• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi Diri Remaja Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi Diri Remaja Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi Diri pada

Remaja Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai

SKRIPSI

Oleh

Melati Ramadani Br Ginting 071101016

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi Diri pada remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai’’.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Sri Eka Wahyuni, S.kep, Ns, M.Kep sebagai dosen pembimbing proposal penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan proposal ini.

3. Nur Afidarti S.Kp, M.Kep sebagai penguji 1 yang senantiasa meluangkan waktu, masukan dan saran yang berharga bagi penulis dalam penulisan proposal ini dan seluruh staf pengajar beserta staf administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai penguji 2 yang senantiasa meluangkan waktu, masukan dan saran yang berharga bagi penulis dalam penulisan proposal ini.

(4)

6. Kedua orangtua yang sangat saya sanyangi ayah Eben Ezer Ginting dan Ibu Morah Br Sembiring serta abang dan kakak saya yang selalu memberikan do’a, motivasi serta dukungan dan semangat kepada penulis

7. Sahabat-sahabat yang saya sayangi Rianti Pramita, Tri Ratna Ritonga, Erwina Irwan, Rini Lestari, Yutiva Irnanda, Novinda Sari, Donal bakri, Riswandi Sembiring, Uji sri Astuti yang senantiasa menghibur dan memberikan semangat kepada penulis dan juga teman-teman seperjuangan stambuk 2007 yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. SMA Negeri 1 Sei Bingai yang merupakan tempat saya melakukan penelitian.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan, pengetikan maupun percetakan. Karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian proposal ini.

Medan, Juni 2011 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

1.2. Pertanyaan Penelitian ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Obesitas ... 8

2.1.1. Defenisi Obesitas ... 8

2.1.2. Parameter untuk Menentukan Berat Badan Ideal ... 9

2.1.3. Faktor- faktor yang Berperan dalam Timbulnya obesitas 13 2.1.4. Dampak Obesitas ... 17

2.1.5. Penatalaksanaan Obesitas ... 18

2.2. Konsep Harga Diri ... 18

2.2.1. Defenisi Harga Diri ... 18

2.2.2. Karakteristik Harga Diri ... 19

2.2.3. Pembentukan Harga Diri ... 20

2.2.4. Aspek-aspek dalam Harga Diri ... 20

2.2.5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ... 21

2.2.6. Hambatan dalam Perkembangan Harga Diri ... 22

2.3. Konsep Remaja... 23

2.3.1. Defenisi Remaja ... 23

2.3.2. Batasan Usia Remaja ... 23

2.3.3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja... 24

2.3.4. Harga Diri Remaja ... 24

2.3.5. Ciri-ciri Remaja Putri yang Obesitas ... 25

2.4. Aktualisasi Diri... 26

2.4.1. Pengertian Aktualisasi Diri ... 26

2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktualisasi Diri ... 29

2.4.3. Karakteristik aktualisasi diri ... 31

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual ... 39

3.2. Definisi Operasional ... 41

(6)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Desain Penelitian ... 44

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 44

4.2.2. Waktu Penelitian ... 44

4.3. Populasi dan Sampel ... 45

4.2.1. Populasi ... 45

4.2.2. Sampel ... 45

4.4. Etika Penelitian ... 45

4.5. Validitas dan Reliabilitas ... 46

4.6. Cara Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 47

4.6.1. Cara Pengumpulan Data ... 47

4.6.2. Instrumen Penelitian ... 48

4.7. Pengolahan Analisa Data ... 50

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian... 53

5.1.1. Data demografi ... 53

5.1.2. Status Obesitas ... 55

5.1.3. Karakteristik Harga Diri ... 55

5.1.4. Karakteristik Aktualisasi Diri ... 56

5.1.5. Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi Diri ... 56

5.2. Pembahasan ... 57

5.2.1. Harga Diri Remaja Putri dengan Obesitas ... 57

5.2.2. Kemampuan Aktualisasi Diri Remaja Putri dengan Obesitas ... 58

5.2.3. Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi Diri Remaja Putri dengan Obesitas ... 60

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 62

6.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(7)

DAFTAR SKEMA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kriteria IMT Menurut (WHO) ... 10

Tabel 2.2. Pengukuran Komposisi Lemak Tubuh Menurut (BFA) ... 11

Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 42

Tabel 4.1. Kriteria Penafsiran Korelasi ... 52

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Remaja Putri dengan di SMA Negeri 1 Sei Bingai ... 54

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Status Obesitas Remaja Putri SMA Negeri 1 Sei Bingai... 55

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Harga Diri Remaja Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai ... 55

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Aktualisasi Diri Remaja Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai ... 56

(9)

Judul : Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi Diri Remaja Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai

Nama Mahasiswa : Melati Ramadani Br Ginting

Nim : 071101016

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2011

ABSTRAK

Remaja putri dengan obesitas cenderung memiliki harga diri yang rendah dari pada orang-orang yang memiliki tubuh ideal sehingga kemampuan aktualisasi diri mereka juga cenderung rendah dan berdampak pada keterbatasan bersosialisasi dengan orang lain dan berprestasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai. Desain penelitian adalah deskriptif korelasi. Pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Sampel sebanyak 35 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan april 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner data demografi, harga diri dan kemampuan aktualisasi diri remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai. Kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisa deskriptif untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentase serta analisis korelasi untuk mencari hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin rendah harga diri remaja putri dengan obesitas maka semakin rendah pula kemampuan aktualisasi diri mereka dengan diperoleh nilai p sebesar 0,00 (p<0,05) dan korelasi (r) = + 0,646. Hasil penelitian ini sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan harga diri dan kemampuan aktualisasi diri pada remaja putri yang mengalami obesitas di sekolah lain dan menyempurnakan instrumen untuk karakteristik harga diri remaja putri dengan obesitas.

(10)

Title : The Corralation of Self-Esteem and The Ability to Self Actualization of Female Teenagers at SMA Negeri 1 Sei Bingai

Researcher : Melati Ramadani Br Ginting

Nim : 071101016

Faculty : Bachelor of Nursing (S. Kep) Year of academic : 2011

ABSTRACT

Girls with obesity tend to have low-self esteem than who have the ideal body so their ability to self-actualization also tend to be low and limited impaction socializing with other people and achievers. This study aims to identify the correlation of self esteem and ability to self-actualization for obesity girls at SMA Negeri 1 Sei Bingai. The research design was a descriptive correlation. Sampling of research using total sampling. Sample as many as 35 people. The research was conducted in April 2001. The data was collected using a demographic data questionnaire, self-esteem questionnaire, and self-actualization ability questionnaire of obesity girls in SMA Negeri 1 Sei Bingai. Then the processed data obtain by using descriptive analysis of correlation to determine the frequency and percentage distributions and correlation analysis to find the relationship of esteem and ability actualization. The result showed that the lower self-esteem of obesity girls, the lower their ability to self actualization and obtain that p values 0,00 (p > 0,05) and correlation (r) = + 0,646. The result of research as the basis to carry out further research related to esteem and ability to self-actualization of obesity girls in another senior high school and refine the instruments for the characteristics of self-esteem.

(11)

Judul : Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi Diri Remaja Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai

Nama Mahasiswa : Melati Ramadani Br Ginting

Nim : 071101016

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2011

ABSTRAK

Remaja putri dengan obesitas cenderung memiliki harga diri yang rendah dari pada orang-orang yang memiliki tubuh ideal sehingga kemampuan aktualisasi diri mereka juga cenderung rendah dan berdampak pada keterbatasan bersosialisasi dengan orang lain dan berprestasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai. Desain penelitian adalah deskriptif korelasi. Pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Sampel sebanyak 35 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan april 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner data demografi, harga diri dan kemampuan aktualisasi diri remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai. Kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisa deskriptif untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentase serta analisis korelasi untuk mencari hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin rendah harga diri remaja putri dengan obesitas maka semakin rendah pula kemampuan aktualisasi diri mereka dengan diperoleh nilai p sebesar 0,00 (p<0,05) dan korelasi (r) = + 0,646. Hasil penelitian ini sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan harga diri dan kemampuan aktualisasi diri pada remaja putri yang mengalami obesitas di sekolah lain dan menyempurnakan instrumen untuk karakteristik harga diri remaja putri dengan obesitas.

(12)

Title : The Corralation of Self-Esteem and The Ability to Self Actualization of Female Teenagers at SMA Negeri 1 Sei Bingai

Researcher : Melati Ramadani Br Ginting

Nim : 071101016

Faculty : Bachelor of Nursing (S. Kep) Year of academic : 2011

ABSTRACT

Girls with obesity tend to have low-self esteem than who have the ideal body so their ability to self-actualization also tend to be low and limited impaction socializing with other people and achievers. This study aims to identify the correlation of self esteem and ability to self-actualization for obesity girls at SMA Negeri 1 Sei Bingai. The research design was a descriptive correlation. Sampling of research using total sampling. Sample as many as 35 people. The research was conducted in April 2001. The data was collected using a demographic data questionnaire, self-esteem questionnaire, and self-actualization ability questionnaire of obesity girls in SMA Negeri 1 Sei Bingai. Then the processed data obtain by using descriptive analysis of correlation to determine the frequency and percentage distributions and correlation analysis to find the relationship of esteem and ability actualization. The result showed that the lower self-esteem of obesity girls, the lower their ability to self actualization and obtain that p values 0,00 (p > 0,05) and correlation (r) = + 0,646. The result of research as the basis to carry out further research related to esteem and ability to self-actualization of obesity girls in another senior high school and refine the instruments for the characteristics of self-esteem.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola makan yang buruk menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti hypertensi, diabetes mellitus, hyper lipid dengan penyakit

“turunannya” seperti penyakit jantung koroner (PJK), stroke, gagal ginjal, obesitas dan lain-lainnya. Pola makan pada masa remaja harus diwaspadai untuk meredam kasus obesitas dikalangan remaja, karena pada saat ini terjadi perubahan banyak ragam gaya hidup, perilaku, juga pola makan. Pada remaja, masalah pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizinya tetapi lebih banyak sekedar sosialisasi dengan teman sebaya, untuk kesenangan dan agar tidak kehilangan status.

Pada masa remaja pengaruh teman sebaya lebih menonjol dari pada peran keluarga (Khomsan, 2003). Remaja lebih mudah menerima pengaruh globalisasi, pengaruh pola makan “kebarat-baratan“ (eropa) dengan tinggi lemak, tinggi kalori dan rendah serat menjadi makanan yang menarik misalnya seperti fast food atau junk food. Menurut Mujianto (1994), 15-20% remaja Indonesia biasa

(14)

Obesitas adalah simpanan energi yang berlebihan dalam bentuk lemak yang berdampak buruk pada kesehatan dan perpanjangan usia (Fathoni, 2009). Menurut Arora (2008), obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh.

Berdasarkan estimasi WHO (2006), faktor obesitas dan kurang aktivitas fisik menyumbangkan 30% risiko terjadinya penyakit kanker. Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta di antaranya obesitas. Sedangkan Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia 15 tahun adalah 19,1%, dengan prevalensi pada laki-laki 13,9%, sedangkan pada perempuan 23,8% serta prevalensi obesitas berdasarkan IMT (10,3%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%, yang hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun (Depkes, 2007). Di SMA Negeri 1 Sei Bingai terdapat sekitar 38 siswi yang mengalami obesitas dari 296 jumlah siswi keseluruhan.

(15)

Hal yang umum secara psikologis muncul bersamaan dengan kegemukan dalah gangguan gambaran tubuh atau Body Image Dispragment yaitu seorang yang kegemukan merasa bahwa tubuhnya aneh sekali dan tidak disukai sehingga orang lain memandangnya dengan jijik dan permusuhan (Stunkard & Medelson, 1990). Remaja bermain atau teman sekolahnya karena remaja dengan obesitas biasanya tidak mampu untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan terutama olahraga akibat adanya hambatan pergerakan akibat obesitas yang di derita. Hal ini dapat menyebabkan remaja mengalami gangguan psikososial, depresif, menarik diri dari lingkungan, serta harga diri rendah.

adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat diartikan bahwamenggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten. Remaja yang obesitas cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah dari pada orang-orang yang memiliki tubuh ideal (Stuart & Sundeen, 1991).

(16)

diasumsikan bahwa orang yang obesitas cenderung kurang terampil dan tidak cekatan dalam melakukan sesuatu (Marlina, 1997)

Remaja putri dengan obesitas yang memiliki harga diri rendah akan mengalami kecemasan dan perasaan tidak nyaman terhadap penampilan fisiknya, namun jika remaja putri tersebut memiliki harga diri yang tinggi maka penerimaan terhadap dirinya akan sangat dihargai tanpa harus merasa cemas dan bersalah terhadap keadaan fisiknya sehingga dapat bersosialisasi dengan teman sebaya dan mengaktualisasikan diri.

(17)

peneliti melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri pada remaja putri dengan obesitas.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri pada remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan harga diri remaja dengan kemampuan aktualisasi diri pada remaja putri yang mengalami obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai Kab. Langkat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran harga diri siswi dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai Kab. Langkat

2. Mengetahui kemampuan aktualisasi siswi SMA Negeri 1 Sei Bingai Kab. Langkat.

3. Mengetahui hubungan antara harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri pada remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai Kab. Langkat

1.4 Manfaat Penelitian

(18)

1.4.1 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini menyediakan informasi tentang obesitas dengan harga diri remaja serta bagaimana kemampuan remaja putri mengaktualisasikan diri sehingga dapat menjadi masukan untuk melakukan asuhan keperawatan komunitas pada remaja putri dengan obesitas.

1.4.2 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan harga diri dan kemampuan aktualisasi diri pada remaja putri yang mengalami obesitas pada siswi SMA Negeri 1 Sei Bingai Kab.Langkat.

1.4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian keperawatan dapat dijadikan sebagai bekal pada mahasiswa nantinya dalam melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang obesitas.

1.4.4 Bagi Sekolah SMA Negeri 1 Sei Bingai

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Obesitas

2.1.1 Defenisi obesitas

Menurut WHO (2003), kegemukan atau obesitas didefenisikan sebagai kelebihan lemak yang tidak normal dan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan. Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah indeks berat badan terhadap tinggi badan yang digunakan untuk menentukan batas kegemukan dan obesitas bagi orang dewasa, baik populasi ataupun individu (Aora, 2008). Dikatakan obesitas jika seseorang mempunyai berat badan diatas (20%) dari berat badan normal (Aora, 2008). Obesitas dapat terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak (Fathoni, 2009).

Rata- rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Dikatakan obesitas apabila perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar (25-30%) pada wanita dan (18-23%) pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari (30%) dan pria dengan lemak tubuh lebih dari (25%) dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan (20%) lebih tinggi dari berat badan yang normal dianggap mengalami obesitas (Fathoni, 2009).

(20)

kelebihan berat badan 41-100% dari berat badan ideal sedangkan obesitas berat apabila kelebihan berat badan >100% dari berat badan ideal. Obesitas berat ditemukan sebanyak (5%) dari antara orang-orang yang gemuk.

2.1.2 Parameter untuk menentukan berat badan ideal

Dalam menentukan gemuk tidaknya seseorang, ada beberapa rumus / parameter yang bisa digunakan yaitu

1) Parameter yang pertama

“Body Mass Index” (BMI) untuk mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT).

Tetapi IMT ini hanya bisa diaplikasikan untuk orang dewasa, kecuali wanita hamil. Pada wanita hamil tidak bisa digunakan karena kenaikan berat badan yang biasa terjadi pada wanita hamil normal. Orang eropa memiliki batas overweight 25 dan batas obesitas 30. Diatas 25 disebut overweight, lebih dari 30 disebut obesitas. Batas bawahnya 18,5. Jadi IMT (Indeks Masa Tubuh) normal orang asia adalah 18,5-23. Rumus IMT dapat dilihat dibawah ini:

Keterangan:

BB : Berat badan (dalam kilo gram) TB : Tinggi Badan (meter)

(21)

Table 2-1. Kriteria IMT menurut (WHO)

Index IMT Kategori

< 18,5 Berat badan kurang (Under weight)

18,5-24,9 Normal

25-29,9 Berat badan berlebih (Overweight)

>30 Gemuk (obesitas)

2) Parameter kedua

Mengukur lingkar pinggang. Ukuran lingkar pinggang normal perempuan adalah kurang dari 80 cm, sementara pria kurang dari 90 cm. walaupun IMT normal, tetapi kalau lingkar pinggangnya lebih dari 80, maka ia harus menurunkan BB-nya, karena resiko mendapat penyakit meningkat. Ukuran lingkar pinggang sebetulnya sudah cukup menjadi parameter. Ukuran pinggang yang lebih dari normal menggambarkan banyaknya lemak yang tertimbun di daerah perut. Lemak perut ini cukup berbahaya, karena terdapat di dekat organ-organ internal, seperti hati dan usus, sehingga lemak yang berlebihan itu bukan alat pasif untuk kelebihan energi, melainkan mengeluarkan hormon tertentu yang bisa mempengaruhi semuanya. Oleh karena itu orang yang memiliki lingkar pinggang lebih dari normal beresiko mendapat penyakit lebih banyak.

3) Parameter ketiga

Body Fat Analyzer (BFA) untuk mengukur komposisi lemak tubuh.

(22)

komposisi lemak tubuh, karena tujuan menurunkan BB seharusnya adalah menurunkan lemak tubuh. Hanya saja, BFA butuh alat khusus

Table 2.2. Mengukur Komposisi lemak tubuh menurut (BFA)

Jenis kelamin Komposisi lemak tubuh

Rendah Sedang Tinggi

Pria <10% 11-20% >20%

Wanita <17% 18-30% >30%

Rumus yang digunakan untuk pengukuran Body Fat Versi Dephan USA (yang tidak memerlukan bantuan alat adalah sebagai berikut :

Pria = 86.010 x log10 (abdomen – neck) – 70.041 x log 10 (heigt) + 36.76

Wanita = 163.205 x log10 (waist + hip – neck) – 97.684 x log10 (height) – 78.387

4) Parameter ke empat

Berdasarkan Setiadi (2008) cara menghitung berat badan ideal adalah sebagai berikut: :

a) Berat badan normal

Berat badan normal = Tinggi badan – 100 Contoh :

(23)

b) Berat badan ideal

Berat badan ideal = (tinggi badan – 100 – (10% tinggi badan – 100) Contoh :

Jika tinggi badan kita adalah setinggi 150 cm, maka berat badan ideal kita adalah (150 -100) – (10% x (150 - 100) = 50 - 5 = 45 kg

Menurut Setiadi (2008) dari hasil tersebut dapat kita ketahui apa yang terjadi pada diri kita dengan membandingkan hasilnya berikut di bawah ini 1. Kurus = Hasilnya 10% kurang dari seharusnya.

2. Kegemukan / Obesitas / Obesity = Hasilnya lebih dari 20% dari yang seharusnya

3. Kelebihan berat badan / Overweight = Hasilnya lebih dari 10% s/d 20% lebih besar

2.1.3 Faktor- faktor yang berperan dalam timbulnya obesitas

Menurut Misnadiarly (2007), secara sederhana timbulnya obesitas dapat diterangkan bila masukan makanan melebihi kebutuhan faali. Seperti diketahui, bahan-bahan yang terkandung dalam makanan sehari-hari akan menjadi penyusun tubuh setelah melalui beberapa proses dengan mekanisme pengaturan sebagai berikut:

1) Penyerapan dalam saluran pencernaan 2) Metabolisme dalam jaringan

3) Pengeluaran oleh alat-alat ekskresi

(24)

mineral, dan vitamin, jumlah masukan tiga kali lipat dari kebutuhan minuman dengan mudah akan dibuang. Tetapi, untuk bahan makanan hidrat arang dan lemak, keadaannya jauh berbeda. Hidrat arang dan lemak yang ada dalam makanan, boleh dikatakan semuanya akan masuk dalam tubuh, tetapi hanya sebagian kecil yang dapat dijumpai dalam tinja. Kedua bahan makanan ini merupakan sumber utama bagi tubuh. Karena itu, apabila masukannya melebihi kebutuhan tenaga tubuh, maka kelebihan ini akan disimpan. Tenaga yang berlebihan akan disimpan dalam bentuk lemak dalam jaringan adipose. Sebaliknya, apabila masukan lebih sedikit dibandingkan kebutuhan tenaga tubuh, kekurangan ini akan diatasi dengan menguraikan cadangan tenaga yang disimpan. Untuk mengatur ukuran cadangan ini tubuh memiliki mekanisme pengaturan agar terjadi keseimbangan antara masukan dan keluaran tenaga.

Beberapa faktor yang diketahui mempengaruhi mekanisme pengaturan tersebut, antara lain :

1. Umur

Meskipun dapat terjadi pada semua umur, obesitas sering dianggap sebagai kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai perkembangan rangka yang cepat dan anak menjadi besar untuk umurnya.

(25)

karyawan menengah keatas. Jadi, dalam hal ini umur bukan merupakan penentu utama timbulnya obesitas.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin tampaknya juga ikut berperan dalam timbulnya obesitas. Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi obesitas lebih umum dijumpai pada wanita terutama setelah kehamilan dan pada saat menopause. Mungkin saja obesitas pada wanita disebabkan karena pengaruh faktor endokrin, karena kondisi ini muncul pada saat-saat adanya perubahan hormonal tersebut diatas.

3. Tingkat sosial

Menarik sekali bahwa di Negara-negara barat, obesitas banyak dijumpai pada sosial-ekonomi rendah. Salah satu survei di Manhattan menunjukkan bahwa obesitas dijumpai 30% pada kelas sosial-ekonomi rendah, 17% pada kelas menengah, dan 5% pada kelas atas.

Obesitas banyak dijumpai pada wanita keluarga miskin barangkali karena sulitnya membeli makanan yang tinggi kandungan protein. Mereka hanya mampu membeli makanan murah yang umumnya mengandung banyak hidrat arang. Obesitas yang dijumpai pada kalangan eksekutif atau usahawan, barangkali timbul karena makanan berlemak tinggi disertai penggunaan minuman beralkohol.

4. Aktivitas fisik

(26)

tenaga basal sangat beragam antar individu. Demikian pula kebutuhan tenaga untuk aktivitas juga beragam tergantung pada aktivitas seseorang.

Obesitas banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktivitas fisik dan kebanyakan duduk. Di masa industri sekarang ini, dengan meningkatnya mekanisasi dan kemudahan transportasi, orang cenderung kurang gerak atau menggunakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehari-hari.

Sebagai contoh, seorang ibu rumah tangga mencuci baju dengan menggunakan sebagian kecil tenaganya dibandingkan bila mencuci baju dengan tangan yang memerlukan 1050 kJ (250 kkal) per jam. Seorang petani yang mengerjakan sawahnya dengan bajak akan menggunakan 1670 kJ (400 kkal) perjam dibandingkan dengan 540 kJ (130 kkal) perjam seandainya menggunakan traktor.

Dengan demikian kurangnya pemanfaatan tenaga akan menyebabkan simpanan tenaga tidak akan banyak digunakan dan lambat laun akan semakin bertumpuk sehingga menyebabkan obesitas. Jadi, memperbanyak aktivitas fisik sangat d anjurkan, disamping sudah tentu disertai pengaturan diet.

5. Kebiasaan makan

(27)

Ada seorang beranggapan bahwa semua orang gemuk adalah orang yang suka makan. Ternyata beberapa peneliti menunjukkan bahwa orang gemuk tidak makan lebih banyak dibanding orang kurus. Bahkan terkadang orang kurus menyatakan sudah makan banyak tetapi tetap kurus.

6. Faktor psikologis

Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negative. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

7. Faktor genetis

Faktor genetis merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam timbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnya berasal dari keluarga dengan orangtua obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas, kira-kira 40-50% anak-anaknya akan menjadi obesitas, sedangkan bila kedua orangtua obesitas, 80% anak-anaknya akan menjadi obesitas. Barangkali saja timbulnya obesitas dalam keluarga semacam ini lebih ditentukan karena kebiasaan makan dalam keluarga yang bersangkutan, dan bukan karena faktor genetis yang khusus. Hanya saja penelitian laboratorium gizi Dunn di Cambridge, Inggris baru-baru ini menunjukkan peran faktor genetis.

(28)

kalori yang dibakar. Jadi, diduga bahwa beberapa orang memang sacara genetis sudah terprogram untuk obesitas.

2.1.4 Dampak dari Obesitas

Menurut Vivi (2004) dampak obesitas dapat terjadi dalam jangka panjang maupun jangka pendek, misalnya :

1) Gangguan psikososial, rasa rendah diri, depresif dan menarik diri dari lingkungan. Hal ini karena anak obesitas sering menjadi korban bahan olok-olokan teman main dan teman sekolah. Dapat pula karena ketidakmampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan terutama olahraga akibat adanya hambatan pergerakan oleh obesitasnya.

2) Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang yang lebih lanjut dibanding usia biologinya.

3) Masalah ortopedi akibat beban tubuh yang terlalu berat.

4) Gangguan pernafasan seperti infeksi saluran nafas, tidur ngorok, sering mengantuk siang hari.

5) Gangguan endokrin seperti menars lebih cepat terjadi.

2.1.5 Penatalaksanaan obesitas

(29)

menjalani kebiasaan makan yang sehat. Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita nya dengan cara mengkitung IMT.

2.2 KONSEP HARGA DIRI

2.2.1 Defenisi Harga Diri

Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu. Menurut Coopersmith dalam Dalami (2009) mengatakan bahwa, harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan. Secara singkat, harga diri adalah “Personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya.

(30)

2.2.2 Karakteristik Harga Diri

Menurut Coopersmith dalam Burn (1998), harga diri mempunyai beberapa karakteristik, yaitu: harga diri sebagai suatu yang bersifat umum, harga diri bervariasi dalam berbagai pengalaman, evaluasi diri. Individu yang memiliki harga diri tinggi menunjukkan perilaku menerima dirinya apa adanya, percaya diri, puas dengan karakter dan kemampuan diri dan individu yang memiliki harga diri rendah, akan menunjukkan penghargaan buruk terhadap dirinya sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial (Dakami, 2009).

2.2.3 Pembentukan Harga Diri

Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang dilingkungan sekitarnya. Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang paling tergantung pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan pengertian tentang kesadaran diri, identitas dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang berarti, berharga, dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu mempunyai perasaan harga diri (Dariuzy, 2004).

2.2.4 Aspek-Aspek dalam Harga Diri

Coopersmith (1998) membagi harga diri kedalam 4 aspek:

(31)

Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima individu dari orang lain.

2) Keberartian (significance)

Adanya kepedulian, penilaian, afeksi yang diterima individu dari orang lain.

3) Kebajikan (virtue)

Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.

4) Kemampuan (competence)

Sukses memenuhi tuntutan prestasi.

2.2.5 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

(32)

(Shochih, 1998). Lingkungan memberikan dampak besar kepada remaja melalui hubungan yang baik antara remaja dengan orang tua, teman sebaya, dan lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya (Yusuf, 2000). Sosial ekonomi merupakan suatu yang mendasari perbuatan seseorang untuk memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial yang berpengaruh pada kebutuhan hidup sehari-hari (Ali & Asrosi, 2004).

2.2.6 Hambatan dalam Perkembangan Harga Diri

Menurut Dariuszky (2004) yang menghambat perkembangan harga diri adalah:

1) Perasaan Takut

(33)

depertahankan lagi sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kecemasan dan keadaan ini akan berpengaruh pada perkembangan harga dirinya.

2) Perasaan salah

Perasaan salah yang pertama dimiliki individu yang mempunyai pegangan hidup berdasarkan kesadaran dan keyakinan diri, atau dengan kata lain individu sendiri telah menentukan kriteria mengenai mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya. Perasaan salah yang kedua adalah merasa salah terhadap ketakutan, seperti kedua orang tua.

3.3 Konsep Remaja

3.3.1 Defenisi Remaja

Remaja adalah periode transisi antara anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya, dan sebagainya (Wirawan, 2008). Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama (Hurlock, 1991).

2.3.2 Batasan Usia Remaja

(34)

WHO batasan usia remaja 10-20 tahun. Namun jika seseorang pada usia remaja sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa, atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan dalam kelompok remaja (Wirawan, 2008).

2.3.3 Tugas-tugas perkembangan remaja

Tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut: menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya, mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mepunyai autoritas, mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan temen sebaya teman sebaya atau orang lain, baik secara individual ataupun kelompok, menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya, menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri, memperkuat self-control atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup, mampu meningkatkan reaksi dan penyesuaian diri (Wirawan, 2008).

2.3.4 Harga Diri Remaja

Menurut Flemming dan Courtney (1984 dalam Frey, 1994) mengemukakakn bahwa harga diri pada remaja dibagi menjadi lima aspek, yaitu:

1) Perasaan ingin dihormati, perasaan ingin diterima oleh orang lain, perasaan ingin dihargai, didukung, diperhatikan, dan merasa berguna. 2) Percaya diri dalam bersosialisasi, mudah bergaul dengan orang lain, baik

(35)

3) Kemampuan akademik sukses memenuhi tuntutan prestasi ditandai oleh keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam-macam tugas dengan baik dan benar.

4) Penampilan fisik, merasa dirinya menarik, dan merasa percaya diri

5) Kemampuan fisik mampu melakukan sesuatu dalam bentuk aktivitas, dapat berprestasi dalam hal kemampuan fisik

6) Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan harga diri pada remaja, seperti yang dikemukakan oleh Dariuszky (2004), yaitu: berikan perhatian secara pribadi disaat mereka membutuhkan. Perlihatkan kasih sayang dalam bentuk ucapan maupun tindakan. Berikan pujian secara spesifik. Jelaskan apa yang baik dan yang tidak. Jelaskan dan tegaskan bakat istimewa yang dimilikinya. Hargai prestasi baiknya mulai dari yang sederhana dengan senyum dan pujian. Selain hal-hal diatas, harga diri remaja yang mengalami deviasi seksual dapat ditingkatkan melalui percobaan pengembangan diri

2.3.5 Ciri-ciri Remaja Putri yang Obesitas

Menurut Marlina (1997), penelitian-penelitian mengenai orang-orang yang mengalami obesitas yang telah dilakukan oleh beberapa tokoh, maka dapat dihasilkan beberapa karakteristik yang sering dikaitkan dengan orang yang mengalami obesitas antara lain:

(36)

b. Kontrol diri menyatakan bahwa orang-orang yang obesitas dinilai sebagai orang yang memiliki kontrol diri yang rendah.

c. Tingkat kepercayaan diri orang yang obesitas cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah dari pada orang-orang yang memiliki tubuh ideal.

d. Penampilan fisik dan wajah kebanyakan orang beranggapan bahwa seseorang yang obesitas biasanya juga memiliki wajah serta penampilan fisik yang tidak menarik.

e. Tingkat keterampilan orang-orang yang obesitas biasanya lamban dalam melakukan suatu kegiatan yang berhubungan dengan gerak tubuh, sehingga diasumsi bahwa orang yang obesitas cenderung kurang terampil dan tidak cekatan dalam melakukan sesuatu.

f. Dalam mendapatkan teman kencan orang yang obesitas biasanya sulit mendapatkan teman kencan. Kebanyakan orang lebih tertarik memilih teman kencan yang memiliki bentuk tubuh ideal daripada yang memiliki bentuk tubuh gemuk.

2.4 Aktualisasi Diri

2.4.1 Pengertian Aktualisasi Diri

(37)

diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis (Arianto, 2009).

Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu makin bertambah besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya berpusat pada kepribadian.

Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya.

(38)

tiap tahapan itu dan segera mencapai tahapan akhir yaitu aktualisasi diri, maka dia punya kesempatan untuk mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. (Arianto, 2009).

Ahli jiwa termashur Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of Needs menggunakan istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai kebutuhan

dan pencapaian tertinggi seorang manusia. Maslow menemukan bahwa tanpa memandang suku asal-usul seseorang, setiap manusia mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut meliputi:

a. Kebutuhan fisiologis (physiological), meliputi kebutuhan akan pangan, pakaian, dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis,

b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety), meliputi kebutuhan akan keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan, keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam,

c. Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang (social), meliputi kebutuhan akan persahabatan, berkeluarga, berkelompok, interaksi dan kasih sayang, d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem), meliputi kebutuhan akan harga diri,

status, prestise, respek, dan penghargaan dari pihak lain,

e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi kebutuhan akan memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui memaksimumkan penggunaaan kemampuan dan potensi diri.

(39)

serta potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada untuk menjadi kepribadian yang utuh.

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri

Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal) atau di luar (eksternal) keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakannya untuk melakukan sesuatu.

a. Internal

Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri seseorang, yang meliputi :

1) Ketidaktahuan akan potensi diri

2) Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga potensinya tidak dapat terus berkembang.

Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita mengetahui potensi yang ada dalam diri kita kemudian mengarahkannya kepada tindakan yang tepat dan teruji (Fadlymun, 2009).

b. Eksternal

(40)

1) Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi potensi diri seseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya menunjang upaya aktualisasi diri warganya.

2) Faktor lingkungan

Lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap upaya mewujudkan aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan mengizinkannya (Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis (Sudrajat, 2008).

3) Pola asuh

Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri anak sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pengaktualisasian diri adalah praktik pengasuhan anak (Brown, 1961)

(41)

manusia. Kekuatan yang satu mengarah pada pertahanan diri, sehingga yang muncul adalah rasa takut salah atau tidak percaya diri, takut menghadapi resiko terhadap keputusan yang akan diambil, mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan/bertindak, dan sebagainya. Sementara kekuatan yang lainnya adalah kekuatan yang mengarah pada keutuhan diri dan terwujudnya seluruh potensi diri yang dimiliki, sehingga yang muncul adalah kepercayaan diri dan penerimaan diri secara penuh (Asmadi, 2008).

2.4.3 Karakteristik aktualisasi diri.

Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umunya. Menurut Maslow (1970 dalam Kozier & Erb, 1998), ada beberapa karakteristik yang menunjukkan sseorang mencapai aktualisasi diri.

Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut: a. Mampu melihat realitas secara lebih efisien

(42)

menghasilkan pola pikir yang cemerlang menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan sesaat.

b. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya

Orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri dan orang lain. Dia akan membuka diri terhadap kritikan, saran, ataupun nasehat dari orang lain terhadap dirinya.

c. Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran

Orang yang mengaktualisasikan diri dengan benar ditandai dengan segala tindakan, perilaku, dan gagasannya dilakukan secara spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat. Dengan demikian, apa yang ia lakukan tidak pura-pura. Sifat ini akan melahirkan sikap lapang dada terhadap apa yang menjadi kebiasaan masyarakatnya asal tidak bertentangan dengan prinsipnya yang paling utama, meskipun dalam hati ia menertawakannya. Namun apabila lingkungan/kebiasaan di masyarakat sudah bertentangan dengan prinsip yang ia yakini, maka ia tidak segan-segan untuk mengemukakannya dengan asertif. Kebiasaan di masyarakat tersebut antara lain seperti adat-istiadat yang amoral, kebohongan, dan kehidupan sosial yang tidak manusiawi.

d. Terpusat pada persoalan

(43)

atas apa kebaikan dan kepentingan yang dibutuhkan oleh umat manusia. Dengan demikian, segala pikiran, perilaku, dan gagasannya terpusat pada persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan persoalan yang bersifat egois.

e. Membutuhkan kesendirian

Pada umumnya orang yang sudah mencapai aktualisasi diri cenderung memisahkan diri. Sikap ini didasarkan atas persepsinya mengenai sesuatu yang ia anggap benar, tetapi tidak bersifat egois. Ia tidak bergantung pada pikiran orang lain. Sifat yang demikian, membuatnya tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Ia senantiasa menjaga martabat dan harga dirinya, meskipun ia berada di lingkungan yang kurang terhormat. Sifat memisahkan diri ini terwujud dalam otonomi pengambilan keputusan. Keputusan yang diambilnya tidak dipengaruhi oleh orang lain. Dia akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan/ kebijakan yang diambil.

f. Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan)

(44)

g. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan

Ini merupakan manifestasi dari rasa syukur atas segala potensi yang dimiliki pada orang yang mampu mengakualisasikan dirinya. Ia akan diselimuti perasaan senang, kagum, dan tidak bosan terhadap segala apa yang dia miliki. Walaupun hal tersebut merupakan hal yang biasa saja. Implikasinya adalah ia mampu mengapresiasikan segala apa yang dimilikinya. Kegagalan seseorang dalam mengapresiasikan segala yang dimilikinya dapat menyebabkan ia menjadi manusia yang serakah dan berperilaku melanggar hak asasi orang lain.

h. Kesadaran sosial

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh perasaan empati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain. Perasaan tersebut ada walaupun orang lain berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan ini akan memunculkan kesadaran sosial di mana ia memiliki rasa untuk bermasyarakat dan menolong orang lain.

i. Hubungan interpersonal

(45)

j. Demokratis

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat ini dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai dan lain-lain.

Sifat demokratis ini lahir karena pada orang yang mengaktualisasikan diri tidak mempunyai perasaan risih bergaul dengan orang lain. Juga karena sikapnya yang rendah hati, sehingga ia senantiasa menghormati orang lain tanpa terkecuali.

k. Rasa humor yang bermakna dan etis

Rasa humor orang yang mengaktualisasikan diri berbeda dengan humor kebanyakan orang. Ia tidak akan tertawa terhadap humor yang menghina, merendahkan bahkan menjelekkan orang lain. Humor orang yang mengaktualisasikan diri bukan saja menimbulkan tertawa, tetapi sarat dengan makna dan nilai pendidikan. Humornya benar-benar menggambarkan hakikat manusiawi yang menghormati dan menjunjumg tinggi nilai-nilai kemanusiaan. l. Kreativitas

Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.

(46)

Ia mampu mempertahankan pendirian dan keputusan-keputusan yang ia ambil. Tidak goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan ataupun kepentingan.

n. Pengalaman puncak (peak experiance)

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batas atau sekat antara dirinya dengan alam semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-sekat berupa suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya. Oleh karena itu, ia akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati , dan terbuka.

Karakter-karakter ini merupakan cerminan orang yang berada pada pencapaian kehidupan yang prima (peak experience). Konsekuensinya ia akan merasakan bersyukur pada Tuhan, orang tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu yang menyebabkan keberuntungan tersebut.

Adapun beberapa langkah sederhana untuk mengaktualisasikan diri dalam mencapai sukses, yaitu:

a. Kenali potensi dan bakat unik yang ada dalam diri

(47)

b. Asah kemampuan unik anda setiap hari

Orang sukses adalah orang yang senantiasa mengasah kemampuan unik yang ada dalam dirinya, yang membedakan dirinya dengan 6 milyar orang lainnya. Tidak perlu malu, kemampuan sekecil apapun yang anda miliki sekarang adalah modal untuk menciptakan kesuksesan di masa depan. Petuah bijak mengatakan “Lakukanlah hal-hal kecil yang tidak anda sukai dengan disiplin tinggi, sehingga kelak anda dapat menikmati hal-hal besar yang sangat anda sukai.

(48)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konseptual

Dari hasil penelitian tinjauan kepustakaan yang telah diuraikan serta masalah penelitian yang telah dirumuskan dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang digunakan (Notoadmodjo, 2003).

(49)

Variael dependen

Variabel Independen

Skema: 2.1 Kerangka Konsep

Harga diri remaja

5. Aktualisasi diri:

a. Mampu melihat realitas secara lebih efisien

b. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain

c. Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajiban

d. Terpusat pada persoalan e. Membutuhkan kesendirian f. Otonomi

g. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan

h. Kesadaran sosial

i. Hubungan interpersonal j. Demokratis

k. Rasa humor yang bermakna dan etis

(50)

Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

3.2 Definisi Operasional

Variable/ sub variabel

Deenisi Operasional Alat Ukur Hasil

Ukur Negeri 1 Sei Bingai terhadap apa yang mulai disadarinya ada dalam dirinya sebagai upaya untuk

melakukan yang terbaik yang dia bisa

Kuesioner kemampuan

aktulisasi diri dengan pertanyaan yang terdiri dari 28 soal dengan jawaban : yang terdiri dari 10 soal dengan jawaban

Skor :

Harga diri tinggi:

(51)

dengan obesitas

evaluasi memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan.

SS : 4

S : 3

TS : 2

STS :1

10 – 25

Harga diri rendah :

26 - 40

3.3 Hipotesis

(52)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu desain penelitian yang mengkaji hubungan antara dua variable pada suatu situasi atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri pada remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai.

4.2 Lokalisasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

(53)

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian mengenai hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri pada remaja putri dengan obesitasdi SMA Negeri 1 Sei Bingai dilaksanakan pada bulan April 2011

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 1 Sei Bingai Kab. Langkat yang mengalami obesitas berjumlah sekitar 35 orang laporan dari wakil kepala sekolah SMA Negeri 1 Sei Bingai (Manurung, 2010).

4.3.2 Sampel

Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah siswi di SMA Negeri 1 Sei Bingai yang mengalami kelebihan BB (20%) dari BBI dengan cara total sampling (sampling jenuh). Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Cara ini dilakukan karena populasinya kecil (Aziz, 2007)

4.4 Etika Penelitian

(54)

tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk menjadi responden dalam penelitian, selain itu ada prinsip-prinsip etik meliputi:

1. Informed concent (Lembar Persetujuan Responden)

Pada saat melakukan penelitian, lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti dan memenuhi kriteria dimana sebelumnya telah diberi penjelasan secukupnya tentang tujuan penelitian. Responden dinyatakan setuju apabila bersedia menandatangani informed concent tersebut.

2. Anonimity (Kerahasiaan Identitas)

Kerahasiaan identitas responden dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, dengan cara memberikan kode atau tanda pada lembar koesioner dan kode tersebut hanya diketahui oleh peneliti itu sendiri. 3. Confidentiality (Kerahasiaan Informasi)

Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi yang di dapat dari responden, dan itu dijamin oleh peneliti.

4.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2005).

(55)

salah satu dosen keperawatan jiwa maka di dapatkan hasil bahwa instrumen penelitian yang digunakan telah valid dan dapat digunakan untuk penelitian.

Uji realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini digunakan uji Reliabilitas Konsistensi Internal karena memiliki kelebihan yaitu memberikan instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen kepada satu objek studi (Dempsey & Dempsey, 2002). Uji reliabilitas telah dilakukan kepada 10 responden yang sesuai dengan kriteria subjek studi kemudian peneliti menilai responnya. Uji tes ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi komputerisasi dengan analisis Cronbach Alpha pada item berskala. Untuk instrumen yang baru akan reliable jika memiliki reliabilitas > 0.70 (Polit & Hungler, 1995). Hasil uji reliabilitas dari kuisioner harga diri adalah 0,551 yang menggambarkan bahwa ada beberapa item dari kuisioner yang belum reliable sehingga peneliti memodifikasi kembali kuisioner harga diri, sedangkan hasil uji reliabilitas dari kuisioner kemampuan aktualisasi diri adalah 0,801 yang menggambarkan bahwa kuisioner ini sudah reliable.

4.6 Cara Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

4.6.1 Cara Pengumpulan Data

(56)

1. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Fakultas Keperawatan USU.

2. Mengajukan surat permohonan izin kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sei Bingai

3. Setelah mendapat izin dari Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sei Bingai, dilakukan pengumpulan melalui observasi survei awal

4. Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden untuk mendapatkan persetujuannya sebagai sampel penelitian

5. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden

6. Calon responden yang bersedia kemudian diberikan kuesioner dengan bentuk pertanyaan-pertanyaan terbuka

7. Hasil dari kuesioner semua data yang telah diisi oleh responden kemudian dikumpulkan oleh peneliti untuk dianalisis

4.6.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Kuesioner disusun dan dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka yang terdiri dari 3 bagian yaitu: Kuesioner Data Demografi (KDD), Kuesioner Harga Diri (KHD), Kuesioner Kemampuan Aktualisasi Diri (KKAD).

(57)

Kuesioner Harga Diri (KHD) adalah berupa pernyataan-pernyataan yang memberikan gambaran harga diri responden. Kuesioner ini terdiri dari 10 butir pernyataan dengan menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban yaitu: Sangat setuju (SS) mendapat nilai 4, Setuju (S) mendapat nilai 3, Tidak Setuju (TS) mendapat nilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) mendapat nilai 1. Total skor yang diperoleh terendah 10 dan tertinggi 40, semakin tinggi skor, maka semakin rendah harga diri responden. Harga diri responden dikategorikan berdasarkan rumus statistic menurut Sudjana (1992), yaitu:

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah) sebesar 30 dan 2 kategori kelas untuk harga diri di dapatlah panjang kelas sebesar 15. Menggunakan p = 15 dan nilai terendah 10 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka harga diri responden dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut :10 -25 adalah harga diri tinggi dan 26 – 40 adalah harga diri rendah

(58)

nilai 4. Total skor yang diperoleh terendah 28 dan tertinggi 112. Kemampuan aktualisasi diri responden dikategorikan berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (1992)

Nilai tertinggi dikurangi nilai terendah sebesar 84 dan 2 kategori kelas untuk harga diri di dapatlah panjang kelas sebesar 42. Menggunakan p = 42 dan nilai terendah 28 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka kemampuan aktualisasi diri responden dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut 28 - 70 adalah kemampuan aktualisasi tinggi dan 71 – 112 adalah kemampuan aktualisasi diri rendah.

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan analisis data melalui beberapa tahap yaitu, mengecek kode data responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian mengklasifikasikan data dengan tabulasi data yang telah terkumpul. Pengolahan data dengan tabulasi dilakukan dengan teknik komputerisasi.

Untuk melihat hubungan antara 2 variabel (obesitas dengan harga diri) dianalisa secara statistic dengan menggunakan formula korelasi Spearman Rho. Hasil analisa korelasi ini adalah nilai korelasi (r) dan nilai signifikansi (p) (Sudjana, 2001).

(59)

statistik tersebut dengan membandingkan hasil p value dengan nilai α (alpha) yaitu: bila p ≤ nilai α, maka keputusannya Ho ditolak dan Ha diterima ( yang artinya: ada hubungan / perbedaan yang signifikan antara kelompok data satu dengan kelompok data yang lain) dan bila p ≥ nilai α, maka Ho gagal ditolak (yang artinya signifikan / perbedaan antara kelompok data satu dengan kelompok data yang lain) (Arlinda, 2004).

Analisis data dilakukan dengan menjelaskan presentase data yang telah terkumpul dan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi kemudian dilakukan pembahasan dengan menggunakan kepustakaan yang ada.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Statistik univariat

(60)

2) Statistik bivariat

Untuk melihat hubungan antara variabel independen (harga diri remaja putri dengan obesitas) dan variabel dependen (kemampuan aktualisasi diri) digunakan formulasi korelasi Spearman. Uji korelasi Spearman digunakan pada penelitian ini karena variabel harga diri dan kemampuan aktualisasi diri remaja putri dengan obesitas merupakan variabel dengan skala ordinal. Untuk mengetahui apakah hubungan itu lemah, sedang atau kuat dipakai standar korelasi menurut Burns dan Grove (2001).

Tabel 4.1 Kriteria Penafsiran Korelasi

Nilai r Penafsiran

Diatas -0.5 Korelasi negatif tinggi

Hubungan negatif dengan interprestasi kuat - 0.3 sampai – 0.5 Korelasi negatif sedang

Hubungan negatif dengan interpretasi memadai - 0.1 sampai – 0.3 Korelasi negatif rendah

Hubungan negatif dengan interpretasi lemah

0 Tidak ada / hubungan

0.1 sampai 0.3 Korelasi positif rendah

Hubungan positif dengan interpretasi lemah 0.3 sampai 0.5 Korelasi positif sedang

Hubungan positif dengan interpretasi memadai Diatas 0.5 Korelasi positif tinggi

(61)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, peneliti menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri remaja putri di SMA Negeri 1 Sei Bingai.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret 2010 di SMA Negeri 1 Sei Bingai. Responden pada penelitian ini adalah remaja putri dengan obesitas usia 15-18 tahun. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi, status obesitas, harga diri dan kemampuan aktualisasi diri remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai.

1.1Data Demografi

(62)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai ( n = 38)

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Umur Rp,1.000.000 - Rp, 2.000.000 Rp, 2.000.000 - Rp, 3.000.000 Rp, 3.000.000 – < Rp,

Status Obesitas Remaja Putri

(63)

1.2Karakteristik Harga Diri

Data tentang tingkat harga diri pada remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai didapat bahwa remaja putri dengan obesitas yang memiliki katergori harga diri tinggi yaitu sebanyak 12 orang (34,3%), dan berdasarkan hasil analisa data harga diri remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai secara keseluruhan didapatkan bahwa mayoritas siswi sebanyak 23 orang (65,7%) berada pada kategori harga diri rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi harga diri remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai.

Tingkat Harga Diri Frekuensi Persentase (%)

Harga diri tinggi Harga diri rendah

12 23

34,3 65,7

1.3Karakteristik Aktualisasi Diri

(64)

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi aktualisasi diri remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai.

Tingkat aktualisasi diri Frekuensi Persentase (%)

Aktualisasi diri tinggi Aktualisasi diri rendah

16 19

45,7 54,3

1.5 Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi Diri Remaja

Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai

(65)

Tabel 5.5 Hasil analisa antara harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai

Variabel 1 Variabel 2 R P Keterangan

0,646 0,000 Hubungan korelasi positif tinggi dengan interpretasi kuat

2. Pembahasan

2.1 Harga Diri Remaja Putri dengan Obesitas

(66)

mampu untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan terutama olahraga akibat adanya hambatan pergerakan akibat obesitas yang di derita. Hal ini dapat menyebabkan remaja mengalami gangguan psikososial, depresif, menarik diri dari lingkungan, serta harga diri rendah

Menurut Dacey dan Kenny (2001) menyatakan bahwa remaja sering merasa tidak puas akan perubahan dan penampilan mereka, sedangkan Hurlock (1980) berpendapat bahwa hanya sedikit remaja yang mengalami kateksis tubuh atau merasa puas dengan tubuhnya. Ketidakpuasan yang dirasakan lebih banyak dialami di bagian tubuh tertentu. Kegagalan mengalami kateksis ini tubuh menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik sehingga harga diri yang dimiliki cenderung rendah pula.

2.2Kemampuan Aktualisasi Diri Remaja Putri dengan Obesitas

(67)

bergaul memungkinkan komunikasi intim yang baik dengan individu dan memudahkan mahasiswi untuk berinteraksi dengan lingkungan.

Menurut Maslow dalam Nurul Imam (1993) bahwa untuk mencapai taraf aktualisasi diri atau memenuhi kebutuhan akan aktualisasi diri tidaklah mudah, sebab upaya ke arah itu banyak sekali hambatan-hambatannya. Hambatan yang dimaksud berasal dari dalam individu, yakni berupa ketidaktahuan, keraguan, dan bahkan juga rasa takut dari indivdu untuk mengungkapkan potensi-potensi yang dimilikinya, sehingga potensi-potensi itu tetap laten. Remaja dengan obesitas cenderung merasa malu dan takut untuk mengekspresikan bakat dan potensi yang mereka miliki yang memungkinkan aktualisasi diri menjadi terganggu sehingga dampaknya akan meminimalkan motivasi untuk berprestasi.

Aktualisasi juga diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan, isi yang tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif , mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tanpa adanya aktualisasi yang nyata maka tujuan pendidikan yang diidam-idamkan tidak akan pernah terwujud.

2.3Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi Diri Remaja

Putri dengan Obesitas

(68)

aktualisasi diri pada remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai. Kemudian kekuatan korelasi (r) = +0,646 yang mengidentifisasikan bahwa kekuatan hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri remaja putri dengan obesitas dalam kategori interpretasi kuat dengan arah korelasi (+) sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi harga diri remaja putri dengan obesitas semakin tinggi pula kemampuan aktualisasi dirinya demikian sebaliknya semakin rendah harga diri remaja putri dengan obesitas maka semakin rendah pula kemampuan aktualisasi diri mereka

Penelitian ini menggambarkan bahwa remaja putri dengan obesitas cenderung memiliki karakteristik harga diri rendah sehingga mereka tidak maksimal dalam mengaktualisasikan diri, hal ini bersesuaian dengan pengertian aktualisasi yang menyatakan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan sifat-sifat serta potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada untuk menjadi kepribadian yang utuh. Remaja dengan obesitas biasanya tidak menerima kondisi fisik yang besar dan merasa berbeda dengan remaja putri yang memiliki tubuh ideal.

(69)

mereka terganggu maka harga diri juga akan mengalami penurunan sehingga remaja putri dengan obesitas sulit untuk mengaktualisasikan dirinya.

(70)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri Sei Bingai. Responden dalam penelitian ini adalah remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai dengan jumlah responden 38 orang yang diambil secara keseluruhan (total sampling). Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini kemudian dianalisis secara komputerisasi. Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran.

1. Kesimpulan

(71)

2. Saran

a. Saran untuk Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini menyediakan informasi tentang remaja putri dengan obesitas dan gambaran harga diri serta bagaimana kemampuan aktualisasi diri mereka sehingga dapat menjadi masukan untuk melakukan asuhan keperawatan pada remaja putri dengan obesitas baik di rumah sakit ataupun di komunitas.

b. Saran untuk Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian keperawatan dapat digunakan sebagai bekal pada mahasiswa dalam melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang obesitas.

c. Saran untuk Penelitian Keperawatan

Bagi peneliti selanjutnya agar lebih menggali lagi tentang hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri. Karena penelitian ini hanya dilakukan pada satu sekolah sehingga metode penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk semua remaja putri dengan obesitas di sekolah lain. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbaiki kuisioner mengenai harga diri sebab kuisioner pada penelitian ini belum seutuhnya reliable.

(72)

d. Bagi Sekolah SMA Negeri 1 Sei Bingai

(73)

DAFTAR PUSTAKA

Ade, 2006. Gambaran Harga Diri Remaja Obesitas. Dibuka pada website

Alimul, A. (2003). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Edisi pertama. Jakarta : Salemba Medika

Alimul, A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan llmiah, edisi 2, Jakarta : Salemba Medika

Arlinda. 2004. Komplikasi Statistik Kesehatan untuk Kalangan Sendiri. Medan: USU

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi IV). Jakarta: Rineka Cipta

Arora. Anjali. 2008. 5 Langkah Mengendalikan Obesitas. Jakarta: BIP Gramedia.

Burns & Grove (1993). The practice of nursing research : Conduct, critique, and utilization. Philadelphia: W. B. Saunders Company.

Gambar

Table 2-1. Kriteria IMT menurut (WHO)
Table  2.2. Mengukur Komposisi lemak tubuh menurut (BFA)
Tabel 4.1 Kriteria Penafsiran Korelasi
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai ( n = 38)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Harga Diri Pada Remaja Putri... Identifikasi

Hubungan Antara Konsep Diri Pada Remaja Putri Yang Mengalami Obesitas dan Hubungan Interpersonal Dengan Teman Sebaya ……….. Metode

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dari remaja putri obesitas memiliki pekerjaaan orangtua yang mapan yaitu sebagai Pegawai Negeri Sipil, umumnya

Hubungan Antara Konsep Diri Pada Remaja Putri Yang Mengalami Obesitas dan Hubungan Interpersonal Dengan Teman Sebaya ……….. Metode

dilakukan oleh Gita Handayani ( 2008 ) tentang hubungan antara harga diri dan citra tubuh pada remaja putri yang mengalami obesitas dari sosial ekonomi menengah keatas,

Permasalahan ini berkaitan dengan “apakah semakin tinggi tingkat obesitas seseorang akan diikuti dengan semakin rendah harga diri dan penyesuaian diri mereka”, berdasarkan

berkaitan obesitas dengan harga diri pada remaja SMA Dharma Pancasila. Kelurahan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan citra tubuh pada remaja putri yang mengalami obesitas dari