• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Biomarker Darah Tikus Obesitas Yang Diberi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kadar Biomarker Darah Tikus Obesitas Yang Diberi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum)."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KADAR BIOMARKER DARAH TIKUS OBESITAS YANG

DIBERI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH

(

Piper crocatum

)

GALIH TRIDARNA POETRA

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKIRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kadar Biomarker Darah Tikus Obesitas yang Diberi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

GALIH TRIDARNA POETRA. Kadar Biomarker Darah Tikus Obesitas yang Diberi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum). Dibimbing oleh INDA SETYAWATI dan MEGA SAFITHRI.

Piper crocatum mengandung senyawa golongan alkaloid piperina, pipernonalina, dan dihidropipernonalina yang memiliki aktivitas antiobesitas. Penelitian ini bertujuan mengukur kadar biomarker dalam darah tikus obesitas yang diberikan perlakuan pemberian ekstrak sirih merah. Biomarker yang diukur adalah glukosa, trigliserida, dan kolesterol darah. Selain itu juga dilakukan pengukuran bobot tikus dan konsumsi pakan tikus. Ekstrak sirih merah didapatkan dengan cara refluks dalam air mendidih kemudian air diuapkan dengan teknik penguapan berputar. Ekstrak kemudian diberi ke kelompok tikus Sprague Dawley jantan obesitas dengan dosis 1260 mg/kg bobot badan dan 1890 mg/kg bobot badan selama 2 minggu. Pemberian ekstrak sirih merah pada dosis 1260 mg/kg bobot badan mampu menurunkan bobot badan sebesar 9.35% bobot badan. Pemberian ekstrak sirih merah pada dosis 1890 mg/kg bobot badan mampu menurunkan bobot badan sebesar 2.67%. Pemberian ekstrak sirih merah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kadar glukosa darah dalam penelitian ini. Akan tetapi pemberian ekstrak sirih merah mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah dalam waktu 2 minggu. Berkurangnya konsumsi pakan juga mempengaruhi penurunan bobot badan tikus.

Kata kunci: biomarker, Piper crocatum, tikus obesitas

ABSTRACT

GALIH TRIDARNA POETRA. Biomarker Level in Obese-Rats Blood which Gavage Orally by Red Betel (Piper crocatum) Extract. Supervised by INDA SETYAWATI and MEGA SAFITHRI.

Piper crocatum allegedly contains alkaloids such as piperine, pipernonaline, and dihidropipernonaline which is have anti-obesity activity. The purpose of this research is measuring the levels of biomarkers in the blood of obese rats which is gavage orally by Piper crocatum extract. Blood biomarkers specifically glucose, triglycerides, and cholesterols were measured. Despite of it, weight of rats and feed consumption were also measured. Red betel extract obtained by water reflux at 100 °C and then evaporated with rotary-evaporator. After that diluted extracts gavage orally to male obese Sprague Dawley rats group at a dose of 1260 mg/kg of body weight and 1890 mg/kg of body weight for 2 weeks. Gavage of red betel extract at a dose of 1260 mg/kg body weight shows 9.35% of weight loss. However, gavage of red betel extract at a dose of 1890 mg/kg body weight shows 2.67% of weight loss. Measurement of biomarkers showed gavage of red betel extract no significantly affect glucose levels in the blood. However, the results showed cholesterol and triglyceride blood levels were not decreasing after orally gavage by red betel extract within 2 weeks. Decreasing of feed also affect to body weight.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biokimia

KADAR BIOMARKER DARAH TIKUS OBESITAS YANG

DIBERI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH

(

Piper crocatum

)

GALIH TRIDARNA POETRA

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena berkat atas rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini adalah antiobesitas, dengan judul Kadar Biomarker Darah Tikus Obesitas yang Diberi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Inda Setyawati, STP MSi selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr Mega Safithri, MSi selaku pembimbing II. Di samping itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu dr Husnawati dan Pamungkas Rizki Ferdian yang selalu bersama dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa terima kasih disampaikan kepada teman-teman Biokimia angkatan 48 dan pengurus CREBs 2013/2014 yang selalu mendukung penulis dengan baik.

Semoga karya tulis ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Hasil 4

Pembahasan 7

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 15

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Bobot badan 4 kelompok tikus tiap minggu perlakuan 4

2 Jumlah konsumsi pakan tiap minggu perlakuan 5

3 Kadar glukosa darah tikus 6

4 Kadar trigliserida darah tikus 6

5 Kadar kolesterol darah tikus 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir pembuatan ekstrak air daun sirih merah 16 2 Diagram alir perlakuan pemberian ekstrak air daun sirih merah terhadap

kelompok tikus Sprague-Dawley obesitas. 17

3 Bobot rendemen simplisia hasil pengeringan oven 50 °C selama 5 hari 18 4 Bobot penimbangan simplisia dalam analisis kadar air 18

5 Bobot rendemen ekstrak air daun sirih merah 18

6 Absorbansi pengukuran standar glukosa dengan teknik spektrofotometri

dengan panjang gelombang 570 nm. 18

7 Absorbansi pengukuran standar kadar trigliserida dengan teknik

spektrofotometri dengan panjang gelombang 574 nm. 18 8 Absorbansi pengukuran standar kadar kolesterol dengan teknik

spektrofotometri dengan panjang gelombang 573 nm. 19 9 Kurva standar pengukuran kadar glukosa teknik spektrofotometer dengan

panjang gelombang 570 nm 19

10 Kurva standar pengukuran kadar trigliserida teknik spektrofotometer

dengan panjang gelombang 574 nm 19

11 Kurva standar pengukuran kadar kolesterol teknik spektrofotometer dengan

panjang gelombang 573 nm 20

12 Absorbansi pengukuran kadar glukosa plasma darah dengan teknik

spektrofotometri dengan panjang gelombang 570 nm. 20 13 Absorbansi pengukuran kadar trigliserida plasma darah dengan teknik

spektrofotometri dengan panjang gelombang 574 nm. 21 14 Absorbansi pengukuran kadar kolesterol plasma darah dengan teknik

spektrofotometri dengan panjang gelombang 573 nm. 22 15 Bobot badan tikus pada seluruh kelompok perlakuan dan kontrol tiap

minggu 23

16 Konsumsi pakan pada seluruh kelompok perlakuan dan kontrol tiap hari 23 17 Perubahan bobot badan tikus tiap minggu setelah diberikan ekstrak sirih

merah 24

18 Perbandingan kadar glukosa di darah tikus kelompok perlakuan ekstrak

sirih merah terhadap kelompok kontrol 24

19 Perbandingan kadar trigliserida di darah tikus kelompok perlakuan ekstrak

sirih merah terhadap kelompok kontrol 24

20 Perbandingan kadar kolesterol di darah tikus kelompok perlakuan ekstrak

(11)

1

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan penderita obesitas di tingkat ke-10 sedunia (Marie et al. 2014). WHO (2014) juga mengungkapkan bahwa terdapat 4.8% penduduk Indonesia mengalami obesitas dari 247 juta jiwa penduduknya. Obesitas merupakan suatu kondisi manusia yang memiliki cadangan lemak yang terlampau banyak di dalam tubuhnya. Adapun WHO juga mengategorikan obesitas jika seseorang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) / BodyMassIndex (BMI) lebih dari 30 kg/m2. Obesitas diduga terjadi karena adanya perubahan pola makan dan gaya hidup seseorang (Haslam dan James 2005).

Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam jenis tumbuhan bahkan jumlahnya dapat mencapai 30 000 jenis. Sekitar 7 500 jenis tanaman tersebut telah diketahui memiliki fungsi sebagai tanaman obat (Rahmawati et al. 2012). Ekstrak sirih merah dalam etanol merupakan salah satu tanaman obat endemik Indonesia yang diduga dapat menurunkan tingkat obesitas seseorang berdasarkan penelitian Rhemalia (2014). Kearifan lokal masyarakat Indonesia juga menggunakan air rebusan daun sirih merah dalam mengurangi kadar glukosa penderita diabetes. Berdasarkan penelitian Safithri dan Fahma (2008), air rebusan daun sirih merah telah terbukti memiliki fungsi antihiperglikemik yang dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus sebesar 38%. Alfarabi et al. (2010) juga berhasil meneliti bahwa daun sirih merah memiliki aktivitas antidiabetogenik melalui aktivitas antioksidasi. Safithri et al. (2012) pun telah berhasil menguji toksisitas ekstrak sirih merah dalam berbagai dosis dan terbukti bahwa ekstrak sirih merah dengan dosis 1890 mg/kg bobot badan tidak toksik pada tikus galur Sprague Dawley.

Suhermanto (2013) telah menemukan adanya kandungan metabolit sekunder yang terkandung dalam daun sirih merah, seperti senyawa golongan flavonoid, alkaloid, dan tanin. Kim et al. (2011) menemukan bahwa tanaman bergenus Piper mengandung alkaloid piperina, pipernonalina, dan dehidropipernonalina yang mampu mereduksi tingkat obesitas dengan cara meregulasikan metabolisme lipid dan mengaktifkan protein AMP kinase yang terkandung di dalam tubuh. Berdasarkan temuan tersebut, diduga terdapat kandungan senyawa alkaloid yang merupakan piperina dan pipernonalina di dalam daun sirih merah (Suhermanto 2013). Hasil penelitian Suhermanto tersebut menunjukkan bahwa terdapat senyawa bergolongan alkaloid yang memiliki bobot molekul sebesar 239.22 g/mol dan 341.25 g/mol. Senyawa tersebut merupakan senyawa alkaloid yang juga diduga meningkatkan aktivitas protein AMP kinase dalam tikus. Protein AMP kinase yang teraktifkan oleh kedua metabolit sekunder tersebut dapat berperan dalam menurunkan bobot badan penderita obesitas (Kim et al. 2011). Melalui mekanisme pengaktifan protein AMPK tersebut, ekstrak sirih merah juga diduga dapat menurunkan kadar glukosa darah, kadar trigliserida darah, dan kadar kolesterol darah (Nelson dan Cox 2008).

(12)

2

memberikan informasi ilmiah mengenai efek pemberian ekstrak daun sirih merah kepada penderita obesitas dan juga aplikasi daun sirih merah sebagai minuman fungsional.

METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah daun sirih merah di Kota Bogor (usia minimal 1 bulan), tikus putih galur Sprague-Dawley jantan, pakan standar, kit analisis glukosa BioVision, kit analisis kolesterol BioVision, kit analisis trigliserida BioVision, kit analisis insulin Abcam®, kit analisis leptin Abcam®, dan air suling.

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak air daun sirih merah adalah alat refluks, pengayak 60 mesh, rotary evaporator, kertas saring, pompa vakum, labu erlenmeyer 500 mL, gelas ukur 50 mL, oven, neraca analitik, desikator, cawan porselen, dan pembakar teklu. Alat-alat yang digunakan untuk analisis biomarker obesitas adalah sentrifus, spektrofotometer sinar UV-tampak Spectrostar Nano BMG Labtech, gelas piala 100 mL, gelas ukur 50 mL, mikropipet, plat 96-sumur Costar, dan neraca analitik.

Prosedur

Pengeringan Daun Sirih Merah (Suhermanto 2013)

Sampel daun sirih merah diambil secara acak. Sampel kemudian dicuci dengan air mengalir dan ditiriskan. Sampel kemudian ditimbang bobotnya kemudian dikeringkan selama 5 hari dalam oven 50 °C. Daun kering kemudian dihancurkan dengan blender dan diayak pada saringan dengan ukuran 60 mesh. Hasil pengayakan serbuk disebut sebagai simplisia.

Pengukuran Kadar Air (Suhermanto 2013)

Analisis kadar air simplisia daun sirih merah menggunakan metode SNI 01-2891-1992 yang dimodifikasi. Cawan porselen dikeringkan dalam oven 105 °C selama 3 jam kemudian didinginkan di dalam desikator selama 1 jam. Setelah itu bobot cawan porselen kosong ditimbang dengan neraca analitik (a). Ke dalam cawan ditambahkan sampel simplisia daun sirih merah sebanyak 2.0000 – 2.5000 gram (b). Cawan yang berisi sampel kemudian dikeringkan di dalam oven 105 °C selama 3 jam. Cawan kemudian didinginkan di dalam desikator selama 1 jam. Bobot cawan dan sampel yang telah dikeringkan ditimbang (c). Pemanasan dilakukan hingga mendapatkan bobot konstan. Analisis dilakukan 3 kali ulangan untuk masing-masing simplisia sampel.

(13)

3

Pembuatan Ekstrak Kasar Air Daun Sirih Merah (Depkes 2000)

Ektraksi daun sirih merah menggunakan metode yang dimodifikasi. Simplisia daun sirih merah diekstraksi dengan menggunakan metode refluks. Serbuk daun sirih merah sebanyak 100 g diekstraksi dengan 1 liter air suling selama 2 jam pada suhu 100 °C menggunakan alat refluks. Ekstrak yang diperoleh kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Ekstraksi diulang kembali terhadap ampas sebanyak dua kali. Filtrat hasil ekstraksi kemudian dikeringkan dengan metode penguapan berputar hingga diperoleh serbuk ekstrak kasar air daun sirih merah. Pemeliharaan Tikus Galur Sprague-Dawley Jantan (Safithri et al. 2012)

Tikus diadaptasi terlebih dahulu selama 2 minggu di kandang Rawat Inap Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Tikus berjumlah 24 ekor dengan rincian 6 ekor sebagai kontrol positif obesitas, 6 ekor sebagai kontrol negatif obesitas, 6 ekor sebagai perlakuan sirih merah dengan konsentrasi 1260 mg ekstrak/kg bobot badan, dan 6 ekor sebagai perlakuan sirih merah dengan konsentrasi 1890 mg ekstrak/kg bobot badan. Pada proses adaptasi, tikus obesitas dan tikus perlakuan sirih merah diberikan perlakuan pakan tinggi lipid hingga memenuhi kriteria obesitas. Perlakuan dilakukan selama 2 minggu dengan pemberian pakan standar dan minum secara rutin. Pemilihan konsentrasi ekstrak didasarkan pada hasil penelitian Safithri et al. (2012) mengenai toksisitas ekstrak daun sirih merah sebagai minuman fungsional antidiabetes.

Pengambilan Sampel Darah Tikus (Harlan 2008)

Tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 18 jam sebelum pengambilan darah. Darah tikus diambil sesudah perlakuan untuk diamati biomarker obesitasnya, yaitu glukosa, trigliserida, kolesterol, insulin, dan leptin. Tikus dibius terlebih dahulu dengan propofol dan ketamin secara intraabdominal. Darah diambil dari bagian jantung tikus (intracardiac) kurang lebih sebanyak 1-2 mL setiap tikus. Darah disentrifugasi dengan kecepatan 2000 g selama 5 menit untuk mendapatkan serumnya. Serum disimpan di dalam lemari pembeku(-20 °C) untuk proses analisis. Pengukuran Biomarker Makromolekul (Glukosa, Trigliserida dan Kolesterol) pada Plasma Darah Tikus (BioVision 2014)

(14)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kadar Air dan Rendemen Ekstrak Sirih Merah

Pengeringan daun sirih merah menghasilkan simplisia daun sirih merah sebanyak 13.87%. Hasil analisis gravimetri, didapatkan persentase kadar air dalam simplisia kering daun sirih merah adalah sebesar 5.42%. Di samping itu hasil ekstraksi simplisia kering didapatkan rendemen 12.56% serbuk ekstrak daun sirih merah. Nilai tersebut kemudian dikoreksi dengan hasil analisis kadar air sehingga didapatkan rendemen ekstrak air daun sirih merah terkoreksi sebesar 13.23%. Tabel 1 Pengukuran kadar air dan rendeman ekstrak sirih merah

Parameter Jumlah (%)

Simplisia daun sirih merah 13.87

Kadar air simplisia 5.42

Serbuk ekstrak sirih merah 12.56

Serbuk ekstrak sirih merah terkoreksi 13.23

Bobot Badan Tikus

Minggu ke-0 perlakuan menunjukkan bahwa seluruh tikus obesitas (kelompok kontrol obesitas, perlakuan ekstrak sirih merah A [1260 mg/kg bobot badan], dan perlakuan ekstrak sirih merah B [1890 mg/kg bobot badan]) memiliki bobot yang tidak berbeda nyata di minggu awal perlakuan. Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa kontrol normal memiliki bobot yang jauh lebih kecil dibandingkan kelompok tikus obesitas tersebut.

Perlakuan pemberian ekstrak sirih merah terhadap tikus kelompok obesitas A dengan dosis 1260 mg/kg bobot badan menunjukkan adanya efek penurunan bobot badan pada minggu ke-1. Rataan bobot tikus kelompok tersebut lebih kecil secara nyata dibandingkan dengan kelompok kontrol obesitas, akan tetapi masih lebih besar dibandingkan dengan kontrol normal.

Gambar 1 Bobot badan 4 kelompok tikus tiap minggu perlakuan

(15)

5

Minggu ke-2 perlakuan menunjukkan bahwa kelompok tikus obesitas yang diberi ekstrak sirih merah 1260 mg/kg bobot badan mengalami penurunan bobot yang cukup signifikan mendekati normal. Kelompok tikus obesitas yang diberi ekstrak sirih merah 1890 mg/kg bobot badan juga mengalami penurunan bobot badan walaupun tidak secara signifikan. Bobot kelompok tersebut sedikit lebih kecil dibandingkan dengan kelompok perlakuan obesitas (Gambar 1).

Jumlah Konsumsi Pakan Standar

Hasil pengukuran bobot pakan pada minggu ke-0 menunjukkan bahwa kelompok kontrol normal mengonsumsi 95.89% pakan, kontrol obesitas 97.02% pakan, obesitas perlakuan sirih merah A (1260 mg/kg bobot badan) 80.70% pakan, dan obesitas perlakuan sirih merah B (1890 mg/kg bobot badan) 79.37% pakan.

Hasil pengukuran bobot pakan pada minggu ke-1 menunjukkan adanya penurunan jumlah konsumsi pakan pada kelompok perlakuan. Kelompok obesitas perlakuan sirih merah A (1260 mg/kg bobot badan) mengonsumsi 47.25% pakan dan kelompok obesitas perlakuan sirih merah B (1890 mg/kg bobot badan) mengonsumsi 60.82% pakan. Kelompok kontrol normal mengonsumsi 90.17% pakan dan kontrol obesitas mengonsumsi 87.70% pakan.

Pengukuran bobot pakan pada minggu ke-2 menunjukkan adanya peningkatan konsumsi pakan dibandingkan dengan minggu ke-0. Kelompok kontrol normal mengonsumsi pakan sebanyak 99.11%, kelompok kontrol obesitas mengonsumsi pakan sebanyak 97.96%, kelompok obesitas perlakuan sirih merah A (1260 mg/kg bobot badan) 88.20% pakan, dan obesitas perlakuan sirih merah B (1890 mg/kg bobot badan) 88.89% pakan. Jumlah konsumsi pakan tikus tiap minggu ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Jumlah konsumsi pakan tiap minggu perlakuan Kadar Glukosa Darah Tikus

Kadar glukosa dalam darah berbagai kelompok perlakuan menunjukkan kelompok perlakuan kontrol normal sebesar 38.12 mg/dL, kelompok perlakuan ekstrak sirih merah A (1260 mg/kg bobot badan) sebesar 43.65 mg/dL, kelompok perlakuan ekstrak sirih merah B sebesar 35.07 mg/dL, dan kelompok perlakuan kontrol obesitas sebesar 40.38 mg/dL (Gambar 3).

(16)

6

Gambar 3 Kadar glukosa darah tikus. Huruf-huruf di atas balok data menunjukkan perbandingan nilai tengah kadar glukosa antarkelompok perlakuan berdasarkan uji beda nyata Duncan pada taraf nyata 0.05.

Kadar Trigliserida Darah Tikus

Kadar trigliserida dalam darah pada berbagai kelompok menunjukkan kelompok perlakuan kontrol normal sebesar 41.66 mg/dL, kelompok perlakuan ekstrak sirih merah A (1260 mg/kg bobot badan) sebesar 34.72 mg/dL, kelompok perlakuan ekstrak sirih merah B (1890 mg/kg bobot badan) sebesar 33.09 mg/dL, dan kelompok perlakuan kontrol obesitas sebesar 54.55 mg/dL (Gambar 4).

Gambar 4 Kadar trigliserida darah tikus. Huruf-huruf di atas balok data menunjukkan perbandingan nilai tengah kadar trigliserida antarkelompok perlakuan berdasarkan uji beda nyata Duncan pada taraf nyata 0.05.

Kontrol Normal Kontrol Obesitas Obesitas Sirih Merah A

(17)

7

Kadar Kolesterol Darah Tikus

Kadar kolesterol dalam darah berbagai kelompok kelompok kontrol normal sebesar 62.54 mg/dL, kelompok perlakuan ekstrak sirih merah A (1260 mg/kg bobot badan) sebesar 74.31 mg/dL, kelompok perlakuan ekstrak sirih merah B (1890 mg/kg bobot badan) sebesar 38.03 mg/dL, dan kelompok perlakuan kontrol obesitas sebesar 82.05 mg/dL (Gambar 5).

Gambar 5 Kadar kolesterol darah tikus. Huruf-huruf di atas balok data menunjukkan perbandingan nilai tengah kadar kolesterol antarkelompok perlakuan berdasarkan uji beda nyata Duncan pada taraf nyata 0.05.

Pembahasan

Kadar Air dan Rendemen Ekstrak Sirih Merah

Pengukuran kadar air yang dilakukan bertujuan mengetahui keberhasilan pengeringan daun setelah dipanaskan, mengoreksi hasil rendeman ekstraksi, dan mengetahui keamanan daya simpan simplisia yang telah dibuat. Proses dan metode pengeringan dapat mempengaruhi kandungan metabolit sekunder yang dimiliki oleh suatu simplisia (Manoi 2006). Depkes (2008) melakukan standardisasi kadar air simplisia kering kurang dari 10%. Hal tersebut terkait dengan mutu yang dimiliki oleh simplisia. Kandungan air yang melebihi 10% dapat menjadi media tumbuh mikroorganisme yang baik sehingga dapat mempengaruhi kandungan metabolit sekunder yang dimiliki oleh simplisia tersebut. Hasil pengukuran kadar air menunjukkan nilai sebesar 5.42%. Nilai tersebut menyatakan bahwa simplisia yang dibuat aman untuk disimpan dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, semakin rendah kadar air dalam simplisia juga menandakan tingginya kandungan metabolit sekunder yang dapat terekstrak dari simplisia.

Pembuatan ekstrak sirih merah dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan pendidihan simplisia dalam air pada suhu 100 °C sebanyak tiga kali pengulangan. Hal tersebut dilakukan untuk memaksimalkan kandungan metabolit sekunder yang terekstrak ke dalam air (Mawaddah 2008). Pendidihan ekstrak daun sirih merah juga dibantu dengan proses refluks, yaitu proses pendinginan kembali uap dari

ab

(18)

8

pelarut hasil pemanasan dengan alat pendingin tegak. Proses refluks dapat membantu mencegah terjadinya penguapan pelarut yang berlebihan (Suhermanto 2013)

Proses refluks dengan pelarut air pada simplisia daun sirih merah telah diuji dalam berbagai penelitian. Penelitian tersebut menunjukkan adanya kandungan metabolit sekunder dalam ekstrak air hasil pendidihan (Safithri dan Fahma 2008; Suhermanto 2013). Mawaddah (2008) juga mengungkapkan proses pendidihan pada simplisia memiliki berbagai kelebihan, seperti proses yang cepat, ekstrak yang didapatkan sempurna, dan waktu yang dibutuhkan lebih cepat. Selain itu proses pendidihan juga memiliki kesamaan dengan teknik pembuatan obat tradisional yang dilakukan di masyarakat umum. Akan tetapi teknik pendidihan yang dilakukan memiliki kekurangan, yaitu adanya kandungan metabolit sekunder berantai karbon pendek yang dapat menguap saat pendidihan (Hart et al. 2003). Ekstraksi daun sirih merah menghasilkan serbuk ekstrak yang mudah dilarutkan kembali dengan air. Hasil ekstrak yang didapatkan sebanyak 13.23% b/b setelah terkoreksi dengan kadar air dalam simplisia (Tabel 1). Hasil tersebut tidak berbeda dengan hasil penelitian Suhermanto (2013) yaitu sebesar 11.94%.

Bobot Badan Tikus

Pengukuran bobot tikus bertujuan mengetahui adanya pengaruh pemberian ekstrak air daun sirih merah terhadap bobot badan tikus. Bobot badan tikus dapat berubah secara signifikan karena beberapa faktor, seperti berkurangnya pakan yang dikonsumsi tikus perhari, tingginya aktivitas tikus, tingkat stres tikus, dan/atau adanya pengaruh perlakuan pada penelitian. Berdasarkan hipotesis sebelumnya, berkurangnya bobot tikus akibat pengaruh perlakuan penelitian juga akan mempengaruhi jumlah biomarker dalam tubuhnya (Harlan 2008).

Hasil pengukuran menunjukkan adanya perubahan yang cukup signifikan pada setiap perlakuan (Gambar 1). Pengukuran bobot badan tikus menunjukkan adanya pengaruh pada tikus kelompok perlakuan sirih merah A dan kelompok perlakuan sirih merah B. Penggunaan kelompok normal dan kelompok obesitas digunakan sebagai pembanding perubahan pada nilai bobot badan tikus yang digunakan. Kelompok perlakuan sirih merah A dan B terbukti mengalami penurunan bobot badan setelah adanya perlakuan pemberian ekstrak sirih merah selama 2 minggu.

Castejón dan Casado (2011) mengemukakan adanya beberapa senyawa fitokimia lain yang dapat berperan sebagai antiobesitas, seperti senyawa golongan polifenol, terpenoid, organosulfur, dan fitosterol. Senyawa fitokimia tersebut menurunkan bobot badan melalui beberapa mekanisme di dalam tubuh. Salah satu mekanisme yang dipengaruhi oleh resveratrol, senyawa golongan polifenol, adalah ekpresi spesifik gen seperti PPAR, C/EBP, SREBP-1c, FAS, LPL, dan HSL (Baile et al. 2011). Teraktifkannya gen-gen tersebut di dalam jaringan adiposa dapat meningkatkan lipolisis, menginduksi apoptosis, dan mereduksi lipogenesis & proliferasi sel adiposa sehingga mampu menurunkan jumlah lipid yang terakumulasi di dalam jaringan adiposa (Petrovski et al. 2011).

Jumlah Konsumsi Pakan Standar

(19)

9

dirata-ratakan. Hasil pengukuran bobot pakan standar menunjukkan bahwa tikus kelompok obesitas dengan perlakuan pemberian ekstrak sirih merah memberikan hasil penurunan bobot pakan yang signifikan. Teori tersebut dibuktikan dengan nilai rataan bobot pakan kelompok obesitas dengan dosis pemberian 1260 mg/kg bobot badan menunjukkan penurunan bobot pakan yang paling signifikan. Pada dosis tersebut juga menunjukkan rataan bobot tikus yang paling rendah dibandingkan dengan yang lain.

Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa penurunan bobot tikus berkorelasi langsung dengan bobot pakan yang dikonsumsinya tiap minggu. Akan tetapi penggunaan dosis 1890 mg/kg bobot badan menunjukkan hasil rataan bobot pakan yang lebih kecil dibandingkan dengan dosis 1260 mg/kg (Gambar 2). Hasil tersebut diduga dipengaruhi oleh konsentrasi leptin yang terkandung di dalam darahnya. Tingginya kadar leptin darah mampu mengurangi konsumsi pakan melalui mekanisme penghambatan nafsu makan (Nelson dan Cox 2008). Nafsu makan yang dihambat juga akan menyebabkan cadangan lemak di jaringan adiposa digunakan untuk sumber energi tubuh.

Kadar Glukosa Darah Tikus

Pengukuran glukosa darah bertujuan mengetahui adanya pengaruh yang cukup signifikan akibat pemberian ekstrak sirih merah terhadap kadar glukosa dalam darah. Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Murray et al. (2012) dan Kim et al. (2011), glukosa dalam darah akan berkurang kadarnya akibat teraktifkannya jalur katabolisme dalam tubuh. Hasil penelitian yang diungkapkan oleh Safithri dan Fahma (2008) mengungkapkan bahwa pada tikus diabetes yang diberi ekstrak daun sirih merah mengalami penurunan kadar glukosa yang cukup signifikan. Akan tetapi pada tikus non-diabetes, pemberian ekstrak kasar air daun sirih merah tidak menunjukkan hasil yang berbeda cukup nyata (Safithri et al. 2012). Hal tersebut menguatkan dugaan bahwa tikus obesitas yang dianalisis tidak mengalami diabetes selama perlakuan berlangsung. Efek pemberian ekstrak daun sirih merah pun tidak memberikan hasil yang berbeda cukup nyata (p < 5%) pada penelitian ini (Gambar 3).

Kim et al. (2011) mengemukakan pemberian ekstrak sirih merah yang diduga memiliki senyawa alkaloid piperina dan pipernonalina pada kelompok tikus seharusnya dapat mengaktifkan protein AMP kinase yang selanjutnya mengaktifkan enzim-enzim kunci pada metabolisme karbohidrat, seperti ekspresi gen protein glukosa transporter (GLUT4) dan fosfofruktokinase-2 (PFK2). Aktifnya kedua protein tersebut seharusnya dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Akan tetapi, hasil pengukuran kadar glukosa darah pada penelitian ini tidak berbeda nyata antar seluruh perlakuan. Hasil pengukuran kadar glukosa dalam darah menunjukkan hasil yang berkisar pada rentang 35.07-43.65 mg/dL untuk seluruh kelompok tikus yang digunakan. Nilai tersebut berada di bawah rentang standar kadar glukosa darah tikus Sprague Dawley yang dikemukakan oleh Harlan (2010), yaitu berkisar 102.71-108.12 mg/dL.

Kadar Trigliserida Darah

(20)

10

perlakuan normal dan perlakuan obesitas sirih merah A (1260 mg/kg bobot badan). Bahkan kelompok perlakuan obesitas sirih merah B (1890 mg/kg bobot badan) berbeda nyata lebih kecil dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sesuai dengan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya, berkurangnya konsentrasi trigliserida dalam darah menjadi salah salah satu indikasi teraktifkannya jalur katabolisme melalui enzim AMPK. Teraktifkannya jalur AMP kinase dibuktikan oleh berkurangnya kandungan trigliserida dalam darah (Murray et al. 2012).

Mengacu pada data Harlan (2010) mengenai tikus galur Sprague Dawley, kadar trigliserida normal berkisar 51.35-76.69 mg/dL. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hanya kelompok tikus kontrol obesitas saja yang memiliki kandungan trigliserida darah normal. Kelompok tikus lain menunjukkan nilai yang kurang dari kisaran kadar trigliserida normal. Tikus Sprague Dawley yang diberi ekstrak sirih merah dosis 1890 mg/kg bobot badan menunjukkan kondisi yang amat jauh lebih kecil dari standar normal, yaitu 33.09 mg/dL (Gambar 4). Nilai tersebut membuktikan bahwa pemberian ekstrak sirih merah dengan dosis 1890 mg/kg bobot badan sangat berdampak dalam penurunan kadar trigliserida dalam darah. Pemberian ekstrak sirih merah pada dosis 1260 mg/dL menunjukkan hal yang berbeda. Kelompok obesitas yang diberi ekstrak sirih merah pada dosis 1260 mg/dL menunjukkan penurunan kadar trigliserida dalam darah dan tidak berbeda nyata dengan kelompok tikus perlakuan kontrol normal pada uji beda nyata Duncan dengan taraf nyata 5%.

Kim et al. (2011) berpendapat bahwa berkurangnya kadar trigliserida dalam darah dipengaruhi sangat besar oleh kandungan metabolit sekunder yang terdapat di dalam tanaman yang digunakan. Metabolit sekunder tersebut dapat mengaktifkan beberapa protein aktivator AMPK dan PPAR-. Teraktifkannya kedua protein tersebut akan berpengaruh terhadap pengurangan kadar trigliserida dalam darah melalui mekanisme fosforilasi protein asetil-KoA karboksilase (ACC) dan protein reseptor SREBP-1. Nelson dan Cox (2008) mengemukakan bahwa fosforilasi ACC dapat menghambat pembentukan malonil KoA. Berkurangnya konsentrasi malonil KoA dalam sel dapat mempercepat reaksi katalisis enzim karnitin palmitoiltransferase I (CPT1); suatu enzim yang mengatalisis perpindahan asam lemak dalam sitoplasma ke mitokondria untuk didegradasi melalui mekanisme oksidasi beta.

Kadar Kolesterol Darah Tikus

Hasil pengukuran kadar kolesterol menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan antarkelompok perlakuan yang telah dilakukan. Kelompok tikus obesitas perlakuan sirih merah B (1860 mg/kg bobot badan) menunjukkan nilai rataan yang berbeda nyata dengan ketiga kelompok lainnya pada uji beda nyata Duncan dengan taraf nyata 5% (Gambar 5). Hasil tersebut diduga menunjukkan adanya pengaruh yang cukup signifikan dalam penurunan kadar kolesterol darah saat pemberian dengan konsentrasi tinggi, yaitu 1860 mg/dL.

(21)

11

ekstrak sirih merah terhadap tikus kelompok obesitas dapat menurunkan kadar kolesterol menjadi jauh sangat kecil di bawah nilai normalnya.

Pengukuran kadar kolesterol darah juga bertujuan mengetahui adanya efek inhibisi jalur metabolisme sintesis mevalonat pada jalur metabolisme kolesterol (Nelson dan Cox 2008). Tam (2012) mengemukakan bahwa AMP kinase yang teraktifkan dapat menghambat metabolisme sintesis mevalonat melalui fosforilasi enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMG-KoA) reduktase. Terfosforila-sinya enzim HMG-KoA reduktase dapat menghambat sintesis mevalonat; prekursor penting dalam sintesis kolesterol. Hal tersebut juga menyimpulkan bahwa teraktifkannya AMPK dapat menghambat sintesis kolesterol sehingga kadar kolesterol darah dapat berkurang (Murray et al. 2012). Son et al. (2010) juga membuktikan bahwa penurunan kadar kolesterol dalam serum darah dapat dipengaruhi oleh metabolit sekunder asam ferulat dan orizanol. Kedua metabolit sekunder tersebut terbukti menurunkan kadar kolesterol darah tikus yang diberikan pakan tinggi lemak.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kadar glukosa darah seluruh kelompok tikus dalam penelitian ini tidak dipengaruhi oleh pemberian ekstrak daun sirih merah. Adapun pemberian ekstrak sirih merah terhadap tikus jantan Sprague Dawley obesitas mampu menurunkan kadar trigliserida darah, kadar kolesterol darah, bobot badan, dan konsumsi pakan selama 2 minggu pada dua dosis kelompok perlakuan.

Saran

Perlunya analisis marker biokimia lain, seperti insulin, leptin, dan adiponektin untuk mengetahui jumlah hormon yang mempengaruhi konsumsi pakan dan juga pengaruh resistensi insulin yang terjadi pada tikus obesitas.

DAFTAR PUSTAKA

Agustianti L. 2008. Potensi daun sirih merah (Piper crocatum) sebagai aktivator enzim glukosa oksidase [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Alfarabi M, Bintang M, Suryani, Safithri M. 2010. The comparative ability of

antioxidant activity of Piper crocatum in inhibiting fatty acid oxidation and free radical scavenging. Hayati J Biosci. 17(4):201-4.

(22)

12

Baile CA, Yang JY, Rayalam S, Hartzell DL, Lai CY, Andersen C. 2011. Effect of resveratrol on fat mobilization. Ann N Y Acad Sci. 1215:40–7.

Balasubramanian R, Maruoka H, Jayasekara PS, Zhan-Guo G, Jacobson KA. AMP-activated protein kinase as regulator of P2Y6 receptor-induced insulin secretion in mouse pancreatic -cells. Biochem pharmacology. 85(2013)991-998.

Bintang M. 2010. Biokimia: Teknik Penelitian. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. [BioVision]. 2014. Cholesterol/Cholesteryl Ester Quantification

Colorimetric/Fluorometric Kit. California (US): BioVision Incorporated. [BioVision]. 2014. Glucose Colorimetric/Fluorometric Assay Kit. California (US):

BioVision Incorporated.

[BioVision]. 2014. Triglyceride Quantification Colorimetric/Fluorometric Kit. California (US): BioVision Incorporated.

[BPPK] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. 2014. Panduan Risbin Iptekdok. Jakarta (ID): Kemenkes RI.

Day RA, Underwood AL. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Sopyan I, penerjemah; Hilarius W, editor. Jakarta (ID) : Penerbit Erlangga. Terjemahan dari Quantitative Analysis Sixth Edition.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta (ID): DepKes RI.

Finucane FM, Luan J, Wareham NJ, Sharp SJ, O’Rahilly S, Balkau B, Flyvbjerg A,

Walker M, Højlund K, Nolan JJ et al. 2009. Correlation of the leptin:adiponectin ratio with measures of insulin resistance in non-diabetic individuals. Diabetologia. 52(11):2345-2349. doi: 10.1007/s00125-009-1508-3

Fitriyani A, Winarti L, Muslichah S, Nuri. 2011. Uji anti inflamasi ekstrak metanol daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) pada tikus putih. Majalah Obat Tradisional.16(1):34-42.

[GRIN] Germplasm Resources Information Network. 2009. Taxon: Piper crocatum NE Br.–(US): United States Department of Agriculture.

[Harlan] Harlan Laboratories Inc. 2008. Sprague Dawley® Outbred Rat. [internet]. [diunduh 2015 Apr 14]. Tersedia pada: http://www.harlan.com/products_ and_services/research_models_and_services/research_models/sprague_dawl ey_outbred_rat.hl

Hart H, Craine LE, Hart D. 2003. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Achmadi SS, penerjemah; Safitri A, editor. Jakarta (ID) : Penerbit Erlangga. Terjemahan dari Organic Chemistry: A Short Course.

Haslam DW, James WP. 2005. Obesity. Lancet. 366(9492): 1197–209.

(23)

13

Lim CT, Kola B, Korbonits M. 2010. AMPK as a mediator of hormonal signalling. J Mol Endocrinol. 44:87-97.

Manoi F. 2006. Pengaruh pengeringan terhadap mutu simplisia sambiloto. Bul Litro. 17(1):1-5.

Marie NG, Gakidou E, Fleming T, Robinson M, Thomson B, Graetz N, Margono C, Mullany EC, Biryukov S, Abbafati C, et al. 2014. Global, regional, and national prevalence of overweight and obesity in children and adults during 1980-2013: a systemic analysis for the global burden of disease study in 2013. The Lancet. 384(9945):766-81. doi:10.1016/S0140-6736(14)60460-8. Mawaddah R. 2008. Kajian hasil riset potensi antimikroba alami dan aplikasinya

dalam bahan pangan di pusat informasi teknologi pertanian fateta IPB [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil PA. 2012. Biokimia Harper Ed 29. Manurung LR, Mandera LI, penerjemah; Soeharsono R, Sandra F, Ong HO, editor. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari Harper’s Illustrated Biochemistry 29th Ed.

Murphy K. 2012. Janeway’s Immunobiology 8th ed. New York (US): Garland Science.

Nelson DL, Cox MM. 2008. Lehninger: Principles of Biochemistry 5th ed. New York (US) : WH Freeman and Company.

Petrovski G, Gurusamy N, Das DK. 2011. Resveratrol in cardiovascular health and disease. Ann N Y Acad Sci. 1215:22-33.

Rahmawati U, Suryani E, Mukhlason A. 2012. Pengembangan repository pengetahuan berbasis ontologi (ontology-driven knowledge repository) untuk tanaman obat Indonesia. J Teknik Pomtis. 1(1):1-6.

Rhemalia CF. 2014. Pengaruh ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum Linn.) terhadap penurunan bobot badan tikus putih jantan. [skripsi]. Surabaya (ID) : Universitas Katolik Widya Mandala

Russo GL, Russo M, Ungaro P. 2013. AMP-activated protein kinase: a target for old drugs against diabetes and cancer. Biochem Pharmacol. 86(3):339-50. Safithri M, Fahma F. 2008. Potency of Piper crocatum decoction as an

antyhiperglycemia in rat strain Sparague dawley. Hayati J Biosci. 15(1):45-48.

Safithri M, Yasni S, Bintang M, Ranti AS. 2012. Toxicity study of antidiabetic functional drink of Piper crocatum and Cinnamomum burmannii. Hayati J Biosci. 19(1): 31-36.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1992. SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

(24)

14

Suhermanto. 2013. Profil flavonoid, tanin, dan alkaloid dari ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tam SS. 2012. The role of AMPK in bone and cholesterol metabolism [disertasi].

Melbourne (AU): The University of Melbourne.

Wicaksono BD, Ayupriyanti Y, Handoko, Arung ET, Kusuma IW, Yulia D, Pancaputra AN, Sandra F. 2009. Antipoliferative effect of methanol extract of Piper crocatum Ruiz & Pav leaves on human breast (T47D) cells in-vitro. Trop J Pharm Res.8(4): 345-352.

(25)

15

(26)

16

Lampiran 1 Diagram alir pembuatan ekstrak air daun sirih merah

Dikeringkan dengan alat rotary evaporator

Serbuk ekstrak air daun sirih merah

Direfluks selama 2 jam

suhu 100 °C, disaring,

dan filtrat (ampas) dididihkan kembali (2x pengulangan)

Dikeringkan dalam oven

105 °C selama

3 jam, dilakukan 3x

Disimpan dalam desikator, ditimbang kembali Ekstrak air

Dibersihkan, dirajang, dan

dikeringkan dalam oven 50 °C

selama 5 hari

Dihaluskan dengan blender

Daun sirih merah

Simplisia Daun kering

100 g simplisia 2 g simplisia

Simplisia kering

(27)

17

Lampiran 2 Diagram alir perlakuan pemberian ekstrak air daun sirih merah terhadap kelompok tikus Sprague-Dawley obesitas.

Disentrifugasi

24 serum darah tikus; 6 kontrol normal, 6 kontrol obesitas, 6

kelompok A, 6 kelompok B

Diberi pakan standar dan air minum selama 2 minggu, ditimbang tiap minggu, diambil sampel darah intracardiac (di akhir perlakuan)

Diberi ekstrak 24 Tikus Sprague Dawley (normal dan obesitas)

Umur 10 minggu

Diadaptasi selama 2 minggu pada kondisi suhu konstan, dengan siklus gelap / terang selama 12 jam dan diberi pakan standar dan air bersih

6 tikus kontrol

24 sampel darah tikus; 6 kontrol normal, 6 kontrol obesitas, 6

(28)

18

Lampiran 3 Bobot rendemen simplisia hasil pengeringan oven 50 °C selama 5 hari

No Keterangan Nilai

1 Bobot daun basah 1 543 g

2 Bobot simplisia 214 g

3 Rendemen ekstrak 13.87%

Lampiran 4 Bobot penimbangan simplisia dalam analisis kadar air

Ulangan

Lampiran 5 Bobot rendemen ekstrak air daun sirih merah

No Keterangan Nilai

1 Bobot simplisia yang diekstrak 100.40 g

2 Bobot ekstrak 12.56 g

3 Rendemen ekstrak 12.51%

4 Rendemen ekstrak terkoreksi 13.23%

Lampiran 6 Absorbansi pengukuran standar glukosa dengan teknik spektrofotometri dengan panjang gelombang 570 nm.

No Standar Absorbansi rata-rata Absorbansi terkoreksi

1 Standar 1 (0.00 nmol/µL) 0.275 0.000

2 Standar 2 (1.00 nmol/µL) 0.856 0.581

3 Standar 3 (2.00 nmol/µL) 1.493 1.218

4 Standar 4 (3.00 nmol/µL) 2.108 1.833

5 Standar 5 (4.00 nmol/µL) 2.687 2.412

6 Standar 6 (5.00 nmol/µL) 3.403 3.128

7 Standar 7 (6.00 nmol/µL) 3.950 3.675

8 Standar 8 (7.00 nmol/µL) 4.445 4.170

Intersep standar : 0.003083

Slope standar : 0.60678

Koefisien determinasi (R2) : 99.88%

Lampiran 7 Absorbansi pengukuran standar kadar trigliserida dengan teknik spektrofotometri dengan panjang gelombang 574 nm.

No Standar Absorbansi rata-rata Absorbansi terkoreksi

1 Standar 1 (0.00 nmol/sumur) 0.273 0.000

2 Standar 2 (2.00 nmol/sumur) 0.463 0.190

3 Standar 3 (4.00 nmol/sumur) 0.787 0.514

4 Standar 4 (6.00 nmol/sumur) 1.202 0.929

5 Standar 5 (8.00 nmol/sumur) 1.307 1.034

6 Standar 6 (10.00 nmol/sumur) 1.489 1.216

Intersep standar : 0.002024

Slope standar : 0.128979

(29)

19

Lampiran 8 Absorbansi pengukuran standar kadar kolesterol dengan teknik spektrofotometri dengan panjang gelombang 573 nm.

No Standar Absorbansi rata-rata Absorbansi terkoreksi

1 Standar 1 (0.00 µg/sumur) 0.450 0.000

2 Standar 2 (1.00 µg/sumur) 0.892 0.442

3 Standar 3 (2.00 µg/sumur) 1.517 1.067

4 Standar 4 (3.00 µg/sumur) 2.112 1.662

5 Standar 5 (4.00 µg/sumur) 2.569 2.119

6 Standar 6 (5.00 µg/sumur) 3.153 2.703

Intersep standar : -0.035381

Slope standar : 0.546886

Koefisien determinasi (R2) : 99.79%

Lampiran 9 Kurva standar pengukuran kadar glukosa teknik spektrofotometer dengan panjang gelombang 570 nm

Lampiran 10 Kurva standar pengukuran kadar trigliserida teknik spektrofotometer dengan panjang gelombang 574 nm

y = 0.6068x + 0.0031

0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000

A

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

(30)

20

Lampiran 11 Kurva standar pengukuran kadar kolesterol teknik spektrofotometer dengan panjang gelombang 573 nm

Lampiran 12 Absorbansi pengukuran kadar glukosa plasma darah dengan teknik spektrofotometri dengan panjang gelombang 570 nm.

No Sampel Absorbansi terkoreksi Konsentrasi dalam darah

(mg/dL)

Contoh perhitungan kadar glukosa darah :

= (Absorbansi − intersep slope )nmolμL × Vsa pe μL × mg mmol × × mmol nmol × × dL μL

0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000

(31)

21

= ( . .− . )nmolμL × μL × mg mmol × × mmol nmol × × dL μL

= . mg/dL

Lampiran 13 Absorbansi pengukuran kadar trigliserida plasma darah dengan teknik spektrofotometri dengan panjang gelombang 574 nm.

No Sampel Absorbansi Absorbansi

terkoreksi Konsentrasi dalam darah (mg/dL)

1 Normal 1a 2.006 1.733 116.91

Contoh perhitungan kadar trigliserida darah :

= (Absorbansi − intersep slope ) nmol × V

= Kadar trigliserida terukur − Kadar trigliserida blangko perlakuan

(32)

22

Lampiran 14 Absorbansi pengukuran kadar kolesterol plasma darah dengan teknik spektrofotometri dengan panjang gelombang 573 nm.

No Sampel Absorbansi Absorbansi

terkoreksi Konsentrasi dalam darah (mg/dL)

1 Normal 1a 0.786 0.336 67.91

Contoh perhitungan kadar trigliserida darah :

(33)

23

Lampiran 15 Bobot badan tikus pada seluruh kelompok perlakuan dan kontrol tiap minggu

Kelompok Perlakuan Sirih Merah A (1260 mg/kg bobot badan)

1 350 352 313 273 272 275

2 339 0 304 273 261 273

3 302 0 294 248 265 0

Kelompok Perlakuan Sirih Merah B (1890 mg/kg bobot badan)

1 277 342 284 306 331 332

2 284 340 285 315 334 336

3 282 328 272 301 323 316

Lampiran 16 Konsumsi pakan pada seluruh kelompok perlakuan dan kontrol tiap hari

Tanggal

Perlakuan dan Kandang ke- (g)

Kontrol Normal Kontrol Obesitas Perlakuan Sirih Merah

(34)

24

Lampiran 17 Perubahan bobot badan tikus tiap minggu setelah diberikan ekstrak sirih merah

Perlakuan Rerata perubahan bobot badan (%)

Minggu ke-1 Minggu ke-2

Kontrol Normal 2.56 3.38

Obesitas Sirih Merah A (1260 mg/kg bb) 1.40 9.35(-)

Obesitas Sirih Merah B (1890 mg/kg bb) 5.18(-) 2.67(-)

Kontrol Obesitas 1.18 2.02(-)

(-)Tanda negatif menunjukkan nilai perbedaan yang lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol.

Lampiran 18 Perbandingan kadar glukosa di darah tikus kelompok perlakuan ekstrak sirih merah terhadap kelompok kontrol

Perlakuan Perbedaan (%)

Kontrol obesitas Kontrol normal

Obesitas Sirih Merah A (1260 mg/kg bb) 8.09 14.49

Obesitas Sirih Merah B (1890 mg/kg bb) 13.16(-) 8.02(-)

(-)Tanda negatif menunjukkan nilai perbedaan yang lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol.

Lampiran 19 Perbandingan kadar trigliserida di darah tikus kelompok perlakuan ekstrak sirih merah terhadap kelompok kontrol

Perlakuan Perbedaan (%)

Kontrol obesitas Kontrol normal

Obesitas Sirih Merah A (1260 mg/kg bb) 36.35(-) 16.66(-)

Obesitas Sirih Merah B (1890 mg/kg bb) 39.35(-) 20.58(-)

(-)Tanda negatif menunjukkan nilai perbedaan yang lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol.

Lampiran 20 Perbandingan kadar kolesterol di darah tikus kelompok perlakuan ekstrak sirih merah terhadap kelompok kontrol

Perlakuan Perbedaan (%)

a

Kontrol obesitas Kontrol normal

Obesitas Sirih Merah A (1260 mg/kg bb) 9.43(-) 9.61

Obesitas Sirih Merah B (1890 mg/kg bb) 48.66(-) 37.87(-)

(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, 23 Juni 1992. Penulis merupakan putra ke-3 dari 3 bersaudara dari ayah Wicky Jacoeb dan ibu Tati Sugiharti. Penulis lulus dari SMK

Analis Kimia ‘SMAKBO’ Bogor pada tahun 2011. Pada tahun tersebut pula, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Tertulis.

Selama perkuliahan, mahasiswa aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Kimia Dasar (semester genap, tahun ajaran 2013/2014), Kimia B (semester ganjil dan genap, tahun ajaran 2012/2013 – 2014/2015), Biologi Dasar (semester genap, tahun ajaran 2013/2014), Struktur dan Fungsi Biomolekul (semester ganjil, 2014/2015), Metabolisme (semester ganjil, tahun ajaran 2014/2015), Biokimia Umum (semester ganjil, tahun ajaran 2014/2015), Struktur dan Fungsi Subselular (semester genap, tahun ajaran 2014/2015), Biokimia Klinis (semester genap, tahun ajaran 2014/2015), dan Prinsip Penelitian Biokimia (semester genap, tahun ajaran 2014/2015). Penulis juga pernah mengikuti kegiatan praktik lapang di PT Sinarmas Agribusiness Research and Technology (SMART) Tbk dengan judul Studi Ketahanan Progeni Kelapa Sawit terhadap Infeksi Ganoderma boninense melalui Analisis Aktivitas Fenilalanina Amonialiase.

Penulis juga aktif dalam berbagai organisasi. Penulis menjabat sebagai Ketua

Gambar

Gambar 1 Bobot badan 4 kelompok tikus tiap minggu perlakuan
Gambar 2 Jumlah konsumsi pakan tiap minggu perlakuan
Gambar 3 Kadar glukosa darah tikus. Huruf-huruf di atas balok data menunjukkan

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya Kotler, Kartajaya, Huan dan Liu (2003) menyatakan bahwa agar strategi segmentasi tersebut tepat perusahaan harus pertama, memandang pasar dari sudut yang unik dan

Dari hasil analisis yang dilakukan selama tiga periode penilaian kinerja keuangan PT.Mandom Indonesia Tbk, pada tahun 2002, 2003 dan 2004 dikategori tidak sehat dengan

Data yang dibutuhkan untuk pengembangan aplikasi sistem surveilans epidemiologi pada anak sekolah adalah data keluhan penyakit potensial wabah yang meliputi keluhan

There are two kinds of sources used in this study, namely the primary source, which is the three short stories mentioned above, and secondary sources from references, books

Diantara bahan-bahan berminyak atau berlemak lainnya yang biasa digunakan sebagai basis suppositoria: macam-macam asam lemak yang dihidrogenasi dari minyak nabati seperti

ТРАНСФОРМАЦИОНО ЛИДЕРСТВО И СОЦИЈАЛНО ПОНАШАЊЕ УЧЕНИКА - МОДЕРАТОРСКИ ЕФЕКАТ КОЛЕКТИВНЕ ЕФИКАСНОСТИ НАСТАВНИКА Kако би се установило да ли природа

[r]

Untuk itu diminta agar Saudara membawa semua asli dokumen persyaratan kualifikasi. Demikian surat ini disampaikan untuk menjadi perhatian dan kami ucapkan