• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola pengasuhan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola pengasuhan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENGASUHAN ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 4 CEGER CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

SYARIFAH LUBNA ASSEGGAF 1110054100046

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya ditunjukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Jakarta, 17 Juli 2014

Syarifah Lubna Asseggaf

(5)

ii

ABSTRAK

Syarifah Lubna Asseggaf

Pola Pengasuhan Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur

Pengasuhan anak merupakan sistem pemeliharaan, pendidikan, serta perlindungan anak dalam tumbuh kembang anak. Pengasuhan adalah cara untuk dapat melindungi, membina, merawat, membimbing dan terpenuhinya kebutuhan dasar anak. Pada dasarnya pengasuhan anak yang paling baik ialah dengan cara pengasuhan yang diberikan oleh orang tua atau keluarga terdekat, namun pada belakang ini banyak anak yang tidak mendapatkan hak asuhnya karena orang tua atau pun keluarga anak tidak dapat memenuhi kebutuhan anak sehingga anak menjadi rawan terlantar bahkan terlantar. Maka dari itu, panti sosial merupakan alternatif terakhir yang dipilih orang tua demi terpenuhinya kebutuhan dasar anak. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik dalam mengambil judul terkait dengan pengasuhan anak di panti, yakni Pola Pengasuhan Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger.

Dari penelitian ini, peneliti merumuskan dua masalah yaitu bagaimana gambaran tentang pola pengasuhan anak terlantar dan bagaimana pola asuh pengasuh terhadap anak terlantar di dalam PSAA PU 4 Ceger. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data peneliti menggunakan teknik observasi atau pengamatan langsung, wawancara, serta studi dokumentasi.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karuniaNya yang telah diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta tidak lupa sholawat serta salam kepada junjungan Nabi yang mulia Muhammad Rasulullah Saw. Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Pola Pengasuhan Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Kesejahteraan Sosial.

Dalam pembuatan skripsi, peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan tidak sempurna. Oleh karena itu, peneliti mohon maaf bila terjadi kekurangan ataupun kekeliruan dalam pembuatan skripsi ini. Peneliti mengharapkan saran dan kritik bagi pembaca. Dengan dibuatnya skripsi, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(7)

iv Dan ucapan terima kasih juga kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial.

3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial dan sebagai Pembimbing Akademik.

4. Bapak Dr. H. Asep Usman Ismail, MA sebagai Dosen Pembimbing. Terima kasih telah banyak meluangkan waktu selama bimbingan, memberikan arahan, sebagai motivator peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta memberikan banyak sekali hal yang bermanfaat bagi peneliti, dan kritik sehingga dapat membangun peneliti dalam penulisan skripsi.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik peneliti dari semester 1 sampai saat ini.

6. Orang tua, Umi dan Abi juga adik-adik Syarifah Zahra Asseggaf dan Habib Segaf Asseggaf beserta keluarga besar lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

7. Sahabat-sahabatku semasa SMP sampai saat ini Sri Rezeki Wahyuningsih (bebek) dan Hanifatul Amelia (manoy) yang selalu memberikan support dan selalu ada jika peneliti membutuhkan.

(8)

v

9. Teman-teman seperjuangan khususnya untuk angkatan 2010 di Kesejahteraan Sosial yang Best of The Best yang selalu kompak dalam hal apapun.

10. Ka Nufus yang selalu dengan senang hati dan sabar membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Dari awal sampai akhir yang setia menjadi mentor.

11. Bapak Dr. H. Aji Antoko, Kepala Panti di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian di PSAA.

12. Bapak H. Nursobah, S.Ag, M.Si , Ibu Dra. Diah H.P, M.Si, Ibu Siti Djulaeha, S.Sos. M.Si, Ibu Devi, Psi dan seluruh pengasuh di PSAA PU 4 Ceger yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4.

13. Anak-anak panti di PSAA yang menerima dan membantu dalam mendapatkan informasi-informasi dalam melakukan penelitian di PSAA PU 4.

14. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang membantu, mendoakan serta mensupport peneliti dalam mengerjakan skripsi ini. Peneliti banyak mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 17 Juli 2014

(9)

vi A. LatarBelakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah …….……….……7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.………8

D. Metode Penelitian.………9

E. Tinjauan Pustaka...………15

F. Sistematika Penulisan .………..16

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengasuhan Anak ……….. 17

B. Pola Pengasuhan Anak ………. 19

1. Pengertian Pola Pengasuhan Anak ………. 19

2. Jenis-jenis Pola Asuh ……….………. 20

C. Anak Terlantar ……….. 21

1. PengertianAnak ....……….………. 21

2. Periode Perkembangan Anak ………..…… 23

3. Permasalahan Anak .……… 27

4. Pengertian Anak Terlantar ……….………. 28

5. Faktor Penyebab Anak Terlantar ……… 29

BAB III PROFIL LEMBAGA A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur 1. Sejarah PSAA ……….………. 31

2. Tugas dan Fungsi PSAA………. 32

3. Visi dan Misi ...……… 34

4. Bagan Organisasi………35

5. Sarana dan Prasarana………..36

6. Sumber Daya Manusia ...………37

7. Kerja Sama dan Jaringan Lembaga...………39

(10)

vii B. Profil Warga Binaan Sosial

1. Tahapan Pengasuhan Anak……….40

a. Tahap Penjangkauan………...………..…….40

b. Tahap Pengasuhan-Pembinaan…..…..……... 42

c. Kembali Ke Masyrakat .………..………....…….46

2. Profil Warga Binaan a. Berdasarkan Usia .….………...47

b. Berdasarkan Latar Belakang Keluarga……..………....…..48

c. Berdasarkan Tingkat Pendidikan………...………..48

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Pola Pengasuhan Anak Terlantar di PSAA PU 4 Ceger………...………...40

1. Profil Informan …………..………...52

a. Informan I (Warga Binaan Sosial)….……….….52

b. Informan II (Warga Binaan Sosial)…….………..…..55

c. Informan III (Warga Binaan Sosial)………….………..….58

d. Informan IV (Pengasuh)………..…………59

e. Informan V (Pengasuh)……….………..…….63

f. Informan VI (Pengasuh)………..………65

B. Pola Asuh Pengasuh Terhadap Anak Terlantar di PSAA ...…...68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………..79

1. Gambaran Umum Pola Pengasuhan Anak Terlantar ….…….79

2. Pola Asuh Pengasuhan Terhadap Anak Terlantar di PSAA PU 4 Ceger………80

B. Saran……….82

(11)

v iii

DAFTAR TABEL

1. Informan Peneliti 2. Sarana

3. Prasarana 4. Jumlah Pegawai 5. Golongan Pegawai

6. Usia Warga Binaan Sosial

7. Latar Belakang Keluarga Warga Binaan Sosial 8. Pendidikan Warga Binaan Sosial

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Brosur Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jumlah anak terlantar di Indonesia kian memprihatinkan, Kementerian Sosial menunjukkan hingga tahun 2012 lalu, masih ada sekitar 4,8 juta anak terlantar di Indonesia. Meningkat dari tahun 2004 yang mencapai 3.308.462 dan tahun 2011 sebanyak 4.339.945 (data BPS). Menanggapi jumlah anak terlantar, kata Menteri PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), setiap tahun melakukan kerjasama dengan BPS meski tidak spesifik. Sedangkan data dari Kemensos terdapat sekitar 4,8 juta anak terlantar di Indonesia, akibat kondisi kemiskinan bukan menjadi korban kekerasan.1

Meningkatnya anak terlantar karena alasan tertentu seringkali orang tua dan/atau keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya sehingga anak menjadi terlantar. Secara umum hak kebutuhan dasar anak meliputi kelangsungan hidup, tumbuh kembang, mendapat perlindungan dan partisipasi.2

Permasalahan sosial anak terlantar cukup meningkat dan membuat permasalahan ini penting untuk diperhatikan. Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk kategori anak rawan atau anak-anak yang membutuhkan penanganan khusus.

1

http://dpr.go.id/id/serba-serbi/majalah-parlementaria diakses pada 17 April 2014. 2

(14)

2

Menghadapi situasi di mana keterlantaran anak tidak dapat dihindari dan upaya lain sudah menemukan jalan buntu, maka pada situasi seperti ini peran dan kewajiban negara sangat dibutuhkan. Peran negara dalam penanganan anak terlantar merupakan bagian dari kewajiban negara (State obligation) untuk memberikan jaminan dan perlindungan kepada semua warganya termasuk anak terlantar yang secara khusus perlu mendapat perlindungan dan jaminan bagi keberadaan dan masa depannya.3

Seorang anak dikatakan terlantar, bukan sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orang tuanya, tetapi, terlantar di sini juga dalam pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, tidak terpenuhinya karena kelalaian, ketidakmengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan. Seorang anak yang kelahirannya tidak di kehendaki, misalnya mereka umumnya sangat rawan untuk diterlantarkan dan bahkan diperlakukan salah (child abuse).

Di wilayah mana pun banyak bukti memperlihatkan bahwa anak-anak selalu merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai proses perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang tengah berlangsung. Di berbagai komunitas, anak-anak sering kali menjadi korban pertama dan menderita, serta terpaksa terhambat proses tumbuh kembang mereka secara wajar karena ketidakmampuan orang tua, masyarakat dan pemerintah untuk memberikan pelayanan sosial yang terbaik bagi anak-anak. Akibat situasi krisis ekonomi yang tak kunjung usai,

3

(15)

3

pemerintah mau tidak mau memang harus menyisihkan anggaran untuk membayar utang dan memperbaiki kinerja perekonomian jauh lebih banyak daripada anggaran yang disediakan untuk fasilitas kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial anak-anak.4Sesuai dengan UU RI No. 23 Thn 2002 Tentang Perlindungan Anak bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Anak terlantar/tanpa asuhan orang tua (6-18 tahun) meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan oleh orang tua/keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tua/keluarga.5

Pada dasarnya pengasuhan dan perlindungan anak yang terbaik ialah anak yang diasuh dan dibesarkan bersama orang tua. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan ini adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir ( UU Perlindungan Anak pasal 14). Alasan pemisahan anak dikarenakan orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar anak mereka.

4

Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak(Jakarta: Kencana, 2010), h. 213. 5

(16)

4

Pengasuhan yang paling tepat ialah pengasuhan yang diberikan oleh orang tua maupun keluarga terdekat. Namun, pada saat ini masih banyak anak yang tidak mendapatkan pengasuhan tersebut karena keadaan yang membuat orang tua maupun keluarga tidak dapat mengasuh anak secara optimal.

Anak yang tidak mendapatkan pengasuhan secara optimal dari orang tua biasanya cenderung berbeda dengan anak-anak yang mendapatkan pengasuhan yang dilakukan orang tua di dalam keluarga.

Pengasuhan anak dalam keluarga yang harmonis merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama pada masa-masa kritis, yaitu usia 0-8 tahun. Kehilangan pengasuhan yang baik, misalnya perceraian, kehilangan orangtua, baik untuk sementara maupun selamanya, bencana alam, dan berbagai hal yang bersifat traumatis lainnya sangat mempengaruhi kualitas kesehatan fisik, emosi, mental, dan spiritual anak. Hal ini sejalan dengan penegasan Rasulullah saw. bahwa menceraikan istri merupakan perbuatan halal yang paling dimurkai Allah. Dalam hadits riwayat dari Ibn Umar ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Perbuatan halal yang paling dimurkai oleh Allah adalah talak” (HR.Abu Daud dan Ibn Majah). Maksudnya, bahwa Allah menghalalkan talak atau perceraian, tetapi Allah membencinya, karena dampaknya yang sangat buruk bagi pertumbuhan mental anak-anak.6

6

DR. H. Asep Usman Ismail,Al-Quran dan Kesejahteraan Sosial : Sebuah Rintisan

(17)

5

Konsep pengasuhan anak di Indonesia didasarkan pada pendekatan yang mengharuskan negara dan masyarakat untuk bekerja sama, UU Kesejahteraan Anak thn 1979 dengan jelas mengatur tentang upaya pemenuhan kebutuhan anak dimana dalam UU tersesbut menyatakan bahwa untuk kebutuhan fisik, psikologis dan sosial anak merupakan tanggung jawab utama orang tua. Selain itu, UU tersebut juga menyatakan bahwa anak yang tidak memiliki orang tua memiliki hak untuk diasuh oleh negara atau lembaga lain.

Saat ini panti sosial merupakan alternatif terakhir dalam menangani permasalahan anak terlantar. Dengan adanya panti sosial, anak terlantar bisa mendapatkan pelayanan-pelayanan sosial berupa pelayanan kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan dasar lainnya.

Panti sosial yang berfungsi menggantikan peran orang tua dalam melakukan pengasuhan merupakan titik awal bagi mereka untuk membentuk identitas diri. Panti asuhan juga bisa dikatakan sebagai tempat kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak-anak terlantar. Mulai anak masuk panti asuhan sampai masa adopsi atau sampai usia 18 tahun. Proses pengasuhan sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Pengasuhan yang dilakukan bukan hanya sekedar memberi makan dan pengetahuan, tetapi juga meliputi kegiatan perawatan, pemeliharaan, bimbingan, pembinaan dan pendidikan.7

7

(18)

6

Dalam menangani permasalahan ini telah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat dalam mendirikan organisasi atau lembaga khusus untuk menanggulangi permasalahan sosial dengan mendirikan panti-panti sosial. Salah satunya Dinas Sosial Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang bertugas untuk memberikan pelayanan, pembinaan dan pengasuhan anak terlantar adalah Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger (PSAA PU 4).

Tujuan pokok dan fungsi PSAA PU 4 ini memberikan pelayanan, kepada anak terlantar yaitu anak yang tidak memiliki orang tua, ayah, ibu, keluarga atau keluarga terdekat dan tidak mampu secara ekonomi yang bertujuan guna untuk anak terlantar memiliki IPTEK, IMTAQ, sehat jasmani dan rohani serta dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan dapat hidup layak secara normatif.

Masalah yang terdapat di PSAA PU 4 Ceger ialah anak-anak yang hampir terlantar bahkan terlantar. Terlantar bukan hanya tidak mempunyai orang tua atau keluarga terdekat, tetapi juga terlantarnya kebutuhan fisik, mental, sosial dan spiritual. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar seperti kebutuhan pendidikan, kesehatan, tumbuh kembang anak, perlindungan, kesejahteraan, dan partisipasi anak.

Dengan adanya PSAA PU 4, anak terlantar bisa mendapatkan kebutuhan dasar mereka yang meliputi perlindungan, tumbuh kembang, kesehatan serta pendidikan.

(19)

7

diterlantarkan.8 Dikarenakan orang tua tidak mampu untuk membiayai sekolah anak mereka sehingga PSAA merupakan jalan terakhir untuk dapat menyekolahkan anak mereka sampai lulus atau selesai (tingkat SMK). PSAA PU 4 memfasilitasi akses terhadap pendidikan mulai dari biaya sekolah, perlengkapan sekolah sampai dengan transportasi mereka dengan syarat mereka mau tinggal di panti sampai mereka menyelesaikan sekolah mereka.9

Terkait masalah di atas, penulis tertarik ingin mengkaji permasalahan ini secara lebih mendalam dalam bentuk penelitian skripsi yang berjudul “Pola Pengasuhan Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Jakarta Timur”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan penulis analisis pada tulisan ini dan penulis membatasi hanya pada pengasuhan anak terlantar di panti sosial asuhan anak putra utama 4 ceger. 2. Rumusan Masalah

Agar dapat mempermudah penjelasan permasalahan anak terlantar, maka penulis merumuskan masalah pada :

8

Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak,h. 219. 9

(20)

8

1. Bagaimana gambaran umum pola pengasuhan anak terlantar oleh PSAA PU 4 Ceger ?

2. Bagaimana pola asuh pengasuh terhadap anak terlantar di dalam PSAA PU 4 Ceger ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui gambaran umum pola pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.

b. Mengetahui bagaimana pola asuh pengasuh terhadap anak terlantar di dalam PSAA PU 4 Ceger .

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

- Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa menambah informasi bagi pengembang Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.

- Penelitian ini juga diharapkan menjadikan atau memberikan sumber pengetahuan bagi kompetensi pekerja sosial dalam pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.

b. Manfaat Praktis

(21)

9

- Merupakan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya di pekerjaan sosial terkait pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam memperoleh data dan menganalisa data. Sumber yang diperoleh dapat menjadi bahan dalam menjawab permasalahan yang peneliti teliti.

Metode penelitian melibatkan berbagai macam teknik pengumpulan, analisis, serta interpretasi yang dikemukakan peneliti dalam kerja penelitiannya.10

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualititatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.11Dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati. Pendekatan ini digunakan karena peneliti ingin mendeskripsikan tentang pengasuhan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Jakarta Timur.

10

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur,Metodologi Penelitian Kualitatif(Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012)., h. 737.

11

(22)

10

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang telah di teliti.12

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Jakarta Timur. Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Mei 2014.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kondisi yang alami, sumber data primer, dan lebih banyak pada teknik observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi.13

12

Prof. DR. Lexy J. Moleong, M.A.Metode penelitian kualitiatif(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)., h. 11.

13

(23)

11

a. Observasi

Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu. Tetapi tidak semua perlu diamati oleh peneliti, hanya hal-hal yang terkait atau yang sangat relavan dengan data yang dibutuhkan.14

Observasi yang peneliti lakukan adalah mengamati bagaimana peran pengasuh dalam memberikan pengasuhan kepada anak, kondisi anak yang menerima pengasuhan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pengasuh dan anak.

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif lebih menekankan pada teknik wawancara, khususnya wawancara mendalam (depth interview). 15

Teknik wawancara peneliti gunakan untuk mendapatkan berbagai informasi yang peneliti butuhkan salah satunya pola pengasuhan

14

Ibid.,h. 165. 15

(24)

12

yang diberikan oleh panti maupun pengasuh kepada anak. Peneliti melakukan wawancara dengan pengasuh dan warga binaan sosial. c. Dokumentasi

Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi dapat dipahami sebagai setiap cacatan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang dipersiapkan maupun yang tidak dipersiapkan untuk suatu penelitian. Data dalam penelitian kualitatif pada umumnya diperoleh dari sumber manusia melalui observasi dan wawancara. Di samping itu, ada pula sumber bukan manusia, antara lain berupa dokumen, foto dan bahan statistik.16

Peneliti melakukan studi dokumentasi dalam pengumpulan data. Dokumentasi yang peneliti dapatkan seperti foto dan arsip-arsip panti yang berisi form-form.

5. Teknik Pemilihan Informan

Dalam memilihan informan, peneliti tidak mementingkan generalisasi. Penentuan sampel penelitian tidak secara random karena dianggap tidak penting. Oleh karena itu, sampel ditentukan secara sengaja sehingga sampel penelitian tidak perlu mewakili populasi. Adapun pertimbangan sampel bukan berdasarkan pada aspek keterwakilan populasi di dalam sampel. Pertimbangannya lebih pada kemampuan sampel (informan) untuk memasok informasi selengkap mungkin kepada peneliti.17

16

Ibid.,h. 200. 17

(25)

13

Tabel 1 Informan Peneliti Informasi yang di

cari

Informan Metode atau

wawancara

Jumlah

Pola Pengasuhan Anak Terlantar di PSAA

- Pengasuh

- Kepala Seksi

(Ka. Sie

Bimbingan dan Penyaluran dan Ka Sie Assesment dan Identifikasi) pengumpulan data terbagi menjadi dua, seperti:

a. Data Primer

(26)

14

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi tidak langsung seperti perpustakaan.

7. Analisis Data

Analisis data untuk penelitian kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-memilahnya menjadi satuan unit yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa-apa yang dipelajari dan memutuskan apa-apa-apa-apa yang dapa-apat diceritakan kepada orang lain.18

8. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif sering kali dinyatakan tidak ilmiah sehingga kurang bisa dipertanggungjawabkan dari berbagai segi. Dengan alasan itulah dalam penelitian kualitatif perlu dilaksanakan pemeriksaan keabsahan data sebagai usaha untuk meningkatan derajat kepercayaan data. Pemeriksaan keabsahan data memakai Triangulasi.

Peneliti memeriksa keabsahan data dengan cara triangulasi, peneliti mengomparasikan hasil data yang diperoleh dari observasi dengan dengan wawancara serta mengomparasikan hasil temuan data dari informan yang satu dengan yang lainnya di tempat dan waktu yang berbeda.19 Penelti menggunakan triangulasi sumber.

18

Ibid., h.247. 19

(27)

15

9. Teknis Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan, penulis mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. E. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengkaji tulisan ini ada beberapa tulisan yang membahas tentang pola pengasuhan. Peneliti menemukan skripsi sebagai berikut:

Nama : Fatmawati

NIM : 107054102679

Judul Skripsi : Pola Pengasuhan dan Perlindungan Anak Di Taman Anak Sejahtera

Jurusan : Kesejahteraan Sosial Tahun : 2011 M/1432 H

(28)

16

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan. Merupakan pedoman yang menjelaskan latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis. Merupakan bab yang melandasi pemikiran teori- teori yang berkaitan dengan pola pengasuhan anak terlantar. BAB III : Gambaran Umum Lembaga. Bab ini menggambarkan sejarah

berdirinya panti, visi dan misi panti, struktur organisasi panti, kerjasama panti dan yang berkaitan dengan lembaga.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Analisis yang merupakan gabungan dari hasil pengumpulan data dengan beberapa konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini.

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengasuhan Anak

Pengasuhan anak adalah sistem pemeliharaan, pendidikan, perlindungan anak dan/atau harta bendanya hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri demi kepentingan terbaik anak sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, kesejahteraan, dan permanensi dari orang tua, atau pihak-pihak lain yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak.1

Dengan mengacu kepada konsep dasar tumbuh kembang anak, maka secara konseptual pengasuhan anak adalah upaya orang dewasa dalam lingkungan keluarga guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang (asuh, asih, dan asuh) dengan baik dan benar, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.2

Pada dasarnya pengasuhan anak merupakan kegiatan dimana anak dibimbing, dibina, dirawat, dilindungi dan dipenuhinya kebutuhan dasar anak yang dilakukan oleh orang tuanya maupun keluarga. Namun pada saat ini banyak orang tua maupun keluarga tidak dapat memberikan pengasuhan kepada anak mereka. Kondisi orang tua ataupun keluarga yang tidak mampu untuk memberikan kebutuhan dasar dalam mengasuh anak mereka.

, Operasional Program Kesejahteraan Sosial

Anak( , !"##), $% & '

(30)

18

Jika ditentukan bahwa pengasuhan di dalam keluarga tidak dimungkinkan atau tidak sesuai dengan kepentingan terbaik anak, maka pengasuhan berbasis keluarga pengganti melalui orang tua asuh, perwalian dan pengangkatan anak harus menjadi prioritas sesuai dengan situasi kebutuhan pengasuhan anak. Sesuai dengan Undang-undang RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa pengasuhan anak ditunjukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual dan maupun sosial.

Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di luar panti sosial, perorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembaga-lembaga tersebut. Pengasuhan tersebut melalui bimbingan, pemeliharaan, perawatan, dan pendidikan secara berkesinambungan, serta dengan memberikan bantuan biaya atau fasilitas lain untuk menjamin tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial, tanpa mempengaruhi agama yang dianut anak.3

Pengasuhan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan alternatif terakhir dari pelayanan pengasuhan alternatif untuk anak-anak yang tidak bisa diasuh di dalam keluarga inti, keluarga besar, kerabat, atau keluarga pengganti.4

3

Ahmad Kamil,Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 76.

4

(31)

B. Pola Pengasuhan Anak

1. Pengertian Pola Pengasuhan Anak

Pola pengasuhan anak ialah bentuk yang diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak. Dalam pengasuhan biasanya orang tua melakukan atau menerapkan gaya pengasuhan anak sesuai dengan yang mereka terima dari orang tua mereka.

Dasar-dasar pengasuhan anak menurut al-Quran tercermin dalam firman Allah swt yang berikut: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberimu

pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl : 78).

Surah an-Nahl ayat 78 di atas sejalan dengan pandangan mazhab konvergensi yang menyatakan bahwa pendidikan anak itu dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir dan faktor empiris, yakni pola pengasuhan sejak lahir mencapai kematangan dan kedewasaan.5

Menurut John W. Santrock isu bawaan-pengasuhan adalah perdebatan yang menyangkut sajauh mana perkembangan dipengaruhi oleh bawaan atau pengasuhan. Bawaan (nature) merujuk pada warisan biologis organism; pengasuhan (nurture) merujuk pada pengalaman lingkungan. Para pendukung faktor “bawaan” menyaktakan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi perkembangan adalah warisan biologis. Para pendukung faktor “pengasuhan”

4

(32)

menyaatakan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi perkembangan adalah pengalaman lingkungan.6

Pola pengasuhan yang komunikatif, empatik dan penuh pengertian akan menumbuh kembangkan rasa percaya diri pada anak (Rumadi, 2005).7

2. Jenis-Jenis Pola Asuh

Menurut Agoes Dariyo dalam buku Psikologi Perkembangan (Anak Tiga Tahun Pertama), Baumrind menyebutkan bahwa ada 4 jenis pola pengasuhan, seperti:

a. Pola Asuh Otoriter

Dalam pola asuh ini orang tua merupakan hal sentral artinya segala ucapan perkataan maupun kehendak orang tua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anak. Supaya taat, orang tua tak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anak. Orang tua beranggapan agar aturan itu stabil dan tidak berubah, maka seringkali orang tua tidak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik atau membantahnya.

b. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif, orang tua justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan dan kebebasan secara luas kepada anak. Orang tua seringkali menyetujui terhadap semua dengan tuntutan dan kehendak anak. Dengan demikian orang tua tidak punya kewibawaan. Akibatnya

6

John W. Santrock,]^ _ ` a`Edisi ke 11 Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 25.

7

(33)

segala pemikiran, pemdapat maupun pertimbangan orang tua cenderung tidak pernah diperhatikan atau diabaikan oleh anak.

c. Pola Asuh Demokratis

Ini berarti gabungan antara pola asuh otoriter dan permisif dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orang tua. Baik orang tua maupun anak mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide, atau pendapat untuk mencapai suatu keputusan.

d. Pola Asuh Situasional

Pola asuh ini kemungkinan besar individu yang menerapkan pola asuh itu tak tahu apa nama dan juga jenis pola asuh yang dipergunakan. Jadi pola diatas tidak berpatokan atau parameter khusus yang menjadi dasar bagi orang tua untuk membimbing si anak.8

C. Anak Terlantar 1. Pengertian Anak

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (UU RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak). Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anak-anak merupakan fase di mana anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya. Oleh karena itu

8

Agoes Dariyo,op qr st su qov wr v x y z{ u z{(Anak Tiga Tahun Pertama)(Bandung: PT Refika

(34)

penting untuk diperhatikan keberadaannya, karena selain krusial juga pada masa itu, anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau keluarga sehingga secara mendasar hak dan kebutuhannya dapat terpenuhi secara baik.9

Di dalam keluarga orangtualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dala masyarakat. Mengingat masa anak-anak dan remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan fisik, mental dan psikososial, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak dalam mengarahkan perkembangannya amatlah krusial. Oleh karena itu keluarga merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri. Sikap orang tua terutama tercermin pada pola pengasuhannya yang mempunyai sumbangan yang cukup besar dalam perkembangan kepribadian anak. Perkembangan kepribadian dapat dilihat antara lain dari kemandirian dan perilaku anak.10

a. Hak dan Kebutuhan Anak

Menurut Suradi dalam Perlindungan Anak Berbasis Organisasi Lokal

dalam Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial adalah ada empat hak anak yang perlu diberikan agar anak-anak

}

~ €‚ ƒ „ €…ƒ† ‡ …ˆ … ‰ … ‰Š „‹ … ‡Œ‰ …‚,Ž  ‘’ “”‘‘u •’ “––u“–—’w’ ˜™ Ž– ’ š’Dalam

Pelayanan Sosial Anak Terlantar, (›…‚ … €ƒ …œ~… €ƒž ‰Š„‹  … ‡Ÿ , ¡¢¢ £¤, ¥ ¦§ ¦ ¨©

(35)

dapat tumbuh kembang secara optimal, yaitu Kelangsungan hidup, Perlindungan, Pengembangan diri, dan Partisipasi.

Selanjutnya berdasarkan hak anak-anak tersebut, kebutuhan anak yang perlu dipenuhi, yaitu Kebutuhan fisik, Kebutuhan belajar, Kebutuhan psikologis, Kebutuhan religious, dan Kebutuhan sosial11

2. Periode Perkembangan Anak a. Masa Remaja

Secara umum, yang tergolong remaja adalah mereka yang berada pada usia 13-21 tahun. Cirri lain yang cukup menonjol pada diri remaja ialah sifat revolusioner, pemberontak, progresif yang cenderung ingin mengubah kondisi yang mapan. Apabila sifat ini terarah dengan baik, maka mereka dapat menjadi pemimpin yang baik di masa depan, sebaliknya bila tidak terbimbing dengan baik, mereka cenderung akan merusak tatanan dan nilai-nilai sosial masyarakat.12

Batasan seorang remaja dimulai dari usia 13 sampai dengan usia 21 tahun. Periodisasi remaja terbagi menjadi 3 bagian yakni remaja awal (early adolescence 13-15 tahun), remaja tengah

³³

´ µ¶ · ¸ ¹º»¼ ½¾ ¿À ÁuÀ  ÃÀÄÀÃÅƼ½Ç ÃÈ ¿ÈOrganisasi Lokal ( É·Ê·¶Ë· ÌÍ µ η ËÍ ÏÐ ÏÑ ¹ ˹·Ð

Í Ï¶Ò·Î·Ñ·Ó·ÐÔÏ ÎÏÕ·ÓË϶· ·Ð´Öι·ÑÌ×· ¸·ÐÍ Ï Ñ·Ë ¹Ó·Ð¸·ÐÍ ÏÐØÏÒÙ·ÐطдÖι·ÑÚÏÛ· ¶ËÏÒÏдÖι·Ñ ÜÝ, Þ ßßàá, Ó âã ãâ

³ä

(36)

(middle adolescence 16-18 tahun) dan remaja akhir (late adolescence19-21 tahun).13

Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.14

b. Aspek-aspek Perkembangan 1) Fisik

Proses perkembangan fisik ditandai dengan perubahan ukuran organ fisik eksternal (tangan, kaki, badan) yang makin membesar, memanjang, melebar atau makin tinggi. sementara itu, perubahan organ internal ditandai dengan makin matangnya sistem syaraf dan jaringan sel-sel yang makin kompleks, sehingga mampu meningkatkan kapasitas fungsi hormon, kelenjar maupun keterampilan motoriknya.

ìí

îï ðñ òóôõ8.

14

Prof Dr. Mohammad Ali dan Prof Dr. Mohammad Asroriö÷ðø ùú ùûðüý þÿÿ(Jakarta: PT

(37)

2) Kognitif

Perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berfikir (thinking), memecahkan masalah (problem solving), mengambil keputusan (decision making), kecerdasan (intelligence), bakat (aptitude).15

3) Emosi

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosi menunjukansifat yang sensitive dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai situasi atau sosial, emosinya bersifat negative dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung). Sedangkan pada remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.16

, , !

6

(38)

"6

4) Sosial

Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. pemyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realita sosial, situasi dan relasi. Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.17

5) Kesadaran Agama

Menurut Wagner, bahwa banyak remaja menyelidiki agama sebagai suatu sumber dari rangsangan emosional dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi agnostic atau atheis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan sendiri.18

17

#$ % &'(h. 203

18

(39)

3. Permasalahan Anak

Permasalahan anak pada umumnya dikatagorikan ke dalam tiga konsep, yaitu perlakuan salah terhadap anak atau PSTA (child abuse atau child maltreatment), penelantaran anak (child neglect), dan eksploitasi anak (child exploitation). PSTA meliputi (Suharto, 1997:365):

a. PSTA secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap anak dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian kepada anak. Terjadinya PSTA secara fisik umumnya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai orang tuanya, seperti anak nakal atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air, kencing atau muntah di sembarang tempat, memecahkan barang berharga.

b. PSTA secara psikis meliputi penghardikan, penyampaian kata-kata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar dan film pornografi pada anak. Anak yang mendapat perlakuan ini umumnya menunjukan gejala perilaku maladaptive, seperti menarik diri, pemalu, menangis bila didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu dengan orang lain. c. PSTA secara seksual dapat berupa perlakuan pra-kontak seksual

(40)

68

d. PSTA secara sosial dapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak. penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh-kembang anak. eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga maupun masyarakat.19

4. Pengertian Anak Terlantar

Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar baik fisik, mental spiritual dan sosial (UU RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak). Keterlantaran tersebut dikarenakan orang tua maupun keluarga tidak mampu untuk memberikan kebutuhan dasar anak sehingga anak menjadi terlantar. Kebutuhan dasar anak seperti tumbuh kembang, hidup yang layak, pendidikan dan kesehatan.

Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk katagori anak rawan atau anak-anak membutuhkan perlindungan khusus (children in need of special protection). DalamBuku Pedoman Pembinaan Anak Terlantar yang dikeluarkan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur (2001) disebutkan bahwa yang disebut anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasarnya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, msupun sosial.20

19

Edi Suharto, Ph.D.78 9 :; <=u<7; >?; @; A;t 78 9 : 8@B;? ;A ; <C; A? ;tD ( Bandung: PT

Refika Aditama, 2005). h. 160.

20

(41)

Penelantaran anak dicirikan oleh kegagalan dalam memenuhi kebutuhan dasar anak. Penelantaran bisa berupa penelantaran fisik, pendidikan dan emosional:

- Penelantaran fisik meliputi penolakan atau penundaan dalam mencari perawatan kesehatan; peninggalan; pengusiran dari rumah atau penolakan terhadap kembalinya anak yang minggat; dan pengawasan yang kurang memadai.

- Penelantaran pendidikan mencakup pembiaran kebiasaan bolos yang parah, tidak mendaftarkan anak usia sekolah ke sekolah, dan tidak memenuhi kebutuhan pendidikan khusus anak.

- Penelantaran emosional mencakup tindakan seperti tidak adanya perhatian terhadap kebutuhan anak akan kasih sayang; penolakan atau ketidakmampuan untuk memberikan kepedulian psikologis yang perlu; penyiksaan pasangan di depan anak; dan pembiaran penggunaan alcohol dan obat-obatan oleh anak.21

5. Faktor Penyebab Anak Terlantar

Karena alasan tertentu seringkali orang tua dan/atau keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya sehingga anak menjadi terlantar. Keterlantaran pada anak secara garis besar disebabkan dua faktor yakni: a. Faktor ketidaksengajaan atau dengan perkataan lain karena kondisi

yang tidak memungkinkan dari orang tua dan/atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan anaknya.

MN

(42)

b. Faktor kesengajaan untuk menelantarkan anaknya karena rendahnya tanggung jawab sebagai orang tua dan/atau keluarga terhadap anaknya.22

Ciri-ciri yang menandai seorang anak dikatagorikan terlantar adalah:

pertama,mereka biasanya berusia 5-18 tahun, dan merupakan anak yatim, piatu, atau anak yati piatu. Kedua, anak yang terlantar acap kali adalah anak yang lahir dari hubungan seks di luar nikah dan kemudian mereka tidak ada yang mengurus karena orang tuanya tidak siap secara psikologis maupun ekonomi untuk memelihara anak yang dilahirkan. Ketiga, anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya atau keluarga besarnya, sehingga cenderung rawan diperlakukan salah. Keempat, meski kemiskinan bukan satu-satunya penyebab anak diterlantarkan dan tidak selalu pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya. Tetapi, bagaimanapun harus diakui bahwa tekanan kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan fasilitas dan memenuhi hak anaknya menjadi sangat terbatas. Kelima, anak yang berasal dari keluarga yang

broken home, korban perceraian orang tuanya, anak yang hidup di tengah kondisi keluarga yang bermasalah-pemabuk, kasar, PHK, terlibat narkotika dan sebagainya.23

cc

def g h iej e kl m nogpqr,st uv wx yz wuw{x y||uy|}xwx ~t| x €xDalam Pelayanan Sosial

Anak Terlantar(g‚g higƒ„…… †), ‡ ˆ‰ ˆ cŠ

(43)

BAB III

PROFIL LEMBAGA

A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 1. Sejarah PSAA

Panti ini didirikan pada tahun 1993, yang awalnya berfungsi sebagai penampungan penyakit kusta dengan nama Panti Sosial Penyandang Cacat. Setelah berjalan sekitar 2 tahun ( 1993-1995) kemudian dievaluasi dengan beberapa pertimbangan maka penyandang kusta di alihkan ke panti kusta Sintanala Tanggerang, Banten. Pertimbangan utama mengapa penyanndang kusta di alihkan karena kurang efektif dan kurang memungkinkan.

Pada tahun 1996 panti anak terlantar yang ada di jalan Dewi Sartika no.100 Cawang (sekarang sudah menjadi RSUD Budi Asih) penampungan antara anak asuh laki-laki dan perempuan menjadi satu sehingga dalam menegakan tata tertib panti mengalami banyak kendala. Maka panti ini di alihkan menjadi panti yang menangani klien khusus anak laki-laki.

Pada awal berdirinya ( 2 Juni 1996 ) bernama Panti Sosial Bina Remaja Putra Utama 02 Ceger. Kepala panti pertama bernama I Ketut Muniarka BA. Kemudian tahun 1998 panti di pimpin Drs. Sutrisno hingga tahun 2001. pada tahun 2001 terjadi perubahan.

(44)

ini kepala pantinya dipimpin oleh Bpk. Suwarto hingga 1 Desember 2004. Kemudian pada tanggal 1 Mei 2005 pimpinan panti dipegang oleh Dra. Hj. Etty Setiasih. Kemudian diganti oleh Bpk. Drs.Purwono hingga tahun 2009. Dan kini kepala panti di pimpin oleh Bpk. Drs.H. Wahyu Rasyid, M.Si. Kemudian pada tahun 2011-2012 di pimpin oleh Dr. H. Yanuardi, M.Pd. Dan kemudian diganti oleh Djaka Kunandjaya, SH. MM dari tahun 2012-2013. Di lanjutkan oleh Dr. H. Aji Antoko tahun 2013 sampai sekarang.

Sesuai dengan keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta 163 Tahun 2002 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksanaan Teknisi ( UPT ) dilingkungan Dinas Bintal dan Kesos Prov. DKI Jakarta, panti mengalami perubahan nama menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger.1

Panti sosial asuhan anak putra utama 4 adalah UPT Dinas Sosial Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang bertugas untuk memberikan pelayanan, pembinaan dan pengasuhan anak terlantar.

2. Tugas dan Fungsi PSAA

Kedudukan Tugas dan Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 04 Ceger.

• Kedudukan :

 PSAA PU 04 Ceger adalah Unit Pelaksana Teknisi ( UPT ) Dinas Sosial.

“

(45)

 PSAA PU 04 Ceger di pimpin oleh seorang kepala Panti yang dalam melaksanakan tugasnya dan fungsinya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Ka. Dinas.

• Tugas :

PSAA PU 04 Ceger mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar yang meliputi identifikasi dan assesment bimbingan dan penyaluran serta bina lanjut. • Fungsi

 Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi, motivasi, dan seleksi.

 Pelaksanaan penerimaan meliputi regristrasi, persyaratan administrasi, dan penempatan dalam panti.

 Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan dan perlindungan sosial.  Pelaksanaan assesment meliputi penelaahan, pengungkapan

dan pemahaman masalah dan potensi.

 Pelaksanaan pemberiaan pembinaan fisik dan kesehatan, bimbangan mental, sosial, kepribadian, pendidikan, dan latihan keterampilan.

(46)

 Pelaksanaan pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan, dan terminasi.2

3. Visi dan Misi • Visi

Keluarga Binaan Sosial Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 yang mandiri dan sejahtera

• Misi

 Peningkatan kualitas pelayanan terhadap Warga Bina Sosial  Peningkatan harkat dan martabat serta kualitas hidup warga

binaan sosial

 Peningkatan dan penumbuhan kesadaran dan tanggung jawab

pribadi, sosial dan keluarga bagi warga binaan sosial3

¤

Ibid.,

¥¥

(47)

4. Bagan Organisasi

Bagan organisasi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 04

5. \

ÆÇ È ÉÊ ÉÈÉËÌ Í

Î Ï ÐÑ Ð

ÉÒÓÉÔ ÕÖ ×Ö

ØÇ ÆØÍÍÎÇ ËÌ ÍÙÍÆ ÉØÍÎÉË

ÉØÇØÚÇ Ë

ÎÏ Û ÐÎÓÛÜ

Ñ ÐÈÝÚÐØÓ

ØÇ ÆØÍÞ ÍÚ Þ ÍËß ÉËÎÉ Ë

ÈÇ Ëà É Êáâ ÉË

ØÓÕ ÓÎÒ ã äÛ åÜ Û ÝØ ÐØ Ö æÐ ÚÐØ Ó Ø ãçÞÛ èÓ ÛÔÌÛÕ ÛáæÛÜ Û

ÑÐ

(48)

é6

5. Sarana dan Prasarana PSAA PU Tabel 2 Sarana Tahun Berdiri Tahun 1993

Luas Tanah 12.000 M2

Luas Bangunan 2.300 M2

Kapasitas Panti 100 Orang (WBS)

Lokasi Panti

Jl. Raya Bina Marga No. 57 Ceger Kec. Cipayung Jakarta Timur (13620) Telp : ( 021 ) 8447728

Tabel 3 Prasarana

No. JenisSarana Volume Peruntukan

1. Asrama 8 Ruang tidur WBS

2. Ruang Dapur 2

Kegiatan masak memasak untuk permakanan WBS

3. Rumah Dinas 4 Staf yang tinggal didalam panti 4. Ruang Kantor 2 Sub. Bag. TU, Seksi dan Staf

5. Ruang Gudang 3 Penyimpanan

6.

Ruang Komputer / Perpustakaan

(49)

37

7. Ruang Aula 1 Rapat dan serba guna

8. MCK / Toilet 13 MCK

9.

Lapangan Olahraga

2 Kegiatan olahraga

10. Musholla 1 Kegiatan Ibadah

11. Kolam Ikan 1

12. Halaman Kebun 4

13. Ruang Belajar 1 Kegiatan belajar mengajar WBS

14. Taman 4

15. Ruang Assessment 1 Kegiatan assessmen

16. Ruang Klinik 1 Pengecekan kesehatan WBS 17. Ruang Cukur 1 Kegiatan mencukur rambut WBS

18. Ruang Makan 1 Kegiatan makan WBS

6. Sumber Daya Manusia

a. Pengembangan dan Keterampilan Staf

1) Pendayagunaan Keterampilan, Pembagian kerja

(50)

38

2) Partisipasi Staf dalam Manajemen

Partisipasi staf di PSAA PU 4 Ceger salah satunya adalah pengasuh warga binaan sosial yang memiliki 2 pekerjaan seperti wali kamar dan juru masak.

3) Kualitas Staf periode Januari 2014 Tabel 4 Jumlah Pegawai Pegawai Negeri Sipil 17 orang

Pegawai Tidak Tetap

-Pegawai Honorer 14 Orang

Jumlah 31 Orang

Tabel 5

Keadaan pegawai berdasarkan golongan4

Golongan IV 2 Orang

Golongan III 5 orang

Golongan II 8 Orang

Golongan I 2 orang

PTT/Honorer 14 Orang

Jumlah 31 rang

4

(51)

39

b. Pengembangan Profesi (supervise, dukungan, dan pelatihan)

Pengembangan profesi di lakukan oleh panti secara rutin setiap tahunnya. Jika memerlukan narasumber untuk pembekalan bagi pegawai,maka panti akan mendatangkan narasumber.

c. Penilaian Kinerja

Kepala Sie selalu menilai para stafnya secara berkala. d. Jander dan keragaman Etnis

Tidak ada janderisasi namun, di bagian administrasi lebih banyak perempuan. Dan laki-laki lebih berperan dibidang operasional.

7. Kerjasama dan Jaringan Lembaga

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama memiliki kerja sama yang kuat dengan masyarakat, Kepolisian, Dinas Kesehatan, JIKS ( Jakarta Internasional Korean School), Perguruan Tinggi ( UNJ, UNAS dan PNJ) dan KPAI.5

8. Hubungan Eksternal a. Pengakuan Masyarakat

Semenjak berdirinya PSAA PU 4 Ceger masyarakat di sekitar merasa terbantu dalam menyekolahkan anak.

b. Komunikasi dengan Kelompok Sejenis (issue dan kegiatan program) PSAA PU 4Ceger berinteraksi tentang kegiatan program dengan PSAA PU 5 tebet. Itu merupakan salah satu contoh komunikasi dengan sekelompok sejenis.

5

(52)

40

c. Kemampuan Bekerjasama dengan Pemerintah/Lembaga Lain

PSAA PU 4 Ceger berkerjaasama dengan Depatermen kesehatan untuk menuunjang kesehatan WBS dengan tingkat puskesmas sampai dengan rumah sakit umum daerah (Rs. Haji Jakarta ) dan berkerjasama dengan Dinas kepolisian yang untuk membimbing para WBS agar mengerti hukum.

d. Kemampuan Untuk Mengakses Sumber Daya Lokal

Hubungan eksternal salah satunya ialah yang berkerja sama dengan stake holder seperti RT RW untuk membantu membuat KTP WBS.6 B. Profil Warga Binaan Sosial

1. Periode ini PSAA PU 4 mempunyai 3 tahapan pengasuhan anak: a. Tahap I Penjangkauan

Proses perekrutan WBS yang dilakukan PSAA PU 4 Ceger lebih kepada penjangkauan. Penjangkauan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Rujukan • Instansi

Rujukan instansi biasanya PSAA PU 4 mendapatkan titipan anak dari KPAI. KPAI menitipkan anak ke PSAA PU 4 agar anak bisa mendapatkan pengasuhan yang layak serta.

6

(53)

41

• Lembaga Sosial

Biasanya dari lembaga sosial menitipkan wbsnya di PSAA PU 4 Ceger. Contohnya PSMP Handayani yang menitipkan wbs ke PSAA untuk mendapatkan sekolah formal.

• Panti Sosial

WBS dari PSAA PU 1 Klender yang sudah lulus dari Sekolah Dasar ( SD ). Maka, otomatis WBS tersebut akan langsung terdaftar ke PSAA PU 4 Ceger untuk meneruskan sekolah lanjutan di SMP- SMA.

2) Penyerahan • Orang Tua

yaitu orang tua calon wbs yang datang ke PSAA PU 4 Ceger dengan membawa calon WBS. Orang tua calon WBS menyerahkan WBS dengan alasan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk menyekolahkan WBS dengan biaya sendiri. Adapun alasan lain dari orang tua yaitu, orang tua yang kewalahan untuk mengurus anaknya dikarenakan sifat anak tersebut yang membangkang atau melawan orang tua namun tetap dalam keadaan ekonomi yang lemah.

• Keluarga

(54)

42

kerabat terdekat lantaran anak menjadi yatim-piatu atau orang tua sudah tidak sanggup memberikan pengasuhan yang layak terhadap anak. Tetapi disisi lain keluarag juga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar, maka anak diserahkan ke PSAA PU 4 Ceger.

• Masyarakat

Masyarakat yang menemukan anak terlantar dan mengantarkannya ke PSAA PU 4 dengan alasan agar anak mendapatkan pelayanan yang sesuai atau anak terlantar membuat resah masyarakat sekitar.

3) Pendaftaran

• Dari Panti Sendiri

PSAA PU 4 Ceger melakukan sosialisasi ke masyarakat yang terancam terlantar khususnya anak-anak mereka tentang pelayanan yang ada di PSAA PU 4 Ceger. PSAA PU 4 juga membuka untuk umum.

b. Tahap II Pembinaan–Pengasuhan 1) Pengasuhan Anak

• Pendidikan

(55)

43

SMK (sekolah menengah kejuruan) sampai tingkat Perguruan Tinggi. PSAA PU 4 Ceger yang mengambil alih dalam biaya sekolah, kegiatan sekolah bahkan sampai mengambil raport.

• Kesehatan

PSAA PU 4 Ceger mempunyai klinik di dalam lingkungan PSAA PU 4 juga bekerja sama dengan puskesmas yang ada di depan PSAA PU 4 dan juga beberapa Rumah Sakit. Klinik berperan sebagai tempat pertolongan pertama bagi WBS. Puskesmas melayani wbs yang mengalami sakit seperti Flu, Deman, sakit Gigi dan lainnya tetapi jika wbs memerlukan pertolongan yang lebih biasanya wbs di oper ke Rumah Sakit Haji Jakarta seperti penyakit Paru-paru, perbaikan gizi dan penyakit serius lainnya.

• Agama

PSAA PU 4 Ceger memberikan siraman rohani dengan mendatangkan guru ngaji rutin satu minggu sekali.

• Sosial

(56)

44

• Pelatihan Keterampilan

Pelatihan keterampilan yang disediakan PSAA yaitu musik, angklung, dan komputer. PSAA menyediakan computer, alat-alat musik dari gitar, keybord, bass, drum sampai angklung dan disertakan guru musik sebagai pengajar. Keterampilan ini dilakukan 2 kali dalam semingu yaitu hari selasa dan kamis. Hari selasa untuk anak SMP dan hari kamis untuk anak SMK.

• Seni-Budaya

Seperti silat, futsal dan senam. Silat dilakukan pada hari rabu, futsal sabtu-minggu dan senam hari jumat.

• Pembinaan Fisik

Pembinaan fisik seperti memberikan makan sehari 3 kali, menyediakan peralatan mandi, pakaian baik pakaian sekolah maupun pakaian sehari-hari.

• Penanganan Masalah Sosial

(57)

45

2) Pembinaan

• Pembinaan mental sosial

Pembinaan mental yang diberikan PSAA PU 4 Ceger untuk orang tua atau keluarga wbs dengan mengadakan pembinaan dan didik serta dilatih dalam menggali potensinya yang dimana agar orang tua atau keluarga menjadi lebih berkembang dengan potensi yang mereka punya.

• Pemberdayaan ekonomi keluarga

Dalam pemberdayaan ekonomi keluarga wbs, panti memberikan tunjangan atau modal awal kepada keluarga wbs. Modal tersebut dipergunakan untuk membuka usaha kecil-kecilan. Dana tersebut diberikan oleh pemerintah agar ekonomi keluarga membaik. Panti mengutamakan hanya kepada keluarga yang benar-benar membutuhkan (benar-benar lemah dalam kondisi keuangan, tidak mempunyai pekerjaan).

• Penanganan masalah kesejahteraan sosial

(58)

46

c. Tahap III Kembali ke masyarakat/resosialisasi: Persiapan, Pelaksanaan, Bina lanjut dan Terminasi.

1) Kembali kepada orang tua/keluarga

Jika wbs masih mempunyai orang tua ataupun keluarga wbs akan dikembalikan ke orang tuanya ataupun ke keluarga.

• Mandiri

Kemandirian wbs setelah keluar dari panti seperti mendapatkan pekerjaan, PSAA juga bekerjasama dengan beberapa perusahaan seperti Hoka-hoka Bento, Baso Atom dan perusahaan lainnya. • Menikah

Wbs yang sudah lulus atau keluar dari panti akan melanjutkan hidupnya sendiri dengan bekal yang diterima dari panti. Ada yang langsung mendapatkan pekerjaan ada pula yang menikah. PSAA PU 4 tetap mendukung wbs meskipun wbs tersebut sudah keluar dari panti. Dan PSAA PU 4 rutin mengadakan acara khusus alumni PSAA PU 4 setiap tahunnya.

• Rujukan

Wbs yang mendapat rujukan seperti wbs yang bermasalah dan mahasiwa. PSAA bekerja sama dengan Panti Sosial atau Lembaga Sosial lainnya. PSBR yang berada di Tebet merupakan rujukan dari PSAA PU 4.7

7

(59)

47

2. Profil warga binaan sosial periode Januari 2014

Tabel 6 Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah WBS

13 tahun 2

14 tahun 7

15 tahun 3

16 tahun 16

17 tahun 22

18 tahun 23

19 tahun 8

20 tahun 7

21 tahun 2

22 tahun 2

23 tahun 0

24 tahun 1

(60)

48

Tabel 7

Berdasarkan Latar Belakang Keluarga No Latar Belakang Keluarga Jumlah

1 Yatim 6

2 Piatu 3

3 Yatim Piatu 1

4 Terlantar 21

5 Lengkap 46

6 Bercerai 16

Jumlah 93

Tabel 8

Berdasarkan tingkat pendidikan

1 2 3

SMP 20 9 8

SMK 19 14 16

(61)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Pola Pengasuhan Anak Terlantar di PSAA PU 4 Ceger.

Peneliti telah melakukan penelitian secara langsung dan hasil yang di peroleh pada Pola Pengasuhan Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger merupakan hasil dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari selama mengumpulkan data, peneliti menemukan beberapa hal tentang gambaran umum pola pengasuhan anak dan bagaimana pola pengasuhan anak terlantar di dalam PSAA PU 4. Peneliti mendapatkan sumber dari Kepala Seksi (Ka. Sie) Bimbingan dan Penyaluran, Ka Sie Assesment dan Identifikasi, Psikolog, Wali Kamar serta Warga Binaan Sosial (WBS).

Pola pengasuhan anak terlantar ialah bentuk pengasuhan yang diperoleh anak dalam memenuhi kebutuhan dasar anak misalnya seperti perlindungan, pemeliharaan, memperoleh pendidikan,kesehatan, serta kebutuhan dasar lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Siti Djulaeha, S.Sos. M.Si bahwa pola pengasuhan adalah

(62)

sosialnya. Intinya semua pelayanan diberikan kepada anak”.1

Berbeda dengan pendapat Ibu Dra. Diah H.P, M.Si

Pola pengasuhan itu cara-cara bagaimana mengasuh anak, membimbing, membangun anak untuk mencapai kehidupan yang lebih baik”.2

Dari kedua sumber dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan adalah terpenuhinya kebutuhan anak dari sehari-hari sampai kebutuhan lainnya seperti kebutuhan fisik, mental, sosial dan spiritual. Serta juga cara yang digunakan dalam mengasuh anak sehingga anak menjadi lebih baik untuk kedepannya. Cara mengasuh anak yang benar dan tepat dapat membuat anak menjadi lebih baik dalam kehidupannya kelak.

Pengasuhan anak adalah sistem pemeliharaan, pendidikan, perlindungan anak dan/atau harta bendanya hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri demi kepentingan terbaik anak sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, kesejahteraan, dan permanensi dari orang tua, atau pihak-pihak lain yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak.3 Sesuai dengan latar berlakang PSAA PU 4 bahwa PSAA PU 4 merupakan Unit Pelaksana Teknisi (UPT) Dinas Sosial Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang bertugas untuk memberikan pelayanan, pembinaan dan pengasuhan anak terlantar.

î

ïawancara dengan ðbu Siti ñòulaeha SóSosôõóSi tanggal ö÷õei ö øùúó û

ïaawancara dengan ðbu ñ üaóñ ýþh HÿóõôSi tanggal ö ÷õei öøù úó

(63)

Dengan adanya PSAA PU 4, anak terlantar bisa mendapatkan kebutuhan dasar mereka yang meliputi perlindungan, tumbuh kembang, kesehatan serta pendidikan. Orang tua tidak perlu lagi memikirkan untuk biaya sehari-hari anak dari sekolah, uang jajan, makan, dan kebutuhan dasar lainnya karena PSAA PU 4 memfasilitasi atau memberikan semua pelayanan pengasuhan bagi anak. Pola pengasuhan yang diberikan oleh PSAA PU 4 kapada anak seperti pendidikan, kesehatan, agama, sosial, pelatihan keterampilan, seni budaya, pembinaan fisik dan penanganan masalah sosial.

Anak terlantar di PSAA PU 4 berjumlah 93 orang dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Berdasarkan usia dari 13-21 tahun. Tingkat pendidikan dari SMP-SMK bahkan ada beberapa yang sudah kuliah. Di PSAA ada 7 kamar yang ditempati oleh 12-14 anak. Setiap kamar memiliki wali kamar 3 orang. Pada periode saat ini Kepala Panti memberikan pendampingan kepada anak. Satu pendamping, mendamping 3 anak. Menurut Pa H. Nursobah selaku Sub Bag Tata Usaha di PSAA PU 4.

“sekarang ini pada periode Pa Aji kita pakai pendamping untuk anak. Setiap pendamping menangani 3 anak. Dan tugas ini tidak hanya dilakukan oleh wali kamar dan staff saja tetapi saya, Ibu Nti dan Bu Diah juga ikut dalam pendampingan ini”4. Dengan adanya pendampingan seperti ini dimaksudkan agar anak lebih terkontrol dan jadi lebih mudah dalam mengawasi anak-anak. Setiap pendamping mempunyai tanggung jawab terhadap wbs (warga binaan sosial) dan pendamping disini juga berperan sebagai pengganti orang tua. Pendamping juga memperlakukan wbs (warga binaan sosial) seperti layaknya memperlakukan anak sendiri sehingga anak dapat

(64)

merasa aman, tentram dan tidak kehilangan kasih sayang orang tua. Pendampingan ini terbilang efektif dalam mengawasi anak-anak yang pada usia remaja yang dimana sedang dalam masa-masa peralihan atau fase krisis. Pendamping akan selalu menberikan masukan-masukan yang positif sehingga anak tidak terjebak kepada pergaulan yang salah. Selain itu anak juga menjadi lebih dewasa dan berkembang lebih baik serta anak merasa terpenuhinya kebutuhan psikologis seperti merasakan kasih sayang orang tua.

Karena masa remaja adalah masa-masa peralihan atau fase krisis dari masa anak-anak ke remaja, mengalami guncangan-guncangan jiwa yang sangat hebat akibat karena perubahan-perubahan yang hebat pula sehingga anak sulit untuk dikontrol. Banyak anak yang salah dalam pengasuhan akan berakibat pada perkembangan anak. Contohnya seperti salah satu anak di PSAA PU 4 mengalami pengasuhan yang salah sehingga ia menjadi anak yang temperamental, tidak bisa diatur, sangat berani dalam hal negative dan berurusan dengan pihak kepolisian.

1. Profil Informan

a. Informan I dengan inisial P (Warga Binaan Sosial)

Nama : P

Usia : 17 Tahun

Pendidikan : SMK kelas 1

(65)

daerah Klender, P tinggal disana sampai dengan lulus Sekolah Dasar (SD). Ketika lulus SD, P dipindahkan lagi ke Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 yang terletak di Ceger sampai saat ini. P sudah berada di PSAA PU 4 Ceger sekitar 3 tahun. Saat ini P duduk di bangku Sekolah Menegah Kejuruan (SMK).

P terbilang anak yang tidak bisa diatur, pernyataan ini dikatakan oleh wali kamar P saat peneliti menanyakan kondisi P selama di Panti ini. P sering melanggar aturan panti, sering kabur dari panti, bahkan sering pula tidak masuk sekolah dan lebih memilih bermain warnet daripada sekolah. Menurut wali kamar P

“P mah susah di atur mbak, dia lebih suka main daripada sekolah. Apalagi kalau disuruh bantu emak, mana mau dia langsung deh banyak alasannya inilah itulah.”5

P termasuk orang yang tidak bisa ditanya terus menerus, jika ia ditanya terus menerus P merasa bahwa dirinya sedang di introgasi sehingga P akan menjadi marah. P anak yang haus akan kasih sayang, sehingga P akan senang jika ada orang yang memperhatikan dia, memperdulikan dia, bahkan menyayangi dia dengan tulus dan ikhlas. Karena P tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang utuh sebelumnya. Wali kamar juga bercerita

“ P nih yaa ga bakal mau kalau disuruh-suruh terus apalagi kalau dipaksa dia bisa ngamuk. P itu orang suka bangat mencari perhatian ke siapa saja. Makanya dia sering kabur,

+

(66)

supaya dia diperhatiin. Maklum yaa soalnya dia ga pernah mendapatkan kasih sayang sebelumnya.”6

Peneliti sempat berbincang-bincang dengan P di kamarnya. P banyak bercerita saat peneliti menanyakan pengasuhan yang P terima di Panti. Menurut P, ia merasa senang berada di Panti dikarenakan P mempunyai banyak teman. Bahkan dengan pengasuhan yang ia terima di panti ketika peneliti menanyakan apakah P senang dengan adanya pengasuhan yang dia peroleh. P menjawab

“Iya seneng saya. Pengasuhnya bisa diajak ngobrol, becanda, tapi kadang saya suka diomelin sih apalagi kalo lagi males pas di suruh emak.”7

P juga menjelaskan bagaimana bentuk pengasuhannya

“kalo saya salah ya saya diomelin dan bahkan bisa di hukum ka. Engga sering sih. Emak ngomelinnya kalo saya emang lagi salah aja, kalau lagi engga salah mah engga mungkin diomelin kak. Tapi kadang-kadang emak juga memberikan saya kesempatan dalam hal apapun selama hal itu positif. Emak mendukung saya bermain musik kak, karena emak tau kalau saya suka sekali dengan musik.”8

P menyebutkan bahwa pengasuh yang ia panggil emak merupakan teman curhat, teman ngobrol P dikala sedih maupun senang. P selalu menyampaikan apapun yang ia rasakan kepada pengasuh atau emak tersebut. Peneliti pernah mengikuti P ketika sedang berbicara dengan pengasuh mengenai perasaan saat itu. Disaat P bercerita, pengasuh

6

678 9:,

7

;< =< > ?<@<A @B C<DBD E>F <> P G<>F F < H28 I EB2014

8

Gambar

gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya
Tabel 1
Tabel 2Sarana
Tabel 4Jumlah Pegawai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Badan kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan bahwa ketidakjelasan aturan kerja merupakan faktor risiko terjadinya stress kerja, Salah satu tupoksi peneliti

Pendekatan korelasional digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel terikat ( ambiguitas peran ) yang diberi simbol X, dengan variabel bebas (

Pasien dan Masyarakat sebagai Mitra Menuju Rumah Sakit 

Jika dilihat karakteristiknya (Lampiran 10), lulusan perguruan tinggi S2 ITB dan UGM yang lulus serta memiliki persentase kelulusan yang tinggi cenderung merupakan

0,897, hal ini berarti terdapat kesesuaian antara butir soal virtual test berbasis keterampilan visual perceptual yang dikembangkan dengan indikator soal untuk

Pada percobaan 1 dengan memasukkan berbagai jenis benda ke dalam air dengan setiap jenisnya mempunyai ukuran yang berbeda, mempunyai tujuan untuk mengiring siswa pada

Ada sebagian orang yang senang sekali membatasi hidup orang lain berdasarkan warna yang dia gunakan, misalnya mengatakan “kamu sih suka baju warna hitam,

Dengan mengikuti kerangka analisis wacana feminis, seperti yang dikemukakan oleh Reinharz (2005:213), maka novel-novel Indonesia, yang dalam hal ini dianggap