• Tidak ada hasil yang ditemukan

Antropometri petani wanita dan aplikasinya pada desain gagang sabit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Antropometri petani wanita dan aplikasinya pada desain gagang sabit"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

 

 

ANTROPOMETRI PETANI WANITA DAN APLIKASINYA

PADA DESAIN GAGANG SABIT

Oleh:

DAVID RADITYA PRATAMA

F14061032

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

 

 

ANTHROPOMETRY OF FEMALE FARMER AND ITS APLICATION IN

SICKLE HANDLE DESIGN

David Raditya Pratama

Under advisory of Agus Sutejo and M. Faiz Syuaib

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Engineering and Technology,

Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. e-mail : david.raditya@yahoo.co.id

ABSTRACT

Empirical data base of anthropometric of Indonesian farmer is very limited presently; though farmer is the main employment which covers about 45% of Indonesian labour force. This research was conducting in aim to develop anthropometric data base of farmer especially for female farmer at District of Dramaga, West Java. The anthropometric data base is important for designing tools, machine, and other equipment in order to be used in more affective, safely, and comfortable manner. Based on the anthropometric data, design of a sickle handle was then studied. This research was conducted in June to October 2010, located at District Dramaga, Bogor. The subjects are female farmers, 20-45 years old, citizen of District Dramaga, Bogor. The number of subjects was estimated according to ISO 15535:2003. General requirements for establishing anthropometric data bases for a 95% confidence interval, and for the 5th, 50th, and 95th percentiles. According to the calculation of sample size, 60 subjects was measured and 41 anthropometric parameters, for each subject were collected then the mean, standard of deviation, 5th percentile, 50th percentile, 95th percentile, and coefficient of correlation for each parameters was analyzed.

The result of motion analysis shows that there are 10 anthropometric parameters directly related to the sickle handle design; that are waist heigh with a value 80.20 cm (5th percentile) and 92.50 cm (95th percentile), a shoulder height of 117.50 cm (5th percentile) and 130.40 cm (95th percentile), body height 149 cm (5th percentile) and 156.90 (95th percentile), arm length 57.20 cm (5th percentile) and 64.80 cm (percentile -95), upper arm length 27.20 cm (5th percentile) and 34.70 cm (95th percentile), length of palm 9.60 cm (5th percentile) and 13:40 cm (95th percentile), shoulder width 41.40 cm (5th percentile) and 49.20 cm (95th percentile), the width of the palm of the hand (four fingers) 8:20 cm (5th percentile) and 8.80 cm (95th percentile), 9:30 cm diameter hand grip (percentile 5) and 9.60 cm (95th percentile), and hand grip circumference 13.74 cm (5th percentile) and 15:07 cm (95th percentile).

Based on the anthropometric data, the optimal design analysis has been carried out the recommended sickle handle suitable for use in the research area is the long handle of the sickle is 30.71 cm (95th percentile), the diameter of the grip handle of the sickle is 3:38 cm (percentile 5) to the end nearest the handle of eye crescent, 3:49 cm (percentile 50) to handle the sickle the middle, and 3.60 cm (95th percentile) for the sickle handle furthest from the eye crescent.

(3)

 

 

David Raditya Pratama. F14061032. Antropometri Petani Wanita dan Aplikasinya pada Desain Gagang Sabit. Di bawah bimbingan : Ir. Agus Sutejo, M.Si dan Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr. 2011

RINGKASAN

Data base antropometri secara empiris sangat sedikit terutama untuk petani, padahal sebagian besar masyarakat Indonesia berprofesi sebagai petani, yang selalu menggunakan alat dan mesin pertanian. Menurut data BPS Kapubaten Bogor tahun 2008, dari 7652 KK di Kecamatan Dramaga, 6013 KK adalah rumah tangga yang berpenghasilan sebagai petani atau 78.58%-nya. Hal inimenunjukkan pentingnya pengukuran secara empiris antropometri petani di Kecamatan Dramaga danmengaplikasikan antropometri untuk desain alat, dalam penelitian ini diaplikasikan pada desain gagang sabit agar dapat digunakan secara efektif, aman, dan nyaman.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui antropometri petani wanita Kecamatan Dramaga dan menganalisa dan mendesain gagang sabit dengan menggunakan data antropometri yang telah diperoleh di lapangan.

Penelitian ini dilakukan pada Juni sampai Oktober 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Subjek penelitian ini adalah petani wanita dengan umur 20-45 tahun di Kecamatan Dramaga. Objek penelitian ini adalah gagang sabit. Untuk ukuran sampel, menurut Hu (2007), jumlah sampel diperkirakan berdasarkan persamaan yang tersedia pada gabungan ISO 15535 : 2003. Persyaratan Umum dalam Membangun Data Base Antropometri” dengan selang kepercayaan 95% untuk persentil ke-5, ke-50, dan ke-95. Ukuran sampel dihitung berdasarkan data dari penelitian terdahulu yaitu pada penelitian Anindita (2003). Setelah dilakukan perhitungan diperoleh ukuran sampel minimum yang harus diambil adalah 57 sampel, diambil 60 sampel. Pengambilan data dilakukan secara acak. Terdapat 41 parameter antropometri yang terdiri dari 23 parameter posisi berdiri dan 18 parameter posisi duduk. Setelah itu data diolah untuk dicari nilai rata-rata, simpangan baku, persentil ke-5, persentil ke-50, persentil ke-95, dan koefisien korelasi.

Hasil analisis gerak menunjukkan bahwa ada 10 parameter antropometri yang secara langsung terkait dengan desain gagang sabit, yaitu : parameter yaitu tinggi pinggul dengan nilai sebesar 80.20 cm (persentil ke-5) dan 92.50 cm (persentil ke-95), tinggi bahu 117.50 cm (persentil ke-5) dan 130.40 cm (persentil ke-95), tinggi badan 149 cm (persentil ke-5) dan 156.90 (persentil ke-95), panjang lengan 57.20 cm (persentil ke-5) dan 64.80 cm (persentil ke-95), panjang lengan atas 27.20 cm (persentil ke-5) dan 34.70 cm (persentil ke-95), panjang telapak tangan 9.60 cm (persentil ke-5) dan 13.40 cm (persentil ke-95), lebar bahu 41.40 cm (persentil ke-5) dan 49.20 cm (persentil 95), lebar telapak tangan (4 jari) 8.20 cm (persentil 5) dan 8.80 cm (persentil ke-95), diameter genggaman tangan 9.30 cm (persentil ke-5) dan 9.60 cm (persentil ke-ke-95), dan keliling genggaman tangan 13.74 cm (persentil ke-5) dan 15.07 cm (persentil ke-95).

Berdasarkan data antropometri di atas, telah dilakukan analisis desain optimal gagang sabit yang direkomendasikan sesuai untuk digunakan di wilayah penelitian adalah panjang gagang sabit yaitu 30.71 cm (persentil ke-95), diameter genggaman gagang sabit yaitu 3.38 cm (persentil 5)untuk ujung gagang terdekat dari mata sabit, 3.49 cm (persentil 50) untuk gagang sabit bagian tengah, dan 3.60 cm (persentil 95) untuk bagian gagang sabit yang terjauh dari mata sabit.

(4)

 

 

ANTROPOMETRI PETANI WANITA DAN APLIKASINYA

PADA DESAIN GAGANG SABIT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

DAVID RADITYA PRATAMA

F14061032

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

 

 

Judul Skripsi

:

Antropometri Petani Wanita dan Aplikasinya pada Desain Sabit

Nama

: David Raditya Pratama

NIM

: F14061032

Menyetujui,

Pembimbing

I

Pembimbing

II

Ir. Agus Sutejo, M.Si

Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr.

NIP. 19650808 199002 1 001

NIP. 19670831 199402 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

Dr. Ir. Desrial, M.Eng.

NIP. 19661201 199103 1 004

(6)

 

 

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Antropometri Petani Wanita dan Aplikasinya pada Desain Gagang Sabit adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasalatau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Yang membuat pernyataan

(7)

 

 

© Hak cipta milik David Raditya Pratama, tahun 2011 Hak cipta dilindungi

(8)

 

 

BIODATA PENULIS

Penulis bernama David Raditya Pratama, dilahirkan di Jakarta, pada

tanggal 1 Juli 1988, penulis merupakan anak pertama dari Eddy Suprianto

dan Heri Astuti. Jenjang pendidikan formal penulis dimulai pada tahun

1993 hingga 1994 di TK Islam An-Nuriyah.. Selanjutnya pada tahun 1994

hingga 2000 penulis menyelesaikan jenjang sekolah dasar di SDN Pekayon

01 Pagi. Kemudian pada tahun 2000 hingga 2003 penulis melanjutkan

pendidikan di SLTPN 91 Jakarta Timur. Rambang Dangku. Tahun 2003

penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah atas di SMAN 99

jakarta Timur. Setelah lulus dari SMA, tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan ke Institut

Pertanian Bogor dan diterima sebagai mahasiswa melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (SPMB) Perguruan Tinggi Negeri dan pada tahun 2007 diterima di Departemen Teknik

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun 2009 penulis melakukan praktek lapang di

PTPN V Pekanbaru Pabrik kelapa Sawit (PKS) Sei Pagar, dengan Judul ” Aspek Keteknikan

Pertanian Pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi Cpo ( Crude Palm Oil ) Di Pt.

Perkebunan Nusantara V Pks Sei Pagar, Pekanbaru”. Pada tahun 2011 penulis menyusun dan

menyelesaikan skripsi dengan judul “Antropometri Petani Wanita dan Aplikasinya pada Desain

Gagang Sabit”

(9)

ix   

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga skripsi penulis untuk lulus program sarjana dapat terselesaikan. Adapun judul penelitian yang penulis usung untuk tugas akhir ini adalah “Antropometri Petani Wanita di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Aplikasinya Dalam Deain Gagang Sabit”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi, diantaranya :

1. Orang tua dan keluarga penulis atas segala dukungannya.

2. Ir. Agus Sutejo, M.Si dan Dr.Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan pengarahannya..

3. Teman-teman satu bimbingan akademis, M. Saldin Wibowo dan Yudha Pujangkara

4. Teman-teman seperjuangan di Teknik Pertanian Angkatan 2006 tempat penulis menimba ilmu di IPB.

5. Semua pihak yang membantu kelancaran penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2011

(10)

x   

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ixx

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ... .2

A. ERGONOMI ... 2

B. ANTROPOMETRI ... 3

C. DESAIN PERALATAN TANGAN ... 6

D. BATAS PERGERAKAN TUBUH MANUSIA ... 8

E. SABIT ... 10

F. KOEFISIEN KORELASI ... 11

III. METODE PENELITIAN ... 13

A. WAKTU DAN TEMPAT ... 13

B. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN ... 13

C. METODE ... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

A. DATA ANTROPOMETRI PETANI WANITA ... 22

B. KOEFISIEN KORELASI ... 23

C. APLIKASI ANTROPOMETRI PADA DESAIN GAGANG SABIT ... 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

A. KESIMPULAN ... 35

B. SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(11)

xi   

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sebaran normal tinggi tubuh suatu populasi ... 6

Gambar 2. Kopling atau grip antara tangan dan handle ... 7

Gambar 3. Macam-macam selang gerakan ... 9

Gambar 4. Macam – macam selang gerakan lengan bawah ... 9

Gambar 5. Gambar sabit... 11

Gambar 6. Pengukuran Antropometri ... ...15

Gambar 7. Pengukuran antropometri parameter 1-11 ... ..17

Gambar 8. Pengukuran antropometri parameter 12-16 ... ..17

Gambar 9. Pengukuran antropometri parameter 17-18 ... ..17

Gambar 10. Pengukuran antropometri parameter 19-23 ... ..18

Gambar 11. Pengukuran antropometri parameter 24-31 ... ..18

Gambar 12. Pengukuran antropometri parameter 32-36 ... ...18

Gambar 13. Pengukuran antropometri parameter 37-41... ... 19

Gambar 14. Macam-macam selang gerakan pada saat menyabit...24

Gambar 15. Pemotongan padi dengan sabit... ... 25

Gambar 16. Posisi mata sabit tepat mengenai padi... ... 26

Gambar 17. Ilustrasi petani pada saat berdiri normal tampak samping... ... 27

Gambar 18. Ilustrasi petani pada saat berdiri normal tampak depan... . 27

Gambar 19. Ilustrasi petani pada posisi mata sabit tepat mengenai padi pada zona yang ergonomis.28 Gambar 20. Ilustrasi perhitungan tinggi titik B0... ... 29

Gambar 21. Ilustrasi perhitungan tinggi titik B1... ... 30

Gambar 22. Ilustrasi perhitungan tinggi titik F1 dan tinggi G1... . 30

Gambar 23. Ilustrasi perhitungan panjang GO... ... 31

Gambar 24. Ilustrasi perhitungan panjang H1P... ... 31

(12)

xii   

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Selang gerakan dari beberapa zona gerakan ... 8

Tabel 2. Jumlah sampel kepala keluarga petani di tiap-tiap desa di kecamatan dramaga ... 14

Tabel 3. Data yang diukur di lapangan ... 16

Tabel 4. Tabel nilai z-score ... 20

Tabel 5. Ringkasan data antropometri petani wanitadi kecamatan dramaga (pengukuran berdiri) .... 22

Tabel 6. Ringkasan data antropometri petani wanitadi kecamatan dramaga (pengukuran duduk) .... 23

Tabel 7. Parameter dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.9 ... 23

Tabel 8. Parameter antropometri yang terkait dengan desain panjang gagang sabit ... 26

Tabel 9. Penjelasan Gambar 21 ... 29

Tabel 10. Perhitungan tinggi B0 ... 30

Tabel 11. Perhitungan panjang H1P ... 32

Tabel 12. Parameter antropometri yang terkait dengan desain diameter gagang sabit ... 33

Tabel 13. Perbandingan ukuran gagang sabit yang digunakan saat ini dan hasil desain ... 34

(13)

xiii   

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data antropometri subjek primer penelitian anandita (2003) ... 39

Lampiran 2. Data antropometri petani wanita di kecamatan dramaga ... 42

Lampiran 3. Koefisien korelasi antarparameter antropometri ... 52

Lampiran 4. Desain sabit ... 56

(14)

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor manusia.

Kondisi kerja yang tidak ergonomis, serta tidak sesuainya dimensi mesin dengan antropometri operator sehingga mengakibatkan timbulnya keluhan-keluhan pada tubuh operator yang pada jangka panjang akan menimbulkan kelelahan kronis dan rasa sakit pada anggota-anggota tubuh. Konsekuensi logis sebagai dampak yang ditimbulkan oleh tata cara kerja yang tidak ergonomis tersebut jelas akan menyebabkan rendahnya produktivitas kerja yang dihasilkan.

Menurut Das dan Grady (1983) serta Das dan Sengupta (1996), “Kombinasi yang baik antara mesin dengan kemampuan manusia secara mendasar perlu untuk performa optimum dari sistem manusia-mesin. Desain dari suatu peralatan selalu mempertimbangkan kebutuhan biologis operator, yang mana dapat ditemukan dalam petunjuk ergonomi, dan persyaratan fisik dari mesin atau peralatan”. Untuk itu, dalam mendesain alat atau mesin diperlukan data antropometri dari pengguna alat dan mesin itu sendiri agar diperoleh desain yang efektif dan efisien serta sesuai dengan ukuran tubuh manusia. Oleh karena itu dengan adanya data antropometri maka akan membantu seorang engineer dalam mendesain alat dan mesin pertanian sesuai dengan antropometri tubuh petani.

Menurut data BPS Kapubaten Bogor tahun 2008, dari 7652 KK di Kecamatan Dramaga, 6013 KK adalah rumah tangga yang berpenghasilan sebagai petani atau 78.58%-nya. Hal ini menunjukkan pentingnya pengukuran secara empiris antropometri petani di Kecamatan Dramaga dan mengaplikasikan antropometri untuk desain alat, dalam penelitian ini akan diaplikasikan pada desain gagang sabit.

B.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui antropometri petani wanita di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Ergonomi

Menurut Nurmianto (2004), istilah “ergonomi” mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Secara harfiah kata “ergonomi” berasal dari bahasa Yunani : ergo (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Jadi ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal antara manusia dengan lingkungan kerjanya, yang manfaatnya diukur dengan efisien dan kesejahteraan kerja (Zander 1972). Dengan demikian, ergonomi dapat diartikan sebagai ilmu atau aturan tentang bagaimana seharusnya melakukan suatu kerja. Secara umum, terdapat beberpa pengertian ergonomi, diantara lain :

1. Ergonomi adalah aplikasi dari informaasi ilmiah yang menitikberatkan pada hubungan manusia terhadap disain suatu alat, sistem, dan lingkungan untuk digunakan oleh manusia. Ergonomi adalah ilmu yang menyesuaikan antara pekerjaan dengan pekerja dan produk dengan penggunaannya (Pheasant 1991).

2. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi manusia, mesin, dan lingkungan yang bertujuan untuk menyesuaikan pekerjaan dengan mania (Bridger 1995).

3. Menurut Openshaw (2006), ergonomi adalah suatu ilmu pengetahuan yang terfokus mempelajari kecocokan/kesesuaian dengan manusia dan mengurangi kelelahan dan ketidaknyamanan melalui desain produk. Ergonomi dapat pula menjadi suatu bagian dari desain, pabrikasi, dan pendayagunaan. Pengetahuan tentang cara mempelajari antropometri, ukuran tubuh, gerakan berulang, dan desain ruang kerja menyebabkan pengguna (user) menjadi bersikap kritis dalam memahami lebih baik tentang ergonomi sesuai dengan kebutuhan pengguna (user). Sebagai contoh, ergonomi yang diaplikasikan pada desain furnitur kantor membutuhkan pertimbangan kita yaitu bagaimana produk yang didesain cocok dengan manusia yang menggunakannya. Keika di tempat kerja, sekolah, atau rumah, jika produk hasil desain cocok dengan pengguna (user), hasilnya akan lebih nyaman, produktivitas menjadi tinggi, dan mengurangi tingkat stress.

4. Menurut Bridger (2003), ergonomi adalah interaksi antara manusia dan mesin dan faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi mesin-manusia. Tujuannya adalah untuk memperbaiki/meningkatkan performa dari sistem dengan memperbaiki interaksi mesin-manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan “desain internal“ dari suatu interaksi mesin-manusia atau “desain eksternal” dari faktor-faktor yang ada di lingkungan kerja saat bekerja atau saat organisasi kerja menurunkan performa interaksi mesin-manusia.

5. Ergonomi merupakan ilmu yang lebih menitikberatkan penyesuaian pola kerja terhadap tenaga fisik dari tubuh pekerja untuk menyesuaikan dengan pekerjaan (OSHA 2000:1).

(16)

3

Walaupun demikian, human factor dan ergonomi mempunyai banyak persamaan dan tetap diasumsikan sama. Sedangkan menurut Suma’mur (1987), agar seorang tenaga kerja dalam keseharian sebaik-baiknya, yang berarti dapat terjamin keadaan dan produktivitas kerja setinggi-tingginya, maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari beban kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan kerja, dan kapasitas kerja.

B. Antropometri

Pengukuran antropometri pada dimensi tubuh manusia merupakan salah satu bagian dalam mewujudkan kondisi yang ergonomis. Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya. Pemakaian data antropometri mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan disain (design-induced error). Secara umum, terdapat beberapa pengertian Antropometri, diantara lain :

1. Menurut Bridger (1995), antropometri adalah pengukuran tubuh manusia. Kata ini berasal dari Bahasa Yunani yaitu anthropos (manusia) dan metron (pengukuran). Data antropometri digunakan untuk mengetahui dimensi fisik ruang kerja, alat-alat, furnitur, dan pakaian agar terjadi kesesuaian antara manusia dan alat, untuk memastikan terhindarinya ketidakcocokan antara dimensi alat dengan dimensi pengguna.

2. Menurut Mc. Cormick (1970), antropometri adalah pengukuran fisik tubuh yang meliputi dimensi, berat, dan volume. Sedangkan menurut Kroemer (1978) dalam Sanders (1982) bahwa engineering anthropometry adalah ilmu fisik terapan dalam metode pengukuran fisik manusia untuk pengembangan standar desain alat-alat teknik. Antropometri meliputi pengukuran statik dan dinamik (fungsional), dimensi dan karakteristik fisik ruang dan gerak, dan pemakaian energi sebagai fungsi dari jenis kelamin, umur, pekerjaan, etnik, asal, dan demografi.

3. Antropometri merupakan istilah yang digunakan dalam pengukuran sifat fisik tubuh manusia yang mengenai panjang, tebal, berat, atau volume maupun faktor lain yang berkaitan dengan rancangan suatu alat. Pengukuran antropometri dibedakan menjadi 2 tipe yaitu struktural atau statik dan tipe dinamik. Tipe statik menghasilkan data dimensi tubuh dalam keadaan diam, seperti tinggi badan atau tinggi bahu. Sedangkan pada tipe dinamik, pengukuran lebih memperhatikan kemampuan gerak manusia dalam melakukan aktivitas (Sanders 1982). 4. Data antropometri tergantung dari rata-rata ukuran tubuh suatu populasi yang diukur.

(17)

4

5. Dul dan Weerdmeester (2008), mengatakan bahwa dalam mendesain pekerjaan dan situasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari, fokus ergonomi adalah manusia. Situasi yang tidak aman, tidak sehat, tidak nyaman atau tidak efisien dalam bekerja atau dalam kehidupan sehari-hari dihindari dengan membuat perhitungan kemampuan fisik dan psikologi serta keterbatasan manusia. Sejumlah faktor memainkan peran dalam ergonomi; terdiri dari faktor ukuran tubuh dan gerakan-gerakan tubuh (duduk, berdiri, mengangkat, mendorong, dan menekan), faktor lingkungan (kebisingan, getaran, pencahayaan, iklim, zat kimia), faktor informasi dan operasi (informasi ditingkatkan secara visual atau melalui indera lain, kontrol, hubungan antara tampilan dan kontrol), organisasi kerja (tugas yang tepat, pekerjaan yang menarik). Faktor-faktor tersebut menjelaskan secara luas tingkat keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan performa yang efisien dalam bekerja dan dalam kehidupan sehari-hari. Ergonomi menggambarkan ilmu pengetahuan dari berbagai bidang iptek, termasuk antropometrika, biomekanika, psiologi, psikologi, toksikologi, teknik kimia, teknik industri, teknologi informasi dan manajemen. Hal tersebut dikumpulkan, diseleksi, dan diintegrasikan ke dalam ilmu pengetahuan yang relevan dengan bidang-bidang tersebut.

Menurut Sanders (1987), pengukuran antropometri dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions)

Pengukuran manusia pada posisi diam atau yang dibakukan. Disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai posisi standart dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Pengukuran antropometri statis menjadi penting karena pengukuran ini menjadi dasar dalam perancangan produk dan lingkungan kerja yang digunakan.

2. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions)

Yang dimaksud Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.

Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis. Hal lain yang perlu diamati adalah seperti berat dan pusat massa dari bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar dari tangan dan kaki, dan lain-lain. Selain itu harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasikan pada data perseorangan. Akan tetapi, semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar variasinya antara satu tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun persegmen-nya (Nurmianto 1998).

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain (Nurmianto 2003) :

1. Umur

Penggolongan atas beberapa kelompok umur yaitu: balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Antropometri tubuh manusia akan cenderung meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah mencapai usia dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk menurun yang antara lain disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang (invertebral discs).

2. Jenis Kelamin

(18)

5

disbanding wanita. Oleh karenanya data antropometri untuk kedua jenis kelamin selalu disajikan terpisah.

3. Suku bangsa

Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa negara Barat pada umumnya berukuran yang lebih besar daripada dimensi tubuh suku bangsa negara Timur.

4. Jenis Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawannya. Misalnya pekerjaan buruh mengharuskan orang-orang yang berpostur lebih besar dibanding pekerja kantoran. Sedangkan menurut Wignjosoebroto (2003) dimensi tubuh manusia juga dipengaruhi oleh tingkat sosio ekonomi. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang.

5. Posisi Tunuh

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survey pengukuran.

Selain faktor tersebut, adapula beberapa faktor lain yang mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia (Nurmianto 2003), yaitu :

1. Cacat tubuh

Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat.

2. Tebal atau tipisnya pakaian yang dipakai

Faktor iklom yangberbeda akan memberi variasi yang berbeda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang pun akan berbeda dalam satu tempat dengan tempat yang lain.

3. Kehamilan

Kondisi ini mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi tubuh dan memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang.

Secara umum data antropometri yang diterapkan untuk hal-hal yang khusus, cukup diambil dari persentil ke-5, ke-50, ke-95 atau antara persentil ke-5 sampai persentil ke-95. Persentil ke-100 hanya diterapkan pada rancangan yang digunakan oleh semua orang contoh perlengkapan di rumah-rumah sakit. Untuk alat yang dapat diatur sesuai dengan operatornya, misalnya posisi tempat duduk, posisi pegangan kendali, desain sebaiknya dirancang agar dapat memenuhi selang persentil 5 sampai ke-95 (Zander 1972).

(19)

6

Gambar 1. Sebaran normal tinggi tubuh suatu populasi

Pada penetapan data antropometri, pemakaian distribusi normal umum diterapkan. Distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata dan simpangan standarnya dari data yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal. Jika diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai batas-batasnya.

Persentil menunjukkan jumlah bagian per-seratus orang dari suatu populasi yang memiliki ukuran tubuh tertentu. Tujuan penelitian, dimana sebuah populasi dibagi-bagi berdasarkan kategori-kategori dengan jumlah keseluruhan 100% dan diurutkan mulai dari populasi terkecil hingga terbesar berkaitan dengan beberapa pengukuran tubuh tertentu. Sebagai contoh bila dikatakan persentil ke- 95 dari suatu pengukuran diameter genggaman tangan berarti bahwa hanya 5% data diameter genggaman tangan merupakan data yang bernilai lebih besar dari suatu populasi dan 95% populasi merupakan data diameter genggaman tangan yang bernilai sama atau lebih rendah pada populasi tersebut. Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan persentil. Pertama, suatu persentil Antropometri dari tiap individu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memiliki persentil yang sama, ke-95, atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi.

C. Desain Peralatan Tangan

Menurut Pheasant (2003), ahli anatomi telah membuat sejumlah upaya untuk mengklasifikasikan secara bebas jenis-jenis gerakan yang mampu dilakukan oleh tangan manusia. Perbedaan paling mendasar adalah antara gerakan genggaman atau ‘menggenggam (dengan naluri seperti hewan)’ dengan berbagai jenis gerakannya, dan bukan-gerakan menggenggam (seperti mencolek, mendorong, memukul/menyambar/menyoret/mengelus, dll). Dalam suatu gerakan menggenggam, tangan membentuk suatu ‘rantai kinetik tertutup’ yang meliputi objek yang digenggam; dalam suatu gerakan bukan-menggenggam, tangan digunakan dalam bentuk ‘rantai terbuka’. Beberapa kebiasaan gerakan sehari-hari terletak di antara dua kategori ini, yaitu pada rantai tertutup gerakan tangan seperti pada hal yang telah disampaikan sebelumnya, sebagai contoh, gerakan mengait pada saat membawa barang yang berat dan gerakan menyendok/mengeduk barang yang kecil dengan hati-hati.

(20)

7

Dari jari-jari yang ada, ibu jari merupakan jari terkuat dan kelingking merupakan jari terlemah. Kombinasi dari jari-jari tersebut dapat menghasilkan bermacam-macam bentuk pencengkraman dengan kekuatan yang berbeda-beda. Suatu cengkraman dan genggaman seluruh tangan akan memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan cengkraman dan genggaman beberapa jari, tetapi hal ini juga dipengaruhi oleh handle yang digenggam oleh tangan.

Beberapa jenis kopling atau grip antara tangan dan handle dijelaskan oleh Kroemer et al (2001) seperti pada Gambar 2, sebagai berikut :

(21)

8

D. Batas Pergerakan Tubuh Manusia

Menurut Openshaw (2006), tubuh manusia memiliki suatu selang alami gerakan (SAG). Gerakan dalam SAG yang baik memperbaiki sirkulasi darah dan fleksibilitas sehingga dapat mencapai gerakan yang lebih nyaman dan produktivitas yang lebih tinggi. Meskipun syarat untuk mencapai gerakan tersebut pengguna sebaiknya mencoba untuk menghindari gerakan berulang dan ekstrim dalam SAGnya selama periode waktu yang lama. Masih menurut Openshaw (2006), ada 4 zona berbeda yang mungkin dihadapi manusia ketika duduk dan berdiri, yaitu

1. Zona 0 (Zona Hijau/Green Zone). Zona yang palinh dianjurkan untuk sebagian besar gerakan-gerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi.

2. Zona 1 (Zona Kuning/Yellow Zone). Zona yang dianjurkan untuk sebagian besar gerakan-gerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi.

3. Zona 2 (Zona Merah/Red Zone). Banyak posisi yang ekstrim pada anggota-anggota tubuh. Terdapat lebih besar tekanan pada otot dan sendi.

4. Zona 3 (Melewati Zona Merah/Beyond Red Zone). Posisi paling ekstrim pada anggota-anggota tubuh, sebaiknya dihindari jika memungkinkan, terutama ketika mengangkat beban berat atau kegiatan yang berulang-ulang.

Untuk lebih rinci, Tabel 1 dan Gambar 3 menyajikan selang gerakan dari beberapa zona gerakan :

Tabel 1. Selang gerakan dari beberapa zona gerakan

Gerakan Selang dari zona gerakan (dalam °)

Zona 0 Zona 1 Zona 2 Zona 3

Pergelangan

Tangan

Fleksi (flexion) 0 – 10 11 – 25 26 – 50 51+

Ekstensi (extension) 0 – 9 10 – 23 24 – 45 46+ Deviasi Radial (radial deviation) 0 – 3 4 – 7 8 – 14 15+

Deviasi Ulnar (ulnar deviation) 0 – 5 6 – 12 13 – 24 25+

Pun

ggu

ng

Fleksi (flexion) 0 – 19 20 – 47 48 – 94 95+

Ekstensi (extension) 0 – 6 7 – 15 16 – 31 32+

Aduksi (adduction) 0 – 5 6 – 12 13 – 24 25+

Abduksi (abduction) 0 – 13 14 – 34 35 – 67 68+

Tulang Belak

ang

Fleksi (flexion) 0 – 10 11 – 25 26 – 45 46+

Ekstensi (extension) 0 – 5 6 – 10 11 – 20 21+

Berputar (rotational) 0 – 10 11 – 25 26 – 45 46+

Menbengkok ke samping (lateral bend) 0 – 5 6 – 10 11 – 20 21+

Leher

Fleksi (flexion) 0 – 9 10 – 22 23 – 45 46+

Ekstensi (extension) 0 – 6 7 – 15 16 – 30 31+

Berputar (rotational) 0 – 8 9 – 20 21 – 40 41+

(22)

9

Gambar 3. Macam-macam selang gerakan (Chaffin 1999 dan Woodson 1992 dalam Openshaw 2006)

Menurut Hignett (1998), selang gerak lengan bawah (siku) hanya terdiri dari gerakan fleksi, sebagaimana disajikan pada gambar 4. Hignett membagi gerakan lengan bawah menjadi 3, yaitu :

1. Zona 1 (<60°) adalah zona yang dianjurkan untuk gerakan fleksi lenagan bawah, terdapat tekanan minimla pada otot dan sendi.

2. Zoan 2 (60°-100°) adalah zona yang ekstri, untuk gerakan fleksi lengan bawah (siku), terdapat lebih besar tekanan pada otot dan sendi, sebaiknya dihindari ketika melakukan kegiatan yang berulang-ulang.

3. Zona 3 (>100°) adalah zona yang paling ekstrim pada gerakan fleksi lengan bawah, sebaiknya dihindari terutama ketika mengangkat beban berat dan melakukan kegiatan yang berulang-ulang

(23)

10

E. Sabit

Alat dan mesin panen terdiri dari banyak macam dan jenisnya yang digolongkan menurut jenis tanaman dan tenaga penggerak, juga menurut cara tradisional maupun semi-mekanis sampai yang modern. Cara pemanenan padi dapat dibagi dua macam cara, yaitu cara tradisional dan cara mekanis. Dengan cara tradisional alat yang digunakan adalah ani-ani atau sabit.

Alat panen tradisional dari sejak jaman dahulu hingga kini masih tetap digunakan oleh para petani untuk memanen padi. Alat ini sangat sederhana, yaitu ani-ani dan sabit yang digunakan dengan tenaga tangan. Oleh karena itu, di samping ada beberapa keuntungan, juga terdapat beberapa kerugian alat ini (Rizaldi 2006).

Kelemahan-kelemahan dari penggunaan alat ini adalah : 1. Kebutuhan tenaga orang per hektar yang banyak.

2. Kehilangan gabah pada waktu panen relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat mekanis.

3. Kenyamanan bekerja yang rendah. 4. Kapasitas kerja yang rendah.

5. Biaya panen per hektar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat mekanis, tetapi biaya awal tidak ada.

Sedangkan keuntungannya adalah :

1. Memberikan kesempatan kerja yang banyak kepada buruh panen. 2. Harga alat panen sangat murah, dapat dimiliki oleh setiap petani.

Kapasitas kerja panen secara tradisional diukur dengan jumlah orang-jam yang dibutuhkan tiap hektar. Sebagai contoh panen dengan sabit, kebutuhan orang jam adalah 148 orang jam/ha untuk memotong dan mengikat padi. Ini berarti bila panen dengan sabit dilakukan oleh satu orang pria akan membutuhkan waktu 148 jam, atau sebaliknya 148 orang yang memanen dengan sabit, hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk memanen satu hektar.

Effendy (1983) berpendapat bahwa alat-alat tradisional masih tetap digunakan untuk jangka waktu panjang, oleh karena itu studi yang mendalam mengenai alat-alat tersebut perlu terus dikembangkan. Hal ini diperlukan agar dalam melaksanakan atau melakukan pekerjaan dimana digunakan peralatan tradisional dapat dicapai efisien kerja yang tinggi, disamping keselamatan dan kenyamanan kerjanya tetap terjamin.

Arit, atau sabit merupakan alat pertanian untuk memanen padi yang mudah dijumpai dan sering digunakan (BPS 1996). Selain itu, sabit termasuk alat pertanian yang murah harganya dan mudah dalam pemakaiannya. Sarman (1979), menyatakan bahwa tujuan penggunaan alat pertanian pada umumnya adalah mempercepat waktu kerja atau memperpendek jangka waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu pekerjaan, mengurangi biaya pengerjaan, dan mencapai hasil kerja yang lebih tinggi atau baik. Tersedianya beraneka ragam jenis sabit di pasaran yang penggunaannya dengan gerakan tangan serta dalam sikap-sikap tubuh, cara-cara kerja, bentuk dan berat bilah serta tangkai yang secara ergonomis dapat diperbaiki untuk meningkatkan produktifitas kerja, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan dalam bekerja. Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan.

(24)

11

Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri dari 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi. Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjurkan karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 %. Pemotongan pai dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong aas, potong tengah, dan potong bawah. Pemotongan dengan cara potong bawah dilakukan bila perontokan dengan cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher. Pemotongan dengan cara potong atas atau tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher. Berikut ini adalah cara panen padi dengan sabit :

1. Pegang rumpun padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi tanaman (20-30 cm di atas permukaan tanah).

2. Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah, tengah, atau atas tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga jerami putus. (Damardjati et al, 1988; Nugraha et al, 1990).

Umumnya pemanenan padi dengan menggunakan sabit lebih baik tetapi memerlukan tenaga manusia dan waktu yang lebih banyak (Aak 1990). Cara pemanenan padi dengan menggunakan sabit atau arit dapat menurunkan kehilangan hasil gabah dibandingkan pemanenan dengan menggunakan ani-ani (Damardjati et al, 1988; Nugraha et al, 1990).

Gambar sabit atau arit dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut :

Gambar 5. Gambar sabit

F. Koefisien Korelasi

Menurut Higgins (2005), koefisien korelasi adalah suatu ukuran hubungan antara dua variabel. Jika dihubungkan hanya berarti dua peubah yang terhubung. Anda tidak dapat berkata bahwa salah satu dari dua peubah adalah penyebab dari peubah lain. Korelasi memberitahu anda bahwa jika suatu peubah berubah, maka peubah lain tampak berubah pada suatu teknik peramalan. Masih menurut Higgins (2005), koefisien korelasi (r) dinyatakan dengan bilangan, bergerak antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. Jika variabel-variabel keduanya memiliki hubungan linier sempurna, koefisien korelasi itu akan bernilai 1 atau -1. Berikut adalah hubungan variable menurut koefisien korelasi :

a. Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol (r = 0), berarti hubungan kedua variable yang diuji tidak ada.

b. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (r = +1.00) artinya kenaikan nilai variable yang satu diikuti variable yang lain dan kedua variable memiliki hubungan positif.

c. Koefisien korelasi yang diperoleh negative (r = -1.00) artinya kedua variable negative dan menunjukkan meningkatnya variable yang satu diikuti menurunnya variable yang lain.

(25)

12

hubungan yang lebih lemah. Nilai koefisien korelasi sebesar 0.00 berarti tidak ada hubungan sedangkan nilai koefisien +/- 1.00 berarti hubungan erat atau sempurna.

Menurut Hasan (2003), untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang, atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau interpretasi angka sebagai berikut.:

1. r = 0, tidak ada korelasi

2. 0 < r ≤ 0.2, korelasi sangat rendah/lemah sekali 3. 0.2 < r ≤ 0.4, korelasi rendah/lemah tapi pasti 4. 0.4 < r ≤ 0.7, korelasi yang cukup berarti 5. 0.7 < r ≤ 0.9, korelasi yang tinggi, kuat

(26)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan mulai Juni 2010 sampai Oktober 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Teknik Mesin dan Biosistem.

B. Peralatan dan Perlengkapan

1. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek yang diukur untuk memperoleh data pengukuran antropometri adalah petani wanita dengan rentang usia 20-45 tahun sebanyak 60 orang petani wanita yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sedangkan obyek yaang dianalisis adalah sabit yang digunakan oleh petanni wanita.

2. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Meteran pita e. Penggaris i. Kamera digital

b. Meteran Kaleng f. Jangka Sorong j. Pulpen c. Silinder (Pipa PVC ukuran 2 inch) g. Kursi k. Penggaris siku

d. Timbangan h. Bantalan

C. Metode

1. Pengambilan data di lapangan

Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan data di lapangan serta pengolahan data. Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data primer. Metode untuk mendapatkan data primer dilakukan dengan pengambilan data antropometri tubuh petani wanita di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak, karena penulis tidak mengetahui siapa-siapa saja yang berprofesi sebagai petani, letak tempat tinggal petani, umur seluruh petani di tiap daerah, dan untuk mendapatkan data-data tersebut membutuhkan biaya dan waktu yang tidak disanggupi oleh penulis, maka penulis melakukan pengambilan data secara acak dengan :

1. Mengunjungi langsung petani ketika di sawah atau ladang tanpa mengetahui terlebih dahulu umur dan letak tempat tinggalnya, penulis hanya mengetahui petani tersebut berprofesi sebagai petani dan berada di desa apa dengan melakukan wawancara saat itu juga. Selain itu, dalam pengambilan data juga menghindari subjek yang akan berpotensi sebagai data pencilan seperti petani yang mengalami gigantisme, kerdil, dan kecacatan fisik lain.

(27)

14

Untuk ukuran subjek, menurut Hu (2007), jumlah subjek diperkirakan berdasarkan persamaan yang tersedia pada gabungan ISO 15535 : 2003 ‘‘Persyaratan Umum dalam Membangun Data Base Antropometri” dengan selang kepercayaan 95% untuk persentil ke-5, ke-50, dan ke-95:

3. 6 ……….. (1)

di mana,

CV : Coefficient of Variation

α : Percentage of Relative Accuracy Desired n : Ukuran sampel

Dengan,

µ……….. (2)

di mana,

CV : Coefficient of Variation σ : Standar Deviasi

µ : Nilai rata-rata

Karena data antropometri untuk wilayah Kecamatan Dramaga, sudah ada yang melakukan penelitian terlebih dahulu, maka ukuran sampel dihitung berdasarkan data dari penelitian terdahulu yaitu pada penelitian Anindita (2003). Dalam skripsi tersebut terdapat 40 sampel primer yang diambil dari penduduk di sekitar kampus IPB Dramaga. Agar karakteristik tubuh petani yang akan diukur pada penelitian ini mendekati dengan karakteristik tubuh pada penelitian terdahulu maka data yang digunakan untuk menentukan ukuran subjek penelitian ini adalah data 40 subjek primer.

Parameter berat badan pada penelitian sebelumnya dipilih karena setelah dilakukan perhitungan ukuran subjek minimum yang diambil yang terbesar ada pada parameter tersebut yaitu 57 subjek, agar data yang diperoleh lebih baik maka dalam penelitian ini diambil 60 subjek. Dalam perhitungan ukuran subjek, nilai CV, σ, dan µ parameter berat badan sebesar CV = 0.125, σ = 7.444, dan µ = 59.525; dengan nilai CV = 0.125 dan α dipilih 0.05, sehingga diperoleh ukuran subjek sebesar 57, diambil 60. Hasil perhitungan ukuran subjek dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengalokasian pengambilan subjek dilihat dari persentase populasi di tiap desa, sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Hasil perhitungan ukuran sampel dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 2. Jumlah sampel kepala keluarga petani di tiap-tiap desa di kecamatan dramaga

No. Desa Populasi Tahun (dalam KK) Persentase (%) Ukuran Sampel (Orang)

2008 2009 2010

1 Purwasari 732 743.0 754.1 12.2 7

2 Petir 1086 1102.3 1118.8 18.1 11

3 Sukadamai 629 638.4 648.0 10.5 6

4 Sukawening 761 772.4 784.0 12.7 8

5 Neglasari 838 850.6 863.3 13.9 8

6 Sinar Sari 416 422.2 428.6 6.9 4

7 Ciherang 284 288.3 292.6 4.7 3

8 Dramaga 140 142.1 144.2 2.3 1

9 Babakan 20 20.3 20.6 0.3 1

10 Cikarawang 1107 1123.6 1140.5 18.4 11

(28)
(29)

16

Dari gambar 6, data yang diukur di lapangan adalah seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Data yang diukur di lapangan

Data yang diukur ketika berdiri adalah Data yang diukur ketika duduk adalah

No Keterangan No Keterangan

1 Berat Badan 24 Tinggi Dudukan

2 Tinggi Badan 25 Tinggi Lutut

3 Tinggi Mata 26 Tinggi Pinggul

4 Tinggi Bahu 27 Tinggi Bahu

5 Tinggi Siku Tangan 28 Tinggi Mata

6 Tinggi Pergelangan Tangan 29 Tinggi Duduk

7 Tinggi Ujung Tangan 30 Tebal Badan

8 Tinggi Siku Kaki 31 Lebar Pantat

9 Tinngi Telapak Tangan 32 Panjang Siku ke Ujung Jari

10 Tinggi Selangkang 33 Panjang Siku ke Pergelangan Tangan

11 Tinggi Pinggul 34 Tinggi Siku Tangan

12 Jangkauan ke Depan 35 Panjang Kedudukan hingga Siku Kaki 13 Jangkauan ke Depan (Menggenggam) 36 Panjang Kedudukan hingga Lutut 14 Panjang Lengan Atas 37 Panjang Pergelangan Tangan

15 Panjang Lengan 38 Panjang Telapak Tangan

16 Lebar Bahu 39 Lebar Telapak Tangan (4 jari)

17 Jangkauan Horizontal Siku Tangan 40 Lebar Telapak Tangan (5 jari) 18 Jangkauan Horizontal Tangan 41 a. Keliling Genggaman Tangan 19 Panjang Siku ke Genggaman Tangan b. Diameter Genggaman Tangan 20 Tinggi Genggaman Tangan

21 Tinggi Sandaran Tangan 22 Lebar Telapak Kaki 23 Panjang Telapak Kaki

Pengukuran antropometri tidak dilakukan dengan menggunakan antropometer, hal ini dikarenakan keterbatasan jumlah antropometer dan kesulitan dalam membawanya ke lapangan. Oleh sebab itu, digunakan alat ukur sederhana seperti yang telah disebutkan dalam subbab alat dan bahan sebelumnya. Agar mendapatkan hasil pengukuran di lapangan yang sesuai dengan nilai yang diinginkan dan valid maka cara melakukan pengukuran tentunya sedikit berbeda dengan pengukuran yang dilakukan dengan antropometer. Berikut penjelasan bagaimana cara pengukuran dan posisi subjek/orang yang diukur :

1. Pengukuran untuk parameter berat badan dilakukan dengan timbangan dengan keadaan subjek dalam posisi badan tegap dan dalam posisi seimbang atau tidak bergerak ke kiri, kanan, depan, maupun belakang serta tidak melakukan gerakan loncatan-loncatan.

(30)
[image:30.595.203.442.93.216.2]

17

Gambar 7. Pengukuran antropometri parameter 1-11

3. Pengukuran untuk parameter nomor 12 sampai 16, sama seperti pengukuran untuk parameter nomor 1 sampai 11, dilakukan pada saat badan berdiri dengan badan tegap, berdiri sempurna, dan kaki sedikit rapat. Khusus untuk pengukuran parameter nomor 12 dan 13, tangan harus dipancangkan ke depan secara tegap dan tegak lurus serta parameter 13 menggenggam pulpen dengan mata pulpen sebagai titik ukur (Gambar 8).

Gambar 8. Pengukuran antropometri parameter 12-16

4. Pengukuran untuk parameter nomor 17 dan 18 dilakukan pada saat berdiri dengan badan tegap, berdiri sempurna, dan kaki sedikit rapat. Untuk parameter nomor 17, posisi lengan ditekuk, dan antara lengan kiri dan kanan harus segaris sedangkan parameter nomor 18 lengan tangan direbah hingga lengan tangan kanan dan kiri segaris (Gambar 9).

Gambar 9. Pengukuran antropometri parameter 17 dan 18

(31)

18

Gambar 10. Pengukuran antropometri parameter 19-23

6. Pengukuran untuk parameter nomor 24 sampai 31 dilakukan dengan posisi subjek dalam keadaan duduk, posisi badan tegap, paha lurus, kaki lurus, sudut antara badan dan paha 90°, sudut antara kaki dan paha 90°. Apabila antara kaki dengan paha tidak terbentuk sudut 90°, maka gunakan bantalan untuk mengganjal kaki kemudian sesuaikan hingga terbentuk sudut 90° (Gambar 11).

Gambar 11. Pengukuran antropometri parameter 24-31

7. Pengukuran untuk parameter nomor 32 sampai 36 dilakukan dengan posisi subjek dalam keadaan duduk, posisi badan tegap, paha lurus, kaki lurus, sudut antara badan dan paha 90°, sudut antara kaki dan paha 90°. Apabila antara kaki dengan paha tidak terbentuk sudut 90°, maka gunakan bantalan untuk mengganjal kaki kemudian sesuaikan hingga terbentuk sudut 90° (Gambar 12).

Gambar 12. Pengukuran antropometri parameter 32-36

(32)

19

Gambar 13. Pengukuran antropometri parameter 37-41

2. Pengolahan Data Antropometri

Setelah didapatkan data di lapangan kemudian diolah dengan cara sebagai berikut : Data yang diperoleh diolah dengan software Microsoft Office Excel 2007 dan ditentukan: a. Mean

Mean adalah nilai rata yang dihitung dari sekelompok data tertentu. Rumus mean (nilai rata-rata) dinyatakan sebagai berikut:

∑ ………. (3)

di mana,

ndata : jumlah data xi : data ke-i

b. Standar Deviasi

Standar Deviasi (SD) adalah standar penyimpangan data dari rata-rata. Rumus standar deviasi dinyatakan sebagai berikut:

……….... (4)

di mana,

ndata : jumlah data xi : data ke-i mean : nilai rata-rata

c. Persentil ke-5 dan ke-95

Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Persentil ke-95 akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan persentil ke-5 akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka persentil ke-95 akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar” dan persentil ke-5 sebaliknya akan menunjukkan ukuran “terkecil”.

Menghitung persentil dengan menggunakan rumus :

(33)

20

di mana,

mean : nilai rata-rata z : z-score (nilai z) s : standar deviasi

[image:33.595.110.464.149.708.2]

Nilai z dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Nilai z (z-score)

p z p z p z p z

1 -2.33 26 -0.64 51 0.03 76 0.71 2 -2.05 27 -0.61 52 0.05 77 0.74 3 -1.88 28 -0.58 53 0.08 78 0.77 4 -1.75 29 -0.55 54 0.10 79 0.81 5 -1.64 30 -0.52 55 0.13 80 0.84 6 -1.55 31 -0.50 56 0.15 81 0.88 7 -1.48 32 -0.47 57 0.18 82 0.92 8 -1.41 33 -0.44 58 0.20 83 0.95 9 -1.34 34 -0.41 59 0.23 84 0.99 10 -1.28 35 -0.39 60 0.25 85 1.04 11 -1.23 36 -0.36 61 0.28 86 1.08 12 -1.18 37 -0.33 62 0.31 87 1.13 13 -1.13 38 -0.31 63 0.33 88 1.18 14 -1.08 39 -0.28 64 0.36 89 1.23 15 -1.04 40 -0.25 65 0.39 90 1.28 16 -0.99 41 -0.23 66 0.41 91 1.34 17 -0.95 42 -0.20 67 0.44 92 1.41 18 -0.92 43 -0.18 68 0.47 93 1.48 19 -0.88 44 -0.15 69 0.50 94 1.55 20 -0.84 45 -0.13 70 0.52 95 1.64 21 -0.81 46 -0.10 71 0.55 96 1.75 22 -0.77 47 -0.08 72 0.58 97 1.88 23 -0.74 48 -0.05 73 0.61 98 2.05 24 -0.71 49 -0.03 74 0.64 99 2.33 25 -0.67 50 0.00 75 0.67

d. Koefisien korelasi

Menurut Walpole (1992), koefisien korelasi adalah ukuran hubungan linier antara dua peubah X dan Y diduga dengan koefisien korelasi contoh r, yaitu :

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑ …... (6)

di mana,

n : jumlah data

(34)

21

3. Analisis desain gagang sabit

Dalam melakukan analisis desain gagang sabit dilakukan beberapa tahap sebagai berikut : a. Mengambil data antropometri petani wanita sebanyak 60 sampel dan data ukuran sabit yang

digunakan oleh petani wanita di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. b. Menentukan data antropometri apa saja yang terkait dengan desain gagang sabit.

c. Menghitung nilai rata-rata, standar deviasi, koefisien korelasi, persentil ke-5, dan persentil ke-95 dari data antropometri yang telah diambil.

d. Menentukan gerakan apa saja yang terkait dengan gerakan menyabit padi.

e. Menganalisa apakah gerakan petani menyabit padi yang dilakukan termasuk ke dalam zona nyaman pada selang gerakan atau tidak.

f. Menentukan berapa besar gerakan maksimum saat menyabit padi yang termasuk ke dalam zona nyaman pada selang gerakan.

g. Menghitung berapa panjang dan diameter gagang sabit berdasarkan gerakan maksimum pada zona nyaman selang gerakan.

h. Menganalisa apakah desain gagang sabit (panjang dan diameter gagang sabit) yang digunakan petani wanita sesuai dengan data antropometri yang ada atau tidak.

(35)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga

[image:35.595.110.507.259.716.2]

Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan subjek maupun melalui perantara pemuka atau tokoh masyarakat seperti ketua RT, ketua RW, dan ketua gapoktan. Beberapa dokumentasi selama pengukuran antropometri petani wanita di Kecamatan Dramaga disajikan pada Lampiran 5. Setelah dilakukan pengambilan data dari 10 desa di Kecamatan Dramaga, diperoleh data antropometri petani wanita secara ringkas seperti pada Tabel 5 berikut ini (data selengkapnya pada Lampiran 2) :

Tabel 5. Ringkasan data antropometri petani wanita di Kecamatan Dramaga (pengukuran berdiri) No Parameter Standar

deviasi

Persentil 5

Persentil 50 (Mean )

Persentil 95 PENGUKURAN BERDIRI (cm)

1 Berat badan 3.5 42.7 48.4 54.0 2 Tinggi badan 2.4 149.0 153.0 156.9 3 Tinggi mata 4.9 131.1 139.1 147.1 4 Tinggi bahu 3.9 117.5 123.9 130.4 5 Tinggi siku tangan 3.3 90.3 95.8 101.2 6 Tinggi pergelangan tangan 3.3 68.0 73.4 78.8 7 Tinggi ujung tangan 3.4 50.0 55.5 61.0 8 Tinggi siku kaki 1.7 42.1 44.8 47.5 9 Tinggi telapak tangan 3.7 58.1 64.2 70.2 10 Tinggi selangkangan 2.3 69.2 72.9 76.6 11 Tinggi pinggul 3.7 80.2 86.3 92.5 12 Jangkauan ke depan 3.0 63.6 68.6 73.6 13 Jangkauan ke depan

( genggam ) 2.3 54.0 57.8 61.6 14 Panjang lengan atas 2.3 27.2 31.0 34.7 15 Panjang lengan 2.3 57.2 61.00 64.8 16 Lebar bahu 2.4 41.4 45.3 49.2 17 Jangkauan horizontal siku

tangan 2.6 71.4 75.7 80.0

18 Jangkauan horizontal tangan 2.9 153.63 158.33 163.02 19 Panjang siku ke genggaman 2.8 29.3 33.8 38.3

(36)

23

Tabel 6. Ringkasan data antropometri petani wanita di Kecamatan Dramaga (pengukuran duduk) PENGUKURAN DUDUK (cm)

1 Tinggi pantat ke lantai 1.4 40.2 42.5 44.7 2 Tinggi lutut 1.9 43.7 46.7 49.7 3 Tinggi pinggul 3.1 49.9 54.9 59.9 4 Tinggi bahu 2.9 79.9 84.6 89.3 5 Tinggi mata 3.2 94.8 100.1 105.4 6 Tinggi duduk 3.2 104.2 109.4 114.6 7 Tebal badan 1.2 19.4 21.3 23.2 8 Lebar pantat 2.6 26.9 31.0 35.3 9 Panjang siku ke ujung tangan 2.8 42.1 46.7 51.3 10 Panjang siku ke pergelangan 2.0 22.9 26.1 29.3 11 Tinggi siku tangan 2.8 58.1 62.8 67.5 12 Panjang pantat ke siku kaki 1.5 40.4 42.8 45.3 13 Panjang pantat ke lutut 1.3 46.8 49.0 51.1 14 Panjang pergelangan tangan 1.3 15.4 17.5 19.6 15 Panjang telapak tangan 0,2 9,2 9,5 9,8 16 Lebar telapak tangan 4 jari 0.2 8.2 8.5 8.8 17 Lebar telapak tangan 0.1 9.3 9.5 9.6 18 A. Keliling telapak tangan 0.8 15.3 16.7 18.1

B. Diameter genggaman tangan 0.1 3.8 3.9 4.0

B. Koefisien Korelasi

Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh hasil perhitungan, semua data menunjukkan

nilai koefisien korelasi -1.00 s/d 1.00.. Koefisien korelasi (r) suatu korelasi antarparameter yang

nilainya lebih besar dari korelasi antarparameter lain berarti korelasi antarparameter tersebut

memiliki hubungan yang lebih erat dari korelasi antarparameter lain. Hasil perhitungan nilai

koefsien korelasi antarparameter antropometri dapat dilihat pada Lampiran 3.

[image:36.595.110.507.99.402.2]

Berikut adalah parameter antropometri yang memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.9 dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 7. Parameter dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.9

Parameter Koefisien Korelasi

(37)

24

Dari tabel nilai koefisien korelasi antarparameter antropometri (Lampiran 3), keeratan

hubungan antarparameter menunjukkan bahwa :

1. Parameter tinggi badan berkorelasi cukup kuat dengan parameter tinggi bahu. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi bahu cukup terkait dengan parameter tinggi badan, semakin besar tinggi bahu seseorang maka akan cukup mempengaruhi tinggi badannya, begitupun sebaliknya. 2. Parameter jangkauan ke depan berkorelasi kuat dengan parameter jangkauan ke depan saat

menggenggam. Hal ini menunjukkan semakin besar jangkauan ke depan sesorang maka akan semakin besar pula jangkauan ke depannya pada saat menggenggam, begitupun sebaliknya. 3. Parameter panjang lengan atas memiliki korelasi yang kuat sekali dengan parameter panjang

lengan, hal ini berarti rasio panjang lengan atas seseorang dengan panjang panjang lengannya adalah seragam.

C. Aplikasi Antropometri Pada Desain Gagang Sabit

Di daerah Kabupaten Bogor, khususnya Kecamatan Dramaga, perontokan padi masih menggunakan cara manual, yaitu dengan cara digebot. Karena perontokan dilakukan dengan cara digebot, maka pemanena padi dengan sabit, dilakukan dengan cara potong bawah. Untuk pemanenan padi dengan cara potong bawah, dianjurkan menyisakan batang setinggi 20 cm dari tanah. Cara pemanenannya, tangan kiri memegang batang beserta daun padi dan bulir gabahnya, tangan kanan melakukan pemotongan dengan sabit (Utomo & Nazaruddin 39).

Berdasarkan pengambilan data sabit yang digunakan di Kecamatan Dramaga, petani menggunakan sabit yang mempunyai ukuran sebagai berikut ;

1. Panjang gagang sabit sebesar 25.42 cm

2. Diameter gagang sabit sebesar 3.5 cm untuk diameter gagang terjauh dari mata sabit, dan 3.0 cm untuk diameter gagang sabit terdekat dari mata sabit.

3. Panjang total mata sabit sebesar 13.70 cm dan panjang mata sabit dari ujung hingga bagian yang tajam sebesar 14.61 cm.

Dalam melakukan pekerjaan menyabit, petani melakukan gerakan, namun dari gerakan-gerakan tersebut manusia sebenarnya memiliki selang alami gerakan-gerakan tubuh. Berdasarkan selang gerakan, pada saat melakukan penyabitan terjadi beberapa gerakan yaitu pada tulang belakang , punggung, dan pergelangan tangan, seperti disajikan pada Gambar 14.

(38)

25

[image:38.595.106.524.105.734.2]

(39)

26

Gambar 15 diperoleh dari pengolahan hasil analisi gerak. Dari video yang diambil, dicari gambar-gambar yang menunjukkan satu siklus gerakan menyabit dari seorang petani. Untuk melihat gambar 15 diatas, dimulai dari kiri ke kanan. Pada frame 1, dapat dilihat petani dalam posisi berdiri sebelum memulai gerakan menyabit. Pada frame 2, terlihat petani mulai menunduk, pada frame 3, terlihat petani meraih padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, pada frame 4 terlihat sabit yang digenggam petani dengan tangan kanan tepat berada pada padi yang akan dipotong, pada frame 5 terlihat padi telah terpotong oleh sabit, siklus pemotongan padi dengan menggunakan sabit berlangsung selama 3 kali, yang dapat dilihat pada frame 6 sampai frame 21, sedangkan pada frame 22 terlihat petani mulai berdiri kembali untuk meletakkan padi yang telah dipotong, dan pada frame 23 terlihat petani telah meletakkan padi yang telah dipotong pada tumpukan padi. Dari gerakan-gerakan tersebut terdapat beberapa parameter antropometri yang terkait dengan desain tangkai sabit, yaitu :

Tabel 8. Parameter antropometri yang terkait dengan desain gagang sabit

1. Panjang Gagang Sabit

Jika memperhatikan slow motion dari gerakan menyabit maka dapat terlihat pada Gambar 18 awalan serta akhiran dari gerakan menyabit. Dalam pengamatan Gambar 15 pada frame 4 terlihat bahwa mata sabit tepat mengenai padi. Maka, dari posisi tersebut dapat dianalisis bahwa panjang gagang sabit dapat ditentukan pada saat posisi tersebut. Untuk lebih jelas, dapat dilihat dan diperbesar Gambar 16 berikut :

Gambar 16. Posisi mata sabit tepat mengenai padi No Parameter Antropometri

Dimensi

(40)

27

Dengan menggunakan software Autocad 2009 maka dapat diolah gambar yang diambil dari lapangan tersebut sehingga dapat diperoleh sudut lengan bawah tangan terhadap posisi vertikal sebesar 24˚. Selain itu, sudut membungkuknya tulang belakang secara fleksi (flexion) juga dapat diperoleh yaitu sebesar 57°, sudut yang dibentuk oleh bahu aduksi sebesar 40° dan sudut yang dibentuk oleh pergerakan pergelangan tangan secara deviasi ulmar sebesar 35°. Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa sudut yang dibentuk oleh tulang belakang (57°), tidak termasuk kedalam zona gerakan yang nyaman, dimana untuk gerakan tulang belakang sudut maksimum untuk membungkuk adalah 46°. Hal ini juga terjadi pada bahu aduksi (40°) serta pergelangan tangan deviasi ulnar (35°), sedangkan sudut maksimum yang diperbolehkan dalam bahu aduksi dan pergelangan tangan deviasi ulnar adalah sebesar 25°. Selain itu, sudut yang dibentuk oleh lengan bawah fleksi (46°) sudut yang dibolehkan dalam lengan bawah fleksi sebesar 60°.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan gerakan menyabit, petani wanita tidak merasa nyaman dengan sudut membungkuk dan sudut lengan atas tersebut. Jika digambarkan dengan menggunakan data antropometri yang telah diperoleh dengan software Autocad 2009 yaitu bagaimana posisi petani pada posisi saat berdiri normal sebagai berikut (Gambar 17 dan Gambar 18).

Gambar 17. Ilustrasi petani pada saat berdiri normal tampak samping

Gambar 18. Ilustrasi petani pada saat berdiri normal tampak depan

(41)
[image:41.595.128.476.105.335.2]

28

Gambar 19. Ilustrasi petani pada posisi mata sabit tepat mengenai padi pada zona yang ergonomis

Dari Gambar 19, sudut ACI (sebesar 46°) adalah sudut yang terbentuk ketika petani menyabit pada saat mata sabit mengenai padi yaitu sudut membungkuk petani terhadap garis vertikal ke atas dengan pinggul sebagai porosnya. Sedangkan sudut QB1F1 (sebesar 25°) adalah sudut yang terbentuk

ketika petani menyabit pada saat mata sabit mengenai padi yaitu sudut bahu terhadap titik 0°, sudut JF1G1 (sebesar 60°) adalah sudut yang terbentuk oleh lengan bawah terhadap titik 0°, sudut G1H1K

(sebesar 25°) adalah sudut yang terbentuk oleh panjang telapak tangan (G1H1) dengan titik 0°, dan

sudut LH1P (sebesar 51°) adalah sudut yang terbentuk antara sabit yang mengenai padi dengan gari

lurus ke bawah. Jika kedua sudut itu diasumsikan terjadi pada tiga jenis postur tubuh manusia yaitu persentil ke-5, persentil ke-50, dan persentil ke-95 maka dapat diketahui panjang sabit tiap persentilnya pada posisi saat mata sabit mengenai padi.

Dari Gambar 19 diidentifikasikan bahwa panjang DE (tinggi D) adalah berasal dari data antropometri petani wanita Kecamatan Dramaga pada parameter tinggi siku kaki, sedangkan panjang CE (tinggi C) pada parameter tinggi pinggul dan panjang B0CE pada parameter tinggi bahu serta

panjang ACE pada parameter tinggi badan. Dari data panjang B0CE dan panjang CE dapat diperoleh

data panjang B0C yaitu panjang B0CE dikurangi panjang CE. Selain itu, panjang B1F1G1 berasal dari

data antropometri petani wanita Kecamatan Dramaga pada parameter panjang lengan, sedangkan panjang B1F1 parameter panjang lengan atas, panjang G1H1 parameter panjang telapak tangan serta

panjang B0B1 didapat dari lebar bahu dibagi 2. Dari data panjang B1F1G dan panjang B1F1 dapat

diperoleh panjang F1G1 yaitu panjang B1F1G1 dikurangi panjang B1F1. Untuk lebih mudah

(42)
[image:42.595.114.519.109.337.2]

29

Tabel 9. Penjelasan Gambar 19

Keterangan Dimensi ( cm )

Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke-95 Tinggi Siku Kaki (DE) 42.10 44.80 47.50 Tinggi Pinggul (CE) 80.20 86.30 92.50 Tinggi Bahu (B0CE) 117.50 123.90 130.40

Tinggi Badan (ACE) 149.00 153.00 156.90

Panjang B0C 37.30 37.60 37.90

Panjang Lengan

(B1F1G1) 57.20 61.00 64.80

Panjang Lengan Atas

(B1F1) 27.20 31.00 34.70

Panjang Telapak

Tangan (G1H1) 9,21 9,52 9,83

Panjang F1G1 30.00 30.00 30.10

Panjang B0B1 20,70 22.65 24.60

Panjang sabit merupakan panjang dari perpanjangan dari titik H1 yang menuju titik P hingga 20

cm di atas permukaan tanah. Untuk mendapatkan nilai panjang gagang sabit dapat diperoleh dari trigonometri sudut LH1P yaitu 51°. Berdasarkan sudut maksimum zona 3 untuk tulang belakang

membungkuk, dapat dihitung tinggi B0, berikutilustrasinya:

Gambar 20. Ilustrasi perhitungan tinggi titik B0

Untuk mendapatkan nilai tinggi B0, terlebih dahulu harus mendapatkan panjang CM, B0’C, dan

B0’I. Secara garis besar, dapat dirumuskan sebagai berikut :

B0C = B0CE - CE

CM = B0C x Cos B0CM

di mana :

B0CE = Tinggi Bahu (cm)

CE = Tinggi Pinggul (cm) Sudut B0CI = 46°

B0’M = B0’C - CM

di mana :

B0’C = B0C = B0CE – CE

(43)

30

di mana :

Tinggi B0’ = B0CE = Tinggi Bahu

Tinggi B0 = Tinggi B0’ – (B0’C – CM )

Dengan menggunakan rumus-rumus di atas maka dapat dilakukan perhitungan. Berikut hasil perhitungan panjang gagang sabit (Tabel 10).

Tabel 10. Perhitungan tinggi B0

No. Keterangan Persentil ke-5

Persentil Ke-50

Persentil ke-95 1 Nilai cos B0CI (cos 46°) 0.695 0.695 0.695

2 Panjang B0C (dalam cm) 37.30 37.60 37.90

3 Panjang CM (dalam cm) 25.91 26.12 26.33 4 Panjang B0’C = Panjang B0C (dalam cm) 37.30 37.60 37.90

5 Panjang B0’M (dalam cm) 11.39 11.48 11.57

6 Tinggi B0’ = Panjang B0CE (dalam cm) 117.50 123.90 130.40

7 Tinggi B0 (dalam cm) 106.11 112.42 118.83

Berdasarkan sudut yang dibentuk oleh bahu fleksi, dapat dihitung tinggi B1, sebagai berikut :

Gambar 21. Ilustrasi perhitungan tinggi titik B1

Tinggi B1 = Tinggi B0 – B0N

Dengan :

B0N = Panjang B0B1 x Cos B1NB0, dimana sudut B1NB0 = 30°

Berdasarkan sudut lengan bawah fleksi dapat dihitung tinggi F1 dan tinggi G1sebagai berikut :

(44)

31

Tinggi F1 = Tinggi B1 – B1Q

Tinggi G1 = Tinggi F1 – F1J

Dengan :

B1Q = Panjang F1B1 x Cos F1B1Q, dimana sudut F1B1Q = 55°

F1J = Panjang F1G1 x Cos G1F1J, dimana sudut G1F1J = 60°

Berdasarkan sudut pergelangan tangan deviasi ulmar dapat dihitung tinggi H1 sebagai berikut :

Gambar 23. Ilustrasi perhitungan panjang GO (Sudut Pergelangan Tangan)

Tinggi H1 = Tinggi G1 – G1O

Dengan :

G1O = Panjang G1H1 x Cos H1G1O, dimana sudut H1G1O = 35°

Berdasarkan sudut antara sabit yang mengenai padi dengan garis lurus ke bawah dapat dihitung panjang H1Psebagai berikut :

Gambar 24. Ilustrasi perhitungan panjang H1P

Panjang H P Tinggi H LCos PH L

Dengan :

H1L = 20 cm

(45)
[image:45.595.128.511.99.372.2]

32

Tabel 11. Perhitungan panjang H1P

No. Keterangan Persentil ke-5

Persentil Ke-50

Persentil ke-95 1 Tinggi B0 (dalam cm) 106.11 112.42 118.83

2 Nilai Cos NB0B1 ( Cos 30° ) 0.866 0.866 0.866

3 Panjang B0N (dalam cm) 17.93 19.62 21.30

4 Tinggi B1 ( dalam cm ) 88.18 92.80 97.53

5 Cos F1B1Q ( Cos 25° ) 0.906 0.906 0.906

6 Panjang B1Q 24.65 28.10 31.45

7 Tinggi F1 63.45 64.70 66.08

8 Cos G1F1J ( Cos 60° ) 0.5 0.5 0.5

9 Panjang F1J ( dalam cm ) 15 15 15.05

10 Tinggi G1 48.45 49.70 51.03

11 Nilai Cos H1G1O ( Cos 35°) 0.819 0.819 0.819

12. Panjang G1O 7.54 7.80 8.05

13 Tinggi H1 40.91 41.90 42.98

14 Tinggi P ( Panjang H1N ) 20 20 20

15 Panjang H1 setelah dikurangi Panjang H1L 20.91 21.90 22.98

16 Nilai Cos PH1L ( Cos 51° ) 0.629 0.629 0.629

17 Panjang H1P 33.23 34.80 36.52

Dengan demikian diketahui panjang H1P (panjang dari ujung genggaman tangan sampai ujung

mata sabit bagian dalam atau mata sabit yang tajam) pada saat sabit mengenai padi untuk persentil ke-5 sebesar 33.23 cm, persentil ke-ke-50 sebesar 34.80 cm, dan persentil ke-9ke-5 sebesar 36.ke-52 cm. Berdasarkan gambar yang diambil dari video pada saat petani menyabit padi, petani memegang gagang sabit di bagian ujung gagang terjauh dan sudut yang terbentuk (51°) adalah sudut antara ujung genggaman tangan (yang terdekat dengan ujung mati sabit yang tajam) hingga ujung padi yang akan dipotong (20 cm diatas permukaan tanah) atau ujung mata sabit yang tajam dengan garis lurus kebawah tanah. Karena mata sabit yang digunakan tidak bisa diubah, dan berdasarkan pengambilan data di lapangan mengenai panjang mata sabit bagian dalam atau mata sabit yang tajam hingga ke ujung gagang terdekat mata sabit adalah sebesar 14.61 cm, maka panjang gagang sabit adalah panjang H1P dikurangi 14.61 cm ditambah lebar telapak tangan 4 jari (persentil ke-5 sebesar 8.20 cm, persentil

ke-50 sebesar 8.50, dan persentil ke-95 sebesar 8.80 cm), dan didapatkan hasil gagang sabit untuk persentil ke-5 sebesar 26.82 cm, persentil ke-50 sebesar 28.69 cm, dan persentil ke-95 sebesar 30.71 cm.

(46)

33

2. Diameter Gagang Sabit

Dalam menentukan diameter gagang sabit, ditentukan oleh cara menggenggam sabit itu. Hubungan antar diameter gagang sabit dan ukuran tangan penting dalam dua hal. Jika diameter gagang sabit terlalu kecil, maka tidak banyak energi yang digunakan dan begitu juga sebaliknya, jika diameter gagang terlalu besar, maka akan banyak energi yang dikeluarkan. Berdasarkan macam-macam grip pada genggaman tangan, genggaman tangan yang sesuai untuk menggenggam sabit adalah tipe power grasp.

[image:46.595.330.501.215.349.2]

Gambar 25. Cara menggenggam sabit Pembesaran Gambar

Tabel 12. Parameter antropometri yang terkait dengan desain diameter gagang sabit Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke-95 Diameter genggaman tangan 3.80 3.90 4.00

Lebar telapak tangan (4 jari). 8.20 8.50 8.80 Lebar telapak tangan (5 jari). 9.30 9.50 9.60 Keliling genggaman tangan 13.74 14.41 15.07

Berdasarkan observasi, untuk genggaman dapat terlihat pada gambar di atas bahwa genggaman yang digunakan adalah genggaman antara ibu jari dan jari telunjuk. Namun dapat dilihat, posisi ibu jari tidak berada tepat diujung telunjuk. Melainkan terjadi overlap sebesar 1 ruas jari. Maka dari itu, dalam mendesain diameter gagang sabit, digunakan data antropometri diameter genggaman tangan dengan member overlap sebanyak setengah ruas jari. Akan tetapi, data antropometri yang didapat berdasarkan pengukuran di lapangan adalah data antrop

Gambar

Gambar 7. Pengukuran antropometri parameter 1-11
Tabel 4. Nilai z (z-score)
Tabel 5. Ringkasan data antropometri petani wanita di Kecamatan Dramaga (pengukuran berdiri)
Tabel 7. Parameter dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.9
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan sarana dan prasarana lebih banyak menggunakan sumber daya dari alam, karena pembelajaran lebih didekatkan dengan alam maka sarana dan prasarana juga harus

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan, bahwa masing- masing variabel kinerja keuangan bank umum terbuka selama periode 2008-2012, yang dinyatakan

Sedangkan kajian secara eksternal berarti kajian tersebut dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor di luar bahasa pemakaian bahasa itu sendiri, masyarakat tutur

Jika dikaitkan dengan klasifikasi nilai, nilai yang diperoleh siswa kelas X MIPA 11 dari praktek berbicara melalui diskusi sudah cukup baik dan masuk dalam ketegori nilai

Langkah ketiga adalah dengan menerbitkan semacam Knowledge Buletin yang berisi pengetahuan-pengetahuan mutakhir, manajemen, perkembangan usaha, penciptaan produk-produk

“Proyek merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan di laksanakan dalam satu bentuk kesatuan yang berurutan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada pembahasan, dapat diambil simpulan yaitu kemampuan menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kotapinang

Kepemilikan publik di dalam perusahaan semakin besar, maka mekanisme pengendalian yang dilakukan terhadap prilaku manajemen semakin baik, jika semua mekanisme