MANFAAT KANOPI POHON PADA TAMAN RUMAH
DALAM UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK
DI LANSKAP PERMUKIMAN
Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan
Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor
DESSY B SILITONGA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi Manfaat Kanopi Pohon pada Taman Rumah dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di Lanskap Permukiman. Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor adalah benar merupakan hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2011
Dessy B Silitonga
RINGKASAN
DESSY B SILITONGA. Manfaat Kanopi Pohon Pada Taman Rumah Dalam Upaya Penghematan Energi Listrik Di Lanskap Permukiman. Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City Dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor. Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH
Kota Bogor merupakan salah satu kota yang menjadi penyangga kota inti seperti ibukota Jakarta di Indonesia. Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk di kota Bogor semakin meningkat dan penggunaan lahan untuk permukiman turut meningkat. Perubahan yang terjadi akibat peningkatan penggunaan lahan untuk permukiman turut mempengaruhi kondisi ekologis kota dan kondisi ekologis permukiman itu sendiri. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan salah satunya peningkatan pemborosan energi listrik dan peningkatan panas kota (urban heat island).
Pohon memiliki berbagai manfaat salah satunya mampu menurunkan iklim mikro yang menyebabkan penurunan suhu. Dengan manfaat tersebut, pohon seharusnya mampu dijadikan sebagai salah satu alternatif penghematan pemakaian listrik di area perkotaan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menduga nilai manfaat kanopi pohon dalam taman rumah sebagai penghemat penggunaan listrik untuk Air Conditioner (AC) rumah tangga. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan usulan penataan pohon pada taman rumah agar dapat memberikan nilai penghematan energi listrik untuk pemakaian Air Conditioner
(AC) dalam rumah tangga.
Penelitian ini mengambil dua lokasi penelitian yang masing-masing merupakan perumahan di kota Bogor yaitu Perumahan Bukit Cimanggu City, kecamatan Tanah Sareal dan Villa Bogor Indah, kecamatan Bogor Utara. Dari masing-masing perumahan diambil delapan rumah sampel dengan jumlah pohon bervariasi mulai dari sebanyak satu pohon hingga sebelas pohon. Penelitian ini menggunakan dua cara pengamatan yaitu pengamatan dengan citra satelit Quickbird 2006 dan pengamatan langsung. Data yang diperoleh dari kedua pengamatan ini kemudian dianalisis dengan menggunakan CITYgreen 5.4 ekstensi dari ArcView 3.2. Program ini digunakan untuk menghitung besar nilai manfaat dari kanopi pohon dalam menghemat pemakaian listrik untuk AC rumah tangga.
pohon sebagai peneduh, persentase lahan non terbangun, arah hadap rumah dan orientasi pohon terhadap rumah.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tujuan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.
MANFAAT KANOPI POHON PADA TAMAN RUMAH
DALAM UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DI
LANSKAP PERMUKIMAN
Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan
Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor
DESSY B SILITONGA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Departemen Arsitektur Lanskap
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Manfaat Kanopi Pohon Pada Taman Rumah Dalam Upaya Penghematan Energi Listrik Di Lanskap Permukiman. Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City Dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor
Nama : Dessy B Silitonga
Nrp : A44063487
Departemen : Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi. NIP.19611111 198903 2 002
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap IPB
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat dan anugerahNya selama ini sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Manfaat Kanopi Pohon pada Taman Rumah dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di Lanskap Permukiman : Studi Kasus Perumahan Villa Bogor Indah dan Perumahan Bukit Cimanggu City, Bogor” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Terwujudnya tulisan ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu kepada :
1. Ibu Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, saran, kritikan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr.Ir.Nizar Nazrullah,M.Agr dan Ibu Ir. Tati Budiati,MS selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan saran, kritikan dan bimbingan di dalam perbaikan skripsi ini.
3. Keluarga tercinta di Medan, bapak P.M Silitonga dan ibu A.M Simanjuntak sebagai orangtua serta kakak dan adik-adikku, kak Vina, Andre, Nanda dan Annes yang telah memberikan segala bantuan doa maupun materi, dorongan semangat dan selalu menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Keluarga di Bogor, Tulang, Nantulang, adik-adik, dan keluarga di Jakarta yang telah mendukung dan mendoakan penulis selama menjalani masa perkuliahan di Bogor khususnya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Oot selaku Project Manager, Bapak Didik dan Bapak Bennito selaku Site Manager serta staf lainnya di kantor teknik PT Semangat Panca Bersaudara yaitu Bapak Gatot, Bapak Yudi, Mbak Eka, Pak Heru sebagai pihak pengembang Perumahan Villa Bogor Indah yang telah memberikan ijin dan bimbingan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di perumahan tersebut khususnya Pak Donald yang telah membimbing dan memberi motivasi kepada penulis saat di lapang.
yang telah memberikan ijin dan bimbingan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di perumahan tersebut.
7. Noril Milantara, SHut dan Ariev Budiman, SP. yang telah mengajarkan banyak teknis tentang penggunaan program ArcView dan CITYgreen serta dengan penuh kesabaran mau meluangkan waktunya untuk berkonsultasi. 8. Aldi Rusli yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat dan
kenangan tersendiri kepada penulis selama menyelesaikan studi di bangku kuliah serta keluarga, Pricilia, Ninda, ko Dodo, Albert dan lainnya yang turut mendukung.
9. Teman-teman sesama bimbingan, Purwanti Lukmanniah, Florentius Agung, Yumi N Rahmi yang telah banyak membantu dan menjadi motivasi tersendiri bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
10.Teman-teman di jurusan Arsitektur Lanskap, khususnya angkatan 43 “ Teng-Tong Family”, teman-teman terdekat “MMG” Yumi, Yogi, Lipur, Perthy dan Maria Agustina Kaka yang telah memberikan banyak kenangan indah bagi perjalanan hidup penulis di bangku kuliah.
11.Teman-teman kos Pondok Putri, kak Wenny, Viva, Posma, Desra, Rossa, Satchie, Erti, Christina “Tintunz”, Christina Situmorang, serta adik-adik angkatan 45 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu, terima kasih atas tali persaudaraan yang telah terjalin hingga saat ini.
12.Teman-teman sepelayanan di Komisi Pelayanan Siswa UKM PMK IPB, Desna, Sherlie, Joel, Molly, Zega, Dhimas, Bernand, Christian Halawa, Satriani, adik-adik KPD Bolas, Pebri, Yenni, Herlina, Iin, Cely, Ruth, Raymond, terima kasih atas kekeluargaan yang telah terjalin sampai saat ini. 13.Seluruh staf pengajar ARL, staf TU, pegawai, terimakasih untuk masukan,
kritik serta memperlancar dalam pengurusan surat-menyurat.
14.Guru-guru semenjak TK hingga SMA yang telah memberikan didikan dan kasih sayang serta membentuk karakter saya hingga saya dapat menjadi seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan laporan ilmiah ini di kemudian hari. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 31 Desember 1988 sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan bapak P.M Silitonga dan ibu A.M Simanjuntak. Pendidikan formal penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Petro Medan, Sumatera Utara tahun 1993-1994, Sekolah Dasar (SD) Katolik Budi Murni 7 Medan, Sumatera Utara tahun 1994-2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Katolik Budi Murni 1 Medan, Sumatera Utara tahun 2000-2003, Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 3 Medan, Sumatera Utara tahun 2003-2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di jurusan Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).
i
ii
4.3 Hidrologi ... 53
4.4 Topografi dan Tanah ... 53
4.5 Tata Guna Lahan ... 54
4.6 Vegetasi ... 55
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58
5.1 Hasil Analisis GIS dengan CITYGreen 5.4 ... 58
5.2 Pendugaan Manfaat Vegetasi Pohon sebagai Penghemat Pemakaian Listrik Untuk Air Conditioner (AC) Rumah Tangga ... 61
5.3 Usulan Penataan Pohon pada Taman Rumah Sampel ... 100
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 123
6.1 Kesimpulan ... 123
6.2 Saran ... 123
DAFTAR PUSTAKA ... 124
iii
5. Tampilan pengaktifan ekstensi CITYgreen 5.4 pada ArcView 3.2 ... 35
6. Tampilan untuk memilih dan memasukkan data citra ... 36
7. Tampilan View Properties untuk registrasi data citra satelit ... 36
8. Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Villa Bogor Indah 37
9. Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Bukit Cimanggu City ... 37
10. Tampilan hasil digitasi salah satu batas rumah di rumah sampel ... 38
11. Tampilan hasil digitasi noncanopy theme di salah satu rumah sampel ... 38
12. Tampilan hasil digitasi canopy theme di salah satu rumah sampel ... 39
13. Tampilan saat meng-update tabel atribut pohon di rumah sampel .... 41
14. Tampilan saat memilih jenis dan data pohon lainnya sesuai dengan pohon sampel ... 41
15. Tampilan list untuk pengisian new species dalam CITYgreen ... 41
16. Tampilan saat memasukkan data atribut dari noncanopy theme ... 42
17. Tampilan CITYgreen Analysis saat memilih data yang diperlukan ... 45
18. Tampilan Analysis Report sebagai Hasil Analisis CITYgreen 5.4 .... 45
19. Hasil Digitasi Rumah Sampel di Bukit Cimanggu City ... 46
20. Hasil Digitasi Rumah Sampel di Villa Bogor Indah ... 47
21. Contoh Report Hasil Analisis Usulan Penataan ... 48
22. Peta Aksesibilitas Kawasan Bukit Cimanggu City ... 49
23. Peta Aksesibilitas Kawasan Villa Bogor Indah ... 50
iv
No. Halaman
25. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya
listrik di BCC ... 63
35. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan tarif listrik di VBI ... 80
36. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya listrik di VBI ... 80
45. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_K_1 ... 102
46. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_1 ... 104
47. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_3 ... 105
48. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_1 ... 107
49. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_2 ... 109
50. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_3 ... 110
v
No. Halaman
52. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_1 ... 112
53. Taman rumah eksisting yang seluruhnya dijadikan perkerasan oleh pemilik rumah VBI_K_2 ... 113
54. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_2 ... 114
55. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_3 ... 116
56. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_S_1 ... 117
vi
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng…. 7
2. Jenis Kanopi Pohon serta Contoh dan Manfaatnya ... 11
3. Karakteristik Pohon sebgai Fungsi Memperbaiki Iklim Mikro ... 13
4. Pemakaian KWH Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit Cimanggu City ... 16
5. Pembayaran Rekening Listrik Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit Cimanggu City ... 16
6. Total Pemakaian KWH dan Tagihan Listrik Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor Indah ... 17
7. Jumlah Pelanggan Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor Indah ... 18
8. Aspek Analisis dan Data yang Diperlukan dalam Analisis ... 22
9. Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data ... 30
10. Data Primer serta Kelengkapan Data yang Dibutuhkan ... 32
11. Penggolongan Tinggi Pohon Menurut American Forest ... 33
12. Data Jenis Pohon Sampel yang Tidak Terdapat pada CITYgreen 5.4 ... 40
21. Identitas Rumah dan Pohon di Rumah Sampel Perumahan Bukit Cimanggu City ... 59
vii
No. Halaman
23. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_1 ... 63
24. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_2 ... 66
25. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_1 ... 68
26. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_2 ... 70
27. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_3 ... 72
28. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_1 ... 74
29. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_2 ... 76
30. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_3 ... 78
31. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_1 ... 81
32. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_2 ... 83
33. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_3 ... 85
34. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_1 ... 87
35. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_2 ... 89
36. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_3 ... 91
37. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_1 ... 93
38. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_2 ... 95
39. Persentase Penggunaan Lahan di Empat Contoh Rumah Sampel. .... 97
40. Persentase Penggunaan Lahan di Tiga Contoh Rumah Sampel ... 99
41. Aktifitas Pemilik Rumah di Sebelas Contoh Taman Rumah Sampel ... 101
42. Perbedaan Hasil Analisis Kondisi Eksisting dan Kondisi Simulasi Usulan Penataan ... 120
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
Gambar Lampiran 1. Penghasilan per Bulan Pemilik Rumah Sampel .... 127
Gambar Lampiran 2. Jumlah AC di Tiap Rumah Sampel ... 127
Gambar Lampiran 3. Lama Pemakaian AC per Hari (Jam) ... 128
Gambar Lampiran 4. Rata-rata Tagihan Listrik per Bulan (Rp) ... 128
Gambar Lampiran 5. Dokumentasi Pengambilan Data di Lapang ... 129
Lampiran 1. Contoh Laporan Analisis CITYgreen 5.4 ... 131
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan lahan untuk perumahan semakin lama akan mendominasi
persentase terbesar dibanding penggunaan lahan lainnya di perkotaan (White dalam Catanese, 1988). Hal ini dikarenakan semakin lama semakin banyak
penduduk yang telah tinggal di kota dimana pada tahun 1995 sekitar 45% dari
penduduk dunia telah tinggal di area urban dan sekitar 1 milyar dari 2.6 milyar
penduduk dunia telah tinggal di kota-kota besar (Jenks, 1996). Pernyataan tersebut
juga didukung oleh Dharma (2005) yang menyatakan bahwa jumlah penduduk
kota di negara berkembang pada tahun 2000 adalah sekitar 2 milyar jiwa dengan
proporsi terhadap jumlah seluruh penduduk sebesar 40 %. Hal ini mengakibatkan
kebutuhan akan perumahan di daerah perkotaan terus mengalami peningkatan.
Kota Bogor merupakan salah satu kota yang menjadi penyangga kota inti
seperti ibukota Jakarta di Indonesia. Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk
di kota Bogor semakin meningkat dengan cepat. Perubahan yang terjadi akibat
peningkatan penggunaan lahan untuk permukiman turut mempengaruhi kondisi
ekologis kota dan kondisi ekologis permukiman itu sendiri. Salah satu dampak
yang dapat ditimbulkan bagi suatu kota yaitu semakin menyempitnya lahan-lahan
yang semula digunakan untuk ruang terbuka hijau. Menurut Suryadi (2008) dalam
penelitiannya, jumlah luasan ruang terbuka hijau di kota Bogor telah mengalami
penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1972 luas ruang
terbuka hijau masih berkisar 2.972,54 ha sedangkan pada tahun 2000 jumlah
tersebut menurun menjadi 422,30 ha. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan
akibat penyempitan lahan-lahan untuk ruang terbuka hijau menyebabkan
terjadinya peningkatan pemborosan energi listrik dan peningkatan panas kota
(urban heat island).
Pohon memiliki berbagai manfaat salah satunya mampu menurunkan iklim
mikro yang menyebabkan penurunan suhu sekitar sehingga udara dapat dirasakan
menjadi lebih sejuk (Hakim dan Utomo, 2004). Salah satu survei yang dilakukan
oleh USGBC (United State Green Building Council) dalam Rahadini (2010)
2
membuktikan bahwa bangunan yang menggunakan konsep “hijau” mampu
menurunkan penggunaan energi hingga 30%, pemakaian air hingga 50%, dan
sampah hingga 90%. Dengan manfaat tersebut pohon sebenarnya mampu
dijadikan sebagai salah satu alternatif penghematan pemakaian listrik di area
perkotaan. Namun minimnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat pohon dan
nilai keuntungan yang mampu diperoleh dari pohon mengakibatkan kurangnya
kesadaran dan minat masyarakat perkotaan dalam menjaga kelestarian lingkungan
dan pohon sekitar rumah tinggal.
Dalam mengatasi permasalahan lingkungan perkotaan setiap pemilik rumah
perlu memahami pentingnya pohon dalam setiap lanskap rumah tinggal. Selain
itu, pemilik rumah harus mengetahui besar energi listrik yang dapat dihemat dari
setiap penanaman berbagai pohon sehingga dapat mendorong motivasi setiap
penduduk dalam memperbaiki kondisi taman rumah.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan penelitian ini yaitu :
1. Pendugaan manfaat kanopi pohon dalam taman rumah sebagai penghematan
penggunaan listrik untuk Air Conditioner (AC) rumah tangga.
2. Memberi usulan penataan pohon pada taman rumah agar dapat memberikan
nilai penghematan energi listrik untuk pemakaian Air Conditioner (AC) dalam rumah tangga.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat hasil studi diharapkan berguna untuk :
1. Sebagai masukan dalam perancangan taman rumah untuk berbagai tipe
rumah di area perkotaan.
2. Sebagai masukan bagi pihak pengembang perumahan dalam
mengembangkan desain taman rumah untuk berbagai tipe rumah yang
3
1.4 Batasan Penelitian
Adapun batasan yang digunakan pada penelitian ini yaitu mencakup :
1. Penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi kanopi pohon dalam
penghematan pemakaian listrik Air Conditioner (AC) rumah tangga.
2. Pengukuran dilakukan pada taman rumah di rumah yang mewakili tipe
rumah kecil, sedang dan besar untuk masing-masing perumahan.
3. Pengukuran pohon dilakukan dengan jarak antara pohon dengan rumah < 18
meter dan tinggi pohon > 6 meter. (McPherson, 1999)
4. Penelitian dilakukan hingga mencapai tahap pemberian usulan penataan pohon pada taman rumah dalam upaya menghasilkan nilai penghematan
4
2.1 Lanskap Perumahan 2.1.1 Definisi
Menurut Simonds (1983), lanskap adalah bentang alam yang memiliki
karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, yang
dicapai jika karakter suatu lanskap menyatu secara harmonis dan alami untuk
memperkuat lanskap tersebut. Eckbo (1964) berpendapat bahwa lanskap
merupakan keseluruhan yang kompleks dari elemen fisik di suatu area atau daerah
pergerakan.
Lanskap perumahan menurut Simonds (1983) merupakan
kelompok-kelompok rumah yang memiliki secara bersama suatu ruang terbuka hijau (open space) dan berada di bawah suatu manajemen pengelola perumahan tersebut, serta terdapat fasilitas umum seperti ruko, lapangan bermain (playfield) dan daerah penyangga (buffer). Selain itu menurut Eckbo (1964) lingkungan perumahan merupakan suatu area yang di dalamnya terdapat susunan ketetanggaan atau
kumpulan tempat tinggal, sarana perkantoran, niaga, pendidikan, kesehatan dan
fasilitas administrasi penting lainnya di sekitar area tersebut.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, didefinisikan bahwa perumahan merupakan kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Permukiman diartikan
sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri
kehidupan dan penghidupan.
2.1.2 Karakteristik Lanskap Perumahan
Pada perencanaan kawasan permukiman menurut Chiara dan Koppelman
(1990) terdapat tujuh karakteristik agar kawasan tersebut menjadi permukiman
5
1. Kondisi tanah dan lapisan tanah ;
2. Air tanah dan drainase ;
3. Bebas atau tidaknya dari bahaya banjir permukaan ;
4. Bebas atau tidaknya dari bahaya-bahaya topografi ;
5. Pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air limbah,
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dan jaringan utilitas ;
6. Potensi untuk pengembangan ruang terbuka ;
7. Bebas atau tidaknya dari gangguan debu, asap dan bau busuk.
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman menurut
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 dalam
Herdiani (2009) meliputi parameter sebagai berikut :
1. Lokasi
1) tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan
sebagainya.
2) tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
atau bekas tambang
3) tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti
jalur pendaratan penerbangan
2. Kualitas udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
1) gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
2) debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3
3) gas SO2 maksimum 0,10 ppm
4) debu maksimum 350 mm3/m2 per hari
3. Kebisingan dan getaran
1) kebisingan dianjurkan < 45 dB.A, maksimum 55 dB.A
2) tingkat getaran maksimum 10 mm/detik
4. Kulitas tanah di daerah perumahan dan permukiman
1) kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
6
3) kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
4) Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg
5. Prasarana dan sarana lingkungan
1) memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan
2) memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vector
penyakit
3) memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan
kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman,
lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata
4) tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang
memenuhi persyaratan kesehatan
5) pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan
6) pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan
7) memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat
kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya
8) pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
9) tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan
6. Vektor penyakit
1) indeks lalat harus memenuhi syarat
2) indeks jentik nyamuk di bawah 50%
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan permukiman merupakan pelindung
dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
Faktor-faktor yang menjadi persyaratan fisik lingkungan perumahan dalam
Standar Nasional Indonesia (2004) dalam Herdiani (2009) dapat dibagi menjadi
7
1. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali
dengan rekayasa / penyelesaian teknis
2. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% (dapat dilihat pada tabel) dengan
ketentuan :
a. tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar
landai dengan kemiringan 0-8% ; dan
b. diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%
Dalam penggunaan lahan, terdapat standar kesesuaian yang didasari oleh
kemiringan lereng. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 menurut Standar Nasional
Indonesia 2004 dalam Herdiani (2009).
Tabel 1.Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng
Peruntukkan Kelas Sudut Lereng (%) Sumber : Standar Nasional Indonesia, 2004
2.2 Taman Rumah Tinggal
Menurut Sulistyantara (1992), taman rumah merupakan komponen penting
di lingkungan rumah tinggal, pelengkap unsur kehidupan rumah tangga yang
dapat menyempurnakan kehidupan rumah tangga. Taman rumah juga menjadi
unsur penting dalam menciptakan lingkungan. Nurisjah dan Pramukanto (1995)
mengatakan rumah dan halaman merupakan suatu kesatuan yang saling
mempengaruhi dalam menciptakan suasana yang diinginkan oleh pemiliknya.
Halaman yang tertata dengan baik selain dapat memberikan kelengkapan dan
8
memberikan suatu sajian pemandangan indah yang menembus jendela dan
berbagai bukaan pada rumah, sehingga dapat menimbulkan ketenangan dan
berbagai bentuk kenyamanan dalam rumah.
Secara umum taman tersusun atas berbagai elemen taman. Apabila dilihat
berdasarkan karakter atau kekerasannya elemen taman dapat dibagi menjadi dua,
yaitu elemen taman material lunak (soft material) seperti golongan rumput, lumut, semak, pepohonan dan satwa serta elemen taman material keras (hard material) yang mencakup semua elemen taman yang sifatnya keras dan tidak hidup seperti
tanah, batuan, paving dan sebagainya (Sulistyantara, 1992). Disamping itu elemen
taman juga dapat dibedakan berdasarkan tingkat kemampuan manusia untuk
mengadakan perubahan terhadap elemen taman tersebut yaitu elemen taman
mayor dan elemen taman minor. Elemen taman mayor merupakan elemen taman
yang terhadapnya kita sulit mengadakan perubahan seperti gunung, sungai,
lembah dan kekuatan alam seperti angin, radiasi matahari dan gravitasi.
Sedangkan elemen taman minor merupakan elemen taman yang dapat diubah
seperti bukit, danau kecil, tanaman rawa dan elemen buatan manusia.
Nurisjah dan Pramukanto (1995) menambahkan bahwa perencana dan
perancang taman atau halaman rumah harus berusaha membuat penataan yang
dapat meningkatkan kualitas atmosfer rumah dengan mewujudkan aspek
fungsional dan estetika taman rumah. DPU tentang Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dalam Budiman (2010) menyatakan bahwa pekarangan dapat dibagi
menurut luas lahan dan bangunannya yaitu :
a. Pekarangan rumah besar dengan kategori : rumah dengan luas lahan di
atas 500 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan kavling
dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat dan
jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3 (tiga) pohon
pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan
atau rumput.
b. Pekarangan rumah sedang dengan kategori : rumah dengan luasan lahan antara 200 m2 – 500 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan
lahan kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah
9
(dua) pohon pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu,
serta penutup tanah atau rumput.
c. Pekarangan rumah kecil dengan kategori : rumah dengan luasan lahan di
bawah 200 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan
kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat
dan jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu)
pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup
tanah atau rumput.
2.3 Kanopi Pohon
2.3.1 Karakteristik Kanopi Pohon
Pohon merupakan tanaman yang memiliki batang tunggal dan tumbuh
dengan ketinggian lebih dari tiga meter (Laurie,1986). Menurut Hakim dan
Utomo (2004) secara morfologis pohon merupakan tanaman dengan batang
berkayu, berakar dalam dan memiliki percabangan jauh dari tanah serta memiliki
tinggi di atas tiga meter. Carpenter et al. (1975) menyatakan ukuran pohon terbagi
atas tinggi pohon dan diameter tajuk. Berdasarkan tinggi, pohon dapat dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu :
1.Pohon pendek (tinggi < 9 meter),
2.Pohon menengah (tinggi antara 9 – 18 meter), dan
3.Pohon tinggi (tinggi > 18 meter).
Setiap jenis pohon mempunyai bentuk dan karakteristik dibawah kondisi
hidup yang normal. Setiap jenis pohon terdiri atas empat elemen karakter pohon
yaitu bentuk, ukuran, tekstur dan warna. Dari keempat elemen tersebut, bentuk
pohon merupakan elemen yang paling memegang peranan penting dalam
perancangan suatu lansekap. Dalam hal ini bentuk pohon dibangun oleh garis luar
tajuk, struktur cabang dan ranting serta pola pertumbuhannya (Grey dan
Deneke,1978).
Simond (1983) menyatakan bahwa bagian pohon yang paling menarik
adalah kanopi atau tajuk pohon karena dapat memberikan identitas dan karakter
10
(round-weeping), bulat (round), bulat telur (oval), berkolom (columnar), dan kerucut (pyramidal). Sedangkan Booth (1983) membagi bentuk kanopi pohon menjadi tujuh kelompok yaitu bentuk membulat (globular/rounded), bentuk yang tinggi meramping (columnar), bentuk yang menyebar (spread), bentuk eksotis/menarik (picturesque), bentuk ranting-ranting merunduk/menjurai (weeping), bentuk kerucut (pyramidal), dan bentuk tinggi ramping dengan ujung meruncing (fastigiated).
Gambar 1. Jenis dan Bentuk Kanopi Pohon menurut Booth (1983)
Apabila dilihat dari kanopinya, pohon dapat memberi manfaat bagi
11
Tabel 2. Jenis Kanopi Pohon serta Contoh dan Manfaatnya
No. Jenis Kanopi Contoh Pohon Manfaat
1 Bulat (Round) Felicium decipiens Penaung 2 Kubah (Dome) Ficus benjamina Penaung 3 Kolumnar (Columnar) Canarium commune Pengarah 4 Kerucut (Pyramidal) Cupressus spp Pemberi aksen 5 Bulat telur (Oval) Tamarindus indica Penutup 6 Menjurai (Round-weeping) Salix babilonica Pemberi aksen 7 Bentuk V (V-shape) Ravenala madagascariensis Pemberi aksen 8 Menyebar (Spread) Delonix regia Penaung
2.3.2. Pengaruh Kanopi Pohon Terhadap Iklim Mikro
Menurut Kartasapoetra (2004), iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam
jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap.
Kartasapoetra (2004) juga menambahkan iklim merupakan kebiasaan alam yang
digerakkan oleh gabungan beberapa unsur, yaitu radiasi matahari, temperatur,
kelembaban, awan, presifikasi, evaporasi, tekanan udara, dan angin. Iklim
menurut Surjamanto (2000) merupakan perubahan kondisi cuaca yang relatif tetap
dan secara berkala karena pengaruh perputaran bumi yang diteliti 10 sampai 20
tahun sekali.
Perbedaan antara iklim makro dan iklim mikro terutama disebabkan pada
jaraknya dengan permukaan bumi (Tjasyono,2004). Adapun faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi iklim mikro di suatu lokasi, yaitu :
a. Macam tanah : tanah hitam, tanah abu-abu, tanah lembek, dan tanah
keras
b. Bentuk tanah : bentuk konkaf (lembah), bentuk konveks (gunung), dan
danau
c. Tanaman-tanaman yang tumbuh di atasnya : rawa, hutan dan lainnya
yang mempengaruhi jumlah radiasi dan profil angin
d. Aktivitas manusia ; daerah industri, kawasan kota, pedesaan dan
sebagainya.
Surjamanto (2000) berpendapat bahwa suatu iklim mikro dapat memberikan
kenyamanan bagi manusia apabila iklim tersebut berada pada batas minimum dan
12
Misalnya thermal comfort untuk orang Indonesia ialah antara 25,4 – 28,9 derajat Celcius. Lebih lanjut Surjamanto (2000) menambahkan apabila suatu iklim tidak
dapat memberikan kenyamanan bagi manusia tersebut diperlukan modifier /
pengelola iklim dengan menggunakan teknologi tepat guna. Beberapa cara
pengelolaan iklim mikro pada lingkungan rumah tinggal untuk memperoleh
kenyamanan, yaitu:
a. Membuka jendela pada utara-selatan
b. Pohon perdu diletakkan di timur, sebab angin pada bulan Maret-September kering (tidak membawa uap air), sehingga tidak lembab. Jika
menanam pohon di barat, sebaiknya tidak dipertinggi agar tidak
membawa uap air masuk ke ruangan
c. Yang dibuka dinding timur, sehingga bila Desember, angin tidak masuk
d. Kamar mandi sebaiknya ditaruh di sebelah barat agar cepat kering (tidak
lembab)
e. Angin yang baik adalah angin yang lewat di depan dan samping (posisi
bangunan tidak membelakangi angin).
Menurut Robinette (1977) vegetasi memiliki fungsi secara spesifik dalam
pengendalian iklim mikro yaitu dapat mengendalikan efek sinar matahari dengan
cara filtrasi langsung radiasi matahari, mengendalikan panas permukaan dan
radiasi ke berbagai lapisan permukaan, baik setiap hari maupun secara musiman.
Oleh sebab itu, suhu udara pada daerah yang mempunyai RTH lebih nyaman
daripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh tanaman. Hal ini didukung oleh
pendapat Tjasyono (2000) yang menyatakan iklim tidak hanya mempengaruhi
tanaman tetapi juga dipengaruhi oleh tanaman. Hutan yang lebat dapat menambah
jumlah kelembaban udara melalui transpirasi. Bayangan dari pepohonan dapat
mengurangi suhu udara sehingga penguapan menjadi lebih kecil. Grey dan
Deneke (1978) menjelaskan bahwa pohon memiliki beberapa fungsi dalam
memperbaiki iklim mikro. Fungsi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pohon
13
Tabel 3. Karakteristik Pohon Sebagai Fungsi Memperbaiki Iklim Mikro
Fungsi Pohon Identifikasi
Kontrol suhu Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi
Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom,
dan menjurai (weeping)
Kontrol Angin Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi
Pohon dengan bentuk pertumbuhan konifer lebih
efektif dalam mengurangi kecepatan angin
Pohon yang memiliki batang, percabangan dan
perakaran yang kuat
Kontrol kelembaban Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi
Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom,
dan menjurai (weeping)
Di dalam proses metabolisme tumbuhan terjadi suatu sistem terpadu dan
dinamik dimana air mengalir dari tempat dengan energi potensial tinggi ke tempat
berenergi potensial rendah. Sistem demikian dikenal dengan
lingkaran-tanah-tanaman-atmosfer atau LTTA. Sistem ini nantinya akan menguntungkan dalam
hal pengaturan suhu mikro suatu lingkungan karena di dalam sistem ini terjadi
beberapa proses kehilangan air dalam bentuk uap. Kehilangan uap air dari tanah
tersebut terjadi melalui proses : (1) evaporasi pada permukaan tanah dan (2) transpirasi dari permukaan daun dari air yang sebelumnya diserap tanaman dari tanah. Jumlah kehilangan melalui kedua proses ini disebut dengan proses
evapotranspirasi (Soepardi, 1983).
Suhu di sekitar tanaman dapat menjadi lebih sejuk akibat kehilangan panas
karena adanya evaporasi dari tanaman tersebut (Irwan, 2005). Grey dan Deneke
(1976) menyatakan bahwa proses evapotranspirasi juga dapat memperbaiki suhu
kota dengan adanya pepohonan dan vegetasi lainnya. Pada proses evapotranspirasi
sebatang pohon dapat menjadi air conditioner alami yang mampu menguapkan 400 liter air (H2O) sehari. Kemampuan ini setara dengan kemampuan 5 buah Air
14
menyatakan bahwa lokasi lubang saluran pengambilan udara luar dari alat
pengatur suhu udara (AC) yang ternaungi oleh bayang-bayang pohon akan
memiliki suhu udara sekitar yang lebih rendah sehingga secara tidak langsung
menghemat energi yang diperlukan oleh AC.
Dalam pengaturan iklim mikro menurut Robinette (1977) terdapat beberapa
prinsip penggunaan pohon yang penting diketahui oleh perancang dalam
pengaturan iklim mikro yaitu :
1. Pohon besar, kecil dan semak kemungkinan dapat digunakan untuk
menghalangi angin yang bergerak secara tidak diinginkan, tanaman konifer
dapat digunakan untuk mengendalikan angin di musim dingin.
2. Pohon dapat digunakan untuk mengatur perpindahan angin, untuk
meningkatkan jumlah ventilasi di beberapa area khusus.
3. Beberapa jenis tanaman akan mengurangi akumulasi dari salju di permukaan,
sehingga dapat digunakan untuk pengumpul atau penjerap panas matahari.
4. Tanaman khususnya pohon berdaun tipis dapat digunakan untuk menangkap
kabut, dan dapat meningkatkan penangkapan sinar matahari ke permukaan.
5. Pohon-pohon jenis tertentu akan menjadi penghalang langsung sinar matahari
selama musim semi, untuk mengurangi suhu dingin yang berlebihan, tetapi
mampu bertahan di musim dingin, mengurangi suhu panas yang berlebihan.
6. Area yang ditanami akan menjadi lebih sejuk sepanjang hari, dan akan
mengalami penurunan panas yang lebih sedikit di malam hari.
2.4 Konsumsi Energi Listrik Rumah Tangga
Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan satu-satunya perusahaan milik
negara yang memiliki wewenang dalam mengelola pemakaian energi listrik di
Indonesia termasuk penentuan Tarif Dasar Listrik (TDL) bagi para pengguna
listrik. Dalam penentuan TDL, PLN membagi golongan pelanggan berdasarkan
kebutuhan pemakaian listrik yang disebut dengan Golongan Tarif. Hingga saat ini
secara garis besar terdapat lima jenis golongan tarif, yaitu :
1. Golongan B merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik untuk kebutuhan bisnis. Golongan B dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
15
Golongan B2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200 VA – 200KVA
dan Golongan B3 yang menggunakan daya listrik di atas 200 KVA.
2.Golongan I merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik
untuk kebutuhan industri. Golongan I dibagi menjadi empat kelompok,
yaitu Golongan I1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 14
KVA, Golongan I2 yang menggunakan daya listrik sebesar 14 KVA – 200
KVA, Golongan I3 yang menggunakan daya listrik 200 KVA – 30.000
KVA dan Golongan I4 yang menggunakan daya listrik diatas 30.000 KVA. 3. Golongan P merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik
utnuk kebutuhan bangunan pemerintah. Golongan P dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu Golongan P1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450
VA – 2200 VA, Golongan P2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200
VA – 200 KVA dan Golongan P3 yang menggunakan daya listrik di atas
200 KVA.
4.Golongan R merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik
untuk kebutuhan rumah tangga. Golongan R dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu Golongan R1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 2200
VA, Golongan R2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200 VA – 6600
VA dan Golongan R3 yang menggunakan daya listrik diatas 6600 VA.
5.Golongan S merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik
untuk kebutuhan sosial seperti rumah ibadah, penerangan jalan, dan
pelayanan kesehatan. Golongan S dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
Golongan S1 yang menggunakan daya listrik sebesar 220 VA - 450 VA,
Golongan S2 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 200 KVA
dan Golongan S3 yang menggunakan daya listrik diatas 200 KVA.
Pasokan energi listrik untuk Kota Bogor sampai saat ini berasal dari
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang terdapat di PLTA Suralaya dan
sebagai cadangan apabila pasokan utama kurang mencukupi terdapat di Jatiluhur
dan Cirata. Pasokan energi listrik tersebut kemudian dialirkan melalui SUTET
16
Berdasarkan data dari PLN Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) Bogor Barat,
kebutuhan listrik pada kawasan Bukit Cimanggu City (BCC) digunakan untuk
hampir semua golongan tarif kecuali golongan tarif industri. Pemakaian daya
listrik dan pembayaran rekening listrik selama setahun terakhir ini di kawasan
BCC dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Pemakaian KWH Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit
Cimanggu City
Rataan Pemakaian KWH
B1 52 244299 16286,60
B2 17 946098 63073,20
P1 3 7013 467,53
P3 4 302727 20181,80
R1 2623 6609891 440659,40
R2 137 1037741 69182,73
R3 7 45306 3020,40
S2 8 26484 1765,60
Sumber : Data PLN UPJ Bogor Barat, 2010
Tabel 5. Pembayaran Rekening Listrik Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan
Bukit Cimanggu City
Golongan Tarif
Jumlah Pemakai
Total Pembayaran Rekening Listrik (Rp)
Rataan Pembayaran Rekening Listrik (Rp)
B1 52 191.150.193 12.743.346,20
B2 17 1.056.093.111 70.406.207,40
P1 3 5.343.835 356.255,67
P3 4 236.928.538 15.795.235,87
R1 2623 4.555.623.741 303.708.249,40
R2 137 816.763.530 54.450.902,00
R3 7 62.056.850 4.137.123,33
S2 8 20.528.553 1.368.570,20
17
Pada Tabel 4 dan 5 dapat diketahui bahwa golongan tarif R1 merupakan
golongan tarif yang memiliki kebutuhan KWH dan pembayaran rekening listrik
terbesar. Hal ini disebabkan karena jumlah pelanggan untuk kebutuhan rumah
tangga dengan daya 450 hingga 2200 VA menduduki porsi terbesar di kawasan ini
yaitu sekitar 92% dari total keseluruhan pelanggan dan menduduki sekitar 95%
dari total keseluruhan pelanggan Golongan Tarif Rumah.
Pada kawasan Perumahan Villa Bogor Indah (VBI) pasokan listrik berasal
dari trafo yang dikelola oleh PLN UPJ Bogor Timur. Berdasarkan data yang
diperoleh dari PLN UPJ Bogor Timur jumlah KWH pakai, total tagihan dan
jumlah pelanggan selama setahun dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Tabel 6.Total Pemakaian KWH dan Tagihan Listrik Golongan Tarif Rumah di
Perumahan Villa Bogor Indah Periode Juni 2009 – Agustus 2010
Bulan Total KWH Pakai Total Tagihan (Rp)
Pemakaian R1 R2 R3 R1 R2 R3
Jun-09 460629 40292 16762 322503739 28821607 20830664
Jul-09 498853 38241 20733 346356615 31914338 27000085
Agust-09 490834 35829 18176 344084209 30793267 23131104
Sep-09 511700 39444 17203 356341926 33462088 20984409
Okt-09 474450 34726 16618 339164397 31101780 20798032
Nop-09 526792 40502 18310 368084924 34113291 22809322
Des-09 522691 39061 17119 357452280 31805701 20320479
Jan-10 502496 39078 18000 357115485 33157608 21462165
Feb-10 501332 41664 16928 356075110 34518912 22131421
Mar-10 457700 36973 18518 333032653 31715147 22836173
Apr-10 489592 43866 17240 347514330 37864260 22517652
Mei-10 542342 49707 18080 380411363 41579040 24087676
Jun-10 548925 48330 17442 381483092 40357438 23280707
Jul-10 545211 44901 19143 380570244 37351814 24331736
Agust-10 532346 49241 18311 390271770 41010935 25181300
18
Tabel 7.Jumlah Pelanggan Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor
Indah Periode Juni 2009 – Agustus 2010
Bulan Jumlah Pelanggan
Pemakaian R1 R2 R3
Sumber : Data PLN UPJ Bogor Timur, 2010
Pada Tabel 6 dan 7 dapat diketahui bahwa Golongan Tarif R1 menduduki
porsi terbesar dalam pemakaian listrik di kawasan ini yaitu sekitar 97% dari total
pelanggan jenis Golongan Tarif Rumah. Hal ini hampir serupa dengan persentase
R1 di kawasan BCC. Namun apabila dilihat dari rata-rata tagihan selama setahun
untuk Golongan R1,kawasan BCC yang memiliki tagihan sebesar Rp.
303.708.249,- setiap bulannya lebih sedikit dibanding kawasan VBI yang
memiliki tagihan sebesar Rp 357.364.142,- setiap bulannya.
Berdasarkan data lima tahun terakhir dari Badan Pusat Statistik (2005),
energi listrik yang didistribusikan oleh PLN mengalami kenaikan rata-rata 5,56%
per tahun yang diperkirakan pada tahun 2005 pendistribusian listrik mencapai
104.908 MWH. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan listrik terus mengalami
kenaikan secara signifikan. Oleh karena itu untuk mencegah kekurangan pasokan
energi listrik serta meningkatkan mutu pelayanan, Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral membuat Peraturan Menteri No 07 Tahun 2010 yang merubah Tarif
Dasar Listrik. Dalam Tarif Dasar Listrik 2010 pelanggan 450 VA dan 900 VA
19
untuk pelanggan di atas 900 VA untuk setiap golongan tarif, berkisar antara 6% -
20% dengan sebaran sebagai berikut :
1.Sosial, naik rata-rata 10%
2.Rumah Tangga, naik rata-rata 18%
3.Bisnis, naik rata-rata 16%
4.Industri, naik rata-rata 6% s/d 12%
5.Bangunan Pemerintah, naik rata-rata 15% s/d 18%
6. Traksi, Curah, dan layanan khusus, naik rata-rata 9% s/d 20%
2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pada dasarnya istilah sistem informasi geografis merupakan gabungan dari
tiga unsur pokok yaitu sistem, informasi dan geografis (Prahasta, 2002) sehingga
Prahasta (2002) menyatakan bahwa SIG merupakan sejenis perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan
keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya. SIG menurut Burrough
(1986) dalam Barus dan Wiradisastra (2000) merupakan suatu perangkat alat
untuk mengumpulkan, menyimpan dan menggali kembali, mentransformasi, dan
menyajikan data spasial dari aspek-aspek permukaan bumi, sedangkan Barus dan
Wiradisastra (2000) menyatakan bahwa SIG merupakan alat yang handal untuk
menangani data spasial.
Menurut Prahasta (2002) sistem SIG ini terdiri dari dua komponen utama
yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras yang sering
digunakan untuk SIG yaitu komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter dan scanner. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan untuk SIG biasanya tidak dapat berdiri sendiri tetapi terdiri dari beberapa layer.
Kemampuan SIG dapat juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat
dilakukannya. Secara umum fungsi analisis dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
fungsi analisis atribut dan analisis spasial. Dengan adanya fungsi analisis spasial,
data spasial yang ada secara umum dapat dianalisis dengan cara klasifikasi,
20
kependudukan, sumber daya alam, perencanaan, lingkungan, pertanahan dan
manajemen utilitas. (Prahasta, 2000).
2.6 Aplikasi CITYgreen 5.4 Ekstensi Arc View 3.2 untuk Energy Saving. Menurut American Forest (2002) CITYgreen adalah salah satu program SIG
(Sistem Informasi Geografis) yang merupakan perkembangan menuju ESRI’s
ArcGIS. Secara umum CITYgreen bertujuan untuk menganalisis keuntungan
ekologis dan ekonomis dari kanopi pohon dan ruang hijau lainnya. Dengan
demikian CITYgreen dapat membantu pembuatan kebijakan tertentu di suatu
wilayah yang lebih baik dan ramah lingkungan. Progam ini dibuat berdasarkan
berbagai penelitian di berbagai negara yang terkait tentang manfaat pohon.
CITYgreen hanya dapat bekerja dengan Windows berbasis PC (Personal Computer) yang telah memiliki program ArcGIS dan terdiri dari dua versi. Versi pertama bekerja dengan ArcView 3.x dan versi kedua bekerja dengan ArcGIS 8.x.
Analisis dilakukan berdasarkan data tutupan lahan yang telah disediakan. Data
tutupan lahan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti foto udara
atau citra satelit. Semua versi CITYgreen memiliki manfaat untuk menganalisis
beberapa hal berikut yaitu antara lain :
a. Limpasan Permukaan
CITYgreen dapat menghitung besar volume air dari limpasan permukaan yang
akan datang akibat penutupan lahan berdasarkan data curah hujan dalam kurun
waktu 2 tahun 24 jam hari hujan. Banyak permukaan kedap air menghasilkan
banjir dengan level lebih tinggi pada saat banyak area alami yang mengurangi
kuantitas resapan air sehingga CITYgreen dapat menjadi sebuah alat yang sangat
bermanfaat untuk perencanaan dan penetapan penggunaan wilayah.
b. Pereduksi Polutan Udara
Dalam hal ini, CITYgreen dapat menghitung kapasitas reduksi polutan oleh
kanopi pohon. Semakin besar kanopi pohon maka semakin besar pula jumlah
polutan udara yang dapat direduksi. Dengan demikian CITYgreen dapat
melaporkan kuantitas tahunan dari polutan yang tereduksi dan nilai manfaat
21
c. Penyimpanan Karbon
Dalam hal ini CITYgreen dapat menghitung jumlah karbon yang diserap yang ada
dalam pohon yang disajikan dalam peta penutupan lahan dan menghitung
kuantitas tahunan dari karbon yang direduksi oleh pohon.
d. Konservasi Energi dan Pencegahan Emisi Karbon
Penelitian yang telah dilakukan oleh USDA Forest Service dan pihak lainnya telah menunjukkan bahwa pohon yang ditanam secara tepat dapat menaungi
rumah-rumah sehingga secara signifikan dapat menurunkan penggunaan dari pendingin
udara (Air Conditioner). Berdasarkan iklim dan tarif listrik lokal, CITYgreen dapat memperkirakan nilai ekonomis dalam satuan dollar dari keuntungan
naungan langsung pada pohon yang ada di sekitar rumah. Analisis dari
CITYgreen’s Cool Roof juga dapat menghitung seberapa besar biaya pendinginan dari warna atap bangunan dan material pendingin lainnya. Berdasarkan total
penghematan energi dalam tapak, CITYgreen juga dapat menghitung kuantitas
dari utilitas pencegahan berbasis emisi karbon.
e. Pemodelan skenario alternatif
Salah satu tampilan CITYgreen yang paling bermanfaat yaitu kemampuan
menganalisis skenario alternatif. Tampilan ini dimulai dengan peta tutupan lahan
yang menjadi objek, dampak akibat perubahan fungsi tutupan lahan dapat
dihitung sebelum perubahan itu terjadi. Hal ini juga berguna untuk melihat
bagaimana hal itu dapat berubah setiap tahunnya, dengan membandingkan peta
tutupan lahan dari awal periode atau sekitar 10 hingga 20 tahun lalu. Hal ini
menjadi sebuah alat pengambil keputusan yang sangat penting yang berhadapan
dengan pilihan pertumbuhan dan pengembangan.
Untuk program CITYgreen 5.4 yang berkolaborasi dengan program
ArcView 3.2 memiliki beberapa tampilan yaitu :
Tabel atribut pohon – Program CITYgreen ini merupakan satu-satunya versi yang memiliki fungsi untuk mengumpulkan atribut pohon dalam bentuk tabel.
Data koleksi pada lapang dari pohon individual juga dapat dimasukkan ke dalam
table. Tabel ini berguna untuk menentukan berbagai variasi informasi, seperti
persentasi tiap spesies, persentasi kesehatan, persentasi lokasi dan sebagainya.
22
merupakan tampilan pengelolaan inventarisasi pohon dan tidak memiliki berbagai
fungsi untuk jadwal pengelolaan. Tampilan ini dibuat oleh CITYgreen V.5 untuk
tujuan pendidikan.
Model Pertumbuhan Pohon – Dengan menggunakan angka koefisien pertumbuhan pohon dan informasi dari tabel atribut pohon, CITYgreen dapat
menunjukkan pertumbuhan sebenarnya dari pohon secara individual dalam
beberapa kurun waktu hingga 50 tahun ke depan dan dapat menghitung
keuntungan ekologis ke depan dari setiap jenis pohon tersebut.
Penyimpanan Energi –Tampilan ini meminta sebuah jumlah yang sangat lengkap dari data koleksi lapang dan jumlah vegetasi lokal. Ketika data koleksi
telah lengkap maka program akan menghitung besar penghematan energi dari satu
rumah tangga berdasarkan lokasi dan karakteristik pohon yang ada di sekitar
rumah.
Kelima aspek yang dapat dianalisis pada CITYgreen 5.4memerlukan data
masukan yang berbeda-beda. Berikut beberapa aspek yang dapat dianalisis dengan
CITYgreen 5.4 dan data yang diperlukan.
Tabel 8. Aspek Analisis dan Data yang Diperlukan dalam Analisis
Required Values Acquired From Data
Within CITYgreen And
User Definable
Stormwater Land cover, Slope, hydrologic soil group, tree canopy 2-year/24-hour rainfall info,
rainfall distribution type
Air Quality Tree canopy Closest air quality city Carbon Storage/ Tree canopy, trunk diameter
Sequestration (for individual trees)
Energy Tree canopy, building height, Roof albedo, heating system, species, tree height class, roof insulation R-value, roof color locations of windows and
air conditioners
Growth Modelling Tree canopy, species, trunk Tree health class, diameter (for individual
trees), growing condition
tree height class
23 ∆TCC adalah koefisien suhu pada kanopi
tutup
tase tutupan kanopi per pohon 2
n ad
b. penurunan kecepatan angin (∆ :
CC
dimana
∆UED adalah koefisien angin Unit Energy Density (berubah dalam UED per persentase kecepatan angin)
efisien kecepatan angin pada kanopi (persentase kecepatan
angin/persentase tutupan kanopi)
kanopi per pohon
Aspek analisis konservasi energi dalam CITYgreen menggunakan metode
yang dikembangkan oleh Jill Mahon dari American Forests yang diinterpolasi
dengan penelitian Dr. Greg McPherson dari USDA Forest Service. Program ini
memperkirakan nilai keuntungan konservasi energi dari pohon yang diperoleh
dari naungan langsung terhadap satu atau dua bangunan rumah (American Forest,
2002).
Penelitian McPherson (1999) menyatakan bahwa energi yang digunakan
untuk pendingin ruangan dapat direduksi dengan adanya naungan dari pohon.
Hasil penelitian ini diperoleh dengan menghitung efek naungan dari pohon, efek
penahan angin dan suhu. Dalam penelitian tersebut dihasilkan beberapa formula
antara lain :
a. Perhitungan tingkat penurunan energi pendingin dari modifikasi suhu (∆ :
∆UED a
(persentase suhu udara/persentase
an kanopi)
CC adalah persen
CFA adalah kondisi area dasar (m ) alah jumlah pohon dalam area j
Perhitungan pengaruh energi dari
∆E ∆UED x CFA x ∆U x CC x n
∆UCC adalah ko
24
c.Pe angin untuk setiap peningkatan persentase
tutupan kanopi (koefisien kecepatan angin ∆ )
∆UCC
4 . x TC BC
adalah kondisi area dasar (m2)
n adalah jumlah pohon dalam are
rhitungan perubahan kecepatan
TC BC
BC/ 4 . xBC
d. Perhitungan pengaturan energi berdasarkan kondisi pohon (Energy adjustment)
on = 1 - % kematian batang.
1994) H
k konsumsi gas untuk pemanasan
Wh adalah Watthours dari konsumsi listrik untuk pendinginan
ah Cooling-degree-days FA a
lainnya
ilkan ekstensi CITYgreen untuk
ektif dan efisien.
n Air Conditioner (AC) untuk Rumah Tangga
ulai dari gedung dimana TC adalah persentase tutupan kanopi pohon dan BC adalah persentase
tutupan bangunan.
Energy adjustment = 0.5 + (0.5 x kondisi pohon) dimana kondisi poh
e. Perhitungan kalibrasi penghematan energi pohon menurut Mahajan dalam McPherson (
PI = BTU/ HDD / FA CPI = Wh / CDD /FA
dimana : BTU adalah British Thermal Unit untu
HDD adalah Heating-degree-days CDD adal
dalah area dasar (feet2)
Seluruh formula diatas dikombinasikan dengan penelitian terkait
yang telah dilakukan sehingga menghas
mendapatkan hasil yang sama dengan lebih ef
2.7 Pemakaia
Menurut Dewi (2007), Air Conditioner (AC) merupakan mesin pendingin yang mengeluarkan hawa dingin untuk menyejukkan suatu ruangan. Penggunaan
25
erkantoran, pusat perbelanjaan, bahkan sudah sampai ke rumah-rumah
lingkungan tempat
kerja.
Gambar 2. Aliran Kerja Sistem Pendingin AC
Sumber : Handoko dalam Dewi (2007)
Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa keima komponen utama untuk sistem AC
antara lain :
1. Kompresor ; k bahan pendingin
sehingga bahan pe n pendingin.
2. Kondensor ; merupakan alat penukar kalor. Cara kerja kondensor yaitu dengan
alam siklus pendinginan. p
penduduk. AC dimanfaatkan sebagai pemberi kenyamanan di
Secara umum terdapat lima komponen utama dan dua komponen
pelengkap sistem AC menurut Dewi (2007). Ketujuh komponen tersebut disusun
menurut aliran kerjanya (Gambar 2).
omponen ini bertugas menghisap dan menekan
ndingin tersebut beredar dalam unit mesi
mengembunkan uap (bahan pendingin) menjadi cairan sehinggga dapat dipakai
kembali d
3. Penyaring (Filter) ; berfungsi untuk menyaring kotoran dari bahan pendingin
26
tinggi ke tekanan rendah.
ra panas dari ruangan yang dihisap
ya, yaitu :
s dari evaporator dan membuangnya di kondensor.
ko
pe rubah-ubah
sec , yaitu :
a. Pros
dilakukan
pat menghisap gas dan mengompresikan bahan pendingin
bahan
mudah dipindahkan ke udara luar. Setelah melalui proses 4. Pipa Kapiler ; berfungsi sebagai alat untuk menurunkan tekanan bahan
pendingin cair yang mengalir di pipa tersebut dan mengatur bahan pendingin
cair yang mengalir dari sisi tekanan
5. Evaporator ; merupakan bagian yang berfungsi menguapkan bahan pendingin
cair menjadi gas dengan mengambil uda
oleh fan motor.
Selain kelima komponen tersebut, terdapat dua komponen yang
merupakan bahan didalam kinerja kelima komponen sebelumn
1. Bahan Pendingin (Refrigeran) ; proses pendinginan memerlukan suatu bahan
yang mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya untuk
mengambil pana
2. Minyak Kompresor ; berfungsi untuk melindungi dan melumasi bagian-bagian
yang bergerak dari kompresor supaya jangan aus dan rusak.
Lebih lanjut Dewi (2007) menjelaskan bahwa teknis kerja AC dimulai dari
mpresor yang merupakan komponen yang paling utama untuk terjadinya
ndinginan. Bahan pendingin pada AC merupakan zat yang dapat be
wujudnya tergantung suhu dan tekanannya. Imroee (2010) menyatakan bahwa
ara umum prinsip kerja AC terbagi menjadi empat cara kerja
es kompresi
Proses dimulai ketika bahan pendingin meninggalkan evaporator. Bahan
pendingin yang dihisap oleh kompresor memiliki wujud gas dengan suhu dan
tekanan rendah. Bahan pendingin ini diubah oleh kompresor menjadi bahan
pendingin gas dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Hal tersebut bisa
karena kompresor da
sehingga mencapai tekanan kondensasi. Setelah tekanan dan suhu diubah,
selanjutnya bahan pendingin dipompa dan dialirkan menuju ke kondensor.
b. Proses kondensasi
Ketika di kondensor, bahan pendingin mengalami kondensasi yaitu perubahan
wujud gas menjadi cair dan perubahan suhu menjadi rendah. Agar proses
kondensasi lebih efektif, digunakan kipas (fan) yang dapat mengembuskan udara
luar tepat di permukaan pipa kondensor. Dengan begitu, panas pada
27
pendingin di antara dua sisi tekanan yang
erbeda, yaitu tekanan tinggi dan rendah. Selanjutnya, bahan pendingin yang telah
emiliki wujud cair, suhu dan tekanan rendah dialirkan menuju ke evaporator
asi.
pat terjadinya pendinginan. Kondisi bahan
hu dan tekanan rendah dimanfaatkan untuk mendinginkan
ndensor bagian atas. Proses ini
akan d
kondensasi, bahan pendingin memiliki wujud cair, bersuhu rendah namun masih
memiliki tekanan tinggi. Dengan kondisi demikian, bahan pendingin dialirkan ke
filter. Di dalam filter, bahan pendingin disaring kadar air dan kotorannya agar
tidak mengganggu sirkulasi bahan pendingin di sistem. Bahan pendingin yang
berwujud cair dan telah disaring, mengalir masuk ke dalam pipa kapiler untuk
mengalami proses penurunan tekanan.
c. Proses penurunan tekanan
Di dalam pipa kapiler, terjadi proses penurunan tekanan. Selain itu pipa kapiler
juga berfungsi mengontrol aliran bahan
b
m
untuk mengalami proses evapor
d. Proses evaporasi
Proses ini dimulai ketika bahan pendingin akan masuk ke dalam evaporator.
Masuknya bahan pendingin ke dalam evaporator diatur oleh pipa kapiler. Di
evaporator, bahan pendingin mengalami evaporasi yaitu perubahan wujud dari
cair menjadi gas dan disinilah tem
pendingin yang bersu
udara luar yang melewati permukaan evaporator.
Agar lebih efektif mendinginkan udara dalam ruangan, pada AC
digunakan blower (indoor) untuk mengatur sirkulasi udara agar melewati evaporator. Bahan pendingin mengalir ke saluran hisap dan dihisap oleh
kompresor lagi agar menjadi bahan pendingin gas yang mempunyai suhu dan
tekanan yang tinggi yang kemudian masuk pipa ko
iulang terus menerus selama kompresor bekerja. Setelah suhu evaporator
sudah sesuai dengan termistor, maka kontak aliran listrik ke kompresor akan
terbuka dan bila suhu di evaporator sudah tinggi kembali maka kontak termistor
akan menutup dan kompresor akan bekerja lagi. Proses tersebut akan diulang
28
gkan pada saat
alam
AC Split. Budianto (2008) menyatakan bahwa cara
perhitu
50
hari
e asarkan data di emiliki kapasitas 5000 BTU.
ruangan tersebut kapasitas AC di atas sering
kapasitas ini dapat dilihat di perangkat AC.
Sofyan (2 erupakan tenaga untuk
Budianto (2008) menyatakan bahwa kebutuhan AC dalam suatu ruang
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor waktu dan luas ruangan. Salah satu
contoh yaitu pada rumah tinggal dengan ketinggian plafon 3 meter, saat siang hari
memerlukan kapasitas pendinginan sebesar 500 BTU/h/m2, sedan
m hari memerlukan 350 BTU/h/m2 untuk mendapatkan temperatur ruang (25
± 1) oC. BTU (British Thermal Unit)merupakan istilah yang menunjukkan jumlah kalor yang diperlukan untuk memanaskan atau mendinginkan 1 pound air sampai
suhunya naik atau turun 1oF. Kondisi seperti ini menyebabkan energi yang
dibutuhkan untuk mendinginkan ruang di siang dan malam hari juga berbeda.
Dengan demikian diperlukan perhitungan kebutuhan AC untuk dapat menentukan
jenis AC yang sesuai.
Dilihat dari jenisnya, AC memiliki berbagai macam jenis seperti AC Split,
AC Cassete, AC Standing, AC Central, AC Ciller, AC Celling, AC Parcision dan
AC Window (Sofyan, 2010). Sebagian besar jenis AC yang digunakan untuk
rumah tangga yaitu
ngan kapasitas AC Split adalah sebagai berikut :
Luas ruangan = 3 x 3 m = 9 m2
B rd atas maka AC yang diperlukan m
Sehingga untuk contoh kondisi
disebut dengan split 0,5 pk. Nilai
Dalam 010), istilah split pada AC m
menggerakkan kompresor AC. Konversi standar untuk split 1 pk yaitu sebesar 750
watt atau sama dengan 9000 BTU/hour. Mira (2008) menyatakan bahwa untuk
29
METODOLOGI
.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Bogor dengan mengambil lokasi studi kasus
pada dua perumahan. Kedua peruma ut berasal dari dua kecamatan yang
berbeda namun berdekatan, yai Cimanggu City di Kecamatan
Tanah Sareal dan Villa Bogor Indah atan Bogor Utara. Kedua
karakter rumah mulai dari tipe, konstruksi
enelitian
hingga 30 meter untuk mengukur elemen
pohon yang dibutuhkan seperti lebar tajuk.
gi pohon.
iew 3.2
xcel 2007 untuk
an penelitian meliputi data fisik, BAB III
3
han terseb
tu perumahan Bukit
2 di Kecam
perumahan ini dipilih dengan alasan
dan material rumah bersifat homogen. Dengan demikian faktor yang dianggap
dapat mempengaruhi suhu mikro pada rumah seperti konstruksi serta material
rumah dapat diabaikan.
Kegiatan penelitian ini dilakukan selama delapan bulan pengambilan dan
pengolahan data dimulai dari bulan Maret-Oktober 2010. Kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan penyusunan skripsi.
3.2 Alat dan Bahan P
Alat – alat yang digunakan pada kegiatan penelitian ini terdiri dari :
a.Kamera digital untuk mengambil data visual yang dibutuhkan
b.Alat ukur rollmeter dengan panjang
c.Hagameter untuk mengukur ting
d.Komputer dengan perangkat lunak citra satelit Quickbird 2006, Arcv
dan ekstensi CITYgreen 5.4 untuk analisis data, Microsoft E
penghitungan data, Auto CAD 2006 dan Adobe Photoshop CS 3 untuk
pembuatan usulan penataan pohon.
Data yang diutamakan dalam kegiat
biologis dan data sosial. Jenis, sumber dan cara pengumpulan data yang