• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi, Jenis Terapi Kanker, dan Status Gizi Pasien Kanker Rawat Inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Kecukupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi, Jenis Terapi Kanker, dan Status Gizi Pasien Kanker Rawat Inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais."

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

Knowledge, Type of Cancer Therapy and Nutritional Status of Cancer

Hospitalized Patients at Dharmais Cancer Hospital. Under direction of EVY DAMAYANTHI and RIRIN HARIANI.

The purpose of this research was for study about adequency level of energy and protein intake, level of nutrition knowledge, type of cancer therapy and nutritional status of cancer hospitalized patients at Dharmais cancer hospital. This research was used cross sectional study design with purposive sampling technique and total sample was 80 cancer patients. Data processing used Nutrisurvey and Microsoft Excel 2007 programe with univariat descriptive analysis and bivariat to see the relationship from level of energy and protein intake, level of nutrition knowledge, type of cancer therapy with nutritional status that tested with pearson corelation. The result showed based on level of nutrition knowledge, almost a half from sample (43.8%) had low level of nutrition knowledge. Most of the sample had severe deficit at energy intake (90%) and protein intake (55%). Half of the sample (62.5%) had been doing chemotherapy, with the highest sample was on breast cancer patient (30%). Half of the sample had good nutritional status (50%), even though sample with severe underweight nutritional status was 16.25%, sample with mild underweight was 11.25%, for 15% sample that had overweight and 7.5% sample with severe overweight. Test result from pearson corelation showed that there was no relationship between level of nutrition knowledge, adequency level of energy intake, adequency level of protein intake and cancer therapy with nutritional status.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut WHO dan Bank Dunia (2005) diperkirakan setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang (International Union Against Cancer /UICC 2009).

Kanker menempati urutan kedua setelah penyakit jantung sebagai penyebab kematian utama di Amerika serikat. Pada wanita usia 40 hingga 79 tahun dan laki-laki usia 60-79 tahun (Whitney 2008). Penyakit kanker sebagian besar dapat dicegah, namun dapat mengakibatkan lebih dari satu juta kematian setiap tahunnya. Sekitar 23 % kematian di Amerika serikat diakibatkan oleh kanker (Lee RD, et al 2008). Proporsi kejadian kanker di dunia yang lebih tinggi terjadi di daerah kurang berkembang, baik dari segi insiden kanker (56% dari kasus kanker baru di tahun 2008 terjadi di negara berkembang) dan kematian kanker (63% dari kematian akibat kanker). Penderita kanker terbanyak di dunia adalah kanker paru-paru (1.61 juta, 12.7% dari total), kanker payudara (1.38 juta, 10.9%) dan kanker kolorektal (1.23 juta, 9.7%). Penyebab kematian yang paling umum terjadi yaitu pada kanker paru-paru (1.38 juta, 18.2% dari total), kanker lambung (0.74 juta, 9.7%) dan kanker hati (0.69 juta, 9.2%) (GLOBOCAN 2008).

Di Indonesia pada tahun 2004, prevalensi penyakit neoplasma mengalami peningkatan yang cukup tinggi (Depkes Indonesia 2005). Data statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2006, menunjukkan bahwa kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap (19,64%), disusul kanker leher rahim (11,07%), dan leukemia (5,93%) (Depkes Indonesia 2009). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diantara penyakit tidak menular pada semua kelompok umur di Indonesia, kanker (tumor ganas) berada pada urutan keenam setelah diabetes mellitus yaitu 4.3‰.

(3)

dari pertumbuhan dan penyebaran sel-sel tersebut, yaitu neoplasma. Klasifikasi tumor didasarkan pada jaringannya, sifat pertumbuhan, dan invasi atau penyebaran ke jaringan lain. Pertumbuhan neoplasma ganas biasanya merusak jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke organ lainnya, proses ini dikenal sebagai metastasis (Grant 2004).

Kanker dapat membunuh penderitanya dengan berbagai cara, tetapi yang paling sering adalah akibat kekurangan gizi yang berat atau kakhesia. Pada penderita dengan kakhesia, penderita mengalami kurus kering dan lemah lunglai, seperti orang yang menderita kelaparan dengan jangka waktu yang lama. Malnutrisi pada kanker disebabkan oleh faktor-faktor primer dan sekunder, baik langsung maupun tidak langsung. Pada 20% - 40% dari seluruh penderita kanker penyebab kematian adalah karena kelaparan. Faktor-faktor primer tersebut antara lain faktor umur, pengetahuan tentang gizi, asupan makanan, penyakit infeksi dan untuk faktor-faktor sekunder tersebut antara lain stadium kanker dan tindakan pengobatan kanker (Uripi 2002).

Status gizi dan tingkat konsumsi pangan merupakan bagian penting dari status kesehatan seseorang. Seseorang dengan kondisi sakit yang sedang dalam penyembuhan dan juga pada lanjut usia pun memerlukan pangan khusus karena kondisi kesehatannya yang kurang baik. Pandangan dan kepercayaan seseorang, termasuk juga pengetahuan mereka tentang ilmu gizi, harus dipertimbangkan sebagai bagian dari berbagai faktor penyebab yang berhubungan terhadap konsumsi makanan mereka. Dengan pendidikan gizi yang

baik maka dapat ditingkatkan konsumsi pangan serta keadaan gizi (Suhardjo 2003).

(4)

mempengaruhi hasil pengobatan kanker karena pasien dengan kecukupan gizi dan status gizi yang baik relatif lebih tahan terhadap terapi kanker dari pada pasien yang berstatus gizi buruk dan kecukupan gizi kurang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Montoya dan Domingo (2010) mengenai status gizi pasien kanker dengan pengobatan kemoterapi pada Lembaga Nasional Transplantasi Ginjal di Singapura, menunjukan bahwa separuh (47,5%) pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengalami kekurangan gizi bahkan risiko lebih tinggi mengalami gizi buruk. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa pada pasien kanker berisiko kekurangan gizi karena memiliki sistem metabolik yang tinggi akibat tumor, rendahnya asupan makan karena kemoterapi yang menyebabkan perubahan indera pencecap dan pembau. Begitu juga dengan hasil studi Unsal (2006) dan Geirsdottir (2008) menunjukan bahwa, terjadi penurunan status gizi pasien kanker (40%) setelah menjalani terapi kemoterapi, dan terjadi peningkatan keadaan malnutrisi pasien kanker (31% menjadi 43%) setelah menjalani terapi radiasi. Studi lain menunjukan bahwa 64% pasien kanker mereka mengalami gizi buruk yang meningkat sampai 81% di antara pasien yang menjalani perawatan paliatif, dimana perawatan paliatif yaitu perawatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi dampak kanker serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Perawatan ini biasanya dilakukan pada pasien dengan kondisi stadium lanjut. Karena tingginya prevalensi gizi buruk pada pasien kanker sehingga penting untuk dilakukannya penilaian status gizi pasien tersebut.

(5)

Rumusan Masalah

Bagaimanakah tingkat kecukupan energi dan protein,tingkat pengetahuan gizi, jenis terapi kanker dan status gizi pasien kanker rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tingkat kecukupan energi dan protein, tingkat pengetahuan gizi, jenis terapi kanker dan status gizi pasien kanker rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais.

Tujuan Khusus

1. Mempelajari karakteristik contoh (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan).

2. Identifikasi tingkat pengetahuan gizi contoh kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais.

3. Identifikasi tingkat kecukupan energi dan protein contoh kanker di Rumah Sakit kanker Dharmais.

4. Identifikasi jenis kanker dan jenis terapi kanker contoh kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais.

5. Identifikasi status gizi contoh kanker rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais.

6. Menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi, tingkat kecukupan energi dan protein, jenis terapi kanker dengan status gizi contoh kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dengan melakukan penelitian ini peneliti akan memperoleh pengalaman langsung untuk mengetahui permasalahan kanker dalam bidang gizi dan mengetahui baik tingkat asupan makan, terapi kanker maupun status gizi pasien kanker juga menambah wawasan dan pengetahuan peneliti di bidang gizi klinik.

2. Bagi Institusi Rumah Sakit

(6)

sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan intervensi gizi pada pasien kanker.

3. Bagi Masyarakat

(7)

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Definisi Kanker

Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid), dan kerusakannya ini terakumulasi dari waktu ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang berfungsi untuk melindungi dari pertumbuhan dan penyebaran sel - sel tersebut, yaitu neoplasma. Klasifikasi tumor didasarkan pada jaringannya, sifat pertumbuhan, dan invasi atau penyebaran ke jaringan lain. Pertumbuhan neoplasma ganas biasanya merusak jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke organ lainnya, proses ini dikenal sebagai metastasis (Grant 2008).

Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh perkembangan populasi sel yang lolos pada pertumbuhan regulasi normal, replikasi, dan diferensiasi dan yang menyerang jaringan di sekitarnya. Kanker berkembang ketika clone dari sel abnormal dapat keluar dari regulasi. Kanker dihasilkan dari fungsi sel yang abnormal dan kelainan ini hasil dari mutasi dalam struktur nukleotida DNA yang paling sering diperoleh selama hidup (mutasi somatik) (Wiseman 2007).

Penyakit kanker dapat didefinisikan berdasarkan empat karakteristik, yang dapat menjelaskan bagaimana sel kanker belaku berbeda dengan sel normal.

1. Klonalitas : Kanker berasal dari perubahan genetik yang terjadi pada sebuah sel, yang kemudian berploriferasi membentuk sel ganas.

2. Autonomi : Pertumbuhan tidak teratur dengan benar oleh pengaruh biokimia dan fisik normal dalam lingkungan.

3. Anaplasia : Tidak terdapat diferensiasi sel yang normal dan terkoordinasi 4. Metastasis : Sel kanker memiliki kemampuan tumbuh secara tidak

kontinyu dan menyebar ke bagian tubuh lain (Mendelsohn 2000).

Etiologi dan Patofisiologi Kanker

(8)

sedangkan sekitar 10-15% disebabkan oleh kesalahan replikasi dan genetika, dan diyakini sepertiga dari kanker berhubungan dengan diet (Damayanthi 2008).

Penyebab kanker bervariasi dan tidak dapat diketahui dengan pasti. Kanker terjadi karena kerusakan struktur genetik yang menyebabkan pertumbuhan sel menjadi tidak terkontrol. Pola insiden kanker bervariasi sesuai jenis kelamin, ras, dan letak geografik. Beberapa kanker dapat dipengaruhi faktor genetik keluarga, namun yang paling sering terjadi karena faktor lingkungan dan gaya hidup. Promotor kanker, yang disebut karsinogen seperti bahan kimia, virus serta faktor lingkungan dan gaya hidup (Mendelsohn 2000 dan Duyff 2006).

Kanker adalah nama untuk sekelompok kondisi yang dihasilkan dari pertumbuhan tidak terkendali dari sel - sel yang abnormal. Perkembangannya kompleks melalui beberapa tahap yaitu: aktivasi, inisiasi, promotor, progresi (perkembangan dan penyebaran), dan kemungkinan remisi (sukses pengobatan atau pembalikan).

Menurut Krinke (2005) Fase transformasi sel normal menjadi sel kanker adalah sebagai berikut :

1. Aktivasi. Beberapa bahan kimia dan/atau radiasi dapat memicu perubahan sel. Dalam proses yang normal, tubuh seseorang dapat menghilangkan zat-zat berbahaya, dalam beberapa kasus substansi menetap dan menempel pada DNA dalam sel.

2. Inisiasi. DNA berubah atau bermutasi dalam sel yang disalin. Jika itu terjadi dalam DNA tertentu, ini akan membuat sel lebih sensitif terhadap zat berbahaya dan/atau radiasi.

3. Promosi. Ketika sel menjadi sensitif, promotor mendorong sel-sel membelah dengan cepat. Jika urutan normal dari DNA rusak, gumpalan sel abnormal mengikat bersama untuk membentuk suatu masa atau tumor.

4. Progresi. Sel-sel terus berkembang biak dan menyebar ke jaringan terdekat. Jika mereka memasuki sistem getah bening, sel-sel abnormal akan diangkut ke organ tubuh lain.

5. Pembalikan. Tujuan dari pembalikan adalah untuk mencegah perkembangan kanker atau untuk memblokir salah satu dari keempat

(9)

Kategori kanker

Tumor diidentifikasi berdasarkan jaringan asal, tempat mereka tumbuh. Akhiran “oma” biasanya ditambahkan ke istilah jaringan untuk mengidentifikasi suatu kanker (Corwin 2001). Beberapa kategori umum kanker yaitu, karsinoma adalah kanker jaringan epitel, termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium, kelenjar penghasil mukus, sel penghasil melanin, payudara, serviks, kolon, rektum, lambung, pankreas dan esophagus. Limfoma adalah kanker jaringan limfe yang mencakup kapiler limfe, lakteal, limpa, berbagai kelenjar limfe dan pembuluh limfe. Timus dan sumsum tulang juga dapat dipengaruhi. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodgkin (kanker kelenjar limfe dan limpa) dan limfoma malignum. Leukemia adalah kanker dalam darah dimana sumsum tulang belakang memproduksi sel darah putih abnormal yang mendesak keluar sel darah putih normal, sel darah merah dan platelet. Sarkoma adalah kanker jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang (Escott 2008). Glioma adalah kanker sel-sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat. Karsinoma in situ adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif (Corwin 2001).

Stadium kanker

Stadium kanker merupakan keputusan klinis yang berkaitan dengan ukuran tumor, derajat invasi lokal yang telah terjadi dan derajat penyebarannya ke tempat-tempat jauh pada seseorang (Corwin 2001). Sebuah prediktor secara kuat mengenai kekambuhan penyakit dan lamanya paparan penyakit pasien yang menyerang di tempat itu serta penyebaran ke organ terdekat, seperti tulang, hati, paru-paru dan sistem saraf pusat. Secara klinis untuk menentukan diagnosa perluasan penyakit, maka akan digunakan hasil pemeriksaan klinis pasien, hasil observasi selama intervensi pembedahan, dan hasil laporan patologis (Nasca 2008).

(10)

International Agency for Research on Cancer (IARC) dan The American Joint Committee on Cancer (AJCC) (Nasca 2008).

Gejala kanker

Menurut Corwin (2001) gejala kanker secara umum timbul tergantung dari jenis atau organ tubuh yang terserang yaitu :

a. Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan atau kecemasan.

b. Pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak wajar, misalnya ludah, batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang terus menerus, cairan puting susu yang mengandung darah, cairan lubang senggama yang berdarah (diantara menstruasi/menopause) darah dalam tinja, darah dalam air kemih.

c. Perubahan kebiasaan buang air besar.

d. Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein (kaheksia).

e. Gangguan pencernaan, misalnya sukar menelan yang terus menerus.

f. Nyeri akibat penekanan syaraf dan pembuluh darah terutama terjadi pada jaringan-jaringan yang terletak diruangan yang terbatas seperti tulang atau otak

g. Anemia yang terjadi akibat berbagai sebab

h. Kelelahan sering terjadi akibat gizi yang buruk, malnutrisi protein, dan gangguan oksigenasi jaringan akibat anemia.

Menurut Corwin (2001), Wilson (2003), dan Escott (2008), terdapat beberapa gejala kanker yag secara khusus berdasarkan jenis kanker yang dialami, yaitu :

a. Kanker paru-paru

Batuk persisten, dispnea, nyeri pleura (dada), hemoptisis (batuk berdarah). Anoreksia, penurunan berat badan adalah manifestasi kanker paru yang lanjut.

b. Kanker payudara

(11)

c. Kanker lambung

Gejala dini rasa sedikit tidak enak pada abdomen bagian atas, rasa penuh setelah makan. Pada akhirnya terjadi anoreksia dan penurunan berat badan.

d. Kanker kolon

Perubahan kebiasaan defekasi, pendarahan, nyeri, anoreksia dan penurunan berat badan

e. Kanker andung kemih atau ginjal

Ada darah pada air seni, rasa sakit atau perih pada saat buang air kecil, keseringan atau kesulitan buang air kecil, sakit pada kandung kemih.

f. Kanker prostat

Kencing tidak lancar, rasa sakit ketika buang air kecil, rasa terbakar Limfoma

Kelenjar getah bening membesar, mual , muntah , anoreksia demam atau penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

g. Leukemia

Pucat, kelelahan kronis, penurunan berat badan, anemia, mual, muntah, dan demam.

h. Kanker otak

Sakit kepala sering merupakan manifestasi kanker otak stadium lanjut

i. Kanker mulut

Bengkak kecil di dasar mulut yang dapat bergerak dan tidak menimbulkan nyeri.

j. Kanker hati

Nyeri akut karena pendarahan dari tumor, acites (penumpukan cairan di rongga perut), nafsu makan menurun dan muncul ikterus (kuningan)

k. Kanker pankreas

Penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan nyeri punggung

l. Nasofaring

Gejala pertama baru muncul setelah pertumbuhan masuk meluas ke lingkungan sekitar misalnya menyebabkan mata juling, tuli satu telinga dan bengkak di leher akibat metastasis di kelenjar limfe leher.

m. Kanker servik

(12)

Faktor risiko

Faktor-faktor risiko untuk kanker antara lain adalah pajanan ke bahan fisik, kimiawi, atau virus yang diketahui bersifat mutagenik dan pajanan berkepanjangan ke suatu promotor. Mutagen dapat terhirup, tertelan, atau bekerja di kulit, misalnya radiasi ultraviolet. Menurut Corwin (2001) dan Krinke (2005) terdapat pula beberapa faktor risiko lainnya yaitu :

a. Faktor risiko hormonal

Hormon estrogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu, misalnya kanker payudara dan kanker endometrium. Wanita yang menstruasi memiliki kadar estrogen yang tinggi, maka risiko terbentuknya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi dini dan mencapai menopause lambat. Terlambat mengandung atau tidak memiliki anak dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

b. Faktor kejiwaan, emosi psikis

Gangguan yang terjadi pada emosi dapat menyebabkan atau memperberat kanker seperti stress, dendam, kebencian yang mendalam atau sakit hati. Peranan faktor kejiwaan pada kanker dapat melalui beberapa cara, diantaranya; stress atau dendam yang mempengaruhi perkembangan sel menjadi liar dan efek yang melemahkan sistem kekebalan tubuh sel T sehingga tidak mampu melenyapkan sel kanker tertentu.

c. Faktor yang bersifat protektif terhadap pembentukan kanker.

Hormon progesteron bersifat protektif terhadap kanker yaitu dengan menghambat efek stimulasi estrogen. Hormon progesteron meningkat pada wanita saat kehamilan dan saat menyusui, oleh karena itu wanita yang menyusui selama paling sedikit 6 bulan berturut-turut, wanita yang hamil beberapa kali, akan mengurangi risiko terkena kanker payudara. d. Faktor riwayat keluarga

(13)

e. Faktor prilaku individu

Perilaku tertentu meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang akan lebih sering terpajan ke inisiator atau promotor. Faktor-faktor risiko perilaku antara lain adalah merokok, dan konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan daging yang diawetkan. Faktor risiko perilaku berkaitan dengan perilaku seksual seperti berganti-ganti pasangan, dan melakukan hubungan intim pada usia dini, meningkatkan risiko terinfeksi virus papiloma manusia yang berkaitan dengan neoplasma alat kelamin. Infeksi oleh virus herpes simplek tipe-2 yang ditularkan melalui hubungan kelamin dapat menigkatkan risiko kanker (Corwin 2001).

f. Faktor makanan

Diet dapat merubah peran genetik dalam perkembangan kanker. Walaupun pola diet berdampak lebih besar ketika awal kehidupan, tetapi perhatian ditunjukan lebih besar pada orang dewasa dalam menurunkan risiko kanker. Asupan buah, sayuran dan antioksidan berhubungan dengan penurunan kanker pada tahap inisiasi dan progresi. The American Cancer Society Expert Committe telah menunjukan bahwa manfaat dari peningkatan asupan buah dan sayuran dapat mencegah kanker payudara, kolon, paru-paru dan prostat (Krinke 2005). Adapun faktor risiko kanker yang berkaitan dengan gizi secara umum, disajikan pada tabel 1.

Tabel 1 Faktor risiko gizi pada kanker secara umum

Tipe kanker Faktor risiko gizi dengan fakta nyata maupun diduga berpengaruh Paru – paru - Rendahnya asupan buah dan sayur

Payudara - Rendahnya asupan buah dan sayur

- Obesitas (terutama pada wanita menopause) - Peningkatan asupan alkohol

Lambung - Rendahnya asupan buah dan sayur - Asupan makanan yang diawetkan

- Tingginya penggunaan obat, merokok dan makanan awetan. Kolon/ rektum - Rendahnya asupan buah dan sayur

- Tingginya asupan daging merah (terutama lemak pada daging merah) - Asupan alkohol berlebih

Nasofaring - Rendahnya asupan buah dan sayur - Asupan alkohol dan tembakau berlebih - Kebiasaan merokok

Hati - Tingginya asupan alkohol

- Konsumsi makanan yang terkontaminasi (terutama kontaminasi aflatoxins)

Servik - Rendahnya asupan buah dan sayur Esophagus - Rendahnya asupan buah dan sayur

- Kekurangan gizi - Asupan tinggi alcohol

(14)

Terapi kanker

Terapi pada pasien kanker bertujuan untuk membinasakan sel-sel kanker dengan membunuhnya ataupun membuangnya (uripi 2002). Walaupun saat ini cukup banyak pilihan terapi yang dapat dilakukan untuk setiap jenis kanker tetapi sebagian besar menimbulkan komplikasi dan penyulit pada penderitanya. Secara umum tujuan terapi kanker adalah memperbesar angka harapan hidup dan mengatasi gejala yang berarti memperbaiki kualitas hidup. Berikut ini jenis terapi untuk pasien kanker :

a. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan bahan kimia atau obat untuk mengobati kanker. Sedangkan operasi dan terapi radiasi digunakan untuk mengobati tumor lokal. Kemoterapi adalah terapi sistemik yang efeknya mempengaruhi seluruh tubuh. Aksi target dari kemoterapi tidak hanya terbatas pada jaringan ganas, hal itu juga mempengaruhi sel-sel normal. Sel-sel tubuh dengan peredaran yang cepat seperti sumsum tulang, folikel rambut, dan mukosa saluran pencernaan biasanya yang paling terpengaruh. Gejala gizi yang dialami akibat kemoterapi meliputi myelosupresi (penurunan dalam produksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit oleh sumsum tulang), kelelahan, mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, mucositis, perubahan rasa dan bau, xerostomia (mulut kering), disfagia, dan perubahan fungsi usus. Akibatnya, asupan makan dan status gizi dapat terpengaruh (Grant 2008).

Kemoterapi adalah penggunaan obat untuk penyembuhan atau pengendalian kanker. Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh. Obat ini akan bekerja dengan menghambat atau mematikan sel-sel tumor, dan juga berpengaruh pada sel normal seperti ketika sel-sel pada saluran pencernaan terkena dapat menyebabkan diare, konstipasi, ataupun menghambat penyerapan zat gizi. Efek samping ini bersifat sementara karena sel-sel saluran cerna menganti dirinya sendiri setiap tiga hari. Namun karena kemoterapi dilakukan dalam waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan status gizi buruk (Levine and Colleagues 2008 dalam Peckenpaugh 2010).

(15)

sangat penting bagaimana mengatur efektivitasnya terkait dengan efek samping pengobatan (Grant 2008).

b. Radiasi

Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal ke dalam tubuh dari akselerator liniear atau unit kobalt atau internal dengan menempatkan sumber radioaktif secara langsung di dalam tubuh atau pada tumor dengan dosis tinggi. Berbeda dengan kemoterapi yang merupakan terapi sistemik, terapi radiasi berpengaruh hanya pada tumor dan daerah sekitarnya. Efek samping terapi radiasi biasanya hanya pada daerah yang teradiasi. Radiasi juga dapat diberikan dengan mengkombinasikannya dengan terapi kemoterapi agar meningkatkan efek radiasi. Terapi radiasi yang dilakukan pada leher, dada, kerongkongan, dan perut menyebabkan masalah makan yang akut. Efek samping dari pengobatan sering menyebabkan ketidaknyamanan penderitanya, seperti disfagia, mulut sakit, stomatitis, esofagitis (radang kerongkongan) dan penurunan produksi air liur yang menyebabkan mulut kering (Grant 2008).

c. Operasi

Operasi dilakukan dalam pengobatan kanker dalam upaya untuk mengangkat tumor atau mengurangi gejala (misalnya obstruksi pada saluran cerna). Masalah gizi dapat berkembang tergantung pada jenis prosedur yang dilakukan. Memberikan gizi yang optimal diperlukan dengan cara memodifikasi diet berdasarkan kemampuan atau ketidakmampuan seseorang untuk mengkonsumsi, dan mencerna makanan.

Operasi digunakan untuk pengobatan kanker dapat pula dikombinasikan dengan kemoterapi adjuvant sebelum operasi atau pasca operasi atau terapi radiasi. Setelah operasi diet yang diberikan yaitu tinggi energi dan protein yang diperlukan untuk penyembuhan luka dan pemulihan. Gejala yang umum terjadi seperti kelelahan, kesakitan, kehilangan nafsu makan, dan perubahan makan. Umumnya efek samping tersebut sementara dan menghilang beberapa hari setelah operasi (Peckenpaugh 2010).

d. Imunoterapi

(16)

lebih agresif terhadap tumor, atau sel-sel tumor dapat diserang oleh antibodi yang dibuat di laboratorium. Imunoterapi yang digunakan seperti ; Antibodi Berlabel Fluoresen, Stimulan Imunitas, dan Antibodi penyerang. Selain itu, sedang dikembangkan terapi yang didasarkan pada biologi molekuler sel tumor yang khas yang berbeda dengan sel-sel non kanker, contoh terapi biologis untuk tumor yaitu menggunakan obat-obat yang secara spesifik menghambat faktor angiogenesis dan enzim-enzim tumor tertentu misalnya kolagenase tipe IV (Corwin 2001).

Pengetahuan gizi

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi yang baik akan dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah atau buruk (Suhardjo 2003).

Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan praktek seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku pustaka, majalah, televisi, radio, surat kabar, dan orang lain (suami, teman, tetangga, ahli gizi, dokter, dan lain-lain) (Khomsan et al 2009 ). Salah satu sebab masalah kurang gizi yaitu kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo 2003). Pengetahuan gizi menjadi landasan yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang berpengetahuan baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Nasoetion dan Khomsan 1995).

Menururut Khomsan (2000) kategori pengetahuan gizi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut-off-point dari skor yang telah dijadikan persen. Untuk keseragaman maka dianjurkan menggunakan cut-off-point sebagai berikut : baik: 80%, sedang : 60-80%, dan kurang : < 60%.

Status Gizi dan Gizi Pada Pasien Kanker Status gizi

(17)

gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier 2004). Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa 2002). Status gizi merupakan bagian terpenting dari status kesehatan seseorang. Kemunduran status gizi dapat menimbulkan komplikasi dan menghambat terapi kuratif. Menilai status gizi seseorang dapat memberikan gambaran tentang baik atau tidaknya status gizi orang tersebut (Gibson 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Menurut Gibson (2005), bahwa konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dan tingkat kesehatan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan ketersediaan bahan makanan, keadaan sosial budaya seperti pendidikan, pengetahuan gizi, dan faktor lingkungan (biologi, kimia, dan fisik).

Gizi adalah faktor penting dalam perjalanan penyakit dan penyebab utama kematian secara umum pada masyarakat. Penyakit jantung koroner, obesitas, hipertensi, anemia, osteoporosis, diabetes mellitus, dan kanker adalah penyakit yang umum berhubungan dengan gizi (Hammond 2008). Beberapa kasus kematian diakibatkan, antara lain karena penyakit jantung koroner, stroke, diabetes mellitus, dan beberapa jenis kanker, memiliki hubungan yang kuat dengan tipe dan kualitas konsumsi makanan.

Status gizi yang optimal dapat dicapai dengan keseimbangan antara asupan gizi dan kebutuhan gizi. Asupan gizi dipengaruhi oleh asupan makan dan penyerapan zat gizi dalam tubuh, sedangkan kebutuhan gizi dipengaruhi oleh pertumbuhan tubuh, pemeliharaan tubuh, stress psikologis, dan penyakit infeksi maupun bukan infeksi (Hammond 2008).

Pengukuran status gizi

(18)

a. Antropometri

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein (Supariasa 2002). Menurut Riyadi (2004), saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intik energi dan protein. Pengukuran antropometri yang sering dilakukan adalah berat badan (BB): untuk mengetahui massa tubuh, panjang/tinggi badan (PB/TB): untuk mengetahui dimensi linear, tebal lipatan kulit (skinfold thickness) dan lingkar lengan atas (LILA): untuk mengetahui komposisi tubuh, cadangan energi dan protein (Briawan dan Madanijah 2008).

b. Klinis

Pemeriksaan klinis digunakan untuk mendeteksi defisiensi gizi. Pemeriksaan ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda - tanda klinis secara umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi (Supariasa 2002).

c. Biokimia

Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Pemeriksaan ini hanya dapat diperoleh di rumah sakit atau pusat kesehatan (Supariasa 2002).

d. Biofisik

Penilaian status gizi secara biofisik dilakukan untuk melihat kemampuan fungsi jaringan dan perubahan struktur. Penilaian dengan cara ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : uji radiologi, tes fungsi fisik, dan sitologi (Supariasa 2002).

Indeks Massa Tubuh

(19)

Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index

(BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan manjadi Indeks Masa Tubuh (IMT). Adapun rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Kategori ambang batas IMT

Kategori IMT Kurus tingkat berat < 17,0 kg/m2

Kurus tingkat ringan 17,0 – 18,49 kg/m2 Normal 18,5 – 24,9 kg/ m2 Gemuk tingkat ringan 25 – 27,0 kg/m2 Gemuk tingkat berat > 27,0 kg/m2 Sumber : Depkes (2005)

Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Secara umum tujuan dari survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa 2002).

Jenis data konsumsi

Pengumpulan jenis data konsumsi makanan terbagi dua yakni kualitatif dan kuantitatif (Gibson 2005).

Metode kuantitatif

Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM) dan daftar penyerapan minyak. Metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain:

a. Metode recall 24 jam

b. Perkiraan makanan (Estimated food records) c. Penimbangan makanan (Food weighing)

(20)

d. Metode food account

e. Metode inventaris (Inventory method) f. Pencatatan (Household food records) Metode Recall 24 jam

Prinsip dari metode recall 24 jam yaitu dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu. Biasanya dimulai sejak bangun pagi kemarin sampai responden istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat mulai wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam penuh. Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu untuk dapat data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari (Supariasa 2002).

Metode recall 24 jam didesain untuk memperkirakan asupan makanan rata-rata individu selama periode waktu yang lebih lama. Recall 24 jam diperlukan untuk memperkirakan kebiasaan asupan zat gizi individu yang bervariasi setiap harinya (Gibson 2005).

• Kelebihan metode recall 24 jam

a. Mudah pelaksanaannya serta tidak membebani responden. b. Biaya relatif murah, tidak memerlukan peralatan khusus. c. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden. d. Dapat digunakan untuk responden buta huruf.

e. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.

• Kekurangan metode recall 24 jam

a. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya dilakukan recall satu hari.

(21)

c. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat.

d. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian

Gizi Pada Pasien Kanker

Gizi merupakan bagian yang penting pada penatalaksanaan terapi kanker, baik pada pasien yang sedang menjalankan terapi kanker, pemulihan dari terapi, dan pada keadaan remisi maupun untuk mencegah kekambuhan. Adapun tujuan dari terapi gizi yaitu untuk mempertahankan atau memperbaiki status gizi, mengurangi gejala sindrom kaheksia, mencegah komplikasi lebih lanjut serta memenuhi kecukupan mikronutrien (Sutandyo dan Ririn 2006). Berikut ini penatalaksanaan gizi pada kanker :

Kebutuhan gizi

Kebutuhan gizi pasien kanker sangat individual dan berubah-ubah dari waktu kewaktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang dijalankan (Sutandyo dan Ririn 2006). Menurut Babcock (2005) walaupun kebutuhan gizi pada individu bervariasi, pedoman untuk terapi gizi pasien kanker harus memenuhi kebutuhan gizi spesifik dan tujuannya terkait dengan percepatan metabolisme, yang syaratnya dapat meningkatkan sintesis jaringan protein dan produksi energi.

a. Energi

Kanker menyebabkan terjadinya hipermetabolik, untuk itu kebutuhan energi sangat tinggi pada pasien. Pada pasien dewasa dengan status gizi baik memerlukan energi 2000 kkal, atau 25 sampai 30 kkal/ kg berat badan. Untuk keperluan pemeliharaan, energi lebih mungkin diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat stress individu atau luasnya kerusakan jaringan (Babcock 2005).

b. Protein

(22)

c. Vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral sebagai kontrol protein dan metabolisme energi melalui peranannya sebagai koenzim spesifik dalam cell enzyme pathways dan juga berperan penting dalam membangun dan memelihara jaringan yang kuat. Oleh karena itu perlu asupan vitamin dan mineral yang optimal, sesuai rekomendasi standar kecukupan gizi (The Dietary Reference Intake/ Recommended Dietary Allowance standards) tetapi lebih sering untuk tingkat terapetik yang lebih tinggi. Suplemen vitamin dan mineral biasanya diindikasikan sesuai dengan aturan makan (Babcock 2005).

d. Cairan

Asupan cairan harus dipastikan cukup dengan alasan yaitu mengganti cairan akibat gangguan gastrointestinal dari muntah, demam, infeksi ataupun diare, dan untuk membantu ginjal membuang produk uraian metabolisme dari kerusakan sel-sel kanker dan obat racun yang digunakan dalam kemoterapi. Beberapa jenis obat kemoterapi (seperti

cyclophosphamide, cytoxan) membutuhkan sebanyak 2 sampai 3 liter cairan untuk mencegah hemorrhagic cystitis (Babcock 2005).

Diet pada pasien kanker

Jenis diet untuk pasien kanker sangat tergantung pada keadaan pasien, perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya. Oleh sebab itu, diet disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indera pencecap, rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat badan akibat pengobatan. Sesuai keadaan pasien makanan yang diberikan secara oral, enteral maupun parenteral. Makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan padat, makanan cair atau kombinasi. Makanan padat dapat berbentuk makanan biasa, makanan lunak atau makanan lumat (Almatsier 2004).

(23)

KERANGKA PEMIKIRAN

Satus gizi adalah keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Menilai status gizi seseorang dapat memberikan gambaran tentang baik atau tidaknya status gizi orang tersebut (Gibson 2005). Status gizi merupakan bagian terpenting dari status kesehatan seseorang.

Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal. Perkembangannya melibatkan kerusakan pada sel - sel DNA, dan kerusakannya ini terakumulasi dari waktu ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang berfungsi untuk melindungi dari pertumbuhan dan penyebaran sel-sel tersebut, yaitu neoplasma. (Grant 2008). Seiring dengan perjalanan penyakitnya dapat menimbulkan masalah gizi seperti malnutrisi. Malnutrisi pada kanker disebabkan oleh faktor-faktor primer dan sekunder, baik langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor primer tersebut antara lain faktor umur, pengetahuan tentang gizi, asupan makanan, penyakit infeksi dan untuk faktor-faktor sekunder tersebut antara lain stadium kanker dan tindakan pengobatan kanker (Uripi 2002).

Malnutrisi akan berpengaruh terhadap penurunan status gizi bagi penderitanya. Status gizi pada pasien kanker dapat dilihat dari kondisi kesehatan non kanker ataupun penyakit infeksi dan kondisi kesehatan kankernya itu sendiri yang meliputi jenis kanker, stadium kanker, dan jenis terapi kanker. Selain itu, asupan makan dan zat gizi akan mempengaruhi status gizi secara langsung. Asupan makan pada pasien kanker dapat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan terkait kanker seperti jenis kanker itu sendiri dan jenis terapi yang diberikan, serta seberapa baik pengetahuan gizinya.

(24)

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara status gizi pasien kanker rawat inap dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Karakteristik contoh : ‐ Usia

‐ Jenis kelamin ‐ Pekerjaan ‐ Tk pendidikan

Pengetahuan gizi

Kondisi kesehatan terkait kanker : ‐ Jenis kanker ‐ Terapi kanker

Asupan (energi & protein) melalui asupan makanan secara oral, enteral, dan parenteral

Status Gizi Pasien Kanker : Indeks Massa Tubuh

(IMT) Kondisi sosial, ekonomi dan budaya

Kondisi kesehatan non kanker

Penyakit Infeksi/ lainnya

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti

Hubungan yang diteliti

(25)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan karakteristik dan tingkat kecukupan energi dan protein, tingkat pengetahuan gizi, jenis terapi kanker serta status gizi pasien kanker rawat inap. Penelitian ini dilaksanakan di RS Kanker Dharmais Jakarta Barat. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli 2011.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di RS kanker Dharmais. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara non probability samples dengan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Laki- laki atau perempuan 2. Usia ≥18 tahun

3. Pasien rawat inap dengan kunjungan baru maksimal 3 hari rawat 4. Kondisi sadar dan bersedia menjadi contoh penelitian yang ditunjukan

dengan penandatanganan informed concern. Dengan perhitungan sampel sebagai berikut :

n =

. = 78 keterangan :

n = jumlah contoh 78

N = jumlah populasi 354 orang (periode bulan Juni) d = tingkat kepercayaan (0.1)

(Notoatmodjo 2005)

(26)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan), antropometri contoh meliputi (berat badan dan tinggi badan) tingkat pengetahuan gizi contoh, asupan makan contoh. Data sekunder terdiri dari, jenis penyakit kanker contoh, jenis terapi kanker yang sedang dijalankan contoh, dan gambaran umum rumah sakit, gambaran umum instalasi gizi RS Kanker Dharmais.

Data karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan) diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan menggunakan kuesioner. Data antropometri (berat badan dan tinggi badan) diperoleh dengan melakukan pengukuran menggunakan timbangan injak dan microtoise.

Data pengetahuan gizi contoh diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan menggunakan kuesioner. Data mengenai jenis kanker, pengobatan atau jenis terapi kanker diperoleh dari buku rekam medis contoh. Data asupan makan contoh dikumpulkan dengan menggunakan recall 2 x 24 jam dari makanan yang dikonsumsi contoh.

Data sekunder didapatkan dari data profil Rumah Sakit Kanker Dharmais mengenai gambaran umum Rumah sakit dan instalasi gizi. Selain itu data jenis diet, jenis kanker, pengobatan ataupun terapi kanker dan lama perawatan dikumpulkan dari hasil diagnosa dokter melalui rekam medis. Jenis dan cara pengumpulan data secara umum dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

No Data Jenis data Cara Pengumpulan

Data Alat

1 Karakteristik contoh - Usia

- Jenis kelamin - Tingkat pendidikan - Pekerjaan

Primer Wawancara kuesioner

2

Berat badan, dan

tinggi badan Primer/sekunder

Pengukuran timbangan injak dan rekam

medis 3 Pengetahuan gizi Primer Wawancara Kuesioner 4 Jenis kanker,jenis

terapi kanker Sekunder

Wawancara/ melihat dari buku rekam medis

Buku rekam medis 5 Asupan zat gizi (Energi

& protein) Primer

Wawancara dengan recall 2 x24 jam

Recall 2 x 24 jam 6 Gambaran umum

rumah sakit dan instalasi gizi

(27)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses editing, coding, dan entry data kemudian tabulasi dan dianalisis dengan menggunakan program komputer perangkat lunak Microssoft excel 2007 dengan analisis deskriptif.

Data karakteristik contoh yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan, data pengetahuan gizi contoh, data asupan makan data jenis kanker, data terapi kanker, dan data status gizi contoh dikelompokan berdasarkan kriteria tertentu kemudian dianalisis secara deskriptif.

Usia contoh. Data usia contoh yang diperoleh dikelompokan menjadi tiga kelompok berdasarkan (Riskesdas 2007) yaitu 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun dan > 75 tahun.

Jenis kelamin. Data jenis kelamin contoh terdiri dari dua kategori yaitu laki - laki dan perempuan.

Tingkat pendidikan. Data tingkat pendidikan contoh diolah dengan mengkelompokan menjadi lima kategori yaitu tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi/sederajat.

Pekerjaan. Data pekerjaan contoh diolah dengan mengkelompokan menjadi lima kategori yaitu PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Buruh, dan Ibu Rumah tangga/ tidak bekerja.

Tingkat pengetahuan gizi. Tingkat pengetahuan gizi contoh diolah dengan menggunakan scoring dari hasil jawaban contoh, kemudian dikelompokan menjadi tiga kategorikan menurut (Khomsan 2000) yaitu tingkat pengetahuan baik (> 80%), tingkat pengetahuan sedang (60- 80%), dan tingkat pengetahuan kurang (< 60%).

Jenis kanker. Data jenis kanker contoh diolah dengan mengkategorikan berdasarkan jenis kanker contoh yang ada pada buku rekam medis.

Jenis Terapi kanker. Data terapi kanker contoh diolah dengan mengkategorikan berdasarkan jenis terapi yang dijalani contoh yang ada pada buku rekam medis.

Asupan zat gizi. Data hasil konsumsi dalam satuan gram kemudian dihitung energi dan kandungan proteinnya dengan menggunakan program

nutrisurvey sehingga diperoleh rata-rata asupan untuk 2 hari. Data tersebut dianalisis sebagai berikut :

(28)

sedangkan contoh dengan status gizi normal menggunakan angka kecukupan gizi yang telah dikoreksi dengan berat badan aktual contoh sehingga didapatkan angka kecukupan energi dan protein koreksi. Rumus yang digunakan dalam mengkoreksi angka kecukupan gizi adalah sebagai berikut (Nasoetion & Damayanthi 2008):

AKG Koreksi =

Angka kecukupan gizi kemudian digunakan untuk menghitung tingkat konsumsi zat gizi. Tingkat konsumsi zat gizi contoh diperoleh dengan menggunakan rumus (Nasoetion & Damayanthi 2008) :

Tingkat konsumsi zat gizi = , %

Penggolongan tingkat kecukupan dilakukan berdasarkan Supariasa (2002) yaitu :

Defisit berat : < 70 % AKG Defisit sedang : 70 - 79 % AKG Defisit ringan : 80 - 89 % AKG normal : 90 - 119% AKG kelebihan : ≥ 120% AKG

Status gizi. Status gizi contoh diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh yang terdiri dari lima kategori menurut Depkes (1994) dalam Depkes (2005) yaitu sebagai berikut :

Kategori IMT Kurus tingkat berat < 17,0 kg/m2

Kurus tingkat ringan 17,0 - 18,49 kg/m2

Normal 18,5 - 24,9 kg/ m2

Gemuk tingkat ringan 25 - 27,0 kg/m2 Gemuk tingkat berat > 27,0 kg/m2

Pengolahan data ini mencakup tabulasi data dan perhitungan statistik. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis data univariat dan analisis data bivariat. Adapun data yang akan dianalisis yaitu:

1. Analisis Univariat

(29)

b. Tingkat kecukupan dan Asupan energi dan protein contoh c. Tingkat pengetahuan gizi contoh

d. Jenis terapi kanker contoh e. Jenis kanker contoh f. Status gizi contoh

g. Asupan makan contoh (energi dan protein) dengan status gizi contoh

h. Jenis terapi kanker contoh dengan status gizi contoh i. Jenis kanker contoh dengan status gizi contoh

j. Asupan makan contoh (energi dan protein) dengan terapi kanker contoh

k. Kebiasaan makan contoh 2. Analisis Bivariat

(30)

Tabel 4 Pengkategorian variabel penelitian

No Variabel Kategori/Kelompok Sumber/

Acuan

1. Usia

1. 15-24 tahun 2. 25-34 tahun 3. 35-44 tahun 4. 45-54 tahun 5. 55-64 tahun 6. 65-74 tahun 7. > 75 tahun

Riskesdas 2007

2. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan Sebaran contoh

3. Pekerjaan

1. Pegawai swasta 2. PNS

3. Wiraswasta 4. Buruh

5. IRT/ tidak bekerja

Sebaran contoh

3. Tingkat

Pendidikan

3. Perguruan Tinggi 4. SMA/sederajat 5. SMP/sederajat 6. SD/sederajat 7. Tidak sekolah

Sebaran contoh

5. Pengetahuan

gizi

1. Kurang (<60%) 2. Sedang (60%-80%) 3. Baik (>80%)

Khomsan (2000)

6. Jenis kanker

1. Kanker payudara 2. Kanker servix 3. Kanker paru 4. Kanker ovarium 5. Kanker nasofaring 6. Kanker rektum 7. Kanker tiroid 8. Kanker kolon 9. Hepatoma

10. Lymphoma non hodgkin’s

Data RSK.Dharmais

7. Terapi kanker

1. Kemoterapi 2. Radioterapi 3. Operasi 4. Terapi lainnya

Rekam medis

8. Asupan zat gizi

(Energi & protein)

1. Defisit berat : < 70% AKG 2. Defisit sedang : 70 - 79% AKG 3. Defisit ringan : 80 - 89 % AKG 4. Normal : 90 - 119% AKG 5. Kelebihan : ≥ 120 % AKG

Supariasa (2002)

9. Status gizi

Kurus tingkat berat : <17,0 kg/m2 Kurus tingkat ringan : 17,0 – 18,49 kg/m2 Normal : 18,5- 24,9 kg/m2 Berat tingkat ringan : 25,0 – 27,0 kg/m2 Berat tingkat berat : > 27 kg/m2

(31)

Definisi Operasional

Contoh adalah pasien kanker rawat inap baik laki-laki maupun perempuan yang telah bersedia menjadi contoh penelitian dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti.

Usia adalah umur penderita kanker yang dikelompokan menjadi tujuh kelompok umur yaitu 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun dan > 75 tahun.

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir contoh yang telah ditamatkan dan memperoleh ijazah atau sertifikat, yang dikategorikan menjadi SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/ sederajat, Perguruan tinggi/ sederajat.

Pekerjaan adalah jenis pekerjaan contoh yang dikategorikan menjadi PNS, Pegawai Swasta, wiraswasta, buruh, IRT/ tidak bekerja.

Pengetahuan gizi adalah kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan gizi seimbang, dan fungsi zat gizi.

Jenis kanker adalah jenis kanker yang diderita oleh contoh.

Jenis Terapi kanker adalah jenis upaya tindakan seperti kemoterapi, radioterapi maupun kombinasi pengobatan yang sedang dijalani oleh contoh.

Asupan makan adalah konsumsi makanan contoh berdasarkan hasil recall dua kali 24 jam.

Asupan Energi dan Protein adalah rata-rata asupan energi dan protein contoh yang berasal dari makanan baik secara oral, enteral maupun parenteral yang dihitung dari 2 hari asupan contoh.

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein adalah jumlah asupan energi dan protein contoh yang dibandingkan dengan angka kecukupan gizi untuk status gizi kategori kurang atau lebih sedangkan status gizi normal dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang telah dikoreksi berat badan ideal.

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Rumah Sakit (RS) Kanker Dharmais didirikan sebagai usulan dari mantan presiden RI, Soeharto pada tahun 1993 sebagai rumah sakit rujukan pusat yang berfungsi memberikan pelayanan yang merata bagi masyarakat, khususnya bagi penderita kanker. RS Kanker Dharmais juga menjadi pusat pendidikan dan penelitian bagi mereka yang bergerak dalam pelayanan penyakit kanker yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap penyakit kanker. Bangunan RS Kanker Dharmais didirikan di atas lahan seluas 38.920 m2 dengan luas total seluruh bangunan adalah 63.540 m2 dan terdiri dari tiga blok bangunan yaitu bangunan pelayanan rumah sakit, bangunan penelitian, pengembangan dan asrama, serta bangunan penunjang.

RS Kanker Dharmais berfungsi sebagai pusat kegiatan pelayanan medis pasien kanker serta pusat pendidikan dan pelatihan kanker. RS Kanker Dharmais juga melakukan riset klinik, riset dasar dan pendidikan mengenai kanker sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pasien kanker. Pelayanan medis di rumah sakit ini bertujuan kuratif, paliatif, rehabilitatif, preventif, promotif dan edukatif. RS Kanker Dharmais memberikan pelayanan berupa: pengobatan segala jenis kanker, deteksi dini kanker dengan tes screening kanker di samping melakukan check up serta pencegahan kanker dengan melakukan penyuluhan mengenai berbagai jenis pencegahan penyakit kanker. Rumah sakit ini dituntut untuk selalu memantau perkembangan kanker baik secara nasional maupun internasional (Profil RS Kanker Dharmais 1993).

Karakteristik Contoh

(33)

2%

14%

23%

45% 11%

5%

15‐24

25‐34

35‐44

45‐54

55‐64

65‐74 30%

70%

laki-laki perempuan Jenis Kelamin Contoh

[image:33.595.104.507.38.842.2]

Berdasarkan jenis kelamin contoh dikelompokan menjadi laki-laki dan perempuan. Seperti disajikan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin, jumlah terbesar adalah kelompok berjenis kelamin perempuan sebanyak 56 orang (70%) dan untuk laki-laki 24 orang (30%). Hasil tersebut sejalan dengan RISKESDAS 2007 yang melaporkan kejadian kanker pada perempuan (5.7‰) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (2.9 ‰).

Usia Contoh

Berdasarkan usia contoh dikelompokan menjadi tujuh kelompok usia yaitu 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun, dan > 75 tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan kelompok usia

(34)

29%

39% 15%

15%

2%

perguruan tinggi

SMA

SMP

SD

tdk sekolah

penyebab kanker terakumulasi dengan usia, yang menyebabkan meningkatnya risiko kanker pada usia lanjut (Virshup 2010).

Menurut Escott (2008) kejadian kanker umumnya terjadi setelah usia 30 tahun, seperti pada kanker payudara, dan kanker colon kejadiannya setelah usia 50 tahun serta kanker pankreas dan lambung yang umum terjadi pada usia antara 50-60 tahun. Hal ini dikarenakan bahwa ciri dari kanker itu memiliki jangka waktu yang panjang antara terkena dengan saat timbulnya kanker. Pertumbuhannya sekitar 6 sampai 10 tahun sebelum tumornya membesar (Wim de jong 2004). Seperti halnya pada kanker payudara, yang membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa yang cukup besar untuk dapat dipalpasi ( kira - kira diameter 1 cm) (Wilson 2003). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar pasien kanker terdiagnosa kanker pada usia antara 35 hingga 54 tahun.

Tingkat Pendidikan Contoh

Berdasarkan tingkat pendidikan contoh dikelompokan menjadi lima kelompok yaitu Perguruan tinggi, SMA/sederajat, SMP/sederajat, SD/sederajat dan tidak sekolah yang disajikan pada gambar dibawah ini :

Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan

Berdasarkan gambar 4 di atas, menunjukkan bahwa jumlah terbesar untuk tingkat pendidikan contoh adalah SMA/sederajat sebanyak 33 orang (39 %), perguruan tinggi 21 orang (26 %) dan sisanya masing - masing sebanyak 12 orang (15 %) SMP/sederajat dan SD/sederajat, dan hanya 2 orang contoh (3 %) tidak sekolah.

(35)

24%

10%

2%

5% 59%

swasta

PNS

wiraswasta

buruh

tdk kerja/IRT

miliki. Menurut Khomsan et al (2009) Tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu.

Pekerjaan contoh

Berdasarkan pekerjaan contoh dikelompokan menjadi lima kelompok yaitu pegawai swasta, PNS, wiraswasta, buruh dan tidak bekerja/ ibu rumah tangga yang disajikan pada gambar dibawah ini :

Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan

Berdasarkan gambar 5 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar contoh tidak bekerja yaitu sebanyak 47 orang (59 %), sedangkan contoh yang bekerja untuk pegawai swasta sebanyak 19 orang (24 %), PNS sebanyak 10 orang (10 %), buruh 4 orang (5 %) dan yang bekerja sebagai wiraswasta hanya 2 orang (2%). Sebagian besar dari contoh tidak bekerja, hal ini dikarenakan contoh pada penelitian sebagian besar dengan jenis kelamin wanita dan merupakan seorang ibu rumah tangga. Hasil ini sejalan dengan RISKESDAS 2007 yang melaporkan bahwa kejadian kanker lebih banyak terjadi pada ibu rumah tangga dengan prevalensi (8.2‰).

Pengetahuan Gizi

(36)

35

32

13 40

16.25

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

< 60% 60 ‐80 % > 80%

jumlah contoh

% Kategori Tingkat Pengetahuan Gizi

[image:36.595.101.497.66.658.2]

n %

Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar dari contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah yaitu sebanyak 35 orang (43.8 %) dan tingkat pengetahuan sedang sebanyak 32 orang ( 40 %) sedangkan tingkat pengetahuan baik hanya 13 orang (16.25 %). Skor pengetahuan gizi contoh berkisar antara 25% sampai 95 % dengan rata-rata 61.3 % ± 0.186%.

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan (Suhardjo 2003). Salah satu pertimbangan seseorang untuk mengkonsumsi makanan adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi kesehatan, pengetahuan tentang bahan penyusun asal makanan, dan makna simbolnya. Semakin baik pengetahuan gizinya, makan seseorang akan semakin memperhatikan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya (Khomsan et al 2009). Pertanyaan pengetahuan gizi yang diajukan pada contoh yaitu pengetahuan dasar mengenai menu gizi seimbang, jenis kandungan gizi pada pangan, fungsi

dan manfaat zat gizi. Berdasarkan hasil penelitian ini, separuh dari contoh (43.8 %) memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah. Hal ini dikarenakan sebagian

(37)
[image:37.595.109.522.118.539.2]

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar pertanyaan pengetahuan gizi

No Pertanyaan dan jawaban n = 80 %

1. Susunan menu keluarga yang baik yaitu nasi, sayur, lauk, buah, dan susu.

69 86.2 2. Zat-zat gizi yang diperlukan tubuh yaitu karbohidrat, lemak, protein,

vitamin, mineral dan air.

59 73.7 3. Zat gizi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh yaitu

protein

47 58.7 4. Bahan makanan mengandung protein hewani yaitu daging, ikan,

telur, dan susu

69 86.2 5. Bahan makanan mengandung protein nabati yaitu

kacang-kacangan

44 55

6. Fungsi utama protein yaitu mengganti bagian tubuh yang rusak, 29 36.2

7. Pangan yang termasuk sumber karbohidrat yaitu nasi 73 91.2 8. Simpanan energi berlebih disimpan tubuh dalam bentuk yaitu

lemak

45 56.2 9. Penggunaan minyak goreng yang aman sebaiknya tidak lebih dari

3 kali

77 96.2 10. Kandungan gizi pada sayur dan buah yaitu vitamin dan mineral 67 83.7 11. Makanan yang mengandung serat yaitu sayuran dan buah-buahan 47 58.7 12. Kelompok pangan yang mengandung antioksidan yaitu sayuran

dan buah-buahan

48 60 13. Fungsi antioksidan yaitu menetralisir radikal bebas 23 35

14. Jenis vitamin larut lemak yaitu A,D,E dan K 8 10

15. Mempertahankan gizi sayuran proses pengolahan yang baik yaitu dicuci, dipotong dan dimasak

50 62.5 16. Merebus sayuran terlalu lama menyebabkan vitamin dan

mineralnya banyak berkurang

66 82.5 17. Jumlah sayur dan buah yang baik dikonsumsi yaitu ≥ 5 porsi 12 15

18. Jumlah air yang baik dikonsumsi setiap hari ≥ 8 gelas 68 85 19. Pengaruh kurang zat besi yaitu anemia 31 38.7

20. Makanan sumber zat besi yaitu hati, bayam dan daging 53 66.2

(38)

0 20 40 60 80 100

defisit berat defisit  sedang

defisit  ringan

normal kelebihan 90

1.2 5 3.7 0

55

15

8.8 16.2 5

persen

kategori tingkat kecukupan

%Energi %Protein

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein

[image:38.595.106.510.97.794.2]

Tingkat kecukupan energi dan protein dalam penelitian ini adalah proporsi asupan energi dan protein contoh yang diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam, yang kemudian dibandingkan dengan Angka kecukupan gizi (AKG) dalam WKNPG untuk contoh dengan kondisi malnutrisi gizi lebih maupun kurang, sedangkan untuk contoh dengan status gizi normal, menggunakan Angka kecukupan gizi (AKG) yang telah dikoreksi, kemudian dikategorikan menjadi 5 kategori yaitu defisit berat (< 70% AKG), sedang (70-79% AKG), ringan (80-89% AKG), normal (90-119 % AKG) dan kelebihan (≥ 120 % AKG) (Supariasa 2002). Berikut sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein:

(39)

Kombinasi Kemoterapi Radiasi Operasi 12.5

62.5

6.2

18.8 %

Rata-rata asupan makan contoh yaitu untuk energi 862±339 kkal/hari,untuk protein 34±17 gram/hari dan lemak 24±13 gram/hari. Pada contoh yang memiliki tingkat kecukupan defisit berat rata-rata asupan energi contoh yaitu 805±291 kkal dan rata-rata asupan protein 32±15 gram, contoh dengan tingkat kecukupan defisit sedang rata-rata asupan energi 878 kkal dan protein 43 gram, contoh dengan tingkat asupan defisit ringan rata-rata asupan energi yaitu 1578±173 kkal dan protein 60±60 gram, contoh dengan asupan baik rata-rata asupan energi contoh 1169±334 kkal dan asupan protein contoh 34±24 gram. Dimana asupan makan contoh selain asupan oral juga terdapat beberapa contoh dengan tambahan gizi parenteral dan enteral.

Jenis Terapi Kanker

Penatalaksanaan kanker bersifat multidisiplin, mulai dari pendekatan diagnostik yang melibatkan banyak keahlian, kemudian pengobatan kanker yang multimodalitas dengan operasi, radiasi, dan kemoterapi, ataupun kombinasi dari ketiga hal tersebut (Reksodiputro 2006). Berikut sebaran contoh berdasarkan jenis terapi kanker yang dijalani.

Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan jenis terapi kanker

Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa separuh dari contoh sedang menjalani terapi kanker dengan kemoterapi sebesar (62.5%), dan sisanya dengan terapi operasi sebesar (18.8%), kombinasi sebesar (12.5) dan radiasi sebesar (6.2%). Beberapa contoh dalam penelitian ini merupakan pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi kanker pertama.

Jenis Kanker

(40)

(DNA), yang merupakan ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda dari setiap sel (Uripi 2002). Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung menginvasi jaringan di sekitarnya dan menyebar ke tempat- tempat jauh (Corwin 2001).

[image:40.595.121.473.228.468.2]

Terdapat beberapa kategori kanker yang diidentifikasi berdasarkan jaringan asal, tempat mereka tumbuh (Corwin 2001). Berikut sebaran contoh berdasarkan jenis kanker ditunjukan pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran contoh menurut jenis kanker berdasarkan jenis kelamin

Jenis kanker Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan

n n n %

Kanker Payudara - 24 24 29.6

KNF 9 4 13 16.0

Kanker ovarium - 10 10 12.3

Kanker servik - 9 9 11.1

LNH 4 2 6 7.4

Kanker Rekti 4 1 5 6.2

Kanker Kolon 2 1 3 3.7

Kanker Paru 1 1 2 2.5

Kanker Tyroid - 2 2 2.5

Kanker Pankreas - 1 1 1.2

Kanker Pelpis - 1 1 1.2

Hepatoma - 1 1 1.2

KSS 1 - 1 1.2

Glen Penis 1 - 1 1.2

Leukimia 1 - 1 1.2

Total 23 57 80 100

*Keterangan: KNF:karsinoma nasofaring, LNH: limfoma nonHodgkin, KSS: karsinoma sel skuamos

(41)

dan nasofaring, sedangkan pada wanita banyak ditemukan di serviks, uterus, payudara, ovarium, kulit, hati dan paru.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar contoh adalah pasien dengan kanker payudara (29.6%). Berdasarkan data statistik 10 besar kanker tersering RS Kanker Dharmais, kunjungan pasien terbesar yaitu kanker payudara sebesar (37%) pada tahun 2009 dan meningkat menjadi (41 %) tahun 2010.

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa 2002). Pada penelitian ini, status gizi contoh dikelompokan menjadi 5 kategori menurut Depkes (2005). Berikut sebaran contoh menurut status gizi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi

Status Gizi n % Kurus tingkat berat 13 16.25 Kurus tingkat ringan 9 11.25

Normal 40 50

Gemuk tingkat ringan 12 15 Gemuk tingkat berat 6 7.5

Total 80 100

Berdasarkan Tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa dari 80 contoh separuh dari contoh yaitu 40 orang (50 %) termasuk kategori gizi baik (normal), sedangkan separuh lainnya terbagi menjadi kurus berat sebanyak 13 orang (16.25 %), kurus ringan sebanyak 9 orang (11.25 %), gemuk ringan sebanyak 12 orang (15 %) dan gemuk berat sebanyak 6 orang (7.5 %).

(42)

dapat dilakukan dengan adekuat. Menurut Laviano dan Meguid (1996) dalam Vickers dan Nagi (2004) menyatakan, lebih dari 50 % pasien yang didiagnosa kanker melaporkan penurunan berat badan yang berhubungan nyata terkait dengan gejala malnutrisi. Sebuah studi lainnya menunjukan bahwa sedikit banyak terjadi kehilangan berat badan (lebih sedikit dari 5%) sebelum terapi yang berhubungan dengan rendahnya prognosis, sehingga penting untuk dilakukan penilaian status gizi awal dan intervensi sebagai langkah pencegahan (Grant 2008).

Hasil yang ditunjukan oleh penelitian ini yaitu separuh dari contoh mengalami malnutrisi baik itu gizi lebih maupun gizi kurang. Pada contoh malnutrisi gizi kurang yaitu dengan kategori kurang ringan (11.25%) dan kurus berat (16.25%). Walaupun hanya sebagian kecil dari contoh dengan status gizi kurang, tetapi hal ini telah menunjukan bahwa kondisi kanker sedikit banyak akan berpengaruh pada status gizi. Menurut McMahon et al (1998) Pengaruh yang merugikan terhadap gizi dapat ditimbulkan oleh kanker dan mungkin juga ditambah dengan pengaruh pengobatan dan faktor psikologi akibat kanker. Sering terjadi penipisan cadangan gizi yang berhubungan dengan penurunan berat badan dan mengakibatkan status gizi buruk yang dibuktikan lebih dari 50% pasien kanker ketika didiagnosa.

(43)

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Status Gizi

[image:43.595.107.523.167.367.2]

Berikut sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein dengan status gizi.

Tabel 8 Sebaran Contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi

Tingkat Kecukupan

Status Gizi Kurus tingkat

berat n (%)

Kurus tingkat ringan n (%)

Normal

n (%)

Gemuk tingkat ringan n (%)

Gemuk tingkat berat

n (%)

Total

n (%)

- Energi

Defisit Berat 13 16.2 8 10 34 42.5 12 15 5 6.2 72 90 Defisit Sedang - - 1 1.2 - - 1 1.2 Defisit Ringan - 1 1.2 2 2.5 - 1 1.2 4 5 Normal - - 3 3.7 - - 3 3.7 Total 13 16.2 9 11.2 40 49.9 12 15 6 7.5 80 100 - Protein

Defisit Berat 9 11.2 7 8.7 20 25 6 7.5 2 2.5 44 55 Defisit Sedang 2 2.5 - 8 10 - 2 2.5 12 15 Defisit Ringan 1 1.2 - 4 5 2 2.5 - 7 8.7 Normal 1 1.2 1 1.2 5 6.2 4 5 2 2.5 13 16.2 Kelebihan - 1 1.2 3 3.7 - - 4 5 Total 13 16.1 9 11.1 40 50 12 15 6 7.5 80 100

Pengambilan data kecukupan energi dan protein contoh diperoleh dari asupan energi dan protein yang diambil dengan menggunakan metode recall 2 x 24 jam, dari hasil recall yang dilakukan, dapat dilihat bahwa asupan makan pada contoh dapat berubah-ubah setiap harinya, hal ini dipengaruhi oleh kondisi klinis contoh yang dipengaruhi oleh penyakit kanker dan terapi yang dijalani contoh, akan berbeda asupan contoh sebelum dan setelah terapi kanker juga keadaan pasien, dan jenis kankernya.

Berdasarkan Tabel 8 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh dengan tingkat kecukupan energi dan protein yang rendah yaitu tingkat kecukupan energi rendah dengan kategori defisit berat sebanyak 72 orang (90 %), dan tingkat kecukupan protein rendah dengan kategori defisit berat sebanyak 44 orang (55 %). Hasil penelitian ini menunjukan, dari 50% contoh dengan status gizi normal memiliki tingkat kecukupan energi dan protein dengan kategori defisit berat yaitu sebanyak 34 orang (42.5%) dan 20 orang (25%). Sedangkan pada contoh dengan status gizi kurus berat, seluruhnya memiliki tingkat kecukupan energi defisit berat. Dan begitu juga pada contoh dengan status gizi gemuk berat sebanyak 5 orang (6.2%) memiliki tingkat kecukupan energi defisit berat.

(44)

protein yang rendah dengan rata-rata asupan energi dan protein contoh yaitu 862±340 kkal/hari dan 34±17 gram/hari. Hal ini dikarenakan secara umum efek samping dari pengobatan yang ditandai dengan mual, muntah, pusing, dan juga akibat perubahan indera pencecap dan pembau yang dapat memperbesar kondisi anoreksia pada pasien kanker sehingga menyebabkan terjadinya penurunan asupan makan. Menurut Grant (2008) terapi kanker dapat mempengaruhi kebutuhan gizi secara nyata dan berpengaruh pada sistem pencernaan, penyerapan dan metabolisme. Gejala gizi yang ditimbulkan termasuk mual dan muntah, perubahan rasa dan bau, disfagia, anoreksia, rasa nyeri dan kelelahan.

Contoh pada penelitian ini mendapatkan terapi gizi oral berupa diet makanan biasa, makanan lunak, makanan cair, dan terdapat pula beberapa contoh dengan penambahan terapi gizi parenteral. Berdasarkan hasil recall, sebagian besar contoh (90%) tingkat kecukupan energinya rendah < 70% angka kecukupan gizi (AKG). Sedangkan pada tingkat kecukupan protein contoh terdapat 5% dengan asupan normal yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kecukupan energi normal 3.75% dan terdapat juga contoh dengan tingkat kecukupan protein lebih yaitu sebanyak 5%. Hal ini dikarenakan, pada saat pengambilan data asupan makan contoh menggunakan recall, sebagian besar contoh mengkonsumsi lebih sedikit makanan sumber karbohidrat seperti nasi, bubur dan juga makanan cair lainnya hanya ¼ porsi dan bahkan ada yang hanya makan 2-3 sendok makan. Begitu pula dengan asupan pada sayur, hampir sebagian besar contoh tidak menghabiskannya, dengan alasan merasa mual apabila memakannya. Sedangkan pada pangan hewani maupun nabati hampir sebagian besar pasien dapat menghabiskannya. Sehingga menyebabkan asupan protein contoh lebih tinggi.

(45)

seperti pemberian diet tinggi protein yang berfungsi untuk dapat memenuhi kebutuhan sintesa protein dan menurunkan degradasi protein akibat kanker.

Jenis Terapi Kanker dengan Status Gizi

Contoh pada penelitian ini merupakan pasien kanker yang sedang menjalani terapi kanker berupa terapi kemoterapi, radiasi, operasi, serta terapi kombinasi. Terapi yang dijalani oleh pasien kanker dapat berpengaruh terhadap status gizi yang merupakan akibat dari efek samping terapi tersebut. Berikut sebaran contoh berdasarkan terapi kanker terhadap status gizi.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis terapi kanker dengan status gizi

Terapi Status Gizi

Total

n (%) Kurus

Tingkat berat n (%)

Kurus Tingkat

ringan n (%)

Normal

n (%)

Gemuk tingkat ringan n (%)

Gemuk tingkat berat n (%)

Kombinasi 2 2.5 1 1.2 5 6.2 -

Gambar

Tabel 2 Kategori ambang batas IMT
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara status gizi pasien kanker
Gambaran umum
Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer didapatkan melalui metode recall 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali dengan waktu yang tidak berurutan, hasil metode wawancara yang kemudian dianalisis