• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Yang Menyebabkan Wanita Melakukan Perkawinan Pada Usia Muda Di Desa Cingkes Kecamatan Doloksilau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor Yang Menyebabkan Wanita Melakukan Perkawinan Pada Usia Muda Di Desa Cingkes Kecamatan Doloksilau"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terlalu banyak perkawinan yang hanya menurutkan kata hati, yang mengakibatkan tingginya angka perceraian yang hanya menurutkan kata hati juga. Seringnya terjadi perceraian yang sembarangan sangat meresahkan masyarakat modern (Shappiro, 2000).

Banyak kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah. Kebanyakan yang gagal itu karena kawin muda. Namun dalam alasan perceraian tentu saja bukan karena alasan kawin muda, melainkan alasan ekonomi, ketidak cocokan, selingkuh dan lain sebagainya. Tetapi masalah tersebut tentu saja sebagai salah satu dampak dari perkawinan yang dilakukan tanpa kematangan usia dan psikologi (Chariroh, 2004).

Masa remaja tidak hanya menjanjikan kesempatan untuk maju menuju kehidupan yang berhasil di masa depan tetapi juga menawarkan resiko terpaparnya masalah kesehatan. Perubahan organobiologik yang dialami remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu, dan mempunyai kecendrungan mencoba hal-hal baru (Surjadi, 2002).

(2)

khususnya berkaitan dengan penyesuaian diri, baik yang berhubungan dengan perubahan dirinya maupun dalam hubungan dengan lingkungan sekitarnya sesuai dengan peran barunya dalam sebuah pernikahan (Gunadarma, 2006).

Penyebab utama kematian pada perempuan berumur 15-19 tahun adalah komplikasi kehamilan, persalinan dan komplikasi keguguran. Penduduk usia 15-24 tahun menderita PMS paling tinggi, termasuk HIV. Statistik di Dunia menunjukkan antara 1/3-2/3 korban perkosaan di seluruh Dunia berumur 15 tahun atau kurang. Anak remaja yang hamil dan menikah tidak menghadapi risiko sosial yang sama jika di bandingkan dengan yang tidak menikah, tetapi mereka akan menghadapi komplikasi PMS dan risiko kesehatan akibat hamil pada usia muda.

Setiap tahun, 15 juta anak remaja berumur 15-19 tahun melahirkan, ini adalah 1/5 dari jumlah kelahiran di dunia. Di negara maju hanya sekitar 10% dari remaja melahirkan pada usia muda, di Amerika Serikat sekitar 19% dari anak remaja melahirkan di bawah usia 20 tahun. Di negara berkembang, rata-rata 40% dari perempuan melahirkan sebelum usia 20 tahun, antara 8% di Asia Timur dan 56% di Afrika. Setiap tahun 1 juta sampai 4,4 juta anak remaja di negara berkembang mengalami keguguran/pengguguran dan kebanyakan prosedur dilakukan di bawah kondisi-kondisi yang tidak aman. Proses persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehatan, risiko persalinan akan menjadi lebih besar bagi para perempuan berusia di bawah 17 tahun (Waspodo, 2005).

(3)

menikah bagi pria 19 tahun dan perempuan 16 tahun. Perempuan yang menikah di bawah usia 16 tahun masih cukup banyak, yaitu 28,3% pada tahun 1996, dan 29% pada tahun 1998. Sekitar 3,7% dari 32,2 juta keluarga di indonesia adalah keluarga remaja belia di bawah usia 20 tahun (Azwar, 2002).

Tingginya angka kawin muda di kalangan remaja DKI Jakarta menjadi salah satu penyebab terganggunya kesehatan reproduksi. Berdasarkan hasil penelitian Setyonaluri (2005) menunjukkan sebesar 30,4% remaja usia 11-14 tahun telah menikah. Faktor pendorong kawin muda karena salah menginterpretasikan ajaran agama, sehingga muncul persepsi untuk melakukan kawin muda. Selain itu faktor sosial budaya, ekonomi dan pendidikan. Hal yang paling sering karena pengaruh pergaulan yang semakin bebas di kalangan remaja. Sekitar 27,5% remaja putri yang hamil mengalami perlambatan waktu persalinan, sekitar satu sampai tiga jam.

Perkawinan pada usia muda juga terdapat di Desa Cingkes Kecamatan Doloksilau Kabupaten Simalungun. Dari data yang diperoleh ada 49 orang yang melakukan perkawinan dari tahun 2003-2006, sebanyak 34 orang (69,3%) diantaranya melakukan perkawinan pada usia muda. Masalah yang sering timbul adalah keretakan rumah tangga (Data Kependudukan Desa Cingkes, 2007).

(4)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi permasalahan penelitian adalah faktor apa yang menyebabkan sehingga wanita melakukan perkawinan pada usia muda di Desa Cingkes, Kecamatan Doloksilau, Kabupaten Simalungun?.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan wanita melakukan perkawinan pada usia muda di Desa Cingkes, Kecamatan Doloksilau, Kabupaten Simalungun.

1.3.2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui faktor pengetahuan terhadap perkawinan pada usia muda di Desa Cingkes, Kecamatan Doloksilau, Kabupaten Simalungun.

b. Untuk mengetahui faktor dorongan keluarga (orang tua) terhadap perkawinan pada usia muda di Desa Cingkes, Kecamatan Doloksilau, Kabupaten Simalungun.

(5)

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Bagi Tempat Penelitian (Kepala Desa)

Sebagai bahan masukan bagi kepala desa untuk merencanakan pengadaan kerjasama dengan instansi yang terkait (instansi pendidikan, kesehatan, agama, lembaga swadaya masyarakat) dalam rangka menurunkan angka perkawinan pada usia muda di Desa Cingkes, Kecamatan Doloksilau, Kabupaten Simalungun.

1.4.2. Bagi instansi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan pada D-IV Bidan Pendidik yang berkaitan dengan perkawinan pada usia muda.

1.4.3. Bagi penulis

(6)

FAKTOR YANG MENYEBABKAN WANITA

MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA MUDA DI

DESA CINGKES KECAMATAN DOLOKSILAU

KABUPATEN SIMALUNGUN

LELLY NOPIDA TARIGAN

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Program D-IV Bidan Pendidik

Karya Tulis Ilmiah,Juni 2008 Lelly Nopida Tarigan

Faktor Yang Menyebabkan Wanita Melakukan Perkawinan Pada Usia Muda Di Desa Cingkes Kecamatan Doloksilau.

ABSTRAK

Penyebab utama kematian pada perempuan berumur 15-19 tahun adalah komplikasi kehamilan, persalinan dan komplikasi keguguran. Penduduk usia 15-24 tahun menderita PMS paling tinggi, termasuk HIV. Perkawinan remaja masih banyak didapatkan di Indonesia, meskipun menurut Undang-Undang No.1/1974 tentang perkawinan menyebutkan batas usia menikah bagi pria 19 tahun dan perempuan 16 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan wanita melakukan perkawinan pada usia muda di Desa Cingkes Kecamatan Doloksilau Kabupaten Simalungun. Penelitian ini bersifat deskriptif. Metode pengambilan sample dengan teknik total sampling dengan jumlah sample sebanyak 34 orang.

Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan umur wanita sewaktu melakukan perkawinan ditemukan 29 orang (85,3%) berusia antara 16 – 20 tahun. Dari tingkat pendidikan sebanyak 13 orang (38,2%) mempunyai pendidikan tingkat SD. Berdasarkan pengetahuan ditemukan responden yang berpengetahuan kurang baik atau tidak banyak mengetahui arti perkawinan sebenarnya ada 15 orang (44,1%), Berdasarkan variabel dorongan orang tua/keluarga ditemukan 2 responden (5,9%) menyatakan perkawinan mereka atas dasar dorongan keluarga/ orang tua. Berdasarkan variabel pergaulan bebas ditemukan 32 responden (94,1%) melakukan perkawinan usia muda disebabkan dampak dari pergaulan bebas yang mereka lakukan. Dari hasil analisa didapat faktor penyebab yang paling banyak adalah faktor pergaulan bebas.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ Faktor yang Menyebabkan Wanita Melakukan Perkawianan Pada Usia Muda di Desa Cingkes Kecamatan

Doloksilau Kabupaten Simalungun”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan, arahan, dan masukan dari semua pihak sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Maka dengan penuh keiklasan penulis sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Chairuddin Lubis DTM & Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Universistas Sumatera Utara.

3. Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K) selaku pembantu dekan 1 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Murniati Manik, Msc, Sp.KK, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memberi izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

5. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah menyediakan waktu, arahan dan masukan dalam penyelesaianKarya tulis Ilmiah ini.

6. Dewi Elizadiani zusa SKp, MNS selaku Koordinator Mata Kuliah Metode Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah.

7. Seluruh Staf Dosen dan Administrasi program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

(9)

9. Teristimewa kepada Ayahanda K. Tarigan dan Ibunda S br Sembiring juga keempat saudara dan kakak ipar saya, serta sepupu-sepupu saya yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta do’anya dalam setiap langkah penulis.

10.Teman-teman seangkatan yang telah menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini bersama.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis selama menyelesaikan Karya Tulis Imiah ini. Semoga bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juni 2008

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

2.3. Batasan Usia Untuk Suatu Perkawinan ... 7

2.4. Perkawinan Usia Muda ... 8

2.4.1. Akibat dari Perkawinan Usia Muda ... 9

2.4.2. Penundaan Usia Perkawinan ... 11

2.5. Faktor-faktor yang Menyebabkan wanita melakukan perkawinan pada usia muda ... 12

4.1. Desain Penelitian ... 20

4.2. Populasi dan sampel ... 20

4.6. Instrumen Penelitian ... 22

4.6. Pengumpulan Data ... 25

4.7. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 26

(11)

4.7.2. Teknik Analisa Data ... 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1. Hasil Penelitian ... 27

5.2. Pembahasan ... 31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

6.1. Kesimpulan ... 36

6.2. Saran... 37

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden (Wanita) yang Melakukan Perkawinan Pada Usia Muda di Desa Cingkes

Kecamatan Doloksilau Kabupaten Simalungun ... 24 Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Wanita Sewaktu

Melakukan Perkawinan di Desa Cingkes Kecamata Doloksilau Kabupaten Simalungun ... 25 Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Wanita Sewaktu

Melakukan Perkawinan di Desa Cingkes Kecamatan Doloksilau Kabupaten Simalungun ... 25 Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Wanita yang

Melakukan Perkawinan Pada Usia Muda di Desa Cingkes Kecamatan Doloksilau Kabupaten Simalungun ... 26 Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Dorongan Orangtua yang

Menyebabkan Wanita Melakukan Perkawinan Pada Usia Muda di Desa Cingkes Kecamatan Doloksilau Kabupaten Simalungun .... 26 Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Akibat Pergaulan Bebas Wanita

(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Program D-IV Bidan Pendidik

Karya Tulis Ilmiah,Juni 2008 Lelly Nopida Tarigan

Faktor Yang Menyebabkan Wanita Melakukan Perkawinan Pada Usia Muda Di Desa Cingkes Kecamatan Doloksilau.

ABSTRAK

Penyebab utama kematian pada perempuan berumur 15-19 tahun adalah komplikasi kehamilan, persalinan dan komplikasi keguguran. Penduduk usia 15-24 tahun menderita PMS paling tinggi, termasuk HIV. Perkawinan remaja masih banyak didapatkan di Indonesia, meskipun menurut Undang-Undang No.1/1974 tentang perkawinan menyebutkan batas usia menikah bagi pria 19 tahun dan perempuan 16 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan wanita melakukan perkawinan pada usia muda di Desa Cingkes Kecamatan Doloksilau Kabupaten Simalungun. Penelitian ini bersifat deskriptif. Metode pengambilan sample dengan teknik total sampling dengan jumlah sample sebanyak 34 orang.

Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan umur wanita sewaktu melakukan perkawinan ditemukan 29 orang (85,3%) berusia antara 16 – 20 tahun. Dari tingkat pendidikan sebanyak 13 orang (38,2%) mempunyai pendidikan tingkat SD. Berdasarkan pengetahuan ditemukan responden yang berpengetahuan kurang baik atau tidak banyak mengetahui arti perkawinan sebenarnya ada 15 orang (44,1%), Berdasarkan variabel dorongan orang tua/keluarga ditemukan 2 responden (5,9%) menyatakan perkawinan mereka atas dasar dorongan keluarga/ orang tua. Berdasarkan variabel pergaulan bebas ditemukan 32 responden (94,1%) melakukan perkawinan usia muda disebabkan dampak dari pergaulan bebas yang mereka lakukan. Dari hasil analisa didapat faktor penyebab yang paling banyak adalah faktor pergaulan bebas.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Perkawinan

Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami isteri; nikah, perkawinan adalah pernikahan. Di samping itu menurut hornby (1957), marriage : the union of two persons as husband and wife. Ini berarti bahwa perkawinan adalah bersatunya dua orang sebagai suami isteri.

(15)

2.2. Tujuan Perkawinan

Adapun tujuan perkawinan adalah :

a. Untuk membentuk keluarga menurut ketentuan hukum agama.

b. Untuk memperoleh keturunan.

c. Pada perinsipnya menghendaki agar perkawinan bersifat kekal dan tidak berakhir dengan perceraian (Eoh, 1996).

2.3. Batasan Usia Untuk Suatu Perkawinan

Dalam hubungan dengan hukum menurut UU, usia minimal untuk suatu perkawinan adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (Pasal 7 UU No. 1/1974 tentang perkawinan). Jelas bahwa UU tersebut menganggap orang di atas usia tersebut bukan lagi anak-anak sehigga mereka sudah boleh menikah, batasan usia ini dimaksud untuk mencegah perkawinan terlalu dini. Walaupun begitu selama seseorang belum mencapai usia 21 tahun masih di perlukan izin orang tua untuk menikahkan anaknya.

(16)

pelanggaran masih banyak terjadi di masyarakat terutama dengan menaikkan usia agar dapat memenuhi batas usia minimal tersebut (Sarwono, 2006).

2.4. Perkawinan Usia Muda

Perkawinan dan kedudukan sebagai orang tua sebelum orang muda menyelesaikan pendidikan mereka dan secara ekonomis independen membuat mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mempunyai pengalaman yang dipunyai oleh teman-teman yang tidak kawin atau orang-arang yang telah mandiri sebelum kawin, hal ini mengakibatkan sikap iri hati dan halangan bagi penyesuaian perkawinan (Hurlock, 2000).

Perkawinan dalam umur belasan tahun adalah berdasarkan keputusan-keputusan yang sesaat. Kemungkinannya akan sangat buruk buat mereka, biasanya kedua anak laki-laki dan perempuan tidak dewasa secara emosi dan sering dimanjakan. Mereka ingin segera memperoleh apa yang dikehendakinya, tidak peduli apakah itu berakibat bencana (Shappiro, 2000).

Hal-hal yang mempengaruhi, sehingga timbul perkawinan di usia muda antara lain:

a. Rendahnya tingkat pendidikan terutama bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan.

b. Minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang arti dan makna sebuah perkawinan.

(17)

d. Sempitnya lapangan kerja, sementara angkatan kerja semakin membludak (Al-Ghifari, 2003).

e. Hamil semasa sekolah/sebelum nikah.

f. Kemauan orang tua, dengan kata lain ada unsur perjodohan.

g. Mengikuti trend yang sedang berkembang saat ini, ikut-ikutan meramaikan suasana yang menurutnya membahagiakan (Ikhsan, 2004).

2.4.1. Akibat dari Perkawinan Usia Muda a. Kematian ibu yang melahirkan

Kematian karena melahirkan banyak dialami oleh ibu muda di bawah umur 20 tahun. Penyebab utama karena kondisi fisik ibu yang belum atau kurang mampu untuk melahirkan.

b. Kematian bayi

Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang berusia muda, banyak yang mengalami nasib yang tidak menguntungkan. Ada yang lahir sebelum waktunya (prematur), ada yang berat badanya kurang dan ada pula yang langsung meninggal.

c. Hambatan terhadap kehamilan dan persalinan

(18)

bahkan kemungkinan menderita kanker pada mulut rahim di kemudian hari.

d. Persoalan ekonomi

Pasangan-pasangan yang menikah pada usia muda umumnya belum cukup memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehingga sukar mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, penghasilan yang rendah dapat meretakkan keutuhan dan keharmonisan keluarga.

e. Persoalan kedewasaan

Kedewasaan seseorang sangat berhubungan erat dengan usianya, usia muda (12-19 tahun) memperlihatkan keadaan jiwa yang selalu berubah (BKKBN, 2003).

2.4.2. Penundaan Usia Perkawinan

Di Indonesia terutama di daerah-daerah pedesaan masih terdapat banyak perkawinan di bawah umur. Kebiasaan ini berasal dari adat yang berlaku sejak dahulu yang masih terbawa sampai sekarang. Ukuran perkawinan di masyarakat seperti itu adalah hanya kematangan fisik atau bahkan hal yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan calon pengantin.

(19)

Semakin tertunda kebutuhan untuk mengawinkan anak-anak, para orang tua menyadari bahwa persiapan yang lebih lama diperlukan untuk menjamin masa depan anak-anaknya, sekolah dulu sebelum mengawinkan mereka. Kecendrungan ini terutama terjadi pada masyarakat di kota-kota besar atau di kalangan masyarakat kelas sosial ekonomi menengah atas.

Kecendrungan pada masyarakat untuk meningkatkan usia perkawinan ini ternyata didukung juga oleh UU yang berlaku di Repoblik Indonesia yaitu UU No. 1/1974. Dengan adanya UU tersebut yang pelaksanaanya cukup ketat di lapangan, maka terbataslah kesempatan untuk menikah di bawah usia yang ditetapkan. Terlebih lagi, pemerintah sendiri melalui program KB berusaha untuk lebih meningkatkan lagi batas usia perkawinan ke umur 20 tahun untuk wanita, dengan pertimbangan bahwa kehamilan pada wanita di bawah usia 20 tahun adalah kehamilan beresiko tinggi sehingga harus di hindari.

Pihak individu-individu yang bersangkutan itu sendiri menurut J.T. Fawcelt ada sejumlah faktor yang menyebabkan orang memilih untuk tidak menikah sementara. Faktor-faktor itu antara lain adalah beban dan hambatan (Sarwono, 2006).

2.5. Faktor-faktor yang Menyebabkan Wanita Melakukan Perkawinan pada Usia Muda

(20)

Menurut Notoatmojo, (2003) pengetahuan adalah hasil “tahu”, ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni :indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Tahu merupakan tindakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, yang dapat diukur dengan kata kerja seperti kemampuan untuk menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

Ketidak bahagiaan dalam perkawinan sebagian besar pasangan yang memasuki jenjang perkawinan tidak mempunyai persiapan jiwa dalam arti yang sesungguhnya. Mereka tidak dibekali dengan cukup, hanya sekedar petuah-tuah dan kalimat-kalimat pendek. Mereka berpikir bahwa dengan hubungan-hubungan cinta dan seks akan dapat memuaskan semua keinginan dan kebutuhan istrinya. Perempuan juga berpikir seperti itu (Shappiro, 2000).

2.5.2. Keluarga (Orang Tua)

(21)

efektif seseorang didalam keluarga seseorang dapat mengalami kekecewaan, mendapatkan kasih sayang bahkan mungkin celaan-celaan.

Lingkungan sosial yang berperan dalam meneruskan dan menanamkan nilai pedoman hidup pada anggota masyarat adalah keluarga, teman sebaya, guru dan sebagainya. Keluarga mengambil tempat penting dalam sosialisasi anak, karena anggota keluarga; orang tua dan saudara kandung melakukan kontak sosial pertama bahkan mungkin satu-satunya kontak sosial bagi anak pada tahun-tahun pertamanya. Keluarga adalah tempat pertama bagi anak, lingkungan pertama yang memberi penampungan baginya, tempat anak akan memperoleh rasa aman (Gunarsa, 2002).

Suasana keluarga yang tenang dan penuh curahan kasih sayang dari orang-orang dewasa yang ada di sekelilingnya, akan menjadikan remaja dapat berkembang secara wajar dan mencapai kebahagiaan. Sedangkan suasana rumah tangga yang penuh konflik akan berpengaruh negatip terhadap kepribadian dan kebahagiaan remaja yang pada ahirnya mereka melampiaskan perasaan jiwa dalam berbagai pergaulan dan perilaku yang menyimpang (Al-Mighwar, 2006).

Kemauan orang tua, dengan kata lain ada unsur dijodohkan untuk menikah dimasa kuliah. Perjodohan semasa anak masih kuliah bukanlah hal yang baru. Orang tua sebelumnya telah membuat komitmen dengan koleganya untuk mengawainkan anaknya, meskipun anak- anaknya masih sama- sama kuliah (Ikhsan, 2004).

(22)

mendorong perkawinannya dalam usia sangat muda. Orang tua menganggap bahwa perkawinwn dalam usia muda mempunyai suatu faktor pematangan. Dibalik motivasi orang tua yang ingin sekali untuk segera mengawinkan anak-anaknya ialah demi melepaskan mereka dari tanggung jawab atas perilaku kejahatan dan kenakalan anaknya (Shappiro, 2000).

2.5.3. Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas atau bebas untuk melakukan apa saja, termasuk hubungan intim. Dalam penelitiannya Damayanti menyatakan berpacaran sebagai proses perkembangan kepribadian seseorang remaja karena ketertarikan antara lawan jenis. Namun dalam perkembangan budaya justru cenderung tidak mau tahu terhadap gaya pacaran remaja. Akibatnya, para remaja cenderung melakukan hubungan seks pranikah.

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu; faktor agama dan iman, faktor lingkungan seperti orang tua, teman, tetangga dan media, faktor pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan, dan juga faktor perubahan jaman (Dina, 2006).

(23)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian pada bab terdahulu bahwa kejadian perkawinan pada usia muda disebabkan oleh berbagai faktor. Namun karena keterbatasan penelitian ini penulis hanya meneliti tiga faktor diantaranya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada kerangka konsep di bawah ini :

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Perkawinan dalam usia belasan tahun (usia muda) dilakukan atas dasar keputusan-keputusan yang kompulsif. Adapun determinan dari perkawinan ini dilatar belakangi adanya tingkat pendidikan yang rendah yang menyebabkan ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan seseorang mengenai makna perkawinan, adanya trend perjodohan dikalangan orang tua dan gaya pergaulan remaja pada saat ini nyaris tidak terkontrol karena lemahnya nilai etika.

Perkawinan di usia muda Pengetahuan

Dorongan Orang tua/ keluarga

(24)

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Perkawinan usia muda adalah suatu ikatan suami isteri yang dilakukan sebelum pasangan atau salah satunya berumur 20 tahun keatas (usia reproduksi sehat).

3.2.2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai makna perkawinan yang sebenarnya dan juga berkaitan dengan masalah perkawinan di usia muda.

Variabel pengetahuan terdiri atas 10 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban. Cara ukur : Jika responden menjawab dengan benar akan diberi bobot nilai 10 dan salah diberi nilai 0. Selanjutnya dilakukan skoring pada jawaban responden atas pertanyaan. Hasil ukur : a. Pengetahuan baik, jika responden mempunyai total skor >75%

b. Pengetahuan cukup baik, jika responden mempunyai total skor 40% - 76%

c. Pengetahuan kurang baik, jika responden mempunyai total skor < 40%

Skala ukur : Interval Alat ukur : Koesioner

3.2.3. Dorongan orang tua adalah kemampuan orang tua yang menginginkan anaknya untuk melakukan perkawinan usia muda atas dasar pematangan kedewasaan anaknya agar terhindar dari penyimpangan perilaku.

(25)

Cara ukur : Jika jawaban “ya” diberi nilai 1 dan “tidak” diberi nilai 0. Hasil ukur : a. Adanya dorongan orang tua, jika total skor responden >50%

b. Tidak adanya dorongan orang tua, jika total skor responden ≤50%

Skala ukur : Interval Alat ukur : Koesioner

3.2.4. Pergaulan bebas adalah gaya interaksi/ pergaulan responden dengan sesama teman yang cenderung mempunyai aturan/ batasan norma yang lemah, sehingga akibat pergaulan tersebut mendorong responden melakukan perkawinan diusia muda.

Pengukuran dilakukan untuk mengetahui apakah responden melakukan perkawinan pada usia muda karena dampak pergaulan bebas.

Cara ukur : Untuk pertanyaan atau pernyataan yang jawab “ya” nilainya 1 untuk pertanyaan “tidak” nilainya 0. Dengan demikian nilai maksimum yang diperoleh responden adalah 9 dan nilai minimum 0.

Hasil ukur : a. Kategori responden dengan faktor pergaulan bebas nilai >50%

b. Kategori responden tidak dengan faktor pergaulan

bebas nilai ≤50%

(26)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui faktor yang menyebabkan wanita memilih melakukan perkawinan pada usia muda di Desa Cingkes Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun.

4.2. Populasi Dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang menikah usia muda di Desa Cingkes Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun dari tahun 2003-2006 sebanyak 34 orang.

4.2.2. Sampel

(27)

4.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Cingkes Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun. Pertimbangan penuntuan lokasi penelitian ini adalah :

a. Berdasarkan data kependudukan desa Cingkes, (2007). Terdapat pasangan yang menikah pada usia muda dari tahun 2003-2006 sebanyak 34 orang.

b. Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya

c. Desa Cingkes merupakan daerah asal dari si penulis, sehingga mempermudah proses penelitian.

4.4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan januari 2008

4.5. Perimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan kepada program D-IV Bidang Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, dan diteruskan dengan mengajukan permohonan penelitian kepada birokrasi pemerintahan daerah yang ada di Desa Cingkes Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun, dan kemudian proses penelitian dilakukan.

(28)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas dari responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama calon responden pada lembaran pengumpulan data (kuesioner), yang dicantumkan kodenya saja. Data-data yang diperoleh akan dipergunakan semata-mata demi perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan serta tidak akan dipublikasikan kepihak lain.

Setelah diberi penjelasan, calon responden diminta keterangan secara sukarela untuk menjadi responden penelitian. Jika calon responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan akan tetap menghormati hak-hak calon responden. Apabila saat pengumpulan data sedang berlangsung, responden merasa keberatan, responden berhak mengajukan pernyataan pengunduran diri sebagai responden peneliti.

4.6. Instrumen penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat secara tersusun berdasarkan tujuan penelitian. Kuesioner sudah diuji reabilitas dan validitasnya, yang terdiri atas dua bagian yaitu : bagian ke-1 data demografi responden meliputi data tentang umur, umur sewaktu menikah, pendidikan, sebelum menikah tinggal dengan siapa. Bagian ke-2 adalah berupa pertanyaan dan pernyataan tentang faktor yang menyebabkan wanita melakukan perkawinan pada usia muda (pengetahuan, orang tua, pergaulan bebas).

(29)

Cara ukur : Jika responden menjawab dengan benar akan diberi bobot nilai 10 dan salah diberi nilai 0. Selanjutnya dilakukan skoring pada jawaban responden atas pertanyaan.

Hasil ukur : a. Pengetahuan baik, jika responden mempunyai total skor >75% b. Pengetahuan cukup baik, jika responden mempunyai total skor 40% - 76%

c. Pengetahuan kurang baik, jika responden mempunyai total skor < 40%

Skala ukur : Interval Alat ukur : Kuesioner

Variabel dorongan orangtua terdiri 5 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban.

Cara ukur : Jika jawaban “ya” diberi nilai 1 dan “tidak” diberi nilai 0. Hasil ukur : a. Adanya dorongan orang tua, jika total skor responden >50%

b. Tidak adanya dorongan orang tua, jika total skor responden ≤50%

Skala ukur : Interval Alat ukur : Kuesioner

Variabel pergaulan bebas terdiri dari 9 pernyataan dengan 2 pilihan jawaban.

(30)

Hasil ukur : a. Kategori responden dengan faktor pergaulan bebas nilai >50% b. Kategori responden tidak dengan faktor pergaulan bebas nilai

≤50%

Skala ukur : Interval

Alat ukur : Kuesioner

Sebelum penyebaran kuesioner kepada sampel penelitian, butir-butir pertanyaan pada kuesioner harus diuji validitas dan reabilitas melalui uji Pearson Product Moment. Untuk menginterpretasikan hasil statistic uji reabilitas dan validitas, dipergunakan nilai koefisien korelasi (r) hitung yang dibandingkan dengan nilai rtabel (tabel Person Product Moment ). Nilai rtabel pada penelitian ini sebesar 0,632 (10 orang responden dengan taraf nyata 5%).

Untuk variabel pengetahuan nilai crombach’s Alpha atau nilai rhitung sebesar 0,958>0,632 (rtabel) berarti kuesioner telah memenuhi syarat realibilitas. Sementara kuesioner memenuhi syarat validitas, jika nilai corrected item-total correlation > rtabel (0,632). Pada kuesioner penelitian dapat dilihat 10 butir pertanyaan mempunyai nilai corrected item-total correlation > rtabel (0,632).

(31)

Untuk variabel pergaulan bebas nilai crombach’s Alpha atau nilai rhitung sebesar 0,961>0,632 (rtabel) berarti kuesioner telah memenuhi syarat realibilitas. Sementara kuesioner memenuhi syarat validitas, jika nilai corrected item-total correlation > rtabel (0,632). Pada kuesioner penelitian dapat dilihat 9 butir pernyataan mempunyai nilai corrected item-total correlation > rtabel (0,632). Jadi secara statistik, instrument penelitian ini telah memenuhi uji reabilitas dan validitas.

Pada uji reabilitas dan validitas ini, responden yang berjumlah 10 orang bukan merupakan bagian sampel penelitian (bukan penduduk Desa Cingkes Kecamatan Doloksilau Kabupaten Simalungun).

4.7. Pengumpulan Data

(32)

4.8. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 4.8.1. Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Coding, yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing kategori. Data entry yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputerisasi.

4.8.1. Teknik Analisa Data

(33)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan pada responden yang berjumlah 34 orang dengan karakteristik responden yang sesuai, diperoleh hasil sebagai berikut :

5.1.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi umur, umur diwaktu kawin, pendidikan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1.

Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden (Wanita) yang Melakukan Perkawinan di Usia Muda di Desa Cingkes Kecamatan Dolok

Silau Kabupaten Simalungun

Umur f %

< 20 tahun 15 44.1

20 – 35 tahun 19 55.9

Total 34 100.0

(34)

Tabel 5.2.

Distribusi Responden Berdasarkan Umur Wanita Sewaktu Melakukan Perkawinan di Desa Cingkes Kecamatan Dolok Silau

Kabupaten Simalungun

Umur Sewaktu Menikah f %

< 16 tahun 5 14.7

16 – 20 tahun 29 85.3

Total 34 100.0

Tabel diatas menunjukkan sebanyak 29 orang (85,3%) menikah diusia antara 16 - 20 tahun dan 5 orang (14,7%) menikah diusia < 16 tahun.

Tabel 5.3.

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Wanita Sewaktu Melakukan Perkawinan di Desa Cingkes Kecamatan Dolok Silau

Kabupaten Simalungun

Tingkat Pendidikan f %

Tidak tamat SD 3 8.8

Tamat SD 13 38.2

Tamat SLTP 12 35.3

Tamat SLTA 6 17.7

Total 34 100.0

(35)

5.1.2. Pengetahuan

Tabel 5.4.

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Wanita yang Melakukan Perkawinan di Usia Muda di Desa Cingkes Kecamatan

Dolok Silau Kabupaten Simalungun

Tingkat Pengetahuan f %

Baik 7 20.6

Cukup Baik 12 35.3

Kurang baik 15 44.1

Total 34 100.0

Tabel diatas menunjukkan responden yang kurang baik atau tidak banyak mengetahui arti perkawinan sebenarnya ada 15 orang (44,1%), cukup baik ada 12 orang (35,3%), sedangkan hanya 7 orang (20,6%) yang mempunyai pengetahuan baik.

5.1.3. Dorongan Orang tua/ keluarga

Tabel 5.5.

Distribusi Responden Berdasarkan Dorongan Orang tua yang Menyebabkan Wanita Melakukan Perkawinan di Usia Muda di Desa Cingkes Kecamatan

Dolok Silau Kabupaten Simalungun

Dorongan Orang tua f %

Adanya dorongan Oang ua 2 5.9

Tidak adanya dorongan Orang tua 32 94.1

Total 34 100.0

(36)

responden (5,9%) menyatakan perkawinan mereka atas dasar dorongan keluarga/ orang tua.

5.1.4. Pergaulan Bebas

Tabel 5.6.

Distribusi Responden Berdasarkan Akibat Pergaulan Bebas Wanita Melakukan Perkawinan di Usia Muda di Desa Cingkes Kecamatan

Dolok Silau Kabupaten Simalungun

Pergaulan Bebas f %

Kategori responden dengan fakor

pergaulan bebas 32 94.1

Kategori respon tidak dengan fakor

pergaulan bebas 2 5.9

Total 34 100.0

(37)

5.2. Pembahasan 5.2.1. Pengetahuan

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa pengetahuan responden yang kurang baik atau tidak banyak mengetahui arti perkawinan sebenarnya ada 15 orang (44,1%), cukup baik ada 12 orang (35,3%), sedangkan hanya 7 orang (20,6%) yang mempunyai pengetahuan baik. Didukung dengan latarbelakang pendidikan responden yang mayoritas 38,2% tamatan SD dan 35,2% tamatan SLTP (Tabel 5.3).

Informasi yang diperoleh dari responden mengenai arti dari sebuah perkawinan, hampir seluruhnya menjawab benar tetapi mereka kurang mengetahui secara pasti usia perkawinan yang ideal baik untuk kesehatan reproduksinya atau secara hukum.

Menurut Notoatmojo, (2003) pengetahuan adalah hasil “tahu”, ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni :indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

(38)

tahun) kehidupan emosi sangat menonjol tanpa adanya pemikiran yang logis terhadap resiko dari keputusan yang diambil tersebut.

Walgito (2004) mengungkapkan bahwa di Indonesia hubungan seksual antara pria dan wanita dapat diterima oleh norma masyarakat jika mereka telah melalui perkawinan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa salah satu pemicu adanya perkawinan diusia muda, karena adanya pemikiran masyarakat yang menyatakan bahwa daripada terjadi penyimpangan perilaku lebih baik mereka menjalani perkawinan di usia muda dan tidak terlalu memikirkan resiko dari perkawinan tersebut.

Tim Jaringan Epidemiologi FKM-UI menyatakan bahwa dari berbagai penelitian ditemukan permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja di Indonesia adalah adanya masalah informasi kesehatan reproduksi, perilaku, pelayanan kesehatan dan peraturan perundangan. Semuanya berpangkal dari rendahnya pendidikan remaja, kurangnya pemahaman dan pengetahuan serta kemampuan orang tua menjelaskan kepada putra-putrinya tentang pendidikan reproduksi/ seks. Hal ini menyebabkan secara langsung adanya kasus penyimpangan perilaku seks dikalangan remaja.

5.2.2. Dorongan Orang tua/ keluarga

(39)

Menurut Sarwono (2002), perlakuan orang tua pada anaknya terdorong oleh anggapan-anggapan dan nilai – nilai yang disadari oleh orang tua itu sendiri. Lebih banyak terjadi perlakuan tersebut didorong oleh faktor lingkungan, kondisi sosial ekonomi yang diluar kendali orang tua itu sendiri.

Sementara itu fenomena yang peneliti temukan dilapangan, faktor dorongan orang tua tidak terlalu mempengaruhi anaknya untuk mengambil jalan menikah di usia muda. Bahkan mereka menganggap ajang perjodohan oleh orang tua merupakan kebiasaan primitif yang tidak dapat diterapkan lagi pada remaja saat ini.

5.2.3. Pergaulan Bebas

Berdasarkan Tabel 5.6. diketahui bahwa perkawinan usia muda yang dilakukan 32 responden (94,1%) disebabkan dampak dari pergaulan bebas yang mereka lakukan, sedangkan 2 responden (5,9%) menyatakan perkawinan mereka bukan akibat pergaulan bebas tetapi atas dasar dorongan keluarga/ orang tua.

Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa hampir sebagian besar wanita di Desa Cingkes Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun melangsungkan perkawinan diusia muda karena sudah terlanjur melakukan hubungan seks yang mengakibatkan kehamilan. Jika dilihat dari umur disaat melakukan perkawinan, mereka termasuk golongan yang beresiko tinggi untuk hamil.

(40)

ciuman, 36% remaja menyatakan mau berhubungan seks berarti serius dengan pacar dan 31% menyatakan hubungan seks pranikah sah-sah saja asal sama-sama cinta. Fenomena ini mencerminkan pergeseran nilai/norma pergaulan antara remaja sudah semakin menurun. Kecenderungan pergeseran norma ini, salah satunya bersumber pada hubungan anak dengan orang tua yang kurang baik.

Sarwono (2002) juga mengutip dari Schinke (1984) yang membuktikan anak maupun orangtua bisa terbuka dan menerima pendidikan seks sejauh yang memberikannya adalah orang lain, bukan dari orang tua atau anggota keluarga sendiri.

Sikap mentabukan informasi seks dikalangan orang tua bahkan remaja itu sendiri salah satu penyebab remaja banyak melakukan hubungan seks dalam pergaulan.

Penelitian Synovate atas nama DKT Indonesia melalui penelitian perilaku seks di Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya membuktikan bahwa kurang perhatian orang tua dan kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas. Para remaja tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Dan umumnya informasi tentang seks mereka dapatkan melalui teman (65%), film porno (35%), sekolah (19%) dan orang tua (5%). Dari persentase ini ditemukan bahwa informasi dari teman lebih dominan daripada orang tua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.

(41)
(42)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan umur wanita sewaktu melakukan perkawinan ditemukan 29 orang (85,3%) berusia antara 16 – 20 tahun dan sebanyak 5 orang (14,7%) diusia < 16 tahun. Dari tingkat pendidikan sebanyak 13 orang (38,2%) mempunyai pendidikan tingkat SD, 12 orang (35,3%) tingkat SLTP, 6 orang (17,7%) tingkat SLTA dan 3 orang (8,8%) tidak tamat sekolah. 2. Berdasarkan pengetahuan Wanita yang melakukan perkawinan di usia

muda ditemukan responden yang berpengetahuan kurang baik atau tidak banyak mengetahui arti perkawinan sebenarnya ada 15 orang (44,1%), cukup baik ada 12 orang (35,3%), sedangkan hanya 7 orang (20,6%) yang mempunyai pengetahuan baik.

3. Berdasarkan variabel dorongan orang tua/keluarga ditemukan 32 responden (94,1%) yang melakukan perkawinan usia muda bukan disebabkan adanya dorongan orang tua/keluarga, sedangkan 2 responden (5,9%) menyatakan perkawinan mereka atas dasar dorongan keluarga/ orang tua.

(43)

perkawinan mereka bukan akibat pergaulan bebas tetapi atas dasar dorongan keluarga/ orang tua.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan sebagai berikut:

1. Adanya kerjasama antara pemerintah daerah setempat /Kepala Desa dengan instansi pendidikan, lembaga-lembaga yang bergerak bidang informasi pendidikan seks dan kesehatan reproduksi dalam rangka peningkatan pengetahuan pendidikan seks dan memperkecil terjadinya penyimpangan perilaku seks dikalangan remaja.

2. Bagi orang tua yang memiliki anak usia remaja diupayakan pengenalan pendidikan seks sedini mungkin dan menciptakan suasana komunikasi terbuka antara anak dan orangtua sehingga tidak terdapat kekakuan dalam memberi atau menerima informasi.

3. Penanaman pendidikan agama dikalangan remaja lebih ditingkatkan lagi karena merupakan bekal dalam proses pengendalian diri khususnya emosional remaja.

(44)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN USU

T.A. 2007/2008

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

Faktor yang Menyebabkan Wanita Melakukan Perkawinan Pada Usia Muda di Desa Cingkes Kecamatan Doloksilau

Kabupaten Simalungun Petunjuk

Jawablah setiap pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda (√) pada kolom yang telah disediakan.

Identitas Responden

No. Kuesioner : ………...

Umur Sekarang : ………

Umur Sewaktu Menikah : ………

Pendidikan Terakhir :……….

Sebelum Menikah Tinggal Dengan : Keluarga/Orangtua Kos/tidak bersama orangtua

Tanda Tangan : ………..

I. Pengetahuan

(45)

c.Perkawinan yang terjadi pada usia 21-25 tahun d.Perkawinan yang terjadi pada usia <21 tahun

2. Usia yang baik /ideal bagi perempuan untuk menikah dan melahirkan adalah …

a.10-14 tahun b. 15-20 tahun c. 21-30 tahun d. 36-40 tahun 3. Tujuan dari perkawinan adalah …

a.Untuk mendapat kepuasan b.Untuk mendapat keturunan c.Untuk mendapat ketenangan d.Untuk mendapat ketenangan

4. UU Perkawinan No.1/1974 mengatur tentang perkawinan, menjelaskan tentang adalah …

a.Mas kawin

b.Batasan usia menikah untuk perempuan c.Batasan usia menikah untuk laki-laki

d.Batasan usia menikah untuk perempuan dan laki-laki

5. Menurut saudara, selain persyaratan material, pernikahan juga memerlukan syarat berupa …

a.Mas kawin yang besar

b.Suami yang bertanggung jawab c.Pekerjaan tetap

(46)

6. Dibawah ini yang merupakan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan pada usia muda …

a.Minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang arti sebuah perkawinan b.Akibat pergaulan bebas

c.Dorongan dari orang tua d.Semua benar

7. Pengaruh orang yang menikah pada usia muda terhadap keadaan ekonomi adalah .

a.Mendapat penghasilan yang besar b.Sukar mendapat pekerjaan

c.a dan b benar

d.Beban ekonomi tidak terpengaruh

8. Dampak kehamilan pada usia muda terhadap angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi adalah …

a. Tidak ada dampak terhadap angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi b.Ibu dan bayi yang dilahirkan sehat karena usia ibu masih muda

c.Meningkatkan jumlah angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi d.Bukan salah satu diatas

9. Perkawinan pada usia muda dapat menimbulkan dampak pada kesehatan pada ibu, kecuali…

(47)

d.Kematian sewaktu melahirkan

10.Perkawinan pada usia muda dapat menimbulkan dampak pada kesehatan bayi sepaerti …

(48)

II. Keluarga / Orangtua

No. Pernyataan Ya Tidak

1.

2.

3.

4.

5.

Mengikuti kata orangtua merupakan hal yang harus dilakukan oleh seorang anak.

Orangtua saya menganggap bahwa apabila tidak sekolah lebih baik menikah saja.

Saya ingin menyenangkan hati orang tua saya, sehingga saya mau/ setuju untuk dijodohkan.

Orangtua/ keluarga setuju saya menikah pada usia yang muda karena mereka juga menikah pada usia yang muda. Orangtua saya mempunyai harapan apabila saya menikah pada usia muda mereka akan cepat mendapat cucu.

III. Pergaulan Bebas

No. Pernyataan Ya Tidak

1.

2.

3.

Saat ini berpacaran pada usia belasan tahun sudah hal yang biasa, bahkan anak SD sudah ada yang pacaran. Karena takut ketahuan orang tua, saya sering sembunyi-sembunyi menemui pacar saya.

(49)

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Sewaktu pacaran, berciuman dengan pasangan adalah salah satu tanda kasih sayang, dan itu hal yang biasa dilakukan.

Menurut saya melakukan hubungan seks denga pacar tidak apa-apa asal sama-sama suka.

Menurut saya hamil di luar nikah adalah hal yang biasa saat ini.

Hamil saat pacaran tidak apa-apa asal pasangan mau bertanggung jawab

Pacar saya mau bertanggung jawab sehingga saya mau melakukan hubungan seks

Saya takut orang tua tidak setuju sehingga saya kawin lari dengan pacar saya.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghifari, A. 2000. Pernikahan Dini, Dilema Generasi Ekstravaganza. Bandung : Mujahid.

Al-Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia. Azwar, Azrul. 2002. Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia. Dalam : Surjadi

(Peny.). Kesehatan Reproduksi Narkoba dan Kota Sehat. Jakarta : Jaringan Epidemiologi Nasional.

Eoh. O.S. 2001. Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek. Ed. 1. Cet. 2. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Glasier, Anna. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

Gunarsa, Yulia Singgih, D. 2002. Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman. Cetakan ke-3. Jakarta : Gunung Mulia.

Hidayat, Azil Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan, Teknik Analisis Data.

Jakarta : Salemba Medika.

Hurlock, E. 2000. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. Glora Aksara Pratama. Ikhsan, Azam Syukur Rahmatullah. 2004. Menikah Muda, Siapa Takut !. Cetakan

ke-1, Yogyakarta : Indiebooks Yogyakarta.

Martaadisoebrata, Djamhoer, dkk. (Edi). 2005. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Ed. 1. Cet. 1. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta. ________. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Santoso, Ananda dan S. Priyanto. 1995. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.

Cetakan Ke-1. Jakarta : PT. Kartika.

(51)

Shappiro, Frank. 2000. Mencegah Perkawinan Yang Tidak Bahagia. Cetakan Ke-1. Jakarta. Restu Agung.

Surjadi, Charles, dkk. 2002. Kesehatan Reproduksi. Ed. 1. Jakarta : Jaringan Epidemiologi Nasional.

Walgito, Bimo. 2000. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Cetakan ke-1, Yogyakarta.

(52)

Frequencies

Statistics

34 34 34 34 34 34

0 0 0 0 0 0

.086 .062 .152 .134 .041 .041

.504 .359 .888 .781 .239 .239

.254 .129 .789 .610 .057 .057

(53)
(54)

Reliability

Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(55)

Reliability

Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(56)

Reliability

Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel diatas menunjukkan sebanyak 19 orang  (55,9%)  berumur antara  20
Tabel diatas menunjukkan sebanyak 29 orang (85,3%) menikah diusia
Tabel diatas menunjukkan responden yang kurang baik atau tidak banyak
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan morfologi bakteri dilakukan dengan mengamati koloni bakteri yang meliputi bentuk koloni, ukuran, margin, elevasi, pertumbuhan pada media miring dan tegak seperti

IVIG and aspirin are effective therapeutically, but recent clinical trials and meta-analyses have demonstrated that the addition of corticosteroids to IVIG is bene fi cial for

Dengan system ini bila bengkelnya sepi ( karena masih baru ) mereka tidak mengeluarkan uang yang berlebihan untuk menggaji mekanik?.

(2) Bentuk kegiatan yang dilakukan dalam pola rehabilitasi dimaksud ayat (1) selain tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) adalah pemanfaatan hasil hutan kayu setelah mendapat ijin

Tujuan dari fase analisis adalah mendefinisikan secara tepat apa yang dapat dilakukan sistem untuk user, dan bagaimana sistem tersebut menyesuaikan dengan lingkungan user..

Hulmansyah, Huda, dan Bayu, Analisis Pengaruh Kepemimpinan ... menunjukkan nilai koefisien estimasi standar antar variabel laten dan nilai t signifikansi setelah dilakukan

Pengujian konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif mirip dengan uji dependabilitas sehingga pengujiannya dapat dilakukan bersamaan. Menguji konfirmabilitas berarti menguji