ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN
RESOURCE BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
(Skripsi)
Oleh UJI YASMITA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN
RESOURCE BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
Oleh UJI YASMITA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Uji Yasmita
ABSTRACT
ANALYSIS OF COGNITIVE LEARNING USE MULTIMEDIA THROUGH APPROACH RESOURCE BASED LEARNING
THE REVIEWED FROM PRIOR KNOWLEDGE By
Uji Yasmita
In this research is used for Direct Instructions to use the books as a comparison to find out the influence of the application of Resource Based Learning using
multimedia learning the cognitive learning viewed from the prior knowledge. The purpose of this research is to know; (1) The difference of cognitive learning
between Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books in high prior knowledge, (2) The differences of cognitive learning between
Resource Based Learning using multimedia and Direct Instruction using books in medium prior knowledge, (3) The difference of cognitive learning between Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books in low prior knowledge, (4) Interaction between prior knowledge with Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books about cognitive learning, (5) The difference of cognitive learning between the student in high prior
Uji Yasmita with method of purposive sampling are XI IPA1 and XI IPA2. The research design used is 2 x 3 factorial design is a modification of a quasi experimental design.
The concluded are there is difference of cognitive learning between Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books in high prior knowledge, there is not differences of cognitive learning between Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books in medium prior
knowledge, there is difference of cognitive learning between Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books in low prior knowledge, there is interaction between prior knowledge with Resource Based Learning use multimedia and Direct instruction use books about cognitive learning, there is the difference of cognitive learning between the student in high prior knowledge, medium, and low with Resource Based Learning use multimedia, and there is not the difference of cognitive learning between the students in high prior knowledge, medium and low with Direct instruction use books.
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:
Nama : Uji Yasmita
NPM : 0853022054
Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika
Alamat : Daya Asri Kec. Tumijajar Kab. Tulangbawang Barat
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandarlampung, Juli 2012
Uji Yasmita
Judul Skripsi : ANALISIS HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF MENGGUNAKAN
MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN
RESOURCE BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
Nama Mahasiswa : Uji Yamita
Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022054
Program Studi : Pendidikan Fisika
Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Viyanti, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19600301 198503 1 003 NIP. 19800330 200501 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M. Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.
Sekretaris : Viyanti, S.Pd., M.Pd.
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Abdurrahman, M.Si.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Seputih Mataram, pada tanggal 02 September 1990 anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Alm. Ermawan dan Ibu Jarwati.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1995 di TK Aisyah desa Daya Murni. Pada tahun1996 penulis melanjutkan pendidikannya di SD Negeri 1 Daya Murni desa Daya Murni, diselesaikan tahun 2002. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Tumijajar hingga tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Tumijajar, diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan
terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya
sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:
1. Bapak Alm. Ermawan dan Ibu Jarwati tercinta, yang selalu
memperjuangkan masa depan, yang telah lama menantikan keberhasilan
penulis, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap doa,
yang tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu mendukung
penulis. Semoga Allah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa
selalu membahagiakan kalian.
2. Kakak-kakak tersayang ‘‘Eko Susanto, Lulus Prasetiya, dan Agung
Laksono’’ yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan doa bagi
penulis.
3.
Keluarga Besar terima kasih untuk do’a, dukungan, dan kebersamaan yang selalu dihadirkan.MOTTO
“Meraih kesuksesan perlu kesabaran dan keuletan. Orang yang sukses bukan orang yang tidak pernah jatuh. Orang sukses adalah orang yang tidak pernah
berfikir dirinya kalah ketika ia jatuh (gagal) ia bangkit kembali, belajar dari kesalahan, bergerak maju menuju inovasi yang lebih baik”
(Abu Al – Ghifani)
“Allah tidak akan memudahkan kecuali jika engkau menjadikannya mudah, dan jika engkau menghendaki maka engkau dapat merubah
kepedihan menjadi kemudahan”. (HR. Ibnu Majah)
“Yang pertama kali datang adalah kesempatan dan yang kedua kalinya adalah keberuntungan. Jadi jangan sia-siakan kesempatan menuju suksesmu”
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika sekaligus Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Ibu Viyanti, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.
5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku pembahas yang banyak memberikan
kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.
8. Bapak Maman Aprizar, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas XI IPA1 dan XI IPA2 SMA Negeri 1 Tumijajar kabupaten Tulang Bawang Barat
atas bantuan dan kerjasamanya.
9. Alm. bapak dan mamak tercinta serta mas Eko adalah inspirator terbesar dalam hidup penulis, terima kasih untuk perhatian, doa dan kasih sayang yang
tak terhingga selama ini. Juga mbak dan mas tercinta Lulus dan Agung semoga saya bisa menjadi adik yang baik untuk kalian
10. Teman seperjuangan di P. Fisika’08: Humairoh, Yesika, Intan, Ewo, Larno, Khusnul, Putu, Dedek, Andre, Arif, Via, Novi, Desni, Desti, Destiana, Dewi, Dian, Eka, Eva, Fitri, Hamidah, Hanif, Ike, Jean, Lyan, Leni, Marfiana, Meita,
Nova, Nurul, Tata, Putri, Resa, Resti, Rika, Mayang, Wina, Selly, Indah, Nando, Nining, Dian, Rofa, Edo dan Yeni atas bantuan dan kebersamaannya.
11. Sahabat penulis yaitu “My Habib” (Zuriyati) selaku teman sekamar tercinta dan Yuniar Alam serta yang telah memberikan semangat, mendengarkan segala keluh kesahku, memberikan nasehat, perhatian, dan memberikan canda
tawa selama ini serta dukungan di saat penulis putus asa. 12. Seluruh teman kosan Citra yang telah memberi semangat.
13. Seluruh keluarga P. Fisika bersatu semoga selalu menjadi keluarga besar.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandarlampung, April 2012 Penulis
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Komponen multimedia ... 12
2.2. Proses Pembelajaran Direct Instruction ... 23 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 33
4.1. Grafik Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Resource Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct
Instruction Menggunakan Buku pada Kemampuan Awal Tinggi ... 60 4.2. Grafik Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Resource
Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct
Instruction Menggunakan Buku pada Kemampuan Awal Sedang ... 63 4.3. Grafik Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Resource
Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct Instruction Menggunakan Buku pada Kemampuan Awal Rendah ... 64 4.4. Grafik Interaksi Antara Kemampuan Awal Siswa dengan Resource
Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct Instruction Menggunakan Buku terhadap
2
4.5. Grafik Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Siswa pada
Kemampuan Awal Tinggi, Sedang, dan Rendah dengan Resource
Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran ... 68 4.6. Grafik Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Siswa pada
Kemampuan Awal Tinggi, Sedang, dan Rendah dengan Direct
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoretis 2.1.1 Kemampuan Awal (prior knowledge) ... 8
2.1.2 Multimedia Pembelajaran ... 11
2.1.3 Resource Based Learning ... 16
2.1.4 Direct Instruction ... 22
2.1.5 Hasil Belajar ... 25
2.2 Kerangka Pikir... 31
2.3 Hipotesis ... 33
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 36
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
3.4 Data Penelitian ... ... 39
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.6 Teknik Analisis Data ... 42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 47
4.1.1 Hasil Uji Penelitian ... 48
A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48
(a) Uji Validitas Tes Awal dan Tes Akhir ... 48
(b) Uji Reliabilitas Tes Awal dan Tes Akhir ... 49
B. Hasil Uji Normalitas ... 49
(a) Uji Normalitas Berdasarkan Kelas ... 49
(b) Uji Normalitas Berdasarkan Kemampuan Awal ... 50
C. Hasil Uji Univariate ... 51
4.2 Pembahasan ... 59
4.2.1 Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Resource Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct Instruction Menggunakan Buku pada Kemampuan Awal Tinggi ... 59
4.2.2 Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Resource Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct Instruction Menggunakan Buku pada Kemampuan Awal Sedang ... 62
4.2.3 Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif antara Resource Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran dan Direct Instruction Menggunakan Buku pada Kemampuan Awal Rendah ... 64
4.2.5 Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif Antara Siswa pada Kemampuan Awal Tinggi, Sedang, dan
Rendah dengan Resource Based Learning Menggunakan
Multimedia Pembelajaran ... 68
4.2.6 Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif Antara Siswa pada Kemampuan Awal Tinggi, Sedang, dan Rendah dengan Direct Instruction Menggunakan Buku ... 70
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 72
5.2 Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 Silabus Pembelajaran Resource Based Learning ... 77
2 Silabus Pembelajaran Direct Instruction ... 79
3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Resource Based Learning... 81
4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Direct Instruction ... 88
5 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajan Resource Based Learning ... 94
6 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajan Direct Instruction ... 96
7 LTR 1 dan LTR 2 ... 98
8 Jawaban LTR 1 dan LTR 2 ... 100
9 Kisi-Kisi Tes Awal dan Tes Akhir ... 105
10 LKK SMA Resource Based Learning ... 114
11 LKK SMA Direct Instruction ... 129
13 Jawaban LKK SMA Direct Instruction ... 161
14 Buku Siswa ... 177
15 Uji Instumen ... 187
16 Uji Normalitas ... 195
17 Uji Hipotesis ... 198
18 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di sekolah ... 210
19 Kartu Kendali Skripsi ... 211
20 Daftar Hadir Seminar Proposal... 217
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Desain Faktorial Penelitian ... 38
3.2. Indeks Reliabilitas ... 41
3.3. Kriteria Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa ... 42
3.4. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan ... 45
4.1. Hasil Uji Validitas Tes Awal dan Tes Akhir ... 48
4.2. Hasil Uji Reliabilitas Tes Awal dan Tes Akhir ... 49
4.3. Hasil Uji Normalitas Tes Awal dan Tes Akhir Berdasarkan Kelas ... 50
4.4. Hasil Uji Normalitas Tes Awal Berdasarkan Kemampuan Awal ... 51
4.5. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Berdasarkan Kemampuan Awal ... 51
4.6. Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Kemampuan Awal Tinggi ... 52
4.7. Uji Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Kemampuan Awal Tinggi ... 52
4.8. Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Kemampuan Awal Sedang ... 53
4.10. Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif
pada Kemampuan Awal Rendah ... 54
4.11. Uji Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Kemampuan
Awal Rendah ... 55
4.12. Uji Homogenitas Interaksi ... 56
4.13. Hasil Uji Univariate ... 56
4.14. Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif dengan Resource
Based Learning Menggunakan Multimedia Pembelajaran ... 57
4.15. Uji Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif dengan Resource
Based Learning Menggunakan Multimedia ... 57
4.16. Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif dengan Direct
Instruction Menggunakan Buku ... 58
4.17. Uji Perbedaan Hasil Belajar Ranah Kognitif dengan Direct
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan tidak dipungkiri adanya suatu proses belajar mengajar.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Agar nilai
edukatif ini dapat terbentuk dengan baik maka dalam proses belajar mengajar
diperlukannya kemampuan awal. Kemampuan awal atau prior knowledge
merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran. Kemampuan awal pada
setiap siswa berbeda-beda. Terdapat siswa yang berkemampuan awal rendah,
sedang, dan tinggi. Pada umumnya kemampuan awal ini dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa.
Terlihat siswa yang memiliki kecenderungan kemampuan awal rendah akan
lebih sulit melanjutkan pelajaran berikutnya dibandingkan dengan siswa yang
memiliki kemampuan awal sedang. Begitu juga siswa yang mempunyai
kemampuan awal sedang akan lebih sulit melanjutkan pelajaran dibandingkan
dengan siswa yang memilki kemampuan awal tinggi. Kecenderungan inilah
yang dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi
dan wawancara dengan guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1
Tumijajar, diperoleh informasi bahwa pembelajaran fisika khususnya pada
materi pokok fluida statis masih sangat monoton dengan guru sebagai sumber
2 Model pembelajaran yang sering digunakan di SMA Negeri 1 Tumijajar
adalah direct instruction. Direct instruction adalah model pembelajaran yang
berpusat pada guru. Dalam pembelajaran ini peran guru sangat dominan.
Pembelajaran dengan model direct instruction, guru dituntut agar dapat
menjelaskan materi ajar dengan baik, guru hanya mementingkan terselesainya
materi pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tanpa
memperdulikan informasi yang terserap oleh siswa. Dalam hal ini siswa
hanya disuapi atas informasi yang berasal dari guru, dan siswa selalu merasa
sebagai objek pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran ini
pula siswa tidak perlu mencari informasi mengenai materi pembelajaran.
Selain itu, siswa diberi petunjuk mengenai hal-hal yang akan dilakukan dalam
proses pembelajaran, dan keterselesaian materi ajar yang tepat waktu.
Melihat dari hal tersebut, pembelajaran menggunakan model direct
instruction dengan kemampuan awal siswa yang berbeda-beda, maka untuk
memperoleh kemampuan yang lebih tinggi masih kecil kemungkinannya.
Dikarenakan siswa hanya dapat memperoleh informasi dari guru dan dalam
hal ini kecenderungan belajar siswa akan pasif. Sehingga pembelajaran ini
dirasa masih kurang efektif yang berdampak pada perolehan hasil belajar
yang rendah. Adapun untuk meningkatkan hasil belajar siswa, diperlukan
suatu pembelajaran dengan model menggunakana metode yang telah ada
melalui pendekatan yang variatif agar dapat mengarahkan siswa untuk
meningkatan hasil belajar. Salah satunya yaitu melalui pendekatan resource
based learning. Meskipun metode pembelajaran di SMA Negeri 1 Tumijajar
3 dianggap asing dan belum pernah dilakukan di SMA Negeri 1 Tumijajar.
Oleh karena itu, peneliti ingin mencobakan pendekatan resources based
learning dipadukan dengan metode yang sudah ada. Resource based learning
adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk memudahkan siswa
dalam mengatasi keterampilan siswa tentang luas dan keanekaragaman
sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Pada
pendekatan resource based learning siswa diberikan kebebasan dalam
memperoleh informasi dari berbagai sumber. Sehingga siswa dapat
berapresiasi menggunakan berbagai sumber belajar baik secara mandiri atau
kelompok dengan bimbingan guru untuk mencari informasi pembelajaran.
Pada pendekatan resource based learning guru bukanlah satu-satunya sumber
belajar karena semua media yang dapat memberikan informasi itulah yang
disebut sebagai sumber belajar. Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan
pendekatan resource based learning dengan menekankan pada sumber yang
akan digunakan adalah multimedia pembelajaran.
Multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi media yang
digunakan dalam proses pembelajaran serta dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses
belajar terjadi, bertujuan, dan terkendali. Multimedia yang digunakan pada
pendekatan resource based learning diharapkan akan membantu siswa dalam
belajar berdasarkan kemampuan awal melalui sumber belajar yang telah
disediakan sehingga berdampak pada hasil belajar yang lebih baik. Hasil
belajar antara kelas yang menggunakan pembelajaran resource based
4 dibandingkan dengan pembelajaran direct instruction yang menggunakan
sumber belajar buku pada umumnya. Dengan pembelajaran resources based
learning menggunakan multimedia pembelajaran diharapkan siswa menjadi
lebih tertarik mengikuti pembelajaran fisika yang berdampak pada hasil
belajar ranah kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran direct
instruction menggunakan sumber belajar buku pada umumnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, telah diadakan penelitian mengenai
“Analisis Hasil Belajar Ranah Kognitif Menggunakan Multimedia
Pembelajaran Melalui Pendekatan Resource Based Learning (RBL) ditinjau
dari Kemampuan Awal Siswa”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based
learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction
menggunakan buku pada kemampuan awal tinggi?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based
learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction
menggunakan buku pada kemampuan awal sedang?
3. Apakah ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based
learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction
5 4. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan resource
based learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct
instruction menggunakan buku terhadap hasil belajar ranah kognitif?
5. Apakah ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa pada
kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah dengan resource based
learning menggunakan multimedia pembelajaran?
6. Apakah ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa pada
kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah dengan direct instruction
menggunakan buku?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based learning
menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction
menggunakan buku pada kemampuan awal tinggi.
2. Perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based learning
menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction
menggunakan buku pada kemampuan awal sedang.
3. Perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based learning
menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction
menggunakan buku pada kemampuan awal rendah.
4. Interaksi antara kemampuan awal siswa dengan resource based learning
menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction
6 5. Perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa pada kemampuan awal
tinggi, sedang, dan rendah dengan resource based learning menggunakan
multimedia pembelajaran.
6. Perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa pada kemampuan awal
tinggi, sedang, dan rendah dengan direct instruction menggunakan buku.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan bahwa pendekatan resource based learning dapat digunakan
sebagai salah satu cara untuk memperoleh hasil belajar siswa ranah
kognitif yang lebih tinggi.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan pertimbangan guru atau calon guru untuk memilih
pembelajaran dalam mengajar fisika.
b. Dengan diterapkan pembelajaran yang sesuai dengan penyusunan
materi, siswa dapat mengerti materi secara jelas.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi penelitian ini dan memberikan arah yang jelas maka ruang
lingkup penelitian ini adalah:
1. Kemampuan awal (rendah, sedang, dan tinggi) merupakan hasil belajar
yang didapat sebelum mendapat kemampuan yang lebih tinggi.
Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat untuk belajar sehingga dapat
7 2. Resource based learning adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang
untuk memudahkan siswa dalam mengatasi keterampilan siswa tentang
luas dan keanekaragaman sumber-sumber informasi yang dapat
dimanfaatkan untuk belajar.
3. Sumber belajar yang digunakan adalah multimedia pembelajaran sebagai
kelas eksperimen yaitu software macromedia flash, PhET Simulation, dan
blog berisi materi pelajaran dan untuk kelas kontrol menggunakan buku
siswa sebagai sumber belajar.
4. Hasil belajar ranah kognitif adalah segala yang berhubungan dengan
kemampuan berpikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi.
5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah fluida tak bergerak sub materi
hukum Archimedes. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA1 dan
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoretis
2.1.1 Kemampuan Awal (prior knowledge)
Kemampuan awal merupakan hasil belajar yang didapat sebelum mendapat
kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan awal siswa merupakan
prasyarat untuk mengikuti pembelajaran sehingga dapat melaksanakan
proses belajar dengan baik. Kemampuan seseorang yang diperoleh dari
pelatihan selama hidupnya, dan apa yang dibawa untuk menghadapi suatu
pengalaman baru. Menurut Rijal (2011: 1) bahwa kemampuan awal adalah
prasyarat awal untuk mengetahui adanya perubahan. Sedangkan menurut
Tatang (2009: 1) kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam
menerima pelajaran yang akan disampaikan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka kemampuan awal siswa ini
penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat,
tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Kemampuan awal juga berguna
untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Kemampuan awal lebih
rendah dari pada kemampuan baru dalam pembelajaran, kemampuan awal
merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki
9 siswa yang mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat
memahami materi dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai
kemampuan awal dalam proses pembelajaran. Kemampuan awal juga bisa
disebut dengan prior knowledge. Prior knowledge merupakan langkah
penting di dalam proses belajar, dengan demikian setiap guru perlu
mengetahui tingkat prior knowledge yang dimiliki para peserta didik. Secara
tidak langsung prior knowledge akan dapat keluar dari simpanan para
peserta didik apabila ada trigger atau pemicu. Dalam proses pembelajaran
kemampuan awal dapat diambil dari nilai yang sudah didapat sebelum
materi baru diperoleh. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus
dimiliki siswa sebelum memasuki materi pelajaran berikutnya yang lebih
tinggi. Kemampuan awal dapat juga diambil dari nilai tes. Selain itu juga
dapat menggunakan interview atau cara-cara lain yang cukup sederhana
seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan secara acak dengan distribusi
perwakilan yang representatif.
Menurut Emnoeh (2011: 32-34) ada tujuh jenis kemampuan awal yang
dapat digunakan untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian, dan
pengungkapan kembali pengetahuan baru serta terdapat tiga langkah yang
perlu dilakukan dalam menganalisis kemampuan awal siswa.
Ketujuh jenis pengetahuan itu adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (arbitraly meaningful
knowledge) sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hapalan (yang tak bermakna;
b. Pengetahuan analogis (analogi knowledge), yang mengaitkan
10
c. Pengetahuan tingkat tinggi (superordinate knowlage), yang dapat
berfungsi sebagai kerangka kaitan lanjut bagi pengetahuan baru;
d. Pengetahuan setingkat (coordinate knowledge), yang dapat
memenuhi fungsinya sebagai pengetahuan asosiatif dan atau komparatif;
e. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge),
yang berfungsi untuk mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh-contoh;
f. Pengetahuan pengalaman (experienitial knowlage) yang memiliki
fungsi sama dengan pengetahuan tinggi yang lebih rendah, yaitu untuk mengkonkritkan dan menyediakan contoh-contoh bagi pengetahuan baru;
g. Strategi kognitif, yang menyediakan cara-cara mengolah
pengetahuan baru mulai dari penyimpanan sampai dengan pengungkapan kembali pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan.
Tiga langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisis kemampuan awal siswa, yaitu:
a. Melakukan pengamatan (observation) kepada siswa secara
perorangan. Pengamatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan awal yang digunakan untuk mengetahui konsep-konsep, prosedur-prosedur, atau prinsip-prinsip yang telah dikuasai oleh siswa terkait dengan konsep, prosedur, atau prinsip yang akan diajarkan;
b. Tabulasi karakteristik pribadi siswa. Hasil pengemasan yang
dilakukan pada langkah pertama ditabulasi untuk mendapatkan klasifikasi dan rinciannya;
c. Pembuatan daftar strategi karakteristik siswa. Ada beberapa macam
instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang
karakteristik siswa meliputi: observasi, wawancara, angket, daftar pertanyaan, dan melakukan tes.
Berdasarkan pendapat di atas terdapat tujuh jenis kemampuan awal yang
dapat digunakan untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian, dan
pengungkapan kembali pengetahuan baru, siswa yang mempunyai
kemampuan awal sesuai dengan tujuh kemampuan awal tersebut maka dapat
memperoleh informasi yang lebih tinggi secara mudah dibandingkan dengan
siswa yang berkemampuan awal rendah. Selain itu juga untuk dapat
11 dilakukan dalam menganalisis kemampuan awal siswa yaitu melakukan
pengamatan (observation) kepada siswa secara perorangan, tabulasi
karakteristik pribadi siswa, dan pembuatan daftar strategi karakteristik
siswa.
2.1.2 Multimedia Pembelajaran
Saat ini pendidikan di Indonesia sudah menggunakan banyak multimedia
untuk membantu pembelajaran. Multimedia pembelajaran terdiri dari dua
kata yaitu multimedia dan pembelajaran. Multimedia diambil dari kata multi
dan media. Menurut Ariyus (2009: 2) bahwa multi berarti banyak dan
media biasa diartikan alat untuk menyampaikan atau membuat sesuatu,
perantaraan, alat pengantar, suatu bentuk komunikasi seperti surat kabar,
majalah, atau televisi. Sedangkan menurut Arsyad (2011: 171) bahwa
multimedia juga dapat diartikan berbagai macam kombinasi grafik, teks,
suara, video, dan animasi.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli maka multimedia dapat diartikan
lebih dari satu media dengan berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara,
video, dan animasi sehingga dapat menyampaikan atau membuat sesuatu,
perantaraan, alat pengantar, suatu bentuk komunikasi seperti surat kabar,
majalah, atau televisi. Multimedia ini adalah jenis media yang dapat
12 Selanjutnya Ariyus (2009: 2) menyatakan adapun komponen sistem
multimedia yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Komponen multimedia
Sedangkan menurut Janiansyah (2009: 1) multimedia adalah kombinasi dari
komputer dan video. Dari gambar di atas menyatakan bahwa jika salah satu
komponen tidak ada, bukan multimedia dalam arti luas namanya. Misalnya,
jika tidak ada komputer untuk berinteraksi, maka itu namanya media
campuran, bukan multimedia. Kalau tidak ada alat navigasi yang
memungkinkan untuk memilih jalannya suatu tindakan maka itu namanya
film, bukan multimedia. Demikian juga jika tidak mempunyai ruang untuk
berkreasi dan menyumbangkan ide sendiri, maka namanya televisi, bukan
multimedia.
Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu multimedia linier dan
multimedia interaktif. Daryanto (2010: 51) berpendapat bahwa multimedia
linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol
apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Selanjutnya Syailendra
(2009: 1) berpendapat bahwa multimedia interaktif adalah suatu multimedia
yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh
Grafik Teks
Sistem Multimedia
Animasi Audio
Komputer
13 pengguna, sehingga pengguna dapat memilih sesuatu yang dikehendaki
untuk proses selanjutnya.
Adapun contoh multimedia linier (berjalan sekuensial atau berurutan),
contohnya: TV dan film. Sedangkan contoh multimedia interaktif adalah
multimedia pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan lain-lain. Dengan
adanya multimedia linier dan interaktif dapat bermanfaat bagi pembelajaran
guna membantu untuk memvisualisasikan untuk mengkonkritkan sesuatu
yang abstrak. Kata pembelajaran merupakan terjemahan dari istilah bahasa
Inggris yaitu instruction. Instruction diartikan sebagai proses interaksi antar
guru dan siswa yang berlangsung secara dinamis.
Menurut Asyhar (2011: 7) bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan
upaya membelajarkan pelajar (anak, siswa, dan peserta didik). Hal ini
diperkuat oleh Djamarah dan Zain (2010: 38) bahwa pembelajaran adalah
upaya yang dilakukan oleh pembelajar (guru dan instruktur) dengan tujuan
untuk membantu siswa agar bisa belajar dengan mudah.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas maka pembelajaran adalah
suatu upaya yang dapat dilakukan oleh siapa saja dengan tujuan agar
membantu siapa saja agar belajar menjadi mudah. Dari uraian di atas,
apabila kedua konsep tersebut digabungkan maka multimedia pembelajaran
dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses
pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan,
14 dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi,
bertujuan dan terkendali.
Selanjutnya Daryanto (2010: 52) menyatakan adapun keunggulan dan
karakteristik multimedia pembelajaran, yaitu:
Keunggulan multimedia, antara lain:
a. Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata;
b. Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin
dihadirkan ke sekolah;
c. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan
berlangsung cepat atau lambat;
d. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh;
e. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya;
f. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
Karakteristik multimedia pembelajaran, antara lain:
a. Memiliki lebih dari satu media yang konvergen;
b. Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk
mengakomodasi respon pengguna;
c. Bersifat mandiri, dalam pegertian memberi kemudahan dan
kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakantan pa bimbingan orang lain.
Melihat keungulan dan karakteristik multimedia dapat disimpulkan bahwa
secara umum multimedia adalah media yang cocok digunakan sebagai
sarana penunjang pembelajaran dikarenakan dapat membantu proses
pembelajaran lebih menjadi lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu
mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan, dan
proses belajar mengajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, serta
belajar siswa dapat ditingkatkan.
Terdapat prinsip utama dalam pembuatan bahan ajar multimedia yaitu harus
15 multimedia adalah media pembelajaran yang berbasis teknologi multimedia.
Bahan ajar multimedia paling sederhana adalah bahan presentasi
menggunakan powerpoint. Selain itu juga dibutuhkan kriteria pembuatan
bahan ajar menurut Asyhar (2011: 172) multimedia, yaitu:
a. Tampilan harus menarik;
b. Narasi atau bahasa harus jelas dan mudah dipahami oleh peserta
didik;
c. Materi disajikan secara interaktif;
d. Kebutuhan untuk mengakomodasi berbagai model (styles) yang
berbeda dalam belajar;
e. Karakteristik dan budaya personal dari populasi yang akan
dijadikan target;
f. Sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik materi, dan tujuan
yang ingin dicapai;
g. Dimungkinkan untuk digunakan sebagai salah satu media
pembelajan;
h. Memungkinkan ditampilkan sesuatu virtual learning environment
(lingkungan belajar virtual);
i. Proses pembelajaran adalah salah suatu komunitas utuh, bukan
sporadik dan kajian terpisah-pisah (disconnected event).
Selanjutnya dibutuhkan juga format pembuatan multimedia menurut
Daryanto (2010: 54-56), yaitu: a) Tutorial; b) Driil dan practice; c)
Simulasi, d) Percobaan atau eksperimen; dan e) Permaianan.
Sesuai dengan pernyataan para ahli di atas apabila pembuatan multimedia
dilakukan sesuai dengan sasaran, tujuan, dan kriteria yang telah ditentukan
maka multimedia ini sudah dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu juga multimedia agar
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya diperlukan format pembuatan
yang disesuaikan. Dengan memenuhi format pembuatan multimedia maka
16 Daryanto (2010: 59-62) juga menegaskan selain mempunyai manfaat dan
keunggulan. Multimedia juga memiliki dampak dalam pembelajaran, yaitu:
a. Masalah filosofis, ada dua masalah yaitu kaum objektivis dan
kaum konstruktivis;
b. Lingkungan belajar multimedia interaktif dapat dikategorikan
dalam dalam tiga jenis yaitu lingkungan belajar preskriptif, demokratis dan sibernetik;
c. Sebagian besar peneliti mengatakan bahwa siswa bisa
diberdayakan melalui kontrol yang lebih besar atas belajarnya tetapi siswa juga bisa dihambat melalui kontrol atas belajarnya;
d. Adanya sifat umpan balik tergantung pada lingkungan di mana
multimedia digunakan;
e. Siswa seolah-olah dikondisikan untuk menjadi
individualis-individualis dan kontak sosial dengan teman-teman menjadi sesuatu yang asing.
Menurut pernyataan yang telah dipaparkan di atas selain mempunyai
manfaat dan keunggulan, multimedia juga memiliki dampak dalam
pembelajaran apabila dalam pembuatannya sesuai dengan format yang telah
ditentukan. Sehingga manfaat dan keunggulan multimedia dapat dirasakan
secara utuh dalam pembelajaran.
2.1.3 Resource Based Learning
Seiring dengan kemajuan Iptek maka pembelajaran akan semakin inovatif
dengan berbagai teknologi, salah satunya adalah belajar berbasis aneka
sumber. Belajar berbasis aneka sumber memanfaatkan sumber-sumber yang
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi belajar. Menurut Siregar
(2008: 4), penggunaan berbagai sumber belajarlah yang merupakan
17 belajar fleksibel, sehingga istilah belajar berbasis aneka sumber sebenarnya
sudah tercakup di dalamnya.
Sedangkan Nasution (2010: 25), bahwa:
Sebenarnya istilah belajar berbasis aneka sumber bukanlah sesuatu yang baru karena siswa telah lama menggunakan sumber belajar seperti buku, kemudian terjadi peningkatan penggunaan media termasuk bahan-bahan belajar terbuka, petunjuk belajar, petunjuk buku teks, buku kerja, paket-paket video dan audio.
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dengan belajar berbasis aneka
sumber tidak ada penghalang untuk melakukan pembelajaran dimana saja
dan kapan saja. Karena dengan belajar berbasis aneka sumber jarak sudah
tidak menjadi masalah yang perlu lagi dicari jalan keluarnya. Belajar
berbasis aneka sumber telah lama digunakan. Namun belum sepenuhnya
berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber-sumber yang
dapat digunakan sebagai informasi belajar.
Menurut Suryosubroto (2009: 215) resource based learning, yaitu:
18 Nasution (2009:216) memperkuat dengan menyatakan bahwa:
Pembelajaran berdasarkan sumber “resource based learning” melibatkan keikutsertaan secara aktif dengan berbagai sumber (orang, buku, jurnal, surat kabar, multimedia, web, dan masyarakat), di mana para siswa akan termotivasi untuk belajar dengan berusaha meneruskan informasi sebanyak mungkin.
Beberapa pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan dalam resource
based learning guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. Murid
dapat belajar dalam kelas, dalam laboratorium maupun dalam ruang
perpustakaan, dalam ruang sumber belajar yang khusus atau bahkan di luar
sekolah, bila ia mempelajari lingkungan yang berhubungan dengan tugas
atau masalah tertentu. Dalam segala hal, murid itu sendiri aktif, apakah ia
belajar menurut langkah-langkah tertentu seperti dalam belajar berprogram
atau menurut pemikirannya sendiri untuk memecahkan masalah tertentu.
Belajar berbasis sumber (resource based learning ) membutuhkan sejumlah
sumber belajar baik secara individual ataupun kelompok. Arsyad (2011: 3)
berpendapat bahwa sumber belajar menurut AECT (association of
education and communication technology) meliputi semua sumber yang
dapat digunakan oleh pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk
gabungan, biasanya dalam situasi informasi, untuk memberikan fasilitas
belajar. Sedangkan menurut Siregar (2008: 2), yaitu:
19 Pernyataan para ahli bahwa agar pendekatan resource based learning ini
dapat bermanfaat sesuai dengan sasaran pendidikan yang tepat dan dapat
disimpulkan bahwa pendekatan resource based lerning merupakan suatu
pendekatan yang menggunakan berbagai sarana atau alat yang digunakan
guru dalam proses pembelajaran sebagai perantara komunikasi dalam
menyampaikan isi materi pelajaran meliputi semua sumber yang dapat
digunakan oleh pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk
gabungan, biasanya dalam situasi informasi, untuk memberikan fasilitas
belajar.
Menurut Nasution (2010: 30-31) dalam pelaksanaan resource based
learning perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengetahuan yang ada, ini mengenai pengetahuan guru tentang
latar belakang murid dan pengetahuan murid tentang bahan pelajaran;
b. Tujuan pelajaran, guru harus merumuskan dengan jelas tujuan
yang apa yang ingin dicapai dengan pelajaran itu;
c. Memilih metodelogi; metode pengajaran banyak ditentukan oleh
tujuan;
d. Koleksi dan penyediaan bahan, harus diketahui bahan dan alat
yang dimilki oleh sekolah; dan
e. Penyediaan tempat.
Sedangkan menurut Siregar (2008: 3) untuk menjamin bahwa sumber
belajar adalah sebagai sumber belajar yang cocok, harus memenuhi tiga
persyaratan, yaitu: a) Harus dapat tersedia dengan cepat; b) Harus dapat
memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri; c) Harus bersifat
20 Menanggapi pernyataan tersebut walaupun banyak sumber belajar yang
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, namun harus memenuhi tiga
persyaratan sumber belajar, maka tidak semua sumber belajar dapat
digunakan dengan memerhatikan pelaksaan resource based learning.
Apabila salah satu sumber belajar tidak memenuhi persyaratan tersebut
maka sumber belajar tidak dapat efektif untuk digunakan.
Adapun ciri-ciri belajar berbasis sumber menurut Nasution (2010: 26-28),
yaitu:
a. Memanfaatkan sepenuhnya segala informasi sebagai sumber
belajar;
b. Berusaha memberi pengertian kepada siswa tentang luas dan
aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar;
c. Berhasrat untuk mengganti fasilitas siswa dalam belajar
tradisional dengan belajar aktif didorong oleh minat dan keterlibatan diri dalam pendidikannya;
d. Berusaha untuk meningkatkan moivasi belajar dengan meyajikan
berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, metode kerja, dan medium komunikasi yang berbeda sekali dengan kelas
konvensional yang mengharuskan para siswa belajar yang sama dengan cara yang sama;
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja menurut
kecepatan dan kesanggupan masing-masing dan tidak dipaksa menurut kecepatan yang sama dalam hubungan kelas;
f. Lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar;
g. Berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri siswa dalam hal
belajar yang memungkinkannya untuk melanjutkan belajar sepanjang hidupnya.
Berdasarkan ciri-ciri belajar berbasis sumber maka siswa memiliki
kebebasan mencari informasi dari bebagai sumber yang ada yang
menurutnya cocok untuk digunakan. Dengan kesempatan yang diberikan
dalam belajar berbasis sumber maka dapat membuat siswa menjadi lebih
21 meningkatkan moivasi belajar dengan meyajikan berbagai kemungkinan
tentang bahan pelajaran, metode kerja, dan medium komunikasi yang
berbeda sekali dengan kelas konvensional yang mengharuskan para siswa
belajar yang sama dengan cara yang sama.
Menurut Hadi (2010: 1) tujuan belajar berbasis aneka sumber (resource
based learning) adalah sebagai berikut:
a. Membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya
kepada peserta didik;
b. Guru dapat mengetahui perbedaan individu baik dalam hal gaya
belajar, kemampuan, kebutuhan, minat, dan pengetahuan siswa;
c. Mendorong pengembangan kemampuan memecahkan masalah,
mengambil keputusan, dan keterampilan mengevaluasi;
d. Mendorong siswa untuk bertanggung jawab terhadap belajarnya
sendiri;
e. Menyediakan peluang kepada siswa untuk menjadi pengguna
teknologi informasi dan komunikasi yang efektif;
Selanjutnya Siregar (2008: 5-6) menyatakan bahwa belajar berbasis aneka
sumber memberikan berbagai keuntungan antara lain:
a. Selama pengumpulan informasi terjadi kegiatan berpikir yang
kemudian akan menimbulkan pemahaman yang mendalam dalam belajar;
b. Mendorong terjadinya pemusatan perhatian terhadap topik
pembelajaran;
c. Meningkatkan ketrampilan berpikir seperti ketrampilan
memecahkan masalah, memberikan pertimbangan-pertimbangan dan melakukan evaluasi melalui penggunaan informasi dan penelitian secara mandiri;
d. Meningkatkan perolehan ketrampilan pemrosesan informasi
secara efektif, dengan mengatahui sifat dasar informasi dan keberagamannya;
e. Memungkinkan pengumpulan informasi sebagai proses yang
berkesinambungan;
f. Meningkatkan sikap murid dan guru;
g. Membuat orang antusias belajar dan terinspirasi untuk
22
h. Meningkatkan prestasi akademik dalam penguasaan materi, sikap
dan berpikir kritis.
Berdasarkan pernyataan para ahli di atas tujuan dan keuntungan belajar
berbasis sumber yaitu dalam hal ini guru terlibat dalam setiap langkah
proses belajar, dari perencanaan, penentuan, dan mengumpulkan
sumber-sumber informasi, memberi bantuan apabila diperlukan dan bila dirasakan
perlu memperbaiki kesalahan. Dengan belajar berbasis aneka sumber siswa
dapat belajar bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri. Sehingga
siswa dapat belajar dengan kesungguhan dengan memanfaatkan segala
ketrampilan yang ada pada diri setiap individu.
2.1.4 Direct Instruction
Pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang terpusat pada guru
(teacher center). Dalam pembelajaran ini peran guru sangat dominan. Guru
dituntut agar dapat menjelaskan materi ajar dengan baik dan memberi
petunjuk mengenai hal-hal yang akan dilakukan oleh siswa dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran langsung didasarkan atas teori belajar
behavioristik. Paradigma behaviorisme memandang belajar sebagai
perubahan tingkah laku yang didasarkan kepada unsur stimulus – respon
(S-R). Aspek yang mendorong S-R adalah kebutuhan dan stimulus
kemudian muncul respon. Unsur yang paling penting adalah reinforcement
atau penguatan. Penguatan berfungsi untuk memotivasi siswa agar ia
23 respons yang diberikan dalam tugas itu. Proses S-R dapat bertahap-tahap
hingga perilaku itu terjadi.
Gambar 2.2. Proses Pembelajaran Direct Instruction
(Dantes, 2009: 2)
Proses stimulus-stimulus ini terdiri dari beberapa unsur. Pertama, unsur
dorongan, siswa merasakan adanya kebutuhan sesuatu dan dorongan untuk
memenuhi kebutuhan ini. Kedua, unsur stimulus, siswa diberikan stimulus
yang selanjutnya akan dapat menyebabkan siswa memberikan respons.
Ketiga, unsur respon, siswa memberikan suatu reaksi (respons) terhadap
stimulus yang diterimanya dengan jalan melakukan suatu tindakan yang
dapat dilihat. Keempat, unsur penguatan (reinforcement), unsur ini
diberikan kepada siswa agar siswa merasakan adanya kebutuhan untuk
memberikan respons lagi. Demikian selanjutnya sehingga siswa dirangsang
terhadap stimulus tertentu untuk menimbulkan respons.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme sebagaimana dinyatakan Soekamto
(2009: 19) banyak dipakai, diantaranya, yaitu:
1. Materi pelajaran dibentuk dalam unit-unit kecil dan diatur
berdasarkan urutan yang logis sehingga siswa mudah mempelajarinya;
2. Dalam proses belajar siswa ikut berpartisipasi aktif di dalamnya;
3. Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung
sehingga siswa dapat segera mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum,
24
4. Setiap kali siswa memberikan respons yang benar maka ia perlu
diberi penguatan.
Sedangkan menurut Dahar (2009: 30-32), bahwa ada beberapa prinsip yang
melandasi teori prilaku, adalah sebagai berikut:
1. Konsekuensi-konsekuensi; bahwa prilaku berubah menurut
konsekuensi-konsekuensi langsung. Prilaku menyenangkan akan memperkuat, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan melemahkan. Konsekuensi yang menyenangkan biasanya disebut reinforser, sedangkan yang melemahkan disebut hukuman (Punishers);
2. Kesegeraan (immediacy); bahwa konsekuensi-konsekuensi yang
mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku dari pada konsekuensi-konsekuensi yang lambat datangnya;
3. Pembentukan (shaping); bahwa dalam mengajarkan
keterampilan-keterampilan baru atau perilaku-perilaku dengan memberikan reinforsemen pada para siswa dalam mendekati perilaku akhir yang diinginkan.
Tugas guru dalam model pembelajaran langsung adalah membantu siswa
memperoleh pengetahuan secara deklaratif. Model pengajaran langsung
dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan deklaratif. Fase pembelajaran pada model pembelajaran
langsung antara lain, guru mengawali pelajaran dengan tujuan dan latar
belakang pembelajaran serta memotivasi siswa untuk menerima penjelasan
yang diberikan oleh guru secara langsung. Fase persiapan dan motivasi yang
diikuti dengan presentasi materi ajar atau demonstrasi tentang keterampilan
tertentu yang diberikan oleh guru. Pelajaran ini termasuk juga pemberian
kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan
25 memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau
keterampilan yang telah dipelajari (Dahar, 2009: 10).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran direct
instruction adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Dalam
pembelajaran ini peran guru sangat dominan. Guru dituntut agar dapat
menjelaskan materi ajar dengan baik dan memberi petunjuk mengenai
hal-hal yang akan dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Tugas guru
adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan secara deklaratif.
Pengetahuan deklaratif menyatakan pengetahuan tentang sesuatu, misalnya
dalam menghafal rumus atau hukum tertentu dalam sains. Kekuatan yang
paling penting dalam pengajaran ini adalah reinforcement yang berfungsi
memotivasi siswa agar dapat merasakan adanya kebutuhan untuk
melakukan tugas pelajaran melalui respon yang diberikan dalam tugas itu.
2.1.5 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa
dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil
belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam
proses pembelajaran. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya
proses pembelajaran. Menurut Hamalik (2007: 159) bahwa hasil belajar
menunjukkan pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu
merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Sedangkan
26 pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Penacapaian belajar ini
dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran
yang dicerminkan melalui angka atau skor setelah melakukan tes maupun
non tes. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes
maupun non tes dilakukan. Untuk mengukur hasil belajar biasanya guru
melakukan kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan cara
memberikan tes pada akhir pembelajaran seperti tes akhir, tes formatif, tes
sumatif yang dapat menunjukkan sejauh mana penguasaan siswa tehadap
suatu materi tersebut.
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku dalam
bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan tersebut
terjadi dengan peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan dengan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar
merupakan puncak proses belajar. Selanjutnya adapun dampak pengiring,
dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang
27 Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan
siswa tampak pada evaluasi hasil belajar siswa, hasil belajar diperoleh
setelah berakhirnya proses pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam belajar
tergantung dari aktivitas belajar siswa itu sendiri. Karena aktivitas yang
tinggi dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap pelajaran yang
diterimanya. Sehingga keberhasilan proses belajar mengajar diukur dari
hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar dapat
dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak
pengajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti yang tertuang dalam
angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan melompat setelah
latihan. Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang
disampaikan. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses
pembelajaran.
Menurut Hamalik (2007: 30-31), yaitu:
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada setiap aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu, adalah:
28 Sedangkan menurut Slameto (2008:131) hasil belajar itu sendiri meliputi 3
aspek, yaitu: a) Keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif);
b) Kepribadian atau sikap (afektif); c) Keterampilan atau penampilan
(psikomotor). Sedangkan hasil belajar dalam kecakapan kognitif menurut
Dimyati dan Mudjiono (2009: 10) memiliki beberapa tingkatan, yaitu:
a. Informasi non verbal
b. Informasi fakta dan pengetahuan verbal
c. Konsep dan prinsip
d. Pemecahan masalah dan kreatifitas
Berdasarkan pernyataan para ahli di atas bahwa hasil belajar diakhir dari
suatu proses pembelajaran, maka siswa akan memperoleh suatu hasil
belajar. Hasil belajar tampak apabila terjadi perubahan tingkah laku pada
diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan keterampilan. Nilai aspek kognitif diperoleh dari pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis siswa yang dievaluasi di setiap
akhir pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam
bentuk hasil belajar siswa. Pendapat dari Slameto ini menunjukkan hasil
perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus
pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa
tersebut. Perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh baik
perubahan pada perilaku maupun kepribadian secara keseluruhan.
Sardiman (2009: 95) menyatakan bahwa belajar adalah berbuat dan
sekaligus proses yang membuat anak didik harus aktif. Aktivitas belajar
merupakan prinsip atau azas yang sangat penting di dalam interaksi belajar
29 sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak
didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama
tersimpan di dalam benak anak didik.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa
tidak hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru saja tetapi lebih
dari itu seperti diskusi, melakukan percobaaan, memecahkan masalah, dan
lain-lain yang dapat merangsang motivasi siswa untuk terus belajar. Ini
menunjukkan bahwa aktivitas selama pembelajaran dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa. Siswa yang selama pembelajaran aktif mungkin akan
memberikan hasil belajar yang lebih besar dibandingkan dengan siswa yang
tidak aktif selama pembelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 13), bahwa:
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.
Djamarah dan Zain (2010: 121) menambahkan bahwa setiap proses belajar
mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil
belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar.
Berdasarkan pernyataan para ahli di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar
merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah
yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
30 suatu pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu evaluasi atau tes dan
dinyatakan dalam bentuk angka.
Menurut Dalyono (2009: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian
hasil belajar siswa, yaitu:
a. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan,
intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar;
b. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Menurut Daryanto (2010: 100) ada tiga ranah yang menjadi sasaran dalam
evaluasi hasil belajar yaitu “ ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor”. Namun dalam penelitian ini hasil belajar siswa dibatasi pada
ranah kognitif saja. Selanjutnya adapun aspek kognitif dibedakan atas enam
jenjang diantaranya: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (aplication), analisis (analysis), sintsis
(syntesis), dan evaluasi penilaian (evaluation).
Merujuk pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari
proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal
dari dalam diri siswa (faktor internal). Untuk mendapatkan hasil belajar
yang memuaskan, maka seorang siswa harus biasa mengelola faktor-faktor
ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari dalam dirinya. Belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan
maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Keberhasilan proses belajar
yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh
31 pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis siswa yang dievaluasi di setiap
akhir pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam
bentuk hasil belajar siswa. Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu
pembelajaran pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan seseorang
yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat diukur
dengan menggunakan tes hasil belajar.
2.2 Kerangka Pikir
Kenyataannya fisika di sekolah masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit,
menakutkan bahkan kurang menyenangkan. Oleh karena itu, dibutuhkan
kemampuan awal agar siswa lebih siap menghadapi pembelajaran.
Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat untuk mengikuti
pembelajaran. Kemampuan awal atau prior knowledge juga berguna untuk
mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam pembelajaran
selanjutnya. Dalam diri setiap siswa terdapat perbedaan kemampuan awal.
Terdapat siswa yang berkemampuan awal rendah, sedang, dan tinggi.
Siswa yang memiliki kecenderungan kemampuan awal rendah akan labih
sulit melanjutkan pelajaran berikutnya dibandingkan dengan siswa yang
memiliki kemampuan awal sedang. Begitu juga siswa yang mempuanyai
kemampuan awal sedang akan lebih sulit melanjutkan pelajaran
dibandingkan dengan siswa yang memilki kemampuan awal tinggi. Dalam
pembelajaran ini akan dipilih 2 kelas sampel, 1 kelas eksperimen sebagai
kelas yang diberi perlakuan dan 1 kelas kontrol sebagai kelas pembanding.
32 instruction menggunakan buku sebagai sumber belajar dan kelas
eksperimen dengan resource based learning menggunakan multimedia
pembelajaran. Pada pembelajaran kelas eksperimen ataupun kelas kontrol
akan dibentuk suatu kelompok kecil berisi kelompok-kelompok yang
heterogen, yaitu dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah. Pada kelas eksperimen sumber
belajar yang akan digunakan adalah multimedia pembelajaran (macromedia
flash, PhET Simulation, dan blog berisi materi pembelajaran), sedangkan
pada kelas kontrol adalah buku siswa.
Hasil belajar antara kelas yang diterapkan resource based learning
menggunakan multimedia pembelajaran berbeda dan lebih efektif
dibandingkan dengan kelas yang diterapkan direct instruction menggunakan
buku. Pembelajaran resource based learning siswa lebih bebas dalam
berapresiasi mencari informasi belajar sesuai dengan sumber belajar yang
ada. Dengan menggunakan multimedia pembelajaran melalui pembelajaran
resources based learning siswa menjadi lebih tertarik belajar fisika yang
berdampak pada hasil belajar ranah kognitif lebih tinggi yang dijelaskan
33
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
2.3 Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam
penelitian ini antara lain:
1. Hipotesis Pertama
H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource
based learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct
instruction menggunakan buku pada kemampuan awal tinggi.
H1 : Ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based
learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct
instruction menggunakan buku pada kemampuan awal tinggi. Kemampuan Awal Siswa
Tinggi Sedang Rendah
Hasil Belajar Ranah Kognitif
Tes akhir Tes akhir
RBL-Multimedia DI-Buku
34
2. Hipotesis Ke-dua
H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource
based learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct
instruction menggunakan buku pada kemampuan awal sedang.
H1 : Ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource based
learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct
instruction menggunakan buku pada kemampuan awal sedang.
3. Hipotesis Ke-tiga
H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara resource
based learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct
instruction menggunakan buku pada kemampuan awal rendah.
H1 : Ada hasil belajar ranah kognitif antara resource based learning
menggunakan multimedia pembelajaran dan direct instruction
menggunakan buku pada kemampuan awal rendah.
4. Hipotesis Ke-empat
H0 : Tidak ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan resource
based learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct
instruction menggunakan buku terhadap hasil belajar ranah kognitif.
H1 : Ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan resource based
learning menggunakan multimedia pembelajaran dan direct
35
5. Hipotesis Ke-lima
H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa dengan
kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah pada resource based
learning menggunakan multimedia pembelajaran.
H1 : Ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa dengan
kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah pada resource based
learning menggunakan multimedia pembelajaran.
6. Hipotesis Ke-enam
H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa dengan
kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah pada direct instruction
menggunakan buku.
H1 : Ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa dengan
kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah pada direct instruction
III.METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012
antara bulan Januari-Juni 2012 di SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten
Tulangbawang Barat.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester
genap SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulangbawang Barat pada tahun
pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari empat kelas, yaitu XI IPA1 sampai
dengan XI IPA4. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu, kemudian yang terambil sebagai sampel
adalah kelas XI IPA1 yang berjumlah 25 siswa sebagai kelas ekperimen dan
kelas XI IPA2 yang berjumlah 26 siswa sebagai kelas kontrol.
3.3 Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian desain faktorial. Dalam penelitian ini dua
kelas yang dijadikan sampel diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelas XI