• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK SUPLEMENTASI AKSELERATOR PADA SILASE LIMBAH TANAMAN SINGKONG TERHADAP NILAI FLEIGH KADAR ASAM SIANIDA DAN KUALITAS FISIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK SUPLEMENTASI AKSELERATOR PADA SILASE LIMBAH TANAMAN SINGKONG TERHADAP NILAI FLEIGH KADAR ASAM SIANIDA DAN KUALITAS FISIK"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEK SUPLEMENTASI AKSELERATOR PADA SILASE LIMBAH TANAMAN SINGKONG TERHADAP NILAI FLEIGH KADAR ASAM

SIANIDA DAN KUALITAS FISIK Oleh

Komalasari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh suplementasi inokulan bakteri asam laktat, tepung gaplek, serta kombinasi inokulan bakteri asam laktat dan tepung gaplek terhadap kualitas fisik, nilai fleigh, dan kadar asam sianida limbah tanaman singkong; 2) pengaruh suplementasi terbaik terhadap kualitas fisik, nilai fleigh, dan kadar asam sianida silase limbah tanaman singkong. Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus—September 2014 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 0,01. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai fleigh silase terbaik yaitu pada perlakuan kombinasi inokulan bakteri asam laktat dan tepung gaplek (p<0,01). Kadar asam sianida silase terendah yaitu pada perlakuan tepung gaplek (p<0,01). Perlakuan yang diberikan tidak memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kualitas fisik silase. Seluruh silase memiliki aroma wangi asam yang khas, bertekstur remah, tidak menggumpal, berwarna hijau kecokelatan, dan tidak berjamur. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa penambahan berbagai akselerator menghasilkan silase yang berkualitas sangat baik sehingga dalam penerapannya dapat diberikan salah satu akselerator tersebut.

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF SUPLEMENTATION ACCELERATORS IN CROP WASTE CASSAVA SILAGE ON THE FLEIGH VALUE LEVEL OF

CYANIDE AND PHYSICAL QUALITIES By

Komalasari

This research aims to determined: 1) the effect of suplementation lactic acid bacterial inoculant, cassava flour, as well as a combination of lactic acid bacterial inoculant and cassava flour to the fleigh value, level of cyanide, and physical qualities in crop waste cassava silage; 2) the best suplementation to the fleigh value, level of cyanide, and physical qualities in crop waste cassava silage. The research was conducted in August-September 2014 in the Laboratory of Nutrition and Feed Livestock, Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung. This study used a Completely Randomized Design (CRD). Data were analyzed by Analysis of Varians and continued with Least Significant Difference Test (LSD) 0.01. The results showed that the best value fleigh silage was on combination treatment of lactic acid bacteria

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Seputih Agung, Lampung Tengah pada 17 Juli 1993 sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari Bapak Amat Kusni dan Ibu Siti Halimah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Endang Rejo pada 2005, sekolah menengah pertama di SMP Swadiri 1 Seputih Agung pada 2008, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Seputih Agung pada 2011. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai Mahasiswi Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Jalur SNMPTN Undangan dan sebagai Penerima Bidik Misi Angkatan Kedua.

(7)

Dengan penuh rasa syukur yang mendalam kepada Allah swt

Saya persembahkan mahakarya yang sederhana ini sebagai

bentuk bakti dan terimakasih kepada:

Kedua orangtuaku tercinta, Mbak Eci, Pipi, Dea, Wuri,

Mas Aep, dan keponakanku tersayang Nazril atas doa,

dukungan, cinta, kasih sayang, kebahagiaan, dan kebersamaan

yang telah diberikan selama ini yang mengiringi langkah kakiku

dalam menelusuri hidup

Sahabat, teman, dan orang-orang yang senantiasa memberikan

motivasi selama pembelajaran sampai akhir masa studi

Serta . . .

Almamater tercinta yang saya cintai dan banggakan serta

turut dalam pembentukan pribadi saya menjadi lebih dewasa

(8)

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu

(Q.S. Al Ikhlas ayat 2)

Bukan hidup yang semakin sulit, tetapi kita manusialah yang semakin

lemah menghadapi hidup. Berbaiksangka akan lebih baik

(Komalasari)

Jangan tanyakan apa yang diberikan negara kepadamu, tetapi

tanyakanalah apa yang telah kamu berikan ke negaramu

(Ir. Soekarno)

Tidak ada malam yang terjadi tanpa siang. Segala sesuatu yang

terjadi dalam hidup adalah apa yang kita tabur di hari sebelumnya.

(9)

SANWACANA

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek Suplementasi Akselerator pada Silase Limbah Tanaman Singkong terhadap

Nilai Fleigh Kadar Asam Sianida dan Kualitas Fisik”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.—selaku Dekan Fakultas Pertanian— yang telah memberikan izin;

2. Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.—selaku Ketua Jurusan Peternakan—yang telah memberikan motivasi dan dukungan;

3. Ir. Sri Suharyati, M.P.—selaku Sekretaris Jurusan Peternakan—yang telah memberikan dukungan;

4. Bapak Liman, S.Pt., M.Si.—selaku Dosen Pembimbing Utama—yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, motivasi, dan pemahaman; 5. Ir. Syahrio Tantalo YS, M.P.—selaku Dosen Pembibing Anggota—yang

senantiasa memberikan waktu, dukungan, motivasi, dan pembelajaran; 6. Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S.—selaku Dosen Penguji—yang senantiasa

memberikan waktu, dukungan, dan pemahaman;

(10)

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, yang telah memberikan pembelajaran dan pemahaman yang berharga;

9. Tim Pengelola Bidik Misi Universitas Lampung, yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan;

10. Bapak, Mami, Kakak-adikku tercinta Desi Marlina, Fifi Oktaviana, Dea Asy Syifa, dan Wuri Az Zahra, kakak iparku satu-satunya Suaepudin, dan

keponakanku tersayang Nazril Irawan atas kebersamaan dan kebahagiaan yang diberikan selama ini;

11. Siti Unayah, selaku sahabat seperjuangan dalam penelitian ini yang tiada henti memberikan nasihat-nasihat dan lawan bertukar pikiran yang luar biasa; 12. Sahabat seperjuangan; Devi, Bang Mawan, Hud, Olin, Citra, Ayu, Nia, Enok,

Fitria, Dina, Rahmat, Jenny, Depo, Fakhri, Decka, Tika, dan seluruh kawan Angkatan 2011 atas kasih sayang dan dukungan selama ini;

13. Kakanda dan adinda Jurusan Peternakan yang telah memberikan semangat dan kasih sayang;

14. Seluruh Mahasiswa Penerima Bidik Misi Angkatan Kedua Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yang telah memberikan semangat dan cinta kasih; 15. Seluruh pihak yang ikut terlibat selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, akan tetapi penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Bandar Lampung, 2015

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang dan Masalah ... 1

B.Tujuan Penelitian ... 3

C.Kegunaan Penelitian ... 3

D.Kerangka Pemikiran ... 3

E.Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Deskripsi Limbah Tanaman Singkong ... 6

B.Bakteri Asam Laktat ... 7

C.Tepung Gaplek ... 11

D.Deskripsi Silase ... 11

(12)

B.Bahan dan Alat Penelitian ... 15

C. Rancangan Penelitian ... 15

D.Prosedur Penelitian 1. Pembuatan inokulan bakteri asam laktat ... 16

2. Pembuatan silase limbah tanaman singkong ... 16

E. Peubah yang Diamati 1. Pemeriksaan kualitas fisik ... 16

2. Penghitungan nilai fleigh ... 17

3. Analisis kadar asam sianida ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Fleigh ... 20

B. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Asam Sianida ... 22

C. Pengaruh Perlakuan terhadap Kualitas Fisik ... 25

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 26

B. Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan asam sianida dalam beberapa varietas/jenis

singkong ... 7

2. Kriteria penilaian silase ... 12

3. Nilai fleigh silase limbah tanaman singkong dengan penambahan inokulan bakteri asam laktat dan tepung gaplek ... 20

4. Kandungan asam sianida pada silase limbah tanaman singkong dengan penambahan inokulan bakteri asam laktat dan tepung gaplek ... 23

5. Hasil pemeriksaan kualitas fisik silase limbah tanaman singkong ... 31

6. Kadar air silase limbah tanaman singkong dari segar ke kering udara ... 32

7. Kadar air silase limbah tanaman singkong dari kering udara ke bahan kering ... 33

8. Kadar air silase limbah tanaman singkong ... 34

9. Perhitungan nilai fleigh silase limbah tanaman singkong ... 34

10. Perhitungan kadar asam sianida silase limbah tanaman singkong .. 35

11. Nilai fleigh silase limbah tanaman singkong... 35

12. Analisis ragam nilai fleigh silase limbah tanaman singkong ... 36

13. Uji BNT nilai fleigh silase limbah tanaman singkong ... 36

14. Hasil uji BNT nilai fleigh silase limbah tanaman singkong ... 36

(14)
(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak perlakuan yang diterapkan ... 16

2. Proses hidrolisis linamarin oleh enzim linamarase dalam pembentukan asam sianida ... 24

3. Proses pembuatan filtrat rumput gajah ... 39

4. Filtrat rumput gajah diinkubasi selama 2 hari ... 39

5. Pemanenan tanaman singkong ... 39

6. Proses pelayuan limbah tanaman singkong ... 40

7. Pembuatan silase limbah tanaman singkong ... 40

8. Silase difermentasikan selama 21 hari ... 40

9. Hasil pengukuran pH silase ... 41

(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Singkong merupakan tanaman umbi yang banyak diminati oleh para petani, khususnya di Propinsi Lampung. Hasil ikutan tanaman singkong seperti daun dan batang mudanya tersedia cukup melimpah seiring dengan meningkatnya produksi singkong setiap tahunnya. Waktu penanaman yang bisa dilakukan kapan saja membuat hijauan ini tersedia sepanjang tahun. Masyarakat biasanya melakukan penanganan limbah tanaman singkong hanya dengan melakukan pelayuan untuk mengurangi kandungan air dan asam sianida. Proses pelayuan ini tidak banyak membantu dalam hal pencegahan tumbuhnya mikroorganisme perusak.

(17)

2 Pertumbuhan bakteri asam laktat akan membuat produksi asam laktat meningkat dan mengakibatkan kondisi di dalam silo (tempat ensilase) menjadi asam yang ditandai dengan penurunan pH. Kadar pH yang rendah akan menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan (Clostridium dan Enterobacterium), ragi, dan jamur yang dapat mengakibatkan kebusukan (Heinritz, 2011).

Kandungan protein daun singkong yang mencapai 24,1 % akan membuat proses ensilase berlangsung lama (Fathul dkk., 2013). Protein memiliki sifat sebagai buffer (penyangga) yang akan mengakibatkan pH tidak turun dengan cepat sehingga dalam pembuatan silase limbah tanaman singkong perlu ditambahkan akselerator yang dapat memercepat proses ensilase. Akselerator yang biasanya ditambahkan pada pembuatan silase yaitu bahan-bahan yang memiliki kandungan karbohidrat mudah larut yang tinggi ataupun inokulan bakteri asam laktat.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang efek suplementasi bakteri asam laktat dan tepung gaplek terhadap kualitas fisik, nilai fleigh, dan kadar asam sianida silase limbah tanaman singkong.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:

1. pengaruh suplementasi inokulan bakteri asam laktat, tepung gaplek, serta kombinasi inokulan bakteri asam laktat dan tepung gaplek terhadap nilai fleigh, kadar asam sianida, dan kualitas fisik limbah tanaman singkong;

(18)

3 C. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan ilmiah bagi para akademisi dan memberikan informasi kepada para peternak tentang pemanfaatan limbah tanaman singkong yang dijadikan silase dengan suplementasi inokulan bakteri asam laktat dan tepung gaplek.

D. Kerangka Pemikiran

Proses pembuatan silase (ensilage) akan berjalan optimal apabila pada saat proses ensilase diberi penambahan akselerator. Akselerator yang ditambahkan dapat berupa inokulan bakteri asam laktat ataupun karbohidrat mudah larut. Fungsi dari penambahan akselerator adalah untuk menambahkan bahan kering, mengurangi kadar air silase, membuat suasana asam pada silase, mempercepat proses ensilase, menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan jamur, merangsang produksi asam laktat, dan untuk meningkatkan kandungan nutrien dari silase (Schroeder, 2004).

(19)

4 daripada asam asetat sehingga pH akan turun lebih cepat dan inokulasi yang berhasil akan menghasilkan pH akhir yang rendah (Muck, 1993).

Silase rumput kolonjono yang diberikan tepung gaplek sebanyak 5% memiliki kadar bahan kering yang lebih tinggi daripada silase tanpa perlakuan

(Kurnianingtyas, 2012). Tingginya kadar bahan kering silase tersebut

dimungkinkan karena saat perkembangbiakan bakteri asam laktat bahan kering rumput kolonjono tidak banyak terurai. Bakteri asam laktat memanfaatkan tepung gaplek sebagai penyedia kebutuhannya untuk berkembang biak. Kondisi ini akan membuat silase rumput kolonjono yang dihasilkan memiliki kadar bahan kering yang lebih tinggi daripada silase kontrol. Hal ini diharapkan juga terjadi pada silase limbah tanaman singkong yang ditambahkan tepung gaplek sebanyak 5%.

Tanaman singkong memiliki kadar asam sianida yang cukup tinggi sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan keracunan pada ternak. Asam sianida merupakan toksik yang dapat menyebabkan bloat (kembung) bahkan sampai kematian ternak. Menurut Fariani, dkk. (2010) bakteri asam laktat mampu mendegradasi sianida pada media selektif yang ditambahkan KSCN (kalium thiosianat). Bakteri asam laktat yang mampu mendegradasi sianida merupakan bakteri asam laktat gram negatif dan katalase negatif. Bakteri asam laktat menghasilkan enzim β-glukosidase dan hidroksinitriliase yang mampu

(20)

5 E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yakni:

1. suplementasi bakteri asam laktat, tepung gaplek, serta kombinasi bakteri asam laktat dan tepung gaplek akan berpengaruh terhadap nilai fleigh, kadar asam sianida, dan kualitas fisik silase limbah tanaman singkong;

(21)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Limbah Tanaman Singkong

Tanaman singkong merupakan salah satu jenis tanaman pertanian utama di Indonesia. Tanaman ini termasuk famili Euphorbiacea yang mudah tumbuh sekalipun pada tanah kering dan miskin serta tahan terhadap serangan penyakit maupun tumbuhan pengganggu (gulma). Tanaman singkong mudah

dibudidayakan karena perbanyakan tanaman ini umumnya dengan stek batang (Soetrisno dkk., 1982).

Tanaman singkong mengandung senyawa sianida yang terdapat dalam getah berwarna putih, yang dalam keadaan alami berikatan dengan glukosida. Hidrogen sianida (HCN) atau prussic acid atau sianida adalah senyawa kimia yang bersifat

toksik dan merupakan jenis racun yang paling cepat aktif dalam tubuh sehingga

dapat menyebabkan kematian dalam waktu beberapa menit (akut). Senyawa

sianida yang ditemukan di alam umumnya dalam bentuk sintetis, terutama dalam

bentuk garam [NaCN, KCN, dan Ca(CN)2]. Bentuk sianida alami ditemukan

dalam tanaman yang mengandung sianogen glikosida berikut enzimnya yang

berfungsi membantu pelepasan (hidrolisis) sianida (Yuningsih, 2007). Menurut

(22)

7 Jika jaringan sel tanaman dirusak maka enzim linamarase akan memutuskan ikatan senyawa tersebut dan membebaskan asam sianida. Asam sianida akan bersifat racun bagi ternak apabila dikonsumsi berlebihan. Level toksik asam sianida pada sapi dan kerbau adalah 2,2 mg/kg berat badan sedangkan pada kambing dan domba yaitu 2,4 mg/kg berat badan (Anonim, 2010). Adapun kadar asam sianida dalam beberapa jenis/varietas singkong dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kadar asam sianida dalam beberapa jenis/varietas singkong.

No Jenis / Varietas Rasa Kadar HCN (mg/kg)

Mangi (di tanah subur) Mangi (di tanah kering) Betawi

B. Bakteri Asam Laktat

(23)

8 Proses fermentasi asam laktat dibedakan menjadi dua yakni homofermentatif dan heterofermentatif. Pada proses homofermetatif dihasilkan asam laktat sebagai produk akhir sedangkan proses heterofermentatif menghasilkan asam laktat, asam asetat, etanol, dan CO2 (Nur, 2005). Perbedaan kedua proses ini terdapat pada enzim yang berperan saat proses glikolisis berlangsung. Pada proses

homofermentatif terdapat enzim aldolase dan heksosa isomerase, sedangkan proses heterofermentatif hanya menggunakan enzim fosfoketolase dan menghasilkan CO2 (Sanchez, 2009).

Habitat dari bakteri asam laktat sangat beragam dan memiliki sifat toleran yang baik terhadap pH, suhu, dan udara. Bakteri asam laktat bisa bertahan hidup pada kondisi pH yang beragam mulai dari pH 4,0 sampai 6,8. Bahkan Pediococcus damnosus (cerevisae) dapat bertahan pada pH 3,5; bakteri asam laktat dari Streptococcus sp. umunya bertahan pada pH sekitar 4,5 sampai 5,0; sedangkan untuk Lactobacillus sp. akan tumbuh subur pada media asam mulai dari pH 4,5 sampai 6,4. Kisaran suhu hidup bakteri asam laktat sangat luas dan beragam mulai dari 5 sampai 500C. Suhu optimum untuk kebanyakan strain yaitu 300C. Umumnya spesies Lactobacillus sp. tumbuh pada suhu 150C dan tidak dapat hidup pada suhu 400C. Kecuali Lactobacillus sp., bakteri asam laktat lain dapat hidup lebih baik pada suhu 450C dan tidak bisa tahan pada suhu 150C (Ridla, 2000).

(24)

9 (v/b) merupakan perlakuan terbaik yang memengaruhi kualitas silase rumput tropika (rumput gajah dan rumput raja) (Santoso dkk., 2009).

Prinsip utama pengaruh inokulan bakteri asam laktat terhadap silase yakni dapat meningkatkan laju fermentasi dan peningkatan produk-produk fermentasi. Jika inokulan bakteri asam laktat mendominasi fermentasi, maka pertumbuhannya yang cepat dan akan menyebabkan pH mulai menurun. Konsentrasi asam laktat akan meningkat dibandingkan dengan asam asetat dan etanol. Asam laktat memiliki sifat asam yang lebih kuat dari asam asetat, maka pH akan turun lebih cepat dan inokulasi yang berhasil akan menghasilkan pH akhir yang rendah. Penurunan pH yang lebih cepat mungkin menyebabkan berkurangnya pemecahan secara enzimatik dari hemiselulose, sementara itu pH rendah dapat meningkatkan hidrolisis dari hemiselulosa (Muck, 1993).

Sejumlah bakteri telah diteliti, termasuk diantaranya adalah bakteri asam propionat dan bakteri asam laktat. Bakteri asam propionat merupakan bakteri yang pertama kali dieksplorasi karena asam propionat merupakan inhibitor yang baik pada kapang dan khamir. Namun, sejauh ini bakteri tersebut tidak terlalu efektif di dalam silase karena bakteri asam laktat umumnya menyebabkan pH turun terlalu cepat yang menyebabkan bakteri asam propionat tidak dapat bertahan. Inokulan bakteri asam laktat akan menghambat produksi toksin dan berpengaruh positif terhadap lingkungan rumen sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ternak (Ratnakomala, 2009).

(25)

10 tumbuh lebih cepat pada substrat yang mengandung kadar gula tinggi

dibandingkan dengan dengan produk-produk fermentasi (Weinberg dan Muck,1996).

Silase yang dihasikan dengan penambahan inokulan asam laktat dapat di-identifikasi dari karakteristik fermentasinya yaitu ditunjukan dengan pH rendah (mendekati 3,7—4,2), mengandung asam laktat dalam konsentrasi cukup tinggi (sekitar 8—12 %), dan hanya sedikit mengandung asam format, asetat, propionat dan butirat. Biasanya juga mengandung manitol dan etanol yang diproduksi oleh bakteri asam laktat heterofermentatif dan yeast dalam jumlah sedikit (Ridla, 2000).

Fariani dkk. (2010) melaporkan bahwa dalam cairan rumen yang diinokulasikan pada media yang mengandung sianida terdapat bakteri yang mampu mendegradasi sianida tersebut. Bakteri tersebut adalah bakteri asam laktat gram negatif dan katalase negatif. Sandi dkk. (2010) menyatakan bahwa bakteri asam laktat (Leuconostoc mesenteroides) dapat menurunkan kandungan asam sianida pada silase berbahan baku singkong (kulit, onggok, umbi, dan daun). Bakteri asam laktat menghasilkan enzim β-glukosidase dan hidroksinitriliase yang mampu melepaskan sianida.

(26)

11 C. Tepung Gaplek

Tepung gaplek merupakan hasil dari pengeringan singkong yang kemudian dihaluskan. Tepung gaplek merupakan bahan pakan yang termasuk dalam kelas sumber energi dengan total nutrisi yang dapat dicerna cukup besar yaitu 78,50 % (Fathul dkk., 2013). Disebabkan tingginya kandungan pati pada tepung gaplek maka diharapkan dapat menjadi sumber energi bagi pertumbuhan bakteri asam laktat sehingga proses penurunan pH silase berlangsung lebih cepat.

Pengggunaan tepung gaplek sebanyak 5% pada pembuatan silase rumput kolonjono mampu mempertahankan bahan kering silase yang dihasilkan

(Kurnianingtyas, 2012). Tepung gaplek memiliki bahan kering 83,62%, protein kasar 3,31%, lemak 0,16%, serat kasar 1,74%, abu 1,50%, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen 93,29% (Fathul dkk., 2013).

D. Deskripsi Silase

Silase merupakan pakan ternak yang sengaja disimpan dan diawetkan dengan proses fermentasi dengan maksud untuk mendapatkan bahan pakan yang masih bermutu tinggi serta tahan lama agar dapat diberikan kepada ternak pada masa kekurangan pakan ternak (Ahlgren, 1956). Pembuatan silase dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

1. hijauan yang cocok dibuat silase adalah rumput, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nenas, dan jerami padi;

(27)

12 digunakan untuk meningkatkan kadar protein atau karbohidrat pada material pakan. Biasanya kualitas pakan yang rendah memerlukan aditif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak;

3. kadar air yang tinggi berpengaruh dalam pembuatan silase. Kadar air yang berlebihan menyebabkan tumbuhnya jamur dan akan menghasilkan asam yang tidak diinginkan seperti asam butirat. Kadar air yang rendah menyebabkan suhu menjadi lebih tinggi dan pada silo mempunyai resiko yang tinggi terhadap kebakaran (Pioner Development Foundation, 1991).

Proses fermentasi silase memiliki 4 tahapan, yaitu:

1. fase aerobik, normalnya fase ini berlangsung sekitar 2 jam yaitu ketika oksigen yang berasal dari atmosfir dan yang berada di antara partikel tanaman

berkurang. Oksigen yang berada diantara partikel tanaman digunakan oleh tanaman, mikroorganisme aerob, dan fakultatif aerob seperti yeast dan enterobacteria untuk melakukan proses respirasi;

2. fase fermentasi, fase ini merupakan fase awal dari reaksi anaerob. Fase ini berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu tergantung dari

komposisi bahan dan kondisi silase. Jika proses silase berjalan sempurna maka bakteri asam laktat sukses berkembang. Bakteri asam laktat pada fase ini menjadi bakteri predominan dengan pH silase sekitar 3,8—5;

(28)

13 Materi tumbuhan akan tetap aktif secara biologis pada saat ensilase. Terdapat tiga kategori aktivitas tanaman yang sangat penting terhadap kualitas silase, yaitu respirasi, pemecahan protein (proteolisis), dan pemecahan hemiselulosa (aktivitas hemiselulase). Respirasi merupakan suatu proses dimana tanaman menggunakan energi untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman. Pada proses ini dibutuhkan gula dan oksigen yang kemudian akan menghasilkan energi, panas, dan air. Respirasi tanaman berguna untuk menghilangkan oksigen dan menciptakan lingkungan yang anaerobik (Ratnakomala, 2009).

Akan tetapi, respirasi yang berlebihan tidak diharapkan karena hal tersebut dapat mengurangi kandungan energi dari silase akibat meningkatnya pembentukan panas dan menghabiskan gula yang diperlukan untuk fermentasi bakteri asam laktat. Pada saat silo dalam kondisi anaerobik, sel-sel tanaman akan terurai (lisis) dalam beberapa jam. Pada saat lisis banyak enzim yang akan keluar termasuk diantaranya protease dan hemiselulase. Kedua enzim ini akan mengakibatkan penurunan kandungan nutrisi silase (Ratnakomala, 2009).

Karakteristik silase yang baik yakni:

1. warna silase, silase yang baik umumnya berwarna hijau kekuningan atau kecoklatan, sedangkan warna yang kurang baik adalah coklat tua atau kehitaman;

2. bau, sebaiknya bau silase agak asam atau tidak tajam, bebas dari bau manis, bau ammonia, dan bau H2S;

(29)

14 4. keasaman, kualitas silase yang baik mempunyai pH 4,5 atau lebih rendah dan

bebas jamur (Utomo, 1994).

Kualitas silase dapat dinyatakan dengan nilai fleigh (NF) dan dihitung

berdasarkan formula Kilic (1984): NF = 220 + (2 × % BK – 15) – (40 × pH). Kriteria penilaian kualitas silase menurut nilai fleigh dibedakan menjadi: 85—100 menyatakan kualitas silase sangat baik; 60—80 untuk silase berkualitas baik; 55—60 digolongkan agak baik; 25—40 tergolong berkualitas sedang; dan <20 tergolong sangat buruk.

Penilaian kualitas silase berdasarkan ada tidaknya jamur, pH, aroma, dan kandungan N-NH3 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria penilaian silase. Kriteria

Penilaian Silase Baik Sekali Baik Sedang Buruk Jamur Tidak ada Sedikit Lebih banyak Banyak

Bau Asam Asam Kurang asam Busuk

(30)

15

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus—September 2014 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Limbah tanaman singkong yang digunakan diperoleh dari Kampung Endang Rejo, Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan daun dan batang muda singkong varietas UJ-3

(Thailand), rumput gajah, tepung gaplek, glukosa, aquades, NaOH 2,5 %, KI 5 %, NH4OH, dan AgNO3 0,02 N. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini yakni sabit, karung, kantung plastik, karet, timbangan, kertas label, erlenmeyer, pH paper universal, oven, cawan petri, blender, nampan, mesin chopper, terpal plastik, peralatan destilasi uap, beaker glass, buret, dan alat tulis.

C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

(31)

16 Perlakuan yang diterapkan yakni:

P0 = limbah tanaman singkong tanpa suplementasi;

P1 = limbah tanaman singkong + inokulan bakteri asam laktat (30 ml/kg bahan segar);

P2 = limbah tanaman singkong + tepung gaplek (5% dari bahan segar); P3 = limbah tanaman singkong + inokulan bakteri asam laktat (30 ml/kg bahan segar) + tepung gaplek (5% dari bahan segar).

Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis ragam pada taraf nyata 5 % dan atau 1 % dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil. Tata letak perlakuan yang digunakan yakni:

P2U2 P0U1 P1U1 P3U2

P0U4 P3U1 P2U1 P2U3

P1U2 P3U4 P0U3 P2U4

P1U4 P1U3 P0U2 P3U3

Gambar 1. Tata letak perlakuan yang diterapkan

D. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan inokulan bakteri asam laktat

Inokulan bakteri asam laktat dibuat dengan mengacu pada modifikasi Bureenok dkk. (2006), yakni:

a. menimbang 220 g rumput gajah dan dimasukkan ke dalam blender; b. menambahkan 1.000 ml aquades ke dalam blender, kemudian dihaluskan

selama 3 menit;

(32)

17 filtratnya ditampung di erlenmeyer sampai 600 ml;

d. menambahkan 18 g glukosa ke dalam erlenmeyer dan menutup rapat erlenmeyer dengan plastik;

e. kemudian filtrat diinkubasi dengan suhu 300C selama 2 hari; f. setelah 2 hari, filtrat tersebut menjadi inokulan bakteri asam laktat. 2. Pembuatan silase limbah tanaman singkong

a. limbah tanaman singkong yang baru dipanen dilayukan selama 12 jam untuk mengurangi kandungan airnya;

b. mencacah limbah tanaman singkong menggunakan mesin chopper dengan ukuran 1—2 cm;

c. hasil cacahan dihomogenkan dan ditimbang masing-masing seberat 1 kg untuk setiap unit percobaan;

d. menambahkan perlakuan yang diterapkan pada limbah tanaman singkong tersebut dan masing-masing perlakuan diulang 4 kali;

e. limbah tanaman singkong difermentasi selama 21 hari. Setelah 21 hari, silase dibuka kemudian dilakukan uji organoleptik, pH, kadar air, dan analisis asam sianida.

E. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi pemeriksaan kualitas fisik, nilai fleigh, dan kadar asam sianida silase.

1. Pemeriksaan kualitas fisik

a. mengeluarkan silase dari kantung plastik;

(33)

18 c. mencatat hasil pengamatan pada kertas borang penilaian.

2. Penghitungan nilai fleigh

Sebelum dilakukan penghitungan nilai fleigh, dilakukan pengukuran kadar air dan pH silase.

a. pengukuran kadar air silase

 memanaskan cawan petri selama 15 menit dengan suhu 1350C;

 mendinginkan cawan petri ke dalam desikator selama 15 menit;

 menimbang bobot cawan petri (A);

 menambahkan sampel silase ke cawan petri dan dicatat bobotnya (B);

 memanaskan cawan petri berisi sampel silase di dalam oven dengan suhu 1350C selama 2 jam;

 mendinginkan cawan petri berisi sampel silase ke dalam desikator selama 15 menit;

 menimbang bobot cawan petri berisi sampel silase setelah dipanaskan (C);

 kemudian kadar air silase dihitung dengan menggunakan rumus:

kadar air (%): −

100%

.

b. Pengukuran pH silase

 menimbang 20 g silase dan dimasukkan ke dalam blender;

 menambahkan 100 ml aquades ke dalam blender kemudian dihaluskan selama 1 menit;

(34)

19

 mencocokkan hasil pada pH paper universal dengan roda warna;

 mencatat pH silase pada lembar blanko;

 mengulangi langkah-langkah tersebut untuk semua perlakuan. c. Nilai fleigh dihitung menggunakan rumus (Killic, 1984):

NF = 220 + (2 x BK (%) – 15) – (40 x pH).

3. Analisis kadar asam sianida

Analisis kadar asam sianida menggunakan prosedur Sudarmadji dkk., (1984) sebagai berikut:

a. menimbang sebanyak 20 g sampel silase limbah tanaman singkong dan ditambahkan 100 ml aquades kemudian dihaluskan. Sampel yang telah halus didiamkan selama 2 jam;

b. menambahkan 100 ml aquades ke dalam sampel dan didestilasi dengan metode destilasi uap. Destilat ditampung dalam erlenmeyer yang telah diisi dengan 20 ml NaOH 2,5%;

c. setelah didestilasi (ditampung dalam erlenmeyer) hingga mencapai volume 150 ml maka proses destilasi dihentikan. Destilat kemudian ditambahkan 5 ml KI 5% dan 8 ml NH4OH. Campuran destilat tersebut dititrasi dengan larutan AgNO3 0,02 N sampai terjadi kekeruhan; d. kemudian menghitung kadar asam sianida dengan rumus:

(35)

26

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. penambahan inokulan bakteri asam laktat, tepung gaplek, serta kombinasi

inokulan bakteri asam laktat dan tepung gaplek berpengaruh sangat nyata terhadap nilai fleigh dan kadar asam sianida, serta tidak berpengaruh berbeda terhadap kualitas fisik silase;

2. perlakuan kombinasi inokulan bakteri asam laktat dan tepung gaplek merupakan perlakuan terbaik yang berpengaruh terhadap nilai fleigh dan perlakuan penambahan tepung gaplek merupakan perlakuan terbaik yang berpengaruh terhadap kadar asam sianida silase;

3. penambahan berbagai akselerator menghasilkan silase yang berkualitas sangat baik sehingga dalam penerapannya dapat diberikan salah satu akselerator tersebut.

B. Saran

(36)

28

DAFTAR PUSTAKA

Ahlgren, G.H. 1956. Forage Crops, 2nd Ed. Mc.Graw-Hill Book Company Inc. New York

Anonim. 2010. Zat Antinutrisi. http://cintasapi.wordpress.com/2010/09/02/zat-antinutrisi/. (17 Juni 2014)

Askurrahman. 2010. Isolasi dan karakterisasi linamarase hasil isolasi dari umbi singkong (Manihot esculenta Crantz). Agrointek 4 (2) : 138—145. Universitas Trunojoyo. Madura, Jawa Timur

Bokanga, M. 2001. Cassava: Post-harvest biodeterioration. International Institute of Tropical Agriculture (IITA), Ibadan, Nigeria. http://www.cgiar.org/iita/. (17 Juni 2014)

Bureenok, S., T. Namihiro, S. Mizumachi, Y. Kawamoto, and T. Nakada. 2006. Effect of epiphytic lactic acid bacteria with or without different by

product from deffated rice bran and green tea waste on Napiergrass silage fermentation. Journal Science Food Agriculture 86 : 1073—1077 Departemen Pertanian. 1980. Silase sebagai Makanan Ternak. Departemen

Pertanian. Balai Informasi Pertanian Ciawi. Bogor

Fallon, R.D. 1992. Evidence of a hydrolitic route for anaerob cyanide degradation. Application Environment Microbiological 58 : 3163—3164

Fariani, A., A. Abrar, dan Mudrikah. 2010. Isolasi Bakteri Asam Laktat Pendegradasi Sianida dari Cairan Rumen. Prosiding Seminar Nasional. Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Palembang

Fathul, F., Liman, N. Purwaningsih, dan S. Tantalo. 2013. Pengetahuan Pakan dan Formulasi Ransum. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Heinritz, S. 2011. Ensiling Suitability of High Protein Tropical Forages and Their Nutritional Value for Feeding Pigs. Diploma Thesis. University of

Hohenheim. Stutgart

(37)

29 Kavana, P.Y., K. Mtunda, A. Abass, and V. Rweyendera. 2005. Promotion of

cassava leaves silage utilization for smallholder dairy production in Eastern Coast of Tanzania. Livestock Resourch 17 (4)

Kilic, A. 1984. Silo Yemi (Silage Feed). Bilgehan Press. Izmir, Turkey Kurnianingtyas, I.B., P. R. Pandansari, I. Astuti, S.D. Widyawati, dan W.P.S.

Suprayogi. 2012. Pengaruh macam akselerator terhadap kualitas fisik, kimiawi, dan biologis silase rumput kolonjono. Tropical Animal Husbandry 1 (1) : 7—14. Universitas Sebelas Maret. Semarang

McDonald, P., A.R. Henderson, and Heron SJE. 1991. The Biochemistry of Silage. Second Edition. Chalcombe Publication. Marlow

Muck, R.E. 1993. The Role of Silage Additives in Making High Quality Silage. In Silage Production from See Animal. Northeast Regional Agricultural Enginneering Service. New York

Muhtadi, D. 1992. Enzim dalam Industri Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Nur, H.S. 2005. Pembentukan asam organik oleh isolat bakteri asam laktat pada media ekstrak daging buah durian (Durio zibethinus Murr.). Bioscientiae 2 (1) : 15—24

Okafor, P.N. 2003. Determination of the hydrolitic activity of achatima achatima β-glukosidase toward some cyanogenic glycocides of some tropical plants. Journal of Microbial Biotecnology : 327—338

Pack, P.E. 2007. Cliffs AP Biology. University of Hawaii Press. United State of America

Pioner Development Foundation. 1991. Silage Technology. A Trainers Manual : 15—24. Pioner Development Foundation for Asia and The Pacific Inc. Ratnakomala, S. 2009. Menabung hijauan pakan ternak dalam bentuk silase. Bio

Trends 4 (1) : 15—18. Bioteknologi LIPI, Bogor

Rukmana, R. 2002. Ubi Kayu: Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta Sanchez, P.C. 2009. Philippine Fermented Food: Principles and Technology.

University of Hawaii Press. United State of America

(38)

30 Santoso, B., B.Tj. Hariadi, H. Manik, dan H. Abubakar. 2009. Kualitas rumput

unggul tropika hasil ensilase dengan bakteri asam laktat dari ekstrak rumput terfermentasi. Media Peternakan 32 (2) : 137-144. Universitas Negeri Papua. Papua

Schroeder, J.W. 2004. Silage Fermentation and Preservation. http://www.ext. nodak.edu/expubs/ansci/dairy/as1254w.btm.pdf. (25 Juni 2014)

Soetrisno, D. dan S. Keman. 1981. Nilai Makanan Hijauan Segar Ketela Pohon untuk Ternak Sapi dan Kerbau. Prosiding Seminar Penelitian Peternakan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor

Stefani, J. W. H., F. Driehuis, J. C. Gottschal, and S. F. Spoelstra. 2010. Silage Fermentation Processes and Their Manipulation. Electronic Conference on Tropical Silage : 6—3. Food Agriculture Organization

Subekti, G., Suwarno, dan N. Hidayat. 2013. Penggunaan beberapa aditif dan bakteri asam laktat terhadap karakteristik fisik silase rumput gajah pada hari ke-14. Jurnal Ilmiah Peternakan 1 (3) : 835–841. Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto

Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberti. Yogyakarta Susetyo, K. dan B. Soewardi. 1969. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat

Peternakan Rakyat. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta

Syahrurachman. 1994. Buku Ajar Biologi Kedokteran Edisi Revisi. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Utomo, R. 1994. Teknologi Pakan Hijauan. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Whitaker, J.R. 1994. Principle of Enzymology for The Food Science. Second Edition. Marcel Decker. New York

Weinberg, Z.G., and R.E. Muck. 1996. New Trends an Opportunities in the Development and Use Inoculants for Silage. Submitted to FEMS Microbial Rev.

Yuningsih. 2007. Kasus Keracunan pada Hewan di Indonesia dari Tahun 1992— 2005. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 1. Kadar asam sianida dalam beberapa jenis/varietas singkong.
Tabel 2. Kriteria penilaian silase.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian untuk mengetahui sejarah tradisi Ghatib Beghanyut di Kecamatan Mempura Kabupaten Siak, untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi Ghatib Beghanyut

Kebudayaan Melayu Riau yang dibahas dalam penelitian ini tidak terlepas dari pandangan hidup, kesenian, sastra, kuliner, upacara adat, peralatan (teknologi),

Sehingga jika terdapat perbedaan pada profil hormon progesteron diantara ternak di ketiga kelompok perlakuan lebih disebabkan oleh adanya penambahan asam amino

Karakter berikutnya yang diuji adalah ikatan senyawa dengan protein plasma, hal ini dilakukan untuk sediaan yang akan diberikan secara intra-vena untuk mengetahui

Oleh karena defisiensi enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase dapat menyebabkan kurangnya pembentukan NADPH, maka defisiensi enzim tersebut juga berakibat tidak terbentuknya

Berdasarkan uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96% daun pala memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan nilai KHM pada konsentrasi 0,5%

IMPLEMENTASI TERM FREQUENCY INVERS DOCUMENT FREQUENCY (TF-IDF) DAN COSINE SIMILARITY DALAM PENENTUAN REVIEWER PENELITIAN DOSEN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.. IMPLEMENTASI

Penelitian ini dilakukan berdasarkan atas pentingnya mengetahui bagaimana para ayah memaknai perannya sebagai bapak rumah tangga (Stay-At-Home Dad ). Jika penelitian