• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat kanopi pohon pada taman rumah dalam upaya penghematan energi listrik di lanskap permukiman: studi kasus Perumahan Bukit Cimanggu City dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manfaat kanopi pohon pada taman rumah dalam upaya penghematan energi listrik di lanskap permukiman: studi kasus Perumahan Bukit Cimanggu City dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor"

Copied!
308
0
0

Teks penuh

(1)

MANFAAT KANOPI POHON PADA TAMAN RUMAH

DALAM UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK

DI LANSKAP PERMUKIMAN

Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan

Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor

DESSY B SILITONGA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi Manfaat Kanopi Pohon pada Taman Rumah dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di Lanskap Permukiman. Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor adalah benar merupakan hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

Dessy B Silitonga

(3)

RINGKASAN

DESSY B SILITONGA. Manfaat Kanopi Pohon Pada Taman Rumah Dalam Upaya Penghematan Energi Listrik Di Lanskap Permukiman. Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City Dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor. Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH

Kota Bogor merupakan salah satu kota yang menjadi penyangga kota inti seperti ibukota Jakarta di Indonesia. Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk di kota Bogor semakin meningkat dan penggunaan lahan untuk permukiman turut meningkat. Perubahan yang terjadi akibat peningkatan penggunaan lahan untuk permukiman turut mempengaruhi kondisi ekologis kota dan kondisi ekologis permukiman itu sendiri. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan salah satunya peningkatan pemborosan energi listrik dan peningkatan panas kota (urban heat island).

Pohon memiliki berbagai manfaat salah satunya mampu menurunkan iklim mikro yang menyebabkan penurunan suhu. Dengan manfaat tersebut, pohon seharusnya mampu dijadikan sebagai salah satu alternatif penghematan pemakaian listrik di area perkotaan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menduga nilai manfaat kanopi pohon dalam taman rumah sebagai penghemat penggunaan listrik untuk Air Conditioner (AC) rumah tangga. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan usulan penataan pohon pada taman rumah agar dapat memberikan nilai penghematan energi listrik untuk pemakaian Air Conditioner

(AC) dalam rumah tangga.

Penelitian ini mengambil dua lokasi penelitian yang masing-masing merupakan perumahan di kota Bogor yaitu Perumahan Bukit Cimanggu City, kecamatan Tanah Sareal dan Villa Bogor Indah, kecamatan Bogor Utara. Dari masing-masing perumahan diambil delapan rumah sampel dengan jumlah pohon bervariasi mulai dari sebanyak satu pohon hingga sebelas pohon. Penelitian ini menggunakan dua cara pengamatan yaitu pengamatan dengan citra satelit Quickbird 2006 dan pengamatan langsung. Data yang diperoleh dari kedua pengamatan ini kemudian dianalisis dengan menggunakan CITYgreen 5.4 ekstensi dari ArcView 3.2. Program ini digunakan untuk menghitung besar nilai manfaat dari kanopi pohon dalam menghemat pemakaian listrik untuk AC rumah tangga.

(4)

pohon sebagai peneduh, persentase lahan non terbangun, arah hadap rumah dan orientasi pohon terhadap rumah.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tujuan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

(6)

MANFAAT KANOPI POHON PADA TAMAN RUMAH

DALAM UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DI

LANSKAP PERMUKIMAN

Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan

Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor

DESSY B SILITONGA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Manfaat Kanopi Pohon Pada Taman Rumah Dalam Upaya Penghematan Energi Listrik Di Lanskap Permukiman. Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City Dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor

Nama : Dessy B Silitonga

Nrp : A44063487

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi. NIP.19611111 198903 2 002

Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap IPB

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat dan anugerahNya selama ini sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Manfaat Kanopi Pohon pada Taman Rumah dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di Lanskap Permukiman : Studi Kasus Perumahan Villa Bogor Indah dan Perumahan Bukit Cimanggu City, Bogor” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Terwujudnya tulisan ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu kepada :

1. Ibu Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, saran, kritikan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr.Ir.Nizar Nazrullah,M.Agr dan Ibu Ir. Tati Budiati,MS selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan saran, kritikan dan bimbingan di dalam perbaikan skripsi ini.

3. Keluarga tercinta di Medan, bapak P.M Silitonga dan ibu A.M Simanjuntak sebagai orangtua serta kakak dan adik-adikku, kak Vina, Andre, Nanda dan Annes yang telah memberikan segala bantuan doa maupun materi, dorongan semangat dan selalu menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Keluarga di Bogor, Tulang, Nantulang, adik-adik, dan keluarga di Jakarta yang telah mendukung dan mendoakan penulis selama menjalani masa perkuliahan di Bogor khususnya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Oot selaku Project Manager, Bapak Didik dan Bapak Bennito selaku Site Manager serta staf lainnya di kantor teknik PT Semangat Panca Bersaudara yaitu Bapak Gatot, Bapak Yudi, Mbak Eka, Pak Heru sebagai pihak pengembang Perumahan Villa Bogor Indah yang telah memberikan ijin dan bimbingan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di perumahan tersebut khususnya Pak Donald yang telah membimbing dan memberi motivasi kepada penulis saat di lapang.

(9)

yang telah memberikan ijin dan bimbingan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di perumahan tersebut.

7. Noril Milantara, SHut dan Ariev Budiman, SP. yang telah mengajarkan banyak teknis tentang penggunaan program ArcView dan CITYgreen serta dengan penuh kesabaran mau meluangkan waktunya untuk berkonsultasi. 8. Aldi Rusli yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat dan

kenangan tersendiri kepada penulis selama menyelesaikan studi di bangku kuliah serta keluarga, Pricilia, Ninda, ko Dodo, Albert dan lainnya yang turut mendukung.

9. Teman-teman sesama bimbingan, Purwanti Lukmanniah, Florentius Agung, Yumi N Rahmi yang telah banyak membantu dan menjadi motivasi tersendiri bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Teman-teman di jurusan Arsitektur Lanskap, khususnya angkatan 43 “ Teng-Tong Family”, teman-teman terdekat “MMG” Yumi, Yogi, Lipur, Perthy dan Maria Agustina Kaka yang telah memberikan banyak kenangan indah bagi perjalanan hidup penulis di bangku kuliah.

11.Teman-teman kos Pondok Putri, kak Wenny, Viva, Posma, Desra, Rossa, Satchie, Erti, Christina “Tintunz”, Christina Situmorang, serta adik-adik angkatan 45 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu, terima kasih atas tali persaudaraan yang telah terjalin hingga saat ini.

12.Teman-teman sepelayanan di Komisi Pelayanan Siswa UKM PMK IPB, Desna, Sherlie, Joel, Molly, Zega, Dhimas, Bernand, Christian Halawa, Satriani, adik-adik KPD Bolas, Pebri, Yenni, Herlina, Iin, Cely, Ruth, Raymond, terima kasih atas kekeluargaan yang telah terjalin sampai saat ini. 13.Seluruh staf pengajar ARL, staf TU, pegawai, terimakasih untuk masukan,

kritik serta memperlancar dalam pengurusan surat-menyurat.

14.Guru-guru semenjak TK hingga SMA yang telah memberikan didikan dan kasih sayang serta membentuk karakter saya hingga saya dapat menjadi seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan laporan ilmiah ini di kemudian hari. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2011

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 31 Desember 1988 sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan bapak P.M Silitonga dan ibu A.M Simanjuntak. Pendidikan formal penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Petro Medan, Sumatera Utara tahun 1993-1994, Sekolah Dasar (SD) Katolik Budi Murni 7 Medan, Sumatera Utara tahun 1994-2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Katolik Budi Murni 1 Medan, Sumatera Utara tahun 2000-2003, Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 3 Medan, Sumatera Utara tahun 2003-2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di jurusan Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).

(11)

(12)

ii 

 

4.3 Hidrologi ... 53

4.4 Topografi dan Tanah ... 53

4.5 Tata Guna Lahan ... 54

4.6 Vegetasi ... 55

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

5.1 Hasil Analisis GIS dengan CITYGreen 5.4 ... 58

5.2 Pendugaan Manfaat Vegetasi Pohon sebagai Penghemat Pemakaian Listrik Untuk Air Conditioner (AC) Rumah Tangga ... 61

5.3 Usulan Penataan Pohon pada Taman Rumah Sampel ... 100

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 123

6.1 Kesimpulan ... 123

6.2 Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(13)

iii 

5. Tampilan pengaktifan ekstensi CITYgreen 5.4 pada ArcView 3.2 ... 35

6. Tampilan untuk memilih dan memasukkan data citra ... 36

7. Tampilan View Properties untuk registrasi data citra satelit ... 36

8. Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Villa Bogor Indah 37

9. Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Bukit Cimanggu City ... 37

10. Tampilan hasil digitasi salah satu batas rumah di rumah sampel ... 38

11. Tampilan hasil digitasi noncanopy theme di salah satu rumah sampel ... 38

12. Tampilan hasil digitasi canopy theme di salah satu rumah sampel ... 39

13. Tampilan saat meng-update tabel atribut pohon di rumah sampel .... 41

14. Tampilan saat memilih jenis dan data pohon lainnya sesuai dengan pohon sampel ... 41

15. Tampilan list untuk pengisian new species dalam CITYgreen ... 41

16. Tampilan saat memasukkan data atribut dari noncanopy theme ... 42

17. Tampilan CITYgreen Analysis saat memilih data yang diperlukan ... 45

18. Tampilan Analysis Report sebagai Hasil Analisis CITYgreen 5.4 .... 45

19. Hasil Digitasi Rumah Sampel di Bukit Cimanggu City ... 46

20. Hasil Digitasi Rumah Sampel di Villa Bogor Indah ... 47

21. Contoh Report Hasil Analisis Usulan Penataan ... 48

22. Peta Aksesibilitas Kawasan Bukit Cimanggu City ... 49

23. Peta Aksesibilitas Kawasan Villa Bogor Indah ... 50

(14)

iv 

 

No. Halaman

25. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya

listrik di BCC ... 63

35. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan tarif listrik di VBI ... 80

36. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya listrik di VBI ... 80

45. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_K_1 ... 102

46. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_1 ... 104

47. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_3 ... 105

48. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_1 ... 107

49. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_2 ... 109

50. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_3 ... 110

(15)

 

No. Halaman

52. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_1 ... 112

53. Taman rumah eksisting yang seluruhnya dijadikan perkerasan oleh pemilik rumah VBI_K_2 ... 113

54. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_2 ... 114

55. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_3 ... 116

56. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_S_1 ... 117

(16)

vi 

 

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng…. 7

2. Jenis Kanopi Pohon serta Contoh dan Manfaatnya ... 11

3. Karakteristik Pohon sebgai Fungsi Memperbaiki Iklim Mikro ... 13

4. Pemakaian KWH Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit Cimanggu City ... 16

5. Pembayaran Rekening Listrik Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit Cimanggu City ... 16

6. Total Pemakaian KWH dan Tagihan Listrik Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor Indah ... 17

7. Jumlah Pelanggan Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor Indah ... 18

8. Aspek Analisis dan Data yang Diperlukan dalam Analisis ... 22

9. Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data ... 30

10. Data Primer serta Kelengkapan Data yang Dibutuhkan ... 32

11. Penggolongan Tinggi Pohon Menurut American Forest ... 33

12. Data Jenis Pohon Sampel yang Tidak Terdapat pada CITYgreen 5.4 ... 40

21. Identitas Rumah dan Pohon di Rumah Sampel Perumahan Bukit Cimanggu City ... 59

(17)

vii 

 

No. Halaman

23. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_1 ... 63

24. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_2 ... 66

25. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_1 ... 68

26. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_2 ... 70

27. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_3 ... 72

28. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_1 ... 74

29. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_2 ... 76

30. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_3 ... 78

31. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_1 ... 81

32. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_2 ... 83

33. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_3 ... 85

34. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_1 ... 87

35. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_2 ... 89

36. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_3 ... 91

37. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_1 ... 93

38. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_2 ... 95

39. Persentase Penggunaan Lahan di Empat Contoh Rumah Sampel. .... 97

40. Persentase Penggunaan Lahan di Tiga Contoh Rumah Sampel ... 99

41. Aktifitas Pemilik Rumah di Sebelas Contoh Taman Rumah Sampel ... 101

42. Perbedaan Hasil Analisis Kondisi Eksisting dan Kondisi Simulasi Usulan Penataan ... 120

(18)

viii 

 

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

Gambar Lampiran 1. Penghasilan per Bulan Pemilik Rumah Sampel .... 127

Gambar Lampiran 2. Jumlah AC di Tiap Rumah Sampel ... 127

Gambar Lampiran 3. Lama Pemakaian AC per Hari (Jam) ... 128

Gambar Lampiran 4. Rata-rata Tagihan Listrik per Bulan (Rp) ... 128

Gambar Lampiran 5. Dokumentasi Pengambilan Data di Lapang ... 129

Lampiran 1. Contoh Laporan Analisis CITYgreen 5.4 ... 131

(19)

1   

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan lahan untuk perumahan semakin lama akan mendominasi

persentase terbesar dibanding penggunaan lahan lainnya di perkotaan (White dalam Catanese, 1988). Hal ini dikarenakan semakin lama semakin banyak

penduduk yang telah tinggal di kota dimana pada tahun 1995 sekitar 45% dari

penduduk dunia telah tinggal di area urban dan sekitar 1 milyar dari 2.6 milyar

penduduk dunia telah tinggal di kota-kota besar (Jenks, 1996). Pernyataan tersebut

juga didukung oleh Dharma (2005) yang menyatakan bahwa jumlah penduduk

kota di negara berkembang pada tahun 2000 adalah sekitar 2 milyar jiwa dengan

proporsi terhadap jumlah seluruh penduduk sebesar 40 %. Hal ini mengakibatkan

kebutuhan akan perumahan di daerah perkotaan terus mengalami peningkatan.

Kota Bogor merupakan salah satu kota yang menjadi penyangga kota inti

seperti ibukota Jakarta di Indonesia. Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk

di kota Bogor semakin meningkat dengan cepat. Perubahan yang terjadi akibat

peningkatan penggunaan lahan untuk permukiman turut mempengaruhi kondisi

ekologis kota dan kondisi ekologis permukiman itu sendiri. Salah satu dampak

yang dapat ditimbulkan bagi suatu kota yaitu semakin menyempitnya lahan-lahan

yang semula digunakan untuk ruang terbuka hijau. Menurut Suryadi (2008) dalam

penelitiannya, jumlah luasan ruang terbuka hijau di kota Bogor telah mengalami

penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1972 luas ruang

terbuka hijau masih berkisar 2.972,54 ha sedangkan pada tahun 2000 jumlah

tersebut menurun menjadi 422,30 ha. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan

akibat penyempitan lahan-lahan untuk ruang terbuka hijau menyebabkan

terjadinya peningkatan pemborosan energi listrik dan peningkatan panas kota

(urban heat island).

Pohon memiliki berbagai manfaat salah satunya mampu menurunkan iklim

mikro yang menyebabkan penurunan suhu sekitar sehingga udara dapat dirasakan

menjadi lebih sejuk (Hakim dan Utomo, 2004). Salah satu survei yang dilakukan

oleh USGBC (United State Green Building Council) dalam Rahadini (2010)

(20)

2   

   

membuktikan bahwa bangunan yang menggunakan konsep “hijau” mampu

menurunkan penggunaan energi hingga 30%, pemakaian air hingga 50%, dan

sampah hingga 90%. Dengan manfaat tersebut pohon sebenarnya mampu

dijadikan sebagai salah satu alternatif penghematan pemakaian listrik di area

perkotaan. Namun minimnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat pohon dan

nilai keuntungan yang mampu diperoleh dari pohon mengakibatkan kurangnya

kesadaran dan minat masyarakat perkotaan dalam menjaga kelestarian lingkungan

dan pohon sekitar rumah tinggal.

Dalam mengatasi permasalahan lingkungan perkotaan setiap pemilik rumah

perlu memahami pentingnya pohon dalam setiap lanskap rumah tinggal. Selain

itu, pemilik rumah harus mengetahui besar energi listrik yang dapat dihemat dari

setiap penanaman berbagai pohon sehingga dapat mendorong motivasi setiap

penduduk dalam memperbaiki kondisi taman rumah.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan penelitian ini yaitu :

1. Pendugaan manfaat kanopi pohon dalam taman rumah sebagai penghematan

penggunaan listrik untuk Air Conditioner (AC) rumah tangga.

2. Memberi usulan penataan pohon pada taman rumah agar dapat memberikan

nilai penghematan energi listrik untuk pemakaian Air Conditioner (AC) dalam rumah tangga.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat hasil studi diharapkan berguna untuk :

1. Sebagai masukan dalam perancangan taman rumah untuk berbagai tipe

rumah di area perkotaan.

2. Sebagai masukan bagi pihak pengembang perumahan dalam

mengembangkan desain taman rumah untuk berbagai tipe rumah yang

(21)

3   

   

1.4 Batasan Penelitian

Adapun batasan yang digunakan pada penelitian ini yaitu mencakup :

1. Penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi kanopi pohon dalam

penghematan pemakaian listrik Air Conditioner (AC) rumah tangga.

2. Pengukuran dilakukan pada taman rumah di rumah yang mewakili tipe

rumah kecil, sedang dan besar untuk masing-masing perumahan.

3. Pengukuran pohon dilakukan dengan jarak antara pohon dengan rumah < 18

meter dan tinggi pohon > 6 meter. (McPherson, 1999)

4. Penelitian dilakukan hingga mencapai tahap pemberian usulan penataan pohon pada taman rumah dalam upaya menghasilkan nilai penghematan

(22)

2.1 Lanskap Perumahan 2.1.1 Definisi

Menurut Simonds (1983), lanskap adalah bentang alam yang memiliki

karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, yang

dicapai jika karakter suatu lanskap menyatu secara harmonis dan alami untuk

memperkuat lanskap tersebut. Eckbo (1964) berpendapat bahwa lanskap

merupakan keseluruhan yang kompleks dari elemen fisik di suatu area atau daerah

pergerakan.

Lanskap perumahan menurut Simonds (1983) merupakan

kelompok-kelompok rumah yang memiliki secara bersama suatu ruang terbuka hijau (open space) dan berada di bawah suatu manajemen pengelola perumahan tersebut, serta terdapat fasilitas umum seperti ruko, lapangan bermain (playfield) dan daerah penyangga (buffer). Selain itu menurut Eckbo (1964) lingkungan perumahan merupakan suatu area yang di dalamnya terdapat susunan ketetanggaan atau

kumpulan tempat tinggal, sarana perkantoran, niaga, pendidikan, kesehatan dan

fasilitas administrasi penting lainnya di sekitar area tersebut.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman, didefinisikan bahwa perumahan merupakan kelompok rumah yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Permukiman diartikan

sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa

kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri

kehidupan dan penghidupan.

2.1.2 Karakteristik Lanskap Perumahan

Pada perencanaan kawasan permukiman menurut Chiara dan Koppelman

(1990) terdapat tujuh karakteristik agar kawasan tersebut menjadi permukiman

(23)

5   

   

1. Kondisi tanah dan lapisan tanah ;

2. Air tanah dan drainase ;

3. Bebas atau tidaknya dari bahaya banjir permukaan ;

4. Bebas atau tidaknya dari bahaya-bahaya topografi ;

5. Pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air limbah,

penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dan jaringan utilitas ;

6. Potensi untuk pengembangan ruang terbuka ;

7. Bebas atau tidaknya dari gangguan debu, asap dan bau busuk.

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman menurut

Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 dalam

Herdiani (2009) meliputi parameter sebagai berikut :

1. Lokasi

1) tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,

aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan

sebagainya.

2) tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah

atau bekas tambang

3) tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti

jalur pendaratan penerbangan

2. Kualitas udara

Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas

beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

1) gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi

2) debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3

3) gas SO2 maksimum 0,10 ppm

4) debu maksimum 350 mm3/m2 per hari

3. Kebisingan dan getaran

1) kebisingan dianjurkan < 45 dB.A, maksimum 55 dB.A

2) tingkat getaran maksimum 10 mm/detik

4. Kulitas tanah di daerah perumahan dan permukiman

1) kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg

(24)

6   

   

3) kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg

4) Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg

5. Prasarana dan sarana lingkungan

1) memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan

konstruksi yang aman dari kecelakaan

2) memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vector

penyakit

3) memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak

mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan

kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman,

lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata

4) tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang

memenuhi persyaratan kesehatan

5) pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi

persyaratan kesehatan

6) pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat

kesehatan

7) memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat

kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya

8) pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya

9) tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi

kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan

6. Vektor penyakit

1) indeks lalat harus memenuhi syarat

2) indeks jentik nyamuk di bawah 50%

7. Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan permukiman merupakan pelindung

dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

Faktor-faktor yang menjadi persyaratan fisik lingkungan perumahan dalam

Standar Nasional Indonesia (2004) dalam Herdiani (2009) dapat dibagi menjadi

(25)

7   

   

1. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali

dengan rekayasa / penyelesaian teknis

2. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% (dapat dilihat pada tabel) dengan

ketentuan :

a. tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar

landai dengan kemiringan 0-8% ; dan

b. diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%

Dalam penggunaan lahan, terdapat standar kesesuaian yang didasari oleh

kemiringan lereng. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 menurut Standar Nasional

Indonesia 2004 dalam Herdiani (2009).

Tabel 1.Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng

Peruntukkan Kelas Sudut Lereng (%) Sumber : Standar Nasional Indonesia, 2004

2.2 Taman Rumah Tinggal

Menurut Sulistyantara (1992), taman rumah merupakan komponen penting

di lingkungan rumah tinggal, pelengkap unsur kehidupan rumah tangga yang

dapat menyempurnakan kehidupan rumah tangga. Taman rumah juga menjadi

unsur penting dalam menciptakan lingkungan. Nurisjah dan Pramukanto (1995)

mengatakan rumah dan halaman merupakan suatu kesatuan yang saling

mempengaruhi dalam menciptakan suasana yang diinginkan oleh pemiliknya.

Halaman yang tertata dengan baik selain dapat memberikan kelengkapan dan

(26)

8   

   

memberikan suatu sajian pemandangan indah yang menembus jendela dan

berbagai bukaan pada rumah, sehingga dapat menimbulkan ketenangan dan

berbagai bentuk kenyamanan dalam rumah.

Secara umum taman tersusun atas berbagai elemen taman. Apabila dilihat

berdasarkan karakter atau kekerasannya elemen taman dapat dibagi menjadi dua,

yaitu elemen taman material lunak (soft material) seperti golongan rumput, lumut, semak, pepohonan dan satwa serta elemen taman material keras (hard material) yang mencakup semua elemen taman yang sifatnya keras dan tidak hidup seperti

tanah, batuan, paving dan sebagainya (Sulistyantara, 1992). Disamping itu elemen

taman juga dapat dibedakan berdasarkan tingkat kemampuan manusia untuk

mengadakan perubahan terhadap elemen taman tersebut yaitu elemen taman

mayor dan elemen taman minor. Elemen taman mayor merupakan elemen taman

yang terhadapnya kita sulit mengadakan perubahan seperti gunung, sungai,

lembah dan kekuatan alam seperti angin, radiasi matahari dan gravitasi.

Sedangkan elemen taman minor merupakan elemen taman yang dapat diubah

seperti bukit, danau kecil, tanaman rawa dan elemen buatan manusia.

Nurisjah dan Pramukanto (1995) menambahkan bahwa perencana dan

perancang taman atau halaman rumah harus berusaha membuat penataan yang

dapat meningkatkan kualitas atmosfer rumah dengan mewujudkan aspek

fungsional dan estetika taman rumah. DPU tentang Pemanfaatan Ruang Terbuka

Hijau (RTH) dalam Budiman (2010) menyatakan bahwa pekarangan dapat dibagi

menurut luas lahan dan bangunannya yaitu :

a. Pekarangan rumah besar dengan kategori : rumah dengan luas lahan di

atas 500 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan kavling

dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat dan

jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3 (tiga) pohon

pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan

atau rumput.

b. Pekarangan rumah sedang dengan kategori : rumah dengan luasan lahan antara 200 m2 – 500 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan

lahan kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah

(27)

9   

   

(dua) pohon pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu,

serta penutup tanah atau rumput.

c. Pekarangan rumah kecil dengan kategori : rumah dengan luasan lahan di

bawah 200 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan

kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat

dan jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu)

pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup

tanah atau rumput.

2.3 Kanopi Pohon

2.3.1 Karakteristik Kanopi Pohon

Pohon merupakan tanaman yang memiliki batang tunggal dan tumbuh

dengan ketinggian lebih dari tiga meter (Laurie,1986). Menurut Hakim dan

Utomo (2004) secara morfologis pohon merupakan tanaman dengan batang

berkayu, berakar dalam dan memiliki percabangan jauh dari tanah serta memiliki

tinggi di atas tiga meter. Carpenter et al. (1975) menyatakan ukuran pohon terbagi

atas tinggi pohon dan diameter tajuk. Berdasarkan tinggi, pohon dapat dibagi

menjadi tiga golongan, yaitu :

1.Pohon pendek (tinggi < 9 meter),

2.Pohon menengah (tinggi antara 9 – 18 meter), dan

3.Pohon tinggi (tinggi > 18 meter).

Setiap jenis pohon mempunyai bentuk dan karakteristik dibawah kondisi

hidup yang normal. Setiap jenis pohon terdiri atas empat elemen karakter pohon

yaitu bentuk, ukuran, tekstur dan warna. Dari keempat elemen tersebut, bentuk

pohon merupakan elemen yang paling memegang peranan penting dalam

perancangan suatu lansekap. Dalam hal ini bentuk pohon dibangun oleh garis luar

tajuk, struktur cabang dan ranting serta pola pertumbuhannya (Grey dan

Deneke,1978).

Simond (1983) menyatakan bahwa bagian pohon yang paling menarik

adalah kanopi atau tajuk pohon karena dapat memberikan identitas dan karakter

(28)

10   

   

(round-weeping), bulat (round), bulat telur (oval), berkolom (columnar), dan kerucut (pyramidal). Sedangkan Booth (1983) membagi bentuk kanopi pohon menjadi tujuh kelompok yaitu bentuk membulat (globular/rounded), bentuk yang tinggi meramping (columnar), bentuk yang menyebar (spread), bentuk eksotis/menarik (picturesque), bentuk ranting-ranting merunduk/menjurai (weeping), bentuk kerucut (pyramidal), dan bentuk tinggi ramping dengan ujung meruncing (fastigiated).

Gambar 1. Jenis dan Bentuk Kanopi Pohon menurut Booth (1983)

Apabila dilihat dari kanopinya, pohon dapat memberi manfaat bagi

(29)

11   

   

Tabel 2. Jenis Kanopi Pohon serta Contoh dan Manfaatnya

No. Jenis Kanopi Contoh Pohon Manfaat

1 Bulat (Round) Felicium decipiens Penaung 2 Kubah (Dome) Ficus benjamina Penaung 3 Kolumnar (Columnar) Canarium commune Pengarah 4 Kerucut (Pyramidal) Cupressus spp Pemberi aksen 5 Bulat telur (Oval) Tamarindus indica Penutup 6 Menjurai (Round-weeping) Salix babilonica Pemberi aksen 7 Bentuk V (V-shape) Ravenala madagascariensis Pemberi aksen 8 Menyebar (Spread) Delonix regia Penaung

2.3.2. Pengaruh Kanopi Pohon Terhadap Iklim Mikro

Menurut Kartasapoetra (2004), iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam

jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap.

Kartasapoetra (2004) juga menambahkan iklim merupakan kebiasaan alam yang

digerakkan oleh gabungan beberapa unsur, yaitu radiasi matahari, temperatur,

kelembaban, awan, presifikasi, evaporasi, tekanan udara, dan angin. Iklim

menurut Surjamanto (2000) merupakan perubahan kondisi cuaca yang relatif tetap

dan secara berkala karena pengaruh perputaran bumi yang diteliti 10 sampai 20

tahun sekali.

Perbedaan antara iklim makro dan iklim mikro terutama disebabkan pada

jaraknya dengan permukaan bumi (Tjasyono,2004). Adapun faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi iklim mikro di suatu lokasi, yaitu :

a. Macam tanah : tanah hitam, tanah abu-abu, tanah lembek, dan tanah

keras

b. Bentuk tanah : bentuk konkaf (lembah), bentuk konveks (gunung), dan

danau

c. Tanaman-tanaman yang tumbuh di atasnya : rawa, hutan dan lainnya

yang mempengaruhi jumlah radiasi dan profil angin

d. Aktivitas manusia ; daerah industri, kawasan kota, pedesaan dan

sebagainya.

Surjamanto (2000) berpendapat bahwa suatu iklim mikro dapat memberikan

kenyamanan bagi manusia apabila iklim tersebut berada pada batas minimum dan

(30)

12   

   

Misalnya thermal comfort untuk orang Indonesia ialah antara 25,4 – 28,9 derajat Celcius. Lebih lanjut Surjamanto (2000) menambahkan apabila suatu iklim tidak

dapat memberikan kenyamanan bagi manusia tersebut diperlukan modifier /

pengelola iklim dengan menggunakan teknologi tepat guna. Beberapa cara

pengelolaan iklim mikro pada lingkungan rumah tinggal untuk memperoleh

kenyamanan, yaitu:

a. Membuka jendela pada utara-selatan

b. Pohon perdu diletakkan di timur, sebab angin pada bulan Maret-September kering (tidak membawa uap air), sehingga tidak lembab. Jika

menanam pohon di barat, sebaiknya tidak dipertinggi agar tidak

membawa uap air masuk ke ruangan

c. Yang dibuka dinding timur, sehingga bila Desember, angin tidak masuk

d. Kamar mandi sebaiknya ditaruh di sebelah barat agar cepat kering (tidak

lembab)

e. Angin yang baik adalah angin yang lewat di depan dan samping (posisi

bangunan tidak membelakangi angin).

Menurut Robinette (1977) vegetasi memiliki fungsi secara spesifik dalam

pengendalian iklim mikro yaitu dapat mengendalikan efek sinar matahari dengan

cara filtrasi langsung radiasi matahari, mengendalikan panas permukaan dan

radiasi ke berbagai lapisan permukaan, baik setiap hari maupun secara musiman.

Oleh sebab itu, suhu udara pada daerah yang mempunyai RTH lebih nyaman

daripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh tanaman. Hal ini didukung oleh

pendapat Tjasyono (2000) yang menyatakan iklim tidak hanya mempengaruhi

tanaman tetapi juga dipengaruhi oleh tanaman. Hutan yang lebat dapat menambah

jumlah kelembaban udara melalui transpirasi. Bayangan dari pepohonan dapat

mengurangi suhu udara sehingga penguapan menjadi lebih kecil. Grey dan

Deneke (1978) menjelaskan bahwa pohon memiliki beberapa fungsi dalam

memperbaiki iklim mikro. Fungsi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pohon

(31)

13   

   

Tabel 3. Karakteristik Pohon Sebagai Fungsi Memperbaiki Iklim Mikro

Fungsi Pohon Identifikasi

Kontrol suhu Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi

Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom,

dan menjurai (weeping)

Kontrol Angin Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi

Pohon dengan bentuk pertumbuhan konifer lebih

efektif dalam mengurangi kecepatan angin

Pohon yang memiliki batang, percabangan dan

perakaran yang kuat

Kontrol kelembaban Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi

Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom,

dan menjurai (weeping)

Di dalam proses metabolisme tumbuhan terjadi suatu sistem terpadu dan

dinamik dimana air mengalir dari tempat dengan energi potensial tinggi ke tempat

berenergi potensial rendah. Sistem demikian dikenal dengan

lingkaran-tanah-tanaman-atmosfer atau LTTA. Sistem ini nantinya akan menguntungkan dalam

hal pengaturan suhu mikro suatu lingkungan karena di dalam sistem ini terjadi

beberapa proses kehilangan air dalam bentuk uap. Kehilangan uap air dari tanah

tersebut terjadi melalui proses : (1) evaporasi pada permukaan tanah dan (2) transpirasi dari permukaan daun dari air yang sebelumnya diserap tanaman dari tanah. Jumlah kehilangan melalui kedua proses ini disebut dengan proses

evapotranspirasi (Soepardi, 1983).

Suhu di sekitar tanaman dapat menjadi lebih sejuk akibat kehilangan panas

karena adanya evaporasi dari tanaman tersebut (Irwan, 2005). Grey dan Deneke

(1976) menyatakan bahwa proses evapotranspirasi juga dapat memperbaiki suhu

kota dengan adanya pepohonan dan vegetasi lainnya. Pada proses evapotranspirasi

sebatang pohon dapat menjadi air conditioner alami yang mampu menguapkan 400 liter air (H2O) sehari. Kemampuan ini setara dengan kemampuan 5 buah Air

(32)

14   

   

menyatakan bahwa lokasi lubang saluran pengambilan udara luar dari alat

pengatur suhu udara (AC) yang ternaungi oleh bayang-bayang pohon akan

memiliki suhu udara sekitar yang lebih rendah sehingga secara tidak langsung

menghemat energi yang diperlukan oleh AC.

Dalam pengaturan iklim mikro menurut Robinette (1977) terdapat beberapa

prinsip penggunaan pohon yang penting diketahui oleh perancang dalam

pengaturan iklim mikro yaitu :

1. Pohon besar, kecil dan semak kemungkinan dapat digunakan untuk

menghalangi angin yang bergerak secara tidak diinginkan, tanaman konifer

dapat digunakan untuk mengendalikan angin di musim dingin.

2. Pohon dapat digunakan untuk mengatur perpindahan angin, untuk

meningkatkan jumlah ventilasi di beberapa area khusus.

3. Beberapa jenis tanaman akan mengurangi akumulasi dari salju di permukaan,

sehingga dapat digunakan untuk pengumpul atau penjerap panas matahari.

4. Tanaman khususnya pohon berdaun tipis dapat digunakan untuk menangkap

kabut, dan dapat meningkatkan penangkapan sinar matahari ke permukaan.

5. Pohon-pohon jenis tertentu akan menjadi penghalang langsung sinar matahari

selama musim semi, untuk mengurangi suhu dingin yang berlebihan, tetapi

mampu bertahan di musim dingin, mengurangi suhu panas yang berlebihan.

6. Area yang ditanami akan menjadi lebih sejuk sepanjang hari, dan akan

mengalami penurunan panas yang lebih sedikit di malam hari.

2.4 Konsumsi Energi Listrik Rumah Tangga

Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan satu-satunya perusahaan milik

negara yang memiliki wewenang dalam mengelola pemakaian energi listrik di

Indonesia termasuk penentuan Tarif Dasar Listrik (TDL) bagi para pengguna

listrik. Dalam penentuan TDL, PLN membagi golongan pelanggan berdasarkan

kebutuhan pemakaian listrik yang disebut dengan Golongan Tarif. Hingga saat ini

secara garis besar terdapat lima jenis golongan tarif, yaitu :

1. Golongan B merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik untuk kebutuhan bisnis. Golongan B dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu

(33)

15   

   

Golongan B2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200 VA – 200KVA

dan Golongan B3 yang menggunakan daya listrik di atas 200 KVA.

2.Golongan I merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik

untuk kebutuhan industri. Golongan I dibagi menjadi empat kelompok,

yaitu Golongan I1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 14

KVA, Golongan I2 yang menggunakan daya listrik sebesar 14 KVA – 200

KVA, Golongan I3 yang menggunakan daya listrik 200 KVA – 30.000

KVA dan Golongan I4 yang menggunakan daya listrik diatas 30.000 KVA. 3. Golongan P merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik

utnuk kebutuhan bangunan pemerintah. Golongan P dibagi menjadi tiga

kelompok, yaitu Golongan P1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450

VA – 2200 VA, Golongan P2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200

VA – 200 KVA dan Golongan P3 yang menggunakan daya listrik di atas

200 KVA.

4.Golongan R merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik

untuk kebutuhan rumah tangga. Golongan R dibagi menjadi tiga kelompok,

yaitu Golongan R1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 2200

VA, Golongan R2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200 VA – 6600

VA dan Golongan R3 yang menggunakan daya listrik diatas 6600 VA.

5.Golongan S merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik

untuk kebutuhan sosial seperti rumah ibadah, penerangan jalan, dan

pelayanan kesehatan. Golongan S dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu

Golongan S1 yang menggunakan daya listrik sebesar 220 VA - 450 VA,

Golongan S2 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 200 KVA

dan Golongan S3 yang menggunakan daya listrik diatas 200 KVA.

Pasokan energi listrik untuk Kota Bogor sampai saat ini berasal dari

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang terdapat di PLTA Suralaya dan

sebagai cadangan apabila pasokan utama kurang mencukupi terdapat di Jatiluhur

dan Cirata. Pasokan energi listrik tersebut kemudian dialirkan melalui SUTET

(34)

16   

   

Berdasarkan data dari PLN Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) Bogor Barat,

kebutuhan listrik pada kawasan Bukit Cimanggu City (BCC) digunakan untuk

hampir semua golongan tarif kecuali golongan tarif industri. Pemakaian daya

listrik dan pembayaran rekening listrik selama setahun terakhir ini di kawasan

BCC dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Pemakaian KWH Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit

Cimanggu City

Rataan Pemakaian KWH

B1 52 244299 16286,60

B2 17 946098 63073,20

P1 3 7013 467,53

P3 4 302727 20181,80

R1 2623 6609891 440659,40

R2 137 1037741 69182,73

R3 7 45306 3020,40

S2 8 26484 1765,60

Sumber : Data PLN UPJ Bogor Barat, 2010

Tabel 5. Pembayaran Rekening Listrik Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan

Bukit Cimanggu City

Golongan Tarif

Jumlah Pemakai

Total Pembayaran Rekening Listrik (Rp)

Rataan Pembayaran Rekening Listrik (Rp)

B1 52 191.150.193 12.743.346,20

B2 17 1.056.093.111 70.406.207,40

P1 3 5.343.835 356.255,67

P3 4 236.928.538 15.795.235,87

R1 2623 4.555.623.741 303.708.249,40

R2 137 816.763.530 54.450.902,00

R3 7 62.056.850 4.137.123,33

S2 8 20.528.553 1.368.570,20

(35)

17   

   

Pada Tabel 4 dan 5 dapat diketahui bahwa golongan tarif R1 merupakan

golongan tarif yang memiliki kebutuhan KWH dan pembayaran rekening listrik

terbesar. Hal ini disebabkan karena jumlah pelanggan untuk kebutuhan rumah

tangga dengan daya 450 hingga 2200 VA menduduki porsi terbesar di kawasan ini

yaitu sekitar 92% dari total keseluruhan pelanggan dan menduduki sekitar 95%

dari total keseluruhan pelanggan Golongan Tarif Rumah.

Pada kawasan Perumahan Villa Bogor Indah (VBI) pasokan listrik berasal

dari trafo yang dikelola oleh PLN UPJ Bogor Timur. Berdasarkan data yang

diperoleh dari PLN UPJ Bogor Timur jumlah KWH pakai, total tagihan dan

jumlah pelanggan selama setahun dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6.Total Pemakaian KWH dan Tagihan Listrik Golongan Tarif Rumah di

Perumahan Villa Bogor Indah Periode Juni 2009 – Agustus 2010

Bulan Total KWH Pakai Total Tagihan (Rp)

Pemakaian R1 R2 R3 R1 R2 R3

Jun-09 460629 40292 16762 322503739 28821607 20830664

Jul-09 498853 38241 20733 346356615 31914338 27000085

Agust-09 490834 35829 18176 344084209 30793267 23131104

Sep-09 511700 39444 17203 356341926 33462088 20984409

Okt-09 474450 34726 16618 339164397 31101780 20798032

Nop-09 526792 40502 18310 368084924 34113291 22809322

Des-09 522691 39061 17119 357452280 31805701 20320479

Jan-10 502496 39078 18000 357115485 33157608 21462165

Feb-10 501332 41664 16928 356075110 34518912 22131421

Mar-10 457700 36973 18518 333032653 31715147 22836173

Apr-10 489592 43866 17240 347514330 37864260 22517652

Mei-10 542342 49707 18080 380411363 41579040 24087676

Jun-10 548925 48330 17442 381483092 40357438 23280707

Jul-10 545211 44901 19143 380570244 37351814 24331736

Agust-10 532346 49241 18311 390271770 41010935 25181300

(36)

18   

   

Tabel 7.Jumlah Pelanggan Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor

Indah Periode Juni 2009 – Agustus 2010

Bulan Jumlah Pelanggan

Pemakaian R1 R2 R3

Sumber : Data PLN UPJ Bogor Timur, 2010

Pada Tabel 6 dan 7 dapat diketahui bahwa Golongan Tarif R1 menduduki

porsi terbesar dalam pemakaian listrik di kawasan ini yaitu sekitar 97% dari total

pelanggan jenis Golongan Tarif Rumah. Hal ini hampir serupa dengan persentase

R1 di kawasan BCC. Namun apabila dilihat dari rata-rata tagihan selama setahun

untuk Golongan R1,kawasan BCC yang memiliki tagihan sebesar Rp.

303.708.249,- setiap bulannya lebih sedikit dibanding kawasan VBI yang

memiliki tagihan sebesar Rp 357.364.142,- setiap bulannya. 

Berdasarkan data lima tahun terakhir dari Badan Pusat Statistik (2005),

energi listrik yang didistribusikan oleh PLN mengalami kenaikan rata-rata 5,56%

per tahun yang diperkirakan pada tahun 2005 pendistribusian listrik mencapai

104.908 MWH. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan listrik terus mengalami

kenaikan secara signifikan. Oleh karena itu untuk mencegah kekurangan pasokan

energi listrik serta meningkatkan mutu pelayanan, Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral membuat Peraturan Menteri No 07 Tahun 2010 yang merubah Tarif

Dasar Listrik. Dalam Tarif Dasar Listrik 2010 pelanggan 450 VA dan 900 VA

(37)

19   

   

untuk pelanggan di atas 900 VA untuk setiap golongan tarif, berkisar antara 6% -

20% dengan sebaran sebagai berikut :

1.Sosial, naik rata-rata 10%

2.Rumah Tangga, naik rata-rata 18%

3.Bisnis, naik rata-rata 16%

4.Industri, naik rata-rata 6% s/d 12%

5.Bangunan Pemerintah, naik rata-rata 15% s/d 18%

6. Traksi, Curah, dan layanan khusus, naik rata-rata 9% s/d 20%

2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Pada dasarnya istilah sistem informasi geografis merupakan gabungan dari

tiga unsur pokok yaitu sistem, informasi dan geografis (Prahasta, 2002) sehingga

Prahasta (2002) menyatakan bahwa SIG merupakan sejenis perangkat lunak yang

dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan

keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya. SIG menurut Burrough

(1986) dalam Barus dan Wiradisastra (2000) merupakan suatu perangkat alat

untuk mengumpulkan, menyimpan dan menggali kembali, mentransformasi, dan

menyajikan data spasial dari aspek-aspek permukaan bumi, sedangkan Barus dan

Wiradisastra (2000) menyatakan bahwa SIG merupakan alat yang handal untuk

menangani data spasial.

Menurut Prahasta (2002) sistem SIG ini terdiri dari dua komponen utama

yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras yang sering

digunakan untuk SIG yaitu komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter dan scanner. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan untuk SIG biasanya tidak dapat berdiri sendiri tetapi terdiri dari beberapa layer.

Kemampuan SIG dapat juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat

dilakukannya. Secara umum fungsi analisis dibagi ke dalam dua jenis, yaitu

fungsi analisis atribut dan analisis spasial. Dengan adanya fungsi analisis spasial,

data spasial yang ada secara umum dapat dianalisis dengan cara klasifikasi,

(38)

20   

   

kependudukan, sumber daya alam, perencanaan, lingkungan, pertanahan dan

manajemen utilitas. (Prahasta, 2000).

2.6 Aplikasi CITYgreen 5.4 Ekstensi Arc View 3.2 untuk Energy Saving. Menurut American Forest (2002) CITYgreen adalah salah satu program SIG

(Sistem Informasi Geografis) yang merupakan perkembangan menuju ESRI’s

ArcGIS. Secara umum CITYgreen bertujuan untuk menganalisis keuntungan

ekologis dan ekonomis dari kanopi pohon dan ruang hijau lainnya. Dengan

demikian CITYgreen dapat membantu pembuatan kebijakan tertentu di suatu

wilayah yang lebih baik dan ramah lingkungan. Progam ini dibuat berdasarkan

berbagai penelitian di berbagai negara yang terkait tentang manfaat pohon.

CITYgreen hanya dapat bekerja dengan Windows berbasis PC (Personal Computer) yang telah memiliki program ArcGIS dan terdiri dari dua versi. Versi pertama bekerja dengan ArcView 3.x dan versi kedua bekerja dengan ArcGIS 8.x.

Analisis dilakukan berdasarkan data tutupan lahan yang telah disediakan. Data

tutupan lahan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti foto udara

atau citra satelit. Semua versi CITYgreen memiliki manfaat untuk menganalisis

beberapa hal berikut yaitu antara lain :

a. Limpasan Permukaan

CITYgreen dapat menghitung besar volume air dari limpasan permukaan yang

akan datang akibat penutupan lahan berdasarkan data curah hujan dalam kurun

waktu 2 tahun 24 jam hari hujan. Banyak permukaan kedap air menghasilkan

banjir dengan level lebih tinggi pada saat banyak area alami yang mengurangi

kuantitas resapan air sehingga CITYgreen dapat menjadi sebuah alat yang sangat

bermanfaat untuk perencanaan dan penetapan penggunaan wilayah.

b. Pereduksi Polutan Udara

Dalam hal ini, CITYgreen dapat menghitung kapasitas reduksi polutan oleh

kanopi pohon. Semakin besar kanopi pohon maka semakin besar pula jumlah

polutan udara yang dapat direduksi. Dengan demikian CITYgreen dapat

melaporkan kuantitas tahunan dari polutan yang tereduksi dan nilai manfaat

(39)

21   

   

c. Penyimpanan Karbon

Dalam hal ini CITYgreen dapat menghitung jumlah karbon yang diserap yang ada

dalam pohon yang disajikan dalam peta penutupan lahan dan menghitung

kuantitas tahunan dari karbon yang direduksi oleh pohon.

d. Konservasi Energi dan Pencegahan Emisi Karbon

Penelitian yang telah dilakukan oleh USDA Forest Service dan pihak lainnya telah menunjukkan bahwa pohon yang ditanam secara tepat dapat menaungi

rumah-rumah sehingga secara signifikan dapat menurunkan penggunaan dari pendingin

udara (Air Conditioner). Berdasarkan iklim dan tarif listrik lokal, CITYgreen dapat memperkirakan nilai ekonomis dalam satuan dollar dari keuntungan

naungan langsung pada pohon yang ada di sekitar rumah. Analisis dari

CITYgreen’s Cool Roof juga dapat menghitung seberapa besar biaya pendinginan dari warna atap bangunan dan material pendingin lainnya. Berdasarkan total

penghematan energi dalam tapak, CITYgreen juga dapat menghitung kuantitas

dari utilitas pencegahan berbasis emisi karbon.

e. Pemodelan skenario alternatif

Salah satu tampilan CITYgreen yang paling bermanfaat yaitu kemampuan

menganalisis skenario alternatif. Tampilan ini dimulai dengan peta tutupan lahan

yang menjadi objek, dampak akibat perubahan fungsi tutupan lahan dapat

dihitung sebelum perubahan itu terjadi. Hal ini juga berguna untuk melihat

bagaimana hal itu dapat berubah setiap tahunnya, dengan membandingkan peta

tutupan lahan dari awal periode atau sekitar 10 hingga 20 tahun lalu. Hal ini

menjadi sebuah alat pengambil keputusan yang sangat penting yang berhadapan

dengan pilihan pertumbuhan dan pengembangan.

Untuk program CITYgreen 5.4 yang berkolaborasi dengan program

ArcView 3.2 memiliki beberapa tampilan yaitu :

Tabel atribut pohon – Program CITYgreen ini merupakan satu-satunya versi yang memiliki fungsi untuk mengumpulkan atribut pohon dalam bentuk tabel.

Data koleksi pada lapang dari pohon individual juga dapat dimasukkan ke dalam

table. Tabel ini berguna untuk menentukan berbagai variasi informasi, seperti

persentasi tiap spesies, persentasi kesehatan, persentasi lokasi dan sebagainya.

(40)

22   

   

merupakan tampilan pengelolaan inventarisasi pohon dan tidak memiliki berbagai

fungsi untuk jadwal pengelolaan. Tampilan ini dibuat oleh CITYgreen V.5 untuk

tujuan pendidikan.

Model Pertumbuhan Pohon – Dengan menggunakan angka koefisien pertumbuhan pohon dan informasi dari tabel atribut pohon, CITYgreen dapat

menunjukkan pertumbuhan sebenarnya dari pohon secara individual dalam

beberapa kurun waktu hingga 50 tahun ke depan dan dapat menghitung

keuntungan ekologis ke depan dari setiap jenis pohon tersebut.

Penyimpanan Energi –Tampilan ini meminta sebuah jumlah yang sangat lengkap dari data koleksi lapang dan jumlah vegetasi lokal. Ketika data koleksi

telah lengkap maka program akan menghitung besar penghematan energi dari satu

rumah tangga berdasarkan lokasi dan karakteristik pohon yang ada di sekitar

rumah.

Kelima aspek yang dapat dianalisis pada CITYgreen 5.4memerlukan data

masukan yang berbeda-beda. Berikut beberapa aspek yang dapat dianalisis dengan

CITYgreen 5.4 dan data yang diperlukan.

Tabel 8. Aspek Analisis dan Data yang Diperlukan dalam Analisis

Required Values Acquired From Data

Within CITYgreen And

      User Definable

Stormwater Land cover, Slope, hydrologic soil group, tree canopy 2-year/24-hour rainfall info,

rainfall distribution type

Air Quality Tree canopy Closest air quality city Carbon Storage/ Tree canopy, trunk diameter   

 Sequestration  (for individual trees)   

Energy Tree canopy, building height, Roof albedo, heating system, species, tree height class, roof insulation R-value, roof color locations of windows and

      air conditioners

Growth Modelling Tree canopy, species, trunk Tree health class, diameter (for individual

trees), growing condition

   tree height class   

(41)

23  ∆TCC adalah koefisien suhu pada kanopi

tutup

tase tutupan kanopi per pohon 2

n ad

b. penurunan kecepatan angin ( :

CC

dimana

∆UED adalah koefisien angin Unit Energy Density (berubah dalam UED per persentase kecepatan angin)

efisien kecepatan angin pada kanopi (persentase kecepatan

angin/persentase tutupan kanopi)

kanopi per pohon

Aspek analisis konservasi energi dalam CITYgreen menggunakan metode

yang dikembangkan oleh Jill Mahon dari American Forests yang diinterpolasi

dengan penelitian Dr. Greg McPherson dari USDA Forest Service. Program ini

memperkirakan nilai keuntungan konservasi energi dari pohon yang diperoleh

dari naungan langsung terhadap satu atau dua bangunan rumah (American Forest,

2002).

Penelitian McPherson (1999) menyatakan bahwa energi yang digunakan

untuk pendingin ruangan dapat direduksi dengan adanya naungan dari pohon.

Hasil penelitian ini diperoleh dengan menghitung efek naungan dari pohon, efek

penahan angin dan suhu. Dalam penelitian tersebut dihasilkan beberapa formula

antara lain :

a. Perhitungan tingkat penurunan energi pendingin dari modifikasi suhu ( :

∆UED a

(persentase suhu udara/persentase

an kanopi)

CC adalah persen

CFA adalah kondisi area dasar (m ) alah jumlah pohon dalam area j

Perhitungan pengaruh energi dari

∆E ∆UED x CFA x ∆U x CC x n

∆UCC adalah ko

(42)

24 

c.Pe angin untuk setiap peningkatan persentase

tutupan kanopi (koefisien kecepatan angin )

∆UCC

4 . x TC BC

adalah kondisi area dasar (m2)

n adalah jumlah pohon dalam are

rhitungan perubahan kecepatan

TC BC

BC/ 4 . xBC

d. Perhitungan pengaturan energi berdasarkan kondisi pohon (Energy adjustment)

on = 1 - % kematian batang.

1994) H

k konsumsi gas untuk pemanasan

Wh adalah Watthours dari konsumsi listrik untuk pendinginan

ah Cooling-degree-days FA a

lainnya

ilkan ekstensi CITYgreen untuk

ektif dan efisien.

n Air Conditioner (AC) untuk Rumah Tangga

ulai dari gedung dimana TC adalah persentase tutupan kanopi pohon dan BC adalah persentase

tutupan bangunan.

Energy adjustment = 0.5 + (0.5 x kondisi pohon) dimana kondisi poh

e. Perhitungan kalibrasi penghematan energi pohon menurut Mahajan dalam McPherson (

PI = BTU/ HDD / FA CPI = Wh / CDD /FA

dimana : BTU adalah British Thermal Unit untu

HDD adalah Heating-degree-days CDD adal

dalah area dasar (feet2)

Seluruh formula diatas dikombinasikan dengan penelitian terkait

yang telah dilakukan sehingga menghas

mendapatkan hasil yang sama dengan lebih ef

2.7 Pemakaia

Menurut Dewi (2007), Air Conditioner (AC) merupakan mesin pendingin yang mengeluarkan hawa dingin untuk menyejukkan suatu ruangan. Penggunaan

(43)

25   

   

erkantoran, pusat perbelanjaan, bahkan sudah sampai ke rumah-rumah

lingkungan tempat

kerja.

Gambar 2. Aliran Kerja Sistem Pendingin AC

Sumber : Handoko dalam Dewi (2007)

Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa keima komponen utama untuk sistem AC

antara lain :

1. Kompresor ; k bahan pendingin

sehingga bahan pe n pendingin.

2. Kondensor ; merupakan alat penukar kalor. Cara kerja kondensor yaitu dengan

alam siklus pendinginan. p

penduduk. AC dimanfaatkan sebagai pemberi kenyamanan di

Secara umum terdapat lima komponen utama dan dua komponen

pelengkap sistem AC menurut Dewi (2007). Ketujuh komponen tersebut disusun

menurut aliran kerjanya (Gambar 2).

omponen ini bertugas menghisap dan menekan

ndingin tersebut beredar dalam unit mesi

mengembunkan uap (bahan pendingin) menjadi cairan sehinggga dapat dipakai

kembali d

3. Penyaring (Filter) ; berfungsi untuk menyaring kotoran dari bahan pendingin

(44)

26   

   

tinggi ke tekanan rendah.

ra panas dari ruangan yang dihisap

ya, yaitu :

s dari evaporator dan membuangnya di kondensor.

ko

pe rubah-ubah

sec , yaitu :

a. Pros

dilakukan

pat menghisap gas dan mengompresikan bahan pendingin

bahan

mudah dipindahkan ke udara luar. Setelah melalui proses 4. Pipa Kapiler ; berfungsi sebagai alat untuk menurunkan tekanan bahan

pendingin cair yang mengalir di pipa tersebut dan mengatur bahan pendingin

cair yang mengalir dari sisi tekanan

5. Evaporator ; merupakan bagian yang berfungsi menguapkan bahan pendingin

cair menjadi gas dengan mengambil uda

oleh fan motor.

Selain kelima komponen tersebut, terdapat dua komponen yang

merupakan bahan didalam kinerja kelima komponen sebelumn

1. Bahan Pendingin (Refrigeran) ; proses pendinginan memerlukan suatu bahan

yang mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya untuk

mengambil pana

2. Minyak Kompresor ; berfungsi untuk melindungi dan melumasi bagian-bagian

yang bergerak dari kompresor supaya jangan aus dan rusak.

Lebih lanjut Dewi (2007) menjelaskan bahwa teknis kerja AC dimulai dari

mpresor yang merupakan komponen yang paling utama untuk terjadinya

ndinginan. Bahan pendingin pada AC merupakan zat yang dapat be

wujudnya tergantung suhu dan tekanannya. Imroee (2010) menyatakan bahwa

ara umum prinsip kerja AC terbagi menjadi empat cara kerja

es kompresi

Proses dimulai ketika bahan pendingin meninggalkan evaporator. Bahan

pendingin yang dihisap oleh kompresor memiliki wujud gas dengan suhu dan

tekanan rendah. Bahan pendingin ini diubah oleh kompresor menjadi bahan

pendingin gas dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Hal tersebut bisa

karena kompresor da

sehingga mencapai tekanan kondensasi. Setelah tekanan dan suhu diubah,

selanjutnya bahan pendingin dipompa dan dialirkan menuju ke kondensor.

b. Proses kondensasi

Ketika di kondensor, bahan pendingin mengalami kondensasi yaitu perubahan

wujud gas menjadi cair dan perubahan suhu menjadi rendah. Agar proses

kondensasi lebih efektif, digunakan kipas (fan) yang dapat mengembuskan udara

luar tepat di permukaan pipa kondensor. Dengan begitu, panas pada

(45)

27   

   

pendingin di antara dua sisi tekanan yang

erbeda, yaitu tekanan tinggi dan rendah. Selanjutnya, bahan pendingin yang telah

emiliki wujud cair, suhu dan tekanan rendah dialirkan menuju ke evaporator

asi.

pat terjadinya pendinginan. Kondisi bahan

hu dan tekanan rendah dimanfaatkan untuk mendinginkan

ndensor bagian atas. Proses ini

akan d

kondensasi, bahan pendingin memiliki wujud cair, bersuhu rendah namun masih

memiliki tekanan tinggi. Dengan kondisi demikian, bahan pendingin dialirkan ke

filter. Di dalam filter, bahan pendingin disaring kadar air dan kotorannya agar

tidak mengganggu sirkulasi bahan pendingin di sistem. Bahan pendingin yang

berwujud cair dan telah disaring, mengalir masuk ke dalam pipa kapiler untuk

mengalami proses penurunan tekanan.

c. Proses penurunan tekanan

Di dalam pipa kapiler, terjadi proses penurunan tekanan. Selain itu pipa kapiler

juga berfungsi mengontrol aliran bahan

b

m

untuk mengalami proses evapor

d. Proses evaporasi

Proses ini dimulai ketika bahan pendingin akan masuk ke dalam evaporator.

Masuknya bahan pendingin ke dalam evaporator diatur oleh pipa kapiler. Di

evaporator, bahan pendingin mengalami evaporasi yaitu perubahan wujud dari

cair menjadi gas dan disinilah tem

pendingin yang bersu

udara luar yang melewati permukaan evaporator.

Agar lebih efektif mendinginkan udara dalam ruangan, pada AC

digunakan blower (indoor) untuk mengatur sirkulasi udara agar melewati evaporator. Bahan pendingin mengalir ke saluran hisap dan dihisap oleh

kompresor lagi agar menjadi bahan pendingin gas yang mempunyai suhu dan

tekanan yang tinggi yang kemudian masuk pipa ko

iulang terus menerus selama kompresor bekerja. Setelah suhu evaporator

sudah sesuai dengan termistor, maka kontak aliran listrik ke kompresor akan

terbuka dan bila suhu di evaporator sudah tinggi kembali maka kontak termistor

akan menutup dan kompresor akan bekerja lagi. Proses tersebut akan diulang

(46)

28   

   

gkan pada saat

alam

AC Split. Budianto (2008) menyatakan bahwa cara

perhitu

50

hari

e asarkan data di emiliki kapasitas 5000 BTU.

ruangan tersebut kapasitas AC di atas sering

kapasitas ini dapat dilihat di perangkat AC.

Sofyan (2 erupakan tenaga untuk

Budianto (2008) menyatakan bahwa kebutuhan AC dalam suatu ruang

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor waktu dan luas ruangan. Salah satu

contoh yaitu pada rumah tinggal dengan ketinggian plafon 3 meter, saat siang hari

memerlukan kapasitas pendinginan sebesar 500 BTU/h/m2, sedan

m hari memerlukan 350 BTU/h/m2 untuk mendapatkan temperatur ruang (25

± 1) oC. BTU (British Thermal Unit)merupakan istilah yang menunjukkan jumlah kalor yang diperlukan untuk memanaskan atau mendinginkan 1 pound air sampai

suhunya naik atau turun 1oF. Kondisi seperti ini menyebabkan energi yang

dibutuhkan untuk mendinginkan ruang di siang dan malam hari juga berbeda.

Dengan demikian diperlukan perhitungan kebutuhan AC untuk dapat menentukan

jenis AC yang sesuai.

Dilihat dari jenisnya, AC memiliki berbagai macam jenis seperti AC Split,

AC Cassete, AC Standing, AC Central, AC Ciller, AC Celling, AC Parcision dan

AC Window (Sofyan, 2010). Sebagian besar jenis AC yang digunakan untuk

rumah tangga yaitu

ngan kapasitas AC Split adalah sebagai berikut :

Luas ruangan = 3 x 3 m = 9 m2

B rd atas maka AC yang diperlukan m

Sehingga untuk contoh kondisi

disebut dengan split 0,5 pk. Nilai

Dalam 010), istilah split pada AC m

menggerakkan kompresor AC. Konversi standar untuk split 1 pk yaitu sebesar 750

watt atau sama dengan 9000 BTU/hour. Mira (2008) menyatakan bahwa untuk

(47)

29   

   

METODOLOGI

.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Bogor dengan mengambil lokasi studi kasus

pada dua perumahan. Kedua peruma ut berasal dari dua kecamatan yang

berbeda namun berdekatan, yai Cimanggu City di Kecamatan

Tanah Sareal dan Villa Bogor Indah atan Bogor Utara. Kedua

karakter rumah mulai dari tipe, konstruksi

enelitian

hingga 30 meter untuk mengukur elemen

pohon yang dibutuhkan seperti lebar tajuk.

gi pohon.

iew 3.2

xcel 2007 untuk

an penelitian meliputi data fisik, BAB III

3

han terseb

tu perumahan Bukit

2 di Kecam

perumahan ini dipilih dengan alasan

dan material rumah bersifat homogen. Dengan demikian faktor yang dianggap

dapat mempengaruhi suhu mikro pada rumah seperti konstruksi serta material

rumah dapat diabaikan.

Kegiatan penelitian ini dilakukan selama delapan bulan pengambilan dan

pengolahan data dimulai dari bulan Maret-Oktober 2010. Kemudian dilanjutkan

dengan kegiatan penyusunan skripsi.

3.2 Alat dan Bahan P

Alat – alat yang digunakan pada kegiatan penelitian ini terdiri dari :

a.Kamera digital untuk mengambil data visual yang dibutuhkan

b.Alat ukur rollmeter dengan panjang

c.Hagameter untuk mengukur ting

d.Komputer dengan perangkat lunak citra satelit Quickbird 2006, Arcv

dan ekstensi CITYgreen 5.4 untuk analisis data, Microsoft E

penghitungan data, Auto CAD 2006 dan Adobe Photoshop CS 3 untuk

pembuatan usulan penataan pohon.

Data yang diutamakan dalam kegiat

biologis dan data sosial. Jenis, sumber dan cara pengumpulan data yang

Gambar

Tabel 3. Karakteristik Pohon Sebagai Fungsi Memperbaiki Iklim Mikro
Tabel 6.Total Pemakaian KWH dan Tagihan Listrik Golongan Tarif Rumah di
Tabel 7.Jumlah Pelanggan Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor
Tabel 8. Aspek Analisis dan Data yang Diperlukan dalam Analisis
+7

Referensi

Dokumen terkait