• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Distribusi Label

Untuk menyusun LSP, label-switching table di setiap LSR harus dilengkapi dengan pemetaan dari setiap label masukan ke setiap label keluaran. Proses melengkapi tabel ini dilakukan dengan protokol distribusi label hampir serupa dengan protokol persinyalan di ATM, sehingga sering juga disebut protokol persinyalan MPLS.

a. Edge Label Switching Routers (ELSR)

Edge Label Switching Routers ini terletak pada perbatasan jaringan MPLS,

dan berfungsi untuk mengaplikasikan label ke dalam paket-paket yang masuk ke dalam jaringan MPLS. Sebuah MPLS Edge Router akan menganalisa header IP dan akan menentukan label yang tepat untuk dienkapsulasi ke dalam paket tersebut ketika sebuah paket IP masuk ke dalam jaringan MPLS. Ketika paket yang berlabel meninggalkan jaringan MPLS, maka Edge Router yang lain akan menghilangkan label yang disebut Label Switches. Perangkat Label Switches ini berfungsi untuk men switch paket-paket ataupun sel-sel yang telah dilabeli berdasarkan label tersebut. Label Switches ini juga mendukung Layer 3 routing ataupun Layer 2 switching untuk ditambahkan dalam label switching. Operasi dalam label switches memiliki persamaan dengan teknik switching yang biasa dikerjakan dalam ATM.

b. Label Distribution Protocol

Label Distribution Protocol (LDP) merupakan suatu prosedur yang

digunakan untuk menginformasikan ikatan label yang telah dibuat dari satu LSR ke LSR lainnya dalam satu jaringan MPLS. Dalam arsitektur jaringan MPLS, sebuah LSR yang merupakan tujuan atau hop selanjutnya akan mengirimkan informasi tentang ikatan sebuah label ke LSR yang sebelumnya mengirimkan pesan untuk mengikat label tersebut bagi rute paketnya. Teknik ini biasa disebut distribusi label downstream on demand.

2.6. Cara

Prinsip kerja MPLS ialah menggabungkan kecepatan switching pada layer dengan kemampuan routing dan skalabilitas pada layer 3. Dengan memperhatikan gambar 2, cara kerjanya adalah dengan menyelipkan label di antara header layer 2 dan layer 3 pada paket yang diteruskan. Label dihasilkan oleh Label Switching Router dimana bertindak sebagai penghubung jaringan MPLS dengan jaringan luar. Label berisi informasi tujuan node selanjutnya kemana paket harus dikirim. Kemudian paket diteruskan ke node berikutnya, di node ini label paket akan dilepas dan diberi label yang baru yang berisi tujuan berikutnya. Paket-paket diteruskan dalam path yang disebut LSP (Label Switching

Path).

Kerja MPLS

Gambar 2.2 Konsep MPLS

Dengan label switching, paket dianalisa secara menyeluruh dari header lapisan 3 dan dilakukan hanya sekali, yakni pada label switch router (LSR) di edge, yang dialokasikan bagi setiap edge dari jaringan. MPLS hanya melakukan enkapsulasi

paket IP dengan memasang header MPLS, perhatikan gambar 2.3 berikut ini. Label adalah bagian dari header, memiliki panjang yang bersifat tetap, dan merupakan satu-satunya tanda identifikasi paket. Label digunakan untuk proses

forwarding, termasuk proses traffic engineering.

Gambar 2.3 Header MPLS Pada gambar 2.3 terlihat MPLS header

1. Label, 20 bit yang merupakan nilai aktual untuk label. Label ini menentukan jalur pengiriman paket ke LSR berikutnya dan operasi yang akan dilakukan pada MPLS header sebelum dikirimkan.

memiliki panjang 32 bit yang terdiri dari:

2. EXP (Experimental ,3 bit yang dicadangkan untuk kegiatan eksperimen. Bagian ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi Class of Service (CoS ).

3. S sepanjang 1 bit yang merupakan dasar MPLS header. Bit ini akan diset ”satu” apabila paket yang dikirimkan merupakan paket terakhir pada MPLS header dan ”nol” untuk paket yang lainnya.

4. Time to Live (TTL) sepanjang 8 bit digunakan untuk mengkodekan suatu

nilai TTL. Dalam proses pembuatan label ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu:

a. Metode berdasarkan topologi jaringan, yaitu dengan menggunakan protocol IP-routing seperti OSPF dan BGP.

b. Metode berdasarkan kebutuhan resource suatu paket data, yaitu

dengan menggunakan protocol yang dapat mengontrol trafik suatu jaringan seperti RSVP ( Resource Reservation Protocol ).

c. Metode berdasarkan besar trafik pada suatu jaringan, yaitu dengan

menggunakan metode penerimaan paket dalam menentukan tugas dan distribusi sebuah label.

2.7. Performansi

Aplikasi yang beraneka ragam mensyaratkan performansi yang berbeda-beda pula. Misalnya, pengiriman data sangat peka pada distorsi tetapi kurang peka pada tundaan; sebaliknya komunikasi suara sangat peka pada tundaan tetapi kurang peka pada distorsi. Performansi jaringan merujuk ke tingkat kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di dalamsuatu sistem komunikasi (Alwayn, 2002). Performansi merupakan kumpulan berbagai besaran teknis (Stalling, 1991). Beberapa parameter yang dijadikan referensi umum untuk dapat melihat performansi jaringan, yang terpenting adalah:

Jaringan

1. Availability, yaitu persentase hidupnya sistem atau sub sistem

telekomunikasi. Idealnya, availability harus mencapai 100%.

2. Throughput, yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur

dalam bps. Header-header dalam paket-paket data mengurangi nilai

throughput. Maka penggunaan sebuah saluran secara bersama-sama juga

akan mengurangi nilai ini.

3. Packet Loss, adalah kegagalan transmisi paket data mencapai tujuannya.

Umumnya perangkat network memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, buffer akan penuh, dan data baru tidak diterima. Paket yang hilang ini harus diretransmisi, yang akan membutuhkan waktu tambahan.

4. Latency (Delay), adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh

proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Waktu tunda ini bisa dipengaruhi oleh jarak (misalnya akibat pemakaian satelit), atau kongesti (yang memperpanjang antrian),atau bisa juga akibat waktu olah yang lama (misalnya untuk digitizing dan kompresi data).

5. Bandwidth adalah kapasitas atau daya tampung kabel ethernet agar dapat

dilewati trafik paket data dalam jumlah tertentu. Bandwidth juga bisa berarti jumlah konsumsi paket data per satuan waktu dinyatakan dengan satuan bit

per second [bps]. Bandwidth internet di sediakan oleh provider internet

dengan jumlah tertentu tergantung sewa pelanggan. Dengan QoS kita dapat mengatur agar user tidak menghabiskan bandwidth yang di sediakan oleh

provider.

6. Jitter, atau variasi dalam latency, diakibatkan oleh variasi- variasi dalam

panjang antrian, dalam waktu pengolahan data, dalam waktu yang dibutuhkan untuk retransmisi data (karena jalur yang digunakan juga berbeda), dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan.

7. Utilitisasi/Okupansi, teknologi IP adalah teknologi connectionless

oriented, dimana proses transmisi informasi dari pengirim ke tujuannya tidak memerlukan pendifinisian jalur terlebih dahulu, seperti halnya teknologi connection oriented. Utilisasi/Okupansi IP yang dinyatakan dalam persen, dapat dihitung sebagai berikut:

Tabel berikut (Dutta-Roy, 2000) memaparkan tingkat kepekaan performansi yang berbeda untuk jenis layanan network yang berlainan.

Kemampuan menyediakan jaminan performansi dan diferensiasi layanan dalam network sering diacu dengan istilah QoS (quality of service).

ITU, dalam rekomendasi E.800 (Rosen, 2001), mendefinisikan QoS sebagai pengaruh kolektif atas performansi layanan yang menentukan tingkat kepuasan pemakai layanan. QoS-Forum mendefinisikan QoS sebagai ukuran kolektif atas tingkat layanan yang disampaikan kepelanggan, ditandai dengan beberapa kriteria yang meliputi availabilitas, error, performance, response time dan throughput, sambungan atau transmisi yang hilang akibat kongesti, waktu setup, dan kecepatan deteksi dan koreksi kesalahan.Umumnya QoS dikaji dalam kerangka pengoptimalan kapasitas network untuk berbagai jenis layanan, tanpa terus menerus menambah dimensi network.

2.8. QoS (Quality of Service)

Jika dilihat dari ketersediaan suatu jaringan, terdapat karakteristik kuantitatif yang dapat dikontrol untuk menyediakan suatu layanan dengan kualitas tertentu. Kinerja jaringan dievaluasi berdasarkan parameter –parameter kualitas layanan, yaitu delay, jitter, packet loss dan throughput. Berikut ini adalah definisi singkat dari keempat parameter layanan tersebut.

1. Jitter Merupakan variasi delay yang terjadi akibat adanya selisih waktu atau interval antar kedatangan paket di penerima. Jitter maksimum yang direkomendasi oleh ITU adalah 75 ms.

2. Delay

a. Waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan data dari sumber (pengirim) ke tujuan (penerima).

b. Delay maksimum yang direkomendasikan oleh ITU untuk aplikasi suara adalah 150 ms, dan yang masih bisa diterima pengguna adalah 250 ms.

3. Paket Loss Kehilangan paket ketika terjadi peak load dan congestion (kemacetan transmisi paket akibat padatnya traffic yang harus dilayani) dalam batas waktu tertentu. Paket loss maksimum yang direkomendasi oleh ITU adalah 1 %.

4. Throughput Aspek utama throughput yaitu berkisar pada ketersediaan

bandwidth yang cukup untuk suatu aplikasi. Hal ini menentukan besarnya trafik

yang dapat diperoleh aplikasi saat melewati jaringan. Aspek penting lainnya adalah error (pada umumnya berhubungan dengan link error rate) dan losses (pada umumnya berhubungan dengan kapasitas buffer).

2.9. Routing

Routing merupakan fungsi yang bertanggung jawab membawa data melewati sekumpulan jaringan dengan cara memilih jalur terbaik untuk dilewati data. Tugas Routing akan dilakukan device jaringan yang disebut sebagai Router. Router merupakan komputer jaringan yang bertugas atau difungsikan menghubungkan dua jaringan atau lebih.

.

2.9.1. OSPF (Open Shortest Path First )

Open Shortest Path First adalah routing protokol yang digunakan pada MPLS.

OSPF ini berdasarkan atas Link-state dan bukan berdasarkan atas jarak. Setiap node dari OSPF mengumpulkan data state dan mengumpulkan pada Link State

Packet. LSP dibroadcast pada setiap node untuk mencapai keseluruhan network.

Setelah seluruh network memiliki “map” hasil dari informasi LSP dan dijadikan

dasar link-state dari OSPF. Kemudian setiap OSPF akan melakukan pencarian

dengan metode SPF (Shortest Path First) untuk menemukan jarak yang lebih 4 efisien. Routing table yang dihasilkan berdasarkan atas informasi LSP yang didapat sehingga OSPF memberikan informasi LSP secara flood, karena OSPF sudah memiliki kemampuan untuk memilih informasi LSP yang sama maka flood ini tidak mengakibat exhousted. OSPF ini menggunakan protokol TCP bukan UDP, mendukung VLSM (Variable Length Subnet Mask). OSPF menggunakan algoritma Shortest Path First (SPF) oleh Dijkstra QoS Support.

BAB III

Dokumen terkait