• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KEMITRAAN TEBU MILIK MASYARAKAT DENGAN PT GUNUNG MADU PLANTATION DI KAMPUNG GUNUNG AGUNG KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESKRIPSI KEMITRAAN TEBU MILIK MASYARAKAT DENGAN PT GUNUNG MADU PLANTATION DI KAMPUNG GUNUNG AGUNG KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2012"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Negara Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Di sektor tersebut dikembangkan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya. Selain melakukan pertanian pangan, ternyata banyak juga masyarakat yang mengembangkan pertanian untuk bahan baku industri. Upaya pengelolaan tanaman untuk bahan baku industri yang berasal dari hasil pertanian, nampaknya produksi tersebut juga harus berkualitas untuk kepentingan proses produksi industri karena keberadaan industri harus mampu menghasilkan dan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

(4)

Luas lahan tebu yang dimiliki PT Gunung Madu Plantation ternyata masih membutuhkan kemitraan dengan masyarakat, lahan warga untuk memperluas penanaman tebu merupakan upaya memperbanyak hasil produksi dan memberikan kontribusi guna membantu mensejahterakan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarganya. Bentuk kemitraan PT Gunung Madu Plantation yang bekerjasama dengan masyarakat tersebut bertujuan untuk dapat memberikan keuntungan kepada perusahaan maupun masyarakat pemilik lahan.

Kondisi yang ada di sekitar lahan perkebunan dan industri sering memunculkan adanya gagasan untuk menciptakan kerjasama yang bermanfaat bagi penduduk. Seperti halnya kemitraan PT Gunung Madu Plantation dengan masyarakat sekitar, dalam kegiatan perekonomian kemitraan merupakan program yang mempengaruhi kehidupan masyarakat anggota kemitraan, sesuai dengan konsep keterkaitan keruangan yang dikemukakan oleh Sumadi (2003 : 50)

“Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat atau ruang, baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuhan atau kehidupan sosial. Kovariasi ini juga mewujudkan suatu „region‟ yang bersifat formal, tidak seperti halnya „region‟ fungsional yang terwujud dari integrasi fenomena yang saling berinteraksi.”

Berdasarkan konsep tersebut, dapat dijelaskan bahwa keberadaan kemitraan tebu antara masyarakat dengan PT Gunung Madu Plantation akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan keuntungan bagi perusahaan maupun petani yang bermitra.

(5)

dengan usaha besar disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, terkandung makna bahwa pengusaha menengah atau besar disuatu wilayah tertentu hendaknya mempunyai tanggung jawab moral dalam membimbing dan membina pengusaha kecil atau masyarakat sekitar perusahaan sebagai mitranya untuk lebih mengembangkan usahanya, sehingga mampu menjadi mitra yang handal untuk meraih keuntungan dan kesejahteraan bersama.

Program kemitraan PT Gunung Madu Plantation dengan masyarakat petani di Kampung Gunung Agung sudah dimulai tahun 1997. Program kemitraannya dibagi menjadi dua, yaitu kerjasama operasional dan kerjasama mandiri. Pada kemitraan operasional, semua pengelolaan mulai dari pembukaan lahan sampai tebang angkut diolah oleh PT GMP, sedangkan petani pemilik lahan hanya menyewakan tanahnya dan menerima hasil bersih dari produksi, sedangkan kemitraan yang akan diteliti merupakan program kemitraan tebu mandiri.

(6)

Sistem kerjasama antara pemilik lahan kemitraan dengan PT Gunung Madu Plantation yaitu jual beli tebu antara petani mitra dengan PT Gunung Madu Plantation. Tanah petani yang diikutsertakan dalam kemitraan tersebut produksinya diusahakan sendiri oleh petani mulai dari pembukaan lahan, tanam, pemeliharaan tanaman, sampai ke tebang angkut, dan PT Gunung Madu Plantation hanya membantu dalam bentuk pembinaan teknis budidaya tebu yang meliputi metode penanaman, pemeliharaan tanaman sampai penebangan agar memiliki kualitas yang baik serta memberikan permodalan untuk biaya operasional kebun.

Dalam kerjasama ini, biaya operasional kebun petani akan dipinjam dari Bank, difasilitasi oleh Koperasi, dikelola oleh Gunung Madu, dan pembayaran pinjaman diperhitungkan dari hasil yang didapat hasil bersih akan dibagikan langsung dengan petani sedangkan pemerintah daerah membantu dalam bidang perijinan, pembinaan, dan pengawasan.

(7)

dilakukan oleh PPL (Petugas Penyuluhan Lapangan) guna menunjang aktivitas budidaya tebu kepada petani.

Menurut hasil pra survei di lapangan, sebelum digunakan untuk lahan kemitran dengan PT Gunung Madu Plantation, lahan milik petani dijadikan sebagai perkebunan ketela pohon. Namun pada waktu itu, harga ketela pohon tidak stabil dan relatif murah, sehingga banyak petani yang tidak mendapatkan keuntungan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya karena pendapatan petani rendah. Diharapkan dengan mengikuti program kemitraan tebu mandiri dapat meningkatkan pendapatan petani. Hal inilah yang membuat petani memindahkan fungsi lahannya dengan bekerjasama dengan PT Gunung Madu Plantation sebagai lahan penanaman tebu, melalui program kemitraan yang diadakan oleh industri gula PT Gunung Madu Plantation, karena misi dari kemitraan yang menjajikan keuntungan bagi petani mitra (Wawancara Bapak L. Adi Supriyanto Ketua Kelompok Tani, 21 Januari 2012).

Pada saat itu, produksi ketela pohon setiap panennya mencapai 20 ton/ha dengan perolehan penghasilan sebesar Rp. 8.000.000 per hektar per tahun. Untuk penghasilan yang diperoleh petani pemilik lahan kemitraan pada tahun 1997 sebesar Rp. 16.000.000 per hektar per tahunnya dari kemitraan dengan PT Gunung Madu Plantation (Wawancara Bapak L Adi Supriyanto, 2 Juni 2012).

(8)

Untuk menunjang keberhasilan kemitraan, pelaku kemitraan harus menyadari adanya keterbatasan yang ada pada diri masing-masing yang dapat berupa keterbatasan di bidang sumberdaya manusia, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun manajemen. Namun kesemuanya itu diharapkan akan memacu semangat para pelaku untuk saling mengisi dan melengkapi kekurangan yang ada pada diri petani masing-masing karena kemitraan yang baik akan mempengaruhi aktivitas dalam pengolahan lahan, sehingga akan memberikan pendapatan yang diharapkan oleh petani kemitraan. Seiring berjalannya kemitraan ini, didukung juga oleh adanya tanggapan dari masyarakat karena dukungan akan mempengaruhi berjalannya kerjasama ini.

Oleh karena itu, selayaknya kemitraan PT Gunung Madu Plantation dengan petani tebu dapat memberikan keuntungan bagi petani pemilik lahan, selain untuk perusahaan juga dapat menguntungkan bagi petani, sehingga menjamin kesejahteraan petani tebu. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang deskripsi kemitraan tebu milik masyarakat dengan PT Gunung Madu Plantation di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah tahun 2012.

B. Idetifikasi masalah

(9)

1) Kepemilikan luas lahan setiap petani 2) Perubahan tanaman pada lahan milik petani 3) Manfaat Kemitraan

4) Keuntungan dan kerugian kemitraan 5) Jumlah penghasilan petani kemitraan 6) Tanggapan masyarakat petani tebu

C. Batasan masalah

Berdasarkan dari identifikasi masalah yang ada, maka dalam penelitian ini penulis akan membatasi masalah yang akan diteliti. Hal ini mengingat adanya berbagai keterbatasan yang ada pada penulis. Dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti meliputi:

1) Kepemilikan luas lahan setiap petani 2) Manfaat Kemitraan

3) Jumlah penghasilan petani kemitraan 4) Tanggapan masyarakat petani tebu

D) Rumusan Masalah

(10)

1) Berapakah luas lahan masing-masing petani yang bermitra dengan industri gula PT Gunung Madu Plantation di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah?

2) Berapakah besarnya penghasilan yang diterima petani tebu tahun ini dari hasil kemitraan dengan industri gula PT Gunung Madu Plantation ?

3) Apakah manfaat kemitraan PT Gunung Madu Plantation terhadap setiap petani mitra di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah?

4) Bagaimanakah tanggapan masyarakat petani tebu yang bermitra dengan industri gula PT Gunung Madu Plantation di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah?

E) Tujuan Penelitian

Tujuan peneslitian yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mendapatkan informasi tentang luas lahan produksi tebu terhadap setiap kepemilikan lahan petani yang bermitra dengan industri gula PT Gunung Madu Plantation di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

(11)

3. Untuk mendapatkan informasi tentang manfaat kemitraan industri gula PT Gunung Madu Plantation terhadap aktivitas budidaya tanaman tebu bagi pemilik lahan di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

4. Untuk mendapatkan informasi mengenai tanggapan petani tebu yang bermitra dengan industri gula PT Gunung Madu Plantation di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

F) Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan :

1. Sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam mengembangkan keilmuan yang telah diperoleh.

3. Sebagai bahan dan sumbangan pemikiran kepada petani tebu dalam pembudidayaan tanaman tebu.

(12)

G) Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Subjek Penelitian:

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah masyarakat petani tebu yang mengikuti kemitraan tanaman tebu mandiri dengan PT Gunung Madu Plantation.

2. Ruang Ligkup Objek:

Ruang lingkup objek penelitian ini yaitu petani dengan luas lahan kemitraannya, jumlah penghasilan, manfaat kemitraan, dan tanggapan petani terhadap kemitraan tebu mandiri dengan PT Gunung Madu Plantation.

3. Ruang Lingkup Lokasi Penelitian:

Ruang lingkup lokasi penelitian ini di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

4. Ruang Lingkup Waktu:

Ruang lingkup waktu penelitian ini yaitu tahun 2012 5. Ruang Lingkup Ilmu:

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini Geografi Ekonomi.

(13)

Keterkaitan kajian dalam geografi ekonomi dalam penelitian ini, terletak pada keberadaan usaha pertanian tebu yang dilakukan oleh masyarakat, dan kemitraan yang dimaksud adalah sebagai bantuan dari pihak industri PT Gunung Madu Plantation dalam menambah kebutuhan bahan baku pabrik guna menambahkan produksinya, dengan mengajak masyarakat petani di sekitar pabrik disewa lahannya dan ditanami tanaman tebu, hasil panennya dijual di industri tersebut dan pembagian hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan serta diberi bantuan dari industri dalam bentu modal dan teknis.

(14)

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Ilmu Geografi

Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Fenomena geosfer yang dimaksud adalah gejala-gejala yang ada dipermukaan bumi baik lingkungan alamnya maupun mahluk hidupnya termasuk manusia (Nursid Sumaatmadja, 2001:11).

(15)

Cabang ilmu geografi dibagi menjadi dua, yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Sehubungan dengan penelitian “Deskripsi Kemitraan Tebu PT Gunung Madu Plantation Dengan Mayarakat Terhadap Petani Di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012 ”

maka penelitian ini akan menekankan pada ilmu geografi manusia khususnya geografi ekonomi. Geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur keruangan aktifitas ekonomi. Dengan demikian titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang termasuk kedalamnya bidang pertanian industry, perdagangan transportasi, komunikasi dan lain sebagainya (Nursid Sumaatmadja 1988 : 54).

Deskripsi geografi merupakan suatu cara atau prinsip pada ilmu geografi dan studi geografi untuk memberikan gambaran lebih jauh tentang gejala dan masalah yang akan diteliti, deskripsi geografi akan membantu memberikan penjelasan dan kejelasan tentang apa yang sedang kita pelajari, teliti, dan selidiki dalam kerangka kerja ilmu geografi (Nursid Sumaatmadja, 1988:43).

(16)

2. Luas Lahan

Menurut Soekartawi (1990:4) semakin luas lahan garapan yang diusahakan petani, maka akan semakin besar produksi yang akan dihasilkan dan pendapatan pendapatan yang akan diperoleh bila disertai pengolahan yang baik. Besar kecilnya pendapatan petani dari usaha taninya terutama ditentukan oleh luas lahan pertaniannya.

Luas lahan akan mempengaruhi produksi tanaman yang dihasilkan. Semakin luas lahan yang ditanami maka akan menghasilkan produksi yang besar begitu juga sebaliknya, jika lahan yang ditanami sempit maka hasil produksi tanaman juga sedikit.

Sesuai dengan pendapat Rahim dan Hastuti (2007:117) lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.

(17)

Jumlah sawah, tegalan, dan pekarangan yang digarap selama satu tahun di hitung dalam 1 hektar (ha). Begitu juga untuk luas lahan tanaman tebu, karena tebu termasuk dalam tegalan. Kriteria penggolongan luas lahan menurut Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987 : 88) yaitu sebagai berikut:

1) Sempit, jika luas lahan milik < 0,50 ha 2) Sedang, jika luas lahan milik 0,50 – 0,99 ha 3) Luas, jika luas lahan milik > 1,00 ha

3. Jumlah Penghasilan Setiap Tahun

Penghasilan merupakan arus masuk atau peningkatan lainnya atas etiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20567/3/Chapter%2011.pdf).

Penghasilan yang diperoleh dari kemitraan dengan PT Gunung Madu Plantation ditentukan oleh jumlah produksi dari lahan perkebunannya. Semakin tinggi produksi pada lahan semakin tinggi juga penghasilan yang diperoleh masyarakat. Sesuai dengan teori yang dikembangkan oleh Soekartawi (1990:132), yaitu perubahan tingkat penghasilan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi. Bahkan seringkali dengan bertambahnya penghasilan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah tetapi juga kualitas barang tersebut.

(18)

masyarakatnya dimana posisi keluarga akan menentukan status sosial dalam masyarakat. Semakin tinggi penghasilan seseorang maka kebutuhan hidupnya baik sandang, pangan, dan papan akan terpenuhi, namun semakin rendah penghasilan seseorang maka akan semakin sulit pula seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan data ideal produksi tebu nasional tahun 2010 produksi tanaman tebu sebesar 82 ton/ha, untuk ideal produksi tebu provinsi pada tahun 2010 sebesar 65 ton/ha, sedangkan di Kabupaten Lampung Tengah produksi tebu ideal pada tahun 2010 sebesar 67 ton/ha. Untuk produktivitasnya, pada tahun 2009 secara nasional produktivitas tebu sebesar 63 ton per hektar sedangkan pada tahun 2010 menurun menjadi 55 ton/ha. Pada tahun 2009 ideal produktivitas tebu di Provinsi Lampung sebesar 66 ton/ha dan pada tahun 2010 menjadi 65 ton/ha (Dinas Perkebunan Provinsi Lampung Tahun 2010). Untuk ideal produksi tebu kemitraan antara PT Gunung Madu Plantation dengan masyarakat pada tahun 2010 sebesar 78 ton/ha (Dinas Perkebunan Kecamatan Terusan Nunyai, tahun 2010).

(19)

Dalam penelitian ini penghasilan yang dimaksud adalah jumlah penghasilan bersih yang diperoleh masyarakat pemilik lahan dari kemitraan dengan industri PT Gunung Madu Plantation dinilai dengan rupiah dalam waktu satu tahun.

4. Manfaat dan Bentuk Kemitraan

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Dengan demikian kemitraan akan selalu dibutuhkan selama tuntunan pemerataan belum teratasi. Dilain pihak kemitraan adalah suatu proses yang memerlukan waktu dan berkembang secara dinamis untuk memenuhi harapan dan kebutuhan dari pelaku kemitraan (Mohammad Jafar. H, 2002:195).

Menurut Haeruman dalam Achmad Zaelani (2008:21), pola kemitraan merupakan suatu strategi dalam meningkatkan kinerja pelaku agribisnis khususnya petani/pengusaha kecil. Pada pola kemitraan pihak perusahaan memfasilitasi pengusaha kecil dengan modal usaha, teknologi, manajemen modern dan kepastian pemasaran hasil, sedangkan pengusaha kecil melakukan proses produksi sesuai dengan petunjuk teknis dari pihak pengusaha besar.

(20)

Sesuai dengan tujuan dari Inpres Nomor 9 Tahun 1975 adalah menjadikan industri gula sebagai bagian integral pembangunan nasional dengan memberikan dampak terhadap peningkatan produksi menuju swasembada gula nasional, tetapi juga sekaligus meningkatkan harkat dan martabat petani menjadi mitra kerja/mitra usaha yang sepadan dan serasi bagi pabrik gula, guna secara lebih nyata dapat meningkatkan kesejahteraannya melalui peningkatan pendapatan sekalipun pada masa itu kerjasama tersebut dapat populer sebagai kemitraan usaha. Inpres ini pada hakekatnya merupakan titik awal dari penerapan konsepsi kemitraan.

M. Jafar Hafsah (1999:201) memandang bahwa output dari kemitraan dapat dilihat dari tiga manfaat yaitu manfaat ekonomi, manfaat teknis, dan manfaat sosial. Manfaat ekonomi meliputi tingkat pendapatan, tingkat produksi, dan kontinuitas modal. Manfaat teknis terdiri dari mutu produk dan penguasaan teknologi pertanian melalui penyuluhan dari perusahaan, sedangkan manfaat sosial terdiri dari kelanjutan kerjasama dan kelestarian lingkungan. Mengingat hal tersebut, akan dibuktikan bahwa kemitraan agribisnis dengan perusahaan merupakan kesempatan bagi petani untuk meningkatkan kesejahteraan dan kelangsungan usahatani.

(21)

manfaat teknis yang diberikan dari PT Gunung Madu Plantation berupa penyuluhan langsung kepada masyarakat petani tebu kemitraan guna meningkatkan mutu produk. Penyuluhan tersebut juga mencakup pada manfaat sosial karena menciptakan kerjasama yang baik dan penyuluhan yang diberikan masuk dalam kelestarian lingkungan.

Bentuk-bentuk pola kemitraan yang banyak dilaksanakan (Departemen Pertanian, 2002) dalam Achmad Zaelani (2008,47),terdapat bentuk kemitraan bernama subkontrak. Merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang

diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Syarat-syarat

kelompok mitra dintaranya: (1) memproduksi kebutuhan yang diperlukan perusahaan

mitra sebagai bagian dari komponen produksinya, (2) menyediakan tenaga kerja, (3)

membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga, dan waktu. Di sisi

lain syarat-syarat perusahaan mitra yaitu: (1) menampung dan membeli komponen

produksi perusahaan yang dihasilkan oleh kelompok mitra, (2) menyediakan bahan

baku/modal kerja, (3) melakukan kontrol kualitas produksi.

Bentuk kemitraan tersebut sesuai dengan bentuk kemitraan antara PT Gunung Madu

Plantation dengan masyarakat, yaitu kelompok tani berhubungan langsung dengan

(22)

dan waktu tanam telah disepakati bersama perusahaan. Sedangkan perusahaan mitra yang akan membeli hasil produksi tebu milik petani mitra dan modal kerja juga diberikan setiap pembukaan lahan per hektar diberikan sebesar Rp. 9.275.000/hektar. Perusahaan mitra juga memberikan penyuluhan kepada petani kemitraan setiap bulannya guna meningkatkan mutu produksi dan kelestarian lingkungan.

Secara umum, dalam kemitraan yang sederhana perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap kelompok tani dalam memberikan dukungan atau kemudahan dalam memperoleh permodalan untuk mengembangkan usaha, penyediaan sarana produksi yang dibutuhkan, dukungan teknologi untuk meningkatkan produksi dan mutu produksi.

(23)

Tabel 1 Persyaratan Dalam Mengikuti Program Kemitraan Tebu Mandiri di PT Gunung Madu Plantation Tahun 2012:

KONDISI KETERANGAN

Luas Tanah Tidak dibatasi (sistem jual beli tebu)

Lokasi Tanah Mengelompok, luas paling sedikit adalah 15

hektar per kelompok

Jarak Lokasi Radius 60 Km dari pabrik dan ada jalan yang bisa

dilewati truk

Status Hukum Tanah Dikuasai sepenuhnya, punya surat kepemilikan

yang sah (SKT, SHM) dan tidak bersengketa

Penentuan Luas Tanah Sesuai dengan alat ukur teknis (kompas atau GPS)

oleh petugas

Hitungan Luas Kebun

Sekitar 80% dari luas tanah karena 20% dipakai untuk jalan dan drinase (potongan luas dihitung rata-rata per kelompok)

Budidaya Dan Panen Varietas tebu, waktu tanam dan panen ditentukan

oleh GMP

Jangka Waktu Sebaiknya 4 (empat) musim panen

Pembayaran Hasil Langsung ke petani

Pembiayaan Apabila diperlukan akan dipinjamkan dari bank

yang difasilitasi oleh Koperasi Gunung Madu

Luas Maksimal 8.000 ha tanaman

Surat Perjanjian

-Antara GMP dengan ketua kelompok tani -Surat kuasa anggota petani mitra ke ketua

kelompok tani.

Sumber: Pedoman program kemitraan tebu mandiri GMP, tahun 2012

[image:23.595.108.513.148.454.2]
(24)

petani mitra. Perusahaan juga memberikan permodalan untuk biaya operasional kebun petani yang difasilitasi melalui Koperasi Gunung Madu, dikelola oleh GMP, dan pembayaran pinjaman diperhitungkan dari hasil yang didapat. Modal yang dipinjamkan sebesar Rp. 9.275.000 per hektar yang dapat dibayar pada saat penjualan hasil produksi ,jadi hasil yang didapat akan dipotong biaya pinjaman petani.

Oleh karena itu, seharusnya kemitraan memiliki peran yang penting bagi petani tebu dalam peningkatan hasil produksi melalui bantuan teknis yang diberikan oleh PT GMP dan memberikan keringanan dalam pembiayaan operasional kebun.

5. Tanggapan Masyarakat Terhadap Kemitraan

Tanggapan merupakan pendapat yang diungkapkan seseorang baik secara tertulis, lisan, atau dalam bentuk tindakan dan keinginan. Suatu program akan berjalan dengan baik jika tanggapan dari masyarakat mendukung (http://www. Repository.usu.ac.id/../Chapter%2011.pdf).

Perilaku atau hubungan antar kelompok diperlukan dalam proses kemitraan. begitu juga dengan keinginan, dalam proses kemitraan keinginan dibutuhkan untuk menentukan strategi, dan rencana dalam pengambilan keputusan.

(25)

meningkatkan mutu produksi pada budidaya tanaman tebu dan pilihan dalam dapat menentukan jalannya program kemitraan. dari sinilah diketahui juga, bagaimana peran kemitraan terhadap masyarakat yang mengikutinya.

Dengan meningkatnya taraf perekonomian petani yang bermitra akan semakin aktif dalam mendukung program-program kemitraan yang dicanangkan oleh industri PT Gunung Madu Plantation. Tanggapan yang baik juga akan mendukung kemitraan dan semakin meningkatkan perekonomian keluarga petani yang bermitra.

Kemitraan bagi pengembangan ekonomi lokal ini diharapkan mampu berfungsi sebagai penampung aspirasi para anggota kemitraan tersebut. Hal ini perlu diingat karena salah satu fungsi dari lembaga kemitraan adalah harus mampu mencerminkan keikutsertaan para anggotanya dan mengikutsertakan masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan diwilayahnya (Elis Suyono, 2006:43).

(26)

menentukan perilaku ekonomis, tanggapan petani mampu memberikan batasan dan pilihan dalam bermitra dengan PT Gunung Madu Plantation.

6. Penelitian Sejenis

Elis Suyono (2006) hasil penelitiannya mengenai Inovasi Pola Kemitraan Agribisnis Sayuran di Propinsi Jawa Barat tahun 2006. Data dikumpulkan melalui studi lapangan dan dianalisa dengan dua pendekatan yakni : analisis diskriptif dan analisis Uji Pangkat Tanda Wilcoxon.Setelah data diolah, dari 6 variabel yang diteliti yakni menunjukkan bahwa Program Kemitraan bagi Pengembangan Ekonomi Lokal (KPEL) secara statistik berpengaruh positif terhadap pendapatan petani budidaya ulat sutera di Kabupaten Wonosobo.

Ninuk Purnaningsih (2006) hasil penelitiannya tentang adopsi inovasi pola kemitraan agribisnis sayuran di provinsi Jawa Barat tahun 2006. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa manfaat ekonomi yang diperoleh petani dari pola kemitraan adalah pendapatan yang lebih tinggi, harga yang lebih pasti, produktivitas lahan lebih tinggi, penyerapan tenaga kerja dan modal yang lebih tinggi, dan risiko usaha ditanggung bersama. Manfaat teknis yang diperoleh petani yaitu penggunaan teknologi yang lebih baik sehingga mutu produk menjadi lebih baik. Manfaat sosial yang diperoleh petani adalah ada kesinambungan kerjasama antara petani dan perusahaan, koperasi maupun pedagang pengumpul, serta pola kemitraan mempunyai kontribusi terhadap kelestarian lingkungan.

(27)

Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) tahun 2008. Hasil analisis kuantitatif menunjukan bahwa variabel-variabel yang sangat kuat mempengaruhi manfaat kemitraan bagi petani mitra yaitu luas lahan petani mitra yang semakin besar akan menambah manfaat kemitraan bagi petani mitra. Jarak tempuh rumah petani mitra ke lahan sawah yang jauh akan mengurangi manfaat kemitraan terkaitdengan biaya transport dan efisiensi waktu. Sumber informasi mengenai kemitraan yang jelas dan terperinci akan meningkatkan manfaat kemitraan bagi petani mitra. Ketersediaan modal kredit secara tepat waktu dan jumlah yang diberikan perusahaan mitra akan meningkatkan manfaat kemitraan bagi petani mitra. Proses manajemen kemitraan yang baik dan sistematis dengan melibatkan petani mitra di dalamnya akan menambah manfaat kemitraan bagi petani mitra.

B. Kerangka Pikir

Dalam perekonomian masyarakat petani di pedesaan, keberadaan industri biasanya akan berdampak pada masyarakat disekitarnya. Dampak positif pada masyarakat sekitar industri tersebut, umumnya memberikan kesempatan kerja dan berusaha yang dapat menambah pendapatan masyarakatnya

(28)

masyarakat petani sekitar pabrik untuk bermitra. Adanya kemitraan dengan masyarakat petani ini, diharapkan mampu memberikan manfaat untuk mengembangkan industri dan kesejahteraan petani mitra.

(29)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Setiap penelitian ada beberapa metode yang digunakan agar dapat membahas permasalahan secara sistematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, menurut pendapat Mohammad Ali (1984 : 120), metode deskriptif adalah:

“Metode deskriptif digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada masa sekarang, dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan data, membuat klasifikasi data dan analisa atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara obyektif dalam suatu deskriptif situasi”.

Begitu juga dengan pendapat Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1993:73) metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

(30)

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002 : 118). Variabel dalam penelitian ini adalah bagaimana keberadaan kemitraan industri tebu dengan petani mengenai luas lahan, peran kemitraan, jumlah pendapatan, dan tanggapan masyarakat terhadap kemitraan PT Gunung Madu Plantation di Kampung Gunung Agung.

C. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto 2002 : 108). berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani tebu pemilik lahan yang bermitra dengan industri gula PT Gunung Madu Plantation di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 18 orang petani (Kelompok Tani Kampung Gunung Agung Tahun 2012).

D. Sampel

Pada penilitian ini menggunakan sampel populasi. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel sesuai dengan jumlah populasi, sehingga sampel yang digunakan sebanyak 18 orang petani pemilik lahan kemitraan.

Definisi Operasional Variabel

1) Luas Lahan

(31)

sebaliknya apabila lahan yang dimiliki sempit maka produksinya sedikit. Terlihat bahwa luas lahan juga mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh petani.

Kriteria penggolongan luas lahan menurut Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987 : 88) yaitu sebagai berikut:

a) Sempit, jika luas lahan milik < 0,50 ha b) Sedang, jika luas lahan milik 0,50 – 0,99 ha c) Luas, jika luas lahan milik > 1,00 ha

2) Jumlah Penghasilan

Jumlah penghasilan yang dimaksud dalam yaitu seluruh hasil panen tebu dari kemitraan yang dinilai dalam rupiah setelah dipotong pinjaman dan biaya giling oleh PT Gunung Madu Plantationdari pada setiap petani.

3) Manfaat Kemitraan

(32)

4) Tanggapan Masyarakat Terhadap Kemitraan

Tanggapan masyarakat yang dimaksud adalah keaktifan dan keinginan petani pemilik lahan tebu dalam melakukan program kemitraan dengan PT Gunung Madu Plantation di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah guna meningkatkan kelembagaan pada program kemitraan.

Berikut merupakan kriteria penggolongan tanggapan petani :

a) Mendukung : Jika petani aktif dalam mengikuti penyuluhan teknis budidaya

tanaman tebu dari PT GMP dan masih ingin melanjutkan program kemitraan.

b) Netral : Jika petani tidak secara rutin dalam mengikuti penyuluhan

kemitraan tebu dari PT Gunung Madu Plantation, namun masih ingin melanjutkan program kemitraan.

c) Hanya mengikuti : Jika petani tidak ingin lagi mengikuti kemitraan tebu dan akan memindahkan fungsi lahannya untuk budidaya jenis tanaman lain.

E. Teknik Pengumpulan Data

(33)

1. Teknik Observasi Lapangan

Teknik observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial dan dapat mememberikan petunjuk dalam pemecahan masalah terhadap deskripsi kemitraan PT Gunung Madu Plantation di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

2. Teknik Kuesioner

Kuesioner menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 128) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai manfaat kemitraan dan jumlah penghasilan yang dilakukan dengan cara memberikan angket kepada responden.

3. Teknik Wawancara

(34)

4. Teknik Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat sekunder seperti peta desa, jumlah penduduk, luas lahan dan jumlah pendapatan petani tebu dari hasil bermitra dengan industri gula PT Gunung Madu Plantation.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data secara kuantitatif sederhana dalam bentuk tabulasi tunggal dan persentasi (%). Hal ini sesuai pendapat Michael H. Wilizer yang dikutip oleh Arif S. Sadiman (1996 : 84) bahwa persentase merupakan cara yang paling mudah untuk perhitungan angka-angka dengan kata lain analisis persentase hanya memerlukan perhitungan yang paling sederhana.

Adapun bentuk dari hasil analisis persentase ini dengan cara sebagai berikut : data hasil kuesioner dari responden dimasukkan ke dalam tabel menurut kategori jawaban, kemudian dipersentasekan menurut jawaban masing-masing. Untuk menentukan jumlah persentase dari jawaban responden menurut kategori jawaban digunakan rumus sebagai berikut :

% = x 100%

Keterangan :

% : Persentase yang diperoleh n : jumlah nilai yang diperoleh N : Jumlah Responden

(35)

Setelah data di analisis dan informasi yang lebih sederhana diperoleh, hasil-hasil tersebut digunakan sebagai dasar deskripsi laporan hasil penelitian.

a. Untuk variabel luas kepemilikan lahan dan tanggapan masyarakat menggunakan pengamatan secara langsung dan wawancara terstruktur dengan petani tebu yang bermitra dengan industri gula PT Gunung Madu Plantation kemudian dideskripsikan.

(36)

V.SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian terhadap responden di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah tahun 2012 kemudian diolah, ditabulasi, dipersentasekan dan dianalisis, maka dapat disimpulkan bahwa

1) Secara keseluruhan (100%) petani yang bermitra dengan PT Gunung Madu Plantation, total luas lahannya sebesar 34,75 ha, lahan setiap petani rata-rata seluas 1,9 ha.

2) Total penghasilan yang diperoleh seluruh responden sebesar Rp. 581.574.675 dan rata-rata yang diterima setiap petani mencapai Rp. 32.309.704/tahun. Besarnya penerimaan hasil kemitraan terendah Rp. 8.373.750/tahun dan penerimaan hasil terbanyak Rp. 133.742.400 /tahun.

3) Manfaat adanya kemitraan, setiap petani mendapatkan bantuan modal sebesar Rp. 9.275.000 /ha, yang meringankan biaya pengolahan budidaya tebu dan memberikan bantuan teknis untuk peningkatan produksi dan penghasilan supaya meningkat setiap tahunnya.

(37)

terhadap adanya kemitraan , karena mampu meningkatkan pendapatan petani yang terlibat dan bantuan yang diberikan mampu meringankan beban biaya yang dikeluarkan petani. Sedangkan 2 orang atau 11,11 % responden ingin bergeser untuk tidak mengikuti kemitraan tebu mandiri karena harga singkong naik, tetapi mereka tidak mendapatkan bantuan modal dan teknis dari perusahaan.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah:

1. Bagi PT Gunung Madu Plantation sebaiknya memperluas lahan kemitraan tebu kepada masyarakat dengan memberikan informasi tentang kemitraan kepada masyarakat luas melalui sosialisasi supaya program kemitraan makin banyak diikuti oleh masyarakat lainnya untuk menambah luas lahan penanaman tebu sebagai bahan baku industri gula.

(38)
(39)
(40)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Zaelani. 2008. Manfaat Kemitraan Agribisnis Bagi Petani Mitra (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang Dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat).

(skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arif Rahman Hakim .Bertidak Untuk Rakyat (Tabloid).Edisi 142.11-14 Juli 2011. Jakarta.

Arif Sadiman. 1996. Metode Analisis dan Penelitian Mencari Hubungan Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Anonimus. 2009. Lampung Tengah Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Lampung

Bintarto. 1977. Geografi Sosial. UP Spring. Yogyakarta.

Daldjoeni. 1997. Pengantar Geografi Untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. Alumni.

Bandung.

________.1992.http://repository.upi.edu/operator/upload/s_geo_0804254_chapter 2 .pdf

Edhi Sutardjo. 1996. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta

Elis Suyono. 2006. Pengaruh Program Kemitraan Bagi Pengembangan Ekonomi Lokal (Kpel) Terhadap Pendapatan Petani Budidaya Ulat Sutera Di Kabupaten Wonosobo. (Tesis). Universitas Diponegoro. Semarang.

Hadari Nawawi dan Mimi Martini. 1993. Penelitian Terapan. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Hadi Prayitno dan Lincoln Arsyad. 1987. Petani Desa dan Kemiskinan. BPFE. Yogyakarta.

(41)

Ida Bagoes Mantra. 2003. Pengantar Studi Demografi. Nur Cahaya, Yogyakarta.

Mohammad Jafar Hafsah. 2002. Bisnis Gula Di Indonesia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Muhammad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Jakarta.

Muslimin Nasution. 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan

Untuk Agroindustri. IPB Press. Bogor.

Ninuk Purnaningsih. 2006. Inovasi Pola Kemitraan Agribisnis Sayuran di Propinsi Jawa

Barat. Bogor.(Tesis) Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nisar Adhita. 2011. Tabulasi Data Potensi Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah. Lampung Tengah.

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi suatu Pendekatan dan Analisis

Keruangan.Alumni.Bandung.

________. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Bumi Aksara. Jakarta.

Rahim dan Hastuti. 2007. Ekonomika Pertanian: Pengantar Teori dan Kasus. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekartawi. 1993. Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan Aplikasi).

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Subarjo. 2004. Meteorologi dan Klimatologi (Diktat). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Sudarmi. 2005. Geografi Regional Indonesia (Diktat). Unila. Bandar Lampung. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Bina

Aksara. Jakarta.

Sumadi. 2003. Filsafat Geografi (Diktat). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)

Gambar

Tabel 1 Persyaratan Dalam Mengikuti Program Kemitraan Tebu Mandiri di PT Gunung Madu Plantation Tahun 2012:

Referensi

Dokumen terkait

cial distress (posisi keuangan untuk jangka pendek dan jangka panjang dalam kondisi baik sehingga tidak mengalamai ke- bangkrutan). b) Perusahaan yang mengalami

Speaker 5 : Bentar sabar bang emang gue punya 2 Arim, Tapi si Rani namanya lagi fly tinggal si Speaker 7 namanya yang katanya tadi gue tlp lagi meluncur ,(jeda bentar) Eh...tu

yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.. Keberadaan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini deketahui

dapat saya sebutka , teri akasih atas se ua do’a da duku ga ya... 100 130 097 Pemberdayaan Unit Produksi Program Keahlian Pemasara Toko Karista “ari di “ekolah Me e gah

To speed up the resource access and avoid the bottleneck problem during the authentication, this paper purposed a multi-domain alliance authentication protocol based

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji bagi Allah tuhan semesta alam ini atas karunia serta anugrah-Nya yang tidak terbatas sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme dalam pemungutan pajak mineral bukan logam dan batuan serta berapa kontribusinya terhadap

Gambar 5 menunjukkan bahwa, skor daya terima biskuit tertinggi diberikan oleh variasi campuran tepung jagung dan tepung terigu dengan volume air yang proporsional dari