• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI SAWAH (Studi Kasus Pada Masyarakat Petani Di Desa Mengkang, Kecamatan Lolayan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI SAWAH (Studi Kasus Pada Masyarakat Petani Di Desa Mengkang, Kecamatan Lolayan )"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI SAWAH

(Studi Kasus Pada Masyarakat Petani Di Desa Mengkang,

Kecamatan Lolayan )

VINNY ALVIYONITA BAKUNG, Dr. Rauf A Hatu M.SiYowan Tamu S.Ag., MA

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

ABSTRAK

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana Proses pemberdayaan Masyarakat petani sawah dan adaptasi teknologi pertanian di Desa Mengkang, dengan tujuan Untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana proses pemberdayaan masyarakat petani di desa Mengkang Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow , Untuk menggambarkan tingkat kemampuan masyarakat petani di Desa Mengkang Kecamatan Lolayan dalam menerapkan teknologi pertanian.

Jenis Penelitian yang di gunakan adalah metode penelitian lapangan dengan subjek penelitian petani di Desa Mengkang Kecamatan Lolayan dalam menerapkan teknologi pertanian. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni observasi, wawancara dan dokumenter. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif analisis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat petani sawah di Desa Mengkang Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow masih perlu ditingkatkan. Hal ini dilihat dari kenyataan yang menunjukkan bahwa masih banyak terdapat masyarakat yang kurang menyadari terhadap cara pengolahan/penggarapan lahan pertanian dengan baik agar memperoleh hasil perstanian yang lebih maksimal.

Faktor lain penyebab menurunnya hasil pertanian di Desa Mengkang adalah ketergantungan pupuk kimia dan pestisida semakin tinggi, Secara alami, tingkat kesuburan tanah akan mengalami penurunan dari waktu ke waktu, terutama apabila cara pengolahan tanahnya kurang baik. Cara seperti ini dapat menyebabkan lahan pertanian makin tidak produktif.

(2)

A. PENDAHULUAN

Pembangunan dibidang pertanian pada dasarnya adalah mengangkat harkat hidup masyarakat petani. Hal ini akan terwujud apabila adanya peningkatan pendapatan petani sehingga akan memberikan daya beli masyarakat petani yang akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi Negara khususnya ekonomi daerah.

Pertumbuhan pembangunan disegala bidang yang pesat terutama industri dan pemukiman sangat berpengaruh terhadap pengembangan sektor pertanian, karena menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian khususnya sawah menjadi non pertanian atau non sawah. Kebutuhan pengadaan beras masih tetap menjadi perhatian utama pemerintah, khususnya dalam menjamin ketersediaan pangan yang memadai dan berkelanjutan. Pemerintah khususnya departemen pertanian c.q. Direktorat Jenderal Prasana dan Sarana Pertanian (PSP) memiliki komitmen untuk mengantisipasi permasalahan dimaksud melalui perluasan sawah. Untuk mengantisipasi supaya kegiatan perluasan sawah ini dapat didayagunakan/ditindaklanjuti oleh masyarakat secara optimal, dibutuhkan proses penguatan kapasitas oleh tenaga pendamping dalam rangka pelaksanaan fisik, penguatan kelembagaan masyarakat lokal dan pemberdayaan petani1.

Adapun yang menjadi salah satu masalah masyarakat petani di desa Mengkang adalah Rendahnya SDM Petani. Hal ini mempengaruhi tingkat kesulitan masyarakat petani dalam Penguasaan Tekhnologi pertanian seperti tekhnik menanam dan menggunakan pupuk dengan baik serta penggunaan tekhnologi pertanian lainnya, bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten berupa pupuk dan sarana pertanian lainnya belum dapat digunakan sebaik mungkin oleh masyarakat petani di desa tersebut karena minimnya penyuluhan-penyuluhan pertanian yang diberikan pemerintah kabupaten yang notabenenya diperankan oleh Badan

1

Kementrian Pertanian, 2007, Pedoman teknis pendampingan perluasan sawah, Dorektorat jendral prasaranadan sarana pertanian, hal :.1

(3)

Penyuluh Pertanian yang ada di Daerah, sehingga menyebabkan produk-produk pertanian yang di hasilkan oleh masyarakat petani di Desa Mengkang belum memenuhi standar permintaan pasar. Hal ini merupakan salah satu masalah yang mempengaruhi peningkatan taraf hidup masyarakat petani.

Masalah lainnya adalah akses jalan perkebunan yang digunakan oleh petani untuk memobilisasi hasil-hasil pertanian belum memadai sehingga petani membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memasarkan hasil pertanian mereka, kesempatan inilah yang ambil oleh para tengkulak untuk mempermainkan harga. Hal ini akan menyebabkan rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh petani. Selain itu juga tidak tersedianya pasar terdekat yang menyebabkan petani yang tidak mempunyai modal yang cukup terpaksa menjual hasil pertaniannya kepada tengkulak dengan harga murah.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk dapat menggambarkan sifat-sifat individu, kelompok, dan keadaan atau kehidupan sosial budaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Selitz2, bahwa penelitian deskriptif mencoba menggambarkan

tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejala-gejala dalam kelompok tertentu, menentukan adanya hubungan tertentu antara satu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat. Rusidi menyebutkan penelitian jenis ini bertujuan membuat deskripsi mengenai fakta dan sifat suatu gejala sosial yang teramati pada suatu daerah tertentu secara sistemik, faktual dan teliti3.

Pendekatan kualitatif berguna untuk menggambarkan suatu realita dan kondisi sosial dalam masyarakat. Sedangkan Wiliams Menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan

2

Mely G Tan, Segi-Segi Sosial Budaya Kebiasaan Pangan di Indonesia. Dimuat dalam Maluku dan Irian Jaya, Jakarta Buletin Leknas, Vol III, No 1, 1984, hal :42.

(4)

data-data suatu latar alamiah4. Garna dengan mengacu kepada pendapat Abercrombie

menyatakan, tujuan penelitian kualitatif adalah berupaya memahami gejala-gejala sedemikian rupa dan tidak memerlukan kuantitatif, atau karena gejala-gejala tersebut tidak memungkinkan atau tidak perlu diukur secara tepat. Untuk memahami gejala-gejala tersebut, maka perlu mempelajari menurut konteks budaya dan kondisi sosial masyarakat setempat. Pendekatan ini digunakan karena pertama, yang akan diteliti berkaitan dengan pemahaman gejala-gejala sosial budaya masyarakat. Kedua, penelitian ini berupaya untuk memahami konteks sosial budaya masyarakat tertentu5.

C. PEMBAHASAN

Kondisi sosial merupakan perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti kurang mencolok. Adapula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas. Serta adapula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat.6

Pembangunan adalah merupakan suatu proses perubahan sosial budaya, dengan adanya pembangunan yang dilaksanakan disegala bidang sudah tentu masyarakat pedesaan khususnya petani juga merasakannya, sehingga dengan sendirinya semakin besar pula kemungkinan terjadi perubahan dalam masyarakat itu.

4

Lexy J. Maleong, Metode penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.2007, hal 6

5

Jusistirta K Garna, Metoda Penelitian: Pendekatan Kualitatif, Bandung: Primaco Akademika, 1999, hal 32.

6

(5)

Sebagai akibat dari terjadinya mobilitas sosial di pedesaan, maka tanpa disadari akan bermunculan sejumlah fenomena-fenomena baru yang akan mewarnai kehidupan individu itu sendiri ataupun masyarakat dimana individu itu berada. Berubahnya status pekerjaan dan pendapatan sebagai indikator terjadinya perubahan orientasi petani sawah ke petani tambak juga akan mempengaruhi gaya hidup masyarakat tersebut pula. Apabila masyarakat mengalami peningkatan pendapatan, maka dengan sendirinya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupannya.

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan formal Kepala Keluarga berpengaruh positif pada keefisienan teknis usahatani. Artinya, petani yang berpendidikan rendah dapat mengelola usaha taninya secara teknis dengan baik. Hal ini terjadi karena beberapa hal. Pertama, adalah lain bagi para petani untuk saling berbagi pengalaman sehingga petani dengan pendidikan tidak tamat SD-pun dapat belajar dari petani lain. Selain itu, penyuluhan pertanian yang selama ini (telah puluhan tahun) dijalankan memang telah diupayakan agar mudah dipahami oleh para petani pada berbagai tingkatan pendidikan7. Ketiga, meskipun bukan berarti sederhana, pada kenyataannya teknik

bersawah memang bukan merupakan hal yang asing, bahkan relative dikuasai secara massal oleh petani Desa Mengkang.

Masyarakat petani Desa Mengkang didominasi oleh tingkat pendidikan yang sangat rendah, ini disebabkan oleh kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan sangat kurang sehingga hal ini berpengaruh pada pola pikir mereka.

Banyaknya petani di Desa Mengkang yang memiliki lama pendidikan rendah, disebabkan oleh berbagai alasan yang menyertainya, diantaranya adalah sejak kecil petani

7

(6)

diminta oleh orang tuanya untuk membantu bekerja di sawah, sulitnya bersekolah waktu itu dimana pemerintahan Indonesia belum stabil, serta ketidakmampuan dari aspek keuangan keluarga untuk membiayai anggota keluarganya bersekolah. Seperti yang dikatakan oleh Pak Jony Paputungan yang sudah sejak lama jadi petani sawah, dia mengatakan bahwa:

”Solama kita ini bakerja sawah,mo kase sekolah lagi anak tapi nda ada doi, jadi walaupun torang mo skolah tetap depe tampa di kobong, kita saja yang tidak skolah tau cara ba pajeko, ada disini yang so sarjana tapi tetap jadi petani pas pulang kamari dari kuliah, berarti sama no torang deng dorang yang so sarjana, sama-sama ba pajeko sawah” Artinya:

“Saya sudah lama bekerja sebagai petani sawah, ingin sekali menyekolahkan anak tapi tidak ada uang, jadi kami disini walaupun sekolah pekerjaan kami tetap berkebun, saya saja yang tidak bekerja tau cara menggarap lahan sawah, disini ada yg sudah sarjana tapi tetap jadi petani ketika selesai kuliah, berarti sama dengan kami dengan mereka yang sudah sarjana, sama-sama menggarap sawah”.8

Maksud dari pernyataan diatas adalah kuranganya sosialisasi pentingnya pendidikan bagi anak-anak dan orang tua sehingga pemaknaan terhadap yang sekolah dengan tidak sekolah itu sudah sama dengan anak yang sekolah.

Walau demikian, bukan berarti pengetahuan mereka dalam bercocok tanam juga rendah karena mereka mendapat ilmu dari pengalaman bercocok tanam selama bertahun-tahun dan turun temurun. Keterampilan atau pengetahuan berusahatani padi dan melakukan pengusahaan terhadap lahan sawahnya sebagian besar berasal dari orang tuanya.

Mensejahterakan petani bukan hanya tentang meningkatkan pendapatan sekelompok masyarakat. Namun petani adalah salah satu elemen penting dalam mata rantai kedaulatan pangan. Jika pemerintah mampu menciptakan sebuah kebijakan yang mendorong perbaikan kehidupan petani, maka produktivitas pertanian akan meningkat. Dengan demikian, kapasitas

8

(7)

produksi akan mampu mengimbangi laju kebutuhan pangan penduduk9.

Tingkat kesejahteraan petani Desa Mengkang jika dipresentasekan maka KK Prasejahtera dengan presentase 42,46 %, KK miskin 23 %, KK sejahtera 12 % dan KK sedang 7 %, hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesejahteraan masyarakat mengkang didominasi oleh KK Prasejahtera, sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Mengkang dapat dikatakan tidak sejahtera.

D. PENUTUP

Berdasarkan hasil pembahasan tingkat kemampuan masyarakat petani sawah di Desa Mengkang Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow dalam menerapkan teknologi pertanian masih perlu ditingkatkan. Hal ini dilihat dari kenyataan yang menunjukkan bahwa masih banyak terdapat masyarakat yang tidak mengetahui cara pengolahan/penggarapan lahan pertanian dengan menggunakan teknologi pertanian agar memperoleh hasil pertanian yang lebih maksimal.

Proses yang dilakukan dalam hal untuk pemberdayaan masyarakat petani di Desa Mengkang adalah ketergantungan pupuk kimia dan pestisida semakin tinggi, Secara alami, tingkat kesuburan tanah akan mengalami penurunan dari waktu ke waktu, terutama apabila cara pengolahan tanahnya kurang baik. Cara seperti ini dapat menyebabkan lahan pertanian makin tidak produktif .

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dari kesimpulan tersebut dikemukakan saran sebagai berikut:

9

Kementrian Negara Riset dan Teknologi RI, 2006 Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Bidang Ketahanan Pangan.. Buku Putih, Indonesia 2005-2025

(8)

1. Kepada pemerintah, agar selalu megontrol situasi gejala-gejala yang menjadi hambatan/kendala yang dialami masyarakat petani Desa Mengkang dalam mengolah lahan pertaniannya kemudian berusaha menemukan alternatif pemecahannya.

2. Jika memungkinkan hasil pertanian petani sawah yang ada di Desa Mengkang mengalami peningkatan, hendaknya pemerintah terus melakukan sosialisasi kepada seluruh komponen petani sawah terhadap pentingnya menguasai tekhnik bertani dengan baik dan tata cara menggunakan alat-alat teknologi pertanian modern.

3. Pemerintah harus menjelaskan kepada para petani sawah agar dapat memilih bibit yang berasal dari varietas unggul sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian pada saat panen.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Garna, Judistira K. 1999. Metoda Penelitian: Pendekatan Kualitatif, Bandung: Primaco Akademika.

Jurnal Agro Ekonomi Vol. 28 (2), 2010.

Kementrian Pertanian, 2012. Pedoman Teknis Pendampingan Perluasan Sawah. Jakarta

Koentjaraningrat. “Beberapa Dasar Metode Statistik dan Sampling Dalam Penelitian Masyarakat” dalam Koentjaraningrat (Redaksi). 1997. Metode-metode Penelitian

Masyarakat. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum

Miles, M.B dan Huberman, A.M, 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press

Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan

Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nazir, M. 1985. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nawawi, Ismail, 2009. Pembangunan dan Problema Masyarakat, CV. Putra Media Nusantara, Surabaya.

Radi A, Gany, 2002. Menyongsong Abad Baru Dengan Pendekatan Pembangunan Berbasis

Kemandirian Lokal. Makasar: UNHAS. Press

Rusidi, 2000. Metodologi Penelitian Masyarakat (Kumpulan Materi Kuliah). Bandung: Program Pascasarjana Unpad.

Suyanto, Bagong, 1995. Perangkap Kemisikinan, Airlangga University Press, Surabaya.

Suharto, Edi, 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, PT Refika Aditama, Bandung.

Sumantoro Martowijoyo dan Sajogyo, 2005. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Dalam Kancah

Globalisasi, Sains, (Yayasan Sayogyo Inti Utama).

Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif, CV Alfabeta, Bandung. Sudjarwo, 2001. Metodologi Penelitian Sosial, Bandung: Mandar Maju.

Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soekarno. 1963. Dibawah Bendera Revolusi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Tan, Mely G. 1984. Segi-Segi Sosial Budaya Kebiasaan Pangan di Indonesia, Dalam: Maluku

dan Irian Jaya, Jakarta: Buletin Leknas, Vol. III. No. 1.

Tim Penyusun Buku Putih, 2006. Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Ketahanan Pangan. Jakarta

Vredenbregt, J. 1984. Metode dan Tehnik Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia. Website

http://www.herdinbisnis.com, Diakses pada Hari Ahad Tanggal 22 Juli 2013 http://petunjukbudaya.blogspot.com, Diakses pada Hari Ahad Tanggal 21 Juli 2013 http://www.paskomnas.com, Diakses pada Hari Ahad Tanggal 21 Juli 2013

Referensi

Dokumen terkait

Pelajar yang Pelajar yang bermotiva bermotiva si si intrinsik intrinsik adalah lebih cenderung untuk melibatkan diri dalam tugas sukarela seperti menolong adalah lebih

1) Kepala Puskesmas atau petugas yang ditunjuk dapat melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan atau administrasi pengelolaan

Media pembelajaran diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa, dan tidak bersifat verbalistik, metode

Berdasarkan perubahan sistem informasi penyewaan bus pariwisata yang berjalan dan setelah kebutuhan-kebutuhan sistem yang baru telah ditentukan, maka langkah-langkah

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah dua undang-undang yang

dan  dapat  menerapkannya  didalam  kehidupan  berbangsa  dan

Dari analisis data di atas peneliti menyimpulkan bahwa melihat latar belakang pijakan yang digunakan SMP Islam Thoriqul Huda tersebut, maka strategi perencanaan

Pentingnya arti bermain bagi anak mendorong seorang tokoh psikologi dan filsafat terkenal, Johan Huizinga untuk ikut merumuskan teori bermain. Ia mengemukakan