BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Landasan Teori
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2012: 57) “media adalah perantara dari sumber
informasi ke penerima informasi, contohnya video, televisi, komputer
dan lain sebagainya. Alat-alat tersebut merupakan media manakala
digunakan untuk menyalurkan informasi yang akan disampaikan”.
Trianto (2011: 234) menjelaskan bahwa :
Media pembelajaran adalah sebagai penyampai pesan (the carriers of message) dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan (the receiver of the message). Media pembelajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran yang terencana (arti sempit). Media pembelajaran tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks, tetapi juga bentuk sederhana seperti slide, foto, diagram buatan guru, objek nyata, dan kunjungan ke luar kelas (arti luas).
Arsyad (2007: 4) mengatakan “media pembelajaran adalah media
yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional
atau mengandung maksud-maksud pengajaran”. Hernawan dkk (2007: 5)
mengatakan bahwa:
Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang
dibawanya (message/software). Perangkat lunak (software) adalah
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana atau alat yang dijadikan perantara untuk
menyampaikan pesan-pesan atau informasi dari penyampai pesan ke
penerima pesan. Sarana atau alat yang dimaksud dapat berupa foto,
video, rekaman, slide dan lainnya.
b. Prinsip-prinsip Penggunaan Media dalam Pembelajaran
Sanjaya (2012: 75-76) menyatakan bahwa terdapat sejumlah
prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada
komunikasi pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut yaitu :
1) Media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar
dalam upaya memahami materi pelajaran. Dengan demikian,
penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa,
bukan dipandang dari sudut kepentingan guru.
2) Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan
untuk mencapai tujauan pembelajaran. Media tidak digunakan
sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk
mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar
untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
3) Media yang digunakan harus sesuai dengan pembelajaran. Setiap
materi pelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan. Media yang
akan digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pelajaran.
jumlah penduduk Indonesia, maka guru perlu mempersiapkan
semacam grafik yang mencerminkan pertumbuhan penduduk.
4) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan
kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengar yang
kurang baik, akan sulit memahaminpelajaran manakala digunakan
media yang bersifat auditif. Demikian pula sebaliknya, siswa yang
memiliki kemampuan penglihatan yang kurang, akan sulit
menangkap bahan pembelajaran yang disajikan dengan visual.
5) Media yang akan digunakan harus memerhatikan efektivitas dan
efisiensi. Media yang memerlukan peralatan yang mahal belum tentu
efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian juga media yang
sangat murah belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yang
dirancang guru perlu memerhatikan efektivitas penggunaannya
6) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam
mengoperasikannya. Sering media yang kompleks terutama
media-media mutakhir seperti media-media komputer, LCD, dan media-media elektronik
lainnya memerlukan kemampuan khusus dalam mengoperasikannya.
Hernawan dkk (2007: 65) juga mengatakan bahwa ada beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media yaitu :
1) Kesesuaian dengan tujuan (instructional goals). Perlu dikaji tujuan
pembelajaran apa yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Dari kajian Tujuan Instruksional Umum (TIU) atau
yang cocok guna mencapai tujuan tersebut. Selain itu analisis dapat
diarahkan pada taksonomi tujuan dari Bloom dkk apakah tujuan itu
bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik.
2) Kesesuaian dengan materi pembelajaran (instructional content),
yaitu bahan atau kajian apa yang akan diajarkan pada program
pembelajaran tersebut. Pertimbangan lainnya, dari bahan atau
pokok bahasan tersebut sampai sejauh mana kedalaman yang harus
dicapai, dengan demikian kita bisa mempertimbangkan media apa
yang sesuai untuk penyampaian bahan tersebut.
3) Kesesuaian dengan karakteristik pembelajar atau siswa. Dalam hal
ini media haruslah familiar dengan karakteristik siswa/guru yaitu
mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan. Hal
lainnya karakteristik siswa, baik secara kuantitatif (jumlah) ataupun
kualitatif (kualitas, ciri dan kebiasaan lain) dari siswa terhadap
media yang akan digunakan.
4) Kesesuaian dengan teori. Pemilihan media harus didasarkan atas
kesesuaian dengan teori. Media yang dipilih bukan karena
fanatisme guru terhadap suatu media yang dianggap paling disukai
dan paling bagus, namun didasarkan atas teori yang diangkat dari
penelitian dan riset sehingga teruji validitasnya.
5) Kesesuaian dengan gaya belajar siswa. Kriteria ini didasarkan atas
kondisi psikologis siswa, bahwa siswa belajar dipengaruhi pula
6) Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan
waktu yang tersedia. Bagaimana bagusnya sebuah media, apabila
tidak didukung oleh fasilitas dan waktu yang tersedia maka kurang
efektif.
Penjelasan di atas mengenai prinsip-prinsip penggunaan media,
dapat disimpulkan bahwa prinsip penggunaan media pada dasarnya
adalah media yang digunakan memudahkan guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan
tercapai. Oleh karena itu, maka media yang digunakan harus sesuai
dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa agar siswa lebih mudah
memahami, serta memperhatikan keefektifan dan keefisienan
penggunaan media tersebut.
c. Manfaat media pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran oleh guru tentu memiliki banyak
manfaat yang memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Trianto
(2011: 234) menjelaskan bahwa :
Media pembelajaran diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa, dan tidak bersifat verbalistik, metode pembelajaran lebih bervariasi, siswa menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas, pembelajaran lebih menarik dan mengatasi keterbatasan ruang.
Secara lebih khusus Sanjaya (2012: 70-72) menjelaskan manfaat
1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu
Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat
diabadikan dengan foto, film, atau direkam melalui video atau
audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan
manakala diperlukan.
2) Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu
Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan
pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah
dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme.
3) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar sisswa
sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih
meningkat.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat media
pembelajaran adalah menyajikan bahan-bahan pelajaran yang bersifat
abstrak menjadi lebih konkret ke dalam kelas sehingga siswa menjadi
lebih memahami. Media pembelajaran juga bermanfaat dapat menjadikan
siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang berlangsung.
Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran
akan lebih bervariasi.
2. Adobe Flash
Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang dengan pesat,
manusia dalam melakukan aktivitasnya. Salah satunya adalah perangkat
lunak Adobe Flash yang dapat digunakan untuk membuat media
pembelajaran dengan tampilan yang lebih menarik. Adobe flash merupakan
program pembuat animasi yang diproduksi oleh perusahaan peranti lunak
dari Amerika Serikat yaitu Adobe System Incorporated. Sunyoto (2010: 1)
mengatakan bahwa :
Perangkat lunak Adobe Flash yang selanjutnya disebut Flash dahulunya bernama “Macromedia Flash”, merupakan software multimedia unggulan yang dahulunya dikembangkan oleh Macromedia, tetapi sekarang dikembangkan dan didistribusikan oleh Adobe System. Sejak tahun 1996, Flash menjadi metode populer untuk menambahkan animasi dan interaktif
website. Flash biasanya digunakan untuk membuat animasi, hiburan, dan
berbagai komponen web, diintegrasikan dengan video dalam halaman web sehingga dapat menjadi aplikasi multimedia yang kaya (Rich Multimedia Application).
Adobe flash merupakan salah satu program untuk membuat desain
animasi. Animasi merupakan objek bergerak yang dinamis dan memberikan
interaksi yang lebih menarik dibandingkan dengan objek yang statis.
Dengan animasi objek, sebuah tampilan yang interaktif dan menarik akan
didapat (Rini W., 2010: 1).
Keunggulan dari Flash adalah dapat digunakan untuk membuat
aplikasi-aplikasi, diantaranya yaitu aplikasi web dan aplikasi desktop karena
aplikasi flash selain dikompilasi menjadi format .swf, flash juga dapat
dikompilasi menjadi format .exe. Flash dapat memanipulasi vektor dan citra
raster, dan mendukung bidirectional streaming audio dan video. Bahasa
skrip yang terdapat di dalam flash dinamakan “ActionScript”. Format file
dijalankan dengan Adobe Flash Player yang dapat ditanam pada browser,
telepon seluler atau software lain.
3. Pendekatan Saintifik
Pelaksanaan pembelajaran dan implementasi kurikulum 2013
menekankan dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik (scientific
approach). Pendekatan ilmiah termasuk dalam pendekatan yang
menjadikan siswa sebagai subjek belajar. Kemendikbud (2014: 33)
menjelaskan bahwa :
Proses pembelajaran menggunaan pendekatan saintifik hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
Warso (2013: 149) mengatakan bahwa “pendekatan ilmiah berarti
konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode
mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah”. Oleh karena itu,
pembelajaran yang berlangsung diharapkan dapat memotivasi siswa untuk
belajar, berusaha sendiri menemukan pengetahuannya, serta berlatih
berpikir kritis sehingga antara pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa
seimbang.
Berdasarkan Permendikbud No.81a Tahun 2013, proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman
1) Mengamati
Kegiatan mengamati dijelaskan dalam Permendikbud No.81a
Tahun 2013 yaitu guru membuka secara luas dan bervariasi
kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui
kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih
mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal
yang penting dari suatu benda atau objek.
2) Menanya
Kegiatan menanya dalam Permendikbud No.81a Tahun 2013
dijelaskan bahwa guru membuka kesempatan secara luas kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,
disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik
untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil
pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak
berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang
lebih abstrak.
3) Mengumpulkan informasi
Permendikbud No.81a Tahun 2013 menjelaskan bahwa tindak
lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik
atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari
kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.
4) Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar
Permendikbud No.81a Tahun 2013 menjelaskan bahwa
informasi yang dikumpulkan pada kegiatan sebelumnya dijadikan
dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk
menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil
berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
5) Mengomunikasikan
Permendikbud No.81a Tahun 2013 menjelaskan bahwa
kegiatan mengomunikasikan adalah menuliskan atau menceritakan
apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di
kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau
kelompok peserta didik tersebut.
Penjelasan di atas mengenai pendekatan saintifik dapat disimpulkan
bahwa konsep pendekatan saintifik (scientific approach) adalah menggali
informasi dan memahami materi dengan cara ilmiah. Cara-cara ilmiah
tersebut yaitu melakukan kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar,
dan mengomunikasikan. Pendekatan saintifik mendorong siswa untuk
memecahkan masalah serta mengaplikasikan materi pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Pembelajaran Tematik
Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
saintifik dengan pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu yang
mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Menurut
Trianto (2013: 152) mengatakan bahwa :
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam pengajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami.
Majid (2013: 119) menyatakan “pendidik lebih berperan sebagai
fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan
mengajar lebih berfokus pada suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman
mereka, bukan ketepatan siswa dalam melakukan replikasi atas apa yang
dilakukan”. Dilek (2002: 1) mengatakan pembelajaran tematik adalah :
Traditionally, in a thematic, integrated teaching approach based on Bruner’s spiral curriculum concept, the task is practised concurrently by selecting appropriate content from the subject based curriculum Integration is generally used in a single class teacher system where usually the teacher teaches all curriculum subjects. It is thought that pupils' psychomotor, affective and cognitive skills can be improved through thematic teaching approach.
Maksud dari penjelasan di atas adalah dalam pembelajaran tematik,
pendekatan pembelajaran yang saling terintegrasi didasari oleh konsep
kurikulum Brunner, tugas yang diberikan guru kepada siswa berasal dari hal
digunakan oleh guru kelas yang mengajarkan semua mata pelajaran pada
kurikulum tertentu. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan, menarik, sehingga keterampilan berpikir siswa dapat tergali.
Aspek keterampilan psikomotor, afektif dan kognitif siswa dapat
dimunculkan melalui pembelajaran menggunakan pendekatan tematik.
Rusman (2013: 254) juga menjelaskan bahwa :
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik
terpadu merupakan salah satu model dalam pembelajaran yang memadukan
beberapa mata pelajaran pada sebuah tema sehingga siswa mendapatkan
pengalaman belajar yang bermakna. Siswa menggali sebuah konsep dengan
cara mengalami langsung dan menghubungkan konsep tersebut dengan
konsep lain yang telah dimiliki.
Pembelajaran tematik memiliki karakteristik yang membedakannya
dengan model pembelajaran yang lain. Kemendikbud (2014: 27)
mengatakan terdapat beberapa ciri-ciri pembelajaran tematik terpadu yaitu :
1. Berpusat pada anak
2. Memberikan pengalaman langsung pada anak
3. Pemisahan antarmuatan pelajaran tidak begitu jelas (menyatu
4. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses
pembelajaran (saling terkait antar muatan pelajaran yang satu
dengan lainnya)
5. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran)
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya)
Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan
kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep
materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar
karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual)
dan bermakna bagi peserta didik. Suryosubroto (2009:136-137) menyatakan
bahwa pada pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa
keunggulan dan juga kelemahan. Keunggulan yang dimaksud adalah :
1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan siswa.
3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan
bermakna.
4. Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan
sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan.
1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.
2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan
konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik
merupakan model pembelajaran yang menyatukan beberapa mata pelajaran
dalam sebuah tema, pembelajarannya student center serta bersifat fleksibel.
Pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas memiliki keunggulan yaitu
memudahkan siswa untuk belajar dengan mengalami secara langsung
sehingga siswa mengorganisasikan sendiri pengalamannya,
pembelajarannya lebih bermakna dan berkesan dihati siswa. Pembelajaran
tematik juga memiliki kelemahan yaitu tidak semua guru mampu untuk
mengintegrasikan mata pelajaran dengan tepat dan dibutuhkan keterampilan
tingkat tinggi untuk melaksanakannya.
5. Makanan Sehat dan Bergizi
Makanan sehat adalah makanan yang mengandung gizi seimbang
sesuai kebutuhan tubuh kita. Zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita adalah
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan serat. Berdasarkan
asalnya, bahan makanan terdiri dari dua jenis, yaitu bahan makanan nabati
dan bahan makanan hewani.
Nadhiroh dan Farida (2009: 4-6) menjelaskan syarat-syarat makanan
sehat, yaitu :
a. Makanan bergizi seimbang
c. Makanan tersimpan dengan baik
d. Makanan tidak tercampur bahan kimia beracun
e. Makanan masih segar dan belum kadaluarsa
Pembelajaran mengenai makanan yang sehat dan bergizi diberikan
pada anak usia Sekolah Dasar (SD) agar anak dapat memahami dengan
baik antara makanan yang sehat dengan makanan yang tidak sehat. Anak
usia SD cenderung memilih makanan yang terlihat enak tanpa mengetahui
apakah makanan tersebut mengandung bahan berbaya atau tidak seperti
pengawet, pewarna, dan perasa. Pengetahuan tentang makanan sehat dan
bergizi dapat membantu anak untuk lebih berhati-hati dalam memilih
makanan yang masuk ke dalam tubuh mereka.
6. Research and Development (R & D)
a. Pengertian R&D
Menurut Sukmadinata (2007: 164) “Research and Development
adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu
produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat
dipertanggungjawabkan”. Sugiyono (2010: 407) menjelaskan bahwa :
Penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan uji keefektifan produk supaya dapat berfungsi dimasyarakat luas.
Penjelasan mengenai pengertian R&D di atas, dapat disimpulkan
bahwa R&D adalah salah satu jenis metode penelitian yang
sebelumnya. Produk yang telah dibuat berdasarkan pada analisis
kebutuhan. Keefektifan produk tersebut harus diuji coba terlebih dahulu
agar dapat digunakan oleh masyarakat.
b. Langkah-langkah R&D
Menurut Borg dan Gall (1983: 775) menyatakan bahwa terdapat
beberapa langkah-langkah dalam R&D yaitu sebagai berikut:
1) Research and information collecting. Includes review of literature, classroom observations, and preparation of report of state of the art.
2) Planning. Includes defining skills, stating objectives determining, course sequence, and smale scale feasibility testing.
3) Develop preliminary form of product. Includes preparation of instruuctional materials, handbooks, and evaluation devices.
4) Preliminary field testing. Conducted in from 1 to 3 schools, using 6 to 12 subjects. Interview, observational and questionnare data collected and analyzed.
5) Main product revision. Revision of product as suggested by the preliminary field-test results.
6) Main field testing. Conducted in 5 to 15 schools with 30 to 100 subjects. Quantitative data on subjects precourse adn postcourse performance are collected. Results are evaluated with respect to course objectives adn are compared with control group data when appropriate.
7) Operational product revision. Revision of product as suggested by field-test results.
8) Operational field testing. Conducted in 10 to 30 schools involving 40 to 200 subjects. Intervie, observationaland questionnaire data collected and analyzed.
9) Final product revision. Revision of product as suggested by operational field-test results.
10)Dissemination and implementation. Report and product at professional meetings and in journal. Work with publisher who assumes commercial distribution. Monitor distribution to provide quality control.
Sukmadinata (2007: 169) menjelaskan sepuluh langkah
pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan menurut Borg and
1) Penelitian dan pengumpulan data (research and information
collecting). Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam
skala kecil, dan pertimbangan- pertimbangan dari segi nilai.
2) Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi
kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan
penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian
tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan
pengujian dalam lingkup terbatas.
3) Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product).
Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan
instrumen evaluasi.
4) Uji coba lapangan awal (preliminary field testing). Uji coba pada
lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai dengan 12
subjek uji coba (guru). Selama uji coba diadakan pengamatan,
wawancara dan pengedaran angket.
5) Merevisi hasil uji coba (main product revision). Memperbaiki atau
menyempurnakan hasil uji coba.
6) Uji coba lapangan (main field testing). Melakukan uji coba yang
lebih luas pada 5 sampai dengan 15 sekolah dengan 30 sampai
dengan 100 orang subjek uji coba. Data kuantitatif penampilan
guru sebelum dan sesudah menggunakan model yang dicobakan
dikumpulkan. Hasil-hasil pengumpulan data dievaluasi dan kalau
7) Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product
revision). Menyempurnakan produk hasil uji lapangan.
8) Uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing). Dilaksanakan
pada 10 sampai dengan 30 sekolah melibatkan 40 sampai dengan
200 subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan
observasi dan anlisis hasilnya,
9) Penyempurnaan produk akhir (final product revision).
Penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan
lapangan.
10) Diseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation).
Melaporkan hasilnya dalam pertemuan professional dan dalam
jurnal. Bekerjasama dengan penerbit untuk penerbitan. Memonitor
penyebaran untuk pengontrolan kualitas.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
penelitian terdiri dari 10 tahap. Penelitian dimulai dari tahap
mengumpulkan data dari lapangan, kemudian peneliti membuat rencana
dari data yang ada untuk mengembangkan produk melalui uji coba yang
dilanjutkan dengan revisi produk. Produk yang telah memenuhi kriteria
kemudian disebarkan/diperbanyak untuk melengkapi produk yang ada.
7. Model Pengembangan Media Pembelajaran
Mengembangkan sebuah produk media tentu terdapat
(2011: 28) menjelaskan model yang digunakan untuk pengembangan
media yaitu sebagai berikut :
Gambar 2.1 Diagram Prosedur Pengembangan Media
1) Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa
Perencanaan sebuah media pembelajaran harus didasarkan atas
kebutuhan (need). Kebutuhan yang dimaksud adalah adanya
kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang
diinginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang
dimiliki oleh siswa. Kebutuhan inilah yang dijadikan dasar dalam
membuat media pembelajaran sehingga media dapat berfungsi dengan
baik. Media yang akan digunakan juga harus memperhatikan
Perencanaan Pembuatan Media
Ya
karakteristik siswa yang sesuai dengan gaya belajar para siswa, dan
didasarkan pada kurikulum yang berlaku.
2) Perumusan Tujuan
Dalam pembelajaran tujuan merupakan faktor yang sangat
penting karena tujuan tersebut dijadikan arah oleh siswa dalam
melakukan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan tersebut.
Perumusan tujuan harus memiliki ketentuan diantaranya adalah selalu
berpatokan pada perilaku siswa (learned oriented), spesifik dan
operasional sehingga mudah untuk mengukur tingkat keberhasilannya,
dan sesuai dengan formula teknik perumusan tujuan pembelajaran dari
Baker (1971) yaitu ABCD (Audience, Behaviour, Conditioning dan
Degree).
3) Perumusan Materi
Sebuah program media didalamnya harus berisi materi yang
harus dikuasai oleh siswa. Perumusan materi didasarkan pada
perumusan tujuan. Materi yang disusun perlu memperhatikan
kriteria-kriteria tertentu yaitu materi dalam media pembelajaran harus sudah
benar-benar teruji kebenarannya (sahih atau valid), tingkat
kepentingan, kebermanfaatan media secara akademis (kemampuan)
dan non akademi (lifeskill) siswa, kemudahan dalam mempelajari dan
kesesuaiannya dengan kebutuhan setempat serta daya tarik media
sehingga siswa tertarik dan termotivasi untuk mempelajarinya lebih
4) Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan
Untuk mengukur tujuan pembelajaran maka perlu dirumuskan
alat pengukur keberhasilan belajar yang dapat berupa tes, penugasan,
atau daftar cek perilaku. Alat pengukur keberhasilan dikembangkan
berdasarkan tujuan dan materi yang telah disiapkan. Tiga kemampuan
yang diukur adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
5) Penulisan Garis Besar Program Media (GBPM)
GBPM merupakan petunjuk yang dijadikan pedoman oleh para
pengembang program media yang dibuat dengan mengacu pada
analisis kebutuhan, tujuan dan materi. Beberapa manfaat yang dapat
diperoleh jika menggunakan GBPM yaitu terjadinya persamaan
persepsi, efisien, efektif, motivasi dan kreatif. GBPM dapat juga
digunakan untuk memprediksi (antisipasi) durasi program.
6) Perencanaan Pembuatan Media
Untuk menggambarkan secara umum media yang akan
dikembangkan maka diperlukan format perencanaan pembuatan media
yang berisi informasi dalam bentuk visual, grafis dan audio yang
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan media, sesuai dengan
tujuan dan kompetensi tertentu. Fungsinya format perencanaan
pembuatan media ini adalah sebagai penuntun dalam memproduksi
media, mengetahui unsur-unsur media (audio, teks dan visual) yang
harus ditampilkan dalam media beserta urutannya dengan jelas tertera
7) Tes/Uji Coba
Tes atau uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validasi media
yang dikembangkan, dengan menggunakan instrumen berupa angket.
Media dinilai oleh validator yaitu pakar media dan pakar materi.
8) Revisi
Revisi merupakan kegiatan perbaikan terhadap media yang
sebelumnya sudah diujicobakan dan dinilai oleh validator perbaikan
dilakukam sesuai dengan saran dari validator sehingga media menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
9) Media Siap Produksi
Media yang telah tervalidasi dan telah telah direvisi kemudian
diproduksi.
B. Kerangka Berpikir
Pendidikan, kurikulum, dan proses pembelajaran merupakan tiga hal
yang tidak dapat terpisahkan dan saling berkaitan satu sama lain. Proses
pembelajaran di sekolah dasar memiliki banyak faktor-faktor yang
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan belajar. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah guru, siswa, kurikulum, metode pembelajaran, media
pembelajaran serta lingkungan. Tugas seorang guru adalah menjadi
fasiltator bagi siswanya untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang membuat siswa menjadi lebih aktif serta menumbuhkan minat siswa
agar belajar dengan baik dan penuh semangat. Oleh karena itu guru harus
para siswanya sehingga pembelajaran yang berlangsung akan lebih
bermakna.
Media merupakan segala alat peraga dan bahan yang digunakan guru
untuk menyampaikan informasi mengenai materi pelajaran kepada siswa
dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran pada kurikulum 2013
menuntut siswa untuk lebih berpikir kritis, dengan pendekatan saintifik
dalam pembelajaran siswa melakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah
mengamati, menanya, mencoba, mengomunikasikan, dan mengkonfirmasi
sehingga guru dituntut untuk lebih banyak berupaya. Namun pembelajaran
yang telah dilaksanakan masih belum bermakna karena siswa masih belum
sepenuhnya memahami apa yang sedang dipelajarinya, hal ini dikarenakan
metode dan media yang digunakan masih sangat terbatas. Media yang
digunakan masih terbatas hanya pada gambar-gambar yang ada di buku
siswa atau LKS, sedangkan untuk media yang berbasis teknologi juga masih
sangat kurang variasinya.
Pembelajaran yang dilakukan masih dominan dengan metode ceramah
dari guru, sehingga siswa cepat merasa bosan, mengantuk dan motivasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran berkurang. Penggunaan media yang
sesuai dengan karakteristik siswa akan membuat siswa menjadi lebih
tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan siswa akan menjadi lebih fokus
dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
media pembelajaran berbasis flash. Melalui pengembangan media
pembelajaran berbasis flash ini diharapkan guru mampu meningkatkan
pemahaman siswa dan membuat siswa menjadi lebih termotivasi untuk
belajar.
C.Hipotesis Penelitian
Adanya keefektifan penggunaan media pembelajaran berbasis flash
pada materi tema makananku sehat dan bergizi sub tema makananku sehat
dan bergizi pembelajaran ke-2 terhadap prestasi belajar siswa kelas IV
Sekolah Dasar.
D.Produk yang dihasilkan
Hasil penelitian pengembangan ini yaitu sebuah produk yang berupa
media pembelajaran berbasis flash materi tema makananku sehat dan bergizi
sub tema makananku sehat dan bergizi pembelajaran ke-2 untuk siswa kelas
IV Sekolah Dasar. Media pembelajaran ini merupakan media berbasis
teknologi yang apabila digunakan untuk mengajar di kelas memerlukan
beberapa alat penunjang yaitu LCD proyektor, laptop/komputer dan speaker.
Media pembelajaran berbasis flash materi tema makananku sehat dan
bergizi sub tema makananku sehat dan bergizi pembelajaran ke-2 terdiri dari
lima komponen yaitu gambar dan animasi, penjelasan materi, video, suara