggan dan transaksi pasar melalui saluran distribusi perusahaan.
2.5.4. Promosi (Promotion)
Promosi berfungsi sebagai alat komunikasi dan mempengaruhi antara
perusahaan dengan pelanggan. Promosi digunakan untuk memberitahukan produk
yang hendak kita tawarkan kepada calon wisatawan yang dijadikan target pasar.
Dalam promosi efektif, yang perlu diperhatikan adalah identifikasi segmentasi
mengingatkan), mengembangkan pesan yang disampaikan dan memilih bauran
komunikasi yang tepat.
2.5.5. Orang (People)
Orang atau sumber daya manusia berfungsi sebagai service provide yang
sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan kepada pelanggan. Keputusan
dalam orang atau sumber daya manusia untuk mencapai kualitas berhubungan
dengan seleksi, pelatihan, memotivasi, dan manajemen sumbe daya manusia.
Salah satu faktor kesuksesan suatu perusahaan sangat bergantung pada sumber
daya manusia yang dimiliki. Terutama dalam pemasaran jasa terjadi kontak
langsung dengan pelanggan.
2.5.6. Fisik Pendukung (Physical Evidence)
Fisik pendukung adalah lingkungan fisik perusahaan tempat jasa
diciptakan dan tempat penyediaan jasa serta pelanggan berinteraksi, ditambah
elemen tangible yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau mendukung
peranan jasa itu. Fisik pendukung mewakili keputusan kunci yang dibuat penyedia
jasa wisata dan memiliki sedikit nilai bila berdiri sendiri, tetapi menambah
tangiblitas pada nilai yang disediakan produk jasa.
2.5.7. Proses (Proccess)
Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri atas
prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme dan hal rutin sampai jasa dihasilkan dan
disampaikan kepada pelanggan. Proses dapat dibedakan menjadi 2 cara, yaitu:
Complexity, yaitu berhubungan dengan langkah-langkah dan tahap dalam proses
dan Divergence, yaitu berhubungan denagn adanya perubahan dalam langkah atau
2.5.8. Keputusan Pembelian
Untuk meraih keberhasilan, pemasar harus melihat lebih jauh
bermacam-macam faktor yang mempengaruhi pembeli dan megembangkan pemahaman
mengenai bagaimana konsumen melakukan keputusan pembelian. Secara khusus,
pemasar harus mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan pembelian,
jenis-jenis keputusan pembelian dan langkah-langkah dalam proses pembelian. Dalam
tahapan evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam
kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk niat untuk membeli produk yang
paling disukai. Ada 2 (dua) faktor yang berada diantara niat pembelian dan
keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain dan faktor situasi yang tidak
terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah pembelian. Setelah pembelian
produk, konsumen akan menagalami level kepuasan atau tidak.tugas pemasar
tidak berakhir saaat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca
pembelian.
2.6. Pengertian Kawasan Taman Hutan Raya
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun
1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, Pengertian
Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan
koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau
bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
2.7. Penelitian Terdahulu
1. Femmy Indriany Dalimunthe (2009) dari Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara dengan penelitian yang berjudul “Analisis
pengaruh Promosi dan Komunikasi Terhadap Pengambilan Keputusan
Tamu (Occupant) Untuk Memilih Menginap di Hotel Tiara Medan”.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif terhadap variabel
dependen yaitu Respon Tamu (Y1) dan Keputusan Tamu Menginap di
Hotel Tiara (Y2) yang dipengaruhi oleh variabel independen yang terdiri
Promosi dan Komunikasi (X1) dan Respon Tamu (X2) dengan jumlah
responden sampel sebanyak 42 orang. Berdasarkan hasil penelitian,
hipotesis pertama menyimpulkan bahwa promosi dan komunikasi
berpengaruh signifikan terhadap respon tamu. Hipotesis kedua
menyimpulkan bahwa promosi dan komunikasi berpengaruh terhadap
keputusan tamu. Hipotesis ketiga menyimpulkan bahwa respon tamu
berpengaruh terhadap keputusan tamu.
2. Felix Permana Ginting (2011) dari Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara dengan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kepuasan dan Loyalitas Wisatawan di Pemandian
Air Panas Alam Berastagi”. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
kuantitatif terhadap variabel dependen (Y), yaitu Loyalitas Wisatawan,
yang dipengaruhi oleh variabel independen yang terdiri Kepuasan
Wisatawan (X1), Hambatan Peralihan (X2) dan Keluhan (X3) dengan
Jumlah responden yang diambil sebanyak 300 orang. Berdasarkan hasil uji
wisatawan pada pemandian air panas alam Berastagi dibandingkan
variabel hambatan peralihan dan keluhan.
peak maksimum itulah panjang gelombangnya yaitu sekitar panjang gelombang
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual adalah sebuah konsep berpikir sistematis yang
didasarkan kepada analisis yang menjadi alur proses dari suatu penelitian.
Kerangka konseptual terdiri dari aliran proses berpikir yang sistematis dengan
diawali dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, analisis permasalahan
hingga solusi terhadap permasalahan tersebut.
Dalam penulisan geladikarya ini, kerangka konseptual yang digunakan
dalam proses penelitian yang dilakukan dapat diilustrasikan pada Gambar 3.1.
sebagai berikut:
`
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit
Barisan Tongkoh, Jalan Raya Medan-Berastagi Kilometer 60 Tongkoh Berastagi,
Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Tanah Karo, Provinsi Sumatera Utara.
Waktu penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) minggu, antara 27
Desember 2011-08 Februari 2012.
4.2. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan survei melalui instrumen daftar
pertanyaan (questionaire) mengenai análisis bauran pemasaran yang digunakan
terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Tongkoh. Survei dilakukan dengam mengambil sampel dari populasi wisatawan
yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Barisan Tongkoh.
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh bauran pemasaran yang digunakan
terhadap keputusan wisatawan memilih Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Tongkoh. Penelitian dilakukan untuk mengetahui nilai variabel independen, baik
satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan
4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 4.3.1. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian yang digunakan dan definisi operasional dalam
penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas sering disebut sebagai variabel prediktor (predictor
variable) ialah variabel yang mempengaruhi variabel terikat (dependent variable)
baik secara positif maupun secara negatif (Sinulingga, 2011). Pada penelitian ini
variabel bebas yang digunakan, yaitu:
a. Produk (Product) disebut variabel X1
b. Harga (Price) disebut variabel X2
c. Tempat (Place) disebut variabel X3
d. Promosi (Promotion) disebut variabel X4
e. Orang (Person) disebut variabel X5
f. Pendukung Fisik (Physical Evidence) atau disebut variabel X6
g. Proses (Process) disebut variabel X7
2. Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat sering disebut variabel kriteria (criteria variable) adalah
variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh nilai variabel lain
(Sinulingga, 2011). Variabel terikat yang digunakan penelitian, yaitu Keputusan
Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh (Y).
4.3.2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan penentuan dan penyusunan sifat
operasional untuk variabel-variabel pada penelitian ini kemudian diuraikan
sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (Independent variable):
a. Produk (X1) adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk
dapat diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Definisi operasional produk memiliki indikator sebagai berikut:
1) Kepuasaan terhadap hiburan
2) Kepuasan terhadap koleksi tumbuhan
3) Kecocokan tempat pengamatan monyet
4) Kesesuaian tempat camping
b. Harga (X2) adalah jumlah nilai yang konsumen yang ditukarkan untuk
mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk.
Definisi operasional harga memiliki indikator sebagai berikut:
1) Tingkat harga masuk
2) Kesesuaian biaya
c. Tempat (X3) adalah tempat atau lokasi adalah sebuah titik tertentu yang
dipilih oleh perusahaan untuk melaksanakan segala aktivitas usahanya, di
mana titik tersebut mempunyai pengaruh terhadap strategi-strategi usaha
dari perusahaan yang bersangkutan.
Definisi operasional tempat memiliki indikator sebagai berikut:
1) Kemudahan akses ke lokasi
2) Kenyamanan dan keamanan lokasi
d. Promosi (X4) adalah suatu kegiatan yang mengkombinasikan keunggulan
Definisi operasional promosi memiliki indikator:
1) Ketertarikan penampilan luar
2) Kemudahan informasi
e. Orang (X5) adalah sumber daya manusia yang mempengaruhi kualitas
produk/jasa yang diberikan.
Definisi operasional orang memiliki indikator:
1) Tingkat kemampuan sumber daya manusia
2) Tingkat informasi
3) Jumlah sumber daya yang sebanding
f. Fisik Pendukung (X6) adalah lingkungan fisik tempat jasa diciptakan
dan langsung berinteraksi dengan pelanggan.
Definisi operasional fisik pendukung memiliki indikator sebagai
berikut:
1) Kondisi fasilitas pendukung (WC)
2) Tempat yang luas dan nyaman untuk parkir
3) Kelengkapan papan informasi/arah
g. Proses (X7) adalah gabungan dari semua aktifitas yang terdiri dari
prosedur, jadwal, mekanisme dan hal-hal rutin sampai jasa dihasillkan
dan disampaikan kepada pelanggan.
Definisi operasional proses memiliki indikator sebagai berikut:
1) Kemudahan proses masuk
2) Kemudahan mengurus perijinan
Keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Tongkoh (Y) adalah:
a. Memilih produk ekowisata pada Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Tongkoh.
b. Melakukan kunjungan ulang ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Tongkoh.
4.4. Populasi dan Sampel 4.4.1. Populasi (N)
Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk
objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti (Sinulingga, 2011). Populasi yang
mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, hal minat yang ingin
diteliti. Populasi pada penelitian ini, yaitu wisatawan yang berkunjung ke Taman
Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
4.4.2. Sampel (n)
Sampel adalah sebuah subset dari populasi. Sebuah subset terdiri dari
sejumlah elemen dari populasi (Sinulingga, 2011). Sampel terdiri dari atas
sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Metode pengambilan sampel yang
dilakukan adalah non-probability sampling menggunakan accidental sampling,
yaitu teknik penentuan sampel yang dilakukan terhadap orang atau benda berdasarkan
kebetulan ada atau dijumpai. Pengambilan sampling ini dikarenakan populasi
bersifat infinit atau tak terhingga. Sampel diambil dari populasi wisatawan yang
berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Jumlah sampel yang
diambil sebanyak 81 orang pengunjung wisata ke Taman Hutan Raya Bukit
4.5. Jenis dan Sumber Data
Dalam melakukan kegiatan penelitian untuk memperoleh data, maka
penulis membagi jenis dan sumber dan jenis data, sebagai berikut:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui penyebaran daftar
pertanyaan (questionaire) yang ditujukan kepada wisatawan yang
berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi pustaka, buku literatur,
laporan penelitian, pencarian di internet yang berhubungan dengan
penelitian ini.
4.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Wawancara (interview) ialah teknik pengumpulan data dan informasi
melalui cara berkomunikasi secara langsung dengan responden yang
merupakan orang-orang tertentu yang ditetapkan sebagai sumber data
(Sinulingga, 2011). Wawancara dilakukan dengan pihak pengelola Taman
Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
2. Daftar Pertanyaan (questionaire) ialah bentuk instrumen pengumpulan
data dalam format pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan kolom di
mana responden akan menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan
kepadanya (Sinulingga, 2011). Daftar Pertanyaan (questionaire) diberikan
kepada wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Tongkoh.
dan informasi dari tempat objek penelitian serta berbagai referensi sumber
yang berkaitan dengan penelitian.
4.7. Skala Ukuran Data
Pada penelitian ini digunakan Skala Likert yang diperoleh dari daftar
pernyataan yang dirancang untuk menguji tingkat kesetujuan responden terhadap
suatu pertanyaan (Sinulingga, 2011). Dalam penentuan Skala Likert menggunakan
teknik perbedaaan semantik dari 2 pasangan kata yang bersifat bipolar untuk
setiap variabelnya dan 5 Skala Likert untuk setiap pasangan kata. Skala Likert dan
posisinya untuk setiap pasangan kata positif <= => negatif dapat didefinisikan
sebagai berikut:
- Pilihan jawaban a, maka indikator pasangan kata ”sangat-positif sekali”
diberi nilai = 5
- Pilihan jawaban b, maka indikator pasangan kata “sangat-positif” diberi
nilai = 4
- Pilihan jawaban c, maka indikator kata “positif” diberi nilai = 3
- Pilihan jawaban d, maka indikator pasangan kata “kurang-negatif” diberi
nilai = 2
- Pilihan jawaban e, maka indikator pasangan kata “sangat-tidak negatif”
diberi nilai = 1
4.8. Uji Kualitas Data
1. Validitas Data
Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian
valid diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena itu
untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen
pengumpulan data (Sinulingga, 2011). Kriteria penilaian uji validitas adalah:
r hitung > r tabel, maka pernyataan tersebut valid
r hitung < r tabel, maka pernyataan tersebut tidak valid
2. Reliabilitas Data
Reliabilitas merupakan alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan
stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen tersebut (Sinulingga, 2011). Untuk pengujian biasanya
menggunakan batasan tertentu seperti 0,6. Kriteria penilaian uji reliablitas
(Sekaran, 1992):
Reliabilitas < 0,6 adalah kurang baik
Reliablitas > 0,6 adalah baik
4.9. Analisis Data
Analisis data pada dasarnya dimulai dari penyiapan data yang diikuti
dengan pengujian instrumen data. semua tahapan penyiapan data ini perlu
dilakukan sesempurna mungkin agar analisis data dan pengujian hipotesis dapat
dilakukan dengan cermat. Hanya dengan cara demikian temuan dan hasil
penelitian memberi manfaat dan makna baik untuk pemecahan masalah maupun
pengembangan khasanah ilmu pengetahuan. Pada umumnya data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan:
1. Analisis Regresi Berganda
Untuk menguji pengaruh beberapa variabel independen (X) dengan
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + e
di mana:
Y = Keputusan wisatawan berkunjung ke Tahura Tongkoh
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Produk (Product)
X2 = Harga (Price)
X3 = Promosi (Promotion)
X4 = Tempat (Place)
X5 = Orang (Person)
X6 = Pendukung Fisik (Physical Evidence)
X7 = Proses (Process)
e = Standar error
Dari hasil pengolahan data dengan program SPSS akan dilakukan analisis
secara deskriptif dan pembuktian hipotesis.
2. Analisis Korelasi Pearson
Korelasi Pearson ditujukan untuk pasangan pengamatan data rasio yang
menunjukkan hubungan yang linear. Korelasi ini disebut Korelasi Porduct
Moment. Koefisien korelasi adalah suatu angka indeks yang melukiskan
hubungan antara dua rangkaian data yang dihubungkan. Koefisien korelasi adalah
ukuran atau indeks dari hubungan antar dua variabel. Koefisien korelasi besarnya
antara -1 sampai +1. Tanda positif dan negatif menunjukkan arti atau arah dari
r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan kedua variabel sangat lemah
atau tidak terdapat hubungan sama sekali.
r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan kedua variabel sangat kuat,
dan hubungan searah.
r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan keduanya sangat kuat,
dengan hubungan berlawanan.
3. Analisis Korelasi Ganda (R)
Analisis korelasi ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
atau lebih variabel independen (X) terhadap variabel dependen secara serentak
(Y). Menurut Sugiyono (2007) pedoman hubungan antar variabel (R) dapat dilihat
dilihat pada Tabel 4.1. Hubungan Antar Variabel sebagai berikut:
Tabel 4.1. Hubungan antar Variabel
Nilai Interpretasi
0.0 – 0.19 Sangat Tidak Erat
0.2 – 0.39 Tidak Erat
0.4 – 0.59 Cukup Erat
0.6 – 0.79 Erat
0.8 – 0.99 Sangat Erat
4. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
presentase sumbangan pengaruh variabel bebas atau independen, yaitu: Produk
(X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4), Orang (X5), Bukti Fisik (X6) dan
Proses (X7) secara serentak terhadap variabel terikat atau dependen, yaitu
Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh
(Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar presentase variasi variabel bebas
independen (X) yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi
R2 = 0, maka tidak ada sedikit pun presentase sumbangan pengaruh yang
diberikan variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y),
atau variasi variabel independen (X) yang digunakan dalam model
tidak menjelaskan sedikit pun variasi variabel dependen (Y).
R2 = 1, maka presentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y) adalah sempurna,
atau variasi variabel independen (X) yang digunakan dalam model
menjelaskan 100% variasi dependen (Y).
5. Pengujian Hipotesis
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kesimpulan pada sampel
dapat berlaku untuk populasi. Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini
apakah variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y),
maka digunakan beberapa pengujian, yaitu uji F dan uji t.
a. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X)
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (Y). F hitung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
Fhitung =
F = F hitung selanjutnya dibandingkan dengan F tabel
R2 = Koefisien determinasi
K = Jumlah variabel
Kriteria pengujian:
Ho diterima, Ha ditolak bila F hitung < F tabel, sehingga tidak ada
pengaruh yang signifikan dari variabel X terhadap variabel Y.
Ho ditolak, Ha diterima bila F hitung > F tabel, sehingga ada pengaruh
yang signifikan dari variabel X terhadap variabel Y.
b. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel
independen (X) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
(Y). Rumus t hitung pada analisis regresi adalah:
thitung = Sb
b
Di mana:
b = Koefisien regresi
Sb = Standar error
Kriteria pengujian:
Ho dterima, Ha ditolak jika t hitung < t tabel, artinya tidak ada pengaruh
masing-masing variabel X terhadap variabel Y.
Ho ditolak, Ha diterima jika t hitung > t tabel, artinya ada pengaruh
BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Sejarah Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki
potensi ekowisata yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal
yakni, Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Kawasan Taman Hutan Raya Bukit
Barisan secara administratif terletak di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo,
Provinsi Sumatera Utara. Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1988
dengan luas areal ± 51.600 ha dan terletak di 4 (empat) lintas Kabupaten, yaitu:
1) Kabupaten Langkat (13.000 ha).
2) Kabupaten Deli Serdang (17.150 ha).
3) Kabupaten Simalungun (1.645 ha).
4) Kabupaten Tanah Karo (19.805 ha).
Sesuai dengan Keputusan Presiden (KEPRES) Nomor 48 Tahun 1988
tentang Pembangunan Kelompok Hutan Sibolangit sebagai Taman Hutan Raya
Bukit Barisan, maka areal kawasan hutan di Kelompok Hutan Sibolangit telah
resmi menjadi taman hutan raya di Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya untuk
mengatasi kesenjangan pengelolaan kawasan tersebut, pada tahun 1989 Kepala
Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menunjuk
Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Kantor Wilayah Departemen Kehutanan untuk
mengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan dan Kepala Kantor Wilayah
serta bersama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan mitra karya
Departemen Kehutanan melengkapi sarana prasarana utama dilokasi Tongkoh,
seperti pintu gerbang, pusat informasi, plaza, museum, perpustakaan, pondok
wisata dan sarana bermain anak-anak.
Pada tahun 1993, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi
Sumatera Utara sementara menyerahkan pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit
barisan kepada PT. Inhutani IV, selanjutnya Kepala Kantor Wilayah meminta
penegasan kepada Menteri Kehutanan tentang pelimpahan tersebut. Setelah
adanya penetapan dari Menteri Kehutanan yang pada intinya menolak penyerahan
pengelolaan kepada PT. Inhutani IV, maka pada tahun 1999, pengelolaan taman
Hutan Raya Bukit Barisan diserahkan kembali oleh PT. Inhutani IV kepada
Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.
Untuk pengelolaan selanjutnya, pada tahun 1999 Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menetapkan Pengelola Taman
Hutan Raya Bukit Barisan lokasi Tongkoh dengan menetapkan Unit KSDA
Sumatera Utara I sebagai pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Dengan
segala keterbatasannya Unit KSDA Sumatera Utara I mengelola lokasi Tongkoh
dan mengelola 2 (dua) ekor gajah binaan yang ada sebagai sarana wisata.
Dengan berjalannya pelaksanaan otonomi daerah serta semangat
memberikan kewenangan kepada provinsi dan kabupaten/kota, berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107/Kpts-II/2004, maka pengelolaan
Taman Hutan Raya Bukit Barisan menjadi kewenangan Provinsi Sumatera Utara
(karena lintas kabupaten/kota). Namun demikian, Balai KSDA I belum
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, karena masih adanya kerancuan
tentang luas dan wilayah Taman Hutan Raya Bukit Barisan.
Pada saat ini Gubernur Sumatera Utara telah menetapkan Peraturan
Gubernur Sumatera Utara Nomor 13 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan Dinas Kehutanan
Provinsi Sumatera Utara. Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan
tersebut merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas yang dipimpin oleh Kepala
Balai yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
Kehutanan melalui Wakil Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.
Tugas dari Kepala Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan
adalah membantu Kepala Dinas dalam Pengelolaan Tata Usaha dan
Penyelenggaraan Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Kantor Balai
Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan berkedudukan di Tongkoh
Kabupaten Karo. Saat ini, keberadaan Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit
Barisan belum berfungsi secara operasional, selain dikarenakan belum adanya
penunjukan personil pengelola. Dan juga dikarenakan belum adanya arahan dan
penegasan mengenai luas dan wilayah Taman Hutan Raya Bukit Barisan oleh
Departemen Kehutanan cq. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam (PHKA), sehingga Balai KSDA Sumatera Utara I belum dapat segera
menyerahkan Pengelolaan Taman Hutan Raya tersebut kepada Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara cq. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
sebagaimana amanat dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
107/Kpts-II/2004. Pada tahun 2004, Kepala Balai KSDA Sumatera Utara I telah meminta
Bukit Barisan, dan pemintaan tersebut telah diperbaharui pada bulan September
2005 dan hingga saat ini belum adanya arahan dari Departemen Kehutanan.
5.2. Potensi Ekowisata Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Sebagai taman hutan raya, Taman Hutan Raya Bukit Barisan memiliki
potensi sebagai berikut:
a. Sumber plasma nutfah flora dan fauna.
b. Fungsi hutan lindung.
h. Area penelitian.
i. Area penyuluhan.
j. Tempat pendidikan dan pelatihan.
k. Pembinaan cinta alam.
l. Sarana rekreasi dan wisata alam.
Adapun tempat wisata pada Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang sudah
dapat dipromosikan dan memiliki kelayakan usaha bila dikelola dengan baik
adalah sebagai berikut:
a. Taman Wisata dan Bumi Perkemahan Sibolangit.
b. Danau Lau Kawar.
c. Air Terjun Sikulikap.
d. Pemandian Air Panas Lau Debuk-debuk.
e. Gunung Sibayak.
f. Gunung Sinabung.
g. Area Koleksi Satwa di Kaki Gunung Sibayak.
i. Semangat Gunung/Raja Beureuh.
j. Tongkoh.
5.3. Organisasi dan Tugas Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Organisasi dan tugas pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan diatur
oleh Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 49 Tahun 2010 tentang
Organisasi Tugas, Fungsi Uraian Tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas
Kehutanan Provinsi Sumatera. Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pengelola
Taman Hutan Raya Bukit Barisan (UPT PTHRBB), terdiri dari Unit Pelaksana
Teknis (UPT), Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Perlindungan, Seksi Pemanfaatan
dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan
merupakan unit pelaksana operasional dilingkungan Dinas Kehutanan, yang
dipimpin oleh seseorang Kepala yang berada di bawah dan berkedudukan serta
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris. Kepala Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan bertugas
membantu Kepala Dinas dalam bidang pengelola Taman Hutan Raya Bukit
Barisan. Untuk membantu melaksanakan segala tugas, fungsi dan uraian tugas,
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibantu oleh Sub Bagian Tata Usaha, Seksi
Perlindungan, Seksi Pemanfaatan dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Keadaan pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Pengelola Taman Hutan
Raya Bukit Barisan per 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
a. Jumlah PNS sebanyak : 13 orang
Rincian Jumlah PNS menurut jabatan sebagai berikut:
a. Eselon IIIa (Pelaksana Tugas): 1 orang
b. Eselon IVa : 3 orang
c. Polisi Kehutanan : 5 orang
d. Staf : 4 orang
Rincian menurut pangkat/golongan sebagai berikut:
a. Penata Tingkat I (III/d) : 3 orang
b. Penata (III/c) : 2 orang
c. Penata Muda Tk. I (III/b) : 4 orang
d. Penata Muda (III/a) : 2 orang
e. Pengatur Tk. I (II/d) : 2 orang
Rincian PNS menurut pendidikan sebagai berikut:
a. Sarjana (S1) : 7 orang
b. SLTA : 6 orang
Rincian PNS menurut jenis kelamin sebagai berikut:
a. Laki-laki : 11 orang
b. Perempuan : 2 orang
Bagan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pengelola Taman Hutan Raya
Bukit Barisan (UPT PTHRBB) pada Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara