• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IKLIM KELAS DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN PADA MATA PELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK PGRI 2 SALATIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH IKLIM KELAS DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN PADA MATA PELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK PGRI 2 SALATIGA"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI

PERKANTORAN PADA MATA PELAJARAN

KOMPETENSI KEJURUAN ADMINISTRASI

PERKANTORAN

DI SMK PGRI 2 SALATIGA

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Juliyana Ratna Sari NIM 7101409206

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii Hari : Rabu

Tanggal : 21 Agustus 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ade Rustiana, M.Si. Nina Oktarina, S.Pd., M.Pd.

NIP. 196801021992031002 NIP. 197810072003122002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

(3)

iii Hari : Selasa

Tanggal : 3 September 2013

Penguji

Drs. Marimin, M. Pd. NIP. 195202281980031003

Anggota I Anggota II

Drs. Ade Rustiana, M.Si. Nina Oktarina, S.Pd,M.Pd.

NIP. 196801021992031002 NIP. 197810072003122002

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

iv

keseluruhan. Pendapat serta temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Agustus 2013

(5)

v kita. Kita mungkin menua dengan berjalannya waktu, tetapi belum tentu membijak. Kita lah yang harus mengubah diri kita sendiri”(Bagus Pradipta)”

Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Kedua orang tuaku beserta

keluarga besarku yang selalu mendoakan dan memberi semangat kepadaku.

(6)

vi

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Iklim Kelas Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X Jurusan Administrasi

Perkantoran Pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Administrasi

Perkantoran Di SMK PGRI 2 Salatiga”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W yang telah mengantarkan umatnya kepada zaman yang terang benderang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang mendukung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan menuntut ilmu di UNNES.

2. Dr. S. Martono, M. Si., Dekan Fakultas Ekonomi yang memberi kesempatan menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi UNNES.

3. Dra. Hj. Nanik Suryani, M. Pd., Ketua Jurusan pendidikan ekonomi yang telah memberi ijin penelitian.

4. Dr. Ade Rustiana, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Iyang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran selama penyusunan skripsi ini.

(7)

vii

Perkantoran yang telah membantu selama penelitian.

9. Siswa-siswi kelas X-AP SMK PGRI 2 Salatiga atas kerjasama dan kesediaanya untuk menjadi responden dalam penelitian.

10.Sahabat dan teman-temanku: mahasiswa prodi PAP Angkatan 2009 dan Wisma Paradise Kost yang telah memberikan semangat dan dukungannya. 11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung

dan berperan dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, peneliti selanjutnya serta dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya dunia pendidikan.

Semarang, Agustus 2013

(8)

viii

PGRI 2 Salatiga”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Ade Rustiana, M. Si. Pembimbing II: Nina Oktarina, S.Pd. M. Pd.

Kata Kunci : Iklim Kelas, Lingkungan Keluarga, Motivasi Belajar.

Motivasi belajar adalah daya penggerak yang memberikan kekuatan dan mengarahkan aktivitas seseorang untuk melakukan usaha dalam mencapai suatu tujuan. Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa ada dua yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor yang dikaji dalam penelitian ini adalah faktor ekstrinsik, yaitu iklim kelas dan lingkungan keluarga.

Rumusan masalah penelitian ini adalah: (1)Bagaimana gambaran tentang iklim kelas, lingkungan keluarga, dan motivasi belajar siswa? (2)Adakah pengaruh iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa? (3)Adakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar siswa? (4) Adakah pengaruh iklim kelas dan lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar siswa?. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:(1) gambaran umum tentang iklim kelas, lingkungan keluarga, dan motivasi belajar siswa, (2) pengaruh iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa,(3) pengaruh lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar siswa, (4) pengaruh iklim kelas dan lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar siswa. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMK PGRI 2 Salatiga jurusan Administrasi Perkantoran yang berjumlah 95 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS release 16.

(9)

ix

Education Department. Economics Faculty. Semarang State University. Advisor I: Dr. Ade Rustiana, M. Si. Advisor II: Nina Oktarina, S.Pd. M.Pd.

Keywords: ClassClimate, Family Environment, StudentMotivation.

Student motivation is the driving force that gives strength and direct the activities of a person to do business in achieving a purpose.Factors that affect student motivation there are two, intrinsic and extrinsic factors. Intrinsic factors such as passion, desire and aspirations. Extrinsic factors such as the appreciation conducive learning environment, and engaging learning activities. Factors that were examined in this study are an extrinsic factor, namely class climate and family environment.

The research problemis: (1) How thedescription of the classclimate, family environment, and learning motivation? (2) Is there any influence of class climate for students motivation? (3) Is there any influence of family environment for student motivation? (4) Is there any influence of class climate and family environment for students motivation?. The purpose of this study to determine: (1) overview of class climate, family environment, and student motivation, (2) influence of class climate for students motivation, (3) influence of family environment for student motivation, (4) class climate and the influence of family environment for student motivation.

The study population was a class X student of SMK PGRI 2 Salatiga majoring in Office Administration, amounting to 95 students. Methods of data collection using questionaires and documentation. Analysis of data using multiple regression analysis with SPSS release 16.

(10)

x

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB IPENDAHULUAN ... .... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1.Konsep Belajar ... 11

2.1.1. Pengertian Belajar ... 11

2.1.2. Unsur-unsur Belajar ... 12

(11)

xi

2.2.3. Macam-macam Motivasi... 16

2.2.4. Fungsi Motivasi Belajar ... 17

2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 18

2.2.6. Indikator Motivasi Belajar ... 19

2.3. Iklim Kelas ... 20

2.3.1. Pengertian Iklim Kelas ... 20

2.3.2. Ciri-ciri Iklim Kelas yang Kondusif ... 20

2.3.3. Iklim Kelas yang Baik... 22

2.3.4. Tujuan Penciptaan Iklim Kelas ... 23

2.3.5. Indikator Iklim Kelas ... 24

2.4. Lingkungan Keluarga ... 26

2.4.1. Pengertian Lingkungan Keluarga ... 26

2.4.2. Fungsi Keluarga ... 27

2.4.3. Faktor-faktor dalam Keluarga ... 27

2.4.4. Indikator Lingkungan Keluarga ... 29

2.5. Penelitian Terdahulu ... 30

2.6. Kerangka Berfikir ... 31

2.7. Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 35

(12)

xii

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.3.1. Kuesioner ... 37

3.3.2. Dokumentasi ... 37

3.4. Uji Instrumen Penelitian ... 38

3.4.1. Validitas ... 38

3.4.2. Reliabilitas ... 40

3.5. Teknik Analisis Data ... 41

3.5.1. Analisis Deskriptif Persentase ... 41

3.5.2. Regresi Linear Berganda ... 44

3.5.3. Uji Hipotesis ... 45

3.5.3.1. Uji Simultan (Uji F) ... 45

3.5.3.2. Uji Parsial (Uji t) ... 45

3.5.3.3. Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 46

3.5.3.4. Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 46

3.5.4. Uji Asumsi Klasik ... 46

3.5.4.1. Uji Multikolinearitas ... 47

3.5.4.2. Uji Heteroskedastisitas ... 47

3.5.4.3. Uji Normalitas ... 48

3.5.4.4. Uji Linear ... 48

(13)

xiii

4.1.1.2. Deskriptif Variabel Lingkungan Keluarga (X2) ... 55

4.1.1.3. Deskriptif Variabel Motivasi Belajar (Y) ... 60

4.1.2. Regresi Linear Berganda ... 65

4.1.3. Uji Hipotesis ... 67

4.1.3.1. Uji Simultan (Uji F) ... 67

4.1.3.2. Uji Parsial (Uji t) ... 68

4.1.3.3. Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 70

4.1.3.4. Koefisien Determinasi Parsial (r2)... 71

4.1.4. Uji Asumsi Klasik ... 72

4.1.4.1. Uji Multikolinearitas ... 72

4.1.4.2. Uji Heterokedastisitas ... 73

4.1.4.3. Uji Normalitas ... 75

4.1.4.4. Uji Linearitas ... 77

4.2. Pembahasan ... 79

BAB V PENUTUP ... 84

5.1. Simpulan ... 84

5.2. Saran ... 85

(14)

xiv

3.1Hasil Uji Coba Validitas Instrumen ... 39

3.2 Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen ... 41

3.3 Kriteria Iklim Kelas... 43

3.4 Kriteria Lingkungan Keluarga ... 44

3.5 Kriteria Motivasi Belajar... 44

4.1 Distribusi Jawaban Variabel Iklim Kelas ... 50

4.2 Distribusi Jawaban Indikator Suasana Pembelajaran di Kelas ... 52

4.3 Distribusi Jawaban Indikator Hubungan Antar Warga Kelas ... 53

4.4 Distribusi Jawaban Indikator Aktifitas Belajar Mengajar ... 53

4.5 Distribusi Jawaban Indikator Kondisi Fisik, Kerapian, dan Kebersihan Ruang Kelas ... 54

4.6 Distribusi Jawaban Indikator Kedisiplinan Siswa didalam Kelas... 55

4.7 Distribusi Jawaban Variabel Lingkungan Lingkungan Keluarga ... 56

4.8 Distribusi Jawaban Indikator Cara Orang tua Mendidik... 57

4.9 Distribusi Jawaban Indikator Relasi Antar Anggota Keluarga ... 58

4.10 Distribusi Jawaban Indikator Suasana Rumah ... 59

4.11 Distribusi Jawaban Indikator Kondisi Ekonomi Keluarga... 59

4.12 Distribusi Jawaban Variabel Motivasi Belajar ... 60

4.13 Distribusi Jawaban Indikator Tekun Menghadapi Tugas... 62

(15)

xv

4.17 Distribusi Jawaban Indikator Lebih Senang Bekerja Mandiri ... 65

4.18 Regresi Linear Berganda ... 66

4.19 Uji Simultan (Uji F) ... 67

4.20 Uji Parsial (Uji t) ... 69

4.21 Koefisien Determinasi Simultan (R2)... 70

4.22 Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 71

4.23 Uji Multikolinearitas ... 73

4.24 Uji Glejser ... 75

4.25 Uji Normalitas ... 77

(16)

xvi

4.1 Diagram Variabel Iklim Kelas ... 51

4.2 Diagram Variabel Lingkungan Keluarga ... 56

4.3 Diagram Variabel Motivasi Belajar ... 61

4.4 Grafik Scatterplot ... 74

(17)

xvii

2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 90

3. Uji Coba Angket Penelitian ... 91

4. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 96

5. Angket Penelitian ... 107

6. Tabulasi Data Hasil Penelitian ... 112

7. Tabulasi Data Hasil Penelitian Deskriptif Persentase per Indikator dan Variabel Iklim Kelas ... 121

8. Tabulasi Data Hasil Penelitian Deskriptif Persentase per Indikator dan Variabel Lingkungan Keluarga ... 126

9. Tabulasi Data Hasil Penelitian Deskriptif Persentase per Indikator dan Variabel Motivasi Belajar ... 131

10. Regresi Linear Berganda ... 137

11. Uji Hipotesis ... 138

12. Uji Asumsi Klasik ... 140

13. Data Administrasi Siswa ... 144

14. Daftar Nama Responden ... 151

15. Surat Ijin Observasi ... 154

16. Surat Ijin Penelitian ... 155

(18)

1

Undang-Undang Pendidikan No 20 Tahun 2003 pasal 1 menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kebiasaan, kecerdasan dan ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sehingga pendidikan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting untuk melakukan tugas-tugasnya dengan terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan. Pendidikan yang berperan dalam penyiapan sumber daya manusia memang harus segera dibenahi untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

(19)

mengoperasikan perangkat lunak dan mengoperasikan aplikasi presentasi. Kompetensi ini penting karena sebagai bekal bagi siswa.

Proses belajar mengajar merupakan inti kegiatan di sekolah, dengan proses belajar mengajar yang baik dapat menentukan kualitas lulusan suatu sekolah. Proses belajar mengajar ini melibatkan bagaimana peran guru dalam pembelajaran dan keterlibatan sisa sebagai obyek pembelajaran. Salah satu komponen berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar ditentukan dengan motivasi belajar.

Sardiman (2010:74) menjelaskan bahwa motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar, memegang peranan penting dalam memberikan gairah untuk semangat dalam belajar. Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapi tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan dari belajar. Dengan motivasi belajar, setiap siswa memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk mengetahui tetapi lebih kepada memahami hasil pembelajaran tersebut.

Motivasi belajar menurut Uno (2012:23) dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

(20)

sehingga kemauan belajarnyalebih terdorong karena faktor dalam dirinya. Sementara itu siswa yang memiliki motivasi belajar karena pengaruh ekstrinsik lebih dominan, kemauan belajarnya tergantung pada faktor dari luar dirinya, yaitu rangsangan dari luar yang menyebabkan siswa memiliki motivasi belajar. Dalam mengarahkan motivasi belajar, faktor ekstrinsik yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu iklim kelas dan lingkungan keluarga.

Iklim kelas merupakan bagian dari sekolah atau institusi yang dapat mempengaruhi motivasi belajar. Terciptanya suasana belajar yang kondusif dapat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Hoy & Miskel dalam Hadiyanto (2004:3) sebagaimana dikutip Silalahi (2008:1) menyatakan bahwa iklim kelas merupakan kualitas lingkungan kelas yang terus menerus dialami oleh guru yang mempengaruhi tingkah laku siswa dalam menciptakan proses pembelajaran yang kondusif. Rahmat (1985:1) dalam Silalahi (2008:2) menyebutkan bahwa iklim kelas ditandai dengan munculnya: 1) sikap saling terbuka, 2) terjalinnya hubungan antar pribadi yang akrab, 3) sikap saling menghargai satu dengan yang lain, 4) menghormati satu sama lain, dan 5) mendahulukan kepentingan bersama.

(21)

Hasil penelitian yang dilakukan Juniman Silalahi, terkait dengan pengaruh iklim kelas terhadap motivasi belajar menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara iklim terhadap motivasi belajar. Dimana implikasinya adalah semakin rendah iklim kelas dibangun, maka rendah pula motivasi belajar yang ditampilkan oleh siswa. Demikian pula sebaliknya, semakin tinggi iklim kelas dibangun semakin tinggi motivasi belajar yang ditampilkan.

Anderson, dkk (2004:2) dalam jurnalnya yang berjudul Classroom Climate and

Motivated Behaviour in Secondary Schools menyatakan bahwa:

The results show that the social environment of classrooms significantly impact students’ motivated behaviour. Specifically, an important dimension of classroom climate is affiliation, which measures the level of friendship that students feel for each other, as expressed by getting to know each other, helping each other with homework, and enjoying working together (Trickett & Moos, 1974).

Jurnal tersebut menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anderson, dkk menyebutkan bahwa secara signifikan iklim kelas mempengaruhi motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang berlangsung dikelas, dimana setiap siswa dikelompokkan untuk mengerjakan tugas, mereka satu sama lain saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Jadi dapat disimpulkan bahwa iklim kelas dan cara guru mengajar dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.

(22)

Munib (2012:72) keluarga adalah yang pertama dan utama, karena sebelum manusia mengenal lembaga pendidikan yang lain, lembaga inilah yang pertama ada. Pola pendidikan orang tua yang baik dan suasana keluarga yang harmonis, menjadikan keadaan psikologis anak terkontrol. Hal ini akan mendukung proses belajar anak akan berjalan lancar, tenang, bersemangat, untuk belajar dan anak akan merasa diperhatikan dan juga termotivasi untuk belajar.

Aspek yang harus dicapai sebagai cermin mutu sumber daya manusia adalah motivasi belajar yang tinggi pada setiap jenjang pendidikan. Hal tersebut tidak bisa lepas dari peran orang tua yang memiliki wewenang secara kodrati sebagai pendidik di lingkungan keluarga.

Siahaan (1991:85) menyatakan bahwa orang tua memegang peranan penting untuk meningkatkan perkembangan anak dan prestasi belajar anak. Tanpa dorongan dan rangsangan orang tua, maka perkembangan dan prestasi belajar anak akan mengalami hambatan dan akan menurun sampai rendah. Pada umumnya orang tua kurang menyadari betapa pentingnya peranan mereka dalam meningkatkan prestasi belajar anak-anak mereka.

Keluarga merupakan sumber motivasi bagi siswa dalam belajar. Faktor-faktor dalam lingkungan keluarga yang berpengaruh terhadap motivasi antara lain adalah cara orang tua mendidik, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.

(23)

Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMK PGRI 2 Salatiga terkait dengan pengajaran guru pada standar kompetensi mengaplikasikan perangkat lunak memiliki iklim kelas cukup baik, pada standar kompetensi mengoperasikan perangkat lunak siswa lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran didalam laboratorium komputer administrasi perkantoran. Hal ini dikarenakan pada mata pelajaran Kompetensi Kejuruan Administrasi Perkantoran lebih banyak melakukan praktek pembelajaran menggunakan komputer, sehingga akan lebih mudah melakukan proses pembelajaran di laboratorium.

Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran yaitu Bapak Kuntoro, S.Pd yang dilakukan pada tanggal 23 Maret 2013 diketahui bahwa suasana pembelajaran di kelas sudah cukup baik seperti tersedianya 25 komputer dengan kondisi baik yang bisa digunakan siswa ketika praktek komputer serta tersedianya LCD dan printer di laboratorium komputer yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Selain itu, kebersihan kelas juga merupakan indikasi untuk menciptakan iklim kelas yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, ruang kelas tempat pembelajaran sudah nyaman dan tenang serta tidak bising, karena letak sekolah yang berada ditengah perumahan warga masyarakat sehingga tidak terganggu dengan suara-suara bising seperti suara yang ditimbulkan jika sekolah berada tepat dipinggir jalan. Terjalinnya hubungan yang baik antara guru dengan murid, begitu juga sebaliknya membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan harmonis.

(24)

adalah petani, buruh, pedagang dan sopir dan lain-lain. Hanya beberapa siswa saja yang orangtuanya bekerja sebagai pegawai negeri sipil, hampir sebagian dari jumlah siswanya berasal dari golongan ekonomi menengah. Hal tersebut dapat dilihat dari data administrasi siswa.

Tabel 1.1

Data Administrasi Siswa

No. Keterangan Pekerjaan Orang

tua

300.000 600.000 300.000- 900.000 600.000- <900.000

1 XB 10 2 12 8 4 14 10 4

2 XC 4 1 14 13 2 11 11 8

3 XD 5 1 10 15 2 14 6 9

Sumber: Data Bimbingan dan Konseling SMK PGRI 2 Salatiga

Berdasarkan data di atas keadaan ekonomi orang tua siswa serta pekerjaan orang tua yang beragam menyebabkan motivasi belajar siswa juga berbeda-beda. Beberapa siswa yang orang tua nya sibuk bekerja membuat relasi antar anggota keluarga kurang berjalan dengan baik. Hal ini dikarena kan orang tua sibuk bekerja untuk membiayai sekolah anak, sehingga mereka kadang tidak memperdulikan prestasi belajar anak.

(25)

menemukan soal yang sulit mereka lebih senang mencontek jawaban temannya. Selain itu, siswa kurang ulet dalam menghadapi kesulitan belajar yang dialaminya, dimana siswa sering mengeluh dalam menghadapi tugas praktik dan sering dijumpai keterlambatan pengumpulan tugas oleh beberapa siswa yang di duga disebabkan karena motivasi belajar yang rendah.

Dilihat dari iklim kelas yang cukup baik dan lingkungan keluarga yang beragam, seharusnya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran. Tetapi, yang terjadi motivasi belajar siswa masih rendah, padahal guru mata pelajaran tersebut sudah menciptakan iklim kelas yang cukup baik salah satunya dengan menjaga kebersihan agar siswa dapat belajar dengan nyaman, selain itu menciptakan hubungan yang baik antara guru dengan murid.

Berkaitan dengan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Iklim Kelas dan Lingkungan

Keluarga Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran Pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 2 Salatiga”.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(26)

2. Adakah pengaruh iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran mata pelajaran Kompetensi Kejuruan Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 2 Salatiga?

3. Adakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran mata pelajaran Kompetensi Kejuruan Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 2 Salatiga?

4. Adakah pengaruh iklim kelas dan lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran mata pelajaran Kompetensi Kejuruan Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 2 Salatiga?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran umum tentang iklim kelas, lingkungan keluarga, dan motivasi belajar siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran mata pelajaran Kompetensi Kejuruan Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 2 Salatiga.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran mata pelajaran Kompetensi Kejuruan Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 2 Salatiga. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh lingkungan keluarga terhadap

(27)

4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh iklim kelas dan lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran mata pelajaran Kompetensi Kejuruan Administrasi Perkantorandi SMK PGRI 2 Salatiga.

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat, antara lain:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian dalam menambah pengetahuan mengenai pendidikan dan proses belajar, khususnya pengaruh iklim kelas dan lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana penelitian untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan dengan kondisi yang terjadi di lapangan, serta untuk menambah pengalaman dalam melakukan penelitian yang terkait dengan judul yang diangkat. 2. Bagi Sekolah

a. Sebagai bahan masukan pengetahuan praktis di bidang pendidikan dan sekolah khususnya permasalahan yang menyangkut keberhasilan belajar siswa.

(28)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Konsep Belajar

2.1.1. Pengertian Belajar

Belajar menurut Slameto (2010:1-2) merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar menurut Hamalik (2011:36) diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Sedangkan menurut Djamarah (2008:13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Rifa’i dan Anni (2012:66) terdapat tiga unsur pokok tentang pengertian belajar, yaitu:

1. Adanya perubahan perilaku.

2. Adanya proses pengalaman, perubahan perilaku tersebut terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.

3. Lamanya waktu perubahan perilaku yang dimiliki oleh pembelajar yang berbentuk perubahan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

(29)

2.1.2. Unsur-unsur Belajar

Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling berkaitan sehingga terjadi perubahan perilaku.

Menurut Hamalik (2011:50-52) unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar terdiri dari:

1. Motivasi siswa

Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadi suatu perbuatan atau tindakan tertentu.

2. Bahan belajar

Bahan belajar merupakan suatu unsur belajar yang penting mendapat perhatian oleh guru.

3. Alat bantu belajar

Alat bantu balajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa untuk melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efisien dan efektif.

4. Suasana belajar

Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar, Suasana yang kacau, ramai, tak tenang, dan banyak gangguan, sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang efektif.

5. Kondisi subjek belajar

Kondisi subjek belajar turut menentukan kegiatan dan keberhasilan belajar. Siswa dapat belajar secara efisien dan efektif apabila berbadan sehat, memiliki intelegensi yang memadai, siap untuk melakukan kegiatan belajar, memiliki bakat khusus, dan pengalaman yang bertalian dengan pelajaran, serta memiliki minat untuk belajar.

Rifa’i dan Anni (2012:68) unsur-unsur dalam belajar yaitu: 1. Pembelajar, meliputi peserta didik, pembelajar dan warga belajar.

2. Rangsangan (stimulus), sesuatu yang merangsang penginderaan pembelajar agar mampu belajar optimal.

3. Memori, berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.

4. Respon, tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori yang diamati pada akhir proses belajar sehingga dapat mengahsilkan perubahan perilaku.

(30)

pembelajaran yang terdiri dari peserta didik, tenaga pendidik, motivasi/stimulus, bahan belajar, alat bantu belajar serta suasana dan kondisi belajar yang dapat mendukung kelancaran pembelajaran.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Slameto (2010:54) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua faktor, yaitu:

1. Faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar (diri pembelajar), meliputi:

a. Faktor jasmaniah

Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya. Proses belajar akan terganggu apabila kesehatan fisiknya dalam keadaan tidak baik.

b. Faktor psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi belajar yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi mental seseorang yang meliputi perhatian, minat, bakat, kematangan, daya ingat, dan daya konsentrasi.

c. Faktor kelelahan

Faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor kelelahan jasmani (berhubungan dengan keadaan fisik, misal capek, pusing, pegal-pegal) dan faktor kelelahan rohani berhubungan dengan psikis, misal stress).

2. Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, meliputi: a. Faktor lingkungan keluarga

Faktor ini mencakup cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor lingkungan sekolah

Faktor ini mencakup kompetensi guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, sarana dan prasarana, metode belajar dan tugas rumah.

c. Faktor lingkungan masyarakat

(31)

2.2 Motivasi Belajar

2.2.1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam rangka seseorang menjalankan hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan dirinya, termasuk dalam belajar. Banyak hal yang diperlukan oleh seseorang dalam rangka mengembangkan dirinya sendiri, namun bila semua usaha itu tidak dilakukan dengan baik bagaimana bisa sesuai dengan harapan. Agar motivasi tetap efektif, perlu didukung oleh disiplin diri tinggi, dengan tetap konsisten menjalankan hal-hal yang sudah direncanakan, dalam rangka mencapai tujuan, sambil tetap menghormati aturan-aturan yang berlaku.

Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal, yaitu mengetahui apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dua hal tersebut dianggap sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengetahui apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari) kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil (Sardiman 2010:40).

(32)

diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi belajar menurut Uno (2012:23) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah daya penggerak yang memberikan kekuatan dan mengarahkan aktivitas seseorang untuk melakukan usaha dalam mencapai suatu tujuan.

2.2.2. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Sardiman (2010:83) menyatakan bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4. Tidak mudah melepas hal yang diyakini itu

5. Cepat bosan dengan tugas yang rutin 6. Dapat mempertahankan pendapatnya 7. Lebih senang bekerja mandiri

8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

(33)

2.2.3. Macam-macam Motivasi

Motivasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang yang disebut motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang berasal dari luar diri seseorang (Djamarah 2002:115-117).

1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam mata pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah, dan sebagainya.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik apabila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar-luar faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya, misalnya untuk mencapai angka tertinggi, diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya.

(34)

dan luar siswa (eksternal). Motivasi tersebut sangat berpengaruh terhadap seseorang untuk melakukan sesuatu.

2.2.4. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh siswa. Hawley dalam Yusuf (2003:14) menyatakan bahwa para siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan para siswa yang memiliki motivasi rendah. Hal ini berarti siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat menganggu kegiatan belajar.

Sardiman (2010:17-18) menyebutkan fungsi motivasi sebagai berikut: 1. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Sedangkan Hamalik (2011:175) menyebutkan bahwa fungsi motivasi sebagai berikut:

1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

2. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

(35)

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi/hasil belajar. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Kesimpulannya dengan adanya usaha yang tekun terutama didasar adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi/hasil belajar yang baik.

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa menurut Rifa’i dan Anni (2012:137) yaitu:

1. Sikap

Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi dan emosi yang dihasilkan di dalam posisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. 2. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan.

3. Rangsangan

Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan kondisi yang membuat seseorang bersifat aktif.

4. Afeksi

Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional kecemasan, kepedulian dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. 5. Kompetensi

Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari kondisinya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alami berusaha keras untuk berinteraksi dengan kondisinya secara aktif. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk menguasai kondisi dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas.

6. Penguatan

(36)

2.2.6. Indikator Motivasi Belajar

Sardiman (2010:83) menyatakan bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4. Tidak mudah melepas hal yang diyakini itu

5. Cepat bosan dengan tugas yang rutin 6. Dapat mempertahankan pendapatnya 7. Lebih senang bekerja mandiri

8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Dalam penelitian ini ciri-ciri motivasi yang dijadikan sebagai indikator dalam penelitian untuk mengukur motivasi belajar adalah:

1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4. Cepat bosan dengan tugas yang rutin

5. Lebih senang bekerja mandiri

(37)

2.3.Iklim Kelas

2.3.1. Pengertian Iklim Kelas

Pengertian iklim kelas menurut para ahli adalah:

1. Bloom dalam Hadiyanto dan Subiyanto (2003:1) menyatakan bahwa iklim kelas adalah kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. 2. Tarmidi (2006:3) menyatakan bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang

muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antara peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar.

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi belajar antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid lainnya. Berhasil tidaknya suatu interaksi proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari guru sendiri, siswa, fasilitas penunjang maupun suasana interaksi pembelajaran tersebut.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa iklim kelas merupakan suasana pembelajaran yang muncul akibat hubungan antara guru dan siswa di dalam kelas yang mempengaruhi proses belajar mengajar.

2.3.2. Ciri-ciri Iklim Kelas yang Kondusif

(38)

Pertama suasana kelas dengan sikap guru yang “otoriter”. Suasana dengan

sikap guru yang otoriter, terjadi apabila guru menggunakan kekuatannya untuk mencapai tujuan tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya perkembangan pribadinya. Dengan hukuman dan ancaman anak dipaksa untuk menguasai bahan pelajaran yang dianggap perlu untuk ujian dan masa depan.

Kedua suasana kelas dengan sikap guru yang “permisif”. Suasana kelas

dengan sikap guru yang permisif ditandai dengan membiarkan anak berkembangan dalam kebebasan tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah atau paksaan. Pelajaran selalu dibuat menyenangkan. Guru tidak menonjolkan dirinya dan berada dibelakang untuk memberi bantuan bila dibutuhkan. Sikap ini mengutamakan perkembangan pribadi anak khususnya dalam aspek emosional, agar anak bebas dari kegoncangan jiwa dan menjadi anak yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Ketiga, suasana kelas dengan sikap guru yang “riil”. Suasana kelas dengan

suasana guru yang riil ditandai dengan adanya kebebasan anak yang disertai dengan pengendalian. Anak-anak diberi kesempatan yang cukup untuk bermain bebas tanpa diawasi atau diatur dengan ketat. Dilain pihak anak diberi tugas sesuai petunjuk dan pengawasaan guru.

Ciri-ciri kelas yang memiliki iklim yang baik menurut Moedjiarto (2002:36) adalah sebagai berikut:

1. Suasana pembelajaran dikelas, tenang, jauh dari kegaduhan dan kekacauan. 2. Adanya hubungan yang akrab, penuh pengertian, dan rasa kekeluargaan

(39)

3. Disekolah tampak adanya sikap mendahulukan kepentingan sekolah dan kepentingan banyak, sedangkan kepentingan pribadi mendapatkan tempat yang paling belakang.

4. Semua kegiatan sekolah diatur dengan tertib, dilaksanakan dan dilakukan dengan penuh tanggungjawab dan merata.

5. Siswa mendapat perlakuan adil, tidak dibeda-bedakan antara yang miskin dan kaya, pandai dan yang lamban berfikir, semuanya mendapat kesempatan yang sama untuk berprestasi sebaik-baiknya.

6. Didalam kelas dapat dilihat adanya aktvitas belajar mengajar yang tinggi. 7. Siswa aktif mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang pelajaran yang kurang

dipahami, sedangkan guru dengan senang hati senantiasa bersedia menjawabnya. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab, dengan bijaksana guru meminta waktu untuk mencari data dan informasi lebih lanjut. 8. Siswa saling menghargai satu sama lainnya, dan terhadap gurunya siswa

memiliki rasa hormat yang tinggi.

9. Meja dan kursi serta perlengkapan lainnya, yang terdapat di kelas senantiasa ditata dengan rapi dan dijaga kebersihannya.

10. Siswa ikut merawat kebersihan perabot sekolah dan kebersihan ruang kelas yang penugasannya dilakukan secara bergilir.

2.3.3. Iklim Kelas yang Baik

Hoy dan Miskel dalam Hadiyanto (2003:1) sebagaimana dikutip Silalahi (2008:2), menyatakan bahwa iklim kelas merupakan kualitas lingkungan kelas yang terus menerus dialami oleh guru yang mempengaruhi tingkah laku siswa dalam menciptakan proses pembelajaran yang kondusif. Rahmat (1985:1) dalam Silalahi (2008), iklim kelas ditandai dengan munculnya; 1) sikap saling terbuka, 2) terjalinnya hubungan antar pribadi yang akrab, 3) sikap saling menghargai satu dengan yang lain, 4) menghormati satu sama lain, 5) mendahulukan kepentingan bersama.

(40)

belajar yang ditampilkan oleh siswa. Demikian pula sebaliknya, semakin tinggi iklim yang dibangun maka semakin tinggi motivasi belajar yang ditampilkan oleh siswa.

Hyman dalam Tarmidi (2006:8) mengatakan bahwa iklim kelas yang baik antara lain dapat mendukung:

1. Interaksi yang bermanfaat.

2. Memperjelas pengalaman-pengalaman guru dan peserta didik.

3. Menumbuhkan semangat yang memungkinkan kegiatan-kegiatan dikelas berlangsung dengan baik.

4. Mendukung saling pengertian antara guru dan peserta didik.

2.3.4. Tujuan Penciptaan Iklim Kelas

Iklim kelas yang kondusif sangat penting untuk diciptakan agar tujuan akan tercapainya hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dan antar siswa, suasana pembelajaran yang sejuk, menyenangkan, tenang tanpa permusuhan, atmosfir belajar yang penuh kebermaknaan serta suasana pembelajaran dikelas yang tidak kaku dapat diwujudkan. Depdikbud dalam Ismiarti (2004:26-27) mengemukakan tujuan penciptaan iklim kelas yang kondusif yaitu:

1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk megembangkan kemampuannya semaksimal mungkin.

2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar.

(41)

2.3.5. Indikator Iklim Kelas

Ciri-ciri kelas yang memiliki iklim yang baik menurut Moedjiarto (2002:36) adalah sebagai berikut:

1. Suasana pembelajaran dikelas tertib, tenang, jauh dari kegaduhan dan kekacauan.

2. Adanya hubungan yang akrab, penuh pengertian, dan rasa kekeluargaan antara civitas sekolah.

3. Disekolah tampak adanya sikap mendahulukan kepentingan sekolah dan kepentingan banyak, sedangkan kepentingan pribadi mendapatkan tempat yang paling belakang.

4. Semua kegiatan sekolah diatur dengan tertib, dilaksanakan dan dilakukan dengan penuh tanggungjawab dan merata.

5. Siswa mendapat perlakuan adil, tidak dibeda-bedakan antara yang miskin dan kaya, pandai dan yang lamban berfikir, semuanya mendapat kesempatan yang sama untuk berprestasi sebaik-baiknya.

6. Didalam kelas dapat dilihat adanya aktivitas belajar mengajar yang tinggi. 7. Siswa aktif mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang pelajaran yang kurang

dipahami, sedangkan guru dengan senang hati senantiasa bersedia menjawabnya. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab, dengan bijaksana guru meminta waktu untuk mencari data dan informasi lebih lanjut. 8. Siswa saling menghargai satu sama lainnya, dan terhadap gurunya siswa

memiliki rasa hormat yang tinggi.

9. Meja dan kursi serta perlengkapan lainnya, yang terdapat di kelas senantiasa ditata dengan rapi dan dijaga kebersihannya.

10. Siswa ikut merawat kebersihan perabot sekolah dan kebersihan ruang kelas yang penugasannya dilakukan secara bergilir.

Berdasarkan ciri-ciri iklim kelas yang telah dijelaskan, peniliti menetapkan indikator iklim kelas sebagai berikut:

1. Suasana pembelajaran di kelas 2. Hubungan antar warga kelas 3. Aktifitas belajar mengajar

(42)

Pada indikator yang pertama yaitu suasana pembelajaran dikelas, merupakan keimpulan dari suasana pembelajaran dikelas tertib,tenang, jauh dari kegaduhan dan kekacauan. Pada indikator yang kedua yaitu hubungan antar warga kelas, merupakan kesimpulan dari hubungan yang akrab, penuh pengertian, dan rasa kekeluargaan antara civitas sekolah diperlukan dalam iklim kelas, siswa saling menghargai satu sama lainnya, dan terhadap gurunya siswa memiliki rasa hormat yang tinggi. Pada indikator yang ketiga aktivitas belajar mengajar, merupakan kesimpulan dari didalam kelas dapat dilihat adanya aktivitas belajar mengajar yang tinggi. Pada indikator yang keempat yaitu kondisi fisik, kerapian, dan kebersihan kelas, merupakan kesimpulan dari meja dan kursi serta perlengkapan lainnya, yang terdapat di kelas senantiasa ditata dengan rapi dan dijaga kebersihannya, dan siswa ikut merawat kebersihan perabot sekolah dan kebersihan ruang kelas yang penugasannya dilakukan secara bergilir. Pada indikator yang kelima yaitu kedisiplinan siswa didalam kelas, merupakan kesimpulan dari semua kegiatan sekolah diatur dengan tertib, dilaksanakan dan dilakukan dengan penuh tanggungjawab dan merata.

(43)

sedangkan guru dengan senang hati senantiasa bersedia menjawabnya, peneliti tidak menggunakan ciri-ciri tersebut dalam indikator iklim kelas karena sikap mendahulukan kepentingan sekolah lebih berfokus pada kepentingan sekolah dan bukan kepentingan iklim kelas, siswa mendapatkan perlakuan sama tidak digunakan karena setiap siswa didalam sekolah pasti memiliki kesempatan yang sama untuk berperstasi, siswa aktif mengajukan pertanyaan sudah terwakili oleh pernyataan pada indikator variabel motivasi belajar, pada indikator menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.

2.4. Lingkungan Keluarga

2.4.1. Pengertian Lingkungan Keluarga

Ahmadi (2007:167) menyebutkan bahwa keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang mempunyai hubungan sosial relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau adopsi.

Jurnal internasional yang berjudul Family Environment and Children’s

Outcomes, Marjoribanks mengungkapkan:

Much of the development of family environment research relates to Murray’s (1938) theory of personality, which suggested that if the behaviour of individuals is to be understood then it is necessary to devise a method of analysis that “will lead to satisfactory dynamical formulations of external environments” (p. 16). He proposed that an environment should be classified by the kinds of benefits or harms that it provides. If the environment has a potentially beneficial effect, Murray suggested that individuals typically approach the environment and attempt to interact with it. In contrast, if the environment has a potentially harmful effect, individuals attempt to prevent its occurrence by avoiding the environment or defending themselves against it (Marjoribanks 2005:468).

(44)

manusia mengenal lembaga pendidikan yang lain, lembaga pendidikan inilah yang pertama kali ada. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir ahkan sejak dalam kandungan pertama kali dalam keluarga.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud lingkungan keluarga adalah lingkungan tempat suatu kelompok sosial yang kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu dan anak, yang mempunyai hubungan sosial relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau adopsi dimana anak memperoleh pendidikan pertama kali.

2.4.2. Fungsi Keluarga

Oqnum dalam Ahmadi (2007:108) fungsi keluarga itu adalah sebagai fungsi kasih sayang, ekonomi, pendidikan, perlindungan/penjagaan, rekreasi, status keluarga dan agama. Sedangkan Bierstadt dalam Ahmadi (2007:109) keluarga berfungsi sebagai:

1. Bersifat membantu.

2. Mengatur dan menguasai impuls-impuls (dorongan) sekuil. 3. Menggerakkan nilai-nilai kebudayaan.

4. Menunjukkan status.

Sementara itu Ahmadi (2007:110) menyebutkan fungsi keluarga adalah memelihara, merawat, dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.

2.4.3. Faktor-faktor dalam Keluarga

(45)

bahwa faktor-faktor dalam keluarga yang turut mempengaruhi motivasi pada diri seseorang adalah sebagai berikut:

1. Status sosial ekonomi keluarga.

2. Faktor keutuhan keluarga, terutama ditekankan kepada stukturnya yaitu keluarga yang masih lengkap, ada ayah, ibu dan anak, disamping itu keutuhan interaksi hubungan antara anggota satu dengan anggota keluarga yang lain. 3. Sikap dan kebiasaan-kebiasaan orang tua.

Slameto (2010:60-64) menyatakan bahwa faktor-faktor dalam keluarga yang berpengaruh terhadap motivasi adalah sebagai berikut:

1. Cara orang tua mendidik anak. 2. Relasi antar anggota keluarga. 3. Suasana rumah.

4. Keadaan ekonomi keluarga

Dari pendapat-pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi adalah sebagai berikut:

1. Cara orang tua mendidik anak

Orang tua yang terbiasa bersikap lemah lebut dan ramah kepada anak, tetapi tetap memiliki batasan tentang tingkah laku anak, memberikan perhatian serta cenderung memberikan penguatan akan menunjang motivasi pada diri anak.

2. Relasi antar anggota keluarga

(46)

3. Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang sedang belajar. Agar motivasi dapat meningkat perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram.

4. Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi yang baik akan membuat orang tua mampu memberikan kesempatan belajar yang baik di rumah maupun di luar rumah dengan menyediakan berbagai perlengkaan belajar. Hal itu merupakan salah satu penunjang dalam memotivasi anak.

2.4.4. Indikator Lingkungan Keluarga

Slameto (2010:60-64) menyatakan bahwa faktor-faktor dalam keluarga yang berpengaruh terhadap motivasi adalah sebagai berikut:

1. Cara orang tua mendidik anak. 2. Relasi antar anggota keluarga. 3. Suasana rumah.

(47)

2.5.Penelitian Terdahulu

(48)

2.6.Kerangka Berfikir

Belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh perubahan perilaku individu yang disebabkan oleh proses pengalaman baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik, sehingga terjadi perubahan perilaku yang dimiliki oleh pembelajar yang senantiasa menuju ke arah yang lebih baik. Proses belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan siswa yang dilakukan disekolah dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Didalam diri siswa sebagai peserta didik diperlukan adanya motivasi, karena motivasi bukan hanya penyebab belajar, namun memperlancar belajar dan pencapaian hasil belajar yang optimal. Indikator dari motivasi belajar yaitu tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, cepat bosan dengan tugas yang rutin, dan lebih senang bekerja mandiri.

Sardiman (2010:92) menyatakan bahwa motivasi memiliki peranan penting untuk mendorong siswa dalam belajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik ini mampu menumbuhkan semangat belajar dalam diri siswa karena tidak dipengaruhi oleh faktor dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Faktor dari luar yang dapat mempengaruhi belajar siswa diantaranya iklim kelas dan lingkungan keluarga.

(49)

tingkah laku seseorang, sebab dalam melaksanakan tugas sekolah seorang siswa akan terus berinteraksi dengan lingkungan belajarnya.

Iklim kelas yang baik dapat memberikan dorongan untuk bertindak yang mengarahkan pada hasil belajar siswa yang baik. Semakin baik iklim kelas yang dibangun, maka akan semakin baik motivasi belajar siswa. Indikator dari iklim kelas, yaitu : suasana pembelajaran dikelas, hubungan antara warga kelas, aktifitas belajar mengajar,kondisi fisik, kerapian dan kebersihan ruangan kelas, kedisiplinan siswa didalam kelas.

(50)

Berdasarkan uraian diatas, kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat

(51)

2.7.Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi 2006:71).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran pada mata pelajaran Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 2 Salatiga.

2. Ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar siswa kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran pada mata pelajaran Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 2 Salatiga.

(52)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi 2006:130). Sedangkan menurut Sugiyono (2010:61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa kelas X SMK PGRI 2 Salatiga jurusan administrasi perkantoran yang berjumlah 95 siswa. Karena populasi kurang dari 100 maka penelitian ini disebut dengan penelitian populasi.

3.2. Variabel Penelitian

Sugiyono (2010:2) menyatakan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga variabel penelitian yaitu dua variabel bebas (Independen variabel) dan satu variabel terikat (Dependen variabel).

3.2.1. Variabel Bebas (Independen Variabel)

Penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu: 1. Iklim kelas: indikator dari iklim kelas yaitu:

(53)

c) Aktifitas belajar mengajar.

d) Kondisi fisik, kerapian dan kebersihan ruang kelas. e) Kedisiplinan siswa di dalam kelas.

2. Lingkungan keluarga: indikator dari lingkungan keluarga yaitu: a) Cara orang tua mendidik anak.

b) Relasi antar anggota keluarga. c) Suasana rumah.

d) Keadaan ekonomi keluarga.

3.2.2. Variabel Terikat (Dependen Variabel)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar. Indikator motivasi belajar yaitu:

1. Tekun menghadapi tugas. 2. Ulet menghadapi kesulitan.

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4. Cepat bosan dengan tugas yang rutin.

5. Lebih senang bekerja mandiri.

3.3. Metode Pengumpulan Data

(54)

3.3.1. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi 2006:151).

Dalam penelitian ini angket dibuat berdasarkan indikator yang diturunkan dari variabel-variabel, yang disetiap indikator terdiri dari beberapa item soal.

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data tentang iklim kelas, lingkungan keluarga dan motivasi belajar. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah check list dengan skala nominal, dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom jawaban yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi atau dialami oleh responden. Penggunaan

check list ini diharapkan dapat memudahkan responden dalam memberikan jawaban pada setiap item pernyataan dan disediakan 5 kolom ketentuan sebagai berikut:

a. Kolom 1 dengan kriteria selalu (SL) dengan skor 5 b. Kolom 2 dengan kriteria sering (SR) dengan skor 4

c. Kolom 3 dengan kriteria kadang-kadang (KD) dengan skor 3 d. Kolom 4 dengan kriteria hampir tidak pernah (HTP) dengan skor 2 e. Kolom 5 dengan kriteria tidak pernah (TP) dengan skor 1

3.3.2. Dokumentasi

(55)

Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data daftar nama siswa dan jumlah siswa yang menjadi populasi dalam penelitian ini.

3.4. Uji Instrumen Penelitian

Uji instrumen penelitian dilakukan sebelum angket diberikan kepada responden. Tujuan dari uji instrumen adalah untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas, menghilangkan kata-kata yang sulit dipahami, mempertimbangkan penambahan atau pengurangan item.

Instrumen ditentukan oleh tingkat kesahihan dan keterandalan. Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya instrumen tersebut digunakan dalam pengambilan data penelitian.

3.4.1. Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi 2006:168). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Penelitian ini menggunakan validitas internal yaitu menghitung validitas berdasarkan data dan instrumen yang telah dibuat sebelumnya.

(56)
(57)

27 0,530 0,361 Valid Sumber : Hasil pengolahan penelitian data tahun 2013

Berdasarkan hasil uji validitas variabel iklim kelas, lingkungan keluarga dan motivasi belajar yang terdiri dari 38 butir pertanyaan soal untuk N = 30, diketahui bahwa terdapat 37 soal yang valid karena memiliki rhitung> rtabel untuk N

= 30 dengan rtabel 0,361 pada taraf signifikansi 5%. Kemudian terdapat 1 butir soal

yang tidak valid karena memiliki rhitung< rtabel untuk N = 30 dengan rtabel 0,361

pada taraf signifikansi 5%, yaitu nomor 11.

Pernyataan yang valid seluruhnya digunakan untuk memperoleh data, sedangkan untuk pernyataan yang tidak valid tidak digunakan karena indikator pada penyataan yang tidak valid sudah dapat terwakili oleh pernyataan-pernyataan yang valid.

3.4.2. Reliabilitas

(58)

Uji reliabelitas dapat digunakan dengan menggunakan SPSS for windows release 16 dengan memilih menu Analyze, kemudian pilih sub menu Scale, lalu pilih Reliability Analysis. Hasil analisis tersebut akan diperoleh melalui

Cronbach’s Alpha. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s

Alpha> 0,70 (Ghozali 2011:47).

Tabel 3.2

Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen

No. Variabel Cronbach

Alpha

Syarat Minimal Cronbach Alpha

Keterangan

1. Iklim Kelas 0,807 0,70 Reliabel

2. Lingkungan Keluarga

0,808 0,70 Reliabel

3. Motivasi Belajar 0,854 0,70 Reliabel

Sumber: Hasil penelitian pengolahan data tahun 2013

Berdasarkanhasil uji reliabilitas variabel iklim kelas, lingkungan keluarga dan motivasi belajardiperoleh hasil koefisien reliabilitas dengan N = 30,

Cronbach Alpha>0,70 maka dapat dijelaskan bahwa angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam penelitian.

3.5.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah:

3.5.1 Analisis Deskriptif Persentase

(59)

Dimana:

DP : Deskriptif persentase : Nilai yang diperoleh N : Jumlah seluruh nilai (Ali 1993:186)

Metode analisis deskriptif persentase digunakan untuk mengkaji variabel iklim kelas, lingkungan keluarga dan motivasi belajar. Variabel tersebut terdiri dari beberapa indikator yang sangat mendukung dan kemudian indikator tersebut dikembangkan menjadi instrumen (angket).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :

1. Mengumpulkan angket yang telah diisi responden dengan memeriksa kelengkapan.

2. Mengubah skor kualitatif menjadi skor kuantitatif. 3. Membuat tabulasi.

4. Memasukkan dalam rumus deskriptif persentase. 5. Membuat tabel rujukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menetapkan persentase tertinggi

DP =

(60)

b. Menetapkan persentase terendah =

c. Menetapkan rentangan persentase = persentase tertinggi- persentase terendah = 100% - 20%

= 80%

d. Menetapkan skala interval = 5

e. Interval

= rentangan persentase : skala interval = 80% : 5

= 16%

Berikut adalah tabel dan kriteria dari perhitungan di atas:

Tabel 3.3 Kriteria Iklim Kelas

No. Interval Kriteria

1 85% - 100% Sangat Tinggi

2 70% - 86% Tinggi

3 54% - 69% Sedang

4 37% - 53% Rendah

(61)

Tabel 3.4

Kriteria Lingkungan Keluarga

No. Interval Kriteria

1 85% - 100% Sangat Tinggi

2 70% - 86% Tinggi

3 54% - 69% Sedang

4 37% - 53% Rendah

5 20% - 36% Sangat Rendah

Tabel 3.5

Kriteria Motivasi Belajar

No. Interval Kriteria

1 85% - 100% Sangat Tinggi

2 70% - 86% Tinggi

3 54% - 69% Sedang

4 37% - 53% Rendah

5 20% - 36% Sangat Rendah

3.5.2. Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen, yaitu Iklim kelas (X1) dan Lingkungan keluarga (X2) terhadap Motivasi Belajar (Y).

Analisis regresi yang dipergunakan menggunakan rumus:

Dimana:

(62)

: Nilai Koefisien Variabel bebas X1 (Iklim kelas)

: Nilai Koefisien Variabel bebas X2 (Lingkungan Keluarga)

e :Standar eror

3.5.3. Uji Hipotesis

3.5.3.1. Uji Simultan (Uji F)

Uji ini digunakan untuk menguji keberartian persamaan regresi berganda. Dari perhitungan nilai t akan terjadi kemungkinan sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi F < 0,05 atau koefisien F hitung signifikan pada taraf kurang dari 5 % maka Ho ditolak, yang berarti iklim kelas dan lingkungan keluarga secara simultan mempengaruhi motivasi belajar.

2. Jika nilai signifikansi F > 0,05 atau koefisien F hitung signifikan pada taraf lebih dari 5% maka Ho diterima, yang berarti iklim kelas dan lingkungan keluarga secara simultan tidak mempengaruhi motivasi belajar.

3.5.3.2. Uji Parsial (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara iklim kelas, lingkungan keluarga, dan motivasi belajar. Dari perhitungan nilai t akan terjadi kemungkinan sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi t < 0,05 atau koefisien t hitung signifikan pada taraf kurang dari 5 % maka Ho ditolak, yang berarti iklim kelas dan lingkungan keluarga secara parsial mempengaruhi motivasi belajar.

(63)

3.5.3.3. Koefisien Determinasi Simultan (R2 )

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk mempredeksi variabel dependen (Ghozali 2011:97).

Hasil perhitungan R2digunakan untuk mengukur ketetapatan yang paling baik dari analisis regresi linear berganda. Apabila R2 mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya apabila R2 mendekati 0 (nol) maka dapat dikatakan semakin lemah model tersebut dalam menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.5.3.4. Koefisien Determinasi Parsial (r2)

Koefisien determinasi parsial (r2)digunakan untuk mengetahui masing-masing variabel bebas, jika variabel lainnya konstanta terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi parsial masing-masing variabel digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel tersebut. Besarnya pengaruh iklim kelas (X1) terhadap motivasi belajar (Y), dan lingkungan keluarga (X2) terhadap motivasi belajar (Y) dengan cara mengkuadratkan r yang diperoleh.

3.5.4. Uji Asumsi Klasik

(64)

memenuhi asumsi klasik atau tidak. Uji asumsi klasik yang dipakai dalam penelitian ini antara lain:

3.5.4.1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi maka problem multikolinearitas (Santoso 2000:203). Syarat model regresi berganda dapat digunakan, apabila tidak ada hubungan yang sempurna antar variabel bebasnya.

Pengujian multikolineritas dapat dilihat dengan menggunakan program

SPSS for windows release 16. Dari nilai Variance Inflation Factor dan nilai

Tolerance. Nilai Variance Inflation Factor dan Variance Inflation Factor dapat kita lihat pada tabel Coefficients. Antara variabel bebas dikatakan tidak terjadi multikolineritas apabila nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 (Ghozali 2011:105).

3.5.4.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Santoso 2000:208).

Pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan program

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen
Tabel 3.2 Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun rekomendasi berdasarkan hasil penelitian, yaitu: Jurusan Administrasi Pendidikan perlu mempertahankan dimensi-dimensi pada iklim kelas yang dirasa telah cukup

Pranitasari. “Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK N 2 Tegal”. Skripsi,

Dengan adanya banyak faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar akuntansi, maka dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas mengenai hubungan motivasi belajar, iklim

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah tentang pengaruh iklim kelas terhadap efektivitas

Namun muncul hal berbeda pada penelitian Suhendro (2009) dalam penelitiannya berjudul hubungan iklim organisasi sekolah, kecerdasan emosional guru, dan pengetahuan

Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa mengenai iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas X Jurusan Akuntansi pada SMKN

Konstelasi hubungan ini digunakan untuk memberikan arah atau gambaran penelitian yang dilakukan peneliti, di mana persepsi siswa mengenai iklim kelas sebagai variabel bebas atau

Dalam mengukur hubungan antar beberapa variabel seperti pengaruh transformational leadership , iklim organisasi, dan stres kerja, terhadap kompetensi guru,