By
DENI SEPTANDI
ABSTRACT
Economic transformation is a process of structural change in the
economy, marked by a shift from one economic sector to other economic sectors that may affect changes in the Gross Regional Domestic Product of a country or a region. This study aims to determine the transformation of the economic sectors with the shift share method in Lampung province of the Year 2000 - 2013 and prove empirically the effect of the components of aggregate demand:
consumption, investment, government spending and net exports to economic growth. The variables used in this study is divided into two sides of the demand side and the supply side. From the demand side variable used is private
consumption, investment (domestic investment and foreign investment), government spending, and net exports. While the supply side variables used include agriculture, mining, industry, commerce, finance, electricity and water, buildings, transportation, and services.
Calculation shows that the entire konrtibusi economic sectors in Lampung has a positive value or increased, which shows that all sectors of the economy in Lampung experienced growth, with the largest sectors are experiencing an increase in transport and communications sector. The calculation result of three components shift-share result if the effect of the growth of national economy is able to increase the economic growth of Lampung Province, The research proves that the variable consumption, investment, and net exports effect on economic growth in Lampung from 2000 - 2013. While the government spending variables have no effect on economic growth in the province of Lampung.
Oleh
DENI SEPTANDI
ABSTRAK
Transformasi ekonomi adalah proses perubahan struktur ekonomi, ditandai dengan pergeseran dari satu sektor ekonomi kepada sektor ekonomi lainnya yang dapat mempengaruhi perubahan Produk Domestik Regional Bruto pada suatu negara atau suatu daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui transformasi sektor ekonomi dengan metode shift share di Provinsi Lampung dari Tahun 2000 – 2013serta membuktikan secara empiris pengaruh komponen-komponen
permintaan agregat yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua sisi yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan variabel yang digunakan adalah Konsumsi swasta, investasi (investasi dalam negeri dan investasi luar negeri), pengeluaran pemerintah, dan net ekspor. Sedangkan dari sisi penawaran variabel yang digunakan antara lain sektor pertanian, pertambangan, industri, perdagangan, keuangan, listrik dan air, bangunan, transportasi, dan jasa-jasa..
Hasil perhitungan menunjukan bahwa seluruh konrtibusi sektor ekonomi di Lampung memiliki nilai positif atau mengalami kenaikan, yang menunjukan bahwa seluruh sektor perekonomian di Lampung mengalami pertumbuhan, dengan sektor yang terbesar mengalami peningkatan adalah sektor pengangkutan dan komunikasi. Hasil perhitungan tiga komponen shift-share diperoleh hasil jika pengaruh pertumbuhan perekonomian Nasional mampu meningkatkan
pertumbuhan perekonomian Provinsi Lampung, Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel konsumsi, investasi, dan net ekspor berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung dari Tahun 2000 – 2013. Sedangkan variabel pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Deni Septandi, lahir di Ogan Ilir pada tanggal 26
September 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Ir. M. Natsir dan Ibu Ir. Yudi Herlina.
Pendidikan formal yang telah ditempuh yakni pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) PG Bunga Mayang Lampung Utara pada tahun 1998, Sekolah Dasar
Al-Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004, pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007, dan
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.
Selanjutnya pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Jurusan
Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang diterima melalui jalur Ujian Mandiri (UM). Pada tahun 2013, penulis melaksanakan
Alhamdulillhirrabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT.
Kupersembahkan
karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasihku
kepada :
Ayahku, Ir. M. Natsir, S.H. dan ibuku, Ir. Yudi Herlina yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan semangat, motivasi, dan materi. Berusaha dengan
segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada Ayah dan Ibu
tercinta.
Serta kakak-kakakku tercinta, Levirta Vagisa S.H., M.Kn. dan Deri Febogi,
S.H. Terimakasih atas perhatian, serta keceriaan yang selalu memotivasiku.
M
OTO
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Transformasi Sektor Ekonomi Provinsi Lampung Periode 2000-2013”
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak
yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.
3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
skripsi.
5. Bapak Heru Wahyudi,S.E.,M.Si selaku Pembimbing Akademik.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu dan
pelajaran yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
7. Seluruh pegawai jurusan Ekonomi Pembangunan. Mas Kuswara, Mas Feri, Ibu Mardiana, Ibu Yati, Pakde Heriyanto, Pak Ikhman dan Mas Ma’ruf serta para
pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
8. Orang tuaku Tercinta, Papa ku tersayang Ir. M. Natsir, S.H., Mama ku tersayang
Ir. Yudi Herlina, dan Kakak-kakakku Levirta Vagisa, S.H., M.Kn., Deri Febogi, S.H., Aditya Bardawansyah, S.H., kemudian Fakhrul Arifin, Erisa Tri Anggraini S.Adm. beserta keluarga besarku terima kasih atas semua limpahan kasih
sayang, dukungan doa, dan bantuan yang telah diberikan selama ini.
9. Sahabat-sahabat ILK yang telah berjuang bersama-sama. Aldy, Dedi, Efridho, Ghazi, Gita, Oddie, Pandu, Pramadhan, Restu, Kunay, Shoffan, Siraj, Yokur, Yahya, Yusan. Terima kasih untuk segalanya. Percayalah segala usaha yang
Andika Mahardika dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatusatu karena telah memberikan banyak warna dikehidupan penulis.
11. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Terima kasih. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 19 Agustus 2015 Penulis
i
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
I . PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Kegunaan Penelitian... 12
E. Kerangka Pemikiran ... 12
F. Hipotesis ... 14
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 15
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16
A. Tinjauan Teoritis ... 16
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 16
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 16
3. Teori Perubahan Struktur (Transformasi) Ekonomi ... 23
4. Metode Shift Share ... 30
B. Tinjauan Empirik ... 31
III. METODE PENELITIAN ... 39
A. Jenis dan Sumber Data ... 39
B. Batasan Variabel ... 40
C. Gambaran Umum Provinsi Lampung ... 42
D. Metode Analisis ... 44
E. Prosedur Analisis Data (Data Generating Procces) ... 47
i
A. Transformasi sektor ekonomi di Provinsi Lampung ... 54
B. Uji Asumsi Klasik ... 57
C. Pengaruh Komponen Permintaan Agregat Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 61
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Simpulan ... 66
B. Saran ... 67
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Outlook Pertumbuhan Domestik Bruto Asia Tenggara ... 3
2. Pendapatan Domestik Bruto ADH Konstan di Indonesia ... 5
3. Ringkasan Penelitian Abdiyanto (2003) ... 33
4. Ringkasan Penelitian Hidayat (2010)... 34
5. Ringkasan Penelitian Mulyanto (2006) ... 34
6. Ringkasan Penelitian Arief (2013) ... 35
7. Ringkasan Penelitian Aris (2010) ... 35
8. Ringkasan Penelitian Bhaskara Rao dan Arusha Cooray (2010) ... 36
9. Ringkasan Penelitian Ismaeel Ibrahim Naiya (2013)... 37
10.Ringkasan Penelitian El-Hadj Bah (2010) ... 38
11.Ringkasan Variabel Penelitian ... 39
12.Uji Statistik Durbin-Watson ... 49
13.Rasio PDRB Provinsi Lampung dan PDRB Indonesia ... 55
14.Hasil Analisis Shift-Share Provinsi Lampung ... 56
15.Hasil Uji White No Cross Terms ... 59
16.Hasil Uji Autokorelasi... 60
17.Hasil Uji Mulitikolinearitas... 60
18.Hasil Uji Parsial (Uji t-statistik) ... 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar : Halaman
1. Struktur Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 dan Tahun 2013 ... 8 2. Struktur Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Menurut
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial, di samping akselerasi pertumbuhan ekonomi, pemerataan
ketimpangan pendapatan, serta pemberantasan kemiskinan. Maka tujuan dari pembangunan itu sendiri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Secara umum pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang (Afrizal, 2013).
Walaupun banyak mendapat tanggapan di kalangan masyarakat namun tidak dapat disangkal bahwasanya pemerataan pembangunan merupakan salah satu indikator yang lazim digunakan oleh badan-badan dunia dalam menilai keberhasilan
pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu Negara.
Pembangunan ekonomi adalah usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan per kapita masyarakat pelaku ekonomi dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi
GDP) pada suatu tahun tertentu lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Dalam penggunaan yang lebih umum, istilah pertumbuhan ekonomi
digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi. Suatu perekonomian baru dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan per kapita
menunjukkan kecenderungan (trend) jangka panjang yang menaik. Ini tidak berarti bahwa pendapatan per kapita harus mengalami kenaikan terus menerus.
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang diukur dari pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) dipengaruhi oleh sejumlah faktor-faktor yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dan lainnya. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi yang diinginkan adalah tingkat pertumbuhan PDB yang
tinggi dan kerkelanjutan sehingga dapat berpengaruh terhadap stuktur ekonomi atau mengakibatkan terjadinya perubahan struktur ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi atau transformasi struktur ekonomi merupakan suatu
perubahan ekonomi yang berkaitan dengan realokasi kegiatan ekonomi ke dalam sektor-sektor pertanian, industri (manufaktur) dan jasa yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan pendapatan perkapita dan memodernkan
perekonomian (Chenery, 1986).
Diantara negara-negara kawasan Asia Tenggara, perekonomian Filipina menjadi yang terbaik dibandingkan banyak tetangganya yang babak belur seperti
dengan negara-negara tersebut, Filipina juga harus mengalami pelemahan nilai
tukar peso dan merosotnya nilai saham meskipun kinerja ekonominya luar biasa. Setelah mengalami kontraksi hebat pada tahun 1998 akibat krisis, ekonomi
Indonesia mulai mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2000, meskipun sebenarnya masih jauh dari harapan dalam arti perbaikan (recovery) ekonomi yang sesungguhnya. Organisasi Kerjasama Ekonomi Dan Pembangunan (OECD) memprediksi Indonesia akan meraih pertumbuhan produk domestic bruto (PDB) tertinggi di antara enam negara utama di Asean pada periode 2012-2016
(Philstar.com 2/9/2013). Berikut tingkat PDB beberapa di Asean tahun 2010 sampai dengan 2013:
Tabel 1. Outlook Pertumbuhan Domestik Bruto Asia Tenggara ( dalam %)
Tahun
Negara
Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
2000 4.9 8.3 4.0 10.3 4.6 6.1
Sumber: International Monetary Found, World Economic. 2013 * Angka Perkiraan
di atas 6% dengan pengecualian tahun 2009 (4,6%) sejalan dengan krisis ekonomi
global akibat kegagalan sektor kredit properti (subprime mortgage crises) dimana sebagian besar negara bahkan mengalami pertumbuhan minus. Trend tersebut
berbeda bila dibandingkan dengan Singapura yang memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 6,55%, namun fluktuasinya sangat tinggi mulai dari 14,7%
(2010) setelah mengalami kontraksi -1,3% (2009). Demikian pula halnya dengan Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam yang tidak lepas dari imbas krisis global tahun 2009, sehingga turut mengalami pertumbuhan yang minus. Pertumbuhan
ekonomi Vietnam memang menunjukkan tingkat yang selalu lebih tinggi
dibandingkan Indonesia dari periode 2002 hingga 2010. Meskipun demikian hal
ini bisa dikatakan baik, karena Pada tahun 2008, terjadi krisis global yang berpusat di Amerika Serikat. Krisis ini memberikan dampak yang cukup besar dalam
perekonomian global khususnya bagi negara-negara yang mempunyai hubungan
ekonomi yang sangat erat dengan Amerika Serikat. Dalam hal ini, Indonesia juga
merasakan dampaknya meskipun tidak sebesar krisis moneter pada tahun 1998.
Perlambatan ekonomi dunia yang semakin dalam dan anjloknya harga komoditas
global mendorong merosotnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia sehingga
transformasi struktur ekonomipun terpengaruh.
Transformasi struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan laju pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa dibandingkan dengan laju pertumbuhan di sektor pertanian, sehingga secara agregat kontribusi sektor
Pertumbuhan ekonomi wilayah dan/atau daerah atau provinsi adalah pertumbuhan
pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi melalui kenaikan seluruh nilai tambah (value added) di wilayah tersebut. Perhitungan Pendapatan wilayah pada awalnya dibuat berdasarkan harga berlaku. Namun agar dapat melihat
pertambahan dari kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, maka harus dinyatakan dalam nilai riel, artinya diyatakan dalam harga konstan. Biasanya Badan Pusat
Statisik (BPS) dalam menerbitkan laporan pendapatan regional tersedia angka dalam harga berlaku dan harga konstan. Berikut akan ditampilkan Tabel yang memperlihatkan PDB Indonesia selama 14 Tahun (2000-2013):
Tabel 2. Pendapatan Domestik Bruto ADH Konstan di Indonesia Tahun 2000-2013 (Milyar Rupiah)
Tahun PDB %Pertumbuhan
2000 1226139,9
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014
Dijelaskan dalam Tabel 2 adalah bagaimana perkembangan PDB Indonesia
mengalami perubahan yang positif, walaupun terjadi fluktuasi yang tidak terlalu
besar perubahannya.
Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi) yang beroperasi di daerah tersebut,
sehingga secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang
tercipta di wilayah tersebut juga oleh besar-kecilnya transfer payment atau bagian dari pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau dana dari luar wilayah yang masuk ke dalam wilayah.
Permasalahan pokok yang ada dalam pembangunan suatu daerah terletak
pada penetapan prioritas kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan
menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan agar pelaksanaan pembangunan daerah menuju kepada pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru
serta merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.
Diterbitkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 / Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 /
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, merupakan perwujudan dari kebijakan pemerintah pusat untuk memberdayakan
manusia dan pembiayaan, yang selama ini merupakan tanggung jawab pemerintah
pusat.
Urusan dimaksud mencakup seluruh bidang pemerintahan kecuali urusan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama serta moneter
dan fiskal. Dalam urusan pembiayaan, daerah dapat menggali sekaligus menikmati sumber-sumber potensi ekonomi serta sumber daya alamnya tanpa
adanya intervensi terlalu jauh dari pemerintah pusat. Hal tersebut akan dapat berdampak terhadap kemajuan perekonomian daerah yang pada akhirnya terciptanya peningkatan pembangunan di daerah.
Pemerintah daerah mempunyai fungsi antara lain mengalokasikan sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat
daerah. Pembangunan ekonomi daerah pada hakekatnya adalah serangkaian
kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan
masyarakatnya dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal. Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok
yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat
agraris menjadi masyarakat industri. Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan
kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri.
menuju sektor sekunder. Pergeseran pertumbuhan sektor produksi ini secara
langsung juga akan berpengaruh pada perubahan komposisi tenaga kerja dari yang semula bermata pencaharian utama pada sektor pertanian, bergeser ke sektor
industri, perdagangan dan jasa.
Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki prospek pertumbuhan yang cukup baik dalam kisaran 6% sejak tahun 2012 sampai dengan
tahun 2013. Provinsi Lampung juga memiliki potensi sumber daya alam yang menjadi andalan komoditas ekspor dan sumber daya pariwisata yang mulai
menarik wisatawan asing. Perekonomian Lampung masih berbasis perekonomian
agraris dimana sektor pertanian masih menjadi gantungan hidup masyarakat. Struktur ekonomi Lampung berdasarkan PDRB menurut sektoral dapat dilihat
dari pada Gambar 1 sebagai berikut.
Gambar 1. Struktur Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 dan Tahun 2013.
Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa perekonomian Lampung masih didominasi
oleh 4 (empat sektor) ekonomi yang utama, yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan/hotel/restoran dan transportasi/komunikasi. Kontribusi
keempat sektor ini dalam perekonomian Lampung mencapai kisaran 75 s.d 80 persen. Sektor pertanian dalam kuruan waktu lima tahun terakhir tetap
memberikan kontribusi terbesar. Pada Gambar1dapat dilihat bahwa kontribusi sektor pertanian sedikit menurun dari 38.89% tahun 2009 menjadi 35.54% di tahun 2013. Sektor perdagangan/Hotel/Restoran sebagai kontributor terbesar
kedua dengan kontribusi sebesar 13.44% di tahun 2009 meningkat menjadi 15.94% di tahun 2013. Sektor industri dan pengolahan yang menempati posisi
ketia dengan kontribusi meningkat dari 14.07% di tahun 2009 menjadi 15.52% di tahun 2013. Sektor lainnya yang juga memberikan konstribusi cukup besar adalah sektor transportasi/komunikasi. Sektor ini memberikan kontribusi sebesar 9.90
persen di tahun 2009 dan meningkat menjadi 11.76 persen di tahun 2013. Sektor kegiatan ekonomi yan memberikan kontribusi paling rendah adalah sektor listrik dan air bersih, yaitu 0.58% di tahun 2009 dan 0.56% di tahun 2013.
Ditinjau kembali PDRB Lampung berdasarkan sektor ekonomi (lapangan usaha) selama kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, telah terjadi pergeseran struktur ekonomi Lampung yang ditandai dengan
menurunnya kontribusi sektor ekonomi pertanian di tahun 2013. Sedangkan jika diamati PDRB Lampung dari sisi permintaan yaitu diamati dari komponen
Gambar 2. Struktur Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Menurut Komponen Pengeluaran Tahun 2009-2013
Sumber: Susenas, Badan Pusat Statistik. 2014
Berdasarkan Gambar 2, selama lima tahun terakhir PDRB Lampung dari komponen pengeluaran masih didominasi oleh komponen konsumsi dan ekspor barang dan jasa yang terus mengalami peningkatan. Komponen konsumsi
menyumbang sebesar Rp 20,748.71 Miliyar di tahun 2009 dan meningkat menjadi Rp 24,560.74 Miliyar di tahun 2013. Untuk komponen ekspor barang dan jasa di
tahun 2009 menyumbang sebesar Rp18,944.63 Miliyar menjadi Rp 21,118.40 Miliyar di tahun 2013. Komponen ekspor barang dan jasa mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2012 yang mencapai sebesar Rp 23,974.26 Miliyar.
Sedangkan komponen impor barang dan jasa mengalami penurunan yang siginifikan selama lima tahun terakhir dari Rp 14.700.48 Miliyar di tahun 2009
turun menjadi Rp 4.330.62 di tahun 2013.
Penurunan komponen impor barang dan jasa di Lampung menunjukkan
pergeseran komponen PDRB Lampung yang lebih memprioritaskan pertumbuhan
ekonomi regional dengan menurunnya tingkat ketergantungan supply barang dan 0.00
PDRB Lampung dan Komponen Pengeluaran
PDRB Konsumsi Swasta Pengeluaran Pemerintah
Investasi (PMTB) Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa
jasa dari luar negeri. Dengan demikan, akan meningkatnnya peran pertumbuhan
ekonomi regional yang selanjutnya mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat perolehan pendapatan per
kapita menunjukkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Sebaliknya penurunan pada tingkat pendapatan per kapita
menunjukkan tingkat kesejahteraan yang semakn menurun. Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor dan transfer yan mengalir keluar (transfer out) sama dengan transfer masuk (transfer in) maka pendapatan per kapita dapat ditunjukkan melalui tingkat PDRB per kapita. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang transformasi sektor ekonomi di Provinsi
Lampung dengan judul penelitian sebagai berikut “Analisis Transformasi Sektor Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 2000-2013.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah
pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana transformasi sektor ekonomi di Provinsi Lampung dari Tahun
2000 – 2013?
2. Komponen-komponen permintaan agregat manakah yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung selama
periode 2000-2013?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui transformasi sektor ekonomi dengan metode shift share di Provinsi Lampung dari Tahun 2000 – 2013.
2. Membuktikan secara empiris pengaruh komponen-komponen permintaan
agregat yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung selama periode
2000-2013.
D. Kegunaan Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
wawasan bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai transformasi sektor ekonomi.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan
pengetahuan serta bukti empiris mengenai pengaruh komponen-komponen permintaan agregat yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan
net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Pusat Provinsi Lampung tentang komponen-komponen
permintaan agregat yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.
E. Kerangka Pemikiran
Sejalan dengan perkembangan pembangunan yang ada di suatu negara maka
peran sektor pertanian semakin lama semakin kecil (baik proporsi terhadap produksi nasional maupun tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian)
ekonomi akan terjadi perubahan dalam struktur ekonomi suatu negara. Pada masa – masa awal pembangunan ekonomi sektor primerlah yang mendominasi
perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sumbangan sektor pertanian
terhadap produksi nasional dan banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian.
Makin berperannya sektor industri dalam perekonomian maka menyebabkan
semakin besarnya produksi nasional karena sektor industri dapat memacu pertumbuhan ekonomi lebih cepat dibandingkan sektor pertanian. Dilihat dari besarnya tingkat produksi nasional maka diharapkan akan menaikkan pendapatan
masyarakat di Negara yang bersangkutan, dimana peningkatan pendapatan ini diharapkan dapat semakin mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan yang ada.
Gambar 3. Kerangka Berpikir Penelitian
F. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga sektor pertanian berkontribusi lebih besar terhadap PDRB Provinsi Lampung dibandingkan konstribusi sektor lainnya;
2. Diduga faktor dari sisi permintaan berpengaruh nyata dan positif terhadap
G. Ruang Lingkup Penelitian
Batasan masalah dilakukan agar penelitian dan pembahasannya lebih terarah, sehingga hasilnya tidak bias dan sesuai dengan harapan peneliti. Adapun ruang lingkup penelitianya adalah mengetahui sektor ekonomi dengan metode shift share di Provinsi Lampung dari Tahun 2000 – 2013, serta mengetahui secara empiris pengaruh komponen-komponen permintaan agregat terhadap
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto / Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil
dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perluasan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999). Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2002)
pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengan kemajuan
teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan suatu pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan pembangunan
(Todaro:2006). Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan pertumbuhan output per
produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga kerja dan modal di
wilayah tersebut. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing wilayah tersebut (melalui pertumbuhan
produktivitas). Sedangkan pertumbuhan output per kapita digunakan sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi (Bhinadi:2003).
Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan seperti yang diuraikan sebagai
berikut.
a. Teori Rostow dan Teori Harrord-Domar
Teori Rostow menjelaskan bahwa ada tahap-tahap yang dilewati suatu negara dalam
pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi adalah dengan memperkuat tabungan nasional. Teori ini diperjelas lagi dengan teori
Harord-Domar yang menyebutkan bahwa semakin banyak porsi PDB yang ditabung akan menambah capital stock sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kedua teori tersebut menjelaskan bahwa tingkat tabungan dan capital stock yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun beberapastudi empiris menunjukkan hasil yang berbeda antara negara-negara di Eropa Timur dan di Afrika. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
seperti kualitas SDM dan infrastruktur pendukung (Todaro : 2006).
b. Teori Transformasi Struktural
Teori ini berfokus pada mekanisme yang membuat negara-negara miskin dan
berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara
yang bersifat tradisional menjadi dominan ke sektor industri manufaktur yang
lebih modern dan sektor jasa-jasa. Teori ini dipeloperi oleh W. Arthur Lewis. Menurut Lewis, dalam perekonomian yang terbelakang ada 2 sektor yaitu
sektor pertanian dan sektor industri manufaktur. Sektor pertanian adalah sektor tradisional dengan marjinal produktivitas tenaga kerjanya nol. Dengan kata lain, apabila tenaga kerjanya dikurangi tidak akan mengurangi output dari sektor
pertanian. Sektor industri modern adalah sektor modern dan output dari sektor ini akan bertambah bila tenaga kerja dari sektor pertanian berpindah ke sektor
modern ini. Dalam hal ini terjadi pengalihan tenaga kerja, peningkatan output dan perluasan kesempatan kerja. Masuknya tenaga kerja ke sektor modern akan
meningkatkan produktivitas dan meningkatkan output.
c. Teori Model Solow
Teori ini menjelaskan bagaimana tingkat tabungan dan investasi, pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian dan
pertumbuhannya sepanjang waktu (Mankiw:2000). Dalam teori ini perkembangan teknologi diasumsikan sebagai variabel yang eksogen. Hubungan antara output , modal dan tenaga kerja dapat ditulis dalam bentuk fungsi sebagai berikut.
y = f (k) ... (1)
Dari persamaan 1 terlihat bahwa output per pekerja (y) adalah fungsi dari capital stock per pekerja. Sesuai dengan fungsi produksi yang berlaku hukum “the law of
deminishing return”, dimana pada titik produksi awal, penambahan kapital per labor
penambahan capital stock per pekerja tidak akan menambah output per pekerja dan bahkan akan bisa mengurangi output per pekerja. Sedangkan fungsi investasi dituliskan sebagai berikut.
i = s f(k) ...(2)
Dalam persamaan tersebut, tingkat investasi per pekerja merupakan fungsi capital stock per pekerja. Capital stock sendiri dipengaruhi oleh besarnya investasi dan penyusutan dimana investasi akan menambah capital stock dan penyusutan akan menguranginya.
Δk = i - kt ... (3)
Yang mana adalah porsi penyusutan terhadap capital stock.
Tingkat tabungan yang tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatancapital stock dan akan meningkatkan pendapatan sehingga memunculkan pertumbuhan ekonomi
yang cepat. Tetapi dalam kurun waktu tertentu pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan jika telah mencapai apa yang disebut steady-state level of capital. Kondisi ini terjadi jika investasi sama dengan penyusutan sehingga akumulasi modal.
Selain tingkat tabungan, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi.
mengurangi capital stock per pekerja. Tingkat pertumbuhan populasi dan tingkat penyusutan secara bersama-sama akan mengurangi capital stock. Pengaruh pertumbuhan populasi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut. Δk = sf(k) - ( + n) kt, ...(4)
dimana n adalah tingkat pertumbuhan populasi. Dalam teori ini diprediksi bahwa negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi akan memiliki GDP
perkapita yang rendah (Mankiw : 2000).
Kemajuan teknologi dalam teori Solow dianggap sebagai faktor eksogen. Dalam perumusan selanjutnya fungsi produksi adalah Y =f (K,L,E), dimana E adalah
efisiensi tenaga kerja. Selanjutnya y adalah Y/LE dimana LE menunjukkan jumlah tenaga kerja efektif. Pengaruh dari kemajuan teknologi terhadap perubahan modal dapat dirumuskan sebagai
Δk = sf(k) - ( + n + g) kt, ...(5)
Yang mana g menggambarkan kemajuan teknologi melalui efisiensi tenaga kerja. Dampak dari kemajuan teknologi adalah dapat memunculkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan karena mengoptimalkan efisiensi tenaga kerja yang
terus tumbuh.
Menurut teori Solow ada beberapa hal yang dilakukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Meningkatkan porsi tabungan akan meningkatkan akumulasi modal dan
kemajuan teknologi dapat meningkatkan pendapatan per tenaga kerja sehingga
pemberian kesempatan untuk berinovasi pada sektor swasta akan berpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi.
d. Teori Pertumbuhan Endogen
Teori pertumbuhan endogen yang berusaha menjelaskan bahwa sumber-sumber pertumbuhan adalah peningkatan akumulasi modal dalam arti yang luas. Modal
dalam hal ini tidak hanya dalam sifat fisik tetapi juga yang bersifat non-fisik berupa ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi ini akan mengembangkan inovasi sehingga meningkatkan produktivitas dan berujung pada peningkatan
pertumbuhan ekonomi.
Adanya penemuan-penemuan baru berawal dari proses learning by doing,
yang dapat memunculkan penemuan-penemuan baru yang meningkatkan efisiensi produksi. Efisiensi ini yang dapat meningkatkan produktivitas. Sehingga dalam hal ini kualitas sumber daya manusia adalah faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
e. Teori Pertumbuhan Solow Dengan Unsur Human Capital
Teori ini memasukkan unsur human capital sebagai unsur yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Human capital berperan sama dengan kapital yang bersifat fisik. Model awal teori ini ditulis sebagai
Y (t) = K (t)α {A(t)H(t)}1-α...(6)
Y : output
K : persediaan modal fisik A : kemajuan teknologi
H : labor service
K dan H bersama-sama mempengaruhi output dan berlaku constant return to scale. Variabel H bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan jumlah tenaga kerja sebagaimana dinotasikan sebagai berikut.
H(t) = L(t) G(E), dimana L adalah jumlah tenaga kerja, G adalah fungsi dari human capital per tenaga kerja yang digambarkan dalam tingkat pendidikan tenaga kerja (E). Variabel K dan L adalah dinamik dan dinotasikan sebagai berikut.
K = sK Y(t) dan L = nL(t) ...(7)
sK adalah bagian dari output yang disisihkan untuk akumulasi modal dengan asumsi tidak ada depresiasi, dan n adalah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah
tenaga kerja. Sementara itu teknologi sebagai faktor yang eksogen, dan SDM
dinotasikan sebagai berikut H(t) = sH Y(t) dimana sH adalah bagian dari sumber daya yang dicurahkan untuk akumulasi modal sumber daya manusia. Dalam accounting growth persamaan i bisa diubah diubah dalam bentuk logaritma natural dengan membagi masing-masing sisi dengan L sehingga menjadi sebagai berikut. Ln Yi/Li = αLn Ki/Li + (1-α) ln Hi/Li + (1-α) ln Ai ...(7)
diturunkan lagi dengan mengurangi αLn (Yi/Li) dan hasilnya adalah sebagai
berikut.
Ln Yi/Li = α/(1- α) Ln Ki/Yi + ln Hi/Li + ln Ai ...( 9)
Persamaan (9) menggambarkan output per tenaga kerja yang dipengaruhi oleh
capital-output ratio (K/Y), labor services per worker dan residual. Persamaan (8) dan (9) tidak jauh berbeda, tetapi persamaan jauh (9) lebih menggambarkan perubahan
dalam jangka panjang dalam variabel labor service per worker (H/L) dan residual (A) (Romer : 2006). A adalah residual yang menggambarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi output per worker, dimana termasuk di dalamnya adalah kemajuan teknologi.
3. Teori Perubahan Struktur (Transformasi) Ekonomi
Transformasi ekonomi adalah proses perubahan struktur ekonomi, ditandai dengan
pergeseran dari satu sektor ekonomi kepada sektor ekonomi lainnya yang dapat mempengaruhi perubahan Produk Domestik Regional Bruto pada suatu negara atau suatu daerah (Abdiyanto, 2003). Teori perubahan struktural menitikberatkan pada
mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang yangsemula lebih bersifat subsisten, lebih berorientasi ke kehidupan perkotaan, serta
W. Arthur Lewis mengembangkan teori transformasi perekonomian subsisten dengan
teorinya model dua sektor Lewis antara lain :
a. Perekonomian Tradisional
Dalam teori ini Lewis mengasumsikan bahwa di daerah pedesaan dengan
perekonomian tradisional mengalami surplus tenaga kerja. Perekonomian tradisional adalah bahwa tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi subsisten, hal ini di
akibatkan kelebihan penduduk dan di tandai dengan produktivitas marjinal tenaga kerja sama dengan nol. Ini merupakan situasi yang memungkinkan Lewis untuk
mendefinisikan kondisi surplus tenaga kerja (surplus labor) sebagai suatu fakta bahwa jika sebagian tenaga kerja tersebut di tarik dari sektor pertanian, maka sektor itu tidak
akan kehilangan outputnya.
b. Perekonomian Industri
Pada perekonomian ini terletak pada perkotaan modern yang berperan penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi
dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang di transfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten. Dengan demikian perekonomian perkotaan merupakan daerah tujuan bagi para pekerja yang berasal dari pedesaan sehingga penambahan tenaga
kerja pada sistem produksi yang ada akan meningkatkan output yang di produksi. Rangkaian proses pertumbuhan berkesinambungan (self-sustaining growth) dan perluasan kesempatan kerja di sektor modern tersebut di atas diasumsikan akan terus berlangsung sampai semua surplus tenaga kerja pedesaan diserap habis oleh sektor
sektor pertanian dengan biaya yang lebih tinggi karena hal tersebut akan
mengakibatkan merosotnya produksi pangan.
Transformasi struktural perekonomian dengan sendirinya akan menjadi suatu kenyataan dan perekonomian itu pun pada akhirnya pasti beralih dari perekonomian
pertanian tradisional yang berpusat di pedesaan menjadi sebuah perekonomian industri modern yang berorientasi kepada pola kehidupan perkotaan.
Model perubahan struktur ekonomi selanjutnya adalah dari Hollis B.
Chenery-Syrquin. Teori Chenery dikenal dengan teori Pattern of Development. Analisis teori Pattern of Development menjelaskan perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi dari negara berkembang yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Peningkatan peran sektor industri dalam perekonomian sejalan dengan
peningkatan pendapatan perkapita yang berhubungan sangat erat dengan akumulasi modal dan peningkatan sumber daya (Human Capital).
1) Dilihat dari Permintaan Domestik
Apabila dilihat dari permintaan domestik akan terjadi penurunan permintaan terhadap
konsumsi bahan makanan karena dikompensasikan oleh peningkatan permintaan terhadap barang-barang non kebutuhan pangan, peningkatan investasi, dan
Di sektor perdagangan internasional terjadi juga perubahan yaitu peningkatan nilai
ekspor dan impor. Sepanjang perubahan struktural ini berlangsung terjadi
peningkatan pangsa ekspor komoditas hasil produksi sektor industri dan penurunan
pangsa sektor yang sama pada sisi impor.
2) Dilihat dari Tenaga Kerja
Apabila dilihat dari sisi tenaga kerja ini akan terjadi proses perpindahan tenaga kerja
dari sektor pertanian di desa menuju sektor industri di perkotaan, meski pergeseran ini masih tertinggal (lag) dibandingkan proses perubahan struktural itu sendiri. Dengan keberadaan lag inilah maka sektor pertanian akan berperan penting dalam
peningkatan penyediaan tenaga kerja, baik dari awal maupun akhir dari proses tranformasi perubahan struktural tersebut.
Hasil penelitian empiris yang dilakukan Chenery dan Syrquin tahun 1975
mengidentifiakasikan bahwa, sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat per kapita yang membawa perubahan dalam pola permintaan konsumen dari penekanan pada makanan dan barang kebutuhan pokok ke berbagai macam
barang-barang manufaktur dan jasa, akumulasi modal fisik dan manusia, perkembangan kota-kota dan industri perkota-kotaan bersamaan dengan proses migrasi penduduk dari
pedesaan ke perkotaan, dan penurunan laju pertumbuhan penduduk dan ukuran keluarga yang semakin kecil, struktur perekonomian suatu negara bergeser dari semula yang di dominasi oleh sektor primer meuju ke sektor-sektor non-primer
Berkembangnya sektor pertanian (primer) yang kuat akan memberikan landasan bagi
industri berdaya saing tinggi dengan dukungan sumber daya yang memadai. Industri yang tumbuh pesat akan mampu menyerap dukungan sektor pertanian sekaligus
meningkatkan nilai tambahnya. Perkembangan industri dan pertanian pada akhirnya akan meningkatkan dan mendorong tumbuhnya sektor jasa dalam arti yang
luas,karena industri membutuhhkan dukungan perbankan, asuransi, periklanan,
akuntansi, pelatihan, pemasaran, distribusi, pengangkutan dan berbagai jenis jasa lainnya.
4. Produk Domestik Regional Bruto
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004:8) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan
jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung (alokasi).
a. Metode Langsung
Penghitungan metode langsung ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Walaupun
mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun akan memberikan hasil
1) Pendekatan Produksi (Production Approach)
PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga penghitunganmelalui pendekatan nilai tambah (value added). Pendekatan produksi adalah penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi
dengan cara mengurangkan biaya antara dari total produksi bruto sektor atau subsektor tersebut.
Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara. Biaya
antara adalah nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai input antara dalam proses produksi. Barang dan jasa yang termasuk input antara adalah bahan baku atau bahan penolong yang biasanya habis dalam sekali proses produksi atau mempunyai umur penggunaan kurang dari satu tahun, sementara itu pengeluaran atas balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan yang
diterima perusahaan bukan termasuk biaya antara. Begitu juga dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto bukan merupakan biaya antara (Tarigan, 2005).
Pendekatan produksi banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari
sektor yang produksinya berbentuk fisik/barang. PDRB menurut pendekatan produksi terbagi atas 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : pertanian , industri , Pertambangan, listrik dan air minum, bangunan dan konstruksi, perdagangan, angkutan , lembaga
2) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah pada jangka waktu tertentu (setahun). Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini diperoleh dengan menjumlahkan semua
balas jasa yang diterima faktor produksi yangkomponennya terdiri dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan ditambah dengan penyusutan dan pajak
tidak langsung neto (BPS, 2008).
3) Pendekatan Pengeluaran (Expend Approach)
PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan
lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah. Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik tolak dari
penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS, 2008).
b. Metode Tidak Langsung atau Metode Alokasi
Dalam metode ini PDRB suatu wilayah diperoleh dengan menghitung PDRB wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang lebih luas. Untuk melakukan alokasi
PDRB wilayah ini, digunakan beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/subsektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah produksi fisik;
masing-masing propinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor. Cara penyajian
PDRB adalah sebagai berikut :
a) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen PDRB. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar,
begitu juga sebaliknya.
b) PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan
agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap
sektor dari tahun ke tahun.
4. Metode Shift Share
tertentu menjadi pengaruh : pertumbuhan nasional (N), Proportional Shift (P), dan Differential Shift ( D ).
B. Tinjauan Empirik
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis mencoba mempelajari hasil-hasil
penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Abdiyanto (2003)
menganalisis proses perubahan struktur ekonomi yang mempengaruhi perubahan PDRB di Sumatera Utara yang menunjukkan bahwa pada tahun 1983 kontribusi sektor jasa lebih besar dibanding pertanian dan pada tahun 1993 kembali terjadi transformasi ekonomi dimana sektor industri memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan sektor pertanian. Pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi, struktur ekonomi Sumatera Utara kembali berubah dimana sektor pertanian lebih memberikan kontribusi dibandingkan dengan sektor industri.
Hidayat (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui apa yang menjadi sektor
unggulan di Kota Manado dan bagaimana struktur perekonomian di kota tersebut. Hasil penelitian Hidayat menunjukkan bahwa yang menjadi sektor unggulan untuk periode tahun 2009-2010 adalah sektor keuangan,persewaan, & js, prsh, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor pengangkutan &komunikasi, dan sektor listrik,gas, dan air bersih.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa transformasi struktural yang terjadi tidak
diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja sektoral dari sektor
pertanian ke sektor industri di kedua Kabupaten tersebut. Hal ini menunjukkan
terjadinya dualisme transformasi struktural. Hubungan antara ketimpangan dengan pertumbuhan ekonomi yang berbentuk kurva U terbalik ternyata berlaku di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah.
Arief (2013) melakukan penelitian untuk mengetaui struktur perekonomian dan pertumbuhan di provinsi Banten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor industry pengolahan dan sektor listrik gas dan
air bersih. Dua sektor ini yang memberikan kontribusi paling besar dibandingkan dengan
sektor lainnya. Selain itu, ada empat sektor yang perkembangannya cepat dibandingkan
dengan nasional, yaitu: sektor pertambangandan penggalian, industri penglahan, sektor
listrik gas dan air bersih, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Keempat sektor inii
dapat dikembangkan untuk mendukung perkembangan Provinsi Banten.
Bhaskara dan Arusha (2010) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi beberapa bantahan determinan pertumbuhan jangka panjang di tujuh negara Asia Selatan. Hasil
menunjukkan bahwa ada beberapa faktor penentu yang kuat dari tingkat pertumbuhan jangka panjang di tujuh Selatan-Asia negara. Kami menemukan bahwa faktor-faktor penentu yang kuat, dengan pengecualian FDI, semua signifikan secara statistik pada tingkat 5% atau 10%.
Islameel (2013) melakukan analisis untuk membandingkan dan menganalisis
bahwa negara-negara yang mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan berhasil secara efektif mengubah kegiatan produktif mereka dari rendah ke sektor
produktivitas yang tinggi; dan diversifikasi ekonomi mereka dari monokultur, tergantung pada ekspor sumber daya alam tunggal atau sejumlah bahan baku pertanian, untuk manufaktur dan ekspor produk jadi.
El-Hadj (2010) melakukan analisisuntuk menjawab apakah negara-negara maju (Asia, Amerika Latin dan Afrika) mengikuti proses transformasi struktural yang
sama. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa secara umum transformasi di negara berkembang menyerupai transformasi struktural di negara-negara maju.
Tabel 3. Ringkasan Penelitian Abdiyanto (2003)
Judul AnalisisTransformasi Ekonomi di Sumatera Utara Penulis/Tahun Abdiyanto / 2003
Tujuan Untuk menganalisis proses perubahan struktur ekonomi yang mempengaruhi perubahan PDRB di Sumatera Utara Model dan alat
analisis
Model Regresi Logaritma Berganda Alat: Ordinary Least Square
Hasil dan Kesimpulan
Tabel 4. Ringkasan Penelitian Hidayat (2010)
Judul Analisis Struktur Perekonomian di Kota Manado Penulis/Tahun Januardy A.J. Hidayat / 2010
Tujuan Untuk megetahui apa yang menjadi sektor unggulan di Kota Manado dan bagaimana struktur perekonomian di kota tersebut.
Variabel PDRB atas dasar harga konstan. Model dan alat
analisis
Metode location Quotient ( LQ ) dan Shif-Share Jenis data Time series tahun 2009-2010.
Hasil dan Kesimpulan
Dari hasil analisis data,diketahui bahwa sektor ekonomi yang dapat dijadikan sektor ekonomi unggulan untuk periode tahun 2009-2010 adalah sektor keuangan,persewaan, & js, prsh, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor pengangkutan &komunikasi, dan sektor listrik,gas, dan air bersih. Dengan melihat perubahan sektor ekonomi unggulan tersebut maka dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Kota Manado pada periode tahun 2010 mengalami perubahan jika dibandingkan dengan tahun 2002.
Tabel 5. Ringkasan Penelitian Mulyanto (2006)
Judul Analisis Transformasi Struktural, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar Daerah di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah
Penulis/Tahun Mulyanto Sudarmono / 2006
Tujuan Untuk mengetahui terjadinya transformasi struktural dan ketimpangan antar daerah di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah.
Variabel PDRB masing-masing kabupaten
Jumlah penduduk masing-masing kabupaten Model dan alat
analisis
Alat analisis : Sumbangan sektor, Location Quotient, Shift Share, Model Rasio Pertumbuhan dan Overlay, indeks Wiliamson dan indeks Entropi Theil, serta analisis korelasi Jenis data Time series tahun 1983-2003
Hasil dan Kesimpulan
Tabel 6. Ringkasan Penelitian Arief (2013)
Judul Analisis Stuktur Perekonomian dan Pertumbuhan di Provinsi Banten Melalui Pendekatan LQ, dan Shitf Share Penulis/Tahun Arief Kurniawan S / 2013
Tujuan Untuk mengetaui struktur perekonomian dan pertumbuhan di provinsi Banten.
Variabel PDRB menurut sektor lapangan Model dan alat
analisis
Alat analisis: Location Quotient dan Shift Share Jenis data Data sekunder (2006-2011)
Hasil dan Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor industry pengolahan dan sektor listrik gas dan air bersih. Dua sektor ini yang
memberikan kontribusi paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Selain itu, ada empat sektor yang
perkembangannya cepat dibandingkan dengan nasional, yaitu: sektor pertambangandan penggalian, industri penglahan, sektor listrik gas dan air bersih, dan sektor perdagangan hotel dan restoran.
Tabel 7. Ringkasan Penelitian Aris (2010)
Judul Analisis Ekonomi dan Potensi Pengembangan Wilayah Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen
Penulis/Tahun Aris Munandar / 2010
Tujuan Untuk mengetahui bagaimana potensi Kecamatan Gemolong jika ditinjau dari aspek ekonomi dengan tetap
mempertimbangkan aspek perencanaan wilayah sebagai hinterland Kabupaten Sragen
Variabel PDRB kabupaten Sragen menurut sektor lapangan. Model dan alat
analisis
Alat analisis: Location Quotient, Analisis Skalogram dan Shift Share
Jenis data Data primer (`wawancara dan metode survei) dan data sekunder
Hasil dan Kesimpulan
Tabel 8. Ringkasan Penelitian Bhaskara Rao dan Arusha Cooray (2010) Judul Determinats of the Long-run Growth Rate in the
South-Asian Countries
Penulis/Tahun B. Bhaskara Rao dan Arusha Cooray / 2010
Tujuan Untuk mengidentifikasi beberapa bantahan determinan pertumbuhan jangka panjang di tujuh negara Asia Selatan. Variabel IRAT : rasio investasi terhadap GDP
FDIRAT : rasio penanaman modal asingg terhadap GDP EXRAT : rasio Ekspor terhadap GDP
M2RAT : rasio M2 terhadap GDP ΔlnP : tingkat inflasi
GRAT : rasio pengeluaran pemerintah terhadap GDP CORR : ukuran korupsi
POL : ukuran kelembagaan PEDU : angka partisipasi primer SEDU : angka partisipasi sekunder
REMRAT : rasio pekerja remitansi terhadap PDB BDRAT: rasio defisit anggaran terhadap PDB MILRAT : rasio pengeluaran milier terhadap PDB Model dan alat
analisis
Model Solow (Fungsi Produksi)
Ln yit = ln Ai0 + (gi0 + g1itZit + ..i3it)T + αln kit + ɛ it
Jenis data Data Panel Hasil dan
Kesimpulan
Hasil menunjukkan bahwa ada beberapa faktor penentu yang kuat dari tingkat pertumbuhan jangka panjang di tujuh Selatan-Asia negara. Kami menemukan bahwa faktor-faktor penentu yang kuat, dengan pengecualian FDI, semua signifikan secara statistik pada tingkat 5% atau 10%. Bukti menunjukkan bahwa efek
pertumbuhan investasi relatif lebih kecil dibandingkan dengan faktor-faktor penentu lainnya seperti pendidikan. Hal ini mungkin karena investasi yang terjadi di tradisional dan sektor yang kurang inovatif. Penentu pertumbuhan adalah partisipasi murni rasio pria dan wanita sekolah dasar wanita dan pria sekunder. Demikian pula, hasil kami menunjukkan bahwa negara-negara yang lebih besar memiliki sektor keuangan yang tumbuh lebih cepat. Pengeluaran pemerintah memiliki efek positif pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa
Tabel 9. Ringkasan Penelitian Ismaeel Ibrahim Naiya (2013)
Judul Structural Change, Economc Growth and Proverty in OIC Countries: the case of Indonesia, Malaysia, Nigeria and Turkey
Penulis/Tahun Ismaeel Ibrahim Naiya / 2013
Tujuan Untuk membandingkan dan menganalisis hubungan antara perubahan struktural dan pertumbuhan ekonomi di empat negara anggota OIC ( Indonesia, Malaysia, Nigeria dan Turki)
Variabel PDB per kapita, Perubahan struktur demografi (Rata-rata urbanisasi), dan Perubahan struktur ekonomi (PDB per sektor) dan perubahan struktur sosial-ekonomi (tabungan dan investasi, utang luar negeri, Pembangunan manusia)
Model dan alat analisis
Model Analisis: Statistik deskriptif. Jenis data Sekunder (1960-2011)
Hasil dan Kesimpulan
Analisis menunjukkan bahwa negara-negara yang mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan berhasil secara efektif mengubah kegiatan produktif mereka dari rendah ke sektor produktivitas yang tinggi; dan diversifikasi ekonomi mereka dari monokultur, tergantung pada ekspor sumber daya alam tunggal atau sejumlah bahan baku pertanian, untuk
manufaktur dan ekspor produk jadi. Malaysia dan Turki memiliki beberapa keunggulan dibandingkan Nigeria dan Indonesia dalam hal stabilitas politik, pembangunan manusia dan manajemen ekonomi serta transformasi demografis. Bahkan, Indonesia juga lebih baik dibanding Nigeria dalam hal faktor ini. Faktor-faktor ini membantu negara-negara ini untuk dapat memiliki
berkelanjutan ekonomi pertumbuhan, transformasi struktural dan dapat secara substansial mengurangi kemiskinan. Stabilitas pemerintah (baik itu sipil atau militer) selama periode waktu yang berkelanjutan, memiliki kemauan untuk mengubah struktur produktif dalam perekonomian, memungkinkan negara untuk mengembangkan padat yayasan dalam bentuk penyediaan
Tabel 10. Ringkasan Penelitian El-Hadj Bah (2010)
Judul Structural Transformation Path Across Countries Penulis/Tahun El-Hadj Bah / 2010
Tujuan Untuk menjawab apakah negara-negara maju (Asia, Amerika Latin dan Afrika) mengikuti proses transformasi struktural yang sama.
Variabel PDB per kapita (1975-2000) Model dan alat
analisis
Model fungsi polinomial.
Yit= αi+ β1 log(xit) + β2 (log(xit))2+ β3(log(xit))3 + ... +ɛ it
Jenis data Data Panel 1955, 1960, 1965, 1970-2000 Hasil dan
Kesimpulan
Peneliti menggunakan proses transformasi struktural di negara-negara maju sebagai patokan untuk menganalisis secara rinci proses transformasi struktural di negara maju. Secara umum transformasi di negara berkembang menyerupai transformasi struktural di negara-negara maju.
Heterogenitas jalur transformasi struktural juga ada diantara sub-benua Afrika, Asia dan Amerika Latin dan di dalam masing-masing daerah. Asia adalah negara yang memiliki jalur
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang didapat dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Bank Indonesia (SEKI-BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) dari periode 2000-2013. Variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua sisi yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan variabel yang digunakan adalah Konsumsi
swasta, investasi (investasi dalam negeri dan investasi luar negeri), pengeluaran pemerintah, dan net ekspor. Sedangkan dari sisi penawaran variabel yang digunakan antara lain sektor pertanian, pertambangan, industri, perdagangan,
keuangan, listrik dan air, bangunan, transportasi, dan jasa-jasa. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam analisis ini dirangkum dalam Tabel 9 sebagai berikut.
Tabel 11. Ringkasan Variabel Penelitian
Nama Variabel Simbol
Variabel
Periode Satuan
Pengukuran
Sumber Data
PDRB Y 2000-2013 Juta Rp SEKI-BI
Konsumsi C 2000-2013 Juta Rp SEKI-BI
Investasi I 2000-2013 Juta Rp SEKI-BI
Pengeluaran Pemerintah G 2000-2013 Juta Rp SEKI-BI
Pertanian Pt 2000-2013 Juta Rp BPS
Pertambangan Pb 2000-2013 Juta Rp BPS
Perdagangan Pd 2000-2013 Juta Rp BPS
Keuangan Keu 2000-2013 Juta Rp BPS
Industri Ind 2000-2013 Juta Rp BPS
Listrik dan air La 2000-2013 Juta Rp BPS
Bangunan Bg 2000-2013 Juta Rp BPS
Transportasi Tp 2000-2013 Juta Rp BPS
Jasa-jasa Srv 2000-2013 Juta Rp BPS
B. Batasan Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Variabel PDRB yang digunakan adalah PDRB Provinsi Lampung menurut
harga konstan tahun 2000. Penggunaan PDRB menurut harga konstan adalah untuk menhilangkan adaya pengaruh inflasi dalam perhitungan PDRB tersebut pada rentang waktu penelitian.
2. Konsumsi
Variabel konsumsi yang digunakan adalah konsumsi swasta atau masyarakat Provinsi Lampung yang diperoleh dari SEKI-BI pada periode 2000-2013.
3. Investasi
Variabel investasi yangg digunakan adalah investasi langsung di Provinsi
Lampung baik investasi dari dalam negeri maupun invstasi dari luar negeri atau foreign direct invesment (FDI).
4. Pengeluaran Pemerintah
5. Net Ekspor
Variabel net ekspor yang digunakan adalah selisih antara ekspor dikurangi impor Provinsi Lampung yang diperoleh dari SEKI-BI periode 2000-2013.
6. Pertanian
Variabel pertanian yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil
pertanian Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013. 7. Pertambangan
Variabel pertambangan yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil pertambangan Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013.
8. Perdagangan
Variabel perdagangan yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil
perdagangan Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013. 9. Keuangan
Variabel keuangan yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil
sector keuangan Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013.
10. Industri
Variabel industri yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil sector industri Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013.
11. Listrik dan Air
12. Bangunan
Variabel bangunan yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil sektor kontruksi Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode
2000-2013. 13. Jasa-Jasa
Variabel jasa-jasa yang digunakan adalah jumlah pemasukan dari hasil sector jasa Provinsi Lampung yang diperoleh dari BPS periode 2000-2013
C. Gambaran Umum Provinsi Lampung
Provinsi Lampung merupakan provinsi yang terletak paling selatan di Pulau Sumatera. Secara geografis Provinsi Lampung terletak di 103° 40’ - 105° 50’ Bujur Timur dan 6° 45’ - 3° 45’ Lintang Selatan. Batas wilayah Provinsi
Lampung adalah sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan, sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda dan
sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa.
Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang merupakan gabungan dari kota kembar Tanjung Karang dan Teluk Betung memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama
Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Teluk Betung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung. Dengan
luas daratan sebesar 35.288,35 Km2. Kondisi alam di Provinsi Lampung sepanjang pantai sebelah barat dan selatan berbukit-bukit dan di bagian tengah merupakan dataran rendah. Sementara itu di sebelah timur sepanjang tepi Laut
cukup besar. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau
Pahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.
Dengan posisi demikian, Provinsi Lampung menjadi penghubung utama lalu-lintas Pulau Sumatera dan Pulau Jawa maupun sebaliknya. Sebagian besar lahan
di Provinsi Lampung merupakan kawasan hutan yaitu mencapai 833.847 Ha atau 25,26%. Selain itu merupakan daerah perkebunan dengan luas 20,92% lading dan 20,50% pertanian.
Topografi Lampung dapat dibagi dalam 5 (lima) unit topografi, yaitu: 1) daerah
berbukit sampai bergunung dengan kemiringan berkisar 25%, dan ketinggian rata-rata 300 m diatas permukaan laut, 2) daerah berombak sampai bergelombang
dengan kemiringannya antara 8% sampai 15% dan ketinggian antara 300 m sampai 500 m dari permukaan laut, 3) daerah dataran aluvial dengan kemiringan 0% sampai 3%, 4) daerah dataran rawa pasang surut dengan ketinggian ½ m
sampai 1 m, dan 5) serta daerah river basin.
Pada tahun 2013, jumlah penduduk Lampung tercatat sebesar 7.767.312 jiwa. Secara adminisratif Provinsi Lampung dibagi menjadi 15 kabupaten / Kota. Pada
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode shift share dan regresi berganda.
1. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share merupakan teknik yang digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja
perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional dan nasional).
Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam tiga bidang
yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu :
a) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan menganalisis perubahan kesempatan kerja agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan
pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan dalam penelitian.
b) Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan
perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan dalam penelitian.
c) Pergeseran diferensial (differential shift) membantu dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan dalam penelitian.
Dij = Nij + Mij + Cij
Nij = Eij x Ra
Mij = Eij (Ri -Ra)
Cij = Eij (ri-Ra) Keterangan :
Dij =Perubahan suatu variabel regional sektor (i) di Provinsi Lampung dalam kurun waktu tertentu.
Nij = Pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap perekonomian Provinsi Lampung.
Mij =Pertumbuhan proporsional atau pengaruh bauran industri sektor i di
Provinsi Lampung.
Cij =Pengaruh keunggulan kompetitif sektor i di Provinsi Lampung.
Eij =PDRB sektor (i) Provinsi Lampung pada awal tahun periode.
Ra =Selisih antara PDRB Indonesia tahun akhir dengan PDRB Indonesia tahun awal pada periode dibagi dengan PDRB Indonesia pada tahun awal
periode.
Ri =Selisih antara PDRB Indonesia sektor i tahun akhir dengan PDRB Indonesia sektor i pada tahun awal periode dibagi dengan PDRB Provinsi
sektor i pada tahun awal periode.
ri =Selisih antara PDRB sektor i di Provinsi Lampung tahun akhir periode
Dalam penelitian ini juga akan menghitung nilai pergeseran bersih (PB), dengan nilai perhitungan yang didapat dari jumlah antara variabel Cij dan variabel Mij dimana jika perhitungan > 0 maka sektor tersebut masuk dalam golongan sektor
maju (progresif) dan jika perhitungan < 0 maka sektor tersebut masuk dalam kategori sektor lambat berkembang.
2. Analisis Regresi Berganda
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi, dimana analisis ini merupakan salah satu metode yang sangat populer dalam mencari
hubungan antara 2 variabel atau lebih. Gujarati (2006) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang diterangkan dengan satu atau dua variabel yang menerangkan. Variabel pertama disebut dengan
variabel terikat sedangkan variabel berikutnya disebut sebagai variabel bebas. Jika variabel bebas lebih dari satu maka analisis regresi disebut regresi linear
berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada variabel tergantung.
Dalam analisis ini dilakukan bantuan program Eviews 4.1 dengan bertujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi berganda
dengan metode kuadrat terkecil sederhana Ordinary Least Squares (OLS). Metode ini diyakini mempunyai sifat-sifat yang ideal dan dapat diunggulkan yaitu secara teknis sangat kuat, mudah dalam perhitungan dan penarikan interpretasinya. Fungsi persamaan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah: