• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konfigurasi Multi Protocol Label Switching (MPLS)Untuk Meningkatkan Kinerja Jaringan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Konfigurasi Multi Protocol Label Switching (MPLS)Untuk Meningkatkan Kinerja Jaringan"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL

SWITCHING (MPLS)UNTUK MENINGKATKAN

KINERJA JARINGAN

TESIS

Oleh

YANI MAULITA

097038007/TINF

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

ANALISIS KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL

SWITCHING (MPLS)UNTUK MENINGKATKAN

KINERJA JARINGAN

TESIS

Oleh

YANI MAULITA

097038007/TINF

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

ANALISIS KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL

SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN

KINERJA JARINGAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Teknik Informatika pada Program Studi Magister (S2) Teknik Informatika Fakultas MIPA

Universitas Sumatera Utara

Oleh

YANI MAULITA

097038007/TINF

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(4)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : ANALISIS KONFIGURASI MULTI

PROTOCOL LABEL SWITCHING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN

Nama Mahasiswa : Yani Maulita Nomor Induk Mahasiswa : 097038007

Program Studi : Magister Teknik Informatika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Syahriol Sitorus, S.Si, MSi Prof. Dr. Herman Mawengkang

Anggota

Ketua

Ketua Program Studi

Dekan

Prof. Dr. Muhammad Zarlis

(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

ANALISIS KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL

SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN

KINERJA JARINGAN

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya

tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan

ringkasan yang tiap satunya dijelaskan sumbernya dengan benar.

Binjai, 23 Juli 2011

(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademis Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan

dibawah ini:

Nama : Yani Maulita

NIM : 097038007

Program Studi : Magister Teknik Informatika

Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive

Royalty Free Right ) atas Tesis saya yang berjudul:

ANALISIS KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) UNTUK

MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN

Beserta perangkat keras yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Non-Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihkan

media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan

mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap

mencatumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai

pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Binjai, 23 Juli 2011

(7)

Telah diuji pada Tanggal : 28 Juli 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Dr. Herman Mawengkang Anggota : 1. Syahriol Sitorus, S.Si, M.Si

2. Prof. Dr. Opim Sitompul 3. Prof. Dr. Muhammad Zarlis

(8)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama lengkap berikut gelar : Yani Maulita, S.Kom

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 26 Januari 1982

Alamat Rumah : Jl. Ikan Kakap No. 32 Binjai

Telepon/Faks/HP : 081264018482

Email : [email protected]

Instansi Tempat Bekerja : STMIK Kaputama Binjai

Alamat kantor : Jl. Veteran No.4A-9A Binjai

Telepon/Faks/HP :061-8828840

DATA PENDIDIKAN

SD : SD. Negeri 06641 Medan Tamat : 1993

SMP : SMP Negeri 1 Binjai Tamat : 1996

SMA : SMU Negeri 2 Binjai Tamat : 1999

(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesikan tesis ini dengan

judul: ANALISIS KONFIGURASI MULTI PROTOCOL LABEL

SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN.

Dengan selesainya tesis ini, penulis menyampaikan terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU atas kesempatan penulis

menjadi mahasiswa pada Program Studi Magister Teknik Informatika.

Prof. Dr. Muhammad Zarlis, selaku Ketua Program Studi Magister

Teknik Informatika FMIPA Universitas Sumatera Utara.

M. Andri Budiman, S.T., M.Comp Sc., M.E.M., selaku Sekretaris

Program Studi Magister Teknik Informatika.

Prof. Dr. Herman Mawengkang, selaku Pembimbing Utama yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada penulis.

Syahriol Sitorus, S.Si, M.Si., selaku Pembimbing Kedua yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada penulis.

Prof. Dr. Opim Sitompul, Prof. Dr. Muhammad Zarlis, M. Andri Budiman, S.T., M.Comp Sc., M.E.M selaku Pembanding yang telah banyak

memberikan kritikan serta sarannya kepada penulis.

Seluruh Staff Pengajar yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan

selama masa perkuliahan serta Seluruh Staff Pegawai pada Program Magister

(10)

Teristimewa kepada Kedua Orang Tuaku terutam Ibunda Hj. Bunga Ros

Sitepu, SPd. dan Suami Tercinta Edi Mardianto S, SH., yang telah memberikan

doa, dukungan, perhatian dan kasih sayang yang tulus serta pengorbanan yang

tidak ternilai harganya semenjak penulis dilahirkan hingga menyelesaikan tesis

ini. Kakak dan Adik tersayang serta seluruh keluarga tercinta yang selalu

memberikan dukungan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan

kepada sahabat-sahabat terbaik, Rosita, Ayu, Ramliana dan rekan-rekan kuliah

angkatan ’09 serta ketua, rekan-rekan dan seluruh staff pegawai STMIK

Kaputama telah memberikan semangat kepada penulis.

Akhir kata penulis hanya berdoa kepada Allah AWT semoga Allah

memberikan limpahan karunia kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan, perhatian, serta kerja samanya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis

ini.

Binjai, 23 Juli 2011

Penulis

(11)

ANALISIS KONFIGURASI MULTI LABEL PROTOCOL SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN

ABSTRAK

Multi Protocol Label Switching (MPLS) adalah salah satu metoda yang dapat digunakan untuk tuning jaringan agar lebih meningkatkan performa jaringan. Dengan menggunakan metoda MPLS kelemahan-kelemahan yang ada di jaringan IP tradisional akan dibuka dan dihilangkan sehingga jaringan akan lebih efisien bekerja. Di samping itu MPLS dapat membuat aplikasi-aplikasi lain menjadi sangat berguna untuk kepentingan jaringan, terutama jaringan besar. Teknologi MPLS mempersingkat proses-proses yang ada di IP Routing Tradisional dengan mengandalkan sistem label switching. Dengan label switching paket-paket data akan keluar masuk dengan kecepatan yang tinggi karena banyak sekali proses yang dapat diringkas. Penelitian ini menggunakan simulasi GNS3 yang akan membandingkan performansi jaringan menggunakan MPLS dan tanpa menggunakan MPLS. Adapun parameter untuk pengambilan data antara lain bandwith, througput, delay. Hasil penelitian menunjukan bahwa waktu delay pengiriman paket dalam jaringan MPLS relatif kecil. Sehingga jaringan MPLS ini mampu memberikan unjuk-kerja dengan tingkat layanan yang lebih optimal dan cocok untuk diterapkan bagi layanan paket data yang real time

Kata kunci: MPLS, Jaringan, Kinerja, Switching

(12)

CONFIGURATION ANALYSIS OF MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) TO IMPROVE NETWORK PERFORMANCE

ABSTARCT

Multi Protocol Label Switching (MPLS) is one method that can be used for tuning the network to further improve network performance. By using MPLS method weaknesses that exist in traditional IP networks will be opened and removed so that the network will be more efficient work. In addition, MPLS can create other applications to be very useful for the benefit of the network, especially a large network. MPLS technology to shorten the processes that exist in the IP Routing with Traditional systems rely on label switching. With label switching data packets going in and out with a high speed because a lot of processes that can be summarized. This study uses simulation to compare the GNS3 that using MPLS network performance and without using MPLS. The parameters for data retrieval, among others, bandwidth, throughput, delay. The results showed that the timing of packet delivery delay in MPLS network is relatively small. So that the MPLS network is capable of providing performance-work with a more optimal level of service and suitable to be applied to the packet data service in real time.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN iii

PERNYATAAN ORISINALITAS iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS v

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS vi

RIWAYAT HIDUP vii

PENGHARGAAN viii

ABSTRAK x

ABSTRACT x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Batasan Masalah 2

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Pendahuluan 4

2.2. Multi Protocol Label Switcing 7

2.3. Komponen Jaringan MPLS 8

2.3.1. Label Switched Path 8

2.3.2. Label Switching Router (LSR) dan Label Edge Router (LER)

2.3.3.

9

(14)

2.3.4. MPLS Label

2.3.5.

9

Label Distribution Protocol (LDP)

2.4.

9

Arsitektur Jaringan MPLS

2.5.

9

Distribusi Label

2.6.

11

Cara Kerja MPLS

2.7.

12

Performansi Jaringan

2.8.

14

QoS (Quality Of Service)

2.9,

16

Routing

2.9.1. OSPF (Open Shortest Path First) 17 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 18

3.1. Rancangan 18

3.2. Rancangan Penelitian 18

3.3.1. Rekayasa Trafik dengan MPLS 18

3.3.2. Protokol Persinyalan 20

3.3. Pelaksanaan Penelitian 21

3.4. Variabel Yang Diamati 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24

4.1. Aplikasi QoS 24

4.2. Simulasi Konfigurasi 24

4.3. Pengukuran QoS Jaringan MPLS 25

4.4. Hasil Simulasi 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 31

5.1. Kesimpulan 31

5.2. Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 33

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Halaman

2.1. Struktur Jaringan MPLS 11

2.2. Konsep MPLS 12

2.3. Header MPLS 13

4.1. Konfigurasi Jaringan MPLS 24

4.2. Representasi Sederhana Jaringan MPLS

4.3. Througput Pada Jaringan MPLS 28

26

4.4. Througput Pada Jaringan Non MPLS

4.5.

28

Delay Pada Jaringan MPLS

4.6.

29

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Judul Halaman

2.1. Kepekaan Performansi untuk beberapa jenis layanan

3.1. Protokol Persinyalan 22

15

4.1. Konfigurasi IP pada masing-masing router

4.2. Througput Pada Jaringan MPLS 28

26

4.3. Througput Pada Jaringan Non MPLS

4.4.

28

Delay Pada Jaringan MPLS

4.5.

29

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran Judul Halaman

A. Jaringan MPLS L-1

B. Jaringan Non MPLS L-2

C. Througput Jaringan MPLS L-4

D. Througput Jaringan Non MPLS L-6

E. Delay Jaringan MPLS L-7

F. Delay Jaringan Non MPLS L-9

G. TIB L-11

H. LDP L-11

I. Traceroute MPLS L-11

J. Konfigurasi Router 1(R1) L-12

K. Konfigurasi Router 2(R2) L-15

L. Konfigurasi Router 3(R3) L-18

(18)

ANALISIS KONFIGURASI MULTI LABEL PROTOCOL SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN

ABSTRAK

Multi Protocol Label Switching (MPLS) adalah salah satu metoda yang dapat digunakan untuk tuning jaringan agar lebih meningkatkan performa jaringan. Dengan menggunakan metoda MPLS kelemahan-kelemahan yang ada di jaringan IP tradisional akan dibuka dan dihilangkan sehingga jaringan akan lebih efisien bekerja. Di samping itu MPLS dapat membuat aplikasi-aplikasi lain menjadi sangat berguna untuk kepentingan jaringan, terutama jaringan besar. Teknologi MPLS mempersingkat proses-proses yang ada di IP Routing Tradisional dengan mengandalkan sistem label switching. Dengan label switching paket-paket data akan keluar masuk dengan kecepatan yang tinggi karena banyak sekali proses yang dapat diringkas. Penelitian ini menggunakan simulasi GNS3 yang akan membandingkan performansi jaringan menggunakan MPLS dan tanpa menggunakan MPLS. Adapun parameter untuk pengambilan data antara lain bandwith, througput, delay. Hasil penelitian menunjukan bahwa waktu delay pengiriman paket dalam jaringan MPLS relatif kecil. Sehingga jaringan MPLS ini mampu memberikan unjuk-kerja dengan tingkat layanan yang lebih optimal dan cocok untuk diterapkan bagi layanan paket data yang real time

Kata kunci: MPLS, Jaringan, Kinerja, Switching

(19)

CONFIGURATION ANALYSIS OF MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) TO IMPROVE NETWORK PERFORMANCE

ABSTARCT

Multi Protocol Label Switching (MPLS) is one method that can be used for tuning the network to further improve network performance. By using MPLS method weaknesses that exist in traditional IP networks will be opened and removed so that the network will be more efficient work. In addition, MPLS can create other applications to be very useful for the benefit of the network, especially a large network. MPLS technology to shorten the processes that exist in the IP Routing with Traditional systems rely on label switching. With label switching data packets going in and out with a high speed because a lot of processes that can be summarized. This study uses simulation to compare the GNS3 that using MPLS network performance and without using MPLS. The parameters for data retrieval, among others, bandwidth, throughput, delay. The results showed that the timing of packet delivery delay in MPLS network is relatively small. So that the MPLS network is capable of providing performance-work with a more optimal level of service and suitable to be applied to the packet data service in real time.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teknologi jaringan komputer berkembang seiring dengan meluasnya jaringan

internet masuk ke dalam kehidupan masyarakat dunia. Secara harfiah, jaringan

komputer adalah sekumpulan komputer dan perangkat jaringan lain yang saling

berhubungan sesuai dengan bentuk topologi yang dipilih.

Kecepatan transfer data menjadi masalah yang sering dialami dalam

jaringan komputer, sehingga diperlukan proses yang cepat untuk mengatasi

pengiriman dan pengambilan data tersebut dengan mengutamakan efisiensi waktu,

sehingga user tidak perlu membuang banyak waktu. Dengan demikian, dibuatlah

sebuah jaringan komputer dengan memanfaatkan teknologi berbasis Multiprotocol

Label Switching (MPLS). Jaringan MPLS ini merupakan jaringan yang akan

menambahkan label pada setiap paket yang akan dikirimkan, dengan pelabelan ini

maka data yang akan dikirimkan akan menjadi lebih cepat sampai pada tujuan.

Hal ini dikarenakan router hanya akan menganalisa label yang diberikan pada tiap

paket.

Perkembangan komputer tampaknya berpengaruh kepada meningkatnya

penggunaan jaringan komputer. Semakin lama penggunaan jaringan komputer

semakin banyak, sehingga perangkat-perangkat jaringan pun ikut berkembang

seperti: Repeater dan Hub yang dapat melayani Client tanpa proses apapun.

Kemudian ada Bridge dan Switch yang memiliki kemampuan menentukan jalan

yang tepat pada sebuah LAN.

Bridge dan Switch mempunyai fungsi yang sama yaitu membagi jaringan

ke dalam Collision Domain yang lebih kecil. Perbedaan Bridge dan Switch adalah

bahwa Switch lebih cepat dan mempunyai jumlah port yang lebih banyak

(21)

Teknologi Multiprotocol Label Switching (MPLS). MPLS adalah teknik untuk

mengintegrasikan Internet Protocol (IP) dengan Asynchronous Transfer Mode

(ATM) dalam jaringan backbone yang sama. Dengan MPLS maka dapat diperoleh

keuntungan diantaranya:

1. Mengurangi banyaknya proses pengolahan di IP routers, serta

memperbaiki proses pengiriman suatu paket data.

2. Menyediakan Quality of Service (QoS) dalam jaringan backbone, sehingga

setiap layanan paket yang dikirimkan akan mendapat perlakuan sesuai

dengan skala prioritas.

Menurut Alwayn (2002), untuk memenuhi kualitas layanan

telekomunikasi dan kompleksitas pada jaringan internet terutama dalam

mendukung layanan multimedia, beberapa arsitektur jaringan telah banyak

dikembangkan dan salah satu diantaranya adalah MPLS. Teknologi MPLS

merupakan suatu teknik untuk mengintegrasikan teknologi IP dengan

Asynchronous Transfer Mode (ATM) dalam jaringan backbone yang sama.

Jaringan ini terdiri dari titik-titik Label Switching Router (LSR) dan bukan

merupakan jaringan IP ataupun jaringan ATM, tetapi merupakan jaringan baru.

Jaringan baru ini mengurangi banyaknya proses pengolahan yang terjadi di IP

routers, serta memperbaiki unjuk-kerja pengiriman suatu paket data, juga bisa

menyediakan kualitas layanan QoS dalam jaringan backbone.

Konsep utama MPLS ialah teknik peletakan “label” dalam setiap paket

yang dikirim melalui jaringan backbone (Miller,et.al, 2004). MPLS bekerja

dengan cara melabeli paket-paket data dengan label, untuk menentukan rute

dan prioritas pengiriman paket tersebut. Label tersebut akan memuat

informasi penting yang berhubungan dengan informasi routing suatu paket,

diantaranya berisi tujuan paket serta prioritas paket mana yang harus dikirimkan

terlebih dahulu. Teknik ini biasa disebut dengan label switching .Dalam

pengiriman paket data dan melakukan routing, jaringan MPLS merupakan

teknologi penyampaian paket pada backbone berkecepatan tinggi.

MPLS merupakan salah satu bentuk konvergensi vertikal dalam topologi jaringan

(22)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah, maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu :

Simulasi pengukuran terhadap Quality of Service (QoS) dengan input adalah

throughput dan waktu delay, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana

sebenarnya layanan teknik MPLS ini ketika mengirimkan suatu trafik layanan

paket.

1.3 Tujuan Penelitian

Secara garis besar tujuan penelitian ini ialah :

1. Untuk menganalisa kualitas layanan teknik MPLS ketika sebelum

mengirimkan sebuah paket dalam traffik jaringannya, sehingga perkiraan

dan perlakuan terhadap paket yang dikirimkan dapat dianalisa.

2. Untuk menganalisa paket-paket data ketika mengirimkan paket dalam

traffik jaringannya sehingga dapat meningkatkan performa jaringan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini dengan konfigurasi jaringan MPLS yang menerapkan

mekanisme traffic engineering dapat meningkatkan kualitas dan kinerja jaringan

dalam menyediakan layanan ditinjau dari parameter waktu tunda, paket hilang,

dan throughput trafik; sehingga bandwidth dapat lebih digunakan secara optimal.

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian beberapa model simulasi, yaitu

membandingkan jaringan MPLS dan jaringan non MPLS agar diperoleh optimasi

kualitas jaminan layanan (QoS) terutama bagi trafik layanan multimedia.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan software simulasi jaringan, yaitu

GNS3.

1.5 Batasan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini mencakup bagaimana cara kerja

dan analisa QoS yang terdapat dalam teknik MPLS ini. Dengan membuat

beberapa model simulasi, dengan pengujian menggunakan paket-paket protokol

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan

Penelitian tentang analisa penerapan traffic engineering pada jaringan non MPLS

dan MPLS terutama pada operator Internet Service Provider (ISP), yang

dilakukan oleh Mohamed Hasan Omar (2008) . Setelah menganalisa secara

komparatif throughput paket-paket protokol UDP dan TCP dari lapis transport

terhadap jaringan non MPLS dan MPLS, hasilnya menunjukkan bagaimana

jaringan MPLS yang menerapkan traffic engineering mampu meningkatkan

kinerja jaringan backbone dan skalabilitas jaringan internet pada lingkungan.

Beban trafik yang tinggi untuk beberapa macam aplikasi yang berbeda. Ternyata

penerapan traffic engineering adalah merupakan keunggulan jaringan MPLS

terhadap jaringan berbasis IP (non MPLS), karena proses routing menjadi lebih

cepat dengan melakukan pendefinisian jalur khusus (router LSP) untuk

pengiriman paket data. Router LSP pada jaringan MPLS dapat digunakan dan di

manfaatkan sebagai jalur routing, sehingga utilisasi sumber-sumber jaringan lebih

optimal dan pada gilirannya meningkatkan kinerja jaringan.

Penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan teknologi jaringan

komputer khususnya jaringan MPLS, kualitas layanan (QoS) dan traffic

engineering antara lain adalah:

1. Penelitian tentang analisa penerapan traffic engineering pada jaringan

non MPLS danMPLS terutama pada operator Internet Service Provider (ISP),

yang dilakukan oleh Mohamed Hasan Omar (2008) . Setelah menganalisa secara

komparatif throughput paket-paket protokol UDP dan TCP dari lapis transport

terhadap jaringan non MPLS danMPLS, hasilnya menunjukkan bagaimana

jaringan MPLS yang menerapkan traffic engineering mampu meningkatkan

kinerja jaringan backbone dan skalabilitas jaringan internet pada lingkungan

(24)

penerapan traffic engineering adalah merupakan keunggulan jaringan MPLS

terhadap jaringan berbasis IP (non MPLS), karena proses routing menjadi lebih

cepat dengan melakukan pendefinisian jalur khusus (router LSP) untuk

pengiriman paket data. Router LSP pada jaringan MPLS dapat digunakan dan

dimanfaatkan sebagai jalur routing, sehingga utilisasi sumber-sumber jaringan

lebih optimal dan pada gilirannya meningkatkan kinerja jaringan.

2. Dalam makalahnya di jurnal IEEE, Daniel O.Awduche (1999)

menjelaskan tentang konsep, fungsi dan tantangan traffic engineering internet

pada jaringan IP (non MPLS)dengan menggunakan beberapa model a.l: model

overlay, model IP over ATM, model MPLS-TE. Selain itu didiskusikan pula

aplikasi dan manfaat MPLS traffic engineering pada jaringan IP. Pada bagian

penutup disimpulkan bahwa optimasi kinerja jaringan internet menggunakan

teknologi jaringan MPLS dan peningkatan kualitas layanan (QoS) menggunakan

differentiated services diperoleh berdasarkan pada model IP over ATM sebagai

alternatif lain dari jaringan MPLS.

3. Rendy Munadi dan Nunut J T S (2005), pada makalahnya di Seminar

Nasional “Soft Computing, Intelligent Systems and Information Technology”

(SIIT 2005), melakukan penelitian tentang Perancangan, Simulasi dan Analisa

Kinerja Jaringan IP MelaluiTeknologi MPLS. Penelitiannya sehubungan

dengan perkembangan pesat jaringan internet dalam beberapa tahun terakhir ini

yang ditandai dengan munculnya teknologi dan layanan-layanan baru menuntut

pemakaian bandwidth secara efisien dan efektif. Hal ini ditempuh dengan

meningkatkan kemampuan router untuk dapat membuat keputusan bahwa

sebuah paket yang diterima akan dikirimkan dan diteruskan ke tujuan sesuai

dengan header paket-nya. Dan ini diperoleh dengan memanfaatkan teknologi

Multi Protocol Label Switching (MPLS). Dalam penelitiannya di lakukan kajian

melalui simulasi terhadap kinerja jaringan IP melalui teknologi MPLS dengan

melihat parameter Quality of Service (QoS) dan penyebab kongesti yang mungkin

terjadi. Parameter kinerja yang diamati meliputi throughput, delay, paket loss dan

hasilnya diperoleh peningkatan nilai throughput 40% dan penurunan delay 200%

(25)

jaringan dapat meminimalisasi efek kongesti yang terjadi dengan memanfaatkan

bandwidth jaringan yang belum terpakai secara optimal.

4. Pada penelitiannya Xipeng Xiao and Lionel M. Ni, Michigan State

University (1999) menunjukan bahwa integrated services, RSVP, differentiated

services, multi protocol label switching (MPLS), dan constraint-based routing

adalah komponen-komponen framework (susunan) dari internet quality of service

(QoS). Dan ternyata berdasarkan tabel tersebut susunan komponen-komponen ini

adalah untuk memenuhi kualitas jaminan QoS suatu layanan traffic data dan

meningkatkan utilisasi sumber-sumber jaringan yang disediakan. MPLS dan

constraint-based routing dapat digunakan bersama untuk mengatur jalur router

yang dilewati traffic agar terhindar dari kongesti.

5. Dalam rangka optimalisasi penggunaan sumber-sumber transmisi, Md.

Arifur Rahman,Ahmedul Haque Kabir, K. A. M. Lutfullah, M. Zahedul Hassan,

M.R. Amin, East West University Mohakhali, Dhaka (2008) melakukan

pengukuran traffic aliran data pada jaringan berbasis IP maupun jaringan MPLS,

dimana hasilnya menunjukan bahwa delay maupun paket loss jaringan MPLS

lebih baik dibandingkan dengan jaringan IP. Dengan membuat simulasi jaringan

yang komprehensip, protokol pesinyalan MPLS: Constrainedbased Label

Distribution Protocol (CR-LDP), Resource Reservation Protocol (RSVP) dan

Traffic Extension RSVP (RSVP-TE) dapat digunakan untuk menjamin kualitas

layanan QoS dan analisa kinerja jaringan, baik jaringan IP maupun jaringan

MPLS. Selain itu dalam penelitiannya mereka menyimpulkan bahwa MPLS

mampu menghindari kongesti dengan cara merekayasa traffic tunnel sehingga

dapat memanfaatkan bandwidth yang disediakan dengan lebih effisien. Penelitian

mereka membuktikan bahwa mekanisme rekayasa traffic mampu memperbaiki

kinerja jaringan.

6. Reza Aditya Permadi, Yoanes Bandung, dan Armein Z.R. Langi

(2009) dalam penelitiannya telah melakukan pengujian model jaringan best

-effort, diffserv, MPLS, dan diffserv over MPLS. Pada umumnya jaringan yang

mempunyai kapasitas terbatas, perlu dilakukan diferensiasi trafik sehingga

(26)

mengalir di dalamnya. Kecenderungan trafik yang tidak merata pada jaringan

dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan trafik ketika satu jalur

mengalami pembebanan trafik yang berlebihan. Penelitian mereka bertujuan untuk

mengimplementasikan metoda Differentiated Services yang digabungkan dengan

mekanisme Traffic Engineering melalui Multi protocol Label Switching (MPLS).

Sistem dibangun dengan menggunakan sistem operasi Linux yang dilengkapi

dengan modul MPLS dan Diffserv. Hasil pengujiannya menunjukkan jaringan

Diffserv mampu memberikan jaminan kualitas layanan untuk trafik kelas EF dan

AF, namun harus mengorbankan kualitas layanan trafik TCP background.

Sementara itu, dengan tambahan mekanisme traffic engineering dengan MPLS,

jaringan Diffserv mampu melakukan pembelokan trafik ketika satu jalur

mengalami keadaan kongesti, sehingga selain trafik EF dan AF dapat dijamin,

trafik TCP background juga dapat ditingkatkan kualitasnya dibandingkan dengan

skenario Diffserv. Sebagai kesimpulan ternyata model jaringan MPLS yang

menerapkan mekanisme traffic engineering dapat meningkatkan kualitas dan

kinerja jaringan dalam menyediakan layanan ditinjau dari parameter waktu tunda,

paket hilang, dan throughput trafik; sehingga bandwidth dapat lebih digunakan

secara optimal.

2.2. Multi Protocol Label Switching (

Multi Protocol Label Switching merupakan perkembangan terbaru dari multi

layer switch yang diusahakan oleh IETF (Internet Engineering Task Force).

Hal ini dilakukan agar terdapat standar untuk multi layer switch dan mendukung

interoperabilitas. Disebut multi protokol karena tekniknya dapat diterapkan pada

semua protokol layer jaringan. MPLS adalah suatu teknologi yang mempunyai

kemampuan menambah label-label yang mengandung informasi jaminan

quality, scalability, reliability dan security pada paket-paket IP untuk dilewatkan

pada suatu jaringan data, (Miller, et.al, 2004).

MPLS)

Konsep inti dari MPLS adalah memasukan sebuah label pada setiap paket

(27)

pokok, yaitu kemana paket tersebut akan diteruskan. Adapun informasi label yang

paling penting adalah mengenai (Rick, 2003):

1. Informasi Alamat tujuan (Destination Address)

2. Informasi IP Precedence

3. Informasi keanggotaanVirtual Private Network

4. Informasi Quality of Service (QoS) dari RSVP

5. Informasi rute untuk paket, sama dengan yang dipilih rekayasa trafik.

2.3. Komponen

Label Switched Path (LSP): LSP adalah jalur yang ditetapkan pada serangkaian

link antar LSR dalam jaringan MPLS, yang mengizinkan paket untuk diteruskan

dari LSR satu menuju LSR yang lain melalui jaringan MPLS. MPLS

menyediakan dua cara untuk menetapkan LSP, yaitu :

Jaringan MPLS

1. Hop-by-hop routing , cara ini membebaskan masing-masing LSR

menentukan hop selanjutnya untuk mengirimkan paket. Cara ini mirip

seperti OSPF dan RIP dalam IP routing.

2. Explisit routing , dalam metode ini LSP akan ditetapkan oleh LSR pertama

yang dilalui aliran paket.

2.3.1. Label Switching Router (LSR) dan Label Edge Router (LER) : LSR adalah

sebuah router dalam jaringan MPLS yang berperan dalam menetapkan LSP

dengan menggunakan teknik label swapping dengan kecepatan yang telah

ditetapkan. Dalam fungsi pengaturan trafik, LSR dapat dibagi dua, yaitu : Ingress

LSR dan Egress LSR. Ingress LSR berfungsi mengatur trafik saat paket

memasuki jaringan MPLS sedangkan Egress LSR berfungsi untuk mengatur trafik

saat paket meninggalkan jaringan MPLS menuju ke LER. Sedangkan, LER adalah

suatu router yang menghubungkan jaringan MPLS dengan jaringan lainnya

(28)

2.3.2. Forward Equivalence Class (FEC) : FEC adalah representasi dari

beberapa paket data yang diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan resource yang

sama di dalam proses pertukaran data.

2.3.3. MPLS Label : Label adalah deretan bit informasi yangditambahkan pada header suatu paket data dalam jaringan MPLS. Label MPLS atau yang disebut

juga MPLS header ini terletak diantara header layer 2 dan header layer 3.

2.3.4. Label Distribution Protocol (LDP) : LDP adalah protokol baru yang

berfungsi untuk mendistribusikan informasi yang ada pada label ke setiap LSR

pada jaringan MPLS. Protokol ini digunakan untuk memetakan FEC kedalam

label, untuk selanjutnya akan dipakai untuk menentukan LSP. LDP message

dapat dikelompokkan menjadi :

a. Discovery Messages, yaitu pesan yang memberitahukan dan

memelihara hubungan dengan LSR yang baru tersambung ke jaringan MPLS.

b. Session Messages, yaitu pesan untuk membangun, memelihara dan

mengakhiri sesi antara titik LDP.

c. Advertisement Messages, yaitu pesan untuk membuat, mengubah dan

menghapus pemetaan label pada jaringan MPLS.

d. Notification Messages, yaitu pesan yang menyediakan informasi

bantuan dan sinyal informasi jika terjadi error .

2.4. Arsitektur Jaringan MPLS

Multi Protocol Label Switching (MPLS) merupakan teknik yang menggabungkan

kemampuan pengaturan switching yang ada dalam teknologi ATM dengan

fleksibilitas network layer yang dimiliki teknologi IP. Konsep utama MPLS ialah

teknik penempatan label dalam setiap paket yang dikirim melalui jaringan ini.

MPLS bekerja dengan cara melabeli paket-paket data dengan label, untuk

menentukan rute dan prioritas pengirimanpaket tersebut yang didalamnya memuat

(29)

diantaranya berisi tujuan paket serta prioritas paket mana yang harus dikirimkan

terlebih dahulu. Teknik ini biasa disebut dengan label switching. Dengan

informasi label switching yang didapat dari routing network layer, setiap paket

hanya dianalisa sekali di dalam router di mana paket tersebut masuk ke dalam

jaringan untuk pertamakali. Router tersebut berada di tepi dan dalam jaringan

MPLS yang biasa disebut dengan Label Switching Router (LSR). Dengan teknik

MPLS maka akan mengurangi teknik pencarian rute dalam pengoperasian

jaringan dapat dioperasikan dengan efektif dan efisien mengakibatkan pengiriman

paket menjadi lebih cepat.

Jaringan MPLS terdiri atas sirkit yang disebut label-switched path (LSP),

yang menghubungkan titik-titik yang disebut label switched router (LSR). LSR

pertama dan terakhir disebut ingress dan egress. Setiap LSP dikaitkan dengan

sebuah forwarding equivalence class (FEC) diidentifikasikan pemasangan label,

yang merupakan kumpulan paket yang menerima perlakukan forwarding yang

sama di sebuah LSR.

LSP dibentuk melalui suatu protokol persinyalan yang menentukan

forwarding berdasarkan label pada paket. Label yang pendek dan berukuran tetap

untuk mempercepat proses forwarding. Router dalam melakukan pengambilan

keputusan ditentukan oleh semua sumber informasi yang dapat dikerjakan oleh

sebuah label switching dengan melihat nilai suatu label yang panjangnya tertentu.

Tabel ini biasa disebut Label Forwarding Information Base (LFIB). Sebuah label

akan digunakan sebagai sebuah indeks suatu node dan akan digunakan untuk

memutuskan tujuan selanjutnya, dengan pergantian label di dalam node tersebut.

Label lama digantikan oleh label baru, dan paket akan dikirimkan ke tujuan

selanjutnya. Karenanya sebuah label switching akan membuat pekerjaan router

dan switch menjadi lebih mudah dalam menentukan pengiriman suatu paket.

MPLS ini akan memperlakukan switch-switch sebagai suatu peer-peer, dan

mengontrol feature yang secara normal hanya dapat berjalan di jaringan ATM.

Dalam jaringan MPLS sekali suatu paket telah dibubuhi “label”, maka tidak perlu

lagi terdapat analisa header yang dilakukan oleh router, karena semua pengiriman

(30)
[image:30.595.115.528.113.267.2]

Gambar 2.1 Struktur jaringan MPLS.

2.5. Distribusi Label

Untuk menyusun LSP, label-switching table di setiap LSR harus dilengkapi

dengan pemetaan dari setiap label masukan ke setiap label keluaran. Proses

melengkapi tabel ini dilakukan dengan protokol distribusi label hampir serupa

dengan protokol persinyalan di ATM, sehingga sering juga disebut protokol

persinyalan MPLS.

a. Edge Label Switching Routers (ELSR)

Edge Label Switching Routers ini terletak pada perbatasan jaringan MPLS,

dan berfungsi untuk mengaplikasikan label ke dalam paket-paket yang masuk ke

dalam jaringan MPLS. Sebuah MPLS Edge Router akan menganalisa header IP

dan akan menentukan label yang tepat untuk dienkapsulasi ke dalam paket

tersebut ketika sebuah paket IP masuk ke dalam jaringan MPLS. Ketika paket

yang berlabel meninggalkan jaringan MPLS, maka Edge Router yang lain akan

menghilangkan label yang disebut Label Switches. Perangkat Label Switches ini

berfungsi untuk men switch paket-paket ataupun sel-sel yang telah dilabeli

berdasarkan label tersebut. Label Switches ini juga mendukung Layer 3 routing

ataupun Layer 2 switching untuk ditambahkan dalam label switching. Operasi

dalam label switches memiliki persamaan dengan teknik switching yang biasa

(31)

b. Label Distribution Protocol

Label Distribution Protocol (LDP) merupakan suatu prosedur yang

digunakan untuk menginformasikan ikatan label yang telah dibuat dari satu LSR

ke LSR lainnya dalam satu jaringan MPLS. Dalam arsitektur jaringan MPLS,

sebuah LSR yang merupakan tujuan atau hop selanjutnya akan mengirimkan

informasi tentang ikatan sebuah label ke LSR yang sebelumnya mengirimkan

pesan untuk mengikat label tersebut bagi rute paketnya. Teknik ini biasa disebut

distribusi label downstream on demand.

2.6. Cara

Prinsip kerja MPLS ialah menggabungkan kecepatan switching pada layer

dengan kemampuan routing dan skalabilitas pada layer 3. Dengan

memperhatikan gambar 2, cara kerjanya adalah dengan menyelipkan label di

antara header layer 2 dan layer 3 pada paket yang diteruskan. Label dihasilkan

oleh Label Switching Router dimana bertindak sebagai penghubung jaringan

MPLS dengan jaringan luar. Label berisi informasi tujuan node selanjutnya

kemana paket harus dikirim. Kemudian paket diteruskan ke node berikutnya, di

node ini label paket akan dilepas dan diberi label yang baru yang berisi tujuan

berikutnya. Paket-paket diteruskan dalam path yang disebut LSP (Label Switching

Path).

[image:31.595.179.428.529.673.2]

Kerja MPLS

Gambar 2.2 Konsep MPLS

Dengan label switching, paket dianalisa secara menyeluruh dari header lapisan 3

dan dilakukan hanya sekali, yakni pada label switch router (LSR) di edge, yang

(32)

paket IP dengan memasang header MPLS, perhatikan gambar 2.3 berikut ini.

Label adalah bagian dari header, memiliki panjang yang bersifat tetap, dan

merupakan satu-satunya tanda identifikasi paket. Label digunakan untuk proses

[image:32.595.169.458.197.304.2]

forwarding, termasuk proses traffic engineering.

Gambar 2.3 Header MPLS

Pada gambar 2.3 terlihat MPLS header

1. Label, 20 bit yang merupakan nilai aktual untuk label. Label

ini menentukan jalur pengiriman paket ke LSR berikutnya dan operasi

yang akan dilakukan pada MPLS header sebelum dikirimkan.

memiliki panjang 32 bit yang terdiri

dari:

2. EXP (Experimental ,3 bit yang dicadangkan untuk kegiatan eksperimen.

Bagian ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi Class of Service

(CoS ).

3. S sepanjang 1 bit yang merupakan dasar MPLS header. Bit ini akan diset

”satu” apabila paket yang dikirimkan merupakan paket terakhir pada

MPLS header dan ”nol” untuk paket yang lainnya.

4. Time to Live (TTL) sepanjang 8 bit digunakan untuk mengkodekan suatu

nilai TTL. Dalam proses pembuatan label ada beberapa metode yang dapat

digunakan, yaitu:

a. Metode berdasarkan topologi jaringan, yaitu dengan menggunakan protocol IP-routing seperti OSPF dan BGP.

b. Metode berdasarkan kebutuhan resource suatu paket data, yaitu

dengan menggunakan protocol yang dapat mengontrol trafik suatu

(33)

c. Metode berdasarkan besar trafik pada suatu jaringan, yaitu dengan

menggunakan metode penerimaan paket dalam menentukan tugas dan

distribusi sebuah label.

2.7. Performansi

Aplikasi yang beraneka ragam mensyaratkan performansi yang berbeda-beda

pula. Misalnya, pengiriman data sangat peka pada distorsi tetapi kurang peka pada

tundaan; sebaliknya komunikasi suara sangat peka pada tundaan tetapi kurang

peka pada distorsi. Performansi jaringan merujuk ke tingkat kecepatan dan

keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di dalamsuatu sistem

komunikasi (Alwayn, 2002). Performansi merupakan kumpulan berbagai

besaran teknis (Stalling, 1991). Beberapa parameter yang dijadikan referensi

umum untuk dapat melihat performansi jaringan, yang terpenting adalah:

Jaringan

1. Availability, yaitu persentase hidupnya sistem atau sub sistem

telekomunikasi. Idealnya, availability harus mencapai 100%.

2. Throughput, yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur

dalam bps. Header-header dalam paket-paket data mengurangi nilai

throughput. Maka penggunaan sebuah saluran secara bersama-sama juga

akan mengurangi nilai ini.

3. Packet Loss, adalah kegagalan transmisi paket data mencapai tujuannya.

Umumnya perangkat network memiliki buffer untuk menampung data yang

diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, buffer akan penuh, dan data

baru tidak diterima. Paket yang hilang ini harus diretransmisi, yang akan

membutuhkan waktu tambahan.

4. Latency (Delay), adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh

proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Waktu

tunda ini bisa dipengaruhi oleh jarak (misalnya akibat pemakaian satelit),

atau kongesti (yang memperpanjang antrian),atau bisa juga akibat waktu

(34)

5. Bandwidth adalah kapasitas atau daya tampung kabel ethernet agar dapat

dilewati trafik paket data dalam jumlah tertentu. Bandwidth juga bisa berarti

jumlah konsumsi paket data per satuan waktu dinyatakan dengan satuan bit

per second [bps]. Bandwidth internet di sediakan oleh provider internet

dengan jumlah tertentu tergantung sewa pelanggan. Dengan QoS kita dapat

mengatur agar user tidak menghabiskan bandwidth yang di sediakan oleh

provider.

6. Jitter, atau variasi dalam latency, diakibatkan oleh variasi- variasi dalam

panjang antrian, dalam waktu pengolahan data, dalam waktu yang

dibutuhkan untuk retransmisi data (karena jalur yang digunakan juga

berbeda), dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir

perjalanan.

7. Utilitisasi/Okupansi, teknologi IP adalah teknologi connectionless

oriented, dimana proses transmisi informasi dari pengirim ke tujuannya

tidak memerlukan pendifinisian jalur terlebih dahulu, seperti halnya

teknologi connection oriented. Utilisasi/Okupansi IP yang dinyatakan dalam

persen, dapat dihitung sebagai berikut:

Tabel berikut (Dutta-Roy, 2000) memaparkan tingkat kepekaan performansi

[image:34.595.233.445.497.560.2]

yang berbeda untuk jenis layanan network yang berlainan.

[image:34.595.172.450.629.750.2]
(35)

Kemampuan menyediakan jaminan performansi dan diferensiasi

layanan dalam network sering diacu dengan istilah QoS (quality of service).

ITU, dalam rekomendasi E.800 (Rosen, 2001), mendefinisikan QoS

sebagai pengaruh kolektif atas performansi layanan yang menentukan tingkat

kepuasan pemakai layanan. QoS-Forum mendefinisikan QoS sebagai ukuran

kolektif atas tingkat layanan yang disampaikan kepelanggan, ditandai dengan

beberapa kriteria yang meliputi availabilitas, error, performance, response time

dan throughput, sambungan atau transmisi yang hilang akibat kongesti, waktu

setup, dan kecepatan deteksi dan koreksi kesalahan.Umumnya QoS dikaji dalam

kerangka pengoptimalan kapasitas network untuk berbagai jenis layanan, tanpa

terus menerus menambah dimensi network.

2.8. QoS (Quality of Service)

Jika dilihat dari ketersediaan suatu jaringan, terdapat karakteristik kuantitatif

yang dapat dikontrol untuk menyediakan suatu layanan dengan kualitas tertentu.

Kinerja jaringan dievaluasi berdasarkan parameter –parameter kualitas layanan,

yaitu delay, jitter, packet loss dan throughput. Berikut ini adalah definisi

singkat dari keempat parameter layanan tersebut.

1. Jitter Merupakan variasi delay yang terjadi akibat adanya selisih waktu

atau interval antar kedatangan paket di penerima. Jitter maksimum yang

direkomendasi oleh ITU adalah 75 ms.

2. Delay

a. Waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan data dari sumber (pengirim)

ke tujuan (penerima).

b. Delay maksimum yang direkomendasikan oleh ITU untuk aplikasi

suara adalah 150 ms, dan yang masih bisa diterima pengguna adalah 250

ms.

3. Paket Loss Kehilangan paket ketika terjadi peak load dan congestion

(kemacetan transmisi paket akibat padatnya traffic yang harus dilayani) dalam

batas waktu tertentu. Paket loss maksimum yang direkomendasi oleh ITU

(36)

4. Throughput Aspek utama throughput yaitu berkisar pada ketersediaan

bandwidth yang cukup untuk suatu aplikasi. Hal ini menentukan besarnya trafik

yang dapat diperoleh aplikasi saat melewati jaringan. Aspek penting lainnya

adalah error (pada umumnya berhubungan dengan link error rate) dan losses

(pada umumnya berhubungan dengan kapasitas buffer).

2.9. Routing

Routing merupakan fungsi yang bertanggung jawab membawa data melewati

sekumpulan jaringan dengan cara memilih jalur terbaik untuk dilewati data. Tugas

Routing akan dilakukan device jaringan yang disebut sebagai Router. Router

merupakan komputer jaringan yang bertugas atau difungsikan menghubungkan

dua jaringan atau lebih.

.

2.9.1. OSPF (Open Shortest Path First )

Open Shortest Path First adalah routing protokol yang digunakan pada MPLS.

OSPF ini berdasarkan atas Link-state dan bukan berdasarkan atas jarak. Setiap

node dari OSPF mengumpulkan data state dan mengumpulkan pada Link State

Packet. LSP dibroadcast pada setiap node untuk mencapai keseluruhan network.

Setelah seluruh network memiliki “map” hasil dari informasi LSP dan dijadikan

dasar link-state dari OSPF. Kemudian setiap OSPF akan melakukan pencarian

dengan metode SPF (Shortest Path First) untuk menemukan jarak yang lebih 4

efisien. Routing table yang dihasilkan berdasarkan atas informasi LSP yang

didapat sehingga OSPF memberikan informasi LSP secara flood, karena OSPF

sudah memiliki kemampuan untuk memilih informasi LSP yang sama maka flood

ini tidak mengakibat exhousted. OSPF ini menggunakan protokol TCP bukan

UDP, mendukung VLSM (Variable Length Subnet Mask). OSPF menggunakan

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pelaksanaan Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di STMIK Kaputam Binjai Jl. Veteran No. 5A-9A

dengan waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2010. Konsepnya

menggunakan bahan dan asumsi serta masukan dari user, buku-buku, dan

pencarian data intrenet.

3.2. Rancangan Penelitian

Untuk membangun jaringan lengkap dengan implementasi QoS dari ujung ke

ujung, diperlukan penggabungan dua teknologi, yaitu implementasi QoS di access

network dan QoS di core network. QoS di core network akan tercapai secara

optimal dengan menggunakan teknologi MPLS. Ada beberapa alternatif untuk

implementasi QoS di access network, yang sangat tergantung pada jenis aplikasi

yang digunakan customer.

Ada tiga parameter utama QoS yang dapat diukur dalam jaringan MPLS.

Ketiga parameter tersebut ialah bandwidth, service rate, dan waktu delay.

Pengukuran parameter QoS tersebut dapat ditentukan sebelum sebuah paket

dikirim dalam jaringan MPLS. Pengukuran ketiga komponen QoS MPLS tersebut

bertujuan agar sebuah service provider bisa mendistribusikan kemampuan yang

dimiliki oleh jaringannya dengan jumlah rute yang ingin dibangunnya.

3.2.1. Rekayasa Trafik dengan MPLS

Rekayasa trafik (traffic engineering, TE) adalah proses pemilihan saluran

data traffic untuk menyeimbangkan beban trafik pada berbagai jalur dan titik

dalam network. Tujuan akhirnya adalah memungkinkan operasional network

yang andal dan efisien, sekaligus mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dan

(38)

ke topologi network fisik melalui LSP yang terdiri atas komponen-komponen:

manajemen path, penempatan trafik, penyebaran keadaan network, dan

manajemen network.

a. Manajemen Path

Manajemen path meliputi proses-proses pemilihan route eksplisit

berdasar kriteria tertentu, serta`pembentukan dan pemeliharaan tunnel LSP

dengan aturan-aturan tertentu. Proses pemilihan route` dapat dilakukan secara

administratif, atau secara otomatis dengan proses routing yang bersifat

constraint-based. Proses constraint-based dilakukan dengan kalkulasi berbagai

alternatif routing untuk memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dalam

kebijakan administratif. Tujuannya adalah untuk mengurangi pekerjaan manual

dalam TE.

Setelah pemilihan, dilakukan penempatan path dengan menggunakan

protokol persinyalan, yang juga merupakan protokol distribusi label. Ada dua

protokol jenis ini yang sering dianjurkan untuk dipakai, yaitu RSVP-TE dan

CR-LDP.

Manajemen path juga mengelola pemeliharaan path, yaitu menjaga path

selama masa transmisi, dan mematikannya setelah transmisi selesai.

Terdapat sekelompok atribut yang melekat pada LSP dan digunakan

dalam operasi manajemen path. Atribut-atribut itu antara lain:

1. Atribut parameter trafik, adalah karakteristrik trafik yang akan

ditransferkan,termasuk nilai puncak, nilai rerata, ukuran burst yang dapat

terjadi, dll. Ini diperlukan untuk menghitung resource yang diperlukan dalam

trunk trafik.

2. Atribut pemilihan dan pemeliharaan path generik, adalah aturan yang

dipakai untuk

memilih route yang diambil oleh trunk trafik, dan aturan untuk menjaganya tetap

hidup.

3. Atribut prioritas, menunjukkan prioritas pentingnya trunk trafik, yang

dipakai baik dalam pemilihan path, maupun untuk menghadapi keadaan

(39)

4. Atribut pre-emption, untuk menjamin bahwa trunk trafik berprioritas

tinggi dapat disalurkan melalui path yang lebih baik dalam lingkungan

DiffServ. Atribut ini juga dipakai dalam kegiatan restorasi network setelah

kegagalan.

5. Atribut perbaikan, menentukan perilaku trunk trafik dalam kedaan

kegagalan. Ini meliputi deteksi kegagalan, pemberitahuan kegagalan, dan

perbaikan.

6. Atribut policy, menentukan tindakan yang diambil untuk trafik yang

melanggar, misalnya trafik yang lebih besar dari batas yang diberikan.

Trafik seperti ini dapat dibatasi, ditandai, atau diteruskan begitu saja.

Atribut-atribut ini memiliki banyak kesamaan dengan network yang

sudah ada sebelumnya. Maka diharapkan tidak terlalu sulit untuk memetakan

atribut trafik trunk ini ke dalam arsitektur switching dan routing network yang

sudah ada.

a. Penempatan Trafik

Setelah LSP dibentuk, trafik harus dikirimkan melalui LSP. Manajemen trafik

berfungsi mengalokasikan trafik ke dalam LSP yang telah dibentuk. Ini

meliputi fungsi pemisahan, yang membagi trafik atas kelas-kelas tertentu, dan

fungsi pengiriman, yang memetakan trafik itu ke dalam LSP.

Hal yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah distribusi beban

melewati deretan LSP. Umumnya ini dilakukan dengan menyusun semacam

pembobotan baik pada LSP-LSP maupun pada trafik-trafik. Ini dapat

dilakukan secara implisit maupun eksplisit.

b. Penyebaran Informasi Keadaan Network

Penyebaran ini bertujuan membagi informasi topologi network ke seluruh LSR

di dalam network. Ini dilakukan dengan protokol gateway seperti IGP yang

telah diperluas.

Perluasan informasi meliputi bandwidth link maksimal, alokasi trafik

maksimal, pengukuran TE default, bandwidth yang dicadangkan untuk setiap

(40)

diperlukan oleh protokol persinyalan untuk memilih routing yang paling tepat

dalam pembentukan LSP.

c. Manajemen Network

Performansi MPLS-TE tergantung pada kemudahan mengukur dan

mengendalikan network. Manajemen network meliputi konfigurasi network,

pengukuran network, dan penanganan kegagalan network.

Pengukuran terhadap LSP dapat dilakukan seperti pada paket data

lainnya. Traffic flow dapat diukur dengan melakukan monitoring dan

menampilkan statistika hasilnya. Path loss dapat diukur dengan melakukan

monitoring pada ujung-ujung LSP, dan mencatat trafik yang hilang. Path

delay dapat diukur dengan mengirimkan paket probe menyeberangi LSP, dan

mengukur waktunya. Notifikasi dan alarm dapat dibangkitkan jika

parameter-parameter yang ditentukan itu telah melebihi ambang batas.

3.2.2. Protokol Persinyalan

Pemilihan path, sebagai bagian dari MPLS-TE, dapat dilakukan dengan dua

cara: secara manual oleh administrator, atau secara otomatis oleh suatu

protokol persinyalan. Dua protokol persinyalan yang umum digunakan untuk

MPLS-TE adalah CR-LDP dan RSVP-TE. RSVP-TE memperluas protokol

RSVP yang sebelumnya telah digunakan untuk IP, untuk mendukung

distribusi label dan routing eksplisit. Sementara itu CR-LDP memperluas LDP

yang sengaja dibuat untuk distribusi label, agar dapat mendukung

persinyalan berdasar QoS dan routing eksplisit.

Ada banyak kesamaan antara CR-LDP dan RSVP-TE dalam kalkulasi

routing yang bersifat constraint-based. Keduanya menggunakan informasi QoS

yang sama untuk menyusun routing eksplisit yang sama dengan alokasi

resource yang sama.

Perbedaan utamanya adalah dalam meletakkan layer tempat protokol

(41)

bekerja. CR-LDP adalah protokol yang bekerja di atas TCP atau UDP,

sedangkan RSVP-TE bekerja langsung di atas IP. Perbandingan kedua protokol

[image:41.595.214.412.194.394.2]

ini dipaparkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1. Protokol persinyalan

Untuk standardisasi, sejak tahun 2003 sebagian besar implementor

telah memilih untuk menggunakan RSVP-TE dan meninggalkan CR-LDP.

Lebih jauh, RSVP-TE dikaji dalam RFC-3209.

3.3. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian tentang konfigurasi kinerja jaringan MPLS meliputi antara

lain :

1. Studi Literature

Mengumpulkan dan mempelajari referensi tentang teknologi MPLS.

2. Perancangan Sistem

Pada tesis ini akan menggunakan desain jaringan simulasi MPLS yang

dibuat mirip dengan sistem jaringan MPLS yang ada secara umum dengan

persyaratan adanya :

a. Sebuah routing protokol layer 3 ( OSPF,); dan menggunakan OSPF

untuk rekayasa trafik jaringan MPLS.

b. Memiliki kemampuan menangani lalu lintas Jaringan MPLS. MPLS

(42)

dengan 2 router sebagai penerima paket yang akan mengakses jaringan

MPLS (Provider Edge) router dan sekaligus untuk memonitor trafik

yang telah melewati jaringan

3. Implementasi dan Pengujian Sistem

Setelah perancangan maka akan dilakukan konfigurasi jalur yang akan

dilalui oleh data dan melakukan pengecekan koneksi antar router ke

router.

3. Pengambilan dan Analisa Data

Setelah dilakukan implementasi dan pengujian sistem, akan dicatat

data-data yang berhubungan dengan parameter QoS (Quality of

Service), pengambilan data dilakukan pada sisi server . Dari hasil data

yang didapat akan dilakukan analisa.

4. Penarikan Kesimpulan

Selanjutnya dari hasil analisa tersebut akan didapatkan data

kinerja/performansi menggunakan MPLS.

5. Penulisan Laporan Akhir

Dalam penulisan laporan ini mengacu pada pedoman penulisan ilmiah

dalam hal ini penulisan Tesis yang bentuk bakunya telah disetujui

oleh pihak Program Studi Magister Teknik Informatika.

3.4. Variabel yang diamati

Variabel penelitian yang diamati adalah : throughput dan waktu delay antara end

to end system di dalam jaringan yang dimaksud. Analisis dilakukan dengan

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Untuk membangun jaringan lengkap dengan implementasi QoS dari ujung ke

ujung, diperlukan penggabungan dua teknologi, yaitu implementasi QoS di

access network dan QoS di core network.

Aplikasi QoS

QoS di core network akan tercapai secara optimal dengan

menggunakan teknologi MPLS. Ada beberapa alternatif untuk implementasi

QoS di access network, yang sangat tergantung pada jenis aplikasi yang

digunakan customer.

a. Pengukuran Qos

Ada tiga parameter utama QoS yang dapat diukur dalam jaringan

MPLS. Ketiga parameter tersebut ialah bandwidth, service rate, dan waktu

delay. Pengukuran parameter QoS tersebut dapat ditentukan sebelum sebuah

paket dikirim dalam jaringan MPLS. Pengukuran ketiga komponen QoS MPLS

tersebut bertujuan agar sebuah service provider bisa mendistribusikan

kemampuan yang dimiliki oleh jaringannya dengan jumlah rute yang ingin

dibangunnya.

4.2. Simulasi Konfigurasi MPLS

1. Konfigurasi jaringan MPLS yang akan disimulasikan.

Di dalam simulasi jaringan berbasis IP, hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:

2. Layanan, yang dipergunakan untuk menggambarkan aplikasi atau layanan

(44)
[image:44.595.125.490.145.319.2]

Gambar 4.1 Konfigurasi Jaringan MPLS

4.3. Pengukuran QoS Jaringan

Pengukuran berbasis pada komponen rute, yaitu LSP yang dilewati oleh paket

data sehingga trafik paket tersebut dalam jaringan MPLS dapat ditentukan. Hal ini

dikarenakan jaringan akses dalam MPLS merupakan jaringan IP dengan sistem

connectionless, sedang QoS merupakan bagian dari sistem connection oriented .

Pengukuran QoS dalam jaringan MPLS dilakukan dengan cara menjaga agar

setiap paket yang dikirim dalam jaringan selalu berada dalam jalur rute atau

LSPnya. Untuk itu router dalam MPLS selalu dilengkapi dengan sistem agar bisa

memonitor trafik dari setiap paket. Proses pengukuran dimulai dari Edge Label

Switching Router, dan dilanjutkan ke Label Switching Router (LSR). Ada tiga

parameter utama QoS yang dapat diukur dalam jaringan MPLS. Ketiga parameter

tersebut ialah bandwidth, throughput, dan waktu delay. Pengukuran parameter

QoS ditentukan sebelum sebuah paket data dikirim dalam jaringan MPLS. Dalam

jaringan MPLS penentuan besarnya bandwidth untuk setiap rute bagi sebuah

paket sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan dalam MPLS setiap jaringan akses

harus memiliki akses bandwidth yang pasti untuk setiap trafik yang akan

dijalankannya. Pengukuran bandwidth dalam setiap LSP MPLS akan sangat

memperhatikan besarnya bandwidth yang ada dalam jaringan akses yang

(45)

mengirimkan sebuah paket, dengan jaringan akses yang menerima paket

tersebut. Pengukuran bandwidth dilakukan dalam edge LSR di mana paket

tersebut masuk ke dalam jaringan.Throughput merupakan rate atau kecepatan

pengiriman paket data yang masuk ke dalam jaringan. Throughput juga diukur

dalam edge LSR sebuah LSP jaringan MPLS dan dipergunakan untuk

mengetahui berapa kecepatan pengiriman paket dalam sebuah LSP MPLS.

Waktu delay merupakan waktu yang diperlukan sebuah paket yang

ditransmisikan melalui jaringan MPLS dari sebuah ingress edge LSR ke egress

edge LSR. Dengan adanya waktu delay maka sebuah paket yang masuk ke dalam

sebuah LS dapat diperkirakan waktu tiba ditujuannya. Dengan mengetahui

besarnya bandwidth, throughput, dan waktu delay pengiriman paket dalam LSP

maka kemampuan QoS jaringan MPLS dalam mengirimkan suatu paket dapat

dianalisa sehingga proses pengiriman paket dapat diperkirakan terlebih dahulu.

Pengukuran parameter QoS dalam jaringan MPLS diperlukan sehingga paket

yang dikirimkan dalam setiap LSP dapat ditentukan disesuaikan dengan besarnya

nilai bandwidth dan throughput setiap LSP yang sangat menentukan waktu delay

pengiriman sebuah paket dalam LSP. Untuk mengetahui besarnya bandwidth,

throughput, dan waktu delay pengiriman sebuah paket dalam LSP jaringan MPLS

harus dibuat suatu program simulasi.

4.4. Hasil Simulasi

Simulasi sebenarnya dapat dilakukan dengan sederhana, karena bobot

kesulitan ada pada pemahaman konsep MPLS. Dibawah ini merpakan Gambar

[image:45.595.199.453.632.720.2]

representasi jaringan MPLS STMIK Kaputama.

(46)
[image:46.595.191.475.134.265.2]

Tabel 4.1 Konfigurasi IP pada masing-masing router

Setelah konfigurasi yang digambarkan sesuai dengan keinginan maka

langkah terakhir adalah menjalankan simulasi itu sendiri. Simulasi dilakukan di

dalam suatu waktu tertentu di sesuaikan dengan kerumitan jaringan yang ada,

kemampuan sistem serta detail hasil yang diinginkan. Sehingga simulasi dapat

menghasilkan suatu simulasi yang menggambarkan suatu kondisi jaringan dari

waktu ke waktu. Bila fungsi ini dijalankan maka akan muncul jaringan yang

digambarkan serta gerakan trafik yang berjalan dari awal ke akhir secara real.

Dalam simulasi ini pula dicatat berbagai pesan error atau sekedar pesan peringatan

baik dari sudut pandang konfigurasi, setting protokol dan aplikasi, overload

transmisi, maupun kesalahan-kesalahan lain yang dapat mengakibatkan turunnya

performansi jaringan. Simulasi yang baik adalah jika dapat mempresentasikan

jaringan mendekati keadaan sebenarnya, sehingga munculnya berbagai kesalahan

dapat menjadi koreksi terhadap jaringan yang dimodelkan tersebut. Tahap

simulasi merupakan tahap yang paling panjang dari seluruh waktu simulasi ini.

Hal ini dikarenakan simulasi harus dilakukan secara bertahap dari komposisi

jaringan yang paling sederhana hingga sampai pada komposisi yang

sesungguhnya.

Perangkat lunak dalam penelitian ini merupakan software open source

yang telah melalui review untuk menyesuaikan kondisi sistem jaringan MPLS

yang dijadikan obyek penelitian ini. Untuk tahapan konfigurasi perangkat lunak

(47)

1. Konfigurasi MPLS pada router backbone

Dengan melakukan konfigurasi jaringan backbone, terutama pada router backbone

hal yang paling mendasar adalah pemilihan routing protokol yang akan berfungsi

merouting seluruh aktifitas jaringan didalam backbone, untuk itu digunakan

routing protocol Open Shortest Path First (OSPF). Dengan menggunakan OSPF

sebagai routing protokol didalam jaringan backbone diharapkan dapat

menentukan path sebuah packet dengan cost yang terkecil

2. Setelah jaringan tesbed MPLS terbentuk, kita akan melakukan ujicoba yang

meliputi :

a. Awan MPLS Persiapan pembuatan jaringan MPLS dilakukan dengan

membentuk awan MPLS yang terdiri dari 3 router yang telah terkoneksi.

Pembuatan ini sampai pada kesiapan jaringan MPLS dapat melakukan routing

paket yang ada.

b. Adanya paket yang melewati jaringan MPLS Setelah jaringan MPLS

terbentuk, maka dilewatkan paket pada jaringan tersebut untuk mengetahui

kehandalan jaringan dalam berkomunikasi. Pengiriman paket dilakukan oleh

Traffic Generator dan beberapa user dengan routing protokol.

c. Adanya monitoring trafik paket yang melewati jaringan Adanya user yang

mengirimkan paket melalui jaringan MPLS akan di monitor untuk mengetahui

nilai bandwith, throughput, delay sebagai komponen dari QoS.

Hasil dari simulasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini, dimana kondisi

tersebut mengidentifikasikan variasi dari bandwidth. Analisis dilakukan

berdasarkan tabel hasil simulasi pengukuran througput, delay pada jaringan

MPLS dan jaringan non MPLS.

[image:47.595.115.517.649.747.2]

A. Troughput Jaringan MPLS

Tabel 4.2 Troughput jaringan MPLS

Uji/Test Data(Mbits) Time(msec) Troughput

Test1 0.05 135 0.00037

Test2 0.5 148 0.0033

Test3 1 175 0.0067

Test4 5 189 0.0285

(48)

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04

0 2 4 6 8 10 12

Troughput Jaringan MPLS

[image:48.595.116.479.119.206.2]

Y-Values

Gambar 4.3 Troughput jaringan MPLS

B. Troughput Jaringan Non MPLS

Tabel 4.3 Troughput jaringan non MPLS

Uji/Test Data(Mbits) Time(sec) Troughput

Test1 0.05 128 0.00039

Test2 0.5 170 0.0029

Test3 1 164 0.0060

Test4 5 208 0.024

Test5 10 266 0.037

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04

0 2 4 6 8 10 12

Troughput Jaringan Non MPLS

[image:48.595.108.510.270.456.2]

Y-Values

Gambar 4.4 Troughput jaringan non MPLS

Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa troughput rata – rata yang dihasilkan

oleh jaringan MPLS sebesar 0,0067 MBit/sec sedangkan untuk jaringan non

MPLS rata-rata sebesar 0,0060 MBit/sec. Dari Data diatas troughput jaringan

MPLS menghasilkan througput yang lebih besar dengan kenaikan secara bertahap,

sedangkan througput untuk jaringan non MPLS menghasilkan troughput lebih

kecil.

[image:48.595.108.518.629.753.2]

C. Delay Jaringan MPLS

Tabel 4.4 Delay jaringan MPLS

Uji/Test Bandwith Delay

Test1 1000 64

Test2 2500 64

Test3 5000 64

Test4 7500 60

(49)

Delay Jaringan MPLS

0 20 40 60 80

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

Y-Values

Gambar 4.5 Delay jaringan MPLS

[image:49.595.105.513.119.531.2]

D. Delay Jaringan Non MPLS

Tabel 4.5 Delay jaringan non MPLS

Uji/Test Bandwith Delay

Test1 1000 92

Test2 2500 56

Test3 5000 64

Test4 7500 56

Test5 10000 32

0 50 100

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

Delay Jaringan Non MPLS

Y-Values

Gambar 4.6 Delay jaringan non MPLS

Dari gambar di atas tmenunjukkan delay pada pengiriman paket jaringan MPLS

dengan bandwith yang sama dengan delay pada jaringan non MPLS didapat

semakin besar bandwith semakin kecil waktu delaynya, tetapi delay pada jaringan

MPLS mengalami penurunan waktu delay secara bertahap dibandingkan delay

pada jaringan non MPLS mengalami penurunan lebih kecil namun bisa terjadi

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di atas tentang jaringan MPLS didapatkan kesimpulan

1.

:

2. Dari data yang di analisis jaringan MPLS yang menerapkan traffic

engineering mampu meningkatkan kinerja jaringan backbone dan

skalabilitas jaringan internet pada lingkungan beban trafik yang

tinggi untuk beberapa macam aplikasi yang berbeda. Ternyata

penerapan traffic engineering adalah merupakan keunggulan jaringan

MPLS terhadap jaringan berbasis IP (non MPLS), karena proses

routing menjadi lebih cepat dengan melakukan pendefinisian jalur

khusus (router LSP) untuk pengiriman paket data. Router LSP pada

jaringan MPLS dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai

jalur routing, sehingga utilisasi sumber-sumber jaringan lebih optimal

dan pada gilirannya meningkatkan kinerja jaringan.

Waktu tunda (delay) jaringan MPLS lebih kecil dari pada

jaringan non MPLS.

3. melalui simulasi terhadap kinerja jaringan IP melalui teknologi

MPLS dengan melihat parameter Quality of Service (QoS) dan

penyebab kongesti yang mungkin terjadi. Parameter kinerja yang

diamati meliputi bandwidth, troughput, delay, dan hasilnya diperoleh

peningkatan nilai troughput 40% dan penurunan delay 200% jika

dibanding

Gambar

Gambar  2.1 Struktur jaringan MPLS.
Gambar 2.2 Konsep MPLS
Gambar 2.3 Header MPLS
Tabel  berikut  (Dutta-Roy,  2000)  memaparkan  tingkat kepekaan  performansi
+7

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI QUALITY OF SERVICE (QOS) PADA JARINGAN MULTI PROTOKOL LABEL SWITCHING (MPLS) MENGGUNAKAN METODE.. DIFFERENTIATED SERVICE

MPLS, multi-protocol label switching, adalah arsitektur network yang didefinisikan oleh IETF, MPLS memadukan mekanisme label swapping di layer 2 (data link) OSI dengan routing

Analisis Kinerja Sistem Proteksi dalam Teknologi MPLS (Multi Protocol Label Switching) terhadap Transmisi PT. Aplikanusa Lintasarta Surabaya (Analysis of Protection

MPLS Training Guide: Building Multi Protocol Label..

Jaringan MPLS yang menggunakan label forwarding menjadikan label sebagai identifier yang digunakan pada paket dalam suatu jaringan MPLS terdiri atas 20 bit, berbeda

Dengan informasi label switching yang didapat dari routing network layer , setiap paket hanya dianalisa sekali di dalam router di mana paket tersebut masuk ke dalam

IMPLEMENTATION AND ANALYSIS MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING- VIRTUAL PRIVATE NETWORK (MPLS-VPN) PERFORMANCE WITH GENERIC ROUTING ENCAPSULATION (GRE) METHOD ON FILE TRANSFER

Routing tersebut dipilih karena cepat mendeteksi perubahan yang akan membuat routing kembali stabil dalam waktu singkat dan jaringan Multi Protocol Label Switching akan menambahkan