• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Morfologi dan Fisiologi Aksesi Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn) dalam Kondisi Cekaman Kekeringan di Pembibitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Morfologi dan Fisiologi Aksesi Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn) dalam Kondisi Cekaman Kekeringan di Pembibitan"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN FISIOLOGI AKSESI JARAK

PAGAR (

Jatropha curcas

Linn) DALAM KONDISI CEKAMAN

KEKERINGAN DI PEMBIBITAN

FAJAR UTAMI

A24080111

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Nursery.

Fajar Utami1, Hariyadi2

1

Mahasiswa, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

2

Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB Abstract

Jatropha (Jatropha curcas Linn) is one of the popular raw material when it comes to biodiesel fuel producing. It is often to encounter the problem where the land that is available to plant these Jatropha is the one that is marginal, so that it is important to see the tolerance of these Jatropha accessions to drought. The experiment was conducted in one of the Green House in Cikabayan, Darmaga IPB while the chlorophyll test was conducted in Molecular Marker, Spectrophotometer, and UV-Vis laboratory that is owned by Agronomy and Horticulture Department, Faculty of Agricultural, Bogor Agricultural Institute. The Research was started in July 2011 and ended in March 2012. The experimental design that was used in this experiment is factorial randomized block design. The first factor that was observed is the tolerance to the drought that was done in three degree which was 30%, 55%, and 80% of soil water content in the experimental field capacity. The second factor that was observed were 10 Jathropa accessions which have been evaluated, they were IP-3M, Jatim 013, Jatim 045, NTT 065,NTT 080, NTB 019, NTB 047, NTB 116, Sulawesi 72 and Sulawesi 117. Based on the a and b chlorophyll test that have been conducted Jatim 045 accessions signify the best result of treatment (the highest tolerance to drought). While from the scoring test the highest tolerance to drought in between 35% and 80% soil water content is shown by the NTT 065 accessions and the highest tolerance to drought in between 55% and 80% soil water content is shown by the Jatim 045 and NTB 047 accessions. There is no interaction occurs to both of the factors that were tested.

(3)

RINGKASAN

FAJAR UTAMI. Respon Morfologi dan Fisiologi Aksesi Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn) dalam Kondisi Cekaman Kekeringan di Pembibitan (Dibimbing oleh Hariyadi)

Produksi minyak jarak dinilai sangat prospektif sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM). Akan tetapi, pengembangan bahan bakar alternatif berbahan baku minyak jarak secara nasional terkendala dengan kurangnya bahan baku biji jarak. Bahan baku biji jarak selain dibuat minyak juga bersaing untuk pembibitan. Kebutuhan bibit tanaman jarak pagar terus meningkat, luasan penanaman jarak yang dicanangkan pemerintah saat ini 10 juta ha tanaman jarak.

Penelitian pemilihan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) untuk meningkatkan adaptasi terhadap kekeringan akan dilakukan pada bulan Juli 2011- Maret 2012. Kegiatan penelitian dilakukan di Rumah kaca, Cikabayan, Dramaga, IPB. Pengujian klorofil akan dilakukan di laboratorium Molecular Marker, Spectrofotometry

danUV-Vis, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB, Dramaga ,

Bogor, Jawa Barat. Pengamatan stomata di lakukan di laboratorium Micro Techique Laboratory. Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam pengolahan data adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan ulangan tiga kali dengan dua faktor yaitu aksesi dan uji cekaman. Terdapat 30 kombinasi perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan sehingga terdapat 90 satuan percobaan. Toleransi terhadap cekaman kekeringan dikaji berdasarkan nilai indeks sensitifitas (IS) masing - masing aksesi pada kondisi terekam dibandingkan dengan kondisi optimal. Kondisi tercekam dalam penelitian ini ditunjukkan oleh respon bibit pada 30% KL dan 55% KL, sedangkan kondisi optimal bagi pertumbuhan perlakuan 80% KL.

(4)

MST, 12 MST, 16 MST, 18 MST dan 22 MST. Pada 10 MST aksesi IP-3M dan Sulawesi117 berbeda nyata dengan Jatim08, Jatim 045, NTT065, NTT080, NTB019, NTB047, NTB116 dan Sulawesi 72. Akan tetapi pada 14 MST dan 20 MST menunjukkan hasil yang berpengaruh tidak nyata.

Klorofil a dan b tertinggi terdapat pada aksesi Jatim045, sedangkan klorofil terendah pada aksesi NTB019. Pada uji cekaman klorofil a dan b berpengaruh sangat nyata, pada uji cekaman 30% KL berbeda nyata dengan uji cekaman 55% KL dan 80% KL. Sedangkan untuk hasil interaksi antara aksesi dengan perlakuan cekaman menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata.

(5)

RESPON PERTUMBUHAN DAN FISIOLOGI AKSESI JARAK

PAGAR (

Jatropha curcas

Linn) DALAM KONDISI CEKAMAN

KEKERINGAN DI PEMBIBITAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

FAJAR UTAMI

A24080111

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul

: RESPON PERTUMBUHAN DAN FISIOLOGI

AKSESI JARAK PAGAR (

Jatropha curcas

Linn)

DALAM KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN

DI PEMBIBITAN

Nama

: FAJAR UTAMI

NIM

: A24080111

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Hariyadi, MS NIP. 19611008 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 07 Mei 1990. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Agus Irianto dan Een Juhaenah, dan memiliki dua saudara, yaitu Teguh Wicaksono dan Taufik Rachman.

Penulis lulus dari TK Akbar Bogor tahun 1996 dan melanjutkan pendidikan di SD N Kebon Pedes 1, lulus tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke SMP N 5 Bogor dan lulus tahun 2005, dan SMA N 5 Bogor lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut membantu dalam pelaksanaan penelitian ini sejak mulai dilaksanakannya penelitian hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada :

 Dr. Ir. Hariyadi, MS sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini.

 Dr. Herdhata Agusta sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan.

 Dr. Ir Eko Sulistyono dan Ir. Sofyan Zaman, MP sebagai dosen penguji pada sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

 Dosen-dosen serta seluruh staf Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB atas ilmu yang telah diberikan.

 Pak Mamat KP. Cikabayan dkk yang telah membantu memfasilitasi selama penelitian berlangsung.

 Ananda Dian, Wulandari K, Indri PS, Dira Fahlevi, Sugistiawati, Arga WP, Tiara S, Roby Saputra dan seluruh keluarga besar AGH Indigenous 45.

 Teristimewa kepada kedua orang tua dan adik-adik, Ayahanda (Agus Irianto), Ibunda (Een Juhaenah) dan adik- adik (Teguh Wicaksono dan Taufik Rachman) atas doa, motivasi, semangat serta kasih sayang yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan serta dapat menjadi bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.

(9)

Halaman

Teknik Budidaya Tanaman Jarak Pagar ... 5

Hubungan Air - Tanaman ... 7

Kajian Karakter Ketahanan terhadap Cekaman Kekeringan ... 11

Pengamatan ... 12

Kajian Karakter Ketahanan terhadap Cekaman Kekeringan ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data iklim lokasigreenhouseCikabayan IPB Bogor ... 14 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh cekaman kekeringan terhadap

tanaman jarak pagar ... 15 3. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap tinggi (cm) tanaman jarak

pagar (Jatropha curcasLinn.)... 16 4. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap diameter (mm) tanaman jarak

pagar (Jatropha curcasLinn.)... 18 5. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap jumlah daun (helai) tanaman

jarak pagar (Jatropha curcasLinn.) ... 19 6. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap bobot kering daun batang

dan akar (g) tanaman jarak pagar (Jatropha curcasLinn.)... 21 7. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap klorofil a dan b tanaman

jarak pagar (Jatropha curcasLinn.) ... 22 8. Jumlah luas stomata yang terbuka pada sepuluh aksesi jarak pagar

(Jatropha curcasLinn) ... 24 9. Rekapitulasi jumlah tingkat sensitivitas sepuluh aksesi jarak pagar

berdasarkan skoring perlakuan 30% KL dengan 80% KL... 27 10. Rekapitulasi jumlah tingkat sensitivitas sepuluh aksesi jarak pagar

berdasarkan skoring perlakuan 55% KL dengan 80% KL... 27 11. Matrik toleransi sepuluh aksesi jarak pagar pada pada perlakuan 30%

KL dengan 80% KL... 28 12. Matrik toleransi sepuluh aksesi jarak pagar pada pada perlakuan 55%

(11)
(12)

Nomor Halaman 1. Rekapitulasi sidik ragam tanaman jarak pagar (Jatropha curcas

Linn) terhadap cekaman kekeringan... 34 2. Nilai IS berdasarkan tinggi tanaman jarak pagar (Jatropha curcas

Linn) pada perlakuan 30% KL dengan 80% KL ... 35 3. Nilai IS berdasarkan tinggi tanaman jarak pagar (Jatropha curcas

Linn) pada perlakuan 55% KL dengan 80% KL ... 35 4. Nilai IS berdasarkan jumlah daun tanaman jarak pagar (Jatropha

curcasLinn) pada perlakuan 30%KL dengan 80%KL... 35 5. Nilai IS berdasarkan jumlah daun tanaman jarak pagar (Jatropha

curcasLinn) pada perlakuan 55%KL dengan 80%KL... 36 6. Nilai IS berdasarkan jumlah daun tanaman jarak pagar (Jatropha

curcasLinn) pada perlakuan 55%KL dengan 80%KL... 36 7. Nilai IS berdasarkan diameter tanaman jarak pagar (Jatropha

curcasLinn) pada perlakuan 55%KL dengan 80%KL... 36 8. Nilai IS berdasarkan klorofil a tanaman jarak pagar (Jatropha

curcasLinn) pada perlakuan 30% KL dengan 80% KL... 37 9. Nilai IS berdasarkan klorofil a tanaman jarak pagar (Jatropha

curcasLinn) pada perlakuan 55% KL dengan 80% KL... 37 10.Nilai IS berdasarkan klorofil b tanaman jarak pagar (Jatropha

curcasLinn) pada perlakuan 30% KL dengan 80% KL... 37 11. Nilai IS berdasarkan klorofil b tanaman jarak pagar (Jatropha

curcasLinn) pada perlakuan 55% KL dengan 80% KL... 38 12. Nilai IS berdasarkan bobot kering daun tanaman jarak pagar

(Jatropha curcasLinn) pada perlakuan 30% KL dengan

80% KL ... 38 13. Nilai IS berdasarkan bobot kering daun tanaman jarak pagar

(Jatropha curcasLinn) pada perlakuan 55% KL dengan

(13)

15.Nilai IS berdasarkan bobot kering akar tanaman jarak pagar (Jatropha curcasLinn) pada perlakuan 55 % KL dengan

80% KL ... 39

16. Nilai IS berdasarkan bobot kering batang tanaman jarak pagar (Jatropha curcasLinn) pada perlakuan 30%KL dengan 80%KL... 39

17. Nilai IS berdasarkan bobot kering batang tanaman jarak pagar (Jatropha curcasLinn) pada perlakuan 30%KL dengan 80%KL... 40

18. Data analisis klorofil a dan b untuk ulangan I... 41

19. Data analisis klorofil a dan b untuk ulangan II ... 42

20. Data analisis klorofil a dan b untuk ulangan III ... 43

21. Gambar aksesi IP-3M terhadap cekaman kekeringan... 44

22. Gambar aksesi Jatim08 terhadap cekaman kekeringan. ... 44

23. Gambar aksesi Jatim045 terhadap cekaman kekeringan ... 44

24. Gambar aksesi NTT065 terhadap cekaman kekeringan ... 44

25. Gambar aksesi NTT080 terhadap cekaman kekeringan ... 44

26. Gambar aksesi NTB019 terhadap cekaman kekeringan ... 44

27. Gambar aksesi NTB047 terhadap cekaman kekeringan ... 45

28. Gambar aksesi NTB116 terhadap cekaman kekeringan ... 45

29. Gambar aksesi Sulawesi 72 terhadap cekaman kekeringan ... 45

(14)

Latar Belakang

Ketika bahan bakar minyak (BBM) sebagai energi yang tidak dapat didaur ulang (non renewable energy) lama kelamaan persediaan bahan bakar minyak mulai menipis dan mahal. Maka banyak negara berusaha keras mencari sumber energi alternatif. Negara - negara tersebut tidak mau terus-menerus bergantung pada BBM yang mahal dan menguras devisa. Tanaman tebu dan tanaman lain yang bisa diproses menjadi etanol sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak Bumi (BBM) dan atau pengganti energi fosil (solar minyak tanah dan minyak bakar), ada pula jarak pagar (Jatropha curcas Linn) yang bisa menjadi sumber energi alternatif dan menjadi bahan bakar hayati dengan sumber energy terbarukan (renewable energy) atau energi hijau yang terbarukan (Yuni, 2008).

Penggunaan biodiesel sebagai sumber energi alternatif terbarukan memiliki banyak kelebihan antara lain : emisi tereduksi, kemudahan terurai secara biologi dan lebih ramah lingkungan. Semua keunggulan tersebut menjadikan biodiesel memiliki keunggulan kompetitif di pasaran terutama pada saat BBM tinngi. Indonesia memiliki banyak spesies tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel, salah satunya tanaman jarak pagar (Jatropha curcasLinn).

Produksi minyak jarak dinilai sangat prospektif sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM). Akan tetapi, pengembangan bahan bakar alternatif berbahan baku minyak jarak secara nasional terkendala dengan kurangnya bahan baku biji jarak. Biji jarak selain sebagai bahan baku minyak juga bersaing untuk pembibitan. Kebutuhan bibit tanaman jarak pagar terus meningkat luasan penanaman jarak yang dicanangkan pemerintah saat ini 10 juta ha tanaman jarak (Wiguna, 2006).

(15)

Perbanyakan tanaman secara konvensional masih dibatasi oleh kemampuan tanaman untuk menghasilkan bibit baru dalam jumlah banyak, seragam, dan dalam waktu singkat. Sampai saat ini bibit jarak pagar diproduksi dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan biji dan stek. Penggunaan biji untuk perbanyakan tanaman dalam jumlah banyak akan mengurangi jumlah biji yang dapat diolah menjadi minyak. Teknik perbanyakan melalui stek menghasilkan tanaman dalam jumlah terbatas membutuhkan pohon induk yang cukup banyak sementara pohon induk yang tersedia sangat terbatas, selain itu dikhawatirkan akan merusak tanaman induk (Lizawati,2009).

Lahan yang tersedia untuk pengembangan jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) umumnya berupa lahan marginal dengan kelas kesesuaian lahan kurang sesuai karena keterbatasan ketersediaan air, serta sifat fisik dan kimia tanah yang tidak optimal. Pengembangan jarak pagar pada skala yang luas memerlukan bahan tanaman berproduktivitas tinggi dan mampu beradaptasi pada kondisi lahan marginal dengan ketersediaan air tebatas (Wijana, 2001). Cekaman kekeringan bagi tanaman merupakan permaslahan yang dihadapi dalam upaya budidaya tanaman jarak pagar dilahan kering dan marjinal. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk mencari jenis tanaman jarak yang toleran dan cocok dibudidayakan dilahan kering.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari respon pertumbuhan dan fisiologi tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) terhadap cekaman kekeringan di rumah kaca.

Hipotesis

1. Terdapat aksesi tanaman jarak pagar yang toleran terhadap cekaman kekeringan.

2. Terdapat suatu kombinasi antara aksesi jarak pagar dan kadar air media yang baik untuk pembibitan jarak pagar pada cekaman kekeringan.

(16)

Botani dan Morfologi

Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman jarak antara lain jarak kepyar (Ricinus communis), jarak bali (Jatropha podagrica), jarak ulung (Jatropha gossypifolia L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas). Beberapa jenis tanaman tersebut memiliki potensi sebagai penghasil minyak bakar (biofuel) adalah jarak pagar (Jatropha curcas). Jarak pagar telah lama dikenal masyarakat di berbagai daerah Indonesia yaitu sejak diperkenalkan Jepang pada tahun 1942-an yang mana masyarakat diperintahkan melakukan penanaman jarak sebagai jarak perkarangan. Beberapa nama daerah (nama lokal) yang diberikan kepada tanaman jarak pagar ini antara lain Sunda (jarak kosta, jarak budeg), Jawa (jarak gundul, jarak pager), Madura (kalekhe paghar), Bali (jarak pager), Nusatenggara (lulu mau, paku kase, jarak pageh), Alor (kuman nema), Sulawesi (jarak kosta, jarak wolanda,bindalo, bintalo, tondo utomene), Maluku (ai huwa kamala, balacai, kadoto) (Tim Jarak Pagar, 2006)

Jarak pagar mempunyai sosok yang kekar, batang berkayu bulat dan mengandung banyak getah. Tinggi mencapai 5 meter dan mampu hidup sampai 50 tahun. Daun tunggal, lebar, menjari dengan sisi berlekuk-lekuk sebanyak 3 – 5 buah, bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu dan uniseksual, kadang-kadang ditemukan bunga hermaprodit. Jumlah bunga betina 4 – 5 kali lebih banyak daripada bunga jantan. Buah berbentuk buah kendaga, oval atau bulat telur, berupa buah kotak berdiameter 2– 4 cm dengan permukaan tidak berbulu (gundul) dan berwarna hijau ketika masih muda dan setelah tua kuning kecoklatan. Buah jarak tidak masak serentak buah jarak pagar terbagi menjadi 3 ruangan, masing-masing ruangan 1 biji. Biji berbentuk bulat lonjong berwarna cokelat kehitaman dengan ukuran panjang 2 cm , tebal 1 cm dan berat 0.4– 0.6 gram/biji. Jarak pagar termasuk dalam familia Euphorbiaceae satu famili dengan tanaman karet dan ubikayu (Yuni, 2008). Adapun klssifikasi Jarak pagar sebagai berikut :

(17)

Kelas : Dicotyledonae

Untuk mendapatkan produktivitas yang optimal dalam budidaya tanaman diperlukan pemilihan lokasi yang tepat. Meskipun jarak pagar merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi luas yang dapat tumbuh mulai dari daerah beriklim ekstrim kering hingga ekstrim basah (marginal land). Pemilihan lokasi adalah suatu tahapan penting dalam proses produksi. Tujuannya adalah menetapkan lokasi usaha tani atau agribisnis yang sesuai dengan karakteristik komoditi tanaman jarak pagar sehingga diperoleh produktivitas yang optimal secara berkelanjutan dengan memperhatikan aspek syarat lokasi atau lahan dan syarat tumbuh atau kesesuaian lahan dari tanaman jarak pagar. Aspek lokasi atau lahan terkait dengan sumber air, ketersediaan bahan baku, akses sarana, dan prasarana. Aspek syarat tumbuh terdiri atas kondisi tanah (media tumbuh), derajat keasaman (pH), curah hujan (CH), suhu, kelembaban udara (RH), ketinggian lahan, kemiringan lahan, kedalaman tanah dan intensitas cahaya (Misnen, 2010). Jarak pagar dapat tumbuh pada lahan-lahan marjinal yang umumnya sulit untuk ditumbuhin tanaman lain. Namun demikian, tanaman jarak pagar juga memiliki lingkungan yang ideal yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangannya maka tanaman jarak pagar akan menghasilkan produktifitas yang tinggi.

(18)

gembur, tidak terlalu liat dan mudah diolah dengan drainase dan aerasi yang baik. Tanah yang terlalu liat atau kurang subur perlu ditambah dengan bahan organik seperti pupuk kandang, kompos atau dengan memasukkan cendawan protagonis seperti mikoriza.

Keasaman tanah (pH) untuk jarak pagar berkisar 5.5 - 6.5, apabila pH tanah terlalu rendah dapat ditingkatkan dengan pengapuran. Jenis kapur yang dipakai diantaranya kalsit (CaC03) dan dolomit (CaMg(CO3)2). Kebutuhan kapur untuk menaikkan pH tanah tergantung dari pH tanah awal, berapa besar pH yang akan ditingkatkan dan tekstur tanah. Kebutuhan kapur untuk pH 4.5 ke 5.5 pada tekstur tanah pasir sebesar 0.6 ton/ha (Kuswandi, 2005).

Tanaman jarak pagar dikatakan termasuk tanaman cosmopolitan artinya tanaman yang dapat ditumbuh diberbagai ekosistem mulai dari daerah yang sangat kering temperate dengan curah hujan hanya sekitar 300 - 500 mm/tahun sampai daerah yang sangat basah dengan curah hujan 4,000 – 6,000 mm/tahun. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di daerah dataran rendah bahkan pinggir pantai sampai ketinggian di atas 1,000 m dpl (Wahid, 2006).

Tanaman jarak sebagai tanaman yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang sangat kritis dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Agar pertumbuhannya optimal maka diperlukan 50º LU – 40º LS, 0 – 2,000 m dpl, suhu berkisar antara 18º - 30oC. Pada daerah dengan suhu rendah (<18oC) menghambat pertumbuhan, sedangkan pada suhu tinggi (>35oC) menyebabkan gugur daun dan bunga, buah kering sehingga produksi menurun. Curah hujan antara 300 mm–1,200 mm per tahun (Prihandana dan Hendroko, 2006).

Teknis Budidaya Tanaman Jarak Pagar

(19)

jarak tanam 1.5 m x 2.0 m didapatkan populasi sebanyak 3,300 pohon/ha) (Hariyadi, 2005).

Bahan tanam dapat berasal dari stek cabang atau batang maupun benih. Bahkan penyediaan bibit dengan tekhnik kultur jaringan dimungkinkan. Jika menggunakan stek dipilih cabang atau batang yang telah cukup berkayu. Sedangkan untuk benih dipilih dari biji yang telah cukup tua yaitu diambil dari buah yang telah masak biasanya berwarna hitam. Pada saat ini di Indonesia belum ada varietas maupun klon unggul jarak pagar, sehingga sumber benih masih mengandalkan pengumpulan petani (Alamsyah, 2006)

Pembibitan dapat dilakukan di polibag atau di bedengan. Setiap polibag diisi media tanam berupa tanah lapisan atas (top soil) dan dicampur pupuk kandang. Setiap polibag ditanami 1 (satu) benih. Tempat pembibitan diberi naungan / atap dengan bahan dapat berupa daun kelapa. jerami atau paranet. Lama di pembibitan 2 - 3 bulan. Kegiatan yang dilakukan selama pembibitan antara lain penyiraman (setiap hari 2 kali pagi dan sore). penyiangan dengan melakukan pembersihan gulma sekitar tanaman dan seleksi dengan memilih bibit yang pertumbuhannya baik (Anonim, 2006).

Penanaman dilakukan pada awal atau selama musin penghujan sehingga kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia. Bibit yang ditanam dipilih yang sehat dan cukup kuat serta tinggi bibit sekitar 50 cm atau lebih. Saat penanaman tanah disekitar batang tanaman dipadatkan dan permukaannya dibuat agak cembung. Penanaman dapat juga dilakukan secara langsung di lapangan (tanpa pembibitan) dengan menggunakan stek cabang atau batang (Anonim, 2007).

(20)

82 % dengan semua sumber entres. Pertumbuhan dan produktivitas akan sesuai dengan potensi dari masing-masing sumber entres (batang atas). Dengan demikian untuk perbaikan produktivitas tanaman jarak pagar dapat dilakukan penyambungan dengan entres dari bahan tanaman unggul dalam sehari (pagi-sore) 1 orang dapat melakukan penyambungan sebanyak 60 tanaman (2 sambungan/ tanaman) (Lestariet.al, 2005).

Hubungan Air–Tanaman

Air merupakan unsur penting bagi tanaman dan merupakan senyawa yang menyusun sebagian besar tubuh tanaman. Antara 70 - 90% dari tubuh tanaman yang sedang aktif tumbuh terdiri dari air yang tidak tergantikan untuk menyelenggarakan sebagian besar fungsi tanaman. Peranan air bagi tumbuhan sangat penting karena lebih dari 80% berat basah jaringan tumbuhan terdiri dari air. Ketersediaan air tanah bagi tumbuhan dan daya evaporasi udara merupakn faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran tumbuhan di alam. Air merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman bila dibandingkan dengan faktor lingkungan lainnya (Tjondronegoroet al., 1997)

Salah satu unsur yang dibutuhkan oleh tanaman adalah air. Air dibutuhkan untuk bermacam– macam fungsi tanaman, yaitu : (1) pelarut dan medium untuk reaksi kimia, (2) medium untuk transpor zat terlarut organik dan anorganik, (3) medium yang memberikan turgor pada sel tanaman, (4) hidrasi dan netralisasi muatan pada molekul– molekul koloid, (5) bahan baku untuk fotosintesis, proses hidrolisis dan reaksi–reaksi kimia lainnya dalam tumbuhan, (6) transpirasi untuk mendinginkan tanaman (Gardneret al. 1991).

(21)

Air yang digunakan oleh tanaman adalah air yang tersedia, yaitu kandungan air yang dapat diambil tanaman dari tanah atau selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dengan kadar air pada saat titik layu permanen. Kapasitas lapang merupakan jumlah air yang ditahan oleh tanah setelah kelebihan air gravitasi meresap ke bawah, sedangkan titik layu permanen merupakan kandungan air tanah pada saat tanaman diatasnya mengalami layu permanen, yang artinya tidak dapat dipulihkan kembali meskipun telah di berikan air cukup (Soepardi, 1983).

Respon Tanaman Terhadap Kekeringan

Cekaman kekeringan yaitu kondisi suatu tanaman atau tumbuhan kekurangan air untuk pertumbuhan dan perkembangannya karena ketersediaan air pada media terbatas. Keterbatasan air dapat disebabkan oleh kondisi iklim kering dalam periode tertentu sehingga air tidak tersedia bagi tanaman seperti daerah gurun pasir atau daerah kering lainnya. Selanjutnya air tersedia tetapi media yang terkandung tidak mampu menyimpan air tersebut, contohnya pada media pasir.

Kramer (1963) menyatakan cekaman kekeringan pada tanaman disebabkan karena ketersediaan air dalam media yang tidak mencukupi dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi dari kedua faktor tersebut. Mekanisme tolerasi tanaman terhadap kekeringan pada saat mengalami stress kekeringan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) escape yaitu tanaman menyelesaikan siklus hidupnya sebelum mengalami stress berat, dengan berbunga lebih awal atau daun menggulung, (2) toleran yaitu tanaman tetap tumbuh dalam kondisi cekaman kekeringan dan potensial air rendah dengan osmotic adjusment , (3) avoiidance yaitu menghindar dari cekaman kekeringan dengan mengembangkan sistem perakaran dan efisiensi membuka dan menutupnya stomata (Lestari et al.. 2005).

(22)

satu ciri varietas toleran kekeringan adalah perakaran yang mampu menyerap air tanah dalam kondisi cekaman kekeringan.

Levit (1980), menyatakan bahwa cekaman kekeringan juga akan menyebabkan terjadinya penurunan laju fotosintesi, hal ini merupakan kombinasi dari beberapa proses, yaitu : (1) penutupan stomata secara hidroaktif mengurangi suplai CO2kedalam daun, (2) dehidrasi kutikula, dinding epidermis, dan membran sel mengurangi permeabilitas terhadap CO2, (3) bertambahnya tahanan sel mesofil terhadap pertukaran gas, dan (4) menurunnya efisiensi sistem fotosintesis berkaitan dengan proses biokimia dan aktifitas enzim dalam sitoplasma , dimana dalam proses fotosintesis terdapat proses hidrolisis yang memerlukan air.

Salah satu yang menentukan tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik adalah besarnya potensial air yang diserapnya. Potensial air (ψw)

(23)

Tempat dan Waktu

Penelitian pemilihan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) untuk meningkatkan adaptasi terhadap kekeringan dilakukan pada bulan Juli 2011 -Maret 2012. Kegiatan penelitian dilakukan di rumah kaca, Cikabayan, Dramaga, IPB. Pengujian klorofil dilakukan di laboratorium Molecular Marker, Spectrofotometry dan UV-Vis, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB, Dramaga , Bogor, Jawa Barat. Pengamatan stomata di lakukan di laboratoriumMicro Techique Laboratory.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakn untuk penelitian ini adalah : sepuluh biji aksesi jarak pagar hasil evaluasi, polibag ukuran 40 cm x 50 cm, pupuk kandang dan tanah sebagai media tumbuk serta pupuk Urea, SP-36 dan KCL serta bahan analisis kimia. Alat yang digunakan untuk pengamatan di rumah kaca adalah penggaris, timbangan, jangka sorong, termometer dan ember. Sedangkan alat yang digunakan di laboratorium mortan porselen, micro tube, tabung reaksi, pipet, centrifuge, spektrofotometer uv/vis, cuvet, kelereng, oven, mikroskop, kamera, dan alat - alat laboratorium lainnya.

Metode Penelitian

Pada kegiatan uji adaptasi aksesi calon batang bawah terhadap kekeringan dalam pot. Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam pengolahan data adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan ulangan tiga kali dengan model sebagai berikut :

Yijk=μ + αi+βj + ρk + (αβ)ij + εijk Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan kelompok ke-k

(24)

αi = Pengaruh perlakuan α ke-i βj = Pengaruh perlakuan β ke-j

ρk = Pengaruh kelompok ρ ke-k

(αβ)ij = Pengaruh interaksi αidan βj

εijk = Galat percobaan kadar air ke-i, aksesi tanaman ke-j, dan kelompok ke-k Faktor pertama adalah perlakuan cekaman terhadap kekeringan terdiri dari 3 taraf yaitu : kadar air tanah 80% (kontrol), 55% dan 30% kapasitas lapang. Faktor kedua adalah bahan tanaman yang terdiri dari 10 aksesi jarak pagar hasil evaluasi yaitu : IP-3M, Jatim013, Jatim045, NTT065, NTT 080, NTB 019, NTB 047, NTB 116, Sulawesi72 dan Sulawesi117. Terdapat 30 kombinasi perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan sehingga terdapat 90 satuan percobaan.

Kajian Karakter Ketahanan terhadap Cekaman Kekeringan

Metode ini bertujuan untuk mengelompokkan sepuluh aksesi kedalam kelas toleransi terhadap cekaman kekeringan. Toleransi terhadap cekaman kekeringan dikaji berdasarkan nilai indeks sensitifitas (IS) masing - masing aksesi pada kondisi tercekam dibandingkan dengan kondisi optimal. Kondisi tercekam dalam penelitian ini ditunjukkan oleh respon bibit pada 30 % KL dan 55 % KL, sedangkan kondisi optimal bagi pertumbuhan perlakuan 80 % KL. Penentuan tingkat toleransi suatu tanaman terhadap cekaman kekeringan digunakan rumus indeks sensitiftas (Fisher dan Maurer, 1978) yaitu:

S = (1–Y / Yp) / (1–X/ Xp)

Keterangan :

Y = nilai rataan peubah tertentu (misal jumlah cabang, tinggi tanaman, bobot akar) pada tanaman atau varietas tanaman yang mengalami cekaman kekeringan. Yp = nilai rataan peubah tersebut pada tanaman atau varietas tanaman yang optimum.

X = nilai rataan peubah tersebut pada semua tanaman atau varietas yang mengalami cekaman kekeringan

(25)

Dengan klasifikasi nilai sensitivitasnya sebagai berikut : Tanaman toleran = bila nila S < 0.5

Tanaman yang agak toleran = bila nilai 0.5≤ S ≤ 1 Tanaman yang peka = bila S > 1.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan berdasarkan karakter morfologi dan agrononi yang terdiri dari karakter kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan dilakukan pada saat penanaman di rumah kaca. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan karakter morfologi setiap 2 minggu selama 4 bulan. pengamatan yang dilakukan adalah :

1. Tingi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ujung tunas batang utama. dimulai pada saat 10 sampai 22 MST.

2. Diameter batang diukur pada pangkal batang 5 cm di atas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong dimulai pada 10 sampai 22 MST.

3. Jumlah daun yang dihitung adalah semua daun yang telah membuka sempurna pada saat 10nsampai 22 MST.

Pada saat tanaman berumur 4 bulan dilakukan pengukuran kandungan klorofil laboratorium Molecular Marker, Spectrofotometry dan UV-Vis. Pengamatan stomata dilakukan pada saat tanaman berumur 6 MST di laboratorium Micro Techique Laboratory. Pada akhir percobaan, dilakukan pengamatan destruktif meliputi : bobot kering akar, bobot kering daun dan bobot kering batang. Bobot kering akar, tajuk dan batang diukur setelah dioven pada suhu 740- 800C dengan waktu 2x 24 jam. Pelaksanaan analisis klorofil diawali dengan pengambilan sampel daun yang digunakan adalah daun yang telah membuka sempurna. Selanjutnya dimasukkan kedalam mortar porselen, digerus sampai halus kemudian tambahkan 2 ml acetris; dan dimasukkan ke dalammicro tube2 ml.

(26)
(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2011 sampai Maret 2012 yang merupakan musim hujan dan musim kemarau. Suhu rumah kaca diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan termometer. Pengukuran suhu Greenhouse dimulai pada bulan Juli 2011 sampai Februari 2012. Selama penelitian suhu tiap bulan memiliki rata - rata yang berbeda. Hal ini disebabkan dengan kondisi di lingkungan luar rumah kaca yang mengalami musim penghujan dan musim kemarau.

Tabel 1. Data iklim lokasigreenhouseCikabayan IPBBogor.

Bulan Suhu (°C)

Juli 2011 31.02°C

Agustus 2011 32.45°C

September 2011 30.36°C

Oktober 2011 35.49°C

November 2011 31.18°C

Desember 2011 34.51°C

Januari 2012 33.58°C

Februari 2012 32.45°C

Gambar 1. KeadaangreenhouseCikabayan

(28)

sidik ragam untuk karakter pertumbuhan dan analisis klorofil ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh cekaman kekeringan terhadap tanaman jarak pagar.

(29)

Berdasarkan data yang di dapatkan bahwa aksesi NTB047 memiliki peningkatan rataan tinggi dari mulai 12 sampai 22 MST dan pada 12 sampai 22 MST menunjukkan hasil bahwa NTB047 berbeda nyata dengan sembilan aksesi lainnya. Rataan terendah terdapat pada NTT065 pada 10 dan 12 MST. Pada 14 MST Jatim045 menunjukkan rataan terendah sedangkan pada 16 sampai dengan 22 MST IP-3M menunjukkan hasil yang terendah.

Berdasarkan hasil uji cekaman,data menunjukkan bahwa perlakuan 80% KL memiliki rataan pertumbuhan tertinggi, sedangkan 30% KL menunjukkan hasil rataan tinggi terendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Lapanjang (2008), hasil dari penelitian tersebut menunjukkan hasil jika semakin kecil KL yang diberikan maka pertumbuhan tanaman makin terhambat.

Tabel 3. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap tinggi (cm) tanaman jarak pagar (Jatropha curcasL.) Jatim08 41.20 51.04b 54.63 56.70bc 53.10cd 59.33bcd 65.90b Jatim045 39.97 51.10b 48.37 58.12bc 59.04bcd 63.52b 65.80b NTT065 34.37 43.90c 49.44 51.46c 53.50cd 55.96cd 58.21cd NTT080 41.64 52.07b 56.80 60.16b 61.20b 63.40b 65.38bc NTB019 38.18 49.21bc 52.25 55.95bc 59.58bc 62.42bc 66.54ab NTB047 38.93 58.37a 59.48 66.76a 68.22a 71.22a 73.14a NTB116 41.63 50.90b 54.70 57.71bc 58.74bcd 60.50bc 62.30bcd Sulawesi72 37.37 47.04bc 53.72 54.76bc 55.86bcd 58.34bcd 60.07bcd Sulawesi117 43.07 52.95b 52.75 56.13bc 58.07bcd 58.72bcd 60.03bcd

Uji F tn ** tn ** ** ** **

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam, ** berpengaruh sangat nyata pada α = 1%, * berpengaruh nyata pada α = 5%,tntidak berpengaruh nyata

(30)

air tersedia banyak mempunyai potensial air lebih tinggi dibandingkan potensial air sel tanaman. Oleh karena itu, tingkat ketersediaan air akan berpengaruh terhadap proses perkembangan sel tanaman dan kelangsungan metabolisme yang normal. Menurut Harijadi dan Yahya (1988) potensial air sel tanaman bernilai negatif selama masa hidup tanaman dan tanaman mengalami cekaman air jika potensial sel turun mencapai sama atau lebih besar dari potensial air tanah (kondisi air tanah mendekati atau sama titik layu permanen). Kondisi cekaman air menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat karena proses fotosintesis dan proses fisiologi yang normal terganggu.

Rendahnya pertambahan tinggi tanaman disebabkan ketersediaan air dalam media tumbuh yang rendah, sedangkan air memiliki peranan penting bagi sel untuk pembelahan dan menjaga turgor sel agar tidak rusak. Menurut Gardner et al. (1991) dan Parker (2004) air memiliki peranan bagi tanaman sebagai pelarut, media untuk transport, memberikan turgor pada sel, dan bahan baku untuk fotosintesis. Selain menghambat aktivitas hormon auksin yang berperan dalam mendorong pembelahan sel batang, daun, dan akar yang diproduksi di meristem apikal.

Diameter Tanaman

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada 10 MST, IP-3M memiliki diameter batang yang paling besar yaitu sebesar 16.67 mm, sedangkan diameter terkecil yaitu pada aksesi NTT06 sebesar 11.01 mm. Pada akhir pengamatan yaitu pada 22 MST, aksesi Sulawesi117 memiliki diameter terbesar yaitu 15.95 dan diameter terkecil pada aksesi NTB019. Berdasarkan hasil perlakuan menunjukkan semakin tinggi kapasitas lapang maka pertumbuhan batang semakin terhambat bahkan terjadi penyusutan, ditunjukkan dengan nilai tengah pertambahan diameter batang yang rendah di perlakuan pada saat 14 sampai 22 MST.

(31)

MST antara semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Tabel 4 menunjukkan hasil interaksi yang tidak nyata pada setiap MST.

Tabel 4. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap diameter (mm) tanaman jarak pagar (Jatropha curcasLinn.)

IP-3M 16.67 14.76 14.70 14.42 14.61 14.54 15.24

Jatim08 12.57 13.38 14.05 14.23 14.35 13.58 15.25

Jatim045 12.30 13.14 14.15 14.34 14.46 14.55 15.23

NTT065 11.01 11.98 13.02 13.65 13.48 13.77 14.44

NTT080 12.71 13.34 15.01 15.03 15.10 15.25 15.85

NTB019 12.31 12.76 27.03 13.78 13.95 14.22 13.38

NTB047 13.26 14.16 14.70 15.26 15.23 15.11 15.86

NTB116 12.91 13.97 14.31 14.66 14.90 14.64 15.53

Sulawesi72 12.53 12.52 13.12 13.50 14.54 14.38 14.98 Sulawesi117 15.98 13.00 14.07 14.40 14.86 15.30 15.95

Uji F tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam, ** berpengaruh sangat nyata pada α = 1%, * berpengaruh nyata pada α = 5%,tntidak berpengaruh nyata

Penyusutan diameter batang disebabkan suplai air dari akar ke tajuk terhambat yang mengakibatkan sel kehilangan turgornya. Menurut lakitan (2007) air dapat mengalir dengan mudah dalam jaringan tumbuhan apabila adanya perbedaan potensial air antara tanah dan udara adanya tenaga hidrasi dinding pembuluh xylem yang mampu mempertahankan molekul air terhadap gaya gravitasi dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga keutuhan kolom ar di dalam pembuluh xylem.

Jumlah Daun

(32)

MST. Pada 10 MST varietas IP-3M dan Sulawesi117 berbeda nyata dengan Jatim08, Jatim045, NTT065, NTT080, NTB019, NTB047, NTB116 dan Sulawesi72. Sedangkan pada 14 MST dan 20 MST menunjukkan hasil yang berpengaruh tidak nyata. Selanjutnya setiap aksesi memberikan respon yang berbeda dalam pertambahan jumlah daun. Pada 10 MST dan 22 MST IP-3M memiliki jumlah daun terbesar yaitu sebanyak 22.44 daun dan 10.22 daun. Sedangkan aksesi Sulawesi72 pada 10 MST dan 22 MST memiliki jumlah daun terkecil dibandingkan dengan aksesi lainnya yaitu sebanyak 9.33 daun dan 3.77 daun.

Tabel 5 . Pengaruh cekaman kekeringan terhadap jumlah daun (helai) tanaman jarak pagar (Jatropha curcasLinn.)

Perlakuan UMUR Jatim045 10.33b 19.22c) 8.11 12.00bcd) 8.55bc) 4.88 5.22bc) NTT065 9.44b 12.11d) 6.11 8.11bcd) 6.33c) 6.11 5.55bc) NTT080 10.77b 16.77cd) 9.55 7.88bcd) 6.33c) 4.44 5.77bc) NTB019 11.44b 15.00cd) 10.77 10.44bcd) 8.33abc) 5.66 4.66bc) NTB047 12.55b 19.55c) 14.33 13.55abc) 8.00bc) 3.55 4.11bc) NTB116 10.55b 15.33cd) 8.44 5.55cd) 5.00cd) 5.33 4.44bc) Sulawesi72 9.33b 19.77c) 11.00 14.22ab) 11.67c) 3.55 3.77c) Sulawesi117 24.11a 37.00a) 18.55 21.55a) 13.67a) 9.33 7.22b)

Uji F ** ** tn ** ** tn **

Keterangan : MST minggu setelah tanam, ** berbeda nyata, * berpengaruh nyata,tntidak berpengaruh nyata,a)hasil transformasi (x+0.5)1/2

(33)

cekaman pada 10 MST, 16 MST, 18 MST dan 20 MST menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata. Pada 22 MST menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata, sedangkan pada 12 MST dan 14 MST menunjukkan hasil yang berpengaruh tidak nyata. Interaksi antara kedua perlakuan yaitu antara jenis aksesi dan pengaruh cekaman mununjukkan hasil yang berpengaruh tidak nyata.

Rendahnya pertambahan jumlah daun pada perlakuan 30 % KL diduga dipengaruhi oleh aktivitas hormon sitokinin, auksin dan etilen. Pada kondisi kering aktivitas hormon auksin dan sitokinin menurun sehingga genotipe kurang mampu dalam menyesuaikan kondisi kekeringan (Misnen, 2010).

Lakitan (1996) menyatakan bahwa etilen merupakan hormon yang berperan dalam penuaan daun sehingga daun menjadi gugur. Selain itu rendahnya pertumbuhan jumlah daun disebabkan potensial air baik dalam tanah maupun daun menjadi rendah sehingga suplai air ke bagian tajuk tidak tersedia. Genotipe yang tidak mampu menyesuaikan dalam kondisi tersebut akan kehilangan turgor sel sehingga menghambat pertumbuhan.

Bobot Kering

Respon bobot kering akar dipengaruhi oleh interaksi antara aksesi dengan uji cekaman. Hasil penelitian menunjukkan hasil semakin tinggi KL bobot rataan pada daun, batang dan akar semakin rendah. Tabel 6 menunjukkan bahwa aksesi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering daun, batang dan tajuk. Bobot kering daun tetinggi terdapat pada aksesi Sulawesi117 sebesar 3.38, bobot kering batang tertinggi terdapat pada aksesi NTB047 sebesar 10.01 dan bobot kering akar tertinggi pada aksesi Jatim08 sebesar 4.88. Bobot kering daun, batang, dan akar terendah terdapat pada aksesi NTT065, NTT065 dan NTB047.

(34)

Tabel 6. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap bobot kering daun, batang

Keterangan : MST minggu setelah tanam, ** berbeda nyata, * berpengaruh nyata,tntidak berpengaruh nyata,a)hasil transformasi (x+0.5)1/2

(35)

Terjadinya penurunan bobot kering daun pada tanaman juga disebabkan oleh berkurangnya aktifitas fotosintesis akibat menutupnya stomata. Fotosintat hasil fotosintesis merupakn sumber energi untuk proses pertumbuhan dan pembesaran sel tanaman. Menurut Taiz dan Zeiger (1991) transpor fotosintat melalui floem juga membutuhkan air, sehingga cekaman kekeringan menyebabkan pasokan fotosintat didalam tanaman terhambat.

Karakter Fisiologi

Klorofil a dan b

Tabel 7. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap klorofil a dan b.

Perlakuan Klorofil

Keterangan : ** berbeda nyata, * berpengaruh nyata,tntidak berpengaruh nyata,a)hasil transformasi (x+0.5)1/2

(36)

Pemberian cekaman menjadikan terjadinya perubahan kandungan klorofil daun. Aksesi toleran memiliki kandungan klorofil a dan klorofil b yang lebih tinggi dibandingkan aksesi yang peka. Penurunan kandungan klorofil menunjukkan bahwa perlakuan kadar air media berpengaruh terhadap kandungan klorofil dalam tanaman sehingga menurunkan laju fotosintesis.

Kondisi tanaman yang mengalami cekaman kekeringan akan mempengaruhi kandungan dan organisasi klorofil dalam kloroplas pada jaringan (Haryadi dan Yahya, 1988). Cekaman air juga menyebabkan penyerapan unsur hara menjadi terhambat.

Karakter Anatomi

Stomata Terbuka

Tabel 8 menunjukkan data terbukanya stomata, perhitungan jumlah stomata yang terbuka menggunakan sepuluh aksesi tanaman jarak pagar yang tidak diuji dengan perlakuan cekaman kekeringan. Perhitungan jumlah stomata yang terbuka, untuk menjadi data tambahan pada karakteristik pada sepuluh aksesi. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan NTB019 menghasilkan stomata terbesar dibandingkan dengan aksesi lainnya yaitu sebesar 214.013 mm2.diikuti oleh IP-3M, Jatim08, Jatim045, NTB047, Sulawesi72, NTB080, NTB116, NTT 065 dan Sulawesi117. Aksesi sulawesi117 menunjukkan hasil stomata terbuka paling rendah yaitu 71.33 mm2.

(37)

Tabel 8. Jumlah luas stomata yang terbuka pada sepuluh aksesi jarak pagar (Jatropha curcasLinn)

Aksesi Jumlah Stomata Gambar

IP-3M 203.82/mm2

Jatim08 163.05/mm2

Jatim045 147.77/mm2

NTT065 96.81/mm2

NTT080 112.10/mm2

(38)

NTB047 132.48/mm2

NTB116 101.91/mm2

Sulawesi72 122.29/mm2

Sulawesi117 71.337/mm2

Kajian Karakter Ketahanan terhadap Cekaman Kekeringan

Penentuan genotipe yang toleran terhadap cekaman kekeringan dilakukan melalui perhitungan indeks sensitivitas (IS). Tanaman yang menunjukkan toleran terhadap kekeringan memiliki nilai IS kekeringan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang peka dengan kategori sebagai berikut : toleran IS≤ 0.5, agak toleran 0.5≤ IS ≤ 1.0 dan peka IS > 1.0. Nilai IS diperoleh dengan cara membandingkan respon aksesi tanaman yang optimum dengan yang mengalami cekaman kekeringan. Penentuan tingkat toleransi suatu tanaman terhadap cekaman kekringan digunakan rumus indeks sensitiftas (Fisher dan Maurer, 1978) yaitu :

(39)

Untuk memudahkan pengelompokkan lebih lanjut ke dalam kelas toleran atau peka pada setiap peubah yang diamati pada sepuluh aksesi maka dibuat matriks tingkat toleransi berdasarkan IS kekeringan. Karakter seleksi yang digunakan oleh peneliti bisa berbeda, tergantung jenis tanaman, waktu dan tujuan penelitian. Perhitungan Indeks Sensitivitas (IS) dibagi menjadi dua perhitungan. Perhitungan pertama membandingkan respon aksesi tanaman yang optimum (80% KL) dengan yang mengalami cekaman kekeringan (30% KL) dan perhitungan kedua membandingkan respon aksesi tanaman yang optimum (80% KL) dengan yang mengalami cekaman kekeringan (55% KL). Berdasarkan IS (Indeks Sensitivitas) kekeringan menunjukkan bahwa setiap aksesi memiliki perbedaan toleransi kekeringan terhadap 8 peubah yang diamati (Tabel 11 dan Tabel 12).

Berdasarkan hasil dari Tabel 9 yaitu tabel matriks toleransi antara perlakuan 30% KL dengan 80% KL dari sebelas peubah yang diamati menunjukkan hasil bahwa NTT065 dan NTB047 menunjukkan hasil yang toleraan terbanyak dari delapan peubah dan menunjukkan hasil IS peka terkecil. Sedangkan pada aksesi Sulawesi72 menunjukkan hasil peka yang tetinggi, dari 11 peubah terdapat lima peubah yang menunjukan hasil tanaman tersebut peka tergadap kekeringan.

Sedangkan untuk perlakuan antara 55% KL dengan 80% matriks tolerasi sepuluh aksesi jarak pagar menunjukkan bahwa Jatim045 dan NTB047 menunjukkan hasil yang sama dengan perlakuan antara 30% dan 80% KL, bahwa Jatim045 dan NTB047 memiliki tingkat tolerasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan aksesi lainnya, hal ini dibuktikan dari sebelas peubah, delapan peubah pada Jatim045 dan NTB047 menunjukkan hasil yang toleransi.

(40)

Tabel 9. Rekapitulasi jumlah tingkat sensitivitas sepuluh aksesi jarak pagar berdasarkan skoring perlakuan 30% KL dengan 80%

Aksesi T J D K.a K.b BKA BKB BKD Total

Keterangan : T = tinggi, J = jumlah daun, D= Diameter, Ka=Klorofil a, Kb = Klorofil b, BKA = Bobot Kering Akar, BKB= Bobot Kering Batang, BKD = Bobot Kering Daun.

Tabel 10. Rekapitulasi jumlah tingkat sensitivitas sepuluh aksesi jarak pagar berdasarkan skoring perlakuan 55% KL dengan 80%

Aksesi T Jd D K.a K.b BKA BKB BKD Total

Keterangan : T=Tinggi, Jd=Jumlah Daun, D= Diameter, Ka=Klorofil a, Kb = Klorofil, BKA = Bobot kering Akar, BKB= Bobot Kering Batang, BKD = Bobot Kering Daun.

Tabel 9 yaitu rekapitulasi tingkat sensitivitas atara perlakuan 35% KL dengan 80% KL menunjukkan bahwa NTT065 memiliki scoring terbesar yaitu sebesar 15 sedangkan Jatim03 menunjukkan scoring terendah yaitu sebesar 10. Hal ini berarti NTT065 merupakan aksesi yang toleransi terhadap kekeringan sedangkan Jatim03 aksesi yang peka terhadap kekeringan.

(41)

IS K IS K IS K IS K IS K IS K IS K IS K

IP-3M 0.30 T 0.71 AT 0.29 T 0.52 AT 0.43 T -171.04 T 0.94 AT 1.04 P

Jatim03 0.20 T 0.56 AT 0.27 T 0.39 T 0.39 T 9.75 P 2.88 P 1.37 P

Jatim045 0.20 T 1.16 P 0.19 T 0.45 T 0.40 T 3.40 P 0.96 AT 1.04 P

NTT065 0.41 T 0.83 AT 0.49 T 0.25 T 0.17 T -0.92 T 1.32 P 0.68 AT

NTT080 -0.02 T 0.34 T 0.25 T 0.40 T 0.42 T 5.84 P 2.02 P 3.18 P

NTB019 0.15 T 0.51 AT 0.55 AT 0.21 T 0.27 T 0.51 AT 0.96 AT 1.26 P

NTB047 0.09 T 0.60 AT 0.15 T 0.25 T 0.25 T 2.07 P 0.84 AT 1.03 P

NTB116 0.09 T 0.37 T 0.21 T 0.35 T 0.38 T 3.77 P 1.52 P 1.64 P

SUL.72 0.22 T 0.66 AT 0.32 T 0.17 T 0.22 T 13.04 P 0.49 AT 2.77 P

SUL.117 0.11 T 0.94 AT 0.25 T 0.19 T 0.22 T 2.99 P 1.13 P 0.61 AT

Keterangan : IS=Indeks sensitivitas, K=Kelas, T=Toleran, AT=Agak toleran, P=Peka T=Toleran, AT=Agak toleran, P=Peka, BKA=Bobot kering akar, BKD=Bobot kering daun, BKB=Bobot kering batang.

Tabel 12. Matrik toleransi sepuluh aksesi jarak pada pada perlakuan 55% KL dengan 80% KL

Aksesi Tinggi Jumlah Daun Diameter Klorofil a Klorofil b BKD BKB BKA

IS K IS K IS K BBB K IS K BBB K IS K IS K

IP-3M 0.19 T 0.65 AT 0.13 T 0.40 T 0.36 T 98.66 P 0.40 T 1.04 P

Jatim03 0.20 T 0.78 AT 0.22 T 0.47 T 0.47 T -16.32 AT 1.64 P 1.37 P

Jatim045 0.17 T 0.40 T 0.10 T 0.30 T 0.28 T 0.10 T 0.32 T 1.04 P

NTT065 0.25 T 0.72 AT 0.35 T 0.35 T 0.25 T -0.82 T 0.59 AT 0.68 AT

NTT080 0.004 T 0.22 T 0.10 T 0.40 T 0.49 T 2.53 P 0.50 T 3.18 P

NTB019 0.14 T 0.63 AT 0.21 T 0.45 T 0.44 T 0.51 AT 0.77 AT 1.26 P

NTB047 0.04 T 0.34 T 0.11 T 0.48 T 0.42 T 0.28 T 0.51 AT 1.03 P

NTB116 0.08 T 0.49 T 0.23 T 0.17 T 0.20 T 4.09 P 0.65 AT 1.64 P

SUL.72 0.39 T 0.90 AT 0.33 T 0.06 T 0.02 T 4.25 P 1.11 P 2.77 P

SUL.117 0.09 T 0.84 AT 0.15 T 0.44 T 0.34 T 2.30 P 0.67 AT 0.61 AT

Keterangan : IS=Indeks sensitivitas, K=Kelas, T=Toleran, AT=Agak toleran, P=Peka T=Toleran, AT=Agak toleran, P=Peka, BKA=Bobot kering akar, BKD=Bobot kering daun, BKB=Bobot kering batang.

(42)

Kesimpulan

Hasil analisis fisiologi asksesi Jatim045 menunjukkan perlakuan terbaik. Sedangkan berdasarkan uji skoring atara 30 % KL dengan 80% KL aksesi NTT065 menunjukkan perlakuan terbaik dan skoring antara 55 % KL dengan 80% Jatim045 dan NTB047 menunjukkan perlakuan terbaik. Dapat disimpulkan bahwa aksesi Jatim045 merupakan aksesi yang tahan terhadap cekaman kekeringan. Pada penelitian ini tidak terdapat interaksi antar kedua faktor pada setiap parameter pengamatan.

Saran

(43)

Alamsyah, A. 2006.Biodiesel Jarak Pagar (Bahan Bakar Alternatif Ramah Lingkungan). PT Agromedia Pustaka, Jakarta.

Anonim. 2006. Pengembangan dan Pemanfaatan Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor

Anomin. 2007. Budidaya Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) sebagai Sumber Alternatif Biofuel. Puslitbang Perkebunan. Bogor.

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Akarta. 200 hal.

Fischer RA, Maurer R. 1978. Drought stress in spring wheat cultivars : 1.Grain yield responses. Aust.J.Agric. Res. 29 : 897-972

Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Stastitical Procedures for Agricultural Research, p. 698. In E. Sjamsudin dan J.S. Baharsjah (Eds). Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants.InSusuilo H. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Harjadi SS, Yahya S. 1988. Fisiologi Cekaman Lingkungan. PAU –

Bioteknologi : Institut Pertanian Bogor

Haryadi. 2005. Sistem budidaya tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn). Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) untuk Biodiesel dan Minyak akar. Diselenggarakan Pusat enelitian Surfaktan dan Bioenergi IPB. 22 Desember 2005. Institut Pertanian Bogr.

Haryati.2003. Pengaruh Cekaman Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman [Tesis]. Program Studi Hasil Pertanian, Fakutas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan

Kramer, P. J. 1963. Water stress and plant growth. Agro. J.55 : 31- 35 Kuswandi. 2005. Pengapuran Tanah Pertanian. Yogyakarta : Kanisius.

(44)

Lakitan, B. 2007. Dasar- Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Lestari, E. G., E.Guharja, S. Harran, dan I. Mitra. 2005. Uji daya tembus akar untu seleksi somaklon toleran kekeringan pada padi Gajahmungkur, Towuti dan IR 64. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 24(2) : 97–103. Lizawati. 2009. Induksi dan multiplikasi tunas jarak pagar (Jatropha curcasLinn)

secarain vitro. J.Agron. Indonesia 37 (1) : 78–85.

Mahmud, Z. 2008. Pemangkasan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 1 (6), Juni 2008.

Misnen. 2010. Respon Morfologi genotipe tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn) [Disertasi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Prihandana, R. Dan Hendroko, R. 2006. Petunjuk Budidaya Jarak Pagar.

Agromedia Pustaka. Jakarta. 84 hal.

Priyanto, U. 2007. Potensi Sector pertanian penghasil dan pengguna energi terbarukan. Perspektif 6 (2) : 85–93.

Salisbuy FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid II. Terjemahan D. R. Lukman. Penerbit ITB. Bandung. 173 p.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 591 hal.

Syafi S.2008. Respon morfologi dan fisiologi bibit berbagai genotipe jarak pagar (Jatropha curcas Linn) terhadap cekaman kekeringan [Tesis]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Taiz L, Zeige E. 1991. Plant Physiology. The Benjamin/ Cumming Co. California. 565 p.

Tim Jarak Pagar.2006. Buku Saku, Tanya Jawab Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.). Rajawali Nusantara Indonesia.

Tjondronegoro, P. D., S. Harran, dan Hamin. 1997. Fisiologi Tumbuhan Dasar Jilid I. Jurusan Biologi–FMIPA. Institu Pertanian Bogor.

(45)

Wiguna, I. 2006. Bangun kilang minyak di kebun. Trubus 434 - Januari 2006 /XXXVII. p 80-81

Wijana, G. 2001. Analisis Fisiologi, Biokimia, Molekuler dan Sifat Toleran Tanaman Kelapa Sawit Terhadap Cekaman Kekeringan. Disertasi, Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor 145 hal. Yuni, A. 2008. Budidaya dan Manfaat Jarak Pagar. Tesis.Universitas Mercu

(46)
(47)

Lampiran 1. Rekapitulasi sidik ragam tanaman jarak pagar terhadap

(48)

Lampiran 2. Nilai IS berdasarkan tinggi tanaman pada perlakuan 30% KL dengan 80% KL

Aksesi Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 345.1 402.7 438.5 370.13 0.30 T

Jatim08 400.7 408.27 503.9 412.1 0.20 T

Jatim045 411.05 440.75 473 412.47 0.20 T

NTT065 312.2 400.8 409.5 341.13 0.41 T

NTT080 424.8 478.27 333.2 380.4 -0.02 T

NTB019 409.3 439.23 431.4 399.2 0.15 T

NTB047 453.9 480.19 510 488.73 0.09 T

NTB116 391.2 410.17 427 408.7 0.09 T

Sulawesi72 384.7 406.4 423.9 359.27 0.22 T

Sulawesi117 402.5 415.37 425.6 394.13 0.11 T

Lampiran 3. Nilai IS berdasarkan tinggi tanaman pada perlakuan 55% KL dengan 80% KL

Aksesi Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 333 353.17 438.5 370.13 0.19 T

Jatim08 372.5 388.70 503.9 412.1 0.20 T

Jatim045 355.6 379.70 473 412.47 0.17 T

NTT065 316.5 348.17 409.5 341.13 0.25 T

NTT080 347.1 397.67 333.2 380.4 0.004 T

NTB019 339.9 371.87 431.4 399.2 0.14 T

NTB047 404.1 407.13 510 488.73 0.04 T

NTB116 380.2 396.63 427 408.7 0.08 T

Sulawesi72 288.8 384.57 423.9 359.27 0.39 T

Sulawesi117 381.2 387.30 425.6 394.13 0.09 T

Lampiran 4. Nilai IS berdasarkan jumlah daun tanaman pada perlakuan 30% KL dengan 80% KL

Aksesi Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 82 114 148 90.3 0.71 AT

Jatim08 56 64.7 49 38 0.56 AT

Jatim045 54 95 90 54 1.16 P

NTT065 35 58.7 57 40.7 0.83 AT

NTT080 63 73.3 76 62.7 0.34 T

NTB019 71 82 76 56.7 0.51 AT

NTB047 66 93.7 90 70 0.60 AT

NTB116 63 70.7 46 40.7 0.37 T

Sulawesi72 60 82 69 53.7 0.66 AT

(49)

Lampiran 5. Nilai IS berdasarkan jumlah daun tanaman pada perlakuan 55% KL dengan 80% KL

Aksesi Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 135 141 148 90.3 0.65 AT

Jatim08 61 77 49 38 0.78 AT

Jatim045 57 56 90 54 0.40 T

NTT065 46 62 57 40.7 0.72 AT

NTT080 42 48.3 76 62.7 0.22 T

NTB019 33 60.3 76 56.7 0.63 AT

NTB047 50 62.7 90 70 0.34 T

NTB116 37 52.7 46 40.7 0.49 T

Sulawesi72 36 76.3 69 53.7 0.90 AT

Sulawesi117 60 123 155 100.3 0.84 AT

Lampiran 6. Nilai IS berdasarkan diameter tanaman pada perlakuan 30% KL dengan 80% KL

Aksesi Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 91 112.37 114.3 103.57 0.29 T

Jatim08 103.2 109.07 110.6 90.8 0.27 T

Jatim045 98.3 111.93 86.8 84.6 0.19 T

NTT065 78.7 101.97 104.7 82 0.49 T

NTT080 114.7 127.67 92.4 85.65 0.25 T

NTB019 109.6 146.83 92.6 84.87 0.55 AT

NTB047 113.1 119.7 102.6 95.73 0.15 T

NTB116 107.2 114.13 100.3 89.47 0.21 T

Sulawesi72 90.2 104.7 105.1 88.73 0.32 T

Sulawesi117 106.4 121.13 101.7 93.77 0.25 T

Lampiran 7. Nilai IS berdasarkan diameter tanaman pada perlakuan 55% KL dengan 80% KL

Aksesi Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 92.9 97.93 114.3 103.57 0.13 T

Jatim08 87.8 92.47 110.6 90.8 0.22 T

Jatim045 91.9 98.07 86.8 84.6 0.10 T

NTT065 78.1 90.2 104.7 82 0.35 T

NTT080 92 93.62 92.4 85.65 0.10 T

NTB019 79.5 90.7 92.6 84.87 0.21 T

NTB047 91.2 95.37 102.6 95.73 0.11 T

NTB116 88.1 99.23 100.3 89.47 0.23 T

Sulawesi72 75.7 93.37 105.1 88.73 0.33 T

(50)

Lampiran 8. Nilai IS berdasarkan klorofil a tanaman pada perlakuan 30 % KL dengan 80 % KL

Genotipe Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 1.93 2.28 2.52 1.77 0.52 AT

Jatim08 1.32 2.07 2.65 2.33 0.39 T

Jatim045 1.28 2.13 2.16 2.04 0.45 T

NTT065 1.79 2.23 2.37 2.20 0.25 T

NTT080 2.60 2.59 2.11 1.58 0.40 T

NTB019 2.10 2.23 2.03 1.79 0.21 T

NTB047 2.09 2.35 2.33 2.04 0.25 T

NTB116 1.62 2.12 2.43 2.08 0.35 T

Sulawesi72 2.13 2.23 2.04 1.85 0.17 T

Sulawesi117 1.97 2.06 2.05 1.80 0.19 T

Lampiran 9. Nilai IS berdasarkan klorofil a tanaman pada perlakuan 55 % KL dengan 80 % KL

Genotipe Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 1.88 2.02 2.52 1.76 0.40 T

Jatim08 0.96 1.94 2.65 2.33 0.47 T

Jatim045 1.27 1.81 2.16 2.03 0.30 T

NTT065 1.12 1.81 2.37 2.20 0.35 T

NTT080 2.01 2.14 2.12 1.58 0.40 T

NTB019 1.07 1.74 2.03 1.79 0.45 T

NTB047 0.84 1.71 2.327 2.04 0.48 T

NTB116 1.74 1.85 2.43 2.08 0.17 T

Sulawesi72 1.21 1.20 2.04 1.85 0.06 T

Sulawesi117 1.48 2.09 2.05 1.80 0.44 T

Lampiran 10.Nilai IS berdasarkan klorofil b tanaman pada perlakuan 30 % KL dengan 80 % KL

Genotipe Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 0.86 0.93 1.14 0.81 0.43 T

Jatim08 0.53 0.83 1.13 0.99 0.39 T

Jatim045 0.59 0.92 0.92 0.87 0.40 T

NTT065 0.78 0.95 1.03 0.98 0.17 T

NTT080 1.04 1.07 0.85 0.65 0.42 T

NTB019 0.82 0.94 0.89 0.79 0.27 T

NTB047 0.86 0.99 1.05 0.93 0.25 T

NTB116 0.65 0.92 1.03 0.94 0.38 T

Sulawesi72 0.78 0.89 0.86 0.79 0.22 T

(51)

Lampiran 11.Nilai IS berdasarkan klorofil b tanaman pada perlakuan 55% KL dengan 80 % KL

Aksesi Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 0.82 0.87 1.12 0.81 0.36 T

Jatim08 0.43 0.85 1.13 0.99 0.47 T

Jatim045 0.59 0.81 0.92 0.87 0.28 T

NTT065 0.55 0.77 1.03 0.98 0.25 T

NTT080 0.65 0.82 0.85 0.65 0.49 T

NTB019 0.41 0.75 0.89 0.79 0.44 T

NTB047 0.43 0.74 1.05 0.92 0.42 T

NTB116 0.72 0.87 1.03 0.90 0.20 T

Sulawesi72 0.54 0.52 0.86 0.79 0.02 T

Sulawesi117 0.68 0.88 0.90 0.81 0.34 T

Lampiran 12. Nilai IS berdasarkan BK.Daun tanaman pada perlakuan 30% KL dengan 80% KL

Aksesi Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 8.45 5.76 0.04 0.14 -171.04 T

Jatim08 0.3 6.27 0.15 0.53 9.75 P

Jatim045 4.09 4.623 2.88 0.96 3.40 P

NTT065 2.88 0.96 1.34 0.78 -0.92 T

NTT080 1.74 4.16 1.84 0.61 5.84 P

NTB019 0.66 1.27 4.28 1.93 0.51 AT

NTB047 2.18 4.09 0.99 0.96 2.07 P

NTB116 2.28 3.42 2.12 0.77 3.77 P

Sulawesi72 1.45 6.17 1.31 0.47 13.04 P

Sulawesi117 0.55 4.76 3.74 1.52 2.99 P

Lampiran 13. Nilai IS berdasarkan BK.Daun tanaman pada perlakuan 55% KL dengan 80% KL

Aksesi Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 0.1 1.45 0.04 0.014 98.66 P

Jatim08 0.28 1.25 0.015 0.53 -16.32 AT

Jatim045 1.12 0.37 3.88 0.96 0.10 T

NTT065 2.55 0.85 1.34 0.78 -0.82 T

NTT080 0.7 1.78 1.84 0.61 2.53 P

NTB019 2.09 1.93 4.28 1.93 0.51 AT

NTB047 2.2 2.4 0.99 0.96 0.28 T

NTB116 1.04 3.27 2.12 0.71 4.09 P

Sulawesi72 0.66 2.07 1.31 0.44 4.25 P

(52)

Lampiran 14. Nilai IS berdasarkan bobot kering akar tanaman pada perlakua 30% KL dengan 80% KL

Aksesi Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 2.58 5.19 9.51 3.97 1.04 P

Jatim08 3.94 7.42 5.85 3.63 1.37 P

Jatim045 4.09 6.08 3.37 2.70 1.04 P

NTT065 3.04 3.78 3.83 2.56 0.68 AT

NTT080 4.56 8.48 1.78 1.48 3.18 P

NTB019 1.45 5.08 4.79 3.26 1.26 P

NTB047 2.16 3.26 1.53 1.34 1.03 P

NTB116 1.63 4.03 3.53 1.92 1.64 P

Sulawesi72 2.33 5.66 4.44 1.72 2.77 P

Sulawesi117 6.21 6.66 9.18 5.16 0.61 AT

Lampiran 15.Nilai IS berdasarkan bobot kering akar tanaman pada perlakuan 55% KL dengan 80% KL

Aksesi Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 1.98 2.17 9.51 3.97 0.34 P

Jatim08 2.27 3.60 5.85 3.63 0.60 P

Jatim045 1.74 5.11 3.37 2.70 1.37 P

NTT065 1.22 4.19 3.83 2.56 1.32 AT

NTT080 0.59 2.45 1.78 1.48 1.33 P

NTB019 2.19 4.55 4.79 3.26 0.94 P

NTB047 1.33 2.63 1.53 1.34 1.10 P

NTB116 2.01 3.86 3.53 1.92 1.44 P

Sulawesi72 1.55 5.47 4.44 1.72 2.84 P

Sulawesi117 0.95 2.37 9.18 5.16 0.36 AT

Lampiran 16.Nilai IS berdasarkan bobot kering batang tanaman pada perlakuan 30% KL dengan 80% KL

Aksesi Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 5.25 9.71 10.64 6.76 0.94 AT

Jatim08 6.61 12.21 3.44 2.54 2.88 P

Jatim045 5.9 13.07 18.15 10.19 0.96 AT

NTT065 5 8.43 8.81 4.47 1.32 P

NTT080 8.59 15.94 6.7 4.83 2.02 P

NTB019 5.48 8.59 8.8 5.42 0.96 AT

NTB047 10.82 14.71 8.98 7.2 0.84 AT

NTB116 7.8 12.99 6.3 4.71 1.52 P

Sulawesi72 7.83 8.53 9.23 6.39 0.49 AT

(53)

Lampiran 17. Nilai IS berdasarkan BK.Batang tanaman pada perlakuan 30% KL dengan 80% KL

Aksesi Y X Yp Xp IS Kelas

IP-3M 8.36 7.98 10.64 6.76 0.40 T

Jatim08 4.84 7.75 3.44 2.54 1.64 P

Jatim045 4.72 5.9 18.15 10.19 0.32 T

NTT065 3.04 4.19 8.81 4.47 0.59 AT

NTT080 3.63 5.01 6.7 4.83 0.50 T

NTB019 3.21 6.13 8.8 5.42 0.77 AT

NTB047 5.56 8.14 8.98 7.2 0.51 AT

NTB116 4.84 6.66 6.3 4.71 0.65 AT

Sulawesi72 3.09 9.23 9.23 6.39 1.11 P

(54)

Lampiran 18 . Data analisis klorofil a dan b untuk ulangan I

No Kode A663 A645 Berat Sampel Klorofil a Klorofil b

1 V1P1 0.612 0.253 0.0562 1.26 0.521

2 V1P2 0.464 0.197 0.0569 0.94 0.411

3 V1P3 0.386 0.175 0.0568 0.78 0.38

4 V2P1 0.621 0.252 0.0591 1.21 0.48

5 V2P2 0.55 0.227 0.0551 1.15 0.47

6 V2P3 0.626 0.263 0.0592 1.22 0.52

7 V3P1 0.613 0.257 0.0536 1.32 0.56

8 V3P2 0.329 0.144 0.0593 0.63 0.29

9 V3P3 0.516 0.216 0.0552 1.08 0.45

10 V4P1 0.562 0.237 0.0541 1.23 0.51

11 V4P2 0.276 0.125 0.0565 0.56 0.27

12 V4P3 0.575 0.252 0.0596 1.11 0.51

13 V5P1 0.642 0.262 0.0573 1.29 0.52

14 V5P2 0.571 0.231 0.0565 1.17 0.463

15 V5P3 0.491 0.201 0.054 1.05 0.42

16 V6P1 0.594 0.253 0.057 1.20 0.52

17 V6P2 0.463 0.198 0.0537 0.99 0.44

18 V6P3 0.507 0.217 0.0578 1.01 0.44

19 V7P1 0.577 0.243 0.056 1.19 0.51

20 V7P2 0.594 0.242 0.0588 1.17 0.46

21 V7P3 0.6 0.259 0.0595 1.16 0.52

22 V8P1 0.546 0.229 0.0627 1.0 0.42

23 V8P2 0.583 0.248 0.0613 1.09 0.48

24 V8P3 0.504 0.211 0.059 0.98 0.41

25 V9P1 0.579 0.226 0.0634 1.06 0.38

26 V9P2 0.604 0.252 0.0583 1.19 0.50

27 V9P3 0.513 0.214 0.0582 1.02 0.42

28 V10P1 0.499 0.203 0.0588 0.98 0.39

29 V10P2 0.559 0.226 0.0476 1.36 0.537

(55)

Lampiran 19 . Data analisis klorofil a dan b untuk ulangan II

No Kode A663 A645 Berat Sampel Klorofil a Klorofil b

1 V1P1 0.998 0.403 0.0485 2.38 0.93

2 V1P92 0.955 0.394 0.0519 2.13 0.87

3 V1P3 0.523 0.226 0.0479 2.51 0.56

4 V2P1 0.57 0.235 0.0538 2.45 0.53

5 V2P2 0.41 0.178 0.0492 0.96 0.43

6 V2P3 0.958 0.406 0.0507 2.18 0.94

7 V3P1 0.577 0.241 0.0481 2.77 0.58

8 V3P2 0.957 0.406 0.0499 2.21 0.96

9 V3P3 0.94 0.388 0.0503 2.16 0.89

10 V4P1 0.553 0.218 0.0519 2.48 0.46

11 V4P2 0.969 0.402 0.0517 2.17 0.90

12 V4P3 0.889 0.379 0.0509 2.01 0.88

13 V5P1 0.604 0.248 0.0533 2.62 0.53

14 V5P2 0.861 0.359 0.048 2.07 0.87

15 V5P3 0.804 0.34 0.0537 1.73 0.74

16 V6P1 0.977 0.412 0.0514 2.19 0.94

17 V6P2 0.937 0.376 0.0499 2.18 0.84

18 V6P3 0.61 0.253 0.0479 1.47 0.61

19 V7P1 0.606 0.253 0.0544 2.57 0.54

20 V7P2 0.316 0.140 0.0429 0.96 0.43

21 V7P3 0.684 0.294 0.0407 2.48 0.46

22 V8P1 0.755 0.309 0.0541 1.61 0.65

23 V8P2 0.66 0.291 0.0471 1.61 0.75

24 V8P3 0.762 0.331 0.0475 1.84 0.84

25 V9P1 0.937 0.396 0.0496 2.18 0.94

26 V9P2 0.576 0.247 0.0546 2.77 0.58

27 V9P3 0.682 0.286 0.0502 1.57 0.66

28 V10P1 0.729 0.315 0.0482 1.74 0.78

29 V10P2 0.699 0.303 0.0543 1.48 0.67

(56)

Lampiran 20. Data analisis klorofil a dan b untuk ulangan III

No Kode A663 A645 Berat Sampel Klorofil a Klorofil b

1 V1P1 0.717 0.295 0.0373 2.22 0.91

2 V1P2 0.711 0.302 0.0397 2.06 0.93

3 V1P3 0.408 0.166 0.0388 1.22 0.48

4 V2P1 0.415 0.165 0.0365 1.32 0.52

5 V2P2 0.901 0.387 0.0431 2.41 1.07

6 V2P3 0.685 0.285 0.0366 2.16 0.907

7 V3P1 0.729 0.306 0.0363 2.32 0.99

8 V3P2 0.656 0.281 0.0388 1.95 0.86

9 V3P3 0.626 0.272 0.0406 1.77 0.81

10 V4P1 0.68 0.289 0.0438 1.79 0.78

11 V4P2 0.752 0.307 0.0405 2.15 0.86

12 V4P3 0.837 0.355 0.0408 2.37 1.03

13 V5P1 0.907 0.384 0.0414 2.53 1.09

14 V5P2 0.639 0.236 0.0371 2.01 0.65

15 V5P3 0.269 0.109 0.0346 0.90 0.35

16 V6P1 0.639 0.258 0.0354 2.09 0.82

17 V6P2 0.363 0.146 0.0394 1.07 0.41

18 V6P3 0.695 0.303 0.0427 1.87 0.86

19 V7P1 0.738 0.305 0.0409 2.09 0.86

20 V7P2 0.705 0.306 0.0416 1.95 0.89

21 V7P3 0.645 0.283 0.0402 1.84 0.86

22 V8P1 0.913 0.396 0.0388 2.71 1.23

23 V8P2 0.619 0.257 0.0412 1.74 0.72

24 V8P3 0.927 0.388 0.0442 2.42 1.02

25 V9P1 0.863 0.354 0.0419 2.38 0.97

26 V9P2 0.641 0.275 0.0383 1.93 0.86

27 V9P3 0.547 0.229 0.0357 1.77 0.75

28 V10P1 0.677 0.287 0.0317 2.46 1.07

29 V10P2 0.741 0.315 0.0418 2.04 0.89

(57)

Lampiran 21. Gambar aksesi IP-3M terhadap cekaman kekeringan.

Lampiran 22. Gambar aksesi Jatim08 terhadap cekaman kekeringan.

Lampiran 23. Gambar aksesi Jatim045 terhadap cekaman kekeringan.

Lampiran 24. Gambar aksesi NTT065 terhadap cekaman kekeringan.

Lampiran 25. Gambar aksesi NTT080 terhadap cekaman kekeringan.

(58)

Lampiran 27. Gambar aksesi NTB047 terhadap cekaman kekeringan.

Lampiran 28. Gambar aksesi NTB116 terhadap cekaman kekeringan.

Lampiran 29. Gambar aksesi Sulawesi 72 terhadap cekaman kekeringan

Lampiran 30. Gambar aksesi Sulawesi 117 terhadap cekaman kekeringan

30

2

Gambar

Tabel 1. Data iklim lokasi greenhouse Cikabayan IPBBogor.
Tabel 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh cekaman kekeringan terhadaptanaman jarak pagar.
Tabel 3. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap tinggi (cm) tanaman jarakpagar (Jatropha curcas L.)
Tabel 4. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap diameter (mm) tanamanjarak pagar (Jatropha curcas Linn.)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Interaksi antara aksesi tanaman jarak pagar IP-1A dan IP-1M dengan perlakuan konsentrasi colchicine 0,05%; 0,10%, dan 0,15% berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 28

Pengamatan karakter kualitatif dilakukan saat di pembibitan (0 MSP), setelah dipindah ke lapangan (2 MSP) dan setelah tanaman jarak pagar mencapai fase generatif. Saat di

Perlakuan pemangkasan pucuk yang dilakukan pada jarak pagar dengan dua aksesi yang berbeda mulai mengalami pertumbuhan pada minggu ke-2 setelah pemangkasan yaitu dengan

Respon tanaman jarak pagar terhadap cekaman kekeringan pada masa pembibitan adalah dengan cara memperkecil ukuran diameter batang dan luas daun, penurunan bobot

Aksesi jarak pagar dikoleksi dari berbagai wilayah yang mewakili dataran rendah (Komering, Indralaya, Palembang, Lampung, Pidi, Aceh Besar, Pontianak, Yogyakarta, Medan

Respon tanaman jarak pagar terhadap cekaman kekeringan pada masa pembibitan adalah dengan cara memperkecil ukuran diameter batang dan luas daun, penurunan bobot

Jumlah stomata, kerapatan stomata, panjang dan lebar stomata, tidak berbeda nyata pada berbagai genotip jarak pagar dan kadar air tanah.. Namun secara mikroskopis menunjukkan

Pemberian tanah, pupuk kandang, dan pasir dengan perbandingan 1:1½:½ (Perlakuan P3) merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman jarak