ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN
IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
(Studi Kasus Pada Usaha Perikanan H. Ijam Di Desa Cikupa,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
ASTRID BAGJARIANI
H34096009
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
MAKALAH SEMINAR
ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) (Studi Kasus Pada Usaha Perikanan H. Ijam Di
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor)
Astrid Bagjariani 1) dan Juniar Atmakusuma 2)
1)
Mahasiswa, Departemen Agribisnis FEM IPB, H34096009
2)Dosen Pembimbing, Departemen Agribisnis FEM, IPB, Ir. MS
ABSTRACT
Enterprises Colossoma macropomum hatcheries (BAT) is a very risky business. One manufacturer BAT successful to date is Fishery H. Ijam (UPHI). The purpose of this study was to analyze the source of hatchery production risk BAT analyze how the probability and impact of risks seed production in BAT activity, and analyze alternative strategies that can be done to address the risks of production that occurs in UPHI. Six factors are the source of production risk is an error in the selection of the parent, the parent fault injection, cannibalism, the dry season, water temperature changes are extreme seed can lead to death, and disease. Based on the analysis of the probability of using the z-score is the source of production risk mistakes in the selection of the parent has a value of 12.1 percent probability risk, stem injection errors by 39.7 percent, 10.6 percent cannibalism, weather factors during the dry season by 29 , 8 percent, changes in water temperature of 37.8 percent, and 39.4 percent of the disease. Meanwhile, based on the analysis of the impact of risk using Value at Risk (VaR) shows that the errors stem injection of Rp 28,802,201, dry summer weather factors of Rp 25,448,054, parent selection error Rp 13,858,178, Rp 6,676,490 disease , changes in water temperature of Rp 6,366,539 and Rp 3,891,437 cannibalism. An alternative strategy that uses a strategy of preventive risk is a source of risk in quadrants 1 and 2 changes in temperature, disease, stem injection error and weather factors during the dry season. The use of mitigation strategies used for sources of risk in quadrants 2 and 4, namely injecting stem errors, weather factors, and errors in the selection of sires. As for the sources of risk that exist in quadrant 3 cannibalism using preventive strategies.
RINGKASAN
ASTRID BAGJARIANI. Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Bawal
Air Tawar (Colossoma macropomum) (Studi Kasus Pada Usaha Perikanan H.
Ijam Di Desa Cikupa, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor). Skripsi.
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA).
Industri perikanan budidaya merupakan sektor yang paling cepat berkembang dibandingkan dengan sektor perikanan tangkap yang laju produktivitasnya dinilai semakin menurun disebabkan oleh kegiatan penangkapan yang dilakukan secara berlebihan atau over fishing. Ikan Bawal Air Tawar (BAT) merupakan salah satu komoditas subsektor perikanan budidaya yang memiliki potensi pada pasar ikan konsumsi. Permintaan ikan BAT dari Hongkong, baru bisa dipenuhi 10 persen saja. Penyediaan benih unggul merupakan faktor kunci dan strategis untuk dapat menggerakkan seluruh sumber daya dan potensi perikanan budidaya sehingga mampu berkontribusi terhadap pembangunan nasional. Benih memainkan peranan penting sebagai sarana produksi utama dalam mengoptimalkan sumber daya dan potensi perikanan budidaya. Tersedianya benih bermutu bagi pembudidaya merupakan faktor utama di dalam siklus keberlanjutan produksi perikanan budidaya.
Penelitian dilakukan pada salah satu pembudidaya ikan BAT di Kabupaten Bogor yaitu Bapak H. Ijam yang merupakan pemilik Usaha Perikanan H. Ijam (UPHI), yang dilaksanakan dari bulan Oktober-Desember 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko produksi berupa analisis sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi, dan menganalisis strategi yang akan diusulkan untuk mengatasi sumber-sumber risiko yang tersebut dalam pembenihan ikan BAT pada UPHI. Data yang digunakan berasal dari data primer dan sekunder dengan responden sebanyak 12 orang yang berasal dari pihak internal UPHI dengan metode purposive. Analisis yang dilakukan berupa analisis kualitatif yang meliputi gambaran umum perusahaan, proses pembenihan BAT pada UPHI, identifikasi sumber-sumber risiko, dan penanganan risiko serta analisis kuantitatif meliputi analisis probabilitas, dengan metode nilai standar atau z-score, dan analisis dampak dengan menggunakan metode VaR (Value at Risk).
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa ada empat faktor-faktor yang menjadi sumber risiko pada kegiatan produksi pembenihan BAT pada UPHI yaitu Sumber risiko produksi kesalahan SDM memiliki nilai probabilitas risiko terbesar yaitu sebesar 48,4 persen, faktor cuaca 45,6 persen, kanibalisme sebesar 42,5 persen, dan penyakit sebesar 8,5 persen. Pada perhitungan dampak risiko produksi ditentukan tingkat keyakinan yang digunakan sebesar 95 persen dan sisanya error
Strategi penanganan risiko dirumuskan berdasarkan posisi dari masing-masing sumber risiko produksi pada peta risiko. Sumber risiko produksi yang berada pada kuadran 1 dan 2 akan ditangani dengan strategi preventif, sedangkan sumber risiko produksi yang terdapat pada kuadran 2 dan 4 ditangani dengan strategi mitigasi. Kuadran 1 diisi oleh sumber risiko produksi kanibalisme. Strategi preventif yang diusulkan untuk menangani kanibalisme adalah dengan penjadwalan pemberian pakan sehingga mampu mengurangi sifat kanibalisme dari benih BAT itu sendiri. Kuadran 2 diisi oleh kesalahan SDM dan faktor cuaca. Strategi preventif yang diusulkan adalah job description yang jelas dan tepat sesuai keahlian karyawan, pembuatan SOP (standard opereation process) pembenihan BAT, mengikuti pelatihan pembenihan BAT, pemeliharan BAT secara intensif baik dalam pemberian pakan maupun pemeliharan benih BAT, sedangkan strategi mitigasi yang diusulkan untuk sumber risiko pada kuadran 2 adalah menambahkan dosis obat ovaprim yang digunakan dengan segera apabila terjadi kekurangan dosis obat pada induk, recruitment jasa ahli untuk penyuntikan indukan BAT, diversifikasi usaha ikan hias koi dan ikan pemancingan, serta untuk usulan strategi mitigasi terakhir adalah dengan menambah fasilitas alat stel otomatis suhu. Kuadran 3 diisi oleh sumber risiko penyakit. Strategi yang diusulkan berupa strategi pencegahan atau preventif karena probabilitas dan dampak yang dihasilkan kecil. Strategi preventif untuk penyakit berupa penyeleksian pakan terlebih dahulu, penjadwalan pembersihan media budidaya, filterisasi sumber pengairan, dan isolasi ikan BAT yang terkena penyakit.
ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN
IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
(Studi Kasus Pada Usaha Perikanan H. ijam Di Desa Cikupa,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
ASTRID BAGJARIANI H34096009
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Bawal Air
Tawar (Colossoma macropomum) (Studi Kasus Usaha Perikanan H. IJam Di Desa Cikupa, Kecamatan
Tenjolaya, Kabupaten Bogor)
Nama : Astrid Bagjariani
NRP : H34096009
Disetujui, Pembimbing
Ir. Juniar Atmakusuma, MS NIP. 19530104 197903 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko
Produksi Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) (Studi Kasus Usaha Perikanan H. Ijam Di Desa Cikupa, Kecamatan Tenjolaya,
Kabupaten Bogor)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka
dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2013
Astrid Bagjariani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 30 Maret 1988. Penulis adalah
anak pertama dari pasangan Bapak Drs. Agus Bagja ES dan Ibu Ariani Yuhana
S.Pd.
Penulis memulai pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri Kotanyari
pada tahun 1994 dan lulus pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri Satu Banjarsari dan lulus pada tahun
2003 dan selanjutnya menyeleseikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas
Negeri Dua Ciamis pada tahun 2006.
Pada tahun 2006 penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa
Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor pada Program Keahlian
Manajemen Agribisnis melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), dan
lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program
Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wbPuji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan
karuniaNya. Alhamdulillah atas pertolonganNya yang telah diberikan kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Analisis Risiko Produksi Pembenihan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Pada Usaha Perikanan H. Ijam, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten
Bogor”. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Shalawat
serta salam tak lupa penulis haturkan pada nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat, serta penerus seperjuangannya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi dan alternatif
strategi penanganan risiko pada budidaya pembenihan Bawal Air Tawar
(Colossoma macropomum) Pada Usaha Perikanan H. Ijam, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum wr.wb
Bogor, Maret 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
dengan nikmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Risiko Produksi Pembenihan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Pada Usaha Perikanan H. Ijam, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten
Bogor”. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik
moril maupun materiil, yaitu :
1. Ayahanda Drs. Agus Bagja E. S dan Ibunda Ariani Yuhana SPd sebagai orang
tua tercinta yang telah membesarkan, mendidik dan telah banyak memberi
doa, materi, motivasi, saran serta kepercayaan kepada penulis. Terima kasih
untuk semua pengorbanan, cinta, serta kasih sayang yang tiada henti dan
habisnya untuk penulis.
2. Ibu Ir. Juniar Atmaksuma MSi sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Suharno, M. Adev dan Bapak Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, MS
selaku dosen evaluator yang telah meluangkan waktunya serta memberikan
kritikan dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Bapak H. Ijam sebagai Ketua pemilik usaha sekaligus sebagai Pembimbing
Lapang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian dan membantu penulis selama di lapangan.
5. Pihak Usaha Perikanan H. Ijam (UPHI), Bapak Kokom, Bapak Andri, Ibu
Denti, serta karyawan lainya yang telah menberikan waktu, informasi,
kesempatan dan dukungannya.
6. Seluruh Staf dan dosen Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor atas
bantuan dan informasi yang telah diberikan.
7. Sahabat-sahabat terbaik Lusi , Dian Rosyiana, Euis Mustika, Rezy Vemilina
8. Teman-teman AGB yang telah memberikan semangat, doa, saran, dan
motivasinya. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu ,
terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Maret 2013
DAFTAR ISI
1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13
2.2.7 Pemeliharaan Larva dan Pemberian Pakan ... 17
2.3 Penelitian Terdahulu ... 18
2.3.1 Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar ... 18
2.3.2 Sumber-Sumber Risiko Agribisnis ... 19
2.3.3 Metode Analisis Risiko ... 22
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 32
4.4.2 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko ... 37
4.4.3 Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko ... 38
4.4.3 Pengukuran Dampak Risiko ... 40
4.4.4 Pemetaan Risiko ... 40
4.4.5 Penanganan Risiko ... 41
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 44
5.1 Profil Perusahaan ... 44
5.2 Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan ... 45
5.3 Aspek Sumberdaya Perusahaan ... 45
5.3.1 Karyawan ... 45
5.3.2 Kepemilikan Peralatan ... 46
5.3.3 Aspek Permodalan ... 47
5.4 Unit Bisnis ... 48
5.4.1 Proses Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar ... 48
VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN ... 54
IKAN BAWAL AIR TAWAR ... 54
6.1 Identifikasi Sumber-sumber Risiko Produksi ... 54
6.2 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Produksi ... 61
6.3 Analisis Dampak Sumber Risiko Produksi ... 65
6.4 Pemetaan Risiko Produksi ... 68
6.5 Strategi Penanganan Risiko Produksi ... 70
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
7.1 Kesimpulan ... 88
7.2 Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 92
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perkembangan Produksi Benih Ikan Air Tawar di Kabupaten Bogor
Tahun 2007-2010 ... 5
2. Data Beberapa Pembudidaya BAT di Kabupaten Bogor Tahun 2011.... 7
3. Produksi Benih Ikan Bawal Air Tawar pada Usaha H. Ijam Periode Januari-Desember 2012 ... 10
4. Perbedaan Ikan Bawal Air Tawar Jantan dan Betina ... 13
5. Tanda Induk Betina dan Jantan Bawal Air Tawar yang Matang Gonad 15
6. Produksi Benih Ikan Bawal Air Tawar pada Usaha Perikanan H. Ijam Periode Januari-Desember 2012 ... 35
7. Perbandingan Probabilitas Risiko dari Sumber Risiko Produksi ... 62
8. Perbandingan Dampak Risiko dari Sumber Risiko Produksi ... 65
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Input-input Budidaya Pembesaran Ikan Bawal Air Tawar ... 6
2. Jenis Usaha Pembenihan H. Ijam ... 8
3. Persentase Usaha Bawal Ikan Air Tawar H. Ijam ... 8
4. Produktivitas Benih BAT pada Usaha Perikanan H. Ijam Periode Januari-Desember 2012 ... 10
5. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan ... 29
6. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 34
7. Peta Risiko ... 41
8. Penghindaran Risiko (Strategi Preventif) ... 42
9. Mitigasi Risiko ... 43
10. Stuktur Organisasi Usaha Perikanan H. Ijam Tahun 2012 ... 45
11. Alur Pembenihan BAT pada Usaha Perikanan H. Ijam (UPHI) ... 49
12. Hasil Pemetaan Sumber Risiko Produksi pada UPHI ... 70
13. Usulan Strategi Preventif Risiko Produksi ... 79
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Produksi Benih Bawal Air Tawar pada Usaha Perikanan H. Ijam
Periode Januari - Desember 2012 ... 95
2. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Kesalahan SDM ... 96
3. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Faktor Cuaca ... 96
4. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Kanibalisme ... 97
5. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Penyakit ... 97
6. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Kesalahan SDM ... 98
7. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Faktor Cuaca ... 98
8. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Kanibalisme ... 99
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri perikanan budidaya merupakan sektor yang paling cepat
berkembang dibandingkan dengan sektor perikanan tangkap yang laju
produktivitasnya dinilai semakin menurun disebabkan oleh kegiatan penangkapan
yang dilakukan secara berlebihan atau over fishing.1 Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) nilai ekspor perikanan Indoneisa dari
tahun ketahun cenderung meningkat. Ditahun 2009 nilai ekspor perikanan
Indonesia mencapai US $ 2,5 millar dan ditahun 2010 meningkat menjadi US $
2,8 millar. Selain itu angka konsumsi ikan perkapita Indonesia juga semakin
meningkat. Ditahun 2009 konsumsi ikan masyarakat Indonesia mencapai 29,08 kg
perkapita/thn dan meningkat ditahun 2010 menjadi 30,48 kg perkapita/thn. Hal ini
menunjukkan bahwasanya masyarakat Indonesia sadar akan pentingnya
kebutuhan protein khususnya hewani. Ikan bawal merupakan salah satu protein
hewani juga sebagai komoditas perikanan yang bernilai ekonomis cukup tinggi.
Ketenaran ikan Bawal Air Tawar (BAT) belum dapat disejajarkan dengan
komoditas perikanan lainnya, namun produksi ikan ini setiap tahunnya terus
meningkat. Oleh karena itu, tidak heran jika pada masa yang akan datang, ikan
bawal menjadi komoditas unggulan seperti jenis ikan air tawar lainnya2.
Ikan Bawal Air Tawar (BAT) merupakan jenis ikan yang cukup populer di
pasar ikan konsumsi. Akan tetapi ikan bawal laut yang lebih dulu populer, BAT
pun memiliki popularitas yang tidak kalah baiknya diantara ikan tawar lain. Pada
awalnya BAT merupakan ikan yang diimport dari Brasil. Dalam industri
perikanan di tanah air BAT ini tergolong baru. Namun peningkatannya sangat
pesat sebab mendapat sambutan yang sangat baik dari para petani ikan di
indonesia. Meskipun banyak durinya namun daging ikan bawal sangat gurih dan
nikmat. Sebagai ikan konsumsi BAT sekarang menjadi alternatif baru. Beberapa
2 petani ikan yang sebelumnya memelihara ikan nila dan ikan mas beralih
memelihara BAT, karena potensi ekonomi yang lebih menguntungkan.3
Pasar BAT masih membidik konsumen lokal (dalam negeri) khususnya di
kota-kota besar. Pasar lokal yang mendominasi permintaan BAT terbanyak saat
ini yaitu Depok, Bekasi, Tangerang, Bogor, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa
Timur yang diperkirakan angkanya mencapai jutaan ekor per musim. Contohnya
pembudidaya atau pedagang perantara dari Waduk Cirata (Cianjur) atau Jatiluhur
(Purwakarta) mendistribusikan ke TPI Muara Bari dan Muara Angke yang selain
menampung ikan hasil tangkapan juga menerima BAT. Mereka mengirimkan ke
Pasar Turi (Surabaya), Pasar Kobong (Semarang), Lahat (Sumsel), Bandung,
Lampung, Bogor dan Cirebon, selain dikirim ke pasar di Jakarta. Permintaan BAT
sudah merambah ke mancanegara. Permintaan terbesar selama ini berasal dari
Hong Kong dan Amerika Serikat dengan jumlah mencapai puluhan juta ekor
tetapi Indonesia baru bisa memasok 10 persennya. Contohnya ikan hasil budidaya
di Cirata juga diekspor ke Johor Baru (Malaysia). Di kalangan penggemar ikan
hias, BAT juga menjadi daya tarik tersendiri untuk dipajang di akuarium dan
kolam taman terutama saat masih benih.4 Peternakan BAT, kini sudah bisa
dibudidayakan di air tawar, baik di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah.
Pertumbuhan bawal dalam air tawar sangat pesat, bahkan bila dibandingkan pada
habitatnya semula (di laut) jauh lebih cepat. Sebab pertumbuhan di laut, hidupnya
liar dan bergerombol dengan sesama jenisnya, sehingga dalam memperoleh
makanannya pun dilakukan sendiri. Sangat berbeda dengan pembudidayaan dalam
air tawar, meski hidupnya terbatas tetapi kebutuhan pakan, konsentrat serta
vitamin sangat terjamin. Sehingga pertumbuhannya jauh lebih cepat. Dilihat
secara agrobisnis, budidaya ikan jenis ini cukup memiliki prospek yang baik.
Jawa Barat adalah provinsi yang perkembangan budidaya air tawarnya
sangat baik. Sentra perikanan budidaya air tawar di provinsi ini tersebar di
Beberapa kabupaten. Komoditas unggulan yang dibudidayakan adalah ikan mas,
bawal air tawar, nila, lele, gurame dan ikan air tawar lainya. Salah satu daerah
tersebut adalah Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor telah ditetapkan sebagai
3
http://gemawirausaha.blogspot.com/2012/01/bisnis-ikan-bawal.html [23 Oktober 2012]
4
3 daerah kawasan minapolitan perikanan budidaya, perikanan budidaya Kabupaten
Bogor tidak hanya pembesaran ikan untuk konsumsi. Terdapat banyak unit-unit
pembenihan rakyat di Kabupaten Bogor. Dimulai dari usaha benih larva 1,5-2 cm,
usaha benih sampai ukuran 5–8 cm, usaha benih sampai ukuran 10–12 cm dan ada
pula yang mengusahakan benih sampai ukuran 20 ekor per kilogram.
Keberhasilan perikanan budidaya di Kabupaten Bogor karena terdapat sarana
budidaya ikan yang mendukung. Dimulai dari sumber air, pakan, benih, dan pasar.
Mengenai pemasaran terdapat pasar benih ikan di wilayah Ciseeng sehingga para
pembenih tidak perlu khawatir mengenai pemasaran benihnya. Di parung terdapat
pasar ikan yang memudahkan para pembudidaya untuk menjual hasil
budidayanya. Jadi, penetapan Kabupaten Bogor sebagai kawasan perikanan
budidaya terpadu atau sering disebut minapolitan sangatlah tepat. 5
Bawal Air Tawar (BAT) disukai para konsumen dengan rasa dagingnya
yang empuk dan gurih, ikan BAT pun dapat dijadikan sebagai ikan hias dengan
ukuran benih umur 1 bulan yang dapat disuguhkan dalam akuarium, hal tersebut
karena ikan BAT memiliki keindahan warna kulit yang menawan ditambah
terkena sinar lampu, kulitnya yang silver mengkilat indah. Budidaya pembenihan
ikan BAT sebagai ikan hias berpotensi keuntungan yang lebih besar dibandingkan
pembenihan untuk ikan konsumsi. Nilai jualnya lebih mahal karena penjualan
dihitung per ekor. Target pasar ikan hias BAT diorentasikan terhadap pasar
hobbies, namun dalam setiap kali pembenihan untuk menghasilkan kriteria ikan
BAT hias kualitas tinggi kurang dari 5-10 persen. Pasar sektor hobbies ini
menuntut kualitas prima baik fisik (katurangga) maupun kesehatannya, karena
yang dibutuhkan paling utama adalah penampilan, baik bentuk fisik maupun
bentuk warnanya. Diversifikasi usaha baru ini dapat menambah keuntungan
bahkan sisa bibit dari hobbies bisa dialokasikan untuk ikan konsumsi. Gambaran
tersebut mengindikasikan bahwa membudidayakan BAT memiliki keuntungan
ganda, sehingga potensial untuk dikembangkan menjadi sentra usaha baru.
Dibandingkan dengan ikan baronang yang harganya mencapai puluhan ribu per kg
5
4 dan menjadi makanan favorit konsumen dunia, ikan BAT memiliki rasa yang
sama bahkan cenderung lebih unggul dengan harga dan ketersediaanya yang
mudah terjangkau. Umumnya penjualan benih dihitung per ekor atau per kulak
(takaran). Harga benih kualitas baik dengan bobot antara 25-50 gram Rp 80,00
hingga Rp 100,00 per ekor. Sedangkan benih larva yang berbobot antara 75-100
gram Rp 125,00 hingga Rp 175,00. Benih dewasa yang banyak dibeli para
pembudidaya berbobot 150-200 gram berada pada kisaran harga Rp 200,00
hingga Rp 300,00. Peningkatan konsumsi yang berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah produksi budidaya ikan BAT akan meyebabkan peningkatan
permintaan benih sebagai salah satu input utama bagi kegiatan budidaya BAT. 6
Penyediaan benih unggul merupakan faktor kunci dan strategis untuk
dapat menggerakkan seluruh sumber daya dan potensi perikanan budidaya
sehingga mampu berkontribusi terhadap pembangunan nasional. Benih
memainkan peranan penting sebagai sarana produksi utama dalam
mengoptimalkan sumber daya dan potensi perikanan budidaya. Tersedianya benih
bermutu bagi pembudidaya merupakan faktor utama di dalam siklus keberlanjutan
produksi perikanan budidaya.7
Potensi pembenihan BAT di Kabupaten Bogor cukup tinggi karena belum
banyak pembudidaya yang melakukan pembenihan BAT. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya sumberdaya yang dimiliki oleh petani ikan di Kabupaten Bogor,
seperti modal dan tenaga ahli untuk proses seleksi dan penyuntikan induk.
Perkembangan produksi benih BAT di Kabupaten Bogor juga cenderung semakin
meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat terlihat dari data Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor tahun 2007-2010 pada Tabel 1.
6
http://mitra-bisnis.tripod.com/bawal.htm [14 November 2012]
7
5
Jumlah 716.660 744.600 847.112 928.304
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2011)
Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa perkembangan produksi benih ikan air
tawar di Kabupaten Bogor dari tahun 2007-2010 cenderung mengalami
peningkatan. Meningkatnya jumlah benih ikan air tawar tersebut tentunya
berbanding lurus dengan usaha pembenihan ikan air tawar itu sendiri. Untuk
menghasilkan benih yang berkualitas dibutuhkan teknik dan waktu pemijahan
yang tepat, oleh sebab itu untuk memproduksi benih harus didukung dengan
keahlian dan keterampilan di bidangnya. Saat ini teknologi produksi benih masih
terbatas di kalangan masyarakat karena risiko pada pembenihan ini cukup besar.
Menurut Prahasta (2009), risiko produksi yang terdapat pada kegiatan
pembenihan BAT adalah buruknya kualitas air yang disebabkan oleh faktor cuaca
dan menyebabkan serangan hama penyakit. Pada umur benih, ikan memiliki
kondisi tubuh yang lemah gerakannya lambat dan belum memiliki kemampuan
perlindungan diri dari serangan hama dan penyakit. Keadaan tersebut menunjukan
meskipun usaha pembenihan menjanjikan perolehan keuntungan yang besar,
tetapi di balik itu usaha pembenihan mempunyai resiko usaha yang tinggi. Tingkat
mortalitas benih yang tinggi ini umumnya terjadi akibat keteledoran pembenih
terutama lemahnya upaya pengendalian. Pada proses produksi lanjutan
pembesaran, risiko produksi yang disebabkan oleh faktor cuaca dan penyakit pada
6 beradaptasi dengan lingkunganya. Pembenihan BAT merupakan tahapan yang
rentan dan mempunyai tingkat kegagalan tinggi yang disebabkan oleh tingginya
risiko operasional atau produksi, oleh karena itu para pembudidaya yang
mengusahakanya harus melakukan manajemen risiko yang tepat agar setiap
sumber risiko yang muncul dapat dicegah dan diatasi.
Proporsi untuk masing-masing input dari budidaya BAT dapat
diklasifikasikan dalam dua hal yaitu proses pembenihan : induk 43 persen, pakan
37 persen, pupuk, probiotik, dan lain-lain 20 persen. dan proses pembesaran :
benih 43 persen, pakan 37 persen, pupuk, probiotik, dan lain-lain 20 persen. Dapat
dilihat lebih jelas pada gambar 1 untuk masing-masing input dalam proses
pembesaran.
Gambar 1. Input-input Produksi Budidaya Pembesaran Ikan Bawal Air Tawar
Usaha budidaya pembesaran BAT, input benih memiliki peranan yang
sangat penting dimana benih memiliki peranan paling besar dengan persentase 43
persen, diikuti input-input produksi yang lain yaitu pakan 37 persen, pupuk,
probiotik, dan lain-lain 20 persen.8 Proporsi benih memiliki persentase yang
sangat besar menunjukan vital nya benih bagi proses lanjutan yakni pembesaran,
dengan kualitas benih yang baik maka dapat mengurangi tingkat mortalitas
sehingga hasil panen yang didapat mampu memenuhi bahkan melebihi target
sehingga berpengaruh positif terhadap pendapatan.
Di Kabupaten Bogor terdapat beberapa pembudidaya benih BAT. Salah
Satu pembudidaya BAT yaitu Bapak H. Ijam yang merupakan pembudidaya ikan
air tawar berpengalaman sejak tahun 1993 di Kabupaten Bogor dengan luas lahan
8
7 sektar 13.500 m2. Ikan yang diproduksi oleh Bapak H. Ijam yaitu ikan air tawar
seperi ikan mas, ikan gurame, dan ikan bawal. Selain ikan konsumsi air tawar,
ada pula ikan hias seperti ikan koi. Jenis ikan yang lebih diutamakan produksinya
yaitu ikan yang saat itu sedang mengalami peningkatan permintaan (update), hal ini dimaksudkan untuk memperoleh peningkatan keuntungan. Data pembudidaya
ikan air tawar dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Beberapa Pembudidaya BAT di Kabupaten Bogor Tahun 2011
No Nama
Pembudidaya
Alamat Luas Lahan
(m2)
Komoditi
1 Supardi Lemah Duhur, Caringin 1.500 Mas, Nila, Lele, Bawal
2 Jujun Juhaeni Cijeruk 4.500 Mas, Bawal
3 H. Ijam Situ Daun, Tenjolaya 13.500 Mas, Lele, Bawal, Koi
4 Tirta Raharja Bojong Sempu, Parung 12.200 Gurame, Bawal
5 Boy Johan J Ciseeng 10.000 Mas, Nila, Bawal Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Bogor (2012)
1.2 Perumusan Masalah
Kabupaten Bogor memiliki suhu rata-rata tiap bulan 260C dengan suhu
terendah 21,80C dengan suhu tertinggi 30,40C. Kelembaban udara 70 persen,
curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500–4.000 mm dengan curah hujan
maksimum pada bulan Oktober hingga Januari.9 Suhu dalam perawatan telur lebih
tinggi dibandingkan dalam masa proses pembenihan yang lainya yaitu 270-290C.10
Oleh karena itu Kabupaten Bogor merupakan daerah yang mendukung untuk
pembenihan BAT.
Usaha Perikanan H. Ijam (UPHI) merupakan salah satu usaha budidaya
perikanan BAT milik perseorangan sejak tahun 1993 yang sedang berkembang
dalam produksi BAT. Usaha perikanan Bapak H. Ijam memiliki potensi untuk
tumbuh dan berkembang lebih besar karena usaha perikanan Bapak H. Ijam
merupakan pioneer dalam bidang perikanan air tawar di wilayahnya sehingga sudah memiliki banyak pelanggan tetap dikarenakan kualitas ikan yang
diproduksi unggul khususnya benih BAT. Lokasi usaha terletak di Kampung
Cikupa, Desa Situ Daun Rt/Rw 03/01 Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor
dengan batasan di sebelah utara Desa Cihideung Udik, di sebelah selatan dengan
9
http://www.kotabogor.go.id/sekilas-bogor/letak-geografis [23 Oktober 2012]
10
8 Desa Gunung Malang, di sebelah barat dengan kali Cinangneng, dan di sebelah
timur berbatasan dengan kali Cihideung.
Budidaya benih yang dilakukan oleh UPHI tidak hanya benih BAT akan
tetapi H. Ijam juga memproduksi benih ikan mas, benih ikan patin, dan ikan koi.
Usaha pembenihan BAT merupakan usaha prioritas yang dijalankan oleh bapak
H. Ijam karena besarnya permintaan terhadap benih BAT yang dihasilkan oleh
UPHI dibandingkan benih ikan yang lainya dimana benih BAT yang dihasilkan
memiliki kualitas unggul dibanding produsen petani pembenih sejenis diantaranya
mampu beradaptasi dengan cepat, memiliki daya tahan tinggi, serta sudah teruji
kualitasnya. Untuk persentase usaha budidaya ikan air tawar yang dilakukan
bapak H. Ijam dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Usaha Pembenihan UPHI
Dapat dilihat dalam gambar 2 produksi benih BAT berada pada urutan
paling besar yaitu 34 persen. Proporsi produksi pembenihan dalam usaha
budidaya BAT juga memiliki persentasi yang paling besar di bandingkan produksi
yang lain yaitu sebesar 58 persen, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
9 Usaha benih lebih besar dibandingkan memproduksi ikan bawal konsumsi
dan ikan bawal hias, hal tersebut disebabkan oleh selain banyaknya permintaan
dari para konsumen tetap, UPHI juga menyuplai kebutuhan budidaya BAT
internal perusahaan. Proses produksi atau budidaya merupakan rangkaian kegiatan
yang mengkombinasikan dan mengelola input yang tersedia untuk menghasilkan
output yang tidak akan pernah lepas dari risiko. Saat ini produksi larva atau
budidaya pembenihan dilakukan satu bulan sekali. Hal ini disesuaikan dengan
waktu pendederan benih BAT untuk mencapai ukuran 1,5-2 cm atau biasa disebut
nyilet. Pemijahan satu ekor induk betina ukuran berkisar 2 kg dapat menghasilkan
sekitar 200.000 telur. Setelah 7 hari perawatan, lalu larva siap ditebar di kolam
pendederan dengan luas kolam 500 m2. Benih siap dipanen setelah umur kurang
lebih 30 hari dengan ukuran 1,5-2 cm.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data produksi selama kurang lebih
16 bulan yaitu dari bulan Januari hingga Desember 2012. Setiap hasil produksi
pembenihan digunakan perbandingan 1:3 untuk induk betina dan jantan. Sehingga
dipersiapkan 15:5 untuk induk jantan dan betina maka menghasilkan sekitar
1.000.000 telur sampai pada panen benih siap jual. Panen benih BAT yang
dihasilkan berkisar 108 ribu ekor sampai 401 ribu ekor dalam siklus produksi per
bulan Januari hingga Desember 2012. Produksi tersebut ditujukan untuk
memenuhi permintaan para petani pembudidaya pembesaran ikan bawal air tawar
yang lain serta permintaan internal perusahaan.
Selama menjalankan kegiatan usaha pembenihan BAT oleh UPHI
diperoleh produktivitas paling rendah pada bulan April karena adanya perubahan
cuaca di penghujung musim kemarau beralih ke musim penghujan. Pada setiap
peralihan musim penghujan maupun kemarau selalu disertai serangan hama dan
penyakit. Usaha pada sektor perikanan memiliki tingkat risiko yang cukup
bergantung pada kondisi alam yang tidak dapat dikendalikan atau diduga
sebelumnya. Berfluktuatifnya produktivitas mengindikasikan adanya risiko
produksi yang terjadi pada usaha pembenihan BAT yang dijalankan UPHI. Risiko
produksi yang dialami pembudidaya pembenihan berimplikasi terhadap
penerimaan. Fluktuasi produktivitas benih BAT pada UPHI dapat dilihat dalam
10
Sumber : Usaha H. Ijam, data diolah 2013
Dari Tabel 3 terlihat bahwa setiap bulannya produktivitas benih yang
dihasilkan oleh UPHI bervariasi, produktivitas benih BAT berkisar antara 6.000
ekor hingga 22.213 ekor per kilogram indukan yang di pijahkan pada periode
bulan Januari hingga Desember 2012, produktivitas benih BAT rata-rata 15.936
ekor per kilogram setiap indukan. Adapun grafik produktivitas benih BAT setelah
diplotkan disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Produktivitas Benih BAT pada Usaha Perikanan H. Ijam Periode
Januari-Desember 2012
Fluktuatifnya produktivitas disebabkan oleh berbagai risiko produksi.
11 risiko produksi yang dialami seperti tingkat mortalitas yang meningkat baik
karena hama dan penyakit, kesalahan tenaga kerja, cuaca atau iklim, keadaan
geografis, penggunaan indukan bahkan karakteristik dari BAT itu sendiri yang
mengakibatkan jumlah produksi rendah dan kualitas hasil panen juga menurun.
Adanya risiko yang dihadapi UPHI dalam pembenihan BAT memberikan
gambaran bahwa proses produksi pembenihan banyak mengandung risiko, UPHI
mampu bertahan dan mengembangkan usahanya merupakan salah satu hal yang
menarik untuk dipelajari. Hal ini menjadi bahan kajian dalam penelitian mengenai
analisis risiko produksi pembenihan BAT sehingga dapat diketahui strategi usaha
yang dapat diusulkan dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan
risiko untuk dapat meminimalkan dampaknya.
Berdasarkan keadaan lapang diperoleh beberapa permasalahan yang
dijawab dalam penelitian ini :
1. Apa saja sumber-sumber risiko pembenihan BAT yang dihadapi UPHI?
2. Berapa probabilitas dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber
risiko pada kegiatan pembenihan BAT terhadap UPHI?
3. Bagaimana alternatif strategi risiko yang akan dilakukan UPHI untuk
mengelola risiko yang dihadapi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis sumber-sumber risiko pada pembenihan BAT milik UPHI.
2. Menganalisis berapa besar probabilitas dan dampak risiko yang disebabkan
oleh sumber-sumber risiko pada kegiatan pembenihan BAT terhadap UPHI.
3. Menganalisis alternatif strategi penanganan risiko pembenihan BAT yang
dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi pada UPHI
dalam menjalankan usahanya.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu memberikan manfaat dan
12 1. Pemerintah sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam budidaya air tawar
khususnya pembenihan BAT.
2. Peneliti sebagai aplikasi ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan,
serta sebagai salah satu syarat kelulusan Program Alih Jenis Agribisnis
Institut Pertanian Bogor
3. Pengusaha dapat menjadi masukan untuk pengembangan usaha.
4. Pembaca sebagai sumber pengetahuan atau informasi tentang risiko yang
dihadapi oleh pengusaha pembenihan BAT.
1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan
Bawal Air Tawar atau BAT (Colossoma macropomum) dilakukan pada Usaha Perikanan H. Ijam (UPHI) yang terletak di Kampung Cikupa, Desa Situ Daun
Rt/rw 03/01 Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Terbatasnya waktu serta
kemampuan dalam melakukan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini
terbatas pada :
1. Produk yang dikaji, yaitu ikan air tawar yakni BAT. Hal ini didasarkan bahwa
perikanan budidaya memiliki peluang besar setelah perikanan tangkap yang
akan habis tereksploitasi. Pemilihan komoditas tersebut dikarenakan tingkat
keberlangsungan permintaanya yang paling tinggi pada UPHI yakni benih
ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum).
2. Penelitian ini mengkaji analisis penanganan risiko pada pembenihan BAT
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Ikan Bawal Air Tawar
Ikan bawal mempunyai bentuk badan yang sedikit bulat dan pipih dengan
kepala hampir bulat, sisik kecil, punggung berwana abu-abu tua, perut berwarna
putih abu-abu dan merah. Gigi ikan bawal tajam, namun tidak seganas seperti ikan
piranha. Ikan ini berasal dari Brazil dan dapat ditemukan di sungai-sungai besar
seperti Amazon (Brazil) dengan nama Tambaqui. Sedangkan untuk di beberapa negara lain, ikan ini mempunyai nama seperti diantaranya adalah Gamitama
(Peru), Red Bally Pacu (Amerika Serikat dan Inggris) dan Cachama (Venezuela). Ikan bawal hidup secara bergerombol di daerah yang airnya tenang. Mulanya ikan
bawal diperdagangkan sebagai ikan hias. Namun dagingnya yang enak dan ukuran
ikan yang cukup besar, masyarakat menjadikan ikan bawal sebagai ikan
konsumsi.
Induk ikan bawal jantan dan betina pada saat masih kecil sangat sulit
dibedakan, tetapi setelah dewasa, perbedaan tersebut akan tampak jelas.
Perbedaan bawal jantan dan bawal betina dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbedaan Ikan Bawal Air Tawar Jantan dan Betina
No Ikan Bawal Betina Ikan Bawal Jantan
1 Tubuh lebih gemuk Tubuh lebih langsing
2 Warna lebih menyala Warna kurang menyala
3 Setelah matang gonad, perut lebih
Perikanan budidaya atau aquaculture merupakan kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka
mendapatkan keuntungan atau profit. Sedangkan yang dimaksud budidaya adalah kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak atau reproduksi, menumbuhkan,
serta meningkatkan biota akuatik sehingga memperoleh keuntungan (Effendi,
2004).
Pemenuhan kebutuhan benih BAT sebagai salah satu input vital dalam
14 bawal air tawar dapat dibagi dalam beberapa subsistem. Setiap pelaku dapat
bergerak dalam masing-masing subsistem tergantung dari modal yang dimiliki
dan prasarana budidaya yang tersedia, serta bisa juga setiap para pelaku tersebut
bergerak dari mulai proses budidaya pembenihan hingga pembesaran. Subsistem
ini meliputi pembenihan, pendederan, pebesaran dan subsistem penunjang
(Effendi, 2004).
1. Subsistem pembenihan
Pada subsistem pembenihan, pelaku bisnis dapat mulai dari kegiatan
memelihara induk sampai menghasilkan benih ukuran dua inchi atau seberat
tiga gr setiap ekornya. Benih ukuran tersebut menjadi input untuk subsistem
pendederan atau bisa langsung dijual. Kegiatan ini biasanya dilakukan selama
enam minggu.
2. Subsistem pendederan
Pada subsistem pendederan, pelaku bisnis memulai dari kegiatan memelihara
benih ukuran dua inchi sampai benih mencapai ukuran empat inchi seberat 25
gr per ekornya. Benih ukuran ini bisa dijual atau menjadi input subsistem
pembesaran. Kegiatan ini biasanya dilakukan selama enam minggu.
3. Subsistem pembesaran
Pada subsistem pembesaran, pelaku bisnis bertugas membesarkan benih dari
hasil pendederan ukuran empat inchi seberat 25 gr per ekor hingga menjadi
ikan konsumsi. Kegiatan ini biasanya dilakukan selama tiga bulan. Selain itu,
subsistem ini bertugas mencari pasar dalam dan luar negeri.
4. Subsistem penunjang
Pada subsistem penunjang, pelaku bisnis bertugas menyiapkan sarana dan
prasarana yang diperlukan oleh masing-masing subsistem, seperti
menyediakan peminjaman modal bagi lembaga keuangan, pelatihan-pelatihan
bagi lembaga-lembaga terkait, penyedia pakan tambahan, peralatan, dan
sarana produksi lainya. Adanya subsistem tersebut diharapkan kegiatan
budidaya dapat berjalan lancar, karena masing-masing subsistem mempunyai
tugas yang berlaianan dan akan terjalin kerjasama yang saling
15 2.2 Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar
Pembenihan adalah kegiatan membiakkan (menghasilkan benih) ikan
dalam umur, bentuk dan ukuran tertentu yang belum dewasa. Sedangkan yang
dimaksud dengan benih ikan adalah ikan dalam umur, bentuk dan ukuran tertentu
yang belum dewasa, termasuk telur, larva dan biakkan murni algae (Anonimous,
2005). Adapun tahapan pembenihan BAT Menurut Prahasta (2009) ialah
pemeliharaan induk, seleksi indukan, pemberokan, penyuntikan, pemijahan,
penetasan, pemeliharaan larva dan pemberian pakan.
2.2.1 Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk atau disebut pula pematangan gonad (telur)
merupakan kegiatan pemeliharaan induk sampai induk matang gonad atau siap
untuk dipijahkan. Induk-induk dipelihara di kolam dengan kepadatan 2-4
kilogram per m2 atau 25 induk dengan berat 2-4 kg dalam kolam berukuran 400
m2. Dalam pemeliharaan, induk diberi pakan tambahan berupa pelet dengan kadar
protein 35 persen dan dosis 3 persen per hari, menjelang musim hujan tiba
dosisnya ditambah menjadi 4 persen dari berat tubuh ikan.
2.2.2 Seleksi Induk
Satu bulan setelah musim hujan, dilakukan seleksi induk tahap awal. Pada
saat itu, induk bawal biasanya sudah ada yang matang gonad. Tanda induk yang
matang Gonad yaitu dapat dilihat dalam Tabel 5 :
Tabel 5. Tanda Induk Betina dan Jantan Bawal Air Tawar Matang Gonad
Betina Jantan
induk betina yang matang telur dicirikan dengan perut
yang buncit dan lubang akan keluar cairan berwarna putih susu atau sperma. Perut induk jantan tetap seperti biasa (tidak buncit). Berat induk jantan sebaiknya 3-4 kilogram.
Sumber : Aries, 2000
2.2.3 Pemberokan
Pemberokan merupakan kegiatan menyimpan induk-induk yang berasal
dari kolam pemeliharaan induk hingga induk disuntik untuk dipijahkan.
16 kandungan lemak yang tinggi dapat menghambat keluarnya telur saat dipijahkan
atau di-streeping. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memudahkan dalam
membedakan induk yang gendut karena telur atau gendut karena makanan.
Pemberokan ini dilakukan selama 2-3 hari. Induk yang gendut akibat pakan
biasanya perutnya akan kempes setelah pemberokan.
2.2.4 Penyuntikan
Penyuntikan merupakan kegiatan memasukkan hormon perangsang ke
dalam tubuh induk dengan menggunakan alat suntik agar telurnya keluar.
Penyuntikan hormon LHRH-a Ovaprim dilakukan pada bagian sirip punggung, dosis yang dipakai adalah 0,7 mililiter per kilogram berat induk betina, sedangkan
dosis untuk induk jantan 0,5 mililiter per kilogram berat induk jantan. Induk yang
pertama disuntik yaitu induk BAT betina, hormone disuntikan 2 kali dengan
selang waktu 8, 10, atau 12 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 30 persen dari
dosis total dan penyuntikan kedua lebih tinggi dari dosis penyuntikan pertama
yaitu 70 persen dari dosis total. Induk jantan disuntik hanya satu kali ketika
penyuntikan kedua induk betina.
2.2.5 Pemijahan
Pemijahan ikan bawal air tawar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
induced breeding dan induced spawning.
1) Pemijahan induced breeding, induk jantan dan induk betina yang sudah disuntik dimasukkan ke dalam bak yang berbeda. Tujuannya agar tidak terjadi
pemijahan yang tidak diinginkan. Air dalam bak atau kolam tersebut harus
tetap mengalir agar induk tidak stres dan proses ovulasi telur tidak terganggu.
Sebelum streeping dimulai harus dilakukan pengecekan induk. Tujuannya
agar induk yang di-streeping benar-benar induk yang telah siap. Streeping
telur dan sperma dilakukan berulang kali sampai telur dalam tubuh betina
keluar semua, demikian juga dengan sperma. Selama proses streeping
dilakukan jangan ada air yang masuk ke dalam wadah telur.
2) Induced spawning merupakan sistem pemijahan ikan bawal dimana induk-induk yang sudah disuntik tidak di-streeping, tetapi dibiarkan memijah sendiri
17 pemijahan tidak banyak. Adapun kelemahannya yaitu ada kemungkinan tidak
semua telur keluar dan pembuahannya kurang sempurna.
2.2.6 Pemanenan dan Penetasan
Setelah pemijahan, telur-telur diambil menggunakan scope-net halus. Lakukan penyeleksian antara telur yang siap dipanen dengan ciri-ciri telur-telur
tersebut tidak menempel pada tangan jika dipegang.
Penetasan merupakan kegiatan merawat telur-telur yang sudah dikeluarkan
dari induk betina sampai menetas atau panen. Setelah pemijahan telur-telur
diambil menggunakan scope net halus, kemudian telur tersebut ditetaskan di dalam akuarium yang telah dilengkapi dengan aerasi dan water heater dengan suhu 27-290C. Kepadatan telur yang dianjurkan 150-250 butir per liter air.
Apabila kondisi lingkungan baik telur akan menetas dalam waktu 18-24 jam.
Daya tetas telur bawal tergantung dari kualitas telur, kualitas air, dan faktor-faktor
lain yang mempengaruhinya, seperti penggantian air dan aliran listrik untuk
menghidupkan aerator dan heater.
2.2.7 Pemeliharaan Larva dan Pemberian Pakan
Larva (larvae) secara definisi adalah bentuk muda (juvenile) hewan dengan perkembangan tak langsung yang melalui metamorfosis. Bentuk larva
dapat sangat berbeda dengan bentuk dewasanya, larva umumnya memiliki organ
khusus yang tak terdapat pada bentuk dewasa.11 Pemeliharaan larva merupakan
kegiatan merawat telur-telur yang baru menetas (larva) sampai siap ditebar ke
tempat pemeliharaan. Kegiatan ini dapat dilakukan di akuarium dan di kolam.
Kelebihan benih pemeliharaan di akuarium adalah lebih terkontrol dan kematian
dapat ditekan sekecil mungkin, tetapi kelemahannya pekerjaan lebih banyak
karena harus merawat setiap hari. Adapun kelebihan pemeliharaan di kolam yaitu
pekerjaan tidak banyak dan biayanya dapat ditekan serendah mungkin, tetapi
kelemahannya adalah kematian lebih tinggi. Setelah larva berumur empat hari
pakan cadangan dalam tubuh larva akan habis, saat itulah larva mulai diberi
pakan. Jenis pakan yang diberikan yaitu Naupli Artemia, Brachiounur atau Moina. Setelah berumur 14 hari larva siap ditebar ke kolam pendederan. Benih larva BAT memiliki Survival Rate (SR) 75 persen hingga berumur satu bulan.
11
18 2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik pada
penelitian ini yaitu diantaranya adalah mengenai sumber-sumber risiko agribisnis,
metode analisis risiko dan strategi pengelolaan risiko, dan penelitian-penelitian
lainya yang relevan. Penelitian-penelitian terdahulu akan menjadi bahan acuan
dalam kegiatan penelitian ini.
2.3.1 Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar
Telah banyak dilakukan penelitian mengenai pembenihan BAT. Tinjauan
pustaka mengenai hasil-hasil penelitian tersebut diperlukan untuk memberikan
pengetahuan baru, masukan, dan hipotesa (dugaan) awal dalam melakukan kegiatan penelitian mengenai risiko produksi pembenihan ikan bawal air tawar
dengan menyesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Brajamusti (2008) mengambil judul
analisis pendapatan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar studi kasus pada
Ben’s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis dan menghitung tingkat pendapatan
usaha serta menganalisis efisiensi usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar
jika terjadi perubahan-perubahan dalam produksi. Hasil analisis menunjukan
bahwa perusahaan pada tahun 2007 memperoleh pendapatan atas biaya tunai
sebesar Rp 509.288.400 sedangkan pendapatan atas biaya totalnya adalah sebesar
Rp 431.097.400 Nilai R/C ratio tunai usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar menunjukan sebesar 2,96 dan R/C ratio total menunjukan 2,28. Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa adanya fluktuasi harga jual larva,
fluktuasi harga barang-barang input yang mempengaruhi pendapatan perusahaan.
Mustikawati (2009) meneliti mengenai kelayakan usaha pembenihan larva
ikan bawal air tawar studi kasus pada usaha perikanan H. Ijam di Desa Cikupa,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Penelitian bertujuan untuk mengkaji
kelayakan bisnis pembenihan ikan bawal air tawar pada usaha tersebut. Penelitian
ini menggunakan alat analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan analisis sensitifitas. Hasil menunjukan bahwa usaha ikan bawal air tawar sangat layak untuk dijalankan
19 persen. Angka tersebut berada di atas tingkat suku bunga kredit yang berlaku
yaitu 7 persen. Ini artinya kemampuan usaha dalam pengembalian modal lebih
besar dari tingkat suku bunga kredit. Hasil penelitian ini juga menyimpulkan
bahwa usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar mempunyai risiko
operasional yang sangat tinggi yaitu dengan terlihatnya nilai switching value yaitu dimana ketika terjadi penurunan produksi larva dan benih ikan bawal air tawar
lebih dari atau sama dengan 22,43 persen, maka usaha masih bisa ditolerir akan
tetapi apabila penurunan melebihi nilai tersebut maka usaha sudah tidak layak
dijalankan. Nilai tersebut merupakan titik aman dimana usaha pembenihan ikan
bawal air tawar tetap dikatakan layak dan dapat dijalankan karena perusahaan
masih dapat memperoleh keuntungan. Hal tersebut terjadi ketika musim kemarau,
serta sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kualitas indukan, kualitas air
kolam, pakan yang digunakan, dan skill para tenaga kerja yang digunakan, serta fluktuasi harga input dan output.
Dalam kajian ini menyebutkan pula bahwa dengan penurunan harga yang
terjadi pada larva ikan bawal air tawar juga mempunya risiko pasar yang sangat
tinggi yaitu hasil switching value penurunan harga jual larva hanya bisa ditolerir hingga sebesar 7,04 persen yaitu dari harga jual Rp 8,00 per ekor menjadi Rp 7,43
per ekor. Beberapa contoh penelitian terdahulu di atas menunjukan bahwa
pembenihan ikan bawal air tawar layak untuk diusahakan, tetapi pembenihan ikan
bawal air tawar juga rentan terhadap risiko operasional atau proses produksi
seperti pengaruh cuaca, kualitas indukan, kualitas air, dan pakan yang digunakan
sangat berpengaruh pada pendapatan perusahaan.
2.3.2 Sumber-Sumber Risiko Agribisnis
Indikasi risiko dalam suatu usaha berdasarkan penelitian terdahulu secara
umum dapat terlihat dari adanya variasi hasil produksi dalam usaha pembenihan
BAT, khususnya dari adanya fluktuasi yang cukup signifikan atau bersifat negatif
dalam bentuk penurunan nilai tertentu yang dialamai perusahaan dalam periode
tertentu usahanya. Terjadinya variasi produktivitas benih BAT tawar pada UPHI
juga dapat menggambarkan bahwa usaha-usaha benih ikan bawal air tawar yang
ada di Indonesia juga mengalami variasi produktivitas sehingga dapat juga
20 memiliki risiko dalam pengusahaanya. Sumber-sumber penyebab risiko pada
usaha perikanan sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan
suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis (human error)
dari tenaga kerja. Pada umumnya risiko tersebut dapat diminimalisasi dengan
menggunakan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, penanganan
yang intensif, dan pengadaan input yang berkualitas.
Penelitian mengenai risiko dengan komoditas pembenihan larva ikan
bawal air tawar yang telah dilakukan oleh Sahar (2010) menemukan bahwa
sumber-sumber risiko pada pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben’s Farm
Bogor adalah risiko produksi dan risiko pasar. Risiko produksi dalam penelitian
Sahar (2010) terdapat beberapa sumber risiko produksi, diantaranya adalah
penyakit yang menyerang induk dan larva ikan bawal air tawar, faktor cuaca, dan
faktor manusia serta kerusakan peralatan teknis di perusahaan. Untuk risiko pasar
terdapat beberapa sumber risiko yang sangat mempengaruhi keberlangsungan
perusahaan, diantaranya fluktuasi harga input dan fluktuasi harga benih. Pada
penelitian tersebut, peneliti menggunakan peta risiko untuk mengklasifikasi
sumber-sumber risiko yang ada, hal tersebut bertujuan untuk mempermudah
dalam mencari alternatif penanganan risiko yang harus dilakukan oleh
perusahaan.
Hal tersebut tidak berbeda dengan penelitan Lestari (2009),
sumber-sumber risiko dalam usaha pembenihan udang vannamei dengan mengambil studi
kasus di PT Suri Tani Pemuka Serang, Banten. Pada penelitiaan tersebut terdapat
sumber risiko pasar yang dihadapi, yaitu fluktuasi harga input. Sumber Risiko
operasional diantaranya adalah pengadaan induk udang vannamei yang didatangkan dari Hawwai, Amerika Serikat dengan tingkat risiko sekitar tiga
persen. Hal ini disebabkan induk yang didatangkan oleh perusahaan harus
melewati proses karantina terlebih dahulu sehingga meminimumkan risiko. Sering
ditemukan kasus induk udang vannamei yang mengalami stress dikarenakan proses distribusi yang memakan waktu dan juga adanya perbedaan suhu yang
relative besar. Adapun sumber operasional lainnya adalah faktor penyakit, cuaca,
mortalitas dan kerusakan pada peralatan teknis. Analisis yang dilakukan setelah
21 kemudian risiko tersebut diklasifikasikan ke dalam peta risiko untuk mengetahui
tingkat krusial sumber risiko tersebut.
Penelitian Lestari (2009) mengungkapkan bahwa sumber-sumber risiko
yang telah teridentifikasi yaitu risiko pasar yang dihadapi, dengan fluktuasi harga
input. Untuk sumber Risiko operasional diantaranya adalah pengadaan induk
udang vannamei yang didatangkan dari Hawwai, Amerika Serikat dengan tingkat
risiko sekitar tiga persen. Hal ini disebabkan induk yang didatangkan oleh
perusahaan harus melewati proses karantina terlebih dahulu sehingga
meminimumkan risiko. Sering ditemukan kasus induk udang vannamei yang
mengalami stress dikarenakan proses distribusi yang memakan waktu dan juga
adanya perbedaan suhu yang relative besar. Sumber-sumber risiko tersebut
dipetakan ke dalam peta risiko. Hasilnya yaitu pada kuadran 1 dengan tingkat
kemungkinan terjadinya risiko besar dan dampak yang dihasilkan pun besar
adalah penyakit dan tingkat mortalitas. Pada kuadran 2 dengan probabilitas yang
kecil tetapi menimbulkan dampak yang besar yaitu pengadaan induk. Sementara
itu pada kuadran 3 yaitu fluktuasi harga induk, fluktuasi harga pakan, dan
fluktuasi harga benih. Pada kuadran 4 yaitu kerusakan peralatan dan cuaca. Hal
tersebut tidak berbeda dengan penelitan Sahar (2010) dimana peta risiko sumber
risiko yang berada pada kuadran satu dan kuadran empat tidak teridentifikasi
sumber risikonya. Sumber risiko yang berada di kuadran dua adalah risiko
produksi yaitu cuaca dan risiko harga yaitu fluktuasi harga jual larva. Sedangkan
sumber risiko yang berada di kuadran tiga adalah risiko produksi, yaitu penyakit
yang menyerang indukan, penyakit white spot yang menyerang larva, kerusakan peralatan teknis dan faktor manusia, sumber risiko pasar di kuadran tiga adalah
fluktuasi harga input.
Terdapat perbedaan sumber-sumber risiko yang dikemukakan dalam
penelitian Siregar (2010) dan Silaban (2011) tentang analisis risiko produksi
pembenihan lele dumbo pada Family Jaya 1 Kota Depok dan analisis risiko
produksi ikan hias pada PT. Taufan Fish Farm di Kota Bogor, sumber-sumber
risiko hanya terdapat dalam risiko produksi. Sumber risiko tersebut diantaranya
adalah kesalahan dalam melakukan seleksi induk, cuaca, perubahan suhu air,
22 tidak ada pada perusahaan mereka, hal tersebut dilihat dari harga benih dan harga
input yang cenderung setabil setiap tahunnya.
Benang merah yang dapat diambil dari penelitian terdahulu diperoleh
varian variabel yang menjadi sumber risiko pasar yaitu fluktuasi harga pakan,
fluktuasi harga benih, dan fluktuasi harga induk. Sedangkan untuk sumber risiko
produksi, yaitu cuaca, hama dan penyakit, kerusakan teknis, kesalahan dalam
melakukan seleksi induk, cuaca, perubahan suhu air, dan kualitas pakan.
Variabel-variabel tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk menelusuri dan memeriksa
hal-hal yang berpotensi menjadi sumber risiko pada usaha pembenihan BAT pada
UPHI.
2.3.3 Metode Analisis Risiko
Penelitian mengenai risiko bisnis terus berkembang juga didorong dengan
penggunaan alat analisis yang semakin diversif. Hal tersebut berdampak sangat baik bertujuan untuk memberikan hasil penelitian yang lebih baik dengan hasil
yang semakin beragam sebagai bahan referensi kepada perusahaan. Penelitian
yang tidak hanya dilakukan dengan tiga alat analisis dasar yang umum digunakan
yaitu variance, standard deviation, dan coefficient varience. Akan tetapi juga menggunakan alat analisis untuk mengetahui probabilitas dan dampak dari
terjadinya suatu risiko seperti yang telah dilakukan dalam penelitian Lestari
(2009).
Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis
seperti standard deviation, variance, dan coefficient variation. Pada penelitian Sahar (2010) tentang manajemen risiko pembenihan larva ikan bawal
menggunakan analisis deskriptif untuk menentukan sumber-sumber risiko yang
ada dalam perusahaan. Untuk menentukan nilai risiko Sahar (2010) menggunakan
alat analisis coefficient variation, analisis Z-score dan Value at Risk (VaR). Hal tersebut tidak berbeda dengan penelitian Lestari (2009) tentang manajemen risiko
dalam usaha pembenihan udang vannamei dan Siregar (2010) tentang analisis
risiko produksi pembenihan lele dumbo. Lestari (2009) dan Siregar (2010)
23 Berbeda dengan Siregar (2010) dalam penelitiannya tentang analisis risiko
produksi pembenihan lele dumbo pada Family Jaya 1 Kota Depok dan analisis
risiko produksi ikan hias pada PT Taufan Fish Farm di Kota Bogor,
sumber-sumber risiko hanya terdapat dalam risiko produksi. Silaban (2011) tentang
analisis risiko produksi ikan hias pada PT Taufan Fish Farm yang hanya
menggunakan variance, standard deviation, dan coefficient variation. Silaban (2011) juga mencoba melihat pengaruh diversifikasi (portofolio) untuk
mengendalikan risiko dalam perusahaan yang dikajinya.
Berdasarkan hasil tinjauan terhadap penelitian terdahulu mengenai metode
analisis, terlihat bahwa metode analisis yang ada tidak lagi sekedar digunakan
untuk mengukur besaran risiko, tetapi juga digunakan untuk mengukur peluang
terjadinya risiko dan dampak yang ditimbulkannya bagi usaha yang
dijalankannya. Terdapat persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian
terdahulu. Metode analisis risiko yang dipergunakan pada penelitian Lestari
(2009), Siregar (2010), dan Sahar (2010) dengan menggunakan alat analisis
deskriptif, coefficient variation, Z-score dan Value at Risk (VaR) juga digunakan dalam penelitian ini.
2.4 Strategi Penanganan Risiko
Pemetaan risiko adalah proses yang harus dilakukan sebelum dapat
menangani risiko. Peta risiko menggambarkan mengenai kemungkinan terjadinya
dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh suatu risiko. Berdasarkan hasil
pemetaan risiko tersebut, maka selanjutnya perusahaan menetapkan strategi
penanganan risiko yang tepat. Strategi penanganan risiko secara garis besar
terbagi atas dua yaitu penghindaran risiko dan mitigasi risiko, Lestari (2009).
Strategi penanganan risiko dalam pertanian ada dua (Kountur,2008), yaitu
strategi preventif dan mitigasi12. Menurut Lestari (2009), Sahar (2010) dan Siregar
(2010) pada penelitiaanya tentang manajemen risiko dalam usaha pembenihan
udang vannamei dan analisis risiko produksi pembenihan lele dumbo strategi
penanganan risiko yang tepat adalah strategi preventif dan strategi mitigasi.
12
24 Berbeda strategi dengan penelitian Siregar (2010), strategi preventif yang
dilakukan oleh Siregar, yaitu pengendalian perubahan suhu yang ekstrim dan
pengendalian serangan hama. Untuk strategi mitigasi yang dilakukan adalah
mengatasi musim kemarau yang menyebabkan penurunan produksi telur yang
dihasilkan.
Berbeda dengan Silaban (2011) dalam penelitiannya, bahwa strategi
preventif tidak efektif digunakan dalam mengelola risiko. Pada penelitian Silaban
(2011) tentang analisis risiko produksi ikan hias yang hanya menggunakan
strategi mistigasi saja. Strategi mistigasi yang dilakukan Silaban (2011) adalah
dengan menggunakan diversifikasi (portofolio) pada usaha yang ada. Adanya
diversifikasi akan dapat meminimisasi risiko tetapi tidak dapat dihilangkan
seluruhnya menjadi nol. Alternatif strategi yang disarankan oleh Silaban adalah
melakukan diversifikasi komoditas ikan hias yang dibudidayakan di perusahaan.
Hal tersebut berfungsi apabila salah satu kegiatan pembenihan satu jenis ikan hias
gagal, dapat ditutupi dengan kegiatan pembenihan ikan hias lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terlihat adanya perbedaan strategi
penanganan risiko antara penelitian Siregar (2010) dan Silaban (2011). Strategi
preventif dan strategi mitigasi dijadikan alternatif strategi oleh Siregar. Tetapi
menurut Silaban (2010) alternatif strategi preventif kurang efektif bila dilakukan
sehingga alternatif yang paling tepat adalah strategi mitigasi saja. Perbedaan
tersebut dikarenakan kondisi tempat yang berbeda sehingga alternatif strategi
yang diberikan juga tentunya akan berbeda. Hasil tinjauan terhadap
penelitian-penelitian sebelumnya mampu menjadi landasan dalam mengembangkan potensi