• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN

RESOURCE BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

(Skripsi)

Oleh UJI YASMITA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN

RESOURCE BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

Oleh UJI YASMITA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Uji Yasmita

ABSTRACT

ANALYSIS OF COGNITIVE LEARNING USE MULTIMEDIA THROUGH APPROACH RESOURCE BASED LEARNING

THE REVIEWED FROM PRIOR KNOWLEDGE By

Uji Yasmita

In this research is used for Direct Instructions to use the books as a comparison to find out the influence of the application of Resource Based Learning using

multimedia learning the cognitive learning viewed from the prior knowledge. The purpose of this research is to know; (1) The difference of cognitive learning

between Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books in high prior knowledge, (2) The differences of cognitive learning between

Resource Based Learning using multimedia and Direct Instruction using books in medium prior knowledge, (3) The difference of cognitive learning between Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books in low prior knowledge, (4) Interaction between prior knowledge with Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books about cognitive learning, (5) The difference of cognitive learning between the student in high prior

(4)

Uji Yasmita with method of purposive sampling are XI IPA1 and XI IPA2. The research design used is 2 x 3 factorial design is a modification of a quasi experimental design.

The concluded are there is difference of cognitive learning between Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books in high prior knowledge, there is not differences of cognitive learning between Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books in medium prior

knowledge, there is difference of cognitive learning between Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books in low prior knowledge, there is interaction between prior knowledge with Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books about cognitive learning, there is the difference of cognitive learning between the student in high prior knowledge, medium, and low with Resource Based Learning use multimedia, and there is not the difference of cognitive learning between the students in high prior knowledge, medium and low with Direct instruction use books.

(5)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Uji Yasmita

NPM : 0853022054

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Daya Asri Kec. Tumijajar Kab. Tulangbawang Barat

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, Juli 2012

Uji Yasmita

(6)

Judul Skripsi : ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF MENGGUNAKAN

MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN

RESOURCE BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

Nama Mahasiswa : Uji Yamita

Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022054

Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Viyanti, S.Pd., M.Pd.

NIP. 19600301 198503 1 003 NIP. 19800330 200501 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si.

(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Sekretaris : Viyanti, S.Pd., M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Abdurrahman, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Seputih Mataram, pada tanggal 02 September 1990 anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Alm. Ermawan dan Ibu Jarwati.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1995 di TK Aisyah desa Daya Murni. Pada tahun1996 penulis melanjutkan pendidikannya di SD Negeri 1 Daya Murni desa Daya Murni, diselesaikan tahun 2002. Selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Tumijajar hingga tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Tumijajar, diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan

terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya

sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Bapak Alm. Ermawan dan Ibu Jarwati tercinta, yang selalu

memperjuangkan masa depan, yang telah lama menantikan keberhasilan

penulis, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap doa,

yang tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu mendukung

penulis. Semoga Allah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa

selalu membahagiakan kalian.

2. Kakak-kakak tersayang ‘‘Eko Susanto, Lulus Prasetiya, dan Agung

Laksono’’ yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan doa bagi

penulis.

3.

Keluarga Besar terima kasih untuk do’a, dukungan, dan kebersamaan yang selalu dihadirkan.

(10)

MOTTO

“Meraih kesuksesan perlu kesabaran dan keuletan. Orang yang sukses bukan orang yang tidak pernah jatuh. Orang sukses adalah orang yang tidak pernah

berfikir dirinya kalah ketika ia jatuh (gagal) ia bangkit kembali, belajar dari kesalahan, bergerak maju menuju inovasi yang lebih baik”

(Abu Al – Ghifani)

“Allah tidak akan memudahkan kecuali jika engkau menjadikannya mudah, dan jika engkau menghendaki maka engkau dapat merubah

kepedihan menjadi kemudahan”. (HR. Ibnu Majah)

“Yang pertama kali datang adalah kesempatan dan yang kedua kalinya adalah keberuntungan. Jadi jangan sia-siakan kesempatan menuju suksesmu”

(11)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika sekaligus Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Ibu Viyanti, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.

5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku pembahas yang banyak memberikan

kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

(12)

8. Bapak Maman Aprizar, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas XI IPA1 dan XI IPA2 SMA Negeri 1 Tumijajar kabupaten Tulang Bawang Barat

atas bantuan dan kerjasamanya.

9. Alm. bapak dan mamak tercinta serta mas Eko adalah inspirator terbesar dalam hidup penulis, terima kasih untuk perhatian, doa dan kasih sayang yang

tak terhingga selama ini. Juga mbak dan mas tercinta Lulus dan Agung semoga saya bisa menjadi adik yang baik untuk kalian

10. Teman seperjuangan di P. Fisika’08: Humairoh, Yesika, Intan, Ewo, Larno, Khusnul, Putu, Dedek, Andre, Arif, Via, Novi, Desni, Desti, Destiana, Dewi, Dian, Eka, Eva, Fitri, Hamidah, Hanif, Ike, Jean, Lyan, Leni, Marfiana, Meita,

Nova, Nurul, Tata, Putri, Resa, Resti, Rika, Mayang, Wina, Selly, Indah, Nando, Nining, Dian, Rofa, Edo dan Yeni atas bantuan dan kebersamaannya.

11. Sahabat penulis yaitu “My Habib” (Zuriyati) selaku teman sekamar tercinta dan Yuniar Alam serta yang telah memberikan semangat, mendengarkan segala keluh kesahku, memberikan nasehat, perhatian, dan memberikan canda

tawa selama ini serta dukungan di saat penulis putus asa. 12. Seluruh teman kosan Citra yang telah memberi semangat.

13. Seluruh keluarga P. Fisika bersatu semoga selalu menjadi keluarga besar.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, April 2012 Penulis

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Komponen multimedia ... 12

2.2. Proses Pembelajaran Direct Instruction ... 23 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 33

4.1. Grafik Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Resource Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct

Instruction Menggunakan Buku pada Kemampuan Awal Tinggi ... 60 4.2. Grafik Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Resource

Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct

Instruction Menggunakan Buku pada Kemampuan Awal Sedang ... 63 4.3. Grafik Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Resource

Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct Instruction Menggunakan Buku pada Kemampuan Awal Rendah ... 64 4.4. Grafik Interaksi Antara Kemampuan Awal Siswa dengan Resource

Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct Instruction Menggunakan Buku terhadap

(14)

2

4.5. Grafik Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Siswa pada

Kemampuan Awal Tinggi, Sedang, dan Rendah dengan Resource

Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran ... 68 4.6. Grafik Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Siswa pada

Kemampuan Awal Tinggi, Sedang, dan Rendah dengan Direct

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoretis 2.1.1 Kemampuan Awal (prior knowledge) ... 8

2.1.2 Multimedia Pembelajaran ... 11

2.1.3 Resource Based Learning ... 16

2.1.4 Direct Instruction ... 22

2.1.5 Hasil Belajar ... 25

2.2 Kerangka Pikir... 31

2.3 Hipotesis ... 33

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

(16)

3.4 Data Penelitian ... ... 39

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.6 Teknik Analisis Data ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 47

4.1.1 Hasil Uji Penelitian ... 48

A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

(a) Uji Validitas Tes Awal dan Tes Akhir ... 48

(b) Uji Reliabilitas Tes Awal dan Tes Akhir ... 49

B. Hasil Uji Normalitas ... 49

(a) Uji Normalitas Berdasarkan Kelas ... 49

(b) Uji Normalitas Berdasarkan Kemampuan Awal ... 50

C. Hasil Uji Univariate ... 51

4.2 Pembahasan ... 59

4.2.1 Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Resource Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct Instruction Menggunakan Buku pada Kemampuan Awal Tinggi ... 59

4.2.2 Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Resource Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct Instruction Menggunakan Buku pada Kemampuan Awal Sedang ... 62

4.2.3 Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Resource Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct Instruction Menggunakan Buku pada Kemampuan Awal Rendah ... 64

(17)

4.2.5 Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif Antara Siswa pada Kemampuan Awal Tinggi, Sedang, dan

Rendah dengan Resource Based Learning Menggunakan

Multimedia Pembelajaran ... 68

4.2.6 Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif Antara Siswa pada Kemampuan Awal Tinggi, Sedang, dan Rendah dengan Direct Instruction Menggunakan Buku ... 70

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 Silabus Pembelajaran Resource Based Learning ... 77

2 Silabus Pembelajaran Direct Instruction ... 79

3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Resource Based Learning... 81

4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Direct Instruction ... 88

5 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajan Resource Based Learning ... 94

6 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajan Direct Instruction ... 96

7 LTR 1 dan LTR 2 ... 98

8 Jawaban LTR 1 dan LTR 2 ... 100

9 Kisi-Kisi Tes Awal dan Tes Akhir ... 105

10 LKK SMA Resource Based Learning ... 114

11 LKK SMA Direct Instruction ... 129

(18)

13 Jawaban LKK SMA Direct Instruction ... 161

14 Buku Siswa ... 177

15 Uji Instumen ... 187

16 Uji Normalitas ... 195

17 Uji Hipotesis ... 198

18 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di sekolah ... 210

19 Kartu Kendali Skripsi ... 211

20 Daftar Hadir Seminar Proposal... 217

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Desain Faktorial Penelitian ... 38

3.2. Indeks Reliabilitas ... 41

3.3. Kriteria Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa ... 42

3.4. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan ... 45

4.1. Hasil Uji Validitas Tes Awal dan Tes Akhir ... 48

4.2. Hasil Uji Reliabilitas Tes Awal dan Tes Akhir ... 49

4.3. Hasil Uji Normalitas Tes Awal dan Tes Akhir Berdasarkan Kelas ... 50

4.4. Hasil Uji Normalitas Tes Awal Berdasarkan Kemampuan Awal ... 51

4.5. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Berdasarkan Kemampuan Awal ... 51

4.6. Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Kemampuan Awal Tinggi ... 52

4.7. Uji Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Kemampuan Awal Tinggi ... 52

4.8. Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Kemampuan Awal Sedang ... 53

(20)

4.10. Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif

pada Kemampuan Awal Rendah ... 54

4.11. Uji Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Kemampuan

Awal Rendah ... 55

4.12. Uji Homogenitas Interaksi ... 56

4.13. Hasil Uji Univariate ... 56

4.14. Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif dengan Resource

Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran ... 57

4.15. Uji Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif dengan Resource

Based Learning Menggunakan Multimedia ... 57

4.16. Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif dengan Direct

Instruction Menggunakan Buku ... 58

4.17. Uji Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif dengan Direct

(21)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan tidak dipungkiri adanya suatu proses belajar mengajar.

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Agar nilai

edukatif ini dapat terbentuk dengan baik maka dalam proses belajar mengajar

diperlukannya kemampuan awal. Kemampuan awal atau prior knowledge

merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran. Kemampuan awal pada

setiap siswa berbeda-beda. Terdapat siswa yang berkemampuan awal rendah,

sedang, dan tinggi. Pada umumnya kemampuan awal ini dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa.

Terlihat siswa yang memiliki kecenderungan kemampuan awal rendah akan

lebih sulit melanjutkan pelajaran berikutnya dibandingkan dengan siswa yang

memiliki kemampuan awal sedang. Begitu juga siswa yang mempunyai

kemampuan awal sedang akan lebih sulit melanjutkan pelajaran dibandingkan

dengan siswa yang memilki kemampuan awal tinggi. Kecenderungan inilah

yang dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi

dan wawancara dengan guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1

Tumijajar, diperoleh informasi bahwa pembelajaran fisika khususnya pada

materi pokok fluida statis masih sangat monoton dengan guru sebagai sumber

(22)

2 Model pembelajaran yang sering digunakan di SMA Negeri 1 Tumijajar

adalah direct instruction. Direct instruction adalah model pembelajaran yang

berpusat pada guru. Dalam pembelajaran ini peran guru sangat dominan.

Pembelajaran dengan model direct instruction, guru dituntut agar dapat

menjelaskan materi ajar dengan baik, guru hanya mementingkan terselesainya

materi pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tanpa

memperdulikan informasi yang terserap oleh siswa. Dalam hal ini siswa

hanya disuapi atas informasi yang berasal dari guru, dan siswa selalu merasa

sebagai objek pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran ini

pula siswa tidak perlu mencari informasi mengenai materi pembelajaran.

Selain itu, siswa diberi petunjuk mengenai hal-hal yang akan dilakukan dalam

proses pembelajaran, dan keterselesaian materi ajar yang tepat waktu.

Melihat dari hal tersebut, pembelajaran menggunakan model direct

instruction dengan kemampuan awal siswa yang berbeda-beda, maka untuk

memperoleh kemampuan yang lebih tinggi masih kecil kemungkinannya.

Dikarenakan siswa hanya dapat memperoleh informasi dari guru dan dalam

hal ini kecenderungan belajar siswa akan pasif. Sehingga pembelajaran ini

dirasa masih kurang efektif yang berdampak pada perolehan hasil belajar

yang rendah. Adapun untuk meningkatkan hasil belajar siswa, diperlukan

suatu pembelajaran dengan model menggunakana metode yang telah ada

melalui pendekatan yang variatif agar dapat mengarahkan siswa untuk

meningkatan hasil belajar. Salah satunya yaitu melalui pendekatan resource

based learning. Meskipun metode pembelajaran di SMA Negeri 1 Tumijajar

(23)

3 dianggap asing dan belum pernah dilakukan di SMA Negeri 1 Tumijajar.

Oleh karena itu, peneliti ingin mencobakan pendekatan resources based

learning dipadukan dengan metode yang sudah ada. Resource based learning

adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk memudahkan siswa

dalam mengatasi keterampilan siswa tentang luas dan keanekaragaman

sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Pada

pendekatan resource based learning siswa diberikan kebebasan dalam

memperoleh informasi dari berbagai sumber. Sehingga siswa dapat

berapresiasi menggunakan berbagai sumber belajar baik secara mandiri atau

kelompok dengan bimbingan guru untuk mencari informasi pembelajaran.

Pada pendekatan resource based learning guru bukanlah satu-satunya sumber

belajar karena semua media yang dapat memberikan informasi itulah yang

disebut sebagai sumber belajar. Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan

pendekatan resource based learning dengan menekankan pada sumber yang

akan digunakan adalah multimedia pembelajaran.

Multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi media yang

digunakan dalam proses pembelajaran serta dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses

belajar terjadi, bertujuan, dan terkendali. Multimedia yang digunakan pada

pendekatan resource based learning diharapkan akan membantu siswa dalam

belajar berdasarkan kemampuan awal melalui sumber belajar yang telah

disediakan sehingga berdampak pada hasil belajar yang lebih baik. Hasil

belajar antara kelas yang menggunakan pembelajaran resource based

(24)

4 dibandingkan dengan pembelajaran direct instruction yang menggunakan

sumber belajar buku pada umumnya. Dengan pembelajaran resources based

learning menggunakan multimedia pembelajaran diharapkan siswa menjadi

lebih tertarik mengikuti pembelajaran fisika yang berdampak pada hasil

belajar ranah kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran direct

instruction menggunakan sumber belajar buku pada umumnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, telah diadakan penelitian mengenai

“Analisis Hasil Belajar Ranah Kognitif Menggunakan Multimedia

Pembelajaran Melalui Pendekatan Resource Based Learning (RBL) ditinjau

dari Kemampuan Awal Siswa”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based

learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction

menggunakan buku pada kemampuan awal tinggi?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based

learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction

menggunakan buku pada kemampuan awal sedang?

3. Apakah ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based

learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction

(25)

5 4. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan resource

based learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct

instruction menggunakan buku terhadap hasil belajar ranah kognitif?

5. Apakah ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa pada

kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah dengan resource based

learning menggunakan multimedia pembelajaran?

6. Apakah ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa pada

kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah dengan direct instruction

menggunakan buku?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan

maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based learning

menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction

menggunakan buku pada kemampuan awal tinggi.

2. Perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based learning

menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction

menggunakan buku pada kemampuan awal sedang.

3. Perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based learning

menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction

menggunakan buku pada kemampuan awal rendah.

4. Interaksi antara kemampuan awal siswa dengan resource based learning

menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction

(26)

6 5. Perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa pada kemampuan awal

tinggi, sedang, dan rendah dengan resource based learning menggunakan

multimedia pembelajaran.

6. Perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa pada kemampuan awal

tinggi, sedang, dan rendah dengan direct instruction menggunakan buku.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan bahwa pendekatan resource based learning dapat digunakan

sebagai salah satu cara untuk memperoleh hasil belajar siswa ranah

kognitif yang lebih tinggi.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan guru atau calon guru untuk memilih

pembelajaran dalam mengajar fisika.

b. Dengan diterapkan pembelajaran yang sesuai dengan penyusunan

materi, siswa dapat mengerti materi secara jelas.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi penelitian ini dan memberikan arah yang jelas maka ruang

lingkup penelitian ini adalah:

1. Kemampuan awal (rendah, sedang, dan tinggi) merupakan hasil belajar

yang didapat sebelum mendapat kemampuan yang lebih tinggi.

Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat untuk belajar sehingga dapat

(27)

7 2. Resource based learning adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang

untuk memudahkan siswa dalam mengatasi keterampilan siswa tentang

luas dan keanekaragaman sumber-sumber informasi yang dapat

dimanfaatkan untuk belajar.

3. Sumber belajar yang digunakan adalah multimedia pembelajaran sebagai

kelas eksperimen yaitu software macromedia flash, PhET Simulation, dan

blog berisi materi pelajaran dan untuk kelas kontrol menggunakan buku

siswa sebagai sumber belajar.

4. Hasil belajar ranah kognitif adalah segala yang berhubungan dengan

kemampuan berpikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,

memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan

mengevaluasi.

5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah fluida tak bergerak sub materi

hukum Archimedes. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA1 dan

(28)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoretis

2.1.1 Kemampuan Awal (prior knowledge)

Kemampuan awal merupakan hasil belajar yang didapat sebelum mendapat

kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan awal siswa merupakan

prasyarat untuk mengikuti pembelajaran sehingga dapat melaksanakan

proses belajar dengan baik. Kemampuan seseorang yang diperoleh dari

pelatihan selama hidupnya, dan apa yang dibawa untuk menghadapi suatu

pengalaman baru. Menurut Rijal (2011: 1) bahwa kemampuan awal adalah

prasyarat awal untuk mengetahui adanya perubahan. Sedangkan menurut

Tatang (2009: 1) kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam

menerima pelajaran yang akan disampaikan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka kemampuan awal siswa ini

penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat,

tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Kemampuan awal juga berguna

untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Kemampuan awal lebih

rendah dari pada kemampuan baru dalam pembelajaran, kemampuan awal

merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki

(29)

9 siswa yang mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat

memahami materi dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai

kemampuan awal dalam proses pembelajaran. Kemampuan awal juga bisa

disebut dengan prior knowledge. Prior knowledge merupakan langkah

penting di dalam proses belajar, dengan demikian setiap guru perlu

mengetahui tingkat prior knowledge yang dimiliki para peserta didik. Secara

tidak langsung prior knowledge akan dapat keluar dari simpanan para

peserta didik apabila ada trigger atau pemicu. Dalam proses pembelajaran

kemampuan awal dapat diambil dari nilai yang sudah didapat sebelum

materi baru diperoleh. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus

dimiliki siswa sebelum memasuki materi pelajaran berikutnya yang lebih

tinggi. Kemampuan awal dapat juga diambil dari nilai tes. Selain itu juga

dapat menggunakan interview atau cara-cara lain yang cukup sederhana

seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan secara acak dengan distribusi

perwakilan yang representatif.

Menurut Emnoeh (2011: 32-34) ada tujuh jenis kemampuan awal yang

dapat digunakan untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian, dan

pengungkapan kembali pengetahuan baru serta terdapat tiga langkah yang

perlu dilakukan dalam menganalisis kemampuan awal siswa.

Ketujuh jenis pengetahuan itu adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (arbitraly meaningful

knowledge) sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hapalan (yang tak bermakna;

b. Pengetahuan analogis (analogi knowledge), yang mengaitkan

(30)

10

c. Pengetahuan tingkat tinggi (superordinate knowlage), yang dapat

berfungsi sebagai kerangka kaitan lanjut bagi pengetahuan baru;

d. Pengetahuan setingkat (coordinate knowledge), yang dapat

memenuhi fungsinya sebagai pengetahuan asosiatif dan atau komparatif;

e. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge),

yang berfungsi untuk mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh-contoh;

f. Pengetahuan pengalaman (experienitial knowlage) yang memiliki

fungsi sama dengan pengetahuan tinggi yang lebih rendah, yaitu untuk mengkonkritkan dan menyediakan contoh-contoh bagi pengetahuan baru;

g. Strategi kognitif, yang menyediakan cara-cara mengolah

pengetahuan baru mulai dari penyimpanan sampai dengan pengungkapan kembali pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan.

Tiga langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisis kemampuan awal siswa, yaitu:

a. Melakukan pengamatan (observation) kepada siswa secara

perorangan. Pengamatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan awal yang digunakan untuk mengetahui konsep-konsep, prosedur-prosedur, atau prinsip-prinsip yang telah dikuasai oleh siswa terkait dengan konsep, prosedur, atau prinsip yang akan diajarkan;

b. Tabulasi karakteristik pribadi siswa. Hasil pengemasan yang

dilakukan pada langkah pertama ditabulasi untuk mendapatkan klasifikasi dan rinciannya;

c. Pembuatan daftar strategi karakteristik siswa. Ada beberapa macam

instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang

karakteristik siswa meliputi: observasi, wawancara, angket, daftar pertanyaan, dan melakukan tes.

Berdasarkan pendapat di atas terdapat tujuh jenis kemampuan awal yang

dapat digunakan untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian, dan

pengungkapan kembali pengetahuan baru, siswa yang mempunyai

kemampuan awal sesuai dengan tujuh kemampuan awal tersebut maka dapat

memperoleh informasi yang lebih tinggi secara mudah dibandingkan dengan

siswa yang berkemampuan awal rendah. Selain itu juga untuk dapat

(31)

11 dilakukan dalam menganalisis kemampuan awal siswa yaitu melakukan

pengamatan (observation) kepada siswa secara perorangan, tabulasi

karakteristik pribadi siswa, dan pembuatan daftar strategi karakteristik

siswa.

2.1.2 Multimedia Pembelajaran

Saat ini pendidikan di Indonesia sudah menggunakan banyak multimedia

untuk membantu pembelajaran. Multimedia pembelajaran terdiri dari dua

kata yaitu multimedia dan pembelajaran. Multimedia diambil dari kata multi

dan media. Menurut Ariyus (2009: 2) bahwa multi berarti banyak dan

media biasa diartikan alat untuk menyampaikan atau membuat sesuatu,

perantaraan, alat pengantar, suatu bentuk komunikasi seperti surat kabar,

majalah, atau televisi. Sedangkan menurut Arsyad (2011: 171) bahwa

multimedia juga dapat diartikan berbagai macam kombinasi grafik, teks,

suara, video, dan animasi.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli maka multimedia dapat diartikan

lebih dari satu media dengan berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara,

video, dan animasi sehingga dapat menyampaikan atau membuat sesuatu,

perantaraan, alat pengantar, suatu bentuk komunikasi seperti surat kabar,

majalah, atau televisi. Multimedia ini adalah jenis media yang dapat

(32)

12 Selanjutnya Ariyus (2009: 2) menyatakan adapun komponen sistem

multimedia yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Komponen multimedia

Sedangkan menurut Janiansyah (2009: 1) multimedia adalah kombinasi dari

komputer dan video. Dari gambar di atas menyatakan bahwa jika salah satu

komponen tidak ada, bukan multimedia dalam arti luas namanya. Misalnya,

jika tidak ada komputer untuk berinteraksi, maka itu namanya media

campuran, bukan multimedia. Kalau tidak ada alat navigasi yang

memungkinkan untuk memilih jalannya suatu tindakan maka itu namanya

film, bukan multimedia. Demikian juga jika tidak mempunyai ruang untuk

berkreasi dan menyumbangkan ide sendiri, maka namanya televisi, bukan

multimedia.

Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu multimedia linier dan

multimedia interaktif. Daryanto (2010: 51) berpendapat bahwa multimedia

linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol

apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Selanjutnya Syailendra

(2009: 1) berpendapat bahwa multimedia interaktif adalah suatu multimedia

yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh

Grafik Teks

Sistem Multimedia

Animasi Audio

Komputer

(33)

13 pengguna, sehingga pengguna dapat memilih sesuatu yang dikehendaki

untuk proses selanjutnya.

Adapun contoh multimedia linier (berjalan sekuensial atau berurutan),

contohnya: TV dan film. Sedangkan contoh multimedia interaktif adalah

multimedia pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan lain-lain. Dengan

adanya multimedia linier dan interaktif dapat bermanfaat bagi pembelajaran

guna membantu untuk memvisualisasikan untuk mengkonkritkan sesuatu

yang abstrak. Kata pembelajaran merupakan terjemahan dari istilah bahasa

Inggris yaitu instruction. Instruction diartikan sebagai proses interaksi antar

guru dan siswa yang berlangsung secara dinamis.

Menurut Asyhar (2011: 7) bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan

upaya membelajarkan pelajar (anak, siswa, dan peserta didik). Hal ini

diperkuat oleh Djamarah dan Zain (2010: 38) bahwa pembelajaran adalah

upaya yang dilakukan oleh pembelajar (guru dan instruktur) dengan tujuan

untuk membantu siswa agar bisa belajar dengan mudah.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas maka pembelajaran adalah

suatu upaya yang dapat dilakukan oleh siapa saja dengan tujuan agar

membantu siapa saja agar belajar menjadi mudah. Dari uraian di atas,

apabila kedua konsep tersebut digabungkan maka multimedia pembelajaran

dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses

pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan,

(34)

14 dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi,

bertujuan dan terkendali.

Selanjutnya Daryanto (2010: 52) menyatakan adapun keunggulan dan

karakteristik multimedia pembelajaran, yaitu:

Keunggulan multimedia, antara lain:

a. Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata;

b. Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin

dihadirkan ke sekolah;

c. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan

berlangsung cepat atau lambat;

d. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh;

e. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya;

f. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.

Karakteristik multimedia pembelajaran, antara lain:

a. Memiliki lebih dari satu media yang konvergen;

b. Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk

mengakomodasi respon pengguna;

c. Bersifat mandiri, dalam pegertian memberi kemudahan dan

kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakantan pa bimbingan orang lain.

Melihat keungulan dan karakteristik multimedia dapat disimpulkan bahwa

secara umum multimedia adalah media yang cocok digunakan sebagai

sarana penunjang pembelajaran dikarenakan dapat membantu proses

pembelajaran lebih menjadi lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu

mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan, dan

proses belajar mengajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, serta

belajar siswa dapat ditingkatkan.

Terdapat prinsip utama dalam pembuatan bahan ajar multimedia yaitu harus

(35)

15 multimedia adalah media pembelajaran yang berbasis teknologi multimedia.

Bahan ajar multimedia paling sederhana adalah bahan presentasi

menggunakan powerpoint. Selain itu juga dibutuhkan kriteria pembuatan

bahan ajar menurut Asyhar (2011: 172) multimedia, yaitu:

a. Tampilan harus menarik;

b. Narasi atau bahasa harus jelas dan mudah dipahami oleh peserta

didik;

c. Materi disajikan secara interaktif;

d. Kebutuhan untuk mengakomodasi berbagai model (styles) yang

berbeda dalam belajar;

e. Karakteristik dan budaya personal dari populasi yang akan

dijadikan target;

f. Sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik materi, dan tujuan

yang ingin dicapai;

g. Dimungkinkan untuk digunakan sebagai salah satu media

pembelajan;

h. Memungkinkan ditampilkan sesuatu virtual learning environment

(lingkungan belajar virtual);

i. Proses pembelajaran adalah salah suatu komunitas utuh, bukan

sporadik dan kajian terpisah-pisah (disconnected event).

Selanjutnya dibutuhkan juga format pembuatan multimedia menurut

Daryanto (2010: 54-56), yaitu: a) Tutorial; b) Driil dan practice; c)

Simulasi, d) Percobaan atau eksperimen; dan e) Permaianan.

Sesuai dengan pernyataan para ahli di atas apabila pembuatan multimedia

dilakukan sesuai dengan sasaran, tujuan, dan kriteria yang telah ditentukan

maka multimedia ini sudah dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu juga multimedia agar

dapat dipergunakan sebagaimana mestinya diperlukan format pembuatan

yang disesuaikan. Dengan memenuhi format pembuatan multimedia maka

(36)

16 Daryanto (2010: 59-62) juga menegaskan selain mempunyai manfaat dan

keunggulan. Multimedia juga memiliki dampak dalam pembelajaran, yaitu:

a. Masalah filosofis, ada dua masalah yaitu kaum objektivis dan

kaum konstruktivis;

b. Lingkungan belajar multimedia interaktif dapat dikategorikan

dalam dalam tiga jenis yaitu lingkungan belajar preskriptif, demokratis dan sibernetik;

c. Sebagian besar peneliti mengatakan bahwa siswa bisa

diberdayakan melalui kontrol yang lebih besar atas belajarnya tetapi siswa juga bisa dihambat melalui kontrol atas belajarnya;

d. Adanya sifat umpan balik tergantung pada lingkungan di mana

multimedia digunakan;

e. Siswa seolah-olah dikondisikan untuk menjadi

individualis-individualis dan kontak sosial dengan teman-teman menjadi sesuatu yang asing.

Menurut pernyataan yang telah dipaparkan di atas selain mempunyai

manfaat dan keunggulan, multimedia juga memiliki dampak dalam

pembelajaran apabila dalam pembuatannya sesuai dengan format yang telah

ditentukan. Sehingga manfaat dan keunggulan multimedia dapat dirasakan

secara utuh dalam pembelajaran.

2.1.3 Resource Based Learning

Seiring dengan kemajuan Iptek maka pembelajaran akan semakin inovatif

dengan berbagai teknologi, salah satunya adalah belajar berbasis aneka

sumber. Belajar berbasis aneka sumber memanfaatkan sumber-sumber yang

dapat digunakan untuk mendapatkan informasi belajar. Menurut Siregar

(2008: 4), penggunaan berbagai sumber belajarlah yang merupakan

(37)

17 belajar fleksibel, sehingga istilah belajar berbasis aneka sumber sebenarnya

sudah tercakup di dalamnya.

Sedangkan Nasution (2010: 25), bahwa:

Sebenarnya istilah belajar berbasis aneka sumber bukanlah sesuatu yang baru karena siswa telah lama menggunakan sumber belajar seperti buku, kemudian terjadi peningkatan penggunaan media termasuk bahan-bahan belajar terbuka, petunjuk belajar, petunjuk buku teks, buku kerja, paket-paket video dan audio.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dengan belajar berbasis aneka

sumber tidak ada penghalang untuk melakukan pembelajaran dimana saja

dan kapan saja. Karena dengan belajar berbasis aneka sumber jarak sudah

tidak menjadi masalah yang perlu lagi dicari jalan keluarnya. Belajar

berbasis aneka sumber telah lama digunakan. Namun belum sepenuhnya

berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber-sumber yang

dapat digunakan sebagai informasi belajar.

Menurut Suryosubroto (2009: 215) resource based learning, yaitu:

(38)

18 Nasution (2009:216) memperkuat dengan menyatakan bahwa:

Pembelajaran berdasarkan sumber “resource based learning” melibatkan keikutsertaan secara aktif dengan berbagai sumber (orang, buku, jurnal, surat kabar, multimedia, web, dan masyarakat), di mana para siswa akan termotivasi untuk belajar dengan berusaha meneruskan informasi sebanyak mungkin.

Beberapa pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan dalam resource

based learning guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. Murid

dapat belajar dalam kelas, dalam laboratorium maupun dalam ruang

perpustakaan, dalam ruang sumber belajar yang khusus atau bahkan di luar

sekolah, bila ia mempelajari lingkungan yang berhubungan dengan tugas

atau masalah tertentu. Dalam segala hal, murid itu sendiri aktif, apakah ia

belajar menurut langkah-langkah tertentu seperti dalam belajar berprogram

atau menurut pemikirannya sendiri untuk memecahkan masalah tertentu.

Belajar berbasis sumber (resource based learning ) membutuhkan sejumlah

sumber belajar baik secara individual ataupun kelompok. Arsyad (2011: 3)

berpendapat bahwa sumber belajar menurut AECT (association of

education and communication technology) meliputi semua sumber yang

dapat digunakan oleh pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk

gabungan, biasanya dalam situasi informasi, untuk memberikan fasilitas

belajar. Sedangkan menurut Siregar (2008: 2), yaitu:

(39)

19 Pernyataan para ahli bahwa agar pendekatan resource based learning ini

dapat bermanfaat sesuai dengan sasaran pendidikan yang tepat dan dapat

disimpulkan bahwa pendekatan resource based lerning merupakan suatu

pendekatan yang menggunakan berbagai sarana atau alat yang digunakan

guru dalam proses pembelajaran sebagai perantara komunikasi dalam

menyampaikan isi materi pelajaran meliputi semua sumber yang dapat

digunakan oleh pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk

gabungan, biasanya dalam situasi informasi, untuk memberikan fasilitas

belajar.

Menurut Nasution (2010: 30-31) dalam pelaksanaan resource based

learning perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengetahuan yang ada, ini mengenai pengetahuan guru tentang

latar belakang murid dan pengetahuan murid tentang bahan pelajaran;

b. Tujuan pelajaran, guru harus merumuskan dengan jelas tujuan

yang apa yang ingin dicapai dengan pelajaran itu;

c. Memilih metodelogi; metode pengajaran banyak ditentukan oleh

tujuan;

d. Koleksi dan penyediaan bahan, harus diketahui bahan dan alat

yang dimilki oleh sekolah; dan

e. Penyediaan tempat.

Sedangkan menurut Siregar (2008: 3) untuk menjamin bahwa sumber

belajar adalah sebagai sumber belajar yang cocok, harus memenuhi tiga

persyaratan, yaitu: a) Harus dapat tersedia dengan cepat; b) Harus dapat

memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri; c) Harus bersifat

(40)

20 Menanggapi pernyataan tersebut walaupun banyak sumber belajar yang

dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, namun harus memenuhi tiga

persyaratan sumber belajar, maka tidak semua sumber belajar dapat

digunakan dengan memerhatikan pelaksaan resource based learning.

Apabila salah satu sumber belajar tidak memenuhi persyaratan tersebut

maka sumber belajar tidak dapat efektif untuk digunakan.

Adapun ciri-ciri belajar berbasis sumber menurut Nasution (2010: 26-28),

yaitu:

a. Memanfaatkan sepenuhnya segala informasi sebagai sumber

belajar;

b. Berusaha memberi pengertian kepada siswa tentang luas dan

aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar;

c. Berhasrat untuk mengganti fasilitas siswa dalam belajar

tradisional dengan belajar aktif didorong oleh minat dan keterlibatan diri dalam pendidikannya;

d. Berusaha untuk meningkatkan moivasi belajar dengan meyajikan

berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, metode kerja, dan medium komunikasi yang berbeda sekali dengan kelas

konvensional yang mengharuskan para siswa belajar yang sama dengan cara yang sama;

e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja menurut

kecepatan dan kesanggupan masing-masing dan tidak dipaksa menurut kecepatan yang sama dalam hubungan kelas;

f. Lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar;

g. Berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri siswa dalam hal

belajar yang memungkinkannya untuk melanjutkan belajar sepanjang hidupnya.

Berdasarkan ciri-ciri belajar berbasis sumber maka siswa memiliki

kebebasan mencari informasi dari bebagai sumber yang ada yang

menurutnya cocok untuk digunakan. Dengan kesempatan yang diberikan

dalam belajar berbasis sumber maka dapat membuat siswa menjadi lebih

(41)

21 meningkatkan moivasi belajar dengan meyajikan berbagai kemungkinan

tentang bahan pelajaran, metode kerja, dan medium komunikasi yang

berbeda sekali dengan kelas konvensional yang mengharuskan para siswa

belajar yang sama dengan cara yang sama.

Menurut Hadi (2010: 1) tujuan belajar berbasis aneka sumber (resource

based learning) adalah sebagai berikut:

a. Membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya

kepada peserta didik;

b. Guru dapat mengetahui perbedaan individu baik dalam hal gaya

belajar, kemampuan, kebutuhan, minat, dan pengetahuan siswa;

c. Mendorong pengembangan kemampuan memecahkan masalah,

mengambil keputusan, dan keterampilan mengevaluasi;

d. Mendorong siswa untuk bertanggung jawab terhadap belajarnya

sendiri;

e. Menyediakan peluang kepada siswa untuk menjadi pengguna

teknologi informasi dan komunikasi yang efektif;

Selanjutnya Siregar (2008: 5-6) menyatakan bahwa belajar berbasis aneka

sumber memberikan berbagai keuntungan antara lain:

a. Selama pengumpulan informasi terjadi kegiatan berpikir yang

kemudian akan menimbulkan pemahaman yang mendalam dalam belajar;

b. Mendorong terjadinya pemusatan perhatian terhadap topik

pembelajaran;

c. Meningkatkan ketrampilan berpikir seperti ketrampilan

memecahkan masalah, memberikan pertimbangan-pertimbangan dan melakukan evaluasi melalui penggunaan informasi dan penelitian secara mandiri;

d. Meningkatkan perolehan ketrampilan pemrosesan informasi

secara efektif, dengan mengatahui sifat dasar informasi dan keberagamannya;

e. Memungkinkan pengumpulan informasi sebagai proses yang

berkesinambungan;

f. Meningkatkan sikap murid dan guru;

g. Membuat orang antusias belajar dan terinspirasi untuk

(42)

22

h. Meningkatkan prestasi akademik dalam penguasaan materi, sikap

dan berpikir kritis.

Berdasarkan pernyataan para ahli di atas tujuan dan keuntungan belajar

berbasis sumber yaitu dalam hal ini guru terlibat dalam setiap langkah

proses belajar, dari perencanaan, penentuan, dan mengumpulkan

sumber-sumber informasi, memberi bantuan apabila diperlukan dan bila dirasakan

perlu memperbaiki kesalahan. Dengan belajar berbasis aneka sumber siswa

dapat belajar bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri. Sehingga

siswa dapat belajar dengan kesungguhan dengan memanfaatkan segala

ketrampilan yang ada pada diri setiap individu.

2.1.4 Direct Instruction

Pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang terpusat pada guru

(teacher center). Dalam pembelajaran ini peran guru sangat dominan. Guru

dituntut agar dapat menjelaskan materi ajar dengan baik dan memberi

petunjuk mengenai hal-hal yang akan dilakukan oleh siswa dalam proses

pembelajaran. Model pembelajaran langsung didasarkan atas teori belajar

behavioristik. Paradigma behaviorisme memandang belajar sebagai

perubahan tingkah laku yang didasarkan kepada unsur stimulus – respon

(S-R). Aspek yang mendorong S-R adalah kebutuhan dan stimulus

kemudian muncul respon. Unsur yang paling penting adalah reinforcement

atau penguatan. Penguatan berfungsi untuk memotivasi siswa agar ia

(43)

23 respons yang diberikan dalam tugas itu. Proses S-R dapat bertahap-tahap

hingga perilaku itu terjadi.

Gambar 2.2. Proses Pembelajaran Direct Instruction

(Dantes, 2009: 2)

Proses stimulus-stimulus ini terdiri dari beberapa unsur. Pertama, unsur

dorongan, siswa merasakan adanya kebutuhan sesuatu dan dorongan untuk

memenuhi kebutuhan ini. Kedua, unsur stimulus, siswa diberikan stimulus

yang selanjutnya akan dapat menyebabkan siswa memberikan respons.

Ketiga, unsur respon, siswa memberikan suatu reaksi (respons) terhadap

stimulus yang diterimanya dengan jalan melakukan suatu tindakan yang

dapat dilihat. Keempat, unsur penguatan (reinforcement), unsur ini

diberikan kepada siswa agar siswa merasakan adanya kebutuhan untuk

memberikan respons lagi. Demikian selanjutnya sehingga siswa dirangsang

terhadap stimulus tertentu untuk menimbulkan respons.

Prinsip-prinsip teori behaviorisme sebagaimana dinyatakan Soekamto

(2009: 19) banyak dipakai, diantaranya, yaitu:

1. Materi pelajaran dibentuk dalam unit-unit kecil dan diatur

berdasarkan urutan yang logis sehingga siswa mudah mempelajarinya;

2. Dalam proses belajar siswa ikut berpartisipasi aktif di dalamnya;

3. Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung

sehingga siswa dapat segera mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum,

(44)

24

4. Setiap kali siswa memberikan respons yang benar maka ia perlu

diberi penguatan.

Sedangkan menurut Dahar (2009: 30-32), bahwa ada beberapa prinsip yang

melandasi teori prilaku, adalah sebagai berikut:

1. Konsekuensi-konsekuensi; bahwa prilaku berubah menurut

konsekuensi-konsekuensi langsung. Prilaku menyenangkan akan memperkuat, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan melemahkan. Konsekuensi yang menyenangkan biasanya disebut reinforser, sedangkan yang melemahkan disebut hukuman (Punishers);

2. Kesegeraan (immediacy); bahwa konsekuensi-konsekuensi yang

mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku dari pada konsekuensi-konsekuensi yang lambat datangnya;

3. Pembentukan (shaping); bahwa dalam mengajarkan

keterampilan-keterampilan baru atau perilaku-perilaku dengan memberikan reinforsemen pada para siswa dalam mendekati perilaku akhir yang diinginkan.

Tugas guru dalam model pembelajaran langsung adalah membantu siswa

memperoleh pengetahuan secara deklaratif. Model pengajaran langsung

dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang

pengetahuan deklaratif. Fase pembelajaran pada model pembelajaran

langsung antara lain, guru mengawali pelajaran dengan tujuan dan latar

belakang pembelajaran serta memotivasi siswa untuk menerima penjelasan

yang diberikan oleh guru secara langsung. Fase persiapan dan motivasi yang

diikuti dengan presentasi materi ajar atau demonstrasi tentang keterampilan

tertentu yang diberikan oleh guru. Pelajaran ini termasuk juga pemberian

kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan

(45)

25 memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau

keterampilan yang telah dipelajari (Dahar, 2009: 10).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran direct

instruction adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Dalam

pembelajaran ini peran guru sangat dominan. Guru dituntut agar dapat

menjelaskan materi ajar dengan baik dan memberi petunjuk mengenai

hal-hal yang akan dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Tugas guru

adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan secara deklaratif.

Pengetahuan deklaratif menyatakan pengetahuan tentang sesuatu, misalnya

dalam menghafal rumus atau hukum tertentu dalam sains. Kekuatan yang

paling penting dalam pengajaran ini adalah reinforcement yang berfungsi

memotivasi siswa agar dapat merasakan adanya kebutuhan untuk

melakukan tugas pelajaran melalui respon yang diberikan dalam tugas itu.

2.1.5 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa

dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil

belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Hasil

belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam

proses pembelajaran. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya

proses pembelajaran. Menurut Hamalik (2007: 159) bahwa hasil belajar

menunjukkan pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu

merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Sedangkan

(46)

26 pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Penacapaian belajar ini

dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hasil belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran

yang dicerminkan melalui angka atau skor setelah melakukan tes maupun

non tes. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes

maupun non tes dilakukan. Untuk mengukur hasil belajar biasanya guru

melakukan kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan cara

memberikan tes pada akhir pembelajaran seperti tes akhir, tes formatif, tes

sumatif yang dapat menunjukkan sejauh mana penguasaan siswa tehadap

suatu materi tersebut.

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku dalam

bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan tersebut

terjadi dengan peningkatan dan pengembangan yang lebih baik

dibandingkan dengan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi

tahu.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) hasil belajar merupakan hasil dari

suatu interaksi belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar

merupakan puncak proses belajar. Selanjutnya adapun dampak pengiring,

dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang

(47)

27 Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan

siswa tampak pada evaluasi hasil belajar siswa, hasil belajar diperoleh

setelah berakhirnya proses pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam belajar

tergantung dari aktivitas belajar siswa itu sendiri. Karena aktivitas yang

tinggi dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap pelajaran yang

diterimanya. Sehingga keberhasilan proses belajar mengajar diukur dari

hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar dapat

dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak

pengajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti yang tertuang dalam

angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan melompat setelah

latihan. Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang

disampaikan. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses

pembelajaran.

Menurut Hamalik (2007: 30-31), yaitu:

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada setiap aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu, adalah:

(48)

28 Sedangkan menurut Slameto (2008:131) hasil belajar itu sendiri meliputi 3

aspek, yaitu: a) Keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif);

b) Kepribadian atau sikap (afektif); c) Keterampilan atau penampilan

(psikomotor). Sedangkan hasil belajar dalam kecakapan kognitif menurut

Dimyati dan Mudjiono (2009: 10) memiliki beberapa tingkatan, yaitu:

a. Informasi non verbal

b. Informasi fakta dan pengetahuan verbal

c. Konsep dan prinsip

d. Pemecahan masalah dan kreatifitas

Berdasarkan pernyataan para ahli di atas bahwa hasil belajar diakhir dari

suatu proses pembelajaran, maka siswa akan memperoleh suatu hasil

belajar. Hasil belajar tampak apabila terjadi perubahan tingkah laku pada

diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap

dan keterampilan. Nilai aspek kognitif diperoleh dari pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis siswa yang dievaluasi di setiap

akhir pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam

bentuk hasil belajar siswa. Pendapat dari Slameto ini menunjukkan hasil

perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus

pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa

tersebut. Perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh baik

perubahan pada perilaku maupun kepribadian secara keseluruhan.

Sardiman (2009: 95) menyatakan bahwa belajar adalah berbuat dan

sekaligus proses yang membuat anak didik harus aktif. Aktivitas belajar

merupakan prinsip atau azas yang sangat penting di dalam interaksi belajar

(49)

29 sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak

didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama

tersimpan di dalam benak anak didik.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa

tidak hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru saja tetapi lebih

dari itu seperti diskusi, melakukan percobaaan, memecahkan masalah, dan

lain-lain yang dapat merangsang motivasi siswa untuk terus belajar. Ini

menunjukkan bahwa aktivitas selama pembelajaran dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa. Siswa yang selama pembelajaran aktif mungkin akan

memberikan hasil belajar yang lebih besar dibandingkan dengan siswa yang

tidak aktif selama pembelajaran.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 13), bahwa:

Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.

Djamarah dan Zain (2010: 121) menambahkan bahwa setiap proses belajar

mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil

belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar.

Berdasarkan pernyataan para ahli di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar

merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah

yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar

(50)

30 suatu pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu evaluasi atau tes dan

dinyatakan dalam bentuk angka.

Menurut Dalyono (2009: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian

hasil belajar siswa, yaitu:

a. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan,

intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar;

b. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan

keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Menurut Daryanto (2010: 100) ada tiga ranah yang menjadi sasaran dalam

evaluasi hasil belajar yaitu “ ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotor”. Namun dalam penelitian ini hasil belajar siswa dibatasi pada

ranah kognitif saja. Selanjutnya adapun aspek kognitif dibedakan atas enam

jenjang diantaranya: pengetahuan (knowledge), pemahaman

(comprehension), penerapan (aplication), analisis (analysis), sintsis

(syntesis), dan evaluasi penilaian (evaluation).

Merujuk pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari

proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal

dari dalam diri siswa (faktor internal). Untuk mendapatkan hasil belajar

yang memuaskan, maka seorang siswa harus biasa mengelola faktor-faktor

ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari dalam dirinya. Belajar

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan

maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Keberhasilan proses belajar

yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh

(51)

31 pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis siswa yang dievaluasi di setiap

akhir pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam

bentuk hasil belajar siswa. Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu

pembelajaran pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan seseorang

yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat diukur

dengan menggunakan tes hasil belajar.

2.2 Kerangka Pikir

Kenyataannya fisika di sekolah masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit,

menakutkan bahkan kurang menyenangkan. Oleh karena itu, dibutuhkan

kemampuan awal agar siswa lebih siap menghadapi pembelajaran.

Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat untuk mengikuti

pembelajaran. Kemampuan awal atau prior knowledge juga berguna untuk

mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam pembelajaran

selanjutnya. Dalam diri setiap siswa terdapat perbedaan kemampuan awal.

Terdapat siswa yang berkemampuan awal rendah, sedang, dan tinggi.

Siswa yang memiliki kecenderungan kemampuan awal rendah akan labih

sulit melanjutkan pelajaran berikutnya dibandingkan dengan siswa yang

memiliki kemampuan awal sedang. Begitu juga siswa yang mempuanyai

kemampuan awal sedang akan lebih sulit melanjutkan pelajaran

dibandingkan dengan siswa yang memilki kemampuan awal tinggi. Dalam

pembelajaran ini akan dipilih 2 kelas sampel, 1 kelas eksperimen sebagai

kelas yang diberi perlakuan dan 1 kelas kontrol sebagai kelas pembanding.

(52)

32 instruction menggunakan buku sebagai sumber belajar dan kelas

eksperimen dengan resource based learning menggunakan multimedia

pembelajaran. Pada pembelajaran kelas eksperimen ataupun kelas kontrol

akan dibentuk suatu kelompok kecil berisi kelompok-kelompok yang

heterogen, yaitu dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang memiliki

kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah. Pada kelas eksperimen sumber

belajar yang akan digunakan adalah multimedia pembelajaran (macromedia

flash, PhET Simulation, dan blog berisi materi pembelajaran), sedangkan

pada kelas kontrol adalah buku siswa.

Hasil belajar antara kelas yang diterapkan resource based learning

menggunakan multimedia pembelajaran berbeda dan lebih efektif

dibandingkan dengan kelas yang diterapkan direct instruction menggunakan

buku. Pembelajaran resource based learning siswa lebih bebas dalam

berapresiasi mencari informasi belajar sesuai dengan sumber belajar yang

ada. Dengan menggunakan multimedia pembelajaran melalui pembelajaran

resources based learning siswa menjadi lebih tertarik belajar fisika yang

berdampak pada hasil belajar ranah kognitif lebih tinggi yang dijelaskan

(53)

33

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

2.3 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam

penelitian ini antara lain:

1. Hipotesis Pertama

H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource

based learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct

instruction menggunakan buku pada kemampuan awal tinggi.

H1 : Ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based

learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct

instruction menggunakan buku pada kemampuan awal tinggi. Kemampuan Awal Siswa

Tinggi Sedang Rendah

Hasil Belajar Ranah Kognitif

Tes akhir Tes akhir

RBL-Multimedia DI-Buku

(54)

34

2. Hipotesis Ke-dua

H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource

based learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct

instruction menggunakan buku pada kemampuan awal sedang.

H1 : Ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based

learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct

instruction menggunakan buku pada kemampuan awal sedang.

3. Hipotesis Ke-tiga

H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource

based learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct

instruction menggunakan buku pada kemampuan awal rendah.

H1 : Ada hasil belajar ranah kognitif antara resource based learning

menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction

menggunakan buku pada kemampuan awal rendah.

4. Hipotesis Ke-empat

H0 : Tidak ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan resource

based learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct

instruction menggunakan buku terhadap hasil belajar ranah kognitif.

H1 : Ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan resource based

learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct

(55)

35

5. Hipotesis Ke-lima

H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa dengan

kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah pada resource based

learning menggunakan multimedia pembelajaran.

H1 : Ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa dengan

kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah pada resource based

learning menggunakan multimedia pembelajaran.

6. Hipotesis Ke-enam

H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa dengan

kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah pada direct instruction

menggunakan buku.

H1 : Ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa dengan

kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah pada direct instruction

(56)

III.METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012

antara bulan Januari-Juni 2012 di SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten

Tulangbawang Barat.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester

genap SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulangbawang Barat pada tahun

pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari empat kelas, yaitu XI IPA1 sampai

dengan XI IPA4. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan pertimbangan tertentu, kemudian yang terambil sebagai sampel

adalah kelas XI IPA1 yang berjumlah 25 siswa sebagai kelas ekperimen dan

kelas XI IPA2 yang berjumlah 26 siswa sebagai kelas kontrol.

3.3 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian desain faktorial. Dalam penelitian ini dua

kelas yang dijadikan sampel diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelas XI

Gambar

Grafik Teks
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian
Tabel 3.2 Indeks Reliabilitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kegiatan Expo&pemberian penghargaan terhadap inovasi produk industri skala kecil & menengah melalui partisipasi pameran di dalam dan luar negeri dan pengembangan Bali

Nilai tersebut lebih besar dari nilai rata – rata delay keseluruhan client, namun masih dalam kategori baik atau dapat diterima oleh banyak aplikasi dengan melihat

Penetapan kadar tramadol HCl kapsul dengan menggunakan metode titrasi semi bebas air dapat digunakan dan memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995. Kata kunci :

Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Segitiga Dan Segiempat Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle Dan Learning Trajectory1.

Penetapan kadar tramadol HCl kapsul dengan menggunakan metode titrasi semi bebas air dapat digunakan dan memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995.. Kata kunci :

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan pada alat uji, dapat dipastikan.. bahwa performance dari mesin Air Conditioner yang telah

18 Untuk merencanakan suatu Fondasi bangunan diperlukan penyelidikan tanah yang biasanya di sebut soil test, pada intinya soil test untuk mengetahui pada kedalaman berapa