• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan pemahaman konsep ekosistem berbasis nilai melalui strategi pembelajaran peta konsep (penelitian tindakan kelas di MTsN 39 Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan pemahaman konsep ekosistem berbasis nilai melalui strategi pembelajaran peta konsep (penelitian tindakan kelas di MTsN 39 Jakarta)"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

P't:NINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP EKOSISTEM

BERBASIS NILA! MELALUI STRA TEGI PEMUELAJARAN

PETAKONSEP

(Penelitian Tindakan Kelas di MTsN 39 Jakarta)

•.. セNセG@

..

セN@ セ@

llllllllllllllllllllllllllllilto.

Ulll

Oleh:

TAHMIDAH RAHMI

QN\jセpN|ョQPPTRQ@

d:iri

.

O'??

. .. . . . .

Tgl. : ᄋセM .... '. . NPNVゥGNセNセ@

<:Q.-....

No. lm:lul< :

.Q.J,.Lf.l.:::.9..5.::'.::.cth ..

!.

klasifllcai.! :

-··-···-PROGRAM STODI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKUL T AS ILMU TARBIY AH DAN KEGURUAN

UNIVERSIT AS ISLAM NEGERJ

SY ARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

NILAI MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PETA KONSEP

(Penelitian Tindakan Kelas di MTsN 5 Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

'

Oleh:

Tahmidab Rabmi

NIM. QPTPQVQPPセRNj@

Yang Mengell(ihkan Pe · ng

(

Drs. Abn:aJ Sofyan, M.Pd

NIP.196501151987031020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

.JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAHDAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH

JAKARTA

(3)

Departement of Science Education. Faculty of Tarhiyah and Teaching Science, State Islamic Syarif Hidayatul!ah Jakarta.

This research has aimed to increase understanding concept of ecosystem with integrating values educatio11 with concept map. Method of this research is used classroom action research. This research did at MTsN 5 Jakarta class of VII A amounting to 25 student at teaching year 200812009 in April 21'" until May 121". This classroom action research is cloncluded in two cycles, the first cycle is ecosystem meaning and \he relationship of ecosystem, second cycle ゥセ@ the depend in ecosystem. This research is using Technique Data Collection based on Test Objective and Polling. The data collecting technique was taken objective test and polling. The data analisys result in.first and second cycle, from pretest to post/est, the percentage of average score in understanding concept first cycle is 17, 7 5% an in second cycle is 19%. It can be stated that there is increasing of understanding. The data which supported by statistic result of I-test score (paired sample test) with SPSS version 12. 0. the score of I-test is 5,864 with 2 significant (sig. 2-tailed) is 0,00. With that result, can take a conclusion that biology learning with integrating value with concept map can increase nderstanding student concept.

(4)

Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan limn Pengetahnan Alam (IP A). Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatnllah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep ekosistem dengan berbasis nilai melalui strategi pembelajaran peta konsep. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di MTsN 39 Jakarta pada tahun ajaran 2008/2009 di kelas VII A yang terdiri dari 25 siswa. Penelitian tindakart kelas ini dilakukan dalam dua siklus, siklus pertama mengenai bahasan pengertian ekosistem sampai dengan saling hubungan antara komponen ekosistem, sedangkan bahasan siklus kedua adalah saling ketergantungan dalam ekosistem. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah tes objektif dan kuesioner. Melalui analisis data pada siklus satu dan dua didapat persentase peningkatan rata-rata skor pemahaman konsep siklus satu adalah sebesar 17, 75%, ha! ini di lihat dari kenaikan skor pretes ke postes sedangkan pada siklus dua sebesar 19%.dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa. Peningkatan juga didukung dari perhitungan statistik yaitu menggunakan uji-t (paired sample test) melalui program SPSS versi 12.0, menghasilkan nilai uji-t sebesar 5.864 dengan signifikansi 2 ekor (sig. 2-tailed) sebesar 0,00. Dengan demikian, pembelajaran biologi bemuansa nilai melalui peta konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

(5)

<Bismi(hfiirralimanirrafiim

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dalam bentuk skripsi ini.

Shalawat dan salam senantiasa teruntuk suri tauladan sepanjang masa Nabi

Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi gelar

sarjana pendidikan oleh mahasiswa UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

Terselesaikannya pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

J. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

2. !bu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

3. !bu Nengsih Juanengsih, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA.

4. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd, sebagai dosen pembimbing, alas segala

perhatian, kerendahan hati, keterbukaan pikiran dan bimbingan dalam penulisan

skripsi ini.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan

selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. !bu Dra. Delilah, kepala MTsN 39 Jakarta yang telah memberi izin kepada penulis

untuk mengadakan penelitian bagi penulisan skripsi ini.

7. Kedua orangtua (mama dan abah), kedua kakak dan adikku yang telah

memberikan dukungan yang tak terhingga baik secara moril maupun materiil

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi penulis persembahkan

untuk kedua orangtua tercinta.

8. Teman-teman senasib dan seperjuangan angkatan 2004 Indrianingsih, Lina

(6)

Semoga Allah SWT. membalas semua kebaikan yang telah diberikan

dengan kebaikan pula dan pahala yang berlipat ganda. Akhirnya penulis hanya

dapat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

mempunyai nilai guna bagi yang memerlukannya. Aamiin ...

Jakarta, 10 Desember 2009

(7)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISi ...

v

DAF',fAR TABEL ... viii

DAFTARLAMPIRAN ... ix

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka I. Pemahaman Konsep ... 6

2. Peta Konsep a. Pengertian Peta Konsep ... 9

b. Karakteristik Peta Konsep ... 11

c. Manfaat Peta Konsep ... 12

d. Penyusunan Peta Konsep ... 14

e. Model-model Peta Konsep ... 15

f. Strategi Pembelajaran Peta Konsep dalam Bidang Studi biologi ... J 6 3. Pendidikan Nilai a. Definisi Nilai ... 18

(8)

BAB III

BABIV

D. Hipotesis Tindakan ... 28

METODOLOGI PENELITIAN

(!J·

Tujuan Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ... 29

D. Subjek Penelitian ... 30

E. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 30

F. Tahapan Intervensi Tindakan ... 30

G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 31

H. Data dan Sumber Data ... 32

I. Instrumen Pengumpulan Data ... 32

J.

Teknik Pengumpulan Data ... 34

K'. Kalibrasi Instrumen ... 34

L.' Teknik Analisis Data ... 38

M. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 41

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Temuan Hasil Penelitian

1.

SiklusI ... 42

2. Siklus II ... 46

3. Tanggapan atau Respon Siswa ... 50

4. Analisis Hipotesis Tindakan ... 53

B. Pembahasan ... 55

(9)

B. Saran ... 58

DAFTARPUSTAKA

(10)

Halaman

Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan ... 31

Tabel 3.2 Data dan Sumber Data ... 32

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Konsep Ekosistem Siklus I ... 32

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrwnen Penelitian Konsep Ekosistem Siklus I ... 33

Tabel 3.5 Kriteria Validitas dan Reliabilitas ... 36

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 37

Tabel 3.7 Kategori Indeks Gain ... 38

Tabel 4.1 Persentase Rata-rata Tingkat Pemahaman Konsep Berdasarkan Indikator Siklus !.. ... 43

Tabel 4.2 Pemahaman Konsep Siswa Siklus I ... 44

Tabel 4.3 Persentase Rata-rata Tingkat Pemahaman Konsep Berdasarkan Indikator Si kl us II ... 4 7 Tabel 4.4 Pemahaman Konsep Siswa Siklus 11.. ... 48

Tabel 4.5 Persentase Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Peta Konsep ... 50

Tabel 4.6 Respon Pendidikan Nilai ... 52

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Liliefors ... 53

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Uji Homogenitas ... 54

[image:10.595.51.447.148.550.2]
(11)

Halaman

Lampiran 1 Uji Coba Instrumen Siklus !.. ... 62

Lampiran 2 Kunci Jawaban Uji Instrumen Siklus I ... 67

Lampiran 3 Instrumen Penelitian Siklus I ... 68

Lan1piran 4 Kunci Jawaban Instrumen Siklus I ... 72

Lampiran 5 Uji Coba Instrumen Siklus II ... 73

Lampiran 6 Kunci Jawaban Uji Instrumen Siklus II ... 81

Lampiran 7 Instrumen Penelitian Siklus II ... 82

Lampiran 8 Kunci Jawaban Instrwnen Penelitian Siklus II ... 88

Lampiran 9 Tabel Skor Keterpercayaan Uji V aliditas Instrumen Siklus I ... 89

Lampiran 10 Perhitungan Validitas Siklus I ... 93

Lampiran 11 Tabel Reliabilitas Instrumen Siklus I ... 94

Lampiran 12 Perhitungan Reliabilitas Siklus I ... 98

Lampiran 13 Tingkat Kesukaran Siklus I ... 99

Lampiran 14 Tabel Skor Keterpercayaan Uji Validitas Instnffilen Siklus II ... 101

Lampiran 15 Perhitungan Validitas Siklus II ... I 04 Lampiran 16 Tabel Reliabilitas Instrumen Siklus II ... 105

Lampiran 17 Perhitungan Reliabilitas Siklus II ... 107

Lampiran 18 Tingkat Kesukaran Siklus II ... 108

Lampiran 19 Pemahaman Konsep Berdasarkan Indikator Pretes Siklus I ... I l 0 Lan1piran 20 Pemahaman Konsep Berdasarkan Indikator Postes Siklus I ... 112

Lampiran 21 Pemalrnman Konsep Berdasarkan Indikator Pretes Siklus II ... 114

Lampiran 22 Pemal1aman Konsep Berdasarkan Indikator Postes Siklus II ... 116

Lampiran 23 Uji Nonnalitas Siklus 1.. ... 118

Lampiran 24 Uji Normalitas Siklus II ... 121

Lampiran 25 Uji Homogenitas ... 124

Lampiran 26 Uji-t ... 126

(12)

Lampiran 31 Kisi-kisi Instrumen Siklus I dan II ... 136

Lampiran 32 LKS ... 139

Lampiran 33 Kuesioner Peta Konsep ... 143

Lampiran 34 Kuesioner Pendidikan Nilai ... 144

Lampiran 35 Indikator Siklus l.. ... 148

Lampiran 36 Indikator Siklus II ... 149

Lampiran 37 Pedoman Wawancara Guru ... 150

Lampiran 38 Lembar Penilaian Aktivitas Guru ... 152

Lampiran 39 Catatan Lapangan ... 153

Lampiran 40 Respon dan Rekapitulasi Data Kuesioner Peta Konsep ... 156

Lampiran 41 Dokurnentasi Kegiatan Belajar Mengajar ... 158

(13)

•••

111

Universitas Islam Negeri

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan di Indonesia berpindah dari satu kurikulum ke kurikulum lainnya. Pergantian kurikulum tersebut tidak akan menjadi berguna apabila seorang guru tidak membuka dirinya untuk bisa mengikuti perkembangan zaman dan dunia pendidikan. Seorang guru seringkali diidentikkan sebagai seseorang yang mengetahui segala ha!. Jika seorang guru berhenti belajar dalam memperhatikan dunia pendidikan maka seorang guru akan bisa menjadi tertinggal karena hal-hal dalam dunia pendidikan seringkali cepat berubah.

Seorang guru merupakan ujung tombak dari sistem pendidikan. Seorang guru barns bisa mengevaluasi proses pembelajaran yang sudah dilaksanakannya. Apabila setelah dievaluasi, proses-proses pembelajaran tersebut dikatakan berhasil, maka faktor-faktor penunjang keberhasilan proses-proses pembelajaran tersebut harus dipertahankan, nami,m apabila setelah dievaluasi, proses-proses pembelajaran tersebut dikatakan belum berhasil, maka harus dievaluasi faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab ketidakberhasilan proses pembelajaran tersebut.

(15)

Mata pelajaran Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang

sudah diajarkan kepada siswa semenjak di Sekolah Dasar (SD), meski dengan

nama Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Meskipun demikian, banyak

konsep-konsep Biologi yang sudah dipelajari selama ini masih belum dipahami siswa

Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa menganggap bahwa materi

pelajaran Biologi merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipahami.

Berdasarkan pengamatan peneliti di MTsN 39 Jakarta khususnya

kelas VTIA tahun ajaran 2008/2009, diperoleh informasi bahwa siswa-siswa

selalu belajar biologi dengan cara mencatat materi-materi yang diberikan guru

di papan tulis. Catatan yang diberikan tersebut berbentuk paragraf. Kebiasaan

seperti ini terjadi karena siswa tidak memiliki buku pedoman sehingga proses

pembelajaran yang terjadi di kelas menjadi monoton, dimana guru

memberikan ceramah setelah menuliskan paragraf-paragraf materi di papan

tulis. Siswa kelas VIIA, dalam memahami kembali materi/konsep yang

diberikan adalah dengan menghapalkan konsep yang diberikan guru mereka.

Menurut Wiwik Haryani, proses menghafal seperti ini temyata akan dapat

berdampak negatif pada siswa jika siswa hanya menghafal kata-kata tanpa

memahami maksudnya. Hal ini akan dapat mengakibatkan proses belajar

siswa menjadi tidak bermakna.1

Berdasarkan informasi guru bidang studi mengenai data nilai tahun

ajaran 200712008 untuk konsep ekosistem masih banyak siswa yang belum

mencapai KKM (KKM 55) sehinga dapat disimpulkan oleh guru bidang studi

dan peneliti bahwa tingkat pemahaman siswa MTsN 39 Jakarta untuk konsep

ekosistem tergolong rendah meskipun konsep ekosistem seringkali

dikategorikan konsep yang mudah.

Penyamp1Jian konsep kepildil siswa tanpa penyertaan nilai

menyebabkan afektif siswa menjadi kurang berkembang. Menurut Sumaji,

meskipun unsur-unsur afektif seperti nilai dan sikap sulit diukur, pendidikan

1

Wiwik J-Jaryani, dkk, Penggunaan Peta Konsep sebagai Media Pen1be/ajaran da/am Pencapaian Be/ajar Ber1nakna (Meaningful/ Learning) o/eh Guru Bidang Studi JPS di SMU

(16)

nilai sangat penting pengaplikasiannya dalam kehidupan bennasyarakat.2 Pendidikan yang berbasiskan nilai pada umumnya menyisipkan ataupun mengkaitkan materi pelajaran dengan nilai-nilai yang ada, yaitu nilai religi, praktis, intelektual, pendidikan, dan sosio-politik-ekonomi. Jika nilai-nilai yang ada tersebut dapat dioptimalkan oleh pendidik dalam setiap proses pembelajaran maka diharapkan, siswa tidak hanya menjadi lebih memahami materi dengan analogi-analogi dari nilai tersebut yang mudah dipahami siswa tapi juga memacu siswa dalam berpikir dan mengambil hikmah serta menerapkan dalam keseharian nilai-nilai yang berkaitan dengan materi.

Ketika seseorang mengalami proses belajar maka diharapkan memiliki perubahan dalam diri orang tersebut, perubahan tersebut dapat berupa perubahan kemampuan dan juga sikap yang mengarah kepada kepribadian yang utuh, yaitu tidak hanya mengoptimalkan kemampuan berpikir otak (kognitif) tapi juga kiranya dapat mengoptimalkan keimanan dalam diri seseorang kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta. Dalam kehidupannya bennasyarakat, siswa juga diharapkan dapat menyadari peran manusia sebagai makhluk sosial yang akan dapat dijalankan suatu hari nanti saat mereka sudah memahami bagaimana cara bersikap terhadap orang lain. Dengan adanya penyisipan pendidikan nilai pada materi-materi pelajaran diharapkan seseorang mengalami perubahan kepribadian yang tidak hanya dalam ranah kognitif tapi juga tercapai perubahan pada ranah afektif dan psikomotor.

Berdasarkan pengamatan peneliti, penyisipan nilai dalam setiap bidang studi khususnya biologi belum dilakukan di MTsN 39 Jakarta. MTsN 39 Jakarta adalah sekolah yang berlandaskan agama, sehingga penyisipan nilai dalam pembelajaran penting dilakukan agar perkemb:;ingan kognitif dan afektif siswa menjadi seimbang. Penyisipan nilai nilai dapat diterapkan di semua bidang studi termasuk IPA. Biologi yang merupakan bagian dari IPA memiliki banyak nilai yang dapat digali diantaranya: nilai intelektual, nilai prktis, nilai pendidikan, nilai sosio-politik-ekonomi, dan nilai religi. Suatu

2

(17)

nilai yang dapat digali dari suatu konsep diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir, menambah tingkat keimanan kepada Sang Pencipta, menerapkan hikmah yang terdapat pada materi dalam kehidupan sehari-hari, dan mengoptimalkan ranah afektif.

Proses pembelajaran di MTsN 39 Jakarta khususnya kelas VIIA memerlukan suasana barn dalam pembelajaran terutama dalam ha! strategi pembelajaran yang menyangkut cara penyampaian konsep, pembelajaran yang dilakukan siswa baik di kelas maupun cara belajar siswa di rumab, penyisipan nilai yang berkaitan dengan konsep saat pembelajaran. Untuk mengatasi beberapa permasalaban tersebut maka peneliti melakukan PTK di kelas VIIA MTsN 39 Jakarta. Untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui strategi peta konsep dan dilakukan penyisipan nilai pada konsep ekosistem. Dengan penerapan pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam konsep ekosistem yang berbasis nilai.

B. ldentifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang timbul, yaitu:

I. Pembelajaran yang monoton.

2. Siswa selalu belajar biologi dengan cara mencatat materi-materi yang berbentuk paragraf yang diberikan guru di pa pan tulis.

3. Dal am memahami kembali materi/konsep yang diberikan, siswa menghapalkan konsep tersebut.

4. Tingkat pemahaman konsep siswa tergolong rendah.

(18)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, dilakukan

pembatasan masalah untuk penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

I. Pemahaman konsep yang diukur berupa kognitif.

2. Konsep biologi dalam penelitian ini adalah konsep ekosistem.

3. Nilai yang disisipkan dalam pembelajaran adalah nilai religi dan

intelektual.

D. Perumusau Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimanakah

peningkatan pemahaman konsep ekosistem berbasis nilai melalui strategi

pembelajaran peta konsep?"

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan

pemahaman konsep siswa MTsN 39 Jakarta pad a konsep ekosistem sekaligus

mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep ekosistem.

F. Manfaat Penelitian

I. Guru dapat menjadikan pembelajaran dengan peta konsep sebagai salah

satu altematif strategi pembelajaran agar dihasilkan pembelajaran yang

bermakna.

2. Skripsi ini dapat dijadikan salah satu referensi bagi peneliti lainnya yang

(19)

A. Tinjauan Pustaka

1. Pemahaman Konsep

Menurut Good dalam Resna dalam Rustaman, konsep adalah gambaran dari ciri-ciri suatu objek sehingga dapat membedakannya dengan objek lainnya.1 Menurut Dahar dalam Esty Mulyasari, konsep ada!ah pemahaman dasar.2 Menurut Degeng dalam Pandai Gurusinga,

konsep adalah sekelompok objek, peristiwa atau simbo! yang memiliki ciri umum yang sama dan yang diidentifikasi dengan nama yang sama.3

Menurut Carrol dalam Kardi dalam Trianto, konsep merupakan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Abstraksi yaitu suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambi! elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain.4

Menurut Bruner dalam Pandai Gurusinga, konseptualisasi adalah suatu bentuk mengkategorisasi objek-objek di sekitar sebagai salah satu cara mengurangi kerumitan yang ada pada lingkungan dan untuk mengurangi kebutuhan untuk belajar terus-menerus.5

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu susunan yang dibentuk di da!am otak manusia, yang menggambarkan ciri-ciri suatu objek, konsep dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata. Konsep ada yang bersifat konkrit dan ada juga yang

1

Nuryani Rustaman, Strategi Be/ajar Mengajar Bio/ogi, (Malang: UM Press, 2005), h.50.

2 Esty Mulyasari Kustinl, Efektivitas Proses Pembelajaran Bio/ogi dengan

Menggunakan Strategi Pembe/ajaran Peta Konsep, Skripsi, (Jakarta: UNJ, 2008), h. JO.

3

Pandai Gurusinga, Pen1atifataan Benda-benda Lingkungan untuk Mem1njang

Kegiatan Praktikum IPA Ser/a Pengaruhnya Terhadap Pemahaman Konsep IPA untuk Seka/ah Dasar di Kecantatan Juhar Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara, Laporan Penelitian,

(Medan: !KIP Medan, 1997), h. 22. 4

Trianto, Model-model Pembelajaran lnovatif Berorientasi Konstruktivis, (Jakarta:

Prestasi Pustaka2007), h. 158. 5

(20)

bersifat abstrak. Konsep konkrit dapat dilihat sedangkan konsep abstrak tidak dapat dilihat dan harns dipelajari dengan definisi.

Menurut kertiasa dalam Pandai Gurusinga, apabila seseorang yang telah memahami suatu konsep maka ia akan dapat mengerti maksud dari konsep tersebut, jika disebutkan ciri-ciri yang berkaitan dengan konsep tersebut maka ia akan dapat mengenali ha! yang dimaksudkan tanpa tertukar dengan konsep-konsep lainnya.6 Pengukuran ranah kognitif terhadap penguasaan materi seringkali menggunakan taksonomi Bloom, yaitu: Pengetahuan (Knowledge), Pemahaman (Comprehension),

Penerapan (Application), Analisis (Analysis), Sintesis (Synthesis), Evaluasi

(Evaluation).1 Pemahaman berada pada tingkatan kedua dalam taksonomi Bloom, pemahaman terjadi setelah siswa mengenal konsep dengan baik dan dapat menghubungkannya dengan fakta ataupun konsep lainnya.

Pada suatu proses belajar, jika seseorang memperoleh informasi atau konsep barn namun tidak terdapat informasi atau konsep yang berkaitan atau relevan dengan konsep barn tersebut maka konsep barn terse but akan dipelajari secara hafalan. 8 Pembelajaran secara hafalan dapat juga terjadi meskipun seseorang sudah mengetahui konsep yang relevan dengan konsep barn tetapi konsep barn tersebut tidak dapat ia kaitkan dengan konsep yang sudah ada, pembelajaran seperti ini akan menjadi tidak bermakna. Keterkaitan antara pemahaman konsep terhadap proses belajar adalah erat, yakni apabila seseorang dalam proses belajar seringkali tidak dapat mengkaitkan konsep yang barn dengan konsep yang sudah ada atau dengan kata lain adalah menghafal, maka pemahaman terhadap suatu konsep akan menjadi terhambat.

Suatu pemahaman terhadap suatu konsep dapat terjadi dengan baik apabila dalam kegiatan pembelajaran, guru memperhatikan lingkungan belajar yang mendukung siswa untuk dapat melakukan penyerapan materi pelajaran yang diberikan guru. Adanya siswa yang malas mencatat, malas

6

Ibid, h. 21.

7 Nuryani Ilustarnan, op.cit., h. 65.

(21)

dalam memperhatikan penjelasan guru, tidak berkonsentrasi saat proses pembelajaran merupakan beberapa gejala lingkungan belajar yang kurang baik, hal tersebut akan dapat berpengaruh terhadap siswa-siswa yang lainnya.

Menurut Mastie dan Johnson dalam Baharuddin dalam Pandai Gurusinga, menyatakan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan seseorang untuk menjelaskan atau menerangkan sesuatu dengan bahasanya sendiri, mampu menarik kesimpulan dari hal-hal yang telah dipelajari.9

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman siswa adalah sebagai berikut: 10

I. Usia siswa (tingkat SD, SMP atau SMU),

2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar,

3. Motivasi siswa.

Pemahaman merupakan tingkatan kedua dalam pengukuran ranah kognitif terhadap penguasaan materi menurut Bloom. Suatu pemahaman mencakup kemampuan dalam menangkap arti dan makna yang dipelajari. Pemahaman adalah kemampuan untuk mengenal fakta, konsep, dan prinsip. Seseorang yang memiliki pemahaman terhadap sesuatu maka ia dapat menghubungkan dengan benar antara fakta, konsep, dan prinsip. Sebuah pemahaman tentang suatu konsep dapat terorganisir dengan baik apabila terdapat hubungan antara inti permasalahan atau konsep yang bersifat umum dengan bagian-bagian yang mendukung atau konsep yang bersifat lebih khusus.

Pemahaman suatu konsep terjadi karena adanya kemampuan dalam berpikir, mengetahui, dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsep tersebut Kata kerja operasional yang terkait dengan pengukuran terhadap pemahaman konsep di antaranya yaitu

9

Pandai Gurusinga, op.cit., h. 24.

10 Mar'at, Sikap Mam1sia, Pentbahan, serta Pengukurannya, (Bandung: Ghalia

(22)

menjelask:an, membedakan, menjelaskan, meringkas, memberi contoh, dan

lain sebagainya. 11 Terdapat tiga aspek dalam pemahaman, yaitu:

a. Kemampuan menerangkan (menjelaskan)

b. Pengenalan

c. Kemampuan menginterpretasi atau menarik kesimpulan.

Menurut Sa'dijah, terdapat tujuh ciri soal yang berk:aitan dengan pemahaman konsep, yaitu: menyatak:an ulang sebuah, konsep, mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu · ( sesuai dengan konsepnya ), mem beri contoh dan non-contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih

prosedur atau operasi tertentu, mengaplikasikan konsep.12

Dengan demikian, memahami suatu konsep bukanlah hanya

sekedar mengetahui dan mengingat ap<t yang telah dipelajari atau di<tl<tmi

saja, namun juga melibatkan berbagai kegiatan mental yang lain, seperti

menerjemahkan, menginterpretasi, dan mengekstrapolasi.

2. Peta Konsep

a. Pengertian Peta Konsep

Peta konsep merupakan suatu bagan yang dapat mengorganisir dan

menggambarkan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Peta

konsep ditemukan oleh Joseph D. Novak pada tahun 1970-an saat ia

melakukan penelitian di Universitas Comell.13 Peta konsep

diperkenalkan oleh J.D. Novak dalam bukunya yang berjudul Learning

How to Learn yang diterbitkan pada tahun 1984. Menurut Plotnick

dalam End<th Cristin(!, peta konsep dikembangk:an berdasarkan teori

11

Nuryani Rustaman, op.cit., h. 37-38.

12 Cholis Sa'dijah, "Aspek Pcmahaman Konsep", Artikel, 2006.

1_:,1 J. D. Novak, The Theory Underlying Concept Maps and Holv To Consln1ct and Use

(23)

Ausubel, yang intinya ialah tentang belajar bermakna.14 Menurut Novak dalam Wiwik, keunggulan dari belajar bemmkna diantaranya adalah informasi yang dipelajari dapat diingat lebih lama dan memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi yang mirip.15 Menurut Ausubel dalam Ratna W.D, pengembangan suatu konsep dapat berlangsung dengan baik apabila unsur yang bersifat umum diperkenalkan Iebih dahulu dari unsur yang bersifat lebih khusus, begitu seterusnya.16

Menurut Martin dalam Trianto, peta konsep merupakan ilu$(Tasi gratis yang menghubungkan sebuah konsep tunggal dengan konsep-konsep lain pada kategori yang sama.17 Menurut Susilo dalam Cut Nurmaliah, peta konsep adalah alat untuk mewakili adanya keterkaitan antar konsep dengan bermakna sehingga membentuk preposisi yang dihubungkan dengan garis yang diberi label (kata penghubung) sehingga memiliki arti. 18

Peta konsep adalah cara yang dinamik untuk menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Menurut Kinchin, pengaplikasian peta konsep dalam pembelajaran biologi dapat dijadikan variasi dalam proses pembelajaran di kelas. 19

Menurut Rusmanyah "peta konsep menggambarkan hubungan antarkonsep dalam suatu bah yang bersangkutan".20 Peta konsep merupakan teknik meringkas materi yang

ingin dipelajari dan diproyeksikan kedalam bentuk peta sehingga materi

14

Endah Cristina, Prestasi Be/ajar Biologi Materi Virus pada Siswa SMA yang Menggunakan Peta Konsep de11ga11 Stretegi Berbeda, Skripsi, (Jakarta: UNJ, 2008), h. 6.

15 Wiwik Haryani, dkk, "Penggunaan Peta Konsep sebagai Media Pembelajaran dalam

Pencapaian Belajar Bermakna oleh Guru Bidang Studi !PS di SMU Negeri 2 Kodya Samarinda", Laporan Penelitian, Samarinda, 2000, h. 10.

16 Ratna

Wilis Dahar, op. cit., h. 145. 17

Trianto, op. cit., h. 159.

18

Cut Nurmaliah, dkk, Pe1nbe/ajaran dengan Menggunakan Peta Konsep untuk

Meni11gkatka11 Pemahaman Biologi pada SLTP Mira FKIP UNSY/AH, Laporan Penelitian, (Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2003), h. 2.

19 Ian M. Kinchin., "Reading Scientific Papers for Understanding: Revisiting Watson

and Crick (1953)". Journal of Biological Education King College, London, 2005, akses: 18 Januari 2009, h. 73.

20 Rusmansyah, "Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Kimia Karbon

(24)

tersebut lebih mudah untuk dipahami. Peta konsep bertujuan membuat

materi terpola secara visual dan grafis yang berguna untuk

memudahkan merekam dan mengingat kembali informasi yang telah

dipelajari.

Peta konsep terdiri dari konsep, yang biasanya

konsep-konsep tersebut berada dalam lingkaran, persegi dan tipe-tipe bentuk

lainnya. Konsep-konsep tersebut saling berhubungan yang dapat dilihat

dari adanya garis yang menghubungkan antar dua konsep. Peta konsep

digambarkan secara hirarki, konsep yang bersifat umum diletakkan

diatas, sedangkan konsep yang bersifat lebih khusus diletakkan dibawah

dari konsep umum tersebut. Peta konsep mempunyai garis penghubung

antar dua konsep, garis tersebut dapat membantu kita untuk memahami

hul:mngan antar dua konsep tersebut.

b. Karakteristik Peta Konsep

Peta konsep memiliki karakteristik, yaitu:

I. Memiliki dua buah konsep yang dihubungkan dengan preposisi

sehingga konsep tersebut menjadi bermakna.

2. Adanya garis penghubung yang menghubungkan antar konsep.

Garis ini membantu kita melihat konsep-konsep yang saling

berhubungan.

Peta konsep memiliki sifat idiosinkratik, yaitu sifat yang

menunjukkan bahwa tidak ada peta konsep yang sama persis karena

setiap peta konsep yang dibuat oleh seseorang menunjukkan pengertian

yang unik dalam bidang pengetahuan tertentu. Menurut Dahar dalam

Erman dalam Trianto, peta konsep memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:

I . Peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan

konsep-konsep dan preposisi-preposisi suatu bidang studi.

2. Peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang

(25)

2009.

3. Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Hal ini

menunjukkan bahwa ada konsep yang bersifat lebih inklusif dari

konsep lainnya.

4. Peta konsep dapat terbentuk apabila ada dua konsep digambarkan

di bawah suatu konsep yang lebih inklusif. 21

Ciri ciri peta konsep berdasarkan kegunaannya menurut Ratna

W.Dadalah:

I. Peta konsep memperlihatkan konsep-konsep dan, preposisi pada

suatu bidang studi.

2. Peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu

bidang studi. Dikatakan dua dimensi karena adanya preposisi yang

kemudian menghubungkan antarkonsep, berbeda dengan belajar

hanya dengan mencatat ataupun menghafal tanpa memperhatikan

adanya keterkaitan antarkonsep, dikatakan dengan pembelajaran

satu dimensi.

3. Penempatan konsep-konsep yang dikatakan umum atau inklusif

dan konsep-konsep yang bersifat lebih khusus yang dihubungkan

dengan preposisi.

4. Peta konsep bersifat hirarki.22

c. Manfaat Peta Konsep

Peta konsep dapat digunakan untuk proses pembelajaran

bermakna. Melalui peta konsep yang dibuat oleh siswa bermanfaat bagi

guru untuk mengetahui informasi yang telah diketahui oleh siswa. Peta

konsep juga dapat digunakan sebagai alat evaluasi, untuk mengukur

sejauh mana pemahaman siswa.23 Menurut Ratna W. D, penerapan peta

konsep bertujuan untuk menyelidiki pemahaman yang telah diketahui

21

Trianto, op. cit., h. 159.

22 Ratna Wilis Dahar, op. cit., h. 153-154. 23 Anonim.

(26)

oleh siswa, membantu siswa dalam belajar bermakna, mengungkap konsepsi salah atau miskonsepsi, dan sebagai alat evaluasi.24

Wycoff dalam Novrianti menyatakan bahwa dengan peta konsep dapat meningkatkan daya ingat terhadap sesuatu karena di dalam pembuatan peta konsep terjadi pengulangan, adanya hubungan atau asosiasi, intensitas dan keterlibatan langsung setiap individu. 25 Menurut Lilik Mardingsih, dengan membuat peta konsep, siswa dapat melihat dan memahami keterkaitan antar konsep yang telah dikuasainya.26

Menurut Smith dalam Jufri, peta konsep sangat ideal membantu siswa mengkaji dan memahami perubahan dan organisasi pengetahuan selama proses belajar sehingga menekankan pada aspek konstruktif dalam proses belajar.27 Beberapa keuntungan dari penggunaan peta konsep menurut Ratna W. D adalah peta konsep membuat seseorang menjadi menggunakan pikirannya, dapat melihat hubungan-hubungan yang selama ini tidak dilihat.28 Peta konsep sebagai salah satu strategi dalam belajar bermakna karena membuat siswa untuk berpikir dalam mengkonstruk informasi yang sudah di dapatnya menjadi pengetahuan.29 Menurut Magno dalam Kadir dalam Reni Khaerani, siswa dapat menggunakan peta konsep sebagai rangkuman dari suatu topik pelajaran.30 Melalui peta konsep, siswa dan guru akan terbantu

24

Ratna Wilis Dahar, op.cit., h. 156-160. 25

Novrianti, "Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Mahasis\va Mela1ui Peta

Konsep", 2008, akses: 24 agustus 2008. 26

LiHk Mardiningsih, "'Pembelajaran dengan Menggunakan Tcknik Peta Konsep Suatu Upaya untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep-konsep Fisika", Bu/etin Pelangi Pendidikan, Vol. 4 No. 1, 2001, h. 13.

27

Jufri, "Penggunaan Peta Konsep daJam pembelajaran Lingkungan dan Pelestarian

SDA Hayati untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 MAN 3 Malang", Jurnal Penelitian Kependidikan, No 1, Tahun 14, h. 35.

28 Ratna Willis d。ィ。イセ@ ''"Peta Konsep: Pengungkap Penguasaan kッョウ・ーMォッョウ・ーBセ@

Fasi/itator edisi IV, tahun 2003, h. 23.

29 Meena Kharatma1 and Nagarjuna G.,

A Proposal Jo Refine Concept Mappingfor Effective Science Learning, India, 2006, akses 23 Januari 2009.

30 Reni Khaerani, Peningkatan Motivasi Be/ajar Biologi dengan Menggunakan

(27)

dalam mendapatkan konsep-konsep yang penting yang harus dikuasainya dari suatu materi.31

Manfaat peta konsep, antara lain: a. Membantu siswa untuk belajar bermakna

b. Dengan membuat peta konsep, siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya

c. Melalui peta konsep, guru dapat melihat miskonsepsi yang mungkin terjadi pada siswa

d. Dapat dijadikan alat evaluasi pengajaran

e. Membantu siswa untuk mengidentifikasi kunci konsep f. Membantu siswa untuk mengorganisasi informasi

g. Peta konsep merupakan alat yang efektif untuk menunjukkan kesalahan konsep pada siswa, yang dapat diperbaiki dengan bantuan teman atau guru32

d. Penyusunan Peta Konsep

Peta konsep yang dibuat siswa akan dapat berbeda satu sama lain meskipun pembahasan materinya sama, ha! ini dikarenakan bahwa setiap orang mempunyai kebermaknaan yang berbeda terhadap informasi yang diperolehnya. Kebermaknaan yang berbeda tersebut tertuang dalam hubungan antar konsep.33 Peta konsep sederhana terdiri hanya dari dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu preposisi. Pembelajaran yang bermakna dapat dilihat dari pengkaitan antara informasi baru dengan konsep-konsep yang telah ada sebelumnya dalam ranah kogniti£

Penyusunan peta konsep menurut Dahar dalam Ratna Tanjung adalah:

31 Wiwik Haryani, dkk,

op. cit., h. 5-6.

32

Ratna Tanjung, "Kegunaan Peta Konsep dalam Pengajaran IPA di SMU",

Khazanah Pengajaran IPA vol. I, (Bandung: IMAPIPA, 1996), h. 50.

33 Sri Mulyaningsih 、ォォセ@ "Pengembangan Penuntun Belajar dengan Peta Konsep

(28)

1) Memilih suatu bacaan, misal dari buku pelajaran biologi

2) Menentukan konsep-konsep yang akan dijadikan sebagai topik

3) Mengurutkan konsep-konsep itu dari yang paling umum ke konsep

yang paling khusus

4) Hubungkan konsep-konsep tersebut dengan kata penghubung atau

preposisi

5) Mengevaluasi kembali peta konsep yang telah dibuat untuk

menghindari kesalahan didalarnnya. 34

e. Model-model Peta Konsep

Beberapa model peta konsep, yaitu:

1. Peta konsep "laba-laba"

Peta konsep "laba-laba" memilik:i tema atau topik yang

berada di tengah dan sub tema berada di sekelilingnya. Peta

konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat.

2. Peta konsep hierarki

Peta konsep hierarki merupakan yang paling sering

digunakan dalam pembelajaran. Peta kosep hierarki disebut

juga dengan peta konsep pohon jaringan. Terna berada

paling atas sedangkan sub tema berada di bawah. Peta

konsep hierarki dapat digunakan untuk menunjukkan

informasi dengan hubungan sebab akibat.

3. Peta konsep flowchart

M=o:b Peta konsep flowchart mengorganisasi informasi dengan

. . format gari-garis. Peta konsep flowchart disebut juga

ofP

セ@ dengan peta konsep siklus. Peta konsep jenis ini berguna

untuk menjelaskan kejadian yang terus berulang ke kejadian

awal.

34

(29)

4. Peta Konsep "picture landscape"

セp・エ。@ konsep model ini memberikan

keadaan gambaran permukaan. 35

informasi berupa

セ@

Menurut Nur dalam Trianto, bentuk-bentuk peta konsep, yaitu: I) Pohonjaring (network tree)

Pola hirarkinya hanya beberapa level tetapi sudah memperlihatkan makna.

2) Rantai kejadian (events chain)

Peta konsep berbentuk rantai kejadian digunakan untuk sesuatu ha! yang bersifat berurut atau menjelaskan tentang langkah-langkah dalam suatu proses.

3) Peta konsep siklus

Peta konsep siklus digunakan untuk menjelaskan suatu siklus, yaitu kejadian yang tidak akan ada habisnya, kejadian tersebut akan kembali berulang ke kejadian awal. 36

f. Strategi Pembelajaran Peta Konsep dalam Bidang Studi Biologi

Strategi pembelajaran memiliki pengertian yang hampir sama dengan pendekatan dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran berkaitan dengan perencanaan yang akan dilakukan atau diterapkan dalam suatu proses pembelajaran. Menurut Mawardi Effendi, strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan materi dan kebutuhau siswa agar pemahaman konsep siswa mengenai materi tersebut menjadi baik.37

Pemakaian peta konsep dalam proses pembelajaran dapat dimasukkan ke dalam strategi pembelajaran karena menurut Rustaman, ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran biologi dan salah satunya adalah

35

Anonim, "Kind of Concept Map'', http://classes.aces.uiuc.edu/ACESJOO/Mind/c-m2.html., akses 18 Januari 2009.

36

Trianto, op.cit., h. 161-163.

37

Z. Mawardi Effendi, "Pengaruh Stralegi Pembelajaran dan Sikap Siswa terhadap

IPS pada Pemahaman Konsep di SLTP", Forun1 Pendidikan: Universitas Negeri Padang, No. 1

(30)

pendekatan konsep.38 Pendekatan konsep berarti siswa dibimbing

memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung

dalam materi yang disampaikan. Peta konsep termasuk dalam konteks

strategi pembelajaran karena merupakan pengimplentasian dari pendekatan

atau strategi konsep.

Menurut Arends dalam Nur dalam Trianto, ada empat jenis

strategi belajar, yaitu:

I. Strategi mengulang, berguna untuk membantu mengingat kembali dan

memindahkan memori jangka pendek ke memori jangka panjang.

2. Strategi elaborasi, merupakan proses penambahan rincian pada suatu

informasi baru sehingga konsep yang dimiliki menjadi lebih kompleks.

3. Strategi organisasi, mengorganisasi konsep-konsep yang sudah dimiliki

menjadi suatu konsep yang mudah untuk kembali diingat.

4. Strategi metakognitif, berhubungan dengan kemampuan seseorang

untuk memahami dirinya sendiri dalam menggunakan strategi belajar

yang dapat memudahkannya dalam belajar atau memecahkan suatu

masalah.39

Beberapa keunggulan strategi pembelajaran peta konsep antara

lain:

a. Dapat menangkap seluruh konsep yang ingin disampaikan

b. Menyusun materi belajar dan informasi menjadi lebih praktis

c. Memperlihatkan hubungan berbagai konsep

d. Dapat digunakan untuk proses mengingat kembali materi yang sudah

diberikan

38

Nuryani Rustaman, op.cit., h. 94.

39

(31)

3. Pcndidikan Nilai a. Definisi Nilai

Menurut Golden Allport dalam Suroso, nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.4

°

Kupperman menjelaskan bahwa dalam sudut pandang sosiologi, nilai adalah acuan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif.41 Kluckhohn dalam Brameld berpendapat bahwa nilai '. adalah konsepsi baik secara tersurat maupun tersirat dari apa yang diinginkan, mempengaruhi pikiran terhadap cara dan

tujuan.42 Menurut Suriasumantri dalam F. Winarni, nilai adalah keyakinan yang dipilih dan dipergunakan untuk mempertimbangkan tindakan dalam diri seseorang.43

Menurut Linda dalam Maman Rachman, Nilai terbagi dua kelompok yaitu nilai nurani (values of being) dan nilai memberi (values of giving). Nilai nurani ada dalam diri manusia yang kemudian muncul dalam perilaku, seperti kejujuran, keberanian, cinta damai, disiplin, dll. Nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikkan yang kemudian akan diterma sebanyak yang ia berikan, contohn,(,;a setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, baik hati, dll' 4

Nilai bukan saja menyangkut aspek keyakinan tetapi juga aspek pemahaman, perasaan, dan tingkah laku manusia. Nilai-nilai dalam diri seseorang merupakan ha! yang bersifat tersembunyi. Dalam pendidikan, istilah nilai umumnya digunakan untuk menentukan kriteria kebaikan, harga, keindahan, mutu, atau kepentingan suatu perkara. Nilai membangkitkan pemikiran yang penuh dengan perasaan tentang benda,

40

Suroso Adi Y, Manajemen Alam Su1nber Pendidikan Ni/ai, (Bandung: Mughni

Sejahtera), h. 46. 41

Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabcta,

2004), h. 9.

42 Ibid., h. 10.

43

F. Winarni, "Reorientasi Pendidikan Nilai dalarn Menyiapkan Kepemimpinan Masa

Depan", Cakrawa/a Pendidikan, Februari 2006, tahun XXV No. 1, h. 14 l.

44

Maman Rachman, "Reposis dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi Muda

(32)

3.

pemikiran, tingkah laku dan sebagainya yang memandu perbuatan individu, tetapi tidak semestinya memerlukan perbuatan tersebut. Dari beberapa pendapat di atas, nilai dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan dalam diri seseorang yang akan tercermin dalam pemikiran dan tindakannya. Nilai bukan termasuk faktor bawaan melainkan dapat terbentuk dari lingkungan sebagai wadah berinteraksinya individu.

b. Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Sains

Saat ini, pendidikan nilai menjadi pembicaraan dalam dunia pendidikan. Menurut Sumaji, ilmu pengetahuan alam (sains) mengandung banyak sekali nilai kehidupan. Banyaknya nilai penting kehidupan yang dipelajari dari sains memberi konsekuensi kepada para pendidik untuk dapat mengembangkan sains sebagai salah satu media dalam membentuk pribadi siswa. Dalam ha! ini, siswa diajak menelaah serta mempelajari nilai-nilai dalam sains yang berguna dalam kehidupan bermasyarakat.45

Menurut Nasution, pendidikan nilai adalah suatu proses membantu siswa menjajaki nilai-nilai yang mereka miliki secara kritis agar meningkatkan mutu pemikiran dan perasaan mereka tentang nilai-nilai.46 Menurut Alan J. Bishop nilai merupakan kualitas (tingkatan) afektif yang paling dalam, dari tujuan pendidikan, yang harus diraih dalam kegiatan pembelajaran.47 Pendidikan nilai bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Pendidikan nilai menanamkan kebiasaan tentang ha! yang baik sehingga siswa didik menjadi faham mengenai ha! yang baik dan salah, dengan sendirinya, jika siswa sudah paham tentang nilai-nilai yang baik dan salah maka diharapkan siswa dengan sendirinya mampu merasakan nilai yang baik dan man melakukannya serta menjauhi

45

Anonim, "Pembe/ajaran Sistem Sirkulasi Tubuh Bernuansa Pendidikan Nilai", h.

46

Suroso Adi Y., op. cil., h. 52.

47

Alan J. Bishop, Educating Student Teachers About Values In Malhematics

Education, Faculty of education Monash University Melbourne Australia,

(33)

nilai yang dianggap salah a tau buruk. 48 Nilai merupakan salah satu kunci yang terpenting dalam berbagai macam situasi pengajaran.

Adanya pergeseran nilai-nilai di masyarakat merupakan tantangan dalam dunia pendidikan, masuknya budaya lain tanpa adanya filter menimbulkan terjadinya krisis nilai lokal. Menurut D.J. Corrigan, dkk, "nilai merupakan rasionalitas yang sangat penting dalam proses pembelajaran sains dan matematika" .49 Menurut F. Winarni, pendidikan nilai diperlukan untuk pembentukan generasi pemimpin di masa mendatang yang dewasa dan berbudi luhur sesuai dengan nilai budaya bangsa.50 Sumber nilai adalah hukum yang tertulis dan tidak tertulis melalui model-model di alam untuk dipadukan dengan suara hati peserta didik, kemudian inforrnasi disajikan secara logis/ rasional, kemudian dibandingkan dengan norrna dan disesuaikan dengan kebutuhanf keinginan dirinya, dan kepribadiannya. Implementasi pendidikan nilai dalam pembelajaran sains memiliki landasan-landasan, yaitu:

I) Landasan Filosofis

Ahli filsafat berpendapat bahwa semua nilai merupakan bagian dari alam semesta yang terjadi secara alamiah, tidak ada nilai yang diciptakan oleh manusia. Di Indonesia, terdapat Pancasila yang berfungsi sebagai landasan nilai termasuk juga sistem pendidikan di Indonesia yang berlandaskan Pancasila.

2) Landasan Psikologis/Pendidikan

Aspek psikologis dalam pendidikan ada tiga, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut saling melengkapi satu sama lain. Jika aspek-aspek tersebut dikembangkan secara seimbang maka diharapkan terbentuknya kepribadian yang selaras antara kepintaran, sikap, dan kemampuannya.

48 Dwi Hastuti M., "Pendidikan Karakter: Paradigma Barn Dalam Pembentukan

Manusia Berkualitas'', Makalah falsafah Sains, !PB, akses: 19 Januari 2009.

49

D.J. Corrigan, et all, Values in Science and Mathe111atics Education; Mapping the

Relationships Between Pedagogical Practices and Student Outcomes, jurnal diakses pada 12

(34)

3) Landasan Yuridis

Landasan yuridis sistem pendidikan di Indonesia terdapat dalam UUD

'45 yang selanjutnya dijabarkan ke dalam kurikulum pendidikan.

4) Landasan Agama

Landasan agama dalam implementasi pendidikan nilai memiliki

pengaruh yang cukup besar karena banyak ha! dalam pembelajaran

sains yang dapat dikaitkan dengan agama

5) Land.asan Kultural (Budaya Bangsa)

Indonesia memiliki banyak nilai kebudayaan yang harus dilestarikan

agar warisan adat-istiadat dapat terus dinikmati oleh generasi

mendatang. Pendidikan nilai yang berlandaskan kebudayaan salah

satunya yaitu mengenai sikap seseorang kepada orang lain dan juga

kepada lingkungan. 51

Menurut Darmodjo, ilmu pengetahuan alam (sains) memiliki nilai

sosial (etika, estetika, moral atau humaniora), nilai ekonomi dan nilai

psikologis atau pedagogis, tetapi Spranger membagi nilai menjadi 6 jenis,

yaitu: nilai ekonomi, nilai ilmiah, nilai sosial, nilai kekuasaan, nilai

estetika, dan nilai religius. Menurut Einstein, sains mengandung 5 nilai,

yaitu: nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosial-politik-ekonomi, nilai

pendidikan, dan nilai religius. 52

Menurut Maman Rachman, pendidikan nilai meliputi budi

pekerti, nilai, norma, dan moral.53 Pada penelitian ini, penulis mengambil

pembagian nilai menurut Einstein, yaitu:

1) Nilai praktis

Nilai praktis merupakan nilai kemanfaatan dari suatu bahan yang

dikaitkan dengan kehidupan. Materi-materi biologi berhubungan

dengan kehidupan, oleh karena itu dengan adanya nilai praktis

diharapkan manusia dapat mengaplikasikan materi-materi biologi

yang didapat untuk kehidupan yang sejahtera.

51

Suroso Adi Y., op. cit. h. 53-59.

52 Ibid., h. 47.

(35)

2) Nilai intelektual

Nilai intelektual merupakan kandungan nilai yang berhubungan dengan pemanfaatan aka! manusia untuk memahami sesuatu. Penggunaan aka! atau berpikir dengan menggunakan logika dapat mendorong manusia untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan. 3) Nilai sosial-politik-ekonomi

Nilai sosial-politik-ekonomi berhubungan dengan salah satu karakter ' manusia yaitu sebagai manusia sebagai makhluk sosial. Nilai sosial tertuang dalam berbagai bentuk hubungan bermasyarakat. Kebutuhan bersosial merupakan sudah menjadi hakikat setiap manusia yaitu selalu memerlukan orang lain untuk sebuah keberlangsungan hidup. Penerapan nilai politik berhubungan dengan pengendalian aturan dalam masyarakat. Nilai ekonomi sains berhubungan dengan kebermanfaatan sesuatu terhadap kehidupan manusia. Pada materi-materi biologi, tersirat banyak nilai di antaranya yaitu nilai sosial-politik-ekonomi.

4) Nilai pendidikan

Nilai pendidikan merupakan kandungan nilai dari bahan ajar yang dapat memberi ide atau inspirasi dari alam yang kemudian dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan. Alam menyediakan banyak hal yang dapat dipelajari, ada yang tersurat dan ada juga yang tersirat. Hal-hal yang tersirat di alam harus diteliti lebih mendalam dibandingkan hal-hal yang tersurat.

5) Nilai religius

Nilai religius berorientasi kepada nilai-nilai keimanan sebagai dasar bcrbagai pcmikiran. Nilai religius menyadarkan manusia akan keberadaan Tuhan YME sebagai Sang Maha Pencipta alam semesta.54

Ilmu pengetahuan alam (sains) memiliki banyak nilai yang dapat digali, pendidikan nilai yang disampaikan secara tersirat pada pembelajaran sains diharapkan akan dapat membentuk pribadi yang tidak

(36)

sesama manusia. Hikmah lainnya adalah manusia tidak pantas untuk

menyombongkan diri karena tiada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa

orang lain dan makhluk lainnya.

Pengaruh faktor abiotik disebutkan dalam Quran surat

Al-An 'am ayat 99, yang artinya: "Dan Dia-lah yang menunmkan air hujan

dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu Segala macam

umbuh-tumbuhan, maka Kami keluakan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang

menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang

banyak; dan dari mayang kumza mengurai tangkai-tangkai yang menjulai,

dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima

yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya diwaktu

pohonnya berbuah, dan (perhatikanlah pula) kematangannya.

Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah)

bagi orang-orang yang berim(ln. ". Al-Quran surat An-Naba ayat 13-16,

yang artinya: "Dan Kami j(ldikan pelita yang amat terang (matahari), dan

Kami turunkan dai awan air yang banyak tercurah (hujan), supaya Kami

tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan kebun-kebun yang lebat? ".

Kemudian Al-Quran surat An-Nahl ayat IO, yang artinya: "Dia-lah yang

telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi

minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan yang (pada

tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan temakmu. ".

Suatu ekosistem harus dalam keadaan seimbang antara produsen,

konsumen, dan pengurai agar ekosistem dapat berjalan normal. Nilai yang

dapat digali dari kesimbangan ekosistem adalah nilai praktis yang dapat

dianalogikan kepada kesehatan tubuh manusia yang harus seimbang antara

kesehatan jasmani dan rohani serta keseimbangan dalam peningkatan

kognitif, afektif dan psikomotor agar terbentuk manusia dengan

kepribadian yang utuh. Nilai lain dalam ekosistem yaitu terjadi saling

ketergantungan antar makhluk hidup, hal ini membuktikan bahwa suatu

individu tidak akan dapat bertahan hidup tanpa adanya ketergantungan

(37)

Nilai praktis yang terdapat dalam ekosistem diantaranya adalah:

I) Dengan menganalisis komponen-komponen ekosistem dapat diketahui

bahwa ekosistem tersebut tergolong seimbang atau tidak, sehingga

dapat diprediksi pertumbuhan dan perkembangan suatu populasi yang

akan mendominasi wilayah tersebut.

2) Dengan melakukan inventarisasi sumber daya alam hayati di suatu

daerah dapat diketahui keberadaan suatu populasi dari tahun ke tahun,

sehingga dapat dilakukan pencegahan terhadap tumbuhan yang

jumlahnya mulai menurun agar ekosistem tetap terjaga.

Nilai praktis yang terdapat dalam ekosistem diantaranya adalah

mengetahui perbandingan lahan pemukiman dengan daerah resapan air di

suatu daerah dapat membantu dalam upaya pencegahan dampak negatif

dari pesatnya pemukiman penduduk seperti banjir dan erosi saat musim

hujan dan bahaya kekeringan pada musim kemarau.

Nilai religi yang terdapat dalam ekosistem yaitu adanya fenomena

daur materi yang membuktikan bahwa ada yang mengatur alam ini yaitu

Allah SWT sehingga manusia wajib menyembah-Nya. Sebagai manusia

yang dikaruniai kemampuan dalam berpikir, manusia patut bersyukur atas

penciptaan manusia sebagai makhluk hidup yang paling sempurna

dibandingkan organisme lainnya sehingga semakin bertambah keimanan

dan ketakwaan manusia kepada Allah SWT.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Sri mulyaningsih dalam jumal riset yang berjudul "Pengembangan

Penuntun be/ajar dengan Peta Konsep untuk Peningkatan Pemahaman

Konsep IPA di Sekolah Dasar", memberikan kesimpulan bahwa

pembelajaran dengan peta konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep

IPA melalui bahan penuntun yang sesuai dan lengkap.55

Jufri dalam jumal penelitian kependidikan yang berjudul

"Penggunaan Peta Konsep dalam pembe/ajaran Lingkungan dan Pelestarian

55

(38)

SDA Hayati untuk Meningkatkan Hasil Be/ajar siswa Ke/as 1 MAN 3

Malang'', memberikan kesimpulan bahwa bentuk pembelajaran

menggunakan peta konsep dengan pembentukan kelompok belajar dapat

membantu siswa memahami konsep lingkungan dan pelestarian SDA

hayati.56

Ahmad Riduan dalam skripsi yang berjudul "pengaruh pembe/ajaran

dengan menggunakan peta konsep (concept mapping) terhadap hasi/ be/ajar

biologi", memberikan kesimpulan bahwa penggunaan peta konsep dalam

pembelajaran menyebabkan nilai rata-rata basil belajar biologi lebih tinggi

dibandingkan dengan pembelajaran tanpa peta konsep.57

Neng Friesda Jamilah F dalam skripsi yang berjudul "penerapan

pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep untuk meningkatkan

hasil belqjar siswa pada mata pelajaran biologi", memberikan kesimpulan

bahwa siswa menjadi lebih termotivasi belajar dengan menggunakan peta

konsep.58

Esty Mulyasari Kustini dalam skripsi yang berjudul "Efektivitas

Proses Pembelajaran Biologi dengan Menggunakan Strategi Pembe/ajaran

Peta Konsep ", memberikan kesimpulan bahwa penggunaan peta konsep

dalam pembelajaran biologi dapat membuat proses pembelajran menjadi lebih

bermakna.59

Ratna Tanjung dalam jurnal yang berjudul "Kegunaan Peta Konsep

dalam Pengajaran IPA di SMU", memberikan kesimpulan bahwa rendahnya

prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA disebabkan oleh masih banyaknya

proses pembelajaran yang terpusat kepada guru dan masih banyak pula yang

menggunakan sistem hafalan.60

56 Jufri, op.cit., h. 36. 57

Ahmad Riduan, pengaruh pembelajaran dengan n1enggunakan peta konsep (concept mapping) terhadap hasi/ be/ajar bio/ogi, skripsi, (Jakarta: UIN Syahid, 2005), h. 43.

58 Neng Friesda Jamilah F, "penerapan pembelajaran de11gan nzenggunakan n1etode

pela konsep untuk meningkatkan hasil be/ajar siSlva pada mata pelajaran biologi" skripsi,

(Jakarta: UIN Syahid, 2008), h. 72.

59

Esty Mulyasari Kustini, Efektivilas Proses Pen1belajaran Bio/ogi dengan Menggunalwn Strategi Pembe/ajaran Peta Konsep, skripsi, (Jakarta: UNJ, 2008), h. 60.

(39)

C. Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran, guru berperan dalam banyak ha! di

antaranya yaitu guru berperan sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih, serta

bertindak juga sebagai manajer untuk bisa menciptakan proses pembelajaran

yang efektif. Seorang guru dituntut untuk dapat memiliki banyak strategi,

metode dan teknik pembelajaran untuk bisa menciptakan suasana yang efektif

dalam proses pembelajaran. Peran-peran guru di atas termasuk ke dalam salah

satu faktor eksternal bagi siswa dalam belajar, sedangkan yang termasuk ke

dalam faktor internal siswa yaitu meliputi aktivitas mental siswa yang terdiri

dari serangkaian kegiatan melalui fase-fase tertentu yaitu fase motivasi, fase

konsentrasi, fase mengolah, fase menyimpan, fase menggali, fase prestasi,

dan fase umpan balik.

Untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal maka diperlukan

keterkaitan antara kedna faktor belajar bagi siswa yaitu faktor internal dan

eksternal. Namun, kenyataannya yang terlihat lebih berperan atau dominan

dalam proses pembelajaran tersebut yaitu peran guru dalam menciptakan

susana pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat mengikuti proses

pembelajaran dengan bermakna. Oleh karena itu, seorang guru harus

mempunyai berbagai cara untuk dapat mengkondisikan kelas di antaranya

dengan menerapkan beberapa strategi pembelajaran yang sesuai dengan

materi agar siswa dapat menjalankan pembelajaran yang bermakna dalam

proses pembelajaran.

Penggunaan strategi pembelajaran yang monoton akan dapat membuat

proses pembelajaran tersebut menjadi tidak sehat dan akan dapat

memunculkan permasalahan-permasalahan pada siswa didik.

Permasalahan-permasalahan yang mungkin muncul diantaranya adalah rendahnya

penguasaan konsep-konsep dalam bidang studi biologi dan menurunnya

proses berpikir kreatif siswa dalam mengorganisasi konsep-konsep yang

sudah diperolehnya.

Bidang studi biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang

(40)

biologi yang harus dihapal untuk bisa memahami materi-materi dalam

biologi. Salah satu cara untuk meminimalisir kegiatan menghapal dalam

materi pelajaran biologi maka salah satu strategi yang dapat digunakan oleh

guru yaitu dengan strategi pembelajaran peta konsep.

Dengan membuat peta konsep, siswa menjadi terlatih untuk aktif

berpikir dan memusatkan perhatiannya untuk menjelaskan sejumlah ide-ide

pokok atau konsep dari suatu pokok bahasan. Proses pembelajaran dengan

membimbing siswa terampil membuat peta konsep diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman suatu konsep dengan lebih baik.

Melalui peta konsep, siswa dilatih untuk dapat mengkonstruk

konsep-konsep yang sudah didapatkan menjadi sebuah konsep-konsep yang utuh. Peta

konsep yang dibuat oleh siswa mencerminkan konsep yang telah di dapatnya

dengan pengkonstruksian konsep-konsep tersebut sehingga diharapkan siswa

akan mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Oleh karena itu,

diharapkan penggunaan strategi pembelajaran peta konsep dapat

meningkatkan pemahaman konsep-konsep biologi siswa.

D. Hipotcsis Tindakan

セ@ Penggunaan strategi pembelajaran peta konsep pada konsep ekosistem

(41)

A. Tujuan Peuelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep ekosistem bemuansa nilai melalui strategi peta konsep dan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang nilai-nilai yang terkandung dalam konsep ekosistem.

B. Tern pat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 39 Jakarta, di kelas VII-A pada semester genap tahun ajaran 2008/2009 pada tanggal 21 April-12 Mei 2009.

C. Metode dan Desain Jntervensi Tindakan

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research. Penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian yang dikembangkan berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar di kelas Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaborasi antara guru biologi kelas VII dengan peneliti. Penelitian tindakan kelas terdiri dari beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Perputaran siklus akan berhenti apabila keberhasilan telah tercapai.

(42)

Siklus Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & Mc. Taggart

adalah sebagai berikut:

RetJoct

CYCLE 1

""""''

CYCLJ!2

1

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa MTsN 39 Jakarta

kelas VII-A semester genap tahun ajaran 2008/2009. Jumlah subjek pada

penelitian ini adalah 25 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 11 siswa

perempuan. Pada penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru bidang

studi biologi yang bertindak sebagai observer guna mengamati penelitan yang

dilaksanakan.

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti berperan sebagai guru

bidang studi biologi yang berperan langsung dalam proses pembelajaran

dengan strategi peta konsep di kelas VII-A MTsN 39 Jakarta. Peneliti juga

membuat skenario pembelajaran yang telah didiskusikan sebelumnya dengan

guru bidang studi biologi kelas VII-A.

F. Tabapan Intervensi Tindakan

Gambaran tahapan pembelajaran dengan strategi pembelajaran peta

[image:42.595.62.440.118.624.2]
(43)
[image:43.595.64.443.94.569.2]

Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan

Perencanaan ide awal Mengetahui dan meningkatkan kualitas

pembelajaran

Berdasarkan hasil survei, pembelajaran di sekolah

Temuanawal tersebut, siswa selalu menghafal materi-materi

yang diberikan dalam belajar dan tidak adanya

penyisipan nilai dalam pembelajaran biologi

Kebiasaan menghafal materi pelajaran dapat

I dikurangi dengan penggunaan peta konsep dan

Diagnosa

penyisipan nilai dapat dilakukan dalam

materi-materi biologi.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran biologi melalui

strategi pembelajaran peta konsep. Format tugas:

Perencanaan siswa mengerjakan LKS yang sudah disiapkan dan

membuat peta konsep. Jenis data yang

dikumpulkan: pretes, postes, dan kuesioner.

2 Pelaksanaan Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan

rencana.

3 Evaluasi Mengumpulkan data.

Data yang dikumpulkan dianalisis dan dievaluasi

4 Refleksi sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki

pembelajaran di siklus berikutnya.

G. Hasil Intervcnsi Tindakan yang Diharapkan

Indikator keberhasilan tindakan yang diterapkan kepada subjek

penelitian ditentukan oleh hasil belajar siswa yang diukur melalui postes

dengan indikator keberhasilan tindakan adalah 80% siswa mencapai nilai

2 70. Selain pengukuran melalui tes, indikator keberhasilan tindakan juga

(44)

kemampuan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan

guru, serta kemampuan siswa dalam membuat peta konsep.

[image:44.595.66.439.153.648.2]

H. Data dan sumber Data

Tabel 3.2 Data dan Sumber Data

Jenis data Sumber lnstrumen

Pemahaman konsep Siswa Tes objektif

Pendidikan nilai Siswa Kuesioner

I. lnstrumen Pengumpulan Data

l. Instrumen tes, terdiri dari pretes dan postes berupa tes pilihan ganda.

Kisi-kisi instrumen pretes dan postes dapat dilihat pada tabel 3.3 dan 3.4.

Tabel 3.3 Kisi-kisi lnstrumen Penelitan Konsep Ekosistem Siklus I

Kompetensi Konsep/sub Ranah Kognitif

Jumlah

dasar konsep Cl C2 C3

3, 4, Pengertian dan

5, 6,

satuan makhluk 11

8, 16, 9 11

Menentukan hidup dalam

17,

ekosistem ekosistem

31,34 dan saling

Saling hubungan

ketergantungan dan 27, 28, 15,

antara 22,24 9

keseim bangan 29, 35 21, 25

komponen

ekosistem ekosistem

Jumlah soal 11 5 4

Persentase soal 20

55 25 20

(45)
[image:45.595.60.448.92.596.2]

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitan Konsep Ekosistem Siklus II

Kompetensi Ranah Kognitif Jnmla

dasar Konsep I sub konsep Cl C2 C3 h

3, 8, 9, 14, Menentukan

Pola interaksi 15, 16, 18, 2, 4, 6, 20 ekosistem

organisme 21, 23, 24, 12, 19, dan sating

25,29,31 26,28 hubungan

Daur materi 32, 33, 37, 6

antara 35

38,39 komponen

Jumlah soal 18 8 0

ekosistem 26

Persentase soal (%) 69,2 30,8 0

2. Kuesioner, yaitu mengenai opini siswa terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran peta konsep dan pendidikan nilai. Pengisian lembar observasi ini dengan pemberian checklist pada skala penilaian, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Pilihan jawaban ragu-ragu tidak dimasukkan untuk menghindari banyaknya siswa yang akan memilih jawaban ragu-ragu agar aman yang kemudian akan dapat menjadikan data yang diambil menjadi sulit untuk diukur. Pemberian skor sudah ditentukan untuk setiap pilihan jawaban, untuk pernyataan positif skornya adalah 4,3,2, I mulai dari jawaban sangat setuju sampai pilihan jawaban sangat tidak setuju. Pemyataan negatif skornya adalah 4,3,2,1 mulai dari jawaban sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

3. Catatan lapangan, berg

Gambar

Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan ............................................................
Gambaran tahapan pembelajaran dengan strategi pembelajaran peta
Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan
Tabel 3.2 Data dan Sumber Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Indeks kemerataan di bagian hulu Sungai Saluesem adalah 0,64 (Gambar 3).Nilai indeks kemerataan di perairan Sungai Saluesem mendekati angka 1 menunjukkan bahwa adanya

Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data penelitian tersebut berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas menggunakan bantuan program SPSS

Oleh karena itu Proses pelaksanaan pendidikan tidak hanya di dalam kelas saja, akan tetapi di luar kelas juga dapat dilaksanakan seperti pelajaran pedidikan jasmani olahraga

Analisis tentang Moral Anak di Kelurahan Duwet Kota Pekalongan Dari hasil penelitian yang telah dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data mengenai hasil

Total waktu evakuasi yang diperlukan oleh penumpang kelas ekonomi KMP Jatra II, mulai dari meninggalkan ruang penumpang hingga seluruh penumpang berada pada pintu

Program yang akan dilaksanakan adalah Program Pengembangan Wilayah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dan kepercayaan diri dengan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3

(1) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Keswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d angka 3 mempunyai tugas melakukan