Persepsi Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan Pada Ibu Yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmas Sibande
Kabupaten Pak – Pak Bharat
Rizki Rahna Sari
Skripsi
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan sykur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-NYA sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian ini. Skripsi penelitian ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 dengan Judul “Hubungan seksual selama kehamilan pada ibu yang melakukan pemeriksaan
kehamilan di Puskesmas Sibande Kabupaten Pak – pak bharat“ Dalam penyusunan skripsi penelitian ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu perkenankan peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Ibu Erniyati, SKp, MNS, selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan maupun saran serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.
3. Bapak Mula Tarigan, SKp, M.Kes, selaku dosen penguji I . 4. Ibu Nur Afi Darti, SKp, M.Kep, selaku dosen penguji II.
5. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, selaku dosen pembimbing akademik saya yang
telah memberikan nasihat dan bimbingan selama masa perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Fakultas Keperawatan USU yang
telah memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama penulis dalam pendidikan.
8. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda serta keluarga besarku yang
telah memberikan dukungan baik segi moril maupun materil dan doa yang tulus untuk penulis.
9. Teman-teman S1 Keperawatan Ekstensi Pagi Fakultas Keperawatan USU angkatan 2010/2011 yang telah bekerja sama dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi penelitian ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi penelitian ini masih terdapat
kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan peneliti. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi penelitian ini.
Akhir kata kepada-NYA kita berserah diri semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dibidang kesehatan.
Medan, 20 Februari 2012
Peneliti
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan... i
Kata Pengantar... ii
Daftar Isi... iv
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 1
2. Perumusan Masalah... 3
3. Tujuan Penelitian... 3
4. Manfaat Penelitian... 3
4.1. Pendidikan Keperawatan... 3
4.2.Praktik Keperawatan... 3
4.3.Peneliti Selanjutnya... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Defenisi Gravidarum... 5
2. Hubungan Seksual... 6
2.1. Defenisi Seksual... 6
2.2.Fisiologis Seksual... 7
2.3.Hubungan Seksual Selama Kehamilan... 9
2.4.Faktor – Faktor Yang Menghambat Hubungan Seksual... 10
2.5. Cara Untuk Mempertahankan Hubungan Seksual... 13
2.7.Komplikasi Hubungan Seksual Dalam Kehamilan... 16
BAB III KERANGKA KONSEP 1. Kerangka Konseptual... 19
2. Defenisi Operasional... 20
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian... 21
2. Populasi dan Sampel... 21
2.1. Populasi... 21
2.2.Sampel... 22
3. Lokasi dan waktu Penelitian... 22
4. Pertimbangan Etik... 22
5. Instrumen Penelitian... 23
6. Validitas Penelitian... 24
7. Reliabilitas Penelitian... 24
8. Analisa Data... 24
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil... 25
5.1.1 Karakteristik Demografi... 25
5.1.4 Persepsi Ibu Yang Tidak Tahu Tentang Hubungan Seksual.... 31
5.2 Pembahasan... 33
5.2.1 Persepsi Ibu Yang Boleh Melakukan Hubungan Seksual... 34
5.2.2 Persepsi Ibu Yang Tidak Boleh Melakukan Hubungan Seksual
5.2.3 Persepsi Ibu Yang Tidak Tahu Melakukan Hubungan Seksual
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan... 42
Judul : Persepsi Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan Pada Ibu Yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmenas Sibande Kabupat Pak – Pak Bharat
Nama Mahasiswa : Rizki Rahna Sari
NIM : 101121057
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2012
Abstrak
Kehamilan merupakan suatu proses ketika kehidupan dimulai dan berkembang di dalam rahim seorang wanita. Selama kehamilan, pasangan suami istri dapat mengalami banyak perubahan, termasuk dalam hubungan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ibu hamiltentang hubungan seksual selama kehamilan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel dalam perolehan ini sebanyak 43 responden. Penentuan jumlah sampel dengan tekhnik Convenience Sampling. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Juli sampai Agustus dengan menggunakan kuesioner yang berisi data, demografi dan pertanyaan mengenai hubungan seksual pada ibu selama kehamilan yang terlebih dahulu diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas (KR – 21).Hasil penelitian menunjukkan, responden yang melakukan hubungan seksual selama kehamilan, mengatakan bahwa hubungan seksual selama kehamilan dapat menjaga keselarasan dalam hubungan suami istri. Pada responden yang tidak boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan memilih alternatif lain seperti berciuman dan berpelukan. Sedangkan responden yang tidak tahu tentang hubungan seksual selama kehamilan, sebenarnya dapat melakukan hubungan seksual dan mayoritas tidak ada yang menjadi penghalangnya.Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada mahasiswa keperawatan dan bagi praktik keperawatan lebih memahami tentang hubungan seksual selama kehamilan sehingga perawat mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil secara komprehensif.
Judul : Persepsi Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan Pada Ibu Yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmenas Sibande Kabupat Pak – Pak Bharat
Nama Mahasiswa : Rizki Rahna Sari
NIM : 101121057
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2012
Abstrak
Kehamilan merupakan suatu proses ketika kehidupan dimulai dan berkembang di dalam rahim seorang wanita. Selama kehamilan, pasangan suami istri dapat mengalami banyak perubahan, termasuk dalam hubungan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ibu hamiltentang hubungan seksual selama kehamilan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel dalam perolehan ini sebanyak 43 responden. Penentuan jumlah sampel dengan tekhnik Convenience Sampling. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Juli sampai Agustus dengan menggunakan kuesioner yang berisi data, demografi dan pertanyaan mengenai hubungan seksual pada ibu selama kehamilan yang terlebih dahulu diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas (KR – 21).Hasil penelitian menunjukkan, responden yang melakukan hubungan seksual selama kehamilan, mengatakan bahwa hubungan seksual selama kehamilan dapat menjaga keselarasan dalam hubungan suami istri. Pada responden yang tidak boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan memilih alternatif lain seperti berciuman dan berpelukan. Sedangkan responden yang tidak tahu tentang hubungan seksual selama kehamilan, sebenarnya dapat melakukan hubungan seksual dan mayoritas tidak ada yang menjadi penghalangnya.Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada mahasiswa keperawatan dan bagi praktik keperawatan lebih memahami tentang hubungan seksual selama kehamilan sehingga perawat mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil secara komprehensif.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses ketika kehidupan dimulai dan
berkembang di dalam rahim seorang wanita yang akan lahir tumbuh dan berkembang menjadi manusia. Selama masa kehamilan pasangan suami istri dapat
mengalami banyak perubahan, terutama dalam berhubungan seksual. Perubahan hubungan seksual ini berupa penurunan kenikmatan dan gairah seksual. Perubahan ini berkaitan dengan pemahaman pasangan suami istri dalam
berhubungan seksual (Eisenberg, 1996).
Pemahaman suami istri tentang berhubungan seksual selama kehamilan
akan dapat meredakan ketakutan dan keemasannya. Sehingga pasangan tersebut dapat melakukan hubungan seksual dengan tenang (Eisenberg, 1996). Tetapi kebanyakan wanita malu untuk menanyakan masalah yang berhubungan dengan
seks selama kehamilan. Mereka merasa bahwa tenaga medis di klinik dan rumah sakit akan menyangka sesuatu telah terjadi sehubungan dengan pertanyaan
tersebut. Padahal itu dapat membantu mereka bila terdapat masalah dalam aktivitas seksualnya (Close, 1998).
Menurut Eisenberg (1996), beberapa pasangan akan mengalami penurunan
kesembilan. Demikian pula pada minggu ke 12 kehamilan, kira – kira satu dari 10
pasangan sama sekali tidak melakukan hubungan seksual, memasuki bulan kesembilan sepertiga menjadi pantang seksual. Tetapi ada juga wanita yang dapat melakukan hubungan seksual selama kehamilan tanpa ada masalah.
Selama trimester ketiga, ketidakyamanan fisik biasanya meningkat kembali. Hal ini dapat dihindari dengan mencari posisi yang nyaman dalam
melakukan hubungan seksual. Posisi wanita diatas (Mariana, 2004) dan posisi duduk dapat menjadi pilihan pasangan sehingga wanita dapat mengontrol kedalaman penetrasi (Ningsih, 2007).
Pada kasus – kasus kehamilan tertentu, ibu hamil dilarang atau harus membatasi untuk melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Kasus – kasus
kehamilan tersebut antara lain: riwayat kelahiran prematur,keluar cairan dari vagina yang diketahui penyebabnya, penyakit menular seksual, plasenta previa dan lain – lain (fatiia, 2007).
Mengingat pentingnya peranan hubungan seksual dalam keharmonisan rumah tangga maka diperlukan pengetahuan dalam hubungan seks terutama
selama hamil. Pengetahuan juga diperlukan untuk suatu proses perubahan perilaku. Berdasarkan uraian dan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengidentifikasi persepsi ibu hamil tentang hubungan seksual
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi ibu tentang hubungan seksual selama kehamilan”.
1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Persepsi
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan “Persepsi ibu tentang hubungan
seksual selama kehamilan” 1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam lingkup bahasan ajar yang akan disampaikan dalam mata kuliah
keperawatan maternitas.
1.4.2 Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
pengetahuan bagi perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil secara komprehensif.
1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berharga bagi peneliti, sehingga dapat menerapkan penelitian ilmiah yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Ibu Hamil (Gravida)
Gravida adalah wanita yang sedang hamil. Keadaan kesehatan ibu
hamil sangat memepengaruhi kehidupan janin. Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu hamil harus mempunyai kesehatan yang optimal.
Menurut Manuaba (1998) Gravida terbagi atas dua bagian yaitu:
a. Primigaravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Ciri – cirinya adalah payudara tegang, puting susu runcing, perut tegang
menonjol, striase livide, perineum utuh, vulva menonjol, hymen perforatus, vagina sempit, dengan rugae, portio runcing dan tertutup.
b. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil dan melahirkan bayi cukup
bulan. Ciri – cirinya adalah payudara lembek dan bekas dan menggantung, puting susu tumpul, perut lembek dan menggantung, striase livide dan
ablikan, perineum terdapat bekas robekan, vulva terbuka,
karunkulemirtiformis, vagina longgar tanpa rugae, portio tumpul dan
2.2 Hubungan Seksual
2.2.1 Defenisi
Hubungan seksual adalah aktivitas seksual yang berkaitan dengan sistem reproduksi yang melibatkan gamet pria dan wanita (Dorland,2002).
Selain itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), hubungan seksual adalah yang berhubungan dengan persetubuhan antara pria dan wanita.
2.2.2 Fisiologi Seks
Kehidupan seks yang bahagia dan memuaskan selalau didambakan oleh setiap pasangan suami – istri. Keinginan itu tetap ada pada mereka
walaupun pada saat hamil. Menurut Derek (2000), aktivitas seksual yang sempurna berlangsung melalui empat fase reaksi seksual yaitu:
a. Fase Kenikmatan atau bangkitnya gairah, Fase ini dimulai dari hubungan kontak tubuh dengan pria, bukan oleh rangsangan seksual, meskipun pandangan terhadap pria yang menarik bisa memainkan
peranan. Bangkitnya gairah seksual bervariasi tergantung waktu. Banyak wanita mengalami minat seksual yang tinggi pada saat – saat
tertentu, seperti pada pertengahan siklus atau sebelum dan selama haid. Tetapi tidak ada pola yang konsisten dapat ditentukan. Fase kenikmatan seorang wanita tergantung pada kelambatan mencapai
pembuluh darah yang membentuk benjolan halus. Perubahan ini
beragam tingkatannya dari satu wanita ke wanita lain.
b. Fase Plateu, pada fase ini wanita akan merasakan penis bereaksi di dalam vaginanya. Banyak wanita mengatakan, bagian yang
menyenangkan dari hubungan seksual, terpisah dari orgasme itu sendiri adalah perassan ketika penis memasuki vagina. Jika wanita
tidak mengalami orgasme ketika melakukan hubungan seksual, wanita tersebut mungkin menginginkan pria membantunya mencapai orgasme dengan mengusap daerah klitoris secara lembut dan mengusap dengan
lidah dan bibir yang disebut dengan cunilingus. Wanita mungkin lebih senang mengalami orgasme sebelum mereka memulai senggama atau
setelah pria mengalami ejakulasi, tergantung dari suasana hati mereka berdua.
c. Fase Orgasme. Orgasme disebabkan oleh suatu refleks. Rangsangan di
daerah klitoris baik secara langsung ketika wanita bermasturbasi, atau dirangsang secara tidak langsung oleh gerakan penis ketika masuk
kedalam vagina. Setiap orang merasa dan menerima orgasme secara berbeda. Penjelasan yang diberikan beberapa wanita menunjukkan, orgasme adalah perasaan nikmat yang tertinggi dari bangkitnya nafsu
seks. Perasaan ini biasanya dimulai dibagian pinggul, kemudian menyebar keseluruh tubuh. Selama orgasme perasaan wanita berpusat
ketegangan mental dan kelegaan. Hampir setiap wanita dapat mencapai
orgasme dengan bermasturbasi, atau dengan rileks dan yakin terhadap hubungannya untuk memberitahu pasangan tentang kebutuhan, sehingga dapat membantu mencapai orgasme dengan perangsangan.
d. Fase Resolusi. Pada pria dan wanita, kontraksi otot konklusif dan kenikmatan orgasme diikuti dengan relaksasi. Tetapi berbeda dengan
penis pria, biasanya klitoris tidak mengendur dan beberapa wanita dapat mencapai satu orgasme setelah orgasme yang lain, tanpa selingan. Banyak wanita merasa cukup dengan hanya satu orgasme.
Dalam lima sampai sepuluh menit pertama dari fase resolusi, jaringan vagina dan vulva kehilangan cairan yang akan membasahi vagina.
Tetapi jika wanita dirangsang kembali secara seksual, maka dia dapat terangsang dan mengalami orgasme yang lain dengan jarak waktu yang lebih pendek dari pada pria. Sebaliknya, jika wanita dirangsang
pada fase plateau tetapi tidak dibantu mencapai orgasme, maka fase resolusi sering menjadi lama dan ketegangan jaringan vagina lambat
2.2.3 Hubungan Seksual Selama Kehamilan
Hubungan seksual mempunyai peranan dalam pernyataan perasaan kasih sayang, rasa aman, dan tenang, kebersamaan, kedekatan perasaan dalam
hubungan suami istri. Tetapi jangan menjadikan hubungan seks memegang peranan paling berkuasa dalam keselarasan hubungan suami istri. Pasangan suami istri dapat menyatakan perasaan kasih sayang dengan saling bertukar
pikiran (komunikasi), berpelukan, ciuman, atau pun pijatan tanpa harus melakukan hubungan seksual (Suririnah, 2004). Selain itu, pasangan dapat mencari alternatif lain dengan mandi air hangat, makan malam romantis atau
apapun yang sama – sama membuat pasangan senang (Fatia, 2007).
Selama tidak ada larangan dari dokter kandungan dan kehamilan yang
tidak beresiko, pasangan suami istri dapat melakukanhubungan seksual hingga menjelang persalinan. Dengan tetap menikmati hubungan seksual pasangan suami istri dapat saling berbagi rasa takut maupun kekhawatiran serta stress
yang mungkin muncul selama kehamilan ( Close,1998).
Seperti yang dikemukakan oleh Ningsih (2007), tidak sedikit wanita
hamil justru merasa kenikmatandan kepuasan luar biasa dibandingkan semasa tidak hamil. Bahkan sebagian wanita hamil mengaku dapat mencapai orgasme multipel dengan mudah. Hal ini dapat terjadi karena hormon wanita dan
hormon kehamilan mengalami peningkatan. Sehingga menyebabkan perubahan pada sejumlah organ tubuh (payudara dan organ reproduksi)
Dengan memahami pengaruh kehamilan terhadap prilaku seksual, dan
trhadap kehamilan diharapkan tidak terjadi masalah antara suami istri. Hal penting yang selalu diingat adalah bahwa hubungan seksual dilakukan untuk kepentingan bersama. Sehingga diperlukan saling pengertian atas dasar saling
mengasihi (Pangkahila 2002).
2.2.4 Faktor – faktor yang menghambat Hubungan Seksual
Menurut Eisenberg (1996), banyak sekali perubahan fisik yang mempengaruhi gairah kenikmatan seksual, baik yang bersifat positif maupun negatif. Namun untuk beberapa faktor yang membuat pasangan harus
membiasakan diri dengan keadaan tersebut, yaitu:
a. Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila serangan mual hanya
terjadi pada waktu – waktu tertentu, gunakanlah saat waktu tenang untuk berhubungan seksual.
b. Keletihan dapat mempengaruhi hasrat untuk bercinta. Hal ini dapat
diatasi dengan tidur siang diseljgi acara bercinta dengan pasangan anda.
c. Perubahan fisik tubuh, bercinta pada waktu hamil dapat menjadi kaku dan tidak nyaman karena terhalang oleh perut yang membesar. Bentuk tubuh wanita yang berubah dapat membuat pasangannya menjadi tidak
bergairah. Anda harus dapat mengatasi perasaan ini dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa perut besar itu
kurang memuaskan (terutama pada waktu hamil tua), karena terasa
“penuh” pada vagina setelah orgasme sehingga membuat wanita merasa seolah tidak puas. Bagi pria, menyempitnya alat kelamin wanita dapat meningkatkan kenikmatan atau mengurangi gairahnya
karena penis terasa terjepit sehungga kehilangan ereksinya. Keluarnya kolostrum. Pada akhir kehamilan beberapa wanita mulai memproduksi
kolostrum. Kolostrum ini dapat “bocor” karena adanya rangsangan seksual pada payudara.
d. Takut menyakitkan janin menyababkan keguguran. Pada kehamilan
yang normal hubungan seksual tidak akan menyebabkan keguguran karena janin terlindungi dari bantalan amnion dan rahim. Takut bahwa
orgasme akan merangsang terjadinya keguguran atau persalinan dini. Pada saat orgasme uterus akan mengalami kontraksi, tetapi ini bukan tanda persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan
normal. Tapi orgasme yang kuat yang ditimbulkan masturbasi dilarang pada kehamilan beresiko tinggi terhadap keguguran dan
kelahiran prematur.
e. Kecemasan yang akan datang, calon ibu dan ayah dapat mengalami perasaan yang campur aduk dalam menghadapi peristiwa persalinan,
pemikiran tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan biaya emosional untuk membesarkan seorang anak,
f. Perubahan pada cairan vagina. Bertambahnya pelicin ini dapat
membuat hubungan seksual menjadi lebih nikmat bagi pasangan yang cairan vaginanya kering atau terlalu sempit. Tetapi dapat juga membuat saluran vagina menjadi terlalu basah dan licin sehingga
pasangan prianya sulit untuk mampertahankan ereksi.
g. Kemarahan yang tidak disadari dari calon ayah terhadap ibu karena
cemburu bahwa istrinya sekarang menjadi pusat perhatian atau pun sebaliknya, karena wanita merasa bahwa dirinya harus menanggung penderitaan selama kehamilan (terutama jika ditemukan komplikasi).
h. Perdarahan yang disebabkan oleh kepekaan leher rahim. Selama kehamilan leher rahim menjadi sempit dan lebih lunak. Ini berarti
bahwa penetrasi yang dalam kadang- kadang menyebabkan perdarahan, terutama pada kehamilan tua.
i. Takut menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun ke rongga
panggul. Pada sebagian pasangan dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama kehamilan, ibu dapat menjadi tegang karena janin
yang sudah dekat. Ibu dan suami tidak akan menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi yang dalam.
j. Mitos bahwa hubungan seksual pada enam minggu terakhir kehamilan
akan menyebabkan dimulainya proses melahirkan. Kontraksi yang disebabkan oleh orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua.
meningkatnya jumlah kelahiran prematur pada pasangan yang sering
melakukan hubungan seksual pada minggu – minggu terakhir kehamilan, maka sering kali dokter menganjurkan pantang hubungan seksual pada wanita dengan kehamilan beresiko kehamilan beresiko
kelahiran prematur.
2.2.5 Cara Untuk Mempertahankan Hubungan Seksual
Menurut Eisenberg (1996), hubungan seksual yang baik dan tahan lama, seperti hubungan pernikahan yang baik dan tahan lama, tidak akan bisa dibangun dalam satu hari (satu malam yang sangat indah sekalipun). Hubungan ini tumbuh
bersamaan dengan pengalaman, kesabaran, saling pengertian dan cinta. Begitu pula dengan hubungan seksual selama kehamilan, yang mengalami banyak
tekanan fisik dan emosional. Berikut ini ada beberapa cara untuk mempertahankan hubungan seksual selama kehamilan, yaitu:
a. Jangan tergantung dari keharusan dan berapa seringnya anda melakukan
hubungan seksual. Kualitas dari hubungan seksual jauh lebih penting dari jumlahnya, terutama selama hamil.
b. Lebih menekankan cinta dari pada permainan cinta. Bila salah satu pasangan tidak ingin melakukan hubungan seksual atau hubungan ini menimbulkan frustasi karena tidak memuaskan, maka temukan cara lain
untuk mempertahankan keintiman, misalnya: berciuman atau mencium leher, bergenggaman tangan, mengusap punggung, memijat kaki,
c. Bicarakan setiap masalah secara terbuka, jangan disembunyikan atau
dianggap tidak ada. Bila masalahnya terlalu besar untuk anda tangani sendiri , mintalah bantuan keluarga.
d. Berpikir secara positif, hubungan seksual adalah persiapan fisik yang baik
untuk persalinan.
e. Jika selama ibu hamil telah mendapat larangan dari dokter, bidan, &
perawat tentang hubungan seksual, maka anda juga akan mendapat kepuasan tersendiri di dalam melakukan hubungan seksual walaupun tanpa mencapai klimaks dan itu juga akan dialami oleh pasangan ibu juga.
f. Mencoba posisi berhubungan seksual yang nyaman selama kehamilan.
2.2.6 Posisi–Posisi Dalam Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan
Mengatur posisi yang nyaman saat berhubungan seksual dapat mengurangi
keluhan saat bersenggama. Posisi ini akan mempermudah pasangan memberikan rangsangan pada daerah – daerah sensitif. Dengan demikian, gairah bercinta
semakin membara dan tetap terjaga hingga akhir aktivitas senggama. (Indarti,2004).
Menurut Westheimer(2002), posisi yang tepat dalam berhubungan seksual adalah:
Pria menindih wanita dari atas saling berhadapan. Posisi ini masih bisa
digunakan pada trimester pertama dan kedua. Tetapi si pria harus menahan berat badannya agar tidak menekan perut si istri.
b. Saling berhadapan, Istri di atas
Suami berbaring telentang, sedangkan istri setengah jongkok di atasnya dan membantu memasukkan kemaluan suami ke dalam vagina. Istri
menahan berat badannya sendiri dengan lengan, atau duduk di atas pangkal paha suami. Suami berbaring mengangkat tubuh dengan lengan, atau melingkarkan tangan di sekeliling pinggang istri. Posisi ini yang
paling nyaman untuk ibu hamil, karena perut istri terhindar dari tekanan badan suami dan istri dapat mengontrol seberapa dalam penis berpenetrasi
ke dalam vagina, sehingga mengurangi iritasi pada servik.
c. Posisi penetrasi dari belakang
Wanita menahan berat badannya dengan kedua tangan, tapi tangan dan
payudaranya diletakkan di pinggir tempat tidur dan lututnya dialasi dengan bantal. Pria berlutut di lantai yang memungkinkannya untuk mengontrol
dalamnya penetrasi dengan baik. Posisi ini akan lebih nyaman pada bulan – bulan terakhir kehamilan.
d. Posisi Dr.Ruth dan Dr.Amos
Posisi ini dapat digunakan selama kehamilan. Saat penetrasi tidak akan
ada tekanan pada perut istri dan mereka dapat bergerak dengan bebas.
Selama posisi – posisi di atas, posisi hubungan seksual yang juga baik
selama kehamilan (Suririnah,2004) adalah : 1) Posisi Duduk
Suami duduk di kursi atau tepi tempat tidur, memangku istri dan saling
berhadapan, kemaluan suami di dalam vagina istri, lengan saling merangkul. Posisi ini biasanya pada kehamilan pertengahan atau lanjut dimana tidak memerlukan banyak gerakan dan wanita dapat mengontrol
kedalaman penetrasi.
2) Posisi berlutut atau berdiri
Dengan agak melipat lutut, suami dapat memasukkan penis dari belakang. Istri melingkarkan lengannya pada leher dan melingkar kaki suami antra kedua pahanya. Posisi ini juga sesuai untuk dilakukan pada saat perut anda
sudah besar, atau saat anda tidak dapat berperan aktif lagi selama bercinta.
2.2.7 Komplikasi Hubungan Seksual Pada Kehamilan
Wanita yang pernah mengalami keguguran, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual dan masturbasi sampai mencapai orgasme terutama selama 3 – 4 bulan pertama, karena dapat menimbulkan gerakan rahim yang justru lebih
MenurutWestheimer (2002), ibu hamil tidak boleh melakukan
hubungan seksual pada kasus kehamilan sebagai berikut:
Placenta previa, karena dapat mengganggu placenta dan potensial
menimbulkan pendarahan dan kelahiran prematur. Jika posisi placenta
tidak berubah hingga trimester ketiga, bayi akan dilahirkan dengan operasi Caesar.
Afasmen dan dilatasi cerviks, Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
serviks yang mengalami efasmen atau dilatasi dalam awal kehamilan, memiliki resiko besar melahirkan bayi prematur. Walaupun kebanyakan
peneliti tidak meyakinkan, penetrasi ke dalam vagina secara teori dapat menimbulkan infeksi, pecahnya kantong amnion. Jika dokter melarang
anda berhubungan seks, diskusikan semua faktor di atas dan tanyakan apakah boleh berhubungan seks menggunakan kondom.
Cerviks lemah, berarti cerviks tidak cukup kuat menahan kehamilan
hingga saat persalinan tiba. Wanita yang telah didiagnosa memiliki kandungan yang lemah membutuhkan operasi yang disebut stitch.
Walaupun tidak ada bukti ilmiah bahwa hubungan seks bisa membahayakan, kebanyakan dokter sepakat untuk membatasi hubungan seks jika terdapat jahitan pada rahim anda.
Pendarahan, khususnya jika kehamilan anda belum memasuki minggu
ke - 37 dari kehamilan, dokter akan menyarankan ibu hamil untuk puasa
lagi dan khusus nya setelah hubungan seks, dokter akan menyarankan
anda untuk sama sekali tidak berhubungan seks.
Cairan amniotik bocor atau ketuban pecah, karena hubungan seks pada
kondisi ini menambah resiko infeksi.
Selain itu, paangan suami istri juga tidak boleh melakukan hubungan seksual pada kasus – kasus kehamilan seperti : Riwayat kelahiran prematur, keluar
cairan dari vagina yang tidak diketahui penyebabnya, suami atau istri yang menderita penyakit menular (Suririnah,2004), pasangan tidak menemukan posisi hubungan seksual yang nyaman, nyeri saat berhubungan seksual, janin multiple
(Curtis,1999).
Pengertian Persepsi
Persepsi Merupakan proses akhir dari pengamatanyang diawali oleh
proses penginderaan, yaitu proses yang diterima stimulus oleh alat indra,
kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Sunaryo, 2004).
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konseptual
Hubungan seksual dapat dilakukan selama kehamilan ibu dalam kondisi
baik, kecuali ibu mengalami masalah pada kehamilannya hal ini bertujuan untuk menggambarkan persepsi ibu. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi adalah
Faktor fungsional yang dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan, pelayanan, dan pengalaman; Faktor struktural yang dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf individu; Faktor situasional yang berkaitan
dengan bahasa non verbal ; Faktor personal yang terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian. Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti variabel
persepsi ibu tentang hubungan seksual selama kehamilan.
Skema I : Persepsi Hubungan Seksual Selama KehamilanKeterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Ibu Hamil
Hubungan Seksual Selama Kehamilan:
3.2 Defenisi Operasional
Persepsi tentang hubungan seksual selama kehamilan adalah pendapat, pengalaman seorang ibu yang sedang hamil didalam melakukan hubungan seksual
selama kehamilan.
No
Variabel
Defenisi
Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Persepsi Pendapat ibu tentang
hubungan seksual selama
kehamilan
Kuesioner Yang
terdiri dari 24
pertanyaan,
1. Boleh 2. Tidak
Boleh 3. Tidak
Tahu
Nominal
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam
melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Desain yang digunakan dalam penelitan ini adalah desain penelitian deskriptif. Desain penelitian deskriptif
adalah penelitian yang hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan, bukan untuk menguji hipotesis tertentu (Arikunto, 2000). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan persepsi Hubungan Seksual
Selama Kehamilan kepada ibu hamil di Puskesmas Kabupaten Pak – Pak Bharat.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh subyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
hamil yang memeriksakan kehamilannya di puskesmas, selama periode penelitian berlangsung jumlah nya adalah 278 orang. Tetapi data yang didapat oleh peneliti
tidak tercatat dengan akurat, melainkan didapat dari para tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas sibande tersebut.
4.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah obyek yang sebagian diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2005), Sampel
yang diambil oleh peneliti sebanyak 43 responden di puskesmas Sibande kabupaten pak – pak bharat, yang dihitung berdasarkan (Arikunto, 2002), yang berdasarkan 10 – 25%. Tekhnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Convenience Sampling
4.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kabupaten pak – pak Bharat dengan pertimbangan bahwa di Puskesmas tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai Hubungan Seksual Selama Kehamilan yang di berikan pada ibu hamil
dan proses pengambilan data dilaksanakan pada Juli sampai Agustus 2011.
4.4 Pertimbangan Etik
Proses penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangan prinsip – prinsip
etik, yaitu Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dengan mendatangani informed consent. Informed consent adalah lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Lembar informed consent ini diberikan setelah subyek mendapatkan penjelasan dan proses penelitian yang bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.
responden, baik resiko fisik maupun resiko psikologis, kerahasiaan catatan
mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada pengumpulan data, hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya data tertentu saja yang dilaporkan
sebagai hasil penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti mengenai pada konsep dan teori yang di uraikan dalam tinjauan pustaka bagian kueisioner dibedakan menjadi 2 yaitu : Karakteristik
Demografi dan persepsi ibu hamil tentang hubungan seksual selma kehamilan.
4.5.1 Karakteristik Demografi mengeksplorasi umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, usia kehamilan, sumber informasi.
4.5.2 Persepsi ibu hamil tentang hubungan seksual selama yang berbentuk multiple choice. Responden cukup memilih jawaban yang menurutnya benar.
Kuisioner terdiri dari 24 pertanyaan, yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu: satu pertanyaan dengan jawaban boleh, tidak boleh, dan tidak tahu.
4.6 Uji Validitas dan Uji Reabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui derajat atau kemampuan suatu instrumen untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.
Keperawatan USU. Keterbataan yang ada juga menyebabkan peneliti hanya dapat
melakukan uji reliabilitassetelah pengumpulan data dilakukan.
4.7 Analisa Data
Setelah data terkumpul dilakukan analisa data diawali dengan tahapan
editing atau mengecek dan memastikan bahwa kuisioner telah diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk. Kemudian dilanjutkan dengan koding dan
memberi kode atau angka tertentu pada kuisioner untuk mempermudah dalam menganalisa data dan data tersebut dapat diproses.
Analisa data menggunakan analisa univariat sesuai dengan desain
penelitian yaitu desain deskriptif. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer, dengan statistik deskriptif yang ditampilkan dalam
bentuk frekuensi dan persentase (%).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Septembet 2011 dan
diperoleh 43 ibu hamil yang periksa kehamilan di Puskesmas Sibande Kabupaten Pak – pak Bharat. Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian tentang hubungan
seksual selama kehamilan serta pembahasannya.
5.1.1 Karakteristik Demografi
Deskriptif demografi respondenyang diuraikan mencakup usia, agama,
pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, usia kehamilan dan sumber informasi tentang seks selama kehamilan. Pada tabel 5.1 terlihat sebagian besar usia responden
17-24 tahun sebanyak 14 responden (32,6%), usia 25-32 tahun sebanyak 19 responden (44,1%), dan usia 33-40 10 responden (23,3%). Mayoritas beragama islam sebanyak 27 responden (62,8%) dan sebagian besar tingkat pendidikan
responden adalah SMU sebanyak 21 responden (48,8%). Sebanyak 29 responden (67,4%) bekerja sebagai ibu rumah tangga, mayoritas responden memiliki anak ≥
satu orang yaitu sebanyak 29 orang (67,4%). Sebagian besar usia kehamilan responden ≥ 7 – 9 bulan sebanyak 19 (44,2%), responden yang menerima informasi tentang seks dari keluarga sebanyak 31 responden (72,1%). Distribusi
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakter Responden (n = 43 orang)
No. Data Demografi Jumlah (Orang) Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Umur 17-24 tahun 25-32 tahun 33-40 tahun Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Pendidikan SD SMP SMU Akademi/Perguruan tinggi Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Pegawai Negri Sipil Jumlah Anak Belum Ada
≥ 1 orang
Usia Kehamilan
≥ 1-3 bulan
≥ 4-6 bulan
≥ 7-9 bulan
5.1.2 Persepsi Ibu Hamil Yang Boleh Melakukan Hubungan Seksual Kehamilan Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n = 20)
Hasil penelitian yang diperoleh peneliti bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 9 responden (45 %) mengetahui bahwa hubungan seksual selama
kehamilan dapat menjaga keselarasan hubungan suami istri dan 7 responden (35 %) responden menjawab untuk menjalankan kewajiban istri. Seluruh responden mencoba posisi hubungan seksual yang nyaman untuk mempertahankan hubungan
seksual yang nyaman selama kehamilan. Tetapi sebanyak 16 responden (80%) malas melakukan hubungan seksual apabila mengalami keletihan.
Sebanyak 10 responden (50%) menjawab kualitas hubungan seksual serta posisi
wanita di atas dan pria di bawah sangat penting untuk diperhatikan dalam berhubungan seksual. Sebagian besar responden (50%) merasa rahimmnya
mengejang dalam waktu yang singkat saat mencapai “klimaks” dan sebanyak 13 responden (65%) melarang suaminya untuk menekan perutnya ketika berhubungan seksual. Distribusi frekuensi dan persentase persepsi ibu hamil yang
boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan dapat dilihat pada tabel 5.2 di halaman selanjutnya.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase persepsi ibu hamil
yang boleh melakukan hubungan seksual selama
kehamilan (n=20).
No
Pertanyaan
Frekuensi
Persentase
1.Alasan ibu harus melakukan hubungan seksual selama kehamilan:
a. Hanya untuk mendapatkan anak 4 (20%) b. Menjaga keselarasan dalam 9 (45%) hubungan suami istri
c. Menjalankan kewajiban istri 7 (35%) 2.Menurut ibu, apa fungsi hubungan
seksual selama kehamilan?
a.Mengurangi steres yang muncul 14 (70%) selama kehamilan
b.Hanya untuk menyalurkan gairah seks 0 0 c.Meneruskan keturunan 6 (30%) 3.Bagaimana cara ibu untuk mempertahankan
hubungan seksual selama kehamilan?
a.Bermesraan di tempat terbuka 0 0 b.Mencoba posisi hubungan seksual yang 20 (100%) nyaman
c.Berhias sebelum melakukan hubungan 0 0 seksual.
4.Apa yang dapat menyebabkan ibu malas untuk berhubungan seksual selama kehamilan?
a.Tidak suka melihat suami 2 (100%) b.Tidak tahan dengan bau badan suami 2 (100%)
5.Apa yang lebih penting saat ibu melakukan hubungan seksual?
a.Kualitas hubungan sekshubungan seksual 10 (50%) b.Jumlah atau frekuensi dalam melakukan 3 (15%) seksual
c.Posisi dalam melakukan hubungan seksual 7 (35%)
6.Posisi hubungan seksual yang ibu lakukan selama kehamilan?
a.Posisi duduk 2 (10%)
b.Wanita diatas dan pria di bawah 10 (50%) c.Wanita dibawah dan pria diatas 8 (40%)
7.Apa yang menjadi keluhan mengganggu Pada saat ibu melakukan hubungan seksual?
a.Terasa kejang dalam waktu yang lama 1 (5%) b.Terasa kejang dalam waktu singkat 10 (50%) c.Tidak terjadi perubahan 9 (45%)
8.Menurut ibu apa yang harus dihindari Suami saat melakukan hubungan seksual?
a.Memasukkan cairan mani kedalam vagina 4 (35%) b.Melakukan hubungan seksual tanpa pemanasan 3 (15%)
c.Menekan perut saya 13 (65%)
5.1.3 Persepsi Ibu Hamil Yang Tidak Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n=13)
Hasil penelitian yang diperoleh peneliti bahwa sebagian besar responden
(46%) tidak melakukan hubungan seksual sejak dokter, perawat, bidan menemukan masalah dengan kehamilannya sampai masalah tersebut dapat diatasi.
Lebih dari setengah justru keluarga dan dukun bayi yang melarang agar reponden (76%) memilih berpelukan dan berciuman untuk menyatakan kasih sayang tanpa harus melakukan hubungan seksual.
Sebanyak sembilan orang (62,9%) dapat mempertahankan hubungan selama kehamilan ini dengan membicarakan setiap masalah yang ada secara
terbuka. Sebagian besar responden (53,8%) menjawab bahwa suaminya tidak boleh memasukkan kemaluannya terlalu dalam ke vagina saat kepala janin sudah semakin turun atau satu bulan terakhir kehamilan. Responden (76,9%) juga tidak
melakukan hubungan seksual apabila keluar darah / cairan dari vagina yang tidak diketahui penyebabnya. Distribusi frekuensi dan persentase persepsi ibu hamil
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Persentase Persepsi Ibu Hamil Yang Tidak Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n=13).
No. Pertanyaan Frekuensi Persentase 1.
2.
3.
4.
5.
Alasan ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual saat hamil?
a. Agar tidak mengganggu 3 (23,1%) perkembangan bayi
b. Ada masalah dengan 6 (46,1%) kehamilan saya5
c. Agar tidak menyakiti janin 4 (30,8%) Kapan ibu dilarang melakukan
hubungan seksual selama kehamilan?
a. Diketahui hamil 3 (23,1%) b. Dokter / bidan menemukan 6 (46,1%) masalah pada kehamilan saya
c. Mulai Usia Kehamilan 7 bulan 4 (30,8%) Sampai kapan ibu tidak boleh melakukan
hubungan seksual selama kehamilan ini?
a. Sampai melahirkan 4 (30,8%) b. Sampai Masalah pada kehamilan 6 (46,1%) saya teratasi
c. Usia Kehamilan 8 bulan 3 (23,1%) Siapa yang melarang ibu untuk tidak
melakukan hubungan seksual selama kehamilan ini?
a. Dukun Bayi 3 (23,1%) b. Keluarga 0 0 c. Dokter kandungan atau bidan 10 (76,9%) Alternatif pengganti yang Ibu dan
suami dapat menyatakan kasih sayang tanpa harus melakukan hubungan seksual dengan cara?
6
7.
8.
Upaya ibu lakukan agar dapat mempertahankan hubungan seksual selama kehamilan ini?
a. Membicarakan setiap masalah 9 (62,9%) secara terbuka
b. Bermesraan sebelum tidur 3 (23,1%) c. Menghias diri untuk menarik 1 (7,7%) perhatian suami.
Menurut ibu ketika kapan suami tidak boleh melakukan memasukkan kemaluannya terlalu dalam?
a. Setiap berhubungan seksual 1 (7,7%) b. Saat kepala janin sudah semakin 7 (53,8%) turun atau 1 bulan terakhir kehamilan
c. Selama 3 bulan pertama kehamilan. 5 (38,5%)
Kapankah sebaiknya ibu tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan?
a. Keluarnya darah / cairan dari 10 (76,9%) b. vagina yang tidak diketahui 1 (7,7%) penyebabnya
Mual dan muntah
c. Perut istri yang semakin membesar 2 (15,4%)
5.1.4
Persepsi Ibu Hamil Yang Tidak Tahu Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n= 10)
Hasil penelitian yang diperoleh peneliti bahwa sebanyak delapan responden (80,0%)
ibu hamil yang tidak tahu tentang hubungan seksual selama kehamilan dapat dilihat pada
[image:41.595.107.542.245.770.2]tabel 5.4 berikut:
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Persepsi Ibu Hamil Yang Tidak Tahu Tentang Hubungan Seksual Selama Kehami (n = 10)
No. Pertanyaan Frekuensi Persentase
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Aktifitas seksual adalah sikap dan keinginan yang berkaitan dengan hubungan seksual?
a. Ya 6 (60%) b. Tidak 4 (40%)
Apakah ibu melakukan hubungan seksual selama hamil ini?
a. Ya 7 (70%) b. Tidak 3 (30%) Adakah yang menjadi penghalang ibu
dalam melakukan hubungan seksual?
a. Ya 8 (80%) b. Tidak 2 (20%) Adakah yang memberikan informasi
tentang hubungan seksual selama kehamilan pada ibu?
a. Ya 8 (80%) b. Tidak 2 (20%)
Ibu yang pernah mengalami keguguran, sebaiknya melakukan hubungan seksual sampai mencapai “klimaks” terutama 3-4 bulan kehamilan.
a. Ya 4 (40%) b. Tidak 6 (60%)
Hubungan seksual tidak aman dilakukan pada kehamilan yang normal.
7. Ibu dan suami harus melakukan hubungan seksual untuk
mengungkapkan.
a. Ya 4 (40%) b. Tidak 6 (60%) 8. Posisi hubungan seksual wanita diatas
dan Pria dibawah sangat cocok digunakan selama kehamilan.
a. Ya 6 (60%) b. Tidak 4 (40%)
5.2 Pembahasan
Pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu menggambarkan hubungan seksual selama kehamilan pada ibu yang melakukan
pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Sibande Kabupaten Pak – Pak Bharat. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain : faktor fungsional yang dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan, pelayanan, dan pengalaman. Faktor
struktural yang dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek netral yang ditimbulkan dari sistem saraf individu. Faktor situasional yang berkaitan dengan bahasa non verbal. Faktor personal yang terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian.
5.2.1 Persepsi Ibu Hamil Yang Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n=20).
Di sini akan dibahas tentang bagaimana persepsi ibu hamil yang
berpendapat boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Ibu hamil dengan kehamilan yang normal tetap boleh melakukan hubungan seksual. Tidak sedikit ibu hamil jutru merasakan kenikmatan dan kepuasan luar biasa serta
mencapai orgasme multypel dengan mudah dibandingkan semasa tidak hamil (Ningsih,2005).
Berdasarkan penelitian, sebagian besar responden mengatakani bahwa mereka melakukan hubungan seksual untuk menjaga keselarasan dalam hubungan suami istri sehingga dapat mengurangi stress yang muncul selama kehamilan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Suririnah (2004) yang menyatakan bahwa hubungan seksual dapat menjadi salah satu bagian penting dalam pernyataan kasih sayang,
keselarasan dalam hubungan suami istri. Menurut Close (1998), dengan tetap
menikmati hubungan seksual pasangan suami istri dapat saling berbagi rasa takut maupun kekhawatiran serta stress yang muncul selama kehamilan.
Hampir setengah responden juga menjawab bahwa responden harus melakukan hubungan seksual selama kehamilan ini untuk menjalankan kewajiban istri. Hal ini sesuai dengan penelitian Hasanah (2006) secara kualitatif pada
pasangan suami istri yang menunjukkan pasangan suami istri harus melakukan hubungan seksual sebagai kewajiban dalam berumah tangga.
Dalam penelitian ini seluruh responden mencoba posisi hubungan seksual yang nyaman untuk mempertahankan hubungan seksual selama kehamilan dan
sebagian besar menjawab kualitas hubungan seksual sangat penting untuk diperhatikan saat melakukan hubungan seksual. Kemudian berpikir positif, lebih menekankan cinta dari pada permainan cinta, membicarakan setiap masalah
secara tebuka juga penting memperhatikan hubungan seksual selama kehamilan (Eisenberg,1996).
Mayoritas responden mengatakan bahwa keletihan dapat menyebabkan malas unuk melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Eisenberg,1996) bahwa keletihan, kebocoran
kolostrum, mual dan muntah, perubahan cairan vagina, kecemasan, dan takut menyakiti janin merupakan perubahan fisik yang dapat mempengaruhi gairah dan
Tetapi ada juga responden yang malas melakukan hubungan seksual
karena tidak suka melihat suaminya dan tidak tahan lagi dengan bau badan suaminya. Hal ini dapat dimaklumi karena kehamilan adalah sesuatu yang unik, sehingga perubahan yang terjadi pada ibu hamil sangat bersifat individual.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa posisi wanita diatas dan pria dibawah merupakan posisi hubungan hubungan seksual yang dipilih oleh sebagian
besar responden. Selain itu, posisi duduk, posisi berlutut, atau berdiri (Suririnah,2004), posisi penetrasi dari belakang, posisi missionaris, (Westheimer,2002) merupakan pilihan posisi yang aman untuk melakukan
hubungan seksual selama hamil. Tetapi, posisi apapun yang dipilih oleh pasangan suami istri tidak menjadi masalah, yang penting tidak meletakkan berat badan
suami ke perut ibu hamil.
Saat mencapai “klimaks” dalam berhubungan seksual sebagian besar responden merasakan rahimnya mengejang dalam waktu yang singkat. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Hasanah (2006) secara kualitatif, tiga dari empat orang suami istri partisipan mengalami kejang perut pada saat berhubungan
seksual, tetapi hanya terjadi sebentar. Untuk menghindari masalah lain, pasangan suami istri tersebut tidak melakukan hubungan seksual untuk beberapa hari dan berhati – hati saat kembali melakukan hubungan seksual.Seperti yang
dikemukakan oleh (Close,1998) bahwa hormon oksitosin akan dilepas oleh kelenjar bawah otak apabila seorang wanita mengalami orgasme. Hormon ini juga
dengan selang waktu yang singkat selama kehamilan dan efeknya hanya sebentar
serta tidak cukup kuat untuk menggugurkan kandungan. Tetapi ada juga beberapa ibu hamil yang tidak menyadari adanya kontraksi uterin yang timbul akibat orgasme.
5.2.2 Ibu Hamil Yang Tidak Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n=13).
Disini akan di bahas ibu hamil yang tidak boleh melakukan
hubungan seksual selama kehamilan. Sebagian besar responden dilarang oleh dokter agar tidak melakukan hubungan seksual karena ada masalah dengan kehamilannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suririnah (2004),
bahwa ibu hamil tidak boleh melakukan hubungan seksual selama hamil bila ditemukan kasus – kasus kehamilan seperti : Placenta previa, riwayat kelahiran
prematur, perdarahan atau keluar cairan dari vagina yang tidk diketahui penyebabnya, suami istri yang menderita penyakit menular Cervix inkompeten, pecah ketuban, pasangan tidak menemukan posisi hubungan seksual yang
nyaman, nyeri saat berhubungan seksual juga harus dibatasi awal pada Cervix, Ectopic pregnancy, Abruptio Placenta, Preeclampsia dan Eclampsia.
Mengalami masalah dalam kehamilan atau persalinan tetap saja sulit secra emosional. Selain steress yang dirasakan orang tua, perasaan bersalah dapat dirasakan. Pasangan suami istri dapat membicarakan perasaanyan masing –
Membicarakan setiap masalah secara terbuka merupakan salah satu cara
yang dilakukan lebih dari setengah responden untuk mempertahankan hubungan seksual selama kehamilan dan hampir setengah responden memilh menghias diri dan bersamaan sebelum tidur sebagai alternatif lainnya.
Dalam penelitian ini beberapa responden berpersepsi bahwa hubungan seksual tidak boleh dilakukan selama hamil sejak responden tersebut diketahui
hamil atau pun sejak usia kehamilan tujuh bulan sampai melahirkan agar tidak menyakiti janin dan mengganggu perkembangan janin. Seperti yang dikemukakan oleh Pangkahila (2002), banyak pendapat tentang seks dan kehamilan yang
beredar luas di masyarakat tentang seks. Hal ini dapat dimaklumi mengingat sebagian besar responden kebanyakan menerima informasi tetang seks selama
kehamilan dari keluarga.
Sehubungan dengan kondisi diatas, maka mayoritas responden memilih berpelukan dan berciuman sebagai ungkapan kasih sayang tanpa harus melakukan
hubungan seksual. Seperti yang dikemukakan Fatia (2007), alternatif lain yang bisa dilakukan untuk menjaga kehangatan suasana rumah tangga adalah
berpelukan, mandi air hangat, makan malam romantis, pijat atau apapun yang sama – sama membuat pasangan.
Mayoritas responden menjawab bahwa suaminya tidak boleh memasukkan
penisnya terlalu dalam ke dalam vagina saat kepala janin sudah semakin turun atau satu bulan terakhir kehamilan dan hampir setengah responden juga menjawab
terlalu dalam ke dalam vagina. Hal ini dapat dikaitkan dengan karakteristik
responden dengan usia kehamilan ≥ 1-3 bulan sebanyak 11 responden dan ≥ 7 – 9 bulan sebanyak 19 responden serta jumlah anak ≥ 1 orang. Beberapa ibu hamil dapat menjadi tegang saat melakukan hubungan seksual karena posisi janin yang
sudah dekat. Padahal pasangan suami istri tidak akan menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi yang dalam (Eisenberg,1996). Demikian pula ibu hamil yang
pernah mengalami keguguran berulang kali, harus membatasi hubungan seksual. Tidak boleh melakukan hubungan seksual sampai mencapai “klimaks” terutama usia kehamilan ≥ 1-3 bulan karena prostaglandin dapat menimbulkan kekejangan
otot rahim yang dapat memicu terjadinya otot rahim yang dapat memicu terjadinya keguguran (Pangkahila,2002).
5.2.3 Pesepsi Ibu Hamil Yang Tidak Tahu Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n=10)
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak enam responden (60%) menjawab bahwa hubungan seksual adalah sikap dan keinginan yang berkaitan dengan
aktivitas seksual. Hal ini sesuai dengan pendapat Dorland (2002) yang menyatakan hubungan seksual yang melibatkan gamet pria dan wanita.Mayoritas
responden dapat melakukan hubungan seksual selama kehamilan ini dan tidak ada yang menjadi penghalangnya. Responden juga menerima informasi tentang hubungan seksual selama kehamilan mayoritas diperoleh dari keluarga (72,1%)
dan dokter/ bidan / perawat (18,6%) serta media massa / elektronik (9,3%). Keluarga, dokter / bidan / perawat dan media massa / elektronik merupakan faktor
Sebanyak enam responden (60%) berpendapat bahwa wanita yang pernah
mengalami keguguran berulang kali, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual sampai mencapai “klimaks” terutama 3-4 bulan kehamilan.
Seperti yang dikemukakan Pangkahila (2002), wanita yang pernah mengalami keguguran berulang kali, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual dan masturbasi sampai mencapai orgasme terutama 3-4 bulan pertama,
karena dapat menimbulkan gerakan rahim yang justru lebih hebat. Selain itu prostaglandin yang ada di dalam sperma dapat menimbulkan kekejangan otot rahim sehingga menyebabkan keguguran.
Dalam penelitian ini ditemukan ternyata mayoritas responden menjawab bahwa hubungan seksual aman dilakukan pada kehamilan yang normal. Dengan
tetap menikmati hubungan seksual, pasangan suami istri dapatberbagi rasa takut maupun kekhawatiran yang mungkin muncul selama kehamilan. Selain itu, hubungan seksual selama kehamilan bermanfaat juga sebagai persiapan bagi otot
panggul untuk menghadapi proses persalinan (Ningsih 2005).
Mayoritas responden (60%) tidak setuju jika mereka harus melakukan
hubungan seksual untuk mengungkapkan perasaan kasih sayang. Seperti yang dikemukakan Suririnah (2004), pasangan suami istri dapat menyatakan perasaan kasih sayang dengan saling bertukar pikiran, berpelukan, berciuman, atau saling
Seiring bertambahnya usia kehamilan, ibu hamil perlu mencari posisi
hubungan seksual yang nyaman. Dalam penelitian ini lebih dari setengah ibu hamil menjawab bahwa posisi wanita diatas dan pria dibawah merupakan salah satu posisi yang cocok digunakan selam kehamilan. Menurut Suririnah (2004)
posisi lain yang dapat digunakan selama kehamilan adalah posisi berlutut, posisi duduk dan posisi laki – laki di atas tetapi berbaring hanya separuh tubuh
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai persepsi ibu hamil tentang hubungan seksual selama kehamilan di puskesmas
Sibande.
6.1 Kesimpulan
Responden yang boleh melakukan hubungan seksual bahwa hubungan seksual selama kehamilan dapat menjaga keselarasan dalam hubungan suami istri dan mengurangi stres yang muncul selama kehamilan, responden mencoba posisi
hubungan seksual yang nyaman dan mengutamakan kualitas hubungan seksual tersebut. Posisi hubungan seksual yang paling sering digunakan selama kehamilan
adalah posisi wanita diatas dan pria dibawah. Dalam penelitian ini, keletihan merupakan penyebab responden malas untuk melakukan hubungan seksual.
Bagi responden yang ditemukan masalah pada kehamilannya oleh dokter /
bidan tidak melakukan hubungan seksual selma kehamilan sampai masalah tersebut dapat teratasi. Responden juga memilih untuk tidak melakukan hubungan
seksual selama kehamilan, bila keluar darah / cairan yang tidak diketahui penyebabnya. Beberapa alternatif yang dilakukan responden untuk menyatakan kasih sayang tanpa harus melakukan hubungan seksual selama kehamilan adalah
berpelukan, berciuman, dan membicarakan setiap masalah secara terbuka. Sedangkan responden yang tidak tahu tentang hubungan seksual selam kehamilan,
penghalangnya. Sebagian besar respoden berpersepsi bahwa hubungan seksual
aman dilkukan pada kehamilan yang normal dan wanita yang pernah mengalami keguguran berulang kali, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual sampai mencapai “klimaks” terutama 3-4 bulan kehamilan.
6.2 Saran / Rekomendasi
Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada mahasiswa Keperawatan
dan bagi praktik Keperawatan untuk lebih memahami ibu hamil tentang hubungan seksual selama kehamilan. Sehingga perawat mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil secara komprehensif.
Sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah responden yang menjadi sampel untuk uji validitas dan uji reliabelitas. Hal ini disebabkan karena
DAFTAR PUSTAKA
Arkunto,S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta
Budianto, E. (2001). Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: ECG
Close, S. (1998). Kehidupan Seks Selama Kehamilan dan Setelah Melahirkan. Jakarta: Arcan.
Curtis, G. (1999). Kehamilan di Atas 30 Tahun. Jakarta: Arcan.
Derek Llewenlyn-Jones. (2005). Setiap Wanita. Jakarta: PT Delapratasa Publishing.
Dorland,W.A.N.(2002). Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : ECG. Eisenberg, A.(1996). Kehamilan Apa Yang Anda Hadapi Bulan Perbulan.
Jakarta : Arcan.
Fatia, P.(2005). Seks Saat Hamil? Kenapa Tidak! Dibuka ada tanggal 23 April
2011 dari Website
Hasanah, R.(2006). KTI, Persepsi Pasangan Suami Istri terhadap Hubungan Seksual Pada Masa Kehamilan di Poli Ibu Hamil RSU Sundari Medan. Tidak untuk dipublikasikan.
Hidayat,A.A.A (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: PT Salemba Medika.
Ibun. (2007). Memahami Persepsi Sosial. Dibuka pada tanggal 09 maret 2011
dari websit
Indarti, J. (2004). Panduan Kesehatan Wanita. Jakarta: PT Puspa Swara.
Manuaba,I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mariana,L.(2004). Aktivitas Seks Saat Hamil. Dibuka pada tanggal 03 maret 2011
dari Websit
Mckinley. (2004). Bercinta Saat Hamil. Di buka pada tanggal16 febuari 2011 dari
websit
Ningsih, L.(2005). Senggama Nikmat, Bayi Selamat. Dibuka pada tanggal 24
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:PT Salemba Medika.
Pangkahila, W. (2002). Mitos Seks Pun Melengkapi Kehamilan. Dibuka pada tanggal 03 maret 2011 dari website
Rakhmat, J. (1992). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://kompas – cetak/0302/13/ekonomi/127643
Rohana, S.(1999). Pengetahuan, Keyakinan, Sikap Perilaku Generasi Muda Berkenaan dengN Perkawinan Traditional. Tanjung Pinang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Sobur. (2003). Psikologi Umum. Jakarta: Pustaka Setia
Sunaryo (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : ECG
Suririnah,Dr. (2004). Berbahayakah Kehamilan Melakukan Hubungan Seksual dan Orgasme Selama Kehamilan. Dibuka pada tanggal 05 Maret 2011
dari website
Suririnah, (2004). Posisi Hubungan Seks Selama Kehamilan. Dibuka pada tanggal 05 Maret 2011 dari website
Walgito. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Westheimer, R.(2002), Menkreasikan Kehamilan dan Menjaga Kasih Sayang
BersamaDr. Ruth. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Persepsi Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan Pada Ibu Yang
Melakukan Pemeriksaan Di Puskesmas Sibande Kabupaten Pak – Pak Bharat
Rizki Rahna Sari 101121057
Saya adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan
seksual selama kehamilan pada ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di puskesmas sibande kabupaten pak – pak bharat ” sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas
untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Indentitas pribadi anda dan semua informasi yang telah diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan peneliti ini.
Terima kasih atas partisipasi anda dalam penelitian ini.
Medan, Juli 2011
Peneliti Responden
Lampiran 3
JADWAL PENELITIAN
N
o Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Febr uari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 Mengajukan judul
2 Menetapkan judul penelitian
3
Menyusun proposal penelitian
4 Mengajukan sidang proposal
5 Sidang proposal penelitian
6 Revisi proposal penelitian
7 Mengajukan izin penelitian
Lampiran 4
INSTRUMEN PENELITIAN
KUISIONER PERSEPSI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
Petunjuk pengisian:
1. Istilah data di bawah ini dengan lengkap
2. Bubuhkan tanda benar (√) pada kotak pilihan yang telah disediakan dan sesuai dengan jawaban ibu.
3. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban.
4. Bila ada yang kurang dipahami dapat dipertanyakan kapada peneliti.
A. Karakteristik Demografi
1. Inisial :
2. Umur :
3. Agama : Islam
Kristen Protestan Kristen Katolik Budha
Hindu
4. Pendidikan : SD : SMP : SMU
: Tamat akademi atau Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga : Pegawai Swasta : Pegawai Negeri : Lain-lain ....(sebutkan)
6. Jumlah anak : Belum ada : ≥ 1 orang
: ≥ 7-9 bulan
8. Sumber informasi
tentang seks : Keluarga
Media massa/elektronik Dokter/Bidan/Perawat Lain-lain ... (sebutkan)
9. Bagaimana menurut ibu hubungan seksual selama kehamilan ? Boleh (Jawab pertanyaan no. 1-8)
Lampiran 5
B. KUISIONER HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
1. Alasan ibu harus melakukan hubungan seksual selama kehamilan: a. Hanya untuk mendapat anak.
b. Menjaga keselarasan dalam hubungan suami – istri. c. Menjalankan kewajiban istri.
2. Menurut ibu, apa fungsi hubungan seksual selama kehamilan? a. Mengurangi stress yang muncul selama kehamilan. b. Hanya untuk menyalurkan gairah seks.
c. Meneruskan keturunan.
3. Bagaimana cara ibu untuk mempertahankan hubungan seksual selama
kehamilan?
a. Bermesraan di tempat terbuka.
b. Mencoba posisi hubungan seksual yang nyaman.
c. Berhias sebelum melakukan hubungan seksual.
4. Apa yang dapat menyebabkan ibu malas untuk berhubungan seksual
selama kehamilan?
a. Tidak suka melihat suami.
b. Tidak tahan dengan bau badan suami.
c. Keletihan.
5. Apa yang lebih penting saat ibu melakukan hubungan seksual?
a. Kualitas hubungan seksual.
c. Posisi dalam melakukan hubungan seksual.
6. Posisi hubungan seksual yang ibu lakukan selama kehamilan: a. Posisi duduk.
b. Wanita diatas dan pria dibawah.
c. Wanita dibawah dan pria diatas.
7. Apa yang menjadi keluhan mengganggu pada saat bibu melakukan
hubungan seksual:
a. Terasa kejang dalam waktu yang lama. b. Terasa kejang dalam waktu singkat.
c. Tidak terjadi perubahan.
8. Menurut ibu apa yang harus dihindari suami saat melakukan hubungan
seksual?
a. Memasukkan cairan mani ke dalam vagina. b. Melakukan hubungan seksual tanpa pemasan.
c. Menekan perut saya.
9. Alasan ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual saat hamil? ?
a. Agar tidak mengganggu perkembangan bayi. b. Ada masalah dengan kehamilan ibu.
c. Agar tidak menyakiti janin.
10.Kapan ibu dilarang melakukan hubungan seksual selama kehamilan ini? a. Diketahui hamil
11.Sampai kapan ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual selama
kahamilan ini?
a. Sampai melahirkan
b. Sampai masalah kehamilan saya teratasi.
c. Usia kehamilan 8 bulan.
12.Siapa yang melarang ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama
kehamilan ini? a. Dukun bayi. b. Keluarga.
c. Dokter kandungan atau bidan.
13.Alternatif pengganti Ibu dan suami dapat menyatakan kasih sayang tanpa
harus melakukan hubungan seksual dengan cara: a. Mandi sama.
b. Bermesraan di depan umum.
c. Berpelukan dan berciuman.
14.Upaya ibu lakukan agar dapat mempertahankan hubungan seksual selama
kehamilan ini:
a. Membicarakan setiap masalah secara terbuka. b. Bermesraan sebelum tidur.
c. Menghias diri untuk menarik perhatian suami.
15.Menurut ibu ketika kapan suami tidak boleh melakukan memasukkan
kemaluannya terlalu dalam?
b. Saat kepala janin sudah semakin turun atau satu bulan terakhir
kehamilan.
c. Selama tiga bulan pertama kehamilan.
16.Kapan sebaiknya ibu tidak melakukan hubungan seksual selama
kehamilan?
a. Keluar darah dari vagina yang tidak diketahui penyebabnya.
b. Mual dan muntah.
c. Perut ibu yang semakin membesar.
17.Aktifitas seksual adalah sikap dan keinginan yang berkaitan dengan
hubungan seksual? a. Ya
b. Tidak
18.Apakah ibu melakukan hubungan seksual selama hamil ini? a. Ya
b. Tidak
19.Adakah yang menjadi pengahalang ibu dalam melakukan hubungan
seksual? a. Ya. b. Tidak
20.Adakah yang memberikan informasi tentang hubungan seksual selama
b. Tidak
21.Ibu yang pernah mengalami keguguran, sebaiknya melakukan hubungan seksual sampai puncak “klimaks” terutama 3-4 bulan kehamilan?
a. Ya
b. Tidak
22.Hubungan seksual tidak aman dilakukan pada kehamilan yang normal?
a. Ya b. Tidak
23.Ibu dan suami harus melakukan hubungan seksual untuk mengungkapkan
perasaan kasih sayang. a. Ya.
b. Tidak
24.Posisi hubungan seksual wanita diatas dan pria dibawah sangat cocok digunakan selama kehamilan.
Validitas Instrumen Penelitian
Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson product moment. setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan kemudian dilihat penafsiran dari indeks korelasi nya.
Rumus pearson product moment :
Thitung =
� .(∑��)−(∑�).(∑�) � (� .∑�2− (∑�)2) . �∑�2− (∑�)2
Keterangan:
thitung
∑X = Jumlah skor item = koefisen korelasi
∑Y = Jumlah skor total (item) n = Jumlah responden
Rumus uji t
thitung = ��
(�−2) �(1−�)
Keterangan:
t = Nilai t
r = Koefisien korelasi hasil t
hitung
n = Jumlah responden
hitung
Untuk tabel tα = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2). Jika nilai thitung > ttabel
valid, demikian sebaliknya, jika nilai t berarti
1. Persepsi Ibu Hamil Yang Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan
esponden Pertanyaan
otal skor
Kuadrat skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
∑X ∑X2
∑XY
[image:67.595.107.516.173.599.2]2. Persepsi Ibu Hamil Yang tidak Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan
esponden Pertanyaan
otal skor
Kuadrat skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
∑X ∑X2
∑XY
[image:68.595.105.517.120.581.2]3. Persepsi Ibu Hamil Yang Tidak Tahu Tantang Hubungan Seksual Selama Kehamilan
esponden Pertanyaan
otal skor
Kuadrat skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10