• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kecepatan Arus terhadap Tampilan Gillnet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kecepatan Arus terhadap Tampilan Gillnet"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRRAM STUDI FAKULTA IN

HA

I PEMANF AS PERIKA NSTITUT P

ASAN BASR

FAATAN SU ANAN DAN

PERTANIA 2009

RI

UMBERDA N ILMU KEL

AN BOGOR

AYA PERIK LAUTAN R

(2)

HASAN BASRI, C54104032. Pengaruh Kecepatan Arus terhadap Tampilan Gillnet : Uji Coba di Flume Tank. Dibimbing oleh DINIAH.

Bentuk tampilan gillnet atau jaring insang ketika dioperasikan di laut sangat dipengaruhi oleh arus dan gaya hidrodinamika yang dialami oleh seluruh alat. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan laboratorium, menggunakan potongan badan gillnet dalam flume tank untuk mengetahui pengaruh kuat arus terhadap tampilan konstruksi gillnet di dalam air. Hasil pengamatan terhadap komponen perlengkapan gillnet menunjukkan bahwa interaksi antara gaya apung dan gaya berat memberikan pengaruh ketegangan terhadap mata jaring, sehingga dapat meningkatkan beban jaring. Kecepatan arus dan konstruksi mata jaring memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tingkat rebahnya jaring. Tahanan hidrodinamika semakin besar seiring dengan meningkatnya kecepatan arus. Tahanan hidrodinamika pada jaring dipengaruhi oleh luasan badan jaring, serta perimbangan gaya apung dan gaya berat dari pelampung dan pemberat yang dipasang pada potongan badan gillnet. Buoyancy sebuah pelampung sebesar 102,6 gf dan sinking force sebuah pemberat di dalam air sebesar 65,58 gf. Agar tetap terapung, maka pemakaian pelampung dan pemberat haruslah 1׃1. Konstruksi gillnet PA multifilamen 4˝ dalam ukuran 1 meter dan berat 180 g memerlukan 2 buah pelampung untuk menahan jaring agar tidak tenggelam. Konstruksi gillnet PA monofilamen dalam ukuran yang sama dan berat 67,5 g memerlukan 1 buah pelampung agar tidak tenggelam.

(3)

lingkungan lain. Diperlukan penelitian pada alat tangkap gillnet untuk mengetahui tampilannya di dalam air. Pengamatan terhadap gillnet sulit jika dilakukan langsung di lapangan, karena faktor kondisi alam yang tidak dapat dikontrol. Oleh karena itu, untuk mengetahui hal tersebut, maka penelitian bertopik tampilan gillnet ini dilakukan di dalam flume tank.

Gillnet atau jaring insang adalah jenis alat penangkap ikan yang berbentuk empat persegi panjang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat ataupun terpuntal. Alat tangkap gillnet dioperasikan di permukaan, pertengahan dan dasar perairan secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menagkap ikan pelagis dan demersal. Mata jaring pada gillnet yang dibuat dari bahan polyamide (PA) umumnya lebih banyak dipakai oleh nelayan karena memiliki keunggulan lebih kuat dan kelenturan yang baik. Gillnet millenium dan monofilamen termasuk kelompok jaring insang. Mata jaring millenium menggunakan beberapa helai benang PA yang dipilin lemah, sedangkan monofilamen menggunakan benang tunggal. Perbedaan pada konstruksi mata jaring tersebut berpengaruh pada kekuatan mata jaring, namun di sisi lain berpengaruh pada peningkatan berat jaring. Dengan demikian pemakian pelampung dan pemberat seharusnya tidak disamakan pada masing-masing gillnet tersebut.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

(4)

1) Ir. Diniah, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan nasihat selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini;

2) Prof.Dr.Ir. Bambang Murdiyanto, M.Sc. atas arahannya selama melakukan uji coba di flume tank;

3) Ir. Moch. Prihatna Sobari MS. dan Dr. Sulaeman Martasuganda B.Fish.Sc, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan perbaikan penulisan skripsi bagi penulis;

4) Dr.Ir. Mohammad Imron M.Si. selaku komisi pendidikan dan Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. selaku Ketua Departemen yang telah memberikan masukan maupun saran yang sangat berarti bagi penulis;

5) Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di IPB;

6) Keluarga Bapak Nahrowi Ramli atas kesediaan waktunya dan kesabarannya dalam mendidik penulis hingga dapat menempuh pendidikan di IPB;

7) Yayasan Danamon Peduli, Bank Danamon Indonesia atas bantuan beasiswa pendidikan dan training yang telah diberikan. Kepada Ibu Tya, Om Hery, Ibu Like, Mas Chris, Pak Fauzan, Ibu Risa, Pak Dedy beserta rekan terimakasih atas kebersamaannya;

8) Presiden Direktur PT. Net Manufacturing Bandung – Bapak Hendra Gunawan – beserta staf;

9) Teman-teman PSP 41 yang tidak akan terlupakan dalam kebersamaan “we want you to be one of us to help the fisherman and to feed the hungry world”. 10) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan

(5)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 3

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) ... 4

2.1.1 Monofilamen ... 5

2.1.2 Millenium ... 8

2.2 Rancang Bangun Alat Tangkap Gillnet ... 11

2.2.1 Hanging Ratio ... 12

2.2.2 Gaya Berat dan Gaya Apung ... 15

2.2.3 Tahanan Hidrodinamika Gillnet ... 20

3 METODOLOGI ... 21

3.1 Lokasi dan Waktu ... 21

3.2 Bahan dan Alat ... 22

3.2.1 Bahan ... 22

3.2.2 Alat ... 25

3.3 Rancangan Percobaan ... 26

3.4 Pengumpulan Data ... 26

3.5 Analisis Data ... 33

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Pengaruh Kecepatan Arus Terhadap Tampilan Gillnet di Flume tank ... 36

4.1.1 Tampilan pada Badan Gillnet ... 37

4.1.2 Tampilan pada Perlengkapan Gillnet ... 39

4.2 Tahanan Hidrodinamika pada Badan Gillnet ... 41

4.3 Tahanan Hidrodinamika pada Pelampung dan Pemberat ... 43

4.4 Rancangan Gillnet ... 45

4.4.1 Gillnet PA multifilamen ... 49

4.4.2 Gillnet PA monofilamen ... 52

5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

4.1 Kesimpulan ... 56

(6)
(7)

Halaman 1 Berat jenis, koefisien daya apung dan daya tenggelam bahan alat

perikanan ... 16

2 Berat jenis (γ) padapelampung, pemberat dan bahan jaring ... 16

3 Konstruksi drift gillnet (per piece) berdasarkan target ikan ... 17

4 Hubungangaya apung dan gaya tenggelam pada beberapa gillnet ... 18

5 Koefisien tahanan hidrodinamika (Cx) pada beberapa bentuk khusus ... 20

6 Spesifikasi flume tank milik Departemen PSP FPIK IPB ... 21

7 Material konstruksi gillnet PA multifilamen dan monofilamen pada penelitian di flume tank ... 23

8 Berat bahan pelampung dan pemberat di udara dan di dalam air ... 23

9 Struktur pengisian rataan data hasil pengamatan ... 26

10 Koefisien gaya tarik untuk benda tertentu pada permukaan yang menerima gaya hidrodinamis ... 34

11 Kecepatan arus air dalam flume tank ... 36

12 Pengaruh kecepatan arus terhadap tahanan hidrodinamika pada badan Jaring PA multifilamendanmonofilamen ... 41

13 Spesifikasi pada driftgillnet PA multifilamen dan monofilamen untuk satu pis sepanjang 90 m ... 46

(8)

1 Metode pengoperasian gillnet ... 7

2 Konstruksi gillnet PA multifilamen nelayan di Cirebon ... 9

3 Flume tank milik Departemen PSP FPIK – IPB ... 21

4 Badan jaring gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen ... 22

5 Badan gillnet berukuran 7x7 mata pada percobaan di flume tank ... 23

6 Pelampung dan pemberat ... 24

7 Potongan badan gillnet dengan frame di dalam flume tank ... 24

8 Alat-alat yang dipakai pada penelitian gillnet di laboratorium ... 25

9 Menentukan buoyancy pelampung dengan percobaan sederhana ... 27

10 Ilustrasi menghitung buoyancy pelampung dan gaya tenggelam pemberat ... 28

11 Metode pengukuran arus di flume tank ... 29

12 Ilustrasi mengukur beban dorong hidrodinamika pada miniatur gillnet ... 30

13 Tampilan miniatur badan gillnet pada percobaan di dalam flume tank ... 30

14 Mengukur tingkat rebah pelampung dan pemberat di flume tank ... 31

15 Mengukur tahanan hidrodinamika pada pelampung dan pemberat ... 32

16 Tampilan badan gillnet PA multifilamen pada frame akibat kecepatan arus 38 17 Tampilan badan gillnet PA monofilamen pada frame akibat arus ... 38

18 Pengujian tahanan pelampung dan tampilannya terhadap arus ... 39

19 Pengujian tahanan pemberat dan tampilannya terhadap arus ... 40

20 Rataan tahanan hidrodinamika badan gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen berukuran 7x7 mata pada kisaran arus 0,7 – 1,4 knot ... 43

21 Nilai tahanan hidrodinamika gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen pada kisaran kecepatan arus 0,7 – 1,4 knot hasil perhitungan rumus ... 42

22 Pengaruh kecepatan arus terhadap tingkat rebah dan tahanan hidrodinamika pada pelampung dan pemberat ... 44

23 Pengaruh kecepatan arus terhadap tahanan hidrodinamika pelampung ... 45

24 Pengaruh kecepatan arus terhadap tahanan hidrodinamika pemberat ... 45

(9)

Halaman 27 Nilai tahanan hidrodinamika dengan pendekatan rumus ... 61 28 Sudut kemiringan pelampung dan pemberat ... 62 29 Pengukuran gaya apung dan gaya tenggelam ... 64 30 Menghitung tahanan hidrodinamika lift force dan drag force pada

(10)

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Alat penangkap ikan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Gillnet merupakan salah satu contoh alat tangkap yang banyak mengalami modifikasi dalam penggunaannya. Alat tangkap gillnet lebih banyak digunakan oleh nelayan dibandingkan dengan alat tangkap lain. Bahan-bahan untuk membuat alat tangkap ini mudah diperoleh dan relatif murah. Pada dasarnya, alat tangkap gillnet bisa dibuat oleh seseorang yang memiliki kemampuan menghitung secara teknik dan pengalaman yang cukup, namun agar mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal diperlukan teknik perhitungan konstruksi gillnet yang lebih baik.

Operasional gillnet dilakukan dengan cara dipasang di perairan, sejajar atau menghadang arus untuk menghadang ruaya ikan. Saat dioperasikan bentuknya dapat berubah-ubah karena tahanan hidrodinamika yang ditimbulkan oleh arus yang melewati gillnet tersebut.

Tampilan gillnet akan membentang empat persegi tegak secara sempurna pada kondisi tanpa arus, seperti terlihat pada saat dibentangkan di darat. Pada saat dioperasikan di dalam perairan yang berarus, maka gillnet akan mengalami perubahan bentuk, yaitu menjadi miring atau bahkan rebah dengan bentuk tampilan yang tidak teratur. Hal ini disebabkan oleh gaya hidrodinamika yang bekerja pada seluruh perlengkapan gillnet. Fridman (1988) melaporkan bahwa gaya hidrodinamika timbul akibat tekanan air yang bergerak menerobos atau gerakan alat tangkap menyaring kolom air, reaksi dengan dasar perairan, gaya yang diakibatkan ikan dan beban akibat penggantungan alat.

(11)

PROGRRAM STUDI FAKULTA IN

HA

I PEMANF AS PERIKA NSTITUT P

ASAN BASR

FAATAN SU ANAN DAN

PERTANIA 2009

RI

UMBERDA N ILMU KEL

AN BOGOR

AYA PERIK LAUTAN R

(12)

HASAN BASRI, C54104032. Pengaruh Kecepatan Arus terhadap Tampilan Gillnet : Uji Coba di Flume Tank. Dibimbing oleh DINIAH.

Bentuk tampilan gillnet atau jaring insang ketika dioperasikan di laut sangat dipengaruhi oleh arus dan gaya hidrodinamika yang dialami oleh seluruh alat. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan laboratorium, menggunakan potongan badan gillnet dalam flume tank untuk mengetahui pengaruh kuat arus terhadap tampilan konstruksi gillnet di dalam air. Hasil pengamatan terhadap komponen perlengkapan gillnet menunjukkan bahwa interaksi antara gaya apung dan gaya berat memberikan pengaruh ketegangan terhadap mata jaring, sehingga dapat meningkatkan beban jaring. Kecepatan arus dan konstruksi mata jaring memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tingkat rebahnya jaring. Tahanan hidrodinamika semakin besar seiring dengan meningkatnya kecepatan arus. Tahanan hidrodinamika pada jaring dipengaruhi oleh luasan badan jaring, serta perimbangan gaya apung dan gaya berat dari pelampung dan pemberat yang dipasang pada potongan badan gillnet. Buoyancy sebuah pelampung sebesar 102,6 gf dan sinking force sebuah pemberat di dalam air sebesar 65,58 gf. Agar tetap terapung, maka pemakaian pelampung dan pemberat haruslah 1׃1. Konstruksi gillnet PA multifilamen 4˝ dalam ukuran 1 meter dan berat 180 g memerlukan 2 buah pelampung untuk menahan jaring agar tidak tenggelam. Konstruksi gillnet PA monofilamen dalam ukuran yang sama dan berat 67,5 g memerlukan 1 buah pelampung agar tidak tenggelam.

(13)

lingkungan lain. Diperlukan penelitian pada alat tangkap gillnet untuk mengetahui tampilannya di dalam air. Pengamatan terhadap gillnet sulit jika dilakukan langsung di lapangan, karena faktor kondisi alam yang tidak dapat dikontrol. Oleh karena itu, untuk mengetahui hal tersebut, maka penelitian bertopik tampilan gillnet ini dilakukan di dalam flume tank.

Gillnet atau jaring insang adalah jenis alat penangkap ikan yang berbentuk empat persegi panjang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat ataupun terpuntal. Alat tangkap gillnet dioperasikan di permukaan, pertengahan dan dasar perairan secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menagkap ikan pelagis dan demersal. Mata jaring pada gillnet yang dibuat dari bahan polyamide (PA) umumnya lebih banyak dipakai oleh nelayan karena memiliki keunggulan lebih kuat dan kelenturan yang baik. Gillnet millenium dan monofilamen termasuk kelompok jaring insang. Mata jaring millenium menggunakan beberapa helai benang PA yang dipilin lemah, sedangkan monofilamen menggunakan benang tunggal. Perbedaan pada konstruksi mata jaring tersebut berpengaruh pada kekuatan mata jaring, namun di sisi lain berpengaruh pada peningkatan berat jaring. Dengan demikian pemakian pelampung dan pemberat seharusnya tidak disamakan pada masing-masing gillnet tersebut.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

(14)

1) Ir. Diniah, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan nasihat selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini;

2) Prof.Dr.Ir. Bambang Murdiyanto, M.Sc. atas arahannya selama melakukan uji coba di flume tank;

3) Ir. Moch. Prihatna Sobari MS. dan Dr. Sulaeman Martasuganda B.Fish.Sc, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan perbaikan penulisan skripsi bagi penulis;

4) Dr.Ir. Mohammad Imron M.Si. selaku komisi pendidikan dan Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. selaku Ketua Departemen yang telah memberikan masukan maupun saran yang sangat berarti bagi penulis;

5) Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di IPB;

6) Keluarga Bapak Nahrowi Ramli atas kesediaan waktunya dan kesabarannya dalam mendidik penulis hingga dapat menempuh pendidikan di IPB;

7) Yayasan Danamon Peduli, Bank Danamon Indonesia atas bantuan beasiswa pendidikan dan training yang telah diberikan. Kepada Ibu Tya, Om Hery, Ibu Like, Mas Chris, Pak Fauzan, Ibu Risa, Pak Dedy beserta rekan terimakasih atas kebersamaannya;

8) Presiden Direktur PT. Net Manufacturing Bandung – Bapak Hendra Gunawan – beserta staf;

9) Teman-teman PSP 41 yang tidak akan terlupakan dalam kebersamaan “we want you to be one of us to help the fisherman and to feed the hungry world”. 10) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan

(15)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 3

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) ... 4

2.1.1 Monofilamen ... 5

2.1.2 Millenium ... 8

2.2 Rancang Bangun Alat Tangkap Gillnet ... 11

2.2.1 Hanging Ratio ... 12

2.2.2 Gaya Berat dan Gaya Apung ... 15

2.2.3 Tahanan Hidrodinamika Gillnet ... 20

3 METODOLOGI ... 21

3.1 Lokasi dan Waktu ... 21

3.2 Bahan dan Alat ... 22

3.2.1 Bahan ... 22

3.2.2 Alat ... 25

3.3 Rancangan Percobaan ... 26

3.4 Pengumpulan Data ... 26

3.5 Analisis Data ... 33

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Pengaruh Kecepatan Arus Terhadap Tampilan Gillnet di Flume tank ... 36

4.1.1 Tampilan pada Badan Gillnet ... 37

4.1.2 Tampilan pada Perlengkapan Gillnet ... 39

4.2 Tahanan Hidrodinamika pada Badan Gillnet ... 41

4.3 Tahanan Hidrodinamika pada Pelampung dan Pemberat ... 43

4.4 Rancangan Gillnet ... 45

4.4.1 Gillnet PA multifilamen ... 49

4.4.2 Gillnet PA monofilamen ... 52

5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

4.1 Kesimpulan ... 56

(16)
(17)

Halaman 1 Berat jenis, koefisien daya apung dan daya tenggelam bahan alat

perikanan ... 16

2 Berat jenis (γ) padapelampung, pemberat dan bahan jaring ... 16

3 Konstruksi drift gillnet (per piece) berdasarkan target ikan ... 17

4 Hubungangaya apung dan gaya tenggelam pada beberapa gillnet ... 18

5 Koefisien tahanan hidrodinamika (Cx) pada beberapa bentuk khusus ... 20

6 Spesifikasi flume tank milik Departemen PSP FPIK IPB ... 21

7 Material konstruksi gillnet PA multifilamen dan monofilamen pada penelitian di flume tank ... 23

8 Berat bahan pelampung dan pemberat di udara dan di dalam air ... 23

9 Struktur pengisian rataan data hasil pengamatan ... 26

10 Koefisien gaya tarik untuk benda tertentu pada permukaan yang menerima gaya hidrodinamis ... 34

11 Kecepatan arus air dalam flume tank ... 36

12 Pengaruh kecepatan arus terhadap tahanan hidrodinamika pada badan Jaring PA multifilamendanmonofilamen ... 41

13 Spesifikasi pada driftgillnet PA multifilamen dan monofilamen untuk satu pis sepanjang 90 m ... 46

(18)

1 Metode pengoperasian gillnet ... 7

2 Konstruksi gillnet PA multifilamen nelayan di Cirebon ... 9

3 Flume tank milik Departemen PSP FPIK – IPB ... 21

4 Badan jaring gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen ... 22

5 Badan gillnet berukuran 7x7 mata pada percobaan di flume tank ... 23

6 Pelampung dan pemberat ... 24

7 Potongan badan gillnet dengan frame di dalam flume tank ... 24

8 Alat-alat yang dipakai pada penelitian gillnet di laboratorium ... 25

9 Menentukan buoyancy pelampung dengan percobaan sederhana ... 27

10 Ilustrasi menghitung buoyancy pelampung dan gaya tenggelam pemberat ... 28

11 Metode pengukuran arus di flume tank ... 29

12 Ilustrasi mengukur beban dorong hidrodinamika pada miniatur gillnet ... 30

13 Tampilan miniatur badan gillnet pada percobaan di dalam flume tank ... 30

14 Mengukur tingkat rebah pelampung dan pemberat di flume tank ... 31

15 Mengukur tahanan hidrodinamika pada pelampung dan pemberat ... 32

16 Tampilan badan gillnet PA multifilamen pada frame akibat kecepatan arus 38 17 Tampilan badan gillnet PA monofilamen pada frame akibat arus ... 38

18 Pengujian tahanan pelampung dan tampilannya terhadap arus ... 39

19 Pengujian tahanan pemberat dan tampilannya terhadap arus ... 40

20 Rataan tahanan hidrodinamika badan gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen berukuran 7x7 mata pada kisaran arus 0,7 – 1,4 knot ... 43

21 Nilai tahanan hidrodinamika gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen pada kisaran kecepatan arus 0,7 – 1,4 knot hasil perhitungan rumus ... 42

22 Pengaruh kecepatan arus terhadap tingkat rebah dan tahanan hidrodinamika pada pelampung dan pemberat ... 44

23 Pengaruh kecepatan arus terhadap tahanan hidrodinamika pelampung ... 45

24 Pengaruh kecepatan arus terhadap tahanan hidrodinamika pemberat ... 45

(19)

Halaman 27 Nilai tahanan hidrodinamika dengan pendekatan rumus ... 61 28 Sudut kemiringan pelampung dan pemberat ... 62 29 Pengukuran gaya apung dan gaya tenggelam ... 64 30 Menghitung tahanan hidrodinamika lift force dan drag force pada

(20)

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Alat penangkap ikan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Gillnet merupakan salah satu contoh alat tangkap yang banyak mengalami modifikasi dalam penggunaannya. Alat tangkap gillnet lebih banyak digunakan oleh nelayan dibandingkan dengan alat tangkap lain. Bahan-bahan untuk membuat alat tangkap ini mudah diperoleh dan relatif murah. Pada dasarnya, alat tangkap gillnet bisa dibuat oleh seseorang yang memiliki kemampuan menghitung secara teknik dan pengalaman yang cukup, namun agar mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal diperlukan teknik perhitungan konstruksi gillnet yang lebih baik.

Operasional gillnet dilakukan dengan cara dipasang di perairan, sejajar atau menghadang arus untuk menghadang ruaya ikan. Saat dioperasikan bentuknya dapat berubah-ubah karena tahanan hidrodinamika yang ditimbulkan oleh arus yang melewati gillnet tersebut.

Tampilan gillnet akan membentang empat persegi tegak secara sempurna pada kondisi tanpa arus, seperti terlihat pada saat dibentangkan di darat. Pada saat dioperasikan di dalam perairan yang berarus, maka gillnet akan mengalami perubahan bentuk, yaitu menjadi miring atau bahkan rebah dengan bentuk tampilan yang tidak teratur. Hal ini disebabkan oleh gaya hidrodinamika yang bekerja pada seluruh perlengkapan gillnet. Fridman (1988) melaporkan bahwa gaya hidrodinamika timbul akibat tekanan air yang bergerak menerobos atau gerakan alat tangkap menyaring kolom air, reaksi dengan dasar perairan, gaya yang diakibatkan ikan dan beban akibat penggantungan alat.

(21)

Pengamatan di flume tank disadari memang tidak sama persis dengan kondisi yang ada di lapangan, akan tetapi hasilnya dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi yang sebenarnya.

Penelitian yang dilakukan di dalam flume tank menggunakan sebagian kecil gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen. Gillnet PA multifilamen saat ini telah banyak dioperasikan oleh nelayan di daerah Cirebon dan Indramayu dan pada mata jaringnya telah dilakukan modifikasi. Gillnet PA multifilamen menggunakan 6 helai atau lebih benang tunggal yang dipilin lemah. Penggunaan benang berlapis pada konstruksi mata jaring tersebut meningkatkan kekuatan jaring, akan tetapi di sisi lain berakibat meningkatnya beban jaring. Oleh karenanya penggunaan pelampung dan pemberat yang dipasang pada satu pis gillnet PA multifilamen akan berbeda jumlahnya dengan gillnet PA monofilamen.

Di pabrik pembuatan jaring milik PT. Indoneptune Net Manufacturing Bandung diproduksi gillnet PA multifilamen maupun PA monofilamen dengan berbagai ukuran mata jaring. Gillnet PA multifilamen diproduksi dengan jumlah helai 6, 8, 10, dan 12 helai yang dipilin lemah. Gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen pada penelitian ini dibuat menggunakan bahan polyamide atau PA sebagaimana jenis gillnet yang dioperasikan nelayan di Cirebon dan Indramayu. Bahan PA memiliki sifat mudah tenggelam, disamping itu memiliki kelenturan dan daya tahan putus yang tinggi. Pengujian alat tangkap dengan permodelan atau miniatur tidak hanya lebih murah dan lebih mudah dipakai untuk mempelajari suatu peristiwa, juga merupakan satu-satunya cara yang memungkinkan untuk alat tangkap yang besar.

(22)

1.2Rumusan Masalah

Tampilan gillnet di dalam perairan dipengaruhi oleh gaya internaldangaya eksternal yang bekerja pada alat tangkap. Gaya-gaya tersebut diantaranya gaya berat, gaya apung dan gaya hidrodinamika. Gaya hidrodinamika pada suatu alat timbul karena gerak alat melalui air atau gerak air melewati alat. Gaya hidrodinamika yang timbul dapat dibedakan menjadi gaya yang bekerja searah dengan arah arus yang disebut gaya tarik atau drag force serta gaya yang bekerja tegak lurus terhadap arah arus yang disebut dengan gaya angkat atau lift force (Fridman 1988). Gaya-gaya ini akan mempengaruhi bentuk dan posisi gillnet di dalam air.

Gaya apung bekerja berlawanan arah dengan gaya berat, adanya dua gaya yang berlawanan ini memungkinkan gillnet dapat membentang vertikal. Di dalam perairan tanpa arus, gillnet akan terbentang lebih menegak karena hanya gaya tenggelam dan gaya apung hidrostatika yang paling mempengaruhi tampilan gillnet. Bagaimana tampilan badan gillnet di dalam air yang berarus, belum ada yang mengkajinya. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mengamati pengaruh arus terhadap tampilan badan gillnet.

1.3Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah

1) Mengamati pengaruh kecepatan arus terhadap tampilan badan gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen di flume tank;

2) Menentukan nilai tahanan hidrodinamik pada gillnet PA multifilamen dan gillnet PA monofilamen berdasarkan kecepatan arus yang berbeda;

3) Menentukan kombinasi jumlah pelampung dan pemberat yang menghasilkan tampilan gillnet terbaik.

1.4Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberi informasi tentang

1) Nilai tahanan hidrodinamika dan tampilan gillnet PA multifilamen dan gillnet PA monofilamen akibat kecepatan arus yang mempengaruhinya;

(23)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet)

Jaring insang atau gillnet adalah suatu alat penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah (Subani dan Barus 1989). Sainsbury (1971) memaparkan alat tangkap gillnet sebagai badan jaring lebar yang ditempatkan di atas dasar laut untuk menangkap ikan demersal, atau ditempatkan di semua lapisan dari lapisan kolom pertengahan sampai permukaan laut apabila target tangkapan adalah ikan pelagis. Welcomme (2001) menyatakan bahwa gillnet terdiri atas badan jaring yang sederhana yang dilengkapi dengan tali pelampung di bagian atas dan tali pemberat di bagian bawahnya.

Menurut von Brandt (2005), gillnet termasuk alat tangkap pasif dan biasanya dipasang menghadang arah migrasi ikan, sehingga ikan akan berusaha tetap melewati bentangan badan jaring tersebut dan akhirnya terjerat. Gillnet dapat dipasang menghadang atau sejalan arah arus. Posisi ini dapat mengubah bentuk alat karena tekanan dinamika air yang kemudian dapat mempengaruhi kapasitas hasil tangkapan. Dalam hal ini, gillnet dapat dioperasikan dengan cara dihanyutkan dari kapal. Drift gillnet atau disebut jaring insang hanyut dapat dioperasikan di fishing ground yang luas dengan rangkaian jaring yang panjang. Menurut Nomura dan Yamazaki (1987), jaring insang dioperasikan dalam rangkaian yang panjang hingga mencapai 3.000 – 4.000 m. Dalam hal ini gillnet dioperasikan secara terhanyut bersama dengan kapalnya atau ditetapkan kedudukannya dengan bantuan jangkar pada lapisan kedalaman tertentu.

(24)

Gillnet seharusnya dibuat agar tidak mudah dilihat ikan. Dalam hal ini cara yang sederhana adalah dengan memilih warna yang menyerupai kondisi perairan tempat mengoperasikan alat tangkap jaring insang tersebut. Misalnya pada perairan dangkal di atas pasir yang cerah maka jaring yang berwarna putih kurang terlihat, sedangkan untuk jaring yang berwarna hijau lebih sesuai di atas dasar perairan yang ditumbuhi alga. Di lapisan pertengahan dengan transparansi yang tinggi warna gelap umumnya lebih disukai dan pada kedalaman mencapai sepuluh kali transparansi sebaiknya menggunakan warna putih (Fridman 1988).

Fridman (1988) mengungkapkan bahwa bentuk, posisi dan keadaan dimensi alat penangkap ikan bergantung pada besaran dan arah gaya yang bekerja padanya. Gaya ini mencakup gaya berat (gravitasi), hidrostatik dan hidrodinamika yang ditimbulkan akibat tekanan air yang bergerak melewati alat. Lebih jauh lagi Fridman (1988) melaporkan bahwa gaya gravitasi dan hidrostatik dapat tersebar sepanjang permukaan gillnet dan tali atau terpusat pada titik di sekitar pelampung, pemberat serta perlengkapan gillnet lainnya. Gaya gravitasi (W) arahnya ke bawah, sementara gaya hidrostatik (B) atau gaya apung arahnya ke atas.

Bekerjanya gaya-gaya tersebut akan mengakibatkan adanya tegangan pada badan gillnet. Ketegangan (tension) gillnet akan menjaga ikan yang tertangkap agar tetap berada pada gillnet meskipun ikan berusaha berontak untuk meloloskan diri. Namun jika gillnet memiliki ketegangan yang terlalu kuat ataupun terlalu kendur, maka akan mengurangi hasil tangkapan karena ikan mudah meloloskan diri. Pada drift gillnet ketegangan pada badan jaring dipengaruhi oleh gaya tenggelam pemberat dan pada bottom gillnet dipengaruhi oleh gaya apung pelampung (Nomura 1977).

2.1.1 Gillnet Monofilamen

(25)

menambahkan bahwa benang PA monofilamen paling halus misalnya 0,1 dan 0,2 mm yang digunakan untuk gillnet memiliki kekakuan yang sangat rendah. Di dalam air kekakuan semua PA monofilamen menjadi semakin kecil. Dengan demikian bahan ini akan semakin lembut dibandingkan dalam keadaan kering (Klust 1987).

Bentuk umum gillnet adalah empat persegi panjang dan bentuk ini merupakan bentuk yang paling sederhana (Sadhori, 1985). Sainsbury (1971) dan Nomura (1981) menerangkan bagian-bagian utama pada jaring insang, yaitu pelampung (float) dan tali pelampung (floatline), tali ris atas dan tali ris bawah, badan jaring (webbing atau net), pemberat (sinker) dan tali pemberat (sinker line atau lead line), serta srampad (selvedge). Ukuran dan jumlah bagian–bagian tersebut bergantung pada posisi pengoperasiannya di dalam laut (Gambar 1). Adapun konstruksi jaring insang terdiri atas :

1) Pelampung (float)

Pelampung yang dipakai pada jaring insang biasanya terbuat dari berbagai bahan seperti styrofoam, polyvinyl chlorida, gelas, plastik, karet atau bahan lainnya yang mempunyai gaya apung dengan bentuk beraneka ragam. Jumlah pelampung yang dipasang dalam satu pis gillnet dapat mempengaruhi ketegangan pada mata jaring dan tahanan hidrodinamika gillnet.

2) Tali pelampung

Tali pelampung adalah tali yang dipakai untuk memasang pelampung. Bahan tali dibuat dari bahan sintetis seperti haizek, saran, vinylon, polyvinyl chlorida, atau bahan lainnya yang bisa dijadikan untuk tali pelampung. Di setiap ujung dari tali ris biasanya dilebihkan 30 – 50 cm untuk mempermudah dalam penggabungan antar piecegillnet.

3) Tali ris atas

(26)

4) Badan gillnet atau jaring utama

Badan gillnet atau jaring utama merupakan susunan dari mata jaring yang memiliki ukuran yang homogen. Badan gillnet umumnya dibuat dari bahan sintetis seperti amilon, nylon, tengus atau bahan sintetis lainnya. Pemilihan warna benang yang menyerupai kondisi perairan mengurangi penglihatan ikan terhadap gillnet. Pemakaian benang yang lebih lembut meningkatkan daya tangkap gillnet.

(a) Gillnet permukaan (surface gillnet)

(b) Gillnet pertengahan (midwater gillnet)

(c) Gillnet dasar (bottom gillnet) Gambar 1 Metode pengoperasian gillnet.

Sumber : Sainsbury (1971, 1986)

5) Tali pemberat

(27)

6) Tali ris bawah

Tali ris bawah dipakai untuk menggantungkan tali pemberat dan badan jaring bagian bawah. Martasuganda (2002) mengatakan bahwa panjang tali ris bawah lebih panjang dari tali ris atas supaya kedudukan jaring di perairan dapat terentang dengan baik.

7) Pemberat

Pemberat pada gillnet berfungsi menegakkan badan gillnet secara vertikal. Jumlahnya diatur agar badan gillnet tidak terlalu kendur atau tegang. Bahan yang digunakan untuk pemberat umumnya dibuat dari timah dengan ukuran tertentu. Bahan selain timah yang mempunyai gaya tenggelam dapat dipakai sebagai pengganti timah. Di beberapa daerah bahan yang dipakai untuk pemberat dibuat dari campuran semen dan pasir, atau dengan benda lainnya yang mampu menenggelamkan badan gillnet.

8) Tali selambar

Tali selambar adalah tali yang dipasang pada kedua ujung alat tangkap gillnet. Pada saat operasional alat tangkap gillnet, pada ujung yang satu diikatkan pelampung tanda, sedangkan ujung yang satunya diikatkan pada kapal. Panjang tali selambar umumnya berkisar antara 25 – 50 m bergantung pada ukuran alat tangkap dan kapal yang digunakan.

2.1.2 Gillnet Millenium atau PA Multifilamen

(28)

1) Pelampung (float) dan tali pelampung (float line)

Pelampung dipasang pada tali pelampung terbuat dari bahan polyvinil chloride (PVC). Pelampung berbentuk elips, berwarna merah bata. dengan ukuran panjang 13,8 cm, berat 75 g dan diameter 3,8 cm.

Keterangan:

1. Badan jaring (webbing), 2. Pemberat, 3. Tali pelampung, 4. Tali ris, 5. Tali penggantung badan jaring, 6. Tali pemberat, 7. Pelampung, 8. Pelampung umbul (pelampung tanda), 9. Tali kulu, 10. Tali kolor, 11.Tali selambar

Sumber : Putra I (2007)

Gambar 2 Konstruksi gillnet millenium nelayan Cirebon.

(29)

2) Tali ris

Panjang tali ris yang digunakan untuk gillnet PA multifilamen di Cirebon adalah 91 m, dibuat dari bahan PE multifilament berdiameter 7 mm (Putra 2007). Sementara di Indramayu panjang tali ris atas 75 m dan dibuat dari PE berdiameter 6 mm (Ramdhan 2008). Gillnet PA multifilamen yang dioperasikan oleh nelayan di Cirebon dan Indramayu tidak menggunakan tali ris bawah. Pemberat langsung digantungkan di badan jaring.

3) Badan jaring (Webbing)

Badan jaring dibuat dari bahan nylon (PA) monofilamen berwarna putih. Menggunakan serat pilinan 8 – 10 ply (terdiri dari 8 atau 10 helai benang monofilamen pada setiap mesh size) dengan nomor jaring D15. Mesh size yang digunakan 3 – 4 inch. Satu piece gillnet memiliki panjang pada tali ris atas 90 meter dan tingginya 9 meter. Jumlah mata jaring ke arah panjang 1620 mata dan ke arah dalam 101 mata (Putra 2007).

4) Pemberat dan tali pemberat

Pemberat dibuat dari bahan coran semen, berbentuk cetakan bulat pipih yang berlubang untuk tempat mengikatkan tali pemberat. Berat satu pemberat berkisar antara 0,5 – 1 kg. Jumlah pemberat yang dipakai untuk satu piece sebanyak 11 pemberat dengan jarak antar pemberat terdekat adalah 10 meter. Pemberat diikatkan langsung pada badan jaring bagian bawah.

Gillnet PA multifilamen menggunakan perlengkapan tambahan dalam pengoperasiannya, yaitu :

1) Tali selambar/pengumbar

Tali pengumbar digunakan untuk menarik gillnet agar mempermudah proses hauling. Panjang tali selambar gillnet PA multifilamen di Indramayu sekitar 30 m berdiameter 12 mm (Ramdhan 2008).

2) Tali kolor

(30)

3) Roller

Roller berfungsi sebagai penggulung tali untuk mempermudah penarikan jaring atau hauling.

4) Pelampung tambahan.

Pelampung tambahan hanya berfungsi sebagai tanda kepemilikan jaring atau mengetahui keberadaan jaring saat dipasang di perairan.

2.2Rancang Bangun Alat Tangkap Gillnet

Sebagian besar alat penangkap ikan dibuat berdasarkan pengalaman. Alat tangkap yang dibuat dengan cara trial and error dapat menghasilkan alat tangkap yang baik, akan tetapi metode seperti ini memakan biaya dan waktu yang banyak. Rancang bangun alat penangkap ikan merupakan metode pembuatan alat penangkap ikan yang memperhatikan keterkaitan antar komponen alat tangkap dan mempelajari pengaruhnya terhadap kerja alat tersebut. Pengetahuan mengenai jenis material alat tangkap diperlukan dalam merancangbangun alat penangkap ikan maupun cara penangkapannya (Subani dan Barus 1989).

Pendekatan secara empiris dalam menentukan parameter suatu rancangan alat penangkap ikan dapat dilakukan dengan metoda analitis yang berdasar atas prinsip kesamaan gaya. Dengan menggunakan kesamaan perbandingan dapat diketahui nilai tahanan gillnet tanpa perhitungan yang rumit dari keadaan sesungguhnya. Gaya-gaya dari tahanan hidrodinamika, berat jaring di dalam air, hanging ratio, gaya apung dan gaya berat dari pelampung dan pemberat, perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu alat penangkap ikan. Faktor skala untuk gaya ditentukan oleh hukum Newton yang menerangkan bahwa perbandingan tekanan hidrodinamika pada permukaan yang padat dari gillnet adalah sama, baik untuk prototip ataupun model. Oleh karena itu, parameter bentuk yang dipilih untuk sifat dimensi linier dari alat harus sama baik bagi prototip maupun model (Fridman 1988).

(31)

(entangled) pada jaring, maka pada waktu pembuatannya perlu diperhatikan hal-hal berikut :

1) Kekakuan, jaring yang digunakan sebaiknya lembut, tidak kaku dan mudah diatur. Gillnet dari bahan PA lebih disukai daripada PE karena lebih lembut. 2) Ketegangan rentangan tubuh jaring tidak besar, sehingga jaring tidak terlalu

tegang. Keadaan tersebut mempermudah tertangkapnya ikan karena mata jaring yang terbuka sempurna.

3) Nilai rasio penggantungan jaring harus sesuai agar ikan yang tertangkap tidak mudah lepas. Menurut Fridman (1988), hanging ratio yang dipakai untuk drift gillnet berkisar antara 0,5 – 0,7. Nilai hanging ratio yang paling rendah sebesar 0,3 umumnya digunakan pada bottom gillnet untuk menambah gaya puntal (entangling).

4) Ukuran mata jaring harus disesuaikan dengan diameter tubuh ikan. Hal ini bertujuan untuk mengefisiensikan pembuatan jaring. Drift gillnet yang menggunakan mesh size 4 inch biasanya digunakan untuk menangkap ikan pelagis seperti tenggiri, tongkol, cakalang, tuna, hiu dan layaran (Martasuganda 2002).

2.2.1 Hanging ratio

Bentuk mata jaring sesungguhnya ditentukan oleh proses penggantungannya pada tali rangka (Fridman 1988). Kajian bentuk dan tampilan gillnet akibat kecepatan arus, dipakai untuk merancang, membuat dan mengoperasikan gillnet untuk meningkatkan efisiensi penangkapan dan mengurangi harga alat. Pengaturan hanging ratio akan menentukan kekenduran badan gillnet, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan hasil tangkapan. Keberhasilan operasi penangkapan ikan menggunakan gillnet sangat ditentukan oleh bukaan mata jaring ketika dioperasikan di dalam perairan. Pengaruh gaya apung dan gaya berat akan menentukan kekenduran pada badan jaring, dan pada gilirannya akan mempengaruhi besarnya tahanan hidrodinamika jaring (Fridman 1988).

(32)

O

L L

E 1 = ... (1)

dengan

L = panjang tergantung dari jaring pada tali ris Lo = panjang jaring tersebut bila direntang penuh

Hanging ratio (E2) sekunder dirumuskan :

O H

H

E 2 = ... (2)

dengan

H = tinggi tergantung dari jaring pada tali ris Ho = tinggi jaring tersebut bila direntang penuh

Putra (2007) melaporkan bahwa hanging ratio primer pada gillnet millenium yang dipakai nelayan Indramayu sebesar 62,49 % dengan mesh size 3,5 inch. Panjang jaring setelah terpasang pada tali ris adalah 90 meter dan tingginya 9 meter. Dalam membuat jaring, apabila hanging ratio primer sudah ditentukan maka hanging ratio sekunder dapat menyesuaikan. Jadi dalam prakteknya, kedua dimensi tersebut tidak dapat dilihat sekaligus, karena jaring tidak dapat direntang penuh menurut panjang dan tinggi secara bersama-sama (Fridman 1988).

Hanging ratio akan menentukan bukaan mata jaring atau lebar mata jaring. Besar sudut bukaan pada mata jaring akan mempengaruhi kemampuan tangkap gillnet. Semakin besar hanging ratio, maka tinggi mata jaring semakin kecil sementara lebar jaring semakin besar. Rengi (2002) menyatakan bahwa jumlah hasil tangkapan ikan parang-parang pada gillnet dengan hanging ratio sebesar 0,55 lebih banyak daripada hanging ratio 0,6 dan 0,7.

Penggunaan nilai hanging ratio ditentukan oleh jenis gillnet. Sebagai perbandingan, pada drift gillnet atau jaring insang hanyut menggunakan hanging ratio antara 0,5 – 0,7. Akan tetapi pada bottom gillnet atau jaring insang dasar dasar, hanging ratio yang dipakai berkisar antara 0,3 – 0,5. Nilai hanging ratio yang lebih rendah dimaksudkan untuk menambah daya puntal atau entangling (Fridman 1988).

(33)

M m M m

Lo=2⋅ s⋅ = 1⋅ ... (3) dan tinggi dalam keadaan tegang menjadi :

N m N m

Ho=2⋅ s⋅ = 1⋅ ... (4)

Substitusi persamaan (1) dengan (3), diperoleh persamaan untuk menghitung panjang gillnet dalam keadaan tergantung, yaitu :

1

Substitusi persamaan (2) dengan (4), diperoleh persamaan untuk menghitung tinggi gillnet dalam keadaan tergantung, yaitu :

2

Perkalian antara Lo dengan Ho disebut luas semu (Af) dari jaring persegi empat dan dirumuskan :

Ho Lo Af = ⋅

Sementara perkalian antara L dengan H merupakan luas kerja sebenarnya (An) dari jaring, yaitu :

H L An = ⋅

Perbandingan antara Af dengan Andisebut koefisien penggunaan pada jaring (Eu). Koefisien ini menunjukkan berapa bagian luas yang tertutup oleh sejumlah bahan jaring yang membentuk alat penangkap ikan. Eu dirumuskan dengan persamaan berikut :

2.2.2 Gaya Berat dan Gaya Apung

(34)

penurunan hasil tangkapan. Menurut Sadhori (1985), gaya apung dan gaya berat diperlukan untuk mengangkat badan jaring. Jumlah pelampung dan pemberat yang dipakai pada gillnet bergantung pada metode pengoperasiannya. Gillnet yang dioperasikan untuk menangkap ikan demersal (bottom gillnet) memerlukan pelampung yang relatif lebih sedikit daripada gillnet yang dioperasikan untuk menangkap ikan pelagis (surface gillnet).

Bahan atau material badan gillnet yang dipakai juga mempengaruhi kemampuan tenggelam gillnet. Bahan seperti PA monofilamen (bahan senar) adalah salah satu contoh material yang digunakan untuk membuat gillnet. Bahan tersebut dipilih karena lebih lembut dan mudah tenggelam. Dengan demikian akan mengurangi jumlah pemberat yang digunakan. Gillnet yang halus yang dibuat dari PA monofilamen tunggal transparan memiliki kemampuan tangkap yang tinggi, karena gaya tampak yang rendah ketika di dalam air (Klust 1987).

Menurut Sadhori (1984), jumlah pemakaian pelampung dan pemberat pada jaring akan mempengaruhi metode pengoperasian gillnet. Pada gillnet permukaan, pelampung berfungsi untuk mengapungkan seluruh alat. Pada gillnet pertengahan, fungsi pelampung adalah untuk mengangkat tali ris dan menempatkan gillnet di lapisan pertengahan atau kolom perairan yang dikehendaki. Sementara pada gillnet dasar pelampung hanya berfungsi untuk mengangkat tali ris atas saja agar gillnet dapat berdiri vertikal terhadap permukaan air.

Besarnya berat terapung ataupun berat terbenam pada perlengkapan jaring dapat dicari dengan persamaan (Fridman 1988):

B W

Q= −

dengan

Q = berat terapung atau berat terbenam dari benda dalam air (kgf) W = berat benda di udara

B = gaya hidrostatika

(35)

apung bersih dari sebuah pelampung (B) adalah perkalian antara berat jenis zat cair dengan volumenya (Fridman 1988).

Tabel 1 Berat jenis, koefisien gaya apung dan gaya tenggelam bahan alat perikanan

Bahan Berat jenis Koefisien gaya apung (+) atau gaya tenggelam (-) (gf/cm3) Air tawar Air

Sumber : Fridman (1988)

Tabel 2 Berat jenis (γ) padapelampung, pemberat dan bahan jaring

Pelampung (gf/ cmBerat j i 3 Pemberat Berat jenis Bahan jaring Berat jenis

Paulonia wood 0,30 Cement 2,15-3,00 Polyester 1,38

Polyvinyl chloride 0,12-0,18 Iron 7,86 Polyprovilen 0,91

Rubber 0,29 Lead 11,35 Rami 1,5

Shacle 7,63 Marble

t

2,65 Silk 1,33-1,45

Sponge 0,10 Metal 7,80 Tin 7,29

Styrene 0,28 Porcelain 2,50 Tevilon+Nylon 1,23

Synthetic rubber 0,22-0,24 Sand 1,8-2,66 Vinyliden 1,70

Wire rope 1,57 Soil 1,5-2,0 Vinylon 1,26-1,30

Wood 0,50 Wrought

i 7,78

(36)

Pada material yang homogen gaya berat dan gaya apung dapat diperkirakan menggunakan persamaan (Fridman 1988) :

v

Jika berat benda di udara diketahui (W), beratnya di dalam air dapat dihitung dari rumus (Fridman 1988) :

W

Diketahui Eγ adalah koefisien gaya apung atau gaya benam dalam air setiap kilogram benda tertentu. Nilai γ benda terapung lebih kecil dari γw, sedangkan untuk benda tenggelam nilai γ lebih besar dari γw. Nilai berat jenis pada beberapa benda dan fluida, dapat digunakan untuk menaksir nilai matematis dari perlengkapan alat tangkap gillnet (Fridman 1988).

Pemilihan ukuran mata jaring pada gillnet disesuaikan dengan target hasil tangkapan. Panjang peace gillnet ditentukan berdasarkan hanging ratio dan jumlah mata jaring ke arah panjangnya. Tabel 3 menampilkan konstruksi untuk drift gillnet monofilamen berdasarkan target ikan yang akan ditangkap, sedangkan komposisi penggunaan pelampung dan pemberatnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3 Konstruksi drift gillnet (per piece) berdasarkan target ikan

Taget ikan Amilan

(37)

Tabel 4 Hubungangaya apung dan gaya tenggelam pada alat tangkap gillnet

Target ikan Jenis jaring insang

Gaya apung (gf/m)

Gaya tenggelam (gf/m)

Gaya apung ekstra (gf/m)

Gaya tenggelam ekstra (gf/m)

Flat fish Bottom gillnet 15 36 21

Crab Bottom gillnet 8 27 19

Flying fish Drift gillnet 38 – 86 30 – 34 8 – 56

Lobster Bottom gillnet 23 152 129

Rock fish Bottom gillnet 32 – 94 115 – 213 84 – 157

Sea bream Bottom gillnet 23 – 283 199 – 573 93 – 295

Shark Bottom gillnet 53 – 261 193 – 291 31 – 141

Spanish Mackerel Drift gillnet 146 – 148 52 – 64 83 – 96 13

Sardine Drift gillnet 146 64 83

Yellow tail Bottom gillnet 61 154 93

Sumber : Martasuganda (2004)

Menurut Fridman (1988), penggunaan perbandingan total gaya apung dan gaya tenggelam yang dianjurkan, yaitu 4 : 1 (Qf = 4Qn , dan Qs = Qn) untuk drift gillnet pada kondisi arus kecil setara dengan arus sungai ayang tenang. Sementara pada bottom gillnet, gaya apung (Qf) yang diperlukan dapat dirumuskan :

Qf = Kq · Qn

Qn adalah berat keseluruhan tali dan jaring di dalam air dan Kq merupakan nilai koefisien yang nilainya berkisar antara 3 – 6. Gaya berat pemberat (Qs) dalam air dibuat lebih besar dari pada gaya apung dengan persamaan

Qs = KB · Qf

KB adalah koefisien ballast pemberat dengan kisaran nilai 1,25 – 6, bergantung pada kecepatan arus di lokasi penangkapan. Arus yang kuat memerlukan KB yang lebih tinggi, begitu sebaliknya untuk arus yang lebih rendah.

Penentuan besar kecilnya gaya apung (bouyancy force) dan gaya tenggelam (sinking force) pada gillnet bergantung pada sasaran hasil tangkapan. Gillnet yang dioperasikan di permukaan atau drift gillnet harus memiliki total gaya apung yang lebih besar dari total gaya tenggelamnya. Sebaliknya untuk jaring insang dasar harus memiliki total gaya apung yang lebih kecil dari total gaya tenggelamnya.

(38)

dan pemberat untuk satu piece gillnet pada panjang yang sama akan berbeda. Menurut Martasuganda (2004), drift gillnet 4 inch dan tinggi jaring 300 mata memerlukan jumlah gaya apung per meter antara 47,0 s/d 146 gf/m dengan rata-rata sebesar 92 gf/m. Gaya tenggelam pemberat dapat memakai 30,0 s/d 81 gf/m dengan rata-rata sebesar 51 gf/m. Gaya apung ekstra yang dipakai antara 13,0 s/d 83 gf dengan rata-rata sebesar 41,0 gf/m.

2.2.3 Tahanan Hidrodinamika Gillnet

Tahanan hidrodinamika merupakan faktor penting yang mempengaruhi setting alat tangkap di perairan. Tahanan hidrodinamika alat penangkap ikan bergantung pada material benang, mesh size, serta dimensinya. Faktor kecepatan arus air dapat mempengaruhi bentuk tampilan gillnet di perairan. Pada kondisi arus yang kuat gillnet dapat rebah atau bergeser. Perhitungan untuk menduga tahanan hidrodinamika drag force (R) suatu alat penangkap ikan dapat dilakukan menggunakan persamaan (Fridman 1988, Steele 1977), yaitu:

t A V C R= ⋅ ⋅ ⋅ 2⋅

2 1

ρ

dengan

R = tahanan hidrodinamika air yang diukur (kgf) ρ = massa jenis air (kgf/m3)

C = koefisien hidrodinamika

V = kecepatan alat di dalam air atau kecepatan air melewati alat (m/s) At = luas penampang frontal benang jaring (m2)

(39)

Tabel 5 Koefisien tahanan hidrodinamika (Cx) pada beberapa bentuk khusus

Bentuk benda Cx Arah arus (V) Luas penampang (A)

Piringan bulat/ persegi 1,1 Tegak lurus permukaan Satu permukaan

Bola 0,5 - Bidang lingkaran

Lonjong 0,06 Sejajar Lingkaran maksimal Lonjong 0,6 Tegak lurus Lingkaran Lonjong maks

Silinder 1,2 Tegak lurus Panjang x diameter

Prisma 2,0 Tegak lurus Panjang x lebar

Setengah bulatan 0,38 Axial ke luar Bagian muka (π r2) Setengah bulatan 1,35 Axial ke dalam Bagian muka (π r2) Kerucut 60o 0,52 Axial ke puncak Dasarnya Kerucut 30o 0,34 Axial ke puncak Dasarnya Sumber : Fridman AL (1988)

Posisi dan kedudukan jaring terhadap arah arus dapat mempengaruhi nilai koefisien tahanan hidrodinamika Cx dan Cy. Fridman (1973) melaporkan bahwa koefisien Cx tertinggi terjadi pada arah sudut 90o terhadap arah arus, sedangkan pada sudut α = 90o koefisien tahanan hidrodinamika Cy bernilai nol. Nilai koefisien Cx dan Cy tersebut diberikan sebagai fungsi dari sudut penyimpangan jaring dari arah arus. Tahanan hidrodinamika pada jaring datar yang tegak lurus arah arus setara dengan persamaan berikut :

2 1

90 360 D m A V

R = ⋅ tn

Sementara pada posisi jaring yang sejajar dengan arah arus, yaitu 2

0 1,8 A V R = ⋅ n

(40)

3 METODOLOGI

1.1Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di laboratorium Teknologi Alat Penangkapan Ikan dan menggunakan fasilitas flume tank milik Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Spesifikasi flume tank (Gambar 3) seperti tercantum dalam Tabel 6. Penelitian ini dilakukan pada Bulan November 2007 – Januari 2008.

Tabel 6 Spesifikasi flume tank milik Departemen PSP FPIK IPB

Bagian Kerja Bagian Pengamatan

Panjang 10 m Panjang 3 m

Lebar 4 m Tinggi 1 m

Tinggi 1,9 m Tebal kaca belakang 16 mm

Ukuran funnel 1,2 x 1,2 m2 Tebal kaca depan 24 mm Kapasitas air 48.000 liter

(41)

1.2 Bahan dan Alat

1.2.1 Bahan

Penelitian menggunakan gillnet millenium dan gillnet monofilamen (Gambar 4). Kedua bahan jaring tersebut diproduksi PT. Indoneptune Net Manufacturing di Bandung. Material jaring dibuat dari PA monofilamen atau nylon monofilamen dengan mesh size 4 inch. Pelampung yang digunakan dibuat dari bahan PVC berbentuk bulat lonjong, sedangkan pemberatnya dari timah berbentuk silindris (Gambar 5). Bahan jaring dipasang pada frame kawat sebanyak 4 lapis, dengan jumlah mata ke arah panjang dan ke arah dalam masing-masing 7 mata (Gambar 5). Kemudian dilengkapi dengan pelampung dan pemberat. Pemakaian pelampung dan pemberat memperhatikan keseimbangan gaya berat dan gaya apung pada potongan badan.

a) b)

Gambar 4 Bahan gillnet untuk pengamatan di flume tank : (a) Millenium 4" ; (b) Monofilamen 4".

(42)

Tabel 7 Material konstruksi potongan badan gillnet millenium dan monofilamen pada penelitian di flume tank

Material Millenium Monofilamen

Jumlah & Ukuran mata jaring 7x7 (mata), 4" 7x7 (mata), 4"

pemberat (g) 144 64,0

pelampung (g) 2 buah @ = 61 45,0

jaring 4 rangkap (g) 19,6 7,35

frame kawat (g) 65 35,0

total (g) 273,6 151,35

Gambar 5 Badan gillnet sebanyak 4 lapis berukuran 7x7 (mata) dipasang pada frame kawat.

Pelampung berukuran besar dan berat 30,8 gf memiliki buoyancy sebesar 102,6 gf, sedangkan pemberat ukuran besar dan berat 72,2 gf memiliki gaya tenggelam 65,5 gf (Tabel 8). Berat badan gillnet berukuran 7x7 mata pada millenium adalah 4,9 gf dan pada monofilamen adalah 1,8 gf.

Tabel 8 Berat bahan pelampung dan pemberat di udara dan di dalam air yang terukur

Ukuran (panjang×diameter) Berat di udara (g) Berat dalam air (g)

Pelampung

Jenis besar (13,6 x 3,8) cm2 30,8 71,8 (-)

Jenis kecil (7,0 x 3,0) cm2 15,0 45,0 (-)

Pemberat

Jenis besar (3,0 x 2,0) cm2 72,2 65,6

Jenis sedang (2,7 x 1,4) cm2 31,0 28,1

(43)

Gambar 6 Perlengkapan gillnet : Pelampung (ukuran besar dan kecil) dan pemberat (ukuran besar, sedang dan kecil).

Hanging ratio primer (E1) pada badan jaring digunakan sebesar 60 % dan hanging ratio sekunder (E2) sebesar 80 %. Pemasangan empat lembar badan gillnet pada rangka kawat dilakukan agar tahanan hidrodinamika pada badan jaring lebih mudah dibaca dari alat pengukur ketika sedang diamati. Rangka kawat dibentuk bangun segi empat dengan sudut 90o pada keempat sudutnya. Panjang total frame yang dipakai untuk membentuk rangka persegi panjang adalah 199,14 cm. Potongan badan gillnet dipasang di dalam flume tank dengan arah tegak lurus terhadap arah kecepatan arus (Gambar 7). Pemilihan hanging ratio ini mengacu pada koefisien tahanan hidrodinamik yang telah dibuat Fridman (1988). Koefisien tahanan hidrodinamik pada badan jaring dengan arah tegak lurus arah arus (α = 90o) memiliki nilai Cx sebesar 1,4 dan Cy hampir nol.

Gambar 7 Tampilan potongan badan gillnet di flume tank. Arus (V)

(44)

2

(45)

menghadang arus. Pemasangan dengan arah ini dilakukan karena merupakan posisi yang mengakibatkan resistensi terbesar pada bidang jaring. Tabulasi data disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Struktur pengisian rataan data hasil pengamatan

Jenis Gillnet Kecepatan Arus Air (knots) Total Keseluruhan 0,3 – 0,7 0,7 – 1,0 1,0 – 1,4

Millenium Y11 Y12 Y13 Y1.

Monofilamen Y21 Y22 Y23 Y2.

Total Y.1 Y.2 Y.3 Y..

Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan dalam beberapa tahap, meliputi pengukuran di laboratorium Teknologi Alat Penangkapan Ikan (TAP) dan flume tank. Penelitian di laboratorium TAP secara berurutan meliputi :

1) Mengukur dan menimbang pelampung dan pemberat;

2) Menentukan nilai berat Q di dalam air dan buoyancy B dari pemberat dan pelampung dengan percobaan sederhana;

3) Menyiapkan dan membuat potongan gillnet dengan frame kawat. Percobaan yang dilakukan di dalam flume tank meliputi :

1) Mengukur kecepatan arus;

2) Menetapkan kisaran kecepatan arus;

3) Menguji tahanan hidrodinamik pelampung dan pemberat;

4) Mengukur tahanan hidrodinamik drag force potongan badan gillnet; 5) Mengamati tampilan perlengkapan gillnet;

1.3.1 Pengukuran pada Pelampung dan Pemberat

Diameter pelampung dan pemberat diukur menggunakan jangka sorong. Pelampung berbentuk bulat lonjong, sehingga pengukuran diameternya meliputi diameter di bagian tengah, ujung pelampung bagian luar dan ujung pelampung bagian dalam. Panjang total pelampung diukur pada titik terluar dari lubang pelampung. Sementara pemberat timah berbentuk silindris, diameternya diukur di bagian tengah dan panjang total diukur dari titik terluar lubang pemberat.

1.3.2 Menghitung nilai berat di air Q dan buoyancy force B

(46)
(47)

Flume tank memiliki 3 sisi funnel untuk pengamatan, yaitu bagian muka (sebelah kanan pengamat), bagian tengah dan bagian belakang (sebelah kiri pengamat). Titik pengukuran arus ditentukan sebanyak 9 titik pada masing-masing sisi funnel, yaitu lapisan permukaan: depan, tengah dan belakang; lapisan kolom tengah: depan, tengah dan belakang; lapisan dasar : depan, tengah dan belakang. Jumlah titik pengukuran arus seluruhnya adalah 27 titik

Dimensi funnel pada flume tank memiliki lebar dan tinggi 120 x 120 cm2, sehingga ketinggian maksimum pengisian air pada tangki diperkirakan mencapai 1 meter. Jadi, jarak titik pengukuran yang terdekat dengan dinding kaca flume tank adalah 30 cm dan jarak antar dua titik pengukuran terdekat secara vertikal adalah 25 cm.

Pengukuran arus dilakukan pada tiga kondisi kecepatan arus, yaitu arus lemah, sedang dan kuat. Kecepatan arus di flume tank ditentukan oleh kecepatan motor penggerak propeller. Kecepatan mesin penggerak dapat diatur dengan menggeser tuas mesin. Percobaan pada potongan badan gillnet ataupun perlengkapannya, disesuaikan berdasarkan kondisi arus yang telah diukur. Karakteristik flume tank sebagai sarana pengujian alat tangkap terhadap kecepatan arus air bersifat fluktuatif beraturan. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat kecepatan motor penggerak propeller. Arus yang terukur selalu menghasilkan kecepatan arus minimum hingga maksimum secara beraturan.

Gambar 11 Ilustrasi penentuan titik-titik pengukuran arus di flume tank pada satu funnel

Tinggi air

Kaca pengamatan

Dinding flume tank

Titik pengukuran arah arus

1,2 m

1,2m

30

(48)
(49)
(50)
(51)

1.4 Analisis Data Tahanan Hidrodinamika

Tahanan hidrodinamik badan gillnet millenium dan monofilamen yang dipasang di dalam flume tank dengan arah tegak lurus kecepatan arus dihitung menggunakan persamaan (Fridman 1988);

R = C . q . A

Keterangan :

C = koefisien hidrodinamik

q = ρ . v2/2 (tekanan hidrodinamik tetap) dalam kgf/m2

ρ = densitas air, (air tawar = 100 kgf sec2/m4, air laut = 105 kgf sec2/m4) v = kecepatan air melewati alat (m/sec)

A = luas permukaan benda yang menerima arus (m2)

Besarnya tahanan hidrodinamik drag force dalam percobaan di flume tank mengikuti formula R = ½ ρ . C . v2 . A, yang berarti gaya hidrodinamika dapat sebanding dengan bentuk benda yang dikenai arus air, viskositas dan densitas air serta kuadrat kecepatan arusnya. Gaya hidrodinamika yang timbul dibedakan atas gaya yang bekerja sejajar dengan arah arus yang disebut gaya geser atau drag force maupun gaya yang tegak lurus terhadap arah arus yang disebut dengan gaya angkat atau lift force. Drag force (Rx) dianggap sebagai komponen gaya hidrodinamika yang bekerja pada sumbu X atau sejajar arah arus, sedangkan lift force (Ry) merupakan komponen gaya hidrodinamika yang bekerja searah sumbu Y (Steele 1977).

Persamaan tahanan hidrodinamika berdasarkan arah vektor gaya adalah

Rx= Cx . q . A dan Ry= Cy . q . A

Cx dan Cy adalah koefisien gaya tarik dan gaya angkat yang bergantung pada bentuk benda, arahnya terhadap arus dan bilangan Reynolds (Fridman 1988). Koefisien gaya tarik Cx untuk beberapa bentuk khusus diberikan dalam Tabel 10.

Tahanan air yang dialami oleh badan gillnet dihitung dengan pendekatan rumus

R = C . q . At

At adalah luas proyeksi badan gillnet. Koefisien C terdiri atas koefisien gaya tarik

Cxatau koefisien tahanan hidrodinamika drag force dan Cyatau koefisien tahanan hidrodinamika lift force. At dirumuskan :

(52)

Diketahui n adalah jumlah mata jaring, Dt ketebalan benang, m1 mesh size, Ek merupakan nilai koefisien yang besarnya antara 1,1 – 1,6. Koefisien C pada jaring bergantung pada sudut antara lintasan arus air dan bidang jaring, nilai Cx dan Cy dapat dilihat pada kurva yang menggambarkan hubungan koefisien gaya tahan dan gesekan hidrodinamik pada jaring sebagai fungsi sudut kejadian (Gambar 3.6 hal 68, Fridman 1986).

Tabel 10 Koefisien gaya tarik untuk benda tertentu pada permukaan yang menerima gaya hidrodinamika

Bentuk benda Cx Arah arus (v) Permukaan benda (A)

Piringan bulat atau persegi 1,1 Tegak lurus ke permukaan Satu permukaan

Bulatan 0,5 - Bidang lingkaran

Bulat telur atau lonjong 0,06 Sejajar sumbu utama Lingkaran penuh Bulat telur atau lonjong 0,6 Tegak lurus sumbu utama Lingkaran maksimal Tabung bulat 1,2 Tegak lurus pada sumbu Panjang x diameternya Tabung bersudut atau prisma 2,0 Tegak lurus pada sumbu Bagian muka (pjg x lebar) Setengah bulatan 0,38 Axial ke luar Bagian muka (π . r2) Setengah bulatan 1,35 Axial ke dalam Bagian muka (π . r2)

Kerucut 60o 0,52 Axial ke puncak Dasarnya

Kerucut 30o 0,34 Axial ke puncak Dasarnya

Sumber : Fridman (1988)

Tahanan R terhadap badan jaring diduga dengan rumus : R = Kh·An· V2. Diketahui Khadalah koefisien empiris dalam kgf det2/m4 pada badan gillnet yang tegak lurus terhadap arus (α = 90o) dan hanging ratio yang besar (E ≈ 0,7) sebanding dengan Kh ≈ 360 Dt/m1. Dalam hal ini pengaruh bilangan Reynold (Re) diabaikan karena dalam aliran air biasa Re lebih besar dari 500 dan pengaruhnya terhadap koefisien hidrodinamika tidak berarti. Bilangan Re hanya berarti jika nilainya kurang dari 500 (Fridman 1988).

Dengan demikian nilai tahanan jaring yang dipasang tegak lurus menghadang arus dirumuskan : R90 = 360·Dt/m1·An· v2, keterangan Dt adalah diameter benang, m1 ukuran mata jaring atau mesh size, An luas bentangan jaring yang sesungguhnya dan v kecepatan air. Hasil perhitungan tahanan hidrodinamika disajikan secara grafik untuk menjelaskan pengaruh kecepatan arus terhadap beban dorong hidrodinamika yang diterima badan gillnet.

(53)

dilakukan karena dalam penelitian kali ini belum dilakukan pengamatan terhadap pengaruh kecepatan arus yang mengakibatkan jaring terseret.

Dari hasil keseluruhan percobaan ini dapat diberikan rancangan prototipe jaring millenium dan monofilamen dengan antisipasi kecepatan arus air sampai dengan 1,4 knot, yaitu dengan menetapkan komponen jumlah pelampung dan pemberat dari jaring millenium dan monofilamen dengan ukuran standar sesuai dengan gillnet yang telah dipakai oleh nelayan. Ukuran gillnet yang telah dioperasikan memiliki panjang 1600 mata dan tingginya 100 mata. Tahanan hidrodinamik drag force terhadap pelampung dan badan jaring pada kecepatan arus mencapai 1,4 knot dihitung dengan rumus : F(float) = Cx ·ρ· V2 · 0,5 ·Af untuk pelampung dan Fnet = Cx ·ρ· V2 · 0,5 ·At.

Jumlah pemberat pada jaring yang dibutuhkan untuk menahan gaya arus air dengan kecepatan 1,4 knot dapat dihitung memakai rumus :

N ·F(sinker) = N ·Cx ·ρ· V2 · 0,5 ·A(sinker). Jumlah pemberat (N) adalah

(54)

4 HASIL

DAN

PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Kecepatan Arus Terhadap Tampilan Gillnet di Flume tank

Kecepatan arus air di dalam flume tank selama pengujian berkisar antara 0,3 – 1,4 knot. Secara lengkap disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Kecepatan arus air dalam flume tank

Flow speed Kisaran kecepatan arus yang terukur (knot)

Posisi muka Posisi tengah Posisi belakang

0,3 – 0,7 knot

Bagian atas 0,3 ~ 0,7 0,3 ~ 0,4 0,3 ~ 0,4 Bagian tengah 0,3 ~ 0,4 0,3 ~ 0,4 0,3 ~ 0,4 Bagian bawah 0,3 ~ 0,7 0,3 ~ 0,4 0,3 ~ 0,4

0,7 – 1,0 knot

Bagian atas 0,7 ~ 1,0 0,4 ~ 0,7 0,4 ~ 0,7 Bagian tengah 0,4 ~ 0,7 0,4 ~ 0,7 0,4 ~ 0,7 Bagian bawah 0,7 ~ 1,0 0,4 ~ 0,7 0,4 ~ 0,7

1,0 – 1,4 knot

Bagian atas 1,0 ~ 1,4 0,7 ~ 1,0 0,7 ~ 1,0 Bagian tengah 0,7 ~ 1,0 0,7 ~ 1,0 0,7 ~ 1,0 Bagian bawah 1,0 ~ 1,4 0,7 ~ 1,0 0,7 ~ 1,0

Tabel 11 menjelaskan bahwa lapisan air bagian atas dan bagian bawah pada flume tank menghasilkan kecepatan arus lebih tinggi daripada lapisan tengah kolom air. Sisi muka flume tank yang terletak di ujung sisi kanan pengamat memiliki tingkat kecepatan arus yang lebih besar daripada sisi lainnya untuk posisi yang sama. Tingkat kecepatan rendah pada mesin menghasilkan kecepatan arus minimum sebesar 0,3 knot dan kecepatan tinggi menghasilkan kecepatan arus maksimum sebesar 1,4 knot.

Di antara ketiga posisi pengamatan dari flume tank, posisi muka memiliki kisaran arus yang lebih besar daripada posisi tengah dan belakang. Kecepatan arus semakin besar seiring meningkatnya kecepatan putaran propeller. Namun, kecepatan arus yang dihasilkan senantiasa fluktuatif antara minimum dan maksimum secara periodik. Hal ini akibat gesekan massa air dengan dinding flume tank. Gesekan massa air dengan dinding flume tank tidak hanya menyebabkan terjadinya gelombang kecil tetapi juga mempengaruhi sirkulasi massa air yang mengalir menuju propeller.

(55)

kecepatan maksimum antara 1,0 – 1,4 knot. Konversi untuk kecepatan arus ke dalam satuan m/det digunakan acuan 1 knot = 0,5144 m/det.

4.1.1 Tampilan pada Badan Gillnet

Arus air yang melewati badan jaring dengan arah saling tegak lurus dapat mempengaruhi tampilan jaring. Bentuk tampilannya diperlihatkan pada Gambar 16 dan 17. Tampilan badan jaring PA multifilamen saat diamati di dalam flume tank tampak menegang pada kecepatan arus 0,3 – 0,7 knot dan menggembung pada kecepatan arus 0,7 – 1,0 knot. Pada tingkat kecepatan arus yang lebih kuat (1,0 – 1,4 knot) badan jaring tampak lebih menggembung dengan posisi terangkat menuju batas permukaan air (Gambar 16).

Dalam kondisi yang sama, badan jaring monofilamen tampak menegang pada kecepatan arus 0,3 – 0,7 knot. Tampilannya menggembung serta terangkat mendekati kolom permukaan air pada kecepatan arus 0,7 – 1,0 knot. Akan tetapi, pada kecepatan arus 1,0 – 1,4 knot badan jaring tampak terangkat ke permukaan air dan bentuknya berlekuk-lekuk (Gambar 17).

(56)
(57)
(58)

Gambar

Tabel 1 Berat jenis, koefisien gaya apung dan gaya tenggelam bahan alat perikanan
Tabel 4 Hubungan gaya apung dan gaya tenggelam pada alat tangkap gillnet
Tabel 5 Koefisien tahanan hidrodinamika (Cx) pada beberapa bentuk khusus
Tabel 6 Spesifikasi flume tank milik Departemen PSP FPIK IPB
+7

Referensi

Dokumen terkait