• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Bubu Lipat Modifikasi dengan Jenis Umpan Berbeda pada Penangkapan Lobster di Perairan Pelabuhanratu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Bubu Lipat Modifikasi dengan Jenis Umpan Berbeda pada Penangkapan Lobster di Perairan Pelabuhanratu."

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

MUKHLISH, C44070078. Efektivitas Bubu Lipat Modifikasi dengan Jenis

Umpan Berbeda pada Penangkapan Lobster di Perairan Pelabuhanratu. Dibimbing

oleh Mulyono S. Baskoro dan Zulkarnain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bubu lipat modifikasi dan

penggunaan umpan cacing tanah pada penangkapan lobster. Penelitian ini

dilaksanakan dengan metode uji coba penangkapan (experimental fishing).

Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor,

yaitu jenis bubu lipat dan jenis umpan dan jumlah ulangan sebanyak 20 trip

penangkapan.

Faktor jenis bubu lipat terdiri dari bubu lipat rajungan sebagai

bubu lipat satandar (S), bubu lipat modifikasi pintu samping satu pintu (PS), dan

bubu lipat pintu atas satu pintu (PA). Faktor umpan terdiri dari umpan ikan

tembang (Sardinella fimbriata) sebagai umpan standar dan cacing tanah

(Lumbricus rubellus) sebagai umpan alternatif. Hasil tangkapan terdiri dari hasil

tangkapan utama yaitu

spiny lobster

(Panulirus

spp.) dan hasil tangkapan

sampingan (by-catch). Komposisi hasil tangkapan secara total didominasi oleh

hasil tangkapan sampingan yaitu sekitar 67,35 %, hasil tangkapan utama sebesar

32,65 %. Hasil tangkapan sampingan didominasi oleh spesies rajungan sebanyak

37 ekor (37,75 %), sotong (Sepia

sp.) sebanyak 23 ekor (23,47 %), ikan sebanyak

5 ekor (5,10 %) dan udang mantis 1 ekor (1,02 %). Hasil tangkapan utama terdiri

dari 30 ekor (30.61 %)

Panulirus homarus, satu ekor (1.02 %)

Panulirus

versicolor, dan satu ekor (1.02 %)

Panulirus ornatus.

Perbandingan hasil

tangkapan dari kedua jenis umpan memiliki nilai yang tidak berbeda nyata dengan

taraf nyata 5 %.

Sedangkan dari tiga jenis bubu, hasil tangkapan bubu lipat

standar lebih baik dari bubu lipat pintu samping, dan bubu lipat pintu samping

lebih baik dari bubu lipat pintu atas (S > PS > PA).

(2)

ABSTRACT

MUKHLISH, C44070078. The Effectiveness of Modification Collapsible Pot

with Two Type Different Bite on Lobsters Catches in The of Pelabuhanratu.

Mentored by Mulyono s. Baskoro and Zulkarnain.

The purpose of this research is to find out the effectiveness the modified of

collapsible pot and the use of bait on catching lobsters. This research is conducted

by the experimental fishing method. Design research using the Completely

Randomize Design with two factors. The factors is collapsible pot type and type

of bait with the number of catching repeats as much as 20 trip.

Factors of

collapsible pot consists of the swimming crab pots as the standar of collapsible

pot (S) and two modified of collapsible pots. The modification is the pot that have

one funnel on aside (PS) and the pot that have one funnel on top (PA). The bait

factors consists of bait fish Fringescale sardinella (Sardinella fimbriata) as

standard bait and worm (Lumbricus rubellus) as an alternative bait. The catch is

consist of the main target catches is that the spiny lobster (Panulirus

spp.) and

sideline catches (by-catch) or total catch. The totally composition of catches

dominated by sideline catches (by-catch) about 67,35 %, and target catches about

32,65 %. The by-catch is dominated by species of swimming crabs about 37

(37,75 %), cuttlefish (Sepia

sp.) about 23 (23,47 %), fish about 5 (5.10 %) and

mantis shrimp (1.02 %).

The main target catches consist of scalloped spiny

lobsters (Panulirus homarus) about 30

(30.61 %), one painted rock lobster

(Panulirus versicolor) (1.02%), and one ornate rock lobster (Panulirus ornatus)

(1.02 %).

Comparison of two types of catches bait has a value that is not

significantly different (

= 5 %). Between three kinds of pots, catches standar

collapsible pot better than one funnel aside collapsible pot, and one funnel aside

collapsible pot better than one funnel on top collapsible pot (S > PS > PA).

(3)

1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Sukabumi merupakan salah satu pusat konsentrasi nelayan, dimana di

sepanjang teluk Pelabuhanratu merupakan daerah operasi penangkapan ikan.

Sebagian besar nelayan merupakan nelayan kecil seperti nelayan buruh dan

nelayan tradisional yang menangkap ikan tidak jauh dari sekitar teluk, seperti

nelayan bubu, rawai layur, payang, pancing, jaring insang, jaring tiga lapis, bagan

dan lain-lain.

Nelayan-nelayan tersebut merupakan nelayan yang bekerja

mengikuti musim, berganti musim berganti pula pola, cara dan alat tangkap yang

digunakan.

Perikanan udang karang seperti lobster (spiny lobster) di Indonesia telah

lama dikenal tapi perkembangan alat dan metode penangkapannya sangat minim.

Lobster memiliki harga yang cukup tinggi dan memiliki permintaan yang tinggi,

baik lokal maupun ekspor. Kebanyakan nelayan teluk Pelabuhanratu menangkap

lobster dengan cara menyelam karena lebih mudah dilakukan, mereka hanya

membutuhkan kacamata selam untuk menyelam, tetapi hal ini hanya bisa

dilakukan di daerah dangkal dan sangat beresiko bagi penyelam itu sendiri, karena

karakteristik pantai selatan yang bergelombang yang akan menyeret penyelam dan

menghempaskannya ke batu karang.

Menurut Ayodhoya (1981), berhasilnya suatu usaha penagkapan ikan

banyak bergantung kepada pengetahuan mengenai tingkah laku ikan agar dapat

menemukan keberadaan ikan. Pengetahuan tingkah laku ikan sebagai individu

ataupun sebagai kelompok pada suatu saat tertentu ataupun pada suatu periode

musim, dan dalam keadaan alamiah ataupun dalam keadaan diberikan

perlakuan-perlakuan penangkapan (fishing). Oleh karena itu, dapat diterapkan metode dan

desain alat penangkap ikan yang sesuai. Pengetahuan tentang penyebaran ikan

merupakan pengetahuan yang tidak kecil artinya bagi perencanaan suatu alat

tangkap maupun metode penangkapan ikan yang dilakukan.

(4)

2

Bentuknya bermacam-macam, ada yang berbentuk silinder, lingkaran, empat

persegi panjang, segitiga memanjang dan sebagainya. Dalam pengoperasiannya

dapat menggunakan umpan atau tanpa umpan. Bubu dioperasikan dengan cara

dipasang secara tetap di dalam air untuk jangka waktu tertentu yang memudahkan

ikan masuk dan mempersulit keluarnya.

Beberapa nelayan sudah ada yang

menggunakan bubu lipat rajungan untuk menangkap lobster.

(5)

3

Salah satu faktor penting masuknya ikan kedalam perangkap adalah umpan.

Umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan (stimulus) yang bersifat fisika

dan kimia yang dapat memberikan respons bagi ikan-ikan tertentu pada proses

penangkapan ikan. Umpan merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh

yang besar terhadap keberhasilan dalam usaha penangkapan, baik masalah jenis

umpan, sifat, dan cara pemasangan (Sadhori, 1985).

Menurut Martasuganda (2008), masuknya ikan ke dalam bubu karena

tertarik dengan umpan.

Sebagian besar nelayan menggunakan ikan sebagai

umpan, karena ikan mudah dibeli dari nelayan lainnya, tetapi dengan membeli

ikan berarti menambah modal.

Hal tersebut di atas melatar belakangi penulis untuk mengenalkan jenis

umpan alternatif yang mudah didapatkan bahkan bisa dikembangkan oleh nelayan

dengan mudah yaitu cacing tanah (Lumbricus rubellus). Cacing tanah mampu

tumbuh dan berkembang biak pada media yang miskin hara dan dalam jumlah

produksi besar yaitu 79 - 106 kokon/tahun, satu kokon berisi 2 - 20 telur dan akan

menetas setelah dua sampai lima minggu.

Cacing tanah mengandung protein

yang lebih tinggi dari kandungan protein yang ada pada mamalia dan ikan

(Kumolo, 2011).

Cacing

L. rubellus

telah dimanfaatkan secara luas seperti penghasil pupuk

organik, bahan pakan ternak, umpan pancing, bahan baku obat dan kosmetik,

makanan, dan minuman. Secara umum kandungan gizi pada cacing yaitu protein

(64

76 %), lemak (7

10 %), Ca (0,55 %), P (1 %) dan serat kasar (1,08 %)

(Palungkun, 1999). Komposisi asam amino cacing terdiri dari sembilan asam

amino esensial seperti arginin, histidin, leusin, metionin, fenilalanin, treonin, dan

valin, dan empat asam amino non esensial yaitu sistein, glisin, serin, dan tirosin

(Subandrio, 2004). Menurut Riyanto (2008) kandungan-kandungan tersebut di

atas diidentifikasi sebagai perangsang nafsu makan ikan.

Menurut pendapat

Hansen dan Reutter (2004) bahwa ikan predator (buas) yang memakan makanan

yang tidak hidup menggunakan sistem penciuman mereka untuk dapat

merangsang makan dan dapat membedakan stimuli asam amino.

(6)

4

penangkapan dan sekaligus dapat mencegah masalah kerusakan terumbu karang.

Beberapa ahli perikanan sependapat bahwa umpan merupakan alat bantu

perangsang yang mampu memikat sasaran penangkapan dan sangat beengaruh

untuk meningkatkan efektivitas alat tangkap (Yudha, 2006). Hal-hal tersebut di

atas menunjukkan bahwa dibutuhkan penelitian mengenai penggunaan bubu lipat

pintu samping dan pintu atas sebagai modifikasi dari bubu lipat rajungan dan

umpan alternatif yang efektif untuk menangkap lobster.

1.2

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1)

Membandingkan efektivitas penangkapan bubu lipat modifikasi, yaitu bubu

modifikasi pintu atas dan bubu modifikasi pintu samping dengan bubu lipat

standar di Desa Kertajaya.

2)

Mengetahui pengaruh umpan cacing terhadap hasil tangkapan lobster

dibandingkan dengan umpan ikan tembang.

1.3

Manfaat

(7)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Deskripsi

Spiny Lobster

(Panulirus

spp.)

2.1.1 Klasifikasi dan morfologi

Tubuh lobster diselubungi dengan kerangka kulit yang keras dan

mengandung zat kapur serta terdapat duri duri Gambar

Pada kerangka

terdapat warna warna yang indah Duri duri besar dan kecil yang kuat serta tajam

mulai dari ujung sungut kedua

kepala bagian belakang

badannya

✁ ✂✄ ☎✆ ✝✞✟ ✠

dan lembaran ekornya Subani

Sumber

http

✡ ☛ ☛

www

breef org

Desember

Gambar

Morfologi

Menurut Holthuis

lobster yang terkait dengan Genus

diklasifikasikan sebagai berikut

Kingdom

Animalia

Phylum

Arthropoda

Kelas

Crustacea

Ordo

Decapoda

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Deskripsi

Spiny Lobster

(Panulirus

spp.)

2.1.1 Klasifikasi dan morfologi

Tubuh lobster diselubungi dengan kerangka kulit yang keras dan

mengandung zat kapur serta terdapat duri duri

Gambar

✍✠✎

Pada kerangka

terdapat warna warna yang indah

Duri duri besar dan kecil yang kuat serta tajam

mulai dari ujung sungut kedua

✁ ✏ ✞✑✆ ✟ ☎ ✂✟✒ ✞✟✟ ✂✠✓

kepala

bagian belakang

badannya

dan lembaran ekornya

Subani

✓ ✍✔✕ ✖ ✠✎

Sumber http www breef

org

✗✘ ✘

Desember

✘✙✚✚ ✛☞

Gambar

Morfologi

✏✜✢✟✣✤✆✄ ✏✒ ✞✥✎

Menurut Holthuis

✁✍✔✔✍✠✓

lobster yang terkait dengan Genus

diklasifikasikan sebagai berikut

Kingdom Animalia

Phylum Arthropoda

Kelas Crustacea

Ordo Decapoda

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Deskripsi

Spiny Lobster

(Panulirus

spp.)

2.1.1 Klasifikasi dan morfologi

Tubuh lobster diselubungi dengan kerangka kulit yang keras dan

mengandung zat kapur serta terdapat duri duri Gambar

Pada kerangka

terdapat warna warna yang indah Duri duri besar dan kecil yang kuat serta tajam

mulai dari ujung sungut kedua

kepala bagian belakang

badannya

dan lembaran ekornya Subani

Sumber http www breef org

Desember

Gambar

Morfologi

Menurut Holthuis

lobster yang terkait dengan Genus

✦✂✟✧✤✢ ✥✧✏ ✓

diklasifikasikan sebagai berikut

Kingdom Animalia

Phylum Arthropoda

(8)

Sub Ordo

Macrura Reptantia

Super Family

Palinuroidea

Family

Palinuridae

Genus

✩✪✫✬ ✭✮✯✰ ✭ ✱

Menurut Ritonga

✲✳ ✴ ✴★ ✵

lobster memiliki morfologi tubuh yang terbagi dua

yaitu bagian depan dan

belakang

Bagian depan yaitu kepala yang bersatu

dengan dada disebut

✸✹✺ ✻✫✮ ✼✽ ✻✼✰✫ ✾ ✲

karapas

dan bagian belakang disebut

✫✿ ❀✼❁✹✬✲

ekor

yaitu dari perut hingga ekor

Ciri

ciri morfologi lobster adalah sebagai berikut

❃✵

Badan besar dan dilindungi kulit keras yang mengandung zat kapur

Spesies

✩ ✪

.

✫✰❅✭✱

✪❆✹✸ ✻✯✬ ✫✽✭✱

✪❆❅✭ ✽

t

✫✽✭✱

✪❆✯✬❇✮✫ ✽✭ ✱

✪❆❈✫✺✼✬ ✯✸✫ ✱

✪❆✮ ✼✬❅✯✺ ✹ ✱✲

Milne Edwards

❃❉★ ❉✵

✪❆ ✼✰ ✬✫ ✽✭ ✱✲

Fabricius

❃❊❋ ❉✵

✪❆✺✹✬ ✯✸✯✮✮✫✽✭✱✲

Olivier

❃❊❋❃✵

✪❆●✹✰ ✱✯✸ ✼✮ ✼✰✲

Latreille

❃❉✴❍✵

✪❆ ✱✽✯❁✺✱ ✼✬ ✯

.

✸❅✬✭✱

y

.

❅✰ ✫✸✯✮✯ ✱

.

✻✼❁✫ ✰ ✭ ✱✲

Linnaeus

❃❊■❉✵

.

✯✬ ✽✹✰ ✰✭ ✺✽✭✱

✪❆✮✫✹

v

✯✸✫ ✭❀✫

✪❆ ❁✫✰❅✯✬ ✫✽✭✱

✪❆✺✫✱✸✭ ✹✬ ✱✯ ✱
(9)

▲▼

Mempunyai duri

duri keras dan tajam

terutama di bagian atas kepala dan

antena atau sungut

P

◗▼

Pasangan kaki jalan tidak punya

❘❙ ❚❯❱

atau capit

kecuali pasangan kaki

kelima pada betina

P

❲▼

Dalam periode pertumbuhan lobster selalu berganti kulit

❳❨❩ ❬❯❭❪ ❫

t

▼P

❴▼

Memiliki warna bermacam

macam yaitu

ungu

hijau

merah

dan abu

abu

serta membentuk pola yang indah

P

❵▼

Antena tumbuh baik

❖ ❛

erutama antena kedua yang melebihi panjang tubuhnya

2.1.2 Jenis lobster di pantai selatan Jawa dan sebarannya di dunia

Perairan Indonesia termasuk daerah penyebaran lobster

Penyebarannya

sangat luas diperkirakan mencapai

❵❜❑ ❝ ❝❜❞ ❞❞

km

yang tersebar di

▲❢

provinsi

Provinsi

provinsi yang produktif adalah Sumatra Utara

Sumatra Selatan

Bengkulu

Jawa Tengah

Jawa Barat

Jawa Timur

Bali

Kalimantan Timur

dan

Sulawesi Selatan

Perairan wilayah Indonesia bagian barat meliputi perairan barat

Sumatra

sebagian selatan Bengkulu

perairan selatan Jawa

dan perairan Bali

Penyebaran lobster di perairan selatan Jawa meliputi Pangandaran

Pamengpeuk

dan Pelabuhanratu

Permatasari

❖ ▲ ❞❞❵▼❜

Menurut

illiams

❳❢❝❤ ❵▼❖

jenis

jenis

✐❥❭❪❦ ❯❩❧ ✐♠❚♥

yang tertangkap di

perairan selatan Jawa adalah

♦ ❢▼

Lobster hijau pasir

❳♣❱❪❬❯❭♥❬✐ ❙❩ ❨❱♥❬✐▼P ▲▼

Lobster bunga

❳♣❱ ❪ ❬❯❭♥❬✐ ❯❩ ❪ ❫❭❥❚✐▼P ◗▼

Lobster mutiara

❳♣❱ ❪ ❬❯❭♥❬✐ ❩♥❪❱♠❬✐▼P ❲▼

Lobster batu

❳♣ ❱❪❬❯❭♥❬✐ ❥❚❪❭❘❭❯❯❱♠❬✐▼❖ ❴▼❜

Lobster bambu coklat

❳♣ ❱❪❬❯❭♥❬✐ ❥❩❯❥❙❱❫❬✐

y

▼P

dan

❵▼

Lobster hijau bambu

❳♣❱ ❪ ❬❯❭♥❬✐q❚♥ ✐❭❘❩ ❯❩♥▼❜

Ciri

ciri khusus lobsteryang hidup di seluruh perairan pantai di Indonesia

adalah

Moosa dan Aswandy

❢ ❝❤❲P

Holthuis

❢ ❝❝ ❢▼ ♦

❢▼ ♣❱ ❪ ❬❯❭♥❬✐❙❩ ❨❱♥❬✐

Linnaeus

❳❢❑ ❴❤▼
(10)

hidup berkoloni

Lobster mendiami perairan dangkal antara

m kebanyakan

berada pada kedalaman

m dan tinggal diantara batu batu di daerah

berombak

kadang

kadang di air agak keruh Lobster muda mempunyai toleransi

yang cukup besar terhadap kekeruhan sedangkan lobster dewasa lebih menyukai

perairan yang jernih dan bersih

Sumber

Moosa dan Aswandi

Holthuis

Gambar

Linnaeus

Penyebaran secara geografis lobster ini berada di Indo Pasifik barat Afrika

Timur ke Jepang

Indonesia Australia dan Kaledonia Baru

Penyebaran lobster

ini di wilayah perairan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu

Pameungpeuk

✈ ②

acitan Tanjung Panaitan

n Kepulauan Seribu Gambar

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Keterangan

daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan derah sebaran

lobster

u u

u

di seluruh dunia

Gambar

Penyebaran geografis lobster hijau pas

Linnaeus

hidup berkoloni Lobster mendiami perairan dangkal antara

④ ✇⑤⑥

m kebanyakan

berada pada kedalaman

④ ✇ ⑦

m dan tinggal diantara batu

batu di daerah

berombak kadang kadang di air agak keruh

Lobster muda mempunyai toleransi

yang cukup besar terhadap kekeruhan

sedangkan lobster dewasa lebih menyukai

perairan yang jernih dan bersih

Sumber Moosa dan Aswandi

⑧⑨ ⑩❶ ❷❸

Holthuis

⑨⑩⑩⑨ ❹

Gambar

❺ ❻❼ ❽❾ ❿➀➁❾ ➂➃ ➄➅❼ ➁❾ ➂

Linnaeus

➆ ④➇ ⑦➈➉ ✉

Penyebaran secara geografis lobster ini berada di Indo

Pasifik barat Afrika

Timur ke Jepang Indonesia

Australia dan Kaledonia Baru

Penyebaran lobster

ini di wilayah perairan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu

Pameungpeuk

acitan

Tanjung Panaitan

✈ ➊➋

n Kepulauan Seribu

Gambar

Sumber

Moosa dan Aswandi

⑧⑨ ⑩❶ ❷❸

Holthuis

⑨⑩⑩⑨ ❹

Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan derah sebaran

lobster

➌ ➍ ➎

u

➏ ➐ ➑

u

➒➓ ➔→➍➑

u

di seluruh dunia

Gambar

Penyebaran geografis lobster hijau pas

➀➁➣❻❼❽❾❿➀➁❾ ➂

Linnaeus

✈④➇ ⑦➈➉ ✉

hidup berkoloni Lobster mendiami perairan dangkal antara

m

kebanyakan

berada pada kedalaman

m dan tinggal diantara batu

batu

di daerah

berombak kadang kadang di air agak keruh Lobster muda mempunyai toleransi

yang cukup besar terhadap kekeruhan sedangkan lobster dewasa lebih menyukai

perairan yang jernih dan bersih

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Gambar

Linnaeus

Penyebaran secara geografis lobster ini berada di Indo Pasifik barat

Afrika

Timur ke Jepang Indonesia Australia dan Kaledonia Baru

Penyebaran lobster

ini di wilayah perairan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu

Pameungpeuk

acitan Tanjung Panaitan

n Kepulauan Seribu

Gambar

③➉ ✉

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan derah sebaran

lobster

u u

u

di seluruh dunia

(11)

↔↕➙➛ ➜➝ ➞➟➠ ➝ ➡➞➢ ➜➤➟➥ ➦➡

Milne Edwards

Lobster ini disebut

Inggris atau lobster bunga

Indonesia

↕ ➧

Gambar

Lobster ini berwarna dasar kecoklatan dengan warna

kebiruan pada ruas

A

berbintik bintik putih

Kaki jalan

berbintik

bintik putih dengan warna pucat memanjang pada tiap tiap ruas kaki

Ukuran panjang tubuh maksimum adalah

cm dengan rata rata panjang tubuh

antara

↔➩ ➨ ↔➫

cm

dan maksimum panjang karapas

cm dengan rata rata

panjang karapas antara

cm

mendiami tempat yang

sedikit terlindung dan menyukai perairan yang bersifat oseanik Lobsterini tinggal

di dalam lubang batu atau karang dan pada malam hari naik ke tubir untuk

mencari makan

Lobster hidup di air yang jernih atau sedikit keruh pada

kedalaman antara

➲ ➨

m meskipun ditemukan juga pada kedalaman perairan

➲↔↔

m

di daerah berbatu dan terumbu karang aktif di malam hari dan hidup

soliter

Sumber

Moosa dan Aswandi

Holthuis

Gambar

Milne Edwards

Penyebaran geografis lobster ini berada di Indo Pasifik barat Afrika timur

ke Jepang dan Polinesia

Dua sub spesies yang dikenali sebagai

.

adalah lobster wilayah barat yang mendiami Afrika timur ke Thailand Taiwan

Filipina dan Indonesia sedangkan lobster wilayah timur yang dikenali dengan

sub

spesies

.

➵➦➸➢

mendiami Jepang Maluku Papua New Guinea

Australia timur

Kaledonia baru dan Polinesia Penyebaran lobster ini di wilayah

perairan pulau Jawa adalah di perairan Pangandaran dan Situbondo Gambar

Milne Edwards

➧➲ ➺ ➻➺ ↕

Lobster ini disebut

➼ ➢➜ ➤➞➦➤ ➤➦➽ ➡➥➟ ➜➾ ➞➢➚ ➡➪ ➦➠ ➧

Inggris

atau lobster bunga

Indonesia

Gambar

➶↕➯

Lobster ini berwarna dasar kecoklatan dengan warna

kebiruan pada ruas

➛ ➜➪ ➦➜➜➛ ➹

A

➚➽➢➸➦➜

berbintik

bintik putih

Kaki jalan

berbintik bintik putih dengan warna pucat memanjang pada tiap tiap ruas kaki

Ukuran panjang tubuh maksimum adalah

➘➩

cm dengan rata

rata panjang tubuh

antara

cm

dan maksimum panjang karapas

➲ ↔

cm dengan rata rata

panjang karapas antara

➺ ➨ ➲➩

cm

➯ ➙➛ ➜➝ ➞➟➠ ➝➡ ➞➢ ➜➤➟➥ ➦➡

mendiami tempat yang

sedikit terlindung dan menyukai perairan yang bersifat oseanik

Lobsterini tinggal

di dalam lubang batu atau karang dan pada malam hari naik ke tubir untuk

mencari makan

Lobster hidup di air yang jernih atau sedikit keruh pada

kedalaman antara

➨ ➲ ➺

m

meskipun ditemukan juga pada kedalaman perairan

m di daerah berbatu dan terumbu karang

aktif di malam hari dan hidup

soliter

Sumber Moosa dan Aswandi

➴➷ ➬➮ ➱✃

Holthuis

➷➬➬➷ ❐

Gambar

➶ ➙➛➜➝➞➟➠ ➝ ➡➞➢ ➜➤➟➥ ➦➡

Milne Edwards

➧➲ ➺ ➻

Penyebaran geografis lobster ini berada di Indo

Pasifik barat Afrika timur

ke Jepang dan Polinesia

Dua sub

spesies yang dikenali sebagai

.

adalah lobster wilayah barat yang mendiami Afrika timur ke Thailand Taiwan

Filipina dan Indonesia

sedangkan lobster wilayah timur yang dikenali dengan

sub spesies

.

➠ ➟ ➡➪➠➟ ➤➛

mendiami Jepang

Maluku

Papua New Guinea

Australia timur Kaledonia baru dan Polinesia

Penyebaran lobster ini di wilayah

perairan pulau Jawa adalah di perairan Pangandaran dan Situbondo Gambar

Milne Edwards

Lobster ini disebut

Inggris atau lobster bunga

Indonesia

Gambar

Lobster ini berwarna dasar kecoklatan dengan warna

kebiruan pada ruas

A

berbintik bintik putih

Kaki jalan

berbintik bintik putih dengan warna pucat memanjang pada tiap

tiap ruas kaki

Ukuran panjang tubuh maksimum adalah

cm dengan rata rata panjang tubuh

antara

cm dan maksimum panjang karapas

cm dengan rata

rata

panjang karapas antara

cm

mendiami tempat yang

sedikit terlindung dan menyukai perairan yang bersifat oseanik Lobsterini tinggal

di dalam lubang batu atau karang dan pada malam hari naik ke tubir untuk

mencari makan

Lobster hidup di air yang jernih atau sedikit keruh pada

kedalaman antara

m meskipun ditemukan juga pada kedalaman perairan

m di daerah berbatu dan terumbu karang aktif di malam hari dan hidup

soliter

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Gambar

Milne Edwards

➺↕ ➯
(12)

Sumber

Moosa dan Aswandi

Holthuis

Keterangan

daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan derah sebaran

lobster

u u

di seluruh dunia

Gambar

Penyebaran geografis lobster bunga

Milne

Edwards

ÏÐÑÒ ÓÔ ÕÖ× Ô ØÙ× ÓÒ ÚÔØ

Fabricius

Lobster ini disebut

Inggris atau lobster mutiara

Û

Indonesia

Ð Û

Gambar

Memiliki warna dasar biru kehijauan sampai biru

kekuningan

Ü Ý Þßà Þ

berwarna kegelapan pada bagian tengah dan

bagian sisi mempunyai bercak putih Kaki memiliki bercak bercak putih Lobster

ini mendiami perairan dangkal di pantai antara

m yang kadang kadang

sedikit keruh

á

tetapi juga ditemukan pada kedalaman lebih dari

m

Hidup di

substrat beasir dan berlumpur kadang kadang di bawah batu dan terumbu karang

Lobster ini memiliki ukuran panjang maksimum hingga

cm tetapi biasanya

ukurannya jauh lebih kecil yaitu antara

cm

Sumber

Moosa dan Aswandi

Holthuis

Gambar

Fabricius

Sumber Moosa dan Aswandi

âã äå æç

Holthuis

ãääã è

Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan derah sebaran

lobster

é ê ë

u

ì í î

u

ï ì ð ëñí òó ï

di seluruh dunia

è

Gambar

Penyebaran geografis lobster bunga

Û ÑÒÓÔÕÖ×ÔØÕÙÓß

Milne

Edwards

á ô õö õÐÜ

Fabricius

Ûô ÷ ø õÐ

Lobster ini disebut

ù× ÓÒ ÚÞ ØúÖ Óû ÕÙü ØÚÞ× Û

Inggris

Ð

atau lobster mutiara

Indonesia

Gambar

ö ÐÜ

Memiliki warna dasar biru kehijauan sampai biru

kekuningan

ÞÓ ÒüýÙà ÞÓ

berwarna kegelapan pada bagian tengah dan

bagian sisi mempunyai bercak putih

Ü

Kaki memiliki bercak

þ

bercak putih Lobster

ini mendiami perairan dangkal di pantai antara

ô þ õ

m yang kadang kadang

sedikit keruh tetapi juga ditemukan pada kedalaman lebih dari

m

Hidup di

substrat beasir dan berlumpur

á

kadang

þ

kadang di bawah batu dan terumbu karang

Lobster ini memiliki ukuran panjang maksimum hingga

❰ÿ

cm

á

tetapi biasanya

ukurannya jauh lebih kecil

á

yaitu antara

ÏÿþÏ❰

cm

Ü

Sumber Moosa dan Aswandi

âã äå æç

Holthuis

ãääã è

Gambar

ö ÑÒ ÓÔ ÕÖ× Ô ØÙ× ÓÒÚÔ Ø

Fabricius

Ûô÷øõÐÜ

ôÿ

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan derah sebaran

lobster

u u

di seluruh dunia

Gambar

Penyebaran geografis lobster bunga

ÓßÖúÞØ

Milne

Edwards

Fabricius

Lobster ini disebut

Inggris atau lobster mutiara

Indonesia

Gambar

Memiliki warna dasar biru kehijauan sampai biru

kekuningan

berwarna kegelapan pada bagian tengah dan

bagian sisi mempunyai bercak putih Kaki memiliki bercak bercak putih

Ü

Lobster

ini mendiami perairan dangkal di pantai antara

m yang kadang

þ

kadang

sedikit keruh tetapi juga ditemukan pada kedalaman lebih dari

❰ÿ

m

Ü

Hidup di

substrat beasir dan berlumpur kadang kadang di bawah batu dan terumbu karang

Ü

Lobster ini memiliki ukuran panjang maksimum hingga

cm

á

tetapi biasanya

ukurannya jauh lebih kecil yaitu antara

cm

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

(13)

Penyebaran geografis lobster ini berada di Indo Pasifik barat dari Laut

Merah dan Afrika timur ke selatan Jepang Kepulauan Solomon Papua New

Guinea Australia Kaledonia Baru dan Fiji Tahun

lobster ini ditemukan di

pantai timur Israel di Mediterania

Penyebaran lobsterini di wilayah perairan

selatan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu

ameungpeuk Tanjung

Panaitan

n kepulauan Seribu Gambar

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran

lobster

u u

tu

di seluruh dunia

Gambar

Penyebaran geografis lobster mutiara

Fabricius

Olivier

Lobster ini disebut

Inggris atau lobster batu

(14)

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Gambar

Olivier

Penyebaran geografis berada di Indo Pasifik barat dan Pasifik timur yaitu

Laut Merah

timur Afrika ke Jepang Hawaii Samoa dan Kepulauan Tuamotu dan

lebih ke timur ke pulau pulau lepas pantai barat Amerika Pulau Clipperton

Kepulauan Revillagigedo Pulau Cocos Kepulauan Galapagos dan di beberapa

daerah dekat pantai Meksiko Sinaloa Nayarit dan Guerrero

Penyebaran

lobsterini di wilayah perairan selatan pulau Jawa adalah di perairan teluk

Pelabuhanratu

✁ ✂

ameungpeuk

acitan

n Tanjung Panaitan Gambar

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran

lobster

✄☎ ✆

u u

tu

di seluruh dunia

Gambar

Penyebaran geografis lobster batu

Olivier

✞✟✠✡ ☛☞ ✌✍✎ ☞ ✏✑✒ ✌

y

✑✓✡ ✔

Herbst

Lobster ini disebut

Inggris atau lobster bambu coklat

Indonesia

✟ ✕

Gambar

Lobster ini memiliki warna dasar hijau muda kebiruan

dengan garis putih melintang terdapat pada setiap segmen Kaki memiliki bercak

Sumber Moosa dan Aswandi

✖✗ ✘✙ ✚✛

Holthuis

✗✘✘✗ ✜

Gambar

✢ ✠✡ ☛☞ ✌✍✎ ☞ ✏✑✣☛✍✤✍ ✌✌✡✥☞ ✏

Olivier

✕✦ ✧✝✦✟★

Penyebaran geografis berada di Indo

Pasifik barat dan Pasifik timur yaitu

Laut Merah timur Afrika ke Jepang

Hawaii

Samoa dan Kepulauan Tuamotu dan

lebih ke timur ke pulau

pulau lepas pantai barat Amerika

Pulau Clipperton

Kepulauan Revillagigedo

Pulau Cocos

Kepulauan Galapagos

dan di beberapa

daerah dekat pantai Meksiko

Sinaloa

Nayarit dan Guerrero

Penyebaran

lobsterini di wilayah perairan selatan pulau Jawa adalah di perairan teluk

Pelabuhanratu

ameungpeuk

✁ ✂

acitan

✁✪ ✫

n Tanjung Panaitan

Gambar

Sumber Moosa dan Aswandi

✖✗ ✘✙ ✚✛

Holthuis

✗✘✘✗ ✜

Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran

lobster

☎✆

u

✬ ✭✮✯

u

✰ ✱ ✆✭✲ ✭ ✬ ✬☎

tu

di seluruh dunia

Gambar

Penyebaran geografis lobster batu

✕✠✡☛☞ ✌✍✎ ☞ ✏✑✣☛

Olivier

✁ ✦ ✧✝✦✟★

y

✔☞✏

Herbst

✕✦ ✧✝✳✟

Lobster ini disebut

✴☞✵ ✏ ✑✍ ☛✶ ✌✒✷✏✥✣✎ ✕

Inggris

atau lobster bambu coklat

Indonesia

Gambar

✦ ✸✟★

Lobster ini memiliki warna dasar hijau muda kebiruan

dengan garis putih melintang terdapat pada setiap segmen

Kaki memiliki bercak

✦✹

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Gambar

Olivier

Penyebaran geografis berada di Indo Pasifik barat dan Pasifik timur yaitu

Laut Merah timur Afrika ke Jepang Hawaii Samoa dan Kepulauan Tuamotu dan

lebih ke timur ke pulau pulau lepas pantai barat Amerika Pulau Clipperton

Kepulauan Revillagigedo Pulau Cocos Kepulauan Galapagos dan di beberapa

daerah dekat pantai Meksiko Sinaloa Nayarit dan Guerrero

✟★

Penyebaran

lobsterini di wilayah perairan selatan pulau Jawa adalah di perairan teluk

Pelabuhanratu

ameungpeuk

acitan

n Tanjung Panaitan Gambar

✝✟★

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran

lobster

u u

tu

di seluruh dunia

Gambar

Penyebaran geografis lobster batu

☛✍✤✍ ✌✌✡✥☞ ✏

Olivier

y

Herbst

(15)

bercak putih

✺ ✻ ✼✽ ✾✿

y

mendiami perairan yang keruh dan sering

ditemukan hidup pada dasar laut yang berlumpur dengan kisaran kedalaman

perairan antara

❀❁ ❂ ❃

m tapi biasanya pada kedalaman di bawah

m Panjang

tubuh maksimum dapat mencapai

cm dengan rata rata panjang tubuh antara

❁ ❄ ❅

cm

Penyebaran geografis berada di Indo Pasifik barat mulai dari pantai

Pakistan dan India hingga Vietnam Filipina Indonesia barat laut Australia dan

teluk Papua

Penyebaran lobsterini di wilayah perairan selatan pulau Jawa adalah

di perairan teluk Pelabuhanratu Pameungpeuk dan Tanjung Panaitan Gambar

❆❆❇ ✺

Sumber

Moosa dan Aswandi

Holthuis

Gambar

y

Herbst

Sumber

Moosa dan Aswandi

Holthuis

Keterangan

daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran

lobster

❉❊ ❋

u u

u

di seluruh dunia

Gambar

❆ ❆

Penyebaran geografis lobster bambu coklat

y

Herbst

bercak putih

✿●❍ ✾■ ❏❑✿

y

❏▲ ✼▼ ✾■

mendiami perairan yang keruh dan sering

ditemukan hidup pada dasar laut yang berlumpur dengan kisaran kedalaman

perairan antara

m

tapi biasanya pada kedalaman di bawah

m Panjang

tubuh maksimum dapat mencapai

❖ ❃

cm dengan rata

rata panjang tubuh antara

cm

Penyebaran geografis berada di Indo

Pasifik barat

mulai dari pantai

Pakistan dan India hingga Vietnam

Filipina

Indonesia

barat laut Australia dan

teluk Papua Penyebaran lobsterini di wilayah perairan selatan pulau Jawa adalah

di perairan teluk Pelabuhanratu

Pameungpeuk

dan Tanjung Panaitan Gambar

Sumber Moosa dan Aswandi

P◗ ❘❙ ❚❯

Holthuis

◗❘❘◗ ❱

Gambar

❆❃ ✻✼✽✾✿●❍ ✾■ ❏❑ ✿

y

❏ ▲✼ ▼✾■

Herbst

❲ ❆❳❂❀❇✺

Sumber Moosa dan Aswandi

P◗ ❘❙ ❚❯

Holthuis

◗❘❘◗ ❱

Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran

lobster

❊❋

u

❨ ❩❬❭

u

❪ ❫ ❨❴❪ ❵❊❛

u

di seluruh dunia

Gambar

Penyebaran geografis lobster bambu coklat

❲✻✼✽✾✿

y

Herbst

◆❆❳ ❂ ❀ ❇✺

❆ ❀

bercak putih

y

mendiami perairan yang keruh dan sering

ditemukan hidup pada dasar laut yang berlumpur dengan kisaran kedalaman

perairan antara

m tapi biasanya pada kedalaman di bawah

❖❃

m

Panjang

tubuh maksimum dapat mencapai

cm dengan rata rata panjang tubuh antara

❄❃

cm

Penyebaran geografis berada di Indo Pasifik barat mulai dari pantai

Pakistan dan India hingga Vietnam Filipina Indonesia barat laut Australia dan

teluk Papua Penyebaran lobsterini di wilayah perairan selatan pulau Jawa adalah

di perairan teluk Pelabuhanratu Pameungpeuk dan Tanjung Panaitan

Gambar

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Gambar

y

Herbst

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran

lobster

u u

u

di seluruh dunia

(16)

❜❝❞❡ ❢❣ ❤✐❥ ❣ ❦❧♠❥ ❦✐♥♦ ❤♦

Latreille

Lobster ini disebut

Inggris atau lobster hijau bambu

Indonesia

❝ ♣

gambar

q

Lobster ini memiliki warna warni yang indah

A

berwarna merah jambu di bagian dasarnya dan warna yang serupa juga terlihat

pada bagian sisi karapas

arna dasar lobsteradalah hijau terang dengan garis

putih melintang yang diapit oleh garis hitam

Pada lobsteryang masih muda

warna dasarnya adalah kebiruan atau keunguan

v

mendiami

perairan dangkal dari sublitoral hingga ke kedalaman

m di daerah terumbu

karang

r

di perairan yang jernih dan daerah

Lobster ini aktif pada malam

hari dan hidup soliter Panjang tubuh maksimum dapat mencapai

cm dan rata

rata panjang tubuh adalah kurang dari

cm

Sumber

s

Moosa dan Aswandi

Holthuis

Gambar

Latreille

Penyebaran geografis berada di Indo Pasifik barat mulai dari Laut Merah

dan seluruh pantai timur Afrika ke selatan Jepang Mikronesia Melanesia

Australia utara dan Polinesia

Penyebaran lobsterini di wilayah perairan pulau

Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu Pameungpeuk Tanjung Panaitan

kepulauan Seribu

r t ✉

n Situbondo Gambar

♦ ❥

Latreille

♣q✈✇ ①❝

Lobster ini disebut

②❡✐ ❢③ ♠④ ❦ ②✐ ❢⑤ ❤♦ ⑥ ❦③ ♠❥ ♣

Inggris

atau lobster hijau bambu

Indonesia

gambar

q⑦❝ ⑧

Lobster ini memiliki warna

warni yang indah

A

berwarna merah jambu di bagian dasarnya dan warna yang serupa juga terlihat

pada bagian sisi karapas

⑧ ⑩

arna dasar lobsteradalah hijau terang dengan garis

putih melintang yang diapit oleh garis hitam

Pada lobsteryang masih muda

warna dasarnya adalah kebiruan atau keunguan

⑧ ❞❡ ❢❣ ❤✐❥ ❣❦

v

♠❥ ❦✐♥

mendiami

perairan dangkal dari sublitoral hingga ke kedalaman

q❶

m

r

di daerah terumbu

karang di perairan yang jernih dan daerah

❦❣ ❥ ❷✐ ❢❸⑧

Lobster ini aktif pada malam

hari dan hidup soliter

Panjang tubuh maksimum dapat mencapai

cm dan rata

rata panjang tubuh adalah kurang dari

❹✇

cm

Sumber Moosa dan Aswandi

❺❻ ❼❽ ❾❿

Holthuis

❻❼❼❻ ➀

Gambar

q⑦ ❞❡ ❢❣ ❤✐❥ ❣ ❦❧♠❥ ❦✐♥♦ ❤♦ ❥

Latreille

♣q ✈✇①❝⑧

Penyebaran geografis berada di Indo

Pasifik barat

r

mulai dari Laut Merah

dan seluruh pantai timur Afrika

r

ke selatan Jepang

r

Mikronesia Melanesia

Australia utara dan Polinesia

Penyebaran lobsterini di wilayah perairan pulau

Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu

r

Pameungpeuk

r

Tanjung Panaitan

kepulauan Seribu

n Situbondo

Gambar

q❹ ❝⑧

q ①

Latreille

Lobster ini disebut

Inggris atau lobster hijau bambu

Indonesia

gambar

Lobster ini memiliki warna warni yang indah

A

❢③ ♠❢❢❡

berwarna merah jambu di bagian dasarnya dan warna yang serupa juga terlihat

pada bagian sisi karapas

arna dasar lobsteradalah hijau terang dengan garis

putih melintang yang diapit oleh garis hitam

Pada lobsteryang masih muda

warna dasarnya adalah kebiruan atau keunguan

v

♥♦❤♦❥

mendiami

perairan dangkal dari sublitoral hingga ke kedalaman

m di daerah terumbu

karang di perairan yang jernih dan daerah

Lobster ini aktif pada malam

hari dan hidup soliter Panjang tubuh maksimum dapat mencapai

①✇

cm dan rata

rata panjang tubuh adalah kurang dari

cm

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Gambar

Latreille

(17)

Sumber Moosa dan Aswandi

Holthuis

Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran

lobster

u u

v

di seluruh dunia

Gambar

Penyebaran geografis lobster hijau bambu

Latreille

2.1.3 Indera lobster

Lobster dapat merespon bubu atau umpan dengan panca inderanya Lobster

mempunyai indera penglihatan dan penciuman yang sangat tajam Permatasari

alaupun penglihatan secara tidak langsung tidak penting untuk

pergerakan lobster akan tetapi sebagai tambahan untuk pergerakannya pada jarak

yang pendek Cobb Phillips

Cobb and Phillips

menjelaskan beberapa alat indera lobster yang

dipakai untuk mencari makan

antaranya

Penglihatan

Mata lobster merupakan

t

ty

yang secara khusus ditemukan

pada arthropoda dewasa yang aktif pada malam hari atau hidup di dasar laut

Mata ini terbuka hanya untuk intensitas cahaya yang rendah Mata lobster bekerja

sangat baik untuk mengamati objek dibawah intensitas cahaya yang rendah

Penerimaan bayangan objek pada mata lobster sangat mungkin diperkirakan

Mata lobster ini beradaptasi dengan baik untuk menangkap adanya gerakan

Kemoreseptor

(18)

➁➂

2.1.4 Makanan dan cara makan

Menurut Moosa dan Aswandy

➃➁➄➅ ➆➇ ➈

lobster merupakan hewan nokturnal

yang aktif pada malam hari

Binatang ini keluar atau meninggalkan tempat

persembunyiannya untuk mencari makan

beijah

atau bertelur yang umumnya

dilakukan pada waktu terjadi perubahan kekeruhan air

Lobster memangsa organisme dasar

yaitu binatang

binatang kecil

seperti

krustasea kecil

ikan

cacing

gastropoda

dan bangkai binatang yang sangat

tergantung pada kondisi perairan

Makanan lainnya adalah ikan dan sejenis hewan

lain yang mengandung protein dan lemak

Lobster menggunakan kukunya yang

lancip untuk mencengkram mangsanya dan kemudian dimasukkan ke dalam mulut

Subani

➈➁➄➋➅➇➉

Mata bertangkai lobster digunakan hanya untuk melihat jarak

jarak pendek

karena keruhnya daerah pinggiran pantai yang mengakibatkan mata tidak bisa

berfungsi secara penuh dan sangat mempengaruhi jarak pandang

Cobb and

Phillips

➈ ➁➄➅ ➌➇➉

Shelton dan Laverack

➃➁➄➋➌ ➇

dalam Cobb and Phillips

➃➁➄➅ ➌➇

menerangkan tingkah laku lobster saat pertama kali mendeteksi zat terlarut yang

terbawa oleh arus

yaitu menyatukan

➍➎ ➏➐➎ ➎ ➑➒ ➍➐

-nya secara cepat

perilaku ini

bertujuan untuk memperjelas reseptor dan membukanya terhadap volume air yang

lebih besar

serta mempertinggi respon dari sel kemoreseptor

➇➉

Diikuti dengan

gerakan

➓➍➔→➒➒→➣➐↔ ➃

tungkai maksila yang berfungsi sebagai alat bantu makan

dengan penuh semangat saat konsentrasi kimia dari makanan yang dideteksi

meningkat

Respon terbesar dari lobster adalah ketika menerima bermacam

macam gabungan bau organik

2.1.5 Habitat

spiny lobster

secara umum

(19)

➟➠

perairan yang lebih dangkal sampai kedalaman

meter untuk mencari makan

Direktorat Jendral Perikanan

➢ ➟➤ ➥➤ ➦➧

Umumnya lobster tidak menyukai tempat

tempat terbuka dan perairan yang

arusnya kuat

Tempat yang disukai lobster adalah perairan yang tenang

tempat

tempat yang terlindung dari arus dan gelombang yang kuat

serta memiliki dasar

berupa pasir atau pasir berkarang

Budiharjo

➢ ➟➤➥➟

dalam Ritonga

➢➩ ➫ ➫➭➦➧

2.2

Alat Tangkap

(20)

➮➱

dioperasikannya di daerah dasar perairan

bubu diberi pemberat secukupnya agar

tenggelam dan tidak mudah teengaruh arus

Bubu apung adalah bubu yang

dioperasikan di atas permukaan air

bubu dapat mengapung karena diberi

pelampung atau berupa rakit dari bambu

dan disesuaikan supaya tidak hanyut

Bubu hanyut

prinsipnya sama seperti bubu apung

hanya saja bubu ini dibiarkan

hanyut mengikuti arus

Menurut Mallawa dan Sudirman

❒ ❮❰❰ Ï Ð✃

bubu terdiri dari

tiga bagian utama yaitu

badan bubu

lubang tempat mengeluarkan hasil

tangkapan

✃ ÑÒ

n mulut bubu

Bubu biasanya digunakan oleh nelayan untuk menangkap dan

mempertahankan kualitas target tangkapan yang diinginkan yaitu lobster dan jenis

krustasea lainnya yang juga target yang baik

seperti halnya ikan bersirip

gastropoda dan moluska

Miller

✃ ➮Ó Ó❰

dalam Zulkarnain,

❮❰ ➮ ➮Ð❐

Selain itu bubu

adalah alat tangkap yang selektif

hasil tangkapan yang tidak layak atau di bawah

ukuran ekonomis bisa dilepaskan kembali ke alam tanpa melukainya

sedikit hasil

tangkapan sampingan atau

Ô Õ

-

Ö×ØÖÙ

dan mempunyai dampak minimum terhadap

kerusakan dasar perairan

(21)

ÜÝ

Menurut Zulkarnain

Þ ßàÜ Üá

efektivitas pada alat tangkap adalah suatu

kemampuan alat tangkap untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimum

sesuai dengan tujuan penangkapan

â

Tujuan tersebut dimaksudkan harus

mempertimbangkan adanya upaya menjaga keberlangsungan sumber daya

perikanan

ã

yaitu penggunaan teknologi alat tangkap yang ramah lingkungan yang

sesuai dengan

C

äå æäç

C

äèå é ê

t

çäëìæí î äèíïðñ æòïíó æë ïæí Þ

CCRF

áâ

2.2.1 Hasil tangkapan

Hasil tangkapan utama bubu umumnya terdiri dari jenis

ô

jenis ikan

ã

dan

udang kualitas baik

ã

seperti kwe

Þ

C

õëõèö

spp

âáã

baronang

Þ ÷ïø õèéí

spp

âáã

kerapu

Þ

E

îïèæîóæñé í

spp

âáã

kakap

Þùúõèéí

t

u

spp

âáã

kakatua

Þ ÷êõëéí

spp

âáã

ekor kuning

Þ

C

õæíïä

spp

âáã

ikan kaji

Þû ïõøëõüüõ

spp

âáã

lencam

Þù æ

t

ñ ë ïíèéí

spp

âáã

udang

paneid

ã

udang barong

Þ

lobster

áã

dan lain

ô

lain

Þ

Subani dan Barus

ãÜÝ ýÝáâ

Ikan

ô

ikan

yang menjadi target utama penangkapan biasanya ikan

ô

ikan yang memiliki nilai

ekonomis tinggi seperti

ã

rajungan

ã

lobster

ã

kerapu

Þ

E

îïèæîóæñé í

spp

âáã

kakap

Þù

u

t

úõèéí

spp

âá

dan lain

ô

lain

â

Ikan

ô

ikan tersebut memiliki harga yang tinggi

ã

permintaan yang banyak karena rasanya yang enak

â

Permintaan hasil tangkapan

yang segar dan bahkan masih hidup merupakan tantangan yang besar bagi

nelayan

â

Bubu adalah salah satu alat tangkap yang ideal untuk memenuhi

permintaan tersebut

ã

karena ikan

ô

ikan yang tertangkap pada bubu

ã

tidak

mengalami kerusakan atau kecacatan

ãþ ÿ

bagian besar masih hidup

â
(22)

Menurut Gasperz

✂ ✄☎☎ ✆

mutu adalah totalitas keistimewaan dan

karakteristik suatu produk atau jasa yang berhubungan dengan kemampuannya

untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan tertentu

Mutu adalah hal yang

berkaitan dengan kepuasan konsumen

Jika mutu bagus konsumen tidak akan

takut untuk mengeluarkan biaya yang mahal untuk mendapatkannya

2.3

Umpan

Salah satu faktor penting masuknya ikan kedalam perangkap adalah umpan

Umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan

stimulus

yang bersifat fisika

dan kimia yang dapat memberikan respons bagi ikan

ikan tertentu pada proses

penangkapan ikan

Umpan merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh

yang besar terhadap keberhasilan dalam usaha penangkapan

baik masalah jenis

umpan

✟ ✠ ✡

fat

✟ ☛☞

n cara pemasangan

Sadhori

✟ ✄☎✌ ✍✆✝

Menurut Martasuganda

✂ ✁ ✁✌✆✟

proses teerangkapnya ikan

udang dan

kepiting ke dalam bubu antara lain dikarenakan oleh faktor sebagai berikut

✄ ✆

Biota perairan mencari makan atau dalam perjalanan beindah tempat

mencium bau umpan

mendekati atau menuju ke arah datangnya bau umpan

menyentuh bubu

mencari jalan untuk memasuki bubu

menemukan pintu

masukkemudian memasuki bubu

teerangkap

✆✏

Biota perairan dalam perjalanan beindah tempat

✟ ✑

emudian menemukan bubu

✟ ✒ ✓✔✕ ✖✗ ✘✙✚✛ ✜

t

menemukan pintu masuk kemudian memasuki bubu

✢✆

Dalam perjalanan beindah tempat

kemudian menemukan bubu

t

✣ ✙✤ ✥✚ ✓✗ ✦ ✙✒ ✜

menemukan pintu masuk kemudian memasuki bubu

✧ ✆

Dalam perjalanan beindah tempat

kemudian menemukan bubu

menemukan

pintu masuk kemudian memasuki bubu dijadikan tempat berlindung

✍✆

Dalam perjalanan beindah tempat

kemudian menemukan bubu

menemukan

pintu masuk kemudian memasuki bubu dijadikan sebagai

✒ ✣★✩

t

★✪ ✫

Menurut Leksono

✂ ✄☎✌ ✢✆

diacu dalam Riyanto

✂ ✁✁ ✌✆✟

beberapa

pertimbangan dalam menentukan alternatif umpan yaitu

✄ ✆

Umpan harus dapat digunakan pada alat tangkap yang telah ada

(23)

✬✭

✮✯

Lokasi sumberdaya relatif dekat serta mudah dalam penanganannya

dan

✱✯

Biaya Pengadaan relatif murah

Djatikusumo

✳✭ ✴✵✱✯

diacu dalam Riyanto

✳✬✶ ✶✷✯

menyatakan bahwa umpan

yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut

✭ ✯

Tahan lama

tidak cepat busuk

✯ ✰

✬✯

Mempunyai warna yang mengkilap sehingga mudah terlihat dan menarik bagi

ikan yang menjadi tujuan penangkapan

✹✯

Mempunyai bau yang spesifik untuk merangsang ikan datang

✰ ✮✯

Harga terjangkau

✱✯

Mempunyai ukuran memadai

dan

✺✯

Disenangi oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan

Umpan yang biasa digunakan dalam pengoperasian krendet berupa

potongan

potongan ikan rucah

jenis moluska

✼✽✾✿✾❀

y

✽❁❂ ❃ ✼

kekerangan

bulu babi

teripang

dan jenis hewan lain yang banyak mengandung protein

lemak

dan kitin

✳❀❄❅❅❆✾

t

✯✲

Ada juga yang menggunakan bau dari kelapa yang dibakar untuk

menarik lobster atau ikan

ikan untuk memasuki perangkap

Febrianti

✼ ✬ ✶✶ ✶✯✲

Menurut Ryanto

✳✬✶ ✶✷✯

kandungan alanin

glisin

prolin

tirosin

phenilalanin

lisin

dan histidin serta triptophan dan valin pada asam amino

diidentifikasi

sebagai perangsang nafsu makan ikan

2.3.1 Umpan ikan tembang (Sardinella fimbriata)

(24)

Sumber www fishbase us

Gambar

Ikan tembang

Tabel

Komposisi kimia ikan tembang Sardinella fimbriata per

gr

Komposis

Jumlah

Energi

Air

Protein

Lemak

Kalsium

Ca

Fosfor

P

Besi

Fe

❏❑ ▲

Kal

▼ ◆

gr

❖◆

gr

❖▼

gr

❏❑

mg

❏❑❑

mg

mg

Sumber Hardiansyah

Berikut klasifikasi ikan tembang menurut Saanin

Pilum Chordata

Sub Filum Vertebrata

Kelas Pisces

Sub kelas Teleostei

Ordo Malacopterygii

Sub ordo Clupeiformes

Genus

Spesies

2.3.2 Umpan alternatif cacing tanah (Lumbricus rubellus)

Cacing tanah menjadi umpan alternatif karena cacing tanah memiliki

kandungan asam amino paling lengkap dan protein yang merupakan kandungan

kimia yang merangsang napsu makan ikan

Cacing tanah

(25)

bagian ventral pipih panjang tubuh

cm warna tubuh bagian punggung

dorsal coklat cerah sampai ungu kemerahan warna tubuh bagian ventral krem

dan bagian ekor kekuningan jumlah segmen

klitelum berbentuk sadel

dan menonjol jumlah segmen pada klitelum antara

segmen yang berada

pada segmen ke

lubang kelamin jantan terdapat pada segmen ke

dan

lubang kelamin betina pada segmen ke

bergerak kurang aktif dan kadar air

berkisar antara

% Rukmana

Sumber Kumolo

Hal

Gambar

Anatomi cacing tanah

Secara umum cacing tanah memiliki sifat hermafrodit biparental nocturnal

peka terhadap cahaya sentuhan dan getaran

Tidak memiliki klitelum tidak

memiliki gigi dan rentan terhadap berbagai jenis minyak dan deterjen Palungkun

Hagner dan Engemann

mengklasifikasikan cacing tanah

.

sebagai berikut

Kingdong Animalia

Divisi Vermes

Filum Annelida

Kelas Oligochaeta

Ordo Opisthopora

Family Lumbricidae

Genus

(26)

P◗

Cacing

.

❙ ❚❯ ❱❲❲ ❚❳

telah dimanfaatkan secara luas untuk berbagai

keperluan

seperti

penghasil pupuk organik

bahan pakan ternak dan ikan

umpan

pancing

bahan baku obat dan kosmetik

dan bahan baku makanan dan minuman

Cacing dapat dijadikan bahan baku untuk pakan ternak dan ikan sehubungan

dengan kandungan protein yang tinggi

❪ ❫◗ ❴❵ ❫

%

❛❭

Kandungan gizi lainnya yaitu

mengandung lemak

❪ ❵ ❴ ❜ ❝

%

❛❨

Ca

❪ ❝❨❞❞

%

❛❨

P

❪❜

%

❛❨

dan serat kasar

❪❜❨❝❡

%

❛ ❪

Palungkun

❨ ❜❢ ❢❢❛❭

Kandungan gizi yang terkandung dalam cacing tanah

❪ ❘❚❣❯❙ ❤✐❚ ❳❙ ❚❯❱❲❲ ❚ ❳❛

sebagai berikut tersaji dalam Tabel

P❭

Tabel

P

Tabel kandungan gizi cacing tanah

❪❘❚❣❯❙ ❤✐❚ ❳❙ ❚❯❱❲❲ ❚ ❳❛

Zat Gizi

Komposisi (%)

Protein

❥❦❧♠ ❥

Asam amino esensial

Arginin

❦♥ ♦♣

Histidin

♦♥q❥

Isoleusin

r♥qs

Lisin

❦♥s ❦

Leusin

❦♥♣ ♣

Sumber

t

Palungkun

♥♦✉✉ ✉ ✈

Menurut Kumolo

❪ P ❝❜ ❜❛

berkat kandungannya tersebut cacing tanah dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas

ikan

udang

dan kodok

Sedangkan menurut penelitian para ahli

cacing tanah bisa dijadikan bahan pangan

ternak dan ikan

Kandungan protein cacing tanah lebih tinggi dari tepung ikan

Kandungan asam aminonya juga paling lengkap

tidak berlemak

mudah dicerna

dan tidak bertulang sehingga seluruh jasadnya dipakai

Penelitian sebelumnya

Asam amino esensial

Metionin

r♥♦s

Fenilalanin

r♥ rq

Treonin

r♥ ✉q

Valin

♣♥♦✇

Asam amino nonesensial

Sistin

r♥ r✉

Glisin

r♥ ✉r

Serin

r♥ ss

Tirosin

♦♥ ♣ ❥

Lemak

✇♠❧

Oct

Serat kasar

♦♥✇s

Fosfor

P

② ♦♥✇✇
(27)

③④

menunjukkan bahwa ekstrak cacing

.

⑥ ⑦⑧ ⑨⑩⑩⑦❶

mengandung berbagai jenis enzim

pada substrat tertentu antara lain yaitu

protease

❷ ❸

amilase

lipase

amiloglukosidase

❷❹❺

tinase

❷❻ ❼

n selulase

Subandrio

❷③❾❾ ❿ ➀➁

2.3

Analisis Statistika

Transformasi akar kuadrat biasanya digunakan untuk data yang

mengandung semua nilai

nilai yang kecil

misalnya data yang diperoleh melalui

penghitungan kejadian

kejadian yang jarang

Untuk data ini

ragam cenderung

menjadi proporsional terhadap nilai tengah

Transformasi ini juga cocok

digunakan untuk data persentase dengan wilayah data berkisar antara

❾ ➂ ➃❾

%

Jika sebagian besar data bernilai kecil

khususnya bernilai nol

maka transormasi

yang digunakan adalah

❽➄➅➆ ➀

➇ ➈➉

(28)

O

m

2011

2011,

,

,

,

.

ish

in

g

,

,

,

,

.

3 .

,

16 .

30

20

.

:

, 2012.

1

.

-

u

n l

19 .

.

4

(29)

27

➋➌➍➎➏

1

➐➏➌ ➑➒➌➓➍➌ ➔➌➓→➎➓ ➎➏➣ ➑➣➌➓

↔↕ ➙➛➜➝➞➜ ➟➠➜ ➡➜ ➟ ➢ ➤ ➥➦➧➨ ➧➩➜ ➦➧ ➫➥➭➯➟➜ ➜➟

1

➲➥➳➜ ➡➯ ➲ ➜➟ ➵➜ ➟ ➭

8,5

,

➞➥➤➝ ➡

40

➺➸

,

➛ ➥➠➜➳

90

➺ ➸

.

➻➥➞ ➧➜➜ ➟ ➭➩ ➯➝➞ ➜➟ ➝ ➳➜➟ ➦➤ ↕➳➝ ➜ ➦➧➤➥➟ ➥➛ ➧➝ ➧➜➟

2

➙➛➜➝➝➜ ➟ ➭➩➜➤➠➯➠➯➛ ➧➤ ➜➝

18

➠➯➜ ➡

: 6

➠➯ ➜ ➡➠➯ ➠➯➛ ➧➤➜ ➝ ➳➜ ➵➯➟➭➜➟➦➥➠➜ ➭➜ ➧➠➯ ➠➯➢ ➼➢ ➝➜➟ ➞➜➳ ➽

, 6

➠➯➜➡➠➯ ➠➯➲ ➢ ➼➲➧➟ ➝➯➢➜ ➸➤ ➧➟➭➽➞ ➜➟

6

➠➯➜ ➡ ➠➯ ➠➯➲ ➙➼➲➧➟➝ ➯➙➝➜➦➽

.

➲ ➜➟ ➵➜ ➟ ➭

60

➺➸

,

➛ ➥➠➜➳

45

➺➸

,

➞ ➜➟➝ ➧➟ ➭ ➭➧

30

➺ ➸

.

➾➚ ➪➶

r

➠ ➥➦➧➭➜ ➛ ➹➜➟ ➧ ➦➞➧➜➸ ➥➝ ➥➳

6

➸➸

.

o

v

r n

t

➲ ➴➪➶

sh

siz

1,5

➧➟ ➺ ➧

210

➷➬ ➮

8.

➲➥➟ ➭➜ ➸ ➠➧ ➛➜➟➞➜➝ ➜➡➜ ➦➧ ➛ ➝ ➜➟ ➭➩➜➤ ➜➟

3

➱ ➥➸ ➠➜ ➟ ➭➼ ➦➥➭➜➳ ➽

3-4

➥➩ ↕➳➤ ➜➞ ➜➸➜ ➦➧➟➭

-➸➜ ➦➧➟➭➠➯ ➠➯

✃➸➤➜ ➟➦➝ ➜➟ ➞➜➳

4

❐➜➺ ➧➟ ➭➝ ➜➟➜➡➼ ➡ ➧➞ ➯➤➽ ❒➥➳➜ ➝

± 50

➭➳

/

➩ ➜➟➝ ↕➟➭

/

➠➯ ➠➯ ✃➸➤➜ ➟➜ ➛➝ ➥➳➟ ➜➝ ➧➨

5

➫➜➟➝ ↕ ➟ ➭➯➸➤ ➜➟ ➫➜ ❮➜ ➝➩➜ ➦➜ ➻➥➟ ➥➸➤ ➜➝ ➩➜ ➟➯ ➸➤➜➟ ➤ ➜➞➜ ➠➯ ➠➯

6

➲➥➛➜➸➤➯ ➟➝ ➜➟ ➞➜ ➲➛➜ ➦➝ ➧➩➞ ➧➜ ➸➥➝ ➥➳

30

➺ ➸➞➜➟

20

➺➸

➲➥➟➜➟ ➞➜➛↕ ➩➜ ➦➧ ➤➥➳ ➥➟➞ ➜➸➜➟➠➯ ➠➯

7

➱ ➜➸ ➠➜ ➟ ➭ ➱ ➜ ➛ ➧➤➥➛➜➸➤➯ ➟ ➭

50

➸➞➜ ➟

20

,

➝➜➛➧➯ ➝ ➜➸➜

154

,

➞➜➟➝ ➜ ➛ ➧ ➺➜➠➜➟➭

3

➸➦➥➠➜➟❰➜➩

18.

➻➥➳➜➟ ➭➩➜ ➧➩➜ ➟➠➯ ➠➯ ➞ ➜ ➛➜ ➸

sys

Ï➶

m

lo

n

g

lin

8

➱ ➧➸➠➜➟➭➜➟ ➫➜➤ ➜ ➦➧➝ ➜ ➦

2

➩ ➭➞➜ ➟

5

➩ ➭ ➲➥➟ ➭➯ ➩➯ ➳➜➟➠ ➥➳➜➝ ➼ ➭➳➜ ➸➽➡➜ ➦➧ ➛➝ ➜➟➭➩➜ ➤➜➟

9

➲➥➟ ➭➭➜➳ ➧ ➦➞ ➜➟➵➜ ➟ ➭➩ ➜➦↕ ➳↕ ➟ ➭ ➢ ➩➜ ➛➜

30

➺➸➞ ➜➟

20

➺➸ ➲➥➟ ➭➯ ➩➯ ➳➜➟➤ ➜➟ ➵➜ ➟ ➭ ➩➜➳➜ ➤➜ ➦

,

➤➜ ➟ ➵➜➟ ➭➝ ↕➝ ➜ ➛ ➡➜ ➦➧ ➛➝ ➜➟➭➩➜ ➤➜ ➟

10

➲➥➳➩➜➩ ➜ ➦ ➱ ➜➟➭

,

➤➧ ➦➜➯

,

➭➯ ➟➝ ➧➟➭

,

➺↕ ➠➜➟

,

➵➜➳➯ ➸➞➜ ➟➛➜ ➧➟

-

➛➜ ➧➟

➻➥➸➤ ➥➳ ➠➜ ➧➩ ➧➜ ➛➜➝❰➜➟ ➭ ➳➯ ➦➜ ➩

11

➙➛➜➝➝ ➯ ➛ ➧ ➦ ➢ ➤ ➧➞ ↕ ➛Ð➤ ➯ ➛➤ ➥➟

,

➩ ➥➳➝➜➦ÑÒ➢ ➞ ➜➟➛➜ ➧➟

-

➛➜ ➧➟

.

➻➥➟➺➜➝ ➜➝➞ ➜➝ ➜➡➜➦➧ ➛ ➝ ➜➟ ➭➩➜➤ ➜➟❰➜➟➭ ➞➧➠➯➝ ➯ ➡➩ ➜➟

12

➫➜➸ ➥➳➜➞ ➧ ➭➧➝ ➜ ➛

10

➻➲ ➷↕➩ ➯➸ ➥➟➝ ➜ ➦➧➩ ➥ ➭➧➜➝ ➜➟

13

Ó➜ ➤➝ ↕➤

/

➲❐ ➻➥➟❰➧➸➤ ➜➟➞➜➟

➸ ➥➟➭↕ ➛➜➡➞ ➜➝ ➜

➋➌➍➎➏

2

Ô→ ➎Õ➣Ö➣×➌Õ➣➍Ø➍Ø➏➣→➌ ➑ÙÚ➒➣Ö➣×➌Õ➣→ ➣➓ ➑ØÕ➌Ù→➣➓Û ↔↕

.

❒➜ ➭ ➧➜ ➟➫↕ ➟ ➦➝ ➳➯➩➦➧ ➢ ➤ ➥➦➧➨ ➧➩➜ ➦➧

1

↔➜ ➸➜

:

❒➯ ➠➯Ó➧➤ ➜➝➻↕➞➧➨ ➧➩➜➦➧➲➧➟ ➝ ➯➢ ➜➸➤➧➟➭➼➲ ➢ ➽

2

❒➥➟ ➝➯ ➩➠➯ ➠➯ ➲➥➳ ➦➥➭➧➤ ➜➟ ➵➜ ➟ ➭➼ Ü

o

x typ

➶ ➽

3

✃➩ ➯➳➜➟➠➯ ➠➯

60

➺➸Ý

45

➺ ➸Ý

30

➺➸➼➤Ý➛Ý➝ ➽

4

Þ➯ ➸ ➛➜➡➤➧➟➝ ➯➸➜ ➦➯➩

1

➤ ➧➟➝ ➯

;

➤➧➟ ➝ ➯➦➜ ➸➤ ➧➟ ➭

5

Þ➥➟ ➧ ➦➻↕ ➞ ➧➨ ➧➩➜ ➦➧ß

-

✃➩➯ ➳➜➟➠➯ ➠➯➛ ➥➠ ➧ ➡➠ ➥➦➜➳➞ ➧ ➠➜➟ ➞ ➧➟ ➭➠➯➠➯❰➜ ➟ ➭➠ ➧➜ ➦➜ ➞➧↕ ➤ ➥➳➜ ➦➧➩➜➟➟ ➥➛➜❰➜➟

;

-

à

lo

p

n

t

➼ ➦➯➞➯ ➝➩ ➥➸ ➧➳ ➧➟ ➭➜➟➤ ➧➟➝ ➯➸➜ ➦➯ ➩ ➽➜ ➝➜ ➦➞➜➟➠➜❮➜ ➡

:

22,5

á

;

-

✃➩ ➯➳➜ ➟➤➧➟ ➝ ➯➸➜➦➯➩➺➯➩ ➯➤➛ ➥➠➜➳

;

-

➱ ➥➳➞➜➤ ➜➝➸↕➞➧➨ ➧➩ ➜ ➦➧➠ ➥➳➯➤ ➜➤➛➜➦➝ ➧➩➠➥➳ ➠ ➥➟➝ ➯ ➩➩➧➦ ➧

-

➩ ➧ ➦➧➤➜➞ ➜ ➤➧➟ ➝➯➸➜ ➦➯➩➠➯ ➠➯❰➜➟➭➛ ➥➠ ➧ ➡➸ ➥➟❰➯➛➧➝ ➩➜ ➟➡➜➦➧ ➛➝➜ ➟ ➭➩➜➤ ➜➟ ➯ ➟➝ ➯➩➛↕➛↕ ➦

;

-

➢ ➯➸ ➠➯➛➧➤ ➜➝➜ ➟➠➯ ➠➯➝ ➥➳ ➛ ➥➝ ➜➩

20

➺➸➞ ➜➳ ➧➠➜➭➧➜➟➞➥➤ ➜➟➠➯ ➠➯

;

-

â ➯➜➟➭➞ ➜ ➛➜➸➠➯ ➠➯➛ ➥➠ ➧➡➠➥ ➦➜➳

.

6

❒➧➟ ➭➩➜ ➧➼ ãä➚➪➶ ➽ ❒➥➦➧➭➜➛➹➜➟ ➧ ➦

,

➞ ➧➜ ➸➥➝ ➥➳

6

➸➸

7

❒➜➞ ➜➟➵➜➳ ➧➟ ➭➼➺ ↕ ➹➥➳

n

t

➽ ➲➴➪➶

sh

siz

1,5

➧➟➺➧Ð

210

➷➬ ➮

8

(30)

28

2

.

3

æ ç

.

è éêë éìíçì îïðñ ò îë ó ôõ îë öë òé îë

1

æé÷é

:

èñøñùë ôé ïú çûë öë òéîëüë ì ïñýïé îþüýÿ

2

èõìïñòøñøñ ð éôõ îë ñ÷þ✁✂

r

p

zo

☎✆ ✂

l

yp

✄ ÿ

3

✝òñð éìøñøñ

60

✞÷✟

45

✞÷✟

30

✞ ÷þô✟✠✟ïÿ

4

✡ñ÷✠é☛ôë ì ïñ÷éîñ ò

1

ôëìïñ

;

ôë ì ïñéï éî

5

✡õ ìë îú çûë öë òéîë☞

-

✝òñð éìøñøñ✠õøë ☛øõîéðûëøéìûë ì êøñøñ✌éìêøë é îé ûëçôõð éîë òéììõ✠é✌éì

;

-

lo

p

n

t

þîñûñ ïòõ÷ëðë ìêéìôë ìïñ÷é îñ òÿ

: 70

;

-

✝òñð éìôëìïñ÷é îñ ò✞ñòñ ô✠õøéð

;

-

õðûéô éï÷ çûë öë ò éîëøõ ðñ ôéô✠éîïë òøõðøõì ïñ òòë îë

-òë îëôéûéôë ì ïñ÷é îñ òøñøñ✌éì ê✠õøë ☛÷õ ì✌ñ✠ë ï ò éì ☛ éîë✠ï éìêòéô éìñìïñ ò✠ ç✠ çî

;

-

óñ÷øñ✠ë ô éï éìøñøñïõð✠õ ï é ò

15

✞÷þ✏✄

n

✑✄

r

ÿûéðë øéêë éìûõ ôéìøñøñ

;

-

✒ñéìêûé✠é÷øñøñ✠õøë☛øõîéð

.

6

èë ì ê òéëþ✓✔✂✕✄ ÿ èõîëêé✠✖ éìë î

,

ûë é÷õ ïõð

6

÷÷

7

è éûéì✗ éðë ì êþ✏✄

o

v

r n

t

ÿ ü✘✕✄

sh

siz

1,5

ë ì✞ë ✙

210

✚✛✜

8

:

, 2012

(31)

29

4

-

u

n l

x rimn

t

ish

in

g

.

12

in

g

,

ttin

g

16.30

,

in

g

07.00

.

lo

n

g

li

154

,

-

8

,

3

.

-5 ,

,

20

50

.

-

,

,

-,

(32)

30

✢✣✤✥✥ ✦ ✤✧ ✧✤ ✦★✩ ✧✤ ✪ ✫✥ ✦✤ ✧✬✧✤ ✭✣✮✦✬✦✩✤✯✧

,

✩✧✪✧ ✩✣✤✣✰✫✱✫✧✤ ✫✤✫ ✪✫✥ ✦ ✤✧✬✧✤ ✭✣✲✧✤✯✧✬✬✦✳✧✤✥✰✣✲✫✴

50

✥✳✧★✮✧✮ ✫✤✥✩✣✳✬✧✤✱✵✤✥ ✦ ★✩✧✤✶ ✷✣★✦✪ ✫✧✤✬✧✸✧✱✬✧✭✧ ✱✣✳✭✣✲✦✱✪✫✱✦✭✦✬✬✧✤✩✧✪✧✲✣✭ ✫✯✧✤✥✪✫✥ ✦ ✤✧✬✧✤✦✤✱✦✬ ✩✣★✧✭✧✤✥ ✧✤✦★✩ ✧✤✶ ✹✳✦✱✧✤ ✩✣✤✣★✩ ✧✱✧✤✲✦✲✦✯✧✤✥✪✫✳✧✤✥✬✧✫✬✧✤✩ ✧✪✧✱✧✰✫✦✱✧★✧

,

✪ ✫✱✣★✩ ✧✱✬✧✤✩ ✧✪✧✩✵✭ ✫✭ ✫✤✯✧ ✪✣✤✥✧✤ ✮✧✳✧✩✣✤✥✦✤✪ ✫✧✤✺ ✬✣★✦✪ ✫✧✤✪✫✧★✲✫✰ ✭✧✱✦ ✩✣✳✭✧✱✦ ✪✧✤✪✫✱✣★✩✧✱✬✧✤ ✭✣✭✦ ✧✫ ✦✳✦✱✧✤ ✧✤✥✬✧ ✤✵★✵✳ ✦✳✦✱ ★ ✦✰✧✫ ✪✧✳✫ ✤✵★✵ ✳

1

✴✫✤✥ ✥ ✧

18.

✻✣✰✣✤✥✬✧✩✤✯✧ ✪✧✩✧✱ ✪✫✰✫✴✧✱✩✧✪✧✼✧✲✣✰

6

✲✣✳✫✬✦✱

.

✼✧✲✣✰

4

✹✳✦✱✧✤✪✧✤✩✣✤✣ ★✩✧✱✧✤✲✦✲✦✩ ✧✪✧✱✧✰✫✦✱✧★✧

✽✾

.

✿❀❁ ❂ ❃✾ ❄❅❆❁ ❇❁ ❈❅ ❉❊ ❋✿●❍ ■ ❉

1

2

❑■❑❊ ❉▲

2

▼❏

4

❑■❑❊ ❉▲

3

4

❑■❑❊ ❉▲

4

▼◆

6

❑■❑❊ ❉▲

5

▼❏

6

❑■❑❊ ❉▲

6

▼❏

1

❊ ❖ ■❉

7

5

❊ ❖ ■❉

8

▼❏

3

❊ ❖ ■❉

9

▼◆

3

❊ ❖ ■❉

10

1

❊ ❖ ■❉

11

▼◆

4

❑■❑❊ ❉▲

12

▼❏

2

❑■❑❊ ❉▲

13

3

❊ ❖ ■❉

14

▼◆

2

❑■❑❊ ❉▲

15

▼◆

1

❊ ❖ ■❉

16

▼❏

5

❊ ❖ ■❉

17

▼◆

5

❊ ❖ ■❉

18

6

❑■❑❊ ❉▲

❃❅ ❂❅❀ ■ ❉▲ ■ ❉

:

❏P❈❅ ❉❊ ❋❇❁❇ ❁❋❂■ ❉❄■❀

;

▼❏P❈❅ ❉❊ ❋❇ ❁❇ ❁●✾❄❊ ◗❊ ❖ ■❋❊❍ ❊ ❉❂❁❋■●❍❊ ❉▲

;

▼◆P❘ ❅ ❉❊ ❋❇ ❁❇ ❁●✾❄❊ ◗❊ ❖ ■❋❊❍ ❊ ❉❂❁■ ❂■ ❋

.

(33)

31

5

.

m

x rimn

t ish

in

g

.

l

20

,

:

1

h

.

Gambar

Gambar✣☛✍✤✍✌✌✡✥ Olivier Olivier ✢✠✡ ☛☞ ✌✖✗ ✘✙ ✚✛GambarGambar✍✎ ☞ ✏✗✘✘✗ ✜✑☞ ✏Olivier ✕✦ ✧✝✦✟★
Gambar 30 Hasil tangkapan lobster (
Tabel 25 Hasil uji Duncan (uji lanjut) jenis umpan
Gambar 2 Hasil tangkapan lobster berdasarkan spesies per jenis umpan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diversi menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak merupakan proses penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum,

Di lingkungan perumahan padat penghuni seperti yang telah dibangun oleh Perum Perumnas Regional V Semarang yaitu Perumnas Tlogosari ini pemanfaatan terhadap open space masih

STIEM Jakarta memilki dokumen formal yang lengkap tentang kebijakan dan prosedur pengembangan jejaring dan kemitraan kerjasama internal Persyarikatan Muhammadiyah termasuk

BSM Tabungan Berencana menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Pada tabungan berencana ini Bank Syariah Mandiri memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tanaman tumpangsari terbaik yang dapat mengurangi populasi hama utama pada kubis bunga organik, peningkatan

peneliti mengajar, Sekolah Dasar Negeri 50 Baet Kawan di kelas VI. Prosedur penelitian pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan metode diskusi

Dari beberapa kutipan diatas bisa disimpulkan sisi maskulin dari seorang Dave Saunders adalah kurang maskulin sebagai seorang laki-laki yang hampir tumbuh

(pair), dan diakhiri dengan melakukan persentasi hasil akhir tulisan mereka pada tahat (share) yang menjadikan setiap karangan siswa menjadi lebih baik.