ABSTRAK
TINJAUAN HISTORIS PERJUANGAN SULTAN ISKANDAR MUDA
DALAM MENCAPAI KEJAYAAN KERAJAAN ACEH DI NUSANTARA TAHUN 1607-1636
Oleh Eka Yunita
Perkembangan Kerajaan Aceh pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda sangat menarik untuk dideskripsikan, hal ini dikarenakan pada periode itulah dianggap sebagai puncak kejayaan Kerajaan Aceh. Sebagai seorang pemimpin, Sultan Iskandar Muda telah melakukan banyak perjuangan dan pengorbanan demi menjaga keutuhan, keamanan maupun kejayaan kerajaan yang dipimpinnya. Atas perjuangan yang telah dilakukannya maka pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Sultan Iskandar Muda. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apasajakah bentuk perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara tahun 1607-1636. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara tahun 1607-1636. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Historis. Adapun langkah-langkah dalam metode penelitian historis yaitu : Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Teknik Kepustakaan dan Dokumentasi. Sedangkan Teknik Analisis Data yang digunakan adalah Analisis Data Kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara yaitu melalui perjuangan secara fisik dan perjuangan non fisik. Melalui perjuangan fisik adalah
memperkuat armada dan angkatan perang yang dapat digunakan untuk menjaga keamanan Kerajaan Aceh dari serangan musuh ataupun melakukan penyerangan terhadap musuh, kemudian memperluas wilayah Kerajaan Aceh dengan
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan kerendahan hati dan rasa syukur, kupersembahkan sebuah karya kecil ini kepada:
Bapak Untung, S.Pd dan Ibu Tuminah
ayah dan bunda tersayang yang telah membesarkan,
mendidik dan tak henti-hentinya berdoa untuk kebahagiaan dan keberhasilan putrinya Aku berjuang untuk ayah dan bunda
Widya Karnila, jangan pernah berhenti berjuang dalam belajar dan mencari ilmu, Raihlah cita-cita dan impianmu
Para pendidikku, dosen dan guru-guruku yang telah berbaik hati membagi ilmunya
Moto
Dalam perjuangan peganglah teguh apa yang
sudah didapat dan perjuangkanlah secara
teratur apa yang belum tercapai
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, Tinjauan Historis Perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam Mencapai Kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara Tahun 1607-1636, pada
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga mendapat petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. plt. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si. Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
6. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung, sekaligus Pembimbing Kedua dalam proses penyelesaian skripsi, terimakasih atas ilmu, bimbingan, dan nasihat selama penulis menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung;
7. Bapak Drs. Hi. Tontowi Amsia, M.Si. Pembimbing Akademik dan Pembimbing Utama dalam proses penyelesaian skripsi, terimakasih atas ilmu, bimbingan, dan nasihat selama penulis menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung;
8. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H. Penguji Utama dalam proses penyelesaian skripsi, terimakasih atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama dan memberikan ilmu, bimbingan dan nasihat selama penulis menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung; 9. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu
10.Teman-teman Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan 2008, Myristika Imanita, M. Fani Ruktandi, Melisa Rahayu, Alfonsa Anggun, Tiwi Susanti, Lilih Rahmawati, Solikin, Amerza Fransisca, Prihatanti, Aas Lailah, Benetta Okta Violetta, Hendri Wianingsih, Rina Waryani, Nur Indah Lestari, Esty Wulandini, Reti Widia Anggraini, Lusiana, Win Fahlevi, Novan Kurniawan, Wiwid Ferdiawan, Febri, Dadang Ansory, Tahrir Mustofa, semua kakak tingkat dan adik tingkatku serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih karena telah menjadi teman belajar dan berjuang selama penulis menjadi mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Lampung; 11.Teman-teman KKN dan PPL di Desa Sri Menanti Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat tahun 2011, Aang, Shinta, Desi, Ratna, Theodora, Rini, Tia, Opi dan Putri, semoga kebersamaan kita tetap terjalin;
12.Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih;
Semoga Allah SWT memberikan kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini Penulis sangat menyadari keterbatasan dalam pengetahuan dan pengalaman, sehingga skripsi ini masih perlu penyempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk membantu penulis di masa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membacanya.
Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis
TINJAUAN HISTORIS PERJUANGAN SULTAN ISKANDAR MUDA
DALAM MENCAPAI KEJAYAAN KERAJAAN ACEH DI NUSANTARA TAHUN 1607-1636
Oleh Eka Yunita
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di daerah Lampung, tepatnya di Kabupaten Pringsewu pada tanggal 25 Juni 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak Untung dan Ibu Tuminah.
Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh antara lain : 1. Taman Kanak-kanak K.H. Ghalib selesai pada tahun 1996 2. Sekolah Dasar Negeri 2 Pringsewu Utara selesai pada tahun 2002
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pringsewu selesai pada tahun 2005 4. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringsewu selesai pada tahun 2008
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Sultan Iskandar Muda ... 84
2. Silsilah Sultan Iskandar Muda ... 85
3. Pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya ... 86
4. Wilayah Kerajaan Aceh masa Sultan Iskandar Muda ... 87
5. Wilayah Taklukkan Kerajaan Aceh ... 88
6. Adu Gajah di Istana Raja Aceh ... 89
7. Peta Perdagangan Aceh ... 90
8. Pelabuhan Aceh ... 91
9. Tanaman Lada ... 92
10. Meriam Lada Secupak ... 93
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah Kerajaan Aceh merupakan salah satu bagian penting dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pada masa itu Aceh sebagai tempat yang strategis pada jalur transportasi internasional sangat dikenal di mancanegara, terutama pada awal hubungan perdagangan antar bangsa. Aceh pada masa kejayaannya merupakan daerah maritim. Para saudagar dari Arab, India bahkan Eropa mencari rempah-rempah di Sumatera.
Kerajaan Aceh merupakan salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Indonesia, terletak di ujung utara Pulau Sumatera dan paling barat dari kepulauan Nusantara. Kerajaan Aceh berdiri pada tahun 1520-1903, Sultan Ali Mughayat Syah adalah sultan Aceh yang pertama memimpin Aceh mulai tahun 1520-1530. Wilayah Kerajaan Aceh pada awal kepemimpinan Sultan Ali Mughayat Syah meliputi daerah Aceh Besar kemudian diperluas dengan menaklukkan daerah-daerah pelabuhan dagang di pesisir timur Sumatera yang bersebelahan dengan Selat Malaka seperti Pasai, Daya, dan Pidie.
2
berkembang termasuk Kerajaan Aceh. Selain menginginkan wilayah kerajaan yang luas Sultan Ali Mughayat Syah berusaha menjadikan Aceh sebagai pusat perdagangan internasional dikawasan Selat Malaka menggantikan pelabuhan Malaka yang sudah dukuasai bangsa Portugis.
Pelabuhan Malaka yang ketika itu berperan sebagai pusat perdagangan internasional dikuasai oleh Portugis pada tahun 1511 yang mengakibatkan banyak pedagang memilih meninggalkan Malaka dan mencari pelabuhan-pelabuhan dagang lainnya seperti pelabuhan-pelabuhan Aceh yang masih berada di sekitar Selat Malaka. Keadaan tersebut sangat menguntungkan Kerajaan Aceh yang sedang mengembangkan pelabuhannya menjadi pusat perdagang rempah-rempah khususnya lada yang saat itu menjadi barang dagangan utama.
Aceh cepat berkembang menjadi besar karena didukung oleh: (1) letak ibu kota Aceh yang strategis, yaitu di pintu gerbang pelayaran dari India dan Timur Tengah yang akan ke Malaka/Cina atau ke Jawa (2) pelabuhan Aceh memiliki persyaratan yang baik sebagai pelabuhan dagang (3) daerah Aceh kaya dengan lada sebagai ekspor mata dagangan yang penting. Aceh sudah sejak dahulu mengadakan hubungan dagang internasional (4) Jatuhnya Malaka ketangan Portugis yang menyebabkan pedagang-pedagang Islam banyak singgah ke Aceh, terlebih setelah jalur pelayaran beralih lewat di sepanjang pantai barat Sumatera (Iskandar Syah, 2008: 66).
3
Disamping itu, orang Portugis yang sudah terlebih dahulu berdagang dengan Aceh menganggap kehadiran Belanda, Inggris dan Prancis sebagai saingannya dalam mendapatkan rempah-rempah dan mengusai Kerajaan Aceh. Hal ini terjadi ketika Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607) yang dianggap sebagai pemimpin kurang cakap sehingga terjadilah kekacauan di Aceh. “Raja yang baru ini bergelar Sultan Ali Riayat Syah di bawah pemerintahannya di Aceh terjadi suatu musim kemarau yang sangat panjang dan banyak manusia meninggal dunia. Kerajaannya pada waktu itu merupakan kancah perampokan dan ketidakaturan” (Raden Hoesein Djajadiningrat, 1983:43).
Kondisi Kerajaan Aceh yang sedang melemah digunakan oleh bangsa asing yaitu Portugis untuk menguasai Aceh dengan melakukan aksi penyerangan. Dalam peperangan ini pasukan Aceh dipimpin oleh Iskandar Muda dan berhasil meraih kemenangan. Tidak lama setelah peristiwa itu Sultan Iskandar Muda diangkat menjadi raja menggantikan Sultan Ali Riayat Syah. Kerajaan Aceh dibawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda dapat dikatakan berada pada masa kejayaan seperti yang dikemukakan oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto.
4
Hal serupa juga dikemukakan oleh T. Ibrahim Alfian (1987:36) bahwa puncak perkembangan Kerajaan Aceh terjadi pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Masa pemerintahan sultan ini merupakan masa kejayaan Aceh, baik politis maupun ekonomis.
Perjuangan yang telah dilakukan Sultan-sultan Aceh sebelumnya cukup besar manfaatnya bagi perkembangan Kerajaan Aceh namun mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Pada masa kepemimpinan Sultan Aceh yang pertama yaitu Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1520-1530, beliau berjuang memerdekakan Aceh atas Kerajaan Pidie, melakukan penyerangan terhadap Portugis dan melakukan perluasan wilayah dengan menakukkan Kerajaan Pidie, Pasai, dan Daya. Kemudian ketiga kerajaan tersebut dan wilayah Aceh dipersatukan menjadi wilayah inti Kerajaan Aceh.
5
Pada masa kepemimpinan sutan aceh yang kesepuluh yaitu Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Mukammal tahun 1588-1604, Kerajaan Aceh tidak melakukan peperangan terhadap Portugis ataupun melakukan ekspansi wilayah, namun pada masanya kepemimpinannya Kerajaan Aceh mulai didatangi pedagang-pedagang dari bangsa Eropa seperti Kerajaan Inggris, Kerajaan Belanda dan Kerajaan Prancis. Pada masa kepemimpinannya hubungan kerjasama antara Kerajaan Aceh dengan Kerajaan-kerajaan dari Eropa mulai terjalin
Pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda yaitu sultan Aceh yang keduabelas, Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya. Pada masa kepemimpinannya Sultan Iskandar Muda melanjutkan perjuangan Sultan-sultan Aceh sebelumnya. Perjuangan yang dilakukannya adalah memperkuat armada dan angkatan perang, melakukan penaklukkan wilayah, penyerangan terhadap Portugis dan menjalin kerjasama perdagangan.
Melihat kembali masa kejayaan kerajaan-kerajaan besar yang ada di Nusantara serta semangat perjuangan yang dilakukan para pemimpinnya dalam usaha menjaga eksistensinya sebagai kerajaan besar di kepulauan Nusantara hingga ke luar kepulauan Nusantara merupakan bagian dari peristiwa sejarah yang menarik untuk diteliti, salah satunya adalah kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda tahun 1607-1636.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih spesifik mengenai “Perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan
6
keteladanan yang bermanfaat untuk pembangunan bangsa, negara dan generasi muda.
B. Analisis Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bentuk perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara tahun 1607-1636.
2. Proses perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara tahun 1607-1636.
3. Tujuan perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara tahun 1607-1636.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah pada nomor satu (1) yaitu bentuk perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara tahun 1607-1636.
3. Rumusan Masalah
7
Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara tahun 1607-1636?
C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara Tahun 1607-1636.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan wawasan ilmu pengetahuan mengenai bentuk perjuangan yang dilakukan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara tahun 1607-1636 dan tambahan materi pada mata pelajaran sejarah di SMA dan IPS Terpadu di SMP khususnya yang membahas tentang materi perjuangan pahlawan bangsa.
D. Ruang Lingkup Penelitian
8
2. Subjek Penelitian, adalah sesuatu, baik Orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. Maka dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah perjuangan Sultan Iskandar Muda.
3. Tempat Penelitian, penelitian ini dilakukan di perpustakaan Universitas Lampung dan perpustakaan Daerah Lampung, karena dalam bidang ilmu sejarah di butuhkan referensi buku guna menunjang penyelesaian penelitian ini.
4. Waktu Penelitian adalah besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa berlangsung. Penelitian ini berlangsung sejak Mei 2014 sampai Maret 2015.
9
REFERENSI
Iskandar Syah. 2008. Sejarah Indonesia Abad XVI-XVII. Bandar Lampung: Universitas Lampung Press. Halaman 66.
Raden Hoesein Djajadiningrat. 1983. Kesultanan Aceh. Banda Aceh: Museum Negeri Aceh. Halaman 43.
Nugroho Notosusanto dkk. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Jakarta: Balai Pustaka. Halaman 31.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep yang akan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :
1. Konsep Tinjauan Historis
Pada dasarnya konsep tinjauan historis terdiri atas dua kata yaitu tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata tinjau yang memiliki arti “menjenguk, melihat, memeriksa, dan meneliti untuk kemudian
menarik kesimpulan” (Poerwadarminta, 1997:554). Sedangkan “kata Historis
berasal dari bahasa Yunani istoria yang berarti ilmu biasanya diperuntukan bagi penelaahan mengenai gejala-gejala terutama hal-ihwal manusia secara kronologis” (H. Rustam E Tamburaka, 1999:2).
11
histories dikenal dengan istilah sejarah. Adapun beberapa definisi sejarah adalah
sebagai berikut:
Sejarah yaitu salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan dimasa lampau, beserta kejadian-kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan (Roeslan Abdulgani dalam H. Rustam Tamburaka 1999:12).
Menurut Hugiono dan P.K Poerwantana (1992:10) sejarah adalah gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah dimengerti dan dipahami.
Kemudian menurut Sidi Gazalba (1981:13) sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu itu.
Menurut pendapat lain, sejarah adalah ilmu mengenai masa lalu. Dalam hal ini, sejarah merupakan suatu usaha yang sistematis untuk mempelajari dan melakukan verifikasi terhadap berbagai peristiwa pada masa lalu dan membuat hubungan diantara peristiwa-peristiwa itu sendiri, dengan masa kini, bahkan sampai masa depan (Nini Oktorini, 2009:39).
12
timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara lain dengan tingkat bermacam-macam kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk mencapai penghidupannya, berbagai macam cabang ilmu pegetahuan dan pertukangan, dan pada umumnya tentang segala macam perubahan yang terjadi di dalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri (Ibnu Khaldun dalam H. Rustam E Tamburaka, 1999:10).
Sedangkan menurut Wilhelm Buer yang dikutip oleh Hugiono dan Poerwantana menjelaskan bahwa:
Sejarah adalah ilmu yang meneliti gambaran dengan penglihatan yang singkat untuk merumuskan fenomena kehidupan, yang berhubungan dengan perubahan-perubahan yang terjadi karena hubungan manusia dengan masyarakat, memilih fenomena tersebut dengan memperhatikan akibat-akibat pada zamannya serta bentuk kualitasya dan memusatkan perubahan-perubahan itu sesuai dengan waktunya serta tidak akan terulang lagi (irreproducible) (dalam Hugiono dan Poerwantana, 1987:5).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah ilmu yang mempelajari segala peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang dialami manusia serta dapat dibuktikan kebenarannya, ditulis secara kritis dan sistematis dan hasilnya dijadikan sebagai pedoman hidup untuk kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang.
13
2. Konsep Bentuk Perjuangan
Kata Perjuangan berasal dari kata juang yang berarti berlaga; berlawanan; memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahi; berlanggaran (Hoetoma M.A .2005:224). Menurut S. Wojowasito, perjuangan adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan, usaha ini dimaksudkan sebagai cara dan ikhtiar yang digunakan dalam proses mencari apa yang diinginkannya, sedangkan tujuan merupakan akhir darri setiap usaha yang dilaksanakan baik oleh individu maupun kelompok (dalam Riwanto Saputro Antonius, 2012:13).
Kemudian Kansil dan Julianto (1988:7) mengemukakan bahwa perjuangan merupakan suatu kegiatan yang mengandung unsur keberanian, kekuatan, kepahlawanan, kebenaran, keikhlasan dan kemampuan untuk bekerja.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka perjuangan adalah upaya sungguh-sungguh yang dilakukan oleh individu maupun kelompok dengan menggunakan seluruh kemampuannya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Selo Soemarjan mengkategorikan perjuangan dalam dua bentuk yaitu perjuangan fisik dan perjuangan non fisik.
14
mencegah kerugian yang diderita dibandingkan dengan perjuangan fisik (dalam Riwanto Saputro Antonius, 2012:15).
Kemudian menurut Susanto Tirtoprojo, perjuangan fisik adalah suatu bentuk usaha perlawanan untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan senjata, perjuangan fisik lebih mengarah pada pertempuran atau peperangan. Sedangkan perjuangan non fisik merupakan usaha yang lebih mengarah pada politik diplomasi dan bersifat damai (Susanto Tirtoprojo, 1982:7).
Menurut M.T. Thoyeb, diplomasi adalah mengelola hubungan internasional dengan jalan perundingan, bagaimana cara duta besar dan utusan-utusan lainnya mengatur dan mengelola hubungan itu. Diplomasi bertujuan agar politik pemerintahannya dapat dimengerti dan diterima. Diplomasi dapat dilaksanakan dalam suasana damai ataupun perang dalam berbagai bentuk pertemuan, perundingan dan sebagainya. Hubungan antar bangsa dilakukan oleh utusan-utusan raja atau pemerintah. Utusan ini dilengkapi dengan surat-surat kepercayaan (M.T. Thoyeb, 2004:16).
Menurut H.M. Nur El Ibrahimy, sejak pertengahan abad ke-16 Aceh telah terjun ke dalam dunia diplomasi, baik dengan sesama kerajaan di Kepulauan Nusantara maupun mancanegara. Kerajaan Aceh telah mengadakan hubungan diplomatik tentu saja sesuai dengan zamannya (H.M. Nur El Ibrahimy, 1993:14).
15
Pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya, hal ini tidak terlepas dari adanya perjuangan yang dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda pada saat memimpin Kerajaan Aceh. Dengan demikian maka perjuangan dalam penelitian ini yaitu upaya sungguh-sungguh yang dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda sebagai pemimpin Kerajaan Aceh dalam memajukan kerajaannya, baik melalui perjuangan fisik maupun perjuangan non fisik. Perjuangan yang dilakukan Sultan Iskandar Muda antara lain meningkatkan perdagangan di Aceh, menjalin hubungan kerjasama, menentang Portugis, dan meluaskan daerah kekuasaan Aceh. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada bab hasil dan pembahasan.
3. Konsep Kejayaan
Kejayaan dalam bahasa Inggris adalah glory. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer kejayaan merupakan kemegahan; kebesaran; kemasyuran; keadaan yang mapan dan menguntungkan dalam hal materi dan jiwa (Peter dan Yenny Salim, 2002:607). Kemudian menurut Poerwadarminta, kejayaan dapat diartikan sebagai kemegahan; kemasyuran; kebahagiaan; kebesaran dan kekayaan (Poerwadarminta, 2006:477).
16
tiada, akan tetapi kemasyuran pada masa lalunya tidak pernah mati dan akan tetap dikenang sepanjang masa.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut, maka disimpulkan bahwa kejayaan dapat diartikan sebagai istilah untuk mengungkapkan suatu keadaan yang sangat menguntungkan dan membanggakan disegala bidang kehidupan yang keberadaannya dapat dirasakan oleh individu, kelompok maupun suatu negara.
4. Konsep Kejayaan Kerajaan di Nusantara
Menurut Alif Braja, (2012:1) tolak ukur kejayaan kerajaan-kerajaan di Nusantara adalah Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit. Kata Nusantara pada awalnya merujuk pada wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit yang pernah mengalami masa kejayaannya. Di zaman Majapahit, Nusantara memiliki arti wilayah di luar Jawadwipa atau wilayah diluar pulau Jawa. Hal ini terkait dengan semangat nasionalismenya Gajah Mada unuk menaklukkan wilayah-wilayah lain dan mengembangkan kekuasaan Majapahit.
Ernes Francois Eugene Douwes Dekker atau dikenal dengan Dr. Setiabudi mengartikan Nusantara sebagai “Nusa diantara dua benua dan dua Samudera”.
Istilah Nusantara dari Ernes cepat berkembang dan menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda (Joko Darmawan, 2011: 7).
17
kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau yang terletak diantara samudera Pasifik dan Samudera Hindia (Indonesia) serta diantara benua Asia dan Benua Australia, dengan kata lain nusantara adalah suatu negara kepulauan yang menduduki posisi silang (Tontowi Amsia, 2008:5).
Kata “Nusantara” dipilih unuk menegaskan wilayah Indonesia mulai dari
Nangroe Aceh Darussalam hinggga Papua. Indonesia adalah sebutan resmi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, sementara sebutan Nusantara menjadi sebutan keseharian yang bisa disamakan dengan wilayah Indonesia (Joko Darmawan, 2011:3).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Nusantara merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke.
Sebelum mengemukakan tentang kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara, maka perlu diketahui tentang gambaran kejayaan kerajaan-kerajaan besar yang pernah menguasai bumi Nusantara jauh sebelum Kerajaan Aceh berdiri. Berikut penjelasan singkat tentang dua Kerajaan besar yang pernah merajai Kepulauan Nusantara.
1. Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
18
masa jayanya adalah mampu untuk mengawasi dan menguasai jalur-jalur perdagangan laut dan memiliki hubungan dagang yang tidak terbatas pada sesama negara kepulauan Nusantara tetapi juga dengan Cina dan India.
2. Kejayaan Kerajaan Majapahit
Menurut Darmawan dan Chaerudin (2011:78) Majapahit mengalami jaman keemasan ketika diperintah oleh Hayam Wuruk yang berkuasa pada tahun 1350-1389 Masehi. Bersama patihnya bernama Gajah Mada, kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Bali bahkan sebagian Filipina.
Dengan bantuan Gajah Mada raja Hayam Wuruk berhasil membawa Kerajaan Majapahit ke puncak kebesarannya, daerah-daerah yang ada di bawah pengaruh kekuasaan Majapahit sangat luas. Meliputi hampir seluas wilayah Indonesia sekarang, meliputi daerah-daerah Sumatera di bagian barat sampai ke daerah-daerah Maluku dan Irian di bagian Timur; bahkan pengaruh itu telah diluaskan pula sampai ke beberapa Negara tetangga di wilayah Asia Tenggara (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1990: 436).
19
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang penulis coba kembangkan adalah mengenai bentuk perjuangan yang dilakukan Sultan Iskandar Muda pada masa kepemimpinannya dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh. Sultan Iskandar Muda adalah sultan Aceh yang ke-12, pemimpin Aceh yang terkenal dan membawa Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya.
Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskadar Muda mulai tahun 1607-1636. Ketika Sultan Iskandar Muda naik tahta sebagai raja Aceh menggantikan Sultan Ali Riayat Syah, Aceh sedang dalam keadaan yang tidak aman dimana terjadi kekacauan dan kemarau panjang yang melanda negeri Aceh. Kondisi Aceh yang sedang kacau ini berdampak pada ini banyaknya daerah taklukan Aceh yang mulai melepaskan diri. Disamping itu, ada pula bangsa asing yang melakukan perdagangan di Aceh yang kemudian ingin menguasai Aceh dan daerah-daerah taklukannya. Sehingga, kondisi Aceh yang sedang tidak kondusif ini dianggapnya merupakan saat yang tepat untuk menyerang Aceh dan menguasainya. Namun, keinginan mereka untuk menguasai Aceh dapat digagalkan oleh Sultan Iskandar Muda dan pasukannya.
20
Perjuangan fisik yang dilakukan Sultan Iskandar Muda adalah memperkuat armada dan angkatan perang Kerajaan Aceh, memperluas wilayah Kerajaan Aceh dan penyerangan terhadap Portugis di Malaka. Sedangkan perjuangan non fisik yang dilakukan Sultan Iskandar Muda adalah meningkatkan perdagangan di Kerajaan Aceh dan menjalin kerjasama dengan kerajaan Mancanegara melalui perdagangan ekspor impor.
21
C. Paradigma
Keterangan :
: Garis Hubungan : Garis Proses : Garis Tujuan
Bentuk Perjuangan
Sultan Iskandar Muda
Perjuangan non fisik
Perjuangan fisik
1. Memperkuat Armada dan Angkatan Perang Kerajaan Aceh 2. Memperluas wilayah Kerajaan Aceh
3. Penyerangan terhadap Portugis di Malaka
1. Meningkatkan perdagangan di Kerajaan Aceh
2. Menjalin Kerjasama dengan Kerajaan Mancanegara melalui perdagangan ekspor impor
22
REFERENSI
Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Halaman 554.
H. Rustam E. Tamburaka. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah,
Sejarah Filsafat dan Iptek. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 2.
Ibid. Halaman 12.
Poerwantara dan Hugiono. 1992 .Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Halaman 10.
Sidi Gazalba. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhatara Karya Aksara. Halaman 13.
Oktorini, Nino dkk. 2009. Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah Budaya Kepulauan
Nusantara Awal. Jakarta: Lentera Abadi. Halaman 39.
E. Tamburaka, H. Rustam. Op.Cit. Halaman 10. Poerwantara dan Hugiono. Op.Cit. Halaman 5.
Hoetomo M.A.2005.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Mitra Pelajar. Hal : 224
Riwanto Saputro Antonius. Perjuangan Fidel Castro menggulingkan rezim
Fulgencio Batista. Termuat dalam http://digilib.uin-suka.ac.id/ halaman 13
di-akses pada 11/10/2013 pukul 10:17 WIB.
Poerwadarminta. Op.Cit. Halaman 424.
Kansil dan Julianto. 1988. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan
Indonesia. Jakarta: Erlangga. Halaman 7.
Riwanto Saputro Antonius. Op.Cit. Halaman 15.
23
Thoyeb, M.T. dkk. 2004. Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa. Jakarta: Yayasan Upakara. Halaman 16.
H.M. Nur El Ibrahimy. 1993. Selayang Pandang Langkah Diplomasi Kerajaan Aceh. Jakarta: Gramedia. Halaman 14.
Peter dan Yenny Salim. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press. Halaman 607.
Poerwadarminta. Op.Cit. Halaman 477.
Yahya Harun. 1995. Kerajaan Islam Nusantara Abad XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Kalam Sejahtera. Halaman 86.
Joko Darmawan dan Chaerudin. 2011. The Power of Sejarah Indonesia. Jakarta: Buku Kita. Halaman 78.
Tontowi Amsia. 2008. Perspektif Kewiraan dalam Ketahanan Nasional. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Halaman 5.
Joko Darmawan dan Chaerudin. Op.Cit. Haaman 35 Thoyeb, M.T. dkk. Op.Cit. Halaman 33.
25
III. METODE PENELITIAN
Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau yang sering disebut dengan metode. Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan
masalah yang dirumuskan. Menurut Husin Sayuti “metode merupakan suatu cara
atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu penelitian. Metode yang berhubungan dengan ilmiah adalah menyangkut masalah kerja, yakni cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan” (Husin Sayuti, 1998:32). Disamping itu, metode dapat diartikan sebagai “kegiatan yang sistematis, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan suatu permasalahan dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti itu sendiri” (Sukardi, 2003:17).
26
A. Metode yang digunakan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan tujuan yang ingin dicapai maka penulis menggunakan metode penelitian historis. Menurut Suryadi Suryabrata metode penelitian historis yaitu “penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi secara sistematis dan objektif dengan mengumpulkan, mengevaluasi, serta meganalisa bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan” (Suryadi Suryabrata, 2000:16).
Kemudian menurut Basrowi, metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang dalam hubungannya dengan kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang (Basrowi dalam Hadari Nawawi dan Mimi Martini, 2001:79).
Sedangkan menurut Abdurrahman Surjomiharjo metode historis adalah “suatu proses yang telah dilaksanakan oleh sejarahwan dalam usaha mencari, mengumpulkan, menguji, memilih, memisahkan dan kemudian menyajikan fakta sejarah serta tafsirannya dalam susunan yang teratur” (Abdurrahman Surjomiharjo, 1983: 133).
27
memahami kejadian atau keadaan baik masa lalu maupun sekarang. Dalam hal ini metode penelitian historis sangat tergantung pada data-data masa lalu.
Metode historis memusatkan pada masa lalu dan bukti-bukti sejarah seperti arsip-arsip, benda-benda peninggalan, hasil dokumentasi dan tempat-tempat yang anggap memiliki nilai-nilai sejarah. Data-data tersebut tidak hanya untuk diungkap dari pandangan sejarahnya saja, tetapi juga diungkap berdasarkan berbagai aspek kehidupan baik dari pendidikan, pemerintahan, politik, adat istiadat dan lain-lain. Masalah yang dihadapi peneliti adalah terbatas dari data-data atau sumber-sumber yang sudah ada. “Tujuan penelitian historis adalah untuk memahami kejadian masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar peristiwa atau perkembangan peristiwa dimasa lampau” (Nurul Zuriah, 2005: 52).
Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan metode historis menurut Nugroho notosusanto.
1. Heuristik, yakni proses mencari untuk menemukan data-data atau sumber sejarah.
2. Kritik, yakni menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah sejati baik bentuk maupun isinya.
3. Interprestasi, yakni menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh.
4. Historiografi, yakni menyimpulkan sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah
(Nugroho Notosusanto, 1984: 11).
28
1. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber sejarah. Proses yang dilakukan penulis dalam heuristik ini adalah dengan cara mencari buku, arsip dan dokumen yang ada di Perpustakaan Unila dan Perpustakaan daerah Lampung yang sesuai dengan tema penelitian. Pada tahap ini peneliti mencoba mencari dan melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan atau yang berhubungan dengan Perjuangan Sultan Iskandar Muda Dalam Mencapai Kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara Tahun 1607-1636.
2. Kritik adalah menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli atau palsu dan apakah dapat digunakan atau sesuai dengan tema penelitian. Proses ini dilakukan penulis dengan cara memilah-milah dan menyesuaikan data yang diperoleh dari heuristik dengan tema yang akan dikaji serta keaslian data sudah dapat diketahui.
3. Interpretasi adalah merangkai fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal. Dalam hal ini penulis menganalisis data dan fakta yang sudah diperoleh lalu memilah data yang sesuai dengan kajian yang ditulis oleh peneliti.
29
disusun berdasarkan format penulisan karya ilmiah yang berlaku di Universitas Lampung.
B. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono, variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 60).
Ibnu Hadjar (1996: 156) mengartikan variabel sebagai objek pengamatan atau fenomena yang diteliti. Menurut Sugiono (2011:61) variabel adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
30
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan bagian yang tidak bisa ditinggalkan dalam penelitian. Karena pengumpulan data erat kaitannya dengan masalah yang akan dipecahkan seorang peneliti dan hasil pengumpulan data dapat menjawab pertanyaan dari suatu masalah penelitian. “Teknik pengumpulan data adalah suatu prosedur mengumpulkan data yang di perlukan” (Mohammad Nazir.1993: 211). Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data adalah cara seorang peneliti untuk mengumpulkan data baik berupa arsip dan dokumen yang sesuai dengan masalah yang dikaji untuk menjawab pertanyaan-pertayaan dari masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi.
1. Teknik Kepustakaan
31
Berdasarkan pendapat di atas, maka teknik kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan seorang peneliti yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, memahami dan menelaah buku-buku untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan peneliti dalam pemecahan masalah yang ditelitinya.
Dalam hal ini penulis melakukan kegiatan pengumpulan data melalui teknik kepustakaan dengan beberapa langkah yaitu:
1. Mengumpulkan data dengan mencari buku-buku yang berkaitan dengan apa yang akan diteliti dengan megunjungi perpustakaan Universitas Lampung, perpustakaan Daerah Lampung dan mencari data-data tambahan di internet.
2. Kemudian dari sumber buku-buku yang didapat, penulis membaca dan memahami isi dari sumber tersebut kemudian ditulis dalam rangkaian kalimat yang mudah dipahami.
3. Penulisan terhadap data-data tersebut dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan kronologi peristiwa yang sedang diteliti.
2. Teknik Dokumentasi
32
Menurut Suharsimi Arikunto, teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan lain sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2002: 206).
Kemudian menurut Hadari Nawawi, teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui sumber tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain, yang berhubungan dengan masalah yang akan di teliti (Hadari Nawawi, 1993: 134).
Sedangkan menurut Husin Sayuti dan M. Thoha menyatakan bahwa teknik dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data-data dan fakta melalui catatan, buku, arsip, dan data sekunder lainnya (Husin Sayuti M. Thoha B. Sampurna Jaya, 1995:85).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik dokumentasi merupakan suatu cara untuk mendapatkan data dan informasi secara tertulis berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, prasasti, gambar arkeologi dan lainnya sebagai penunjang dalam sebuah penelitian yang berkaitan dengan Perjuangan Sultan Iskandar Muda Dalam Mencapai Kejayaan Kerajaa Aceh di Nusantara Tahun 1607-1636.
33
D. Teknik Analisis Data
Setelah peneliti memperoleh data-data atau informasi yang berkaitan dengan masalah yang dikaji, maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data untuk di interpretasikan dalam menjawab permasalahan penelitian yang telah diajukan, oleh karena itu analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Hal ini dikarenakan data-data yang terkumpul bersifat tertulis.
Teknik analisis data kualitatif merupakan data yang berupa fenomena-fenomena yang terjadi dalam bentuk laporan dan karangan sejarahwan sehingga memerlukan pemikiran yang teliti dalam menyelesaikan masalah penelitian dan menyimpulkannya dengan tepat.
Menurut pendapat Joko Subagyo, penelitian kualitatif adalah data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru atau memuatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya (Joko Subagyo, 2006:106).
Metode kualitatif lebih berdasar pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif sendiri (Husaini dan Purnomo, 2011:78).
34
sumber yang telah didapat dan kemudian akan mempermudah peneliti untuk menyelesaikan masalah yang sedang diteliti.
Pada dasarnya proses analisis data dapat dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data. Proses analisis data kualitatif dilakukan melalui beberapa tahapan, adapun langkah yang dilakukan dalam teknik analisis data kualitatif menurut Muhammad Ali yaitu :
1. Penyusunan data
Penyusunan data ini merupakan usaha dari peneliti dalam memilih data yang sesuai dengan data yang akan diteliti dari data yang diperoleh.
2. Klasifikasi data
Merupakan usaha dari peneliti untuk menggolongkan data berdasarkan jenisnya.
3. Pengolahan data
Setelah data di golong-golongkan berdasarkan jenisnya kemudian peneliti mengolahnya ke dalam suasana kalimat secara kronologis sehingga mudah dipahami.
4. Penyimpulan
Setelah melakukan langkah-langkah di atas langkah terakhir dari penelitian ini adalah menyimpulkan hasil dari penelitian sehingga akan memperoleh suatu kesimpulan yang jelas kebenaran
35
REFERENSI
Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung. Hal 3 Sukardi.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Halaman 17
Sumadi Suryabrata. 2000. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Halaman 16.
Hadari Nawawi dan Mimi Martini. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press. Halaman 79.
Abdurrahman Surjomiharjo. 1983. Pembinaan Bangsa dan Masalah
Historiografi. Jakarta: Yayasan Idayu. Halaman 133.
Nurul Zuriah.2005.Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta. PT Bumi Aksara.Halaman 52
Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu
Pengalaman). Jakarta: Inti Dayu. Halaman 11.
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Halaman 60
Ibnu Hadjar. 1996. Dasar-Dasar Metodologi penelitian kwantitatif dalam
pendidikan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Halaman 156
Sugiyono. Op. Cit. Halaman 117
Muhammad Nazir. 1993.Metode Penelitian Masyarakat prosedur dan strategi.
Bandung: Angkasa.Halaman 211
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta: Gramedia. Halaman 81.
Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. Op.Cit. halaman 133.
36
Hadari Nawawi dan Mimi Martini. Op.Cit. halaman 134.
Husin Sayuti dan M. Thoha B. Sampurna Jaya. 1995. Metode Penelitian Sosial
dan Humaniora. Jakarta: Fajar Agung. Halaman 85.
Joko Subagyo. 2006. Metode Penelitian: Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 109.
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 78.
79
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan data-data yang diuraikan dalam hasil penelitian dan pembahasan mengenai perjuangan Sultan Iskandar Muda, maka dapat disimpulkan bahwa kejayaan Kerajaan Aceh dicapai pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Adapun bentuk perjuangan yang dilakukan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara adalah sebagai berikut.
1. Perjuangan yang dilakukan melalui perjuangan fisik adalah memperkuat armada dan angkatan perang Kerajaan Aceh. Upaya ini dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan Kerajaan Turki dan Kerajaan Ingggris melalui kekuatan tersebut, Sultan Iskandar Muda dapat memperluas wilayah Kerajaan dengan menaklukkan Kerajaan Deli, Kerajaan Aru, Kerajaan Johor, Kerajaan Pahang dan Kerajaan Kedah. Selain itu Sultan Iskandar Muda dapat melakukan penyerangan terhadap kedudukan Portugis di Malaka.
80
B. SARAN
Perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara merupakan perjuangan yang penuh dengan pengorbanan. Oleh sebab itu penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Guru sejarah hendaknya mampu menyajikan materi tentang sejarah Kerajaan Aceh, khususnya perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara baik melalui perjuangan fisik maupun perjuangan non fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Zakaria. Sekitar Kerajaan Aceh dalam tahun 1520-1675. Medan: Monora.
Alfian, Ibrahim. 1987. Mata Uang Emas Kerajaan-Kerajaan di Aceh. Banda Aceh: Museum Negeri Aceh.
Ali, Muhammad.1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Alfabeta.
Amsia, Tontowi. 2008. Perspektif Kewiraan dalam Ketahanan Nasional.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. PT. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Darmawan, Joko dan Chaerudin. 2011. The Power of Sejarah Indonesia. Jakarta: Buku Kita.
Djajadiningrat, Raden Hoesein. 1983. Kesultanan Aceh. Banda Aceh: Depdikbud. Dorleans, Bernard. 2006. Orang Indonesia dan Orang Prancis dari abad XVI
sampai dengan abad XX. Jakarta: Gramedia.
E. Tamburaka, H. Rustam. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah,
Sejarah Filsafat dan Iptek. Jakarta: Rineka Cipta.
Feener, Michael. 2011. Memetakan Masa Lalu Aceh. Jakarta: Pustaka Larasan. Gazalba, Sidi. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhatara Karya
Aksara.
Hadjar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi penelitian kwantitatif dalam Hamid, Abd Rahman. 2013. Sejarah Maritim Indonesia. Jakarta: Ombak.
Harun, Yahya. 1995. Kerajaan Islam Nusantara Abad XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Kalam Sejahtera.
Hugiono, dan Poerwantara. 1992 .Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT.Rineka. Ibrahim, Muhammad. 1991. Sejarah Daerah Provinsi Istimewa Aceh. Jakarta: Depdikbud
Ibrahimy, H.M. Nur El. 1993. Selayang Pandang Langkah Diplomasi Kerajaan Aceh. Jakarta: Gramedia.
Kansil dan Julianto. 1988. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta: Gramedia.
Lombard, Denys. 2006. Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda. Jakarta: Gramedia.
Marsden, William. 2013. Sejarah Sumatra. Jakarta: Komunitas Bambu. Museum Negeri Aceh.
Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: UGM Press.
Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu
Pengalaman). Jakarta: Inti Dayu.
Oktorini, Nino dkk. 2009. Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah Budaya Kepulauan
Nusantara Awal. Jakarta: Lentera Abadi.
Peter dan Yenny Salim. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press.
Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Poerwantara dan Hugiono. 1992 . Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah
Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka.
Said, Mohammad. 1981. Aceh Sepanjang Abad. Medan: Waspada. Salim, Peter dan Yenny. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.
Sayuti, Husin dan M. Thoha B. Sampurna Jaya. 1995. Metode Penelitian Sosial
dan Humaniora. Jakarta: Fajar Agung.
Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung. Hal 3
Subagyo, Joko. 2006. Metode Penelitian: Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Sukardi.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Surjomiharjo, Abdurrahman. 1983. Pembinaan Bangsa dan Masalah
Historiografi. Jakarta: Yayasan Idayu.
Suryabrata, Sumadi. 2000. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Syah, Iskandar. 2008. Sejarah Indonesia Abad XVI-XVII. Bandar Lampung:
Universitas Lampung Press.
Tirtoprojo, Susanto. 1982. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Pembangunan.
Thoyeb, M.T. dkk. 2004. Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa. Jakarta: Yayasan Upakara.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Zainuddin, H.M.. 1961. Tarich Aceh dan Nusantara. Medan: Pustaka Iskandar Muda.
Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sumber Lain
Braja, Alif. Hubungan leluhur dan kembalinya kejayaan Nusantara. termuat dalam
http://alifbraja.wordpress.com/2012/06/13/hubungan-leluhur-kembalinya-kejayaan-nusantra/ di-akses pada 12-10-2013 pukul 08:45 WIB.
Antonius, Riwanto Saputro. Perjuangan Fidel Castro menggulingkan rezim
Fulgencio Batista. Termuat dalam http://digilib.uin-suka.ac.id/ halaman 13