ANALISA PERFORMANSI PADA MOBIL TOYOTA
KIJANG INNOVA MESIN DIESEL TIPE 2KD-FTV
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
CHANDRA MANAHAN HUTAPEA NIM. 090421026
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan pada Departemen Teknik Mesin. Adapun judul Skripsi ini adalah “Analisa Performansi Pada Mobil Toyota Kijang Innova Mesin Diesel Tipe 2KD-FTV”.
Dalam penyelesaian Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua Orangtua penulis Ayahanda P. Hutapea dan Ibunda H. br. Siregar. Terima kasih atas doa dan dukungan yang tiada henti-hentinya baik moril maupun materil hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Tulus Burhanuddin Sitorus,ST,MT sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan waktu dan bimbingan, hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Bapak Dr.Ing.Ir.Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir.Mulfi Hazwi,MSc dan bapak Dr.Eng.Himsar Ambarita, ST,MT sebagai dosen penguji I, II yang menyempurnakan skripsi saya.
5. Abang saya Sihar M. Hutapea,S.Kep dan adik saya Boby B. Hutapea, ST terima kasih atas dukungan doa dan semangat hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Seluruh Pegawai di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara atas pelayanan yang baik selama ini.
7. Teman-teman saya stambuk 2009 Ekstensi yang juga sedang berjuang dalam skripsi, terima kasih atas kebersamaannya.
8. Dan kepada pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas doa dan dukungannya.
Penulis menyadari masih adanya kekurangan dalam Skripsi ini. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan Skripsi ini.
Medan, Oktober 2011
ABSTRAK
Direct Four Stroke Turbo Commonrail Injection yang dikenal dengan
D4D merupakan kemajuan teknologi pada industri otomotif khususnya dalam hal
penyempurnaan performansi mesin. D4D adalah teknologi pengaturan laju
tekanan bahan bakar dari sisi kuantitas dan waktu penyemprotan bahan bakar
secara elektronik.
Kelebihan yang dimiliki oleh mesin D4D adalah dengan penggunaan
sistem commonrail dimana bahan bakar solar akan dihisap oleh pompa bahan
bakar melalui saringan bahan bakar agar dapat menghasilkan kualitas bahan bakar
solar dengan tingkat emisi gas buang yang sangat rendah. Disamping itu dengan
adanya teknologi ini akselerasi dan performa yang dihasilkan sangat optimal
beserta tingkat getaran dan suara mesin yang lebih halus.
Motor Diesel memiliki efisiensi termal dan performansi yang lebih baik
serta dapat menghasilkan energi yang relatif besar. Efisiensi termal yang
merupakan indikasi sesungguhnya dari konversi input termodinamika menjadi
kerja mekanis mencapai 56,94 %. Hal ini membuktikan bahwa mobil ini telah
mempunyai efisiensi yang sudah bagus. Disamping itu untuk putaran 2000 rpm
didapatlah daya sebesar 41,8667 kW. Hasil analisa secara keseluruhan
membuktikan bahwa mobil ini memiliki performa yang baik.
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBANDING LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI LEMBAR TUGAS SARJANA
LEMBAR KESIMPULAN SEMINAR DOSEN PEMBANDING I LEMBAR KESIMPULAN SEMINAR DOSEN PEMBANDING II LEMBAR ABSENSI PEMBANDING BEBAS
LEMBAR KARTU BIMBINGAN
KATA PENGANTAR... ...i
ABSTRAK...ii
DAFTAR ISI...iii
DAFTAR TABEL...vi
DAFTAR GAMBAR ...vii
DAFTAR NOTASI...viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Batasan Masalah...2
1.3 Tujuan Akademis...3
1.4 Manfaat...3
1.5 Sistematika Penulisan...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar...6
2.2 Motor Diesel...7
2.2.1 Sejarah Mesin Diesel...7
2.2.2 Prinsip Kerja Motor Bakar Diesel...8
2.2.3 Siklus Ideal Diesel...11
2.2.4 Siklus Dual Cycle...15
2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Mesin Diesel...16
2.2.6 Teknologi Diesel Sistem Common Rail...17
2.2.7 Perbedaan Diesel Common Rail dengan Diesel Konvensional...18
2.3 Parameter Performansi/Unjuk Kerja Mesin Diesel...19
2.3.1 Tekanan efektif rata-rata ...19
2.3.2 Daya Indikator...19
2.3.3 Torsi dan Daya...20
2.3.4 Konsumsi bahan bakar spesifik (Sfc)...20
2.3.5 Emisi Gas Buang Pada Motor Diesel………..21
2.3.5.1 Pembentukan Karbon Monoksida (CO)...21
2.3.5.2 Pembentukan Hidrokarbon (HC)...22
2.3.5.3 Pembentukan Nitrogen Oksida (NOx)...23
2.3.5.4 Pembentukan Partikulat (Particulate Matter)………...23
2.3.5.5 Pembentukan Emisi Asap (Smoke)….………..25
2.3.6 Efisiensi mekanis...25
2.3.7 Efisiensi Volumetrik ...26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat...27
3.2 Bahan dan Alat...27
3.2.1 Bahan...27
3.2.2 Alat...28
3.3 Variabel Riset...28
3.4 Prosedur Analisa………29
3.4.1 Keterangan Diagram Alir………..………..30
3.4.1.1 Mulai………..………..………..30
3.4.1.2 Studi Literatur………. ………..30
3.4.1.3 Pencarian dan Pengumpulan Data………...…...30
3.4.1.4 Proses Perhitungan……….31
3.4.1.5 Kesimpulan dan Saran.………...31
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Awal...32
4.1.1 Dimensi Silinder………..………..32
4.2 Analisa Termodinamika...33
4.3 Parameter Performansi Mesin Diesel Toyota Kijang Innova Tipe 2KD-FTV………...………..42
4.3.1 Tekanan efektif rata-rata...42
4.3.2 Daya indikator...42
4.3.3 Torsi dan Daya………...44
4.3.4 Konsumsi bahan bakar spesifik (Sfc)……….46
4.3.5 Efisiensi mekanis………...48
4.3.6 Efisiensi Volumetrik...48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...49
5.2 Saran...50
DAFTAR PUSTAKA...51
LAMPIRAN
Lampiran A. Table A-2 Properties of Fuels
Lampiran B. Table A-2 Ideal-Gas Specific Heats of Various Common
Gases
Lampiran C. Table A-2 Ideal-Gas Specific Heats of Various Common
Gases (Continued)
Lampiran D. Spesifikasi Toyota Kijang Innova Mesin Diesel Tipe 2KD-
FTV
Lampiran E. Data Hasil Pengukuran Kondisi Ruang Bakar Toyota Kijang
Innova Mesin Diesel Tipe 2KD-FTV dengan menggunakan
Intelligent Tester II
Lampiran F. Tabel Data Informasi Diagnostik Kijang Innova/2KD-FTV
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Spesifikasi Mesin Toyota Kijang Innova Tipe 2KD-FTV...30
Tabel 4.2 Daya Indikator.……….………40
Tabel 4.3 Torsi Mesin………...44
Tabel 4.4 Daya Mesin….………..…...……….45
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Langkah Kerja Motor Diesel ...7
Gambar 2.2. Diagram P–v dan T–s siklus Diesel...9
Gambar 2.3. Diagram P – v dan diagram T – s (Lit. 4 hal. 68)………...…..13
Gambar 2.4. Sistem Diagram Common Rail (Sistem Bahan Bakar)………….….15
Gambar 2.5. Pembentukan Soot Particle ...21
Gambar 3.1. Diagram Alir Pengerjaan Skripsi...26
Gambar 3.2. Motor Diesel Toyota Kijang Innova Tipe 2KD-FTV...28
Gambar 4.1. Grafik Daya Indikator Mesin...40
Gambar 4.2. Kurva Kinerja Motor Diesel Toyota Kijang Innova Tipe 2KD-FTV [Lit.6]……….……41
Gambar 4.3. Grafik Daya Mesin………42
DAFTAR NOTASI
c
r = rasio kompresi
R = konstanta gas (kJ/kg-K) atau (ft-lbf/lbm-oR) atau (BTU/lbm-oR)
v
c = panas spesifik pada volume konstan (kJ/kg-K) atau (BTU/lbm-oR)
d
V = volume langkah (cc) atau (L) atau (in.3)
c
V = volume sisa (cc) atau (L) atau (in.3)
m
m = massa campuran bahan bakar dan udara (kg) atau (lbm)
a
m = massa udara (kg) atau (lbm)
f
m = massa bahan bakar (kg) atau (lbm)
a
ρ = massa jenis udara (kg/m3) atau (lbm/ft3)
HV
Q = nilai kalor bahan bakar (kJ/kg) atau (BTU/lbm)
c
η = efisiensi pembakaran
mep = tekanan efektif rata-rata (kPa) atau (atm) atau (psi)
Ẃi = daya indikasi (kW) atau (hp)
N = kecepatan mesin (RPM)
n = jumlah putaran dalam satu siklus
Ẃb = daya poros (kW) atau (hp)
sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (gr/kW-h)
th
η = efisiensi thermal
m
η = efisiensi mekanis
v
η = efisiensi volumetrik
nett
W = kerja netto (kJ)
ḿf = laju aliran rata-rata bahan bakar (kg/sec)
ABSTRAK
Direct Four Stroke Turbo Commonrail Injection yang dikenal dengan
D4D merupakan kemajuan teknologi pada industri otomotif khususnya dalam hal
penyempurnaan performansi mesin. D4D adalah teknologi pengaturan laju
tekanan bahan bakar dari sisi kuantitas dan waktu penyemprotan bahan bakar
secara elektronik.
Kelebihan yang dimiliki oleh mesin D4D adalah dengan penggunaan
sistem commonrail dimana bahan bakar solar akan dihisap oleh pompa bahan
bakar melalui saringan bahan bakar agar dapat menghasilkan kualitas bahan bakar
solar dengan tingkat emisi gas buang yang sangat rendah. Disamping itu dengan
adanya teknologi ini akselerasi dan performa yang dihasilkan sangat optimal
beserta tingkat getaran dan suara mesin yang lebih halus.
Motor Diesel memiliki efisiensi termal dan performansi yang lebih baik
serta dapat menghasilkan energi yang relatif besar. Efisiensi termal yang
merupakan indikasi sesungguhnya dari konversi input termodinamika menjadi
kerja mekanis mencapai 56,94 %. Hal ini membuktikan bahwa mobil ini telah
mempunyai efisiensi yang sudah bagus. Disamping itu untuk putaran 2000 rpm
didapatlah daya sebesar 41,8667 kW. Hasil analisa secara keseluruhan
membuktikan bahwa mobil ini memiliki performa yang baik.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan kendaraan pada saat sekarang ini sangatlah tinggi demi
menunjang aktivitas dan kegiatan sehar-hari. Kendaraan diharapkan dapat
membantu perjalanan seseorang ataupun keluarga untuk melaksanakan
kegiatan sehari-hari baik menuju tempat kerja, sekolah ataupun melakukan
perjalanan jarak jauh ke luar kota. Pada sebagian besar orang timbul
keragu-raguan untuk memilih kendaraan apa yang sesuai dengan aktivitas mereka.
Hal inilah yang menjadi bahan pemikiran dan masukan bagi mobil
pabrikan toyota untuk mendesain mobil keluarga yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Maka didesainlah mobil keluarga yaitu toyota kijang
innova. Toyota kijang semakin berkembang dari waktu ke waktu hingga
mengalami banyak perbaikan dan disain baru sesuai dengan kemajuan zaman.
Hingga pada saat ini dikeluarkanlah toyota kijang innova sebagai inovasi baru
dari berbagai faktor pertimbangan ilmu pengetahuan dan teknologi
diantaranya disain bentuk yang ergonomis, aerodinamis, tangguh dan irit
bahan bakar. Mobil toyota kijang innova ini terdiri dari dua pilihan mesin
yaitu mesin bensin dan mesin diesel.
Toyota kijang innova dengan masing-masing pilihan mesin ternyata
memiliki kelebihan dan ciri khas masing-masing. Pada seri mesin bensin
Toyota Kijang Innova tipe 1TR-FE, mesinnya menggunakan teknologi
Variable Valve Timing Intelligent atau yang lebih dikenal dengan singkatan
VVT-i yang berfungsi mengatur pola bukaan katup sehingga dapat
memaksimalkan tenaga mesin pada saat tenaga besar dan sebaliknya dengan
pemakaian bahan bakar yang sesuai kondisi. Pada seri mesin diesel Toyota
D4D atau juga disebut Direct Four Stroke Turbo Commonrail Injection.
Mesin ini menggunakan sistem injeksi Commonrail dimana bahan bakar solar
akan dihisap oleh pompa bahan bakar melalui saringan bahan bakar (fuel
filter) agar dapat menghasilkan kualitas bahan bakar solar dengan tingkat
emisi gas buang yang sangat rendah. Bahan bakar ditekan pada jalur sebelum
injektor Piezo dengan tekanan tinggi sebelum Engine Control Unit (ECU)
memerintahkan untuk diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Sistem commonrail
akan mengatur laju tekanan bakan bakar secara elektronik, baik dari sisi
banyaknya maupun waktu penyemprotan bahan bakar. Bahan bakar
disemprotkan melalui injektor berlubang 6 dengan diameter 0.14 mm. Pada
mesin ini terdapat ECU 32 bit yang berfungsi sebagai sensor utama mesin.
Keunggulan mesin ini adalah akselerasi dan performa yang optimal, beserta
tingkat getaran dan suara mesin yang lebih halus yang dapat dihasilkan beserta
dengan tingkatan jumlah emisi gas buang yang lebih rendah.
1.2 Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya cakupan mesin diesel, maka masalah yang akan
dibahas dalam Skripsi ini adalah analisa performansi pada mobil toyota
kijang innova tipe 2KD-FTV mesin diesel yaitu sebagai berikut:
1. Mesin yang digunakan sebagai objek dalam analisa performansi ini
adalah motor diesel empat langkah Toyota Kijang Innova 2KD-FTV
2. Analisa performansi yang dilakukan didahului dengan analisa secara
termodinamika kemudian dilanjutkan dengan analisa untuk
mendapatkan nilai dari parameter-parameter performansi, diantaranya:
a. Daya
b. Torsi
c. Konsumsi bahan bakar spesifik (Specific Fuel Consumption)
d. Emisi
3. Tidak membahas secara detail tentang emisi gas buang hasil proses
4. Analisa performansi yang dilakukan dibatasi pada beban kerja dan rpm
yang ditentukan.
1.3 Tujuan Akademis
1. Tujuan Umum
Untuk melengkapi persyaratan menyelesaikan akademis di Fakultas
Teknik Program Pendidikan Sarjana Ekstensi Departemen Teknik
Mesin.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui performansi dan kinerja mesin diesel yang
berteknologi D4D atau juga disebut Direct Four Stroke Turbo
Commonrail Injection pada seri Toyota Kijang Innova tipe 2KD-FTV.
1.4 Manfaat
1. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi terkini di
bidang teknik mesin khususnya otomotif pada mobil toyota kijang
innova tipe 2KD-FTV mesin diesel dengan menguraikannya secara
jelas.
2. Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang performansi dan
kinerja mesin diesel pada mobil toyota kijang innova tipe 2KD-FTV
sehingga mengerti dan memahami bagaimana kinerja mesin tersebut.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini akan diuraikan secara singkat
sebagai gambaran isi pada masing-masing bab, yaitu:
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari judul skripsi
disertai dengan hal-hal yang penulis ingin ungkapkan dan dapatkan, kemudian
dilanjutkan dengan batasan masalah yaitu sejauh mana penulis mengerjakan
skripsi ini dan hal-hal apa yang menjadi topik utama dalam skripsi ini.
mempunyai nilai yang positif. Bagian akhir dari bab ini adalah sistematika
penulisan skripsi yang harus diuraikan satu per satu sebagai gambaran singkat
susunan dan isi skripsi yang ditulis.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan
judul skripsi. Teori-teori yang disajikan berupa pengertian kemudian
dilanjutkan dengan rumus-rumus yang akan dihitung nantinya. Teori-teori
tersebut diambil dari berbagai sumber seperti buku bacaan, brosur-brosur, data
dari tempat survei (survei lapangan) dan internet. Bahan-bahan tersebut akan
digabungkan menjadi sebuah tulisan yang menjadi dasar teori dari judul
skripsi yang memperkuat skripsi tersebut dengan data-data yang ada.
3. Bab III Metodologi Penelitian
Sebuah skripsi yang baik haruslah menggunakan teknik dan cara
ataupun metode yang baik di dalam melakukan penelitian sebagai data
pendukung dalam penyusunan skripsi. Karna skripsi ini adalah analisa, maka
harus dilakukan survei ataupun penelitian. Pada bab ini akan dibahas tentang
cara-cara yang dilakukan untuk mendapatkan data-data pendukung seperti
spesifikasi dan juga disertai dengan teknik dan metode yang digunakan untuk
menyelesaikan skripsi ini dalam bentuk flowchart (diagram alir). Setelah itu,
akan diuraikan satu per satu tentang tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
penyusunan skripsi pada flowchart tersebut. Oleh karena itu, dengan membaca
bab ini kita akan mengerti proses penyusunan skripsi ini.
4. Bab IV Analisa Data dan Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan tentang proses perhitungan dari data-data
yang sudah di dapatkan. Perhitungan yang dilakukan berlandaskan teori pada
bab dua dimana rumus-rumus tersebut akan digunakan untuk mendapatkan
data-data hasil yang diinginkan. Proses perhitungan dan pembahasan akan
disajikan secara teratur dan terangkai dengan baik. Hal-hal yang dianggap
sangat penting akan diuraikan dengan menarik baik dengan menggunakan
tabel atau grafik. Dari tabel ataupun grafik tersebut akan tampak secara jelas
5. Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini adalah bab yang terakhir yang berisikan intisari ataupun
kesimpulan yang didapatkan dalam proses penyusunan skripsi dan hasil yang
didapatkan. Bab ini akan menguraikan secara singkat hal-hal yang sangat
penting tentang hasil yang diperoleh. Setelah itu, dilanjutkan dengan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Dasar
Jika meninjau jenis-jenis mesin, pada umumnya adalah suatu pesawat
yang dapat merubah bentuk energi tertentu menjadi kerja mekanik. Misalnya,
mesin listrik yang mana adalah sebuah mesin yang kerja mekaniknya diperoleh
dari sumber listrik. Sedangkan mesin gas atau mesin bensin adalah mesin yang
kerja mekaniknya diperoleh dari sumber pembakaran gas atau bensin.
Selain daripada itu, apabila ditinjau dari cara memperoleh sumber energi
termal, jenis mesin kalor dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Mesin pembakaran luar (external combustion engine). Mesin pembakaran luar
adalah mesin dimana proses pembakaran terjadi diluar mesin, energi termal
dari hasil pembakaran dipindahkan ke fluida kerja mesin melalui beberapa
dinding pemisah. Contohnya adalah mesin uap.
2. Mesin pembakaran dalam (internal combustion engine). Mesin pembakaran
dalam adalah mesin dimana proses pembakaran berlangsung di dalam mesin itu
sendiri, sehingga gas pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai
fluida kerja. Mesin pembakaran dalam ini umumnya dikenal dengan sebutan
motor bakar. Contoh dari mesin kalor pembakaran dalam ini adalah, motor
bakar torak dan turbin gas.
Motor diesel adalah jenis khusus dari mesin pembakaran dalam.
Karakteristik utama dari mesin diesel yang membedakannya dari motor bakar
yang lain terletak pada metode penyalaan bahan bakarnya. Dalam mesin diesel
bahan bakar diinjeksikan ke dalam silinder yang berisi udara bertekanan tinggi.
Selama proses pengkompresian udara dalam silinder mesin, suhu udara
meningkat, sehingga ketika bahan bakar yang berbentuk kabut halus
bersinggungan dengan udara panas ini, maka bahan bakar akan menyala dengan
sendirinya tanpa bantuan alat penyala lain. Karena alasan inilah mesin diesel juga
Motor diesel memiliki perbandingan kompresi sekitar 11:1 hingga 26:1
jauh lebih tinggi dibandingkan motor bakar bensin yang hanya berkisar 6:1 hingga
9:1. Konsumsi bahan bakar spesifik mesin diesel lebih rendah kira-kira 25%
dibanding mesin bensin namun perbandingan kompresinya yang lebih tinggi
menjadikan tekanan kerjanya juga tinggi.
Sebagai jenis kedua motor bakar torak selain dari pada mesin diesel, motor
bensin yang dikenal dengan mesin otto atau mesin Beau Des Rochas, penyalaan
bahan bakarnya dilakukan oleh percikan bunga api listrik dari antara kedua
elektroda busi. Sehingga mesin bensin dikenal dengan sebutan Spark Ignition
Engine.
Disamping itu, klasifikasi motor bakar berdasarkan siklus langkah
kerjanya, dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. Motor dua langkah (tak). Pengertian dari motor dua langkah adalah motor yang
pada dua langkah piston (satu putaran engkol) sempurna akan menghasilkan
satu tenaga kerja (satu langkah kerja).
2. Motor empat langkah (tak). Pengertian dari motor empat langkah adalah motor
yang pada setiap empat langkah piston (dua putaran sudut engkol) sempurna
menghasilkan satu tenaga kerja (satu langkah kerja).
2.2 Motor Diesel
2.2.1 Sejarah Mesin Diesel
Mesin diesel adalah sejenis mesin pembakaran dalam lebih spesifik lagi
sebuah mesin pemicu kompresi dimana bahan bakar dinyalakan oleh suhu tinggi
gas yang dikompresi dan bukan oleh alat berenergi lain seperti busi.
Mesin ini ditemukan pada tahun 1892 oleh Rudolf Diesel yang menerima paten
pada 23 Februari 1893. Diesel menginginkan sebuah mesin untuk dapat
digunakan dengan berbagai macam bahan bakar termasuk debu batu bara. Dia
mempertunjukkannya pada Exposition Universelle (Pameran Dunia) tahun 1900
dengan menggunakan minyak kacang. Kemudian diperbaiki dan disempurnakan
Motor Diesel merupakan motor pembakaran dalam (Internal Combustion
Engine), dimana bahan bakarnya disemprotkan kedalam silinder pada waktu torak
hampir mencapai titik mati atas (TMA).
Oleh karena udara di dalam silinder mempunyai temperatur yang tinggi,
maka bahan bakar akan terbakar dengan sendirinya. Motor Diesel umumnya
mempunyai beberapa konstruksi utama diantaranya adalah torak, batang torak,
poros engkol, katup, pompa bahan bakar bertekanan tinggi dan mekanisme
penggerak lainnya.
Daya yang dihasilkan motor diesel diperoleh melalui pembakaran bahan
bakar yang terjadi di dalam silinder. Hal ini menyebabkan gerakan translasi torak
didalam silinder yang dihubungkan dengan poros engkol pada bantalannya
melalui batang penghubung (Connecting Rod).
2.2.2 Prinsip Kerja Motor Bakar Diesel
Ketika gas dikompresi, suhunya meningkat (seperti dinyatakan oleh
Hukum Charles; mesin diesel menggunakan sifat ini untuk menyalakan bahan
bakar. Udara disedot ke dalam silinder mesin diesel dan dikompresi oleh piston
yang merapat, jauh lebih tinggi dari rasio kompresi dari mesin menggunakan busi.
Pada saat piston memukul bagian paling atas, bahan bakar diesel dipompa ke
ruang pembakaran dalam tekanan tinggi, melalui nozzle atomising, dicampur
dengan udara panas yang bertekanan tinggi. Hasil pencampuran ini menyala dan
membakar dengan cepat.
Ledakan tertutup ini menyebabkan gas dalam ruang pembakaran di atas
mengembang, mendorong piston ke bawah dengan tenaga yang kuat dan
menghasilkan tenaga dalam arah vertikal. Rod penghubung menyalurkan gerakan
ini ke crankshaft yang dipaksa untuk berputar, menghantar tenaga berputar di
ujung pengeluaran crankshaft.
Scavenging yang mendorong muatan-gas yang habis terbakar keluar dari
silinder, dan menarik udara segar kedalam mesin dilaksanakan oleh ports atau
valves. Untuk menyadari kemampuan mesin diesel, penggunaan turbocharger
untuk mendinginkan udara yang disedot masuk setelah kompresi oleh
turbocharger meningkatkan efisiensi.
Komponen penting dari mesin diesel adalah governor, yang membatasi
kecepatan mesin mengontrol pengantaran bahan bakar. Mesin yang menggunakan
pengontrolan elektronik canggih mencapai ini melalui Electronic Control Modul
(ECM) atau Electronic Control Unit (ECU) yang merupakan komputer dalam
mesin. ECM/ECU menerima kecepatan signal mesin melalui sensor dan
menggunakan algoritma dan mencari tabel kalibrasi yang disimpan dalam
ECM/ECU, dia mengontrol jumlah bahan bakar dan waktu melalui aktuator
elektronik atau hidrolik untuk mengatur kecepatan mesin.
Mesin diesel tidak dapat beroperasi pada saat silinder dingin. Beberapa
mesin menggunakan pemanas elektronik kecil di dalam silinder untuk
memanaskan silinder sebelum penyalaan mesin. Lainnya menggunakan pemanas
resistive grid dalam intake manifold untuk menghangatkan udara masuk sampai
mesin mencapai suhu operasi. Setelah mesin beroperasi pembakaran bahan bakar
dalam silinder dengan efektif memanaskan mesin.
Dalam cuaca yang sangat dingin, bahan bakar diesel mengental dan
meningkatkan viskositas dan membentuk kristal lilin atau gel. Ini dapat
mempersulit pemompa bahan bakar untuk menyalurkan bahan bakar tersebut ke
dalam silinder dalam waktu yang efektif, membuat penyalaan mesin dalam cuaca
dingin menjadi sulit, meskipun peningkatan dalam bahan bakar diesel telah
membuat kesulitan ini menjadi sangat jarang. Cara umum yang dipakai adalah
untuk memanaskan penyaring bahan bakar dan jalur bahan bakar secara
Gambar 2.1 Proses Kerja Motor Diesel Empat Langkah (Lit. 2 hal. 6)
Maka secara ringkas langkah-langkah kerja pada mesin diesel adalah sebagai
berikut:
1. Langkah Hisap
- Piston bergerak dari TMA ke TMB
- Katup hisap terbuka.
- Katup buang tertutup.
- Terjadi kevakuman dalam silinder, yang menyebabkan udara murni
masuk ke dalam silinder.
2. Langkah Kompresi
- Piston bergerak dari TMB ke TMA.
- Katup hisap tertutup.
- Katup buang tertutup.
- Udara dikompresikan sampai tekanan dan suhunya menjadi 30 kg/cm2
dan 500°C.
3. Langkah Usaha
- Katup hisap tertutup.
- Katup buang tertutup.
- Injektor menyemprotkan bahan bakar sehingga terjadi pembakaran yang
4. Langkah Buang
- Piston bergerak dari TMB ke TMA.
- Katup hisap tertutup.
- Katup buang terbuka.
- Piston mendorong gas sisa pembakaran keluar.
2.2.3 Siklus Ideal Diesel
Pada motor bakar mesin diesel, siklus yang berlangsung pada proses
pembakaran adalah siklus diesel. Pada siklus ini tampak secara jelas dan diuraikan
satu per satu proses perpindahan atau aliran yang berlangsung dari satu titik ke
titik yang lain. Dengan memperhatikan gambar dan arah perpindahan maka kita
akan memahami proses yang berlangsung pada grafik ini.
Gambar 2.2 Diagram P – v dan diagram T – s Siklus Ideal Diesel (Lit. 1 hal. 92)
Proses-proses yang terjadi pada siklus tersebut adalah:
a. Proses 6-1. Tekanan konstan udara hisap pada Po.
Katup hisap terbuka dan katup keluar tertutup: Po
Entropy (s) 2
1 1
4
2 3
5 6
Volume spesifik (v)
Tekanan (P) Temperatur (T)
Keterangan:
b. Proses 1-2. Langkah kompresi isentropik
Semua katup tertutup:
k
R = konstanta gas (kJ/kg.K)
c. Proses 2-3. Tekanan Konstan Panas Masuk (Pembakaran) semua katup tertutup:
Cut of Ratio :
η = efisiensi pembakaran
m
m = massa campuran gas di dalam silinder (kg)
p
C = panas jenis gas pada tekanan konstan (kJ/kg.K)
3 2−
W = kerja pada titik 2-3 (kJ)
d. Proses 3-4: Langkah Insentropik atau langkah ekspansi:
Semua katup tertutup:
4
V = volume pada titik 4 (m3)
m
m = massa campuran gas di dalam silinder (kg)
R = konstanta gas (kJ/kg.K)
4 3−
W = kerja pada titik 3-4 (kJ)
e. Proses 4-5: Rejeksi panas volume konstan (keluaran berhembus kebawah)
Katup keluar terbuka dan katup hisap tertutup.
BDC
m = massa campuran gas di dalam silinder (kg)
v
C = panas jenis gas pada volume konstan (kJ/kg.K)
5 4−
W = kerja pada titik 4-5 (kJ)
f. Proses 5-6: Tekanan Konstan langkah buang di Po.
Katup buang terbuka dan katup hisap tertutup.
Effisiensi Thermal Siklus Diesel (Eff. Th):
[ ] [ ]
/ 1 ([ ] [ ]
/ ) )(ηt DIESEL = Wnet Qin = − Qout Qin
Sumber: (Lit. 5 hal. 94)
2.2.4. Siklus Dual Cycle
Diagram tekanan-volume (P-v) pada motor pembakaran dalam yang aktual
tidak tergambarkan dengan baik melalui siklus Otto dan siklus Diesel. Siklus yang
dapat digunakan untuk memberikan perkiraan variasi tekanan yang lebih baik
adalah siklus rangkap (dual cycle) seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. dibawah
ini.
Gambar 2.3 Diagram P – v dan diagram T – s Siklus Dual Cycle (Lit. 4 hal. 68)
Sebagaimana terdapat pada siklus Otto maupun siklus Diesel,
proses-proses yang terjadi pada diagram T-s adalah sebagai berikut:
a. Proses 1-2 adalah kompresi isentropik
b. Proses 2-3 adalah penambahan kalor pada volume konstan
c. Proses 3-4 adalah penambahan kalor pada tekanan konstan
d. Proses 4-5 adalah ekspansi isentropik sebagai tahap akhir langkah kerja [2.22]
1
4
3
2
1 5
4 3
2
5
s = c
s = c
v = c
p = c
v = c P
v T
2.2.5 Konfigurasi Mesin Diesel
Ada dua kelas mesin diesel yaitu dua langkah (stroke) dan empat langkah
(stroke). Banyak mesin diesel besar beroperasi dalam dua langkah. Mesin yang
lebih kecil biasanya menggunakan empat langkah. Biasanya kumpulan silinder
digunakan dalam kelipatan dua, meskipun berapapun jumlah silinder dapat
digunakan selama muatan di crankshaft di tolak-seimbangkan untuk mencegah
getaran yang berlebihan. Inline-6 paling banyak diproduksi dalam mesin
tugas-medium ke tugas-berat, meskipun V8 dan straight-4 juga banyak diproduksi.
2.2.6 Kelebihan dan kekurangan Mesin Diesel
Mesin diesel lebih besar dari mesin bensin dengan tenaga yang sama
karena konstruksi berat diperlukan untuk bertahan dalam pembakaran tekanan
tinggi untuk penyalaan. Dan juga dibuat dengan kualitas sama yang membuat
penggemar mendapatkan peningkatan tenaga yang besar dengan menggunakan
mesin turbocharger melalui modifikasi yang relatif mudah dan murah. Mesin
bensin dengan ukuran sama tidak dapat mengeluarkan tenaga yang sebanding
karena komponen di dalamnya tidak mampu menahan tekanan tinggi, dan
menjadikan mesin diesel kandidat untuk modifikasi mesin dengan hanya
menggunakan ongkos dengan biaya murah.
Kekurangannya hanya terletak suara yang berisik juga pada bobot dan
dimensi yang dua kali lebih berat dan besar dari mesin bensin, dikarenakan
komponen mesin diesel yang di didesain kuat untuk menahan kompresi tinggi,
begitu juga akselerasi yang lemot namun bisa di perbaiki melalui penambahan
turbo atau yang dikenal sebagai supercharger.
Penambahan turbocharger atau supercharger ke mesin meningkatkan
ekonomi bahan bakar dan tenaga. Rasio kompresi yang tinggi membuat mesin
diesel lebih efisien dari mesin menggunakan bensin. Peningkatan ekonomi bahan
2.2.7 Teknologi Diesel Sistem Common Rail
Sistem Common rail menggunakan bahan bakar bertekanan tinggi yang
dihasilkan oleh supply pump untuk memperbaiki penggunaan bahan bakar yang
ekonomis dan menambah kekuatan (power) mesin, juga mengurangi vibrasi dan
noise mesin. Sistem ini menyimpan bahan bakar, yang telah mempunyai tekanan
yang dihasilkan oleh supply pump, pada common rail. Dengan menyimpan bahan
bakar dengan tekanan tinggi sistem commonrail dapat menyediakan bahan bakar
dengan tekanan bahan bakar yang stabil, tidak terpengaruh oleh cepatnya mesin
atau beban mesin.
ECM menghasilkan arus listrik ke solenoid valve pada injektor,
menggunakan EDU, untuk mengatur waktu dan jumlah injeksi bahan bakar, dan
juga memonitor tekanan bahan bakar di dalam common rail dengan menggunakan
fuel pressure sensor. ECM memerintahkan supply pump untuk menyuplai bahan
bakar di dalam common rail dengan menggunakan fuel pressure sensor. ECM
memerintahkan supply pump untuk menyuplai bahan bakar yang dibutuhkan
untuk memperoleh target tekanan bahan bakar, kira-kira 20 sampai 135 MPa (204
sampai 1,337 kgf/cm2, 2,901 sampai 19,581 psi).
Sebagai tambahan, sistem ini menggunakan 2-Way Valve (TWV) di dalam
injektor untuk membuka dan menutup saluran bahan bakar. Walau demikian,
waktu dan volume injeksi bahan bakar dapat di atur secara presisi oleh ECM.
Sistem common rail menghasilkan dua injeksi bahan bakar yang terpisah. Untuk
memperlembut kejutan pembakaran, sistem ini melakukan pilot-injection sebagai
bagian injeksi bahan bakar lebih dulu ke injeksi bahan bakar utama. Hal ini dapat
Gambar 2.4 Sistem Diagram Common Rail (Sistem Bahan Bakar)
(Lit. 6 hal. 168)
2.2.8 Perbedaan Diesel Common Rail dengan Diesel Konvensional
Perbedaan antara mesin diesel modern, common rail dengan konvensional
adalah cara memasok bahan bakarnya. Terutama, komponen yang berada antara
pompa injeksi dan injector. Ada dua komponen utama di sini, yaitu pompa injeksi
atau mekanik awam menyebutnya Bosch pump dan injector.
Cara kerja common rail layaknya seperti konsep hidup bersama. Dalam
hal ini, semua injector yang bertugas memasok solar langsung ke dalam mesin,
menggunakan satu wadah atau rel yang sama dari pompa injector. Caranya sama
dengan yang digunakan pada sistem injeksi bensin. Sedangkan mesin diesel
konvensional, setiap injector memiliki pasokan solar sendiri-sendiri langsung dari
pompa injeksi.
Tekanan bahan bakar dalam rel sangat tinggi. Sekarang, yaitu common rail
generasi ke-3, tekananya sudah mencapai 1800 bar. Kalau dikonversi ke PSI yang
masih digunakan sekarang menjadi 26.100 PSI. Bandingkan dengan tekanan ban
30 PSI. Atau tabung elpiji 25 bar dan CNG 200 bar. Dengan tekanan setinggi
tersebut, pengabutan yang dihasilkan tentu saja semakin bagus. Hasil pembakaran
menjadi lebih sempurna dan kerja mesin makin efisien. Sehingga mesin Diesel
Captiva VCDI lebih terlihat minim asap hitam ketimbang mesin Diesel jaman
dahulu.
Sesuai dengan perkembangan mesin diesel, para ahli mengembangkan
sistem yang paling mutakhir pada mesin diesel yakni yang dikenal dengan CRDI
(Common Rail Direct Injection) teknologi ini telah digunakan oleh Chevrolet
Captiva Diesel CRDI/VCDI dengan kapasitas mesin 2000cc 16 katup segaris
memuntahkan tenaga 150 Daya Kuda pada kitiran 4000 Rpm dengan torsi max
320 Nm pada putaran 2000 Rpm kemudian diikuti pada saat ini oleh kijang
innova denga 16 katup, segaris 4 silinder yang akan menghasilkan tenaga besar
namun efisien.
2.3 Parameter Performansi/Unjuk Kerja Mesin Diesel 2.3.1 Tekanan efektif rata-rata (mep)
Selama siklus berlangsung, temperatur dan tekanannya selalu
berubah-ubah. Oleh karena itu sebaiknya dicari harga tekanan tertentu (konstan) yang
apabila mendorong torak sepanjang langkahnya dapat menghasilkan kerja
persiklus yang sama dengan siklus yang dianalisis. Tekanan tersebut dinamai
tekanan efektif rata-rata (mep), yang diformulasikan sebagai:
Vd Wnett
mep= [2.23]
Sumber: (Lit. 4 hal. 57)
dimana:
mep = tekanan efektif rata-rata (kPa)
Vd = volume langkah torak (m3)
Wnett = kerja netto (kJ) 2.3.2 Daya Indikator ( Ẃi )
Merupakan daya yang dihasilkan dalam silinder motor sehingga
merupakan basis perhitungan atau penentuan efisiensi pembakaran atau besarnya
Ẃi =
n WnettxN
[2.24]
Sumber: (Lit. 5 hal. 51)
dimana:
Ẃi = daya indikasi (kW)
N = putaran mesin (putaran/detik)
n = jumlah putaran dalam satu siklus, untuk empat tak n = 2
(putaran/siklus)
nett
W = kerja netto (kJ)
2.3.3 Torsi dan Daya
Daya yang dihasilkan suatu mesin pada poros keluarannya disebut sebagai
daya poros (atau biasa dikenal dengan brake power) yang dihitung
berdasarkan rumusan:
Ẃb=2π×N×τ [2.25] Sumber: (Lit. 5 hal. 51)
dimana:
Ẃb = daya poros (kW)
N = putaran mesin (putaran/detik)
τ = torsi (Nm)
π = 3,14
Seperti yang telah diketahui, dari sejumlah gaya yang dihasilkan
mesin, maka sebagian darinya dipakai untuk mengatasi gesekan/friksi
antara bagian-bagian mesin yang bergerak, sebagian lagi dipakai untuk
mengisap udara dan bahan bakar serta mengeluarkannya dalam bentuk gas
buang.
2.3.4 Konsumsi bahan bakar (Sfc)
Konsumsi bahan bakar (Sfc) didefenisikan sebagai jumlah bahan bakar
yang dikonsumsi persatuan unit daya yang dihasilkan perjam operasi.
Secara tidak langsung konsumsi bahan bakar spesifik merupakan indikasi
Sfc = ḿf / Ẃb [2.26] Sumber: (Lit. 5 hal.56)
dimana:
ḿf
n
nder jumlahsili N
mf × × =
dimana:
sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (gr/kwh)
ḿf = laju aliran rata-rata bahan bakar (kg/detik)
mf = massa bahan bakar (kg)
ma = massa udara (kg)
Ẃb = daya poros (kW)
N = putaran mesin (putaran/detik)
2.3.5 Emisi Gas Buang Pada Motor Diesel
Pada prakteknya pembakaran dalam motor tidak pernah terjadi dengan
sempurna meskipun sudah dilengkapi dengan kontrol yang canggih. Pada motor
diesel, besarnya emisi bentuk opasitas (ketebalan asap) tergantung banyaknya
jumlah bahan bakar yang disemprotkan dalam silinder, karena pada motor diesel
yang dikompresikan adalah udara murni. Dengan kata lain semakin kaya
campuran maka semakin besar konsentrasi NOx, CO dan asap (smoke).
Sementara itu semakin kurus campuran konsentrasi NOx, CO dan asap juga
semakin kecil.
2.3.5.1 Pembentukan Karbon Monoksida (CO)
Pada proses pembakaran, bila karbon di dalam bahan bakar terbakar
dengan sempurna akan menghasilkan CO2 (karbon dioksida). Tetapi jika unsur
oksigen (udara) tidak cukup maka yang terjadi adalah pembakaran tidak
sempurna, sehingga karbon di dalam bahan bakar terbakar dalam suatu proses
sebagai berikut :
bakar (Air-Fuel Ratio). Jadi untuk mengurangi CO perbandingan campuran ini
harus dibuat kurus (excess air).
Namun akibat lain HC dan NOx lebih mudah timbul dan output motor
menjadi berkurang. Emisi karbon monoksida tidak beraroma dan tidak berwarna,
namun sangat beracun. Pengaruh buruk pada motor apabila CO berlebihan adalah
pembentukan deposit karbon yang berlebihan katup, ruang bakar, kepala piston,
dan busi (untuk motor bensin). Deposit yang ditimbulkan tersebut secara alami
mengakibatkan fenomena Self-Ignition (dieseling) dan mempercepat kerusakan
mesin. Emisi CO berlebihan banyak disebabkan oleh faktor kesalahan
pencampuran udara dan bahan bakar yang masuk ke dalam motor.
2.3.5.2 Pembentukan Hidrokarbon (HC)
Pada proses pembakaran, gas buang hidrokarbon yang dihasilkan
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu bahan bakar yang tidak terbakar dan
keluar menjadi gas mentah, atau bahan bakar terpecah karena reaksi panas yang
berubah menjadi gugus HC lain dan keluar bersama gas buang. Ada beberapa
penyebab utama timbulnya hidrokarbon (HC) diantaranya adalah sebagai berikut :
• Dinding-dinding ruang bakar yang bertemperatur rendah mengakibatkan
hidrokarbon (HC) di sekitar dinding tidak terbakar.
• Terjadi misfiring (gagal pengapian) ini bisa terjadi pada saat motor diakselerasi
ataupun deselerasi.
• Adanya overlap intake valve (kedua valve bersama-sama terbuka) sehingga HC
berfungsi sebagai gas pembilas/pembersih.
• Ignition delay yang panjang merupakan faktor yang mendorong terjadinya
peningkatan emisi HC.
Selain mengganggu kesehatan, emisi HC yang berlebihan juga
menyebabkan fenomena photochemical smog (kabut). Karena HC merupakan
sebagian bahan bakar yang tidak terbakar, makin tinggi emisi HC berarti tenaga
2.3.5.3 Pembentukan Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida dihasilkan akibat adanya N2 (nitrogen) dalam campuran
udara dan bahan bakar serta suhu pembakaran yang tinggi, sehingga terjadi
pembentukan NOx. Biasanya timbul ketika mesin bekerja pada beban yang berat.
Bila terdapat N2 dan O2 pada temperatur 1800 - 2000˚ C akan terjadi reaksi
pembentukan gas NO seperti di bawah ini : N2 + O2→ 2 NO Selanjutnya gas NO
bereaksi lebih lanjut di udara menjadi NO2. Temperatur pembakaran yang
melebihi 2000˚C dalam ruang bakar mengakibatkan gas NOx. Sementara itu gas
buang terdiri dari 95% NO, 3-4% NO2, sisanya N2O dan N2O3. Substansi NOx
tidak beraroma, namun terasa pedih di mata. Faktor-faktor utama yang
mempengaruhi konsentrasi NOx selama pembakaran diantaranya maksimum
temperatur yang dapat dicapai dalam ruang bakar, dan perbandingan udara -
bahan bakar (AFR). Sehingga solusi untuk mengurangi kandungan NOx dalam
gas buang yaitu dengan mengupayakan temperatur ruang bakar tidak mencapai
1800˚ C atau dengan mengusahakan sesingkat mungkin mencapai temperatur
maksimum. Cara lain yaitu dengan mengurangi konsentrasi O2.
2.3.5.4 Pembentukan Partikulat (Particulate Matter)
Partikulat dihasilkan oleh adanya residu bahan bakar yang terbakar dalam
ruang bakar, dan keluar melalui pipa gas buang. Partikel-partikel seperti jelaga,
asap dan debu secara umum terbagi menjadi dua bagian yaitu partikel-partikel
yang merupakan emisi langsung biasanya disebut partikel utama (primary
particles) dan partikel-partikel hasil transformasi gas lain atau disebut partikel
sekunder (secondary particles). Ukuran partikel bervariasi, dengan ukuran besar cenderung berasal dari faktor geologi, seperti debu dan pasir yang ditiup angin.
Sedangkan yang berukuran kecil terutama dari sumber-sumber pembakaran dan
perubahan dari gas-gas emisi yang lain, seperti sulfur dioksida menjadi sulfat dan
nitrogen oksida menjadi nitrat. Dari sini jelas bahwa emisi gas buang merupakan
unsur yang berbahaya. Sebagian besar partikulat mengandung unsur karbon dan
kotoran lain berbentuk butiran atau partikel dengan ukuran ± 0,01 – 10 μm. Gas
tak terbakar. Gas buang yang berbentuk cair akan meresap ke dalam fase padat.
Buangan ini disebut partikel. Partikel-partikel tersebut berukuran mulai dari 100
mikron hingga kurang dari 0,01 mikron. Partikulat yang berukuran kurang dari 10
mikron memberikan dampak terhadap visibilitas udara karena partikulat tersebut akan
memudarkan cahaya. Pembentukan partikel tersebut dapat dilihat pada gambar 2.4
dibawah.
Diesel fuel molecules
Air molecules
Incomplete combustion
Precursor molecules
Nucleation
Soot Nuclei
Coalescent Coagulation Surface growth Spherule
Chain forming coagulation Surface growth
Soot Particle
Gambar 2.5 Pembentukan Soot Particle
(Lit. 2 hal.15)
Berdasarkan ukurannya partikel dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
a. 0,01 – 110 μm disebut partikel smoke/kabut/asap
b. 10 – 50 μm disebut dust/debu
c. 50 – 100 μm disebut ash/abu
Penyebab terjadinya partikulat antara lain tekanan injeksi yang terlalu rendah dan
saat pengapian yang kurang tepat.
“Particles” “Molecules”
2.3.5.5 Pembentukan Emisi Asap (Smoke)
Emisi asap (smoke) merupakan polutan utama pada mesin diesel.
Pembentukan smoke pada mesin diesel terjadi karena kekurangan oksigen, hal itu
terjadi pada inti (core) spray yang mempunyai λ ≤ 0,8. Dalam proses pembakaran
berlangsung ketika bahan bakar yang disemprotkan ke dalam silinder yang
berbentuk butir-butir cairan yang halus saat keadaan di dalam silinder tersebut
sudah bertemperatur dan bertekanan tinggi sehingga butir-butir tersebut akan
menguap. Namun jika butir-butir bahan bakar yang terjadi karena penyemrotan itu
terlalu besar atau apabila beberapa butir terkumpul menjadi satu, maka akan
terjadi dekomposisi. Dekomposisi itu akan menyebabkan terbentuknya
karbon-karbon padat (angus). Hal ini disebabkan karena pemanasan udara yang
bertemperatur tinggi, tetapi penguapan dan pencampuran dengan udara yang ada
di dalam silinder tidak dapat berlangsung sempurna. Terutama pada saat-saat
dimana terlalu banyak bahan bakar yang disemprotkan, yaitu pada waktu daya
mesin akan diperbesar. Misalnya untuk akselerasi maka angus akan terjadi. Jika
angus yang terjadi itu terlalu banyak, gas buang yang keluar dari mesin akan
berwarna hitam dan mengotori udara serta mengganggu pemandangan.
2.3.6 Efisiensi mekanis
Besarnya kerugian daya diperhitungkan dalam efisiensi mekanis yang
dirumuskan sebagai berikut:
ηm = Ẃb / Ẃi [2.27]
Sumber: (Lit. 5 hal.47)
dimana:
ηm = efisiensi mekanis
Ẃb = daya poros (kW)
2.3.7 Efisiensi volumetrik
Efisiensi ini didefinisikan sebagai perbandingan antara massa udara yang
masuk karena dihisap torak pada langkah hisap dan massa udara pada
tekanan dan temperatur atmosfir yang dapat dihisap masuk kedalam
volume satuan yang sama.
) /( a d
a
v =m ρ ×V
η [2.28]
Sumber: (Lit. 5 hal. 60)
dimana:
v
η = efisiensi volumetrik
a
ρ = massa jenis udara (kg/m3) ma = massa udara (kg)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Survei dan pengumpulan data dilakukan di Auto 2000 Jl.
Sisingamangaraja No.8 Medan pada bulan juli dan agustus 2011.
3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan
Bahan yang menjadi objek pengujian pada penelitian ini adalah ruang
bakar atau mesin diesel pada mobil toyota kijang innova tipe 2KD-FTV dimana
pada saat adanya pelanggan yang sedang memperbaiki mobilnya tersebut, maka
bersama-sama dengan pihak auto 2000 melakukan pengujian akan performa
mesin tersebut dan kemudian dicatat dan diolah datanya sehingga dapat
disimpulkan apakah kondisi dari mobil tersebut masih bagus atau tidak.
Adapun spesifikasi mesin dari motor diesel pada mobil toyota kijang
innova tipe 2KD-FTV (sumber: toyota kijang innova leaflet) adalah sebagai
berikut:
Jumlah silinder dan susunan : 4-silinder, segaris
Mekanisme katup : 16-valve DOHC,Belt & Gear Drive
Ruang Bakar : Tipe Injeksi Langsung
Manifold : Aliran-melintang
Sistem Bahan Bakar : Tipe Common-rail
Kapasitas (Volume Silinder) : 2494 cm3 Diameter x Langkah : 92.0 x 93.8 mm
Rasio Kompresi : 18.5 : 1
Output Maksimum : 75 kW @ 3600 rpm
3.2.2 Alat
Alat-alat yang digunakan pada pengujian tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Alat bantu perbengkelan seperti kunci pas, kunci inggris, tang, kunci ring,
kunci L, obeng, palu dan sebagainya.
2. Intelligent Tester II, yaitu alat yang digunakan untuk mengetahui berbagai
informasi penting pada saat mesin dinyalakan seperti tekanan, suhu dalam
ruang bakar, tekanan dalam ruang bakar, putaran mesin dan masih banyak
parameter-parameter lainnya yang dihubungkan secara langsung ke soket
yang tersedia pada mobil sehingga nilai dari masing-masing parameter
akan muncul dengan lengkap.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mendapatkan harga-harga
ataupun nilai dari sejumlah parameter yang dicari dengan menggunakan
alat Intelligent Tester II adalah:
a. Panaskan mesin
b. Putar kunci kontak ke OFF
c. Hubungkan intelligent tester II ke DLC3
d. Putar kunci kontak ke ON
e. Hidupkan intelligent tester II
f. Masuk ke menu-menu berikut: Powertrain/Engine/Data List
g. Baca Data List
3.3Variabel Riset
Dalam analisa performansi ini, variabel yang digunakan adalah nilai dari
temperatur, tekanan pada ruang bakar, dan perbandingan massa bahan bakar yang
diperoleh dari hasil perhitungan dalam siklus kerja motor diesel Kijang Innova
3.4 Prosedur Analisa
Dalam pengerjaan analisa performansi ini, penulis membuat diagram alir
untuk dapat mempermudah pengerjaan secara sistematis. Berikut pada Gambar
3.1 dapat dilihat diagram alir yang digunakan dalam analisa performansi ini.
Gambar 3.1 Diagram Alir Pengerjaan Skripsi Mulai
Studi Literatur
Pencarian dan Pengumpulan Data 1. Buku
2. Jurnal 3. Paper 4. Internet
Data Engine (spesifikasi)
Proses Perhitungan
Parameter performansi:
- Analisa termodinamika - Tekanan efektif rata-rata - Daya indikator
- Torsi dan Daya - Sfc
- Efisiensi (mekanis, volumetrik)
Selesai Kesimpulan dan
3.4.1 Keterangan Diagram Alir 3.4.1.1 Mulai
Pada tahap ini proses pengerjaan akan mulai dilaksanakan, dan
bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengerjaan skripsi akan dikumpulkan untuk
dikerjakan.
3.4.1.2 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan pengumpulan referensi-referensi
mengenai materi yang berhubungan dengan proses pembakaran motor diesel
Toyota kijang Innova 2KD-FTV. Literatur-literatur tersebut didapatkan dari:
1. Buku referensi
Motor Bakar
Termodinamika Teknik
2. Internet
Combustion analysis on a DI (Direct Injection) diesel engine.
Motor diesel 4 langkah
3. Artikel dan paper-paper
Leaflet toyota kijang innova mesin diesel
Proses pembakaran dalam ruang bakar motor diesel
3.4.1.3Pencarian danPengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pencarian dan pengumpulan data spesifikasi
mesin motor diesel Toyota Kijang Innova tipe 2KD-FTV yang akan digunakan
sebagai data awal dalam melakukan proses perhitungan.
Berikut, pada Gambar 3.2 dapat dilihat motor diesel Toyota Kijang Innova
Gambar 3.2 Motor Diesel Toyota Kijang Innova tipe 2KD-FTV
3.4.1.4 Proses Perhitungan
Pada tahap ini dilakukan perhitungan dengan sedemikian rupa dengan
menggunakan data awal kedalam formula atau rumus kemudian diolah dan
dihitung sehingga akan mendapatkan hasil yang kita inginkan.
3.4.1.5 Kesimpulan Dan Saran
Tahap ini merupakan pengambilan kesimpulan dari proses perhitungan
dan hasil yang telah dilakukan. Kesimpulan berisi jawaban dari hasil perhitungan
dan analisa dari tujuan analisa seperti yang tertulis pada BAB I. Pada akhir bagian
ini juga terdapat saran penulis tentang analisa hasil perhitungan ini, sehingga
tulisan ini dapat lebih bermanfaat bagi setiap kalangan.
3.4.1.6 Selesai
Tahap pengerjaan skripsi selesai dilaksanakan dengan hasil-hasil yang
didapatkan sesuai dengan perencanaan dan tujuan pengerjaan skripsi dan kiranya
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Awal
Didalam melakukan analisa data dan pembahasan, maka hal yang paling
penting untuk dipersiapkan adalah data-data utama yang akan diolah untuk
mendapatkan data-data ataupun informasi lain yang dibutuhkan. Data-data
tersebut diantaranya adalah:
1. Dimensi ruang bakar (silinder)
2. Tekanan dan temperatur pada langkah awal siklus kerja
Data-data ini didapatkan dari pengembangan data awal dari spesifikasi
motor diesel Toyota Kijang Innova 2KD-FTV dengan melakukan perhitungan
manual.
4.1.1 Dimensi Silinder
Ruang bakar atau silinder merupakan tempat terjadinya proses
pembakaran, sehingga dimensi ruang bakar diperlukan sebagai masukan data
untuk melakukan perhitungan manual sehingga hal-hal yang kita cari dapat kita
peroleh berdasarkan perhitungan. Oleh karena itu, untuk data awal didapat dari
spesifikasi motor diesel Toyota Kijang Innova Tipe 2KD-FTV, yang dapat dilihat
pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Data Spesifikasi Mesin Toyota Kijang Innova Tipe 2KD-FTV
Tipe mesin 2KD-FTV
Jumlah silinder &
susunan
4-silinder, segaris
Mekanisme katup 16-valve DOHC, Belt & GearDrive
Ruang bakar Tipe Injeksi Langsung
Kapasitas (cm3) 2494
Sistem bahan bakar Tipe Common Rail
x Langkah (mm)
Rasio kompresi 18.5 : 1
Output maksimum 75 kW @ 3600 rpm
Momen maksimum 200 N.m @ 4000 rpm
Dimensi
Katup (mm)
Diameter
Katup masuk (Intake) 36
Katup buang (Exhaust) 29
Panjang 100
Penjang Connecting
Rod (mm) 167
Angka Cetane
Bahan Bakar
48 atau lebih tinggi
Valve timing
Intake Buka 2o BTDC
Tertutup 31o ABDC
Exhaust Buka 30o BBDC
Tertutup 0o ATDC
Sumber: Toyota Kijang Innova Leaflet dan Lit.6
4.2 Analisa Termodinamika
Proses 6-1 : Langkah hisap, tekanan konstan, katup hisap terbuka dan katup keluar tertutup. Udara dianggap sebagai gas ideal. Udara dihisap masuk ke
silinder dengan tekanan 100 kPa pada temperatur 27oC atau 300 K, maka : P0 = 100 kPa
T1 = 300 K
rc = 18,5
B = 9,2 cm
S = 9,38 cm
R = 0,287 kJ/kg-K
Merupakan volume dari langkah torak dari titik mati bawah (TMB) ke titik
mati atas (TMA). Kapasitas 4 silinder adalah 2494 cc, maka volume langkah
untuk satu silinder adalah:
4 2494
=
Vd
Vd = 623,5 cc = 6,235 x 10-4 m3
Volume sisa:
Merupakan volume minimum silinder pada saat torak berada di titik mati
atas (TMA). Dengan rasio kompresi sebesar 18,5:1 dan volume langkah sebesar
6,235 x 10-4 m3 maka besarnya volume sisa adalah:
c c d c
V V V
r = +
c
c
V
V m
x +
= 6,235 10−4 3
5 , 18
Vc = 3,562 x 10-5m3
Volume pada titik 1:
Merupakan hasil penjumlahan volume langkah (Vd) dengan volume sisa
(Vc).
c d V
V
V1 = +
V1 = 6,235 x 10-4 m3 + 3,562 x 10-5m3
= 6,5912 x 10-4 m3
Massa campuran bahan bakar dan udara :
kg
Massa udara pembakaran (ma) dan massa bahan bakar (mf):
Untuk menentukan massa bahan bakar yang diinjeksikan pada satu siklus
dapat diperoleh dari persamaan Air Fuel Ratio (AF) dibawah ini.
AF =
Berdasarkan data bahan bakar isooctane pada tabel A-2 Properties Of
Fuels pada lampiran I, Air Fuel Ratio (AF) = 15,0. Dimana ma + mf = mm =
7,655 x 10-4 kg. Maka, massa bahan bakar yang diinjeksikan (mf) setiap satu
siklus adalah:
kg
Maka, massa udara (ma) yang masuk dalam silinder adalah:
= mm – mf
= 7,655x10-4kg – 4,784375x10-4kg = 2,870x10-4 kg
Densitas udara (ρa):
Tekanan dan temperatur udara sekitar mesin dapat digunakan
untuk mencari densitas udara dengan persamaan matematika sebagai
berikut:
)
Proses 1-2 : Langkah kompresi isentropik, semua katup tertutup. Torak bergerak dari titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA).
Tekanan pada titik 2 :
Campuran bahan bakar dan udara yang berada di dalam silinder ditekan
dan dimampatkan oleh torak yang bergerak ke titik mati atas (TMA). Akibatnya,
tekanan dalam silinder naik menjadi P2. Nilai dari P2 dapat kita hitung sesuai
dengan persamaan [2.3] yaitu:
k
Temperatur pada titik 2 :
Campuran bahan bakar dan udara yang dimampatkan oleh torak yang
bergerak ke titik mati atas (TMA) juga mengakibatkan suhu dalam silinder naik
menjadi T2. Nilai dari T2 dapat kita kita hitung sesuai dengan persamaan [2.2]
yaitu:
Nilai dari V2 dapat kita hitung sesuai dengan persamaan [2.4] yaitu:
Adapun cara lain yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai V2 adalah:
c
Kerja yang diserap selama langkah kompresi isentropik untuk satu silinder
dalam satu siklus dapat kita hitung sesuai dengan persamaan [2.6] sebagai berikut:
k
Proses 2-3:Penambahan kalor pada tekanan konstan.
Kalor masuk:
QHV merupakan nilai kalor panas dari bahan bakar. Berdasarkan Tabel
A-2 pada Lampiran 1, nilai kalor panas dari cetane adalah 43.980 kJ/kg dan
diasumsikan terjadi pembakaran sempurna (ηc =1). Maka, kalor masuk pada
kondisi tekanan konstan dapat kita hitung sesuai dengan persamaan [2.7] adalah
Volume pada titik 3 dapat kita peroleh dengan menggunakan rumus
berikut ini ( Lit.1 hal 101):
Temperatur pada titik 3:
Sesuai dengan persamaan matematika [2.7] dimana Qin =mmCp(T3 −T2)maka
nilai T3 dapat kita hitung sebagai berikut:
p
Sesuai dengan Gambar 2.2 (Diagram p-v) jelas terlihat bahwa tidak ada
perubahan tekanan mulai titik 2 hingga titik 3 (ekivalen), walaupun terjadi
peningkatan temperatur.
Maka P2 = P3 = Pmaks = 5943,4747 kPa.
Sesuai dengan persamaan [2.10] maka kerja yang terjadi pada titik 2-3
dapat kita hitung sebagai berikut:
Proses 3-4: Langkah isentropik
Volume pada titik 4:
Berdasarkan diagram p-v siklus diesel pada Bab II sebelumnya terlihat
jelas bahwa: V4 =V1 =6,5912×10−4m3
Temperatur pada titik 4:
Setelah torak mencapai titik mati bawah (TMB) sejumlah kalor
dikeluarkan dari dalam silinder sehingga temperatur fluida kerja akan turun
menjadi T4. Nilai dari T4 dapat kita hitung dengan persamaan [2.14] berikut ini:
1
Tekanan pada titik 4 di dalam silinder akan mengalami penurunan setelah
titik 3. Nilai dari P4 dapat kita hitung sesuai dengan persamaan [2.15] di bawah
Untuk kerja yang dihasilkan selama langkah ekspansi (W3−4) dapat
ditentukan berdasarkan persamaan [2.16] berikut ini:
(
)
Titik 5 merupakan proses langkah buang atau disebut juga proses exhaust
blowdown dimana katup keluar terbuka dan katup hisap tertutup. Sesuai dengan
persamaan [2.17] maka volume pada titik 5 (V5) sama dengan volume pada titik 4
( =V4 =V1 =VBDC =6,5912×10−4m3).
Sedangkan temperatur pada titik 5 (T5) sama dengan temperatur pada titik
1 (T1), ini dibuktikan dari persamaan [2.19] berikut ini:
Titik 6 merupakan proses langkah buang pada tekanan konstan ( ).
Untuk kerja yang dihasilkan pada proses 5- 6 (W5−6) dapat dihitung berdasarkan
persamaan [2.21] berikut ini:
(
6 5)
0(
6 1)
W nett (Kerja satu siklus):
Kerja yang dihasilkan dalam satu siklus kerja dapat dihitung berdasarkan
persamaan dibawah ini:
)
Sehingga, kerja yang dihasilkan dalam satu siklus kerja dari motor bensin
Kijang Innova 2KD-FTV adalah 1,1982 kJ
Untuk effisiensi termal dari satu siklus kerja dari motor bensin Kijang
Innova 2KD-FTV dapat dihitung berdasarkan persamaan [2.22] dibawah ini:
in
2KD-4.3.1 Tekanan efektif rata-rata
Didefenisikan sebagai suatu tekanan yang dibayangkan bekerja pada
permukaan piston pada langkah kerja, sesuai dengan persamaan [2.23] yaitu:
d
v Wnett
mep=
Dengan nilai Wnett =1,1982kJ dan besarnya volume langkah
)
4.3.2 Daya indikator
Daya indikator adalah daya yang dihasilkan dalam silinder motor sehingga
merupakan basis perhitungan atau penentuan efisiensi pembakaran atau besarnya
laju panas akibat pembakaran di dalam silinder. Besarnya nilai daya indikator
(Ẃi) pada putaran 2000 rpm dapat dirumuskan sesuai dengan persamaan [2.24]
yaitu:
Berikut ini akan ditampilkan tabel dan grafik daya indikator hasil perhitungan.
Putaran Mesin (rpm) Daya Mesin (kW)
1000 9.985
1500 14.9775
2000 19.97
2500 24.9625
3000 29.955
3500 34.9475
4000 39.94
4500 44.9325
5000 49.925
Gambar 4.1 Grafik Daya Indikator Mesin
Keterangan:
Sesuai dengan Gambar 4.1 diatas dapat kita perhatikan bahwa seiring
dengan bertambahnya putaran mesin, otomatis akan meningkatkan daya indikator.
Hal ini secara terus menerus akan meningkat seiring dengan putaran mesin yang
Torsi yang dihasilkan dari sebuah mesin dapat diukur dengan
menggunakan dynamometre yang dikopel dengan poros output mesin. Oleh
karena sifat dynamometer yang bertindak seolah-olah seperti sebuah rem dalam
sebuah mesin, maka daya yang dihasilkan poros output ini sering disebut sebagai
daya rem (brake power) dan dapat dihitung sesuai dengan persamaan [2.25] yaitu:
Ẃb =
kW Nm
Nm
8667 , 41
det / 7 , 41866
200 60
2000 2
= =
× ×
×
= π
Dari data spesifikasi motor diesel Toyota Kijang Innova tipe 2KD-FTV,
didapatkan data-data sebagai berikut :
Output maksimum (N) : 75 kw @ 3600 rpm
Momen maksimum (T) : 200 N.m @ 1400 - 3400 rpm
Artinya adalah, torsi atau momen maksimum dicapai pada rentang putaran
mesin 1400 rpm sampai dengan 3400 rpm sebesar 200 Nm. Maka, dengan
demikian untuk putaran 2000 rpm didapatlah torsi atau momen sebesar 200 Nm.
Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat dalam Gambar 4.2 berikut ini.
Tabel 4.3 Torsi Mesin Putaran mesin Torsi
(rpm) (Nm)
1200 196
1400 200
1600 200
1800 200
2000 200
2200 200
2400 200
2600 200
2800 200
3000 200
3200 200
Untuk data hasil perhitungan daya mesin dapat dilihat pada tabel 4.4 di
bawah ini.
Tabel 4.4 Daya Mesin Putaran Mesin Daya Mesin
(rpm) (kW)
1200 24,6176 1400 29,3067 1600 33,4933 1800 37,6800 2000 41,8667 2200 46,0533 2400 50,2400 2600 54,4267 2800 58,6133 3000 62,8000 3200 66,9867 3400 70,7819
Grafik Daya Mesin vs Rpm
0,0000 10,0000 20,0000 30,0000 40,0000 50,0000 60,0000 70,0000 80,0000
Daya Mesin (kW)
P
Gambar 4.3 Grafik Daya Mesin
Keterangan:
Sesuai dengan Gambar 4.3 diatas dapat kita simpulkan bahwa putaran
mesin yang meningkat akan membuat daya mesin semakin bertambah. Hal ini
adalah hal yang wajar dimana ketika sebuah mesin mempercepat laju kendaraan
maka otomatis daya yang dibutuhkan akan semakin bertambah.
4.3.4 Konsumsi bahan bakar spesifik (Sfc)
Laju aliran bahan bakar sebesar 4,784375×10−5kg/det dan daya (Ẃb)
sebesar 41,8667 kW, maka konsumsi bahan bakar spesifik sesuai dengan
persamaan [2.26] pada putaran 2000 rpm adalah sebagai berikut:
Untuk hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.
Grafik Sfc vs Rpm
0
0,0000 50,0000 100,000 0
Sfc (gram /kW-jam )
P
Gambar 4.4 Grafik Konsumsi bahan bakar spesifik (Sfc)
Keterangan:
Sesuai dengan Gambar 4.4 diatas tampak bahwa seiring dengan putaran
mesin yang bertambah otomatis akan meningkatkan konsumsi bahan bakar. Hal
ini adalah hal yang wajar dimana ketika kita sebuah mesin bekerja lebih berat
4.3.5 Efisiensi mekanis
Merupakan perbandingan antara daya poros (Ẃb) dengan daya indikator
(Ẃi). Dengan daya poros (Ẃ b) sebesar 41,8667 kW dan daya indikator (Ẃi)
sebesar 79,88 kW, maka besarnya efisiensi mekanis dapat kita hitung dengan
menggunakan persamaan [2.27] yaitu:
Wi
4.3.6 Efisiensi Volumetrik
Merupakan indikasi sejauh mana volume sapuan (swept volume) mesin
tersebut dapat terisi fluida kerja. Dengan massa udara sebesar 2,870×10−4kg,
densitas udara 1,1614kg/m3, dan besar volume langkah 6,235×10−4m3, maka
efisiensi volumetrik dapat dihitung dengan persamaan [2.28] yaitu: