• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak dari Masa Kehamilan sampai dengan masa Nifas di Kabupaten Pidie Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak dari Masa Kehamilan sampai dengan masa Nifas di Kabupaten Pidie Tahun 2014"

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh FARIDAH 127032056/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THESIS

By FARIDAH 127032056/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh FARIDAH 127032056/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

NIFAS DI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Faridah

Nomor Induk Mahasiswa : 127032056

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D) (Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes

Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 18 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

(6)

PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DIMULAI DARI MASA

KEHAMILAN SAMPAI DENGAN MASA NIFAS DI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2014

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2014

(7)

ABSTRAK

Provinsi Aceh menggunakan buku KIA dalam pelayanan antenatal sejak tahun 1997. Cakupan kunjungan ibu hamil (K1) sebesar 8.629 orang atau 83,21%, dan kunjungan (K4) sebesar 6.966 orang atau 70,10% dari jumlah sasaran sebesar 9.973 orang. Salah satu faktor masih rendahnya kunjungan K1 dan K4 karena ibu hamil tidak memanfaatkan buku KIA, sedangkan faktor-faktor yang diduga memengaruhi pemanfaatan buku KIA yaitu pendidikan, minat membaca, persepsi terhadap buku KIA, dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, dan keinginan untuk sehat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei observasional dengan metode pengumpulan data melalui pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Pidie. Populasi penelitian sebanyak 8.320 orang dan sampel diperoleh sebanyak 181 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian dengan menunjukkan bahwa variabel yang memengaruhi pemanfaatan buku KIA dimulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie yaitu minat membaca (p=0,001), dan persepsi tentang buku KIA (p=0,028). Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh yaitu pendidikan (p=0,978), dukungan keluarga (p=0,910), dukungan tokoh masyarakat (p=0,996), dan keinginan untuk sehat (p=0,992). Minat membaca merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pemanfaatan buku KIA dimulai dari masa kehamilan sampai masa nifas, ibu dengan minat membaca tinggi akan memanfaatkan buku KIA lebih baik dibandingkan ibu dengan minat membaca rendah.

Disarankan pada tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang buku KIA kepada ibu hamil sampai masa nifas sehingga lebih banyak atau semua ibu memanfaatkan buku KIA dengan baik pula.

(8)

ABSTRACT

Province of Aceh uses the KIA book in antenatal service since 1997. Visit rate of pregnant woman (K1) is 8.629 persons or 83.21% and visiting (K4) is 6.966 persons or 70.10% of the target number is 9.973 persons. One of factors causes the lower of visiting K1 and K4 is caused by the pregnant woman did not use the KIA book, while factors assumed influence the using of KIA book is education, reading interest, perception of KIA book, family support, society figure support, and desires for health.

This research is a observational survey by cross sectional approach. This research was conducted in regency of Pidie. The population of research is 8.320 ersons and sample is 181 persons. The data used is primary data and secondary data. The data was analyzed by multivariat analysis by multi linier regression test.

The result of research indicates that variables influence the using of KIA boo since the pregnancy up to puerperium in regency of Pidie is reading interest (p=0.000), and perception (p=0.028). While variables has not influence are education (p=0.978), family support (p=0.910), society figure support (p=0.996), and health desire (p=0.992). The reading interest is a variable with the higher influence to the using of KIA book since the pregnant age up to puerperium, the mother with the higher reading interest will use KIA book better than mother with the lower reading interest.

It is suggested to the health operator to provide the pregnant woman with health extension and education about KIA book up to the puerperium so more of mother will use KIA book.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,

atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

ini yang berjudul: “Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku Kesehatan

Ibu dan Anak dari Masa Kehamilan sampai dengan masa Nifas di Kabupaten Pidie

Tahun 2014.”

Penulis menyadari penulisan ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan

kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D, selaku Pembimbing I yang penuh kesabaran dalam

memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku Pembimbing II dengan ketulusannya

(10)

6. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si dan Drs.Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.

8. drg. Mohd. Riza Faisal, MARS, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

9. Orang tua (Alm. Benpeukan Hasan dan Hj. Syaribanun Daud), dan suami (H. Hanafiah, S.Pd), serta anak-anak tercinta (Emma Yulia, Sri Mulyana, Muhammad Hafiz) yang selalu memberikan semangat dan motivasi pada penulis terutama dalam penyusunan tesis ini.

10.Seluruh teman-teman mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya minat studi Kesehatan Reproduksi yang telah menyumbangkan masukan dan saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik

dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap

semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, September 2014 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Faridah berumur 46 tahun dilahirkan di Sigli pada tanggal 18

September 1968. Penulis beragama Islam, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan

(Alm) Benpeukan Hasan dan Hj. Syaribanun Daud. Penulis menikah pada tahun 1990

dengan H. Hanafiah, SPd dan dikaruniai tiga orang anak, dua putri dan satu putra.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri I

Beurenuen Kabupaten Pidie, tamat tahun 1980, Sekolah Menengah Pertama di SMP

Negeri 1 Beurenuen Kabupaten Pidie tamat tahun 1983, Sekolah Perawat Kesehatan

(SPK) Depkes RI Banda Aceh tamat tahun 1987. Selanjutnya penulis ditugaskan

sebagai tenaga bakti ± 1 tahun di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie, kemudian

menjadi PNS pada tahun 1988. Penulis melanjutkan pendidikan ke Program

Pendidikan Bidan (D1 Kebidanan) di Sigli Kabupaten Pidie, tamat tahun 1992.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke Program Studi D-III Kebidanan di

Banda Aceh tamat tahun 2000. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Ilmu

Manajemen (STIM) Pembangunan Bangsa Jurusan Manajemen di Banda Aceh, tamat

tahun 2004. Kemudian melanjutkan pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Universitas

Abulyatama Banda Aceh tamat tahun 2008. Pada tahun 2012-2014 penulis

menempuh pendidikan S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan

Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada tahun 2002-2011, penulis bekerja sebagai Kasie Kesehatan Ibu dan Anak

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 12

1.3.Tujuan Penelitian ... 13

1.4.Hipotesis Penelitian ... 14

1.5.Manfaat Penelitian ... 14

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 16

2.1. Konsep Ibu Hamil sampai Nifas ... 16

2.1.1. Ibu Hamil ... 16

2.1.2. Persalinan ... 17

2.1.3. Masa Post Partum ... 20

2.2. Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ... 23

2.3. Perubahan Perilaku Individu ... 30

2.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Mulai dari Masa Kehamilan sampai dengan Masa Nifas di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 33

2.4.1. Pemanfaatan Buku KIA ... 33

2.4.2. Komponen Predisposisi (Predisposing) ... 38

2.4.3. Komponen Pemungkin (Enabling) ... 44

2.4.4. Komponen Kebutuhan (Need) ... 46

2.5. Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan... 49

2.6. Kerangka Teoritis ... 53

2.7. Kerangka Konsep ... 55

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 56

3.1. Jenis Penelitian ... 56

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56

(13)

3.2.2. Waktu Penelitian ... 56

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 69

3.5.1. Variabel Dependen ... 69

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 74

4.1.1. Gambaran Wilayah... 74

4.1.2. Deskripsi Data Pelayanan Antenatal ... 76

4.2. Karakteristik Responden ... 79

4.3. Minat Membaca ... 80

4.4. Persepsi ... 84

4.5. Dukungan Keluarga ... 87

4.6. Dukungan Tokoh Masyarakat ... 89

4.7. Keinginan untuk Sehat ... 92

4.8. Pemanfaatan Buku KIA ... 95

4.9. Uji Regresi Linier Berganda ... 104

4.9.1. Uji Koefisien Determinasi (Uji R) ... 104

4.9.2. Uji Serempak/Simultan (Uji F) ... 106

4.9.3. Uji Parsial (Uji t) ... 107

4.9.4. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 108

BAB 5. PEMBAHASAN ... 110

5.1. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemanfaatan Buku KIA ... 110

5.2. Pengaruh Minat Membaca terhadap Pemanfaatan Buku KIA ... 111

5.3. Pengaruh Persepsi terhadap Pemanfaatan Buku KIA ... 115

5.4. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Pemanfaatan Buku KIA ... 116

(14)

5.6. Pengaruh Keinginan untuk Sehat terhadap Pemanfaatan

Buku KIA ... 121

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 123

6.1. Kesimpulan ... 123

6.2. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Jumlah Sampel di Setiap Puskesmas di Kabupaten Pidie ... 58

3.2. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Minat Membaca ... 61

3.3. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Persepsi ... 62

3.4. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Dukungan Keluarga ... 63

3.5. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Dukungan Tokoh Masyarakat ... 64

3.6. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Keinginan Untuk Sehat. 65 3.7. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Pemanfaatan Buku KIA 66 4.1. Kepemilikan Buku KIA pada Ibu Hamil Sampai Masa Nifas di Kabupaten Pidie Tahun 2013 ... 77

4.2. Data Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Kabupaten Pidie Tahun 2013 ... 78

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 79

4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Minat Membaca di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 80

4.5. Distribusi Frekuensi Nilai Deskriptif Variabel Minat Membaca di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 82

4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Persepsi di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 84

4.7. Distribusi Frekuensi Nilai Deskriptif Variabel Persepsi di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 85

(16)

4.9. Distribusi Frekuensi Nilai Deskriptif Variabel Dukungan keluarga di

Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 88

4.10. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Dukungan

Tokoh Masyarakat di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 89

4.11. Distribusi Frekuensi Nilai Deskriptif Variabel Dukungan Tokoh

Masyarakat di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 91

4.12. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pemanfaatan

buku KIA di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 92

4.13. Distribusi Frekuensi Nilai Deskriptif Variabel Pemanfaatan buku

KIA di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 93

4.14. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pemanfaatan

Buku KIA di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 95

4.15. Distribusi Frekuensi Nilai Deskriptif Variabel Pemanfaatan buku

KIA di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 99

4.16. Hasil Uji Parsial (Uji t) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku KIA di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 105

4.17. Hasil Uji Serempak/Simultan Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Pemanfaatan Buku KIA di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 106

4.18. Uji Koefisien Determinasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 2.1. Model Sistem Kesehatan dari Anderson ... 51

2.2. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Berdasarkan Teori Anderson ... 52

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian Sebelum Uji Validitas ... 128

2. Data Uji Validitas Reliabilitas Data Tahap Pertama ... 140

3. Lembar Pernyataan Persetujuan Responden dan Kuesioner Penelitian Setelah Uji Validitas ... 156

4. Data Uji Validitas Reliabilitas Data Tahap Kedua ... 163

5. Hasil Uji Validitas Reliabilitas Data Tahap Ketiga ... 174

6. Master Data ... 181

7. Output SPSS Data Penelitian ... 192

(19)

ABSTRAK

Provinsi Aceh menggunakan buku KIA dalam pelayanan antenatal sejak tahun 1997. Cakupan kunjungan ibu hamil (K1) sebesar 8.629 orang atau 83,21%, dan kunjungan (K4) sebesar 6.966 orang atau 70,10% dari jumlah sasaran sebesar 9.973 orang. Salah satu faktor masih rendahnya kunjungan K1 dan K4 karena ibu hamil tidak memanfaatkan buku KIA, sedangkan faktor-faktor yang diduga memengaruhi pemanfaatan buku KIA yaitu pendidikan, minat membaca, persepsi terhadap buku KIA, dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, dan keinginan untuk sehat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei observasional dengan metode pengumpulan data melalui pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Pidie. Populasi penelitian sebanyak 8.320 orang dan sampel diperoleh sebanyak 181 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian dengan menunjukkan bahwa variabel yang memengaruhi pemanfaatan buku KIA dimulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie yaitu minat membaca (p=0,001), dan persepsi tentang buku KIA (p=0,028). Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh yaitu pendidikan (p=0,978), dukungan keluarga (p=0,910), dukungan tokoh masyarakat (p=0,996), dan keinginan untuk sehat (p=0,992). Minat membaca merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pemanfaatan buku KIA dimulai dari masa kehamilan sampai masa nifas, ibu dengan minat membaca tinggi akan memanfaatkan buku KIA lebih baik dibandingkan ibu dengan minat membaca rendah.

Disarankan pada tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang buku KIA kepada ibu hamil sampai masa nifas sehingga lebih banyak atau semua ibu memanfaatkan buku KIA dengan baik pula.

(20)

ABSTRACT

Province of Aceh uses the KIA book in antenatal service since 1997. Visit rate of pregnant woman (K1) is 8.629 persons or 83.21% and visiting (K4) is 6.966 persons or 70.10% of the target number is 9.973 persons. One of factors causes the lower of visiting K1 and K4 is caused by the pregnant woman did not use the KIA book, while factors assumed influence the using of KIA book is education, reading interest, perception of KIA book, family support, society figure support, and desires for health.

This research is a observational survey by cross sectional approach. This research was conducted in regency of Pidie. The population of research is 8.320 ersons and sample is 181 persons. The data used is primary data and secondary data. The data was analyzed by multivariat analysis by multi linier regression test.

The result of research indicates that variables influence the using of KIA boo since the pregnancy up to puerperium in regency of Pidie is reading interest (p=0.000), and perception (p=0.028). While variables has not influence are education (p=0.978), family support (p=0.910), society figure support (p=0.996), and health desire (p=0.992). The reading interest is a variable with the higher influence to the using of KIA book since the pregnant age up to puerperium, the mother with the higher reading interest will use KIA book better than mother with the lower reading interest.

It is suggested to the health operator to provide the pregnant woman with health extension and education about KIA book up to the puerperium so more of mother will use KIA book.

(21)

1.1. Latar Belakang

Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah

besar di bidang kesehatan. Tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia terkait

dengan rendahnya kualitas berbagai program dalam upaya penurunan AKI. Untuk

menurunkannya pemerintah telah melaksanakan upaya Safe Motherhood, Keluarga Berencana (KB), Ante Natal Care (ANC), persalinan bersih, dan penanganan nifas),

yang kemudian dilanjutkan dengan program Making Pregnancy Safer yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan, penanggulangan komplikasi, pencegahan

kehamilan tak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Saifuddin, 2007).

Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (Depkes RI, 2010) penyebab

langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), dan

lain-lain (33%). Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah kurangnya

cakupan dan kualitas kesehatan meliputi kurangnya akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan, kualitas dan efektivitas pelayanan kesehatan ibu yang belum

memadai, serta sistem rujukan kesehatan maternal yang belum mantap juga

merupakan penyebab kematianibu (Adri, 2008).

Pentingnya pelayanan ANC disebabkan oleh karena setiap kehamilan dapat

berkembang menjadi masalah atau komplikasi. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

(22)

dalam memelihara kesehatan, mencegah serta menanggulangi masalah kesehatan ibu

dan anak. Dalam Buku KIA dapat ditemukan catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin

dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai informasi

cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak. Catatan yang ada di dalam

buku KIA ini akan sangat bermanfaat bagi ibu, anak dan petugas kesehatan sehingga

perlu disimpan, dan jangan sampai hilang (Elhooda, 2007).

Buku KIA adalah instrumen pencatatan dan penyuluhan (edukasi) bagi ibu

dan keluarganya, juga alat komunikasi antar tenaga kesehatan dan keluarga. Buku

KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang KIA termasuk gizi, yang dapat

membantu keluarga khususnya ibu dalam memelihara kesehatan dirinya sejak ibu

hamil sampai anaknya berumur 5 tahun, dan komunikasi karena tenaga kesehatan

dapat memberikan catatan-catatan penting yang dapat dibaca tenaga kesehatan lain

dan ibu serta keluarga, misal keluhan, hasil pemeriksaan, catatan persalinan,

pelayanan yang diberikan pada ibu/bayi/anak balita hasil pemeriksaan tambahan, dan

rujukan (Elhooda, 2007).

Buku KIA diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu dan pemahaman

masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak, selain itu buku KIA sebagai catatan

kesehatan, alat monitoring dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan ibu

hamil. Pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan anak masih terkendala oleh

rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat dari buku KIA dan cara merangsang

perkembangan anak dan kurangnya konseling KIA dari petugas kesehatan, sebagian

(23)

catatan pemeriksaan hamil, dimana anggapan tersebut adalah keliru, akan tetapi tidak

terjadi perbedaan yang cukup tajam, hal ini disebabkan pengaruh modernisasi di desa

sehingga para ibu cukup menyadari pemanfaatan pelayanan KIA (Depkes RI, 2005).

Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang masih menjadi prioritas untuk

ditangani adalah tingginya angka kematian ibu (AKI) yang mencapai 307 per 100.000

kelahiran hidup. Angka tersebut menempati urutan tertinggi diantara Negara-negara

berkembang lainnya. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 65 kali lebih besar dari

Negara Singapore, 9,5 kali dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari indeks Filipina

(Anwar, 2010).

Angka kematian ibu di Indonesia menurut hasil Survey Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) pada tahun 2002 adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup.

Penurunan angka kematian ibu tersebut berjalan sangat lamban yaitu menjadi 228 per

100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Selain itu terdapat variasi atau perbedaan

yang cukup nyata antara angka kematian ibu di Jawa Bali dan luar Jawa Bali, seperti

di Propinsi Jawa Tengah 248, Nusa Tenggara Timur 554, Maluku 796 dan Papua

mencapai 1025 per 100.000 kelahiran hidup, Aceh sendiri mempunyai AKI berkisar

224 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini mencerminkan adanya perbedaan dalam segi

geografis, demografis, akses dan kualitas pelayanan kesehatan serta ketersediaan

sumber daya manusia. Hasil penelitian di 12 rumah sakit mengenai sebab-sebab

kematian ibu bersalin diketahui bahwa 94,4% kematian ibu merupakan akibat

langsung kehamilan, komplikasi kehamilan serta persalinan. Penyebab utama

(24)

Hampir 70% ibu hamil menderita anemia (HB <11 gram%) yang akan menambah

resiko terjadinya kematian ibu maternal. Hal ini merupakan indikator masih lemahnya

pelayanan program kesehatan ibu dan anak dengan berbagai faktor yang

melatarbelakanginya (Prawiroharjo, 2002).

Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab

obstetri langsung yaitu perdarahan 28%, preeklampsia/eklampsia sebanyak 24%,

infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5% dan

lain-lain 11%. Separuh dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan. Dua pertiga dari

semua kasus perdarahan pascapersalinan terjadi pada ibu tanpa faktor risiko yang

diketahui sebelumnya, dua pertiga kematian akibat perdarahan tersebut adalah dari

jenis retensio plasenta, dan tidak mungkin memperkirakan ibu mana yang akan

mengalami atonia uteri maupun perdarahan (Sufa, 2013).

Kondisi kematian ibu secara keseluruhan diperberat oleh “tiga terlambat”

yaitu terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan,

terlambat dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan, terlambat ditangani oleh tenaga

kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Selain tiga terlambat, penyebab kematian

ibu karena “empat terlalu” yaitu terlalu tua hamil (di atas usia 35 tahun), terlalu muda

untuk hamil (di bawah usia 20 tahun), terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4), dan

terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun) (Kemenkes RI, 2011).

Kegiatan pokok pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas yang dilaksanakan

oleh bidan dalam menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi adalah

(25)

kehamilan dan peningkatan pelayanan pada Neonatal, kehamilan merupakan suatu

proses reproduksi yang memerlukan perawatan khusus (pemantauan selama

kehamilan) agar dapat berlangsung dengan baik karena erat kaitannya dengan

kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan bersifat dinamis karena ibu hamil

yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi resiko yang dapat

menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006).

Perawatan kehamilan dan persalinan diawali oleh pelayanan antenatal

pemeriksaan sejak awal kehamilan). Di Indonesia pelayanan Antenatal merupakan

pelayanan dari program kesehatan ibu dan anak (KIA) yang pada dasarnya tersedia

bagi semua wanita hamil, dengan biaya yang relatif murah. Namun meskipun biaya

pelayanan relatif murah tidak semua wanita hamil memanfaatkan fasilitas pelayanan

tersebut kondisi ini menyebabkan banyak kasus yang berisiko tidak dapat terdeteksi

dan ditangani (Depkes, 2006).

Bidan sebagai pemberi pelayanan kebidanan merupakan ujung tombak dalam

menurunkan AKI Salah satu kontribusi menurunkan AKI adalah dengan memberikan

pelayanan kebidanan yang berkualitas (Mufdillah, 2009). Bidan merupakan tenaga

kesehatan utama dalam pelayanan antenatal, penolong proses persalinan di desa-desa

(Bidan desa), Puskesmas dan Rumah sakit. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mencatat

dari sekitar 70 ribu desa di Indonesia, baru sekitar 30 ribu desa yang memiliki bidan.

Hal ini tidak sejalan dengan tujuan penempatan bidan di desa yaitu agar masyarakat

mau memanfaatkan jasa bidan dalam pertolongan persalinan (Depkes, 2006).

(26)

sebagian besar persalinan masih ditolong oleh dukun (Saraswati, 2002). Istiarti, 1996

Mengemukakan hal yang sama salah satu faktor tingginya angka kematian maternal

disebabkan 80% kelahiran masih ditolong oleh dukun.

Upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu menuntut hubungan yang erat

antara berbagai tingkatan system pelayanan kesehatan masyarakat yang di mulai dari

bidan desa upaya tersebut mencakup berbagai upaya pencegahan deteksi dini

komplikasi kehamilan, persalinan aman dan bersih serta rujukan ke fasilitas rujukan

yang memadai. Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan, yang

melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu

untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah (Muninjaya, 2004).

Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian

ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan gerakan sayang ibu (GSI), Strategi Making Pregnancy Safer dan pengadaan buku KIA (Depkes, 2003). Sejak tahun 1993-1994 untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan antenatal,

pemerintah melalui kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) guna mengembangkan buku kesehatan ibu dan anak (Jepang sendiri sudah

mulai menggunakan buku KIA sejak tahun 1948 dan terbukti mampu menurunkan

AKI terendah di dunia saat ini adalah Jepang sebesar 7,1 per 100.000 kelahiran

hidup). Setelah proses pengembangan awal selama sepuluh tahun, buku Kesehatan

Ibu dan Anak (KIA), diluncurkan lagi pada tahun 2003 sampai dengan sekarang

(27)

Buku KIA adalah penggabungan dari sejumlah kartu menuju sehat (KMS) dan

Kartu Ibu Hamil yang berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan

kesehatan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2007). Buku KIA diperkenalkan

oleh JICA pada tahun 1994 dan diujicoba di salah satu kota di Jawa Tengah

perkembangan sangat baik yakni melampaui cakupan propinsi yang telah

direncanakan, sehingga Depkes merasa perlu untuk menyusun buku KIA versi

Nasional. Pada tahun 2006, hampir semua propinsi menggunakan buku KIA untuk

pelayanan antenatal. Pada tahun 2007, pengadaan buku KIA telah mencapai 50% dari

perkiraan jumlah ibu hamil atau 2,6 juta ibu hamil (Purwanto, 2009).

Menteri Kesehatan (Menkes) telah mensahkan buku KIA sebagai salah satu

program prioritas kesehatan ibu dan anak di Indonesia yang diharapkan buku KIA

nantinya bisa menjadi instrumen pencatatan kesehatan ibu dan anak di tingkat

keluarga selain itu juga mampu meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas

dalam rangka mendidik ibu keluarga tentang perawatan dan pemeliharaan KIA dan

gizi di rumah dengan surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

284/Menkes/SK/III/2004 Tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Depkes, dan JICA,

2007).

Buku KIA juga diharapkan berdampak positif bagi kesehatan dan

perkembangan anak usia dini sejak dalam kandungan ibu sampai berumur 5 tahun.

Hal ini dapat meningkatkan jangkauan pelayanan KIA yang berkualitas, mampu

(28)

memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan manajemen pelayanan KIA

(Anonim, 2008).

Pemanfaatan buku KIA merupakan perilaku kesehatan. Menurut Bloom dalam

Notoatmodjo (2010), perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor

lingkungan yang memengaruhi kesehatan individu, kelompok dan atau masyarakat.

Oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat,

intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis.

Green (1980) menyatakan bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh 3 (tiga)

faktor utama, yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Faktor predisposisi (predisposing factors) terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, pendidikan, dan sebagainya, faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, pelayanan tenaga kesehatan, tersedia atau tidaknya

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,

obat-obatan, alat-alat kontrasepsi dan sebagainya, dan faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2010) menggambarkan pemanfaatan

pelayanan kesehatan dengan model sistem kesehatan (health system model). Dalam model Anderson ini terdapat 3 kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yakni:

(29)

karakteristik kebutuhan.(need). Dalam penelitian ini komponen predisposisi yang akan diteliti yaitu pendidikan, minat membaca, persepsi terhadap buku KIA

komponen pendukung yaitu dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat,

komponen kebutuhan yaitu keinginan untuk sehat.

Hasil penelitian Hasanbasri dan Emoviana di Kota Sawalunto menunjukkan

bahwa 80% petugas kesehatan tidak memanfaatkan buku KIA sebagai materi

penyuluhan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Elly (2003) di Bengkulu apabila

pemanfaatan diukur dari tanpa melihat jumlah materi maka tingkat pemanfaatannya

cukup tinggi (66,7%) dan apabila pemanfaatan diukur dari seluruh materi penyuluhan

yang ada (10 materi), maka pemanfaatan masih sangat rendah (2,2%).

Penelitian Lestari (2012) di Kecamatan Ambarawa Periode Januari-Maret

2012 mendapatkan hasil bahwa ibu hamil yang memanfaatkan buku KIA dengan baik

mempunyai pengetahuan yang baik pula mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan

(42,86%). Sedangkan ibu hamil yang kurang memanfaatkan buku KIA dalam

mendapatkan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan mempunyai

pengetahuan yang kurang mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan (75%).

Penelitian Anggraini (2012) di Puskesmas Uteunpulo Kabupaten Nagan Raya

menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan (p=0,003<0,05) dan sikap (p=0,018

<0,05) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan Antenatal care pada masa kehamilan. Semakin baik pengetahuan dan semakin positif sikap ibu hamil maka

(30)

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sudah mulai menggunakan buku

KIA dalam pelayanan antenatal pada tahun 1997. Pemerintah kota Banda Aceh

sebagai salah satu Kabupaten Kota di daerah NAD juga telah mengadopsi

penggunaan buku KIA pada tahun 2003. Pengamatan Survey awal, dari 26

Puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Pidie, termasuk rendah cakupan Kl

dan K4. Diketahui jumlah cakupan kunjungan ibu hamil (K1) sebesar 8.629 orang

atau 83,21%, dan kunjungan (K4) sebesar 6.966 orang atau 70,10% dari jumlah

sasaran sebesar 9.973 orang (Dinkes Kabupaten Pidie, 2013).

Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka mempercepat penurunan angka

kematian ibu salah satunya melalui pemberian pelayanan antenatal dengan

memanfaatkan buku KIA, Pedoman penggunaan buku KIA dalam praktek

penyuluhan/konseling yakni isi (13 materi) yang ada di dalam buku KIA harus

dijelaskan kepada ibu. Kegiatan monitoring ibu hamil, yang telah dilakukan melalui

Program KIA bersamaan dengan Kunjungan ibu hamil (K1) satu kali, yaitu pada

trimester pertama dan pada trimester 2 (K2) satu kali, terakhir 2 kali pada trimester

akhir (K3 dan K4) tetapi sejauh ini belum diperoleh gambaran pemanfaatan buku

tersebut baik oleh petugas maupun sasaran (ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu bayi

dan ibu anak balita).

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa, materi penyuluhan yang

termuat di dalam buku KIA belum dijadikan acuan baku dalam penyuluhan pada

setiap ibu hamil. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas

(31)

materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal karena waktu pelayanan yang terbatas,

sementara dari hasil wawancara dengan beberapa ibu hamil di wilayah puskesmas di

Kabupaten Pidie diketahui bahwa penyuluhan tidak diberikan secara rinci kepada ibu

hamil tetapi disuruh membaca sendiri di rumah kecuali jika ada yang tidak dimengerti

boleh ditanyakan pada petugas KIA pada saat kunjungan berikutnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinkes Provinsi Aceh (2010), jumlah.

Sasaran ibu hamil sebanyak 113.182 orang dengan cakupan K-l sebanyak 103.436

orang (91,07%), cakupan K4 sebanyak 94.347 orang (83,06%), dan jumlah ibu hamil

yang memiliki buku KIA sebanyak 20.086 (17,7%). Sedangkan berdasarkan data

yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie pada tahun 2012, jumlah

sasaran ibu hamil sebanyak 9.973 orang dengan cakupan K-l sebanyak 8.269 orang

(83,21%), cakupan K-4 sebanyak 6.966 orang (70,10%), dan jumlah ibu hamil yang

memiliki buku KIA sebanyak 8.320 orang (83,73%).Jumlah sasaran ibu bersalin dan

ibu nifas 9.488 cakupan KF1 7.929 (83,27%), KF2 7.572 (79,81%) dan KF3 7.394

(77,93%) Laporan Pemantauan wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS

KIA) Kabupaten Pidie 2013, ibu hamil yang memiliki buku KIA dan yang

memanfaatkannya secara rutin sebesar 7.321 orang (73,4%) (Dinkes Kab. Pidie,

2014). Hal ini menunjukkan pencapaian target K-l, K-4 dan Ibu Nifas masih di bawah

target yang ditentukan yaitu K1 98%, K4 93% dan Nifas 90% (Depkes RI, 2012).

Hasil studi awal yang peneliti lakukan di 5 klinik bersalin di Kabupaten Pidie,

berkaitan tentang buku KIA dan pemanfaatannya. Berdasarkan hasil wawancara

(32)

yang melakukan pemeriksaan atau kunjungan ke klinik. Mereka sudah memberikan

informasi yang berkaitan dengan pemanfaatan buku KIA dengan menginstruksikan

agar ibu membaca dan membawa setiap kali mereka datang melakukan pemeriksaan.

Untuk mengetahui pemanfaatan buku KIA, peneliti melakukan mewawancarai 10

orang ibu nifas yang berkunjung ke Puskesmas Kota Sigli, sebanyak 7 orang ibu

hamil membawa buku KIA sejak masa kehamilan, sedangkan 2 orang menyatakan

lupa membawanya, 1 orang menyatakan bukunya hilang. Sebanyak 5 orang ibu tidak

pernah membaca isi buku KIA tersebut, sehingga pada saat diajukan pertanyaan

tentang isi buku KIA ibu kurang mengerti tentang manfaat dari buku KIA pada masa

kehamilan sampai ibu nifas. Ibu nifas juga kurang peduli dengan keberadaan buku

KIA tersebut sebagai alat untuk memantau perkembangan kehamilan sampai dengan

masa nifasnya. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk meneliti

tentang "Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan

Anak dari Masa Kehamilan sampai dengan masa Nifas di Kabupaten Pidie Tahun

2014".

l.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah "Faktor-faktor yang Memengaruhi pemanfaatan buku

KIA di mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie

(33)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor predisposisi (pendidikan, minat membaca, persepsi

terhadap buku KIA), faktor pemungkin (dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat) dan faktor kebutuhan (keinginan untuk sehat), terhadap pemanfaatan

buku KIA di Kabupaten Pidie tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pemanfaatan buku KIA dari

masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

2. Untuk mengetahui pengaruh minat membaca terhadap pemanfaatan buku KIA

dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

3. Untuk mengetahui pengaruh persepsi buku KIA terhadap pemanfaatan buku KIA

dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

4. Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap pemanfaatan buku KIA

dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

5. Untuk mengetahui pengaruh dukungan tokoh masyarakat terhadap pemanfaatan

buku KIA dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie

tahun 2014

6. Untuk mengetahui pengaruh keinginan untuk sehat terhadap pemanfaatan buku

KIA dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun

(34)

1.4. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pendidikan terhadap pemanfaatan buku KIA di mulai dari masa

kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

2. Ada pengaruh minat membaca terhadap pemanfaatan buku KIA di mulai dari

masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

3. Ada pengaruh persepsi tentang buku KIA terhadap pemanfaatan buku KIA di

mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun

2014

4. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap pemanfaatan buku KIA di mulai dari

masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

5. Ada pengaruh dukungan tokoh masyarakat terhadap pemanfaatan buku KIA di

mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun

2014

6. Ada pengaruh keinginan untuk sehat terhadap pemanfaatan buku KIA di mulai

dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada pemerintah Kabupaten Pidie

untuk menentukan kebijakan dalam standar operasional prosedur (SOP) pada

pelaksanaan Penyuluhan agar dapat memanfaatkan Buku KIA dalam

(35)

2. Sebagai bahan informasi bagi bidan puskesmas, pentingnya Buku KIA

dijadikan acuan dalam pelaksanaan program KIA khususnya dalam pemberian

pelayanan antenatal kepada ibu hamil dan pelayanan postnatal pada masa

(36)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Ibu Hamil Sampai Masa Nifas 2.1.1. Ibu Hamil

Ibu hamil (gravida) adalah wanita yang sedang hamil. Keadaan kesehatan ibu

hamil sangat memengaruhi kehidupan janin. Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu

hamil harus mempunyai kesehatan yang optimal (Manuaba, 2010).

Menurut Dorland (2002) wanita hamil (gravida) adalah salah satu komponen

dari status paritas yang sering dituliskan dengan notasi G-P-Ab, di mana G

menyatakan jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab

menyatakan jumlah abortus.

Menurut Manuaba (2010) Gravida terbagi atas dua bagian yaitu:

1. Primigaravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Ciri–cirinya

adalah payudara tegang, puting susu runcing, perut tegang menonjol, striase

livide, perineum utuh, vulva menonjol, hymen perforatus, vagina sempit, dengan

rugae, portio runcing dan tertutup.

2. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil dan melahirkan bayi cukup bulan.

Ciri–cirinya adalah payudara lembek dan bekas dan menggantung, puting susu

tumpul, perut lembek dan menggantung, striase livide dan ablikan, perineum terdapat bekas robekan, vulva terbuka, karunkulemirtiformis, vagina longgar

(37)

2.1.2. Persalinan

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal, kelahiran

seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarganya nanti akan

selama sembilan bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah untuk

melahirkan bayinya dan peran petugas kesehatan (bidan) adalah memantau persalinan

untuk mendeteksi dini adanya komplikasi disamping bersama keluarga memberikan

bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Depkes RI, 2007).

Persalinan adalah proses membuka dan menepisnya serviks, dan janin turun

ke dalam jalan lahir, kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong

keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran

janin yang terjadi pada masa kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi

baik pada ibu maupun pada janin.

Tahapan proses persalinan dibagi dalam 4 (empat) kala yaitu:

a. Kala I: berlangsung sejak timbulnya his yang teratur sampai pembukaan serviks

lengkap (serviks berdiameter 10 cm), kala I terbagi dalam:

1) Fase laten: terjadi perubahan serviks menjadi tipis dan mulai membuka dari

0 – 2 cm; pada keadaan normal lamanya tak lebih dari 8 jam.

2) Fase aktif: serviks semakin menipis dan dengan makin sering dan makin

kuatnya his, maka Pembukaan serviks semakin cepat (3 – 10 cm). Kecepatan

(38)

b. Kala II: dimulai bila pembukaan serviks telah lengkap (10 cm), his mendorong

bayi untuk keluar. Secara refleks ibu akan mulai menekan ketika his berlangsung

untuk mengeluarkan bayi. Hal ini akan mempercepat lahirnya bayi. Proses ini

biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi, kala II berakhir

dengan lahirnya bayi.

c. Kala III: dimulai sejak lahir nya bayi sampai lahirnya plasenta, biasanya

berlangsung kurang dari 30 menit.

d. Kala IV: dimulai sejak lahirnya plasenta sampai dua jam sesudahnya (Depkes RI,

2007).

Tujuan asuhan persalinan adalah untuk memberikan asuhan yang memadai

selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih serta

aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Kebijakan

pelayanan asuhan persalinan. Berdasarkan buku acuan Nasional pelayanan kesehatan

maternal dan neonatal bahwa kebijakan pelayanan asuhan persalinan adalah sebagai

berikut:

a. Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih.

b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani

kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam.

c. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas

(39)

Rekomendasi kebijakan teknis asuhan persalinan dan kelahiran Menurut buku

acuan Nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal ada beberapa kebijakan

teknis asuhan persalinan dan kelahiran yang harus diperhatikan diantaranya:

a. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari

persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang

memberi dukungan bagi ibu.

b. Partograf harus dipergunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai

suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.

c. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-benar

dibutuhkan. Prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada infeksi atau penyulit.

d. Manajemen aktif kala III, termasuk melakukan penjepitan dan pemotongan tali

pusat secara dini, memberikan suntikan oksitoksin IM, melakukan penegangan

tali pusat terkendali (PTT) dan segera melakukan masase fundus, harus dilakukan

pada semua persalinan normal.

e. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidak-tidaknya 2

jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu sudah dalam keadaan stabil.

Fundus harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit

pada jam kedua. Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk

memastikan tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal dan pencegahan

(40)

f. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan di

masase sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan melakukan

hal ini.

g. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti

dan bayi dikeringkan serta dijaga kehangatannya untuk mencegah terjadinya

hipotermi.

h. Obat-obaatan esensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan

keluarga.

2.1.3. Masa Post Partum

Masa post partum disebut juga masa nifas atau puerperium yaitu masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam

minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan

dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya

berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6

minggu. Sedangkan Prawirohardjo (2005) menjelaskan bahwa periode pascapartum

ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke

keadaan normal sebelum hamil (Saifuddin, 2004).

Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester ke empat

kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal,

(41)

tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta

dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan profesional ikut membentuk

respons ibu terhadap bayinya selama masa ini (Prawirohardjo, 2005).

Menurut Prawirohardjo (2005), tujuan asuhan masa nifas:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan

perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Menurut Mansjoer (2010), nifas di bagi dalam 3 periode:

a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja

setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau

(42)

Dalam masa nifas terjadi perubahan pada alat-alat kandungan secara fisiologis

sehingga alat kandungan tersebut kembali pada keadaan seperti sebelum hamil yang

dinamakan dengan involusi uteri yaitu (Manuaba, 2005):

a. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

b. Bekas implantasi uri: plasenta belum mengecil karena kontraksi dan menonjol ke

Kavum Uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada

minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.

c. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.

d. Rasa sakit yang disebut after pains (mules-mules) disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.

e. Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas, yaitu:

1) Lochea Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

2) Lochea Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

3) Lochia Alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

4) Lochea Purulenta: terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk. f. Serviks: Setelah persalinan, bentuk Servik agak menganga seperti corong

(43)

g. Ligament – ligament: ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur pulih kembali.

Perawatan post partum atau perawatan dalam masa nifas adalah perawatan

terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali

seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Pemeriksaan pasca persalinan

meliputi: Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan,

keluhan, dan lain-lain, Keadaan payudara dan puting susu, dinding perut, perineum,

kandung kemih, rektrum, sekret yang keluar (lochia, flour albus), keadaan alat-alat kandungan (serviks, uterus, adnexa) (Hanafiah, 2004).

2.2. Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan

atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan

informasi yang penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan,

kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi,

imunisasi, dan tumbuh kembang balita.

Salah satu tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah

meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak.

Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap

berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali

(44)

Manfaat yang didapatkan dengan penggunaan buku KIA adalah ibu dan anak

mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu mulai hamil sampai anak

berumur lima tahun, dalam hal ini menanggapi kebutuhan maupun keinginan ibu

hamil dan balita. Buku KIA juga berfungsi sebagai instrumen pencatatan dan

pemantauan, informasi dan komunikasi serta penyuluhan tentang kesehatan, gizi dan

standar pelayanan KIA yang lengkap di tingkat keluarga termasuk rujukannya.

Penggunaan buku KIA juga dikaitkan dengan deteksi dini gangguan masalah

kesehatan ibu dan anak. Buku KIA berguna untuk meningkatkan komunikasi antara

ibu dan petugas dalam rangka mendidik ibu ataupun keluarga tentang perawatan dan

pemeliharaan KIA serta masalah gizi di rumah. Upaya tersebut juga dalam rangka

meningkatkan jangkauan pelayanan KIA berkualitas serta memperbaiki sistem

kesehatan dalam menerapkan manajemen pelayanan KIA yang lebih efektif

(Sistiarini, 2013).

Untuk mewujudkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu

dan anak maka salah satu upaya program adalah meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan keluarga melalui penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku

KIA). Manfaat Buku KIA secara umum adalah ibu dan anak mempunyai catatan

kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun

sedangkan manfaat buku KIA secara khusus ialah (1) untuk mencatat dan memantau

kesehatan ibu dan anak (2) alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan

informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan

(45)

gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak (4) catatan pelayanan gizi dan

kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannnya (Depkes RI dan JICA, 2003).

Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka

kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI),

strategi making pregnancy safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA telah diperkenalkan sejak 1994 dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang

(JICA). Buku KIA diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan

kesehatan ibu dan anak, alat monitor kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga

kesehatan dengan pasien (Hasanbasri dan Ernoviana, 2007).

Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit

umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. Buku KIA

berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu

ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku

KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan

kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan

lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti

kesehatan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2007).

Hasil penelitian Anggraini (2012) yang meneliti pemanfaatan buku KIA

mendapatkan sebagian besar responden memanfaatkan buku KIA sebanyak 64,5%,

sedangkan yang tidak memanfaatkan sebanyak 35,5% Ketersediaan sarana pelayanan

(46)

dalam melakukan monitoring dan evaluasi kesehatan ibu dan janin selama masa

kehamilan.

Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat

penyuluhan kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan

menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai

sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan

kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan.

Pemanfaatan buku KIA oleh petugas dalam melaksanakan pemeriksaan ibu dan anak

dapat mencegah terjadinya ibu hamil anemia, BBLR, angka kematian ibu dan bayi,

serta mencegah terjadinya balita kurang gizi (Hasanbasri dan Ernoviana, 2007).

Ada beberapa aturan mengenai buku KIA, yaitu:

1. Baca buku KIA Buku KIA ini untuk dibaca oleh ibu, suami dan anggota keluarga

karena terdapat informasi yang berguna untuk kesehatan ibu dan anak.

2. Bawa buku KIA Buku KIA ini harus dibawa oleh ibu dan keluarga setiap datang

ke fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Jaga buku KIA Buku KIA harus disimpan karena berisi informasi dan catatan

kesehatan ibu dan anak.

4. Tanya ke petugas kesehatan Ibu dan anggota keluarga dapat bertanya kepada

petugas kesehatan jika ada hal-hal yang ingin diketahui tentang masalah

kesehatan ibu dan anak (Kemenkes, 2012).

Buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal berisikan 13

(47)

kesehatan ibu hamil (3) bagaimana makan yang baik selama hamil (4) apa saja

tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (5) apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan

(6) apa saja tanda-tanda persalinan (7) apa saja yang dilakukan ibu bersalin (8) apa

saja tanda-tanda bahaya pada ibu bersalin (9) apa saja yang dilakukan ibu nifas

(10) bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas (11) apa saja tanda-tanda bahaya dan

penyakit pada ibu nifas (12) mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program

Keluarga Berencana (KB) (13) apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB (Depkes, 2005).

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan satu-satunya buku untuk

keluarga yang berisikan informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak. Untuk

memahami pesan/informasi yang tercantum dalam buku KIA, ibu dan keluarga perlu

mendapatkan dukungan dan bimbingan dari petugas kesehatan.

Dalam penelitian ini yang dibahas pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil

sehingga materi penting diketahui ibu hamil dalam buku KIA berdasarkan Buku

Kesehatan Ibu dan Anak yang diterbitkan oleh Kemenkes RI (2012) adalah sebagai

berikut:

1. Periksa kehamilan secara rutin. Ibu dianjurkan untuk segera memeriksa

kehamilannya secara rutin ke petugas kesehatan. Pemeriksaan kehamilan meliputi

penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, Lila, tekanan darah,

imunisasi TT, pemberian tablet penambah darah (tablet Fe), dan kelas ibu hamil.

2. Persiapan bagi ibu bersalin. Buku KIA berisi informasi mengenai persiapan

persalinan yang meliputi biaya persalinan, kendaraan, tempat persalinan yang

(48)

kontrasepsi pasca persalinan, dan penempelan stiker Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di rumah ibu hamil.

3. Perawatan sehari-hari selama kehamilan Perawatan sehari-hari selama kehamilan

meliputi mandi 2 kali sehari, gosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur,

memberikan perhatian kepada janin, pola hubungan seksual, mengurangi kerja

berat, dan pola istirahat pada ibu hamil.

4. Anjuran makan untuk ibu hamil. Selama hamil ibu harus makan makanan

seimbang dengan porsi lebih banyak dari sebelum ibu hamil serta tidak ada

pantangan makanan selama hamil. Jika mual, muntah, dan tidak nafsu makan ibu

dianjurkan untuk makan makanan ringan. Ibu dilarang untuk minum jamu,

minum-minuman keras, merokok, dan minum obat-obatan bebas tanpa resep.

5. Tanda-tanda bahaya kehamilan. Tanda-tanda terjadinya bahaya pada kehamilan

seperti perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, bengkak di kaki, tangan,

atau wajah disertai sakit kepala atau kejang, demam atau panas tinggi, air ketuban

keluar sebelum waktunya, bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak

bergerak, muntah terus, tidak mau makan.

6. Masalah lain dalam kehamilan. Selama hamil ibu dapat mengalami beberapa

masalah seperti batuk lama, lemah, jantung berdebar debar, muntah terus, tidak

mau makan, gatal-gatal dan keluar keputihan.

7. Tanda-tanda bayi akan lahir perut mulas secara teratur, mulas sering dan lama,

keluar lender bercampur darah dari jalan lahir dan keluar air ketuban dari jalan

(49)

8. Proses melahirkan (persalinan) bayi biasanya lahir 12 jam sejak mulas teratur

yang pertama, jika terasa sakit tarik nafas panjang lewat hidung lalu keluarkan

lewat mulut, jika terasa ingin buang air besar segera beri tahu bidan/dokter supaya

akan menyuruh ibu untuk mengedan, begitu bayi lahir letakkan bayi di dada ibu

biarkan ia berusaha mencari puting susu ibunya (Inisiasi Menyusui Dini/IMD).

9. Masalah pada persalinan perdarahan lewat jalan lahir, tali pusat atau tangan bayi

keluar dari jalan lahir, ibu tidak kuat mengejan, ibu kejang, air ketuban keruh dan

berbau, ibu gelisah, ibu merasa sakit yang hebat.

10.Cara menyusui bayi susui sesering mungkin semua bayi paling sedikit 8 jam

sehari, jika bayi tidur lebih dari 3 jam bangunkanlah lalu susui sampai payudara

terasa kosong lalu pindah sampai ke payudara sisi yang lain, beri bayi hanya ASI

sampai berumur 6 bulan (ASI eksklusif), biasakan cuci tangan dengan sabun bila

akan memegang bayi, sesudah buang air besar atau kecil dan sesudah menceboki

anak.

11.Perawatan ibu nifas minum 1 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) segera

setelah melahirkan, minum lagi vitamin A pada hari kedua dengan jarak kapsul

pertama dan kedua minimal 24 jam, periksa ke bidan/dokter minimal 3 kali,

makanlah dengan pola gizi seimbang lebih banyak dari pada saat hamil,

istirahat/tidur cukup dan banyak minum supaya banyak keluar ASI, bagi ibu nifas

yang memerlukan minumlah 1 tablet tambah darah setiap hari selama 40 hari.

12.Tanda bahaya dan penyakit pada saat nifas perdarahan lewat jalan lahir, keluar

(50)

sakit kepala dan kejang, nyeri atau panas di daerah tungkai, payudara bengkak

berwarna kemerahan dan sakit, puting lecet, ibu mengalami depresi (antar lain

menangis tanpa sebab dan tidak peduli pada bayinya).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Cukup banyak model-model penggunaan pelayanan kesehatan yang dikembangkan,

seperti model kependudukan, model sumberdaya masyarakat, model organisasi dan

lain-lain sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan dalam masing-masing

model.

2.3.Perubahan Perilaku Individu

Menurut Skinner (dalam Notoatmodjo, 2010), perilaku merupakan respons

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Respon ini meliputi

respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu dan respon yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh perangsang tertentu. Menurut Taufik

(2007), perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

bersangkutan. Jadi pada hakikatnya perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas

manusia itu sendiri baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara

langsung.

Menurut Green (1980) yang dikutip Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku

manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku

(51)

menurut Notoatmodjo, Green menjabarkan faktor perilaku menjadi tiga faktor yaitu:

a) faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya; b) faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, adanya pelayanan petugas kesehatan, tersedia tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan; c) faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

Dari uraian di atas bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan tradisi dari

masyarakat itu sendiri. Di samping itu ketersediaan fasilitas, pelayanan petugas

kesehatan, menjadi pendorong atau pemungkin seseorang berperilaku. Dukungan

keluarga, dukungan tokoh masyarakat, sikap dan perilaku para petugas kesehatan

terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Implisit dari proses perubahan perilaku adalah adanya sesuatu ide atau

gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan diharapkan untuk

diterima/dipakai oleh individu tersebut (Liliweri, 2007). Menurut Shoemaker (1971)

dalam Notoatmodjo, proses adopsi inovasi itu melalui lima tahap, yaitu:

(52)

(adoption). Proses adopsi ini tidak berhenti segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh

lingkungannya.

Proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi empat tahap:

1) Individu menerima informasi dan pengetahuan berkaitan dengan suatu ide baru

(tahap knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan minatnya untuk mengenal lebih jauh tentang objek tersebut, dan kemudian petugas kesehatan mulai membujuk atau

meningkatkan motivasinya guna bersedia menerima objek/topik yang dianjurkan;

2) tahap Persuasion (pendekatan), yaitu tahap dimana individu membentuk suatu sikap kurang baik atau yang baik terhadap inovasi; 3) tahap decision, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan untuk menerima konsep baru yang ditawarkan

petugas kesehatan; 4) tahap implementation, yaitu tahap penggunaan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau diadopsi; 5) tahap

confirmation, yaitu tahap penguatan, dimana individu meminta dukungan dari lingkungannya atas keputusan yang diambilnya.

Hosland et.al. (1953) dalam Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa proses

perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses

perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri

dari:

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.

Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak

(53)

diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut

efektif.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia

mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan

untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungannya, maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari pada individu tersebut

(perubahan perilaku).

2.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku KIA Dimulai Dari Masa Kehamilan Sampai dengan Masa Nifas di Kabupaten Pidie Tahun 2014

2.4.1. Pemanfaatan Buku KIA

Pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil dapat dilihat dari pengetahuan untuk

mengetahui apakah buku KIA dibaca dan dipahami oleh hamil, melalui observasi

terhadap catatan petugas kesehatan untuk mengetahui apakah buku KIA dibawa

waktu berkunjung ke petugas kesehatan.

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting bagi terbentuknya

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan cenderung tidak bersifat langgeng atau

berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010). Selanjutnya menurut Notoatmodjo

menyatakan, pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

(54)

panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan yang dicakup dalam ranah pengetahuan mempunyai enam

tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know); tahu diartikan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang telah diterima. Oleh karena itu ”tahu” ini adalah merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension); memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebut contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application); penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi nyata (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan metode, rumus, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

d. Analisis (Analysis); analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain

Gambar

Gambar 2.1. Model Sistem Kesehatan dari Anderson
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Jumlah Sampel di Setiap Puskesmas di Kabupaten Pidie
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Minat Membaca
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah menganalisis pencatatan kesehatan ibu hamil pada buku KIA dalam memonitor kehamilan difasilitas kesehatan wilayah kerja IBI ranting

Serta penelitian Wijayanti, 2017 yang mendapatkan bahwa pemanfaatan Buku KIA memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya

Pengetahuan KIA yang baik oleh kader kesehatan akan mendukung peran kader dalam penggunaan buku KIA terkait dengan fungsi buku KIA yaitu fungsi buku KIA sebagai pen- catatan

pekerjaan (Mubarak, 2007). Pemanfaatan buku KIA lebih banyak pada ibu hamil dengan usia &lt;20 tahun yang memiliki persentase 70% ibu dengan pendidikan rendah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan buku KIA dalam penelitian ini adalah pendidikan, sikap, dukungan tenaga kesehatan, dukungan

Penelitian ini menemukan hubungan fungsi pen- catatan buku KIA dengan pengetahuan KIA, tetapi de- ngan hasil terbalik, ibu yang mempunyai catatan buku KIA tidak lengkap justru

Pengetahuan KIA yang baik oleh kader kesehatan akan mendukung peran kader dalam penggunaan buku KIA terkait dengan fungsi buku KIA yaitu fungsi buku KIA sebagai pen- catatan

Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik atau mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga