• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Peralihan Mata Pencaharian Dari Petani Sawah Menjadi Petani Coklat Dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi Masyarakat Desa (Studi Ekslanatif Pada Masyarakat Desa Pasir Bangun Kec: Lawea Alas, Kuta Cane, Kab: Aceh Tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Peralihan Mata Pencaharian Dari Petani Sawah Menjadi Petani Coklat Dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi Masyarakat Desa (Studi Ekslanatif Pada Masyarakat Desa Pasir Bangun Kec: Lawea Alas, Kuta Cane, Kab: Aceh Tenggara"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PERALIHAN MATA PENCAHARIAN DARI PETANI SAWAH

MENJADI PETANI COKLAT DALAM MENINGKATKAN

STATUS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA

(Studi eksplanatif Pada Masyarakat Desa Pasir Bangun Kec, Lawe Alas, Kuta Cane Kab, Aceh Tenggara)

SKRIPSI

KUSUMA HERDIANA

040901025

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

ABSTARKSI

Latar belakang dari peralihan mata pencaharian ini adalah tidak adanya pekerjaan lain dan juga karena desakan kebutuhan sehari-hari yang harus mereka penuhi demi kelangsungan hidup. Hidup sebagai petani sawah tidak memnberikan arah kehidupan yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena tidak adanyan irigasi yang memadai, pupuk yang mahal, gabah yang murah dan cuaca yang tidak menentu.

Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa masyarakat Desa Pasir Bangun melakukan peralihan mata pencaharian adalah karena dengan hidup sebagai petani sawah tidak dapat menjanjikan kehidupan yang lebih baik, sehingga masyarakat melakukan peralihan mata pencahariandengan tujuan memperbaiki hidup dan meningkatan status sosial ekonomi masyarakat desa.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh peralihan mata pencahatian dari petani sawah menjadi petani coklat dalam meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat desa(studi ekslanatif pada masyarakat desa pasir bangun kec: lawea Alas, Kuta cane, Kab: Aceh Tenggara”, guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Serta tidak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang safa’atnya sangat diharapkan dihari kelak.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan wawasan penulis, kurangnya pengalaman, serta sedikitnya wacana yang menyangkut bahan penelitian yang ditemukan oleh peneliti. Akan tetapi, berkat-Nya semua hambatan tersebut dapat dilalui, sehingga penulisan skripsi ini selesai. Hal ini tak luput dari keluarga dan teman – teman yang selalu memberikan motivasi dan dorongan serta do’a. oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta membantu dalam penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

(5)

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra Rosmiani, MA, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Sismudjito, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam membantu, membimbing, memberikan sumbangan pemikiran serta tenaga dalam memberikan saran dan kritik serta mengevaluasi sehingga skripsi ini berjalan dengan baik.

5. Teristimewa buat kedua orang tua penulis, Ayahanda Khairul Ganif Hasibuan dan Ibunda Ernawati Dalimunthe yang selalu mendidik dan mengajari penulis dengan kasih sayang semnejak kecil dan selalu memberikan do’a – do’a yang tiada bandingnya dengan apapun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Begitu juga dengan 3 (tiga) adikku yang sangat penulis sayangi. Terima kasih atas do’a dan dukungan untuk kakak.

6. Terima kasih pada seluruh keluarga besar penulis, nenek, uwak, om, ibuk (bunda, umi, buk wani, buk imas), dan semua sepupu – sepupu penulis. Serta buat teman – teman sepermainan penulis (KEDDA = kiki, een, dilla dan ayu serta kak depong). 7. Dengan segenap rasa sayang dan ungkapan terima kasih kepada Andres Arya Pane

untuk semua perhatian, dukungan, do’a dan cintanya kepada penulis sehingga memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

Kiki, Herna, Hesti, Juni, Dini, Tuit, Faisal, Ferika, Suyadi, Rosma, Wildan, Renova, Mestika, Yanti (dua-duanya), Reni, Heru, Abdi (alm), May, Titin, dan lain – lain, maaf penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan semua kenangan yang telah ada.

9. Buat senior Sos ’02 (bang Bornok, makasih banyak atas dukungannya bang) dan Sos ’03 (kak Eva, kak Dewi, makasih kak atas masukannya) serta buat junior ’05 (Jojo, Tiul, Lenni, Irda, makasih ya dek atas supportnya).

10.Buat teman kosku di lorong IX mimi, rina, tika, vina, limah, tuti, dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas doa dan dukungannya selama ini kepada penulis.

11.Buat Responden yang telah membantu penulis terutama buat Tari yag telah banyak membantu penulis, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk menjawab kuesioner yang diberikan oleh penulis.

12.Semua pihak yang turut membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini. Akan tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan dari kesempurnaan skripsi ini.

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Abstrak

Daftar Isi daftarTabel

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………1

1.2 Perumusan Masalah………....6

1.3 Tujuan Penelitian………....6

1.4 Manfaat Penelitian………...6

1.5 Kerangka Teori………7

1.6 Hipotesis………....12

1.7 Defenisi Konsep………....12

1.8 Operasional Variabel……….14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...17

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian………...25

3.2. Lokasi penelitian………25

3.3 Populasi dan sampel………...25

3.4 Teknik Pengumpulan Data……….26

3.5 Teknik Analisis Data………..27

3.6 Jadwal kegiatan………..30

3.7 Keterbatasan Penelitian………..31

BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………..32

4.2 Deskripsi, Saran Dan Prasarana Di Lokasi Penelitian………...34

4.3 karakteristik Responden……….36

4.3 Tabel Variabel Bebas……….36

4.4 Tabel Variabel Antara………49

4.5 Tabel Variabel Terikat………..51

4.6 Analisis Data………..59

4.7. Pengujian Hipotesis………...64

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………..66

5.2 Saran………66 Daftar Pustaka

(8)

ABSTARKSI

Latar belakang dari peralihan mata pencaharian ini adalah tidak adanya pekerjaan lain dan juga karena desakan kebutuhan sehari-hari yang harus mereka penuhi demi kelangsungan hidup. Hidup sebagai petani sawah tidak memnberikan arah kehidupan yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena tidak adanyan irigasi yang memadai, pupuk yang mahal, gabah yang murah dan cuaca yang tidak menentu.

Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa masyarakat Desa Pasir Bangun melakukan peralihan mata pencaharian adalah karena dengan hidup sebagai petani sawah tidak dapat menjanjikan kehidupan yang lebih baik, sehingga masyarakat melakukan peralihan mata pencahariandengan tujuan memperbaiki hidup dan meningkatan status sosial ekonomi masyarakat desa.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ditinjau letak geografisnya, Indonesia terletak di belahan khatulistiwa oleh Multatuli dalam Kusnaka adimihadja, dkk(1999:V) disebut sebagai “Untaian Jamrud di khatulistiwa“ dan merupakan sebuah negara kepulauan yang subur dengan latar belakang kebudayaan yang sangat kaya akan sumber daya alam. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan diwilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya di sektor pertanian. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan sektor pertanian yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa.

(10)

Perkembangan pertanian di Indonesia apabila ditelusuri dari waktu ke waktu mengalami berbagai pasang surut. Bidang pertanian sebagai dasar perekonomian kerakyatan yang pada awalnya sangat diandalkan dalam menopang sendi-sendi pembangunan bangsa, yang akhirnya mengalami berbagai gejolak permasalahan. Penyebabnya adalah berbagai kebijakan yang justru menciptakan keadaan yang tidak menguntungkan bagi para petani. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan pertanian., namun malah bermuara pada permasalahan yang sangat kompleks. Kebijakan-kebijakan tersebut hanya memberatkan petani sebagai para pelaku di bidang pertanian. Upaya-upaya yang ditempuh dalam mensejahterakan kehidupan para petani dianggap belum berhasil. Karena dalam mengambil keputusan, pemerintah kurang berpihak kepada kaum petani dan cendrung merungikan petani.

Petani sebagai salah satu profesi, semakin hari semakin tidak digemari, terutama oleh generasi muda. Petani dalam konteks pergaulan sosial, ekonomi, politik selalu menjadi kelompok yang terpinggirkan dan sering dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Padahal sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi yang melimpah ruah dan semestinya bangunan sektor pertanian mampu meningkatkan kesejahteraan kehidupan petani. Namun kenyataannya, potensi yang melimpah ruah tersebut belum dapat memberikan hasil yang cukup dalam ukuran sekedar untuk kepentingan kehidupan para petani itu sendiri.

(11)

petani tanaman pangan. Fakta tersebut adalah bagian sangat strategis dalam peta 36 juta penduduk miskin di Indonesia (17% dari total penduduk), karena lebih dari 15 juta orang miskin tersebut berada di daerah pedesaaan, dan umumnya berhubungan langsung dan tidak langsung dengan sektor pertanian. (Media Komunikasi dan Informasi. No. 46/XV (Januari 2006).

Demikian pula di daerah Indonesia yang lain seperti Daerah Aceh, memiliki potensi besar di bidang sektor pertanian dan perkebunan yang merupakan sektor utama bagi perekonomian Aceh. Kontribusi terhadap sektor pertanian Aceh tahun 2001-2006 merupakan yang tertinggi yaitu berkisar 37,24-42,88%. Sektor pertanian Aceh juga menyerap tenaga kerja terbesar, yakni sekitar 35% dari jumlah angkatan kerja yang berjumlah 2.487.426 orang. Selain itu sekitar 70% rumah tangga pedesaan umumnya bergantung kepada sektor pertanian. Menurut luas lahan secara umum, sektor pertanian didominasi oleh sub sektor perkebunan, total luas lahan perkebunan mencapai sekitar 1.103.803 ha sedangkan luas lahan persawahan hanya sebesar 390.300 (Aceh dalam angka 2005). Perkebunan di daerah Aceh menghasilkan coklat, kemiri, kelapa sawit, kopi, cengkeh, pala, nilam, tembakau, dll.

(

(12)

Kabupaten Aceh Tenggra cocok untuk tanaman pangan seperti, padi, sayur-sayuran, buah-buahan dan palawija. Tanaman perkebunan yang dikelola secara tradisional juga sangat dominan yaitu berupa tanaman karet, coklat, kopi, nilam, kemiri, dan tembakau dan didukung juga dengan iklim dan kondisi lahan yang sesuai dengan

Daerah Kuta Cane, Kab, Aceh Tenggara,

Desa Pasir Bangun, Kec, Lawe Alas, Kab, Aceh Tenggara memiliki potensi besar juga dibidang pertanian dan perkebunan karena daerah Pasir Bangun termasuk zona pertanian di Nanggroe Aceh Darussalam, Desa Pasir Bangun memiliki banyak kekayaan alam karena sumber lahan merupakan asset dalam merencanakan pengolahan pertanian dan perkebunan. Tipe dan kualitas sumberdaya yang tersedia sangat menguntugkan bagi masyarakat Desa Pasir Bangun. Lahan pertanian di Aceh Tenggara didominasi oleh lahan kering dan lahan basah. Pertanian lahan basah pada umumnya bersifat subsisten karena adanya kendala alam, iklim, unsur hara yang rendah, serangaan hama,pupuk yang mahal, murahnya harga gabah dan faktor sosial ekonomi lainnya. Keadaan sumberdaya alam demikian cenderung menyebabkan produktivitas tanaman menjadi rendah sehingga petani lahan basah di Desa Pasir Bangun umumnya adalah petani kecil dengan tingkat perekonomian lemah dan pendapatan rendah sehingga sangat berpengaruh terhadap sosial ekonomi mereka. .

(13)

menyisihkan untuk berbagai macam dana, seperti sewa tanah, pembagian hasil, dan pendidikan. Oleh karena itu, surplus yang mereka peroleh habis untuk menutupinya. Malahan, seringkali tidak cukup. Dalam hal ini, R. Walf (1983) menyatakan bahwa lebih dari separuh dari seluruh yang diperoleh petani disishkan untuk keperluan produksi.

(14)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mencoba untuk menarik suatu permasalahan lebih mengarah pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Maka yang menjadi perumusan masalah penelitian ini adalah :

Apakah ada hubungan antara peralihan mata pencaharian dari petani sawah menjadi petani coklat, dalam meningkatkan status soial ekonomi masyarakat desa Pasir bangun, Kecamatan Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara ?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada pernyataan M. Iqbal Hasan ( 2002: 44 ) bahwa tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Dengan demikian, pada dasarnya tujuan penelitian memberikan informasi mengenai apa yang akan diperoleh setelah selesai penelitian. Berdasarkan adanya keinginan penulis untuk memperoleh informasi guna menjawab pertanyaan pada perumusan masalah penelitian ini, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui hubungan antara peralihan mata pencaharian dalam meningkatkan status sosial masyarakat Desa Pasir Bangun, Kecamatn Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara.

1.4. Manfaat Penelitian

(15)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian Ilmiah bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan sumbangan dalam ilmu sosial.

2. Manfaat Praktis.

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan rujukan untuk penelitian selanjutnya, dan dapat menjadi sumbangan bagi khasanah kepustakaan.

1.5. Kerangka Teori

Perubahan pertanian merupakan suatu era kehidupan peradaban manusia yang berhasil mengalami suatu perubahan besar sebagai dampak dari perubahan pola dan tata cara kehidupan umat manusia di dunia yang dalam berbagai tulisan disebut sebagai “revolusi hijau” ciri menonjol dari perubahan adalah berhasil karena ketekunan dan kegigihan manusia dalam upaya mempertahankan diri dan bersaing yang sepenuhnya masih menggantungkan pada sumber daya tenaga manusia secara fisik. Kecanggihan teknologi belum mewarnai deraf dan gerak kehidupan manusia. Disampang itu, ciri lain yang cukup menonjol adalah adanya ketegantungan yang amat sangat terhadap iklim dan cuaca yang sama sekali diluar kemampuan manusia untuk mengendalikannya.(Mulyadi:2003:231).

(16)

masing-masing, ada masyarkat yang berubah dengan pesat, ada juga yang berubah dengan lambat, bahkan ada juga yang tidak kelihatan perubahannya, tetapi paling tidak berubah dalam hal kualitasnya. Menurut M. Hoogvelt dalam Soekanto (1982; 240) salah satu dari ciri perubahan sosial yang dapat diketahui karena “ tidak ada masyarakat yang stagnant (tetap), oleh karena setiap masyarakat mengalami perubahan-perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat. “

Perubahan sosial sebagaimana dikemukakan oleh Gillin Dan Gillin dalam Selo Soemardjan Dan Soelaiman Soemardi (1964:67), suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan, material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut.

Perubahan sosial itu sendiri terjadi dalam masyarakat, maupun terjadi karena faktor-faktor yang datang dari luar. Kalau dilihat sekarang ini, terjadinya suatu perubahan dalam masyarakat desa, kebanyakan datang dari luar masyarakat. Terlebih dilihat dari segi komunikasi dimana dengan hal ini masyarakat didorong untuk menghubung-hubungkan apa yang didengar dengan apa yang dilihat, apa yang diinginkan dengan apa yang dilakukan dan diperoleh.

(17)

sosial yang komprehenshif, artinya di dalam masyarakat desa terdapat semua bentuk pengorganisasian atau lembaga-lembaga yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Namun ini tidak berarti 100% masyarakat itu secara ekonomi betul-betul dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sendiri.(jabal Tarik Ibrahim:2003:31).

Pada dasarnya Masyarakat pertanian di pedesaan pada umumnya masih tergolong miskin dan mayoritas hanya mengandalkan tenaga kerja sebagai sumber utama proses produksi. Pembangunan pertanian yang menganut prinsip efisien telah menyebabkan terjadinya perubahan struktur sosial masyarakat. Perubahan yang terjadi terutama terkait dengan struktur pemilikan lahan pertanian yang mengakibatkan terjadinya :

1. Petani lapisan atas, yang akses pada sumberdaya lahan, kapital, maupun merespon teknologi dan pasar dengan baik serta mempunyai peluang berproduksi yang berorientasi keuntungan.

2. Petani lapisan bawah yang relatif miskin (dari segi lahan dan kapital), tetapi hanya memiliki faktor produksi tenaga kerja.

(18)

Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan, tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya mereka yang mempunyai uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga kehormatan. Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat kedalam suatu lapisan adalah sebagai berikut :

1. Ukuran kekayaan. Kekayaan tersebut, misalnya dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, dan seterusnya.

2. Ukuran kekuasaan, yang mempunyai kekuasaan dan wewenang terbesar, mencapai lapisan atas.

3. Ukuran kehormatan, Orang yang paling di segani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran seperti banyak dijumpai di masyarakat pedesaan. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa

4. Ukuran Ilmu Pengetahuan. Ilmi Pengetahian sebagai ukuran, dipakai oleh masyarkat yang menghargai Ilmi Pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat negatif. Karena ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar.

(19)

Masyarakat petani secara umum sering dipahami sebagai suatu katagori sosial yang seragam dan bersifat umum. Artinya, sering tidak disadari adanya diferensiasi atau perbedaan-perbedaan dalam berbagai aspek yang terkandung dalam komunitas petani ini. Komunitas petani itu akan terlihat berdasar atas perbedaan dalam tingkat perkembangan masyarakatnya, jenis tanaman yang mereka tanam, teknologi atau alat-alat yang mereka pergunakan., sistem pertanian yang mereka pakai, topografi atau kondisi-kondisi pisik geografik lainnya. Di antara gambaran-gambaran yang bersifat diferensiatif pada kalangan masyarakat petani umumnya, adalah perbedaan antara petani bersahaja, yang sering disebut petani tradisional( termasuk golongan peasant) dan petani modren (termauk golongan farmer atau agricultural enterpreneur). Secara garis besar golongan pertama adalah kaum petani yang masih tergantung dan dikuasai oleh alam karena rendahnya tingkat pengetahuan dan teknologi mereka. Produksi mereka lebih ditujukan untuk sebuah usaha menghidupi keluarga, bukan untuk tujuan mengejar keuntungan (profit oriented). Sebaliknya, farmer adalah golongan petani yang usahanya ditujukan mengejar keuntungan.

Dalam masyarakat yang materialistis seperti sekarang ini faktor ekonomi menjadi sorotan utama dalam stratifikasi sosial masyarakat. Seseorang dikatakan berhasil kalau sudah meraih keberhasilan meningkatkan ekonomi keluarganya.

(20)

aturan-aturan yang longgar. Keterbatasan yang ada pada sesorang akan cendrung bersifat kontra. Apabila yang suatu baru dianggap mengganggu hidupnya. Sikap ini muncul apabila masuknya suatu perubahan yang tidak dapat diterima.

1.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pendapatan atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara dan belum benar-benar menjadi tesis. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah hipotesis itu diterima atau ditolak perlu pengujian yang cermat. Suatu hepotesa selalu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang menghubungkan dua variabel atau lebih. Untuk penelitian ini hipotesa yang diajukan penelliti adalah : Ho : Tidak ada hubungan beralihnya mata pencaharian dari petani sawah ke petani

coklat dan daya terima masyarakat dalam mempengaruhi peningkatan status sosial ekonomi.

Ha : Ada hubungan beralihnya mata pencaharian dari petani sawah ke petani coklat dan daya terima mayarakat dapat mempengaruhi peningkatan status sosial ekonomi.

1.7. Defenisi Konsep

(21)

1. Peralihan :

Pergantian dari keadaan yang satu pada keadaan yang lain. dalam hal ini yaitu petani sawah menjadi perkebunan coklat.

2. Mata pencaharian

Pekerjaan atau pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari. 3. Petani sawah

Orang yang pekerjaannya adalah bercocok tanam yang menghasilkan seperti padi

4. Petani coklat

Sebagai usaha budidaya tanaman baik oleh pemerintah, swasta, rakyat, maupun secara bersama-sama dalam skala luas maupun sempit areal lahan yang digunakan namun bertujuan untuk mendapatkan peningkatan pendapatan dan devisa negara, tanpa mengabaikan penyerapan tenaga kerja dan pelestarian sumber daya alam. Akan tetapi dalam penelitian ini yang dimasud peneliti coklat adalah orang yang berusaha di perkebunan coklat milik sendiri.

5. Aksesbilitas

Daya terima masyarakat terhadap perubahan yang terjadi di Desa Pasir bangun yaitu masyarakat yang beralih mata pencaharian dari petani sawah menjadi petani coklat. Dalam hal memenuhi kebutuhan hidup.

6. Status sosial ekonomi

(22)

disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh sipembawa status.

7. Masyarakat

Suatu keutuhan psikis yang mempunyai jiwa sosial yang terwujud dalam organisasi dan lembaga. Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Pasir bangun, Kec, Lawe Alas, Kab, Aceh Tenggara.

8. Desa

Wilayah terkecil yang dihuni oleh penduduk yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri ( merupakan bagian kecamatan, wilayah pemerintahan yang terkecil dan dipimpin oleh seorang kepala desa ).

1.8. Operasional Variabel

Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel, sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa dari variabel-variabel tersebut, (Singarimbun, 1989:46). Defenisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit dalam kategori tertentu dari tiap-tiap variabel. Variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur dan dinilai. Dalam penilitian kuantitatif secara umum terdiri dari dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya yaitu:

• Peralihan mata pencaharian (x)

(23)

Yang menjadi indicator variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana proses peralihan mata pencaharian terkait terhadap perubahan perilaku atau tindakan.

2. Bagaimana informasi terhadap mata pencaharian yang baru. • Variabel antaranya yaitu aksesibilitas (z)

Yaitu sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diprhitungkan terhadap variabel bebas. Yang menjadi variabel anatara untuk penelitian ini adalah aksesbilitas artinya daya terima anggota masyarakat terhadap perubahan yang terjadi di desa Pasir Bangun kecamatan Lawe Alas terhadap petani coklat .

• Variabel terikat

Yaitu variabel yang perubahannya dipengaruhi variabel lain. Yang menjadi variabel terikat yaitu: peningkatan status sosial yang menjadi indikatornya adalah:

1. Penghasilan.

(24)

Bagan Operasional Variabel

Peralihan Mata Pencaharian (variabel bebas) Aksesibilitas

(variabel antara) Peralihan Mata

Pencaharian (variabel bebas)

- Proses

peralihan mata pencaharian terkait tehadap perubahan atau tindakan. - Informasi

terhadap mata pencaharian yang baru.

Daya terima masyarakat

terhadap perubahan

- Penghasilan - Tingkat status

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perubahan Sosial

Setiap masyarakat pasti pernah mengalami perubahan, walaupun perubahan tersebut ruang lingkupnya tidak terlalu luas. Hal ini disebabkan, oleh karena tidak adanya masyarakat yang hidup secara terisolasi dalam arti yang mutlak. Di samping itu, kebutuhan maupun kepentingan masyarakat senantiasa berkembang terus sehingga diperlukan perubahan agar kebutuhan dan kepentingan tersebut dapat dipenuhi secara wajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Soejono Soekanto bahwa, setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan itu dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan lembaga.

Selanjutnya setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda. Ada yang berttujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten, dan yang bertujuan mencari keuntungan yang disebut usahatani komersial. Petani coklat pada umumnya bertujuan untuk mencari keuntungan dalam meningkatkan penghasilan atau pendapatan dan untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Rismayani:2007:11).

(26)

tindakan-tindakan individual. Kedua, hubungan petani dengan orang-orang lain tidak selalu didasarkan atas beberapa prinsip moral yang umum, tetapi pada kalkulasi apakah hubungan-hubungan semacam itu dapat atau akan menguntungkan diri dan keluarganya atau tidak. Di sisni konsep atau sosok petani yang pasrah (nrimo), dan hampir selalu tunduk pada aturan-aturan sosialnya, diganti dengan sosok seorang manusia ekonomis yang universal yang mengambil keputusan di tengah sejumlah kendala dan tantangan.(Heddy Shari Ahimsa.P :2003:31-32).

2.2. Upaya Inovasi

Pembangunan merupakan salah satu aspek yang mengakibatkan perubahan. Perubahan-perubahan itu biasanya disebababkan oleh masalah-masalah baru, dan penerimaan perubahan tersebut dengan seadanya menerima perubahan untuk merubah cara pandangnya yang konservatif. Sedangkan pembangunan, berarti upaya untuk mengubah suatu sistem bagi suatu perkembangan aspek tertentu, yang secara langsung mengubah pola-pola hidup masyarakat. Perubahan yang dirasakan langsung untuk menerima perubahan, peninjauan aspek tertentu yang merupakan tujuan dilakukannnya perubahan tersebut.

Sifar-sifat inovatif.(dalam buku Drs Abdillah H,1986:146-156) itu terdiri dari 5 sifat yaitu :

1. Keuntungan Relatif

(27)

Kebanyakan para ahli sosial menyatakan bahwa indikator keuntungan relatif yang paling menonjol pengaruhnya adalah keuntungan yang bersifat ekonomis.Tetapi tak selamanya begitu, dimensi keuntungan relatif yang non ekonomis seperti prestise sosial dan penerimaan sosial dapat pula diharapkan sebagai penjelas kecepatan adopsi.

2. Kompatibilitas

Sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima. Suatu inivasi mungkin kompatibel dengan (1) nilai-nilai kepercayaan sosiokultur, (2) dengan ide-ide yang telah diperkenalkan lebih dulu, dan (3) dengan kebutuhan klien terhadap inovasi.

3. Kompleksitas

Tingkat di mana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Suatu ide baru munngkin dapat digolongkan ke dalam kontinum “rumiit sedeharna”. Inovasi-inovasi tertentu begitu mudah dapat dipahami oleh penerima tertentu, sedangkan orang lainnya tidak. Kerumitan suatu inivasi menurut pengamatan anggota sistem sosial, berhubungan negatif dengan kevepatan adopsinya. Ini bearti makin rumit suatu inovasi bagi seseorang, maka akan makin lambat pengado-psiannya.

4. Triabilitas (dapat dicobanya suatu inovasi)

(28)

5. Observabilitas (dapat diamatinya suatu inovasi)

Tingkat dimana hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. hasil-hasil inovasi-inovasi tertentu mudah dilihat dan dikomunikasikan kepada orang lain sedangkan beberapa lainnya tidak.(Drs Abdillah H,1986:146-156)

Kecepatan adopsi dalah tingkat kecepatanenerimaan inovasi oleh anggota sistem sosial.hal-hal yang dapat menjadi variabel penjelas kecepatan adopsi yaitu (1) tipe keputusan inovasi, (2) sifat saluran komunikasi yang dipergunakan untuk menyebarkan inovasi dalam proses keputusan inovasi, (3) ciri-ciri sistem sosial dan (4) gencarnya usaha agen pembaru dalam mempromosikan inovasi.

Dengan komunikasi ide-ide baru dan informasi-informasi baru akan merubah penilaian masyarakat tentang berbagai hal (kebutuhan-kebutuhan baru) yang selanjutnya akan mengubah tindakan yang ada kearah tindakan yang baru. Disamping komunikasi hal lain yang menyebabkan terjadinya perubahan adalah karena adanya kesadaran akan keterbelakangan. Sebaliknya kesadaran bahwa keadaan dirinya sudah berkembang akan merupakan penghambat bagi suatu perkembangan, demikian dikemukakan oleh Irving Horwitz ( 1972 :491). Yang merupakan proses perubahan yang terjadi didalam sistem masyarakat tersebut, sebagai hasil dari adopsi (penerimaan) maupun rejection (penolakan) terhadap ide-ide baru. Proses adaptasi ini telah dilukiskan di dalam istilah dari berbagai model yang bervariasi dari tiga sampai tujuh tingkatan. Salah satunya yang kemukakan oleh SINGH (1965) berdasarkan keadaan di India. Proses itu terdiri dari tujuh tingkatan sebagai berikut :

1. Need, kebutuhan: Ini adalah tingkatan ketidakpuasan bilaman seorang

(29)

melalui chage agent (tenaga perantara/ pengubah/ pembaharuan) pada tingkat desa, beberapa media massa adalah penting sebagai sumber didalam tingkatan kebutuhan.

2. Awareness, pengetahuan: seorang individu hanya mengetahui tentang

pembaharuan tanpa mengetahui seluk-beluknya. Pada tingkatan awarenes atau pengetahuan, sumber yang paling penting adalah chage agent pada tingkat desa, media massa dan petani-petani lain.

3. Interest, kepentingan: seorang individu hanya mengetahui tentang perubahan

tanpa mengetahui seluk-beluknya. Pada tingkatan ini, sumbangan-sumbangan yang resmi sepeerti, misalnya badan penyuluhan, dan petani-petani yang lain adalah penting.

4. Deliberation, pertimbangan yang matang: ini adalah tingkatan dimana seorang

individu mempertimbangkan untuk mencoba atau tidak.

5. Trial, percobaan: seorang individu menggunakan sebagian dari pembaharuan,

atau kadang-kadang sepenuhnya.

Pada tingkatan trial atau percobaan, praktek kebutuhan pokok atau pekerjaaan yang diarahkan untuk komersil yang bersifat sedeharna tidak diperlukan adanya komunikasi tetapi usaha-usaha yang baru yang menyeluruh dan kompleks, rekan-rekan petani yang ahli atau rekan-rekan petani yang bersifat informal berperan sebagai sumber komunikasi.

6. Evaluation, penilaian inividu : di dalam tingkatan evaluation atau penilaian

(30)

7. Adaption, pemilikan: ini adalah keputusan untuk kmenggunakan

praktek-praktek pada dasar yang berkelanjutan .

Pada tingkatan adaption, pengalam pribadi yang diperoleh pada waktu melakukan percobaan merupakan sumber utama (Slamet 1978 :16-17)

Setiap kali terjadi proses perubahan, membutuhkan proses adaptasi, bahkan respons yang tepat dari warga masyarakat yang tengah berubah. Berbeda dengan orang-orang yang berpendidikan dan berasal dari kelas atas, orang yang kelas rendah umunya ragu-ragu untuk menerima pemikiran dan cara-cara baru serta curiga terhadap para penciptaan hal-hal baru. Sedangkan kelas atas cendrung lebih responsif terhadap ide-ide baru, sehingga mereka sering kali bisa memetik manfaat dengan cepat atas program baru atau inovasi yang diketahuinya. James Scoott (Damsar:2002) misalnya menyatakan bahwa salah satu ciri yang menandai masyarakat desa yang miskin di Asia Tenggara adalah keengganan untuk menempuh resiko atau lebih dikenal dengan istilah safety first (dahulukan selamat). Petani-petani kecil, dalam banyak hal lebih memilih menunggu dari pada segera merespons perubahan atau tawaran program baru, karena bagi mereka kelangsungan hidup lebih penting daripada melakukan langkah-langkah terobosan yang tidak jelas hasilnya.

2.3. Peningkatan Status Sosial Ekonomi

(31)

kenyataannya akan mengalami perubahan itu, akan tetapi perubahan antara masyarakat yang satu dengan yang lain tidak selalu sama, ada yang mengalami lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya.

Banyak faktor yang membuat masyarakat itu berubah, sehingga tidak dapat diterangkan dengan suatu formula yang sedeharna. Sosial ekonomi disini adalah suatu perubahan berupa peningkatan di bidang kehidupan sehingga keluarga dapat menempatkan dirinya dalam lingkungan berdasarkan apa yang dimiliki dan diperolehnya bahwa dalam pembangunan ekonomi terdapat 4 yang saling berhubungan (Soedjito, 1986:37) yakni

1. Modernisasi teknologi membawa pergeseran dari teknik-teknik tradisional kepada aplikasi ilmu pengetahuan.

2. Pertanian komersial yang bercirikan pergeseran dan subsisten yang menuju pertanian untuk ekspor, mengadakan spesialisasi terhadap produksi yang akan dipergunakan dalam menggiatkan buruh upahan

3. Proses industrilisasi yan menggambarkan tradisi dari penggunaan kekuatan hewan menuju penggunaan mesin

4. Urbanisasi yang meliputi perubahan-perubahan dimensi ekologi dan pergerakan kearah petumbuhan pusat-pusat kota.

(32)

Kaitan antara modernisasi petani pedesaan dengan peningkatan sosial ekonomi masyarakat sebenarnya merupakan hubungan empiris kesejahteraan yang dipakai dalam bahasa dan istilah adalah kemampuan petani mengkonsumsi kebutuhan hidupnya. Bahwa citra petani pada umumnya melukiskan petani sebagai produsen, kemiskinan pada hakikatnya petani sebagai konsumen. Pandangan dan penilaian petani sebagai produsen melahirkan pandangan bahwa yang dibutuhkan oleh para petani adalah tersedianya faktor-faktor produksi yang murah dan terjangkau dan menilai petani sebagai konsumen memberikan masukan bahwa usaha tani merupakan suatu wadah untuk meningkatkan petani adanya indikasi bahwa petani semakin maju dan sejahtera.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian eksplanatif adalah untuk menguji hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini, jelas ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri menggambarkan hubungan antar dua variabel atau lebih variabel, untuk mengetahui apakah sesuatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel launnya, atau pakah sesuatu variabel disebabkan atau dipengaruhi ataukah tidak oleh variabel lainnya.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan disebuah desa yaitu Desa Pasir Bangun, Kecamatam Lawe Alas, Kuta Cane, Kabupaten Aceh Tenggara,. Alasan pemilihan penelitian berada dilokasi ini adalah karena banyaknya masyarakat Desa Pasir Bangun yang beralih mata pencaharian dari petani sawah menjadi petani coklat.

3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel Populasi

(34)

Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti, teknik penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampel. dalam penarikan sampel ini ditetapkan bahwa sampel yang akan diteliti adalah yang dulu petani sawah beralih menjadi petani coklat sebanyak 20% dari jumlah sub total populasi, yaitu 20% x 149 = 38,8= 39 kepala keluarga. Teknik sampel dalam penelitian ini mengacu pada pernyataan Arikunto (2002 : 122), yaitu :

“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :

• Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

• Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya data.

• Besar kecilnya resiko yang di tanggung oleh peneliti. Untuk peneliti yang

resikonya besar, tentu saja jika sampel besar hasilnya akan lebih baik.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut :

(35)

2. Field Research

Teknik pengumpulan data dengan cara terjun kelapangan untuk mencari data-data yang diperlukan dengan cara :

- Observasi

Pengumpulan data dan Informasi penelitian dengan jalan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, dengan jalan mengumpulkan data yang dilakukan melaui pengamatan dan pencatatan dan perubahan-perubahan yang tampak pada objek penelitian dan pelaksanaannya langsung pada tempat dimana yang diteliti.

- Kuesioner

Metode pengumpulan data yang merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis.

- Dokumentasi

Metode pengumpulan data yang diperoleh dari suatu dokumentasi dalam penelitian ini, yakni berupa data-data dari lembaga pemerintahan.

3.5. Teknik Analisis Data

1. Analisis Tabel Tunggal

Merupakan suatu analisis yang digunakan dengan membagi-bagi variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori ( Singarimbun, 1995:266).

(36)

Rxy=

( )( )

( )

( )

{

}

2 2

2 2

. y y

n x nx

y x xy

n

Ket:

R : Koefisien korelasi x : Variabel bebas y : Variabel terikat n : Jumlah sample

Koefisien korelasi adalah indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dnan bentuk atau arah hubungan.

Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada -1 dan +1. untuk bentuk atau arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negative (-).

- Jika koefisien korelasi bernilai positif, maka variabel-variabel berkorelasi positif, artinya jika variabel yang satu naik atau turun , maka variabel yang lainnya juga naik atau turun. Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke +1, semakin kuat korelasi positifnya.

(37)

- Jika koefisien korelasi bernilai 0 (nol), maka variabel tidak menunjukkan korelasi.

- Jika koefisien korelasi bernilai +1 atau -1, maka variabel-variabel menunjukkan korelasi positif atau negative sempurna.

Kemudian untuk mengetahui tingkat hubungan antar variabel menggunakan tingkat pengukuran sebagai berikut:

• 0,00 – 0,199 berarti tingkat hubungan sangat rendah • 0,20 – 0,399 berarti tingkat hubungan sedang

• 0,40 – 0,599 berarti tingkat hubungan sedang berarti

• 0,60 – 0,799 berarti tingkat hubungan kuat

(38)

3.6. Jadwal Kegiatan

BULAN Jenis

kegiatan

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pra Observasi

X

2 ACC Judul

X

3 Penyusunan Proposall Penelitiaan

X X X

4 Seminar Penelitian

X

5 Revisi Proposal Penelitian

X X X

6 Penyerahan Hasil Seminar Penelitian

X

7 Operasional Penelitian

X

8 Bimbingan

X X

9 Penulisan Laporan Akhir

X

10 Sidang Meja Hijau

(39)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian Ilmiah. Salah satu kendala yang dihadapui adalah terbatasnya waktu responden karena mereka pagi-pagi harus pergi kekebun dan sore hari baru pulang kerumah, dan juga kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti kurang dimengerti oleh mereka sehingga jawaban yang diberikan ada yang tidak mereka isi. Sihingga membuat peneliti harus melakukan pengulangan.

(40)

BAB IV

ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis, kabupaten Aceh Tenggara terletak antara

3055’23”-4016’37” LU dan 96043’23”-98010’32” BT. Disebalah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues, di sebelah Timur dengan Provinsi Sumatera Utara dan kabupaten Aceh Timur, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singgkil, dan Provinsi Sumatera Utara, dan disebelah barat dengan Kabupaten Aceh Selatan.

Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara (AGARA) terletak diketinggian 25-1000 meter di atas permukaan laut, berupa daerah perbukitan dan pergunungan. Sebagian kawasannya merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Suhu udara berkisar anatara 25-32 celsius.

(41)

Bulan, Bukit Tussam, Semadam Baru, dan Babul Rahmah.(http://www.agaramedia.com/?pilih=)

Kondisi Sosial Ekonomi

Pendudukl di Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari beberapa suku, yang terbanyak adalah suku Alas di samping suku yang lain seperti Gayo, Singkil, Jawa, Mandailing, Minang, Karo, Aceh, dan batak.

Secara umum ditinjau dari potensi pengembangan ekonomi, wilayah Aceh Tenggara termasuk Zona Pertanian. Potensi ekonomi daerah barhawa sejuk ini adalah kopi dan hasil hutan.

Agama

(42)

pelaksanaan Syariat Islam mempunyai makna bahwa Pemerintah Daerah membuat langkah-langkah kebijakan yang memberikan arah terhadap pemahaman yang utuh atas syariat Islam melalui pelibatan semua lapisan masyarakat dengan alim ulama sebagai ujung tombak.

Sarana dan Prasarana

Wilayah Kabupaten aceh Tenggara yang diapit oleh pegunungan Bukit Barisan, memiliki keunikan tersendiri. Pembuatan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana m,embutuhkan pertimbangan tersendiri mengingat danya kawasan TNGL yang mengitari wilayah Aceh Tenggra, sementara ditengah-tengah Lembah Alas mengalir sungai Alas yang membentang dari Utara ke Tenggara .

Sarana dan telekomunikasi lain yang ada dalah kantor pos, perbankan, dan telepon seluler, yang tersebar sampai di kecamatan. Bank-Bank yang pemerintahanyang terdapat di Aceh Tenggra adalah Bank Pembangunan daerah. Dan juga telah dibangunnya lapangan udara Alas Lauser yang sudah bisa didarati pesawat kecil secara reguler dua kali seminggu.

4.2. Deskripsi Lokasi, Sarana dan Prasarana di Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pasir Bangun, Kec, Lawe Alas, Kab, Aceh
(43)

meraka merasa bahwasannya jika mereka hanya bekerja sebaghai petani sawah kehidupan mereka tidak akan berubah, sehingga banyak masyarakat Desa Pasir bangun yang berlomba-lomba untuk beralih mata pencaharian menjadi petani coklat, karena menjadi petani coklat dapat menjanjikan penghidupan yang lebih baik dan dapat meningkatkan sosial mereka. Sawah-sawah yang mereka kelola selama ini mereka gadaikan, diberikan kepada saudara untuk dikelola dan sebagian ada yang menjualnya. Dan Mereka membuka kembali lahan yang baru, lahan yang mereka kelola untuk berkebun sebagian berada di daerah pegunungan. Untuk menempuh ketempat tersebut harus dilakukan dengan naik sepeda motor atau berjalan kaki, karena daerah medan yang yang penuh bukit-bukit dan bebatuan.

Dalam kehidupn keluarga sehari-hari baik menyangkut kesehatan, pendidikan, dan lain-lain di Desa Pasir bangun tersedia sarana dan prasarana sebagai berikut:

 Pada Bidang Kesehatan

Desa Pasir bangun memiliki satu unit puskesmas yang disediakan oleh pemerintah untuk masyarakat umum, dan masyarakat yang kurang mampu tersedia Askes, sehingga dapat meringankan beban masyarakat miskin yang inin berobat ke puskesmas.

 Pada Bidang Ekonomi

(44)

 Sarana keagamaan

Dalam kegiatan ke Agamaan Desa Pasir bangun memiliki sarana 5 unit mesjid, karena Desa Pasir Bangun adalah mayoritas beragama Islam.

4.3. Karakteristik Responden

4.3. Variabel Bebas (X) Peralihan Mata Pencaharian

[image:44.612.115.520.324.397.2]

Untuk mengenali responden, peneliti menggunakan kuesiner yang berisi daftar pertanyaan data-data responden.berdasarkan hasil pengumpulan data maka dapat diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut:

Tabel 1

Responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin F %

1 Laki-laki 36 92,3

2 Perempuan 3 7,7

Jumlah 39 100

Sumber: Data penelitian lapangan oktober 2008

Dari tabel 1 diatas dapat ketahui bahwasannya responden mayoritas adalah laki-laki yaitu 36 (92,3%), dan perempuan 3 orang (7,7%). Hal ini disebabkan karena petani coklat lebih banyak menggunakan tenaga laki-laki di bandingkan perempuan, dari hal pemetikan buah coklat, pemupukan, dan pengangkatan untuk penjemuran buah coklat banyak digunakan tenaga laki-laki.

Tabel 2

Responden berdasarkan usia

No Kelompok Usia F %

1 23-28 Tahun 2 5,1

2 29-35 Tahun 8 20,5

3 36-41 Tahun 10 25,6

4 42-47 Tahun 10 25,6

5 48-53 Tahun 4 10,2

6 55-60 Tahun 5 12,8

[image:44.612.117.533.566.709.2]
(45)

Sumber: data penelitian lapangan oktober 2008

[image:45.612.109.535.372.436.2]

Dari tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa umur responden dapat dikategorikan bervariasi mulai dari umur 23 tahun sampai dengan umur 60 tahun. Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa reponden paling banyak adalah usia 36-47 tahun sebanyak 20 orang (51,35), dan yang paling sedikit adalah umur 23-28 tahun yaitu 2 orang (5,1%). Hal ini dikarenakan responden yang diteliti adalah yang sudah berumah tangga dan yang sudah memiliki anak. Dari tingkat umur sangat menentukan dengan proses bertani soalnya ketahanan tubuh mempengaruhi dengan daya tahan untuk mengerjakan lahan pertanian. Apabila umurnya masih tergolong muda seakan tenaga untuk mengerjakan lahan pertanian dan untuk memenuhi kebutuhan sudah berkurang.

Tabel 3

Data Responden berdasarkan agama

No Agama F %

1 Islam 39 100

Jumlah 39 100

Sumber; Data penelitian lapangan oktober 2008

Dari tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa responden mayoritas adalah islam yaitu 39 orang (100%). Hal ini karena masyarakat desa Pasir Bangun adalah

mayoritas beragama islam.

Tabel 4

Data Responden berdasarkan suku

No Suku F %

1 Alas 39 100

Jumlah 39 100

[image:45.612.108.536.553.622.2]
(46)

Dari tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa responden mayoritas adalah suku alas yaitu 39 orang (100%). Hal ini dikarenakan masyarakat desa Pasir bangun pada dasarnya adalah suku alas.

[image:46.612.120.532.189.352.2]

Tabel 5

Tingkat pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 SD 7 17,9

2 SMP 7 17,9

3 SMA 18 46,2

4 Diploma 1 0 0

5 Diploma 2 1 2,6

6 Diploma 3 0 0

7 S1 6 15,4

Jumlah 39 100

Sumber: Data penelitian lapangan oktober 2008

Dari tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tingkat SMA yaitu sebanyak 18 orang (46,2%),sedangkan SD dan SMP simbang yaitu 7 orang (17,9%),diploma 1 orang (2,6%), dan S1 6 orang (15,4%). Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden lumayan tinggi sehingga memudahkan mereka untuk menerima perubahan untuk meningkatkan kehidupan mereka.

Tabel 6

Latar belakang Responden beralih mata pencaharian

No Latar Belakang F %

1 Penghasilan dari pekerjaan baru

(petani coklat) lebih baik. 38 97,4

2 Karena adanya budaya latah 0 0

3 Karena tidak adanya pekerjaan

yang disediakan oleh PEMDA 1 2,6

Jumlah 39 100

[image:46.612.115.529.543.682.2]
(47)
[image:47.612.117.525.348.442.2]

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa latar belakang yang mempengaruhi responden beralih mata pencaharian adalah disebabkan karena penghasilan dari pekerjaan baru (petani coklat) lebih baik, dan responden yang menjawab penghasilan dari pekerjaan baru (petani coklat) lebih menjanjikan adalah sebanyak 38 orang (97,4%), sedangkan responden yang menjawab karena tidak adanya lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah daerah yaitu 1 orang (2,6%), dan poin karena adanya budaya latah tidak ada responden yang menjawab. Hal ini dapat dilihat bahwa rendahnya perhatian pemerintah daerah terhadap masyarakatnya, sehingga masyarakat desa Pasir Bangun banyak yang menjadi petani.

Tabel 7

Lama Responden beralih

No Kategori Waktu F %

1 1 tahun yang lalu 9 23,1

2 2 tahun yang lalu 6 15,4

3 3 tahun yang lalu 24 61,5

Jumlah 39 100

Sumber: Data penelitian lapangan oktober 2008

Berdasarkan tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa lama responden beralih mata pencaharian bervariasi, responden menjawab yang beralih 3 tahun yang lalu 24 orang (61,5%), sedangkan responden yang menjawab 1 tahun yang lalu sebanyak 9 orang, dan responden yang menjawab 2 tahun yang lalu sebanyak 6 orang (15,4%). Kategori lamanya beralih sangat mempengaruhi dengan tingkat penghasilan. Ternyata pekerjaan sebagai petani coklat dapat memberikan penghasilan yang sangat lumayan bagi masyarakat desa Pasir Bangun.

(48)
[image:48.612.114.537.95.190.2]

Tabel 8

Informasi Responden terhadap Petani Coklat

No Informasi F %

1 TV 3 7,7

2 PEMDA 19 48,7

3 Masyarakat sekitar 17 43,6

Jumlah 39 100

Sumbe: Data penelitian lapangan oktober 2008

Dari tabel 8 diatas dapat diketahui informasi yang didapat oleh masyarakat sekitar terhadap petani coklat bervariasi, responden yang menjawab mengetahui dari PEMDA sebanyak 19 Orang (48,7%), sedangkan responden yang menjawab dari masyarakat sekitar sebanyak 17 orang (43,6%), dan responden yang menjawab mengetahui informasi tentang petani coklat dari TV sebanyak 3 orang (7,7%). Hal ini dapat dilihat bahwa mayarakat tidak peka akan perubahan yang terjadi didesa Pasir Bangun, mereka mudah menerima perubahan yang terjadi pada mereka, sehingga membuat mereka dapat lebih terbuka dan tidak tertutup atas perubahan yang terjadi di desa Pasir bangun.

Tabel 9

Lama Responden menghabiskan waktu di kebun

No Kategori Waktu F %

1 1 jam 2 5,1

2 2 jam 8 20,5

3 Lebih dari 3 jam 29 74,4

Jumlah 39 100

Sumber; Data penelitian lapangan oktober 2008

[image:48.612.117.527.473.571.2]
(49)
[image:49.612.116.533.207.303.2]

butuh ekstra dalam melakukan pekerjaan, sehingga hasil yang diperolah juga sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini dikarenakan juga mereka tidak mempunyai pekerjaan sampingan sehingga mereka lebih menghabiskan waktu mereka dikebun dari pada tinggal dirumah.

Tabel 10

Pengakuan Responden mempunyai pekerjaan sampingan

No Pengakuan Responden F %

1 Ya 25 64,1

2 Tidak 7 17,9

3 Kadang-kadang 7 17,9

Jumlah 39 100

Sumber: Data penelitian lapangan oktober 2008

Dari tabel 10 diatas dapat diketahui bahwasannya responden mempunyai pekerjaan sampingan selain petani coklat, yaitu, bedagang, PNS, supir angkot, dan tukang becak. Responden yang menjawab mempunyai pekerjaan sampingan sebanyak 25 orang (64,1%), sedangkan responden yang menjawab tidak mempunyai pekerjaan sampingan sebanyak 7 orang (17,9%), dan responden yang menjawab kadang-kadang mempunyai pekerjaan sampingan 7 orang juga (17,9%). Hal ini dapat dilihat bahwa responden adalah pekerja keras sehingga mereka tidak berpangku tangan pada pekerjaan baru yaitu petani coklat, sehingga penghailan mereka dapat lebih meningkat.

Tabel 11

Lama Responden menunggu masa panen

No Masa Panen F %

1 4 Tahun 39 100

2 5 Tahun 0 0

3 Lebih dari 6 Tahun 0 0

Jumlah 39 100

[image:49.612.113.535.595.692.2]
(50)

[image:50.612.115.534.160.266.2]

Dari tabel 11 diatas dapat diketahui bahwa lama responden menunggu masa panen yaitu 4 tahun, yaitu 39 responden (100%) semua responden menjawab 4 tahun.

Tabel 12

Pengakuan Responden mempekerjakan orang lain di perkebunan No Mempekerjakan di Perkebunan F %

1 Ya 10 25,6

2 Tidak 10 25,6

3 Kadang-kadang 19 48,7

Jumlah 39 100

Sumber: data penwelitian lapangan oktober 2008

Dari tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab kadang-kadang mempekerjaan orang lain diperkebunan yang mereka kelola sebanyak 19 orang(48,7%), sedangkan responden yang menjawab mempekerjakan orang lain diperkebunan yang mereka kelola sebanyak 10 orang (25,6%) dan responden yang menjawab tidak mempekerjakan orang lain diperkebunan yang mereka kelola sebanyak 10 orang juga (25,6%). Hal ini dapat dilihat bahwa masayarakat didesa Pasir Bangun yang pengangguran dapat melakukan pekerjaan sebagai tenaga kerja diperkebunan yang mereka kelola, sehingga dampak yang mereka berikan dapat membantu masyarakat yang pengangguran, dan dapat membantu kebutuhan hidup mereka.

Tabel 13

Pengakuan Responden mempekerjakan orang lain di perkebunanan mereka

No Saat Mempekerjakan F %

1 Waktu panen (Menjaga dan

memetik) 5 26,3

2 Menanam, memupuk 9 47,4

3 Membersihkan kebun 5 26,3

(51)

Sumber: Data peneliian lapangan oktober 2008

Dari tabel 13 diatas dapat diketahui bahwa responden yang mempekerjakan orang lain diperkebunan yang mereka kelola yaitu sebanyak 9 orang (47,4), mereka mempekerjakannya untuk menanam dan memupuk. Sedangkan responden yang menjawab untuk waktu panen (menjaga dan memetik) dan membersihkan kebun masing-masing responden menjawab 5 orang (26,3%). Hal ini dapat dilihat bahwa dengan adanya petani coklat dapat memberikan pekerjaan baru kepada masyarakat desa Pasir Bangun sehingga mereka tidak lagi pengangguran. Dan dapat membantu kebutuhan hidup mereka.

[image:51.612.114.535.354.456.2]

Tabel 14

Pengakuan Responden menggunakan mesin

No Penggunaan mesin F %

1 Membutuhkan 6 15,4

2 Tidak membutuhkan 22 56,4

3 Kadang-kadang 11 28,2

Jumlah 39 100

Sumber; Data penelitian lapangan oktober 2008

(52)

gunakan dalam melakukan pemeliharaan adalah cangkul dan gunting, yaitu untuk membersihkan rumput dan dahan-dahan yang yang bercabang yang terdapat disekitar pohon coklat, dan dari observasi yang peneliti lihat ada juga perkebunan yang dibiarkan begitu saja, sehingga perkekebunan terlihat sangat semak, mereka datang kekebun tersebut ketika panen saja.

Tabel 15

Pengakuan responden dalam memerlukan modal dalam berkebun

No Modal F %

1 Ya 23 59

2 Tidak 12 30,7

3 Tidak sama sekali 4 10,3

Jumlah 39 100

Sumber; Data penelitian lapangan oktober 2008

Dari tabel 15 diatas dapat diketahui bahwa responden memerlukan modal yang lebih besar untuk berkebun dibandingkan dengan waktu bersawah, responden yang menjawab memerlukan modal yang besar untuk memulai berkebun sebanyak 23 orang (59%), sedangkan responden yang menjawab tidak memerlukan modal besar dalam memulai berkebun sebanyak 12 orang (30,75), dan responden yang menjawab tidak sama sekali memerlukan modal senayak 4 orang (10,3%). Hal ini dapat dilihat bahwa modal yang digunakan dalam memulai perkebunan sangat besar karena harus membeli tanah yang baru, bibit, pupuk, mempekerjakan orang lain diperkebunan sehingga memerlukan modal yang besar.

Tabel 16

Modal yang digunakan

No Modal yang digunakan F %

1 Milik sendiri 26 66,7

2 Kredit/ Bank 0 0

3 Pinjaman dari keluarga 13 33,3

(53)

Sumber; Data penelitian lapangan oktober 2008

[image:53.612.115.537.289.386.2]

Dari tabel 16 diatas dapat diketahui bahwa modal yang digunakan respondan untuk memulai berkebun yaitu responden yang menjawab modal sendiri sebanyak 26 orang (66,7%), sedangkan responden yang menjawab dari pinjaman keluarga sebanyak 13 orang (33,3), dan poin kredi/ Bank tidak ada responden yang menjawab. Hal ini dapat dilihat bahwa responden menggunakan modal sendiri, karena jika modal sendiri mereka tidak perlu berpikir bagaiman harus membayarnya.

Tabel 17

Pengakuan Responden adanya penyuluhan dari pemerintah

No Penyuluhan dari pemerintah F %

1 Ada 27 71,8

2 Tidak 8 20,5

3 Kadang-kadang 4 10,3

Jumlah 39 100

Sumber: data penelitian lapangan oktober 2008

(54)
[image:54.612.114.538.96.195.2]

Tabel 18

Pengakuan Responden tentang harga buah coklat

No Harga buah coklat F %

1 Sesuai 32 82,1

2 Kurang sesuai 5 12,8

3 Tidak sesuai sama sekali 2 5,1

Jumlah 39 100

Sumber; data penelitian lapangan oktober 2008

Dari tabel 18 diatas dapat diketahui bahwa harga buah coklat sangat bervariasi, yaitu responden yang menjawab sesuai sebanyak 32 orang (82,1%), sedangkan responden yang menjawab kurang sesuai sebanyak 5 orang (12,8%), dan responden yang menjawab tidak sesuai sama sekali yaitu 2 orang (5,1%). Hal ini dapat dilihat bahwa harga coklat hari demi hari semakin mahal, karena permintaan pasar yang semakin meningkat. Sehingga dari hasil biuah colat tersebut dapat meningkatkan status social ekonomi masyarakat Desa Pasir Bangun.

Tabel 19

Lahan yang ditanami oleh Responden

No Lahan yang ditanami F %

1 Ya, milik sendiri 36 92,3

2 Penyewa 0 0

3 Penggarap 3 7,6

Jumlah 39 99,9=100

Sumber: Data penelitian lapangan oktiber 2008

[image:54.612.114.535.422.512.2]
(55)

dikeliligi oleh gunung sehingga masyarakat sekitar dapat memiliki tanah yang kosong dan dapat menggarap tanah tersebut.

Tabel 20

Sistem menjual hasil buah coklat yang dilakukan oleh Responden No Sistem menjual hasil buah coklat F %

1 Melalui agen coklat 28 71,8

2 Langsug dijual kekota 10 28,2

3 Tengkulak yang datang

ketiap-tiap rumah 0 0

Jumlah 39 100

Sumber; data penelitian lapangan oktober 2008

[image:55.612.113.536.153.263.2]

Dari tabel 20 diatas dapat diketahui sistem penjualan buah coklat yang dilakukan masyarakat desa Pasir bangun, yaitu resoponden yang menjawab melalui agen coklat sebanyak 28 orang (71,8%), sedangkan responden yang menjawab langsung dijual kekota sebanyak 10 orang (28,2%), dan poin tengkulak yang datang ketiap-tiap rumah tidak ada yang menjawab. Hal ini dapat dilihat bahwa responden menjual hasil buah coklat mereka kepada agen coklat, karena jika mereka kekota memerlukan ongkos, sehingga mereka lebih memilih agen yan datang rumah.

Tabel 21

Hambatan dalam pemasaran

No Hambatan dalam pemasaran F %

1 Ada 12 30,8

2 Tidak 24 61,5

3 Kadang-kadang 3 7,7

Jumlah 39 100

Sumber; Data penelitian lapangan oktober 2008

(56)
[image:56.612.114.535.150.245.2]

(30,8%) ini disebabkan karena cuaca yang kadang tidak bersahabat. Dan responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 3 orang (7,7%).

Tabel 22

Sistem pemetikan buah coklat

No Sistem pemetikan buah coklat F %

1 Memetik sendiri 22 56,4

2 Sistem upah 15 38,5

3 Gotong royong 2 5,1

Jumlah 39 100

Sumber: Data penelitian lapangan oktober 2008

Dari tabel 22 diatas dapat diketahui sistem pemetikan buah coklat ketika penen yang dilakukan oleh responden yaitu, responden yang menjawab memetik sendiri sebanyak 22 orang (56,4%), sedangkan responden yang menjawab sistem upah sebanyak 15 orang (38,5%), dan responden yang menjawab gotong royong 2 orang (5,1%). Hal ini dapat dilihat hanya sebagian responden yang dalam pemetikan buah coklat mempekerjakan orang lain diperkebunan mereka kelola.

Tabel 23 Panen buah coklat

No Panen buah coklat F %

1 Seminggu sekali 18 46,2

2 Seminggu dua kali atau lebih 21 53,8

3 Tidak panen 0 0

Jumlah 39 100

Sumber: Data penelitian lapangan oktober 2008

[image:56.612.114.537.440.547.2]
(57)

dengan melihat panen buah coklat seminggu dua kali dapat meningkatkan status social ekonomi responden.

[image:57.612.114.535.192.286.2]

4.4 Data Variabel Antara Z (Aksesbilitas)

Tabel 24

Pembaharuan yang berkembang di masyarakat

No Tanggapan pembaharuan F %

1 Sangat baik 20 51,3

2 Baik 17 43,6

3 Kurang baik 2 5,1

Jumlah 39 100

Sumber; Data penelitian lapangan oktober 2008

Dari tabel 24 diatas dapat diketahui bahwa pembaharuan yang sedang berkembang di masyarakt Desa Pasir Bangun sangat baik, yaitu tersponden yang menjawab sangat baik sebanyak 20 orang, sedangkan responden yang menjawab baik 17 orang (43,6%), dan responden yang menjawab kurang baik 2 orang (5,1%). Dari jawaban responden tersebut dapat diperkirakan bahwa adanya peningkatan terhadap suatu perubahan yang meningkatkan daya terima masyarakat Desa Pasir Bangun.

Tabel 25

Peralihan dapat meningkatkan penghasilan

No Meningkatkan penghasilan F %

1 Ya 39 100

2 Tidak 0 0

3 Tidak sama sekali 0 0

Jumlah 39 100

Sumber; data penelitian lapangan oktober 2008

[image:57.612.115.536.493.589.2]
(58)

menyatakan bahwa masyarakat sudah menerima atas peralihan yang dapat meningkatkan penghasila

Tabel 26

Pengetahuan masyarakat meningkat

No Pengetahuan masyarakat meningkat F %

1 Ya 39 0

2 Tidak 0 0

3 Tidak sama sekali 0 0

Jumlah 39 100

Sumber: data penelitian lapangan oktober 2008

[image:58.612.111.538.153.247.2]

Dari tabel 26 diatas dapat diketahui bahwa dengan adanya pembaharuan menjadi petani coklat pengetahuan responden meningkat, 39 responden (100%), responden menjawab pengetahuan mereka meningkat dengan adanya pembaharuan menjadi petani coklat. Dengan pengetahuan masyarakat meningkat membuat masyarakat lebih mudah menerima perubahan.

Tabel 27

Pembaharuan melakukan perubahan dalam memenuhi kebutuhan No Pembaharuan memenuhi kebutuhan F %

1 Ya 37 94,9

2 Tidak 2 5,1

3 Tidak sama sekali 0 0

Jumlah 39 100

Sumber; data penelitian lapangan oktober 2008

(59)

Tabel 28

Tingkat kamauan pendidikan meningkat

No Pendidikan meningkat F %

1 Ya 39 100

2 Tidak 0 0

3 Tidak sama sekali 0 0

Jumlah 100 100

Sumber: data penelitian lapangam oktober 2008

Dari tabel 28 diatas dapat diketahui bahwa dengan adanya pembaharuan meningkatkan kemauan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan anak-anak mereka kejenjang lebih tinggi. Dari tampilan tabel diatas dapat diketahui bahwa pendidikan sangat menentukan dengan pendapatan yang banyak sehingga bisa memenuhi kebutuhan. Dan apabila kemauan mayarakat kurang jelaskebutuhan tidak akan terpenuhi dan kehidupan semakin sempit (terisolir) kurangnya pendidikan akan berpengaruh segala kemungkinan akan hancur bila tidak di baregi dengan pendidikan dan wawasan yang tinggi.

[image:59.612.112.534.91.191.2]

4.5 Data Variabel Terikat Y (Peningkatan Status Sosial Ekonomi)

Tabel 29

Perubahan tingkat penghasilan Responden setelah beralih mata pencaharian

No Penghasilan meningkat F %

1 Meningkat 37 94,9

2 Tetap 1 2,6

3 Kurang meningkat 1 2,6

Jumlah 29 100

Sumber: Data penelitian lapangan 2008

(60)

juga (2,6%). Dari paparan diatas bahwa perubahan tingkat penghasilan responden setelah beralih mata pencaharian adalah menigkat sehingga sebagian besar masyarakat bisa memenuhi kebutuhan. Di bandingkan ketika mereka masih sebagai petani sawah pendapatan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan ini dikarenakan penghasilan dari petani sawah tidak seperti penghasilan yang mereka dapat dari hasil sebagai petani coklat, ketika mereka menjadi petani sawah penghasilan yang mereka dapat lebih kurang dari Rp.100.000, sehingga mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup, ketika mereka beralih mata pencaharian pendapatan mereka dratis meningkat sehingga dapat meningkatkan status social mereka.

Tabel 30

Penghasilan perbulan Responden sebelum beralih mata pencaharian

No Penghasilan per bulan F %

1 Rp. <1.000.000,- 21 53,8

2 Rp. 1.000.000-2.000.000,- 15 38,5

3 Rp. >2.000.000,- 3 7,7

Jumlah 39 100

Sumber: Data penelitian lapangan 2008

Berdasarkan tabel 30 diatas dapat diketahui bahwa penghasialn responden yang menjawab kurang dari Rp.1.000.000 sebanyak 21 orang (53,8%), sedangkan penghasialn responden yang menjawab Rp.1.000.000- Rp.2.000.000 sebanyak 15 orang (38,5%), dan yang responden yang menjawab diatas Rp.2.000.000 sebanyak 3 orang (7,7%).hal ini dikarenakan harga pupuk yang mahal, irigasi yang kurang memadai, cuaca dan harga gabah yang murah menjadikan masyarakat tetap berpenghasilan rendah.

(61)

Tabel 31

Ketercukupan penghasilan untuk kebutuhan rumah tangga sebelum beralih mata pencaharian

No Kurang mencukupi kebutuhan F %

1 Tidak mencukupi 15 38,5

2 Kurang mencukupi 12 30,8

3 Mencukupi 12 30,8

Jumlah 39 100

Sumber: Data penelitian lapangan 2008

[image:61.612.114.536.460.562.2]

Berdasarkan tabel 31 diatas dapat diketahui bahwa sebelum beralih mata pencaharian, responden yang menjawab tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga sebanyak 15 orang (38,5%), sedangkan responden yang menjawab kurang mencukupi kebutuhan rumah tangga sebanyak 12 orang (30,8%), dan responden yang menjawab mencukupi kebutuhan rumah tangga 12 orang juga (30,8%). Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebelum beralih mata pencaharian kebutuhan masyarakat belum sepenuhnya dapat dipenuhi karena penghasilan dari petani sawah belum dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Tabel 32

Penghasilan Responden per bulan setelah beralih mata pencaharian

No Penghasilan F %

1 Rp. <1.000.000,- 7 17,9

2 Rp. 1.000.000-2.000.000,- 4 10,3

3 Rp. >2.000.000,- 28 71,8

Jumlah 39 100

Sumber: Data penelitian lapangan oktober 2008

(62)
[image:62.612.119.532.541.648.2]

Hal ini menunjukan dengan beralihnya masyarakat dari petani sawah kepetani coklat dapat meningkatkan pendapatan, peningkatan status, dan peningkatan pendidikan. Dari table di atas dapat diketahui bahwa responden menjawab 28 responden(71,9%). mayoritas pendapatan mereka meningkat.

Tabel 33

Kemampuan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup Responden setelah beralih mata pencaharian

No Kemampuan penghasilan F %

1 Sangat mampu 12 30,8

2 Mampu 23 59

3 Kurang mampu 4 10,3

Jumlah 39 100

Sumber: Data penelitian lapangan oktober 2008

Berdasarkan tabel 33 diatas setelah beralih mata pencaharian jelas membantu penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup.Dimana responden yang menjawab mampu sebanyak 23 orang (59%), sedangkan responden yang menjawab sangat mampu 1 orang (30,8%), dan responden yang menjawab kurang mapu 4 orang (10,3%). Dengan meningkatnya penghasilan, kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup juga meningkat. Berdasarkan jawaban responden, umumnya responden menyatakan mampu memenuhi kebutuhan hidup.

Tabel 34

Fasilitas rumah Responden setelah beralih mata pencaharian

No Fasilitas rumah F %

1 Lebih kecil 2 5,1

2 Sama 6 15,4

3 Lebih besar 31 79,5

Jumlah 39 100

Sumber: data penelitian lapangan oktober 2008

(63)

orang (15,4%), dan responden yang menjawab lebih kecil 2 orang (5,1%). Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rumah responden setelah beralih mata pencaharian ternyata semakin besar. Karena penghasilan yang mereka dapat dari petani coklat meningkatkan status social masyarakat Desa Pasir Bangun.

Tabel 35

Penghasilan Responden disisihkan untuk menabung

No Penghasilan untuk menabung F %

1 Tidak mampu 4 10,3

2 Kurang mampu 5 12,8

3 Ya, mampu 30 76,9

Jumlah 39 100

Sumber: Data penelitian lapangan oktober 2008

[image:63.612.115.535.489.580.2]

Berdasasrkan tebel 35 diatas dapat diketahui tingkat kemampuan responden untuk menabung,responden yang menjawab ya, mampu sebanyak 30 orang (76,9%), sedangkan responden yang menjawab kurang mampu 5 orang (12,8%), dan responden yang menjawab tidak mapu 4 orang (10,3%). Dari tabel diatas dapat dilihat penghasilan responden dari petani coklat dapat disisihkan untuk menabung.

Tabel 36

Tingkat pendidikan anak Responden yang paling tinggi

No Tingkat pendidikan F %

1 Belum sekolah 2 5,1

2 SD/SLTP 11 28,2

3 SMA/ Perguruan Tinggi 26 66,7

Jumlah 39 100

Sumber: Data penelitian lapangan 2008

(64)

Gambar

Tabel 2 Responden berdasarkan usia
Tabel 4 Data Responden berdasarkan suku
Tabel 6 Latar belakang Responden beralih mata pencaharian
Tabel 7 Lama Responden beralih
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui nilai-nilai gotong-royong yang masih dilakukan dalam masyarakat petani padi sawah di Desa Sungai Siput, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan masyarakat Desa Pohan Tonga beralih profesi dari petani sawah menjadi buruh pabrik.. Faktor- faktor

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa peran pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan masyarakat petani padi sawah di Desa Bukit Padi belum maksimal,