SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI PADA PERIODE 2010-2012
OLEH
Olivia Tria Febrina 100503082
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN S1-AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di
BEI pada periode 2010-2012” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang
disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Yang Membuat Pernyataan
ABSTRAK
Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI pada periode 2010-2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di BEI pada periode 2010-2012. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi.
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012. Terdapat 37 perusahaan dalam populasi dengan sampel yang diperoleh berjumlah 23 perusahaan setelah melewati kriteria sampel yang ditentukan melalui metode Purposive Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data dengan menggunakan uji regresi berganda setelah terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F, uji t dan uji koefisien determinasi yang disesuaikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel perputaran kas dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap ROA tetapi variabel perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa variabel perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap ROA.
ABSTRACT
The Effect of Working Capital Management on The Profitability of The Manufacturing Company Sector Consumer Goods Listed in Indonesia Stock
Exchange Period 2010-2012
This reasearch aims to know the effect of working capital management on profitability of the manufacturing companies sector consumer goods listed in Indonesia Stock Exchange. This research is a replication from the previous researcher.
The population in this research is the manufacturing companies sector consumer goods listed in Indonesia Stock Exchange. There are 37 companies in this population with 23 companies are obtained as samples from sample criteria which determined through purposive sampling method. The data used in this study is a secondary data obtained from the Indonesian Capital Market Directory. The data collected were analyzed by using regression test after first tested the classic assumptions test. This hypothesis test is using the F test, t test and the adjusted coefficient of determination test.
The result of this research indicate that partially cash turnover and inventory turnover variables influence to ROA, but account receivable turnover variables not influence to ROA. Meanwhile, the result of this research indicate that simultaneously cash turnover, account receivable, and inventory turnover influence to ROA.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
penyertaan-Nya yang tak berkesudahan di dalam hidup peneliti sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “pengaruh manajemen modal kerja
terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang
terdaftar di BEI pada periode 2010-2012.”
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi, di Program Strata-1 Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Sumatera Utara.
Dalam pengerjaan skripsi ini penulis mendapat banyak dukungan, bimbingan,
bantuan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini secara khusus dengan
penuh kasih dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua
peneliti karena atas motivasi dan bimbingan mereka sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku Ketua
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara
dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak. Selaku Sekretaris Departemen
3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak., selaku Ketua Program Studi
S1-Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1-Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Dra. Nurzaimah, M.M., Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, serta pengarahan
kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh jajaran tenaga pendidik dan pegawai di Fakultas Ekonomi,
Universitas Sumatera Utara
6. Kepada orang terdekat, Andri Primadana Bangun, S.E. yang selalu
menemani, memberikan semangat, dan membantu hingga skripsi ini siap.
7. Semua sahabat “SUSAHLITA” yang akan bertransformasi menjadi
“SOSIALITA” suatu saat nanti, semoga kita semua sukses.
Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.
Namun penulis sadar sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna,
maka kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dalam mencapai
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu
melimpahi kita dengan Kasih-Nya.
Medan, Oktober 2014
Penulis,
DAFTAR ISI 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 6
1.3.Tujuan Penelitian ... 7
1.4.Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 9
2.1.1.Profitabilitas ... 9
2.1.1.1. Pengertian Profitabilitas ... 9
2.1.1.2. Jenis-jenis Profitabilitas ... 10
2.1.2.Modal Kerja ... 12
2.1.2.1. Pengertian Modal Kerja ... 12
2.1.2.2. Jenis-jenis Modal Kerja ... 13
2.1.2.3. Manfaat Modal Kerja ... 14
2.1.2.4. Sumber Modal Kerja.. ... 14
2.1.3.Perputaran Kas… ... 17
2.1.4.Perputaran Piutang ... 17
2.1.5.Perputaran Persediaan ... 18
2.1.6.Manajemen Modal Kerja ... 19
2.2.Penelitian Terdahulu ... 20
2.3.Kerangka Konseptual ... 21
2.4.Hipotesis ... 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 26
3.2.Populasi dan Sampel Penelitian... 26
3.3.Jenis dan Sumber Data ... 29
3.4.Metode Pengumpulan Data ... 29
3.6.Variabel Penelitian dan defenisi Operasional ... 30
3.6.1.Variabel Bebas Independen ... 31
3.6.1.1.Rasio Lancar ... 31
3.6.1.2.Rasio Cepat ... 31
3.6.1.3.Perputaran Piutang ... 31
3.6.1.4.Perputaran Persediaan ... 32
3.6.2.Variabel Terikat dependen ... 32
3.7.Skala Pengukuran Variabel ... 33
3.8.Teknik Analisis Data ... 34
3.8.1. Analisis Deskriptif ... 34
3.8.2. Uji Asumsi Klasik ... 35
3.8.2.1.Uji Normalitas ... 35
3.8.2.2.Uji Multikolinearitas ... 36
3.8.2.3.Uji Autokorelasi ... 36
3.8.2.4.Uji Heterokedastisitas ... 37
3.8.3. Uji Hipotesis ... 38
3.8.3.1.Analisis Regresi ... 38
3.8.3.2.Uji Parsial(t-test) ... 39
3.8.3.3.Uji Simultan(f-test) ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Data Penelitian ... 41
4.2.Analisis Hasil Penelitian... 44
4.2.1. Analisis Deskriptif ... 44
4.2.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 46
4.2.2.1.Uji Normalitas ... 46
4.2.2.2.Uji Multikolinearitas ... 50
4.2.2.3.Uji Heterokedastisitas ... 51
4.2.2.4.Uji Autokorelasi ... 52
4.2.3.Uji Hipotesis ... 54
4.2.3.1. Analisis Regresi ... 54
4.2.3.2.Uji Parsial t( t-test) ... 55
4.2.3.3.Uji Simultan F (F-test) ... 57
4.3.Pembahasan Hasil Penelitian ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1.Kesimpulan ... 61
4.2.Saran ... 62
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ... 20
Tabel 3.1. Daftar Perusahaan ... 27
Tabel 3.2. Seleksi Sampel ... 29
Tabel 3.3. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 33
Tabel 4.1. Daftar Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi ... 41
Tabel 4.2. Daftar Variabel Penelitian ... 42
Tabel 4.3. Statistik Deskriptif ... 45
Tabel 4.4. Uji Kolmogorov Smirnov ... 49
Tabel 4.5. Hasil Uji Multikolinearitas ... 50
Tabel 4.6. Hasil Uji Autokolinearitas ... 53
Tabel 4.6. Hasil Uji t ... 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 22
Gambar 4.1. Grafik Histogram... 47
Gambar 4.2. Normal Probability Plot ... 58
ABSTRAK
Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI pada periode 2010-2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di BEI pada periode 2010-2012. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi.
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012. Terdapat 37 perusahaan dalam populasi dengan sampel yang diperoleh berjumlah 23 perusahaan setelah melewati kriteria sampel yang ditentukan melalui metode Purposive Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data dengan menggunakan uji regresi berganda setelah terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F, uji t dan uji koefisien determinasi yang disesuaikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel perputaran kas dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap ROA tetapi variabel perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa variabel perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap ROA.
ABSTRACT
The Effect of Working Capital Management on The Profitability of The Manufacturing Company Sector Consumer Goods Listed in Indonesia Stock
Exchange Period 2010-2012
This reasearch aims to know the effect of working capital management on profitability of the manufacturing companies sector consumer goods listed in Indonesia Stock Exchange. This research is a replication from the previous researcher.
The population in this research is the manufacturing companies sector consumer goods listed in Indonesia Stock Exchange. There are 37 companies in this population with 23 companies are obtained as samples from sample criteria which determined through purposive sampling method. The data used in this study is a secondary data obtained from the Indonesian Capital Market Directory. The data collected were analyzed by using regression test after first tested the classic assumptions test. This hypothesis test is using the F test, t test and the adjusted coefficient of determination test.
The result of this research indicate that partially cash turnover and inventory turnover variables influence to ROA, but account receivable turnover variables not influence to ROA. Meanwhile, the result of this research indicate that simultaneously cash turnover, account receivable, and inventory turnover influence to ROA.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan sebuah organisasi yang berorientasi pada laba/profit
(profit oriented) dengan menjual barang dan/atau jasa kepada masyarakat. Apabila
didasarkan atas kegiatan utama yang dijalankan, secara garis besar jenis
perusahaan terbagi kedalam tiga kategori, yaitu perusahaan jasa, perusahaan
dagang, dan perusahaan manufaktur.
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengolah sendiri bahan
baku menjadi barang jadi. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) terbagi kedalam tiga jenis, yaitu sektor industri dasar dan kimia,
sektor aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi. Subsektor dari
perusahaan manufaktur sektor konsumsi adalah sektor industri yang bergerak
dalam bidang makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik, dan barang
keperluan rumah tangga, serta peralatan rumah tangga.
Dilihat dari pembagian subsektor yang ada, perusahan manufaktur sektor
konsumsi merupakan kebutuhan pokok yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.
Oleh karena itu, perusahaan perusahaan yang bergerak pada sektor konsumsi
mempunyai aktivitas operasi yang tinggi sehingga menyebabkan perusahaan harus
mampu mengelola setiap aktivitasnya sehingga dapat memperoleh laba yang
Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan akhir yang sama yaitu memperoleh laba
yang maksimal sehingga kontinuitas perusahaan tetap terjaga. Banyak hal yang
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satunya adalah dengan cara
mengelola modal kerja dengan baik. Dalam suatu perusahaan dibutuhkan dana
untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya yang disebut modal kerja. Modal
kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional
sehari-hari di mana modal kerja yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat
kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil
penjualan produksi. Modal kerja yang berasal dari penjualan produk tersebut akan
segera dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan operasional selanjutnya. Modal
kerja ini akan terus berputar setiap periode di dalam perusahaan. Oleh karena itu
perlu diperhatikan cara manajemen mengelola modal kerja dengan baik,untuk
melancarkan operasional perusahaan.
Menurut brigham (2006 : 266) modal kerja tediri atas 2 jenis yaitu modal
kerja netto (net working capital) dan modal kerja bruto (gross working capital). Modal kerja neto merupakan aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Modal
kerja bruto merupakan investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, seperti
kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, piutang usaha dan persediaan. Modal kerja
terdiri dari empat komponen utama: kas, surat berharga, persediaan, dan piutang
usaha. Modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio perputaran
kas (cash turnover ratio), rasio perputaran piutang (receivable turnover ratio),
Modal kerja dalam perusahaan perlu ditelaah karena modal kerja penting
bagi setiap perusahan. Hal ini dikarenakan beberapa alasan :
1. Tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan operasional
sehari-hari.
2. Sebagian besar waktu dari manajer dicurahkan untuk mengelola modal kerja
perusahaan.
3. Aktiva lancar dari perusahaan manufaktur, perusahaan dagang maupun
perusahaan jasa memiliki jumlah yang cukup besar dari total aktiva
perusahaan.
Manajemen modal kerja dalam suatu perusahaan diperlukan untuk
mengetahui jumlah modal kerja optimal yang dibutuhkan perusahaan. Manajemen
modal kerja merupakan suatu pengelolaan investasi dalam aset jangka pendek.
Artinya, bagaimana mengelola investasi dalam aktiva lancar suatu perusahaan.
Manajemen modal kerja melibatkan sebagian besar jumlah aset perusahaan.
Bahkan terkadang bagi perusahaan tertentu jumlah aktiva lancar lebih dari
setengah jumlah investasinya tertanam di dalam perusahaan (Kasmir, 2008: 88).
Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi
manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban lancar. Adapun sasaran yang ingin
dicapai dari manajemen modal kerja adalah untuk memaksimalkan nilai
perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengelolaan
investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan
biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva dan pengawasan terhadap
arus dana dalam aktiva lancar.
Setiap perusahaan tentunya menginginkan manajemen modal kerja yang baik
dan berkualitas. Manajemen modal kerja yang bermutu akan berpengaruh
terhadap pencapaian perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dimasa yang
akan datang. Dalam hal ini manajemen modal kerja memegang peran penting
dalam meningkatkan kinerja perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu
disebut rentabilitas atau profitabilitas (Riyanto,2001: 331). Profitabilitas
merupakan tujuan akhir dari perusahaan agar kelangsungan usahanya tetap
berjalan (going concern). Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan,
digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas. Dalam prakteknya,
jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan antara lain : profit margin ( profit margin on sales), Return On Investment (ROI), Return On Equity ( ROE), dan
laba per saham (Kasmir 2008 : 199). Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang
digunakan adalah Return On Asset (ROA).
Dari beberapa penelitian sebelumnya, terdapat perbedaan hasil penelitian.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurhafni (2009), “Pengaruh Modal Kerja
Dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan
Consumer Goods Industry di Bursa Efek Indonesia”. menunjukkan bahwa secara
simultan terdapat pengaruh yang signifikan modal kerja dan perputaran modal
Odor Sihombing (2009), : “Pengaruh Manajemen modal kerja terhadap
profitabilitas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”. Menunjukkan bahwa secara simultan rasio lancar, rasio
cepat, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja
memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Ricky Wijaya (2009) : “Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas Emiten Lq-45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Menunjukkan bahwa variabel cash conversion cycle (CCC) dan working capital turnover (WCT) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
profitabilitas (Return on Total Assets) tetapi secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
Nurhayati (2011) : “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada
Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI”. Menunjukkan bahwa
Secara simultan, perputaran persediaan (ITO) dan perputaran piutang (RTO)
berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROA) dan secara parsial
perputaran persediaan (ITO) berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas
(ROA) tetapi perputaran piutang (RTO) tidak berpengaruh secara signifikan.
Ratih (2012) : ” Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return on Asset Perusahaan”. Menunjukkan bahwa perputaran kas berpengaruh signifikan
terhadap ROA, perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA,
dan perputaran persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA
Dapat dilihat bahwa hubungan antara modal kerja dengan tingkat
di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai
“pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan
manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di BEI pada periode 2010-2012”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada latar belakang diatas maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio perputaran kas
terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial?
2. Apakah terdapat pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio perputaran
piutang terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial?
3. Apakah terdapat pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio perputaran
persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial?
4. Apakah terdapat pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio lancar, rasio
cepat, rasio perputaran persediaan, rasio perputaran piutang, dan rasio
perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio perputaran
kas terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial.
2. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio perputaran
persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial.
3. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio perputaran
modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial.
4. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio lancar, rasio
cepat, rasio perputaran persediaan, rasio perputaran piutang, dan rasio
perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur
sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan
mengenai modal kerja dan profitabilitas.
2. Bagi investor, dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam menentukan
3. Bagi perusahaan, sebagai bahan untuk membuat keputusan dan kebijakan
yang baik dalam hal modal kerja untuk dapat meningkatkan profitabilitas
perusahaan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi sumber referensi untuk
melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
5. Bagi pembaca dan pihak lainnya, dapat menjadi referensi dan sumber
informasi yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan di bidang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Profitabilitas
2.1.1.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan
keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas
merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena
untuk dapat melangsungkan kehidupnya, suatu perusahaan harus berada
dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Dalam melakukan analisis perusahaan, di samping melihat
laopran keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan
analisis rasio keuangan.
Beberapa ahli memberikan pendapat mereka mengenai pengertian
profitabilitas, antara lain:
• Menurut Brigham (2006: 107), rasio profitabilitas merupakan
“sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari
likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi”.
• Menurut Van Horne, Wachowics (2005:222), menjelaskan rasio
profitabilitas adalah “ rasio keuangan yang menghubungkan laba
• Menurut Greuning (2005: 29), “profitabilitas adalah suatu indikasi
atas bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan
penjualan, modal rata-rata, dan ekuitas saham biasa rata-rata”.
• Menurut Gitman (2009: 639), “profitability is the relationship
between revenues and costs generated by using the firm’s assets – both current and fixed – in productive activities”.
2.1.1.2 Jenis-Jenis Profitabilitas
Terdapat beberapa jenis rasio yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Jenis-jenis profitabilitas
menurut Brigham (2006: 107), yaitu:
a) Gross Profit Margin
Gross profit margin mengukur besarnya persentase dari laba kotor yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan. Semakin tinggi gross profit margin, maka semakin baik. Gross profit margin dapat dihitung dengan rumus:
����������������� = ����� ������
Sales � 100% b) Operating Profit Margin
Operating profit margin mengukur besarnya persentase dari laba kotor yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan setelah terlebih dahulu dikurangi dengan beban dan biaya operasi perusahaan. Semakin tinggi rasio operating profit margin, maka semakin baik. Operating Profit Margin dapat dihitung menggunakan rumus:
���������������������=���������Sales ������ � 100%
c) Net Profit Margin
Net Profit Margin mengukur besarnya persentase laba bersih yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan. Net profit margin dapat dihitung seperti berikut:
���������������= ���������
Total Asset Turnover mengukur seberapa baik perusahaan memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio TATO, menandakan semakin baik perusahaan dalam memanfaatkan total aktivanya dalam meningkatkan penjualan. Total Asset Turnover dapat dihitung menggunakan rumus:
����= ��� �����
total asset � 100% e) Return on Total Assets (ROA)
Return on Total Assets (ROA), sering pula disebut sebagai Return on Investment (ROI). ROA mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan dalam menghasilkan laba berdasarkan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi rasio ROA, semakin baik. ROA dapat dihitung dengan rumus:
���= ��� ������
total asset � 100% f) Return on Equity (ROE)
Return on Equity mengukur besarnya persentase pengembalian atas investasi yang telah dilakukan oleh para pemegang saham di suatu perusahaan. ROE dapat dihitung dengan rumus:
���= sharesholder���������′s equity � 100%
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa ada berbagai cara yang
dapat digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan.
Dalam penelitian ini yang dipakai hanya yang terkait dengan investasi
yaitu Return On Asset (ROA) . ROA merupakan rasio antara saldo laba bersih setelah pajak dengan jumlah asset perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Gitman (2009: 68), “The return on total assets (ROA) measures the overall effectiveness of management in generating profits
with its available assets.” ROA menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh asset yang dimiliki perusahaan. ROA digunakan
oleh manjemen perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan
operasi perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan
komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang
tercermin dari rasio ini. Laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan
laba rugi dan neraca. Keunggulan lain yang didapat dari pengukuran
kinerja dengan ROA adalah perhitungan ROA sangat mudah dihitung dan
dipahami.
ROA juga merupakan denominator yang dapat diterapkan pada
setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan
unit usaha. Dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan, setiap unit
organisasi yang ada dalam perusahaan dapat menggunakan ROA untuk
mengetahui profitabilitas dari setiap unit usaha. Rasio ini juga dipilih
karena ROA mengukur kemampuan manajemen suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang tersedia
dan oleh peneliti, dirasa erat hubungannya dengan manajemen modal
kerja dimana modal kerja bersih secara sederhana dapat diartikan
sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar.
2.1.2 Modal Kerja
2.1.2.1 Pengertian Modal Kerja
Modal kerja merupakan modal yang digunakan perusahaan
untuk menopang kegiatan operasinya sehari-hari. Menurut Jumingan
(2006 : 66), definisi modal kerja yang lazim digunakan, yaitu :
keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa yang akan datang.
2. Modal kerja adalah jumlah dari aset lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto. Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aset lancar misalnya kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan.
3. Menurut konsep fungsional, modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. Modal kerja menurut definisi fungsional tersebut adalah kas, piutang dan persediaan. Adapun aset lancar seperti seperti surat-surat berharga dan keuntungan dalam piutang digolongkan sebagai modal kerja potensial. Aset tidak lancar seperti tanah, bangunan, mesin dan lain-lain digolongkan sebagai non working capital.
2.1.2.2 Jenis-Jenis Modal Kerja
Menurut Riyanto (2001: 61), modal kerja digolongkan dalam
beberapa jenis:
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalani fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal
kerja ini terdiri dari:
a) Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya.
b) Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini terdiri dari:
b) Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
c) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
2.1.2.3 Manfaat Modal Kerja
Modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan, di
samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara
ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan
juga akan memberikan beberapa manfaat. Menurut Munawir (2004: 116)
manfaat modal kerja tersebut adalah:
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya
3. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara “credit standing” perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti dalam hal terjadi: pemogokan, banjir, dan kebakaran.
4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.
5. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada para pembelinya syarat kredit yang lunak dalam usaha membantu para pembeli yang baik untuk membiayai perusahaannya.
6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.
2.1.2.4 Sumber Modal Kerja
Menurut Munawir (2004 :117), pada dasarnya modal kerja
a. Bagian yang tetap atau bagian yang permanen, yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan.
b. Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktifitas biasa.
Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau
sebaiknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham.
Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari
investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan
tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan kreditor jangka pendek.
Di samping dari investasi para pemilik perusahaan, kebutuhan modal
kerja yang permanen dapat pula dibiayai dari penjualan obligasi atau
jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan
harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang ini di
samping juga harus mempertimbangkan beban bunga yang harus
dibayar oleh perusahaan.
Perusahaan dapat memperoleh modal kerja baik dari internal
perusahaan maupun eksternal. Menurut Djarwanto (2004 : 95-97),
modal kerja berasal dari berbagai sumber yaitu:
1. Pendapatan bersih
dari operasi jangka pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan laba rugi perusahaan.
2. Keuntungan penjualan surat-surat berharga
Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aset lancar dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-surat berharga menunjukkan pergeseran bentuk pos aset lancar yaitu dari pos “surat-surat berharga” menjadi pos “kas”. Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaliknya jika terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.
3. Penjualan aset tetap, investasi jangka panjang dan aset tidak lancar lainnya
Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan aset tetap, investasi jangka panjang dan aset tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aset tidak lancar tersebut menjadi kas akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aset tidak lancar tersebut. Keuntungan atau kerugian dari penjualan investasi jangka panjang dan aset tidak lancar lainnya dapat dimasukkan ke dalam pos-pos insidentil (Extraodrinary Items). 4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana pemilik
Utang hipotek, obligasi dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila diperlukan sejumlah modal kerja misalnya untuk ekspansi perusahaan. Pinjaman jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu diminati karena adanya beban bunga di samping kewajiban untuk mengembalikan pokok pinjamannya.
5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya
Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aset lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai modal kerja musiman, siklis, keadaaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya. Karena ketergantungan akan kredit bank dan kredit jangka pendek lainnya maka adanya credit rating yang tinggi tingkatnya bagi perusahaan yang bersangkutan adalah sepenuhnya penting.
6. Kredit dari supplier atau trade creditor
2.1.3 Perputaran Kas
Kas adalah salah satu modal kerja yang paling tinggi tingkata
likuiditasnya. Kas yang diperlukan baik untuk membiayai operasi perusahaan
sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap,
sehingga kas harus dikelola dengan tepat, yang salah satunya dengan
memperhatikan tingkat perputaran kas. Perputaran kas merupakan
kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat
berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu.
Perputaran kas dirumuskan sebagai berikut :
Perputaran Kas = ���������������
����−�������
Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan efisiensi dalam
penggunaan kas, sehingga perusahaan bisa memaksimalkan laba. Dan
sebaliknya, tingkat perputaran kas yang rendah menyebabkan perusahaan
kurang bisa memaksimalkan laba.
2.1.4 Perputaran Piutang
Perputaran piutang dapat dihitung dengan membagi nilai penjualan
kredit bersih dengan piutang rata-rata atau nilai piutang akhir.
Perputaran Piutang = ���������������������
����−�����������
Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena
berarti modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin
refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian kredit atau variasi tingkat
kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan piutang.
2.1.5 Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang
dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi. Perputaran
persediaan ini dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan
persediaan rata-rata
Perputaran Persediaan = �������������������
����−��������������������
Persediaan mempunyai peran yang sangat penting bagi setiap
perusahaan karena erat hubunganya dengan produksi dan penjualan. Produksi
tidak akan lancar apabila persediaan bahan baku kurang, demikian pula
halnya penjualan tidak akan berhasil apabila persediaan barang kurang.
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan berarti semakin pendek
dana didalam persediaan tertahan sehingga dibutuhkan dana yang relatif kecil
serta sebaliknya semakin rendah perputaran persediaannya berarti semakin
panjang terikatnya dana dalam persediaan. Dalam hal ini, juga akan
berpengaruh pada pemenuhan dana yang berasal dari luar perusahaan yang
harus ditanggung oleh perusahaan seperti biaya bunga, dan besarnya bunga
akan ditentukan oleh lama atau pendeknya pengembalian pinjamannya.
semakin tinggi tingkat perputaran persediaan (ITO) menunjukkan bahwa
semakin efektif dan efisien perusahaan dalam mengelola persediaannya.
perusahaan akan memaksimalkan tingkat pengembalian aset yang diperoleh.
Jadi, semakin besar tingkat pengembalian asset (ROA) yang diperoleh
perusahaan merupakan salah satu indikasi bahwa profitsbilitas perusahaan
menunjukkan kondisi yang baik.
2.1.6 Manajemen Modal Kerja
Manajemen modal kerja berarti melaksanakan kegiatan yang mencakup
semua fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengaturan,
pengarahan, dan pengendalian secara efektif dan efisien pada elemen-elemen
modal kerja, yaitu aktiva lancar dan kewajiban lancar. manajemen modal
kerja memiliki peranan penting dalam membuat perbandingan likuiditas dan
profitabilitas perusahaan, yang melibatkan pengambilan keputusan terkait
jumlah dan komposisi aktiva lancar dan membiayai aktiva tersebut.
Kekurangan modal kerja dalam meningkatkan penjualan dan produksi akan
berakibat pada hilangnya potensi pendapatan atau laba yang mungkin
diperoleh sehingga timbul pula kemungkinan perusahaan akan terseret ke
dalam keadaan insolvent (tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang
sudah jatuh tempo).
Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak akan
mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu dan akan
dihadapkan pada masalah likuiditas. Pentingnya manajemen modal kerja
didasari oleh alasan seperti yang dikemukakan oleh Martono (2004: 73)
1. Aktiva lancar dari perusahaan baik manufaktur maupun jasa memiliki jumlah yang cukup besar dibanding dengan jumlah aktiva secara keseluruhan.
2. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber utama bagi pendanaan eksternal. Perusahaan seperti ini, tidak memiliki akses pada pasar modal untuk pendanaan jangka panjangnya.
3. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang sesuai dalam pengelolaaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal kerja.
4. Keputusan modal kerja berdampak langsung pada tingkat risiko, laba, dan harga saham perusahaan.
5. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan dana untuk membelanjai aktiva lancar.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian
3 Ricky capital turnover (WCT) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA tetapi secara parsial tidak memiliki pengaruh yang
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara
variabel-variabel penelitian, yaitu variabel dependen dan variabel independen.
Semua uraian yang telah disampaikan maka dapatlah kiranya disusun sebuah
skema yang mendasari penelitian ini, sebagaimana yang tampak pada gambar
dibawah.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
H1
H2 H3
H3
H4
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah rasio
perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan, sedangkan
variabel dependennya adalah profitabilitas.
Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, ditentukan bahwa modal kerja
diproksikan kedalam rasio perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
Variabel Dependen
Variabel Independen
Modal Kerja:
Perputaran Kas (X1)
Perputaran Persediaan (X2)
Perputaran Piutang (X3)
Profitabilitas (ROA)
persediaan. Dan variabel dependen yang memproksikan profitabilitas adalah
Rasio Return On Asset (ROA).
Perputaran kas merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan
sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu.
Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan efisiensi dalam penggunaan kas,
sehingga perusahaan bisa memaksimalkan laba. Dan sebaliknya, tingkat
perputaran kas yang rendah menyebabkan perusahaan kurang bisa
memaksimalkan laba.
perputaran piutang yang semakin tinggi berarti semakin cepat dana yang
diinvestasikan pada piutang dagang sehingga dapat ditagih menjadi uang tunai
atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah. Sebaliknya
jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai atau
menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang besar.
Perputaran persediaan mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak
keluar perusahaan. Semakin cepat persediaan bergerak keluar dari perusahaan.
Semakin cepat persediaan dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan
dijual oleh perusahaan maka semakin cepat pula bagi perusahaan untuk
memperoleh laba. Semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka
akan semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan. Keadaan perputaran
persediaan yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif
perusahaan dalam mengelola persediaannya. Hal ini juga menunjukkan volume
oleh perusahaan semakin besar dengan mengasumsikan biaya-biaya yang terjadi.
Besarnya laba yang diperoleh perusahaan akan memaksimalkan tingkat
pengembalian asset yang diperoleh perusahaan.
Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah
Return on Asset (ROA). ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan menghasilkan laba. Dengan adanya ROA
perusahaan dapat menganalisis seberapa besar penggunaan aset dapat ditambahi
ataupun dikurangi untuk memaksimalkan perolehan laba perusahaan. Baik
penambahan maupun pengurangan penggunaan aset-aset dalam perusahaan akan
berpengaruh pada penggunaan modal kerja yang merupakan modal yang
digunakan untuk menopang kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Modal
kerja akan terus berada dalam keadaan berputar selama periode operasi
perusahaan, karena modal kerja dipengaruhi oleh aset lancar yang mudah
mengalami perubahan.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara
empiris dan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan
tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi ( Erlina, 2008 : 49). Berdasarkan
kerangka konseptual dan uraian teoritis di atas, maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut :
H1: Rasio perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas.
H3: Perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas.
H4: Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan, secara
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif kausal. Menurut Sugiyono
(2008 : 224) Penelitian asosiatif adalah penelitian dengan dugaan tentang adanya
hubungan antar variabel dalam populasi yang akan diuji melalui hubungan antar
variabel dalam sampel yang diambil dari populasi tersebut. Tujuan dari Penelitian
kausal adalah untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara
variabel-variabel yang berfungsi sebagai penyebab dan variabel-variabel mana berfungsi sebagai
akibat.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 72). Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk pada sektor konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi (Erlina, 2008: 81). Pada penelitian ini, metode pengambilan
sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria perusahaan yang dapat
1. Perusahaan yang diamati merupakan perusahaan manufaktur sektor konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan menyajikan laporan keuangan yang diaudit oleh auditor
independen selama tahun 2010-2012.
3. Perusahaan tidak delisting pada tahun pengamatan.
4. Perusahaan memiliki ROA yang bernilai positif atau dengan kata lain
perusahaan tidak mengalami kerugian pada tahun pengamatan.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapat sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 25 perusahaan dari 37 perusahaan sektor konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia dengan tiga tahun penelitian sehingga total sampel dalam
penelitian ini berjumlah 75 sampel.
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Manufakatur Sektor Konsumsi yang Terdaftar di BEI
No Kode Nama Emiten Kriteria Sampel
PT. Darya Varia Laboratoria Tbk.
12
SIDO
PT. Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk.
√ √ X √
13 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk. √ √ √ √ Sampel 9
14
KICI
PT. Kedaung Indah Can Tbk.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
√ √ √ √ Sampel 11
17
LMPI
PT. Langgeng Makmur Industry Tbk.
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
PT. Prashida Aneka Niaga Tbk.
√ √ X √
26 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk. √ √ √ √ Sampel 18
27
SCPI
PT. Schering Plough
Indonesia Tbk.
PT. Tempo Scan Pasific Tbk.
√ √ √ √ Sampel 21
33
AISA
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
√ √ √ √ Sampel 22
34 ALTO PT. Tri Banyan Tirta Tbk. X √ X √ 35
ULTJ
PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk.
Tabel 3.2.
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No Keterangan Jumlah Perusahaan
1
Populasi 37
2
Tidak lulus kriteria 1
6 3
Tidak lulus kriteria 2
2 4
Tidak lulus kriteria 3
4 5
Tidak lulus kriteria 4
2 6
Jumlah perusahaan yang tidak lulus kriteria sampel
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.Data
yang digunakan berupa laporan tahunan perusahaan manufaktur sektor konsumsi
selama periode 2010 – 2012 yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia
yait
Data yang digunakan adalah gabungan antara data time series dan cross
section. Data time series adalah sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang terdapat dalam beberapa interval waktu tertentu, sedangkan data cross
section adalah data untuk meneliti suatu fenomena tertentu.
3.4 Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
sampling yang digunakan oleh peneliti jika memliki pertimbangan-pertimbangan
tertentu dalam pengambilan sampelnya. Data ini diperoleh melalui
situs
3.5 Batasan Operasional
Atas pertimbangan-pertimbangan efisiensi, keterbatasan waktu dan tenaga,
serta pengetahuan penulis, maka penulis melakukan beberapa batasan konsep
terhadap penelitian yang akan diteliti, yaitu diantaranya :
1. Penelitian ini dibatasi hanya selama tiga tahun yaitu dari tahun 2010 –
2012.
2. Penelitian dilakukan hanya terbatas pada Perusahaan manufaktur sektor
konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yang
mempublikasikan laporan tahunan perusahaan selama periode 2010 –
2012.
3. Penelitian ini meneliti pengaruh Manajemen Modal Kerja yang
diproksikan dalam rasio lancar, rasio cepat, perputaran piutang, perputaran
persediaan, dan perputaran modal kerja terhadap Profitabilitas yang diukur
menggunakan Return On Asset (ROA).
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.6.1 Variabel Bebas (Independen)
Variabel Bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen)
(Sugiyono 2008 : 59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
adalah Modal Kerja, yang terdiri dari :
3.6.1.1 Perputaran Kas
Perputaran kas merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan
pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam
satu periode tertentu. Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan
efisiensi dalam penggunaan kas, sehingga perusahaan bisa
memaksimalkan laba. Dan sebaliknya, tingkat perputaran kas yang
rendah menyebabkan perusahaan kurang bisa memaksimalkan laba.
Perputaran kas dapat diukur dengan menggunakan rumus :
Perputaran Persediaan = ���������������
����−�������
3.6.1.2 Perputaran Piutang
Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan
berputar. Periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam
piutang adalah tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin lunak
atau makin lama syarat pembayaran, berarti makin lama modal terikat
pada piutang, ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode
tertentu adalah makin rendah. Rasio perputaran piutang dapat diukur
Perputaran Piutang = ���������������������
����−�����������
3.6.1.3 Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan
barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi.
Perputaran persediaan ini diukur dengan menggunakan rumus berikut :
Perputaran Persediaan = �������������������
����−��������������������
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan berarti semakin
pendek dana didalam persediaan tertahan sehingga dibutuhkan dana
yang relatif kecil serta sebaliknya semakin rendah perputaran
persediaannya berarti semakin panjang terikatnya dana dalam
persediaan.
3.6.2 Variabel Terikat (dependen)
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang manjadi akibat karena adanya variabel independen atau
bebas (Sugiyono 2008 : 59). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Profitabilitas yang diukur menggunakan Return On Asset (ROA).
Ukuran yang biasa digunakan dalam menilai kinerja keuangan
perusahaan adalah rasio-rasio keuangan perusahaan antara lain: rasio
profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio solvabilitas.Return on
keuangan atau pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Return on Asset
(ROA) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan
setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut.
Dengan Return On Assets (ROA) akan terlihat seberapa besar tingkat produktifitas seluruh aset. Rumus perhitungannya adalah :
���
=
���
������
3.7 Skala Pengukuran Variabel
Didalam penelitian ini pengukuran variabel independen adalah modal kerja
yang diproksikan kedalam rasio lancar, rasio cepat, perputaran piutang, perputaran
persediaan, dan perputaran modal kerja. Sedangkan pengukuran variabel
dependen adalah profitabilitas yang dproksikan Rasio Return On Asset (ROA). Berikut ringkasan skala pengukuran variabel dari penelitian ini :
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Penelitian Nama
dapat dilihat berapa kali dengan total aktivanya.
ROA = ��������� �����������
Rasio
Sumber : olahan penulis (2014) 3.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistik yang menggunakan regresi linier berganda. Data penelitian dikumpulkan
untuk diolah dengan menggunakan software SPSS, kemudian hasil akan dianalisis
untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian ini. Metode
dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
3.8.1 Analisis Deskriptif
Analisis statistika deskriptif ini memiliki tujuan untuk memberikan
gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data yang tersaji menjadi
mudah dipahami dan informatif bagi pembaca. Statistika deskriptif
menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-rata (mean), jumlah (sum) simpangan baku (standard deviation), varians (variance), rentang (range),
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Agar model regresi tidak bias atau agar model regresi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) maka perlu dilakukan uji asumsi klasik terlebih
dahulu (Damodar Gujarati, 2006). Berikut ini penjelasan mengenai uji asumsi
klasik yang akan dilakukan :
3.8.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan tahap awal dalam metode pemilihan
analisis data. Menurut Erlina (2008 : 100) bahwa “ uji normalitas data
bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”.Menurut Ghozali
(2005 : 110) ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu:
1. Analisis Grafik
Analisis grafik dilakukan dengan melihat histrogram atau pola distribusi data. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbuh diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari nilai residualnya. Jika data menyabar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau gafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Analisis Statistik
Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Test. Pedoman pengambilan keputusan rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari:
a. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.
3.8.2.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005 : 91) tujuan dari uji multikolinearitas
adalah “untuk meneliti apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, berarti
terjadi masalah multikolinieritas”. Model regresi yang valid adalah
model regresi yang bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas
terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode berkorelasi
satu sama lain, ketika korelasi antar variabel independen sangat tinggi
maka sulit untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Untuk melihat ada atau
tidaknya multikolinieritas dalam model regrasi dilihat dari nilai
tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Batasan umum yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas
adalah nilai tolerance < 0,01 atau sama dengan VIF > 10
3.8.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi untuk melihat apakah terjadi korelasi antara
suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Dengan kata lain,
untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat,
jadi tidak ada korelasi antara observasi dengan data observasi
sebelumnya. Menurut Supranto (2004 : 269), apabila memang terjadi
autokorelasi, data asli harus ditransformasikan terlebih dahulu untuk
dilakukan pengujian terlebih dahulu apakah terdapat autokorelasi atau
tidak. Uji yang digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson
(D-W). Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu :
a. Nilai D-W > DU atau D-W < DL, berarti terdapat korelasi positif.
b. Nilai DU < D-W < 4-DU, berarti tidak terdapat autokorelasi
c. Nilai 4-D-W < DL atau 4-D-W > DU berarti terdapat korelasi negatif.
3.8.2.4 Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2005 : 105), “Uji heterokedastisitas memiliki
tujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heterokedastisitas.
Untuk melihat ada atau tidaknya heterokedastisitas dilakukan
dengan mengamati grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Menurut Ghozali (2005: 91), untuk mendeteksi ada
atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scarrteplot dengan dasar analisis: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
2. Jika tidak ada pola yang jelas, sperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.8.3 Uji Hipotesis
3.8.3.1 Analisis Regresi
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis
ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan
juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan analisis
regresi berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh modal kerja
terhadap profitabilitas perusahaan dengan model sebagai berikut : �=α+ �1�1+ �2�2+ �3�3+ �4�4+ �5�5+ �
Dimana :
Y = Profitabilitas ( Return On Asset – ROA)
α = Konstanta
b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi dari setiap konstanta
X1 = Rasio Lancar
X2 = Rasio Cepat
X3 = Perputaran Piutang
X4 = Perputaran Persediaan
X5 = Perputaran Modal Kerja
3.8.3.2 Uji Parsial (t – test)
Menurut Ghozali (2005 : 84) “Uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen”.
Adapun mengenai hipotesis-hipotesis yang dilakukan dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Jika prob < 0.05 atau t hitung > t tabel maka variabel X secara
individu (Parsial) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel Y.
2. Jika prob > 0.05 atau t hitung < t tabel maka variabel X secara individu (Parsial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel Y.
3.8.3.3 Uji Simultan (F – test)
Menurut Ghozali (2005 : 84) “Uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukkan dalam model regresi berganda memiliki pengaruh secara
bersama – sama terhadap variabel dependen”. Adapun mengenai
hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut :
1. Jika nilai F-hitung > F-tabel maka variabel X secara
2. Jika nilai F-hitung < F-tabel maka variabel X secara
bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktor sektor konsumsi
yang sudah go public, yaitu perusahaan yangsudah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis statistik yang menggunakan regresi linier berganda. Data penelitian
dikumpulkan untuk diolah dengan menggunakan software SPSS versi 16,
kemudian hasil akan dianalisis untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah
dalam penelitian ini.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 37 perusahaan dan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 23 perusahaan yang ditentukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Periode dalam penelitian ini adalah 3
tahun yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2012.
Berikut merupakan data perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian:
TABEL 4.1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi
No NAMA PERUSAHAAN KODE TANGGAL
LISTING
1 PT. Akasha Wira International Tbk ADES 13 Juni 1994
2 PT. Bentoel International Investama Tbk. RMBA 05 Maret 1990
3 PT. Cahaya Kalbar Tbk. CEKA 09 Juli 1996
4 PT. Darya Varia Laboratoria Tbk. DVLA 11 november 1994
5 PT. Gudang Garam Tbk. GGRM 27 agustus 1990
6 PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk. HMSP 15 agustus 1990
7 PT. Indofarma (Persero) Tbk. INAF 17 april 2001
8 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF 14 juli 1994
10 PT. Kedawung Setia Industrial Tbk. KDSI 29 juli 1996
11 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. KAEF 04 juli 2001
12 PT. Langgeng Makmur Industry Tbk. LMPI 17 oktober 1994
13 PT. Mandom Indonesia Tbk. TCID 23 september 1993
14 PT. Mayora Indah Tbk. MYOR 04 juli 1990
15 PT. Merck Tbk. MERK 23 juli 1981
16 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. MLBI 17 januari 1994
17 PT. Mustika Ratu Tbk. MRAT 27 juli 1995
23 PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company Tbk.
ULTJ 11 januari 1982
Sumber : olahan peneliti (2014)
Periode penelitian dimulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 ( 3
tahun berturut-turut ) sehingga data penelitian secara keseluruhan yaitu : 3 tahun
observasi x 23 sampel adalah sebanyak 69 sampel observasi. Berikut ini adalah
tabel data penelitian mengenai variable-variabel yang akan diuji dalam penelitian
ini :
Tabel 4.2
Daftar Variabel Penelitian
No Kode
Perusahaan Tahun ROA
Perputaran
2011 0.04831 113.97145 42.94409 2.56966
2012 73.15133 42.13304 2.25679
3 CEKA 2010 0.03476 105.57983 16.33126 2.23196
2011 0.11697 125.39211 18.831664 2.4636 2012 0.05677 81.80205 14.40659 2.721996
4 DVLA 2010 0.12981 4.26032 3.23759 3.1616
5 GGRM 2010 0.13487 30.49334 38.58007 1.55702 2011 0.12684 36.43473 45.20729 1.31779 2012 0.09802 41.18857 63.78239 1.45762
6 HMSP 2010 0.31285 23.21588 50.4325 3.17717
2011 0.4155 20.02268 50.50354 4.02453 2012 0.37573 46.69573 54.04323 3.91476
7 INAF 2010 0.01709 9.04183 6.98881 4.84354 2012 0.18815 119.77707 6.94495 6.94065
11 KAEF 2010 0.0837 14.8338 9.35769 5.5319
2011 0.12383 15.11343 14.60526 4.46743 2012 0.119536 16.46913 13.76631 4.33689
2011 0.04382 36.11002 6.76866 1.94668 2012 0.03907 35.83324 6.47057 2.48678
19 SKLT 2010 0.02424 41.22235 9.25549 5.30686
2011 0.02789 47.21446 8.18569 5.60897 2012 0.03188 57.77885 8.15163 5.75448
20 STTP 2010 0.06565 95.40343 8.73402 4.87804
2011 0.04565 140.20234 9.05055 5.5207 2012 0.0597 175.18752 8.13999 5.12724
21 TSPC 2010 0.13619 3.98141 10.27153 5.48895
2011 0.1377 7.17998 10.18874 6.41777
2012 0.13891 4.06764 8.4 5.55694
22 AISA 2010 0.03884 38.17176 4.56407 1.58077
2011 0.04176 5.39241 5.53282 3.51866 2012 0.06558 7.45777 5.31555 4.58478
23 ULTJ 2010 0.53385 6.28899 10.12062 3.47527
2011 0.046496 6.71799 8.96539 4.06663 2012 0.14599 7.21709 10.16413 5.43105 Sumber : olahan peneliti (2014)
4.2. Analisis Hasil Penelitian 4.2.1. Analisis Deskriptif
Analisis statistika deskriptif ini memiliki tujuan untuk memberikan
gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data yang tersaji menjadi
mudah dipahami dan informatif bagi pembaca. Statistika deskriptif
menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-rata (mean), jumlah (sum) simpangan baku (standard deviation), varians (variance), rentang (range),
nilai minimum dan maksimum dan sebagainya. Berikut tabel yang
menunjukkan hasil analisis deskripsi dengan menggunakan data variabel