• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CAMPURAN SERAT KELAPA SAWIT DAN AMPAS TEBU DENGAN BATUBARA DALAM PEMBUATAN BRIKET BIOCOAL TERHADAP SIFAT FISIK DAN LAJU PEMBAKARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH CAMPURAN SERAT KELAPA SAWIT DAN AMPAS TEBU DENGAN BATUBARA DALAM PEMBUATAN BRIKET BIOCOAL TERHADAP SIFAT FISIK DAN LAJU PEMBAKARAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Lidya Ganda Putri

ABSTRAK

PENGARUH CAMPURAN SERAT KELAPA SAWIT DAN AMPAS TEBU

DENGAN BATUBARA DALAM PEMBUATAN BRIKET BIOCOAL

TERHADAP SIFAT FISIK DAN LAJU PEMBAKARAN

Oleh

Lidya Ganda Putri

Batu bara adalah batuan yang dapat terbakar yang lebih dari 50 - 70% berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material karbon, nitrogen dan hidrogen. Batu bara dapat diubah menjadi cair melalui pencairan

(liquefication), menjadi gas melalui gasifikasi atau sesuai dengan aslinya (padat).

Salah satu dari sekian banyak komersialisasi batu bara yang menggunakan teknologi sederhana adalah pengemasan batu bara yang lebih sering disebut dengan pembriketan. Briket batu bara lebih sulit dinyalakan dibandingkan dengan bahan bakar lainnya karena bahan utama yang terkandung di dalam batu bara sulit terbakar pada awal penyalaan dan dipengaruhi ukuran briket. Hal ini juga mempengaruhi laju pembakaran yang relatif lama. Dengan permasalahan tersebut, dibutuhkan sebuah briket batu bara yang harus memiliki laju pembakaran yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Untuk membuat briket batu bara yang laju pembakarannya dapat dipercepat bisa dicampurkan dengan bahan lain yang mudah terbakar. Briket bio-batu bara atau yang dikenal dengan

biocoal, komposisinya tidak hanya terdiri dari kapur dan zat perekat namun

ditambahkan campuran biomassa didalamnya untuk mempercepat pembakaran.

(2)

Lidya Ganda Putri

pada briket biocoal yang terbagi atas pengujian kerapatan, kekerasan, kekuatan briket batu bara dan pengujian lama pembakaran briket biocoal, briket murni, briket biasa dan briket super kemudian analisis data dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) kemudian analisis dilanjutkan dengan uji BNT. Pengamatan dan perlakuan yang dilakukan adalah untuk mengetahui kerapatan, kekuatan dan lama pembakaran briket biocoal.

Pengaruh campuran sifat fisik meliputi kerapatan briket dengan campuran serat kelapa sawit atau ampas tebu dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran briket biocoal. serat kelapa sawit ukuran 0,5 cm prosentase 16% kerapatannya paling tinggi (760,49 kg/m3) dibandingkan dengan serat kelapa sawit ukuran 1 cm dan ampas tebu ukuran 0,5 cm dan 1 cm pada berbagai prosentase. Kerapatan berbanding lurus terhadap kekuatan dan laju pembakaran briket biocoal. Rata-rata tegangan tarik tertinggi terdapat pada campuran serat kelapa sawit ukuran 1 cm (prosentase 31,9%) yaitu sebesar 164,03 x 103 N/m2, sedangkan rata-rata tegangan tarik paling rendah terdapat pada campuran ampas tebu ukuran 1 cm (prosentase 63,7%) yaitu sebesar 54,24 x 103 N/m2. Rata-rata tegangan tekan tertinggi terdapat pada campuran serat kelapa sawit ukuran 1 cm (prosentase 31,9%) yaitu sebesar 141,27 x 103 N/m2, sedangkan rata-rata tegangan tekan paling rendah terdapat pada campuran ampas tebu ukuran 1 cm (prosentase 63,7%) yaitu sebesar 16,47 x 103 N/m2. Briket biocoal dengan campuran serat kelapa sawit ukuran 0,5 cm dan 1 cm prosentase 47,7% merupakan briket biocoal dengan kualitas baik karena tidak adanya potongan saat pengujian. Sedangkan untuk briket biocoal dengan campuran serat kelapa sawit ukuran 0,5 cm prosentase 31,9% merupakan briket

biocoal dengan kualitas yang kurang baik karena paling banyak potongan yang

dihasilkan saat pengujian. Sedangkan sebagai pembanding adalah briket murni (2,2% lem, 6,4% tanah liat dan 91,4% batubara) memiliki laju pembakaran (2,57 g/menit) yang lebih cepat dibandingkan dengan briket biasa (1,61 g/menit) dan briket super (2,09 g/menit).

Berdasarkan jenisnya, campuran serat kelapa sawit dan ampas tebu ikut mempengaruhi laju pembakaran briket biocoal. Serat kelapa sawit ukuran 1 cm rata-rata memiliki laju pembakaran (3,04 gram/menit) lebih cepat bila dibandingkan dengan serat kelapa sawit ukuran 0,5 cm (2,91 gram/menit). Ampas tebu ukuran 1 cm rata-rata memiliki laju pembakaran (3,12 gram/menit) lebih cepat dibandingkan ampas tebu ukuran 0,5 cm (2,98 gram/menit). Berdasarkan campuran prosentase serat kelapa sawit atau ampas tebu mempengaruhi laju pembakaran briket biocoal. Campuran serat kelapa sawit ukuran 0,5 cm prosentase 63,7% (3,30 gram/menit) lebih cepat laju pembakarannya dibandingkan dengan prosentase lainnya. Campuran serat kelapa sawit ukuran 1 cm prosentase 31,9%, 47,7% dan 63,7% memiliki laju pembakaran (3,00 gram/menit) yang lebih cepat dibandingkan dengan prosentase 16%.

(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Briket biocoal dengan campuran serat kelapa sawit ukuran panjang 0,5 cm

memiliki kualitas yang baik dari perlakuan lain dilihat dari sifat fisiknya

dengan cara uji menjatuhkan dari ketinggian 2 meter, uji tekan dan uji tarik.

2. Briket biocoal dengan campuran serat kelapa sawit atau ampas tebu lebih

cepat laju pembakarannya dibandingkan dengan briket murni, briket biasa

dan briket super.

3. Briket biocoal campuran ampas tebu ukuran panjang 0,5 cm dengan

prosentase 63,7% memiliki laju pembakaran yang lebih baik dibandingkan

briket biocoal lainnya.

4. Semakin tinggi kerapatan briket biocoal semakin lama laju pembakarannya.

5. Semakin tinggi prosentase biomassa pada briket biocoal maka semakin cepat

laju pembakarannya.

6. Biocoal dengan campuran serat kelapa sawit atau ampas tebu memiliki

(4)

60

B. Saran

Dari hasil pengamatan, pembahasan dan kesimpulan penulis menyampaikan saran

sebagai berikut :

1. Setelah pencetakan briket biocoal dengan campuran serat kelapa sawit atau

ampas tebu, sebaiknya segera dijemur untuk mencegah tumbuhnya jamur.

2. Pembuatan briket biocoal sebaiknya menggunakan campuran serat kelapa

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batu bara adalah batuan yang dapat terbakar yang lebih dari 50 - 70% berat

volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material karbon. Bahan

organik utamanya yaitu tumbuhan yang dapat berupa jejak kulit pohon, daun,

akar, struktur kayu, spora, polen, damar, dan lain-lain. Selanjutnya bahan organik

tersebut mengalami berbagai tingkat pembusukan (dekomposisi) sehingga

menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik maupun kimia, baik sebelum ataupun

sesudah tertutup oleh endapan lainnya. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon,

hidrogen dan oksigen. Batu bara dapat diubah menjadi cair melalui pencairan

(liquefication), menjadi gas melalui gasifikasi atau sesuai dengan aslinya (padat).

Penggunaan batu bara dapat dipakai secara langsung atau melalui proses

pengemasan melalui teknologi yang beraneka ragam, mulai dari yang paling

sederhana sampai modern dan bersifat komersil hampir diseluruh dunia. Salah

satu dari sekian banyak komersialisasi batu bara yang menggunakan teknologi

sederhana adalah pengemasan batu bara yang lebih sering disebut dengan

pembriketan (Anonim, 2009).

Briket batu bara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batu bara dengan

(6)

utama pada pembuatan briket batu bara ini yaitu batu bara yang sumbernya sangat

berlimpah. Briket batubara merupakan bahan bakar alternatif atau sebagai

pengganti bahan bakar lain seperti minyak dan gas. Penggunaan bahan bakar batu

bara harus lebih ditingkatkan, mengingat pada masa ini dunia sedang mengalami

krisis minyak dan gas. Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya harga

minyak mentah dipasaran Internasional yang disebabkan oleh berkurangnya

cadangan fosil sedangkan kebutuhan terus meningkat. Bahan bakar berupa briket

batu bara ini merupakan bahan bakar alternatif yang murah dan dapat

dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi

dan peralatan yang digunakan relatif sederhana. Untuk memperoleh briket batu

bara yang baik diperlukan batu bara dengan kualitas yang bagus, terutama

memiliki kandungan sulfur dan abu yang rendah. Briket batu bara sangat

ekonomis dan dapat menghasilkan kalori pembakaran yang cukup panjang. Satu

kg briket batu bara dapat dipakai hingga 8 jam dengan pembakaran yang relatif

konstan. Briket batu bara ini sangat cocok untuk dipakai pada kebutuhan akan

energi yang banyak dengan durasi pembakaran yang panjang contohnya seperti

pada industri rumah tangga (Adrihimura, 2009).

Briket batu bara lebih sulit dinyalakan dibandingkan dengan bahan bakar lainnya

karena bahan utama yang terkandung di dalam batu bara sulit terbakar pada awal

penyalaan dan dipengaruhi ukuran briket. Hal ini juga mempengaruhi laju

pembakaran yang relatif lama. Dengan permasalahan tersebut, dibutuhkan sebuah

briket batu bara yang harus memiliki laju pembakaran yang cepat sehingga dapat

(7)

dapat dipercepat dengan mencampurkan bahan lain yang mudah terbakar pada

pembuatan briket tersebut. Briket bio-batu bara atau yang dikenal dengan briket

biocoal, komposisinya tidak hanya terdiri dari kapur dan zat perekat namun

ditambahkan campuran biomassa didalamnya sebagai substansi untuk mengurangi

emisi dan mempercepat pembakaran. Adapun campuran biomassa yang dapat

digunakan yaitu ampas tebu dan serat kelapa sawit yang merupakan produk

samping pabrik yang jumlahnya sangat melimpah yang disebut dengan biomassa.

Dalam satu hari pengolahan bisa menghasilkan ratusan ton serat kalapa sawit dan

ampas tebu. Pada umumnya dua jenis serat ini dimanfaatkan sebagai bahan utama

untuk proses pembakaran karena memiliki nilai kalor yang cukup tinggi (Isroi,

2008).

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran serat kelapa sawit

dan ampas tebu dalam pembuatan briket biocoal terhadap sifat fisik dan laju

pembakaran.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para produsen

atau pembuat briket biocoal dari serat kelapa sawit atau ampas tebu, mengenai

pengaruh campuran prosentase biomassa tersebut dalam pembuatan briket biocoal

dan dalam penggunaannya secara efisiensi dapat dinyalakan dan mengamati

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk menentukan kandungan asam laktat pada 50 gram sampel (kubis), dengan konsentrasi 3% dari berat sampel yakni 1,5 gram

5 Pengiriman parameter secara nilai adalah pengiriman searah, yaitu dari bagian program yang memanggil fungsi ke fungsi yang dipanggil. 5 Pengiriman suatu nilai dapat dilakukan

Sublimasi merupakan proses pemurnian suatu zat dengan jalan memanaskan campuran zat, dimana pada pemanasan campuran zat, zat dapat berubah langsung dari fasa

Dengan dibuatnya pakaian wanita siap pakai dengan inspirasi motif dari tenun Sumba, kemudian motif Sumba yang dikembangkan dengan teknik cukil kayu, merupakan suatu bentuk

Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun

Kuesioner yang disusun dalam penelitian ini adalah kuesioner berstruktur artinya setiap pernyataan yang disusun telah disediakan alternatif jawabannya,

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI ini diturunkan dari prinsip-prinsip yang digunakan dalam

Penelitian inferensial diperlukan jika peneliti memiliki keterbatasan dana sehingga untuk lebih efisien penelitian dilakukan dengan mengambil jumlah sampel yang lebih