• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pengendalian Perumahan Sederhana Dalam Sistem Perumahan Berkelanjutan Perkotaan Berbasis Rendah Emisi CO2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Model Pengendalian Perumahan Sederhana Dalam Sistem Perumahan Berkelanjutan Perkotaan Berbasis Rendah Emisi CO2"

Copied!
244
0
0

Teks penuh

(1)

MOD

DA

DEL PEN

ALAM SI

PERKO

Pen

UN

NGENDA

ISTEM P

TAAN BE

N P ngelolaan Su

SEKOL

NIVERSIT

ALIAN PE

PERUMA

ERBASIS

DISERT

Oleh NELSON SI NIM : 078 Program Do umberdaya

LAH PASC

TAS SUM

MEDA

201

ERUMAH

HAN BER

S RENDA

TASI

h :

IAHAAN 8106003 oktor (S3)

Alam dan L

CA SARJ

MATERA

AN

2

HAN SED

RKELAN

AH EMIS

Lingkungan

JANA

A UTARA

DERHAN

NJUTAN

SI CO

2

n

A

(2)

PERKOTAAN BERBASIS RENDAH EMISI CO

2

DISERTASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam Program Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara di bawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K) untuk dipertahankan dihadapan sidang Terbuka Senat

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

NELSON SIAHAAN NIM : 078106003 Program Doktor (S3)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Di Nama M Nomor P Program

Tanggal

sertasi Mahasiswa Pokok m Studi

lulus : 27 J

: MODE SEDER BERKE RENDA : Nelson : 078106

: Doktor Lingku

Juni 2012

EL PENGE RHANA DA ELANJUTA AH EMISI n Siahaan

6003 r (S3) Penge ungan

ENDALIA ALAM SIST AN PERKO

CO2

elolaan Sum

AN PERUM TEM PERU OTAAN BE

mberdaya Al

MAHAN UMAHAN ERBASIS

(4)

Diuji pad Tanggal

PANITI Pemimpi Prof. Dr. (Rektor U Ketua Anggota

da Ujian Di : 27 Juni 20

IA PENGU in Sidang: dr. Syahril P USU)

: Prof. Dr. a : Dr. Ir. Pri Dr. Ir. Dw Prof. Dr. Prof. Dr. Prof. Dr.

isertasi Terb 012

UJI DISERT

Pasaribu, DT

Alvi Syahr iana Sudjon wira Aulia, Retno Widh Zaenudin Ilmi Abdill

buka (Promo

TASI

TM&H, M.Sc

rin, SH, MS no, MSc.

MSc. hiastuti, MS

lah

osi)

c. (CTM), Sp

S

Sc.

p.A(K)

U I

U U U I

USU Medan TB Bandun USU Medan USU Medan Unimed Me ITM Medan n ng n

n edan n

(5)

MOD

DA

D syarat u Lingkun merupak A tertentu cantumk penulisan

A disertasi bagian t yang pe perundan

DEL PEN

ALAM SI

PERKO

Dengan ini untuk memp gan Sekola kan hasil kar Adapun pen

dari hasil k kan sumber

n ilmiah. Apabila dik

ini bukan h ertentu, pen enulis sand

ngan yang b

NGENDA

ISTEM P

TAAN BE

penulis m peroleh gel ah Pascasar rya penulis gutipan-pen karya orang rnya secara

kemudian h hasil karya nulis bersed dang dan berlaku.

Judul Dis

ALIAN PE

PERUMA

ERBASIS

menyatakan lar Doktor rjana Univ

sendiri. ngutipan ya g lain dalam a jelas sesu

hari ternya penulis sen dia menerim

sanksi-sank sertasi

ERUMAH

HAN BER

S RENDA

bahwa dis Pengelolaa ersitas Sum

ang penulis l m penulisan uai dengan

ata ditemuk ndiri atau ad ma sanksi p ksi lainnya

M P

N

HAN SED

RKELAN

AH EMIS

sertasi ini an Sumber matera Utar

lakukan pad n disertasi i

norma, ka

kan seluruh danya plagia pencabutan

sesuai de

Medan, Juni Penulis,

Nelson Siah

DERHAN

NJUTAN

SI CO

2

disusun se rdaya Alam

ra adalah b

da bagian-b ini, telah pe aidah, dan

h atau seb at dalam ba gelar akad engan pera

i 2012

haan

A

ebagai m dan

benar

bagian enulis etika

(6)

Sejak tahun 200 rumah bai perombak kontruksi, timbulan C juga oleh dan pena pengendal penyeleng Griya Ma pengetahu berhubung perumahan wawancar kepentinga emisi CO interaksi-i perumahan sederhana interaksi a sebab-akib Selanjutny kebijakan Implemen dikembang perkotaan Kata kunc   PERK k dibangun 09 kurang le ik berupa r kan rumah i konstruksi CO2 ternyat seluruh asp anggulangan lian emisi ggaraan per artubung I uan tentang gan dengan n sederhana ra mendala

an. Dari a O2 dalam s

interaksi b n sederhan a, dan sub-s

antar komp bat serta l ya bagan m

pengendal ntasi dari

gkan dalam rendah emi ci : pengend rumah, p

KOTAAN B

tahun 1995 ebih 89 pers restorasi, re ini mengha i dan pasca ta tidak han pek pemanf n dampak

CO2 dila rumahan da

Medan. Pe g berbagai n timbulan a diteliti me am, observ analisa kom

sistem peru berbagai k na, sub-siste sistem norm ponen ketig logika inte model yang lian perum model ke m praktek p

isi CO2.

dalian, emisi perkotaan

BERBASIS

ABSTR

5, kurun wa sen rumah t enovasi, ata asilkan emis a konstruksi nya dihasilk faatan ruang emisi gas akukan den an kehidupa enelitian ku i kompo

emisi CO elalui fenom asi, dan d mponen dip umahan G komponen; em lingkun ma kehidup ga sub-sist eraksi dan

g ada dap mahan seder

ebijakan p perancangan karbondiok RENDAH RAK aktu antara telah melak aupun rekon

si CO2 mel i. Berbagai kan dari pros g pada peru s rumah k ngan mem an perkotaa ualitatif dila

onen peran O2. Masing-menologikal diskusi terh peroleh pen Griya Martu sub-sistem ngan penunj pan perumah em diperol karakter m at ditransfo rhana perk pengendalia n perumaha

ksida, perum

H EMISI CO

tahun 2000 kukan berba nstruksi ban lalui aktifit studi menu ses konstruk umahan. Un kaca ini m mpelajari d

n di Perum akukan untu ncangan pe -masing ko l analisis de hadap berb ngetahuan b ubung I d m lingkun jang kehidu han sederh leh model b

masing-mas ormasikan kotaan rend an ini dih an sederhan

mahan sederh

O2

0 sampai de agai peromb ngunan. Se as-aktifitas; unjukkan b ksi semata t ntuk penceg maka kebij dinamika s mahan Seder uk mendap erumahan omponen s engan melak bagai pema bahwa timb dipengaruhi ngan penun upan perum

ana. Dari b bagan hubu sing komp

kedalam m dah emisi harapkan na berkelan hana, peruba engan bakan eluruh ; pra-bahwa tetapi gahan ijakan istem rhana patkan yang istem kukan angku bulan oleh njang mahan bagan ungan onen. model CO2. dapat njutan

(7)

Sin approxima form of re renewal constructi CO2 emiss also by a control the emissions the Simple gain know CO2 emis Martubung conducting stakeholde generation influenced supporting housing, a interaction causal rel character simple mo control po sustainabl Keyword urban

ce it was ately 89 per estoration, r

resulted i ion and pos sion was n all aspects

e impact of is done by s e Housing G wledge abou

ssions gener g I Meda g in-depth ers. From t n of CO2 d by the int

g low-incom and sub-sy n between lationships of each co odel of urba

olicy model le urban des

: control,

ON L

built in rcent of hou

renovation, in CO2 e st construct not only ge of the utiliz f greenhouse studying the Griya Martu ut the variou ration. Each an is inves interviews the analysis emissions teractions th me housing, ystem of re the compo diagram m mponents. N an housing l is expecte sign of

low-carbondiox

LOW CO2 E

ABSTRA

1995, the uses have be

or reconst missions t tion. Variou enerated fro ization of sp

e gas emiss e dynamics ubung I Med

us compone h componen stigated th s, observat s of the com

in the Gr he various sub-system esidential lif

nents of th model causa

Next, the ch policy of l ed to be a s

-income hou

xide emissi

EMISSION

ACT

e period b een doing v truction of b through ac us studies s

om the con space in the

ions then th of systems dan. Qualit ents of the d nt of a simp hrough fen tion, and mponents o riya Martub components ms environm ife norms. he three sub

al relations hart models low CO2 em

significant using low C

on, simple N

between 20 various hom

buildings. T ctivities; p show that th nstruction p

e housing. he policy of of housing tative resear design of ho ple housing

omenologic discussion btained kno bung I hou s; sub-syste ment life supp

From the b-systems, ships, intera

s can be tra missions. Im advance in CO2 emission

housing, h

000 until me renewal i The whole h pre-construc he generati process itsel

To preven f controlling

and urban l rch conduct ousing relat system at G cal analysi

of the va owledge tha

using syste ems environ pport low-in diagram of it is obtain action logic ansformed i mplementati n the practi

(8)

Puji yang tela disertasi in Sel memperol kesempata 1. Bapak Rektor 2. Bapak Pascas 3. Ibu P Pengel Univer saran d 4. Bapak penuli 5. Bapak penuli 6. Ibu Dr

penuli 7. Bapak yang d 8. Bapak kritik y Dise Harapan khususnya

i dan syuku ah member

ni.

ama melak leh bantuan an ini penul k Prof. Dr. d r Universita k Prof. Dr. sarjana Univ Prof. Dr. R

lolaan Sum rsitas Suma dan kritik y k Prof. Dr. A

s dalam me k Dr. Ir. Pr

s dalam me r. Ir. Dwira s dalam me k Prof. Dr. I diberikan. k Prof. Dr.

yang diberik ertasi ini m

penulis se a bagi kema

ur penulis rikan berka

kukan penel moril dan lis menyamp dr. Syahril P as Sumatera

Ir. A. Rah versitas Sum Retno Wid mber Daya atera Utara, yang diberik Alvi Syahri enyelesaikan riana, MSc enyelesaikan

a Aulia, MS enyelesaikan Ir. Zaenudin Ir. Ilmi Ab kan.

masih banyak moga dise ajuan ilmu p

panjatkan k ah-Nya seh

litian dan p materil dari paikan ucap Pasaribu, DT a Utara. him Matond matera Utar

dhiastuti, M Alam dan , sekaligus kan.

in, SH, sela n disertasi in c. sebagai c n disertasi in Sc. sebagai n disertasi in n selaku kom bdilah selak

k memiliki ertasi ini d

pengetahuan

kehadirat T hingga pen

penulisan di i berbagai p pan terima k TM&H, M. dang, MSIE ra. M.Sc. sela n Lingkung selaku ketu aku promot ni. co-promoto ni. co-promot ni. misi pemba ku komisi p

kekuranga dapat berm n mengenai M Pe Ne Tuhan yang nulis dapat isertasi ini, pihak. Oleh kasih yang t

Sc (CTM), E selaku D aku ketua gan Sekolah ua komisi p tor yang tel or yang tela

tor yang tel anding, atas pembanding

an dan jauh manfaat bag lingkungan

edan, Juni enulis,

elson Siahaa

g maha pen t menyeles

, penulis ba karena itu, tulus kepada

Sp.A(K), s Direktur Pro Program h Pasca Sa pembanding lah membim

ah membim lah membim s saran dan g, atas saran

(9)

Nels Binjai, Su (Alm.) Ta pendidikan

- SD - SM - SM - Insi - Gra Syd - Ma

Syd - Me

Stu Sum Riwaya Teknik Un

son Manum umatera Ut ahi Togu T

n adalah seb II Immanu MP II Imman MA Negeri II inyur (S1) I aduate Dipl dney, Austra aster in Arch dney, Austra engikuti Pro udi Pengelo

matera Utar at pekerjaan niversitas Su

mpak Siah ara. Anak Tua Siahaa

bagai beriku el Medan, t nuel Medan II Jakarta, t Institut Tekn loma in To

alia tamat ta hitecture D alia tamat 1 ogram Dok olaan Sumb ra sejak Apr n sebagai st umatera Ut

haan, lahir ketiga dari an dan Dam

ut:

tamat tahun , tamat tahu amat tahun nologi Band own Plannin

ahun 1992. esign (M.A 1993. ktor (S3) p ber Daya A

ril (2008). af pengajar ara sejak Ja

pada tang i pasangan meria br Si

1971 un 1974

1977 dung, tamat

ng, Univer Arch), Unive

ada Sekola Alam dan L r pada Depa anuari 1987

gal 27 Nop orang tua imanjutak (

t tahun 1986 rsity of New

ersity of Ne ah Pasca S

Lingkungan artemen Ars sampai sek

pember 195 Kol. Pol. (Alm.). Riw

6

w South W ew South W arjana, Pro n di Unive sitektur, Fak karang.

58 di Purn. wayat

(10)

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... . iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1. Manfaat Praktis ... 9

1.4.2. Manfaat Teoritis ... 10

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1.6. Sistematika Penelitian ... 11

1.7. Kerangka Berpikir ... 13

BAB II STUDI PUSTAKA ... 15

2.1. Emisi CO2 pada Sistem Perumahan Perkotaan ... 15

2.2. Kota Berkelanjutan ... 19

2.3. Ekosistem Kota ... 24

2.4. Sistem Perumahan Perkotaan di Indonesia ... 29

2.5. Emisi CO2 pada Perumahan Sederhana Perkotaan ... 41

2.6. Model Sistem Interrelasi pada Perumahan Sederhana Perkotaan ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 49 3.1. Metode Penelitian ... 49

3.2. Tahapan Penelitian ... 52

3.2.1. Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.2.2. Penentuan Lokasi Penelitian ... 58

3.2.3. Penentuan Populasi dan Sampel ... 59

3.2.4. Pengolahan Data ... 63

3.3. Langkah-Langkah Pembuatan Model ... 63

3.4. Uji Keabsahan ... 65

BAB IV SISTEM PERUMAHAN SEDERHANA DAN KEHIDUPAN PERUMAHAN PERKOTAAN DI PERUMAHAN GRIYA MARTUBUNG I MEDAN ... 67

4.1. Gambaran Umum Penyelenggaraan Perumahan dan Kehidupan Perkotaan di Perumnas Martubung I Medan ... 67

(11)

Martubung I Medan ... 82

4.1.4. Perubahan Rumah di Perumnas Martubung I ... 85

4.1.5. Material Bangunan ... 94

4.1.6. Dinamika Penghuni Perumnas Martubung I ... 97

4.1.7. Aksesibilitas Penghuni Perumahan ... 102

4.1.8. Sistem Utilitas di Perumahan Griya Martubung I .... 106

4.1.9. Ruang Terbuka Hijau ... 107

4.1.10. Kolam Buatan ... 110

4.1.11. Undang-Undang dan Pengaturan Penyelenggaraan Perumahan ... 112

4.2. Emisi CO2 di Perumahan Griya Martubung I Medan ... 117

4.2.1. Perkiraan Emisi CO2 Akibat Dinamika Perubahan Rumah ... 118

4.2.2. Sistem Interrelasi Penyelenggaraan Perumahan Sederhana Griya Martubung I Medan dalam Menghasilkan Emisi CO2 ... 120

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 126 5.1. Dinamika Sub-Sistem Lingkungan Penunjang Perumahan di Perumnas Griya Martubung I Medan ... 127

5.1.1. Perubahan Rumah di Perumahan Griya Martubung I Medan ... 129

5.1.2. Keterkaitan Rumah dan Penghuni Rumah ... 133

5.1.3. Keterkaitan Pendapatan Penghuni Rumah dengan Perubahan Rumah ... 136

5.1.4. Peranan Penghasilan Penghuni dalam Pemilihan Material Bangunan ... 138

5.1.5. Pengaruh Pendidikan Penghuni Rumah dengan Perubahan Rumah ... 139

5.1.6. Keterkaitan Materi Bangunan dengan Penghuni Rumah ... 140

5.1.7. Keterkaitan Rumah dan Tata Letak Bangunan ... 141

5.1.8. Keterkaitan Rumah dengan Jarak antar Bangunan .. 145

5.1.9. Keterkaitan Rumah dengan Iklim ... 148

5.1.10. Keterkaitan Iklim dengan Kepadatan Bangunan pada Perumahan Sederhana Perkotaan Rendah Emisi CO2 ... 150

5.1.11. Peranan Jarak Antara Bangunan dengan Kepadatan Bangunan dalam Pengendalian Emisi CO2 ... 153

5.1.12. Pengendalian Sub-Sistem Lingkungan Penunjang Perumahan Sebagai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Emisi CO2 ... 156

(12)

5.2.3. Pengaruh Hirarki Jalan Terhadap Aksesibilitas di

Perumahan Griya Martubung I Medan ... 167 5.2.4. Pengaruh Aksesibilitas Terhadap Masyarakat dan

Lingkungan Sekitar Perumahan Griya Martubung I.. 168 5.2.5. Keterkaitan Antara Masyarakat dan Lingkungan

Sekitar dengan Seluruh Fasilitas Penunjang

Kehidupan Perumahan Griya Martubung I ... 170 5.2.6. Pengaruh Sistem Jaringan Jalan dan Saluran

dengan Lanskap Terhadap Timbulan Emisi CO2 ... 172 5.2.7. Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau dengan Jalan dan

Saluran ... 173 5.2.8. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Dalam Pencegahan

dan Penanggulangan Emisi CO2 di Perumahan

Griya Martubung I Medan ... 175 5.2.9. Keterkaitan Antar Ruang Terbuka Hijau dengan

Kolam Buatan ... 178 5.2.10 Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Terhadap Penghuni

dan Masyarakat Sekitar di Perumnas Martubung I .. 179 5.2.11. Pengendalian Sub-Sistem Lingkungan Penunjang

Kehidupan Perumahan sebagai Upaya Pencegahan

dan Penanggulangan Emisi CO2 ... 182 5.3. Dinamika Sub-Sistem Norma Kehidupan Perumahan di

Perumahan Griya Martubung I Medan ... 185 5.3.1. Pengaruh Perilaku dan Gaya Hidup Terhadap

Peningkatan Emisi CO2 ... 185 5.3.2. Peraturan dan Kebijakan sebagai Pengendali

Dinamika Perubahan Perumahan dan Kehidupan di

Perumahan Griya Martubung I Medan ... 187 5.3.3. Izin Mendirikan Bangunan sebagai Instrumen

Pengendalian Emisi CO2 di Perumahan Griya

Martubung I Medan ... 192 5.3.4. Pengendalian Sub-Sistem Norma Kehidupan

sebagai Upaya Pengurangan Emisi CO2 di

Perumahan Sederhana ... 197 5.4. Model Pengendalian Emisi CO2

di Perumahan Griya Martubung I Medan ... 200

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 214

6.1. Kesimpulan ... 214 6.2. Saran ... 216 DAFTAR PUSTAKA ... 218

(13)

No. Judul Halaman

2.1. Kerangka Kerja dalam Mempelajari Skala Gangguan pada

Lingkungan Kota ... 27

2.2. Faktor Emisi Bahan Bakar ... 42

2.3. Kebutuhan Bahan Bangunan per Tipe Rumah ... 43

2.4. Pembuatan dan Besar Emisi CO2 Tiap Bahan Bangunan ... 44

3.1. Klasifikasi Data Dasar, Sosial, Budaya, dan Ekonomi ... 56

3.2. Klasifikasi Data Dinamika Kehidupan Perumahan ... 57

3.3. Penentuan Sampel Penghuni Rumah ... 62

4.1. Pembagian Peruntukan Lahan di Perumahan Griya Martubung I ... 73

4.2. Kaitan Fasilitas Umum dan Timbulan CO2 di Perumnas Martubung I 76 4.3. Pengaruh Perancangan Lahan Perumahan Griya Martubung I Terhadap Penghuni Rumah ... 78

4.4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk per Kelurahan di Kecamatan Medan Labuhan ... 83

4.5. Interaksi Perumahan dengan Kawasan Sekitar Perumnas Martubung I Medan ... 84

4.6. Jumlah Rumah Terbangun ... 85

4.7. Rekapitulasi Perubahan Fisik Rumah Menurut Tipe Rumah ... 90

4.8. Faktor Pendorong Perubahan Rumah ... 90

4.9. Perubahan Material Bangunan Menurut Tipe Rumah ... 96

4.10 Jumlah Rumah dan Jumlah Keluarga ... 97

4.11 Kebutuhan Luas RTH ... 108

(14)

Perumahan Sederhana di Kota Medan ... 115

4.14. Jumlah Emisi CO2 Akibat Perombakan Rumah ... 120

4.15. Peranan Komponen-Komponen Sistem Lingkungan Perumahan dalam Menghasilkan Emisi CO2 ... 122

5.1. Matriks Faktor Pendorong Perubahan Rumah ... 132

5.2. Matriks Keterkaitan antara Penghuni Rumah dengan Perubahan Rumah yang Terjadi ... 134

5.3. Matriks Pengaruh Pendapatan dan Perubahan Rumah ... 137

5.4. Matriks Pilihan Rumah dengan Latar Belakang Pendidikan ... 139

5.5. Hubungan Perubahan Material dengan Penghuni ... 140

5.6. Matriks Fungsi RTH dan Manfaat pada Kawasan Perumahan Griya Martubung I Medan ... 174

5.7. Matriks Perilaku dan Gaya Hidup dengan Perubahan Rumah dalam Menghasilkan Emisi CO2 di Perumnas Martubung I Medan ... 186

5.8. Matriks Kebijakan Penyelenggaraan Perumahan Sederhana dalam Mencegah dan Menanggulangi Emisi CO2 di Perumahan Griya Martubung I Medan ... 189

(15)

No. Judul Halaman

1.1. Kerangka Pemikiran ... 14

2.1. Grafik Emisi CO2 Nasional ... 18

2.2. Kota Berkelanjutan sebagai Perpotongan dari Dua Phenomena ... 21

2.3. Komponen-Komponen Biosoma ... 23

2.4. Konsep Kerja Ekosistem Kota ... 29

2.5. Dimensi Berkelanjutan Penyelenggaraan Perumahan Perkotaan di Indonesia ... 31

2.6. Tiga Dimensi Berkelanjutan ... 34

3.1. Analisis Data Model Interaktif ... 52

3.2. Lokasi Perumnas Martubung I Medan ... 58

3.3. Lokasi Populasi Sampel ... 60

4.1. Peta Lokasi Perumnas Martubung di Kota Medan ... 68

4.2. Gambar Situasi Lokasi Perumnas Martubung I Medan ... 69

4.3. Beberapa Fasilitas Lingkungan Penunjang Kehidupan di Perumnas Martubung I Medan ... 70

4.4. Pembagian Peruntukan Lahan di Perumnas Martubung I ... 74

4.5. Perkembangan dan Pertumbuhan Bangunan Jasa dan Perdagangan di Perumahan Griya Martubung I ... 75

4.6. Kecamatan Medan Labuhan ... 82

4.7. Kolam Buatan Seluas 9 Hektar (Ha) ... 111

5.1. Tata Letak Rumah Tipe RSh 29/75 ... 142

5.2. Tata Letak Rumah Tipe RSh 36/84 ... 143

(16)

5.5. Dinamika Perubahan Jarak Akibat Pengembangan Rumah ... 147

5.6. Stuktur Ruang Kawasan dan Aksesibilitas ... 162

5.7. Sistem Utilitas di Perumahan Griya Martubung I Medan ... 166

5.8. Suasana Ruang Terbuka di Perumnas Martubung I ... 177

5.9. Ketidakseimbangan dalam Upaya Pengendalian Emisi CO2 dalam Berbagai Tingkat Pengelolaan Pemerintahan ... 193

5.10. Model Skematis Tata Letak Rumah pada Satu Blok Perumahan ... 211

5.11. Penampang Melintang Model Skematis Tata Letak Rumah pada Satu Blok Perumahan ... 212 5.12. Penambahan Luas Rumah Secara Vertikal ... 213

(17)

No. Judul Halaman

2.1. Sumber Emisi dalam Penyelenggaraan Perumahaan ... 47

4.1. Perubahan Fisik Rumah di Perumnas Martubung I ... 87

4.2. Perubahan Fisik Berdasarkan Tipe Rumah ... 88

4.3. Proses Perubahan Penurunan Kualitas Perumahan ... 92

4.4. Pertambahan Luas Rumah Setelah Pengembangan Rumah ... 93

4.5. Persentasi Pertambahan Luas Rumah ... 94

4.6. Jumlah Anggota Keluarga ... 98

4.7. Pekerjaan Penghuni Rumah ... 99

4.8. Sebaran Pendidikan Penghuni Rumah ... 100

4.9. Penghasilan Penghuni ... 101

4.10. Lama Menghuni di Perumnas Martubung I Medan ... 102

4.11. Moda Transportasi Penghuni ... 104

4.12. Jarak Rumah ke Tempat Kerja... 105

4.13. Jarak Tempuh dari Rumah ke Sekolah ... 105

4.14. Penggunaan Daya Listrik ... 107

4.15. Perbandingan RTH Rumah dengan Luas Tapak Rumah ... 109

4.16. Problem Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan ... 114

4.17. Posisi Undang-Undang, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan ... 116 5.1. Skema Keterkaitan Penghasilan Penghuni Rumah dan Pemilihan

(18)

5.3. Efektifitas Konsumsi Energi dan Emisi CO2 di Perumahan Griya

Martubung I Medan ... 165 5.4. Skema Pengurangan Emisi CO2 Melalui Kebijakan Optimalisasi

Pengelolaan dan Pengendalian RTH ... 181 5.5. Hubungan antar Komponen Sub-Sistem Lingkungan Penunjang

Kehidupan Perumahan Griya Martubung I Medan... 183 5.6. Peran dan Kedudukan IMB dalam Sistem Penyelenggaraan

Perumahan Sederhana Perkotaan Rendah Emisi CO2 ... 194 5.7. Empat Aspek Pengawasan Kebijakan Pemerintah dalam

Penyelenggaraan Perumahan Sederhan Perkotaan ... 196

5.8. Hubungan Antar Komponen Sub-Sistem Norma Kehidupan

Perumahan Griya Martubung I Medan ... 199 5.9. Kerangka Kerja Pengendalian Emisi CO2 pada Perumahan

Sederhana Perkotaan ... 201 5.10. Skema Model Pencegahan Emisi CO2 di Perumahan Griya

Martubung I Medan ... 204 5.11. Skema Model Penanggulangan Emisi CO2 di Perumahan Griya

(19)

No. 1. Ba 2. Ba 3. Da 4. Ga 5. Spe

Gri 6. Jum 7. Per 8. Est

ahan Kuosio ahan Observ ata Survey... ambar Tipe R

efifikasi Te iya Martubu mlah Unit R rsentasi Per timasi Emis

oner ... vasi ... ... Rumah ... eknik dan Fa

ung I ... Rumah Terb rubahan Fisi si CO2 Akib

Judul ... ... ... ... asilitas serta

... bangun di Pe

ik Rumah d bat Peromba

... ... ... ... a ROW dan ... erumnas M di Perumnas

akan Menur

... ... ... ... n GSB di Pe

... artubung I . s Griya Mar rut Tipe Rum

Hala ... ... ... ... erumnas

... ... rtubung I .. mah ...

aman 227 229 232 247

(20)

Sejak tahun 200 rumah bai perombak kontruksi, timbulan C juga oleh dan pena pengendal penyeleng Griya Ma pengetahu berhubung perumahan wawancar kepentinga emisi CO interaksi-i perumahan sederhana interaksi a sebab-akib Selanjutny kebijakan Implemen dikembang perkotaan Kata kunc   PERK k dibangun 09 kurang le ik berupa r kan rumah i konstruksi CO2 ternyat seluruh asp anggulangan lian emisi ggaraan per artubung I uan tentang gan dengan n sederhana ra mendala

an. Dari a O2 dalam s

interaksi b n sederhan a, dan sub-s

antar komp bat serta l ya bagan m

pengendal ntasi dari

gkan dalam rendah emi ci : pengend rumah, p

KOTAAN B

tahun 1995 ebih 89 pers restorasi, re ini mengha i dan pasca ta tidak han pek pemanf n dampak

CO2 dila rumahan da

Medan. Pe g berbagai n timbulan a diteliti me am, observ analisa kom

sistem peru berbagai k na, sub-siste sistem norm ponen ketig logika inte model yang lian perum model ke m praktek p

isi CO2.

dalian, emisi perkotaan

BERBASIS

ABSTR

5, kurun wa sen rumah t enovasi, ata asilkan emis a konstruksi nya dihasilk faatan ruang emisi gas akukan den an kehidupa enelitian ku i kompo

emisi CO elalui fenom asi, dan d mponen dip umahan G komponen; em lingkun ma kehidup ga sub-sist eraksi dan

g ada dap mahan seder

ebijakan p perancangan karbondiok RENDAH RAK aktu antara telah melak aupun rekon

si CO2 mel i. Berbagai kan dari pros g pada peru s rumah k ngan mem an perkotaa ualitatif dila

onen peran O2. Masing-menologikal diskusi terh peroleh pen Griya Martu sub-sistem ngan penunj pan perumah em diperol karakter m at ditransfo rhana perk pengendalia n perumaha

ksida, perum

H EMISI CO

tahun 2000 kukan berba nstruksi ban lalui aktifit studi menu ses konstruk umahan. Un kaca ini m mpelajari d

n di Perum akukan untu ncangan pe -masing ko l analisis de hadap berb ngetahuan b ubung I d m lingkun jang kehidu han sederh leh model b

masing-mas ormasikan kotaan rend an ini dih an sederhan

mahan sederh

O2

0 sampai de agai peromb ngunan. Se as-aktifitas; unjukkan b ksi semata t ntuk penceg maka kebij dinamika s mahan Seder uk mendap erumahan omponen s engan melak bagai pema bahwa timb dipengaruhi ngan penun upan perum

ana. Dari b bagan hubu sing komp

kedalam m dah emisi harapkan na berkelan hana, peruba engan bakan eluruh ; pra-bahwa tetapi gahan ijakan istem rhana patkan yang istem kukan angku bulan oleh njang mahan bagan ungan onen. model CO2. dapat njutan

(21)

Sin approxima form of re renewal constructi CO2 emiss also by a control the emissions the Simple gain know CO2 emis Martubung conducting stakeholde generation influenced supporting housing, a interaction causal rel character simple mo control po sustainabl Keyword urban

ce it was ately 89 per estoration, r

resulted i ion and pos sion was n all aspects

e impact of is done by s e Housing G wledge abou

ssions gener g I Meda g in-depth ers. From t n of CO2 d by the int

g low-incom and sub-sy n between lationships of each co odel of urba

olicy model le urban des

: control,

ON L

built in rcent of hou

renovation, in CO2 e st construct not only ge of the utiliz f greenhouse studying the Griya Martu ut the variou ration. Each an is inves interviews the analysis emissions teractions th me housing, ystem of re the compo diagram m mponents. N an housing l is expecte sign of

low-carbondiox

LOW CO2 E

ABSTRA

1995, the uses have be

or reconst missions t tion. Variou enerated fro ization of sp

e gas emiss e dynamics ubung I Med

us compone h componen stigated th s, observat s of the com

in the Gr he various sub-system esidential lif

nents of th model causa

Next, the ch policy of l ed to be a s

-income hou

xide emissi

EMISSION

ACT

e period b een doing v truction of b through ac us studies s

om the con space in the

ions then th of systems dan. Qualit ents of the d nt of a simp hrough fen tion, and mponents o riya Martub components ms environm ife norms. he three sub

al relations hart models low CO2 em

significant using low C

on, simple N

between 20 various hom

buildings. T ctivities; p show that th nstruction p

e housing. he policy of of housing tative resear design of ho ple housing

omenologic discussion btained kno bung I hou s; sub-syste ment life supp

From the b-systems, ships, intera

s can be tra missions. Im advance in CO2 emission

housing, h

000 until me renewal i The whole h pre-construc he generati process itsel

To preven f controlling

and urban l rch conduct ousing relat system at G cal analysi

of the va owledge tha

using syste ems environ pport low-in diagram of it is obtain action logic ansformed i mplementati n the practi

(22)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 2010 diperkirakan 80% penduduk negara-negara industri maju tinggal di perkotaan yang melahirkan kota-kota “megacity”, kota dengan populasi di atas 10 juta jiwa penduduk (Montgomery, et al., 2003). Tingginya populasi penduduk perkotaan jelas membutuhkan penyelenggaraan perumahan dalam jumlah yang sangat besar. Kebutuhan pembangunan perumahan baru dikuti dengan kecenderungan pengurangan luasan lahan dan rata-rata bangunan, disertai tingkat pertumbuhan urbanisasi yang cukup besar dan harapan usia penduduk yang bertambah, secara keseluruhan membutuhkan penyelenggaraan perumahan berkelanjutan yang tidak merusak lingkungan, kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya (Bhatti dan Dixon, 2003). Sejalan dengan itu, pengurangan emisi CO2 secara masif untuk menstabilkan iklim global perlu dilakukan agar kegiatan-kegiatan kemanusian; ekonomi, sosial, dan budaya berkesinambungan (Suhedi, 2007; Loh et al., 2008; Stanley, 2008).

(23)

penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan secara bertahap (KSNPP, 2002). Sejalan dengan itu, sesuai dengan Protokol Kyoto Indonesia berusaha

membatasi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terutama melalui upaya untuk mengurangi penyebaran emisi CO2 ke udara (Murdiyarso, 2007).

Hal yang dimaksud dengan perumahan berkelanjutan dalam penelitian ini adalah perumahan yang memiliki dampak negatif lingkungan, sosial, dan ekonomi minimal dalam hubungannya dengan perubahan iklim (gas rumah kaca); kualitas udara, air, dan tanah; kebisingan; bau, penggunaan bahan-bahan tidak dapat diperbaharui; dan keaneka-ragaman hayati. Perumahan yang memiliki dampak negatif lingkungan, sosial, dan ekonomi minimal berkaitan erat dengan aspek-aspek perancangan rumah berkelanjutan seperti; ketinggian bangunan, denah bangunan, sistem ventilasi udara, pola jalan perumahan, pedestrianisasi, ruang terbuka hijau, danau/kolam buatan, garis sempadan bangunan, material bangunan, luasan bidang bukaan vertikal, penggunaan energi minimal untuk menunjang aktifitas rumah tangga, lokasi bangunan, perbandingan antara luas rumah dengan lahan terbuka hijau (Priemus, 2005; Puslitbangkim, 2007).

(24)

dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat (Undang-Undang No. 1 Tahun 2011, tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman pasal 3), dengan tetap memperhatikan segala aspek yang muncul secara holistik dan terintegrasi (Syahrin, 2003).

Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman (Puslitbangkim) Bandung mengungkapkan bahwa proses penyelenggaraan perumahan sederhana mulai dari tahapan pembuatan bahan bangunan, tahapan pelaksanaan konstruksi sampai dengan tahapan pengembangan perumahan, keseluruhan proses tersebut menghasilkan emisi CO2 (Puslitbangkim, 2005). Oleh karena itu, agar dapat mengendalikan emisi CO2 pada penyelenggaraan perumahan, pencegahan dan penanggulangan meningkatnya emisi CO2 dapat dilakukan mulai dari penentuan material bangunan, penentuan lokasi bangunan; perbandingan antara luas rumah dengan lahan terbuka hijau, penataan ulang ruang kawasan, sampai ke skala perkotaan seperti pembuatan kebijakan, aksesibilitas dan sarana-prasarana. Akan tetapi, penyelenggaraan perumahan sederhana umumnya mengabaikan sistem pencegahan dan penanggulangan emisi CO2 tersebut.

(25)

berkaitan dengan perubahan iklim dan lingkungan binaan telah dilakukan khususnya pada penyelenggaran perumahan perkotaan (Klunder, 2004; Jabareen, 2006; Zubaidah, 2007; Suhedi, 2007; Gupta, 2009). Emisi ini sebagian dihasilkan dari pemakaian bahan bakar fosil selama konstruksi, dan sebagian berhubungan dengan pabrikasi dan transportasi bahan-bahan konstruksi (Yudhi dan Sudjono, 2007; Dewi dan Sudjono, 2007). Selain itu, kegiatan rumah tangga juga melepaskan gas CO2 ke udara terutama melalui pemakaian energi yang bersumber dari pembakaran bahan bakar dan penggunaan listrik (Firth dan Lomas, 2009). Lebih jauh, sirkulasi lalu lintas pada perumahan dan perubahan gaya hidup juga memberikan kontribusi pada meningkatnya timbulan emisi CO2 ke udara (Puslitbangkim, 2007).

(26)

kategori perubahan bentuk rumah umumnya dilakukan penghuni di Perumahan Griya Martubung I Medan yaitu; misalnya pada rumah tipe RSh 29, RSh 36, perubahan terutama dilakukan pada ruang dapur dan ruang makan. Sementara itu, perubahan fungsi ruang umumnya dilakukan pada ruang tamu yang diubah jadi ruang keluarga. Selanjutnya, perubahan elemen rumah terutama dilakukan dengan melakukan perubahan elemen lantai. Perubahan elemen lantai ini kebanyakan berupa penggantian lantai semen menjadi lantai keramik serta dikuti oleh perubahan pintu, jendela, kolom (Ellyata, 2008). Seluruh perubahan ini tentu menghasilkan emisi CO2 cukup besar mulai dari pembuatan material bangunan, distribusi bahan bangunan, jumlah pekerja yang terlibat, transportasi dan kegiatan rumah tangga sehari-hari (Puslitbangkim, 2007).

Untuk mengurangi emisi CO2 pada penyelenggaraan perumahan sederhana maka dibutuhkan instrumen pengendalian perumahan berkelanjutan perkotaan berbasis rendah emisi CO2. Adanya hubungan-hubungan yang sangat kompleks diantara parameter-parameter lingkungan, ekonomi, serta sosial yang beroperasi dalam sistem penyelenggaraan perumahan perkotaan modern tentu menyebabkan sistem pengendalian perumahan menjadi sangat dinamis sejalan dengan perjalanan waktu. Penelitian kualitatif dilakukan untuk membangun suatu model pengendalian perumahaan sederhana dalam sistem perumahan berkelanjutan perkotaan berbasis rendah emisi CO2.

(27)

yang menghasilkan timbulan emisi CO2 ke udara dalam penyelenggaraan perumahan sederhana dalam sistem perumahan perkotaan. Pemahaman hubungan yang saling berkaitan ini membentuk suatu pengetahuan tentang mengapa perumahan sederhana perkotaan menghasilkan emisi CO2 yang cukup besar. Oleh karena itu melalui model pengendalian perumahan sederhana ini nantinya akan mampu membuat strategi bagi kebijakan melalui kemungkinan skenario-skenario inovatif dan orisinal yang dapat mengurangi emisi CO2 sambil dapat mengurangi penggunaan sumber-sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, dan mampu memenuhi target-target pertumbuhan ekonomi, serta memenuhi kebutuhan sosial.

1.2. Rumusan Masalah

Pada penyelenggaraan perumahan sederhana tiap-tiap unit rumah belum dapat menurunkan emisi CO2 ke udara walaupun menggunakan material lokal rendah emisi CO2, dengan desain sistem sirkulasi udara maksimal serta memanfaatkan cahaya alami. Berbagai ideologi, preferensi, sikap estetika yang terdapat dalam masyarakat di Perumahan Griya Martubung I Medan ternyata juga turut menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang terjadi pada setiap unit rumah. Hal ini pada akhirnya meningkatkan timbulan emisi CO2 di udara. Oleh karena itu dalam upaya mencegah dan menanggulangi timbulan emisi CO2 pada perumahan sederhana dibutuhkan suatu model pengendalian emisi CO2.

(28)

tersebut antara lain misalnya; ketinggian bangunan, denah bangunan, sistem ventilasi udara, pola jalan perumahan, utilitas, pedestrianisasi, ruang terbuka hijau, garis sempadan bangunan, material bangunan, luasan bidang bukaan vertikal, penggunaan energi dari aktifitas rumah tangga, lokasi bangunan, perbandingan antara luasan rumah dengan lahan terbuka hijau. Selanjutnya, model ini juga dibuat dengan mempertimbangkan pandangan pemangku kepentingan perumahan sederhana terutama penghuni perumahan dalam sistem perumahan berkelanjutan perkotaan.

Memahami hubungan antar komponen dari ketiga sub-sistem perumahan sederhana di Perumahan Griya Martubung I Medan yang dikenali dapat mengurangi emisi CO2 menjadi penting terutama dalam upaya membangun model pengendalian perumahan sederhana dalam sistem perumahan berkelanjutan perkotaan berbasis rendah emisi CO2. Masing-masing komponen akan saling berinteraksi dan mempengaruhi dalam menghasilkan emisi CO2. Oleh karena itu, perlu diteliti perumahan sederhana di Perumnas Griya Martubung I Medan untuk menjelaskan interaksi antar komponen sistem perumahan dalam menghasilkan emisi CO2 pada perumahan sederhana perkotaan.

(29)

dengan aktifitas kehidupan perumahan sederhana rendah emisi CO2.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana interrelasi komponen-komponen sistem perumahan sederhana dalam membentuk perumahan sederhana rendah emisi CO2?

2. Bagaimana peranan komponen-komponen sistem perumahan sederhana dalam mencegah dan menanggulangi emisi CO2?

3. Bagaimana model pengendalian perumahan sederhana menggambarkan interrelasi komponen-komponen sistem perumahan sederhana yang dapat mencegah dan menanggulangi emisi CO2?

4. Bagaimana model pengendalian perumahan sederhana berbasis rendah emisi CO2 dapat menunjang pembangunan berkelanjutan?

5. Bagaimana sistem evaluasi model pengendalian perumahan sederhana berkelanjutan rendah emisi CO2 yang efektif?

1.3. Tujuan Penelitian

(30)

Pandangan pemangku kepentingan terutama penghuni rumah berkaitan dengan perumahan berkelanjutan sebanyak mungkin dipahami dan setiap potensi dari berbagai perspektif ini dimasukkan kedalam model yang diciptakan. Namun secara spesifik tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. interrelasi komponen-komponen sistem perumahan sederhana dalam membentuk perumahan sederhana rendah emisi CO2.

2. peranan dari komponen-komponen sistem perumahan sederhana dalam mencegah dan menanggulani emisi CO2.

3. model pengendalian perumahan sederhana yang menggambarkan interrelasi komponen-komponen sistem perumahan sederhana dalam mencegah dan menanggulangi emisi CO2.

4. model pengendalian perumahan sederhana berbasis rendah emisi CO2 yang dapat menunjang pembangunan berkelanjutan.

5. sistem evaluasi pengendalian perumahan sederhana rendah emisi CO2 yang efektif.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat praktis

- Sebagai acuan dalam merumuskan standar-standar pelayanan prasarana dan sarana perumahan sederhana secara berkesinambungan dengan menjaga kelestarian sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.

(31)

perumahan sederhana yang efektif.

- Sebagai acuan dalam mengurangi emisi CO2 pada perumahan sederhana sambil mengurangi penggunaan sumber-sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, dan mampu memenuhi target-target pertumbuhan ekonomi dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial.

- Sebagai rujukan dalam mengevaluasi sistem perumahan sederhana berbasis rendah emisi CO2.

1.4.2. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu manajemen penyelenggaraan perumahan sederhana perkotaan terutama dalam hubungannya dengan aspek, pengendalian emisi CO2, menentukan standar-standar pelayanan prasarana dan sarana perumahan sederhana secara berkesinambungan serta sistem evaluasi pengendalian perumahan sederhana rendah emisi CO2.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(32)

Medan dalam hubungannya dengan pengurangan emisi CO2.

Analisa dinamika sistem kehidupan sehari-hari masyarakat di Perumnas Griya Martubung I Medan dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor penunjang kehidupan dan keberlanjutan penggunaan perumahan sederhana dalam kurun waktu tahun 2000 samapai dengan 2009. Identifikasi komponen-komponen sub-sistem lingkungan penunjang perumahan, sub-sub-sistem lingkungan penunjang kehidupan perumahan, dan sub-sistem norma kehidupan di Perumnas Martubung I yang menjadi sumber emisi CO2 dilakukan mulai dari kegiatan pra-konstruksi, konstruksi sampai dengan kegiatan pasca-konstruksi. Penelitian ini akan membangun suatu model pengendalian dan mentransformasikan model kedalam kebijakan dan strategi untuk implementasi.

1.6. Sistematika Penulisan

(33)

dengan menggunakan pendekatan model sistem interrelasi melalui pengambilan data kualitatif pada perumahan dan kehidupan perkotaan di Perumnas Griya Martubung I Medan.

Penulisan laporan kemudian membahas berbagai telaah teoritis tentang emisi CO2 akibat penggunaan bahan bakar fosil dari berbagai aktifitas perkotaan manusia modern. Setelah itu, kota berkelanjutan dan paradigma yang dikembangkan untuk memahami dan menghadapi tantangan kota berkelanjutan juga dibahas. Konsep kota sebagai suatu ekosistem selanjutnya dikaji sebagai upaya untuk memahami interaksi antara pengembangan kota dan perubahan lingkungan dimana alam dan manusia ada didalamnya. Lebih jauh, penyelenggaraan perumahan di Indonesia dibahas dalam upaya melihat berbagai perspektif kebijakan publik di sektor perumahan. Lebih lanjut, akan diulas konsep rumah sederhana sehat dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman dan emisi yang dihasilkannya.

(34)

kebijakan perencanaan perumahan sederhana perkotaan berbasis rendah emisi CO2.

1.7. Kerangka Pemikiran

[image:34.595.126.512.252.630.2]
(35)

PENANGGULANGAN PENGENDALIAN

MODEL PENGENDALIAN

PERUMAHAN SEDERHANA DALAM SISTEM PERUMAHAN BERKELANJUTAN PERKOTAAN BERBASIS

RENDAH EMISI CO2

KEBIJAKAN PERUMAHAN

SEDERHANA RENDAH

EMISI CO2

EMISI CO2 EMISI CO2

Lingkungan Penunjang

Perumahan

Lingkungan Penunjang Kehidupan Perumahan Norma

Kehidupan Perumahan  

[image:35.842.192.708.91.481.2]

 

(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Emisi CO2 pada Sistem Perumahan Perkotaan

Pengendalian emisi CO2 pada skala perkotaan, regional dan nasional menjadi tujuan penting dalam dekade terakhir ini untuk mengurangi emisi karbon yang berdampak pada kenaikan iklim global. Dalam upaya pengendalian tersebut maka pemahaman yang lebih baik tentang emisi karbon dalam berbagai skala geographis menjadi prasyarat penting dalam usaha mengelola emisi CO2 di udara. Dalam skala kota ini berarti bahwa pemahaman komprehensif atas penggunaan energi di perkotaan dan emisi CO2, dan lebih jauh pemahaman mendalam atas 2 (dua) sektor terbesar yaitu; lingkungan binaan (bangunan-bangunan termasuk perumahan) dan transportasi serta perlunya dilakukan intervensi teknologi dan perubahan gaya hidup akan menyumbang pengurangan emisi CO2 (Astuti, 2005; Bhattachayya, 2010; Herawati, 2010). Beberapa literatur meyakini bahwa emisi CO2 secara langsung di perkotaan adalah sangat penting akan tetapi emisi tersembunyi yang berasal dari sektor-sektor jasa dan barang adalah juga perlu dicermati serius karena kawasan perkotaan adalah tempat bertumbuh dan berkembangnya berbagai gaya hidup yang melahirkan emisi karbon (Hartfield, 2000; Firth dan Lomas, 2009).

(37)

menimbulkan efek gas rumah kaca – GRK (Kirby, 2008). Emisi CO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil merupakan penyebab terbesar sekitar 50% dari efek GRK (Puslitbangkim, 2005). Umumnya, pencemaran yang diakibatkan oleh emisi CO2 bersumber dari 2 (dua) kegiatan yaitu; alam (natural), dan manusia (antropogenik) seperti emisi CO2 yang berasal dari transportasi, sampah, dan konsumsi energi listrik rumah tangga. Emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan manusia (antropogenik) konsentrasinya relatif lebih tinggi sehingga mengganggu sistem kesetimbangan di udara dan pada akhirnya merusak lingkungan dan kesejahteraan manusia (Yoshinori, et al., 2009)

(38)

Sejak tahun 1990 konsentrasi CO2 telah meningkat menjadi 350 ppm naik sebesar 63 ppm dari tingkat yang ada di tahun 1850 sebesar 290 ppm. Apabila digunakan asumsi konsumsi dan pertumbuhan ekonomi sama seperti saat ini maka diperkirakan pada tahun 2100 konsentrasi CO2 adalah sekitar 580 ppm. Industrialisasi dan urbanisasi disertai dengan gaya hidup berbagai kegiatan perkotaan manusia modern telah mempercepat kenaikan timbulan emisi CO2 di atmosfer. Pada dasarnya, penyumbang terbesar emisi CO2 perkotaan modern adalah berasal dari bahan bakar fosil yaitu dari penggunaan; pembangkit listrik, kendaraan, serta akitifitas pembakaran hutan melalui konversi lahan terutama di daerah tropis. Data tahun 1989 menunjukkan sekitar 71 persen sampai dengan 89 persen dari keseluruhan perkiraan emisi CO2 sebesar 5,8 juta ton sampai 8,7 juta ton berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, sementara antara 10 persen sampai 28 persen bersumber dari pembakaran hutan (Puslitbangkim, 2006).

(39)

Emisi CO2 Nasional

0 50 100 150 200 250

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000

Ju

ta

T

o

n

Pembangkit Listrik Rumah Tangga & Komersial Industri Transportasi Lainnya

[image:39.595.123.505.186.540.2]

di udara dapat dikendalikan sejak dari proses pra-konstruksi, konstruksi, hingga aktifitas pasca-konstruksi terutama melalui konsumsi energi listrik dan bahan bakar dari keperluan rumah tangga (Priemus, 2005; Suhedi, 2007).

Gambar 2.1 Grafik emisi CO2 Nasional

Sumber: Deptambem ESDM, 2002

(40)

tahun 1990. Sementara, perkiraan emisi CO2 tahun 1990 adalah 105,7 juta ton dimana sebesar 23 persen berasal dari pembangkit energi dan 16 persen dari penyelenggaraan perumahan atau sektor rumah tangga.

Emisi CO2 pada penyelenggaraan perumahan sederhana perkotaan dihasilkan mulai dari proses pembuatan bahan bangunan dan transportasi bahan bangunan, penggunaan peralatan selama proses konstruksi sampai dengan aktifitas rumah tangga ketika rumah dihuni (Yudhi, C.O. dan Sudjono, P. 2007). Oleh karena itu komponen sistem perancangan rumah dapat mempengaruhi peningkatan timbulan karbon apabila terjadi aktifitas perbaikan, perubahan, maupun penambahan luasan bangunan rumah. Selain itu, berbagai kegiatan pemanfaatan fungsi ruang di dalam rumah melalui pengkondisian ruang baik berupa udara maupun cahaya turut juga memberi dampak pada peningkatan emisi CO2.

Beberapa pendekatan pada penyelenggaraan perumahan berkelanjutan perkotaan telah dikembangkan untuk mengurangi timbulan emisi karbon di udara. Hal ini dilakukan dengan misalnya, pertama adalah hemat bahan bangunan yang diarahkan kepada terbentuknya masyarakat “Zero-Emmission” melalui daur ulang material dan bangunan-bangunan tahan lama, atau kedua hemat energi melalui perbaikan sistem bahan dan konstruksi bangunan, dan ketiga adalah melalui optimalisasi sistem jaringan lalulintas perkotaan (Kobayashi, 2010).

2.2. Kota Berkelanjutan

(41)

hubungannya dengan pengaruh dari suatu kota terhadap bagian dunia yang lain dan secara diagramatis diilustrasikan pada gambar 2.2 sebagai perpotongan antara urbanisasi dengan dunia berkelanjutan. Biasanya, kemampuan suatu kota bertahan hidup dan memberi kesejahteraan pada penduduknya dalam jangka waktu cukup lama melibatkan berbagai faktor: ekonomi suatu kota; ketersediaan lapangan kerja, perumahan dan berbagai sektor jasa; kesejahteraan dan daya tarik dari lingkungan kota; ketersediaan sumber-sumber air, bahan-bahan pokok, energi; demikian juga tentu ruang-ruang yang memberi peluang terjadinya pertumbuhan (Siregar, Doli, 2004; Budihardjo, 2006).

Ada 3 (tiga) tantangan utama yang dihadapi setiap kota agar dapat menjadi suatu kota berkelanjutan (Shireman, 1992, Thinh et al., 2002):

1. teknis: menemukan sumber-sumber air, menggali dan menciptakan tempat-tempat penimbunan limbah/sampah, mengatasi keterbatasan lahan kota dengan menyediakan lahan untuk pengembangan.

2. sosio-ekonomi: menyediakan lapangan kerja, perumahan, jasa-jasa bagi orang tidak mampu, menghubungkan sistem transportasi dan tata guna lahan, membuat kebijakan-kebijakan yang efektif bagi mendorong pembangunan.

(42)
[image:42.595.116.525.109.607.2]

Gambar 2.2 Kota berkelanjutan sebagai perpotongan dari dua phenomena

Sumber: Bugliarello, 2006.

Selanjutnya, Bugliarello (2006) mengembangkan 2 (dua) paradigma untuk memahami dan menghadapi tantangan-tantangan diatas serta seluruh dilema yang terjadi.

a. Paradigma kota sebagai konsentrator

Kota adalah sebagai pusat tempat berkumpulnya (konsentrator) populasi, sumber daya (manusia, material, tata guna lahan, air, dan energi), informasi, ekonomi dan peluang-peluang; demikian juga polusi, disfungsionalitas mulai dari kemacetan lalulintas sampai ke kriminal. Lebih jauh, kota kontemporer juga sering disebut sebagai pusat informasi yaitu; melalui jaringan keberadaaan universitas-universitas, kompleks-kompleks perkantoran, perpustakaan, bank-bank data, transmisi telekomunikasi, jaringan pos, dan komunikasi antar individu yang dilakukan di kota. Beberapa keuntungan dari kota konsentrator adalah:

1. sebagai tempat bagi percampuran beragam genetika.

(43)

3. sebagai tempat penggunaan lahan yang minimal akibat tidak ada sub-sub pusat kota.

4. sebagai tempat penggunaan materi optimal karena perumahan menyediakan beragam kebutuhan ekonomi.

5. sebagai tempat penggunaan air minimal karena rumah-rumah pribadi memiliki halaman tidak luas.

b. Paradigma Biosoma (Biologi, sosial, mesin)

(44)

Bio So Ma

Manusia Spesies lainnya

Organisasi-organisasi: Pemerintah

Bisnis Kesehatan Keluarga Agama Budaya

Perumahan Infrastruktur Transportasi Listrik, air, telepon ...

[image:44.595.125.511.100.556.2]

Dlsbnya

Gambar 2.3 Komponen-komponen bio-so-ma

Sumber: Bugliarello, 2006.

Kedua paradigma dimaksud, yaitu “konsentrator” dan “biosoma” melahirkan pertanyaan tentang masa depan kota-kota dunia seperti; bagaimana konsekuensi-konsekuensi bio-sosial dari konsentrator. Semakin besar peran kota sebagai konsentrator, semakin penting untuk diperhatikan tentang dampaknya terhadap alam dan kehidupan yang berkelanjutan. Apakah, misalnya peran konsentrator yang ekstrim dari suatu kota akan mempengaruhi keseimbangan bio-sosial seperti misalnya, individualitas. Apakah tingginya tingkat efisiensi penggunaan energi suatu kota konsentrator, misalnya karena transportasi massal, bangunan tinggi, rumah ramah lingkungan, ruang terbuka hijau, menjadi faktor

(45)

penting dalam usaha mengurangi efek gas rumah kaca (GRK) yang berasal dari emisi CO2 dan pemanasan global?

2.3. Ekosistem Kota

Usaha-usaha untuk memahami interaksi antara pengembangan suatu kota dan perubahan lingkungan melahirkan konsep model kota sebagai suatu ekosistem, yang mana didalamnya termasuk alam dan manusia, dalam konteks lingkungan binaan manusia (Douglas, 1983; Odum, 1997) . Ahli lingkungan menggambarkan kota adalah sebagai “heterotrophik ekosistem”. Heterotrophik ekosistem adalah ekosistem dimana kebutuhan energi dan kebutuhan-kebutuhan makanannya sangat tergantung dari daerah diluar batas-batasnya (Firth, 2008). Ekosistem kota terdiri dari beberapa sub-sistem yang saling terkait baik – sosial, ekonomi, kelembagaan, lingkungan. Setiap sub-sistim memiliki sistem yang kompleks serta mempengaruhi sub-sistem lain secara struktural dan fungsional di berbagai tingkatan.

(46)

Situasi ini, memaksa pemerintah daerah secara keliru mencari dana dari sektor swasta dengan privatisasi menangani utilitas kota. Keempat, lebih banyak pihak terlibat atau berkeinginan untuk dilibatkan, menciptakan situasi politik yang kompleks dalam pembuatan keputusan pengembangan lingkungan kota. Ini termasuk, misalnya, pemangku kepentingan lokal dan perusahaan utilitas asing yang menawarkan jasa untuk pengadaan infrastruktur kota (UNU/IAS Report, 2003).

Pengembangan suatu kota sangat menentukan struktur dari ekosistem kota dan secara signifikan akan mempengaruhi fungsi ekosistem alam melalui (UNU/IAS Report, 2003):

(a) konversi lahan dan transformasi bentang alam; (b) pemanfaatan sumber daya alam;

(c) pelepasan gas-gas emisi dan sampah-sampah.

(d) penyediaan berbagai jasa penting bagi populasi manusia di kota.

(e) perubahan lingkungan; skala lokal, regional dan global – seperti kontaminasi pada daerah tangkapan air, hilangnya keaneka-ragaman hayati, dan perubahan iklim yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia.

(f) strategi pengelolaan.

(47)

aktifitas kota dan hubungannya dengan faktor-faktor sosial dan faktor-faktor bio-fisik:

1. Ekosistem-ekosistem kota: cakupan fokusnya pada: taman-taman kota, ”wildlife” pada taman kota, pertanian kota, perumahan (Fitpatrick, 2000; LaGory, 2000).

2. Kota sebagai ekosistem: melihat kota sebagai konsumer dan pengguna sumber daya serta sekaligus penghasil produk limbah. Kota dipandang sebagai organisma yang memiliki proses metabolis dengan input-output yang dapat diukur, dan informasi ini sangat penting untuk membuat kebijakan-kebijakan ekonomi publik misalnya; mengatasi kekurangan air, polusi udara dan lain-lain ( Wolman, 1965).

3. Kota-kota didalam Ekosistem Regional dan Global: Pertengahan tahun 1980 kota-kota secara cepat terhubungkan satu sama lain melalui: aliran barang-barang, jasa-jasa, investasi, keuangan, manusia dan pengetahuan. Pada saat bersamaan kota-kota dunia adalah juga dipengaruhi dan cepat mempengaruhi ekosistem dimana-mana dengan skala yang besar (Sassen, 1991).

[image:47.595.123.516.220.584.2]
(48)

“Driving-Force-Pressure-State-Impact-Response” (DPSIR) framework, yang memberi secara menyeluruh

mekanisma untuk menganalisa masalah-masalah lingkungan, dan membantu mengorganisasikan data serta menyeleksi indikator-indikator (UNU/IAS Report, 2003).

Sistem Manusia

[image:48.595.116.509.223.589.2]

Manusia adalah merupakan penggerak sangat menentukan dalam dinamika ekosistem kota. Gaya penggerak utama manusia adalah demographi, organisasi sosial-ekonomi, struktur politik dan teknologi. Perilaku manusia yang menjadi dasar bertindak bagi gaya pergerak tersebut secara langsung mempengaruhi penggunaan tanah dan kebutuhan dan penyediaan berbagai sumber daya (Turner, et al., 1985).

Tabel 2.1 Kerangka kerja mempelajari skala gangguan lingkungan kota

D = Driving Forces: industri dan sistem transportasi; P = Pressures of the environment: polusi; S = State of the Environment: kualitas dari udara, air dan tanah;

I = Impacts: semua polusi terjadi pada kesehatan manusia dan ekosistem; R =

Responses: berbagai kebijakan mengurangi dampak-dampak lingkungan di atas.

Sumber:UNU/IAS Report, May 2003.

(49)

melahirkan heterogenitas ruang karena adanya proses-proses alami dan kerusakan-kerusakan. Oleh karena itu, jelaslah sangat tidak mungkin membuat model ekosistem perumahan tanpa mengikutsertakan manusia didalamnya. Akan tetapi, sekedar hanya mengikutkan manusia saja dalam ekosistem tanpa memperlihatkan fungsi sosial dan ekologis manusia adalah juga percuma (Openshaw, 1995).

Menyajikan peran manusia dan institusi-institusinya dalam model-model ekosistem kota akan menjadi langkah penting menuju penyajian dimensi manusia yang lebih realistis dalam perubahan lingkungan. Banyak dampak manusia dalam lingkungan fisik diwakili institusi-institusi sosial, ekonomi, dan politik yang mengendalikan dan mengatur aktifitas-aktifitas manusia. Manusia mampu secara sadar menyesuaikan dirinya dan selanjutnya mengubah aturan-aturan yang ada, misalnya merestruktur bahan-bahan dan mengubah aliran energi (Lynch, 1981). Sistem alam

(50)
[image:50.595.116.507.157.594.2]

dalam pengembangan kawasan kota sehingga dapat dipahami dinamika ekosistem kota melalui penelusuran ekosistem manusia secara terpadu (Grove, Burch, 1997).

Gambar 2.4 Konsep kerja ekosistem kota

Sumber: UNU/IAS Report, May 2003

2.4. Sistem Perumahan Perkotaan di Indonesia

(51)

merupakan kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi pasar perumahan (Simanungkalit, 2009). Oleh karena itu, apabila melihat kompleksitas penyelenggaraan perumahan maka jelaslah diperlukan suatu perangkat sistem yang dapat digunakan sebagai kerangka analisis yang komprehensif yang dapat digunakan dalam memahami akibat-akibat dan bentuk-bentuk interaksi dari berbagai sektor dalam proses pembuatan kebijakan sektor perumahan (Adib, 2007).

Secara umum kebijakan penyelenggaraan perumahan dapat dibagi dalam tiga kelompok kategori kebijakan publik. Kategori pertama adalah termasuk dalam kelompok kebijakan masukan (input) dalam proses seperti; pertanahan, infrastruktur, perhubungan, tata ruang, pengembangan kawasan dan pembiayaan. Kategori kedua adalah merupakan kelompok kebijakan keluaran (output) dalam proses, dimana melalui arah pembangunan dari sektor-sektor tertentu kebijakan perumahan dapat dikembangkan seperti; perindustrian, perkotaan, pengembangan kawasan khusus, pertanian dan pedesaan, kelautan dan perikanan, ketenagakerjaan, pembangunan sosial dan penanggulangan kemiskinan. Kategori ketiga adalah kelompok kebijakan pendukung seperti lingkungan hidup, kesehatan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya (Siregar, 2008). Oleh karena itu, pilihan bagi setiap bentuk kebijakan penyelenggaraan perumahan yang efektif dan efisien tentu haruslah mampu menggerakkan ketiga kategori kebijakan tersebut secara bersamaan.

(52)
[image:52.595.135.494.363.607.2]

tidak dapat ditinjau sebagai masalah fungsional dan fisik bangunan semata, tetapi lebih jauh berkaitan erat dengan beragam dimensi kehidupan seperti sosial, ekonomi, budaya, teknologi, ekologi maupun politik (Syahrin, 2003). Oleh karena itu, apabila kebijakan penyelenggaraan perumahan akan dikembangkan haruslah mengaitkan sistem alam, ekonomi, dan lingkungan serta proses ekologi agar tidak hanya mengurangi tekanan pada ekosistem kawasan semata melainkan juga menciptakan perumahan yang berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya ekosistem setempat serta selalu memperhatikan dimensi konservasi lingkungan seperti pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Dimensi penyelenggaraan perumahan perkotaan di Indonesia

Secara umum, ada tiga masalah mendasar saling berkaitan yang menjadikan karakter kebijakan perumahan di Indonesia sangat kompleks, paling tidak, pasca tidak berfungsinya lagi BKP4N (Badan Kebijakan dan Pengendalian

SISTEM PERUMAHAN PERKOTAAN DI INDONESIA

DUA DIMENSI

Dimensi Ekologi Dimensi Sosial, Budaya,

Ekonomi

Bagaimana mempertahankan fungsi-fungsi ekologis

ekosistem perumahan Bagaimana mampu

memenuhi kebutuhan sosial masyarakat lokal

(53)

Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional) yang sebelumnya bernama BKPN (Badan Kebijakan Perumahan Nasional). Masalah dasar pertama adalah kurangnya pemahaman akan sektor perumahan sendiri, terutama oleh para pihak pembuat kebijakan. Kedua adalah masalah politik, yang sangat terkait dengan masalah dasar pertama. Akibat kurangnya pemahaman secara komprehensif maka intervensi politik dalam pembuatan kebijakan perumahan cenderung mengambil langkah-langkah pragmatis. Masalah ketiga adalah kemampuan pengelolaan kebijakan yang memiliki kompleksitas tinggi (Siregar, 2008). Oleh karena itu, masalah dasar pemahaman dan politik praktis pada akhirnya cenderung mempengaruhi sedemikian rupa setiap proses pembuatan kebijakan penyelenggaraan perumahan.

Sebagai bagian dari sistem masyarakat internasional, penyelenggaraan perumahan di Indonesia terkait erat dengan agenda global yaitu Agenda 21 bidang perumahan yang mempersyaratkan penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan secara bertahap. Selain itu, Indonesia juga memiliki tanggung jawab berkaitan dengan Agenda Habitat dimana setelah Deklarasi Habitat II Indonesia menempatkan masalah hunian sebagai kebutuhan dasar manusia dan hak semua orang (KSNPP, 2002).

(54)

menciptakan lingkungan perumahan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan. Hal ini berkaitan dengan belum diterapkannya secara optimal standar pelayanan minimal perumahan berbasis indeks pembangunan berkelanjutan. Isu strategis ketiga adalah lemahnya manajemen pembangunan yang bersumber dari keterbatasan kinerja tata pemerintahan yang berdampak pada lemahnya implementasi kebijakan yang telah ditetapkan dan juga inkonsistensi pemanfaatan lahan (Suprijanto, 2004).

Pentingnya menetapkan prinsip-prinsip berkelanjutan juga jelas tampak pada Amandemen Pasal 33 Ayat 4 Undang-undang Dasar RI 1945 yang menekankan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas asas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional (Amandemen Pasal 33 Ayat 4 UUD 1945). Pembangunan berkelanjutan secara resmi didefinisikan oleh The World Commision for Environment and Development sebagai pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (Brundtland, 1987). Akan tetapi, banyak pemangku kepentingan menyadari bahwa definisi dari berbagai disiplin tentang pembangunan berkelanjutan terlalu luas dan tidak jelas serta memiliki kelemahan-kelemahan. Oleh karena itu, sebaiknya diterapkan suatu sistem berdasarkan definisi sains yang mengakomodasi beragam tingkatan berkelanjutan dari berbagai displin sains, rekayasa dan humaniora (Halog, 2008).

(55)
[image:55.595.193.435.294.535.2]

tak dapat diperbaiki, serta memberikan kepada generasi mendatang pilihan bagaimana mereka mempergunakan sumber daya yang dimiliki agar dapat memberi suatu kualitas hidup sesuai dengan pilihannya (Charter dan Tischer, 2001). Definisi ini tidak hanya berkaitan dengan ekosistem-ekosistem alam seperti; air, udara, tetapi juga sistem sosial, ekonomi, dan institusi. Ronnie, Carolyn, dan Mehreen (2009) menggambarkan dimensi dari berkelanjutan seperti pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Tiga dimensi berkelanjutan

Source : Harding, hal. 29 (2009)

(56)

memetakan interpretasi berbagai keinginan para pemangku kepentingan terhadap pembangunan berkelanjutan setepat mungkin (Azapagis, Perdan, dan Clift, 2004).

Konsep berkelanjutan memiliki kerangka waktu yang tetap, merujuk secara jelas kepada masa yang akan datang sehingga dicapai harmoni antara kegiatan-kegiatan manusia dan lingkungan dalam rentang waktu tertentu (Budihardjo, dan Sujarto, 2005). Selain itu, konsep berkelanjutan juga mengandung arti adanya keterbatasan dan batas untuk bertumbuh manakala pertumbuhan diartikan sebagai sesuatu yang membesar secara fisik (Siregar, 2004). Oleh karena itu, didalam mengkaji berkelanjutan suatu sistem penyelenggaraan perumahan, pendekatan yang digunakan sebaiknya berbasis sistem, multi-disiplin, multikriteria dan sebaiknya mengikut-sertakan seluruh pandangan berbagai pemangku kepentingan yang berbeda-beda dan sebanyak mungkin menyertakan dimensi waktu.

(57)

Selanjutnya terdapat 3 (tiga) kebijakan dasar yang menjadi landasan pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia. Pertama yaitu kebijakan yang ditujukan untuk memecahkan keterbatasan pengadaan perumahan serta menawarkan peningkatan perumahan berkelanjutan melalui desentralisasi tanggung jawab dengan menyatukan semua peran, fungsi, kemampuan semua pihak. Kedua adalah kebijakan memadukan program perumahan dan permukiman dengan program pengentasan kemiskinan. Ketiga adalah merupakan kebijakan memfasilitasi masyarakat berpenghasilan rendah mendapat akses kepada tanah, infrastruktur dan lembaga keuangan untuk memperoleh kehidupan yang sehat.

(58)

Umumnya, pada setiap pembangunan perumahan dan permukiman lahan peruntukannya selalu lebih besar dari lahan bagi peruntukan lainnya yang ada di perkotaan. Akan tetapi, kenyataan yang ada sampai saat ini adalah walaupun lebih banyak memakai lahan perkotaan, tetap saja pembangunan perumahan dan permukiman bagi masyarakat golongan menengah ke bawah di kota Medan, dalam setiap proses perencanaan dan pengelolaan perumahan, penekanan terhadap aspek lingkungan hidup belumlah menjadi prioritas dalam pembangunan perumahan.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman (UUPP) pasal 3 dan 4 menekankan kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu azas dan tujuan penataan perumahan dan permukiman di Indonesa. Kelestarian lingkungan hidup tidak dapat hanya dilihat dari masalah lingkungan tetapi juga harus dikaitkan dengan masalah-masalah sosial seperti; tidak ada pemerataan dan tidak ada kesejahteraan, kemiskinan, pelanggaran atas hak-hak asasi manusia, yang semuanya erat hubungannya dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan kegiatan-kegiatan ekspansif manusia yang mengganggu atau merusak lingkungan kehidupannya sendiri.

(59)

kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, teknologi tepat guna, manajemen kota, penciptaan lapangan kerja (Budihardjo dan Sujarto, 2005). Seluruh komponen ini dibutuhkan dalam kerangka kerja pemenuhan kebutuhan perumahan perkotaan berkelanjutan.

Perumahan berkelanjutan adalah perumahan yang memiliki dampak negatif lingkungan minimal berkaitan dengan effek rumah kaca (greenhouse effect); kualitas udara, air, tanah, suara, bau-bauan, material dan sumber daya alam tak terbarukan, serta keanekaragaman hayati (Knudstrup, Hansen, Brunsgaard C., 2009). Sementara itu, mengaitkan keputusan-keputusan operasional suatu lingkungan binaan berkelanjutan kedalam konsep strategis pembangunan perumahan berkelanjutan untuk memenuhi rumah bagi masyarakat yang berpengahasilan menengah ke bawah sudah tentu akan sulit dilakukan. Hal ini terutama dikarenakan dasar-dasar penyusunan membuat konsep pembangunan berkelanjutan yaitu; keragaman yang permanen dari suatu kawasan, keberlanjutan penggunaan sumber daya yang ada, keberlanjutan keterlibatan banyak pihak. Ketiga dimensi ini disebut juga sebagai kawasan/area, aliran/flow, aktor/manusia (Halog, 2008).

(60)

rumah dengan material dan konstruksi bangunan sederhana serta dibangun dengan tetap memenuhi standar kenyamanan, kesehatan, dan keamanan minimal dan dengan mempertimbangkan serta memanfaatkan potensi yang ada disekitar lokasi seperti; bahan bangunan, geologis dan iklim setempat serta potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal dan cara hidup masyarakat di sekitar lokasi perumahan (Puslitbangkim, 2002).

Rumah sederhana sehat harus memberi kehidupan sehat bagi penghuninya terutama dalam menjalankan aktifitas keseharian secara layak. Aspek-aspek kebutuhan ruang minimal harus diperhatikan pada rumah sederhana sehat antara lain; kebutuhan luas bangunan per jiwa, kebutuhan luas bangunan per kepala keluarga, kebutuhan luas lahan per unit bangunan.Untuk kebutuhan ruang minimal per orang dihitung berdasarkan kegiatan dasar penghuni yaitu kegiatan-kegiatan meliputi; makan, kerja, duduk, tidur, masak, mandi, cuci, kakus. Standar kebutuhan minimal yang digunakan oleh Perumnas adalah 9 (sembilan) m2 dan dengan menggunakan rata-rata ketinggian plafon 2,80 m. Sementara, untuk menghemat energi dalam sistem desain rumah sederhana sehat dilakukan dengan mema

Gambar

gambar 1.1.
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Grafik emisi CO2 Nasional
Gambar 2.2 Kota berkelanjutan sebagai perpotongan dari dua phenomena
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai hubungan yang positif dengan kinerja pegawai di lingkungan pemerintah

Gambar 3.15 Halaman Form Tambah Surat Masuk (Super Admin)

Mengacu pada uraian diatas, maka penelitian ini memberikan argumentasi bahwa maskapai penerbangan Lion Air merupakan salah satu bisnis jasa penerbangan dimana

tentunya harus dievaluasi agar upaya peningkatan kinerja pengelolaannya didasarkan pada hasil-hasil evaluasi tersebut dan dengan berdasarkan hal tersebut sehingga penelitian

Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan

Gerakan dalam lomba unjuk gelar dinyatakan sah dan dapat dinilai apabila pelaksanaannya sesuai dengan urutan gerakan atau tata gelar (lay out) yang diserahkan

Walaupun demikian, mekanisme teknis pengelolaan keuangan publik (khususnya pada kebijakan fiskal) yang dibangun harus menanamkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan

Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat