• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Asam Lemak Kaproat dan Komposisi Susu Kambing Peranakan Etawah (PE) yang Diberi Pakan Tambahan Serbuk Akar Som Jawa (Talinum paniculatum Gaertn)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kadar Asam Lemak Kaproat dan Komposisi Susu Kambing Peranakan Etawah (PE) yang Diberi Pakan Tambahan Serbuk Akar Som Jawa (Talinum paniculatum Gaertn)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

Ari Senjaya.D14060557.2012. # $ % % & ' ( # (%'($)$) *$*

%+) & , - )+ ) & %+ - +*& &

(% , . Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing utama : Dr. Ir. Afton Atabany, M.Si

Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Bagus P Purwanto, M.Agr

Susu kambing memiliki kandungan gizi lebih tinggi dari susu sapi. Konsumsi susu kambing di Indonesia masih rendah karena produksi susu masih sedikit dan aroma khas atau "goaty" kambing tinggi yang membuat konsumen kurang menyukainya. Penambahan serbuk akar Som Jawa sebanyak 5% pada susu olahan dapat mengurangi aroma khas kambing. Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar asam lemak kaproat dan komposisi susu kambing Peranakan Etawah yang diberi

pakan tambahan serbuk akar Som Jawa ( Gaertn). Kambing

Peranakan Etawah diberi tambahan serbuk akar Som Jawa dengan level berbeda. Kambing yang digunakan sebanyak 12 ekor dan mempunyai masa laktasi sama yaitu pada bulan Maret. Dikelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan tingkat produksi susu kelompok A = 0,5 – 1 liter; kelompok B = 1 – 1,5 liter; kelompok C = 1,5 – 2 liter. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 4 taraf perlakuan yaitu 0% = konsentrat + 0 gram serbuk akar Som Jawa; 2% = konsentrat + 14 gram serbuk akar Som Jawa; 4% = konsentrat + 28 gram serbuk akar Som Jawa; dan 6% = konsentrat + 14 gram serbuk akar Som Jawa. Peubah yang diamati meliputi konsumsi pakan konsentrat, konsumsi pakan hijauan, kecernaan pakan, produksi susu kambing, berat jenis susu kambing, bahan kering susu kambing, kadar lemak susu kambing, dan asam lemak kaproat. Berdasarkan hasil yang diperoleh penambahan serbuk akar Som Jawa pada pakan konsentrat berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan konsentrat dan konsumsi pakan hijauan, semakin tinggi level pemberian serbuk akar Som Jawa pada pakan konsentrat maka tingkat konsumsi pakan konsentrat dan konsumsi hijauan kambing Peranakan Etawah semakin menurun. Penambahan serbuk akar Som Jawa pada pakan konsentrat tidak berpengaruh terhadap kecernaan pakan dan tingkat produksi susu. Penambahan serbuk akar Som Jawa tidak mempengaruhi kadar lemak dan bahan kering susu kambing namun penambahan serbuk akar Som Jawa pada pakan konsentrat berpengaruh terhadap berat jenis susu. Penambahan serbuk akar Som Jawa pada pakan konsentrat berpengaruh terhadap asam lemak kaproat, namun pada level penambahan 4% kadar asam lemak kaproatnya lebih kecil dibandingkan level 2% dan 6%, sehingga penambahan serbuk akar Som Jawa level 4% pada pakan

konsentrat dapat mengurangi bau prengus atau pada susu kambing.

Kata-kata kunci : susu kambing Etawah, Som Jawa, asam lemak Kaproat

(3)

ii .

# $ % % & ' ( # (%'($)$) *$* %+) & ,

-)+ ) & %+ - +*& & (% ,

Senjaya. A., Atabany. A and Purwanto. B. P

Goat milk has a higher nutrient content than cow's milk. Goat milk consumption in Indonesia is still low because milk production is still small and distinctive aroma or "goaty" high goat that makes consumers less like it. The addition of Java Som root powder as much as 5% in dairy products can reduce the typical goat smell, but when powdered root of Java Som used as additional feed goats. This study aims determine levels of fatty acids kaproat and milk composition of Peranakan Etawah goats fed with additional powdered root of Java Som (

Gaertn). Peranakan Etawah goats were given an additional root powder with different levels of Java Som. Goats are used as much as 12 tails and have the same lactation period is in March. Grouped into 3 groups according to level of milk production. Experimental design used was Randomized group design with 4 treatment level is 0% = concentrate + 0 grams of powder Som Java roots; 2% = concentrate + 14 grams of powder Som Java roots; 4% = concentrate + 28 grams of powder Som Java roots; and 6% = concentrate + 42 grams of powder Som Java roots. Observed variables include consumption of concentrate feed, forage feed intake, digestibility of feed, the production of goat milk, goat's milk specific gravity, dry matter goat milk, goat's milk fat content and fatty acid kaproat. Based on the results obtained by the addition of powdered roots of Java Som concentrate on feed intake affect the level of concentrate feed and forage feed intake, the higher the level of Java Som root powder in the concentrate feed rate of concentrate feed consumption and Peranakan Etawah goats forage consumption decreases. The addition of Java Som root powder in concentrate feed had no effect on feed digestibility and milk production level. The addition of Java Som root powder did not affect the levels of fat and dry matter but the addition of goat milk powder on the roots of Java Som concentrate feed affects the specific gravity of milk. The addition of Java Som root powder in concentrate feed kaproat effect on fatty acids, but at the level of additional 4% fatty acid levels kaproatnya smaller than the level of 2% and 6%, so the addition of powdered roots of Java Som Level 4% in the concentrate feed can reduce the odor prengus or goaty on goat's milk.

(4)

iii "/!0!112

& )'$) ) ) % *' & $ 3 - $ * $ * *&

% %' (3 - 3 4 & ' #

&*3 $ &

$ ) * ) ( (

(5)

iv

*#*3 5 # $ % % & ' ( # (%'($)$) *$* %+)

& , - )+ ) & %+ - +*& &

(% ,

% 5 ) 4

5 "/!0!112

*4*)6

%+)%+) % 6

7 7 8 ( + 6 7 )

7 "90/!1 " "991" " !!

%+)%+) ( 6

7 7 *$ * , (6 7

7 "90!!1!: "9;0!: " !!:

-*)5

* ' % 6

3%* (#*&$) & (3( ) &

(87 7 7 . < *% )6 7 7 < 7 "919" " "9;0!: " !!/

(6)

v Penulis dilahirkan pada tanggal 28 September 1988 di Tasikmalaya, sebagai

anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. Guruh Maha Awan, Mpd dan

Tatat Tarwiyah, Spd. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2000 di SDN VII

Singaparna. Pendidikan menengah tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2003 di

SLTPN 1 Singaparna. Pendidikan menengah tingkat atas berhasil diselesaikan pada

tahun 2006 di SMAN 3 Tasikmalaya. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor

(USMI) pada tahun 2006.

Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB periode tahun 2007-2008

sebagai Staff Politik dan Advokasi Kajian Strategis dan Badan Eksekutif Mahasiswa

Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor (BEM-KM IPB) periode tahun 2008-2009

sebagai Staff Kebijakan Nasional dan Ketua Garda IPB. Penulis aktif di organisasi

mahasiswa daerah (OMDA) yang bernama Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya

Institut Pertanian Bogor (HIMALAYA-IPB) periode tahun 2008-2009 sebagai Ketua

(7)

vi Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis memperoleh

kemudahan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Skripsi yang berjudul

= # $ % % & ' ( # (%'($)$) *$* %+) &

, - )+ ) & %+ - +*& & (% ,

> merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pemanfaatan kambing sebagai penghasil susu di Indonesia umumnya masih

terbatas pada kalangan tertentu sehingga belum banyak masyarakat yang

mengkonsumsinya. Susu kambing mempunyai aroma yang khusus atau “goaty” yang

disebabkan oleh kadar asam lemak kaproat yang lebih tinggi dari pada susu sapi.

Konsumen menginginkan susu kambing yang tidak berbau goaty. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi dasar mengenai penurunan aroma goaty ada

susu kambing.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca.

Karya kecil ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap kemajuan dunia

Peternakan di Indonesia.

Bogor, Januari 2012

(8)

vii 3 %

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

TINJAUAN PUSTAKA ... 2

Kambing Peranakan Etawah ... 2

Konsumsi Pakan ... 3

Kecernaan Pakan ... 4

Kecernaan Bahan Kering Pakan ... 5

Sistem Pencernaan Ruminansia ... 5

Susu Kambing ... 6

Produksi Susu Kambing ... 6

Komposisi Susu Kambing ... 10

Berat Jenis Susu Kambing ... 13

Lemak Susu Kambing ... 13

Bahan Kering Susu Kambing ... 13

Asam Lemak Susu Kambing ... 14

Som Jawa ( Gaertn) ... 16

MATERI DAN METODE ... 19

Lokasi dan Waktu ... 19

Materi ... 19

Bahan ... 19

Alat ... 19

Ternak ... 19

Pakan ... 20

Kandang ... 20

Prosedur ... 21

Proses Pembuatan Serbuk Akar Som Jawa ... 21

(9)

viii

Perhitungan Konsumsi Pakan ... 21

Perhitungan Kecernaan Bahan Kering Pakan ... 21

Pengamatan Produksi Susu ... 22

Analisis Kandungan Nutrisi ... 22

Analisis Kandungan Asam Lemak ... 23

Rancangan dan Analisis Data ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Konsumsi Pakan ... 25

Konsumsi Pakan Konsentrat ... 25

Konsumsi Pakan Hijauan ... 26

Kecernaan Bahan Kering Pakan ... 26

Produksi Susu Kambing ... 27

Komposisi Susu Kambing ... 28

Berat Jenis ... 28

Bahan Kering ... 29

Kadar Lemak ... 30

Asam Lemak ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

UCAPAN TERIMA KASIH ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(10)

(%( 3 %

1. Komposisi Susu Kambing ... 11

2. Komposisi Susu Kambing, Susu Sapi dan ASI ... 11

3. Komposisi Susu pada Berbagai Ternak dan Manusia ... 12

4. Perbandingan Asam Lemak Susu Kambing dan Susu Sapi ... 14

5. Rataan Konsumsi Pakan Konsentrat, Konsumsi Pakan Hijauan dan Kecernaan Pakan ... .. 25

(11)

x

(%( 3 %

1. Kambing Peranakan Etawah ... 2

2. Som Jawa ( Gaertn) ... 16

3. Kambing Penelitian ... 19

(12)

(%( 3 %

1. Hasil Sidik Ragam Konsumsi Pakan Konsentrat ... 37

2. Hasil Sidik Ragam Konsumsi Pakan Hijauan ... 37

3. Hasil Sidik Ragam Kecernaan Pakan ... 37

4. Hasil Sidik Ragam Produksi Susu Kambing ... 37

5. Hasil Sidik Ragam Berat Jenis Susu Kambing ... 37

6. Hasil Sidik Ragam Kadar Lemak Susu Kambing ... 37

7. Hasil Sidik Ragam Bahan Kering Susu Kambing ... 38

8. Hasil Sidik Ragam Asam Lemak Kaproat Susu Kambing ... 38

(13)

1 3 &

Susu merupakan sumber nutrisi lengkap yang banyak di konsumsi oleh

manusia sejak balita sebagai pengganti air susu ibu sampai dewasa. Susu kambing

merupakan salah satu susu yang diminati oleh masyarakat. Konsumsi susu kambing

masih dalam jumlah yang terbatas, karena susu kambing belum banyak di produksi

dan kurang dikenal. Sumbangan susu kambing dalam produksi susu di dunia baru

1,5% dari produksi susu keseluruhan. Pemanfaatan kambing sebagai penghasil susu

di Indonesia umumnya terbatas pada kalangan tertentu saja (Tahahar 1996).

Selain itu, produksi susu kambing yang dihasilkan masih sangat beragam yaitu 0,45

– 2,2 kg/ekor/ atau 0,5 – 1,5 liter/ekor/hari (Tahahar 1996) dan 0,47 – 1,09

kg/ekor/hari (Yulistiani, 1999)

Susu dikonsumsi dalam bentuk susu segar maupun dalam bentuk susu olahan.

Produk-produk susu yang beredar di pasaran, sebagian besar merupakan produk susu

yang berbahan baku sapi. Produk-produk susu yang berbahan baku susu kambing

masih relatif sedikit. Susu kambing mempunyai nilai gizi yang lebih baik dari pada

susu sapi. Salah satu hal yang menyebabkan konsumsi susu kambing relatif rendah

adalah bau khasnya atau ‘goaty’. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

konsumsi susu kambing adalah dengan menganekaragaman produk olahan susu yang

berbahan baku susu kambing. Hal itu tidak cukup, karena konsumen menginginkan

susu kambing yang beraroma goaty dapat dikurangi setelah proses pemerahan.

Penambahan pakan tambahan berupa serbuk akar Som Jawa diharapkan dapat

mengurangi aroma goaty susu kambing setelah pemerahan. Pakan serbuk Som Jawa

ini belum diteliti pengaruhnya terhadap pakan kambing Peranakan Etawah. Menurut

Syawal (2002), penambahan ekstrak akar Som Jawa dapat mengurangi bau khas susu

kambing, setelah diberi penambahan 5% ekstrak Som Jawa pada susu olahan.

*4*

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam lemak kaproat dan

komposisi pada susu kambing Peranakan Etawah yang diberi pakan tambahan serbuk

(14)

2

%+) & ,

-Kambing termasuk hewan ruminansia kecil yang pada awalnya diternakan

dengan tujuan untuk diambil dagingnya (Suharno dan Nazaruddin, 1994). Kambing

Peranakan Etawah merupakan persilangan antara kambing Etawah dan kambing

Kacang, sehingga mempunyai sifat-sifat di antara tetuanya. Ciri-ciri Kambing

Peranakan Etawah merupakan perpaduan dari ciri-ciri kambing Etawah dari India

dan kambing lokal atau kambing kacang. Namun ciri-ciri spesifiknya lebih ke

kambing Etawah asal India yang mempunyai cirri seperti masih adanya gelambir,

muka cembung serta telinganya panjang, lebar dan terkulai (Moeljanto dan Wiryanta,

2002). Menurut PEMKAB Purworejo (2006) Kambing jenis ini mudah berkembang

dengan baik di daerah berhawa dingin, berbadan besar warna bulu beragam yaitu

belang putih, merah coklat, bercak hitam atau kombinasi ketiganya dan pada bagian

belakang terdapat bulu yang lebat dan panjang. Mempunyai berat badan 40,2 kg

untuk betina dewasa sedangkan jantan dewasa 60 kg (PUSLITBANGNAK,2007)

Gambar 1. Kambing Peranakan Etawah

Bangsa Kambing perah yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah

kambing PE (Peranakan Etawah). Sebagian besar kambing PE mempunyai sifat

mendekati sifat kambing Etawah dan sebagian lainnya mendekati sifat kambing

kacang (Atabany, 2001). Kambing PE termasuk penghasil susu dan daging atau

(15)

3 ( $*%$) &

Proses makan (feeding) adalah aktivitas yang kompleks, yang meliputi

mencari makanan, mengamati, pergerakan, aktifitas sensorik, memakan dan

mencerna. Dalam saluran pencernaan makanan dan zat-zat makanan diserap dan

dimetabolisme. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi oleh

hewan bila makanan tersebut diberikan dalam jangka waktu tertentu (Parakkasi.

1999). Tingkat konsumsi atau ! " (VFI) diartikan sebagai jumlah

makanan yang dikonsumsi oleh hewan apabila bahan makanan tersebut diberikan

# (Parakkasi, 1995).

Kambing merupakan jenis ruminansia yang lebih efisien daripada domba dan

sapi. Kambing dapat mengkonsumsi bahan kering yang relatif lebih banyak untuk

ukuran tubuhnya yaitu 3-7%. Kambing juga lebih efisien dalam mencerna pakan

yang mengandung serat kasar dibandingkan dengan sapi dan domba (Atabany,

2002). Kambing merupakan pemakan yang lahap dengan pakan yang beragam dari

tanaman lunak dan semak sampai kulit pohon. Kambing yang mendapat tambahan

konsentrat sebaiknya diberikan dalam bentuk kasar atau digiling kasar karena

kambing tidak suka pakan yang digiling halus dan berdebu. Tipe dan jumlah pakan

harus disesuaikan dengan fungsi dan tujuan pemeliharaan. Pemberian konsentrat

diperlukan, akan tetapi jangan terlalu banyak karena akan menyebabkan kegemukan

(Atabany, 2002).

Pakan utama kambing perah adalah hijauan. Baik berupa rumput, limbah

pertanian maupun daun-daunan. Rumput untuk kambing berupa rumput liar (gulma)

yang disabit dapat berupa rumput budidaya, misalnya rumput Gajah, rumput

Benggala, rumput Setaria dan rumput Raja. Limbah pertanian yang bisa dikonsumsi

kambing adalah daun dan batang kacang tanah, jagung, ubi jalar dan singkong.

Limbah pertanian yang tidak disukai kambing adalah jerami padi. Hijauan berupa

daun-daunan yang dikonsumsi kambing adalah daun lamtoro, waru, albisia,

kaliandra, nangka (Atabany, 2002).

Ternak diberi pakan tambahan berupa konsentrat dengan atau tanpa bahan

pakan campuran lainnya. Devendra dan Burns (1994) dan Reksohadiprodjo (1985)

menyebutkan bahwa kambing membutuhkan bahan kering 3-5% dari bobot badan

(16)

4 bobot hidupnya. Seekor kambing dengan berat badan 40 kg dan berproduksi 2 liter

perhari diberikan 5 kg hijauan dan 0,5 - 1,0 kg konsentrat. Kadang – kadang kambing

sedang laktasi diberikan hijauan secara # dan konsentrat yang mengandung

protein kasar 16% sebanyak 0,5% kg per ekor per hari. Persentasi pakan hijauan dan

konsentrat agar diperoleh ransum yang murah dan koefisien cerna yang tinggi

digunakan perbandingan pakan hijauan 60% dan konsentrat 40% (Atabany, 2002).

Konsumsi zat makanan sangat diperlukan untuk membantu metabolisme

dalam tubuh (Sutardi, 1981). Konsumsi pakan pada umumnya sangat dipengaruhi

oleh tingkat palatabilitas terhadap suatu bahan pakan. Menurut Scott . (1982)

palatabilitas adalah rasa pakan itu sendiri. Secara umum palatabilitas dipengaruhi

terutama oleh rasa, bau dan warna makanan.

Aktivitas konsumsi meliputi proses mencari makan, mengenal dan mendekati

pakan, proses bekerjanya indra hewan terhadap pakan, proses memilih pakan dan

proses menghentikan pakan. Produktivitas hewan salah satunya dapat dilihat dari

jumlah konsumsi, Konsumsi pakan bertambah jika diberikan pakan yang berdaya

cerna lebih tinggi daripada pakan yang berdaya cerna rendah. Iklim yang sangat

ekstrim berpengaruh terhadap konsumsi hewan. Apabila iklim panas maka

konsumsinya akan menurun, senaliknya apabila iklim dingin maka jumlah

konsumsinya akan meningkat (Tomaszewska . 1991)

< &

Pencernaan adalah proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan

pakan dalam alat pencernaan. Proses tersebut meliputi, pencernaan mekanik,

pencernaan hidrolitik dan pencernaan fermentatif. Proses pencernaan mekanik terjadi

di mulut oleh gigi sehingga bahan pakan yang dikunyah menjadi berukuran kecil di

dalam perut dan dicerna oleh usus. Bahan makanan diuraikan menjadi molekul yang

sangat sederhana oleh enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh tubuh hewan

tersebut dan hal ini merupakan proses pencernaan hidrolitik (Sutardi, 1981).

Pada umunnya pakan yang mempunyai kandungan serat kasar tinggi

mempunyai daya cerna rendah. Daya cerna semu ( # ) merupakan

banyaknya zat yang terkonsumsi yang tidak didapatkan didalam feses. Jumlah zat

(17)

5 makanan dalam bahan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi, begitu juga untuk

menghitung zat makanan yang terdapat dalam feses. (Parakkasi,1995)

< - )

Jumlah bahan kering yang dapat dimakan oleh hewan selama satu hari perlu

diketahui untuk dapat mengetahui kebutuhan hewan akan zat makanan yang

dikonsumsi untuk pertumbuhan, hidup pokok dan reproduksi. Kecernaan dinyatakan

dalam bahan kering dan dalam persen adalah koefisien cerna (Tilman ., 1986).

Tingkat kecernaan adalah usaha untuk mengetahui banyaknya zat makanan yang

diserap oleh saluran pencernaan (Anggordi, 1990). Bagian yang dapat dicerna adalah

selisih antara zat-zat makanan yang dikonsumsi dengan zat-zat makanan yang

dibuang bersama feses. Pengukuran daya cerna adalah suatu usaha untuk

meningkatkan jumlah zat makanan dari bahan pakan yang diserap dalam saluran

pencernaan. Nilai koefisien cerna tidaklah tetap untuk setiap makanan yang

dipengaruhi oleh komposisi kimiawi, pengolahan bahan makanan, jumlah pakan dan

jenis hewan (Maynard 1979)

)$ % < *%) $)

Sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan

yang dilengkapi dengan beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan,

penerimaan dan pencernaan bahan makanan dalam perjalanannya melalui tubuh

(saluran pencernaan) mulai dari rongga mulut sampai ke anus serta bertanggung

jawab juga atas pengeluaran (ekskresi) bahan-bahan makanan yang tidak terserap

(Parakkasi, 1983). Pencernaan didefinisikan sebagai salah suatu rangkaian perubahan

fisik dan kimia yang dialami oleh bahan pakan di dalam alat pencernaan (Tilman

1991).

Proses Pencernaan pada ternak ruminansia relative lebih komplekss

dibandingkan dengan ternak monogastrik, hal ini disebabkan ruminansia mempunyai

2 jenis lambung yaitu lambung depan (reticulum, rumen dan omasum) dan lambung

sejati (abomasum). Pencernaan pada ternak ruminansia meliputi pencernaan

mekanik, fermentative dan hidrolitik. Pencernaan di lambung depan berjalan secara

fermentatif oleh mikroba rumen sedangkan pencernaan di lambung sejati terjadi

(18)

6

fermentatif dalam rumen berupa ! $ (VFA), NH3, metan (CH4) dan

CO2. VFA yang dihasilkan sebagian langsung diserap melalui dinding rumen. VFA

diantaranya terdiri atas asam asetat, 75% dari VFA yang dihasilkan diserap

rumen-retikulum yang kemudian masuk kedalam darah (Parakkasi, 1999)

*$* %+)

Sama halnya dengan sapi, ternak kambing dapat menghasilkan cairan yang

disebut susu yang disekresikan melalui ambing. Menurut Dewan Standarisasi

Nasional (1998), susu kambing mengacu pada SNI 01-3141-1998 tentang susu segar

adalah susu yang berasal dari ambing induk kambing yang sehat dan diperoleh

dengan cara yang benar. Susu kambing merupakan hasil sekresi dari ambing

kambing sebagai makanan anaknya. Susu kambing menururt Moeljanto dan

Wiryanta (2002) mengandung asam kaprilat yang berfungsi sebagai untuk

menanggalkan sel kulit yang sudah mati sehingga susu kambing banyak dipakai

untuk sabun mandi yang berguna bagi kesehatan. Selain itu juga mengandung protein

pemulih yang biasa disebut liposeme yang mudah diserap oleh kulit dan mengandung

vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan lemak. Susu kambing mempunyai

bermacam-macam manfaat yang lebih besar dari pada susu sapi dan telah lama

diakui oleh para dokter untuk dimanfaatkan oleh mereka yang mengalami gangguan

pencernaan (Blakely dan Blade, 1991)

(#*&$) *$* %+)

Selain dikenal sebagai kambing bertipe besar, kambing Peranakan Etawah

(PE) dikenal sebagai penghasil susu yang cukup potensial. Hasil penelitian

menunjukan bahwa kambing PE mampu menghasilkan susu sebanyak 0,42 – 2,2 liter

per hari dengan panjang masa laktasi 92-256 hari (DITJENNAK, 1986). Produksi

susu kambing di Asia Tenggara sebesar 28,8% dari daerah tropis dan untuk seluruh

daerah tropis merupakan 68,8% dari produksi total susu kambing di dunia (Devendra

dan Burns, 1994).

Peningkatan produksi susu yang tidak diimbangi oleh peningkatan konsumsi

pakan pada awal laktasi mengakibatkan ternak akan memobilisasi cadangan nutrisi

tubuhnya sehingga terjadi penyusutan bobot tubuh selama laktasi untuk produksi

(19)

7 baik, seperti pemberian pakan tambahan dan pemilihan bibit yang berkualitas

(Atabany, 2002).

Faktor- faktor pengontrol produksi susu, baik kualitas maupun kuantitasnya, yaitu

sebagai berikut : (Devendra dan Burns, 1994).

a. Variasi Antar jenis Kambing. Berkembang aneka jenis atau bangsa kambing,

dengan aneka karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya. Misalnya

kambing Kacang sebagai kambing potong, kambing Etawah sebagai kambing

tipe dwiguna, kambing Toggenburg sebagai penghasil susu yang baik, atau

kambing Angora sebagai penghasil kulit bulu bcrkualitas tinggi. Di antara jenis

kambing tipe perah pun terdapat variasi dalam jurnlah produksi susunya.

b. Variasi Interjenis Kambing. Setiap individu dari jenis atau bangsa kambing yang

sama memiliki variasi dalam jumlah susu yang dihasilkan. Jenis atau bangsa

yang sama, pada umur dan masa laktasi yang berbeda akan memiliki jumlah

produksi susu yang berbeda.

c. Faktor Genetik. Faktor genetik adalah faktor yang diturunkan nenek moyang

kepada keturunannya dan memiliki sifat kebakaan. Setiap nenek moyang (induk

dan pejantan) memiliki sumbangan yang sama terhadap penampilan produksi

keturunannya. Sampai saat ini belum dapat diungkapkan berapa banyak gen

yang bekerja mengontrol tingkat produksi susu. Hampir bisa dipastikan adalah

jika seekor kambing memiliki produksi susu yang tinggi kemudian dikawinkan

dengan pejantan yang memiliki nenek moyang betina yang juga tinggi

produksinya, kemungkinan besar keturunan yang berkelamin betina akan

memiliki tingkat produksi yang tinggi pula. Namun, ilmu genetika tidak

sesederhana itu. Selalu ada penyimpangan yang terjadi dan apa yang diinginkan

tidak pasti selamanya terjadi.

d. Musim. Hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa kambing-kambing

yang beranak di musim gugur memiliki tingkat produksi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kambing-kambing yang beranak di musim panas. Untuk

kondisi di Indonesia, belum banyak penelitian dilakukan, karena perkembangan

usaha Peternakan kambing perah belum begitu banyak.

e. Umur Produksi. Susu kambing umumnya meningkat seiring dengan

(20)

8 masa laktasi ke-3 atau ke-5. Selanjutnya produksi susu menurun. Untuk

kambing-kambing perah yang hidup di daerah subtropis, tingkat produksi susu

akan mencapai puncak setahun lebih dahulu, dan dapat terus dipertahankan

tanpa ada perubahan yang mencolok selama 2.atau 3 kali masa laktasi.

f. Lama Masa Laktasi. Dalam satu jenis atau bangsa kambing, perbedaan lama

masa laktasi akan menyebabkan perbedaan jumlah total produksi susu selama

masa laktasi tersebut. Semakin lama masa laktasi, akan semakin banyak total

produksi susu yang dihasilkan. Korelasi ini tidak berarti akan semakin tinggi

keuntungan yang akan diraih peternak, karena belum tentu produksi hariannya

mampu menutupi biaya produksi.

g. Faktor Perawatan dan Perlakuan. Kambing perah, seperti juga hewan ternak

yang lain, membutuhkan suasana kandang yang nyaman untuk dapat

berproduksi secara optimal. Kandang yang sejuk, tidak gaduh, dan perlakuan

yang tidak kasar merupakan syarat agar produksi susu kambing optimal. Sebagai

contoh, dalam kandang yang gaduh, kambing yang sedang laktasi akan mudah

terkejut, dan saat terkejut itu tubuhnya mengeluarkan hormon adrenalin yang

mengakibatkan terhambat atau terhentinya sekresi hormon oxytocin, yang

berfungsi dalam produksi susu di kelenjar ambing.

h. Pengaruh Masa Birahi dan Kebuntingan. Kambing-kambing yang dikawinkan

kembali setelah 3 bulan beranak, tingkat produksi susunya akan lebih cepat

menurun dibandingkan dengan kambing-kambing yang sedang laktasi, tctapi

tidak bunting. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya kuantitas

dan kualitas pakan yang dikonsumsi, serta tingginya kebutuhan kambing akan

zat-zat makanan untuk mendukung proses fisiologis di dalam tubuhnya,

misalnya untuk hidup pokok, produksi susu, serta pertumbuhan janin. Pada saat

musim birahi (estrus), kambing perah yang sedang laktasi akan mcngalami

penurunan produksi susu sebagai reaksi dari berbagai proses hormonal di dalam

tubuhnya, tetapi setelah masa birahi terlewatl, produksi susunya akan normal

kembali.

i. Frekuensi Pemerahan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di luar negeri,

kambing perah yang diperah dua kali sehari, total produksi susunya lebih tinggi

(21)

9 demikian, tidak selalu total produksi yang lebih tinggi tersebut memberikan

keuntungan yang lebih tinggi kepada peternak, karena untuk melakukan

pemerahan dibutuhkan biaya, misalnya untuk menggaji pemerah. jadi, meskipun

tingkat produksi susu meningkat dengan mcnambah frekuensi pemerahan,

perhirungan ekonomi harus dilakukan secara matang.

j. Jumlah Anak dalam Sekali Melahirkan. Produksi susu kambing perah yang

beranak dua ekor dalam 1 kali melahirkan, biasanya 20—30% lebih tinggi

daripada kambing perah yang hanya beranak satu ekor. Penyebabnya adalah

rangsangan menyusui dari cempe (anak kambing) yang dilahirkan. Dengan

demikian, tingkah laku cempe ketika menyusui bisa dilakukan oleh pemerah,

sehingga produksi susunya meningkat, misalnya dengan mengusap-usap bagian

atas ambing sambil memijatnya.

k. Lama Masa Kering. Untuk mendorong produksi cempe dan mencapai target tiga

kali beranak setiap dua tahun, biasanya kambing perah dikawinkan kembali

setelah beranak tiga bulan, atau saat pertama kali birahinya muncul. Dalam

kondisi demikian, kambing perah membutuhkan waktu untuk menjalani masa

kering selama dua bulan. Dengan kondisi pakan yang cukup jumlah dan baik

kualitasnya, organ-organ yang berfungsi memproduksi susu akan memiliki

kesempatan yang cukup untuk kembali pulih kondisinya. Namun, jika kondisi

pakan yang diberikan kurang baik, masa pemulihan akan lebih lama, dan jika

kambing perah kembali beranak pada waktu organ-organ tubuh vang berfungsi

memproduksi susu kondisinya belum pulih, bisa dipastikan produksi susunya

akan menurun.

l. Faktor Hormonal. Salah satu hormon yang berperan dalam produksi susu adalah

laktogen. Penyuntikan hormon ini terhadap kambing yang sedang laktasi

menyebabkan produksi susunya sedikit meningkat. Demikian juga pengaruh

penyuntikan hormon tyroxine. Hormon yang menghambat produksi susu adalah

adrenalin, yang berpengaruh menghambat hormon oxytodne yang berpengaruh

pada proses keluarnya susu saat pemcrahan.

m. Faktor Pakan. Produksi susu kambing perah akan mencapai optimal jika pakan

yang diberikan dan dikonsumsi oleh kambing jumlah dan kualitasnya cukup.

(22)

10 memiliki fungsi yang berbeda. Hijauan adalah precursor (pendukung) produksi

susu dan konsentrat merupakan sumber protein, yang juga dibutuhkan sebagai

komponen penyusun susu.

n. Pengaruh Penyakit. Kambing-kambing petah yang sedang laktasi produksi

susunya akan menurun jika terserang penyakit. Bahkan, produksi susu bisa

langsung tcrhenti. Di samping itu, efek dari obat yang diberikan kepada kambing

perah akan berpengaruh terhadap kualitas susu. Biasanya, kambing-kambing

yang sedang sakit dan diberi obat antibiotika, susunya tidak boleh dikonsumsi.

(%'($)$) *$* %+)

Pada umumnya susu terdiri atas 3 komponen utama yaitu protein, lemak dan

laktosa (Schmidt ., 1988) di tambah mineral dan vitamin (Sudono, 1985). Spreer

(1998) menyebutkan bahwa komponen kimia alami susu kambing terdiri atas air,

lemak, protein, laktosa dan komponen lain seperti garam, asam sitrat, enzim, vitamin,

gas dan fosfolipid. Menurut Saleh (2004) susu yang baik apabila mengandung

jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung spora mikrobia pathogen, bersih yaitu

tidak mengandung debu atau kotoran lainnya, mempunyai cita rasa atau yang

baik dan tidak dipalsukan.

Susu segar mempunyai sifat artinya dapat bersifat asam dan basa

sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah,

sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru.

Potensial ion hidrogen (pH) susu segar terletak antara 6,5-6,7. Sebagian besar asam

yang ada dalam susu adalah asam laktat. Meskipun demikian, keasaman susu dapat

disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-senyawa

fosfat komplekss, asam sitrat, asam-asam amino, dan karbondioksida yang larut

dalam susu. Kerapatan susu bervariasi antara 1,026 dan 1,032 pada suhu 20oC.

Penggumpalan susu merupakan sifat yang paling khas, yang diakibatkan kegiatan

enzim atau penambahan asam. (Rahman 1992)

Komposisi susu kambing dapat bervariasi, hal ini antara lain karena

perbedaan antar-bangsa maupun individu dalam satu jenis (Haris dan Hitcher, 1973),

sedangkan menurut Larson (1981) komposisi susu bervariasi tergantung bangsa,

(23)

11 komponen susu kambing Berat Jenis, protein, lemak, laktosa, bahan kering (BK) dan

bahan kering tanpa lemak (BKTL) disajikan pada (Tabel 1).

Tabel 1. Komposisi Susu Kambing Peranakan Etawah

BJ Protein

(%) Lemak (%) Laktosa (%) BK (%) BKTL

(%) Peneliti

- 3,55 4,22 4,64 13,70 9,48 Subhagiana (1998)

4,03 4,44 5,46 14,30 9,86

1,0292 2,93 6,68 9,69 16,38 9,7 Atabany (2001)

1,0291

- 5,95 - 14,70 8,75 Budi (2002)

1,0295 6,05 15,62 9,57

1,0296 4,5 6,75 5,5 16,4 9,65 Adriani (2003)

Secara keseluruhan nilai gizi susu kambing lebih tinggi dibandingkan dari

susu sapi keculai nilai kandungan kolesterol. Vitamin A dan B1 kandungannya lebih

tinggi susu kambing sedangkan vitamin C dan D kandungannya hampir sama. Nilai

gizi susu kambing juga lebih tinggi daripada Air Susu Ibu (ASI) kecuali pada

kandungan lemak, zat besi (Fe) dan kolesterol. Perbandingan komposisi susu

kambing, susu sapi dan ASI dapat dilihat pada (Tabel 2).

Tabel 2. Komposisi Susu Kambing, Susu Sapi dan Susu Air Ibu (ASI)

Komposisi Susu Kambing Susu Sapi ASI

Protein (%) 3 3 1.1

Lemak (%) 3.8 3.6 4

Kalori/100ml 70 69 68

Vitamin A (i.u gramam) 39 21 32

Vitamin B1 68 45 17

Vitamin C 2 2 3

Vitamin D (i.u gramam) 0.7 0.7 0.3

Kalsium (%) 0.19 0.18 0.04

Fe (%) 0.07 0.06 0.2

Fosfor (%) 0.27 0.23 0.06

Kolesterol (mg/100ml) 12 15 20

(24)

12 Komposisi susu kambing bila dibandingkan dengan ternak domba dan kerbau

kandungan kasein, serum protein dan total nitrogen lebih rendah kandungan lemak

pun lebih tinggi ternak kerbau daripada kambing (Pulina dan Nudda, 2004). Tabel

perbandingan ternak kambing dengan ternak lainnya dan dengan manusia dapat

dilihat pada (Tabel 3).

Tabel 3. Komposisi Susu pada Berbagai Ternak dan Manusia

Komposisi Domba Kambing Sapi Kerbau Manusia

Air (%) 82,5 87,0 87,5 80,7 87,5

Total Padatan (%) 17,5 13,0 12,5 19,2 12,5

Lemak (%) 6,5 3,7 3,5 8,8 4,4

Diamter globula lemak

(πm)

4,0 3,9 4,4 - -

Total Nitrogen (%) 5,5 3,5 3,2 4,4 1,1

Kasein (%) 4,5 2,8 2,6 3,8 0,4

Serum protein (%) 1,0 0,7 0,6 1,1 0,7

Laktosa (%) 4,8 4,8 4,7 4,4 6,9

Mineral (%) 0,92 0,80 0,72 3,8 0,30

Ca (mg/l) 193 134 119 190 32

Energi (kkal/l) 1050 650 700 1100 690

Berat jenis 1,037 1,032 1,032 1,030 1,015

Derajat keasaman (0SH) 8,5 8,0 7,1 10,0 -

pH 6,65 6,60 6,50 6,67 6,85

Titik beku -0,580 -0,570 -0,524 -0,580 -

Sumber : Pulina dan Nudda (2004)

Perbedaan komposisi kimia pada susu kambing disebabkan oleh beberapa

faktor pengontrol produksi susu baik secara kualitas maupun kuantitas seperti : 1)

variasi antar bangsa kambing, 2) variasi inter bangsa kambing, 3) faktor genetic, 4)

musim, 5) umur, 6) lama masa laktasi, 7) faktor perawatan dan perlakuan, 8)

pengaruh masa birahi, 9) frekuensi pemerahan, 10) jumlah anak dalam sekali

beranak, 11) pergantian pemerahan, 12) lama masa kering, 13) faktor hormonal, 14)

(25)

13 )$ *$*

Susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air yaitu 1,027-1,035

dengan rata-rata 1,031. Akan tetapi menurut % susu, berat jenis air susu adalah

1,028. % susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai

bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan kesehatan sedunia,

walaupun di setiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri.

% & *$*

Sekitar 97-98% lemak susu terdapat dalam bentuk trigliserida dan hanya

sebagian kecil yang terdapat dalam bentuk fosfolipid (2-3%) (Larson, 1981).

Sebagian lemak susu disintesis di dalam kelenjar ambing yaitu sekitar 50% berasal

dari asam lemak rantai pendek (C4 – C14) berupa asetat, beta hidrosi butirat yang

dihasilkan oleh fermentasi selulosa di rumen, sebagian lagi berasal dari asam lemak

rantai panjang (C16 – C18) dari makanan dan cadangan lemak tubuh (Holmes dan

Wilson, 1984).

Kadar lemak susu berfluktuasi dan banyak dipengaruhi oleh jenis pakan

(Wikantadi, 1977), bangsa, produksi susu, tingkat laktasi, kualitas dan kuantitas

makanan ( Larson, 1981), kebutuhan dan kesehatan (Spreer, 1995). Komposisi lemak

susu akan menurun karena pemberian konsentrat. Hal ini disebabkan kandungan

protein yang cukup tinggi dalam konsentrat merupakan pemacu produksi asam

propionate di dalam rumen yang kemudia diserap darah. Pakan berupa hijauan

menghasilkan banyak asetat sebagai bahan baku sintesis lemak susu. Lemak susu

kambing sekitar 4,25% terdapat dalam keadaan emulsi (butiran-butiran) yang

tersebar merata dalam susu (Blackely dan Blade, 1992). Kandungan lemak susu

bervariasi tergantung bangsa, produksi susu, tingkat laktasi, kualitas dan kuantitas

pakan (Larson, 1981)

- ) *$*

Menurut Adriani (2003) Bahan kering susu kambing Peranakan Etawah

sebesar 16,4%. Sofyan dan Sigit (1993) susu kambing dari daerah tropis cenderung

tinggi total padatannya terutama lemak dan protein , namun total zat padat susu

kambing daerah tropis berkorelasi dengan produksi susu, semakin tinggi produksi

(26)

14 $ % % & *$*

Sebagian lemak susu disintesis di dalam kelenjar ambing yaitu sekitar 50%

berasal dari asam lemak rantai pendek (C4 – C14) berupa asetat, beta hidrosi butirat

yang dihasilkan oleh fermentasi selulosa di rumen, sebagian lagi berasal dari asam

lemak rantai panjang (C16 – C18) dari makanan dan cadangan lemak tubuh (Holmes

dan Wilson, 1984). Asam lemak merupakan bagian dari lemak susu. Asam lemak

merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku

untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak

masak (goreng), margarin, atau lemak hewan. Susu kambing memiliki kandungan

asam lemak caproic atau kaproat (C6), caprylic (C8) dan capric (C10) yang lebih

tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi. (H.P. Maree, 1978). Tabel perbandingan

komposisi asam lemak Sapi dengan kambing dapat dilihat pada (Tabel 4).

Tabel 4. Perbandingan Komposisi Asam Lemak Susu Sapi dan Kambing

Asam Lemak Sapi(%) Kambing(%)

*-Butyric-Acid (C4) 3,1 2,6

Caproic-Acid (C6) 1,0 2,3

Caprylic-Acid (C8) 1,2 2,7

Capric-Acid (C10) 1,2 2,7

Lauric-Acid (C12) 2,2 4,5

&

*-Oleic Acid(C18:1) 32,3 27,0

Linoleic Acid(C18:2) 1,6 2,6

(H.P. Maree, 1978)

Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam

lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal diantara atom-atom kabon penyusunnya,

sementara itu asam lemak tak jenuh memiliki ikatan ganda diantara atom-atom

karbon penyusunnya. Asam lemak merupakan asam lemah dan di dalam air

terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (270C).

Semakin panjang rantai C penyusunnya semakin mudah membeku dan juga semakin

(27)

15 asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi

dengan oksigen (mudah terdisosiasi).

Beberapa asam lemak jenuh yang terdapat pada minyak tumbuhan dan hewan

diantaranya asam lemak Butirat (C4H8O2) berfungsi sebagai penghambat sel tumor,

asam lemak ini merupakan asam lemak yang terjadi dalam bentuk ester di lemak

hewan dan minyak tumbuhan.. Asam lemak Kaprilat (C8H16O2) ini ditemukan secara

alami di dalam susu dari berbagai mamalia dan merupakan konstituen minor minyak

kelapa dan minyak sawit, asam ini berupa cairan yang berminyak dengan bau yang

tidak enak seperti tengik sedikit. Asam lemak Kaprat (C10H20O2) ini mucul dari

istilah dari kaprat “latin” yang berkaitan dengan kambing karena ada kesamaan

dalam baunya dan dapat ditemukan secara alami di dalam minyak kelapa atau sawit

serta di dalam susu mamalia dan di beberapa hewan lemak lainnya.

Asam lemak tak jenuh diantaranya asam lemak Oleat dapat membantu

mingkatkan daya ingat atau memori, ditemukan di berbagai hewan dan sumber

nabati. Asam lemak linoleat ini dapat ditemukan di berbagai hewan berlemak seperti

dalam susu kambing, asam lemak ini sebuah asam karboksilat dengan rantai

karbon-18 dan dua ikatan rangkap. Asam linoleat digunakan dalam pembuatan sabun,

pengemulsi dan pengeringan minyak cepat.

$ % % & ' (

Asam lemak Kaproat (C6H12O2) merupakan asam karboksilat berasal dari

heksana asam ini berminyak, berwarna cairan dengan bau yang meningatkan pada

hewan ternak kambing, asam lemak ini ditemukan di berbagai hewan lemak dan

berminyak. Pencernaan di lambung berjalan secara fermentatif oleh mikroba rumen,

hasil pencernaan fermentatif dalam rumen berupa ! $ (VFA), NH3,

metan (CH4) dan CO2. VFA yang dihasilkan sebagian langsung diserap melalui

dinding rumen. VFA diantaranya terdiri atas asam asetat, 75 % dari VFA yang

dihasilkan diserap rumen-retikulum yang kemudian masuk kedalam darah

(Parakkasi, 1999).

Asam asetat yang terbentuk dalam rumen merupakan bahan baku utama

pembentuk berbagai asam lemak termasuk asam lemak yang mengakibatkan bau

(28)

16 Jawa diharapkan dapat menurunkan pH rumen yang berakibat meningkatnya

produksi asam propionate dan VFA( ! $ ) dan dapat menurunkan

produksi asam asetat dengan sangat nyata. (Parakkasi, 1999). Asam lemak mudah

dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan. Susu kambing

memiliki kandungan asam lemak kaproat (C6), caprylic (C8) dan capric (C10) yang

lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi. Susu kambing memiliki partikel

lemak yang lebih kecil dan rantai asam lemak yang lebih pendek dibandingkan susu

sapi. Selain asam lemak kaproat susu kambing memiliki asam lemak kaprilat dan

kaprat yang lebih tinggi. Perbedaan kandungan asam lemak ini diduga berhubungan

dengan lebih mudah dicernanya susu kambing dibandingkan dengan susu sapi oleh

tubuh. (H.P. Maree, 1978). Tingginya kandungan asam lemak kaproat yang

menyebabkan susu kambing mempunyai bau khas “goaty”. (Barrionuevo .,

2002).

(% ,

Tanaman ini mempunyai banyak spesies, tetapi yang dikenal sebagai Som

Jawa ada dua spesies, yaitu Gaertn dan

Wild (Santa dan Prajogo, 1999). Ginseng Jawa merupakan sebutan yang dikenal luas

untuk menyebutkan Som Jawa, karena kemiripannya dengan akar ginseng (& %

).

(29)

17 Menurut Santa dan Prajogo (1999), klasifikasi (taksonomi) Som Jawa adalah:

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsyda

Sub kelas : Caryophillidae

Ordo : Caryophyllales

Family : Portulacaceae

Genus : Talinum

Species : Talinum paniculatum

Som jawa ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman obat, kadang

ditemukan tumbuh liar. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropis. Akarnya

berdaging tebal, biasa digunakan sebagai pengganti kolesom. DI Jawa tumbuh pada

ketinggian 5 - 1.250 m dpl. Terna tahunan, tegak, tinggi 30 - 60 cm, batang

bercabang di bagian bawah dan pangkalnya mengeras. Daun tunggal, letak

berhadapan, bertangkai pendek, bundar telur sungsang, tepi rata, ujung dan pangkal

runcing, panjang 3 - 10 cm, lebar 1,5 - 5 cm. Perbungaan majemuk dalam malai di

ujung tangkai, berbentuk anak payung menggarpu yang mekar di sore hari, warnanya

merah ungu. Buahnya buah kotak, diameter 3 mm, bijinya kecil, hitatn, bulat gepeng.

Tanaman ini merupakan tanaman yang cukup terkenal di Indonesia karena

kegunaannya sebagai pengganti ginseng korea untuk obat tonikum, aprodisiaka,

batuk, radang paru-paru, diare dan obat peluruh kencing (Wratakusumah .,

1996). Khasiat dari daun ini adalah sebagai obat radang, mengurangi pembengkalan

dan memperlancar ASI.Som Jawa banyak digunakan dalam perdagangan sebagai

pengganti & % , selain karena harganya lebih murah juga karena

kandungan kimia kedua tanaman ini hamper sama yaitu mengandung saponin, sterol

dan tritepen (Santa dan Prajogo, 1999).

Bagian yang digunakan diantaranya adalah akar dan daun. Akar setelah

dicuci lalu dikukus, baru dikeringkan untuk penyimpanan. Akar som jawa sebagai

tonikum berkhasiat mengatasi kondisi badan lemah, banyak berkeringat, pusing,

lemah syahwat selain itu untuk obat batuk, TB paru, paru-paru lemah, nyeri

lambung, diare, ngompol (enuresis), datang haid tidak teratur. (Santa dan Prajogo,

(30)

18 Kandungan Kimia Tanaman Kandungan aktif pada akar som jawa yaitu saponin,

flavonoid, dan tanin (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991) selain itu akar som jawa

diketahui mengandung Kalium 41,44 %, Natrium 10,03 %, Kalsium 2,21 %,

Magnesium 5,50 % dan Besi 0,32 % (Santa dan Prajogo, 1999). Menurut Syawal

(2002) ekstrak akar Som Jawa dapat mengurangi aroma “goaty” pada susu kambing

dan juga meningkatkan cita rasa dari susu sapi dan susu kambing.

1) Saponin: saponin adalah kelompok glikosida yang terdistribusi pada tumbuhan tingkat

tinggi. Saponin mempunyai karakteristik membentuk larutan koloid dalam air yang

mana akan membentuk busa bila dikocok. Saponin mempunyai rasa pahit, tajam dan

obat-obatan yang mengandung saponin biasanya menyebabkan iritasi membrane

mukosa, merusak sel darah merah melalui hemolisis dan beracun khususnya pada hewan

berdarah dingin. Banyak digunakan sebagai racun ikan (Tyler, 1988).

2) Flavanoid: flavonoid termasuk senyawa fenolik yang mencakup sejumlah besar

senyawa dalam tanaman golongan flavanoid dapat digambarkan sebagai deretan

senyawa C6 – C3 – C6. Artinya kerangka karbonnya terdiri dan dua gugus cincin C6

(cincin benzen tersubstitusi) digambarkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Robinson,

1995).

3) Tanin: tanin termasuk kelompok besar dengan substansi yang kompleks yang secara

luas terdistribusi dalam dunia tumbuhan. Hampir setiap famili tumbuhan meliputi

spesies yang mengandung tanin. Tanin pada bagian spesifik tumbuhan seperti daun buah

(31)

19 (& $) # & *

Penelitian dilaksanakan di Peternakan Susu Kambing Perah Peranakan

Etawah Ciapus, Bogor dan Pusat Laboratorium Analisis, Jakarta. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan April – Mei 2010.

)

-Bahan yang digunakan dalam penelitian diantaranya Kambing PE, susu, akar

Som Jawa ( Gaetrn). Asam belerang 91-92%, amylalkohol,

NaoH metanolik 0.5 N, gas N2 (Nitrogen), BF3 metanol, Hexan Na2SO4 anhidrat dan

larutan standar internal <C17;0)

3

Alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya ember plastic, timbangan

ohaus dan digital, Laktodensimeter yang ditera pada suhu 27,5 0C, thermometer,

gelas ukur, Butyrometer, pipet volumetrik, penangas air, penyumbat karet, alat

pemusing (sentrifuge) dan oven. HPLC, GC (Gas Cromatogramapy). Alat yang

digunakan merk HP 6890 Series Kolom yang digunakan HP FFAP.

&

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing Peranakan

Etawah yang sedang laktasi ke-2 dan mempunyai masa laktasi sama atau bulan

kelahiran anak yang sama yaitu pada bulan Maret. Kambing tersebut sudah umur 2 – 3

tahun dengan perkiraan bobot badan antara 35 - 38 kg sebanyak 12 ekor. (Gambar 3).

(32)

20 Kambing yang berjumlah 12 ekor di bagi menjadi 3 kelompok : Kelompok A

(produksi susu 0,5 – 1 liter), Kelompok B (produksi susu 1 – 1,5 liter), Kelompok C

(produksi susu 1,5 – 2 liter).

&

Pakan yang digunakan antara lain konsentrat komersil, jagung gilign, ampas

tahu, hijauan dan kacang-kacangan. Pemberian pakan konsentrat sebanyak 0,7

kg/ekor/hari dengan penambahan serbuk akar Som Jawa sebanyak 2% (14 gram), 4%

(28 gram) dan 6% (42 gram) dari berat pakan konsentrat. Pemberian pakan hijauan

berupa rumput sebanyak 4,0 kg/ekor/hari.

#

Ternak kambing ditempatkan pada kandang panggung bersekat, pondasi dan

dinding kandang terbuat dari kayu dengan ukuran kandang masing-masing 1,8 m x 1,2 m

serta dilengkapi dengan tempat pakan berbentuk palungan yang terbuat dari papan kayu

dan tempat air minum dari ember plastik. Alas kandang terbuat dari bambu dengan jarak

1,0 m dari tanah serta beratap genteng. Kandang yang di pakai penelitian terlihat pada

(Gambar 4).

(33)

21 ($ #*

($ $ %+* +*& & (% ,

Som Jawa yang digunakan adalah “ginseng” lokal spesies

Gaetrn diperoleh dari Balai Penelitian Rempah dan Obat Cimanggu,

Bogor. Som Jawa yang diambil untuk dijadikan serbuk hanya akarnya. Akar di-

timbang sebanyak 20kg, setelah itu akar Som Jawa di keringkan dalam sinar

matahari ± selama 1 minggu. Som Jawa yang telah kering mempunyai berat kira-kira

1/5 dari berat awal. Apabila belum mencapai berat 1/5 dari berat awal penimbangan

maka harus tetap dikeringkan. Setelah itu akar Som Jawa dimasukan kedalam alat

penggiling agar akar Som Jawa menjadi serbuk.

%+ ) &

Pemberian pakan hijauan dilakukan tiga kali dalam sehari yaitu jam 6 pagi,

jam 1 siang dan jam 5 sore. Pemberian pakan konsentrat hanya diberikan satu kali

dalam sehari yaitu jam 10 pagi.

-) * ( $*%$) &

Konsumsi pakan diukur selama dua minggu atau 14 hari, untuk mengetahui

pengaruh penambahan serbuk akar Som Jawa terhadap konsumsi pakan. Konsumsi

pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi per satuan waktu (hari). Konsumsi

pakan dihitung dari selisih pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan,

dihitung pada saat pemberian pakan pagi hari.

-) * < - ) &

Kecernaan bahan kering pakan ditentukan dengan metode koleksi (Tillman

., 1991). Feses yang ada di dalam kandang metabolik di atau di tampung

selama 1 hari atau 24 jam pada minggu ke-2, ditimbang dan diambil sekitar 10% dari

berat yang terkumpul kemudian sampel feses tersebut dijemur di bawah matahari,

setelah kering udara, sampel dimasukan ke oven suhu 1050C selama 3-4 jam di

timbang BK.

Kecernaan BK = Jumlah BK Konsumsi – Jumlah BK Feses x 100 %

(34)

22

% (#*&$) *$*

Selama dua minggu dilakukan pengambilan data produksi susu. Pemerahan

dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi hari jam 7 dan sore hari jam5. Sampel susu diambil

setelah 2 minggu diberikan penambahan serbuk akar Som Jawa

3)$)$ #* * )$) (%'( *$*

Sampel susu yang di bawa ke laboratorium adalah sampel susu kambing

setelah pemerahan pagi diangkut dengan menggunakan # % ke laboratorium.

7 *&* )$ *$*

Susu dituangkan dalam gelas ukur sebanyak 250 cc, kemudian celupkan

laktodensimeter ke dalam susu. Berat jenis susu dan suhu dari susu dicatat

kemudian dilakukan penyesuaian berat jenis susu dari suhu yang tercatat tadi

pada suhu 27,5 0C.

+7 *&* # % & *$* (# +

Susu kambing diambil menggunakan pipet sebanyak 10 ml ke dalam

botol butyrometer, ditambahkan H2SO4 91 – 92% sebanyak 10 ml dan 1 ml

alkohol. Butirometer tersebut disumbat rapat, kemudian dikocok perlahan

sampai larutan homogen. Setelah terbentuk warna ungu tua sampai kecoklatan,

tabung butirometer dimasukan ke dalam sentrifuge dan disentrifugasi selama 5

menit dengan kecepatan 1200 rpm. Tabung butirometer yang telah disentrifugasi

dimasukan ke dalam penangas air selama 5 menit dengan temperatur 650C.

Kadar lemak dibaca pada skala butirometer.

<7 -) * - )

Bahan kering susu dapat dihitung dengan menggunakan *%*$

3 )$<-% :

BK = 1,23 L + 2,71

BK = Bahan Kering

L = Kadar Lemak Susu

(35)

23 3)$)$ $ % % & ' (

dimasukan

ditambahkan

di tutup rapat dikocok dipanaskan

didinginkan ditambahkan

ditutup rapat dipanaskan

didinginkan 30 – 400C ditambahkan

diaduk hingga homogen

dipindahkan

diekstrak

hasil esktraksi digabung disaring

dipekatkan diinjeksi

Sampel Susu 25mg

Larutan Standar <C17:0> 1mg/ml 0,5 ml

1,5 ml NaOH metanolik 0.5 N

Gas Nitrogen Tabung Reaksi

Penangas Air suhu 1000C (5 menit)

2 ml BF3 Metanol

Gas Nitrogen

Penangas Air suhu 1000C (5 menit)

1 ml Hexan

Vial dan Fase Methanol Air

1 ml Hexan

Na2SO4 anhidrtat

(36)

24

< <(+

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok

(RAK) 4 taraf perlakuan dengan 3 kelompok. 4 taraf perlakuan yaitu 0% =

konsentrat + 0 gram serbuk akar Som Jawa; 2% = konsentrat + 14 gram serbuk akar

Som Jawa; 4% = konsentrat + 28 gram serbuk akar Som Jawa; dan 6% = konsentrat

+ 14 gram serbuk akar Som Jawa. 3 kelompok berdasarkan tingkat produksi susu

kelompok A = 0,5 – 1 liter; kelompok B = 1 – 1,5 liter; dan kelompok C = 1,5 – 2

liter. Model matematika rancangan penelitian menurut Gasperz (1989):

Yij = µ + αi + βj + εij

Keterangan :

Yij = hasil pengamatan susu pada perlakuan

µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh perbedaan taraf penambahan Som Jawa ke-i

βj = pengaruh perbedaan produksi susu ke-j

εij = pengaruh galat percobaan

3)$)$

Data diolah dengan analisis ragam $ atau ANOVA . Jika

pada analisis ragam didapatkan hasil yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan

uji Tukey dengan selang kepercayaan 95% dan 99% (Steel dan Torrie, 1995)

*+

-Peubah yang diamati meliputi konsumsi pakan konsentrat, konsumsi pakan

hijauan, kecernaan pakan, produksi susu kambing, berat jenis susu kambing, bahan

(37)
[image:37.595.113.528.133.258.2]

25 Tabel 5. Rataan Konsumi Konsentrat, Konsumsi Hijauan dan Kecernaan Pakan

Peubah Penambahan Serbuk Akar Som Jawa

0% 2% 4% 6%

Konsumsi Konsentrat

As Feed (gr) 698.17A±0.86 695.71B±1.04 689.95C±0.42 685.76D±0.52

BK (%) 99,73A±0.12 97,43 B±0.15 94,77 C±0.06 92,42 D±0.07

Konsumsi Hijauan

As Feed (gr) 3454.76A±10.9 3376.19A±17.9 3242.86B±68.1 3202.4B±54.09

BK (%) 86,29

A

±0.19 84,38 A±0.45 80,47B±0.88 79,54 B±0.48

Kecernaan Pakan (%) 48.19± 0.182 47.55± 0.377 46.48± 1.015 47.62± 1.077

Keterangan :

Superskrip huruf yang berbeda menunjukan terdapat perbedaan / berpengaruh Tidak ada superskrip huruf menunjukan tidak terdapat perbedaan / tidak berpengaruh Kelompok 1 = Kambing Produksi Susu 0,5 – 1 liter / hari

Kelompok 2 = Kambing Produksi Susu 1 – 1,5 liter / hari Kelompok 3 = Kambing Produksi Susu 1,5 – 2 liter / hari

( $*%$) &

( $*%$) & ( $

Proses makan (feeding) adalah aktivitas yang kompleks, yang meliputi

mencari makanan, mengamati, pergerakan, aktifitas sensorik, memakan dan

mencerna. Konsumsi pakan merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi oleh hewan

bila makanan tersebut diberikan dalam jangka waktu tertentu (Parakkasi. 1999).

Konsentrat yang diberikan pada penelitian ini berupa konsentrat komersil yang dibeli

dari luar ditambah dengan ampas tahu dan pakan tambahan. Pemberian pakan

tambahan sangat diperlukan, terutama bila ternak dikandangkan untuk memperoleh

potensi genetik yang dimiliki (Devendra dan Burns,1994).

Berdasarkan hasil yang diperoleh pengaruh penambahan serbuk akar Som

Jawa berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap tingkat konsumsi pakan konsentrat

terlihat pada (Tabel 5). Rataan perlakuan penambahan serbuk Som Jawa 0%, 2%, 4%

dan 6% berturut-turut adalah 698,1 695,7 689,9 dan 685,7 gram. Secara statistik

penambahan serbuk akar Som Jawa sangat berpengaruh nyata terhadap konsumsi

pakan konsentrat. Perlakuan 6% sangat berpengaruh terhadap penurunan tingkat

konsumsi pakan konsentrat. Penambahan konsentrasi serbuk akar Som Jawa akan

(38)

26 Konsumsi pakan pada umumnya sangat dipengaruhi oleh tingkat palatabilitas

terhadap suatu bahan pakan, palatabilitas adalah rasa pakan itu sendiri, secara umum

palatabilitas dipengaruhi terutama oleh rasa, bau dan warna makanan (Scott .,

1982). Palatabilitas konsentrat yang diberi tambahan serbuk Som Jawa pada

menurun. Palatabilitas menurun dikarenakan Som Jawa mempunyai rasa pahit

karena mengandung saponin. Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) kandungan

Kimia aktif pada akar som jawa yaitu saponin, flavonoid, dan tannin. Saponin adalah

kelompok glikosida yang terdistribusi pada tumbuhan tingkat tinggi dan mempunyai rasa

pahit.

( $*%$) & )4 *

Pakan hijauan yang diberikan untuk satu ekor kambing Peranakan Etawah

(PE) adalah sebanyak 4 kg/ekor/hari berupa rumput yang dicampur dengan

kacang-kacangan (legum). Pengaruh penambahan serbuk akar Som Jawa sangat nyata

(P<0,01) terhadap tingkat konsumsi pakan hijauan.

Rataan konsumsi hijauan berturut-turut adalah 3454,7 ; 3376,1 ; 3242,8 dan

3202,3 gram untuk perlakuan 0%, 2%, 4% dan 6%. Perlakuan 0% dan 2%

mempunyai rataan konsumsi yang sama tidak berpengaruh. Perlakuan 4% dan 6%

mempunyai konsumsi yang lebih rendah daripada 0% dan 2%. Penambahan

konsentrasi serbuk Som Jawa akan menurunkan konsumsi pakan hijauan.

< &

Kecernaan dinyatakan dalam bahan kering dan dalam persen adalah koefisien

cerna (Tilman ., 1986). Bagian yang dapat dicerna adalah selisih antara zat-zat

makanan yang dikonsumsi dengan zat-zat makanan yang dibuang bersama feses.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pengaruh penambahan serbuk akar Som Jawa

(P>0.05) tidak berpengaruh terhadap tingkat kecernaan pakan terlihat pada (Tabel 5)

Kecernaan pakan yang di beri serbuk Som Jawa 0%, 2%, 4% dan 6%

berturut-turut 45.19%, 47.55%, 46.48%, 47.62% secara statistik penambahan serbuk

akar Som Jawa tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering

pakan. Kambing Peranakan Etawah yang diberikan pakan tambahan berupa serbuk

akar Som Jawa mempunyai nilai kecernaan pakan rata-rata 47%. Nilai kecernaan

(39)

27

diberikan yaitu : 48 % (Novita 2006), 50,4% (Yulistiani , 2003) dan

41,15% (Aryogi & Umiyasih, 2002).

Nilai koefisien cerna tidaklah tetap untuk setiap makanan yang dipengaruhi

oleh komposisi kimiawi, pengolahan bahan makanan, jumlah pakan dan jenis hewan.

[image:39.595.104.546.217.353.2]

(Maynard 1979).

Tabel 6 . Rataan Produksi Susu dan Komponen Susu Kambing

Peubah

Penambahan Serbuk Akar Som Jawa

0% 2% 4% 6%

Produksi Susu

(ml) 1218.33±327.17 1194.05±365.39 1187.62±355.22 1198.81±357.37

Komposisi Susu Berat Jenis 1.0273B*)±0.0029 1.0278AB*)±0.0029 1.0283AB*)±0.0076 1.0288A*)±0.0076

Bahan Kering 14.75±0.125 14.80±0.139 14.81±0.153 14.85±0.193

Kadar Lemak

(%) 6.17±0.104 6.08±0.176 6.03±0.076 5.93±0.126

As, Lemak Kaproat (%) 2.42A*)±0.117 2.28AB*)±0.035 2.06B*)±0.115 2.31AB*)±0.236

Keterangan :

Superskrip huruf yang berbeda menunjukan terdapat perbedaan / berpengaruh Tidak ada superskrip huruf menunjukan tidak terdapat perbedaan / tidak berpengaruh Kelompok 1 = Kambing Produksi Susu 0,5 – 1 liter / hari

Kelompok 2 = Kambing Produksi Susu 1 – 1,5 liter / hari Kelompok 3 = Kambing Produksi Susu 1,5 – 2 liter / hari

(#*&$) *$*

Jumlah pemerahan setiap hari berpengaruh terhadap produksi susu

pemerahan pada penelitian ini dilakukan dua kali pagi dan sore hari. Berdasarkan

hasil yang diperoleh pengaruh penambahan serbuk akar som jawa pada pakan

konsentrat tidak berpengaruh terhadap tingkat produksi susu. Rataan perlakuan 0%,

2%, 4%, 6% berturut-turut 1218.33 ml, 1194.05 ml, 1187.62 ml, 1198.81 ml secara

statistik penambahan serbuk akar Som Jawa tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

terhadap produksi susu kambing. Produksi susu kambing yang dihasilkan masih

sangat beragam yaitu 0,45 – 2,2 kg/ekor/, 0,5 – 1,5 liter/ekor/hari (Tahahar

1996) dan 0,47 – 1,09 kg/ekor/hari (Yulistiani, 1999). Keberagaman ini dipengaruhi

oleh variasi antar jenis kambing, variasi inter jenis kambing, factor genetic, umur,

(40)

28

(%'($)$) *$* %+)

)$ *$* %+)

Berat jenis susu menunjukan imbangan komponen zat-zat pembentuk

didalamnya dan sangat dipengaruhi oleh kadar lemak dan bahan kering tanpa lemak

yang tidak lepas dari pengaruh makanan dan kadar air dalam susu (Eckles

1984). Berdasarkan hasil yang diperoleh pengaruh penambahan serbuk akar Som

Jawa berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap berat jenis susu terlihat pada (Tabel 6)

Rataan perlakuan 0%, 2%, 4%, 6% berturut-turut 1.0287, 1.0278, 1.0275,

1.0277 secara statistik penambahan serbuk akar Som Jawa berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap berat jenis susu kambing. Perlakuan 2% dan perlakuan 4% rataan

jumlahnya sama dengan perlakuan 0% dan perlakuan 6% tetapi perlakuan 0%

dengan 6% berbeda. Perlakuan 6% berpengaruh nyata terhadap penurunan berat jenis

susu kambing. Hal ini menunjukan bahwa komponen zat pembentuk susu perlakuan

6% mengandung volume air yang lebih rendah dan kadar bahan kering yang lebih

tinggi dibandingkan komponen zat pembentuk susu pada perlakuan lainnya.

Kambing Peranakan Etawah yang diberikan pakan tambahan berupa serbuk akar

Som Jawa mempunyai berat jenis susu kambing rata-rata 1,027. Menurut % susu,

berat jenis air susu kambing adalah 1,028 sedangkan menurut Adriani (2003) berat

jenis susu kambing Peranakan Etawah sebesar 1,029.

- ) *$*

Penambahan serbuk akar Som Jawa tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

terhadap bahan kering susu kambing terlihat pada (tabel 6). Rataan perlakuan 0%,

2%, 4%, 6% berturut-turut 14.36%, 14.55%, 14.76%, 14.84% secara statistik

penambahan serbuk akar Som Jawa tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap

kecernaan pakan. Kambing Peranakan Etawah yang diberikan pakan tambahan

berupa serbuk akar Som Jawa mempunyai kadar lemak susu rata-rata 14,8%.

Menurut Adriani (2003) bahan kering susu kambing Peranakan Etawah sebesar

16,4%.Menurut Attabany (2002) bahan kering susu kambing Peranakan Etawah

sebesar 16,38 % sedangkan menurut Budi (2002) 14,70%.

Hasil bahan kering susu kambing yang ditambahkan serbuk akar som jawa ini

(41)

29 som jawa tidak berpengaruh terhadap bahan kering susu kambing. Rataan produksi

susu yang dihasilakan ternyata nilainya berbanding terbalik dengan bahan kering,

semakin tinggi produksi susu makan bahan kering susu semakin rendah. Hal ini

sesuai dengan pendapat Devendra dan Burns (1994) dalam satu bangsa kambing dan

juga dalam laktasi, kandungan bahan padat total cenderung berbanding terbalik

dengan produksi susu. Cahyono (2003) melaporkan bahwa komponen zat yang

penting adalah yang terdiri atas lemak, protein, kaltosa, vitamin dan

mineral. Semakin tinggi nilai total solid dalam susu makin baik kualitas susu.

# % &

Asam asetat yang terbentuk dalam rumen merupakan bahan baku utama

pembentuk berbagai asam lemak dari lemak susu. Berkurangnya jumlah asam asetat

mengakibatkan berkurangnya sintesis lemak susu, sehingga kadar lemak susu

menurun. Berdasarkan hasil yang diperoleh pengaruh penambahan serbuk akar Som

Jawa berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar lemak susu terlihat pada (Tabel 6).

Rataan perlakuan 0%, 2%, 4%, 6% berturut-turut 6.17%, 6.08%, 6.03%, 5.93%

secara statistik penambahan serbuk akar Som Jawa tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

terhadap kecernaan pakan. Kambing Peranakan Etawah yang diberikan pakan

tambahan berupa serbuk akar Som Jawa mempunyai kadar lemak susu kambing

rata-rata 6,0%. Menurut Adriani (2003) kadar lemak susu kambing Peranakan Etawah

sebesar 6,75%. Menurut Attabany (2002) lemak susu kambing Peranakan Etawah

sebesar 6,68 % sedangkan menurut Budi (2002) 6,05%.

Hasil kadar lemak susu kambing yang ditambahkan serbuk akar som jawa ini

bila dibandingkan literatur lainnya nilainya sama, artinya penambahan serbuk akar

som jawa tidak berpengaruh terhadap kadar lemak susu kambing. Orskov dan Ryle

(1990) dan Putra (1999) bahwa setiap satu kali laktasi dalam waktu yang lama di

dalam rumen, pakan konsentrat akan mengalami pencernaan fermentatif yang lebih

banyak menghasilkan asam propionate dari pada menghasilkan asam asetat, dalam

penelitian ini pun diharapkan kandungan yang terdapat dalam akar som jawa dapat

menurunkan pH dalam rumen sehingga dapat menghasilkan asam asetat yang lebih

(42)

30 $ % % &

Asam lemak mudah dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau

lemak hewan. Susu kambing memiliki kandungan asam lemak kaproat (C6), caprylic

(C8) dan capric (C10) yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi. (Maree,

1978). Tingginya kandungan asam lemak kaproat yang menyebabkan susu kambing

mempunyai bau khas “goaty”. (Barrionuevo ., 2002). Susu kambing memilik

Gambar

Tabel 1. Komposisi Susu Kambing Peranakan Etawah
Tabel 3. Komposisi Susu pada Berbagai Ternak dan Manusia
Tabel 4. Perbandingan Komposisi Asam Lemak Susu Sapi dan Kambing
Gambar 2. ������������������� Gaertn
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kecerdasan emosional dalam penelitian ini memberikan sumbangan efektif sebesar 0,559, artinya OCB karyawan sebesar 55,9% ditentukan oleh kecerdasan emosional, dan

dari siswa siswi tersebut akan dikembalikan apabila yang mengambil atau menjemputnya adalah orang tua para murid. Hal ini dikarenakan untuk memberi efek jera kepada

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini berfokus pada pembentukan verba dari bentuk kelas kata utama yang lain, yakni nomina, adjektifa, dan

Kondisi ini menun-jukkan bahwa ruang tidur, ruang ke- luarga dan ruang tamu sudah memenuhi keinginan responden sebagai ruang favorit yang sering digunakan sedangkan

Model kinetika reaksi katalitik yang telah diuji clan memberikan ralat &lt;l 0% adalah model di mana langkah desorpsi DME dari permukaan katalis merupakan langkah

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang ada di kawasan Danau Linting dan untuk menganalisis kesiapan masyarakat untuk

beberapa fatwa yang dikeluarkan oleh Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia. Berdasarkan pengamatan penulis terhadap kajian literatur yang telah dijalankan, kajian terhadap

Adapun transaksi pada PT. Star Solusi Indonesia meliputi transaksi penjualan, pembelian, dan persediaan barang dimana pencatatan setiap transaksinya masih dicatat dalam bentuk