• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP

KEPUTUSAN WISATAWAN BERKUNJUNG KE TAMAN

HUTAN RAYA BUKIT BARISAN TONGKOH

GELADIKARYA

Oleh :

RIO SATRIO

NIM : 067007029

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Geladikarya : Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh

Nama : Rio Satrio

NIM : 067007029

Program Studi : Magister Manajemen

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Rismayani, SE, MSi Ketua

Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana

(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebagai salah satu daerah tujuan wisata alam di Provinsi Sumatera Utara mengalami persaingan yang ketat dengan daerah tujuan wisata lainnya. Berdasarkan data yang ada, jumlah kunjungan wisatawan ke selama 3 tahun terakhir tidak mencapai target kunjungan wisatawan. Hal ini dikarenakan belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan potensi ekowisata berdasarkan zona serta kurangnya pemasaran.

Sesuai dengan permasalahan tersebut, dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh” dengan membuat perumusan masalah, yaitu: Bagaimana pengaruh bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari variabel: Produk (Product), Harga (Price), Promosi (Promotion), Tempat (Place), Orang (Person), Pendukung Fisik (Physical Evidence) dan Proses (Process) terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dengan cara penyebaran daftar pertanyaan (questionaire) mengenai análisis bauran pemasaran yang digunakan terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Sampel penelitian diambil dari populasi wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Barisan Tongkoh.

Dari hasil penelitian diperoleh, nilai R sebesar 0,607 menunjukkan korelasi yang erat antara bauran pemasaran dengan keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Nilai koefisien determinasi (R Square) dari hasil penelitian diperoleh sebesar 0,369. Artinya 36,9% keputusan berkunjung wisatawan dipengaruhi oleh bauran pemasaran. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel keputusan pembelian (Y) secara parsial dipengaruhi oleh Produk (X1) dengan nilai koefisien sebesar

0,340, Harga (X2) dengan nilai koefisien 0,104, Tempat (X3) dengan nilai

koefisien sebasar 0,314 dan Orang (X5) dengan nilai koefisien sebesar 0,014.

Sedangkan untuk variabel Promosi (X4) dengan nilai koefisien sebesar 0,073,

Pendukung Fisik (X6) dengan nilai koefisien sebesar 0,013, serta Proses (X7)

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul:

“ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP

KEPUTUSAN WISATAWAN BERKUNJUNG KE

TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN TONGKOH”

adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua

sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas.

Medan, 29 Februari 2012

Yang Membuat Pernyataan

(5)

RIWAYAT HIDUP

Rio Satrio, lahir di Medan tanggal 11 September 1981. Anak ketiga dari

tiga bersaudara dari pasangan H. M. Darwis dan Hj. Herawati. Menikah dengan

Dewi Suryani dan dikaruniai seorang putri Naura Aaleyanissa Satrio. Pendidikan

SD Bhayangkari I Medan tamat pada tahun 1993, SMP Negeri 2 Medan tamat

pada tahun 1996, SMU Swasta Kesatuan Bogor tamat pada tahun 1999 dan

Sarjana (S1) di Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor tamat pada tahun 2005. Sampai saat ini penulis berwiraswasta di

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis atas berkat dan rahmat Allah S.W.T., penulis dapat menyelesaikan geladikarya ini dengan judul ”Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh”

Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar

Magister Manajemen sesuai dengan kurikulum pada Program Studi Magister

Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTMH, M.Sc (CTM), SpA(K) sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, M.SIE selaku Direktur Sekolah

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi

Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT selaku Sekretaris Program Studi Magister

Manajemen Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Rismayani, SE, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing

6. Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM selaku Anggota Komisi

Pembimbing.

7. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, M.SIE, Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria

Sinulingga, M.Eng dan Bapak Prof. Dr. Ir. Opim Salim Sitompul, MT

(7)

8. Bapak Ir. Liliek P. Asmono selaku Kepala UPT Balai Pengelola Taman

Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, Provinsi Sumatera Utara.

9. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Magister Manajemen Universitas

Sumatera Utara.

10.Staf Akademik di Program Studi Magister Manajemen Universitas

Sumatera Utara.

11.Ayahanda H. M. Darwis dan Ibunda Hj. Herawati, Abangda Eko

Dermawan dan Kakanda Siti Bundari, Isteri tercinta Dewi Suryani, serta

seluruh keluarga dan teman yang tiada henti mendoakan dan memberikan

semangat kepada penulis.

Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu, semoga

geladikarya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2012

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II KERANGKA TEORITIS ... 6

2.1. Pengertian Pariwisata ... 6

2.2. Pemasaran Pariwisata ... 7

2.3. Pengertian Ekowisata ... 8

2.4. Strategi Pemasaran Ekowisata ... 14

(9)

2.5.8. Keputusan Pembelian ... 18

2.6. Pengertian Kawasan Taman Hutan Raya ... 19

2.7. Penelitian Terdahulu ... 19

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 21

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 22

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

4.2. Metode Penelitian... 22

4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 23

4.3.1. Variabel Penelitian ... 23

4.3.2. Definisi Operasional Variabel ... 24

4.4. Populasi dan Sampel ... 26

5.1. Sejarah Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 35

5.2. Potensi Ekowisata Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 38

5.3. Organisasi dan Tugas Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 39

5.4. Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh ... 41

5.5. Biaya di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh ... 42

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 44

6.1. Karakteristik Responden ... 44

6.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 44

(10)

6.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 45

6.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 46

6.1.5. Karakteristik Responden BerdasarkanTempat Tinggal ... 46

6.1.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan ... 47

6.2. Uraian Penjelasan Responden Atas Variabel Bauran Pemasaran ... 47

6.2.1. Penjelasan Responden Atas Variabel Produk (X1) ... 47

6.2.2. Penjelasan Responden Atas Variabel Harga (X2) ... 48

6.2.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Tempat (X3) ... 49

6.2.4. Penjelasan Responden Atas Variabel Promosi (X4)... 50

6.2.5. Penjelasan Responden Atas Variabel Orang (X5) ... 50

6.2.6. Penjelasan Responden Atas Variabel Pendukung Fisik (X6) ... 51

6.2.7. Penjelasan Responden Atas Variabel Proses (X7) ... 52

6.2.8. Penjelasan Responden Atas Variabel Keputusan Wisatawan (Y) 53 6.3. Hasil Uji Kualitas Data ... 54

6.4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 57

6.5. Hasil Analisis Data ... 62

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

7.1. Kesimpulan ... 69

7.2. Saran ... 70

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.Target dan Realisasi Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh,

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2011 ... 2

Tabel 4.1. Hubungan antar Variabel ... 32

Tabel 6.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 44

Tabel 6.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 6.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 45

Tabel 6.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 46

Tabel 6.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ... 46

Tabel 6.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan ... 47

Tabel 6.7. Hasil Statistik Deskriptif ... 53

Tabel 6.8. Hasil Pengujian Validitas Variabel X dan Y ... 55

Tabel 6.9. Hasil Pengujian Validitas Variabel X dan Y ... 56

Tabel 6.10. Hasil Uji Reliabilitas ... 57

Tabel 6.13. Hasil Uji Multikolinearitas... 60

Tabel 6.15. Koefisien Determinasi... 62

Tabel 6.16. Hasil Uji F ... 63

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konseptual ... 21

Gambar 5.1. Bagan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan (PTHRBB) Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara ... 41

Gambar 6.11. Hasil Uji Normalitas Histogram ... 58

Gambar 6.12. Hasil Uji Normalitas P Plot ... 59

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (Questionaire) Lampiran 2. Karakteristik Responden

Lampiran 3. Jawaban Responden

(14)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebagai salah satu daerah tujuan wisata alam di Provinsi Sumatera Utara mengalami persaingan yang ketat dengan daerah tujuan wisata lainnya. Berdasarkan data yang ada, jumlah kunjungan wisatawan ke selama 3 tahun terakhir tidak mencapai target kunjungan wisatawan. Hal ini dikarenakan belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan potensi ekowisata berdasarkan zona serta kurangnya pemasaran.

Sesuai dengan permasalahan tersebut, dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh” dengan membuat perumusan masalah, yaitu: Bagaimana pengaruh bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari variabel: Produk (Product), Harga (Price), Promosi (Promotion), Tempat (Place), Orang (Person), Pendukung Fisik (Physical Evidence) dan Proses (Process) terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dengan cara penyebaran daftar pertanyaan (questionaire) mengenai análisis bauran pemasaran yang digunakan terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Sampel penelitian diambil dari populasi wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Barisan Tongkoh.

Dari hasil penelitian diperoleh, nilai R sebesar 0,607 menunjukkan korelasi yang erat antara bauran pemasaran dengan keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Nilai koefisien determinasi (R Square) dari hasil penelitian diperoleh sebesar 0,369. Artinya 36,9% keputusan berkunjung wisatawan dipengaruhi oleh bauran pemasaran. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel keputusan pembelian (Y) secara parsial dipengaruhi oleh Produk (X1) dengan nilai koefisien sebesar

0,340, Harga (X2) dengan nilai koefisien 0,104, Tempat (X3) dengan nilai

koefisien sebasar 0,314 dan Orang (X5) dengan nilai koefisien sebesar 0,014.

Sedangkan untuk variabel Promosi (X4) dengan nilai koefisien sebesar 0,073,

Pendukung Fisik (X6) dengan nilai koefisien sebesar 0,013, serta Proses (X7)

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri jasa pariwisata di Indonesia sudah menjadi bagian yang penting

dalam pembangunan negara, ditandai dengan dikeluarkan Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Di Era

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Nomor 25

Tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan pusat dengan daerah, memberikan

kesempatan Pemerintah Daerah semakin leluasa dalam membuka peluang guna

mengatur dan mengurus daerahnya sendiri termasuk pengembangan pariwisata.

Ekowisata adalah salah satu bentuk pengembangan pariwisata yang dapat

disesuaikan dengan potensi suatu daerah. Ekowisata merupakan wisata dengan

menciptakan daya tarik bagi wisatawan yang punya arah kecenderungan

berkunjung ke tempat wisata yang berbasis pada potensi alam dan wisatanya. Hal

ini dapat berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang

Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman

Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki

potensi ekowisata yang perlu dikembangkan yakni, Kawasan Taman Hutan Raya

Bukit Barisan, yang secara administratif terletak di Kecamatan Tiga Panah,

Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Kawasan Taman Hutan Raya Bukit

Barisan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia

(16)

lintas kabupaten, yaitu: 1) Kabupaten Langkat dengan luas 13.000 ha; 2)

Kabupaten Deli Serdang dengan luas 17.150 ha; 3) Kabupaten Simalungun

dengan luas 1.645 ha; dan 4) Kabupaten Tanah Karo dengan luas 19.805 ha.

Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan banyak sekali memiliki

potensi daerah tujuan ekowisata, termasuk di dalamnya adalah Taman Hutan Raya

Bukit Barisan Tongkoh. Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh memiliki

potensi ekowisata seperti: wisata alam dan panorama pemandangan; sarana

rekreasi; sumber plasma nutfah flora dan fauna; fungsi hutan lindung; area

penelitian; fungsi penyuluhan; pendidikan dan pelatihan; peluang usaha; dan

masih banyak potensi yang dapat dikembangkan. Selain memiliki fungsi

ekowisata, Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh merupakan pintu masuk

dan pusat informasi dari seluruh daerah tujuan ekowisata yang terdapat di

Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan.

Untuk potensi pasar ekowisata yang berkunjung ke Taman Hutan Raya

Bukit Barisan Tongkoh dapat dilihat pada Target dan Realisasi Pengunjung

Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, Provinsi Sumatera Utara tahun

2009-2011 sebagai berikut:

Tabel 1.1. Target dan Realisasi Pengunjung Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2011

(17)

Berdasarkan Tabel 1.1. terlihat adanya peningkatan jumlah kunjungan

wisata setiap tahunnya, tetapi jumlah angka pengunjung tersebut masih perlu

ditingkatkan karena tidak tercapainya target pengunjung yang diharapkan.

Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh menjadi tempat wisata yang

kuang favorit bagi wisatawan, karena lebih tertarik mengunjungi tempat wisata

yang berbasis hiburan dan permainan yang bervariasi dan lengkap. Daerah tujuan

wisata ini dikelola oleh pihak swasta dengan nilai investasi modal yang sangat

besar.

Pada saat ini belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan potensi

ekowisata berdasarkan zona serta kurangnya pemasaran menjadi salah satu

penyebab Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh belum mampu bersaing

dengan tempat wisata lainnya yang banyak menawarkan produk wisata yang lebih

menarik. Tidak disahkannya retribusi pendapatan asli daerah (PAD) oleh

pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta belum dilantiknya Kepala Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan secara

definitif sehingga dalam pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh

mengalami banyak hambatan dan kendala.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian dalam menganalisis bauran

pemasaran atau marketing mix pada Taman Hutan Raya Barisan Tongkoh

sehingga mampu dicari solusi alternatif sehingga dapat mengembangkannya ke

(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka dirumuskan

permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana pengaruh bauran pemasaran (marketing mix) terhadap

keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Tongkoh.

2. Variabel bauran pemasaran (marketing mix) apa yang paling memberi

pengaruh terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan

Raya Bukit Barisan Tongkoh.

3. Variabel bauran pemasaran (marketing mix) apa yang kurang memberi

pengaruh terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan

Raya Bukit Barisan Tongkoh.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui korelasi atau kekuatan hubungan antara bauran

pemasaran dengan keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan

Raya Bukit Barisan Tongkoh.

2. Untuk mengetahui besar presentase keputusan wisatawan berkunjung ke

Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh yang dipengaruhi bauran

pemasaran.

3. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh bauran pemasaran terhadap

Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan

(19)

4. Untuk mengetahui bauran pemasaran yang paling berpengaruh terhadap

wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, antara lain:

1. Sebagai masukan bagi pihak Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit

Barisan Tongkoh.

2. Membuka peluang usaha bagi calon investor (swasta) terutama sebagai

pendukung pengembangan ekowisata di Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Tongkoh.

3. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan dan meningkatkan kemampuan

dalam menyelesaikan permasalahan dalam bidang manajemen pemasaran,

khususnya permasalahan yang berhubungan dengan bauran pemasaran.

4. Sebagai referensi berbagai pihak seperti Program Magister Manajemen

Sekolah Pasca Sarjana USU atau instansi pendidikan lainnya, peneliti

selanjutnya, pelaku wisata, komunitas, birokrat dan lain-lain.

1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh bauran pemasaran, yang meliputi:

Produk, Harga, Promosi, Tempat, Orang, Pendukung Fisik dan Proses terhadap

keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.

Ruang lingkup penelitian fokus pada pengunjung ekowisata pada Taman Hutan

(20)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1. Pengertian Pariwisata

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

tentang Kepariwisataan, pengertian pariwisata adalah berbagai macam kegiatan

wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu

aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang dan

jasa yang sangat kompleks. Pariwisata terkait dengan organisasi,

hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan

layanan dan sebagainya. Semuanya merupakan rangkaian elemen (pelaku

pariwata) yang saling mempengaruhi atau menjalankan fungsi-fungsi tertentu

sehingga pariwisata tesebut dapat berjalan semestinya.

Menurut Damanik (2006) dalam pasar wisata terdapat banyak pelaku

wisata (stakeholders) yang terlibat dengan peran yang berbeda-beda, yaitu:

1. Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan.

2. Industri Pariwisata adalah semua usaha yang menghasilkan barang dan

jasa bagi pariwisata.

3. Pendukung Jasa Wisata adalah kelompok usaha yang tidak secara khusus

(21)

4. wisata tetapi sering kali begantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa

dan produk tersebut.

5. Pemerintah sebagai pihak yang memiliki otoritas dalam pengaturan,

penyediaan dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan

kebutuhan pariwisata.

6. Masyarakat Lokal merupakan penduduk asli yang bermukim di kawasan

wisata dan menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata.

7. Lembaga Swadaya Masyarakat.

Pelaku wisata sangat berhubungan dengan pilihan daerah destinasi wisata

yang merupakan unsur sentral dalam mengambil keputusan berwisata. Pesatnya

pertambahan jumlah daerah tujuan wisata lama maupun baru membuat orang

menjadi semakin tidak mudah untuk melakukan pilihan. Ada kalanya wisatawan

sudah memiliki bayangan tentang apa yang ingin dicari dalam berwisata sehingga

mereka tinggal memilih daerah tujuan wisata yang mempunyai atraksi yang paling

sesuai dengan keinginan. Daerah destinasi wisata merupakan pilihan pelaku

wisata untuk melakukan segala aktivitas wisatanya.

2.2. Pemasaran Pariwisata

Menurut Wahab, dkk dalam Yotie (2005) mengartikan pemasaran

pariwisata sebagai suatu proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi

pariwisata nasional atau perusahaan-perusahaan termasuk kelompok industri

pariwisata untuk melakukan identifikasi terhadap wisatawan yang sudah punya

keinginan untuk melakukan perjalanan wisata dan wisatawan yang punya potensi

(22)

mereka, mempengaruhi keinginan, kebutuhan, memotivasinya, terhadap apa yang

disukai dan yang tidak disukainya, pada tingkat daerah-daerah lokal, regional,

nasional ataupun internasional dengan menyediakan obyek dan atraksi wisata agar

wisatawan memperoleh kepuasan optimal. Pemasaran pariwisata sangat kompleks

sifatnya dibandingkan pemasaran barang-barang yang dihasilkan perusahaan

manufaktur yang biasa kita kenal. Produk yang ingin dipasarkan sangat terikat

dengan supplier yang menghasilkannya, instansi, organisasi atau lembaga

pariwisata yang mengelolanya.

Marpaung (2002) menyatakan pemasaran pariwisata mencakup:

menemukan apa yang menjadi keinginan konsumen (market research),

mengembangkan pemberian pelayanan yang sesuai kepada wisatawan (product

planning), pemberitahuan tentang produk yang dibuat (advertising and

promotion) dan memberikan instruksi di mana mereka dapat memperoleh

produk-produk tersebut (channels of distribution-tour operator and travel agent).

Manajemen pemasaran pariwisata merupakan setting dari tujuan

pemasaran dan perencanaan serta eksekusi dari persyaratan aktivitas pemasaran

untuk mencapai tujuan. Jika efektif akan menciptakan dan memberi keputuasan

kepada konsumen sehingga perusahaan akan diterima, mendapat kepercayaan

masyaraka tdan akhirnya mampu membimbing perusahaan dalam

mengembangkan peningkatan profit.

2.3. Pengertian Ekowisata

Ekowisata sebagai suatu produk merupakan daya tarik penting bagi

(23)

keragaman yang tersebar di berbagai daerah. Banyak potensi ekowisata yang

belum dimanfaatkan dan objek yang sudah dikembangkan juga belum

dioptimalkan. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan

nilai manfaat sumber daya pariwisata nasional, terutama untuk daerah yang ingin

mengembangkan pariwisata dan retribusi hasilnya bagi masyarakat.

Berdasarkan pengertiannya ekowisata adalah kegiatan wisata yang

sementara ini dianggap sebagai kegiatan pariwisata yang berkelanjutan. Eagle

(1997) dan Vincent (1996) dalam Hidayati, dkk (2003) mengemukakan bahwa

kegiatan ekowisata berbeda dengan kegiatan pariwisata lain. Menurut Hecktor

Ceballos Lascurain dalam Pendit (2003), ekowisata merupakan wisata atau

kunjungan ke kawasan alamiah yang relatif tidak terganggu dengan niat

betul-betul objektif untuk melihat, mempelajari, mengagumi wajah keindahan alam,

flora, fauna termasuk aspek-aspek budaya baik yang mungkin terdapat di kawasan

tersebut. Ekowisata berarti pula melibatkan masyarakat setempat dalam proses

sehingga mereka dapat memperoleh keuntungan sosio-ekonomi dari proses yang

dimaksud.

Ekowisata mempunyai karakteristik yang spesifik karena adanya

kepedulian pada pelestarian lingkungan dan pemberian manfaat ekonomi bagi

masyarakat lokal. Oleh karena itu, setiap kegiatan ekowisata harus mengikuti

prinsip-prinsip pengelolaan yang berkelanjutan seperti (Hidayati, 2003):

1. Berbasis pada wisata alam.

2. Menekankan pada kegiatan konservasi.

3. Mengacu pada pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

(24)

5. Mengakomodasikan budaya lokal.

6. Memberi manfaat pada ekonomi lokal.

Kegiatan ekowisata secara langsung maupun tidak langsung mengarahkan

wisatawan untuk menghargai dan mencintai alam serta budaya lokal, sehingga

dapat menumbuhkan kesadaran dan kepedulian para wisatawan untuk turut

memelihara kelestarian alam. Agar obyek ekowisata tetap lestari perlu adanya

pengelolaaan dengan melibatkan stakeholders terkait seperti pemerintah,

masyarakat, swasta (industri pariwisata), peneliti, ilmuwan dan LSM.

Pengembangan ekowisata selain sebagai upaya untuk melestarikan lingkungan

juga diharapkan dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat lokal.

Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar

terhadap kelestarian sumber daya pariwisata. Masyarakat Ekowisata Internasional

mengartikannya sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan

cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

lokal (responsible travel to natural areas that conserves te environment and

improves the well-being of local people) (TIES, 2000) dalam Damanik (2006).

Dari definisi ini ekowisata dapat dilihat dari 3 (tiga) perspektif, yakni:

1. Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada

sumber daya alam.

2. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada

upaya-upaya pelestarian lingkungan.

3. Sebagai pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode

pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pariwisata secara ramah

(25)

kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat

ditekankan dan merupakanciri khas ekowisata.

Pihak yang berperan penting dalam ekowisata bukan hanya wisatawan

tetapi juga pelaku wisata lain (tour operator) yang memfasilitasi

wisatawan untuk menunjukkan tanggung jawab tersebut.

Pertimbangan-pertimbangan ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya yang

cermat dan rasional itulah sesungguhnya menjadi alasan peencanaan ekowisata

diperlukan. Melalui kegiatan perencanaan tidak saja kegiatan-kegiatan

pengembangan dan hasil yang diharapkan dari ekowisata dapat disusun secara

sistematis, tetapi metode kendali dan pantauan terhadap perkembangannya juga

dapat didesain sedemikian rupa, sehingga tampak lebih jelas bahwa

pengembangan tersebut sesuai dengan atau dapat menjamin prinsip-prinsip

pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development).

Pengembangan ekowisata berhubungan dengan potensi sangat

berhubungan dengan objek dan daya tarik wisata yang dimiliki suatu daerah

tujuan wisata. Menurut Marpaung (2002), Objek dan daya tarik wisata adalah

suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat

menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat

tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya

merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik

wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu, misalnya penyediaan

aksebilitas atau fasilitas. Oleh karena itu suatu daya tarik dapat dimanfaatkan

sebagai daya tarik wisata. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi

(26)

kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan dapat lebih

berkembang atau dikembangkan jika di suatu area/daerah terdapat lebih dari satu

jenis objek dan daya tarik wisata.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu daya tarik wisata

yang potensial harus dilakukan survei, penelitian, inventarisasi dan evaluasi

sebelum fasilitas wisata dikembangkan di suatu area/daerah tertentu sehingga

pengembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar

potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai. Jenis-jenis

objek dan daya tarik wisata dapat diklasifikasi sebagai berikut:

a) Daya tarik alam.

b) Daya tarik budaya.

c) Daya tarik buatan manusia.

Pengembangan potensi suatu kawasan ekowisata harus disesuaikan dengan

karakteristik dan fungsi kawasan tersebut. Potensi suatu kawasan ekowisata dapat

dikembangkan sebagai tempat wisata alam, tempat tujuan penelitian dan

pendidikan serta menggabungkan wisata alam dengan potensi keberadaan

masyarakat sekitar. Terdapat 3 (tiga) komponen pengembangan produk ekowisata

yang dianggap sangat penting antara satu dengan yang lainnya untuk saling

melengkapi dalam mengembangkan potensi suatu kawasan ekowisata, yaitu:

a. Aksesibilitas tujuan ekowisata, yaitu semua faktor yang dapat memberi

kemudahan kepada wisatawan untuk datang berkunjung pada suatu daerah

(27)

b. Fasillitas tujuan ekowisata, semua faktor yang dapat memberi atau

melayani kebutuhan wisatawan jika sudah datang pada suatu daerah tujuan

ekowisata.

c. Daya tarik tujuan ekowisata, semua yang menjadi daya tarik mengapa

wisatawan datang berkunjung ke daerah tujuan ekowisata tertentu.

Potensi kawasan ekowisata di Indonesia sangat besar. Adapun

prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan objek wisata alam, yaitu:

Penerapan sistem zonasi.

Fasilitas usaha harus terkonsentrasi atau mengelompok bias disebut visitor

center.

Fasilitas lain di dalam taman, seperti jalan setapak, penunjuk arah, tempat

sampah, shelter, WC.

Bentuk bangunan dan bahan bangunan harus sesuai dengan lingkungan

alam sekitar.

Peluang pengembangan ekowisata ditunjang dengan pelaksanaan otonomi

daerah yang telah mulai diberlakukan sejak tahun 2000. Diberlakukannya

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999

tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat

dan Daerah merupakan kesempatan yang sangat besar bagi pemerintah

kabupaten/kota untuk mengelola dan mengembangkan potensi ekonomi daerah.

Daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk membangun

daerah berdasarkan potensi ekonomi dan sumber daya daratan dan lautan sesuai

dengan karakteristik masing-masing daerah. Daerah mempunyai inisiatif dan

(28)

Pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk merencanakan, melaksanakan

dan mengelola kegiatan ekowisata untuk kesejahteraan masyarakat dan secara

langsung berfungsi sebagai sumber keuangan untuk meningkatkan pendapatan asli

daerah (PAD).

Adanya kewenangan daerah yang sesuai dengan kebijakan dan peraturan

daerah membuat pemerintah daerah perlu mengelola potensi ekowisata secara

mandiri, termasuk mengembangkan kelembagaan dalam pengelolaan ekowisata di

tingkat daerah.

2.4. Strategi Pemasaran Ekowisata

Strategi pemasaran adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya.

Setiap bisnis harus merancang strategi untuk mencapai tujuannya yang terdiri dari

strategi pemasaran, strategi teknologi serta strategi penetapan sumber yang cocok

(Kotler, 2000). Menurut Michael Potter dalam Kotler (2000), strategi dirangkum

menjadi 3 (tiga) jenis umum, yaitu:

Keunggulan biaya secara keseluruhan

Pengelola ekowisata harus dijalankan untuk mencapai biaya pengelolaan

dan distribusi yang terendah. Sehingga harganya menjadi lebih rendah

daripada pesaing dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar.

Diffrensiasi

Perusahaan memerlukan konsentrasi untuk mencapai kinerja yang terbaik

dalam memberikan manfaat bagi pelanggan yang dinilai penting bagi

(29)

yang terbaik dalam pelayanan, kualitas, gaya, teknologi, namun tetapi

tidak mungkin menjadi yang terbaik dalam segala hal.

Fokus

Pengelolaan ekowisata memfokuskan diri pada satu atau lebih segmen

pasar yang sempit daripada mengejar pasar yang lebih besar.

2.5. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Strategi pemasaran sangat berkaitan dengan bauran pemasaran (marketing

mix) yang merupakan variabel-variabel yang yang dapat dikendalikan dalam

rangka usaha mempengaruhi wisatawan datang berkunjung pada suatu daerah

tujuan wisata. Strategi bauran pemasaran yang perlu dikembangkan dalam

pemasaran ekowisata adalah:

2.5.1. Produk (Product)

Produk merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang

memberikan sejumlah nilai manfaat bagi pelanggan. Dalam produk, yang perlu

diperhatikan adalah pelanggan tidak hanya membeli fisik dari produk tersebut

tetapi membeli benefit dan value dari produk tersebut. Dalam konsep tingkatan

produk terdiri atas elemen produk inti, produk yang diharapkan yang terdiri atas

produk inti bersama pertimbangan keputusan pembelian minimal yang harus

dipenuhi, area yang memungkinkan suatu produk didiferensiasi terhadap produk

lain, produk potensial yang merupakan tampilan dan manfaat tambahan yang

(30)

2.5.2. Harga (Price)

Strategi harga dilakukan dengan menetapkan harga berdasarkan nilai yang

diyakini konsumen, diskriminasi harga berdasarkan segmen pasar, harga promosi,

harga penggabungan produk, harga fleksibel, dan subsidi pemerintah. Harga

merupakan variabel sensitif dan menjadi faktor krisis dalam bauran pemasaran.

Tujuan harga adalah untuk meningkatkan keuntungan ketika kondisi perusahaan

yang tidak mengutungkan, memaksimumkan keuntungan pada periode tertentu,

membangun pangsa pasar dengan melakukan penjualan pada harga awal yang

merugikan, memposisikan jasa perusahaan sebagai jasa eksklusif dan rencana

pencapaian investasi.

2.5.3. Tempat (Place)

Tempat adalah gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran

distribusi. Tempat merupakan lokasi yang berkaitan di mana operasional dan staff

suatu perusahaan akan ditempatkan. Hal ini sangat berhubungan dengan di mana

lokasi yang strategis dan bagaimana cara penyampaian jasa pada pelanggan.

Tempat pendistribusian produk harus didukung oleh pelayanan informasi, materi

publikasi, jenis promosi dan lain-lain. Terdapat 3 (tiga) lokasi antara penyedia jasa

dan pelanggan, yaitu pelanggan mendatangi penyedia jasa, penyedia jasa

mendatangi pelanggan dan transaksi pasar melalui saluran distribusi perusahaan.

2.5.4. Promosi (Promotion)

Promosi berfungsi sebagai alat komunikasi dan mempengaruhi antara

perusahaan dengan pelanggan. Promosi digunakan untuk memberitahukan produk

yang hendak kita tawarkan kepada calon wisatawan yang dijadikan target pasar.

Dalam promosi efektif, yang perlu diperhatikan adalah identifikasi segmentasi

(31)

mengingatkan), mengembangkan pesan yang disampaikan dan memilih bauran

komunikasi yang tepat.

2.5.5. Orang (People)

Orang atau sumber daya manusia berfungsi sebagai service provide yang

sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan kepada pelanggan. Keputusan

dalam orang atau sumber daya manusia untuk mencapai kualitas berhubungan

dengan seleksi, pelatihan, memotivasi, dan manajemen sumbe daya manusia.

Salah satu faktor kesuksesan suatu perusahaan sangat bergantung pada sumber

daya manusia yang dimiliki. Terutama dalam pemasaran jasa terjadi kontak

langsung dengan pelanggan.

2.5.6. Fisik Pendukung (Physical Evidence)

Fisik pendukung adalah lingkungan fisik perusahaan tempat jasa

diciptakan dan tempat penyediaan jasa serta pelanggan berinteraksi, ditambah

elemen tangible yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau mendukung

peranan jasa itu. Fisik pendukung mewakili keputusan kunci yang dibuat penyedia

jasa wisata dan memiliki sedikit nilai bila berdiri sendiri, tetapi menambah

tangiblitas pada nilai yang disediakan produk jasa.

2.5.7. Proses (Proccess)

Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri atas

prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme dan hal rutin sampai jasa dihasilkan dan

disampaikan kepada pelanggan. Proses dapat dibedakan menjadi 2 cara, yaitu:

Complexity, yaitu berhubungan dengan langkah-langkah dan tahap dalam proses

dan Divergence, yaitu berhubungan denagn adanya perubahan dalam langkah atau

(32)

2.5.8. Keputusan Pembelian

Untuk meraih keberhasilan, pemasar harus melihat lebih jauh

bermacam-macam faktor yang mempengaruhi pembeli dan megembangkan pemahaman

mengenai bagaimana konsumen melakukan keputusan pembelian. Secara khusus,

pemasar harus mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan pembelian,

jenis-jenis keputusan pembelian dan langkah-langkah dalam proses pembelian. Dalam

tahapan evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam

kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk niat untuk membeli produk yang

paling disukai. Ada 2 (dua) faktor yang berada diantara niat pembelian dan

keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain dan faktor situasi yang tidak

terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah pembelian. Setelah pembelian

produk, konsumen akan menagalami level kepuasan atau tidak.tugas pemasar

tidak berakhir saaat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca

pembelian.

2.6. Pengertian Kawasan Taman Hutan Raya

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun

1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, Pengertian

Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan

koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau

bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,

(33)

2.7. Penelitian Terdahulu

1. Femmy Indriany Dalimunthe (2009) dari Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara dengan penelitian yang berjudul “Analisis

pengaruh Promosi dan Komunikasi Terhadap Pengambilan Keputusan

Tamu (Occupant) Untuk Memilih Menginap di Hotel Tiara Medan”.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif terhadap variabel

dependen yaitu Respon Tamu (Y1) dan Keputusan Tamu Menginap di

Hotel Tiara (Y2) yang dipengaruhi oleh variabel independen yang terdiri

Promosi dan Komunikasi (X1) dan Respon Tamu (X2) dengan jumlah

responden sampel sebanyak 42 orang. Berdasarkan hasil penelitian,

hipotesis pertama menyimpulkan bahwa promosi dan komunikasi

berpengaruh signifikan terhadap respon tamu. Hipotesis kedua

menyimpulkan bahwa promosi dan komunikasi berpengaruh terhadap

keputusan tamu. Hipotesis ketiga menyimpulkan bahwa respon tamu

berpengaruh terhadap keputusan tamu.

2. Felix Permana Ginting (2011) dari Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Sumatera Utara dengan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Kepuasan dan Loyalitas Wisatawan di Pemandian

Air Panas Alam Berastagi”. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

kuantitatif terhadap variabel dependen (Y), yaitu Loyalitas Wisatawan,

yang dipengaruhi oleh variabel independen yang terdiri Kepuasan

Wisatawan (X1), Hambatan Peralihan (X2) dan Keluhan (X3) dengan

Jumlah responden yang diambil sebanyak 300 orang. Berdasarkan hasil uji

(34)

wisatawan pada pemandian air panas alam Berastagi dibandingkan

variabel hambatan peralihan dan keluhan.

peak maksimum itulah panjang gelombangnya yaitu sekitar panjang gelombang

(35)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual adalah sebuah konsep berpikir sistematis yang

didasarkan kepada analisis yang menjadi alur proses dari suatu penelitian.

Kerangka konseptual terdiri dari aliran proses berpikir yang sistematis dengan

diawali dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, analisis permasalahan

hingga solusi terhadap permasalahan tersebut.

Dalam penulisan geladikarya ini, kerangka konseptual yang digunakan

dalam proses penelitian yang dilakukan dapat diilustrasikan pada Gambar 3.1.

sebagai berikut:

`

(36)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit

Barisan Tongkoh, Jalan Raya Medan-Berastagi Kilometer 60 Tongkoh Berastagi,

Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Tanah Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Waktu penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) minggu, antara 27

Desember 2011-08 Februari 2012.

4.2. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan survei melalui instrumen daftar

pertanyaan (questionaire) mengenai análisis bauran pemasaran yang digunakan

terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Tongkoh. Survei dilakukan dengam mengambil sampel dari populasi wisatawan

yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Barisan Tongkoh.

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu untuk

mengetahui dan menganalisis pengaruh bauran pemasaran yang digunakan

terhadap keputusan wisatawan memilih Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Tongkoh. Penelitian dilakukan untuk mengetahui nilai variabel independen, baik

satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan

(37)

4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 4.3.1. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian yang digunakan dan definisi operasional dalam

penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas sering disebut sebagai variabel prediktor (predictor

variable) ialah variabel yang mempengaruhi variabel terikat (dependent variable)

baik secara positif maupun secara negatif (Sinulingga, 2011). Pada penelitian ini

variabel bebas yang digunakan, yaitu:

a. Produk (Product) disebut variabel X1

b. Harga (Price) disebut variabel X2

c. Tempat (Place) disebut variabel X3

d. Promosi (Promotion) disebut variabel X4

e. Orang (Person) disebut variabel X5

f. Pendukung Fisik (Physical Evidence) atau disebut variabel X6

g. Proses (Process) disebut variabel X7

2. Variabel terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat sering disebut variabel kriteria (criteria variable) adalah

variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh nilai variabel lain

(Sinulingga, 2011). Variabel terikat yang digunakan penelitian, yaitu Keputusan

Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh (Y).

4.3.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penentuan dan penyusunan sifat

(38)

operasional untuk variabel-variabel pada penelitian ini kemudian diuraikan

sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Independent variable):

a. Produk (X1) adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk

dapat diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat

memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Definisi operasional produk memiliki indikator sebagai berikut:

1) Kepuasaan terhadap hiburan

2) Kepuasan terhadap koleksi tumbuhan

3) Kecocokan tempat pengamatan monyet

4) Kesesuaian tempat camping

b. Harga (X2) adalah jumlah nilai yang konsumen yang ditukarkan untuk

mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk.

Definisi operasional harga memiliki indikator sebagai berikut:

1) Tingkat harga masuk

2) Kesesuaian biaya

c. Tempat (X3) adalah tempat atau lokasi adalah sebuah titik tertentu yang

dipilih oleh perusahaan untuk melaksanakan segala aktivitas usahanya, di

mana titik tersebut mempunyai pengaruh terhadap strategi-strategi usaha

dari perusahaan yang bersangkutan.

Definisi operasional tempat memiliki indikator sebagai berikut:

1) Kemudahan akses ke lokasi

2) Kenyamanan dan keamanan lokasi

d. Promosi (X4) adalah suatu kegiatan yang mengkombinasikan keunggulan

(39)

Definisi operasional promosi memiliki indikator:

1) Ketertarikan penampilan luar

2) Kemudahan informasi

e. Orang (X5) adalah sumber daya manusia yang mempengaruhi kualitas

produk/jasa yang diberikan.

Definisi operasional orang memiliki indikator:

1) Tingkat kemampuan sumber daya manusia

2) Tingkat informasi

3) Jumlah sumber daya yang sebanding

f. Fisik Pendukung (X6) adalah lingkungan fisik tempat jasa diciptakan

dan langsung berinteraksi dengan pelanggan.

Definisi operasional fisik pendukung memiliki indikator sebagai

berikut:

1) Kondisi fasilitas pendukung (WC)

2) Tempat yang luas dan nyaman untuk parkir

3) Kelengkapan papan informasi/arah

g. Proses (X7) adalah gabungan dari semua aktifitas yang terdiri dari

prosedur, jadwal, mekanisme dan hal-hal rutin sampai jasa dihasillkan

dan disampaikan kepada pelanggan.

Definisi operasional proses memiliki indikator sebagai berikut:

1) Kemudahan proses masuk

2) Kemudahan mengurus perijinan

(40)

Keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Tongkoh (Y) adalah:

a. Memilih produk ekowisata pada Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Tongkoh.

b. Melakukan kunjungan ulang ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Tongkoh.

4.4. Populasi dan Sampel 4.4.1. Populasi (N)

Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk

objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti (Sinulingga, 2011). Populasi yang

mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, hal minat yang ingin

diteliti. Populasi pada penelitian ini, yaitu wisatawan yang berkunjung ke Taman

Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.

4.4.2. Sampel (n)

Sampel adalah sebuah subset dari populasi. Sebuah subset terdiri dari

sejumlah elemen dari populasi (Sinulingga, 2011). Sampel terdiri dari atas

sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Metode pengambilan sampel yang

dilakukan adalah non-probability sampling menggunakan accidental sampling,

yaitu teknik penentuan sampel yang dilakukan terhadap orang atau benda berdasarkan

kebetulan ada atau dijumpai. Pengambilan sampling ini dikarenakan populasi

bersifat infinit atau tak terhingga. Sampel diambil dari populasi wisatawan yang

berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Jumlah sampel yang

diambil sebanyak 81 orang pengunjung wisata ke Taman Hutan Raya Bukit

(41)

4.5. Jenis dan Sumber Data

Dalam melakukan kegiatan penelitian untuk memperoleh data, maka

penulis membagi jenis dan sumber dan jenis data, sebagai berikut:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui penyebaran daftar

pertanyaan (questionaire) yang ditujukan kepada wisatawan yang

berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi pustaka, buku literatur,

laporan penelitian, pencarian di internet yang berhubungan dengan

penelitian ini.

4.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Wawancara (interview) ialah teknik pengumpulan data dan informasi

melalui cara berkomunikasi secara langsung dengan responden yang

merupakan orang-orang tertentu yang ditetapkan sebagai sumber data

(Sinulingga, 2011). Wawancara dilakukan dengan pihak pengelola Taman

Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.

2. Daftar Pertanyaan (questionaire) ialah bentuk instrumen pengumpulan

data dalam format pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan kolom di

mana responden akan menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan

kepadanya (Sinulingga, 2011). Daftar Pertanyaan (questionaire) diberikan

kepada wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Tongkoh.

(42)

dan informasi dari tempat objek penelitian serta berbagai referensi sumber

yang berkaitan dengan penelitian.

4.7. Skala Ukuran Data

Pada penelitian ini digunakan Skala Likert yang diperoleh dari daftar

pernyataan yang dirancang untuk menguji tingkat kesetujuan responden terhadap

suatu pertanyaan (Sinulingga, 2011). Dalam penentuan Skala Likert menggunakan

teknik perbedaaan semantik dari 2 pasangan kata yang bersifat bipolar untuk

setiap variabelnya dan 5 Skala Likert untuk setiap pasangan kata. Skala Likert dan

posisinya untuk setiap pasangan kata positif <= => negatif dapat didefinisikan

sebagai berikut:

- Pilihan jawaban a, maka indikator pasangan kata ”sangat-positif sekali”

diberi nilai = 5

- Pilihan jawaban b, maka indikator pasangan kata “sangat-positif” diberi

nilai = 4

- Pilihan jawaban c, maka indikator kata “positif” diberi nilai = 3

- Pilihan jawaban d, maka indikator pasangan kata “kurang-negatif” diberi

nilai = 2

- Pilihan jawaban e, maka indikator pasangan kata “sangat-tidak negatif”

diberi nilai = 1

4.8. Uji Kualitas Data

1. Validitas Data

Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian

(43)

valid diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena itu

untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen

pengumpulan data (Sinulingga, 2011). Kriteria penilaian uji validitas adalah:

r hitung > r tabel, maka pernyataan tersebut valid

r hitung < r tabel, maka pernyataan tersebut tidak valid

2. Reliabilitas Data

Reliabilitas merupakan alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan

stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan

menggunakan instrumen tersebut (Sinulingga, 2011). Untuk pengujian biasanya

menggunakan batasan tertentu seperti 0,6. Kriteria penilaian uji reliablitas

(Sekaran, 1992):

Reliabilitas < 0,6 adalah kurang baik

Reliablitas > 0,6 adalah baik

4.9. Analisis Data

Analisis data pada dasarnya dimulai dari penyiapan data yang diikuti

dengan pengujian instrumen data. semua tahapan penyiapan data ini perlu

dilakukan sesempurna mungkin agar analisis data dan pengujian hipotesis dapat

dilakukan dengan cermat. Hanya dengan cara demikian temuan dan hasil

penelitian memberi manfaat dan makna baik untuk pemecahan masalah maupun

pengembangan khasanah ilmu pengetahuan. Pada umumnya data yang diperoleh

dianalisis dengan menggunakan:

1. Analisis Regresi Berganda

Untuk menguji pengaruh beberapa variabel independen (X) dengan

(44)

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + e

di mana:

Y = Keputusan wisatawan berkunjung ke Tahura Tongkoh

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

X1 = Produk (Product)

X2 = Harga (Price)

X3 = Promosi (Promotion)

X4 = Tempat (Place)

X5 = Orang (Person)

X6 = Pendukung Fisik (Physical Evidence)

X7 = Proses (Process)

e = Standar error

Dari hasil pengolahan data dengan program SPSS akan dilakukan analisis

secara deskriptif dan pembuktian hipotesis.

2. Analisis Korelasi Pearson

Korelasi Pearson ditujukan untuk pasangan pengamatan data rasio yang

menunjukkan hubungan yang linear. Korelasi ini disebut Korelasi Porduct

Moment. Koefisien korelasi adalah suatu angka indeks yang melukiskan

hubungan antara dua rangkaian data yang dihubungkan. Koefisien korelasi adalah

ukuran atau indeks dari hubungan antar dua variabel. Koefisien korelasi besarnya

antara -1 sampai +1. Tanda positif dan negatif menunjukkan arti atau arah dari

(45)

r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan kedua variabel sangat lemah

atau tidak terdapat hubungan sama sekali.

r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan kedua variabel sangat kuat,

dan hubungan searah.

r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan keduanya sangat kuat,

dengan hubungan berlawanan.

3. Analisis Korelasi Ganda (R)

Analisis korelasi ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua

atau lebih variabel independen (X) terhadap variabel dependen secara serentak

(Y). Menurut Sugiyono (2007) pedoman hubungan antar variabel (R) dapat dilihat

dilihat pada Tabel 4.1. Hubungan Antar Variabel sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hubungan antar Variabel

Nilai Interpretasi

0.0 – 0.19 Sangat Tidak Erat

0.2 – 0.39 Tidak Erat

0.4 – 0.59 Cukup Erat

0.6 – 0.79 Erat

0.8 – 0.99 Sangat Erat

4. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui

presentase sumbangan pengaruh variabel bebas atau independen, yaitu: Produk

(X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4), Orang (X5), Bukti Fisik (X6) dan

Proses (X7) secara serentak terhadap variabel terikat atau dependen, yaitu

Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh

(Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar presentase variasi variabel bebas

independen (X) yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi

(46)

R2 = 0, maka tidak ada sedikit pun presentase sumbangan pengaruh yang

diberikan variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y),

atau variasi variabel independen (X) yang digunakan dalam model

tidak menjelaskan sedikit pun variasi variabel dependen (Y).

R2 = 1, maka presentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y) adalah sempurna,

atau variasi variabel independen (X) yang digunakan dalam model

menjelaskan 100% variasi dependen (Y).

5. Pengujian Hipotesis

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kesimpulan pada sampel

dapat berlaku untuk populasi. Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini

apakah variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y),

maka digunakan beberapa pengujian, yaitu uji F dan uji t.

a. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X)

secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen (Y). F hitung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

Fhitung =

F = F hitung selanjutnya dibandingkan dengan F tabel

R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel

(47)

Kriteria pengujian:

Ho diterima, Ha ditolak bila F hitung < F tabel, sehingga tidak ada

pengaruh yang signifikan dari variabel X terhadap variabel Y.

Ho ditolak, Ha diterima bila F hitung > F tabel, sehingga ada pengaruh

yang signifikan dari variabel X terhadap variabel Y.

b. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel

independen (X) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

(Y). Rumus t hitung pada analisis regresi adalah:

thitung = Sb

b

Di mana:

b = Koefisien regresi

Sb = Standar error

Kriteria pengujian:

Ho dterima, Ha ditolak jika t hitung < t tabel, artinya tidak ada pengaruh

masing-masing variabel X terhadap variabel Y.

Ho ditolak, Ha diterima jika t hitung > t tabel, artinya ada pengaruh

(48)

BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki

potensi ekowisata yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal

yakni, Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Kawasan Taman Hutan Raya Bukit

Barisan secara administratif terletak di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo,

Provinsi Sumatera Utara. Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan ditetapkan

berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1988

dengan luas areal ± 51.600 ha dan terletak di 4 (empat) lintas Kabupaten, yaitu:

1) Kabupaten Langkat (13.000 ha).

2) Kabupaten Deli Serdang (17.150 ha).

3) Kabupaten Simalungun (1.645 ha).

4) Kabupaten Tanah Karo (19.805 ha).

Sesuai dengan Keputusan Presiden (KEPRES) Nomor 48 Tahun 1988

tentang Pembangunan Kelompok Hutan Sibolangit sebagai Taman Hutan Raya

Bukit Barisan, maka areal kawasan hutan di Kelompok Hutan Sibolangit telah

resmi menjadi taman hutan raya di Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya untuk

mengatasi kesenjangan pengelolaan kawasan tersebut, pada tahun 1989 Kepala

Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menunjuk

Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Kantor Wilayah Departemen Kehutanan untuk

mengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan dan Kepala Kantor Wilayah

(49)

serta bersama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan mitra karya

Departemen Kehutanan melengkapi sarana prasarana utama dilokasi Tongkoh,

seperti pintu gerbang, pusat informasi, plaza, museum, perpustakaan, pondok

wisata dan sarana bermain anak-anak.

Pada tahun 1993, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi

Sumatera Utara sementara menyerahkan pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit

barisan kepada PT. Inhutani IV, selanjutnya Kepala Kantor Wilayah meminta

penegasan kepada Menteri Kehutanan tentang pelimpahan tersebut. Setelah

adanya penetapan dari Menteri Kehutanan yang pada intinya menolak penyerahan

pengelolaan kepada PT. Inhutani IV, maka pada tahun 1999, pengelolaan taman

Hutan Raya Bukit Barisan diserahkan kembali oleh PT. Inhutani IV kepada

Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.

Untuk pengelolaan selanjutnya, pada tahun 1999 Kepala Kantor Wilayah

Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menetapkan Pengelola Taman

Hutan Raya Bukit Barisan lokasi Tongkoh dengan menetapkan Unit KSDA

Sumatera Utara I sebagai pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Dengan

segala keterbatasannya Unit KSDA Sumatera Utara I mengelola lokasi Tongkoh

dan mengelola 2 (dua) ekor gajah binaan yang ada sebagai sarana wisata.

Dengan berjalannya pelaksanaan otonomi daerah serta semangat

memberikan kewenangan kepada provinsi dan kabupaten/kota, berdasarkan

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107/Kpts-II/2004, maka pengelolaan

Taman Hutan Raya Bukit Barisan menjadi kewenangan Provinsi Sumatera Utara

(karena lintas kabupaten/kota). Namun demikian, Balai KSDA I belum

(50)

Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, karena masih adanya kerancuan

tentang luas dan wilayah Taman Hutan Raya Bukit Barisan.

Pada saat ini Gubernur Sumatera Utara telah menetapkan Peraturan

Gubernur Sumatera Utara Nomor 13 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan Dinas Kehutanan

Provinsi Sumatera Utara. Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan

tersebut merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas yang dipimpin oleh Kepala

Balai yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

Kehutanan melalui Wakil Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.

Tugas dari Kepala Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan

adalah membantu Kepala Dinas dalam Pengelolaan Tata Usaha dan

Penyelenggaraan Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Kantor Balai

Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan berkedudukan di Tongkoh

Kabupaten Karo. Saat ini, keberadaan Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit

Barisan belum berfungsi secara operasional, selain dikarenakan belum adanya

penunjukan personil pengelola. Dan juga dikarenakan belum adanya arahan dan

penegasan mengenai luas dan wilayah Taman Hutan Raya Bukit Barisan oleh

Departemen Kehutanan cq. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi

Alam (PHKA), sehingga Balai KSDA Sumatera Utara I belum dapat segera

menyerahkan Pengelolaan Taman Hutan Raya tersebut kepada Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara cq. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

sebagaimana amanat dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

107/Kpts-II/2004. Pada tahun 2004, Kepala Balai KSDA Sumatera Utara I telah meminta

(51)

Bukit Barisan, dan pemintaan tersebut telah diperbaharui pada bulan September

2005 dan hingga saat ini belum adanya arahan dari Departemen Kehutanan.

5.2. Potensi Ekowisata Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Sebagai taman hutan raya, Taman Hutan Raya Bukit Barisan memiliki

potensi sebagai berikut:

a. Sumber plasma nutfah flora dan fauna.

b. Fungsi hutan lindung.

h. Area penelitian.

i. Area penyuluhan.

j. Tempat pendidikan dan pelatihan.

k. Pembinaan cinta alam.

l. Sarana rekreasi dan wisata alam.

Adapun tempat wisata pada Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang sudah

dapat dipromosikan dan memiliki kelayakan usaha bila dikelola dengan baik

adalah sebagai berikut:

a. Taman Wisata dan Bumi Perkemahan Sibolangit.

b. Danau Lau Kawar.

c. Air Terjun Sikulikap.

d. Pemandian Air Panas Lau Debuk-debuk.

e. Gunung Sibayak.

f. Gunung Sinabung.

g. Area Koleksi Satwa di Kaki Gunung Sibayak.

(52)

i. Semangat Gunung/Raja Beureuh.

j. Tongkoh.

5.3. Organisasi dan Tugas Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Organisasi dan tugas pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan diatur

oleh Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 49 Tahun 2010 tentang

Organisasi Tugas, Fungsi Uraian Tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas

Kehutanan Provinsi Sumatera. Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pengelola

Taman Hutan Raya Bukit Barisan (UPT PTHRBB), terdiri dari Unit Pelaksana

Teknis (UPT), Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Perlindungan, Seksi Pemanfaatan

dan Kelompok Jabatan Fungsional.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan

merupakan unit pelaksana operasional dilingkungan Dinas Kehutanan, yang

dipimpin oleh seseorang Kepala yang berada di bawah dan berkedudukan serta

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris. Kepala Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan bertugas

membantu Kepala Dinas dalam bidang pengelola Taman Hutan Raya Bukit

Barisan. Untuk membantu melaksanakan segala tugas, fungsi dan uraian tugas,

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibantu oleh Sub Bagian Tata Usaha, Seksi

Perlindungan, Seksi Pemanfaatan dan Kelompok Jabatan Fungsional.

Keadaan pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Pengelola Taman Hutan

Raya Bukit Barisan per 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:

a. Jumlah PNS sebanyak : 13 orang

(53)

Rincian Jumlah PNS menurut jabatan sebagai berikut:

a. Eselon IIIa (Pelaksana Tugas): 1 orang

b. Eselon IVa : 3 orang

c. Polisi Kehutanan : 5 orang

d. Staf : 4 orang

Rincian menurut pangkat/golongan sebagai berikut:

a. Penata Tingkat I (III/d) : 3 orang

b. Penata (III/c) : 2 orang

c. Penata Muda Tk. I (III/b) : 4 orang

d. Penata Muda (III/a) : 2 orang

e. Pengatur Tk. I (II/d) : 2 orang

Rincian PNS menurut pendidikan sebagai berikut:

a. Sarjana (S1) : 7 orang

b. SLTA : 6 orang

Rincian PNS menurut jenis kelamin sebagai berikut:

a. Laki-laki : 11 orang

b. Perempuan : 2 orang

Bagan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pengelola Taman Hutan Raya

Bukit Barisan (UPT PTHRBB) pada Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Gambar

Tabel 1.1. Target dan Realisasi Pengunjung Taman Hutan Raya Bukit
Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konseptual
Tabel 4.1. Hubungan antar Variabel
Gambar 5.1. Bagan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan (PTHRBB) Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

历史分析法。.

LKPD mata pelajaran bahasa Indonesia yang dikembangkan dengan menggunakan konsep mind mapping untuk peserta didik kelas XII SMA layak untuk digunakan sebagai salah satu

Objek pada penelitian ini adalah perencanaan proyek, maka untuk melakukan perencanaan proyek dibutuhkan data-data awal sebagai input dalam pembuatan perencanaan

Berikut dapat dilihat perbandingan data yang sudah diperoleh dari pra siklus, siklus I sampai siklus II dimaksudkan untuk melihat apakah penggunaan model

[r]

Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Universitas Negeri Yogyakarta memberikan penghargaan dan. mengucaPkan terima kasih, kePada

Data persentase umbi besar varietas lokal Wali pada perlakuan paket teknologi budidaya introduksi yang hanya 59,06% menggambarkan bahwa varietas lokal tersebut memiliki

Dalam rangka membangun budaya mutu di perguruan tinggi melalui implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan